antropologi pembanguan

download antropologi pembanguan

If you can't read please download the document

description

Bangunan Candi

Transcript of antropologi pembanguan

KATA PENGANTAR Assalamualaikum Waramatullahi Wabarakatuh Segala puja dan puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah S.W,T yang telah memberikan rahmat dan hidayah kepada kita semua, terutama nikmat iman, islam dan sehat sehingga kami dapat menyelesaikan makalah SOH ( Study Obyek Historis ) yang bertema Klenteng Sam Poo Kong dan Lawang Sewu sebagai tinjauan sosial budaya. Yang mana pelaksanaan SOH tersebut telah dilaksanakan dari tanggal 3-7 Juli 2009. Pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Dr. H. Edi Sukardi, selaku dekan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 2. Dra. Lely Qadariah, M.Pd, selaku Kaprodi sejarah sekaligus ketua rombongan. 3. Dra. Suswandari, M.Pd, selaku dosen pembimbing yang telah setia memberikan saran, masukkan dan arahan yang baik kepada kami. 4. Bapak / ibu dosen yang turut serta dalam kegiatan SOH yang telah memberikan saran dan masukkan kepada kelompok kami. 5. Suami / istri / putra dan putrid kami yang telah memberikan semangat dan dukungan kepada kami. Kami sadar dalam pembuatan makalah ini belumlah sempurna, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran pada makalah kami agar menjadi lebih baik lagi. Sekian dan terima kasih. Wabilahi Taufiq Hidayah. Wassalamualaikum Waramatullahi Wabarakatuh.

Jakarta,

Agusuts 2009 Penulis

1

DAFTAR ISI

Lembar pengesahan .........................................................................................

i

Kata pengantar ................................................................................................. ii Abstrak ............................................................................................................ iii Daftar isi ........................................................................................................... iv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ......................................................................... B. Kajian Teoritik ......................................................................... C. Metode Penelitian .................................................................... BAB II BAB III BAB IV DESKRIPSI DATA ...................................................................... ANALISIS DATA ......................................................................... PENUTUP A. Kesimpulan .............................................................................. B. Saran ........................................................................................ Daftar Pustaka

2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Posisi geografis kota Semarang terletak di pantai Utara Jawa Tengah, tepatnya pada garis 6, 5- 7, 10 LS dan 110, 35 BT. Luas wilayahnya mencapai 37.366838 Ha atau 373,7 km . Letak geografis kota Semarang dalam koridor pembangunan Jawa Tengah dan merupakan simpul empat pintu gerbang, yakni koridor pantai utara, koridor selatan kea rah kota-kota dinamis seperti kabupaten Magelang, Surakarta yang dikenal dengan koridor Merapi - Merbabu, koridor timur ke arah kabupaten Demak / Grobogan dan barat menuju kabupaten Kendal. Topografi wilayah Semarang terdiri dari dataran rendah dan dataran tinggi. Dibagian utara yang merupakan pantai dan dataran rendah memiliki kemiringan 0-2 %, sedang ketinggian ruang bervariasi antara 0-3,5 m. Di bagian selatan merupakan daerah perbukitan dengan kemiringan 2-40 % dan ketinggian 90-200 m diatas permukaan air laut ( DPL ).

Sejarah Semarang berawal pada abad ke-8 M, yaitu daerah pesisir yang bernama pragota ( sekarang menjadi bergota ), merupakan bagian dari Kerajaan Mataram Kuno. Pada saat itu daerah tersebut merupakan pelabuhan yang terdapat gugusan pulau-pulau kecil. Akibat pengendapan, gugusan tersebut menjadi daratan. Pelabuhan tersebut diperkirakan didaerah pasar bulu sekarang dan memanjang sampai ke pelabuhan Simongan tempat armada Laksamana Cheng Hoo bersandar tahun 1405 M. Ditempat itulah, Laksamana Cheng Hoo mendirikan klenteng dan masjid yang

3

disebut Klenteng Gedong Batu ( Sam Poo Kong ).

Dimasa dulu, ada seorang Kesultanan Demak bernama Pangeran Made Pandan bersama dengan putranya Raden Pandan Arang, meninggalkan Demak menuju ke daerah barat. Disuatu tempat itulah muncul pohon asam yang arang ( dalam bahasa Jawa: Asem Arang ). Penduduk sekitar memberi nama tersebut menjadi Semarang. Kota lama adalah potongan sejarah, karena dari sinilah ibukota Jawa Tengah berasal. Semarang dan kota lama seperti dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Pada dasarnya area kota Semarang yang sering disebut Outstadt atau Little Netherland mencakup daerah gedung-gedung yang dibangun sejak zaman Belanda. Seiring berjalannya waktu istilah kota lama sendiri terpusat unutk daerah dari sungai Mberok hingga menuju daerah Terboyo. Dalam makalah ini, kami kelompok dua membuat tema: 1. Klenteng Sam Poo Kong. 2. Lawang Sewu.

KLENTENG SAM POO KONG

4

Semarang sebagai ibukota Jawa Tengah memiliki cagar budaya yang cukup tua yakni Klenteng Sam Poo Kong atau Klenteng Sam Poo ThayDjien atau lebih dikenal dengan sebutan Gedong Batu oleh warga Semarang Klenteng Sam Poo Kong merupakan tempay pemujaan Laksamana Dinasti Ming ( 1368-1643 ) pada masa pemerintahan Kaisar Yung Lo yang mendarat di cina tahun 1401. Pada awal datangnya Cheng Hoo beserta awak kapalnya mencari tempat unutk singgah dan mereka menemukan sebuah goa disekitar sungai Kaligarang dan dibuatlah pohon untuk mengobati Wang Jing Ho yang saat itu sakit keras. Goai ini dipercaya sebagai tempat awal mendarat dan markas Laksamana Cheng Hoo beserta anak buahnya saat berkunjung ke pulau Jawa. Didalam goa tersebut terdapat patung yang di percaya sebagai patung Sam Poo Thay Djien dan juga terdapat altar dan makam orang-orang kepercayaan Laksamana Cheng Hoo di Jawa. Tempat pemujaannya diberi nama berdasarkan nama-nama yang ada didalam kapal, yaitu: 1. Pemujaan Dewa Bumi/ Hok Pek Ching Shien/ Su Tek Ceng Shen. 2. Makam Juri Mudi kapal/ Wang Cing Hong/ Dampu Awang 3. Goa suci Sam POO Kong terletak di klenteng utama. 4. a. Kyai Jangkar. b. Nabi Khong Hu Cu. c. Rumah arwah / arwah Ho Ping. 5. Makam Juru Masak. Pada klenteng Sam Poo Kong terdapat pintu utama yang menghadap ke utara terdapat patung Sam Poo Kong terdapat di goa Samboo. Pada pintu masuk klenteng Sam Poo Kong terdapat patung cina kilin ( duara pala ) yang dipercaya sebagai pelindung/ penjaga. Sebelah kiri terdapat patung laki-laki, sebelah kanan terdapat patung perempuan sebagai pelindung bola dunia. Pada klenteng Sam Poo Kong terdapat binatang naga yang berarti lambing kekuasaan dan juga terdapat warna hijau, beduk, dan kiblat yang merupakan kombinasi budaya. Pada bangunan Sam Poo Kong terdapat bangunan tiga saf yang diperuntukkan unutk

5

raja dan yamg paling atas pada bangunan tersebut terdapat lambing binatang dipercaya sebagai penolak bala / bahaya. Pada bangunan utama terdapat 8 patung merupakan perwujudan dewa laut Pak Sien, karena Laksamana Cheng Hoo berkeyakinan dapat berlayar sampai ke pulau Jawa karena dibantu oleh dewa laut. Tahun 1704, patung Cheng Hoo pernah mengalami kerusakan. Tahun 1724 diadakan upacara besar yang diperuntukkan untuk Cheng Hoo. Agama mayoritas penduduk sekitar Sam Poo Kong adalah Islam kejawen, tetapi sebenarnya Cheng Hoo sendiri beragama Islam. Klenteng Sam Poo Kong sangat terkenal sampai ke mancanegara, sehingga pemerintah Cina menetapkan klenteng Sam Poo Kong sebagai tujuan wisata bagi pelancong asal Cina. Uniknya klenteng ini dipakai selain unutk pemujaan juga untuk ramalan. Pada klenteng ini banyak terdapat budaya local bercampur dengan budaya Tionghoa. Karena pencampuran kebudayaan tersebut, kami mengambil tema sosial budaya Sam Poo Kong.

