EVALUASI RASIONALITAS ANTIBIOTIKA PADA PASIEN …repository.usd.ac.id/30848/2/148114065_full.pdf ·...
Transcript of EVALUASI RASIONALITAS ANTIBIOTIKA PADA PASIEN …repository.usd.ac.id/30848/2/148114065_full.pdf ·...
EVALUASI RASIONALITAS ANTIBIOTIKA PADA PASIEN
TERDIAGNOSA PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) DI
RSUD SLEMAN PERIODE 2017
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Feliciane Mojau
NIM : 148114065
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
EVALUASI RASIONALITAS ANTIBIOTIKA PADA PASIEN
TERDIAGNOSA PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) DI
RSUD SLEMAN PERIODE 2017
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Feliciane Mojau
NIM : 148114065
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Kupersembahkan untuk :
Tuhan Yesus yang senantiasa mengasihi dan menyertai sepanjang perjalanan hidupku.
Papa, Mama, Liliane dan Oliviane yang selalu memberikan dukungan dan semangat
Pihak-pihak yang memberikan dukungan dalam studi dan penyelesaian tulisan ini
Almamaterku, Universitas Sanata Dharma.
“The heart never lies. It is able to overcome and
answer oneself when in doubt.”
-Pdt. Liny Tampake-
“’For I know the plans I Have for you’, declares the
LORD, ‘plans to prosper you and not to harm you,
plans to give you hope and a future’.”
-Jeremiah 29 : 11-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Apabila dikemudian hari ditemukan indikasi plagiarism dalam naskah ini,
maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Yogyakarta, 15 April 2018
Penulis
Feliciane Mojau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Feliciane Mojau
Nomor Mahasiswa : 148114065
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
‘Evaluasi Rasionalitas Antibiotika Pada Pasien Terdiagnosa Penyakit Paru
Obstruktif Kronik (PPOK) di RSUD Sleman Periode 2017’
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada perpustakaan Univeristas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelola dalam bentuk pengkalan data,
mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikan di internet atau media lain
untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun
memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 13 Mei 2018
Yang menyatakan
(Feliciane Mojau)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
PRAKATA
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus yang karena berkat dan kasih-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ‘Evaluasi Rasionalitas
Antibiotika Pada Pasien Terdiagnosa Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) di
RSUD Sleman Periode 2017’. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Fakultas Farmasi Univeristas
Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Septimawanto Dwi Prasetyo, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing
skripsi yang telah bersedia memberikan waktu, tenaga, ilmu, saran dan
arahan serta semangat selama penyusunan prosopsal penelitian hingga
penyusunan naskah skripsi ini selesai.
3. Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt., dan Ibu Putu Dyana Christasani,
M.Sc., Apt., selaku dosen penguji skripsi yang telah bersedia memberikan
waktu, kritik dan saran dalam penyelesaian penelitian ini.
4. Ibu Damiana Sapta Candrasari, S.Si., M.Sc., selaku dosen pembimbing
akademik yang telah memberikan ilmu, saran dan semangat selama masa
perkuliahan.
5. Segenap staff sekertariat Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta yang telah membantu dalam menyediakan surat-surat yang
dibutuhkan dalam penyelesaian penelitian ini.
6. Tim Komisi Etik Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana
yang telah memberikan arahan dan menerbitkan Ethical Clearance
penelitian ini.
7. Kesbangpol Sleman dan Rumah Sakit Umum Daerah Sleman yang telah
memberikan izin untuk melakukan penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
8. Petugas Instalasi Rekam Medis RSUD Sleman yang dengan sabar telah
membantu kelancaran dalam pengambilan data.
9. Dokter dan Apoteker di RSUD Sleman yang telah menyediakan waktu
ditengah kesibukan, memberikan konsultasi dalam penyelesaian penelitian
ini.
10. Papa (Julianus Mojau), mama (Liny Tampake), Liliane dan Oliviane serta
keluarga atas dukungan, semangat, kasih sayang dan doa yang telah
diberikan kepada penulis.
11. Pdt. Tabita Kartika Christiani, Ph.D. yang telah membantu dan
memberikan dukungan pada awal studi penulis.
12. Yayasan Satyabhakti Widya di Jakarta yang telah memberikan dukungan
selama studi dan penyelesaian penelitian ini.
13. Ika Hanna dan Biata Munika atas kebersamaan dan dukungan, motivasi,
serta kesabarannya selama proses perkuliahan hingga penyelesaian skripsi.
14. Teman-teman seperjuangan Lintang Sari, Cik Livia, Myisha, Epen, Debby,
Tien, Dito, Vito, Mas Denis dan Mbak Aca atas segala kebersamaannya
selama masa kuliah dan semangat yang telah diberikan dalam penyelesaian
skripsi ini.
15. Teman-teman FSM B 2014 dan angkatan 2014 atas kebersamaannya
selama proses perkuliahan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.
16. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
membantu dan mendukung penulis dalam proses penyelesaian penelitian
ini.
Penulis menyadari bahwa naskah skripsi ini belum sempurna dan masih
banyak kekurangan, maka penulis memohon maaf atas kekurangan dalam naskah
ini. Penulis menerima kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Akhir
kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan bagi perkembangan
ilmu pengetahuan.
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR ISI
Halaman Cover....................................................................................................... i
Halaman Judul ...................................................................................................... ii
Halaman Persetujuan Pembimbing ...................................................................... iii
Halaman Pengesahan .......................................................................................... iv
Halaman Persembahan .......................................................................................... v
Pernyataan Keaslian Karya .................................................................................. vi
Lembar Persetujuan Publikasi ............................................................................. vii
Prakata ................................................................................................................ viii
Daftar Isi................................................................................................................ x
Daftar Tabel ......................................................................................................... xi
Daftar Gambar ..................................................................................................... xii
Daftar Lampiran ................................................................................................. xiii
ABSTRAK ......................................................................................................... xiv
ABSTRACK ......................................................................................................... xv
PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
METODE PENELITIAN ...................................................................................... 2
Rancangan dan Subyek Penelitian ................................................................. 2
Analisis Data .................................................................................................. 4
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 5
Profil Karakteristik Pasien PPOK .................................................................. 5
Profil Pola Penggunaan Antibiotik ................................................................ 6
Evaluasi Rasionalitas Penggunaan Antibiotik ............................................... 9
KESIMPULAN ................................................................................................... 15
SARAN ............................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 16
LAMPIRAN ........................................................................................................ 18
BIOGRAFI PENULIS ........................................................................................ 39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR TABEL
Tabel I. Karakteristik Pasien PPOK yang Menjalani Rawat Inap di RSUD
Sleman Periode Januari-Desember 2017…………………………………………..6
Tabel II. Penggunaan Antibiotika Pada Pasien PPOK yang Menjalani Rawat
Inap di RSUD Sleman Periode Januari-Desember 2017…………………………..7
Tabel III. Profil Lama Penggunaan Antibiotika Pada Pasien PPOK yang
Menjalani Rawat Inap di RSUD Sleman Periode 2017……………………………8
Tabel IV. Evaluasi Rasionalitas Penggunaan Antibiotika Berdasarkan Modul
POR menurut Kemenkes RI (2011) yang Dimodifikasi……………………………9
Tabel V. Ketepatan Dosis Antibiotika Pada Pasien PPOK yang Menjalani
Rawat Inap di RSUD Sleman Periode 2017………………………………………11
Tabel VI. Ketepatan Interval Waktu Pemberian Antibiotika Pada Pasien
PPOK yang Menjalani Rawat Inap di RSUD Sleman Periode 2017……………...12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Bagan Perolehan Sampel Penelitian Pasien PPOK di RSUD Sleman
Periode Januari-Desember 2017…………………………………………………...3
Gambar 2. Rasionalitas Penggunaan Antibiotika Pada Pasien PPOK yang
Menjalani Rawat Inap di RSUD Sleman Periode 2017…………………………...14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Ethical Clearance ........................................................................ 19
Lampiran 2. Surat Perizinan Penelitian Kesbangpol Sleman ............................ 20
Lampiran 3. Surat Perizinan Penelitian RSUD Sleman .................................... 21
Lampiran 4. Definisi Operasional Penelitian .................................................... 22
Lampiran 5. Pilihan Antibiotika untuk Pasien PPOK ....................................... 23
Lampiran 6. Contoh Lembar Pengambilan Data Rekam Medis ....................... 24
Lampiran 7. Lembar Terapi Antibiotika yang Diterima Oleh Pasien ............... 26
Lampiran 8. Check List Rasionalitas Penggunaan Antibiotika ......................... 32
Lampiran 9. Hasil Wawancara dengan Salah Satu Dokter Penulis Resep ........ 38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
ABSTRAK
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan suatu penyakit pada
saluran pernapasan yang ditandai dengan gejala pernapasan yang persisten dan
hambatan aliran pernapasan di saluran pernapasan. Kondisi perburukkan PPOK
hingga mengalami eksaserbasi disebabkan oleh bakteri (4-50%). Oleh karena itu,
dibutuhkan terapi antibiotika untuk menurunkan resiko kejadian dan kekambuhan
eksaserbasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pola penggunaan
antibiotika pada pasien PPOK berdasarkan golongan, jenis rute dan lama pemberian
antibiotika serta mengevaluasi penggunaan antibiotika yang rasional pada pasien
terdiagnosa PPOK di RSUD Sleman periode 2017. Penelitian ini non-eksperimental
ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif dan pengambilan data secara
retrospektif. Data diperoleh dari rekam medis pasien PPOK dengan total 35 pasien.
