Anestesi Lokal Kel 2

22
ANESTESI LOKAL PADA MANUSIA KELOMPOK 2: Siti A.Sarah 0810049 L.Arif 0810053 Shiela Stefani 0810056 Priska Yuniati 0810060 Kevin Jonathan 0810063 Ludwig Melino T. 0810067

description

ANLOK

Transcript of Anestesi Lokal Kel 2

Page 1: Anestesi Lokal Kel 2

ANESTESI LOKAL PADA MANUSIA

KELOMPOK 2:

Siti A.Sarah 0810049

L.Arif 0810053

Shiela Stefani 0810056

Priska Yuniati 0810060

Kevin Jonathan 0810063

Ludwig Melino T. 0810067

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BANDUNG

2011

Page 2: Anestesi Lokal Kel 2

DAFTAR ISI

Judul 1

Daftar isi 2

Abstrak 3

Bab I Pendahuluan 4

Bab II Tinjauan Pustaka 6

Bab III Metode 11

Bab IV Hasil Percobaan dan Pembahasan 13

Bab V Simpulan 14

Daftar Pustaka 15

2

Page 3: Anestesi Lokal Kel 2

ABSTRAK

Dalam operasi yang kecil, obat anestesi yang digunakan cukup obat

anestesi lokal, maka kita perlu mengetahui sifat-sifat  khusus dari berbagai obat

anestetik lokal.

Tujuan percobaan ini untuk mempelajari pengaruh epinefrin terhadap

duration of action, mengetahui urutan hilang dan timbulnya kembali sensasi

(nyeri, dingin, panas, raba, tekan)  pada pemberian obat – obat anestesi lokal, dan

membandingkan onset of action dan duration of action Etil Chlorida dengan

Lidokain HCl 2%.

Pada percobaan ini, digunakan 0,2 mL larutan Lidokain HCl 2% dan 0.2

mL larutan Lidokain HCl 2% + Epinefrin HCl 1 : 75000  yang disuntikkan intra

kutan pada bagian voler lengan bawah, kemudian diberikan rangsangan nyeri,

dingin, panas, raba, tekan. Lalu  dicatat kapan obat disuntikkan, kapan terjadi

hilangnya sensasi tersebut, serta diamati urutan hilangnya dan timbulnya sensasi-

sensasi tersebut. Percobaan kedua memakai OP yang lain, digunakan Etil Chlorida

yang disemprotkan pada bagian voler lengan bawah. Kemudian dilakukan

pemeriksaan semua rasa sama seperti percobaan pertama dengan cepat.

Dari percobaan, diperoleh hasil bahwa penyuntikkan dengan Lidokain HCl

2% dan dengan Lidokain HCl 2% + Epinefrin HCl 1 : 75000, urutan hilangnya

sensasi dari yang pertama: nyeri, dingin, panas, raba, tekan, sedangkan urutan

timbulnya sensasi adalah sebaliknya.. Pada penyemprotan dengan Etil Chlorida,

hilangnya sensasi nyeri, dingin, panas, raba, tekan terjadi bersamaan dan

berlangsung sangat cepat. Sedangkan urutan timbulnya: tekan, raba, panas, dingin,

nyeri.

Dari hasil percobaan, dapat disimpulkan bahwa dengan pemberian

Epinefrin HCl 1 : 75000 memperpanjang duration of action, dengan urutan

sensasi yang hilang mulai dari nyeri, dingin, panas, raba, tekan, dan urutan

timbulnya sensasi adalah sebaliknya; juga dapat disimpulkan Onset of Action dan

Duration of Action dari Etil Chlorida lebih singkat dari Lidokain HCl 2%.

3

Page 4: Anestesi Lokal Kel 2

BAB I

PENDAHULUAN

Anestetik lokal adalah obat yang menghantarkan saraf bila dikenakan

secara lokal pada jaringan syaraf dalam keadaan yang cukup. Obat ini bekerja

pada tiap sistem saraf, serabut saraf baik sensoris maupun motoris. Banyak

macam zat yang dapat mempengaruhi hantaran saraf, tetapi umumnya tidak dapat

dipakai karena menyebabkan kerusakan permanen pada sel saraf. Paralisis saraf

oleh anastestik lokal bersifat reversibel, tanpa merusak serabut dan sel saraf.