B. Kajian Teoritik Sosial budaya

6

Dari Segi Sosial Klenteng Sam Poo Kong lebih dikenal dengan nama Gedong Batu oleh warga Semarang. Klenteng Sam Poo Kong merupakan tempat pemujaan Laksamana Dinasti Ming. Klenteng Sam Poo Kong sangat terkenal sampai ke mancanegara, sehingga oleh pemerintah Cina klenteng Sam Poo Kong merrupakan tujuan wisata bagi pelancong asal Cina. Pada klenteng Sam Poo Kong terjadi interaksi antara masyarakat Indonesia dengan Cina. Pada pintu masuk terdapat toko yang menjual peralatan sembahyang seperti hio, buku-buku doa, gambar patung Cheng Hoo, souvenir juga menyewakan baju adat Cina yang akan dipergunakan untuk foto bagi pelancong. Di luar klenteng Sam Poo Kong banyak penjual yang menjajakan dagangannya seperti tukang foto keliling dan makanan, dengan demikian terjadi interaksi sosial antara pelancong dengan pedagang setempat sehingga menambah perekonomian bagi pemerintah Semarang umumnya dan pedagang setempat khususnya. Pada saat tertentu, missal pada malam Jumat kliwon banyak pengunjung yang datang dari luar daerah, untuk melakukan nyekar dan setiap perayaan kedatangan Cheng Hoo, yayasan mengumpulkan warga setempat untuk membersihkan klenteng dan yayasan memberikan imbalan atau upah bagi yang membantu dan menjaga serta membersihkan klenteng. Dan setiap memperingati ulang tahun kedatangan Cheng Hoo sekitar bulan Agustus ( 604 / 2009 ), warga Tionghoa memberikan bantuan berupa uang / lampion dan lampion lama akan disimpan apabila rusak dan akan dibuang dan juga bila ada yang meminta akan diberikan. Dari Segi Budaya Bangunan inti dari klenteng Sam Poo Kong adalah goa batu dan nerupakan tempat utama dari lokasi klenteng.Goa batu dipercaya sebagai tempat awal mendarat dan juga merupakan markas Laksamana Cheng Hoo beserta anak buahnya saat berkunjung ke pulau Jawa. Didalam klenteng pengunjung dapat

7

melihat patung yang dipercaya sebagai patung Sam Poo Thay Djien. Dalam lokasi ini dapat dijumpai altar dan makam orang-orang kepercayaan Laksamana Cheng Hoo saat di Jawa dan sering dikunjungi oleh pengunjung untuk ziarah. Pada bangunan fisik klenteng Sam Poo Kong banyak menggunakan warna merah yang berarti melambangkan keagungan, kekuatan dan juga melambangkan umur panjang dan keabadian ( Saraswati 2004 : 4 ). Pada awal berdirinya klenteng Sam Poo Kong hanya untuk beribadah tetapi sekarang selain untuk beribadah juga dipergunakan untuk meramal, untuk mencari berkat, pengobatan, karir, jodoh dan penyembuhan penyakit. Para pelancong baik keturunan Tionghoa atau bukan sangat menyukai ramalan, dan ada yang berhasil, sehingga klenteng Sam Poo Kong tersebar dari mulut ke mulut. C. Metode Penelitian Langkah-langkah yang dipergunakan dalam menyusun makalah ini sebagai berikut: 1. Dipergunakannya buku atau literature yang berhubungan tentang swjarah dan peristiwa klenteng Sam Poo Kong. 2. Observasi lapangan dengan instrument. Kami melakukan pengamatan langsung dan hasilnya direkam serta dianalisis dengan alat yang telah disiapkan 3. Wawancara. Dilakukan didalam lingkungan klenteng Sam Poo Kong dari narasumbernya adalah pemandu diluar dan didalam altar, pelancong. 4. Penulisan akhir hitiografi. Melalui langkah-langkah tersebut, kami melakukan pendahuluan, pembahasan masalah,, sampai penulisan dan kami menyebarkan maanfaat klenteng Sam Poo Kong. 5. Dokumentasi. Kami mengambil foto-foto yang berhubungan dengan makalah kami yaitu klenteng Sam Poo Kong.

8

BAB II DESKRIPSI DATA SUMBER SEJARAH A. Sejarah Klenteng Sam Poo Kong Sejarah Klenteng Sam Poo Kong erat kaitannya dengan kedatangan armada Tiongkok ke Semarang, Jawa Tengah, pada pertengahan abad ke - 15. Armada ini dipimpin oleh seorang Laksamana yang bernama Cheng Hoo alais Sam Poo Thay Djien alias Sam Poo Bo alias Sam Poo Tao Lang. Armada ini diutus oleh Kaisar Yung - Lo dari Dinasti Beng ( Ming ) untuk mengunjungi Laut Selatan. Tujuan pelayaran diwarnai unsur politik. Cheng Hoo sendiri harus memimpin peruntusan Tiongkok ke luar negeri untuk memulihkan hubungan dagang dan hubungan politik dengan berbagai negara ( Mujana 2005 : 144). Barang siapa yang mau takluk kepada kerajaaan Beng ( Ming ) maka ia akan diberi anugrah, tetapi bagi yang tidak mau tunduk, maka ia akan ditaklukan dengan kekuatan senjata ( Joe 2004 : 2 ). Menurut Liang Chi Cao, pelayaran Cheng Hoo tidak lepas dari usaha-usaha: (1) Mencari hubungan dengan benua Eropa, (2) Memajukan pelayaran masa itu, dan (3) Meneruskan politik luar negeri baginda Hoong Boe ( Yayasan Klenteng Sam Poo Kong 1937 : 4 - 5). Cheng Hoo sendiri adalah seorang muslim yang berasal dari Yunan. Sejak muda ia telah menjadi seorang sida-sida yakni seorang laki-laki yang dikebiri untuk dipekerjakan di lingkungan istana Kaisar. Prestasi dan loyalitasnya menyakinkan Kaisar untuk mengangkat Cheng Hoo menjadi seorang Laksamana. Kaisar mempercayai Cheng Hoo untuk menjalankan misinya ke Laut Selatan. Pelayaran menuju Laut Selatan tak hanya sekali, tapi sampai tujuh kali pelayaran. Pada pelayarannya kedua, turut serta seorang awak kapal yang bernama Wang Jing Hong ( Ong King Hong ). Ketika armada berlayar dimuka pantai utara Jawa, Wang Jing Hong mendadak sakit keras. Cheng Hoo kemudian armadanya untuk singgah dipelabuhan Simongan ( kemudian bernama Mangkang ), Semarang. Setelah mendarat, Cheng Hoo dan awak kapalnya menemukan sebuah goa. Goa itu

9

dijadikan tangsi sementara dan dibuatlah sebuah pondok kecil diluar goa sebagia tempat peristirahatan dan pengobatan bagi Wang. Cheng Hoo sendiri yang merebus obat tradisional untuk Wang. Wang mulai membaik sakitnya. Sepuluh hari kemudian Cheng Hoo melanjtkan pelayarannya ke Barat dengan meninggalkan 10 awk kapal untuk menjaga kesehatan Wang, disamping sebuah kapal dan perbekalan-perbekalan. Akan tetapi sesudah sembuh, Wang Jing Hong menjadi betah tinggal di Semarang. B. Wujud Sosial Mereka kemudian beinteraksi dengan penduduk lokal dan menikah dengan wanita setempat. Berkat jerih payah wang Jing Hong dan anak buahnya, kawasan sekitar goa tersebut berangsur-angsur menjadi ramai dan makmur, sehingga semakin banyak orang Tionghoa yang datang dan bertempat tinggal serta bercocok tanam disana ( Yuanzhi 2005 : 62). Sebagaimana Laksamana Cheng Hoo, Wang Jing Hong pun seorang muslim yang shaleh. Dia giat menyebarkan agama Islam dikalangan masyarakat Tionghoa dan penduduk Semarang dan sekitarnya disamping dijarkan pula bercocok tanam, dan sebagainya. Demi menghormati Laksamana Cheng Hoo yang berjasa, Wang Jing Homh mendirikan patung Cheng Hoo di goa tadi untuk disembah orang. Konon Wang meninggal dunia pada usia 87 tahun dan jenazahnya dikuburkan secara Islam. Atas jasanya Wang diberi julukan Kyai Juri Mudi Dampo Awang. Makam Kyai Juri Mudi Dampo Awang ini merupakan salah satu bahan tersendiri dalam kompleks Klenteng Sam Poo Kong. Sejak saat itu pada tanggal 1 dan 15 tiap bulan Imlek orang berbondongbondong untuk menyembah patung Sam Poo Kong di Goa Sam Poo dan sekaligus berziarah ke makam Kyai Juri mudi Dampo Awang di Semarang. Selain datang untuk nyekar mereka juga memohon berkah keberuntungan, sembahyang bahkan mencari jodoh. Setiap malam Jumat Kliwon mereka rutin melakukan kegiatan nyekar untuk menabur bunga ditempat itu. Warga Tionghoa sendiri setiap hari ada beberapa orang yang datang untuk bersembahyang atau

