Annizah r Gerhana Universitas Diponegoro Upaya Revitalisasi Lahan Kosong Daerah Pesisir Menjadi...

24
LOMBA KARYA TULIS ILMIAH AGROTECH’S FAIR 2015 Upaya Revitalisasi Lahan Kosong Daerah Pesisir Menjadi Daerah Pertanian Dengan Bantuan Pupuk MOLLERI (Mol Molasses dan Leri) Diusulkan oleh : 1. Annizah Rahmatya Gerhana 21030113120076 2. Anggita Widiasari 21030113120045 3. Agus Priyanto 23010113130139 UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2015

description

LKTI agrotechs fair

Transcript of Annizah r Gerhana Universitas Diponegoro Upaya Revitalisasi Lahan Kosong Daerah Pesisir Menjadi...

  • LOMBA KARYA TULIS ILMIAH AGROTECHS FAIR 2015

    Upaya Revitalisasi Lahan Kosong Daerah Pesisir Menjadi Daerah Pertanian

    Dengan Bantuan Pupuk MOLLERI (Mol Molasses dan Leri)

    Diusulkan oleh :

    1. Annizah Rahmatya Gerhana 21030113120076 2. Anggita Widiasari 21030113120045 3. Agus Priyanto 23010113130139

    UNIVERSITAS DIPONEGORO

    SEMARANG

    2015

  • LOMBA KARYA TULIS ILMIAH AGROTECHS FAIR 2015

    Upaya Revitalisasi Lahan Kosong Daerah Pesisir Menjadi Daerah Pertanian

    Dengan Bantuan Pupuk MOLLERI (Mol Molasses dan Leri)

    Diusulkan oleh :

    1. Annizah Rahmatya Gerhana 21030113120076 2. Anggita Widiasari 21030113120045 3. Agus Priyanto 23010113130139

    UNIVERSITAS DIPONEGORO

    SEMARANG

    2015

    i

  • KATA PENGANTAR

    Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

    hidayah- Nya kepada penulis sehingga karya tulis ini dapat terwujud. Karya tulis

    ini disusun dalam rangka Lomba Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa Agrotechs Fair

    2015.

    Karya tulis ini berjudul Upaya Revitalisasi Lahan Kosong Daerah Pesisir

    Menjadi Daerah Pertanian Dengan Bantuan Pupuk MOLLERI (Mol Molasses

    dan LeriPenyusunan karya tulis ini tidak terlepas dari bantuan yang telah

    diberikan oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih

    kepada Ibu Noer A. Handayani, ST, MT selaku dosen pembimbing yang telah

    memberikan bimbingan dan perhatian selama penulis menyelesaikan karya tulis

    ini. Selain itu, tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada keluarga

    yang senantiasa mencurahkan cinta dan kasih sayangnya serta teman-teman yang

    telah memberikan dorongan dan semangat.

    Tiada gading yang tak retak dan kesempurnaan hanyalah milik Allah

    SWT. Penulis menyadari begitu banyak kekurangan dari karya tulis ini sehingga

    kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk memperbaiki karya-

    karya yang selanjutnya. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat dan dapat

    diaplikasikan untuk kemakmuran masyarakat.

    Penulis

    ii

  • DAFTAR ISI

    COVER

    HALAMAN JUDUL ...............................................................................................i

    KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

    DAFTAR ISI...........................................................................................................iii

    DAFTAR GAMBAR..............................................................................................v

    ABSTRAK...............................................................................................................1

    BAB I PENDAHULUAN

    I.1. Latar Belakang......................................................................................2

    I.2. Rumusan Masalah.................................................................................3

    I.3. Tujuan Penulisan..................................................................................4

    I.4. Manfaat Penulisan................................................................................4

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    II.1. Spesifikasi Bahan Baku......................................................................5

    II.2. Gypsum..............................................................................................6

    II.3 Tanah Daerah pesisir dan Kontaminasi Garam...................................7

    BAB III METODE PENULISAN

    III.1. Sumber dan Jenis Data ....................................................................8

    III.2. Pengumpulan Data .........................................................................8

    III.3. Analisis Data....................................................................................8

    BAB IV PEMBAHASAN

    IV.1 Revitalisasi Struktur Tanah................................................................9

    IV.1.1 Penambahan Gypsum pada tanah......................................9

    IV.1.2 Penambahan Pupuk Mol Molasses...................................10

    IV.2 Pembuatan Pupuk Mol dari Molasess...............................................10

    iii

  • IV.2.1 Persiapan alat dan bahan..................................................11

    IV.2.2 Campuran Leri dan EM-4.................................................11

    IV.2.3 Penambahan Molasess......................................................12

    IV.2.4 Penutupan ember..............................................................12

    IV.2.5 Didiamkan selama 2 Minggu............................................12

    IV.3 Pengairan Daerah Kering..................................................................12

    BAB V PENUTUP

    V.1 Kesimpulan ......................................................................................14

    V.2 Saran.................................................................................................14

    DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................15

    LAMPIRAN

    iv

  • DAFTAR GAMBAR

    Gambar 4.1 Diagram Pembuatan Pupuk MOLLERI.............................................11

    Gambar 4.2 Daftar Tanaman yang Memiliki Toleransi Tinggi Terhadap Garam.13

    Gambar 4.3 Contoh Pengairan Metode Tetes........................................................13

    v

  • UPAYA REVITALISASI LAHAN KOSONG DAERAH PESISIR MENJADI

    DAERAH PERTANIAN DENGAN BANTUAN PUPUK MOLLERI (MOL

    MOLASSES DAN LERI)

    Noer A.Handayani*), Annizah R.Gerhana**), Anggita Widiasari, Agus

    Priyanto

    Universitas Diponegoro

    Jl. Prof Sudharto, SH, Tembalang, Semarang, 5075, Telp/Fax : (024)7460058

    Email : [email protected] *) ; [email protected] **)

    Abstrak

    Wilayah Pantai merupakan sumber daya yang banyak menghidupi masyarakat

    sekitar pesisir pantai seperti yaitu tambak ikan maupun udang dan tambak

    garam.Namun dilihat dari pengolahannya belum maksimal dengan ditandai

    banyaknya lahan kosong di daerah pesisir. Oleh karena itu diperlukan upaya

    revitalisasi lahan kosong daerah pesisir untuk dijadikan lahan pertanian dengan

    bantuan pupuk mol molasses yang bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan

    masyarakat daerah pesisir serta pengolahan limbah molasses pada industri gula

    pasir. Lahan daerah pesisir sendiri memiliki kadar salinitas yang tinggi, dimana

    strukur tanahnya tidak mendukung untuk dijadikan lahan pertanian, sehingga

    dibutuhkan pengolahan lebih lanjut dengan menambahkan gypsum agar perkolasi

    tanah semakin baik dan menambahkan pupuk molleri. Pembuatan pupuk

    Molleri(molasses dan leri) ini didasarkan pada prinsip adanya kandungan

    Mikroorganisme/bakteri, sumber nutrisi glukosa dan karbohidrat sehingga

    kandungannya ramah lingkungan karena bukan merupakan bahan sintesa. Sumber

    Mikroorganismenya yaitu EM 4 yang berfungsi untuk memfermentasikan glukosa

    dan karbohidrat menjadi asam laktat agar menjadi humus untuk mengurangi kadar

    salinitas tanah. Sumber glukosa ialah Molasses dan Sumber Karbohidrat adalah

    Air Leri. Selain itu pengairan pada daerah pantai yang kering juga perlu

    diperhatikan dengan metode pengairan tetes. Oleh karena itu, Revitalisasi lahan di

    daerah pesisir menggunakan pupuk Molleri, penambahan gypsum, dan pengairan

    yang tepat efektif digunakan dan merupakan gagasan yang solutif untuk mengolah

    lahan kosong di daerah pesisir serta bersifat ramah lingkungan.

    Kata Kunci : Pupuk Mol, Molasses, EM-4, Gypsum

    1

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Indonesia merupakan salah satu negara maritim dengan kepulauan yang

    terbesar di dunia, sekitar 13.487 pulau, yang terbentang sepanjang 5210 Km

    yang terbentang dari Timur ke Barat sepanjang khatulistiwa, dan melintang

    1.760 Km dari Utara ke Selatan. Keadaaan ini membuat Indonesia memiliki

    panjang garis pantai 81.791 Km. Dengan kondisi garis pantai yang panjang

    inilah, terdapat berbagai sumber daya laut maupun darat seperti ikan, terumbu

    karang, rumput laut, garam dan mangrove. Kesemua potensi sumber daya

    yang ada tersebut, selain mampu menopang kebutuhan hidup masyarakat

    sekitar/pesisir pantai juga mampu berkontribusi besar terhadap pertumbuhan

    ekonomi nasional. Sehingga pengeololaannya merupakan modal besar dalam

    rangka meningkatkan kesejahteraan manusia.

    Manusia sebagai makhluk hidup dalam memenuhi kebutuhannya, tidak

    dapat lepas dari lingkungan hidup sekitarnya.Lingkungan hidup sendiri

    memiliki ciri khas tersendiri, yaitu dipengaruhi oleh faktor fisik yang

    mendukung seperti iklim, geologi, morfologi,tanah dan vegetasi ( Nursid

    Sumaatmadja, 1989)

    Wilayah Pantai merupakan sumber daya yang banyak menghidupi

    masyarakat sekitar pesisir pantai seperti yaitu tambak ikan maupun udang dan

    tambak garam. Namun, tidak semua daerah pesisir di Indonesia dapat

    dijadikan tambak , karena memiliki cuaca maupun kondisi fisik yang berbeda.

    Seperti halnya pada daerah pesisir di Pantai Utara Jawa (Pantura) yang

    sebagaian besar masyarakatnya mulai meninggalkan usaha tambak garam

    dikarenakan cuaca yang tidak menentu dan beralih pada tambak perikanan ,

    sehingga lahan yang terdapat pada daerah pesisir masih belum optimal dalam

    pengolahannya ( Kantor Litbang Pati,2015) Selain itu, jarang ditemukan di

    daerah pesisir lahan untuk pertanian dikarenakan tanah yang mengandung

    kadar garam (salinitas) cukup tinggi sehingga susah untuk ditanami.

    2

  • Gula pasir merupakan bahan pangan pokok yang selalu digunakan

    sebagai penambah rasa makanan pada produk pangan dalam skala rumah

    tangga maupun industri. Umumnya gula pasir terbuat dari tebu yang pada

    prosesnya meninggalkan limbah molasse yang tidak mampu dikristalisasi lagi.

    Molasse ini biasanya digunakan sebagai bahan dasar pembuatan kue, namun

    karena jumlahnya yang melimpah molasse juga digunakan untuk bahan

    pembuatan bioetanol dengan proses panjang yang membutuhkan biaya yang

    mahal.

    Disisi lain Molasse kaya akan sumber Glukosa (rahman, 2012).

    Kandungan glukosa yang tinggi dalam molasses ini dapat dijadikan bahan

    dasar pembuatan MOL. MOL merupakan pupuk cair organik yang dapat

    dibuat dengan 3 unsur utama; yakni sumber unsur Karbohidrat, Glukosa dan

    Mikroorganisme (Marinus,2013). MOL berperan sebagai komponen

    bioreaktor yang bertugas menjaga proses tumbuh tanaman secara optimal

    selain itu MOL juga dapat menurunkan kadar salinitas tanah karena dapat

    memperbaiki struktur tanah dan memberikan nutrisi pada tanah (FAO,2005).

    Selain itu kita mengetahui bahwa belakangan ini terdapat berbagai masalah

    terhadap penggunaan pupuk sintesa seperti pestisida yang membahayakan

    kesehatan. Oleh karena itu pupuk MOL merupakan suatu bahan organik yang

    aman dan ramah lingkungan jika diaplikasikan pada lahan pertanian.

    Berdasarkan Penjabaran diatas, sebagai upaya revitalisasi lahan sekitar

    daerah pesisir , penulis beranggapan perlu adanya usaha pertanian atau

    kegiatan bercocok tanam di daerah pesisir. Selain dapat mengolah lahan yang

    kosong secaara ramah lingkungan dengan teknologi yang terjangkau, juga

    dapat menyokong ekonomi penduduk sekitar.

    I.2 Rumusan Masalah

    Lahan kosong di daerah pesisir sering dijumpai, hal ini diakibatkan oleh

    mata pencaharian penduduk daerah pesisir yang beralih dari petani tambak

    garam ke usaha tambak perikanan , disebabkan cuaca yang tidak menentu. Hal

    ini menyebabkan perlunya upaya revitalisasi lahan yang kosong menjadi lahan

    yang produktif dan bermanfaat bagi penduduk sekitar tentunya dengan

    3

  • memperhatikan proses dan teknologi yang ramah lingkungan . Pada karya tulis

    ini, MOL (pupuk cair oganik) dari limbah pabrik gula yaitu molasses yang

    jumlahnya melimpah digunakan sebagai pupuk organik yang membantu

    mengurangi kadar Salinitas pada tanah daerah pesisir pantai . Sehingga

    revitalisasi lahan di daerah pesisir diharapkan dapat beralih ke sektor pertanian

    namun dengan cara mudah yang ramah lingkungan dan teknologi yang

    terjangkau.

    I.3 Tujuan Penulisan

    1.Memberikan solusi Revitalisasi lahan kosong di daerah pesisir yang ramah

    lingkungan

    2.Memberikan gagasan solusi penggunaan pupuk MOL Molasses untuk

    pertanian daerah pesisir

    I.4 Manfaat Penulisan

    1.Manfaat bagi Pemerintah Sekitar yaitu membantu adanya upaya revitalisasi

    lahan daerah pesisir

    2.Manfaat bagi masyarakat sekitar yaitu dapat membantu menyokong

    perekonomian serta dapat menghasilkan produk pangan untuk dikonsumsi

    dengan proses yang terjangkau dan ramah lingkungan

    3.Manfaat bagi Industri yaitu dapat mengurangi limbah molasses yang melimpah

    4

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    II. 1 Spesifikasi bahan baku

    1. Air cucian beras

    Air cucian beras dibutuhkan dalam pembuatan pupuk MOL

    sebagai karbohidrat. Karbohidrat berfungsi sebagai sumber energi bagi

    mikroorganisme yang menguntungkan bagi tanaman. Beras mengandung

    karbohidrat yang tinggi, dalam proses pencucian beras karbohidrat dapat

    terdegradasi. Untuk itu, air cucian beras mengandung karbohidrat yang

    cukup tinggi. Kandungan nutrisinya yaitu karbohidrat berupa pati sebesar

    85-90 persen, protein glutein, selulosa, hemiselulosa, gula, dan vitamin

    yang tinggi.

    2. Molasses

    Molasses merupakan hasil samping industri pengolahan gula pada

    proses pemurnian gula. Wujudnya cair, sedikit kental , dan berwarna

    kecoklatan. Molasses memiliki kandungan protein kasar 3,1 %; serat kasar

    0,6 %; lemak kasar 0,9 %; dan abu 11,9 %, sukrosa 48-55 %. Molases

    biasanya digunakan untuk pembuatan etanol, pembuatan pupuk dan pakan

    ternak. Pada pembuatan pupuk MOL (Mikroorganisme Lokal), molases

    berfungsi sebagai sumber glukosa. Glukosa dibutuhkan sebagai sumber

    energi spontan untuk mikroorganisme karena memiliki stuktur disakarida,

    sehingga lebih mudah diuraikan oleh mikroba.

    3. EM-4 ( Effective Microorganism)

    EM-4 berfungsi sebagai sumber bakteri pada pembuatan pupuk

    MOL. EM-4 merupakan suatu cairan berwarna kecoklatan dan memiliki

    aroma manis asam yang berisi campuran beberapa mikroorganisme hidup

    yang menguntungkan bagi proses penyerapan unsur hara dalam tanah.

    5

  • Bakteri bakteri yang berwatak baik itu terdiri dari bakteri footosintetik,

    bakteri asam laktat, ragi, dan peragian.EM-4 ditemukan oleh seorang ahli

    pertanian bernama Profesor Taruo Higa dari jepang.

    Fungsinya mengaktifkan bakteri pelarut, meningkatkan kandungan

    humus tanah sehingga mampu memfermentasikan bahan organik menjadi

    asam amino. Jika disemprotkan di daun mampu meningkatkan jumlah

    klorofil, fotosintesis meningkat dan mempercepat kematangan buah.

    II.2 Gypsum

    Gypsum adalah batu putih yang mengandung kalsium. Rumus kimianya (

    CaSO4.2H2O) mengandung Ca = 23,28 %,H = 2,34 %, S = 18,62 %, O =

    55,76 %.

    Adapun sifat Fisis Gipsum adalah

    1. Warna : putih, kuning,abu-abu, merah jingga, hitam bila tak murni

    2. Spesifik grafity : 2,31 - 2,35 3. Keras seperti mutiara terutama

    permukaan

    4. Bentuk mineral : Kristalin, serabut dan masif

    5. Kilap seperti sutera

    6. Konduktivitasnya rendah

    7. Sistem kristalin adalah monoklinik.

    Sedangkan Sifat Kimia gypsum adalah:

    1. Pada umumnya mengandung SO3 = 46,5 % ; CaO = 32,4 % ; H2O =

    20,9 %

    2. Kelarutan dalam air adalah 2,1 gram tiap liter pada suhu 400C; 1,8

    gram tiap liter air pada 00C; 1,9 gram tiap liter pada suhu 70 - 90

    0C

    3. Kelarutan bertambah dengan penambahan HCl atau HNO3

    Gypsum menggantikan ion sodium dalam tanah dengan kalsium dan

    sebagai akibatnya secara aktif membuang sodium dan meningkatkan

    perkolasi tanah. Perkolasi adalah proses mengalirnya air ke bawah secara

    6

  • gravitasi dari suatu lapisan tanah ke lapisan di bawahnya, sehingga

    mencapai permukaan air tanah pada lapisan jenuh air.

    II.3 Tanah Daerah pesisir dan Kontaminasi Garam

    Tanah pada daerah pesisir umumnya sulit untuk ditanami, hal ini

    disebabkan oleh tingginya kadar salinitas di daerah pesisir. Air diserap oleh akar

    tanaman melalui suatu proses yang disebut osmosis, yang melibatkan pergerakan

    air dari tempat dengan konsentrasi garam1 rendah (contohnya tanah) ke tempat

    yang memiliki konsentrasi garam tinggi (contohnya bagian dalam dari sel-sel

    akar). Jika konsentrasi garam di dalam tanah tinggi, pergerakan air dari tanah ke

    akar melambat. Jika konsentrasi garam pada tanah lebih tinggi dibandingkan

    dengan di dalam sel-sel akar, tanah akan menyerap air dari akar, dan tanaman

    akan layu dan mati. Ini merupakan prinsip dasar bagaimana salinisasi

    mempengaruhi produksi tanaman. Pengaruh yang merusak dari garam pada

    tanaman tidak hanya disebabkan oleh daya osmosis, tetapi juga oleh sodium

    (Na+) and klor (Cl-) pada konsentrasi yang meracun tanaman. Khususnya

    tanaman buah-buahan dan tanaman hias dari jenis kayu-kayuan (bougenvil,

    kembang sepatu, dll) sangat sensitif terhadap kadar yang tinggi dari unsur-unsur

    tersebut. Demikian juga, tingginya nilai pH (ukuran untuk keseimbangan

    asam/basa) yang disebabkan oleh konsentrasi sodium yang tinggi akan berakibat

    pada kekurangan unsur mikro (FAO,2005).

    Oleh karena itu, dibutuhkan treatment untuk memperbaiki struktur tanah

    yang akan di tanami di daerah pesisir. Struktur tanah dan perkolasi tanah dapat

    di pebaiki dengan pemberian gypsum. Sementara kadar salinitas dapat berkurang

    dengan penambahan pupuk organik. Selain itu diperlukan pula sistem pengairan

    yang memadai.

    7

  • BAB III

    METODE PENULISAN

    III.1. Sumber dan Jenis Data

    Data-data yang dipergunakan dalam karya tulis ini bersumber dari

    berbagai referensi atau literatur jurnal nasional maupun internasional yang

    relevan dengan topik permasalahan yang dibahas. Validitas dan relevansi

    referensi yang digunakan dapat dipertanggungjawabkan. Jenis data yang

    diperoleh berupa data sekunder yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif.

    III.2. Pengumpulan Data

    Penulisan karya ilmiah ini digunakan metode studi pustaka yang

    didasarkan atas hasil studi terhadap berbagai literatur yang telah teruji

    validitasnya, berhubungan satu sama lain, relevan dengan kajian tulisan serta

    mendukung uraian atau analisis pembahasan

    .

    III.3. Analisis Data

    Setelah data yang diperlukan terkumpul, dilakukan pengolahan data

    dengan menyusun secara sistematis dan logis. Teknik analisa data yang dipilih

    adalah analisis deskriptif argumentatif, dengan tulisan yang bersifat deskriptif,

    menggambarkan tentang potensi pemanfaatan Vinasse sebagai penghasil gas

    metan guna mengatasi permasalahan lingkungan serta mendukung pemerintah

    dalam pemenuhan kebutuhan energi masyarakat Indonesia.

    III.4. Penarikan Simpulan

    Setelah proses analisis data, dilakukan proses sintesis dengan

    menghimpun dan menghubungkan rumusan masalah, tujuan penulisan, landasan

    teori yang relevan serta pembahasan. Selanjutnya ditarik kesimpulan yang

    bersifat umum kemudian direkomendasikan beberapa strategi implementasi serta

    kajian aspek penilaiannya diantaranya aspek teknis, pasar dan social.

    8

  • BAB IV

    PEMBAHASAN

    IV.1 Revitalisasi Struktur Tanah

    Struktur tanah pada daerah pesisir pantai mengandung ion-ion Na+, K+,

    Ca2+, Mg2+, dan Cl-. Kadar garam dalam tanah secara signifikan dapat

    memengaruhi metabolisme sebagian besar tanaman pertanian. Akibat dari hal

    tersebut, pergerakan air dari tanah ke akar melambat (Muhibuddin, 2007). Jika

    konsentrasi garam pada tanah lebih tinggi dibandingkan dengan di dalam sel-sel

    akar, tanah akan menyerap air dari akar, dan tanaman akan layu dan mati. Ini

    merupakan prinsip dasar bagaimana salinisasi mempengaruhi produksi

    tanaman(FAO,2005)

    Oleh sebab itu, struktur tanah yang memiliki tingkat salinasi tinggi perlu

    diolah kembali agar dapat dijadikan lahan pertanian. Hal tersebut dapat dicapai

    dengan pengolahan struktur perkolasi tanaah dengan gypsum dan penambahan

    pupuk mol molasses pada tanah untuk mengurangi kadar salinitas.

    IV.1.1 Penambahan Gypsum pada Tanah

    Gypsum (CaSO4) memiliki fungsi sebagai reklamasi tanah sodik,

    meningkatkan agregasi tanah, perkolasi tanah, dan menurunkan pH tanah

    (Franzen et al.,2006). Gypsum dapat menggantikan ion sodium atau Na+ dalam

    tanah dengan Ca2+. Hal tersebut dapat mengakibatkan Na+ akan dibuang secara

    aktif sehingga dapat meningkatkan perkolasi tanah (FAO, 2005). Ca2+di dalam

    akar berperan membatasi penyerapan Na+dan meningkatkan penyerapan kalium

    (Hanafiah, 2007). Ca2+ secara bersamaan dapat menggantikan Na+ dalam

    kompleks pertukaran. Masing-masing senyawa Ca2+mudah larut tidak akan

    mempengaruhi pH dan bersama air dapat menurunkan Na+(Tan, 1995).

    9

  • IV.1.2 Penambahan Pupuk Mol Molasses

    Bahan organik memiliki peranan dalam merangsang granulasi, menurunkan

    plastisitas

    dan kohesi tanah, memperbaiki struktur tanah menjadi lebih remah, dan

    meningkatkan daya tanah dalam menahan air sehingga drainase tidak berlebihan,

    kelembaban dan temperatur tanah menjadi lebih stabil (Hanafiah, 2007). Bahan

    atau pupuk organik dapat berperan dalam pengikatan butiran primer menjadi

    butiran sekunder tanah dalam pembentukan agregat yang mantap. Hal tersebut

    akan berpengaruh terhadap porositas, penyimpanan dan penyediaan air, aerasi

    tanah, dan suhu tanah (Simanungkalit et al., 2006)

    Dalam hal ini bahan organik yang digunakan merupakan pupuk mol cair

    molasses. Pupuk mol molasses sendiri dibuat dengan menggunakan EM-4. EM-4

    memiliki 4 mikroorganisme yaitu , Bakteri Asam laktat, Bakteri Lactobacillus,

    Fungi Actynomycetes dan Bakteri Fotosintetik. Lactobacillus dapat melakukan

    Fermentasi asam laktat pada glukosa dan karbohidrat yang berasal dari molasess

    dan air leri pada suasana anaerobik dengan reaksi sebagai berikut :

    C6H12O6 + ENZIM 2 C2H5OCOOH + ENERGI

    Asam laktat ini merupakan bahan sterilisasi yang dapat menekan mikroba

    berbahaya dan dapat menguraikan bahan organik seperti lignin dan selulosa yang

    merupakan struktur kompleks karbohidrat dengan cepat. Proses dekomposisi ini

    akan membentuk humus yang dapat mengurangi kadar salinitas pada tanah dan

    memperbaiki struktur tanah (Julian, 2012)

    IV.2 Pembuatan Pupuk Mol dari Molasess

    Pembuatan pupuk mol dari molasess menggunakan 3 dasar bahan baku

    yaitu : air cucian beras (Leri) , Molasess, dan EM4. Berikut merupakan diagram

    alirnya:

    10

  • Gambar 4.1 Diagram Pembuatan Pupuk MOLLERI

    IV.2.1 Persiapan alat dan bahan

    Alat dan bahan yang digunakan ialah:

    Alat : Bahan :

    1. Ember 1. Molasess

    2. Gayung 2. Leri

    3. Sendok 3. EM-4

    4. Plastik ` 4. Air

    5. Tali

    IV.2.2 Campuran Leri dan EM-4

    Dalam pembuatan MOL atau pupuk cair organik dibutuhkan starter

    bakteri yang fungsinya dapat memperbaiki perkolasi tanah. Demi kelangsungan

    hidup bakteri yang akan berperan dalam pertumbuhan perkembangan tanaman di

    butuhkan sejumlah nutrisi untuk mendukungnya. Salah satu nutrisi yang

    diperlukan yaitu Karbohidrat. Sumber karbohidrat disini ialah air cucian

    persiapan alat dan bahan

    air leri dan EM4 dimasukkan

    kedalam ember

    Molasess di tambahkan ke

    dalam campuran

    tutup ember diamkan selama

    2 minggu ( Fermentasi)

    11

  • beras(Leri). Dalam ahap pencampuran Leri dan EM-4, dibutuhkan air leri

    sebanyak 5 Liter, lalu ditambahkan EM-4 sebanyak 3 sendok. EM-4 berfungsi

    sebagai penghasil bakteri.

    IV.2.3 Penambahan Molasess

    Molasess ditambahkan pada campuran EM-4 dan Leri sebagai sumber

    glukosa. Molasess sebagai limbah dari Industri Gula mengandung belerang,

    potasium, besi, dan zat gizi mikro dari bahan tebu asli. Jadi, tidak hanya

    kandungan gula yang membuat molase berguna, tetapi mineral tersebut

    (rahman,2012) sehingga penambahan molasess berguna untuk menyuplai nutrisi

    untuk pertumbuhan mikroorganisme yang berguna pada tanaman dan tanah.

    IV.2.4 Penutupan ember

    Ember di tutup dengan plastik dan ditali, serta di beri air diatasnya. Hal

    ini disebabkan agar campuran didalam ember bersifat kedap udara karena bakteri

    Lactobacillus yang memfermentasikan karbohidrat dan glukosa berlangsung pada

    suasana anaerobik.

    IV.2.5 Didiamkan selama 2 Minggu

    Setelah ditutup, Ember yang berisi campuran tersebut didiamkan selama 2

    minggu. Hal ini dilakukan bertujuan untuk menumbuhkan bakteri agar subur da

    mendukung kegiatan fermentasi secara anaerobik.

    IV.3 Pengairan daerah kering

    Kondisi pesisir pantai identik dengan tanah yang kering. Selain

    penambahan gypsum yang berguna untuk memperbaiki perkolasi tanah agar tidak

    keras, pengairan juga penting untuk menjaga keberlangsungan tanaman di daerah

    kering. Selain itu kebutuhan air bersih diperlukan untuk mengurangi kadar

    12

  • salnitas pada permukaan tanah (FAO,2012) berikut merupakan jenis tanam-

    tanaman dengan toleransi kadar salinitas pada tanah :

    Sumber : Panduan Lapang FAO, 2005

    Gambar 4.2 Daftar Tanaman yang Memiliki Toleransi Tinggi Terhadap

    Garam

    Oleh karena itu diperlukan sistem pengairan yang tepat untuk daerah dengan

    lahan yang kering. Sistem irigasi tetes / drip irrigation sangat cocok diterapkan pada lahan kering yang terdapat sedikit air dengan topografi yang relatif

    datar.(Makid,2013)

    13

    Gambar 4.3 Contoh Pengairan Metode Tetes

  • BAB V

    PENUTUP

    V.1 Kesimpulan

    Dalam upaya merevitalisasi lahan kosong daerah pesisir pantai yang

    banyak ditemukan serta tidak diolah secara maksimal, pembuatan pupuk

    MOLLERI serta pengolahan tanah dengan menggunakan gypsum dan pengairan

    yang tepat merupakan suatu gagasan yang solutif untuk mengolah lahan tersebut

    menjadi lahan produktif untuk pertanian.

    Upaya revitalisasi lahan kosong daerah pesisir agar bisa dijadikan daerah

    pertanian dapat ditinjau dari 3 aspek yaitu pengolahan tanah dengan gypsum,

    pembuatan pupuk MOLLERI, dan sistem pengairan yang tepat. Penambahan

    gypsum berfungsi untuk meningkatkan perkolasi tanah. Pembuatan pupuk

    MOLLERI terbagi atas beberapa tahap yaitu persiapan alat dan bahan, air leri dan

    EM-4 dituang dalam ember, ditambahkan molasses, ember ditutup dan di bungkus

    plastik , serta didiamkan selama 2 minggu. Pengairan yang dimaksud ialah

    pengairan di daerah pesisir yang kondisi tanahnya kering, sehingga pengairan

    yang tepat yaitu dengan pengairan metode tetes.

    V.2 Saran

    1. Perlu adanya kerja sama dari berbagai elemen masyarakat dan pemerintah

    dalam upaya mewujudkan gagasan ini.

    2. Penelitian yang intensif terkait gagasan ini masih perlu dilakukan.

    3. Kerjasama antar lembaga penelitian dengan pemerintah terkait dengan gagasan

    ini diperlukan.

    14

  • DAFTAR PUSTAKA

    FAO. 2005. Dua puluh hal untuk diketahui tentang dampak air laut pada lahan

    pertanian di propinsi NAD. United Nations Food and Agriculture Organization

    Mutowal, Wakid. 2013. Kendala Pertanian Kering dan Solusinya. Diakses di

    www.wordpress.com tanggal 26 Januari 2015

    Purwandany, Pouw S. 2013. Kontribusi Usaha Tambak Garam Terhadap Kondisi

    Sosial Ekonomi Petani Garam di Kecamatan Pangenan Kabupaten Cirebon.

    Universitas Pendidikan Indonesia. Di publikasikan oleh repository.upi.edu

    Sabrina, Sutrisari. 2013. Effective Microorganisme 4. Diakses di

    www.sutrisarisabrinanainggolan.blogspot.com tanggal 18 Februari 2015

    Tan, K.H. 1995. Dasar-dasar Kimia Tanah. Gadjah Mada University

    Press,Yogyakarta. Diterjemahkan oleh Didiek Hadjar Goenadi.

    Trisno, Iwan. 2015. Penelitian Revitalisasi Kawasan Pesisir Kabupaten Pati. Di

    akses di www.pati.go.id tanggal 26 Januari 2015

    15

  • Lampiran

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    Ketua Kelompok

    1. Nama Lengkap : Annizah Rahmatya Gerhana

    2. Tempat ,Tanggal Lahir : Jayapura, 24 Oktober 1995

    3. Alamat : Tegaron Wetan, Ambarawa

    4. Telepon : 085713531575

    5. Riwayat Pendidikan

    6. Karya Ilmiah :-

    7. Penghargaan :-

    Nama Instansi Tahun

    SD Negeri Inpres Perumnas 1 Waena 2001-2007

    SMP Kartika XII-1 Magelang 2007-2010

    SMA Negeri 4 Magelang 2010-2013

    S1 Teknik Kimia Universitas

    Diponegoro Semarang

    2013-Sekarang

  • Anggota 1

    1. Nama Lengkap : Anggita Widiasari

    2. Tempat ,Tanggal Lahir : Semarang, 2 Oktober 1994

    3. Alamat : Banyumanik, Semarang

    4. Telepon : 085641714433

    5. Riwayat Pendidikan

    6. Karya Ilmiah :-

    7. Penghargaan :-

    Nama Instansi Tahun

    SD Negeri Ngesrep 01 Semarang 2001-2007

    SMP Negeri 21 Semarang 2007-2010

    SMA Negeri 3 Semarang 2010-2013

    S1 Teknik Kimia Universitas

    Diponegoro Semarang

    2013-Sekarang

  • Anggota 2

    1. Nama Lengkap : Agus Priyanto

    2. Tempat ,Tanggal Lahir : Pemalang, 29 Januari 1995 3. Alamat : Desa Sukorejo RT 02/03 Ulujami

    Pemalang jawa tengah

    4. Telepon : 085742582686

    5. Riwayat Pendidikan

    6. Karya Ilmiah :-

    7. Penghargaan :-

    Nama Instansi Tahun

    SD Negeri 3 Sukorejo 2001-2007

    SMP Negeri 1 Ulujami 2007-2010

    SMA Negeri 1 Comal 2010-2013

    S1 Ilmu Peternakan Universitas

    Diponegoro Semarang

    2013-Sekarang

    3