Pada penelitian ini diperoleh 4 golongan antibiotika dan 7 jenis antibiotika yang
diresepkan. Golongan dan jenis antibiotika yang paling banyak diresepkan yaitu
golongan sefalosporin generasi 3 yaitu seftriakson (51,4%). Hasil penelitian
menunjukan penggunaan antibiotika yang rasional pada 9 pasien (25,7%) dan 26
pasien (74,3%) tidak rasional. Pemberian antibiotika yang tidak rasional terjadi
karena ketidaktepatan dalam dosis antibiotika (25,7%) dan interval waktu
pemberian antibiotika (68,6%).
Kata Kunci : Penyakit Paru Obstruktif Kronik, Rasionalitas, Antibiotika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
ABSTRACT
Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) is a respiratory tract
disease that characterized by persistent respiratory symptoms and airflow
limitation. Worsening of COPD to exacerbate is caused by bacteria (40-50%).
Therefore, antibiotic therapy is required to reduce risk of occurrence and
recurrence of exacerbations. The aim of this study are to identify patterns of
antibiotic use in COPD patients based on class, type, route and duration of
antibiotics and also to evaluate the rational use of antibiotics in patient diagnosed
CPOD in RSUD Sleman period 2017. This non-experimental study used descriptive
study design and retrospective retrieval data. Data were obtained from medical
record of COPD patients with total of 35 patients. In this study obtained 4 classes
of antibiotics and 7 types of antibiotics prescribed. The most commonly prescribed
class of antibiotic is third generation cephalosporin, ceftriaxone (51,4%). The
result of this study showed rational use of antibiotics in 9 patients (25,7%) and 26
patients (74,3%) was irrational. Irrational antibiotic use was due to inaccuracy of
antibiotic dose (25,7%) and interval time of antibiotic administration (68,6%).
Keywords: Chronic Obstructive Pulmonary Disease, Rationality, Antibiotics
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
PENDAHULUAN
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan suatu penyakit pada
saluran pernapasan yang menjadi salah satu penyebab kesakitan dan kematian di
dunia. PPOK ditandai dengan gejala pernapasan yang persisten dan hambatan aliran
pernapasan di saluran pernapasan yang disebabkan oleh abnormalitas alveolar
karena paparan partikel atau gas berbahaya (GOLD, 2017). Faktor resiko utama
PPOK adalah merokok, hanya sekitar 25-45% pasien PPOK tidak pernah merokok.
Faktor resiko untuk pasien tidak merokok diantaranya adalah paparan polusi udara
(termasuk asap rokok), paparan debu di tempat kerja, infeksi berulang saluran
pernapasan bawah pada masa kanak-kanak, riwayat tuberculosis, asma kronik dan
status sosioekonomi yang buruk (Viet et al., 2015).
Saat ini PPOK menduduki peringkat keempat penyebab kematian di dunia
dan diperkirakan akan menduduki peringkat ketiga penyebab kematian di dunia
pada tahun 2020. Terhitung lebih dari tiga juta orang meninggal karena PPOK pada
tahun 2012 (GOLD, 2017). Secara keseluruhan estimasi prevalensi PPOK sedang
hingga berat di 12 negara Asia adalah 6,3%, dengan tingkat prevalensi mulai dari
3,5% di Hongkong dan Singapura, hingga 5,6% di Indonesia dan 6,7 di Vietnam
(Viet et al., 2015). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
2013, prevalensi PPOK di Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu 3,1%. Jumlah kasus
rawat inap PPOK di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru Yogyakarta tahun 2007
menempati urutan ketiga dengan 92 kasus (Khotimah, 2013). Prevalensi penderita
PPOK di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta pada tahun 2012-2014 sebanyak
1.074 orang (Puspasari, 2016).
PPOK dengan eksaserbasi akut ditandai dengan peningkatan volume dan
frekuensi pengeluaran sputum, batuk dan wheezing. 50-70% kasus PPOK dengan
eksaserbasi disebabkan oleh infeksi pada saluran pernapasan. 40-0% infeksi terjadi
karena bakteri, 30-40% karena virus dan 5-10% karena bakteri atipikal (GOLD,
2017 ; Dogan et al., 2016). Peresepan antibiotika diindikasikan untuk menurunkan
resiko kejadian dan kekambuhan eksaserbasi akut serta mengurangi durasi rawat
inap pada pasien PPOK. Namun, peresepan antibiotika yang kurang tepat dapat
menjadi penghambat dalam mencapai tujuan terapi, resistensi antibiotika, biaya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
pengobatan berlebihan, hingga terjadinya efek samping bahkan kematian (Adil et
al., 2015).
Evaluasi penggunaan antibiotika bertujuan untuk memberikan informasi
terkait penggunaan antibiotika di rumah sakit dan menjadi salah satu indicator mutu
program pengendalian resistensi di rumah sakit. Oleh karena itu, evaluasi pola
penggunaan antibiotika hendaknya dilakukan setiap tahun (Permenkes, 2015).
Salah satu penelitian terkait evaluasi penggunaan antibiotika pada pasien
terdiagnosa PPOK Rawat Inap di RSUD Ibnu Sina Gresik menunjukan presentase
penggunaan antibiotika yang rasional sebanyak 78,3% dan tidak rasional sebanyak
21,7% (Anggreini, 2014). Sejauh penelusuran pustaka, penelitian tentang evaluasi
rasionalitas penggunaan antibiotika pada pasien terdiagnosa PPOK di RSUD
Sleman belum pernah dilakukan oleh peneliti lainnya. Selain itu juga, bila
dibandingkan dengan penelitian lain, penelitian ini berbeda dalam hal lokasi dan
periode penelitian, subyek yang diteliti serta metode yang dilakukan untuk
melakukan evaluasi penggunaan antibiotika.
Penelitian dilakukan dengan menelusuri catatan rekam medik pasien PPOK
di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sleman, Yogyakarta. Penelitian ini
bertujuan untuk mengidentifikasi pola peresepan antibiotika pada pasien
terdiagnosa PPOK dan memberikan evaluasi rasionalitas peresepan antibiotika
pada pasien terdiagnosa PPOK berdasarkan ‘Penyakit Paru Obstruktif Kronik
(PPOK) : Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia’ oleh Perhimpunan
Dokter Paru Indonesia (PDPI) 2011 dan American Family Physican ‘Management
of Acute Exacerbations and Chronic Stable Disease (2011).
METODE PENELITIAN
Rancangan dan Subyek Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental dengan rancangan
penelitian deskriptif. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif yaitu
mengambil atau menelusuri data catatan rekam medis pasien yang terdiagnosa
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) di RSUD Sleman periode 2017. Subjek
penelitian ini adalah rekam medis pasien dewasa yang terdiagnosa PPOK di RSUD
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
193 rekam medis
pasien PPOK rawat
inap periode Januari-
Desember 2017
Sleman periode 2017 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi
penelitian ini adalah pasien dewasa terdiagnosa PPOK dengan kode ICD 10 : J44
di RSUD Sleman periode perawatan Januari-Desember 2017, menjalani rawat inap
minimal 3 hari, menerima terapi antibiotika serta tidak terdiagnosa penyakit lain
yang membutuhkan terapi antibiotika. Kriteria eksklusi penelitian ini adalah pasien
dengan data rekam medis hilang.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret – April 2018 di RSUD
Sleman. Bahan penelitian diambil dari data rekam medis pasien PPOK yang
menjalani rawat inap periode 2017 dan hanya dilakukan pengamatan saja tanpa
intervensi pada bahan penelitian. Data yang diambil hanya digunakan untuk
keperluan penelitian ini saja dan identitas subyek akan dirahasiaan. Pengambilan
data dilakukan dengan menggunakan lembar pengumpulan data rekam medis yang
berisi nomor rekam medis, jenis kelamin, usia, diagnosis, anamnesis, hasil
pemeriksaan laboratorium seperti pemeriksaan hematologi, hasil fotothorax dan
terapi yang diterima oleh pasien selama menjalani rawat inap serta terapi yang
dibawa pulang pasien. Total sampel rekam medis yang digunakan dalam penelitian
ini adalah 35 rekam medis dengan rincian seperti pada Gambar 1.