10

minta untuk diramal, tetapi yang ramai warga tionghoa mengunjungi Klenteng Sam Poo Kong. setiap tanggal 1 dan 15 kalender Cina, mereka biasa datang dengan keluarga mereka, kebanyakan pengunjung datang dari daerah Demak, Lasem, Kendal dan daerah lainnya. Pihak yayasan memberikan fasilitas gratis berupa penginapan yang berada didalam komplek Klenteng, ada juga yang bermalam di hotel-hotel, apalagi bila perayaan kedatangan Cheng Hoo, hotel-hotel akan kebanjiran pengunjung. Dan pihak Klenteng juga menyediakan fasilitas dapur bagi jemaat yang ingin memasak sendiri. Kegiatan nyekar ini dimaanfatkan oleh penduduk setempat sebagai sarana komersil yaitu tiap malam Jumat kliwon mereka berdagang dihalaman Klenteng Sam Poo Kong dengan berbagai dagangan, mulai dari pakaian sampai makanan kecil. Setiap Jumat kliwon pedagang itu tidak hanya dari penduduk sekitar, tapi juga dari luar daerah. Pada hari -hari biasa tidak banyak pedagang yang berjualan disitu. Apalagi didalam komplek klenteng hanya terdapat satu toko milik Yayasan Sam Poo Kong. Toko ini menjual peralatan sembahyang seperti Hio Swa, lilin, buku doa, saouvenir berupa gambar patung Cheng Hood an kaos yang bergambar bangunan Klenteng Sam Poo Kong. Beberapa pekerja di Klenteng Sam Poo Kong antara lain juri kunci, petugas keamanan, petugas kebersihan, mereka tentu saja memilki keyakinan yang berbeda, toleransi keagamaan di klenteng Sam Poo Kong sangat terjaga. Pihak yayasan memperbolehkan pegawainya yang beragama Islam untuk melaksanakan sholat, walaupun mereka tidak menyediakan tempat khusus untuk sholat tapi mereka menginjinkan sholat didalam bangunan klenteng. Memang ada gedung-gedung yang dijaga kesuciannya yaitu di klenteng utama dan dimakam Kyai Juri Mudi, bagi orang-orang yang tidak berkepentingsn dilarang masuk, yang diperbolehkan masuk hanya yang mau melakukan sembahyang. Larangan ini diberlakukan jika jemaat terganggu. Konon dulunya tempat ini adalah tempat persinggahan Laksamana Cheng Tionghoa banyak yang sedang bersembahyang. Larangan ini diberlakukan agar kekhusukan sembahyang kaum Tionghoa tidak

11

Hoo ( seorang Panglima perang Tiongkok kelahiran Persia yang beragama Islam ). Awal abad ke - 15 terbentuk sebuah koloni dari komunitas muslim Tionghoa dan pribumi di muara Kaligaran. Saat itu pantai Semarang masih terletak dikaki bukit. Simongan dan pantai Semarang merupakan pelabuhan penting yang banyak disinggahi para pedagang asing yang berasal dari Melayu, Cina dan Belanda. Komunitas yang datang ke Semarang dipimpin oleh Sam Poo Thay Djien atau dikenal dengan nama lain Zheng He ( a.k.a Cheng Hoo ), seorang taykam Kaisar Cheng Zu ( dari Dinasti Ming ) penganut agama Islam yang diutus untuk mencari mustika didaerah utara. Armada Zheng He adalah armada Cina pertama yang mendarat di Semarang tahun 1401 AD C. Wujud Material Pada Klenteng Sam Poo Kong terdapat berbagai bangunan yang digunakan sebagai tempat ziarah, bangunan-bangunan ini kental dengan unsur unsur cinta dan ada juga beberapa bangunan yang menunjukkan unsur kejawen. Tempat iramai dikunjungi penziarah dan berbagai macam agama, seperti Islam, Konghucu, Toisme maupun Buddha. Beberapa tempat pemujaan yang serimg dikunjungi oleh penziarah di Klenteng Sam Poo Kong Gedung batu adalah: 1. Tempat pemujaan Dewa Bumi atau Fu De Zheng Shen ( Hok Tek Cheng Sin Hokkian ). 2. Tempat pemujaan Dewa Bumi disebut Klenteng Thao Tee Kong merupakan tempat pemujaan untuk mengucapkan terima kasih atau memohon berkah dan keselamatan hidup kepada Dewa yang menguasai bumi. 3. Tempat pemujaan Kyai Juri Mudi berupa makam Juri Mudi Kapal yang ditumpangi Laksamana Zheng He. 4. Tempat pemujaan Sam Poo Kong ( Sam Poo Thay Djien ) berupa arca. Tempat pemujaan Sam Poo Kong merupakan pusat seluruh kegiatan dalam komplek Gedung Batu digunakan untuk sembahyang memohon doa restu keselamatan, kesehatan, serta mengenang jasa Sam Poo Thay Djien dengan mengadakan sembahyangan. Ditempat ini ada goa yang

12

mempunyai sumber air yang sering digunakan untuk mengobati keluarga yang sakit. 5. Tempat pemujaan Kyai Jangkar. Di ruang ini ada 3 tempat pemujaan yang berdiri sendiri-sendiri; 6. Tempat sembahyang arwah Ho Ping. Digunakan untuk menyembah arwah yang tidak bersanak keluarga yang mungkin belum memperoleh tempat dialam baka. 7. Tempat pemujaan Nabi Khong Tju. Digunakan untuk mengenang dan menghormati jasa Nabi Khong Tju ( peletak dasar ajaran moral Cina ). 8. Tempat pemujaan Mbah Kyai Jangkar. Digunakan sebagai alt konsentrasi dalam sembahyang. 9. Tempat pemujaan Kyai Cundrik Bumi. Tempat ini merupakan tempat penyimpanan pusaka atau senjata jaman Sam Poo Kong. 10. Tempat pemujaan Kyai dan Nyi Tumpeng. Tempat ini berupa prasasti dalam bentuk makam yang digunakan untuk bersemedi atau memohon berkah serta menempa diri. Tata cara bersembahyan gyaitu sebelum sembahyang harus menyalakan lidi berupa dupa ( Hip ) untuk memohon perkenaan dari Tee Khong atau Tuhan. Bangunan ini berukuran 30 X 40 meter. Bangunan ini digunakan sebagai tempat sembahyang, pemujaan Sam Poo Thay 11. Djien, sebagai tempat Ciam Shie yaitu untuk melihat suatu keberuntungan Dimasa depan ( meramal ) Untuk melakukannya, penziarah membakar hio / dupa dan melemparkan kepingan didepan altar sembahyang. Ruang suci utama klenteng terdiri dari : a. Altar utama, dengan patung dewa utama kuil yang kadang-kadang diapit oleh para Pendamping. b. Meja altar, tempat persempahan diletakkan. c. Lampu yang terus menyala. d. Altar tambahan dengan dewa-dewa pembantu. e. Wadah besi pasir tempat batang dupa ditancapkan oleh orang-orang yang Sembahyang.

