Apbn Pemanfaatan Dukungan Pemerintah Thd PLN 20140602101141

11
Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – Setjen DPR-RI | 1 Pemanfaatan Dukungan Pemerintah terhadap PLN dalam Penyediaan Pasokan Listrik Indonesia Abstrak Dalam menjamin tersedianya pasokan listrik bagi masyarakat, pemerintah telah melakukan berbagai upaya mendukung PT. PLN Persero dalam meningkatkan layanannya. Kajian ini menyampaikan beberapa dukungan pemerintah tersebut dan evaluasinya terhadap kinerja PLN. Kinerja ini lebih dilihat dari efisiensi dalam pemberian layanan kepada masyarakat. Selain itu juga disampaikan hasil dari upaya penghematan energi listrik yang disampaikan pemerintah sebagai salah satu upaya pengurangan biaya pokok penyediaan listrik. A. Pendahuluan PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) Persero merupakan perusahaan penyedia listrik utama negara. Dalam operasionalnya untuk memberikan pasokan listrik bagi Indonesia, PLN telah melakukan berbagai upaya untuk meringankan beban masyarakat dalam membayar listrik yang telah digunakan. Upaya tersebut juga dibantu oleh Pemerintah agar listrik dapat dinikmati seluruh masyarakat dengan tarif yang relatif rendah. Upaya pemerintah ini dilakukan melalui berbagai cara. Dalam kajian ini akan menyampaikan bagaimana progress dari masing-masing kebijakan pemerintah yang kemudian ditindaklanjuti oleh PLN. B. Dukungan Pemerintah terhadap PLN dan Tindak Lanjutnya Sejak 2010, PLN telah memberikan dukungan yang tidak hanya berupa subsidi. Diantaranya dapat dilihat pada tabel 1 berikut:

description

kk

Transcript of Apbn Pemanfaatan Dukungan Pemerintah Thd PLN 20140602101141

Page 1: Apbn Pemanfaatan Dukungan Pemerintah Thd PLN 20140602101141

Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – Setjen DPR-RI | 1

Pemanfaatan Dukungan Pemerintah terhadap PLN dalam

Penyediaan Pasokan Listrik Indonesia

Abstrak

Dalam menjamin tersedianya pasokan listrik bagi masyarakat, pemerintah telah melakukan berbagai upaya mendukung PT. PLN Persero dalam meningkatkan layanannya. Kajian ini menyampaikan beberapa dukungan pemerintah tersebut dan evaluasinya terhadap kinerja PLN. Kinerja ini lebih dilihat dari efisiensi dalam pemberian layanan kepada masyarakat. Selain itu juga disampaikan hasil dari upaya penghematan energi listrik yang disampaikan pemerintah sebagai salah satu upaya pengurangan biaya pokok penyediaan listrik.

A. Pendahuluan

PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) Persero merupakan perusahaan

penyedia listrik utama negara. Dalam operasionalnya untuk memberikan

pasokan listrik bagi Indonesia, PLN telah melakukan berbagai upaya untuk

meringankan beban masyarakat dalam membayar listrik yang telah

digunakan. Upaya tersebut juga dibantu oleh Pemerintah agar listrik dapat

dinikmati seluruh masyarakat dengan tarif yang relatif rendah. Upaya

pemerintah ini dilakukan melalui berbagai cara. Dalam kajian ini akan

menyampaikan bagaimana progress dari masing-masing kebijakan

pemerintah yang kemudian ditindaklanjuti oleh PLN.

B. Dukungan Pemerintah terhadap PLN dan Tindak Lanjutnya

Sejak 2010, PLN telah memberikan dukungan yang tidak hanya berupa

subsidi. Diantaranya dapat dilihat pada tabel 1 berikut:

Page 2: Apbn Pemanfaatan Dukungan Pemerintah Thd PLN 20140602101141

Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – Setjen DPR-RI | 2

Tabel 1. Dukungan Pemerintah terhadap PT. PLN (Persero)

2010 2011 2012 2013 2014

- Memberikan

pinjaman lunak

kepada PLN

sebesar Rp 7,5

triliun dalam

APBNP 2010

dengan jangka

waktu

pengembalian 10-

15 tahun dengan

masa tenggang 5

tahun.