Gambar 1. Bagan Perolehan Sampel Penelitian Pasien PPOK di RSUD Sleman
Periode Januari – Desember 2017
35 rekam medis yang
digunakan dalam
penelitian
158 rekam medis pasien tidak memenuhi kriteria
inklusi :
3 Pasien menjalani perawatan kurang dari 3 hari
2 Pasien tidak menerima terapi antibiotika
108 Pasien memiliki penyakit penyerta infeksi lain
45 Pasien dengan rekam medis hilang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Pada penelitian ini dilakukan wawancara kepada dokter spesialis penyakit
dalam sebagai salah satu dokter penulis resep pada tanggal 11 Mei 2018 untuk
konsultasi dan konfirmasi terapi yang diberikan kepada pasien. Juga dilakukan
konfirmasi kepada apoteker yang menjadi salah satu anggota PPRA pada tanggal
24 Mei 2018 untuk wawancara atau konfirmasi terkait data penelitian yang
diperoleh.
Penelitian ini telah mendapatkan persetujuan pengambilan data dari RSUD
Sleman Yogyakarta dan menjalani prosedur penelitian yang diantaranya penerbitan
Ethical Cleareance oleh komisi etik Fakultas Kedokteran Univerisitas Kristen Duta
Wacana dengan nomor surat 580/C.16/FK/2018 serta mendapatkan surat perizinan
penelitian dari Kesbangpol Sleman.
Analisis data
Profil karakteristik demografik pasien PPOK diperoleh dengan
mengelompokan data pasien berdasarkan usia, jenis kelamin dan lama perawatan
pasien di RSUD Sleman pada tahun 2017 yang kemudian disajikan dalam bentuk
persentase dengan menghitung jumlah kasus PPOK pada kelompok usia, jenis
kelamin dan lama perawatan dibagi jumlah seluruh kasus lalu dikali dengan 100%.
Profil pola penggunaan antibiotika pasien PPOK dilihat dengan
mengelompokan data pasien berdasarkan golongan, jenis dan lama pemberian
antibiotika. Persentase penggunaan antibiotika diperoleh dengan menghitung
jumlah kasus tiap kelompok dibagi dengan jumlah seluruh kasus lalu dikali dengan
100%.
Evaluasi rasionalitas penggunaan antibiotika dilakukan dengan meninjau
data yang diperoleh berdasarkan kriteria penggunaan obat yang rasional menurut
Kemenkes RI (2011) yang telah dimodifikasi dan literatur. Kriteria rasionalitas
yang ditinjau meliputi tetap indikasi, tepat pemilihan obat, tepat dosis, tepat interval
waktu pemberian, tepat lama pemberian antibiotika dan tepat penilaian kondisi
pasien. Literatur yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini adalah
‘Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) : Pedoman Diagnosis dan
Penatalaksanaan di Indonesia’ oleh Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
2011 dan American Family Physican ‘Management of Acute Exacerbations and
Chronic Stable Disease’ tahun 2011. Penggunaan obat dikatakan rasional apabila
telah memenuhi seluruh kriteria penggunaan obat rasional yang digunakan dalam
penelitian ini.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian yang dilakukan di RSUD Sleman pada bulan Maret – April 2018
dan diperoleh 193 data rekam medis pasien terdiagnosa PPOK yang menjalani
rawat inap tahun 2017. Data rekam medis yang masuk dalam kriteria penelitian
yaitu 35 rekam medis.
Profil Karateristik Pasien PPOK yang Menjalani Rawat Inap di RSUD
Sleman Periode 2017
Profil karakteristik pasien PPOK dikelompokkan berdasarkan usia, jenis
kelamin dan lama perawatan. Pasien PPOK yang menjalani rawat inap di RSUD
Sleman Periode 2017 paling banyak terjadi pada usia ≥70 tahun, yaitu sebanyak 17
pasien (48,6%), dilanjutkan dengan kelompok usia 60-69 tahun sebanyak 10 pasien
(28,6%) dan kelompok usia 50-59 tahun sebanyak 8 (22,8%) (Tabel I). Menurut
GOLD (2017), angka kejadian PPOK meningkat seiiring dengan bertambahnya
usia. Hal ini sejalan dengan hasil Riset Kesehatan Dasar (2013), dimana prevalensi
PPOK meningkat dari dengan bertambahnya usia yaitu meningkat pada usia ≥25
tahun dan tertinggi pada usia ≥75 tahun (9,4%).
Prevalensi PPOK cenderung lebih tinggi pada pasien laki-laki dibandingkan
dengan perempuan. Hal ini sejalan dengan kejadian PPOK di RSUD Sleman
periode 2017 lebih banyak terjadi pada laki-laki dengan 31 pasien (88,6%)
dibandingkan dengan pasien perempuan dengan 4 pasien (11,4%) (Tabel I). Salah
satu faktor yang berperan dalam peningkatan kejadian PPOK adalah kebiasaan
merokok dan kebiasaan merokok yang tinggi ini terutama pada laki-laki diatas usia
15 tahun (60-70%) (PDPI, 2011).
Salah satu parameter kualitas management PPOK di rumah sakit adalah
penurunan lama perawatan pasien PPOK. Dalam penelitian yang dilakukan oleh
Harries et al., (2015) lama perawatan pasien PPOK di rumah sakit pada tahun 2009-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
2010 ≤10 hari (79%) dengan rata-rata lama perawatan yaitu 3,7 hari. Hal ini serupa
dengan lama perawatan pasien PPOK di RSUD Sleman terbanyak yaitu pada
rentang 3-5 hari dengan 22 pasien (62,8%), kemudian 6-9 hari dengan 10 pasien
(28,6%) dan ≥10 hari dengan 3 pasien (8,6%) (Tabel I).
Tabel I. Karakteristik Pasien PPOK yang Menjalani Rawat Inap di RSUD Sleman
Periode Januari-Desember 2017
Karakteristik Pasien Jumlah Persentase
(%)
Usia 50-59 8 22,8
60-69 10 28,6
70+ 17 48,6
Total 35 100
Jenis Kelamin Laki-laki 31 88,6
Perempuan 4 11,4
Total 35 100
Lama Perawatan (hari) 3-5 22 62,8
6-9 10 28,6
10+ 3 8,6
Total 35 100
Profil Penggunaan Antibiotik pada Pasien PPOK
Pada penelitian ini profil penggunaan antibiotik dilihat dari golongan, jenis
dan lama pemberian antibiotik selama pasien menjalani rawat inap. Dari 35 pasien,
penggunaan antibiotika terbagi dalam 21 kasus (60,0%) penggunaan antibiotika
tunggal, 11 kasus (31,4%) penggunaan antibiotika kombinasi dan 3 kasus (8,6%)
penggantian jenis antibiotik selama terapi. Antibiotika tunggal yang paling banyak
digunakan adalah golongan sefalosporin, yaitu seftriakson (51,4%). Antibiotika
kombinasi yang paling banyak digunakan adalah seftriakson dan azitromisin
(22,9%) dan penggantian jenis antibiotika yaitu seftriakson yang menjadi dengan
kombinasi seftriakson + azitromisin ataupun kombinasi seftriakson + levofloksasin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
diganti dengan meropenem (Tabel II). Alasan penggantian antibiotika tersebut
diperoleh dari hasil wawancara dengan salah satu dokter penulis resep berikut :
“Penggantian antibiotika dilakukan apabila kondisi klinis pasien tidak menunjukan
perbaikan atau respon terhadap antibiotika yang diberikan, serta menyesuaikan
dengan ketersediaan antibiotika yang ada di rumah sakit” (Lampiran 10).