13

Dupa memberitahukan kehadiran para pemuja dan mengundang dewadewa untuk mendengarkan doa mereka. Tiang altar dihiasi dengan ular naga. Makhluk mitos ini digambarkan sedang memuntahkan mutiara kedalam altar. Unsur - unsur tersebut juga dijumpai pada banguanan utama ( gerbang ) komplek klenteng.

Kolom Gambar

Pada sisi Timur bangunan ini, terdapat goa yang konon menjadi tempat Cheng Hoo merawat Wang Jin Hong. Goa ini terletak dibawah tanah, pada mulut goa dihiasi relif -relif gaya Cina, anak tangga dan bahan keramik. Di depan klenteng ini berdiri patung Cheng Hoo, symbol kebesaran Klenteng Sam Poo Kong, sedang didalamnya terdapat sejumlah perlengkapan sembahyang dan pemuja yang lebih lengkap dan bangunan lain. Klenteng utama ini bersusun tiga dengan tiang berukir dan dihiasi lampion berwarna merah. Warna merah menjadi dominan di komplek ini. Warna merah menyimpulkan keagungan dan kekuatan, warna merah juga melambangkan unsur api, unsur api melambangkan umur panjang, pertumbuhan dan keabadiaan ( Saraswati 2004 ; 4 ). Goa Sam Poo Kong terletak disebelah Barat klenteng. Dinding depan goa terdapat relief yang menceritakan perjalanan Cheng Hoo, dari Tiongkok ke sejumlah kota di Indonesia yang menggunakan bahasa Indonesia, Cina dan inggris.

14

Penjelasan yang terdapat didalam relief adalah sebagai berikut : a. Ekspedi ke Samudrai Pasai b. Gudang di Malaka. c. Menumpas bajak laut Chen Thuyi 9 Tan Tjo Gie ). d. Membantu mengatasi perang Samudera di Jawa Timur. e. Menumpas pemberontakan Sun Ga La / Iskandar di Aceh. f. Kylin / jerapah dan yang ( Cina ). g. Persahabatan Cina dengan Malaysia. h. Menyelamatkan Duta Besar Cina dengan sejumlah uang. Kyai Juri Mudi adalah pendamping Sam Poo Thyai Djien yang bernama Ong King Hong. Dia membangun kawasan Gedung Batu dan meninggal didaerah ini pula. Dia dimakamkan secara Islam sesuai dengan agama yang dianutnya dan kiri dan kanan meja persembahyangan disekat kain putih transparan ini terdapat sebuah nisan yang dipercaya sebagai makam Ong King Hong, yang dijadikan penziarah etnis Cina untuk berdoa disitu. Kantor dan gudang pintu utara, merupakan pintu masuk yang utama dan seluruh komplek karena bersebelahan dengan area utama pendopo. Sebagai bangunan penerima hyang digunakan para pengunjung untuk tempat berteduh, dibangun tahun 1980 berbentuk joglo bergaya Jawa. Didepannya berdiri dua patung gupala sebagai patung selamat datang dan penjaga bangunan akulturasi budaya Tionghoa dan jawa terdapat pada warna merah yang dugunakan segai warna cat pendopo, parker utama, area parkir yang sedang diperbaiki dan diperluas agar dapat berfungsi optimal. Gedung serbaguna berfungsi untuk memberdayakan lahan sebagai uapaya memperoleh pemasukan tetap. Plaza utama, merupakan pelataran terbuka yang telah ada sejak tahun 1980, dan dilistarikan sebagai ruang terbuka dengan area 1,6 Ha. Kuil Dewa Bumi, Hok Tik Tjing Sin adalah Dewa bumi. Pengembangan kuil ini masih direncakan. Tempat ini merupakan tempat pemujaan terhadap Dewa Bumi dan menyediakan buku kumpulan doa-doa pemujaan terhadap Dewa Bumi. Kuil Dewa Laut, Dewa Laut juga disebut Thian sanen Mu. Bangunan ini juaga masih

15

dalam tahap perencanaan. Pintu timur merupakan pintu masuk ketiga dan seluruh komplek digunakan sebagai alternative pengunjung yang telah berumur lanjut atau cacat, pertimbangannya karena dekat dengan aula tempat sembahyang di goa Sam Poo Kong masih dalam tahap pembangunan dan belum difungsikan. Pintu utara, merupakan pintu masuk yang utama dan seluruh kompleks karena bersebelahan dengan area parkir utama. Klenteng tempat pemujaan jangkar Cheng Hoo. Menurut juri kunci konon merupakan jangkar kapal Cheng Hoo, tetapi pendapat lain mengatakan jangkar ini adalah peninggalan VOC. Dilihat dari bentuk jangkar ini lebih mirip dengan jangkar kapal Eropa. Klenteng Sam Poo Kong memiliki beberapa jenis ornament, yang banyak digunakan adalah dalam bentuk binatang ( fauna ) dan tumbuhan ( flora ). Warna dan ornament adalah symbol yang diatur dalam kitab Young Zao Fashi. Pada pintu gerbang Sam Poo Kong terdapat dua hiasan negara yang saling berhadapan. Masyarakat Cina percaya negara memiliki tenaga, yang terkenal terdiri dari 3 jenis yaitu : Liana, Lin dan Jiao. Sifat negara berubah-ubah dapat dilihat dari symbol bentuk tubuhnya, yang terdiri dari beberapa bagian tubuh bunatang, yaitu kaki naga. Mempunyai bentuk kaki ayam, badan naga yang bersisik seperti tubuh ikan, ujung mulut naga seperti serangga, dan mulut menyerupai mulut buaya ( Saraswati 2004 : 4 ). Binatang lain yang sering ditampilkan sebagai ornament klenteng adalah Burung Hong, Burung Phonix, Chimera, Binatang Kiwin dan binatang-binatang yang ada dalam shio. Jenis flora yang dipakai dalam ornament seperti: bunga peoni, teratai, sakura, cemara, bamboo dan beringin. Bentuk lain adalah gambar alam dan bentuk geometri. D. Wujud Budaya Material Hasil budaya material terwujud dalam tradisi ritual di Klenteng Sam Poo Kong. Upaya ritual yang setiap tahun digelar di klenteng ini seperti: a. Upacara lahirnaya Cheng Hoo diperingati setiap tanggal 29 bulan Imlek atau Capit Gwee 29 Imlek. Pada hari itu diadakan sembahyang bersama.

16

b. Upacara hari kedatangan Cheng Hoo ke Semarang, diperingati setiap tanggal 29 bulan 6 tahun Imlek atau lak Gwee 29 Imlek. Pada acara ini sejumlah kesenian tradisional ditampilkan,seperti wayang kulit, barongsai Nagai Rai. c. Arak-arakan barongsai dan hang-hang dari klenteng Gang Lombok ke klenteng Sam Poo Kong, ssetiap tanggal 30 Lak Gwee pukul 05.00. Perayaan yang paling meriah adalah perayaan kedatangan Cheng Hook ke Semarang, perayaan ini dibanjiri oleh masyarakat, baik keturunan Tionghoa maupun Jawa. Dalam perayaan ini peserta membawa peralatan berupa gendrang, canang, cymbal dan tiruan senjata yang terbuat dari kayu. Tandu tempat membawa Laksamana Sam Poo Kong merupakan tempat arwah laksamana itu ( Yuanzhi 2005 : 66 ). Perayaan diawali dari klenteng Gang Lombok Semarang dan membawa patung yang diarak menuju Gedung Batu, iring-iringan yang dulu dilakukan dengan cara menarik patung menggunakan kuda diganti menggunakan kendaraan truk sampai mendekati klenteng kemudian baru dirak dengan kuda. Setelah sapai di Gedung Batu, iring-iringan patung kembali dijadikan rebutan masa yang datang untuk memikulnya menuju gerbang utara. Upacara didepan pintu gerbang ini merupakan puncak perayaan Sam Poo Kong yang telah berjalan ratusan tahun di Semarang. Perayaan ini dimeriahkan dengan pertunjukkan lain seperti Barongsai, Jaran Emblek, Tari-tarian ( Tan Bondan ), Akrobatik dan Shaolin dan Wushu. Khusus Akrobatik dan Wushu didatangkan dari negeri Cina ( menurut bapak Ratman ). Perayaan hari-hari biasa diikuti dengan bersembahyang. Berbagai sembahyang di klenteng ini seperti: a. Sembahyang Sang Ang ( Pek Kong Naik ) yang dilakukan pada tanggal 24 Tjap Dji Gwee ( Desember Imlek ) yang merupakan sembahyang urutan, sembahyang tahun baru menghormati Dewa dapur Zao Jun ( Tjauw Koen Kong ) b. Sembahyang Niew Bwee ( penghabisan tahun ) yang dilakukan pada tanggal 30 Tjap Dj I Gwee ( desember Imlek ). c. Sembahyang Sien Tjia ( Tahun Baru Imlek ). d. Sembahyang Thauw Ge ( pembuakaan tahun baru dan bulan ).