- Memberikan

jaminan penuh

terhadap

pembayaran

kewajiban PLN

kepada kreditur

perbankan yang

menyediakan

pendanaan/kredit

untuk proyek-

proyek

pembangunan

pembangkit listrik

(FTP 10.000 MW)

- Memberikan

jaminan penuh

atas kewajiban

pembayaran

pinjaman PLN

kepada kreditur

perbankan

sebesar Rp 623

miliar

- Memberikan

jaminan kepada

kreditur

perbankan/badan

usaha yang turut

berperan serta

dalam

pembangunan

Percepatan

Pembangunan

Pembangkit

Tenaga Listrik

tahap I dan II

- Memberikan

jaminan kepada

kreditur

perbankan/badan

usaha yang turut

berperan serta

dalam

pembangunan

Percepatan

Pembangunan

Pembangkit

Tenaga Listrik

tahap I dan II

- Tambahan margin

subsidi listrik

sebesar 3%

sehingga menjadi

8%, untuk

meningkatkan

kapasitas

pendanaan

eksternal PLN.

- Meningkatkan

kapasitas

pendanaan

eksternal PLN

dengan

menaikkan

margin subsidi

listrik menjadi

8%

- Memberikan

margin kepada

PLN dalam rangka

pemenuhan

persyaratan

pembiayaan

investasi sebesar

7% (tujuh persen)

- Memberikan

margin kepada

PLN dalam rangka

pemenuhan

persyaratan

pembiayaan

investasi sebesar

7% (tujuh persen)

- Memberikan

margin kepada

PLN dalam rangka

pemenuhan

persyaratan

pembiayaan

investasi sebesar

7% (tujuh persen)

- Pemerintah

mengalokasikan

dana untuk

kewajiban

penjaminan

sebesar Rp

1.000,0 miliar

untuk PLN

sebagai jaminan

atas

kemungkinan

terjadinya

default. Sumber: - Nota Keuangan, Kementerian Keuangan, 2010-2014,

1. Subsidi Listrik

Subsidi listrik merupakan bagian dari pos belanja dalam Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Subsidi juga diberikan demi

terjaganya stabilitas pasokan listrik negara. Alasan lain mengapa subsidi

diberikan adalah karena subsidi dapat menutup kerugian yang dialami

PLN dalam memproduksi listrik. Dalam menyediakan pasokan listrik, PLN

dibebani dengan Biaya Pokok Penyediaan (BPP) tenaga listrik yang cukup

tinggi, sementara itu, tarif yang dibebankan kepada pelanggan lebih

rendah dari biaya produksinya, yaitu BPP.

Meskipun demikian, Pemerintah sendiri berupaya untuk mengurangi

nilai subsidi listrik ini, dengan harapan, nilai yang tadinya digunakan

untuk subsidi dapat dipindahkan untuk pembiayaan program

Page 3: Apbn Pemanfaatan Dukungan Pemerintah Thd PLN 20140602101141

Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – Setjen DPR-RI | 3

pembangunan lainnya. Upaya ini dilakukan dengan menaikkan tarif dasar

listrik. Tentunya tidak seluruh masyarakat menjadi obyek dari kenaikan

tarif listrik ini, mengingat masih banyak penduduk Indonesia yang masih

tergolong kurang mampu. Subsidi listrik diprioritaskan bagi konsumen

tidak mampu (450 s.d 1.300 VA), tarif lainnya ditetapkan sesuai BPP dan

keekonomian secara bertahap. Bulan Mei 2014 ini merupakan awal dari

pemberlakuan Peraturan Menteri ESDM Nomor 09 Tahun 2013 tentang

tarif tenaga listrik yang disediakan oleh PLN. Dalam peraturan tersebut

dinyatakan bahwa untuk pelanggan industri menengah (I-3) daya di atas

200 kVA go public, dan pelanggan industri besar (I-4) daya 30.000 kVA

akan dilakukan penyesuaian tarif tenaga listrik secara bertahap setiap 2

(dua) bulan. Kenaikan tarif tenaga listrik ini ditujukan hanya untuk

Industri menengah dan industry besar, karena kelompok industry

tersebut dianggap mampu membiayai pemakaian listriknya tanpa subsidi

dari pemerintah.