Anestetik lokal yang ideal mempunyai syarat tidak mengiritasi jaringan

setempat dan tidak merusak struktur saraf secara permanen, mempunyai toksisitas

sistemik yang rendah, efektf dengan cara suntikan/lokal pada mukosa., onsetnya

cepat dan kerjanya cukup lama untuk melakukan operasi tapi tidak mengganggu

recovery.

Secara umum anestetik lokal mempunyai rumus dasar yang terdiri dari 3

bagian : gugus amin hidrofil yang berhubungan dengan gugus residu aromatik

lipofil. Maka secara kimia anestetik lokal digolongkan atas senyawa ester dan

senyawa amid. Senyawa ester contohnya kokain, prokain, tetrakain, dan

benzokain. Sedangkan yang tergolong senyawa amid adalah dibukain, lidokain,

prilokain, mepivakain.

Obat anestetik umumnya bekerja pada membran sel dan pada aksoplasma

hanya sedikit. Anestetik lokal akan menghambat pembentukan konduksi impuls.

Zat anestetik lokal akan berinteraksi langsung dengan kanal sodium yang peka

terhadap adanya voltase muatan listrik. Dengan semakin bertambahnya efek

anestetik lokal di saraf maka ambang rangsang membran akan bertambah secara

perlahan, kecepatan peningkatan potensial aksi menurun, konduksi impuls

melambat dan faktor konduksi saraf juga berkurang. Faktor-faktor ini akan

mengakibatkan kemungkinan menjalarnya potensial aksi dan dengan demikian

mengakibatkan kegagalan konduksi saraf. Anestetik lokal juga mengakibatkan

berkurangnya permeabiltas membran bagi ion K dan ion Na dalam keadaan

istirahat.

4

Page 5: Anestesi Lokal Kel 2

Anestetik lokal merupakan basa lemah. Dalam penerapan terapeutik,

umumnya disediakan dalam bentuk garam agar lebih mudah larut dan stabil.

Konduksi saraf dapat atau tidak dapat dihambat hanya dengan mengubah pH

larutan menjadi 7,2 atau 9,6 pada pH 9,6 konduksi akan berjalan.

Masa kerja anastetik lokal berbanding lurus dengan waktu kontak aktifnya

dengan serabut saraf. Akibatnya tindakan yang dapat melokalisasi obat pada saraf

akan memperpanjang waktu anestetik. Vasokonstriktor adalah obat yang sering

dipakai bersamaan dengan anestetik lokal dengan tujuan memperpanjang dan

memperkuat kerja anestetik lokal, mengurangi toksisitas sistemik karena

mengurangi kecepatan absorpsi obat, dosis yang dipakai juga menjadi lebih kecil.

Yang sering dipakai dalam klinis adalah epinefrin 1:200.000 dan norepinefrin

1:100.000. sebagian vasokonstriktor mungkin akan diserap dan bila jumlahnya

cukup banayak akan menimbulkan efek samping seperti gelisah, takikardi,

palpitasi dan nyeri dada. Selain itu mungkin pula dapat terjadi perlambatan

penyembuhan luka, edema dan, nekrosis. Semua anestetik lokal menyebabkan

vasodilatasi pembuluh darah kecuali kokain.

5

Page 6: Anestesi Lokal Kel 2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Anestesi Lokal adalah obat yang menghambat hantaran syaraf bila

dikenakan secara local pada jaringan syaraf dengan kadar cukup. Obat ini bekerja

pada tiap bagian susunan syaraf. Contohnya bila anestesi local dikenakan pada

korteks motoris, impuls yang dialirkan pada daerah tersebut berhenti, dan bila

disuntikkan ke dalam kulit maka transmisi impuls sensorik dihambat. Pemberian

anestesi local pada batang syaraf menimbulkan paralisis motorik dan sensorik

pada daerah yang dipersyarafinya.

Banyak macam zat yang dapat mempengaruhi hantaran syaraf, namun

umumnya tidak dapat dipakai karena dapat menyebabkan kerusakan permanen

pada sel syaraf. Paralisis syaraf oleh anestesi local bersifat reversible, tanpa

merusak serabut dan sel saraf.

Anestetik local yang pertama ditemukan adalah kokain, suatu alkaloid

yang terdapat dalam daun Erythtroxylon coca, semacam belukak.

Sifat anestesik local yang idealadalah tidak mengiritasi dan tidak merusak

jaringan saraf secara permanen. Kebanyakan anestesi local memnuhi syarat ini.

Batas keamanannya harus lebar, sebab anestesi local akan diserap dari tempat

suntikan. Mula kerja harus sesingkat mungkin, sedangkan masa kerja harus

cukup lama sehingga cukup waktu untuk melakukan tindakan operasi, tetapi tidak

demikian sampai memperpanjang masa pemulihan. Zat anestesi local juga harus

larut dalam air, stabil dalam larutan, dapat disterilkan tanpa mengalami

perubahan. Semua anestesi umumnya terbentuk dari kombinasi basa lemah dan

asam kuat. Agen-agen ini dapat dengan mudah terhidrolisa pada jaringan yang

bersifat alkali ( PH 7,4 ). Untuk mengeluarkan basa alkaloid yang akan diikat oleh

lemak pada serabut saraf. Basa ini dapat mencegah bertambahnya permeabilitas

membran saraf. Stabilitasi membran pembatas aksonal akan mencegah aliran ke

dalam dan ion Na+ dan depolarisasi, oleh karena itu tidak akan ada konduksi

impuls.

6

Page 7: Anestesi Lokal Kel 2

Anestesi lokal mencegah pembentukan & konduksi impuls saraf. Tempat kerjanya

di membran sel. Potensial aksi saraf terjadi karena adanya peningkatan sesaat

(sekilas) permeabilitas membran terhadap ion Na+ akibat depolarisasi ringan pada

membran. Jadi terjadi interaksi antara anestesi lokal dengan kanal Na+

Dengan semakin bertambahnya efek anestesi lokal di dalam saraf, maka ambang

rangsang membran akan meningkat secara bertahap, kecepatan peningkatan

potensial aksi menurun, konduksi impuls melambat & faktor pengaman konduksi

saraf juga berkurang. Faktor ini akan mengakibatkan penurunan kemungkinan

menjalarnya potensial aksi, dan dengan demikian kegagalan konduksi saraf.

Penambahan epineprin pada anestesi lokal selain sebagai vasokonstriktor juga

mengurangi kecepatan absorpsi anestesi lokal sehingga akan mengurangi juga

toksisitas sistemiknya

Mekanisme Kerja Obat Anestesi Lokal

Pusat mekanisme kerja dari anestesi lokal terletak di membran sel, Anestesi lokal

memblok penyampaian impuls dengan cara mencegah kenaikan permeabilitas

membran sel terhadap ion-ion natrium. Pada waktu yang bersamaan ambang

kepekaan terhadap rangsangan listrik lambat laun meningkat, yang pada akhirnya

memblokir penerusan impuls.

Kefektifan anestesi lokal tergantung pada :

Potensi analgesik dari agen anestesi yang digunakan

Konsentrasi agen anestesi lokal

Kelarutan agen anestesi lokal dalam : air ( misalnya : cairan ekstraseluler )

dan lipoid ( misalnya : selubung mielin lipoid )

Persistensi agen pada daerah suntikan tergantung baik pada konsentrasi

agen anestesi lokal maupun keefektifan vasokonstriktor yang

ditambahkan.

Kecepatan metabolisme agen pada daerah suntikan.

Ketetapan terdepositnya larutan dan dekat saraf yang akan dibuat baal

7

Page 8: Anestesi Lokal Kel 2

Tergantung pula pada keterampilan operator dan variasi anatomi

Sifat anestesi lokal yang ideal :

Tidak mengiritasi / merusak jaringan saraf secara permanen

Batas keamanan harus lebar

Mula kerja harus sesingkat mungkin

Durasi kerja harus cukup lama

Larut dalam air

Stabil dalam larutan

Dapat disterilkan tanpa mengalami perubahan

Indikasi & Keuntungan anastesi lokal

Penderita dalam keadaan sadar serta kooperatif.

Tekniknya relatif sederhana dan prosentase kegagalan dalam

penggunaanya relatif kecil.

Pada daerah yang diinjeksi tidak terdapat pembengkakan.

Peralatan yang digunakan, sedikit sekali dan sederhana serta obat yang

digunakan relatif murah.

Dapat digunakan sesuai dengan yang dikehendaki pada daerah anatomi

tertentu.

Dapat diberikan pada penderita yang keadaan umumnya kurang baik,

sebab adanya pemberian obat anastesi terjadi penyimpangan fisiologis dari

keadaan normal penderita sedikit sekali.

Kontra Indikasi

Operator merasa kesulitan bekerja sama dengan penderita, misalnya

penderita menolak di suntik karena takut

Terdapat suatu infeksi/ peradangan

Usia penderita terlalu tua atau dibawah umur

Alergi terhadap semua anastetikum

Letak jaringan anastesi terlalu dalam

Absorpsi dan Efek Samping

8

Page 9: Anestesi Lokal Kel 2

Absorpsi dari kulit dan selaput lendir berlangsung dengan baik dan sangat cepat,

misalnya pada lidokain. Toksisitas obat anestesi lokal bergantung dadri

keseimbangan dari kecepatan absorpsi dan kecepatan destruksi. Efek samping

biasanya terjadi sebagai akibat khasiat dari kardio depresifnya. Beberapa obat

anestesi lokal juga memiliki efek samping hipersensitasi berupa dermatitis alergi.

Pemberian Anestesi Lokal

Anestesi lokal umumnya digunakan secara parental misalnya pada waktu

pembedahan kecil dimana pemakaian anestesi umum tidak diperlukan. Beberapa

cara pemberian anestesi lokal adalah:

Anestesi Infiltrasi, suntikan diberikan di tempat yang dibius ujung-ujung

syarafnya. Misal pada daerah kecil kulit atau pada gusi untuk pencabutan

gigi.

Anestesi Penyaluran Saraf, penyuntikan dilakukan pada tempat banyak

saraf berkumpul, hingga tercapai anestesi pada bagian yang lebih luas.

Misal pada lengan atau kaki

Anestesi Permukaan, biasanya digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri

atau gatal. Misalnya dalam bentuk suppositoria untuk penyakit ambein.

Pada obat anestesi lokal, biasanya yang digunakan adalah garam-garam

kloridanya yang mudah larut dalam air. Untuk memperpanjang daya kerjanya,

maka sering ditambahkan obat lain untuk menciutkan pembuluh darah

(vasokonstriktor) misalnya larutan adrenalin. Selain itu absorpsi akan diperlambat

dan toksisitasnya akan berkurang, mulai kerja akan lebih cepat dengan khasiat

yang lebih bagus, serta lokasi pembedahaan tidak berdarah namun larutan yang

mengandung vasokonstriktor sebaiknya jangan digunakan pada jari-jari tangan

karena resiko gangrene.

Beberapa Obat Anestesi

1. Bupivakain/Bupivacaine, Senyawa amida derivat butil dengan efek anestesi

yang lebih lama (long acting) biasa digunakan untuk anestesi daerah yang lebih

luas dengan kombinasi adrenalin.

9

Page 10: Anestesi Lokal Kel 2

2. Lidokain/lidocaine,  biasa digunakaan sebagai anestesi infiltrasi maupun

anestesi permukaan. sering digunakan sebagai anti aritmia

3. Prokain, absorpsi prokain pada kulit sangat lambat oleh karena itu biasanya

diberikan secara injeksi

4. Tetrakain, merupakan derivate paraaminobenzoat

5. Prilokain HCL, anestesi local mirip lidokain, namun mula kerja dan masa

kerjanya lebih lama. Namun isa menimbulkan methemoglobinemia

Teknik pemberian anestesi local

- Anesthesia permukaan

- Anesthesia infiltrasi

- Anesthesia blok

10

Page 11: Anestesi Lokal Kel 2

BAB III

METODE

Bahan :

1. larutanlidokain 2%

2. larutanlidokain HCL 2% + epinefrin 1:75.000

3. etilklorida (dalam botolsemprot)

4. alcohol 70%

Alat :

kapas

spuit tuberculin

jarumsuntik

beker glass

esbatu

airpanas

Keterangan :

tiap kelompok menyiapkan 2 orang mahasiswa sebagai subjek percobaan

masing-masing subjek percobaan mendapatkan perlakuan:

1. penyuntikan intra kutan (dilakukan dokter atau asisten)

2. disemprotkan etil klorida (oleh asisten)

Perhatikan :

1. tempat penyuntikan dibersihkan dulu dengan alcohol 70%

2. jika obat suntik masuk denganbenar secara intrakutan, akan tampak papula

dengan diameter 5mm.

3. penyuntikan jangan dekat vena

4. jangan melakukan penyuntikan pada diri sendiri

5. tehnik penyuntikan harus dikuasai betul

6. bekerja secara benar-benar aseptik

11

Page 12: Anestesi Lokal Kel 2

Lakukanpemeriksaan rasa sebagai berikut :

Jenis rasa Alat yang digunakan

Raba Kapas

Panas Tabung reaksi berisi air panas

Dingin Tabung reaksi berisi es

Nyeri Ujung jarum pentul

Tekan Ujung tumpul pensil

RENCANA KERJA :

1. suntikan intrakutan 0,2 ml larutan lidokain HCL 2% dalam spuit

tuberculin pada bagian volar lengan bawah, catatlah :

- saat obat disuntikan

- saat hilang rasa nyeri, raba, panas, dingin dan tekan

- rasa mana yang lebih dulu hilang ?