17

e. Sembahyang Tjiek Ang ( Pek Kong Turun ). f. Sembahyang Kin The Kong ( sembahyang Tuhan ). g. Sembahyang Kin Thie Kong dilengkapi dengan sajian untuk Dewata Tertinggi ( Giok Hong Slag Tee ). h. Sembahyang Goan Siauw ( sembahyang Cap Go Me, sembahyang yang dilakukan pada tanggal 15 Tjie Gwee malam ( Januari Imlek ). i. Sembahyang Tho Tee Kong ( Sing Djiet ) yang dilakukan pada tanggal 2 Djie Gwee Imlek. j. Sembahyang Pao Nie Tjik ( Pek Tjoen ) yang dilakukan pada tanggal 5 Go Gween Imlek. k. Sembahyang Pao Nie Tjik ( Pek Tjoen ) yang dilakukan pada tanggal 5 Go Gween Imlek. l. Sembahyang Sam Po Ha Hio ( kedatangan Sam Po Gedung Batu Semarang ) yang dilakukan pada tanggal 29 / 30 Lak Gwee ( Juni Imlek ). m. Sembahyang King Hing Ping Besar untuk memperingati awal kapal armada Cheng Cheng Hoo. n. Sembahyang Sam Poo Thay Djien ( Sing Djeit ) sebagai perayaan lahir Sam Poo Kong. o. Sembahyang Tag Tjik ( Winter Soinstisce ) tanggal 21, 22, dan 23 Desember imlek. p. Sembahyang Bwee Gwee ( tutup tahanu ). q. Sembahyang Kong Hu Tju ( Konfisius Yuanzhi 2004 : 68 ). E. Renovasi Klenteng dari Masa ke Masa Untuk memperingati jasa Cheng Hoo, dibangunlah Klenteng Sam Poo Kong oleh orang-orang Tionghoa. Mula-mula klenteng ini sangat sederhana. Dalam goa tempat klenteng hanya terdapat patung Cheng Hoo semata. Pada tahun 1740 M goa itu Runtuh akibat angin ribut dan hujan lebat. Peristiwa ini menyebabkan sepasang pengantin tewas tertimbun ketika sedang menuju kesitu. Tak lama kemudian goa

18

yang runtuh tadi digali dan dipulihkan seperti semula. Pada tahun 172 M, diselenggarakan upacara besar untuk menyatakan terima kasih kepada Sam Poo Thay Djien. Bersama dengan itu, dikumpulkan dana untuk membangun sebuah tempat berteduh sehabis sembahyang. Dana ini kemudian juga digunakan untuk pemugaran klenteng goa. Klenteng Sam poo kong dipugar oleh masyarakat Tionghoa setempat pada tahun 1724 ( Yuanzhi 2005 : 62 ). Pada pertengahn abad ke-19, kawasan Simongan ( disebut Gedung Batu ) dikuasai oleh Johannes. Johannes adalah seorang tuan tanah berdarah Yahudi. Ia melihat kawasan klenteng Sam Poo kong sebagai aset komersial. Ia menutup pintu akses menuju klenteng. Masyarakat Tionghoa yang ingin sembahyang dikelenteng harus membayar cukai yang sangat tinggi, untuk membayar buka pintu yang mencapai 2000 gulden. Biaya tinggi ini membuat mereka hanya dapat bersembahyan gsekali dalam setahun. Hari yang dipilih ialah 29 Lak Gwee untuk memperingati mendaratnya Sam Poo Thay Djien di semarang ( Yayasan klenteng Sam poo kong 1937 : 15 0 ). Meninggalnya Johannes tahun 1883 memberi harapan cerah bagi warga Tionghoa. Pada tahun Guan Xu ke - 5 ( tahun 1879 ) terkabullah keinginan Oie Tjie Sien, saeorang saudagar keturunan Tionghoa, untuk membeli kawasan suci itu sebagai rasa syukurnya atas kemajuan usaha yang digerakkannya. Oie Tjie Sien mewakafkan tanah Gedung Batu itu, untuk sepenuhnya digunakan sebagai tempat ibadah kaum Tionghoa dan uang buka pintu dihapuskan. Dia berhasil membeli persil Simongan dan dipugarlah unutk kepentingan Sam Poo Kong di Gedung Batu. Bersama ini didirikan sebua tugu peringatan, yang sampai saat ini masih terdapat di komplek kelenteng tersebut. Tugu memperingati huruf tersebut ditulis dengan huruf Mandarin dan pernah disalin disalin dalam bahasa Indonesia. Sehubungan dengan berkurangnya perhatian masyarakat Tionghoa terhadap Klenteng Sam Poo Kong, tahun 1930 - an Lie Hoo Soen diberi kuasa untuk mengurus perumahan dan tanah Oie Tiong Ham ( anak Oie Tjie Sien ) mengambil inisiatif untuk menggalakkan arak-arakan seperti semula. Dengan beberapa rekannya, didirikan Komite Sam Poo Thay Djien ( Komite Kasim Sam Poo ). Berkat dorongan

19

komite tersebut, araka-arakan berlangsung meriah kembali setiap tahun. Ia juga merenovasi Klenteng Sam Poo Kong. Klenteng dilengkapi dengan gapura, taman suci, dan jalan untuk menghubungkan klenteng dengan makam Kyai Juri Mudi Dampo Awang. Perbaikan ini dilakukan tahun 1937 berbarengan dengan berdirinya Komite Sam Poo. Tahun1945 hingga 1950, keamanan Semarang labil, banyak klenteng banyak mendapat kerusakan. Tahun 1950, penduduk Tionghoa di Indonesia menggalakkan pengumpulan dana untuk perbaikan Sam Poo Kong. Renovasi terakhir, dimulai dari tahun 2002 - sekarang. Tujuan renovasi yang utama adalah melestarikan tempat ibadah dan memberi kenyamanan bagi para penziarah. Renovasi dilakukan dengan meninggikan bangunan utama ( klenteng ) lebih tinggi 50 cm. Peninggian ini untuk mengantipasi bamnjir yang melanda kawasan Simongan setiap tahun. Bangunan ini berupa goa suci dan rumah pemujaan yang awalnya hanya 16 X 16 m sekarang dipeluas hingga 34 X 34 m. Lahan komplek klenteng Sam Poo Kong sekitar 3,2 hektar terbuka sepenuhnya bagi masyarakat. Klenteng ini bukan saja bagi mereka yang ingin beribadah, tetapi juga dapat dinikmati oleh masyarakat luas. Renovasi tahun 2002 ini berkaitan dengan 600 tahun kedatangan Sam Poo Kong dikota Semarang. Perayaan tersebut diadakan Yayasan sam Poo Kong bekerjasama dengan pemerintah Cina pada Agustus 2005. Pengembangan klenteng dengan pembanguna penginapan bagi penziarah, pusat makanan, gazebo, danau buatan dan taman-taman. Renovasi dan pengembangan komplek Klenteng Sam Poo Kong yang dilakukan hampir 2 tahun tersebut didanai pihak yayasan dan didukung beberapa donator.