Tabel II. Penggunaan Antibiotika pada Pasien PPOK yang Menjalani Rawat Inap
di RSUD Sleman Periode Januari-Desember 2017
Antibiotika Jumlah
Kasus
Persentase
(%)
Terapi Tunggal
Golongan Sefalosporin Generasi 3
Seftriakson* 18 51,4
Sefotaksim* 1 2,9
Seftazidim* 1 2,9
Golongan Fluorokuinolon
Levofloksasin* 1 2,9
Terapi Kombinasi
Sefoperason + Sulbaktam* 1 2,9
Seftriakson* + Levofloksasin* 2 5,7
Seftriakson* + Azitromisin+ 8 22,9
Penggantian Antibiotik
Seftriakson* Seftriakson* + Levofloksasin* 1 2,9
Seftriakson* Seftriakson* + Azitromisin+ 1 2,9
Seftriakson* Seftriakson* + Levofloksasin*
Meropenem*
1 2,9
Total 35 100
+ : Obat diberikan secara oral
* : Obat diberikan secara intravena
Salah satu pilihan terapi yang disarankan oleh PDPI (2011) adalah
antibiotika golongan sefalosporin generasi 3. Seftriakson merupakan antibiotika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
golongan sefalosporin generasi 3, memiliki spektrum yang luas terhadap bakteri
pathogen utama pada pasien PPOK dengan eksaserbasi akut. Bakteri pathogen yang
umumnya terdapat pada kultur sputum pasien PPOK diantaranya adalah
Streptococcus pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa, Klebsiella, E.coli, GNNF,
dan Citrobacter. Streptococcus pneumoniae merupakan bakteri pathogen yang
paling sering terisolasi pada kultur sputum pasien PPOK (42%) dan seftriakson
merupakan antibiotika yang paling efektif untuk bakteri ini sehingga disarankan
sebagai lini pertama antibiotik empiris untuk pasien PPOK (Sankar et al., 2016 ;
Shashibhusan et al., 2016).
Penggunaan antibiotika kombinasi bertujuan untuk memberikan efek
sinergis pada infeksi dan memperlambat serta mengurangi resiko timbulnya bakteri
resisten (Permenkes, 2011). Penggunaan antibiotika golongan makrolida seperti
azitromisin disarankan pada pasien PPOK dengan eksaserbasi ringan hingga
sedang. Selain memiliki efek antibakterial, makrolida juga memiliki efek
immunomodulaltor dan antiinflamasi. Beberapa penelitian menunjukan
penggunaan makrolida menurunkan frekuensi kejadian eksaserbasi pada pasien
PPOK (Hunter and King, 2011; Albert et al., 2011).
Tabel III. Profil Lama Penggunaan Antibiotika Pada Pasien PPOK yang Menjalani
Rawat Inap di RSUD Sleman Periode 2017
Jenis Antibiotika Lama Penggunaan Antibiotika (Hari)
2 3 4 5 6 7 8 9 10
Azitromisin 10
Seftriakson 4 10 5 2 3 2
Sefotaksim 1
Seftazidim 1
Sefoperason Sulbaktam 1
Levofloksasin 1 2 1 1
Meropenem 1
Pola lama penggunaan antibiotika pada penelitian ini dapat dilihat pada
Tabel III. Terdapat 10 pasien yang menerima antibiotika azitromisin dan kesepuluh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
pasien tersebut menggunakan antibiotika selama 5 hari. Hal ini sejalan dengan lama
penggunaan antibiotika oral yaitu selama 5-10 hari (Hunter and King, 2011).
Evaluasi Rasionalitas Penggunaan Antibiotika
Evaluasi penggunaan antibiotika merupakan salah satu indikator mutu
program pengendalian resistensi antibiotika di rumah sakit. Resistensi antibiotika
dapat dihambat dengan cara penggunaan antibiotika secara bijak yaitu penggunaan
antibiotika yang sesuai dengan penyebab infeksi dengan regimen dosis optimal,
lama pemberian optimal, efek samping minimal dan dampak minimal terhadap
munculnya mikroba resisten (Permenkes, 2015).
Tabel IV. Evaluasi Rasionalitas Penggunaan Antibiotika Berdasarkan Modul POR
menurut Kemenkes RI (2011) yang Dimodifikasi
Kriteria Rasionalitas Tepat (%) Kurang Tepat (%)
Tepat Indikasi 100 0
Tepat Pemilihan Obat 100 0
Tepat Dosis 74,3 25,7
Tepat Interval Waktu Pemberian Obat 34,3 65,7
Tepat Lama Pemberian 100 0
Tepat Penilaian Kondisi Pasien 100 0
Tepat Indikasi
Pemberian antibiotika hanya dianjurkan untuk pasien yang menunjukan
gejala infeksi bakteri (Kemenkes RI, 2011). Pada pasien PPOK, antibiotika
diberikan apabila terdapat dua atau lebih gejala eksaserbasi, yaitu sesak napas yang
bertambah, bertambahnya volume sputum dan purulensi sputum. Peresepan
antibiotika pada pasien PPOK bertujuan untuk menurunkan resiko kejadian dan
kekambuhan eksaserbasi akut (PDPI, 2011; Adil et al., 2015).
Pada penelitian ini menunjukan bahwa ketepatan indikasi penggunaan
antibiotika adalah 100%, dimana pasien mendapat terapi antibiotika sesuai indikasi
penyakitnya. Ketepatan indikasi penggunaan antibiotika dinilai dari diagnosa
pasien yaitu PPOK eksaserbasi akut dan juga dari hasil pemeriksaan laboratorium
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
pasien, dimana nilai leukosit ataupun neutrophil yang lebih tinggi dari nilai rujukan.
Selain itu juga, pasien dinilai mendapatkan antibiotika sesuai indikasi karena
menunjukan gejala yaitu sesak yang bertambah dan batuk mengeluarkan dahak.
Tepat Pemilihan Obat
Pemilihan obat dikatakan tepat apabila dilakukan setelah penegakan
diagnosa dan obat yang dipilih memiliki efek terapi yang sesuai dengan keadaan
penyakitnya (Kemenkes RI, 2011). Pemilihan terapi antibiotika pada pasien PPOK
dilakukan berdasarkan tingkat keparahan eksaserbasi ataupun bakteri penyebabnya,
yaitu Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenza, dan Moraxella
catarrhalis. Beberapa acuan menyarankan penggunaan antibiotika spektrum luas
dan memiliki aktivitas terhadap Pseudomonas aeruginosa untuk pasien yang
mengalami gagal nafas dan menjalani rawat inap di rumah sakit karena pasien
dengan kondisi ini memiliki resiko besar terhadap organisme yang lebih resisten
(Alldredge et al., 2013).
Pada penelitian ini ketepatan pemilihan obat dievaluasi dengan standar
acuan terapi yaitu Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (2011) dan American
Family Physican ‘Management of Acute Exacerbations and Chronic Stable
Disease’ (2011). Hasil penelitian menunjukan ketepatan pemilihan obat adalah
100%, dimana pasien menggunakan antibiotika sesuai dengan standar acuan terapi
yang digunakan. Antibiotika golongan sefalosporin generasi kedua dan ketiga
menjadi pilihan utama pengobatan parenteral untuk pasien PPOK karena
spektrumnya yang luas. Penggunaan sefalosporin generasi kedua dan ketiga dapat
dikombinasi dengan antibiotika golongan fluorokuinolon seperti levofloksasin atau
antibiotika golongan makrolida seperti azitromisin untuk mendapatkan efek terapi
yang sinergis. Pada kasus yang jarang seperti pada pasien nomor 32 diberikan
antibiotika golongan carbapenem yaitu meropenem. Pasien dengan eksaserbasi
berat disarankan penggunaan antibiotika beta laktam dengan aktivitas
Pseudomonas aeruginosa (PDPI, 2011). Sensitivitas meropenem terhadap
Pseudomonas aeruginosa adalah 86,2% (Sader et al., 2017).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Tepat Dosis
Pemberian dosis obat mempengaruhi efek terapi. Dosis yang terlalu kecil
tidak akan menjamin kadar terapi yang diharapkan tercapai, sedangkan dosis yang
berlebihan memiliki resiko terjadi efek samping (Kemenkes RI, 2011). Pada
penelitian ini ketepatan dosis disesuaikan dengan standar acuan dosis antibiotika
dewasa, yaitu American Family Physican ‘Management of Acute Exacerbations
and Chronic Stable Disease’ (2011).
