Pengertian Penginderaan Jauh

40
Pengertian Penginderaan Jauh Definisi Penginderaan Jauh beraneka ragam yang umumnya akan terkait dengan pemanfaatan alat tersebut untuk membantu aktivitas kerja atau penelitian. Berikut ini beberapa definisi penginderaan jauh yang kami rangkum dari buku “Penginderaan Jauh” karya Prof. Dr. Sutanto. Remote sensing is the science and art of obtaining information about an object, area, or phenomenon through the analysis of data acquired by a device that is not in contact with the object, area, or phenomenon under investigations (Lillesand dan Keifer, 1979). Remote Sensing (penginderaan Jauh) adalah Ilmu pengetahuan dan seni dalam memperoleh informasi tentang suatu obyek, area, gejala melalui analisis data yang diperoleh dengan alat tanpa kontak langsung dengan obyek, area, gejala yang diamati. (Kiefer, 1994)

description

.'.'

Transcript of Pengertian Penginderaan Jauh

Pengertian Penginderaan Jauh

Definisi Penginderaan Jauh beraneka ragam yang umumnya akan terkait dengan

pemanfaatan alat tersebut untuk membantu aktivitas kerja atau penelitian. Berikut ini

beberapa definisi penginderaan jauh yang kami rangkum dari buku “Penginderaan Jauh”

karya Prof. Dr. Sutanto.

Remote sensing is the science and art of obtaining information about an object, area,

or phenomenon through the analysis of data acquired by a device that is not in contact with

the object, area, or phenomenon under investigations (Lillesand dan Keifer, 1979).

Remote Sensing (penginderaan Jauh) adalah Ilmu pengetahuan dan seni dalam

memperoleh informasi tentang suatu obyek, area, gejala melalui analisis data yang diperoleh

dengan alat tanpa kontak langsung dengan obyek, area, gejala yang diamati. (Kiefer, 1994)

Remote sensing refers to the variety of techniques that have been depeloped for acquisition

an analysis of information about the earth. This information is typically in the form of

electromagnetic radiation that has either been reflected or emitted from the earth surface

(Lindgren, 1985).

Pada umumnya sensor sebagai alat pengindera dipasang pada wahana (platform)

berupa pesawat terbang, satelit, pesawat ulang-alik, atau wahana lainnya. Obyek yang

diindera adalah obyek di permukaan bumi, dirgantara, atau antariksa. Proses penginderaan

dilakukan dari jarak jauh sehingga sistem ini disebut sebagai penginderaan jauh.

Sensor dipasang pada lokasi yang berada jauh dari obyek yang diindera . Oleh karena

itu, agar sistem dapat bekerja diperlukan tenaga yang dipancarkan atau dipantulkan oleh

obyek tersebut. Antara tenaga dan obyek yang diindera terjadi interaksi. Masing-masing

obyek memiliki karakteristik tersendiri dalam merespon tenaga yang mengenainya, misalnya

air menyerap sinar banyak dan hanya memantulkan sinar sedikit. Sebaliknya, batuan karbonat

atau salju menyerap sinar sedikit dan memantulkan sinar lebih banyak.

Interaksi antara tenaga dengan obyek direkam oleh sensor. Perekaman menggunakan

kamera atau alat perekam lainnya. Hasil rekaman ini disebut data penginderaan jauh. Data

penginderaan jauh harus diterjemahkan menjadi informasi tentang obyek, daerah, atau gejala

yang diindera. Proses penerjemahan data menjadi informasi disebut analisis atau interpretasi

data.

Penginderaan jauh didefinisikan pula sebagai teknik yang dikembangkan untuk

perolehan dan analisis informasi tentang bumi. Informasi tersebut khusus berbentuk radiasi

elektromagnetik yang dipantulkan atau dipancarkan dari permukaan bumi.

Berbeda dengan Lillesand dan Kiefer yang memandang penginderaan jauh sebagai

ilmu dan teknik, Lindgren memandangnya sebagai teknik, yaitu teknik untuk perolehan dan

analisis informasi tentang bumi. Sasaran yang terletak di permukaan bumi tentu saja meliputi

sasaran hingga kedalaman tertentu, tidak hanya yang tampak langsung di atasnya. Demikian

pula halnya dengan sasaran yang berupa atmosfer. Bulan dan planet lain pun telah menjadi

sasaran penginderaan jauh sejak dasawarsa 1960-an.

Definisi Citra

Citra merupakan salah satu dari beragam hasil proses penginderaan jauh. Definisi

citra banyak dikemukakan oleh para ahli, salah satu di antaranya pengertian tentang citra

menurut Hornby (1974; dalam Sutanto, 1992) yang dapat ditelaah menjadi lima, berikut ini

tiga di antaranya:

1) Likeness or copy of someone or something, especially one made in wood, stone, etc.

2) Mental pictures or idea, concept of something or someone.

3) Reflection seen in a mirror or through the lens of a camera.

Citra penginderaan jauh termasuk dalam pengertian yang ke-tiga menurut Hornby.

Citra merupakan gambaran yang terekam oleh kamera atau sensor lainnya.

Simonett et al. (1983) mengutarakan dua pengertian tentang citra yaitu:

1) The counterpart of an object produced by the reflection or refraction of light when

focused by a lens or a mirror.

2) The recorded representation (commonly as a photo image) of object produced by

optical, electro-optical, optical mechanical, or electrical means. It is generally used when the

EMR emitted or reflected from a scene is not directly recorded on film.

Di dalam Bahasa Inggris ada dua istilah yang masing-masing diterjemahkan dengan

citra, yaitu image dan imagery. Berikut ini dikemukakan batasan kedua istilah tersebut

menurut Ford (1979; dalam Sutanto, 1992).

1) Image is representation of an object or scene; an image is usually a map, picture, or

photograph.

2) Imagery is visual representation of energy recorded by remote sensing instrument.

Bila kita berpegang pada batasan ini maka penggunaan istilah image bagi citra

penginderaan jauh tidak salah, akan tetapi penggunaan istilah imagery akan lebih benar.

Berbagai pustaka dalam bahasa Inggris, baik istilah image maupun imagery sama-sama

sering digunakan.

INTERPRETASI DATA HASIL PENGINDERAAN JAUH

Interpretasi citra merupakan kegiatan mengkaji foto udara dan atau citra yang

dimaksudkan untuk mengidentifikasi obyek serta menilai arti pentingnya obyek tersebut.

Berikut ini definisi menurut Estes dan Simonett (1975; dalam Sutanto, 1992):

Image interpretation is defined as the act of examining photographs and or images for

the purpose of identifying object and judging their significance.

Penafsir citra mengkaji citra dan berupaya melalui proses penalaran untuk

mendeteksi, mengidentifikasi, dan menilai arti pentingnya obyek yang tergambar pada citra.

