Anorganik 1 Kelas a Kelompok 2 HSAB

download Anorganik 1 Kelas a Kelompok 2 HSAB

of 18

description

aplikasi HSAB

Transcript of Anorganik 1 Kelas a Kelompok 2 HSAB

ASAM BASA KERAS LUNAK DAN APLIKASINYA DALAM ANALISA MATERIAL KUALITATIF DAN KUANTITATIF

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangPearson (1963) mengklasifikasikan asam-basa Lewis menurut sifat keras dan lunaknya. Menurut Pearson, situs aktif pada permukaan padatan dapat dianggap sebagai ligan yang dapat mengikat logam secara selektif. Logam dan ligan dikelompokkan menurut sifat keras dan lemahnya berdasarkan pada polarisabilitas unsur. Pearson (1963) mengemukakan suatu prinsip yang disebut Hard and Soft Acid Base (HSAB).Analisis kimia secara kualitatif ataupun kuantitatif memerlukan suatu pemahaman mengenai teori dimana suatu zat dapat bereaksi dengan zat lain yang sesuai sehingga menghasilkan suatu keadaan yang stabil bagi zat tersebut. Teori HSAB (Hard Soft Acid Base) yang dikemukakan oleh Pearson memberikan penjelasan bahwa suatu asam keras akan lebih suka bereaksi dengan basa keras, dan suatu asam lunak akan lebih suka bereaksi dengan basa lunak. Teori HSAB (Hard Soft Acid Base) ini memiliki andil yang sangat besar dalam ranah pemisahan logam, yang mana adanya penambahan suatu reagensia yang sesuai akan menunjukkan suatu reaksi kimia tertentu sehingga suatu zat / logam dapat diidentifikasi keberadaannya secara kualitatif sehingga dapat dianalisis secara kuantitatif berapa kadar logam yang dapat dipisahkan.Pemahaman mengenai teori HSAB (Hard Soft Acid Base) ini perlu ditekankan dalam materi pembelajaran di bidang kimia karena teori HSAB (Hard Soft Acid Base) ini memegang peranan penting dalam keberjalanan suatu reaksi kimia (stoikiometri kimia), dimana produk reaksi dapat diprediksi dan dapat diidentifikasi. Aplikasi konsep teori HSAB (Hard Soft Acid Base) dalam metode analisis kualitatif dapat diterapkan dalam metode identifikasi suatu kation ataupun anion yang terdapat dalam suatu senyawa unknown, sedangkan aplikasi secara kuantitatif dapat diterapkan dalam metode volumetrik untuk menetapkan kadar dari suatu senyawa tertentu.Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka disusunlah makalah yang berjudul Asam Basa Keras Lunak dan Aplikasinya Dalam Analisa Material Kualitatif dan Kuantitatif.

1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, permasalahan yang akan dicari pemecahannya dalam makalah ini sebagai berikut:1. Apa pegertian HSAB?2. Apa saja penggolongan HSAB?3. Bagaimana aplikasi HSAB dalam analisa material kualitatif?4. Bagaimana aplikasiHSAB dalam analisa material kuantitaif?

1.3 TujuanBerdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini antara lain:1. Menjelaskan pengertian HSAB.2. Menjelaskan penggolongan HSAB.3. Menjelaskan aplikasi HSAB dalam analisa material kualitatif.4. Menjelaskan aplikasi HSAB dalam analisa material kuantitatif.

