antijamur
-
Upload
ersaniadhi-kharisma-dewi-rahajeng -
Category
Documents
-
view
13 -
download
2
description
Transcript of antijamur
Obat anti jamur (antimikotika)
Anti jamur
Infeksi yang disebabkan oleh jamur disebut mikosis.
Antimikosis adalah obat-obat yang berdaya menghentikan pertumbuhan atau mematikan jamur yang menghinggapi manusia.
Anti Jamur Infeksi jamur secara umum dibedakan
menjadi infeksi jamur sistemik dan topikal (dermatofit dan mukokutan)
Antijamur untuk infeksi sistemik : amfoterisin B, flusitosin, grup azol (ketokonazol,flukonazol, itrakonazol), kalium iodida
Antijamur untuk infeksi topikal : griseofulvin, imidazol, tolnaftat, nistatin, kandisidin, asam salisilat, asam undesilinat, haloprogin, natamisin.
Penggolongan antimikotika1. Antibiotika (griseofulvin, amfoterisin B,
nistatin)2. Derivat imidazol ( mikonazol, ketokonazol,
klotrimazol, bifonazol, ekonazol, isokonazol, tiokonazol).
3. Derivat triazol (flukonazol, itrakonazol)4. Asam-asam organis (asam benzoat,
salisilat, propionat, kaprilat, undesilanat)5. Lainnya (terbinafin, flusitosin, tolnaftat,
haloprogin, naftifin, siklopiroks, selensulfida, pirition)
Amfoterisin B Merupakan hasil fermentasi dari
Streptomyces nodosus Menyerang sel yang sedang tumbuh dan
sel matang Bersifat fungistatik atau fungisidal
tergantung dosis dan sensitivitas jamur. Efektif menghambat Histoplasma
capsulatum, Cryptococcus neoformans, Candida, Blastomyces dermatiditis, Aspergillus.
Amfoterisin B Mekanism kerja : berikatan kuat dengan
ergosterol pada membran sel jamur kebocoran membran sel lisis.
Farmakokinetik : sangat sedikit diserap melalui saluran cerna; diberikan secara IV, distribusi ke cairan pleura, peritoneal, sinovial dan akuosa, CSS, cairan amnion. Ekskresi melalui ginjal sangat lambat.
Amfoterisin B Indikasi : mikosis sistemik seperti
koksidioidomikosis, parakoksidiomikosis, aspergilosis, kandidiosis, blastomikosis, histoplasmosis.
Efek samping : demam dan menggigil, gangguan ginjal, hipotensi, anemia, efek neurologik, tromboflebitis.
Penderita yang diobati amfoterisin B harus dirawat di rumah sakit, karena diperlukan pengamatan yang ketat selama pemberian obat.
Amfoterisin B
Sediaan : injeksi dalam vial yang mengandung 50 mg, krim, losio, salep mengandung 3 % amfoterisin B
Dosis : 0,3 – 0,5 mg / kg BB
Flusitosin (5-fluorositosin) Merupakan antijamur sintetikyang berasal
dari fluorinasi pirimidin. Spektrum antijamur sempit Mekanisme kerja : flusitosin masuk ke
dalam sel jamur dengan bantuan sitosin deaminase dan dalam sitoplasma akan bergabung dengan RNA setelah mengalami deaminasi menjadi 5-fluorourasil. Sintesis protein sel jamur terganggu akibat penghambatan langsung sintesis DNA oleh metabolit fluorourasil.
Flusitosin Farmakokinetik : diserap dengan cepat dan baik
melalui sal.cerna (dihambat oleh makanan, suspensi AlOH/MgOH, neomisin); distribusi ke seluruh tubuh; ekskresi oleh ginjal.
Indikasi : infeksi oleh Cryptococcus neofarmans, Candida, kromoblastomikosis. Meningitis (+amfoterisin B).
Efek samping : toksisitas hematologik, gangguan hati, gangguan sal.cerna
Sediaan : kapsul 250 dan 500 mg. Dosis : 50 – 150 mg/kgBB sehari dibagi dalam 4 dosis,
lakukan penyesuaian dosis pada penderita insufisiensi ginjal.
Ketokonazol Efektif terhadap Candida, Coccodioides immitis,
Cryptococcus, H. capsulatum, Aspergillus. Mekanisme kerja : berinteraksi dengan enzim
P-450 untuk menghambat demetilasi lanosterol menjadi ergosterol yang penting untuk membran jamur.
Farmakokinetik : diserap baik melalui sal. Cerna, distribusi urin, kel.lemak,air ludah, kulit, tendon, cairan sinovial. Ekskresi melalui empedu, sebagian kecil ke urin.
Ketokonazol Indikasi :histoplasmosis paru, tulang,
sendi dan jaringan lemak, kriptokokus, kandidosis.
Efek samping : gangguan sal cerna, efek endokrin (ginekomastia, pe libido, impotensi, ketidakteraturan menstruasi)
Kontra indikasi : tidak boleh diberikan bersamaan dengan terfenadin, astemizol, sisaprid perpanjangan interval QT, aritmia ventrikel jantung.
Ketokonazol
Interaksi: pemberian dengan rifampisin,
isoniazid, fenitoin dapat menurunkan kadar ketokonazol;
pemberian bersama siklosporin, warfarin, midazolam, indinavir dapat meningkatkan kadar.
Flukonazol Efek samping endokrin lebih kecil dibanding
ketokonazol Mekanisme kerja : menghambat sintesis
ergosterol membran sel jamur. Farmakokinetik : absorpsi sempurna
melalui saluran cerna tanpa dipengaruhi makanan atau asam lambung; tersebar merata ke seluruh cairan tubuh; ekskresi melalui ginjal.
Flukonazol Indikasi: mencegah relaps meningitis,
kandidiasis mulut dan tenggorokan (pasien AIDS)
Efek samping : gangguan saluran cerna (mual, muntah),urtikaria, eosinofilia, sindroma Stevens-Johnson, gangguan fungsi hati, trombositopenia( pada pasien AIDS).
Interaksi: kadar meningkat jika dipakai bersama fenitoin,sulfonilurea;kadar menurun bila dipakai bersama warfarin, siklosporin.
Itrakonazol Efektif untuk blastomikosis, histoplasmosis,
koksidioidomikosis, sariawan pada mulut dan tenggorokan, tinea versikolor.
Mekanisme kerja sama dengan azol lain Farmakokinetik : absorpsi baik melalui oral,
ekskresi melalui ginjal. Efek samping : mual, muntah, kulit
kemerahan, hipokalemia, hipertensi, edema dan sakit kepala.
Itrakonazol
Dosis: dua kali 200 mg sehari Sediaan: kapsul 100 mg, suspensi 10
mg/mL, larutan IV 10 mg/mL.
Griseofulvin Diisolasi dari P. Griseovulvum. Efektif terhadap Trichophyton,
epidermophyton, microsporum. Mekanisme kerja : menghambat mitosis sel
muda dengan mengganggusintesis dan polimerisasi asamnukleat.
Farmakokinetik : absorpsi baik bila diberikan bersama makanan berlemak tinggi,distribusi baik ke jaringan yang terkena infeksi, ekskresi melalui ginjal.
Griseofulvin
Indikasi : infeksi jamur di kulit, rambut, kuku.
Efek samping : efek samping berat jarang terjadi, hepatotoksik, teratogenik.
Sediaan : tablet berisi mikrokristal 125 mg dan 500 mg, suspensi 125 mg/ml.
Nistatin Merupakan antibiotik polien. Mekanisme kerja : berikatan dengan
ergosterol pada membran jamur, permeabilitas meningkat, sel jamur mati.
Indikasi : kandidiasis kulit, selaput lendir, dan saluran cerna.
Efek samping : jarang ditemukan, mual, muntah, diare ringan
Mikonazol dan obat topikal lain Mikonazol, klotrimazol, ekonazol aktif
secara topikal jarang digunakan parenteral.
Indikasi: dermatofitosis, tineaversikolor, kandidiasis mukokutan (topikal);
Mekanisme kerja: masuk ke dalam sel jamur kerusakan dinding sel permeabilitas zat intrasel meningkat.
Mikonazol
Efek samping : iritasi, rasa terbakar. Sediaan : Mikonazol krim 2 %, gel 2
%, klotrimazol krim 1 %.
Asam benzoat & asam salisilat
Kombinasi dengan perbandingan dua bagian asam benzoat dan satu bagian asam salisilat (salep Whitfield).
Asam benzoat: fungistatik; asam salisilat: keratolitik.
Indikasi: tinea pedis,tinea kapitis. Efek samping: iritasi ringan, rasa
tidak nyaman (salep berlemak).
Asam undesilanat Dosis biasa: fungistatik; dosis tinggi
dan berulang :fungisidal. Efektif terhadap epidermophyton,
trichophyton, microsporum. Efek samping: iritasi, sensitivitas, Sediaan: salep 5 % undesilanat dan
20 % seng undesilanat; bedak danaerosol 2 % undesilanat dan 20 % asam undesilanat.
Haloprogin Fungisidal terhadap epidermophyton,
trichophyton,microsporum, malassezia furfur.
Sedikit sekali diserap melalui kulit, dalam tubuh terurai triklorofenol.
Efek samping: iritasi lokal,rasa terbakar, vesikel, maserasi dan sensitisasi.
Sediaan: krim dan larutan 1 %. Indikasi: tinea pedis, tinea versikolor.