Penafsir citra berupaya untuk mengenali obyek yang tergambar pada citra dan

menerjemahkannya ke dalam disiplin ilmu tertentu seperti geologi, geografi, ekologi, dan

disiplin ilmu lainnya.

Ada tiga rangkaian kegiatan yang diperlukan dalam pengenalan obyek melalui

citra / foto udara, yaitu:

1.Deteksi, ialah pengamatan adanya suatu obyek.

2.Identifikasi, ialah upaya mencirikan obyek yang telah dideteksi dengan menggunakan

keterangan yang cukup

3.Analisis, Pada tahap analisis dikumpulkan keterangan lebih lanjut mengenai obyek

tersebut.

Deteksi berarti penentuan ada atau tidak adanya sesuatu obyek pada citra, merupakan

tahap awal dalam interpretasi citra. Keterangan yang diperoleh pada tahap deteksi bersifat

global. Keterangan yang diperoleh pada tahap interpretasi selanjutnya, yaitu pada tahap

identifikasi, bersifat setengah rinci. Keterangan rinci diperoleh dari tahap akhir interpretasi,

yaitu tahap analisis (Lintz dan Simonett, 1976).

Lo (1976), menyimpulkan pendapat Vink, mengemukakan bahwa pada dasarnya

kegiatan interpretasi citra terdiri atas dua tingkat, yaitu pengenalan obyek melalui proses

deteksi dan identifikasi, dan penilaian pentingnya obyek yang telah dikenali tersebut. Tingkat

pertama berarti perolehan data, sedang tingkat kedua berupa interpretasi atau analisis data.

Komputer hanya bisa melakukan upaya tingkat pertama sedangkan tingkat kedua harus

dilakukan oleh orang yang memiliki bekal ilmu pengetahuan cukup memadai pada disiplin

tertentu.

KLASIFIKASI CITRA

Sensor dalam kaitannya dengan penginderaan jauh merekam tenaga yang dipantulkan

atau dipancarkan oleh obyek di permukaan bumi. Rekaman tenaga ini setelah diproses

membuahkan data penginderaan jauh. Data penginderaan jauh dapat berupa data digital atau

data numerik untuk keperluan analisis menggunakan komputer. Produk lainnya dapat berupa

data visual yang umumnya dianalisis secara manual. Data visual dibedakan lebih jauh atas

data citra dan data noncitra. Data citra berupa gambaran yang mirip ujud aslinya atau paling

tidak berupa gambaran planimetrik. Data noncitra pada umumnya berupa garis atau grafik.

Sebagai contoh data noncitra ialah grafik yang mencerminkan beda suhu yang direkam di

sepanjang daerah penginderaan. Penginderaan jauh yang tidak menggunakan tenaga

elektromagnetik, contoh data noncitra antara lain berupa grafik yang menggambarkan

gravitasi maupun daya magnetik di sepanjang daerah penginderaan.

Citra dapat dibedakan atas citra foto (photographic image) atau foto udara dan citra

nonfoto (non photographic image).

PERBEDAAN CITRA FOTO DAN CITRA NONFOTO

CITRA FOTO

Citra foto dapat dibedakan berdasarkan

(1) spektrum elektromagnetik yang digunakan

(2) sumbu kamera

(3) sudut liputan kamera

(4) jenis kamera,

(5) warna yang digunakan, dan

(6) sistem wahana dan penginderaannya

Spektrum Elektromagnetik yang Digunakan

Berdasarkan spektrum elektromagnetik yang digunakan, citra foto dapat dibedakan atas:

1.Foto ultraviolet, yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan spektrum ultraviolet.

Spektrum ultraviolet yang dapat digunakan untuk pemotretan hingga saat ini ialah spektrum

ultraviolet dekat hingga panjang gelombang 0,29 μm.

2.Foto ortokromatik, yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan spektrum tampak dari

saluran biru hingga sebagian hijau (0,4 μm – 0,56 μm).

3.Foto pankromatik, yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan seluruh spektrum tampak

4.Foto inframerah asli (true infrared photo), yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan

spektrum inframerah dekat hingga panjang gelombang 0,9 μm dan hingga 1,2 μm untuk film

inframerah dekat yang dibuat secara khusus.

5.Foto inframerah modifikasi, yaitu foto yang dibuat dengan spektrum inframerah dekat

dan sebagian spektrum tampak pada saluran merah dan sebagian saluran hijau.

Foto pankromatik merupakan foto yang paling banyak digunakan dalam penginderaan jauh

sistem fotografik. Foto ini telah dikembangkan paling lama, harganya lebih murah bila

dibandingkan harga foto lain, dan lebih banyak orang yang telah terbiasa menggunakan foto

jenis ini.

Sumbu Kamera

Foto udara dapat pula dibedakan berdasarkan arah sumbu kamera ke permukaan bumi, yaitu:

1. Foto vertikal, yaitu foto yang dibuat dengan sumbu kamera tegak lurus terhadap

permukaan bumi.

2. Foto condong, yaitu foto yang dibuat dengan sumbu kamera menyudut terhadap garis

tegak lurus ke permukaan bumi. Sudut ini umumnya sebesar 10º atau lebih besar. Apabila

sudut condongnya berkisar antara 1º - 4º, foto yang dihasilkan masih dapat digolongkan

sebagai foto vertikal.

Foto condong dibedakan lebih lanjut menjadi:

a) Foto sangat condong (high oblique photograph), yaitu bila pada foto tampak cakrawalanya.

b) Foto agak condong (low oblique photograph), yaitu bila cakrawala tidak tergambar pada

foto.

Sudut Liputan Kamera

Paine (1981; dalam Sutanto, 1992) membedakan citra foto berdasarkan sudut liputan (angular

coverage) kamera menjadi empat jenis:

1. Sudut kecil (narrow angle) dengan sudut <60º

2. Sudut normal (normal angle) dengan sudut 60º - 75º

3. Sudut lebar (wide angle) dengan sudut 75º - 100º

4. Sudut sangat lebar (superwide angle) dengan sudut > 100º

Warna yang digunakan

Berdasarkan warna yang digunakan, foto berwarna dibedakan menjadi:

1.Foto berwarna semu (false color) atau foto inframerah berwarna. Pada foto berwarna semu,

warna obyek tidak sama dengan warna foto. Obyek seperti vegetasi yang berwarna hijau dan

banyak memantulkan spektrum inframerah akan tampak merah pada foto.

2.Foto warna asli (true color), yaitu foto pankromatik berwarna.

Sistem Wahana

Ada dua jenis foto yang dibedakan berdasarkan wahana yang digunakan, yaitu:

1.Foto udara, yaitu foto yang dibuat dari pesawat udara atau dari balon.

2.Foto satelit atau foto orbital, yaitu foto yang dibuat dari satelit.