Dengan adanya kenaikan tarif tenaga listrik untuk industri, maka

besaran nilai subsidi ini menurun dari tahun 2013 ke 2014.

Grafik 1. Perkembangan Subsidi Listrik (dalam milyar rupiah)

Sumber: -LKPP, BPK RI, 2007-2012

Kenaikan tarif ini oleh PLN dapat digunakan untuk meningkatkan

layanannya kepada pelanggannya, dengan menambah pasokan listrik

sehingga dapat dirasakan di seluruh area Indonesia. Di beberapa daerah

di Indonesia masih banyak yang belum menerima pasokan listrik secara

optimal, bahkan di daerah pelosok tidak menerima pasokan listrik sama

sekali. Distribusi pasokan listrik tahun 2012 dapat dilihat dari rasio

elektrifikasi yang disajikan dalam gambar 1. Ratio elektrifikasi nasional

pada tahun 2011 sebesar 72,95%, sedangkan pada tahun 2012

mengalami kenaikan menjadi 75,30%. Untuk tahun 2013, rasio

elektrifikasi nasional ditargetkan sebesar 77,65%, dan ini akan terus

ditingkatkan menjadi 80% pada tahun 2014.

Page 4: Apbn Pemanfaatan Dukungan Pemerintah Thd PLN 20140602101141

Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – Setjen DPR-RI | 4

Gambar 1. Rasio Elektrifikasi Indonesia Tahun 2012

Sumber: Dirjen Ketenagalistrikan, Kementerian ESDM, 2012

2. Dukungan Pinjaman dan Penjaminan Pinjaman untuk Percepatan

Pembangunan Pembangkit Listrik 10.000 Mw

Dalam rangka mewujudkan target rasio elektrifikasi di atas dan

penyediaan listrik yang tarifnya lebih murah, maka Pemerintah dan PLN

merencanakan penambahan kapasitas pembangkit dalam rangka

memenuhi kebutuhan tenaga listrik. Berdasarkan RUPTL PLN 2011-2020,

pertumbuhan kebutuhan tenaga listrik diproyeksikan sekitar 8.46%

pertahun dan kapasitas pembangkit sebesar 55.795 MW hingga tahun

2020 atau rata-rata 5.580 MW pertahun. Untuk memenuhi target

penambahan daya, Pemerintah telah menugaskan PLN untuk

melaksanakan percepatan pembangunan sejumlah stasiun pembangkit,

yang kemudian dikenal dengan Program Pembangunan Pembangkit

10.000 Mw Tahap 1 (FTP-1), yang disusul dengan program lanjutannya,

Program Pembangunan Pembangkit 10.000 Mw Tahap 2 (FTP-2).

Program Percepatan Pembangunan Pembangkit 10.000 Mw Tahap 1

(FTP-1) dilakukan dengan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap

(PLTU) berbahan bakar batu bara di 37 lokasi di Indonesia, yang meliputi

10 lokasi dengan jumlah kapasitas 7.490 Mw di Jawa – Bali; 12 lokasi

dengan kapasitas 1.600 Mw di Indonesia Barat dan 15 lokasi dengan

kapasitas 885 Mw di Indonesia Timur. Komposisi pendanaan untuk

program ini adalah 85% dari pinjaman perbankan yang sepenuhnya

dijamin oleh Pemerintah sesuai dengan Peraturan Presiden Republik

Indonesia (PP) No. 91 Tahun 2007 pengganti dari PP No. 86 Tahun 2006

Page 5: Apbn Pemanfaatan Dukungan Pemerintah Thd PLN 20140602101141

Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – Setjen DPR-RI | 5

tentang Pemberian Jaminan Pemerintah untuk Percepatan Pembangunan

Pembangkit Tenaga Listrik yang Menggunakan Batubara, sedangkan

sisanya 15% bersumber dari dana internal PLN. Pinjaman perbankan

untuk proyek pembangkitan adalah sebesar US$5,1 miliar untuk

kebutuhan pendanaan porsi mata uang asing dan Rp21,7 triliun untuk

kebutuhan pendanaan porsi mata uang lokal. Pinjaman perbankan untuk

proyek transmisi yang terkait langsung dan tidak langsung dengan proyek

percepatan 10.000 Mw adalah sebesar US$116 juta untuk kebutuhan

pendanaan porsi mata uang asing dan Rp4,8 triliun untuk kebutuhan

pendanaan porsi mata uang local.1

Secara keseluruhan, pembangkit program FTP-1 yang telah

beroperasi sampai dengan akhir tahun 2012 sebesar 4.510 Mw, yaitu:

1. PLTU 1 Banten – Suralaya 1 x 625 Mw,

2. PLTU 2 Banten – Labuan 2 x 300 Mw,

3. PLTU 3 Banten – Lontar 3 x 315 Mw,

4. PLTU 1 Jawa Barat - Indramayu 3 x 330 Mw,

5. PLTU 1 Jawa Tengah – Rembang 2 x 315 Mw,

6. PLTU 2 Jawa Timur – Paiton 1 x 660 Mw,

7. PLTU Sulawesi Utara – Amurang 2 x 25 Mw,

8. PLTU Sulawesi Tenggara – Kendari 1 x 10 Mw.

Dengan kata lain, pernambahan daya menurut lokasi geografis

menunjukkan bahwa: (1) Area Jawa-Bali mendapatkan penambahan daya

sebesar 4.450Mw, (2) Sistem Indonesia Timur mendapatkan penambahan

daya sebesar 60Mw.2 Berikut jumlah pembangkit yang aktif hingga tahun

2012.

Tabel 2. Jumlah Unit Pembangkit PT. PLN hingga 2012

Tahun PLTA PLTU PLTG PLTGU PLTP PLTD PLTMG PLT Surya PLT Bayu

2004 190 41 55 51 8 4,776 2 - -

2005 191 41 60 51 8 4,859 2 - -

2006 203 43 60 53 8 4,670 2 - -

2007 196 45 54 60 9 4,705 2 - 1

2008 189 48 58 61 11 4,635 2 - 4

2009 201 49 63 59 9 4,626 4 - 3

2010 199 55 73 50 11 4,619 8 4 4

2011 213 59 71 61 10 4,842 4 8 1

2012 216 66 76 66 4 4,576 - 30 4 Sumber: Statistik PLN, 2012

Sementara itu, percepatan pembangunan pembangkit tenaga listrik

yang menggunakan energi terbarukan (panas bumi dan hidro), batubara,

dan gas dipusatkan pada Program Percepatan Pembangunan Pembangkit

10.000 Mw Tahap 2 (FTP-2). Pendanaan pembangunan pembangkit ini

akan bersumber dari APBN, Anggaran PLN, pinjaman lunak dan pinjaman

1 Annual Report PLN, 2012 2 Annual Report PLN, 2012

Page 6: Apbn Pemanfaatan Dukungan Pemerintah Thd PLN 20140602101141

Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – Setjen DPR-RI | 6

bentuk lainnya. Hingga saat ini, menurut PLN pembangkit yang sudah

beroperasi dari FTP-2 ini hanyalah PLTP Patuha 1x55 Mw, sedangkan

mayoritas proyek FTP-2 baru akan selesai di 2017.3

Adapun hal-hal yang menjadi hambatan dalam proses pembangunan

antara lain:

1. Aspek Regulasi

Perijinan penggunaan lahan: Sebagian besar lokasi

pengembangan pembangkit terletak di kawasan hutan lindung /

hutan konservasi/ taman nasional, khususnya PLTP.

Pembebasan Lahan: Adanya opini bahwa PLN adalah bukan

Pemerintah, sehingga pembebasan lahan harus dilakukan

dengan pola business-to-business yang lebih menyita waktu dan

biaya.

Ketidakpastian waktu dan proses perijinan.

Pengembang meminta waktu eksplorasi paling lambat 5 tahun

(sesuai UU 27/2003 & PP 59/2007), sehingga COD minimal 7

tahun, berdampak mundurnya COD proyek PLTP FTP II.

2. Aspek Pendanaan

Alokasi risiko yang belum diatur dengan jelas, menjadikan faktor

risiko sebagai “terms” yang harus dinegosiasikan.

Pengembang meminta kepastian bentuk jaminan kelayakan

usaha PLN.

Kebutuhan dana “equity” yang besar yang umumnya diperlukan

untuk eksplorasi.

3. Aspek Teknis

Potensi cadangan uap pada pembangkit PLTP tidak ada atau

lebih kecil dari perkiraan.

Pemindahan lokasi pembangkit, karena kondisi lokasi tidak

memungkinkan dibangun pembangkit baru.4

Berdasarkan Permen ESDM No.1 Tahun 2012, maka Proyek Percepatan

Pembangkit 10.000 Mw Tahap II berada di 98 lokasi dengan kapasitas

10.047 Mw, dengan rincian 26 lokasi dan kapasitas 3.757 Mw akan

dibangun oleh PLN, sedangkan 72 lokasi dan kapasitas 6.290 Mw akan

dibangun oleh Indonesia Power Produce (swasta) termasuk jaringan

transmisi terkaitnya.

3. Dukungan Peningkatan Margin Usaha dalam Subsidi Listrik

Seperti disampaikan sebelumnya, dukungan pemerintah terhadap

PLN tidak hanya dalam bentuk pemberian jaminan pinjaman dalam

membangun pembangkit baru, namun juga diwujudkan dalam bentuk

3 Investor Daily, 5 Mei 2014. “PLN targetkan 98% Pembangkit Non-BBM” 4 Annual Report PLN, 2012

Page 7: Apbn Pemanfaatan Dukungan Pemerintah Thd PLN 20140602101141

Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – Setjen DPR-RI | 7

tambahan margin usha dalam subsidi listrik menjadi 8% pada tahun

2010-2011 dan kemudian turun menjadi 7% di tahun 2012 hingga

sekarang. Margin subsidi ini diberikan dalam rangka pemenuhan

persyaratan pembiayaan investasi PLN. Dalam memasok listrik Indonesia,

PLN menghadapi risiko antara lain fluktuasi nilai tukar, suku bunga,

harga energi primer dan risiko proyek. Untuk menjaga agar PLN tidak

mengalami kesulitan likuiditas dan pendanaan, maka Pemerintah

memberikan margin usaha. Pemberian margin usaha merupakan upaya

agar kondisi keuangan PLN semakin baik dan bankable, yang antara lain

ditunjukkan dengan indikator consolidated interest coverage ratio (CICR) di

atas dua persen. Tingkat CICR di atas dua persen diperlukan oleh PLN

agar dapat memenuhi syarat untuk melakukan penerbitan global bond di

pasar internasional. Pendanaan dari obligasi (pinjaman) di pasar

internasional tersebut diperlukan untuk pembangunan pembangkit listrik

yang merupakan faktor penting dalam menjamin ketersediaan pasokan

listrik dan pertumbuhan penjualan tenaga listrik (growth sales) untuk

memenuhi peningkatan kebutuhan masyarakat.

Kondisi keuangan PLN masih terpengaruh oleh efek krisis keuangan

1998 yang mengakibatkan kurangnya investasi. Akibat depresiasi mata

uang rupiah yang besar pada saat krisis tersebut, modal PLN telah

menyusut akibat akumulasi kerugian hingga sebesar Rp15 triliun dalam 5

tahun terakhir (sampai dengan 2008). Sekalipun sejak 2009 PLN telah

mendapatkan margin PSO sebesar 5% (2009) dan 8% (2010 dan 2011)

sehingga secara laporan keuangan PLN telah mencetak laba, likuiditas

yang ada hanya cukup untuk menutupi biaya operasional, sehingga

belum ada dana internal yang memadai untuk mendukung kegiatan

investasi.

Grafik 2. Perbandingan Subsidi Pemerintah, Pendapatan, Biaya, Laba, dan

Arus Kas Investasi PT. PLN (Persero) (dalam juta Rupiah)

Sumber: Annual Report PLN, 2007-2012

Page 8: Apbn Pemanfaatan Dukungan Pemerintah Thd PLN 20140602101141

Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – Setjen DPR-RI | 8

Bisa dilihat dalam grafik 2 di atas, bahwa kondisi laba operasi yang

kecil kurang mampu menaikkan nilai investasi seperti yang diharapkan.

Padahal dalam memberikan subsidi dan margin usaha, harapan

pemerintah adalah agar investasi PLN lebih mudah tumbuh sehingga

infrastrukturnya cepat bertambah. Namun kondisinya tidak demikian,

subsidi yang merupakan sumber utama pendapatan PLN selain penjualan

tenaga listrik, dimanfaatkan hampir seluruhnya untuk menutup biaya

operasi, sehingga meninggalkan laba operasi yang sedikit dan profit

margin PLN relative kecil (<20%) dibanding industry manufaktur lainnya

yang idealnya mencapai margin laba 20%.

Grafik 3. Perkembangan Profit Margin PT. PLN Persero

Sumber: Data Olahan, Annual Report PLN, 2007-2012

C. Pemanfaatan Dukungan Pemerintah dalam Operasional PLN

Nilai subsidi dari pemerintah ini merupakan sumber pendapatan

terbesar kedua bagi PLN. Dalam operasionalnya pendapatan ini digunakan

untuk menutup biaya operasional PLN, yang dimana sebagian besar biaya ini

diperuntukkan untuk pembelian bahan bakar. Berikut adalah pemanfaatan

pendapatan PLN dalam menyediakan pasokan listrik.

Tabel 3. Biaya Operasional PLN Sesuai Jenis Pembangkit

Bahan

Bakar *)Pemeliharaan

Penyusutan

Aktiva

Lain-

lainPegawai Jumlah

PLTA 351,551 216 10,525 21.29 30.80 81.62 4.08 18.09 155.87

PLTU 14,446 66 73,823 626.25 62.46 112.93 1.96 6.54 810.14

PLTG 2,973 76 5,668 2,135.84 66.39 145.34 2.82 12.59 2,362.99

PLTGU 8,814 66 34,569 884.31 44.07 66.36 3.02 4.05 1,001.80

PLTP 548 4 3,558 1,015.92 17.26 70.63 1.81 15.87 1,121.50

PLTD 2,599 4,576 3,484 12,567.45 566.09 183.80 17.93 105.73 13,440.99

Jenis

Pembangkit

Biaya Operasional Rata-rata (juta Rp/GWh)Energi yg

Diproduksi

(GWh)

Jumlah

Pembangkit

Kapasitas

Terpasang

(MW)

Sumber: Statistik PLN, 2012

Dari tabel 3, dapat dilihat bahwa biaya operasional per GWh yang

paling tinggi adalah untuk pembangkit listrik berbahan bakar minyak (PLTD)

namun energy yang diproduksi sangatlah sedikit. Hal ini karena bahan bakar

Page 9: Apbn Pemanfaatan Dukungan Pemerintah Thd PLN 20140602101141

Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – Setjen DPR-RI | 9

PLTD merupakan bahan bakar dengan harga tinggi dan sangat dipengaruhi

oleh nilai tukar rupiah terhadap US Dollar yang tidak stabil dan cenderung

melemah. Selain itu biaya pemeliharaan per Gwh untuk pembangkit ini

sangat tinggi dibandingkan dengan pembangkit lainnya. Hal ini merupakan

kondisi inefisiensi yang hingga kini masih terjadi, karena minyak masih

digunakan dan pemakaiannya tidak menunjukkan kondisi penurunan

bahkan dari tahun ke tahun cenderung bertambah, seperti terlihat di tabel 4.

Tabel 4. Pemakaian Bahan Bakar per Jenis Pembangkit

Sumber: Statistik Ketenagalistrikan, Kementerian ESDM, 2012

Hal yang sama seperti pemakaian BBM, di pembangkit listrik dengan

tenaga gas (PLTG) juga terjadi inefisiensi, dimana energy yang diproduksi

sedikit namun mengeluarkan biaya yang relative tinggi, terutama biaya bahan

bakar, mengingat biaya bahan bakar gas merupakan bahan bakar dengan

harga paling tinggi. Berikut perbandingan harga tiap bahan bakar.