20

BAB III ANALISA DATA

Kolom Gabar

Bangunan dari klenteng ini adalah sebuah gua batu dan merupakan tempat utama dari lokasi ini. Gua batu ini dipercaya sebagai tempat awal mendarat dan markas Laksamana Cheng Hoo beserta anak buahnya saat berkunjung ke pulau Jawa. Didalamnya, pengunjung bisa melihat patung yang dipercaya sebagai patung Sam Poo Thay Djien. Pengunjung juga sering melakukan ciamshie untuk dapat melihat suatu keberuntungan penziarah dimasa depan. Untuk melakukannya penziarah membakar hio/ dupa dalam gua batu dan melemparkan kepingan didepan altar sembahyang yang ditandai dengan Im dan Yang . Bila hasil lemparan tersebut salah satu keeping terbuka dan salah satunya lagi tertutup, maka dipercaya akan memperoleh keberuntungan. Hal lain, penziarah dapat bamboo secara acak dan apabila terdapat batang bambu yang jatuh didepan altar sembahyang, maka batang bambu tresebut tinggal diserahkan kepada petugas. Nantinya petugas / juri kunci akan mengambil

21

selembar kertas yang bernomor 1-28 disesuaikan dengan batang bambu yang jatuh. Kertas tersebut berisi syair-syair dengan maknanya dan akan diterjemahkan oleh juri kunci tersebut yang merupakan bagian dari peruntungan nasib kita dimasa depan. Dilokasi ini juga bisa dijumpai altar makam kepercayan orang - orang Laksamana Cheng Hoo saat di Jawa, yang sering pula dikunjungi pengunjung untuk ziarah. Pemberian nama bangunan / gedung tersebut cukup unik mengingat pemberian nama didasarkan pada benda yang berasal dari kapal tersebut. Sebagai contoh, Mbah Kyai Cundrik Bumi merupakan tempat segala jenis persenjataan yang digunakan untuk mempersenjatai awak kapal. Kyai / Nyai Tumpeng berkaitan dengan urusan makanan dikapal dan Kyai Djangkar tempat meletakkan jangkar kapal. Sedangkan Mbah Juri Mudi diduga / dipercaya makam dari juri mudi kapal. Dalam banguna tersebut dihiasi dengan berbagai lukisan dan patung-patung yang menggambarkan perjalan Cheng Hoo sampai ke Jawa termasuk pula dipermukaan 2 bangunan utama. Klenteng Sam Poo Kong telah terkenal hingga ke mancanegara. Bahkan kabarnya merupakan tempat yang telah ditetapkan oleh pemerintah Cina sebagai tujuan wisata bagi pelancong asal Cina. Uniknya tujuan wisata ini kebanyakan oleh warga Cina yang beragama muslim dan / atau bernuansa budaya Islam, bukan nuansa budaya Cina yang dekat dupa atau lilin. Hal ini disebabkan oleh warga muslim Cina dari provinsi Yunan sangat akrab dan mengenal baik serta menyakini bahwa Laksamana Cheng Hoo sebagai panglima perang utusan Cina keturunan Persia yang memiliki latar belakang Islam. Dari kenyataan itulah keberadaan Gedong Batu menunjukkan hubungan erat antar bangsa Asia pada waktu lampau maupun hingga saat ini, dan ini sangat jelas tertulus dalam prasasti yang ada di komplek klenteng.

22

Kolom gambar

Laksamana Tionghoa bernama Cheng Hoo, yang dulunya berlayar dan singgah di Semarang ( tepatnya didaerah Simongan, barat daya Semarang ). Di tempat singgahnya berdiri sebuah klenteng untuk memperingati Laksamana Cheng Hoo bernama Klenteng Sam Poo Kong atau ada yang menyebutnya Klenteng Gedong Batu ( karena berada di goa batu yang besar yang terletak disebuah bukit batu ). Konon Laksamana Cheng Hoo adalah seorang nahkoda muslim dari Cina yang tengah berlayar menjelajajah dunia untuk berdagang sambil menyebarkan ajaran islam. Berhubung Cheng Hoo adalah seorang tokaoh yang berasal dari daratan Cina, maka klenteng yan gberdiripun kini digunakan sebagai tempat kegiatan pemujaan dan pencarian peruntungan sebagaimana tradisi-tradisi yang biasa dijalankan oleh masyarakat keturunan Cina sehingga saat ini. Disebut Gedong Batu karena bentuknya merupakan sebuah Goa Batu besar yan gterletak pada sebuah kaki bukit. Karena kaburnya sejarah, orang Indonesia keturunan Cina menganggap bangunan itu adalah sebuah klenteng, mengingat bentuknya berasiktetur Cina sehingga lebih mirip klenteng. Sekarang tempat tersebut dujadikan tempat peringatan dan tempat pemujaan atau bersembahyang atau tempat untuk berziarah. Untuk keperluan tersebut,didalam goa batu itu diletakkan sebuah altar serta patung-patung Sam Poo thay djien. Padahal Laksaman Cheng Hoo adalah seoran gmuslim, tetapi oleh mereka dianggap dewa. Menurut cerita, Laksaman Zheng He sedang berlayar melewati launt jawa ada seorang awak kapal yang sakit, ia memerintahkan membuang sauh. Kemudian ia

23

merapat ke pantai utara Semarang dan mendirikan sebuah masjid di tepi pantai sekarang telah berubah fungsi menjadi klenteng. Klenteng Sam Poo Kong terletak dikota Semarang, selain merupakan tempat sembahyang bagi sebagian orang, juga merupakan tempat wisata arsitektur yang sangat menarik. Tempat ini dikenal juga dengan sebutan Gedung Batu. Ada yang mengatakan nama ini dipakai karena asal muasal tempat ini adalah sebuah goa batu besar yang terletak pada sebuah aki bukit. Tempat ini adalah tempat persinggahan pertama Laksamana Zheng He ( Cheng Hoo ) atau dikenal juga dengan Sam Poo Thay Djien, Letaknya di Samongan, sebelah barat daya kota Semarang. Alkisah Cheng Hoo adalah laksamana dari negeri Cina yang sedang berlayar melewati pulau jawa ketika seorang awak kapalnya sakit. Maka ia membuang sauh dan menerunkan perahu menelusuri sungai Kaligarang sampai ke desa Simongan. Didesa ini ia menemukan sebuah goa batu dan menjadikannya sebagai tempat bersemedi dan berse,bahyang. Sementara awak kapalnya dirawat, maka seringgkali melewatkan waktu malam berkumpul di goa mendengarkan kata- kata bijak dari Chenf Hoo. Didalam klenteng terdapat, sebuah tempat pembakaran yang berbentuk buah labu, Sebuah gambar moral didinding juga menggambarkan 2 ekor naga yang bisa menyongsong di sisi kiri dan kanan arsitektur candi ataupun rumah Jawa dan juga menggambarkan ekor naga dari balik gelagak embak di lautan mencoba menelan sebuah bentuk bulat yang mungkin melambangkan matahari. Matahari terletak tepat diatas pintu masuk kesebuah goa utama. Klenteng ini berhiaskan perjalanan detail Cheng Hoo mengunjungi Jawa.

24

LAWANG SEWU B. Kajian Teeoritik Kita semua merasa kenal dengan sejarah. Bahkan mungkin setiap hari kita menjumpai kata tersebut, di surat kabar, siaran radio, dan juga dalam percakapan biasa. Sejarah terus ditulis dan dibaca, dipahami dianalisa dan dijadikan rujukan oleh setiap manusia di semua peradaban disepanjang waktu. Oleh karena itu sejarah pasti memainkan peran dalam kehidupan manusia didunia. Berbagai pernyataan mengemukakan bahwa pembanguna masyarakat dan bangsa hendaknya berpijak pada akar sejarah dan budaya bangsa. Jika dipahami secara mendalam, bahwa budaya merupakan suatu prose yang berkesinambunagn, yaitu apa yang telah dilahirkan pada masa lampau berkelanjutan pada masa kini, untuk selanjutnya menciptakan wujud masa depan bangsa. Prinsip proses dalam asas kesinambungan inilah yang melahirkan hasrat untuk mengetahui berita tentang peninggalan budaya yang telah diciptakan pada masa lampau, sebagaimana telah diungkapan oleh Sartono Kartodirjo ( 1968 ) dalam lembaran sejarah bahwa sekarang ini sebenarnya tidak lain adalah kelanjutan atau perpanjangan dari masa lampau, yang dalam berbagai bentuk masih terlihat ditengah-tengah kita semua. C. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam laporan Study Obyek Histori (SOH), sebagai berikut : 1. Pengamatan langsung ke obyek penelitian. Yaitu dengan mengadakan kunjungan ke tempat yang menjadi obyek penelitian yaitu Lawang Sewu yang berada di kota Semarang Jawa Tengah. 2. Literatur. Yaitu dengan cara membaca literature tentang sejarah kota Semarang dan sejarah Pembangunan gedung Lawabg Sewu yang menjadi obyek penelitian. 3. Sumber lain Yaitu dengan cara mencari berbagai sumber referensi yang berhubungan dengan penelitian yang sedang dilakukan yaitu dengan cara mencari data lewat internet/vcd.