CITRA NONFOTO

Posted on 04:18 by Jurnal Geologi

Citra nonfoto dibedakan berdasarkan:

(1) spektrum elektromagnetik yang digunakan,

(2) sensor yang digunakan,

(3) wahana yang digunakan.

Spektrum Elektromagnetik

Berdasarkan spektrum elektromagnetik yang digunakan dalam penginderaan, citra nonfoto

dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

1. Citra inframerah termal, yaitu citra yang dibuat dengan spektrum inframerah termal.

Jendela atmosfir yang digunakan ialah saluran dengan panjang gelombang (3,5 – 5,5) μm, (8

– 14) μm, dan sekitar 18 μm. Penginderaan pada jenis spektrum ini mengacu kepada beda

suhu obyek dan daya pancarnya yang pada citra tercermin melalui beda rona atau beda

warna.

2. Citra radar dan citra gelombang mikro, yaitu citra yang dibuat dengan spektrum

gelombang mikro. Citra radar merupakan hasil penginderaan dengan sistem aktif yaitu

dengan sumber tenaga buatan, sedang citra gelombang mikro dihasilkan dengan sistem pasif

yaitu dengan menggunakan sumber tenaga alamiah.

Meskipun citra nonfoto juga ada yang menggunakan spektrum tampak, citra yang dihasilkan

tidak disebut citra tampak. Citra tersebut lebih sering disebut berdasarkan sensornya atau

wahananya, misalnya citra RBV, citra MSS, dan citra lainnya.

Sensor

Berdasarkan sensor yang digunakan, citra nonfoto dibedakan menjadi:

1. Citra tunggal, yaitu citra yang dibuat dengan sensor tunggal.

2. Citra multispektral, yaitu citra yang dibuat dengan saluran jamak. Berbeda dengan citra

tunggal yang umumnya dibuat dengan saluran lebar, citra multispektral dibuat dengan saluran

sempit. Citra multispektral pada citra Landsat sering dibedakan menjadi:

a) Citra Return Beam Vidicom atau citra RBV, yaitu citra yang dibuat dengan kamera Return

Beam Vidicom pada Landsat-1 dan Landsat-2. Meskipun berupa kamera, hasilnya bukan

berupa foto karena detektornya bukan film dan prosesnya bukan fotografik, melainkan

elektronik. Jenis ini beroperasi dengan spektrum tampak. Citra RBV pada Landsat-3 bukan

lagi berupa citra multispektral, melainkan citra ganda.

b) Citra Multispectral Scanner atau citra MSS, yaitu citra yang dibuat dengan MSS sebagai

sensornya. Sistem ini dapat beroperasi dengan spektrum tampak maupun spektrum lainnya,

misalnya spektrum inframerah termal. Di samping citra MSS, Landsat juga ada citra MSS

yang dibuat dari pesawat udara.

Wahana

Berdasarkan wahana yang digunakan, citra nonfoto dibedakan menjadi:

1. Citra dirgantara (airborne image), yaitu citra yang dibuat dengan wahana yang beroperasi

di udara atau dirgantara. Misalnya citra inframerah termal, citra radar, dan citra MSS yang

dibuat dari udara. Istilah citra dirgantara jarang sekali digunakan.

2. Citra satelit (satellite/spaceborne image), yaitu citra yang dibuat dari antariksa atau

angkasa luar. Citra satelit dibedakan lebih jauh berdasarkan penggunaan utamanya, yaitu:

a) Citra satelit untuk penginderaan planet, misalnya citra satelit Ranger (AS), citra satelit

Viking (AS), citra satelit Luna (Rusia), dan citra satelit Venera (Rusia).

b) Citra satelit untuk penginderaan cuaca, misalnya citra NOAA (AS), dan citra Meteor

(Rusia).

c) Citra satelit untuk penginderaan sumber daya bumi, misalnya citra Landsat (AS), citra

Soyus (Rusia), dan citra Spot yang diorbitkan oleh Perancis pada tahun 1986.

d) Citra satelit untuk penginderaan laut, misalnya citra Seasat (AS), dan citra MOS (Jepang)

yang diorbitkan pada tahun 1986.

UNSUR INTERPRETASI CITRA

Posted on 04:24 by Jurnal Geologi

Unsur interpretasi citra terdiri dari sembilan:

1. Rona atau warna

2. Ukuran

3. Bentuk

4. Tekstur

5. Pola

6. Tinggi

7. Bayangan

8. Situs

9. Asosiasi

Sembilan unsur interpretasi citra ini disusun secara berjenjang atau secara hirarkis dan

disajikan pada Gambar:

Rona dan Warna

Rona (tone / color tone / grey tone) adalah tingkat kegelapan atau tingkat kecerahan obyek

pada citra. Rona pada foto pankromatik merupakan atribut bagi obyek yang berinteraksi

dengan seluruh spektrum tampak yang sering disebut sinar putih, yaitu spektrum dengan

panjang gelombang (0,4 – 0,7) μm. Berkaitan dengan penginderaan jauh, spektrum demikian

disebut spektrum lebar, jadi rona merupakan tingkatan dari hitam ke putih atau sebaliknya.

Warna merupakan ujud yang tampak oleh mata dengan menggunakan spektrum sempit, lebih

sempit dari spektrum tampak. Sebagai contoh, obyek tampak biru, hijau, atau merah bila

hanya memantulkan spektrum dengan panjang gelombang (0,4 – 0,5) μm, (0,5 – 0,6) μm,

atau (0,6 – 0,7) μm. Sebaliknya, bila obyek menyerap sinar biru maka ia akan memantulkan

warna hijau dan merah. Sebagai akibatnya maka obyek akan tampak dengan warna kuning

Berbeda dengan rona yang hanya menyajikan tingkat kegelapan, warna menunjukkan tingkat

kegelapan yang lebih beraneka. Ada tingkat kegelapan di dalam warna biru, hijau, merah,

kuning, jingga, dan warna lainnya. Meskipun tidak menunjukkan cara pengukurannya, Estes

et al. (1983) mengutarakan bahwa mata manusia dapat membedakan 200 rona dan 20.000

warna. Pernyataan ini mengisyaratkan bahwa pembedaan obyek pada foto berwarna lebih

mudah bila dibanding dengan pembedaan obyek pada foto hitam putih. Pernyataan yang

senada dapat diutarakan pula, yaitu pembedaan obyek pada citra yang menggunakan

spektrum sempit lebih mudah daripada pembedaan obyek pada citra yang dibuat dengan

spektrum lebar, meskipun citranya sama-sama tidak berwarna. Asas inilah yang mendorong

orang untuk menciptakan citra multispektral.