BAB IIASAM BASA KERAS LUNAK DAN APLIKASINYA DALAM ANALISA MATERIAL KUALITATIF DAN KUANTITATIF2.1 Pengertian HSABHSAB adalah singkatan dari Hard Soft Acid and Base (asam basa keras dan lunak) atau biasa dikenal asam basa Pearson. Konsep HSAB digunakan untuk menjelaskan kestabilan senyawa dan mekanisme reaksi.Konsep ini juga digunakan dalam konteks kualitatif daripada kuantitatif yang membantu untuk mengetahui faktor utama terjadinya reaksi kimia, terutama pada logam transisi.Konsep HSAB ini dapat juga meramalkan terjadi tidaknya suatu reaksi melalui suka tidak suka, yaitu asam keras cenderung suka dengan basa keras dan asam lunak cenderung suka dengan basa lunak.Berikut ini adalah contoh dari suatu reaksi suka dan tidak suka.Contoh :a) HgF2(g) + BeI2(g) HgI2(g) + BeF2(g)lunak-keras keras-lunak lunak-lunak keras-kerasb) CH3HgOH(aq) + HSO3-(aq) CH3HgSO3-(aq) + HOH(l)lunak-keras keras-lunak lunak-lunak keras-keras Dari contoh diatas dapat dilihat bahwa pasangan asam keras basa keras (BeF2 dan HOH) terbentuk dari ikatan kovalen, sedangkan pasangan asm lunak basa lunak (HgI2 dan CH3HgSO3-) dari contoh membentuk ikatan kovalen.Selain dapat meramalkan tarjadi tidaknya suatu reaksi, teori HSAB juga dapat meramalkan pergeseran arah suatu reaksi (kesetimbangan), seperti contoh dibawah ini:BH+(aq) + CH3Hg+(aq) CH3HgB+(aq) + H+(aq)B = basaDari contoh diatas, apabila basa (B) adalah basa keras maka reaksi akan bergeser ke arah kiri dan apabila basa (B) adalah basa lunak maka reaksi akan bergeser ke arah kanan.

2.2 Penggolongan HSABTeori HSAB (hard soft acid and base) yang menggolongkan asam dalam tiga kategori (asam keras, sedang dan asam lunak) dan basa juga dalam tiga kategori (basa keras, sedang dan basa lunak) merupakan pengembangan dari teori asam basa Lewis.Asam lewis meliputi:1. H+, karena memiliki orbital kosong 1s2. senyawa yang kekurangan elektron valensi menurut aturan oktet, seperti BeH2, AlH3, dan BH33. Spesies yang memiliki kemampuan untuk menambah elektron valensinya lebih dari 8, seperti PR3, dan SR24. Spesies yang memiliki ikatan rangkap polar sehingga memiliki kutub positif sehingga dapat menarik pasangan elektron, seperti R2C=O, O=C=O, dan O=S=O

Sedangkan basa lewis meliputi:1. Carbanion, R3C:- 2. NH3, PH3, AsH3, SbH3, dan basa konjugasinya dan turunanya (PR3 dll)3. H2O, H2S, basa konjugasinya dan turunanya.4. Anion-anion halida5. Senyawa yang memiliki ikatan rangkat dua dan ikatan rangkap tiga dan ion-ionnya.Asam keras adalah kation dengan muatan positif besar (3+ atau lebih besar) atau yang mempunyai elektron atau orbital d tetapi relatif tidak mudah untuk berikatan phi. Sedangkan asam lunak adalah asam yang mempunyai elektron atau orbital d yang dengan mudah tersedia untuk berikatan phi.Penjabaran lebih jauh sifat-sifat keasaman dan kebasaan yang dikembangkan dari pemikiran Ahrland, Chatt dan Davies dikemukakan oleh Pearson (1968) yang menggolongkan akseptor dan donor elektron ke dalam asam dan basa keras dan lunak. Asam/basa kerasAsam/basa lunak

Ukuran kecilUkuran besar

Densitas muatan besarDensitas muatan kecil

Polarisabilitas rendahPolarisabilitas tinggi

Asam-basa keras digambarkan sebagai suatu spesies yang mempunyai ukuran relatif kecil, bermuatan tinggi dan mempunyai polarisabilitas rendah. Sebaliknya asam-basa lunak digambarkan sebagai suatu spesies yang mempunyai ukuran relatif besar, bermuatan rendah dan mempunyai polarisabilitas tinggi.