25

BAB II DESKRIPSI DATA SUMBER SEJARAH Deskripsi data sumber sejarah ada 2, yaitu: A. Data Primer Mengadakan pengamatan langsung ke tempat obyek penelitian yaitu Lawang Sewu di kota Semarang Jawa Tengah. Arsitektur bangunan Lawang Sewu khas bergaya Belanda yang ditunjukkan dengan bentuk kubah diatas gedung dan ornament yang menghiasi sisi ruanganruangan bekas peninggalan sebagai sebuah markas militer dapat dilihat dari slogan slogan yang ditulis di kubah Lawang Sewu.

26

Lawang Sewu menyimpan sejumlah daya tarik bagi pengunjungnya, tempat ini menjadi salah satu tujuan wisatawan, baik lokal maupun mancanegara, namun kenyamanan wisatawan tampaknya mulai terganggu dengan kondidi dinding dan atap gedung yang terlihat mulai rusak serta kebersihan didalam gedung yang tidak terwat. Didalam gedung Lawang Sewu terdapat ruangan bawah tanah yang bisa dicapai melalui salah satu ruangan yang terdapat pada bangunan bagian belakang sebelah kanan pintu masuk, ruangan tersebut memiliki tangga dari kayu jati dan masih asli, kesan pertama yang dirasakan setelah masuk area tersebut gelap dan angker. Benar - benar gelap gulita, tidak ada penerangan dan terdapat genangan air kurang lebih 5 - 10 cm. Ruangan bawah tanah Lawang Sewu berbentuk persegi dan melewati jalur utama bangunan Lawang Sewu, atau bisa disebut sebagai pondasi dan saluran air. Pada jalur yang dilewati terdapat pipa air peninggalan Belanda yang masih terlihat kokoh sampai saat ini. Ruang bawah tanah bagian tengah terdiri dari ruangan yang bersekat-sekat tanpa pintu dengan ketinggian tembok sekitar meter. Kegunaan bangunan tersebut merupakan tempat tahanan.

27

B. Data Sekunder Didapatkan dari wawancara secara langsung kepada sumber-sumber yang dapat dipercaya sehubungan dengan obyek penelitian, membaca literatur-literatur yang berhubungan dengan obyek penelitian, juga mencari sumber-sumber data dari internet, vcd kemudian masukkan dari dosen pembimbing. Gedung ini oleh warga semarang lebih dikenal dengan sebutan Lawang Sewu, mengapa banguna tua ini oleh warga Semarang lebih dikenal dengan nama itu ? Karena ciri khas bangunan megah yang merupakan sebuah perkantoran ini memiliki lawang atau pintu dalam bahasa Jawa, sedangkan sewu dalam bahasa Jawa artinya seribu sebagai arti kiasan banyak, karena memang jumlah pintunya menurut bahasa Indonesia mempunyai banyak pintu. Lawang Sewu dibangun tahun 1930 yang dikerjakan oleh arsitek Belanda Profesor Klinkkaner dan Quendaag. Lokasi yang dipilih adalah lahan seluas 18.232 m diujung jalan Dr. Sutomo. Tampaknya posisinya mengilhami kedua arsitek dari Belandamembuat gedung bersayap terdiri atas gedung induk, sayap kiri dan sayap kanan.

Lawang Sewu resmi digunakan tanggal 1 Juli 1907. Dalam perkembangannya Lawang Sewu terkait dengan sejarah pertempuran lima hari di Semarang, yang terpusat di kawasan Proliman ( Simpang Lima ), yang saat ini dikenal sebagai Tugu

28

Muda. Saat meletus pertempuran lima hari di semarang 14 - 19 Agustus, Lawang Sewu dan sekitarnya menjadi pusat pertempuran antara tentara Indonesia dan tentara Jepang. Pada peristiwa bersejarah itu gugur Angkatan Muda Kereta Api ( AMKA ), lima diantaranya dimakamkan dihalaman depan gedung Lawang Sewu, mereka adalah: 1. Noersam 2. Salamoen 3. Roesman 4. Rm Soetarjo 5. Rm Moenardi Untuk memperingati mereka disebelah kiri pintu masuk ( gerbang ) didirikan sebuah tugu. Peringatan bertuliskan nama para pejuang Indonesia yang gugur. Perusahaan kereta api kemudian menyerahkan halaman depan seluas 3.542,40 m pada pemda kodya Semarang. Sedangkan makam lima jenazah dihalaman itu, pada tanggal 2 Juli 1975 dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Giri Tunggal.

29

BAB III ANALISA DATA

A. Sejarah Berdirinya Gedung Lawang Sewu Nama Lawang Sewu memang sudah tidak asing lagi bagi warga Semarang, bangunan bersejarah itu merupakan salah satu tetenger ( pertanda ) kota selain Tugu Muda, Museum mandala Bakti, Pasar Bulu, Balai Kota. Nama Lawang Sewu tidak hanya terkait dengan peristiwa heroic pertempuran lima hari di Semarang. Lebih dari itu, bangunan unik tersebut tidak bisa terlepas dari sejarah perkeretaapian di Indonesia. Menurut rangkuman sejarah yang disusun PT KA, semula Lawang Sewu milik NV Nederlandsch Spoorweg Mastshappij ( NIS ), yang merupakan cikal bakal perkereta apian di Indonesia Saat itu ibukota negeri jajahan itu memang ada di Jakarta, namun pembanguan kereta api di mulai di Semarang, jalur pertama yang dilayani saat itu adalah Semarang-Yogyakarta, pembanguna jalur itu dimulai 17 Agustus 1864, ditandai dengan pencangkula pertama oleh Gubernur Jendral Hindia Belanda Sloet Van Den Beele. Tiga tahun kemudian yaitu 19 Juli 1868 kereta api yang mengangkut penumpang umum sudah melayani jalur sejauh 25 km dari Semarang ke Tanggung.

30

Dengan beroperasinya jalur tersebut, NIS membutuhkan kantor untuk melaksanakan pekerjan-pekerjaan administratif. Lokasi yang dipilih kemudian adalah ujung jalan Bojong ( kini jalan Pemuda ). Lokasi itu merupakan perempatan jalan Pandanaran, jalan Dr. Soetomo dan jalan Siliwangi ( kini jalan Soegijappranoto ). Saat itu arsitek yang mendapat kepercayaan untuk membuat desain adalah Ir. Pd. Rieu.

Ada beberapa cetak biru pada bangunan itu, antara lain A 387 Ned, Ind. Spooweg Maatschppij yang dibuat Februari 1902, A 388 E Idem Lengtedoorsnede ulan September 1902, dan A 541 Nism Semarang Voorgevel Langevlene yang dibuat tahun 1903. Ketiga cetak biru tersebut dibuat di Amsterdam. Namun sampai Sloet Van Den Beele meninggal, pembangunan gedung itu belun dimulai. Pemerintah Belanda kemudian menunjuk Prof. Jacob K. Klinkhmerdi Delft dan Bj. Oudang untuk membnagun gedung NIS di Semarang dengan mengacu arsitek gaya Belanda. Lokasi yang dipilih adalah lahan seluas 18.232 meter persegi di ujung jalan Bojong, berdekatan dengan jalan Pandanaran dan jalan Dr. Soetomo. Tampaknya posisi tersebut untuk membuat gedung bersayap, terdiri atas gedung induk, sayap kiri dan sayap kanan.