Rona dan warna disebut unsur dasar. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya rona dan warna

dalam pengenalan obyek. Tiap obyek tampak pertama pada citra berdasarkan rona atau

warnanya. Setelah rona atau warna yang sama dikelompokkan dan diberi garis batas untuk

memisahkannya dari rona atau warna yang berlainan, barulah tampak bentuk, tekstur, pola,

ukuran dan bayangannya. Itulah sebabnya maka rona dan warna disebut unsur dasar.

BENTUK

Bentuk merupakan variabel kualitatif yang memerikan konfigurasi atau kerangka suatu obyek

(Lo, 1976). Bentuk merupakan atribut yang jelas sehingga banyak obyek yang dapat dikenali

berdasarkan bentuknya saja.

Bentuk, ukuran, dan tekstur pada Gambar 1 dikelompokkan sebagai susunan keruangan rona

sekunder dalam segi kerumitannya. Bermula dari rona yang merupakan unsur dasar dan

termasuk primer dalam segi kerumitannya. Pengamatan atas rona dapat dilakukan paling

mudah. Oleh karena itu bentuk, ukuran, dan tekstur yang langsung dapat dikenali berdasarkan

rona, dikelompokkan sekunder kerumitannya.

Ada dua istilah di dalam bahasa Inggris yang artinya bentuk, yaitu shape dan form. Shape

ialah bentuk luar atau bentuk umum, sedang form merupakan susunan atau struktur yang

bentuknya lebih rinci.

Contoh shape atau bentuk luar:

- Bentuk bumi bulat

- Bentuk wilayah Indonesia memanjang sejauh sekitar 5.100 km.

Contoh form atau bentuk rinci:

- Pada bumi yang bentuknya bulat terdapat berbagai bentuk relief atau bentuk lahan seperti

gunungapi, dataran pantai, tanggul alam, dsb.

- Wilayah Indonesia yang bentuk luarnya memanjang, berbentuk (rinci) negara kepulauan.

Wilayah yang memanjang dapat berbentuk masif atau bentuk lainnya, akan tetapi bentuk

wilayah kita berupa himpunan pulau-pulau.

Baik bentuk luar maupun bentuk rinci, keduanya merupakan unsur interpretasi citra yang

penting. Banyak bentuk yang khas sehingga memudahkan pengenalan obyek pada citra.

Contoh pengenalan obyek berdasarkan bentuk

- Gedung sekolah pada umumnya berbentuk huruf I, L, U, atau berbentuk empat segi panjang

- Tajuk pohon palma berbentuk bintang, tajuk pohon pinus berbentuk kerucut, dan tajuk

bambu berbentuk bulu-bulu

- Gunungapi berbentuk kerucut, sedang bentuk kipas alluvial seperti segi tiga yang alasnya

cembung

- Batuan resisten membentuk topografi kasar dengan lereng terjal bila pengikisannya telah

berlangsung lanjut

- Bekas meander sungai yang terpotong dapat dikenali sebagai bagian rendah yang berbentuk

tapal kuda

UKURAN

Ukuran ialah atribut obyek berupa jarak, luas, tinggi, lereng, dan volume. Karena ukuran

obyek pada citra merupakan fungsi skala, maka di dalam memanfaatkan ukuran sebagai

unsur interpretasi citra harus selalu diingat skalanya.

Contoh pengenalan obyek berdasarka ukuran:

- Ukuran rumah sering mencirikan apakah rumah itu rumah mukim, kantor, atau industri.

Rumah mukim umumnya lebih kecil bila dibanding dengan kantor atau industri.

- Lapangan olah raga di samping dicirikan oleh bentuk segi empat, lebih dicirikan oleh

ukurannya, yaitu sekitar 80 m x 100 m bagi lapangan sepak bola, sekitar 15 m x 30 m bagi

lapangan tennis, dan sekitar 8 m x 10 m bagi lapangan bulu tangkis.

- Nilai kayu di samping ditentukan oleh jenis kayunya juga ditentukan oleh volumenya.

Volume kayu bisa ditaksir berdasarkan tinggi pohon, luas hutan serta kepadatan pohonnya,

dan diameter batang pohon.

TEKSTUR

Tekstur adalah frekuensi perubahan rona pada citra (Lillesand dan Kiefer, 1979) atau

pengulangan rona kelompok obyek yang terlalu kecil untuk dibedakan secara individual

(Estes dan Simonett, 1975). Tekstur sering dinyatakan dengan kasar, halus, dan belang-

belang.

Contoh pengenalan obyek berdasarkan tekstur:

- Hutan bertekstur kasar, belukar bertekstur sedang, semak bertekstur halus.

- Tanaman padi bertekstur halus, tanaman tebu bertekstur sedang, dan tanaman pekarangan

bertekstur kasar .

- Permukaan air yang tenang bertekstur halus.

POLA

Pola, tinggi, dan bayangan pada Gambar 1 dikelompokkan ke dalam tingkat kerumitan tertier.

Tingkat kerumitannya setingkat lebih tinggi dari tingkat kerumitan bentuk, ukuran, dan

tekstur sebagai unsur interpretasi citra. Pola atau susunan keruangan merupakan ciri yang

menandai bagi banyak obyek bentukan manusia dan bagi beberapa obyek alamiah.

Contoh:

- Pola aliran sungai sering menandai struktur geologi dan jenis batuan. Pola aliran trellis

menandai struktur lipatan. Pola aliran yang padat mengisyaratkan peresapan air kurang

sehingga pengikisan berlangsung efektif. Pola aliran dendritik mencirikan jenis tanah atau

jenis batuan serba sama, dengan sedikit atau tanpa pengaruh lipatan maupun patahan. Pola

aliran dendritik pada umumnya terdapat pada batuan endapan lunak, tufa vokanik, dan

endapan tebal oleh gletser yang telah terkikis (Paine, 1981)

- Permukaan transmigrasi dikenali dengan pola yang teratur, yaitu dengan rumah yang ukuran

dan jaraknya seragam, masing-masing menghadap ke jalan.

- Kebun karet, kebun kelapa, kebun kopi dan sebagainya mudah dibedakan dari hutan atau

vegetasi lainnya dengan polanya yang teratur, yaitu dari pola serta jarak tanamnya.

BAYANGAN

Bayangan bersifat menyembunyikan detail atau obyek yang berada di daerah gelap. Obyek

atau gejala yang terletak di daerah bayangan pada umumnya tidak tampak sama sekali atau

kadang-kadang tampak samar-samar. Meskipun demikian, bayangan sering merupakan kunci

pengenalan yang penting bagi beberapa obyek yang justru lebih tampak dari bayangannya.

Contoh:

- Cerobong asap, menara, tangki minyak, dan bak air yang dipasang tinggi lebih tampak dari

bayangannya.

- Tembok stadion, gawang sepak bola, dan pagar keliling lapangan tenis pada foto berskala 1:

5.000 juga lebih tampak dari bayangannya.