Hasil penelitian menunjukan bahwa 9 pasien (25,7%) menggunakan
antibiotika dengan dosis yang kurang tepat dari yang disarankan dan 25 pasien
(74,3%) menggunakan antibiotika dengan dosis tepat (Tabel V). Regimen dosis
azitromisin yang disarankan untuk pasien PPOK adalah dosis inisial 500 mg/hari
dan diikuti 250 mg/hari pada hari selanjutnya (Hunter and King, 2011). Namun,
pada pasien nomor 1, 3, 5, 14, 18, 19, 29 dan 30 menerima azitromisin dengan dosis
500mg/hari hingga hari kelima. Sedangkan pasien nomor 28 hanya menerima
azitromisin dengan dosis 250 mg/hari hingga hari kelima. Regimen dosis harus
dapat mencapai kadar hambat minimal (KHM). Jika tidak mencapai kadar ini, maka
akan mengakibatkan kegagalan terapi dan situasi ini selanjutnya menjadi salah satu
penyebab timbulnya resistensi (Permenkes, 2011).
Tabel V. Ketepatan Dosis Antibiotika pada Pasien PPOK yang menjalani Rawat
Inap di RSUD Sleman Periode 2017
Ketepatan Dosis Jumlah Pasien Persentase (%)
Dosis Kurang Tepat 9 25,7
Dosis Tepat 26 74,3
Total 35 100
Tepat Interval Waktu Pemberian Obat
Secara umum antibiotika dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan sifat
farmakokinetikanya, yaitu consentration dependent dan time dependent killing.
Antibiotika yang termasuk dalam kelompok consentration dependent adalah
antibiotika golongan quinolone dan aminoglikosida dimana semakin tinggi kadar
antibiotika dalam darah maka semakin tinggi pula daya bunuhnya terhadap bakteri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Sedangkan antibiotika yang termasuk dalam kelompok time dependent killing
adalah antibiotika golongan penicillin, sefalosporin dan macrolide dimana
ketepatan interval pemberian antibiotika berperan untuk mempertahankan kadar
antibiotika dalam darah sehingga dapat mencapai efek terapi yang diinginkan
(Permenkes, 2011 ; Amin, 2014).
Hasil penelitian menunjukan bahwa pasien hanya 11 pasien (34,3%)
menggunakan antibiotika dengan interval waktu pemberian yang tepat dan 24
pasien (65,7%) kurang tepat dalam inverval waktu pemberian (Tabel V.).
Penggunaan seftriakson yang disarankan adalah 1-2 gram sehari, artinya interval
waktu pemberian seftriakson adalah 24 jam (Hunter and King, 2011). Namun, 24
pasien menggunakan seftriakson dengan interval waktu pemberian tiap 12 jam.
Waktu paruh seftriakson yaitu 5-9 jam untuk pasien dengan fungsi hati dan ginjal
normal dan 12-16 jam untuk pasien yang mengalami gangguan fungsi ginjal
(APhA, 2015).
Tabel VI. Ketepatan Interval Waktu Pemberian Antibiotika pada Pasien PPOK
yang menjalani Rawat Inap di RSUD Sleman Periode 2017
Ketepatan Interval Waktu Pemberian
Antibiotika
Jumlah Pasien
(n=35)
Persentase
(%)
Interval pemberian tepat 12 34,3
Interval pemberian tidak tepat :
Pemberian Tunggal 14 40,0
Pemberian Kombinasi 9 25,7
Tepat Lama Pemberian
Lama pemberian obat mempengaruhi hasil pengobatan, sehingga lama
permberian obat harus sesuai dengan penyakit yang dialami oleh pasien (Kemenkes
RI, 2011). Penggunaan antibiotika oleh pasien harus memperhatikan lama
pemberian sesuai jenis antibiotika dan kondisi klinis pasien. Hasil penelitian
menunjukan bahwa ketepatan lama pemberian antibiotika adalah 100%, dimana
lama pemberian antibiotika sesuai dengan yang disarankan yaitu 5-10 hari.
Penggunaan antibiotika parenteral dapat diganti dengan peroral apabila setelah 24-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
48 jam dengan kondisi klinis pasien yang sudah membaik, tidak mengalami
gangguan pencernaan dan tidak demam (Permenkes, 2011).
Tepat Penilaian Kondisi Pasien
Respon pasien terhadap efek terapi obat sangat beragam sehingga perlu
dilakukan penilaian kondisi pasien terhadap pemberian antibiotika. Kondisi-kondisi
yang perlu diperhatikan diantaranya adalah derajat infeksi, tempat infeksi, usia,
berat badan, penyakit komorbid, kondisi kehamilan atau laktasi serta riwayat alergi
(Kemenkes RI, 2011 ; Amin, 2014). Adanya penyakit komorbid seperti kelainan
hati atau ginjal perlu diperhatikan karena dapat menurunkan efektifitas antibiotika
dan memperberat efek toksisitas (Amin, 2014).
Hasil penelitian menunjukan bahwa tepat penilaian kondisi pasien 100%,
dimana tidak terdapat alergi dan kontraindikasi pada pasien yang menggunakan
antibiotika. Pada pasien nomor 13 yang memiliki penyakit penyerta Acute kidney
injury (AKI), serta pasien nomor 33 dan 34 yang nilai kreatinin lebih tinggi dari
nilai rujukan, pemberian seftriakson secara intravena tidak perlu dilakukan
penyesuaian dosis (APhA, 2015).
Rasionalitas Penggunaan Antibiotika
Penggunaan antibiotika yang tepat yaitu penggunaan antibiotika yang
paling efektif dari segi biaya dengan peningkatan efek terapeutik klinis,
meminimalkan toksisitas serta terjadinya resistensi (Amin, 2014). Pada penelitian
ini, penggunaan antibiotika dikatakan rasional apabila memenuhi keenam kriteria
rasionalitas menurun Kemenkes RI (2011). Pada penelitian ini didapatkan 9 pasien
(25,7%) yang menggunakan antibiotika secara rasional dan 26 pasien (74,3%) tidak
menggunakan antibiotika secara rasional. Penggunaan antibiotika yang tidak
rasional pada pasien disebabkan karena tidak tepatnya dosis dan waktu interval
waktu pemberian antibiotika. Berdasarkan hasil wawancara dengan apoteker bagian
PPRA di RSUD Sleman, dosis dan interval waktu pemberian antibiotika yang
diresepkan oleh dokter didasarkan pada panduan pemberian antibiotika yang lama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
dan juga pengalaman klinis dokter. Panduan pemberian antibiotika yang baru
sedang dalam tahap penyusunan.
Gambar 2. Rasionalitas Penggunaan Antibiotika Pada Pasien PPOK yang
Menjalani Rawat Inap di RSUD Sleman Periode 2017
Penggunaan antibiotika yang tidak rasional dapat disebabkan karena
kurangnya informasi terkait pengobatan terbaru dan pedoman perawatan klinis,
faktor kebiasaan penulis resep, pemeriksaan yang kurang memadai sehingga tidak
mendukung diagnosa (Bbosa and Mwebaza, 2015). Penggunaan antibiotika yang
tidak rasional dapat menyebabkan terjadinya resistensi, oleh karena itu perlu
pengendalian resistensi baik perorangan maupun di tingkat rumah sakit. Diperlukan
pemahaman tentang masalah resistensi dan gerakan penanganan resistensi melalui
program terpadu yang disebut dengan Program Pengendalian Resistensi
Antimikroba (PPRA). Dalam rangka pelaksanaan PPRA di rumah sakit, diperlukan
pedoman pelaksanaan agar pengendalian resistensi berlangsung di seluruh
Indonesia berlangsung secara baku (Permenkes, 2015).
Penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh klinisi dan juga farmasis sebagai
sumber informasi dan bahan evaluasi dalam peresepan antibiotika yang rasional
pada pasien PPOK. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah penelitian dilakukan
retrospektif sehingga tidak bisa mengevaluasi keseluruhan kriteria rasionalitas yang
ditetapkan Kemenkes RI (2011) dan tidak bisa melihat outcome klinis pasien.
Selain itu, jumlah sampel yang memenuhi kriteria inklusi terlalu sedikit sehingga
kurang menggambarkan keadaan lebih rinci.
25,7
74,3
Rasional Tidak Rasional
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
KESIMPULAN
Pada penelitian ini diperoleh 4 golongan antibiotika dan 7 jenis antibiotika
yang diresepkan. Golongan dan jenis antibiotika yang paling banyak diresepkan
adalah terapi tunggal golongan sefalosporin generasi 3 yaitu seftriakson (51,4%).
Hasil penelitian menunjukan penggunaan antibiotika yang rasional pada 9 pasien
(25,7%) dan 26 pasien (74,3%) tidak rasional. Pemberian antibiotika yang tidak
rasional terjadi karena ketidaktepatan dalam dosis antibiotika (25,7%) dan interval
waktu pemberian antibiotika (65,7%).