31

Sebelum pembangunan dilakukan calon lokasi pembangunan gedung tersebut dikeruk sedalam 4 meter, selanjtnya galian itu diurug dengan pasir vulkanik yang diambil dari gunung Merapi. Pondasi pertama dibuat 27 Februari 1904 dengan kontruksi beton berat dan diatasnya kemudian didirikan sebuah dinding dari batu belah. Semua material penting didatangkan dari Eropa, kecuali batu bata, batu gunung, dan kayu jati ( semua pekerja dari Indonesia ). Setiap hari ratusan orang pribumi menggarap gedung ini. Lawang Sewu resmi digunakan tanggal 1 Juli 1907 dalam perkembangannya Lawang Sewu juga terkait dengan sejarah pertempuran lima hari di Semarang yang terpusat dikawasa Proliman ( Simpang Lima ), yang saat ini dikenal dengan nama Tugu Muda. Pada peristiwa bersejarah yang terjadi pada tanggal 14 Agustus 1945 - 19 Agustus 1945 itu, gugur puluhan Angkatan Muda Kereta Api ( AMKA ). Lima diantaranya dimakamkan di halaman depan Lwang Sewu. Mereka adalah : Noersam, Roesman, Rm Soetarjo, dan Rm Moenardi. Kereta api kemudian menyerahkan halaman depan seluas 3.542,40 meter persegi pada Pemda Kota Semarang, sedangkan makam lima jenazah dihalaman itu, pada tanggal 2 Juli 1975 dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Giri Tunggal dengan Inspektur Upacara Gubernur Jawa Tengah Soeparjo Roestam. Kini lahan Lawang Sewu tinggal 14.689,60 meter persegi. B. Sekilas Gedung Lawang Sewu Bahan bangunan yang digunakan dalam pembangunan gedung Lawang Sewu merupakan bahan yang berkualitas tinggi dan didatangkan langsung dari Eropa. Pada bangunan induk terdapat dua buah menara, orang menyebutnya menara kembar. Bangunan induk ini berlantai tiga, lantai satu dan dua pada masa penggunannya dipakai sebagai kantor dan lantai tiga sebagai gudang. Di gedung sayap kanan mempunyai ruang bawah tanah yang difungsikan sebagai saluran / resapan air. Namun pada waktu zaman penjajahan Jepang ruang bawah tanah dipakai sebagai penjara. Ada dua kategori penjara yaitu penjara berdiri yang ukurannya kirakira 1X1 meter diisi oleh 4-5 orang, penjara jongkok yang setiap ruangan / kamar diisi 8-10 orang.

32

Disebelah timur ada dua buah bangunan yaitu satu buah rumah sampai saat ini masih ditempati dan satu buah berbentuk cukup ( untuk menutupi sumur ). Sumur ini konon dalamnya 1 km. Sebelah depan kana nada sebuah tugu untuk mengenag gugurnya Angkatan Muda Kereta Api dalam pertempuran lima hari di semarang. Jumlah kamar dalam bangunan Lawng Sewu seluruhnya ada 53 kamar. C. Peamaanfatan Gedung Gedung Lawang Sewu yang kuno dan megah berlantai tiga ini pernah dimaanfaatkan antara lain : 1. Tahun 1907 1942, digunakan sebagai Kantor Pengatur Perjalanan Kereta Api NV Nederlandsch Spoorweg Matshappij ( NIS ). 2. Tahun 1942 1945, digunakan sebagai Markas Tentara Jepang.

33

3. Tahun 1945 1950, kosong. 4. Tahun 1950 1996, sebagai Kantor Prasarana Komando Daerah ( KODAM ) IV Diponegoro dan Kantor Wilayah ( Kanwil ) Departemen Perhubungan Jawa Tengah 5. Tahun 1996 sekarang, kosong. D. Kondisi Gedung Sekarang Kondisi bangunan secara umum menurut kami masuk dalam katagori sangat memperhatinkan. Kaca jendela sesah banyak yang pecah, beberapa pintu rusak, lantai kotor dan kusam, kusen kusen kusam. Hal ini terjadi karena gedung tersebut masih milik PT KAI, sebab PT KAI tidak mempunyai dana untuk biaya perawatan gedung ini, sedangkan Pemda Semarang sampai saat ini belum memberikan kontribusi terhadap pemeliharaan dan perawatan gedung, padahal Pemda Semarang telah menetapkan Lawang Sewu sebagai benda cagar budaya.

34

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Sejak zaman pemerintahan Belanda, Semarang sebagai kota besar salah satu buktinya adanya sebuah perusahaan kereta api ( Term ) milik Belanda yang menempatkan kantor pusatnya. Kantor pusat Nederlandsch Indische Spoowerg Naatschappij atau lebih dikenal dengan NIS ini menempati sebuah gedung megah bergaya art deco yang bercirikan eksluksif dan berkembang pada era 1850 1940 di bnua Eropa. Tidaklah sulit untuk mencapai lokasi gedung tua ini karena letaknya berdekatan dengan monument Tugu Muda dan sebagai salah satu sudut kota Semarang. Bangunan monumental dan indah ini didesain mengikuti kaidah arsitektur morfologi bangunan sudut yaitu dengan menara kembar model gotik disisi kanan dan kiri pintu gerbang utama ini dan bangunan gedumg memanjang kebelakang yang mengesankan kokoh, indah, dan besar. Bangunan ini salah satu karya dua arsitek Belanda ternama saat itu, yaitu : Prof. Jacob F. Klinkhamer dan B.J Queendag. Gedung ini lebih dikenal oleh warga Semarang dengan sebutan Gedung Lawang Sewu. Disebut Lawang Sewu karena cirri khas bangunan megah yang merupakan sebuah perkantoran ini memiliki pintu atau lawang dalam bahasa Jawa. Sedang sewu artinya seribu sebagai kiasan dari banyak. Atau arti dalam bahasa Indonesia adalah pintu seribu . Kira kira ingin menunjukkan bahwa gedung kantor pusat kereta api Belanda ini punya banyak sekali pintu. Sebenarnya gedung tersebut hanya memiliki 999 pintu dan 127 ruangan. Setiap ruangan paling banyak 6 pintu bahkan ada beberpa yang mempunyai 8 pintu. Antara satu ruangan dengan ruangan yang lain juga terdapat pintu tembusan. Gedung kuno ini menurut catatan sejarah dibangun pada tahun 1903, dan selesai atau diresmikan pada tanggal 1 Juli 1907. Bangunan kuno danmegah berlantai dua ini setelah kemerdekaan dipakai sebagai Kantor Badan Prasarana Komando

35

Daerah Militir ( KODAM ) IV Diponegoro dan Kantor Wilayah ( KANWIL ) Departemen perhungan Jawa Tengah. Pertama masuk kedalam gedung ini, terdapat kaca patri dengan gambar dua orang wanita yang katanya adalah istri dan anak dari gubernur Belanda pada masa penjajahan Jepang, gedung ini direbut untuk dijadikan benteng mereka, istri dan anak gubernur Belanda ini hendak diperistri tetapi tidak mau dan bunuh diri dengan menjatuhkan diri mreka dari lantai tiga. Interior gedung hampir mirip dengan museum bank Mandiri di Jakarta, terutama model tangga dan kaca patrinya. Pada masa perjuangan, gedung ini memiliki catatan sejarah tersndiri yaitu ketika berlangsung peristiwa pertempuran lima hari di Semarang, digedung tua ini menjadi lokasi pertempura yang hebat antara pemuda AMKA atau Angkatan Pemuda Kereta aoi melawan kompetai dan Kido Buati Jepang. Pada masa itu ada disuatu tempat dibawah tanah yang dipergunakan oleh Jepang sebagai penjara bawah tanah. Penjara bawah ini memilik penjara bawah tanah yang mirip sekali penjara bawah di museim Fahilah. Museum Batavia yang terdapat didaerah kota, Jakarta. Ruang bawah tanah ini sering dipakai sebagai tempar eskskusi para pemuda di indonesiyang melakukan perlawanan terhadap Jepang. B, Saran Wisata angker saat ini, Lawang Sewu dikenal oleh penduduk setempat sebagai gedung yang sangat angker dan kono sering terlihat makhlus halus pada malam hari. Menurut kami dari sudut pariwisata kesan tersebut sebenarnya merupakan peluang untuk menarik lebih banyak wisatawan baik lokal maupun asing, khususnya mereka yang menyukai tantangan berbau misti dan angker. Kami yakinkan apabila potensi ini dioptimalkan maka akan lebih banyak wisatawan yang berkunjungke Indonesi dan tentunya tambahan devisa bagi negara.

36

DAFTAR PUSTAKA 1. Panduan Study Obyek Historis. 2. Internet. 3. Brosur.

37