Klasifikasi asam Lewis :KERASBORDELINE LUNAK

H+, Li+, Na+, K+,Be2+, Mg 2+, Ca2+, Sr2+, BF3, B(OH)3, AlH3, AlCl3, AlMe3, CO2, RCO+, NC+, Si4+, CH3Sn3+, N3+, Cl3+, I5+, I7+,Al3+, Sc3+,Ga3+, In3+, La3+, Cr3+ ,Fe3+, Co3+, Ti4+, Zr4+, Hf4+Fe 2+ Ru2+, Os2+, Co2+,Rh 3+, Ir3+,Ni 2+, Cu2+,Zn2+, Bme3, GaH3, R3C, C6H5+, Sn2+, Pb 2+, NO+, Sb3+, Bi3+, SO2`Cu+, Ag+, Au+, Hg+, CH3Hg+, Ti+ , Pd2+, Pt2+, Cd2+, Hg2+, BH3, GaMe3, GaCl3, GaI3, InCl3, CH3, carbena, Br2, I2, Br+, I+, Atom-atom logam

Klasifikasi basa Lewis :KERASBORDELINE LUNAK

CO32-, CH2CO2-, NH3, RNH2, N2H4, H2O,OH-, ROH, RO-,R2O , F- ,Cl-, NO3-,PO43-, SO42-, ClO4-N2,N3, NO2-,C5H5N, C6H5NH2, Br -CO, CN-, RNC,C2H4, C6,H6, R3P,(RO) 3P, R3As, R2S,RSH,H-, R-, I-,SCN-, S2O3-

2.3 Aplikasi HSAB dalam Analisa Material KualitatifKata kualitatif secara tidak langsung menyatakan suatu penekanan pada kualitas entitas dan pada proses dan arti yang secara eksperimen tidak terkaji atau terukur yang berkaitan dengan kuantitas, jumlah, intensitas, atau frekuensi. Analisis kualitatif bertujuan untuk menemukan dan mengidentifikasi suatu zat. Jadi analisis kualitatif berhubungan dengan unsur ion atau senyawa apa yang terdapat dalam sampel.Contoh aplikasi HSAB dalam analisa kualitatif adalah Pemisahan Kation Ion Cu2+, Cd2+, dan Cr3+ Menggunakan Senyawa Carrier Poli (metal tiazol etil eugenoksi asetat) Hasil Sintesis dengan Teknik BLM.Proses pemisahan logam dari limbah dilakukan untuk mengurangi pencemaran dan memanfaatkan logam sisa, terutama logam berat. Logam berat ini dapat menimbulkan efek kesehatan pada manusia, tergantung pada bagian mana logam berat itu terikat dalam tubuh.Pencemaran logam berat merupakan permasalahan yang sangat serius untuk ditangani, karena merugikan lingkungan dan ekosistem secara umum (Peterson, 1996).Recovery ion logam juga dimanfaatkan untuk pemisahan logam-logam berharga daripengotor-pengotornya.Anwar (2006), telah mempelajari pemisahan ion logam perak darilimbah fotografi. Dalam aplikasi ini, teori HSAB menyatakan bahwa, secara umum ion-ion asam logam keras(seperti logam alkali, alkali tanah, dan Cr3+) lebih kuat kompleksnya dengan basa keras(seperti RO-), ion asam logam lunak (seperti Cd2+) akan membentuk kompleks yang lebihkuat dengan basa lunak (seperti RS-), dan ion asam logam borderline seperti Cu2+ denganbasa borderline (seperti piridin) (Cahyono, 2007).Senyawa pembawa yang digunakan dalam penelitian ini adalah poli(metil tiazol etileugenoksi asetat) (PMTEEA). PMTEEA memiliki gugus tiazol yang mengandung atomN dan S yang selektif terhadap ion logam tertentu. Kartikawati(2007), telah menelitikemungkinan penggunaan polieugenol yang banyak memiliki gugus OH (basa keras)sebagai carrier untuk memisahkan ion logam Cr3+ dan Cahyono (2007),juga telah menelitibahwa senyawa pembawa dengan gugus aktif N selektif terhadap ion logam Cu2+ denganpersen transport 87,54%. Hal ini dikarenakan gugus aktif N berikatan jenuh merupakanligan basa borderline yang selektif terhadap ion logam asam borderline (Cu2+).Pada penelitian ini diharapkan gugus aktif N yang merupakan ligan basa borderlineakan selektif terhadap Cu2+ yang termasuk dalam ion logam asam borderline sedangkangugus aktif S yang merupakan ligan basa lunak akan selektif terhadap ion logam Cd2+yang termasuk dalam ion logam asam lunak juga.Metode membran cair yang digunakan adalah Bulk Liquid Membrane (BLM),Keuntungan metode ini adalah mempunyai selektifitas dan efisiensi sistem yang tinggi,mengurangi jumlah pelarut dan pemisahan sejumlah ion dapat dilakukan secara kontinyudalam satu unit operasi. Keuntungan lain adalah pengoperasian yang sederhana dan biayapengoperasian yang murah (Misra dan Gill, 1996).Poli(metil tiazol etil eugenoksi asetat) (PMTEEA) disintesis dari bahan dasar eugenol yang merupakan komponen utama minyak cengkeh dengan kandungan sekitar 80-90%(Guenther, 1948). Cengkeh merupakan tanaman yang melimpah di Indonesia tetapi darisegi ekonomi dan pemanfaatannya masih sangat terbatas dan sebagian untuk komoditaseksport minyak daun cengkeh (Anwar, 1994).Polimer hasil sintesis, digunakan sebagai senyawa pembawa dalam recovery logamberat dengan teknik membran cair ruah (BLM). Campuran logam masing-masing 30 ppmyang mengandung Cr3+, Cu2+, dan Cd2+ dengan variasi pH = 5 dan pH = 7 sebagai fasaumpan dan HCl sebagai fasa penerima. pH fasa penerima dibuat konstan, yaitu pH = 1.Secara kuantitatif, logam berat yang tersisa maupun yang terambil ditentukan denganAAS.Proses polimerisasi eugenol merupakan proses polimerisasi adisi kationik, halini dikarenakan gugus vinil dari polieugenol mengalami reaksi adisi. Reaksipolimerisasi menggunakan katalis BF3 ini terjadi melalui tahapan: inisiasi, propagasi,dan terminasi.Pada tahap inisiasi, katalis asam lewis BF3-dietileter menyebabkan reaksi adisi.Karbokation terbentuk karena adanya pemutusan ikatan rangkap pada gugus vinil darieugenol. Karbokation ini mengalami penataan ulang yaitu terjadi pergeseran hibrida-1,2 yang menghasilkan karbokation lebih stabil.Pada tahap propagasi, terjadi pembentukan rantai dari monomer eugenol Proses ini berkelanjutan sampai diperoleh rantai monomer yang panjang.Dalam tahap ini terjadi penataan ulang intermolekuler dari karbokation. Penataan ulangkarbokation terjadi dengan geseran hibrida-1,2. hal tersebut dibuktikan hilangnyapuncak pergeseran kimia = 3,2 ppm (duplet) pada spektra polimer 1H NMR.Pada tahap terminasi dilakukan penambahan metanol untuk menghentikanpertumbuhan rantai.Hasil polimerisasi ini diperoleh persentase dari setiap 5 grameugenol adalah 70-80 %.

Gambar 2.1 Reaksi polimerisasi eugenolSpectra FTIR dari senyawa polieugenol

Gambar 2.2 Spektra FTIR polieugenol hasil sintesis (Kartikawati, 2007).Spectra FTIR dari senyawa eugenol

Gambar 2.3 Spektra FTIR eugenol hasil sintesis (Kartikawati, 2007).Polieugenol yang diperoleh memiliki gugus fenol, alil dan metoksi. Hal inimenjadikan polieugenol dapat disintesis menjadi senyawa lain berupa asam poli(eugenoksi asetat). Eugenol memiliki gugus hidroksi yang dapat bereaksi denganbasa membentuk garam polieugenolat.Proton dalam OH ini mudah lepas karenabentuk anionnya terstabilkan oleh resonansi cincin benzena. Penambahan NaOHberlebih dimaksudkan agar diperoleh garam semaksimal mungkin kemudian garamnatrium polieugenolat ini direaksikan dengan asam kloroasetat membentuk asampoli(eugenoksi asetat). Kemudian dimurnikan dengan dietil eter untukmenghilangkan pengotor-pengotornya yang bersifat nonpolar dan diekstraksi dengannatrium karbonat untuk menghilangkan pengotor-pengotornya yang bersifat polar.Hasil sintesis ini diperoleh asam poli(eugenoksi asetat) sebesar 4,53 gram denganrendemen 90,6%.Mekanisme reaksi sintesis asam poli (eugenoksi asetat) adalah sebagai berikut :

Gambar 2.4 Mekanisme sintesis asam poli(eugenoksi asetat)

Persen ion logam pada fasa penerimaIon Logam% Transport pada fasa penerima

Umpan pH = 5Umpan pH = 7

Cr3+10,923,72

Cu2+28,8330,14

Cd2+66,2170,77

Ligan PMTEEA mempunyai gugus aktif S dan N, berdasarkan teori HSABpearson (1963) yang menyatakan secara umum ion-ion logam keras (seperti logamalkali, alkali tanah, dan Cr3+) lebih kuat kompleksnya dengan atom donor keras(seperti RO-), ion logam lunak (seperti Cd2+) akan membentuk kompleks yang lebih kuat dengan atom donor lunak, dan ion logam borderline seperti Cu2+ dengan atomdonor borderlineseperti piridin, maka seperti telah diketahui bahwa gugus aktif Smerupakan basa lunak sehingga berikatan kompleks kuat dengan Cd2+ ,sedangkangugus aktif N merupakan basa borderline sehingga berikatan kompleks kuat denganCu2+. Cahyono(2007), telah melakukan penelitian menggunakan eugenol bergugusaktif N selektif terhadap Cu2+kemudian Cd2+ dan Cr3+. Teori HSAB pula yangmelatarbelakangi transport selektif gugus OH dari polieugenol terhadap ion logamCr3+ (Kartikawati, 2007).Mekanisme sintesis ligan polimetil tiazol etil eugenoksi aseta (PMTEEA) adalah sebagai berikut :

Gambar 2.5 Mekanisme sintesis ligan polimetil tiazol etil eugenoksi asetat (PMTEEA)Tabel mengilustrasikan pengaruh pH terhadap selektifitas transport ionlogam, persen transport paling besar adalah Cd2+ kemudian Cu2+ dan Cr3+. Atom Cd2+tertransport paling besar pada pH = 5 dan pH = 7 dikarenakan atom S pada gugustiazol mempunyai afinitas yang besar terhadap Cd2+ dibandingkan dengan atom Nterhadap Cu2+. Atom nitrogen pada gugus tiazol kurang bersifat basa dibandingkandengan atom S sehingga atom S lebih kuat mengikat ion logam Cd2+ dalammembentuk kompleks dari pada atom N dengan ion logam Cu2+, hal ini mirip denganpenelitian yang dilakukan Boon (2006), yang menggunakan senyawa dithizone(mengandung gugus aktif S dan N) untuk mengekstraksi ion logam Ag+ dari limbahsemikonduktor. Ag+ dan Cd2+ termasuk kedalam golongan asam lunakyang dapat membentuk kompleks kuat dengan basa lunak (seperti SR2) (Saito, 1996).Selain itu, persen transport ion logam pada pH = 7 sedikit lebih besar dari padapH = 5. Hal ini terjadi karena kebanyakan reaksi pembentukan kompleks,membutuhkan tingkat keasaman yang sangat rendah atau sedikit basa sebagai kondisiuntuk mendapatkan ekstraksi yang sempurna (Boon, 2006). Dari penelitian yangdiperoleh persen transport Cd2+ meningkat bersamaan dengan meningkatnya pHumpan.2.4 Aplikasi Teori HSAB dalam Analisis Kuantitatif2.4.1Adsorpsi Adsorpsi merupakan terjerapnya suatu zat (molekul atau ion) pada permukaan adsorben.Mekanisme penjerapan tersebut dapat dibedakan menjadi dua yaitu, jerapansecara fisik (fisisorpsi) dan jerapan secara kimia (kemisorpsi). Pada prosesfisisorpsi gaya yang mengikat adsorbat oleh adsorben adalah gaya-gaya van derWaals. Molekul terikat sangat lemah dan energi yang dilepaskan pada adsorpsifisika relatif rendah sekitar 20 kJ/mol (Castellan 1982). Sedangkan pada prosesadsorpsi kimia, interaksi adsorbat dengan adsorben melalui pembentukan ikatankimia. Kemisorpsi terjadi diawali dengan adsorpsi fisik, yaitu partikel-partikeladsorbat mendekat ke permukaan adsorben melalui gaya van der Waals ataumelalui ikatan hidrogen. Kemudian diikuti oleh adsorpsi kimia yang terjadisetelah adsorpsi fisika.Dalam adsorpsi kimia partikel melekat pada permukaandengan membentuk ikatan kimia (biasanya ikatan kovalen), dan cenderungmencari tempat yang memaksimumkan bilangan koordinasi dengan substrat(Atkins 1999).2.4.2 Contoh Aplikasi Teori HSAB dalam Analisis KuantitatifSalah satu aplikasi teori HSAB dalam analisis kuantitatif adalah metode adsorpsi. Berdasarkan literatur yang penulis rujuk, yaitu jurnal Keseimbangan Adsorpsi Optional Campuran Biner Cd (II) dan Cr (II) dengan Zeolit Alam Terimpregnasi 2-Merkaptobenzotiazol mengunakan konsep teori HSAB (Hard Soft Acid Base) untuk adsorpsi logam pada limbah.Adsorben terimpregnasi merupakan metode yang sedang berkembang saat ini untuk meningkatkan selektifitas adsorben dalam mengadsorpsi suatu logam. Bahan organik yang diimpregnasikan berkarakter lebih menyukai ikatan dengan satu atau beberapa ion logam tertentu saja daripada ion logam lain, sehingga terjadi adsorpsi yang lebih selektif. Secara umum disimpulkan bahwa bahan - bahan adsorben hasil modifikasi dengan teknik impregnasi memiliki kemampuan adsorpsi dan selektifitas lebih baik untuk tujuan adsorpsi khusus yang tergantung pada jenis adsorbat logam dan gugus fungsional pada zat organik.Adsorben yang digunakan pada penelitian ini adalah zeolit alam teraktivasi NaCl (zeolit-Na) yang telah umum dan komersial digunakan dalam unit-unit adsorpsi.Pemilihan 2- Merkaptobenzotiazol sebagai bahan impregnan dengan pertimbangan karakternya yang lebih menyukai ikatan dengan ion Cd daripada ion Cr berdasarkan konsep teori HSAB (Pearson 1963).Menurut Terada et al, (1983) ikatan kimia yang terjadi antara gugus aktif pada zat organik dengan molekul dapat dijelaskan sebagai perilaku interaksi asam-basa Lewis yang menghasilkan kompleks pada permukaan padatan. Secara umum interaksi dapat ditulis:[GH] + MZ+ [GM(Z-1)]+ + H+2[GH] + MZ+ [G2M(Z-2)]+ + 2H+GH merupakan gugus fungsional yang terdapatpada zat organik, dan M adalah ion logam bervalensi Z.Menurut Pearson (1963), situs aktif pada permukaan padatan dapat dianggap sebagai ligan yang dapat mengikat logam secara selektif. Logam dan ligan dikelompokkan menurut sifat kuat dan lemahnya berdasarkan pada polarisabilitas unsur.Menurut prinsip HSAB Pearson, asam kuat akan berinteraksi dengan basa kuat untuk membentuk komplek, begitu juga asam lemah dengan basa lemah. Interaksi asam kuat dengan basa kuatmerupakan interaksi ionik, sedangkan interaksi asam lemah dengan basa lemah, interaksinya lebih bersifat kovalen.Pada penelitian ini, MBT yang terimpregnasi pada zeolit mengandung gugus basa lemah tiolat (RSH) akan berinteraksi dengan logam Cd dan Cr sesuai dengan prinsip HSAB, yakni gugus tiolat akan berinteraksi dengan asam lemah Cd dan tidak berinteraksi dengan asam kuat Cr.

Gambar (a) Gugus tiolat pada MBT, (b) Pertukaran ion Cd dengan Zeolit-MBT.Menurut Langmuir, pada permukaan adsorben terdapat situs-situs aktif bersifat homogen yang proporsional dengan luas permukaan. Masing- masing situs aktif hanya dapat mengadsorpsi satu molekul adsorbat saja sehingga adsorpsi hanya akanterbatas pada pembentukan lapisan tunggal (monolayer).Bahan utama yang digunakan pada penelitian ini adalah zeolite alam,pelarut air, dan bahan kimia untuk proses dealuminasi zeolit yaitu H2SO4, KMnO4 dan HCl. Bahan yang digunakan untuk proses impregnasi adalah CHCl3, polistirena (nC8H8), C3H6O, 2- Merkaptobenzotiazol (C7H5NS2). Serta bahan kimia untuk proses adsorpsi: kadmium klorida monohidrat (CdCl2.H2O), khromium klorida (CrCl3.6H2O)Pembuatan AdsorbenPembuatan adsorben zeolit alam-MBT dilakukan melalui 2 tahap (Filho etal, 1995) yaitu: Dealuminasi. Zeolit dicuci dengan aquades lalu dikeringkan dalam oven pada suhu 120C selama 6 jam. 60 gram zeolit tersebut ditambah 100 ml H2SO4 6 M dan 100 ml KMnO4 0,5 M dan dipanaskan 4 jam pada suhu 80C dengan pengadukan perlahan.Zeolite dicuci kembali hingga pH netral lalu dikeringkan dalam oven pada 80C selama 12 jam. Hasilnya kemudian ditambah dengan 100 ml H2SO4 6 M dan dipanaskan pada suhu 80C selama 5 jam dengan pengadukan perlahan. Kemudian dicuci dengan aquades sampai mencapai pH netral. Selanjutnya ditambahkan 150 ml HCl 6 M dan dipanaskan pada suhu 80C selama 3 jam denganpengadukan perlahan. Kemudian dicuci dengan aquades kembali sampai aquades bekas pencucinya mencapai pH netral dan dikeringkan dalam oven pada suhu 80C selama 12 jam.Tahap impregnasi: 50 gram zeolit hasil dealuminasi dicelupkan dalam 50 ml larutan kloroform berisi polistirena (0,25 w/v %) sambil diaduk rata.Kemudian solven dibiarkan menguap dalam ruang bertekanan rendah dan suhu kamar.Kemudian padatan dicelupkan dalam 50 ml larutan aseton yang berisi MBT (8 w/v %) sambil diaduk rata.Solven dibiarkan menguap pada suhu kamar dan tekanan rendah.Setelah kering padatan dicuci dengan aquades sampai jernih.Kemudian dikeringkan dalam oven pada 80C selama 4 jam.Hasil yang diperoleh disebut adsorben MBT-Zeolit.Karakterisasi SampelKarakterisasi terhadap sampel zeolit alam terimpregnasi dilakukan dengan spektroskopi infra red untuk memastikan secara kualitatif keberhasilan proses impregnasi.Uji AdsorpsiUji Adsorpsi dilakukan denganlarutan Cd dan atau Cr sebanyak 60 ml dengan konsentrasi tertentu ditempatkan dalam labu erlenmeyer 250 ml. kondisi pH dijaga antara 3,5 sampai 4 di bawah tingkat pH dimana logam terhidrolisa dengan cara menambahkan setetes asam nitrat 0,1 N. Ke dalam labu dimasukkan pula 0,1 gram MBT-zeolit. Labu ditempatkan di dalam shaker bath pada suhu kamar dan dilakukan penggoyangan dengan kecepatan 100 goyangan permenit sampai tercapai keadaan kesetimbangan (6 jam). 10 ml larutan diambil pada saat awal proses dan setelah tercapai kesetimbangan, kemudian dianalisis kandungan logamnya dengan AAS.Dari analisis dengan menggunakan AAS, maka dapat diketahui kadar logam Cr ataupun Cd yang teradsorbsi dalam adsorben ataupun yang tidak teradsorp. Sehingga berdasarkan konsep teori HSAB, analisis kuantitatif dapat diaplikasikan dalam penentuan kadar logam pada proses adsorpsi.

BAB IIIPENUTUP3.1 Kesimpulan1. Pengertian HSAB adalah asam basa keras dan lunak atau biasa dikenal asam basa Pearson.2. Klasifikasi asam lewis menurut Pearson dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu asam-basa keras, asam-basa borderline, dan asam-basa lunak.3. Salah satu aplikasi HSAB pada analisa kualitatif adalah Pemisahan Kation Ion Cu2+, Cd2+, dan Cr3+ menggunakan senyawa Carrier Poli (metal tiazol etil eugenoksi asetat).4. Salah satu aplikasi HSAB pada analisis kuantitatif adalah pada metode adsorpsi logam, seperti logam Cd2+ dan Cr2+

DAFTAR PUSTAKA

Boon, S.T., 2006, Selective Liquid-Liquid Extraction Of Precious Metals From Semiconductor Wastes, Universiti Teknologi Malaysia, Malaysia, Page 98.Cahyono, H, 2007, Recovery Logam Berat Cd(II), Cu(II). Cr(III) Menggunakan TeknikMembran Cair Ruah (BLM) dengan Senyawa Pembawa Turunan EugenolBergugus Aktif N, Skripsi, Semarang.Filho, N.L.D., Gushikem, Y. & Polito, W.L. 1995.MBT-Clay as matrix for sorption and preconcentration of some heavy metals from aquaeous solution. Analytica Chimica Acta 306:167-172.Kartikawati, N.G., 2007, Pemisahan Logam Berat Dengan Polieugenol Sebagai CarrierMenggunakan Teknik BLM (Bulk Liquid Membrane), Skripsi Jurusan KimiaFMIPA UNDIP.Pearson, R.G. 1963. Hard and soft acids and bases. J. Am. Soc. 85: 3533-3539.Peterson, R. T., 1996, Design of Macrocyclic Carriers for Liquid Membrane, In ChemicalSeparations with Liquid Membranes, American Chemical Society, WashingtonDC.Saito, T., 1996, Buku Teks Kimia Anorganik Online, Iwanami Shoten Publishers, TokyoTerada K., Matsumoto, K. & Kimura, H. 1983.Sorption of Copper (II) by some complexing

Lampiran1. Pak Suhartanaa. Ligan untuk menyerap logam Cd, Cu dan Cr. Kira-kira kadar logam yang terserap apakah sama?Jawab Kadar logam yang terserap berbeda yang disebabkan karena jenis logam yang diadsorp berbeda.Logam Cr merupakan logam keras, Cd merupakan logam lunak, dan Cu merupakan lgam borderline.Perbedaan ini juga melatarbelakangi gugus aktif untuk mengadsorp logam menjadi berbeda, oleh karena konsep HSAB sangat perperan sekali dalam proses ini. b. Faktor yang mempengaruhi optimalisasi pada analisa kualitatif dan kuantitatif ?Jawab Beberapa faktor yang mempengaruhi optimalisasi dalam analisis kualitatif dan kuantitatif adalah : Pelarut pH suhu waktu kontaksebagian besar reaksi kmia mimiliki batas optimum reaksi, dimana suatu reaksi akan menghasilkan suatu produk secara maksimal pada kondisi tertentu (baik dilihat pada perspektif kualitatif ataupun kuantitatif).2. Anis MasiatiMetode analisis yang digunakan apa dan prinsipnya bagaimana serta hasilnya ?JawabMetode analisis : BLM (Bulk Liquid Membrane)Prinsip : konsep HSAB, dimana asam keras akan lebih suka bereaksi dengan basa keras dan asam lunak akan lebih suka bereaksi dengan basa lunak.

Hasil : berikut adalah persen ion logam pada fasa penerimaIon Logam% Transport pada fasa penerima

Umpan pH = 5Umpan pH = 7

Cr3+10,923,72

Cu2+28,8330,14

Cd2+66,2170,77

3. DianBagaimana ciri HSAB yang baik yang dapat digunakan untk analisis kualitatif dan kuantitatif?Jawab Penggunaaan konsep HSAB pada analisis kualitatif dan kuantitatif sangat diperlukan untuk keberlangsungan suatu reaksi.Peranan HSAB baik diterapkan untuk penggunaan reagen tertentu.Misalkan dalam pemisahan logam, kita punya senyawa unknown yang diprediksi mengandung logam-logam asam lunak.Dari informasi ini, maka pemisahan logam dapat dilakukan dengan menambahkan ligan kategori basa lunak untuk memisahkan logam-logam tersebut.