SARAN
Untuk penelitian selanjutnya, perlu dilakukan penelitian serupa dengan
rancangan penelitian prospektif sehingga dapat mengevaluasi rasionalitas
penggunaan antibiotika dengan menggunakan keseluruhan kriteria rasionalitas
penggunaan obat dan juga melihat pengaruh antibiotika terhadap outcome klinis
pasien.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
DAFTAR PUSTAKA
Adil, M. S., et al., 2015. EMPADE Study : Evaluation of Medical Prescriptions and
Adverse Drug Events in COPD Patients Admitted to Intensive Care Unit.
Journal of Clinical and Diagnostic Research. 9(11). pp 5-8.
Albert, R. K., et al., 2011. Azitromycin for Prevention of Exacerbations of COPD.
The New England Journal of Medicine. 365 (8). pp. 689-698.
Alldredge, B. K., et al., Koda-Kimble & Young’s Applied Therapeutics : The
Clinical Use of Drugs. Lippincott Williams & Wilkins, USA.
American Pharmacists Association, 2015. Drug Information Handbook. 24th
Edition. Lexicomp Drug Reference Handbook, USA.
Amin, L. Z., 2014. Pemilihan Antibiotik yang Rasional. Medicinus. 27(3), pp. 40-
45.
Anggreini, N., 2014. Evaluasi Penatalaksanaan Penggunaan Antibiotik pada
Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik Rawar Inap di RSUD Ibnu Sina
Gresik Periode Januari 2011 – Desember 2016, Thesis. Universitas
Gadjahmada, Yogyakarta.
Bbosa, G. S., and Mwebaza, N., 2015. Global Irrational Antibiotics/Antibacterial
Drugs Use : A current and future health and environmental consequences.
Microbial Pathogens and Strategies for Combating : Science, Technology
and Education.
Dogan, M., et al., 2016. Are Treatment Guides and Rational Drug Use Policies
Adequately Exploited in Combating Respiratory System Disease?. Journal
of Infection and Public Health. Elsevier, 9, pp. 42-51.
Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD). 2017. Global
Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease : Pocket Guide to COPD
Diagnosis, Management, and Prevention – a Guide for Health Care
Professionals.
Harries, T. E., et al., 2015. Length of Stay of COPD Hospital Admissions Between
2006 and 2010: a retrospective longitudinal study. International Journal of
COPD. pp. 603-611.
Hunter, M. H., and King, D. E., 2011. COPD : Management of Acute Exacerbations
and Chronic Stable Disease. American Family Physician. 64(4), pp. 603 –
612.
Kementrian Kesehatan RI. 2011. Modul Penggunaan Obat Rasional. Jakarta :
Direktrur Bina Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan, hal. 3-8.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Riset Kesehatan Dasar :
RISKESDAS 2013. Jakarta : Balai Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Republik Indonesia.
Khotimah, S., 2013. Latihan Endurance Meningkatkan Kualitas Hidup Lebih Baik
Daripada Latihan Pernapasan Pada Pasien PPOK di BP4 Yogyakarta. Sport
and Fitness Journal.
Peraturan Menteri Kesehatan. 2011. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 2406 tentang Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik.
Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Peraturan Menteri Kesehatan. 2015. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 8 tentang Program Pengendalian Resistensi
Antimikroba di Rumah Sakit. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2011. Penyakit Paru Obstruktif Kronik
(PPOK) : Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta
: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.
Puspasari, S. F. A., 2016. Pengaruh Pernapasan Pursed-Lip Sebelum Latihan Fisik
Terhadap Kualitas Hidup Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)
Di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. Media Ilmu Kesehatan. 5(2), hal.
107-112.
Sader, H. S., et al., 2017. Pseudomonas aeruginosa Antimicrobial Susceptibility
Result from Four Years (2012 to 2015) of the International Network for
Optimal Resistance Monitoring Program in the United States.
Antimicrobial Agents and Chemotherapy. 61(3).
Sankar, V., et al., 2016. Open Label Observational Comparative Efficacy Study of
Seftriakson and Levofloksasin in COPD Exacerbations. Journal of
Pharmacy Practice and Community Medicine. 2(2) : 46-53.
Shashibhushan, B. L., et al., 2016. Bacteriological Profile and Antibiotic Sensitivity
Pattern in Sputum Culture of Chronic Obstructive Pulmonary Disease
Patients. International Journal of Advances in Medicine. 3(3) : 671-674.
Viet, N. H. N., et al., 2015. The Prevalence and Patien Characteristics of Chronic
Obstructive Pulmonary Disease in Non-Smokers in Vietnam and Indonesia
: And Obeservational Survey. Journal of the Asian Pasific Society of
Respirology. pp. 602-611.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Lampiran 1. Ethical Clearance
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Lampiran 2. Surat Perizinan Penelitian Kesbangpol Sleman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Lampiran 3. Surat Perizinan Penelitian RSUD Sleman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Lampiran 4. Definisi Operasional Penelitian
1. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) yang dimaksud adalah penyakit pada
saluran pernapasan yang bersifat persisten berdasarkan diagnosa dokter.
2. Subjek penelitian adalah rekam medis pasien dewasa yang terdiagnosa PPOK
dan menjalani rawat inap minimal 3 hari di RSUD Sleman pada tahun 2017.
3. Rekam medis adalah berkas yang berisi catatan terkait identitas pasien, hasil
pemeriksaan dan pengobatan yang dijalani oleh pasien terdiagnosa PPOK di
RSUD Sleman pada tahun 2017.
4. Karakteristik pasien PPOK yaitu usia, jenis kelamin dan lama perawatan pasien
di RSUD Sleman pada tahun 2017.
5. Pola penggunaan antibiotika adalah golongan, jenis, rute dan lama pemberian
antibiotika yang digunakan oleh pasien terdiagnosa PPOK selama menjalani
rawat inap di RSUD Sleman.
6. Evaluasi rasionalitas penggunaan antibiotika dilakukan berdasarkan kriteria
Kemenkes RI (2011) sebagai berikut :
i. Tepat indikasi yaitu antibiotika diberikan kepada pasien berdasarkan
indikasi dan telah terdiagnosa PPOK yang terinfeksi bakteri.
ii. Tepat pemilihan obat yaitu peresepan antibiotika kepada pasien PPOK
untuk membunuh dan menghambat bakteri penyebab infeksi berdasarkan
PDPI (2011) dan American Family Physican ‘Management of Acute
Exacerbations and Chronic Stable Disease’ (2011).
iii. Tepat dosis yaitu pemberian antibiotika atau kekuatan obat yang diterima
pasien per sekali pemberian maupun sehari menurut American Family
Physican ‘Management of Acute Exacerbations and Chronic Stable
Disease’ (2011).
iv. Tepat interval waktu pemberian obat yaitu interval antara pemberian
antibiotika pertama, kedua, ketiga dan seterusnya sesuai jumlah
pemberian yang harus diperoleh per hari.
v. Tepat lama pemberian yaitu lama pemberian antibiotika kepada pasien
yang sesuai dengan kondisi pasien atau keparahan infeksi yang dialami
pasien serta lama seharusnya antibiotika diberikan.
vi. Tepat penilaian kondisi pasien yaitu pemberian antibiotika yang harus
sesuai berdasarkan respon individu atau pasien setelah pemberian
antibiotika yang mungkin dapat mempengaruhi efek terapi antibiotika.