- rasa mana yang lebih dulu timbul ?

selama percobaan OP jangan melihat pada lengannya yang sedang

dijadikan percobaan!

2. Lakukanlah percobaan A pada lengan lainnya, dengan menggunakan

larutan :

- lidokain 2% + epinefrin HCL dengan perbandingan 1:75.000

3. semprotkanlah etilklorida pada tempat tertentu pada lengan bawah subjek

percobaan kedua. Terbentuk salju seperti bulu ayam yang berwarna putih,

secara serentak lakukan pemeriksaan terhadap semua rasa dengan cepat

karena pengaruh anestesi (duration of action) etil klorida sangat pendek.

12

Page 13: Anestesi Lokal Kel 2

BAB IV

HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHSAN

HASIL PERCOBAAN

Lidocain HCl

Waktu suntik : 09.03.00

Lidocain HCl + epinefrin

Wktsuntik : 09.03.00

Etil Klorida

Wktsuntik: 09.00.30

Waktu (menit)

Saathilang

Saattimbul

interval SaatHilang

SaatTimbul

interval Saathilang

Saattimbul

Interval

Sensasi nyeri

30’’ 13’.00’’ 12’.30’’ 30’’ 18’.30’’ 18’.00’’ 05’’ 1’.09’’ 1’.04’’

Sensasi dingin

35’’ 10’.36’’ 10’.01’’ 1’.00’’ 12’.35’’ 11’.35’’ 08’’ 1’.08’’ 1’.00’’

Sensasi panas

1’.00’’ 08’.10’’ 07’.10’’ 1’.15’’ 08’.30’’ 07’.15’’ 20’’ 1’.06’’ 46’’

Sensasi raba

1’.00” 05’.20’’ 04’.20’’ 02’.10’’ 08’.13’’ 06’.03’’ 35’’ 1’.03’’ 28’’

Sensasi tekan

1.00’’ 05’.00’’ 04’.00’’ 01’.30’’ 07’.10’’ 05’.40’’ 1’.00’’ 1’.02’’ 02’’

PEMBAHASAN

Pada pemakain lidocain HCL, efek kerja yang pertama hilang adalah sensasi nyeri

(30”) dan yang pertama timbul adalah sensasi tekan (05.’00’’) sedangkan yang

paling lama menghilang adalah sensasi nyeri (12’.30’’).

Pada pemakaian lidocain HCL + epinefrin, efek kerja yang pertama hilang adalah

sensasi nyeri (30’’) dan yang pertama timbul adalah sensasi tekan (07.’10’’),

sedangkan yang paling lama menghilang adalah sensasi nyeri (18’00’’).

Pada pemakain etilklorida efek kerja yang pertama hilang adalah hilangnya

sensasi nyeri (05’’) dan yang pertama timbul adalah sensasi tekan (1’.02’’),

sedangkan efek kerja yang paling lama menghilang adalah sensasi nyeri (1’.04’’).

13

Page 14: Anestesi Lokal Kel 2

SIMPULAN

Jadi pada percobaan anestesi lokal pada kulit didapatkan waktu yang singkat pada

pemakaian etilklorida, sedangkan yang terlama adalah penggunaan lidocain HCL

+ epinefrin karena mengandung vasokonstriktor dibandingkan dengan pemakaian

lidocain HCL saja.

14

Page 15: Anestesi Lokal Kel 2

DAFTAR PUSTAKA

Handoko, Toni. 1995. Anestetik Umum. Farmakologi dan Terapi FK – UI.

Sulistia G. Ganiswarna (Ed.). Gaya Baru. Jakarta. Edisi 4.

Halaman 234-247.

Goodman and Gilman. 1980. History and Principles of Anesthesiology. The

Pharmacological Basis of Therapeutics. Alfred Goodman

(Ed.). McMillian Publishing Co. Inc. NewYork. Sixth Edition.

Halaman 267.

Bustami, Zunilda S. 1990. Obat yang Mempengaruhi Susunan Saraf Pusat III.

Anestetik dan Penghambat Neuromuskuler. Praktis Dalam

Farmakologi. Binarupa Aksara. Jakarta. Edisi 2.

Halaman 154, 158 – 161.

15