- Lereng terjal tampak lebih jelas dengan adanya bayangan.

SITUS

Bersama-sama dengan asosiasi, situs dikelompokkan ke dalam kerumitan yang lebih tinggi

pada Gambar diatas. Situs bukan merupakan ciri obyek secara langsung, melainkan dalam

kaitannya dengan lingkungan sekitarnya.

Situs diartikan dengan berbagai makna oleh para pakar, yaitu:

- Letak suatu obyek terhadap obyek lain di sekitarnya (Estes dan Simonett, 1975). Di dalam

pengertian ini, Monkhouse (1974) menyebutnya situasi, seperti misalnya letak kota (fisik)

terhadap wilayah kota (administratif), atau letak suatu bangunan terhadap parsif tanahnya.

Oleh van Zuidam (1979), situasi juga disebut situs geografi, yang diartikan sebagai tempat

kedudukan atau letak suatu daerah atau wilayah terhadap sekitarnya. Misalnya letak iklim

yang banyak berpengaruh terhadap interpretasi citra untuk geomorfologi.

- Letak obyek terhadap bentang darat (Estes dan Simonett, 1975), seperti misalnya situs suatu

obyek di rawa, di puncak bukit yang kering, di sepanjang tepi sungai, dsb. Situs semacam ini

oleh van Zuidam (1979) disebutkan situs topografi, yaitu letak suatu obyek atau tempat

terhadap daerah sekitarnya.

Situs ini berupa unit terkecil dalam suatu sistem wilayah morfologi yang dipengaruhi oleh

faktor situs, seperti:

(1) beda tinggi,

(2) kecuraman lereng,

(3) keterbukaan terhadap sinar,

(4) keterbukaan terhadap angin, dan

(5) ketersediaan air permukaan dan air tanah.

Lima faktor situs ini mempengaruhi proses geomorfologi maupun proses atau perujudan

lainnya.

Contoh:

- Tajuk pohon yang berbentuk bintang mencirikan pohon palma. Mungkin jenis palma

tersebut berupa pohon kelapa, kelapa sawit, sagu, nipah, atau jenis palma lainnya. Bila

tumbuhnya bergerombol (pola) dan situsnya di air payau, maka yang tampak pada foto

tersebut mungkin sekali nipah.

- Situs kebun kopi terletak di tanah miring karena tanaman kopi menghendaki pengaturan air

yang baik.

- Situs pemukiman memanjang umumnya pada igir beting pantai, tanggul alam, atau di

sepanjang tepi jalan.

AS0SIASI

Asosiasi dapat diartikan sebagai keterkaitan antara obyek yang satu dengan obyek lain.

Adanya keterkaitan ini maka terlihatnya suatu obyek pada citra sering merupakan petunjuk

bagi adanya obyek lain.

Contoh:

- Di samping ditandai dengan bentuknya yang berupa empat persegi panjang serta dengan

ukurannya sekitar 80 m x 100 m, lapangan sepak bola di tandai dengan adanya gawang yang

situsnya pada bagian tengah garis belakangnya. Lapangan sepak bola berasosiasi dengan

gawang. Kalau tidak ada gawangnya, lapangan itu bukan lapangan sepak bola. Gawang

tampak pada foto udara berskala 1: 5.000 atau lebih besar.

- Stasiun kereta api berasosiasi dengan jalan kereta api yang jumlahnya lebih dari satu

(bercabang).

- Gedung sekolah di samping ditandai oleh ukuran bangunan yang relatif besar serta

bentuknya yang menyerupai I, L, atau U, juga ditandai dengan asosiasinya terhadap lapangan

olah raga. Pada umumnya gedung sekolah ditandai dengan adanya lapangan olah raga di

dekatnya.

TEKNIK INTERPRETASI CITRA

Posted on 12:35 by Jurnal Geologi

Teknik adalah alat khusus untuk melaksanakan metode. Teknik dapat pula diartikan sebagai

cara melakukan sesuatu secara ilmiah. Teknik interpretasi citra dimaksudkan sebagai alat atau

cara khusus untuk melaksanakan metode penginderaan jauh. Teknik juga merupakan cara

untuk melaksanakan sesuatu secara ilmiah. Sesuatu itu tidak lain ialah interpretasi citra.

Bahwa interpretasi citra dilakukan secara ilmiah, kiranya tidak perlu diragukan lagi.

Interpretasi citra dilakukan dengan metode dan teknik tertentu, berlandaskan teori tertentu

pula. Mungkin kadang-kadang ada orang yang menyebutnya sebagai dugaan, akan tetapi

berupa dugaan ilmiah (scientific guess)

Teknik interpretasi citra antara lain dengan:

1. Data acuan

2. Kunci Interpretasi Citra

3. Penanganan Data

4. Pengamatan Stereoskopik

5. Metode Pengkajian

6. Penerapan Konsep Multi

(Klik setiap teknik untuk tahu lebih lanjut)

TEKNIK INTERPRETASI CITRA - PENANGANAN DATA

Posted on 12:53 by Jurnal Geologi

Citra dapat berbentuk kertas cetakan atau transparansi yang juga semakin banyak digunakan.

Transparansi dapat berujud lembaran tunggal maupun gulungan. Dalam menanganinya perlu

berhati-hati jangan sampai menimbulkan goresan atau bahkan penghapusan padanya. Untuk

transparansi gulungan lebih mudah penanganannya, akan tetapi terhadap yang lembaran perlu

lebih berhati-hati, baik lembaran transparansi maupun lembaran kertas cetak.

Banyak citra beragam jenis, skala, atau saat perekaman digunakan secara bersamaan untuk

meningkatkan hasil interpretasinya. Dengan demikian sering banyak citra yang dihadapi oleh

penafsir citra. Penafsir citra yang berpengalaman pun belum tentu memperhatikan cara

penanganan data, karena ia mungkin lebih tertarik pada interpretasinya. Hal demikian tentu

saja tidak baik untuk kemudahan dalam menyimpan dan mencari kembali, dan untuk

keawetan citra.

Cara sederhana untuk mengatur citra dengan baik ialah

(1) menyusun citra tiap satuan perekaman atau pemotretan secara numerik dan menghadap ke

atas,

(2) mengurutkan tumpukan citra sesuai dengan urutan interpretasi yang akan dilaksanakan

dan meletakkan kertas penyekat di antaranya,

(3) meletakkan tumpukan citra sedemikian sehingga jalur terbang membentang dari kiri ke

kanan terhadap arah pengamat, sedapat mungkin dengan arah bayangan mengarah ke

pengamat,

(4) meletakkan citra yang akan digunakan sebagai pembanding sebelah-menyebelah dengan

yang akan diinterpretasi, dan (5) pada saat citra dikaji, tumpukan menghadap ke bawah dalam

urutannya (Sutanto, 1992).

TEKNIK INTERPRETASI CITRA - PENGAMATAN STEREOSKOPIK

Posted on 12:58 by Jurnal Geologi

Pengamatan stereoskopik pada pasangan citra yang bertampalan dapat menimbulkan

gambaran tiga dimensional bagi jenis citra tertentu. Citra yang telah lama dikembangkan

untuk pengamatan stereoskopik ialah foto udara. Citra jenis ini dapat digunakan untuk

mengukur beda tinggi dan tinggi obyek bila diketahui tinggi salah satu titik yang tergambar

pada foto. Disamping itu juga dapat diukur lerengnya. Perujudan tiga dimensional ini

memungkinkan penggunaan foto udara untuk membuat peta kontur. Disamping foto udara,

dari pasangan citra radar atau citra lain yang bertampalan juga dapat ditimbulkan perujudan

tiga dimensional bila diamati dengan stereoskop.

Syarat pengamatan stereoskopik antara lain adanya daerah yang bertampalan dan adanya

paralaks pada daerah yang bertampalan. Paralaks ialah perubahan letak obyek pada citra

terhadap titik atau sistem acuan. Pada umumnya disebabkan oleh perubahan letak titik

pengamatan (Wolf, 1983). Titik pengmatan ini berupa tempat pemotretan. Pertampalan pada

foto udara berupa pertampalan depan (endlap) dan pertampalan samping (sidelap). Paralaks

yang terjadi karena titik pengamatan 1 dan 2 disebut paralaks x, yaitu paralaks sejajar jalur

terbang. Paralaks lainnya ialah paralaks y, yaitu paralaks yang tegak lurus paralaks x dan

disebabkan oleh perubahan tempat kedudukan pada jalur terbang yang berdampingan.

Pada citra radar mulai dikembangkan pengamatan stereoskopik yang mendasarkan pada

paralaks y. Pada citra Landsat juga terjadi pertampalan samping dan oleh karenanya terjadi

paralaks y. Pertampalan samping ini besarnya beraneka, sesuai dengan letak lintangnya. Pada

ekuator maka pertampalan sampingnya 14%, sedangkan pada lintang 80º U dan 80º S

meningkat menjadi 85% (Paine, 1981). Pertampalan ini belum dikembangkan untuk

pengamatan stereoskopik. Pada citra SPOT yang satelitnya diorbitkan tahun 1986,

dikembangkan pengamatan stereoskopik berdasarkan paralaks y.

Karena obyek tampak dengan perujudan tiga dimensional, pengenalannya pada citra lebih

mudah dilaksanakan. Di samping itu, pengenalan obyek juga dipermudah oleh dua hal, yaitu:

(a) pembesaran tegak yang memperjelas relief, dan

(b) pembesaran (tegak dan mendatar) bila digunakan binokuler dalam pengamatannya.

Tanpa binokuler, seluruh daerah pertampalan dapat diamati secara stereoskopik.Dengan

menggunakan binokuler, obyek diperbesar, tetapi luas daerah pengamatan menyusut. Luas

daerah pengamatan berbanding terbalik terhadap kuadrat pembesarannya. Bagi pembesaran

tiga kali luas daerah pengamatannya menyusut menjadi sepersembilan luas daerah

pertampalan.

TEKNIK INTERPRETASI CITRA - METODE PENGKAJIAN

Posted on 13:03 by Jurnal Geologi

Pekerjaan interpretasi citra dimulai dari pengakajian terhadap semua obyek yang sesuai

dengan tujuannya. Meskipun demikian, banyak penafsir citra yang lebih suka mulai dengan

menyiam seluruh atau sebagian besar daerah yang dikaji, kemudian dilakukan seleksi dan

kajian terhadap obyek yang dikehendaki.

Para penafsir citra umumnya sependapat bahwa interpretasi citra sebaiknya mengikuti

metodik tertentu, yaitu mulai dari pertimbangan umum yang dilanjutkan ke arah obyek

khusus atau dari yang diketahui ke arah yang belum diketahui. Pekerjaan metodik dan

interpretasi dari perujudan yang diketahui atau mudah diketahui ke perujudan baru yang

belum diketahui atau sukar diketahui merupakan aksioma dalam kegiatan ilmiah. Perujudan

umum dapat pula diartikan perujudan regional, sedang perujudan khusus dapat diartikan

perujudan lokal. Pengkajian dari umum ke arah khusus dapat dilakukan bila tak ada ‘bias’

antara perujudan umum dan perujudan khusus.

Pada dasarnya ada dua metode pengkajian secara umum, yaitu:

1) Fishing expedition

Citra menyajikan gambaran lengkap obyek di permukaan bumi. Sebagai akibatnya maka bagi

penafsir citra yang kurang berpengalaman sering mengambil data yang lebih banyak dari

yang diperlukan. Hal ini disebabkan karena penafsir citra mengamati seluruh citra dan

mengambil datanya seperti orang mencari ikan di dalam air, yaitu menjelajah seluruh daerah.

Penggunaan metode ini berarti pengamatan seluruh obyek yang tergambar pada seluruh citra.

2) Logical search

Penafsir citra mengamati citra secara menyeluruh tetapi secara selektif hanya mengambil data

yang relevan terhadap tujuan interpretasinya. Dengan kata lain diartikan bahwa penafsir citra

hanya mengkaji obyek atau daerah secara selektif. Contoh, eksplorasi deposit minyak bumi

hanya dicari di daerah endapan marin, khususnya yang berupa daerah berstruktur lipatan.

pengenalan geologi citra penginderaan jauh

Dalam penafsiran kualitatif foto udara tidak ada kunci yang dapat dengan mudah

dipakai untuk menentukan dengan pasti suatu jenis batuan. Namun, paling tidak penafsir

dapat melokalisasi penyebaran suatu batuan yang nampak pada foto udara, akan mempunyai

kunci-kunci yang sama. Mengacu pada kunci-kunci yang sama tersebut diharapkan kemiripan

batuan yang ada di lapangan. Kunci-kunci tersebut dijelaskan dibawah ini.

I. Kunci Pengenal

Merupakan tanda-tanda yang terlihat pada foto udara untuk mengenal suatu benda atau

objek yeng terpotret. Ada beberapa kunci pengenal, yaitu :

A. Rona (Tone)

Rona tejadi karena setiap benda yang terpotret mempunyai sifat memantulkan sinar matahari

yang berlainan (ada yang sedikit dan ada yang banyak), maka akibatnya sinar yang

menyentuh film jadi berlainan, sehingga dihasilkan rona yang berlainan pada foto udara.

Rona cerah dihasilkan oleh benda yang dapat memantulkan sinar matahari, dan sebaliknya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi rona pada foto udara :

1. Kedudukan benda yang di foto terhadap sinar matahari.

2. Warna batuan.

3. Kelicinan permukaan yang memantulkan sinar.

4. Bayangan awan.

5. Kelembaban udara.

6. Tumbuhan penutup.

7. Tanah penutup.

Rona dapat dibagi dalam beberapa tingkat, yakni : amat cerah, cerah, abu-abu cerah, abu-abu

gelap, gelap dan amat gelap.

Rona, selain dapat mengenali beberapa jenis batuan . Ada juga yang disebut linesments yaitu

rona yang gelap yang berbentuk garis yang lurus-lurus atau kedudukannya sudut menyudut.

Ini disebabkan adanya sturktur geologi seperti patahan atau kekar, sehingga pada daerah

tersebut merupakan daerah yang lunak atau lemah.

B. Tekstur (Textura)

Merupakan hubungan antara rona yang kecil-kecil yang terdapat pada foto udara. Tekstur

pada setiap jenis batuan berbeda-beda bergantung pada kemiripan batuan di lapangan.

C. Pola (Pattern)

Merupakan rangkaian bentuk-bentuk topografi, rona, aliran sungai. Pola pelurusan topografi,

pelurusan sungai, pelurusan rona, kemungkinanya sangat erat dengan struktur geologi.

D. Hubungan dengan keadaan sekitarnya

Bahwa setiap peristiwa geologi akan sangat erat hubungannya satu dengan yang lainnya.

Sehingga dalam penafsiran foto udara perlu kita meneliti regionalnya yang kemungkinan

dapat memberikan jalan yang lebih terang kepada penafsiran kita.

E. Bentuk (Shape)

Bentuk merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam foto udara. Dengan melihat

bentuk pada foto udara, kita dapat meng-interpretasi daerah yang kita teliti.

F. Ukuran (Size)

Ukuran dari suatu benda merupakan cerminan dari bentuknya, dengan ukuran interpretasi kita

akan lebih terbantu terhadap bentuk benda yang kita teliti.

G. Bayangan (Shadow)

Dengan adanya bayangan dari benda yang terpotret disampingnya yang juga ikut terpotret,

maka dapat dikenali bentu benda yang sebenarnya.

II. Kunci Penafsiran

Kunci penafsiran merupakan gejala alam yang secara tidak langsung dapat memberikan

keterangan kepada penafsir untuk mengetahui keadaan geologi daerah terpotret.

Kunci-kunci penafsir itu adalah sebagai berikut :

A. Topografi

Topografi merupakan kunci penafsir yang penting sekali. Topografi dapat mengambarkan

karakteristik suatu batuan. Pada dasarnya topografi menggambarkan kekerasan batuan atau

daya tahan batuan terhadap tenaga asal luar.

B. Pola aliran

Pola aliran dapat diartikan sebagai posisi dan arah aliran sungai-sungai di suatu daerah.

Beberapa macam pola aliran sungai, yaitu :

o Pola mendaun (denritik).

o Pola sejajar (paralel).

o Pola memancar (radial).

o Pola membulat (annular).

o Pola menangga (trellis).

o Pola menyudut tegak atau miring (rectangular or angular angulate).

o Pola membalik (contorted).

C. Tumbuhan penutup (Vegetasi)

Terdapat hubungan yang erat antara tumbuhan, tanah, dan batuan. Vegetasi biasanya

merupakan faktor yang paling sering ditemukan sebagai “pengganggu” dalam menghasilkan

kualitas foto udara yang baik. Hal ini disebabkan karena iklim tropis di Indonesia yang

memungkinkan vegetasi berkembang dengan sangat cepat.

D. Kebudayaan (Culture)

Kebudayan adalah hasil tangan manusia. Apabila kita menemukan perkampungan penduduk,

maka akan ditemukan daerah hasil gunungapi atau endapan alluvium yang umumnya dipakai

sebagai tempat bercocok tanam. Sehingga daerah ini akan memperlihatkan bentuk yang

berbeda dalam foto udara.

RA PENGINDERAAN JAUH

Seiring dengan perkembangan tehnologi dalam penginderaan jauh maka manfaat

penginderaan jauh juga semakin besar dan semakin banyak orang yang memanfaatkan

penginderaan jauh dalam studi geografi. Berikut ini beberapa pemanfaatan penginderaan jauh

dalam studi geografi secara umum :

A.    Dalam kajian fenomena hidrologi

Pemanfaatan penginderaan jauh dalam kajian hidrologi antara lain :

1.      Pengamatan DAS.

Dalam hal ini, informasi spasial di Daerah Aliran Sungai atau daerah sekitar yang

mempengaruhinya perlu diketahui sesuai dengan kondisi riil saat ini. Penggunaan data

Penginderaan Jauh Landsat dapat memberikan gambaran secara keruangan tentang bencana

banjir dan longsor yang menimpa suatu daerah .

2.      Pengamatan luas daerah dan intensitas banjir

Citra penginderaan jauh satelit, dapat dimanfaatkan sebagai data untuk memahami dan

menganalisis luas areal yang tergenang oleh banjir secara spasial.

3.      Pemetaan pola aliran sungai.

Pola aliran merupakan pola dari organisasi atau hubungan keruangan dari lembah-lembah,

baik yang dialiri sungai maupun lembah yang kering atau tidak dialiri sungai. Pola aliran

dipengaruhi oleh lereng, kekerasan batuan, struktur, sejarah diastrofisme, sejarah geologi dan

geomerfologi dari daerah alairan sungai. Dengan demikian pola aliran sangat berguna dalam

interpretasi kenampakan geomorfologis, batuan dan struktur geologi. Citra satelit yang paling

baik digunakan untuk pembuatan peta pola aliran adalah citra radar yang menghasilkan

kenampakan tiga dimensi yang paling baik. Keunggulan dari citra radar salah satunya adalah

sangat baik menggambarkan topografi permukaan bumi. Pola aliran mempunyai berbagai

jenis pola, diantaranya ialah dendritic, paralel, radial, trelis, rectangular, centripetal, angular

dan multibasinal. Yang semuanya memiliki tipe sendiri-sendiri yang membedakan antara satu

pola aliran dengan pola aliran yang lain.

4.      Studi sedimentasi sungai.

Kaitanya dengan sedimentasi sungai cintra penginderaan jauh dapat digunakan untuk

menganalisis perkembangan sedimentasi dari waktu kewaktu dengan cara membandingkan

citra dari waktu yang berbeda sehingga dapatb di ketahui perkembangan sedimentasinya.

