Apa Itu Short Selling Dan Bahayanya

download Apa Itu Short Selling Dan Bahayanya

of 4

Transcript of Apa Itu Short Selling Dan Bahayanya

Apa itu Short Selling dan BahayanyaDitulis oleh arinosan Rabu, 28 Oktober 2009 23:57 text TEXT SIZE : Foto: Koran SI. Apa itu short selling, yang sempat membuat pasar heboh ketika harga saham turun drastis pada penghujung 2008 lalu? Untuk pelaku pasar saham, istilah itu sudah tidak asing lagi. Tapi bagi para investor baru, ada baiknya untuk mengetahui apa sih short selling itu? Pada dasarnya transaksi short sell merupakan transaksi yang cukup unik. Disebut unik karena transaksi ini memiliki karakter khusus yakni pelaku short sell menjual saham dulu baru kemudian membeli, pelaku short sell menjual saham yang bukan miliknya, dan pelaku short sell akan meraih untung justru apabila harga saham turun. Ketika Bursa Efek Indonesia (BEI) belum menyalakan lampu hijau untuk transaksi short sell, transaksi ini sebenarnya sudah banyak dilakukan pelaku pasar secara diam-diam. Dengan menerapkan sistem netting, investor memang sangat dimungkinkan untuk melakukan short sell. Hanya saja ruang geraknya sangat terbatas. Short seller -pelaku short sell- harus melakukan buy back hari itu juga untuk saham yang sama dengan volume yang sama. Praktis, jika saham yang dijual harganya naik berarti short seller akan menderita rugi. Ilustrasinya begini: Jika investor X melakukan transaksi short sell dengan menjual saham XYZ pada harga Rp6.600 sebanyak 20 lot, maka dengan pola penyelesaian secara nettingi, ia harus membeli lagi saham XYZ sebanyak 20 lot sehingga tidak ada selisih antara volume jual dengan volume beli. Jika harga XYZ turun dan X bisa membeli di bawah harga Rp6.600 maka ia akan mendapatkan untung. Sebaliknya jika XYZ naik dan X terpaksa harus membeli hari itu juga pada harga di atas Rp6.600, maka X akan menderita kerugian. Inilah bahaya transaksi short. Jika pelaku short salah memprediksi arah pasar maka hampir pasti ia akan menderita kerugian. Karena itu, seorang short seller dituntut memiliki kemampuan yang tinggi dalam membaca arah pasar. Dengan memperhatikan informasi yang berkembang - baik indikator ekonomi makro maupun fundamental perusahaan seta sentimen pasar yang terbentuk seorang short seller akan memutuskan apakah ia akan melakukan transaksi short atau tidak. Keputusan jual dan belipun harus dilakukan secara cepat. Transaksi ini termasuk jenis transaksi berisiko sehingga tidak sembarang investor mampu dan berani melakukannya. Transaksi short sell sempat dilarang ketika pasar sedang mendapat tekanan berat akibat krisis keuangan global pada Oktober hingga Desember 2008. Kini transaksi short sell telah diperbolehkan kembali pada saham-saham tertentu yang sudah ditetapkan oleh otoritas. Dengan dinyalakannya lampu hijau untuk transaksi short sell, kalangan short seller tidak perlu buru-buru harus buy back saham hari itu juga. Sebab, ada mekanisme pinjam meminjam saham (lending end

borrowing) yang akan dimainkan oleh PT Kliring dan Penjaminan Efek Indonesia (APEI). Dengan pola ini investor bisa lebih leluasa melakukan transaksi short sell. Jika investor tidak bisa melakukan buy back pada hari yang sama, maka ia bisa menunggu hari berikutnya. Hanya saja, selama saham belum dibeli si investor akan dikenai kewajiban semacam bunga pinjaman. Nilainya bervariasi antara perusahaan broker yang satu dengan lainnya. Kisarannya antara 15 persen hingga 18 persen setahun. Untuk bisa memenangkan transaksi short dibutuhkan kemampuan khusus. Transaksi short selling tidak bisa hanya dilakukan dengan mengandalkan felling semata. Alat bantu yang lebih banyak digunakan adalah teknikal analisis. Saham yang dibolehkan ditransaksikan secara short adalah saham-saham favorit dan likuid. (Tim BEI)(//rhs)

Sumber: www.okezone.com Comments Searc h

Only registered users can write comments!230 1

Top of Form

Bottom of Form

Powered by !JoomlaComment 3.26 3.26 Copyright (C) 2008 Compojoom.com / Copyright (C) 2007 Alain Georgette / Copyright (C) 2006 Frantisek Hliva. All rights reserved."

Eropa Kaji Larangan Sementara Short Selling Namun, pada pembicaraan pada Kamis malam, rekomendasi itu belum mencapai kesepakatan. Jum'at, 12 Agustus 2011, 06:01 WIB

Seorang pialang sedih dengan anjloknya harga saham (AP Photo/David Karp) BERITA TERKAIT VIVAnews - Regulator di pasar Eropa merekomendasikan larangan sementara transaksi short selling di bursa saham kawasan itu. Namun, pada pembicaraan pada Kamis malam, rekomendasi itu belum berhasil mencapai kesepakatan. Sebelumnya, Prancis dan beberapa negara lainnya mendukung larangan sementara transaksi short selling itu untuk meredam penurunan tajam harga-harga saham di bursa Eropa. Short selling adalah upaya memperoleh keuntungan di pasar modal dengan cara menjual saham --yang belum dimiliki-- dengan harga tinggi dengan harapan akan membeli kembali dan mengembalikan pinjaman saham itu kepada broker pada saat saham turun. Otoritas Bursa dan Pasar Modal Eropa (ESMA) akan melakukan pembicaraan lanjutan terkait rekomendasi itu hari ini. "Kami sedang mendiskusikan dengan otoritas masing-masing negara dan bersama-sama akan memutuskan apakah perlu larangan itu," kata Victoria Powell, juru bicara ESMA seperti dikutip The New York Times, Kamis 11 Agustus 2011 waktu setempat. Selain Prancis, Yunani dan Turki juga mendukung larangan short selling itu. Namun, Inggris tidak memaksakan untuk menerapkan larangan transaksi short selling di bursa saham negaranya. Negara lain yang menyepakati larangan itu adalah Italia, Jerman, dan Spanyol. Upaya untuk melarang transaksi short selling itu mengingatkan tindakan yang diambil saat situasi sangat volatile setelah runtuhnya Lehman Brothers pada 2008. Meskipun demikian, sejumlah pakar mengatakan larangan short selling itu bisa menjadi bumerang.

"Ini adalah hal terburuk untuk dilakukan saat ini. Kebijakan ini akan memberikan sinyal ke pasar bahwa terjadi kondisi yang buruk secara fundamental," kata Abraham Lioui, seorang profesor di sekolah bisnis Edhec di Prancis seperti dikutip The Financial Times. Namun, seorang pejabat senior Prancis mengatakan larangan itu telah terbukti menjadi alat efektif selama masa krisis keuangan. "Ini adalah senjata yang kita miliki saat pasar tidak berfungsi," katanya. Awal pekan ini, seperti dikutip The New York Times, Yunani melarang transaksi short selling selama dua bulan. Korea Selatan juga mulai melarang untuk periode tiga bulan ke depan. Sementara itu, Turki memberlakukan kebijakan serupa setelah indeks utama di bursa negara itu jatuh hampir 20 persen bulan ini. VIVAnews