Antibiotika
Click here to load reader
-
Upload
lupita-ayu-prawesti -
Category
Documents
-
view
503 -
download
2
Transcript of Antibiotika
![Page 1: Antibiotika](https://reader037.fdokumen.com/reader037/viewer/2022100220/5571f8e349795991698e50ab/html5/thumbnails/1.jpg)
Antibiotika adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sintetik, yang mempunyai
efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam organisme, khususnya dalam
proses infeksi oleh bakteri. Penggunaan antibiotika khususnya berkaitan dengan pengobatan
penyakit infeksi, meskipun dalam bioteknologi dan rekayasa genetika juga digunakan sebagai
alat seleksi terhadap mutan atau transforman. Antibiotika bekerja seperti pestisida dengan
menekan atau memutus satu mata rantai metabolisme, hanya saja targetnya adalah bakteri.
Antibiotika berbeda dengan desinfektan karena cara kerjanya. Desifektan
membunuh kuman dengan menciptakan lingkungan yang tidak wajar bagi kuman untuk hidup.
Antibiotik berasal dari bakteri yang dilemahkan. Penisilin menjadi antibiotika pertama
yang ditemukan di kawasan Britania raya (Inggris) oleh seorang dokter bernama Sir Alexander
Fleming (1881-1955), lahir di Lochfield, Skotlandia, 6 Agustus 1881. Beliau menemukan
Penisilin, sejenis bakteri yang berfungsi melawan bakteri berbahaya yang terdapat di dalam
tubuh manusia. Pasien pertama yang pernah merasakan khasiat temuan Fleming adalah mantan
perdana menteri Inggris, Winston Churchill.
Di tahun 1928, Fleming melakukan penelitian pada gerakan alami bakteri dalam darah
dan antiseptik. Hingga suatu hari ia menemukan substansi bakteri yang ia teliti ternyata tidak
dapat meracuni jaringan hewan.
Sebutan “penisilin” juga dapat digunakan untuk menyebut anggota spesifik dari kelompok
penisilin.
Istilah antibiotik muncul pada literatur mikrobiologi awal tahun 1928. Menurut Selman
Waksman, antibiotik adalah substansi kimia yang diperoleh dari mikroorganisme, dalam larutan
encer mereka mempunyai kemampuan menghambat pertumbuhan dan membinasakan mikroba
lain.
Pada tahun 1929, Fleming mengamati substansi bakteriostatik yang dihasilkan
jamur Penicillium notatum dan diberi nama Penicillin. Sejak itu penisilin dikenal dan diketahui
dapat diproduksi oleh berbaga jamur. Namun karena kurang stabil terutama bio-aktivitasnya
akan hilang bila
divapkan sampai kering, maka penisilin kemudian ditinggalkan. Sekitar tahun 1939, Florey dan
kawan-kawan melakukan percobaan kembali terhadap kemungkinan penggunaan penisilin
Fleming untuk terapi. Tahun 1940, Chain dan kawan-kawan juga melakukan penelitian penisilin,
![Page 2: Antibiotika](https://reader037.fdokumen.com/reader037/viewer/2022100220/5571f8e349795991698e50ab/html5/thumbnails/2.jpg)
mereka membiakkan organisme Fleming dan pada waktu ekstraksi dikontrol pada temperatur
rendah; akhirnya mereka mampu memekatkan penisilin sampai 1000 kali, serta dapat
menghasilkan garam penisilin berbentuk bubuk kering yang mempunyai stabilitas baik terutama
bila disimpan. Hasil ini merupakan kemajuan besar dalam perkembangan produksi antibiotik
terutama penisilin dan merupakan tonggak sejarah manusia dalam memerangi penyakit infeksi.
Pada waktu yang hampir sama, di Rockefeller Institute for Medical Research New York.
Dubos menemukan antibiotic komplek tyrothricin yang diproduksi oleh bakteri tanah
Baccilus brevis. Selanjutnya Dubos, Waksman dan Woodruff menemukan aktinomisin yang
diperoleh dari biakan aktinomisetes. Pada tahun 1944 Selman Waksman menemukan
streptomisin yang merupakan salah satu antibiotik yang dihasilkan oleh Streptomyces anggota
dari aktinomisetes. Streptomisin merupakan anti tuberkulosis yang mujarab. Perkembangan ini
mcrangsang penelitian lebih lanjut terhadap genus streptomises dalam usaha mencari
mikroorganisme penghasil antibiotik. Sejak itu aktinomisetes terutama streptomises menjadi
gudang utama untuk memperoleh antibiotik baru. Di berbagai lembaga penelitian dilakukan
pencarian antibiotik dari berbagai tipe mikroorganisme ter utama aktinomisetes dan telah
berhasil mendapatkan antibiotic baru. Pada tahun 1945 telah ditemukan basitrasin yang
dihasilkan oleh Bacillus, diikuti khloramfenikol oleh Streptomyces venezuelae dan polimiksin
oleh B. polymyxa pada tahun 1947, khlortetrasiklin oleh S. aureofaciens pada tahun 1948 dan
neomisin oleh S. fradiae tahun 1949, oksitetrasiklin 1950 dan eritromisin 1952, keduanya
dihasilkan oleh Streptomyces. Kanamisin ditemukan oleh Umezawa dan koleganya tahun 1957
dari biakan streptomyces. Semua ini merupakan antibiotic yang sangat penting dan sampai saat
ini masih diperhitungkan sebagai salah satu antibiotik untuk melawan infeksi. Pada tahun enam
puluhan, penemuan antibiotik agak berkurang tetapi usaha penemuan dilakukan untuk aplikasi
yang lebih luas yaitu untuk mencari antifungal, anti mikoplasmal, anti spirochetal, anti protozoal,
anti tumor, anti virus, dan antibiotik untuk penggunaan non-medis. Pada dekade ini problem
resistensi bakteri terhadap antibiotik mulai muncul dan telah berkembang, sehingga memacu
mencari antibiotic baru atau derivat antibiotik yang telah dikenal untuk menggantikan antibiotik
yang sudah ada. Selain mencari antibiotik baru dari alam, keberhasilan para ahli mengisolasi 6
APA (6 aminopenicillgnic acid) dari penisilin pada akhir tahun lima puluhan telah membuka
kemungkinan baru membuat penisilin semisintetik dan mengembangkan antibiotik semisintetik
yang lain.
![Page 3: Antibiotika](https://reader037.fdokumen.com/reader037/viewer/2022100220/5571f8e349795991698e50ab/html5/thumbnails/3.jpg)
Antibiotik memiliki cara kerja sebagai bakterisidal (membunuh bakteri secara langsung)
atau bakteriostatik (menghambat pertumbuhan bakteri). Pada kondisi bakteriostasis, mekanisme
pertahanan tubuh inang seperti fagositosis dan produksi antibodi biasanya akan merusak
mikroorganisme. Ada beberapa cara kerja antibiotik terhadap bakteri sebagai targetnya, yaitu
menghambat sintesis dinding sel, menghambat sintesis protein, merusak membran plasma,
menghambat sintesis asam nukleat, dan menghambat sintesis metabolit esensial.
Dinding sel bakteri terdiri atas jaringan makromolekuler yang disebut peptidoglikan.
Penisilin dan beberapa antibiotik lainnya mencegah sintesis peptidoglikan yang utuh sehingga
dinding sel akan melemah dan akibatnya sel bakteri akan mengalami lisis. Riboson merupakan
mesin untuk menyintesis protein. Sel eukariot memiliki ribosom 80S, sedangkan sel prokariot
70S (terdiri atas unit 50S dan 30S). Perbedaan dalam struktur ribosom akan mempengaruhi
toksisitas selektif antibiotik yang akan mempengaruhi sintesis protein. Di antara antibiotik yang
mempengaruhi sintesis protein adalah kloramfenikol, eritromisin, streptomisin, dan tetrasiklin.
Kloramfenikol akan bereaksi dengan unit 50S ribosom dan akan menghambat pembentukan
ikatan peptida pada rantai polipeptida yang sedang terbentuk. Kebanyakan antibiotik yang
menghambat protein sintesis memiliki aktivitas spektrum yang luas. Tetrasiklin menghambat
perlekatan tRNA yang membawa asam amino ke ribosom sehingga penambahan asam amino ke
rantai polipeptida yang sedang dibentuk terhambat. Antibiotik aminoglikosida, seperti
streptomisin dan gentamisin, mempengaruhi tahap awal dari sintesis protein dengan mengubah
bentuk unit 30S ribosom yang akan mengakibatkan kode genetik pada mRNA tidak terbaca
dengan baik.
Antibiotik tertentu, terutama antibiotik polipeptida, menyebabkan perubahan
permeabilitas membran plasma yang akan mengakibatkan kehilangan metabolit penting dari sel
bakteri. Sebagai contoh adalah polimiksin B yang menyebabkan kerusakan membran plasma
dengan melekat pada fosfolipid membran. Sejumlah antibiotik mempengaruhi proses replikasi
DNA/RNA dan transkripsi pada bakteri. Contoh dari golongan ini adalah rifampin dan quinolon.
Rifampin menghambat sintesis mRNA, sedangkan quinolon menghambat sintesis DNA.
![Page 4: Antibiotika](https://reader037.fdokumen.com/reader037/viewer/2022100220/5571f8e349795991698e50ab/html5/thumbnails/4.jpg)
Antibiotika dapat digolongkan berdasarkan sasaran kerja senyawa tersebut dan susunan
kimiawinya. Ada enam kelompok antibiotika[1]dilihat dari target atau sasaran kerjanya(nama
contoh diberikan menurut ejaan Inggris karena belum semua nama diindonesiakan atau
diragukan pengindonesiaannya):
Inhibitor sintesis dinding sel bakteri, mencakup golongan Penicillin, Polypeptide dan
Cephalosporin, misalnya ampicillin, penicillin G;
Inhibitor transkripsi dan replikasi, mencakup golongan Quinolone,
misalnya rifampicin, actinomycin D, nalidixic acid;
Inhibitor sintesis protein, mencakup banyak jenis antibiotik, terutama dari golongan
Macrolide, Aminoglycoside, dan Tetracycline,
misalnyagentamycin, chloramphenicol, kanamycin, streptomycin, tetracycline, oxytetracyclin
e;
Inhibitor fungsi membran sel, misalnya ionomycin, valinomycin;
Inhibitor fungsi sel lainnya, seperti golongan sulfa atau sulfonamida,
misalnya oligomycin, tunicamycin; dan
Antimetabolit , misalnya azaserine.
Mekanisme - Klasifikasi dan Kegunaan antibiotik
Berdasarkan sifatnya (daya hancurnya) antibiotik dibagi menjadi dua:
1. Antibiotik yang bersifat bakterisidal, yaitu antibiotik yang bersifat destruktif terhadap
bakteri.
2. Antibiotik yang bersifat bakteriostatik, yaitu antibiotik yang bekerja menghambat
pertumbuhan atau multiplikasi bakteri.
Cara yang ditempuh oleh antibiotik dalam menekan bakteri dapat bermacam-macam, namun
dengan tujuan yang sama yaitu untuk menghambat perkembangan bakteri. Oleh karena itu
mekanisme kerja antibiotik dalam menghambat proses biokimia di dalam organisme dapat
dijadikan dasar untuk mengklasifikasikan antibiotik sebagai berikut:[6]
1. Antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel bakteri. Yang termasuk ke dalam
golongan ini adalah Beta-laktam, Penicillin, Polypeptida, Cephalosporin,Ampicillin, Oxasilin.
![Page 5: Antibiotika](https://reader037.fdokumen.com/reader037/viewer/2022100220/5571f8e349795991698e50ab/html5/thumbnails/5.jpg)
a) Beta-laktam menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara berikatan pada enzim DD-
transpeptidase yang memperantarai dinding peptidoglikan bakteri, sehingga dengan demikian
akan melemahkan dinding sel bakteri Hal ini mengakibatkan sitolisis karena ketidakseimbangan
tekanan osmotis, serta pengaktifan hidrolase dan autolysins yang mencerna dinding
peptidoglikan yang sudah terbentuk sebelumnya. Namun Beta-laktam (dan Penicillin) hanya
efektif terhadap bakteri gram positif, sebab keberadaan membran terluar (outer membran) yang
terdapat pada bakteri gram negatif membuatnya tak mampu menembus dinding peptidoglikan.[7]
b) Penicillin meliputi natural Penicillin, Penicillin G dan Penicillin V, merupakan antibiotik
bakterisidal yang menghambat sintesis dinding sel dan digunakan untuk penyakit-penyakit
seperti sifilis, listeria, atau alergi bakteri gram positif/Staphilococcus/Streptococcus. Namun
karena Penicillin merupakan jenis antibiotik pertama sehingga paling lama digunakan telah
membawa dampak resistansi bakteri terhadap antibiotik ini. Namun demikian Penicillin tetap
digunakan selain karena harganya yang murah juga produksinya yang mudah.
c) Polypeptida meliputi Bacitracin, Polymixin B dan Vancomycin. Ketiganya bersifat
bakterisidal. Bacitracin dan Vancomycin sama-sama menghambat sintesis dinding sel. Bacitracin
digunakan untuk bakteri gram positif, sedangkan Vancomycin digunakan untuk
bakteri Staphilococcus dan Streptococcus. Adapun Polymixin B digunakan untuk bakteri gram
negatif.
d) Cephalosporin (masih segolongan dengan Beta-laktam) memiliki mekanisme kerja yang
hampir sama yaitu dengan menghambat sintesis peptidoglikan dinding sel bakteri. Normalnya
sintesis dinding sel ini diperantarai oleh PBP (Penicillin Binding Protein) yang akan berikatan
dengan D-alanin-D-alanin, terutama untuk membentuk jembatan peptidoglikan. Namun
keberadaan antibiotik akan membuat PBP berikatan dengannya sehingga sintesis dinding
peptidoglikan menjadi terhambat.[8]
e) Ampicillin memiliki mekanisme yang sama dalam penghancuran dinding peptidoglikan,
hanya saja Ampicillin mampu berpenetrasi kepada bakteri gram positif dan gram negatif. Hal ini
disebabkan keberadaan gugus amino pada Ampicillin, sehingga membuatnya mampu menembus
membran terluar (outer membran) pada bakteri gram negatif.[9]
![Page 6: Antibiotika](https://reader037.fdokumen.com/reader037/viewer/2022100220/5571f8e349795991698e50ab/html5/thumbnails/6.jpg)
f) Penicillin jenis lain, seperti Methicillin dan Oxacillin, merupakan antibiotik bakterisidal
yang digunakan untuk menghambat sintesis dinding sel bakteri. Penggunaan Methicillin dan
Oxacillin biasanya untuk bakteri gram positif yang telah membentuk kekebalan (resistansi)
terhadap antibiotik dari golongan Beta-laktam.
g) Antibiotik jenis inhibitor sintesis dinding sel lain memiliki spektrum sasaran yang lebih
luas, yaitu Carbapenems, Imipenem, Meropenem. Ketiganya bersifat bakterisidal.
2. Antibiotik yang menghambat transkripsi dan replikasi. Yang termasuk ke dalam golongan
ini adalah Quinolone, Rifampicin, Actinomycin D, Nalidixic acid, Lincosamides, Metronidazole.
a) Quinolone merupakan antibiotik bakterisidal yang menghambat pertumbuhan bakteri
dengan cara masuk melalui porins dan menyerang DNA girase dan topoisomerase sehingga
dengan demikian akan menghambat replikasi dan transkripsi DNA.[10] Quinolone lazim
digunakan untuk infeksi traktus urinarius.
b) Rifampicin (Rifampin) merupakan antibiotik bakterisidal yang bekerja dengan cara
berikatan dengan β-subunit dari RNA polymerase sehingga menghambat transkripsi RNA dan
pada akhirnya sintesis protein.[11] Rifampicin umumnya menyerang bakteri
spesies Mycobacterum.
c) Nalidixic acid merupakan antibiotik bakterisidal yang memiliki mekanisme kerja yang
sama dengan Quinolone, namun Nalidixic acid banyak digunakan untuk penyakit demam tipus.
d) Lincosamides merupakan antibiotik yang berikatan pada subunit 50S dan banyak
digunakan untuk bakteri gram positif, anaeroba Pseudomemranous colitis. Contoh dari golongan
Lincosamides adalah Clindamycin.
e) Metronidazole merupakan antibiotik bakterisidal diaktifkan oleh anaeroba dan berefek
menghambat sintesis DNA.
3. Antibiotik yang menghambat sintesis protein. Yang termasuk ke dalam golongan ini adalah
Macrolide, Aminoglycoside, Tetracycline, Chloramphenicol, Kanamycin,Oxytetracycline.
![Page 7: Antibiotika](https://reader037.fdokumen.com/reader037/viewer/2022100220/5571f8e349795991698e50ab/html5/thumbnails/7.jpg)
a) Macrolide, meliputi Erythromycin dan Azithromycin, menghambat pertumbuhan bakteri
dengan cara berikatan pada subunit 50S ribosom, sehingga dengan demikian akan menghambat
translokasi peptidil tRNA yang diperlukan untuk sintesis protein. Peristiwa ini bersifat
bakteriostatis, namun dalam konsentrasi tinggi hal ini dapat bersifat bakteriosidal. Macrolide
biasanya menumpuk pada leukosit dan akan dihantarkan ke tempat terjadinya infeksi.
[12] Macrolide biasanya digunakan untukDiphteria, Legionella mycoplasma, dan Haemophilus.
b) Aminoglycoside meliputi Streptomycin, Neomycin, dan Gentamycin, merupakan antibiotik
bakterisidal yang berikatan dengan subunit 30S/50S sehingga menghambat sintesis protein.
Namun antibiotik jenis ini hanya berpengaruh terhadap bakteri gram negatif.
c) Tetracycline merupakan antibiotik bakteriostatis yang berikatan dengan subunit ribosomal
16S-30S dan mencegah pengikatan aminoasil-tRNA dari situs A pada ribosom, sehingga dengan
demikian akan menghambat translasi protein.[13] Namun antibiotik jenis ini memiliki efek
samping yaitu menyebabkan gigi menjadi berwarna dan dampaknya terhadap ginjal dan hati.
d) Chloramphenicol merupakan antibiotik bakteriostatis yang menghambat sintesis protein dan
biasanya digunakan pada penyakit akibat kuman Salmonella.
4. Antibiotik yang menghambat fungsi membran sel. Contohnya antara lain Ionimycin dan
Valinomycin. Ionomycin bekerja dengan meningkatkan kadar kalsium intrasel sehingga
mengganggu kesetimbangan osmosis dan menyebabkan kebocoran sel.[14]
5. Antibiotik yang menghambat bersifat antimetabolit. Yang termasuk ke dalam golongan ini
adalah Sulfa atau Sulfonamide, Trimetophrim, Azaserine.
a) Pada bakteri, Sulfonamide bekerja dengan bertindak sebagai inhibitor kompetitif terhadap
enzim dihidropteroate sintetase (DHPS).[15] Dengan dihambatnya enzim DHPS ini
menyebabkan tidak terbentuknya asam tetrahidrofolat bagi bakteri.[16]Tetrahidrofolat
merupakan bentuk aktif asam folat[17], di mana fungsinya adalah untuk berbagai peran biologis
di antaranya dalam produksi dan pemeliharaan sel serta sintesis DNA dan protein.[18] Biasanya
Sulfonamide digunakan untuk penyakit Neiserriameningitis.
![Page 8: Antibiotika](https://reader037.fdokumen.com/reader037/viewer/2022100220/5571f8e349795991698e50ab/html5/thumbnails/8.jpg)
b) Trimetophrim juga menghambat pembentukan DNA dan protein melalui penghambatan
metabolisme, hanya mekanismenya berbeda dari Sulfonamide. Trimetophrim akan menghambat
enzim dihidrofolate reduktase yang seyogyanya dibutuhkan untuk mengubah dihidrofolat (DHF)
menjadi tetrahidrofolat (THF).
c) Azaserine (O-diazo-asetyl-I-serine) merupakan antibiotik yang dikenal sebagai purin-
antagonis dan analog-glutamin. Azaserin mengganggu jalannya metabolisme bakteri dengan cara
berikatan dengan situs yang berhubungan sintesis glutamin, sehingga mengganggu pembentukan
glutamin yang merupakan salah satu asam amino dalam protein.[19]
Yang perlu diperhatikan dalam pemberian antibiotik adalah dosis serta jenis antibiotik yang
diberikan haruslah tepat. Jika antibiotik diberikan dalam jenis yang kurang efektif atau dosis
yang tanggung maka yang terjadi adalah bakteri tidak akan mati melainkan mengalami mutasi
atau membentuk kekebalan terhadap antibiotik tersebut.
http://id.wikipedia.org/wiki/Antibiotika
http://www.kalbe.co.id
http://www.poultryindonesia.com