B.   Dalam kajian fenomena klimatologi (NOAA, Meteor dan GMS)

Pemanfaatan penginderaan jauh dalam kajian hidrologi antara lain :

1.      Pengamatan iklim suatu daerah.

Sejak tahun 1999 LAPAN telah mengembangkan dan mengoperasionalkan model prediksi

curah hujan bulanan di Indonesia berdasarkan suhu permukaan laut Pasifik Tropik. Model

prediksi curah hujan ini dapat memprediksi kondisi curah hujan secara global di Indonesia

untuk periode 4 bulan

2.      Analisis cuaca.

Data MTSAT kanal inframerah yang diterima kemudian diolah menjadi suhu kecerahannya

(brightness temperature) dan diklasifikasikan potensi hujannya berdasarkan tinggi rendahnya

suhu kecerahan awan. Semakin rendah suhu awan akan menyebabkan terjadinya kondensasi

sehingga berpotensi tinggi untuk menimbulkan hujan, sebaliknya semakin tinggi suhu awan

maka potensi hujannya rendah.

3.      Pemetaan iklim dan perubahannya

Dengan adanya citra dapat digunakan sebagai basemap dalam pembuatan peta iklim. Dengan

menginterpretasi peta akan di ketahui perubahan iklim yang terjadi dari waktu ke waktu. Peta

citra merupakan citra yang telah bereferensi geografis sehingga dapat dianggap sebagai peta.

Informasi spasial yang disajikan dalam peta citra merupakan data raster yang bersumber dari

hasil perekaman citra satelit sumber alam yang berupa iklim secara kontinu. Peta citra

memberikan semua informasi yang terekam pada bumi tanpa adanya generalisasi.

C.     Dalam kajian sumber daya bumi dan lingkungan

1. Pemetaan penggunaan lahan.

Inventarisasi penggunaan lahan penting dilakukan untuk mengetahui apakah pemetaan lahan

yang dilakukan oleh aktivitas manusia sesuai dengan potensi ataupun daya dukungnya.

Penggunaan lahan yang sesuai memperoleh hasil yang baik, tetapi lambat laun hasil yang

diperoleh akan menurun sejalan dengan menurunnya potensi dan daya dukung lahan tersebut.

Integrasi teknologi penginderaan jauh merupakan salah satu bentuk yang potensial dalam

penyusunan arahan fungsi penggunaan lahan. Dasar penggunaan lahan dapat dikembangkan

untuk berbagai kepentingan penelitian, perencanaan, dan pengembangan wilayah. Contohnya

penggunaan lahan untuk usaha pertanian atau budidaya permukiman.

2. Mengumpulkan data kerusakan lingkungan karena berbagai se

2. bab.

Data dan teknologi penginderaan jauh tentu saja dapat dimanfaatkan terutama dalam kegiatan

pemantauan bencana alam. Melalui data penginderaan jauh dalam hal ini citra Landsat ETM+

dapat untuk mengetahui tutupan vegetasi di daerah hutan atau adanya indikasi penggundulan

hutan. Lapisan tanah yang relatif tebal tersebut terutama sekali tersebar pada bagian lereng-

lereng bawah, sebagian tertutupi oleh tumbuhan hutan tropis savana (warna hijau), sebagian

dimanfaatkan penduduk setempat untuk tanaman semusim dan sebagian lagi terutama tampak

jelas pada citra satelit Landsat ETM+ spot berwarna merah terang yang mengindikasikan

lahan yang telah gundul

3. Analisis eksploitasi sumber daya alam.

Citra inderaja dengan resolusi spasial menengah (30 meter) dapat memberikan gambaran

mengenai wilayah pertambangan cukup baik. Untuk dapat memperoleh gambaran wilayah

pertambangan yang lebih detail, penggunaan citra resolusi tinggi diperlukan. Lingkungan

pertambangan secara garis besar tampak pada citra dari perubahan kondisi lingkungan fisik

seperti misalnya perubahan bentuk mukabumi (landscape), perubahan tutupan vegetasi (land

cover) dan akibat dari penggalian tambang, khususnya galian di permukaan bumi. Wilayah

pertambangan yang dikelola dengan baik pada umumnya relatif teratur, efisien dan rapih

sebaliknya apabila pengelolaannya kurang baik perusakan permukaan tidak teratur dan acak.

D.    Dalam kajian oceanografi

1.      Pengamatan sifat fisis air laut

Dalam pengamatan sifat fisis air laut sebagi contoh adalah pengamatan suhu air laut dengan

menggunakan citra termal hal ini bisa dianalisis suhu air laut dari waktu kewaktu secara

keruangan.

2.      Pemetaan perubahan pantai, abrasi, sedimentasi, dan lain-lain.

Menggunakan citra dapat diketahui daerah yang mengalami pengurangan dan yang

mengalami penambahan material.

3.      Pengamatan pasang surut air laut dan gelombang laut.

E.     Dalam kajian Vulkanologi

Data penginderaan jauh untuk kegunungapian dapat memberikan informasi mengenai bentuk

dan sebaran produk erupsi seperti endapan piroklastik, aliran dan kubah lava dari bentuknya

yang khas. Disamping itu data penginderaan jauh dapat juga memberikan gambaran

mengenai komplek vulkanik dan sejarah erupsinya yang tercermin dari perbedaan derajat

erosi,gunungapi aktif dengan sebaran piroklastik dan aliran lahar

F.      Dalam kajian geologi

Bencana alam seperti gempa, gerakan tanah, letusan gunungapi dan banjir merupakan jenis

bencana yang berkaitan erat dengan proses dinamika bumi. Gejala geologi tersebut sangat

umum terjadi di Indonesia karena letaknya di jalur tektonik aktif di satu pihak dan kondisi

klimatologi denga curah hujan tahunan tinggi di lain pihak. Bencana alam geologi yang

seringkali mengakibatkan korban jiwa dan materi dalam hal tertentu dapat pula berpengaruh

terhadap kegiatan sektor pertambangan. Citra satelit penginderaan jauh dapat memberikan

informasi mengenai kerawanan bencana alam tersebut secara regional dengan cepat dengan

akurasi cukup baik. Dengan menggabungkan dengan data lain yang berkaitan dengan

bencana tersebut, informasi lebih detail akan dapat diperoleh dengan lebih baik

G.    Sebagai alat untuk menemukan fakta

Citra yang menyajikan gambaran lengkap merupakan sumber data yang dapat diinterpretasi

secara cepat

H.    Sebagai alat penelitian

Citra yang menyajikan gambaran sinoptik merupakan alat yang baik dalam memberikan

rekaman objek, gejala, atau daearah

I.       Sebagai dasar penjelasan

Citra yang menyajikan gambaran lengkap dengan ujud dan letak yang mirip wujud dan letak

sebenarnya merupkan alat yang baik sekali untuk memahami letak dan susunan gejala di

muka bumi.

J.       Sebagai alat dalam prediksi pengendalian.

Citra merupakan alat bantu secara visual yang bermanfaat di dalam prediksi dan

pengendalian, yaitu sebagai abstraksi kondisi masa yang akan datang dan sebagai peta kerja.