Penggunaan antibiotika dikatakan rasional apabila memenuhi keenam
kriteria rasionalitas menurut Kemenkes RI (2011). Jika terdapat salah satu
kriteria yang tidak terpenuhi, maka penggunaan antibiotika dikatakan tidak
rasional.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Lampiran 5. Pilihan Antibiotika untuk Pasien PPOK
Antibiotika Dosis
Eksaserbasi ringan hingga sedang*
First line :
Doxycycline
Trimethoprim Sulfametoxazole
100 mg 2 x sehari
1 tablet 2 x sehari
Amoxicillin-clavulanate potassium 500 mg/125 mg 3 x sehari ;
875 mg/125 mg 2 x sehari
Macrolida :
Clarithromycin
Azithromycin
500 mg 2 x sehari
Inisial 500mg; lalu 250mg/hari
Fluoroquinolones:
Levofloksasin
Gatifloxacin
Moxifloxacin
500 mg sehari
400 mg sehari
400 mg sehari
Eksaserbasi sedang hingga berat+
Sefalosporins:
Seftriakson
Sefotaksim
Ceftazime
1 – 2 g iv sehari
1 g iv setiap 8 – 12 jam
1 – 2 g iv setiap 8 – 12 jam,
Antipseudomonal penicillins
Piperacillin – tazobactam
Ticarcillin – clavulanate potassium
3,375 g iv setiap 6 jam
3,1 g iv sertiap 4 – 6 jam
Fluoroquinolones:
Levofloksasin
Gatifloxacin
500 mg iv sehari
400 mg iv
Aminoglycoside :
Tobramycin
1 mg/kgBB iv setiap 8 – 12 jam ; atau
5 mg/kgBB iv sehari
* untuk antibiotika oral, durasi pemberian adalah 5 – 10 hari + obat biasanya digunakan kombinasi untuk mendapatkan terapi yang sinergi;
biasanya diberikan secara intavena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Lampiran 6. Contoh Lembar Pengambilan Data Rekam Medis
No Rekam Medis 30
Jenis Kelamin Laki-Laki
Usia 76 tahun
Lama Perawatan 3 hari
Riwayat Penyakit Hipertensi
Alergi Obat -
RPO -
Diagnosa Masuk PPOK eksaserbasi akut
Diagnosa Utama PPOK eksaserbasi akut
Diagnosa Sekunder Dyspepsia
Anamnese Pasien mengatakan sesak dan batuk ± 1 minggu yang
lalu, pusing, nafsu makan menurun, post mondok
September kemarin di RSUD Sleman (Kenanga)
Pemeriksaan Awal TD : 160/90 mmHg
Frekuensi nadi : 90x/menit
Frekuensi nafas : 26x/menit
Suhu : 37,6 oC
Hasil Laboratorium
Pemeriksaaan Nilai Rujukan
Leukosit 12,9 4,5-11,0 ribu/µL
Hitung Jenis
Leukosit
Basofil 1,1 0-1%
Limfosit 12,1 22-40%
Neutrofil 76,2 40-70%
Kesan Fotothorax Bronkitis kronis dengan emphysematous lung
Cardiomegaly
Terapi yang diterima Pasien
Terapi Rute Dosis Tanggal Pemberian
15 16 17 18
Azitromisin 500 mg PO 1 x 1 tab 18.00 18.00 18.00
KSR PO 3 x 1 tab
Nebul combivent Per 6 jam 17.00 –
23.00
05.00-
11.00-
05.00-
11.00-
05.00-
11.00
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
17.00-
23.00
17.00-
23.00
MP IV 3 x 62,5mg 13.00 05.00 –
13.00
05.00 –
13.00
05.00 –
13.00
Seftriakson IV 1 x 2 g 17.00 17.00 17.00
Ranitidin IV 2 x 1 A 17.00 05.00-
17.00
15.00-
17.00
05.0
0
Furosemid IV 1 x 1 A
Lavemir SC 6 U (ekstra) 21.30
Obat yang dibawa Pulang
Terapi Dosis
Symbicort 3 x 1 puff
MP 8 mg 3 x 1 tab
Ranitidin 2 x 1 tab
Salbutamol 3 x 1 tab
Amoxicillin 3 x 1 g
Azitromisin 1 x 500 mg (2 tab)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Lampiran 7. Lembar Terapi Antibiotika yang Diterima Oleh Pasien
NO. Usia
(tahun)
Jenis
Kelamin
Lama
Perawatan
(Hari)
Terapi Antibiotika
Golongan Jenis Rute Dosis Interval
(Jam)
Lama
Pemberian
(Hari)
1. 60 L 5 Macrolide Azitromisin Oral 500
mg
24 5
Sefalosporin Seftriakson IV 1 g 12 5
Obat Pulang : Cefixime 2 x 200 mg
2. 59 L 5 Sefalosporin Seftriakson IV 1 g 12 5
Fluorokuinolon Levofloksasin IV 500
mg
24 2
Obat Pulang : Levofloksasin 1 x 500mg
3. 72 P 8 Macrolide Azitromisin Oral 500
mg
24 5
Sefalosporin Seftriakson IV 1 g 12 8
Obat Pulang : Cefixime 2 x 200 mg
4. 74 L 4 Sefalosporin Seftriakson IV 1 g 12 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Obat Pulang : Cefixime 100 mg 2x2
5. 60 L 6 Macrolide Azitromisin Oral 500
mg
24 5
Sefalosporin Seftriakson IV 1 g 12 6
Obat Pulang : Cefixime 200 mg 2 x ½
6. 62 L 3 Sefalosporin Seftriakson IV 2 g 24 3
Obat Pulang : Cefixime 2 x 200 mg
7. 81 L 4 Sefalosporin Seftriakson IV 1 g 12 4
Obat Pulang : Cefixime 2 x 200 mg
8. 68 P 5 Sefalosporin Seftriakson IV 1 g 12 5
Obat Pulang : Cefixime 2 x 200 mg
9. 52 L 4 Sefalosporin Seftriakson IV 1 g 12 4
10. 54 L 6 Sefalosporin Seftriakson IV 1 g 12 6
Obat Pulang : Cefixime 2 x 200 mg
11. 61 L 5 Sefalosporin Seftriakson IV 2 g 24 5
12. 71 L 5 Fluorokuinolon Levofloksasin IV 500
mg
24 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Obat Pulang : Levofloksasin 1 x 500mg
13. 70 L 7 Sefalosporin Seftriakson IV 2 g 24 7
Obat Pulang : Cefixime 2 x 100 mg
14. 58 L 5 Macrolide Azitromisin Oral 500
mg
24 5
Sefalosporin Seftriakson IV 1 g 12 5
Obat Pulang : tidak diberikan AB
15. 54 L 3 Sefalosporin Seftriakson IV 1 g 12 3
Obat Pulang : Cefixime 2 x 200 mg
16. 76 L 8 Sefalosporin Seftriakson IV 1 g 12 8
Obat Pulang : Cefixime 2 x 200 mg
17. 59 L 5 Sefalosporin Ceftazidim IV 1 g 8 5
Obat Pulang : Cefixime 2 x 200 mg
18. 59 L 6 Macrolide Azitromisin Oral 500
mg
24 5
Obat Pulang : Cefixime 2 x 200 mg
19. 66 L 5 Macrolide Azitromisin Oral 500
mg
24 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Sefalosporin Seftriakson IV 1 g 12 5
Obat Pulang : Cefixime 2 x 200 mg
20. 66 L 7 Sefalosporin Seftriakson IV 1 g 12 7
Obat Pulang : Cefixime 2 x 200 mg
21. 78 L 5 Sefalosporin Seftriakson IV 1 g 12 5
Obat Pulang : Azitromisin 1 x 500 mg
Cefixime 2 x 200 mg
22. 53 L 8 Sefalosporin Sefoperason
Sulbaktam
IV 1 g 12 8
Obat Pulang : Cefixime 2 x 200 mg
23. 67 L 11 Sefalosporin Seftriakson IV 1 g 12 10
Obat Pulang : Cefixime 2 x 200 mg
24. 68 L 5 Sefalosporin Seftriakson IV 1 g 12 5
Obat Pulang : Cefixime 2 x 200 mg
25. 70 P 4 Sefalosporin Seftriakson IV 2 g 24 4
Obat Pulang : Cefixime 2 x 200 mg
26. 75 L 5 Sefalosporin Seftriakson IV 1 g 12 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Obat Pulang : Cefixime 2 x 200 mg
27. 80 L 7 Sefalosporin Seftriakson IV 2 g 24 6
Fluorokuinolon Levofloksasin IV 500
mg
24 6
Obat Pulanag : Cefixime 2 x 200 mg
28. 82 P 3 Macrolide Azitromisin Oral 500
mg
24 3
Sefalosporin Seftriakson IV 1 g 12 3
Obat Pulang : Cefixime 2 x 200 mg
Azitromisin 1 x 250 mg sampai h5
29 76 L 8 Macrolide Azitromisin Oral 500
mg
24 jam 5
Sefalosporin Seftriakson IV 2 g 24 jam 8
Obat Pulang : Cefixime 2 x 200 mg
30. 76 L 3 Macrolide Azitromisin Oral 500
mg
24 jam 3
Sefalosporin Seftriakson IV 2 g 24 jam 3