Grafik 4. Perbandingan Harga Bahan Bakar Pembangkit Listrik

Sumber: Statistik PLN, 2009-2012

Page 10: Apbn Pemanfaatan Dukungan Pemerintah Thd PLN 20140602101141

Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – Setjen DPR-RI | 10

Sementara itu untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang

berbahan bakar batubara memproduksi energy paling besar dengan biaya per

kWh yang relative lebih kecil. Batubara juga menjadi bahan bakar yang

porsinya paling banyak memberikan energy bagi PLN di tahun 2012 (grafik 3).

Penggunaan batubara sebagai bahan bakar merupakan efek dari percepatan

pembangunan pembangkit 10000 mW. Dengan ini berarti PLN makin

mempertimbangkan efisiensi dalam operasinya dan dengan adanya fasilitas

pembangkit baru berbahan bakar batubara diharapkan penggunaan bahan

bakar minyak dapat dikurangi.

Grafik 5. Produksi Energi per Bahan Bakar

Sumber: Statistik PLN, 2012

Selain optimalisasi penggunaan pembangkit listrik berbahan bakar

non-BBM, dalam upaya mengurangi subsidi listrik yang terus meningkat,

Pemerintah dan PLN telah mengupayakan untuk melakukan program

penurunan susut jaringan (losses) dan meningkatkan peran energi baru

terbarukan dalam pembangkitan tenaga listrik. Peran energy baru terbarukan

baru akan dimulai setelah program percepatan FTP-2 selesai. PLN berusaha

mengurangi besaran susut jaringan sebagai salah satu ukuran keberhasilan

peningkatan program efisiensi dan upaya menurunkan BPP untuk

mengurangi besaran subsidi. Susut jaringan pada tahun 2012 sebesar 9,21%

lebih baik dari tahun 2011 sebesar 9,41%. Pada tabel dibawah, terlihat bahwa

angka susut jaringan telah menunjukkan ke arah perbaikan yang signifikan

dari tahun ke tahun.

Page 11: Apbn Pemanfaatan Dukungan Pemerintah Thd PLN 20140602101141

Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – Setjen DPR-RI | 11

Grafik 6. Susut Jaringan 2007-2012

Sumber: Statistik Ketenagalistrikan, 2013

D. Upaya Penghematan Energi Listrik

Pemerintah sejak Juni 2012 telah menghimbau masyarakat untuk

melaksanakan penghematan BBM dan listrik. Salah satu kebijakan

penghematan tersebut adalah agar dilakukan penghematan penggunaan

listrik dan air di kantor-kantor pemerintah serta penghematan penerangan

jalan umum. Namun hingga 2013 progress dari program ini belum terlihat,

sehingga penghematan belum optimal dilaksanakan. Penghematan

penerangan jalan umum baru dilakukan di beberapa kota dengan mengganti

jenis lampu jalan menjadi lampu yang hemat energy dan program tersebut

baru dimulai tahun 2014 ini oleh kota Solo. Sementara gedung pemerintah

baru sedikit yang menerapkan penghematan ini dengan menerapkan konsep

green building.

E. Penutup

Dari beberapa informasi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

dukungan pemerintah terkait penyediaan pasokan listrik oleh PLN masih

memiliki kondisi yang belum optimal. Meskipun di beberapa area telah

mengalami perbaikan namun masih perlu ditingkatkan lagi, seperti

pemanfaatan subsidi listrik untuk operasional PLN sehingga memacu

pengupayaan investasi PLN untuk infrastruktur yang diperlukan ke

depannya. Percepatan pembangunan pembangkit 10.000 Mw merupakan

salah satu efek positif dari dukungan pemerintah, namun pelaksanaannya

sedikit terlambat karena adanya beberapa kendala dalam regulasi,

pendanaan, dan hal teknis. Selain itu, selama solusi energy baru dan

terbarukan belum terwujud maka ada baiknya jika program penghematan

energy benar-benar ditegakkan demi pasokan listrik yang berkesinambungan.

(MN)5

5 Referensi

- Dukungan Pemerintah terhadap PT. PLN (Persero), Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN, 2010