Obat pulang :Azitromisin 1x500mg (2)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
31. 71 L 11 Fluorokuinolon Levofloksasin IV 500
mg
24 jam 10
Sefalosporin Seftriakson IV 2 g 24 jam 10
Obat Pulang : Ciprofloxacin 2x500mg
32. 63 L 10 Sefalosporin Seftriakson IV 1 g 12 jam 4
Fluorokuinolon Levofloksasin IV 500
mg
24 jam 3
Carbapenem Meropenem IV 1 g 8 jam 6
Obat Pulang : Cefixime 2 x 200 mg
33 80 L 5 Sefalosporin Seftriakson IV 1 g 12 jam 5
Obat Pulang : Cefixime 100 mg 2 x 2
34 80 L 6 Sefalosporin Seftriakson IV 1 g 12 jam 6
Obat Pulang: Cefixime 2 x 200 mg
Azitromisin 2 x 500 mg
35 72 L 5 Sefalosporin Seftriakson IV 1 g 12 jam 5
Obat pulang : Cefixime 2 x 200 mg
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Lampiran 8. Check List Rasionalitas Penggunaan Antibiotika
No. Antibiotika Kriteria Rasionalitas Pengobatan
Rasional Tepat
Indikasi
Tepat
Pemilihan
Obat
Tepat
Dosis
Tepat
Interval
Waktu
Pemberian
Tepat
Lama
Pemberian
Tepat
Penilaian
Kondisi
1 RS:
Azitromisin PO 1 x 500 mg
Seftriakson IV 2 x 1 g
Pulang :
Cefixime 2 x 200 mg
x x I
2 RS:
Seftriakson IV 2 x 1 g
Levofloksasin IV 1 x 500 mg
Pulang :
Cefixime 2 x 200 mg
Levofloksasin 1 x 500 mg
x I
3 RS:
Azitromisin PO 1 x 500 mg
Seftriakson IV 2 x 1 g
Pulang :
Cefixime 2 x 200 mg
x x I
4 RS:
Seftriakson IV 2 x 1 g
Pulang :
Cefixime 2 x 200 mg
x I
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
5 RS:
Azitromisin PO 1 x 500 mg
Seftriakson IV 2 x 1 g
Pulang :
Cefixime 2 x 100 mg
x x I
6 RS:
Seftriakson IV 2 x 1 g
Pulang :
Cefixime 2 x 200 mg
x I
7 RS:
Seftriakson IV 2 x 1 g
Pulang :
Cefixime 2 x 200 mg
x I
8 RS:
Seftriakson IV 2 x 1 g
x I
9 RS:
Seftriakson IV 2 x 1 g
x I
10 RS:
Seftriakson IV 2 x 1 g
x I
11 RS:
Seftriakson IV 2 x 1 g
R
12 RS:
Levofloksasin IV 1 x 500 mg
Pulang :
Levofloksasin 1 x 500 mg
R
13 RS:
Seftriakson IV 1 x 2 g
Pulang :
R
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Cefixime 2 x 100 mg
14 RS:
Azitromisin PO 1 x 500 mg
Seftriakson IV 2 x 1 g
x x I
15 RS:
Seftriakson IV 2 x 1 g
Pulang :
Cefixime 2 x 200 mg
x I
16 RS:
Seftriakson IV 2 x 1 g
Pulang :
Cefixime 2 x 200 mg
x I
17 RS:
Seftazidim
Pulang :
Cefixime 2 x 200 mg
R
18 RS:
Azitromisin PO 1 x 500 mg
Seftriakson IV 1 x 2 g
Pulang :
Cefixime 2 x 200 mg
x I
19 RS:
Azitromisin PO 1 x 500 mg
Seftriakson IV 2 x 1 g
Pulang :
Cefixime 2 x 200 mg
x x I
20 RS:
Seftriakson IV 2 x 1 g
x I
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Pulang :
Cefixime 2 x 200 mg
21 RS:
Seftriakson IV 2 x 1 g
Pulang :
Cefixime 2 x 200 mg
x I
22 RS:
Cefoperazon Sulbaktam IV
2 x 1 g
Pulang :
Cefixime 2 x 200 mg
R
23 RS:
Seftriakson IV 2 x 1 g
Pulang :
Cefixime 2 x 200 mg
x I
24 RS:
Seftriakson IV 2 x 1 g
Pulang :
Cefixime 2 x 200 mg
x I
25 RS:
Seftriakson IV 1 x 2 g
Pulang :
Cefixime 2 x 200 mg
R
26 RS:
Sefotaksim IV 2 x 1 g
Pulang :
Cefixime 2 x 200 mg
R
27 RS: R
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Seftriakson IV 1 x 2 g
Levofloksasin 1 x 500 mg
Pulang :
Cefixime 2 x 200 mg
28 RS:
Azitromisin PO 1 x 250 mg
Seftriakson IV 2 x 1 g
Pulang :
Azitromisin 1 x 250 mg
Cefixime 2 x 200 mg
x x I
29 RS:
Azitromisin PO 1 x 500 mg
Seftriakson IV 1 x 2 g
Pulang :
Cefixime 2 x 200 mg
x I
30 RS:
Azitromisin PO 1 x 500 mg
Seftriakson IV 1 x 2 g
Pulang :
Azitromisin 1 x 500 mg
Amoxicillin 3 x 1 g
x I
31 RS:
Levofloksasin IV 1 x 500 mg
Seftriakson IV 2 x 1 g
Pulang :
Ciprofloxacin 2 x 500 mg
R
32 RS:
Seftriakson IV 2 x 1 g
x I
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Levofloksasin IV 1 x 500 mg
Meropenem 3 x 1 g
Pulang :
Cefixime 2 x 200 mg
33 RS:
Seftriakson IV 2 x 1 g
Pulang :
Cefixime 2 x 200 mg
x I
34 RS:
Seftriakson IV 2 x 1 g
Pulang :
Cefixime 2 x 200 mg
x I
35 RS:
Seftriakson IV 2 x 1 g
Pulang :
Cefixime 2 x 200 mg
x I
Keterangan :
: Tepat
x : Tidak tepat
R : Rasional
I : Irrasional
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Lampiran 10. Hasil Wawancara dengan Salah Satu Dokter Penulis Resep
No. Pertanyaan Hasil Wawancara
1. Standar acuan terapi yang digunakan untuk pasien
PPOK dan Pneumonia di RSUD Sleman?
Panduan Praktek Klinis oleh Perkumpulan Ahli Penyakit Dalam Indonesia
(PAPDI).
2. Berdasarkan hasil penelitian, golongan antibiotika
yang paling banyak digunakan adalah golongan
sefalosporin generasi 3, yaitu seftriakson, mengapa?
Seftriakson merupakan lini pertama untuk pasien PPOK dan Pneumonia.
3. Kombinasi dengan Azitromisin, mengapa ? Azitromisin merupakan antibiotika golongan macrolide dapat digunakan
untuk infeksi paru karena bakteri atipikal. Infeksi paru-paru dapat
disebabkan oleh bakteri atipikal.
4. Alasan penggantian antibiotika? Penggantian antibiotika dilakukan apabila kondisi klinis pasien tidak
menunjukan perbaikan atau respon terhadap antibiotika yang diberikan,
serta menyesuaikan dengan ketersediaan antibiotika yang ada di rumah
sakit.
5. Lama pemberian antibiotika ? Dilihat 3 hari, kemudian evaluasi kondisi klinis pasien. Apabila membaik,
terapi dilanjutkan 3 hari dan pasien sudah bisa pulang, lalu dilanjutkan
dengan terapi oral. Apabila belum membaik, terapi diganti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
BIOGRAFI PENULIS
Penulis naskah skripsi dengan judul ‘Evaluasi Rasionalitas
Antibiotika pada Pasien Terdiagnosa Penyakit Paru Obstruktif
Kronik (PPOK) di RSUD Sleman Periode 2017’ bernama
Feliciane Mojau. Penulis lahir di Ujung Pandang pada tanggal
30 Mei 1996 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara dari
pasangan Julianus Mojau dan Liny Betsi Mutual Tampake.
Penulis menempuh pendidikan formal dari TK Katolik Rajawali Makassar (2001-
2002), SD GMIH 4 Tobelo (2002-2008), SMP Kristen Tobelo (2008-2011), SMA
Kristen Satya Wacana Salatiga (2011-2014). Pada tahun 2014 penulis melanjutkan
pendidikan sarjana di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Selama menempuh kuliah, penulis terlibat dalam berbagai kegiatan diantaranya
Pelepasan Wisuda II tahun 2015, Pelepasan Wisuda I tahun 2016, Makrab JMKI
tahun 2016, Cerdas Cermat Kimia tahun 2016 dan Pharmacy Performance tahun
2016. Selain itu juga, penulis memiliki pengalaman sebagai asisten Praktikum
Mikrobiologi pada tahun 2018.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI