Anemia Pada Anak

24
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia secara umum didefinisikan sebagai berkurangnya volume eritrosit atau konsentrasi hemoglobin. Anemia bukan suatu keadaan spesifik, melainkan dapat disebabkan oleh bermacam-macam reaksi patologis dan fisiologis. Anemia ringan hingga sedang mungkin tidak menimbulkan gejala objektif, namun dapat berlanjut ke keadaan anemia berat dengan gejala-gejala keletihan, takipnea, napas pendek saat beraktivitas, takikardia, dilatasi jantung, dan gagal jantung. Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia; diperkirakan terdapat pada 43% anak-anak usia kurang dari 4 tahun. Survei Nasional di Indonesia (1992) mendapatkan bahwa 56% anak di bawah umur 5 tahun menderita anemia, pada survei tahun 1995 ditemukan 41% anak di bawah 5 tahun dan 24-35% dari anak sekolah menderita anemia. Gejala yang samar pada anemia ringan hingga sedang menyulitkan deteksi sehingga sering terlambat ditanggulangi. Keadaan ini berkaitan erat dengan meningkatnya risiko kematian pada anak. 1.2. Rumusan Masalah

description

aa

Transcript of Anemia Pada Anak

Page 1: Anemia Pada Anak

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anemia secara umum didefinisikan sebagai berkurangnya volume eritrosit

atau konsentrasi hemoglobin. Anemia bukan suatu keadaan spesifik, melainkan dapat

disebabkan oleh bermacam-macam reaksi patologis dan fisiologis. Anemia ringan

hingga sedang mungkin tidak menimbulkan gejala objektif, namun dapat berlanjut ke

keadaan anemia berat dengan gejala-gejala keletihan, takipnea, napas pendek saat

beraktivitas, takikardia, dilatasi jantung, dan gagal jantung. Anemia merupakan

masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia; diperkirakan terdapat pada 43%

anak-anak usia kurang dari 4 tahun. Survei Nasional di Indonesia (1992)

mendapatkan bahwa 56% anak di bawah umur 5 tahun menderita anemia, pada survei

tahun 1995 ditemukan 41% anak di bawah 5 tahun dan 24-35% dari anak sekolah

menderita anemia. Gejala yang samar pada anemia ringan hingga sedang menyulitkan

deteksi sehingga sering terlambat ditanggulangi. Keadaan ini berkaitan erat dengan

meningkatnya risiko kematian pada anak.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian anemia ?

2. Bagaimana etiologi anemia ?

3. Bagaimana patofisologi anemia ?

4. Bagaimana Manifestasi klinis anemia ?

5. Apa saja jenis anemia ?

6. Bagaimana asuhan keperawatan pada anak anemia ?

Page 2: Anemia Pada Anak

1.3. Tujuan

Tujuan umum dari penulisan makalah ini di harapkan mahasiswa mampu membuat

asuhan keperawatan penyakit anemia pada anak

Tujuan dari penulisan makalah diharapkan mahasiswa mamp

1. Mengetahui pengertian anemia     

2. Mengetahui etiologi anemia     

3. Mengetahui patofisologi anemia

4. Mengetahui manifestasi klinis anemia

5. Mengetahui macam-macam anemia     

6. Memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada anak yang

Page 3: Anemia Pada Anak

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 DEFINISI ANEMIA

Anemia merupakan keadaan di mana masa eritrosit dan atau masa hemoglobin

yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan

tubuh. Secara laboratoris, anemia dijabarkan sebagai penurunan kadar hemoglobin

serta hitung eritrosit dan hematrokrit di bawah normal atau orang sehat. Mungkin ada

perbedaan karena ras dalam kadar Hb. Anak kulit hitam mempunyai kadar 0,5 g/dL

lebih rendah daripada anak kulit putih dan anak Asia dengan umur dan status

ekonomi yang sebandin, mungkin sebagian karena insidensi pengemban bakat

thalassemia-α dan thalassemia-β yang relative tinggi pada anak kulit hitam.2

Anemia adalah keadaan berkurangnya jumlah eritrosit atau hemoglobin

(protein pembawa O2) dari nilai normal dalam darah sehingga tidak dapat memenuhi

fungsinya untuk membawa O2 dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer sehingga

pengiriman O2 ke jaringan menurun. 13 Secara fisiologi, harga normal hemoglobin

bervariasi tergantung umur, jenis kelamin, kehamilan, dan ketinggian tempat tinggal.

Oleh karena itu, perlu ditentukan batasan kadar hemoglobin pada anemia.3

Table 1. Nilai Hematologi Selama Masa Bayi dan Anak2

Page 4: Anemia Pada Anak

2.2 PENDEKATAN KINETIK

Anemia dapat disebabkan oleh 1 atau lebih dari 3 mekanisme independen

yaitu berkurangnya produksi sel darah merah, meningkatnya destruksi sel darah

merah, dan kehilangan darah.4Patofisiologi Anemia Berdasarkan proses patofisiologi

terjadinya anemia, dapat digolongkan pada tiga kelompok:6

1. Anemia akibat produksi sel darah merah yang berkurang atau gagal

Pada anemia tipe ini, tubuh memproduksi sel darah yang terlalu sedikit atau

sel darah merah yang diproduksi tidak berfungsi dengan baik. Hal ini terjadi akibat

adanya abnormalitas sel darah merah atau kekurangan mineral dan vitamin yang

dibutuhkan agar produksi dan kerja dari eritrosit berjalan normal. Penyebabnya

seperti (1) Kekurangan nutrisi: Fe, B12, atau folat; dapat disebabkan oleh kekurangan

diet, malaborpsi (anemia pernisiosa, sprue) atau kehilangan darah (defisiensi Fe). (2)

Kelainan sumsum tulang (anemia aplastik, pure red cell aplasia, mielodisplasia,

inflitrasi tumor). (3) Supresi sumsum tulang (obat, kemoterapi, radiasi). (4)

Rendahnya trophic hormone untuk sti-mulasi produksi sel darah merah (eritro-poietin

pada gagal ginjal, hormon tiroid [hipotiroidisme] dan androgen [hipogonadisme]). (5)

Anemia penyakit kronis/anemia inflamasi, yaitu anemia dengan karakteristik

berkurangnya Fe yang efektif untuk eritropoiesis karena berkurangnya absorpsi Fe

dari traktus gastrointestinal dan berkurangnya pelepasan Fe dari ma-krofag,

berkurangnya kadar eritropoietin (relatif ) dan sedikit berkurangnya masa hidup

eritrosit.

2. Anemia akibat penghancuran sel darah merah

Bila sel darah merah yang beredar terlalu rapuh dan tidak mampu bertahan

terhadap tekanan sirkulasi maka sel darah merah akan hancur lebih cepat sehingga

menimbulkan anemia hemolitik. Anemia hemolitik merupakan anemia yang

disebabkan karena berkurangnya masa hidup sel darah merah (kurang dari 100 hari).

Pada keadaan normal, umur sel darah merah 110- 120 hari. Anemia hemolitik terjadi

Page 5: Anemia Pada Anak

bila sumsum tulang tidak dapat mengatasi kebutuhan untuk menggganti lebih dari 5%

sel darah merah/hari yang berhubungan dengan masa hidup sel darah merah kira-kira

20 hari. Penyebab anemia hemolitik yang diketahui atara lain:

Keturunan, seperti sickle cell anemia dan thalassemia

Adanya stressor seperti infeksi, obat obatan, bisa hewan, atau beberapa jenis

makanan

Toksin dari penyakit liver dan ginjal kronis

Autoimun

Pemasangan graft, pemasangan katup buatan, tumor, luka bakar, paparan

kimiawi, hipertensi berat, dan gangguan thrombosis

Pada kasus yang jarang, pembesaran lien dapat menjebak sel darah merah dan

menghancurkannya sebelum sempat bersirkulasi.

3. Anemia Akibat Kehilangan Darah

Anemia ini dapat terjadi pada perdarahan akut yang hebat ataupun pada perdarahan

yang berlangsung perlahan namun kronis. Perdarahan kronis umumnya muncul akibat

gangguan gastrointestinal ( misal ulkus, hemoroid, gastritis, atau kanker saluran

pencernaan), penggunaan obat obatan yang mengakibatkan ulkus atau gastritis (misal

OAINS), menstruasi, dan proses kelahiran.

2.3 KLASIFIKASI ANEMIA

Anemia tidak merupakan suatu kesatuan spesifik tetapi merupakan akibat dari

berbagai proses patologik yang mendasri. Klasifikasi anemia yang bermanfaat pada

anak membagi anemia menjadi tiga kelompok besar atas dasar volume korpuskular

rata-rata eritrosit (mean corpuscular volume [MCV]) yaitu mikrositik, normositik,

atau makrositik.2Berdasarkan gambaran morfologik, anemia diklasifikasikan menjadi

tiga jenis anemia:

Anemia Normositik Normokrom. Anemia normositik normokrom disebabkan oleh

karena perdarahan akut, hemolisis, dan penyakit-penyakit infiltratif metastatik pada

sumsum tulang. Terjadi penurunan jumlah eritrosit tidak disertai dengan perubahan

Page 6: Anemia Pada Anak

konsentrasi hemoglobin (Indeks eritrosit normal pada anak: MCV 73 – 101 fl, MCH

23 – 31 pg , MCHC 26 – 35 %), bentuk dan ukuran eritrosit.3

Anemia Makrositik Hiperkrom. Anemia dengan ukuran eritrosit yang lebih besar dari

normal dan hiperkrom karena konsentrasi hemoglobinnya lebih dari normal. (Indeks

eritrosit pada anak MCV > 73 fl, MCH = > 31 pg, MCHC = > 35 %). Ditemukan

pada anemia megaloblastik (defisiensi vitamin B12, asam folat), serta anemia

makrositik non-megaloblastik (penyakit hati, dan myelodisplasia).3

Anemia Mikrositik Hipokrom. Anemia dengan ukuran eritrosit yang lebih kecil dari

normal dan mengandung konsentrasi hemoglobin yang kurang dari normal. (Indeks

eritrosit : MCV < 73 fl, MCH < 23 pg, MCHC 26 - 35 %). Penyebab anemia

mikrositik hipokrom: 1) Berkurangnya zat besi: Anemia Defisiensi Besi. 2)

Berkurangnya sintesis globin: Thalasemia dan Hemoglobinopati. 3) Berkurangnya

sintesis heme: Anemia Sideroblastik.3

Table 2. Klasifikasi Anemia Berdasarkan Morfologi1

Mikrositik Normositik Makrositik

Defisiensi besi

Thalasemia

Keracunan timbal kronis

Anemia sideroblastik

Inflamasi kronis

Anemia hemolitik

kongenital

Hemoglobin mutan

Defek enzim

eritrosit

Gangguan pada

membran eritrosit

Anemia hemolitik didapat

Autoimun

Anemia hemolitik

mikroangiopatik

Sekunder oleh

infeksi akut

Kehilangan darah akut

Sumsum tulang

megaloblastik

Defi siensi vitamin

B12

Defisiensi asam

folat

Tanpa sumsum tulang

megaloblastik

Anemia aplastic

Hipotiroid

Diamond-Blackfan

syndrome

Penyakit hati

Infiltrasi sumsum

Page 7: Anemia Pada Anak

tulang

Anemia

diseritropoietik

Table 3. Klasifikasi Berdasarkan MCV dan RDW2

1. Anemia Defisiensi Besi

Anemia akibat defisiensi besi untuk sintesis Hb merupakan penyakit darah

yang paling sering pada bayi dan anak. Anemia defisiensi besi adalah kondisi dimana

kandungan besi tubuh total menurun dibawah kadar normal, sehingga penyediaan

besi untuk eritopoesis berkurang yang pada akhirnya pembentukan hemoglobin

berkurang.2,5

2.4 ETIOLOGI

Berat lahir rendah dan perdarahan perinatal yang tidak biasa berkaitan dengan

penurunan massa Hb bayi dan cadangan besi. Karena konsentrasi tinggi Hb pada

neonates menurun selama masa kehidupan 2-3 bulan pertama, sejumlah lumayan besi

dipakai kembali dan disimpan. Simpanan yang dimafaatkan kembali biasanya cukup

Page 8: Anemia Pada Anak

untuk pembentukan darah dalam 6-9 bulan pertama kehidupan bayi yang cukup

bulan. Pada bayi berat badan lahir rendah atau pada bayi dengan kehilangan darah

perinatal, cadangan besi mungkin habis lebih cepat, dan sumber makanan menjadi

amat penting. Anemia semata-mata karena kekurangan besi dalam makanan tidak

biasa sebelum 4-6 bulan pertama kehidupan tetapi menjadi umum pada umur 9-24

bulan. Pola diet yang biasa tampak pada bayi dengan anemia defisiensi besi adalah

konsumsi sejumlah besar susu sapi dan makanan yang tidak dilengkapi dengan besi.5

Kehilangan darah harus dipertimbangkan sebagai penyebab pada setiap kasus

defisiensi besi, terutama pada anak yang lebih besar. Anemia defisiensi besi kronis

karena perdarahan samar mungkin disebabkan oleh lesi saluran pencernaan, seperti

ulkus peptikum, diverticulum Meckel, polip atau hemangioma, atau oleh penyakit

peradangan usus. Dibeberapa wilayah geografis infestasi cacing merupakan penyebab

penting dari defisiensi besi. Diare kronis pada masa anak awal mungkin berkaitan

dengan sejumlah kehilangan darah yang tidak tampak. Kehilangan darah dalam tinja

tiap hari dapat dicegah dengan menguragi jumlah susu sapi murni sampai 0,568

liter/24 jam atau kurang, dengan menggunakan susu yang telah dipanaskan atau

diuapkan, atau dengan pengganti susu sapi.5

2.5 PATOFISIOLOGI

Anemia defisiensi besi merupakan hasil akhir keseimbangan negatif besi yang

berlangsung lama. Bila kemudian keseimbangan besi yang negatif ini menetap akan

menyebabkan cadangan besi terus berkurang. tahap defisiensi besi, yaitu:

a) Tahap pertama

Tahap ini disebut iron depletion atau storage iron deficiency, ditandai dengan

berkurangnya cadangan besi atau tidak adanya cadangan besi. Hemoglobin

dan fungsi protein besi lainnya masih normal. Pada keadaan ini terjadi

peningkatan absorpsi besi non heme. Feritin serum menurun sedangkan

pemeriksaan lain untuk mengetahui adanya kekurangan besi masih normal.

b) Tahap kedua

Pada tingkat ini yang dikenal dengan istilah iron deficient erythropoietin atau

iron limited erythropoiesis didapatkan suplai besi yang tidak cukup untuk

Page 9: Anemia Pada Anak

menunjang eritropoisis. Dari hasil pemeriksaan laboratorium diperoleh nilai

besi serum menurun dan saturasi transferin menurun sedangkan total iron

binding capacity (TIBC) meningkat dan free erythrocyte porphyrin (FEP)

meningkat.

c) Tahap ketiga

Tahap inilah yang disebut sebagai iron deficiency anemia. Keadaan ini terjadi

bila besi yang menuju eritroid sumsum tulang tidak cukup sehingga

menyebabkan penurunan kadar Hb. Dari gambaran darah tepi didapatkan

mikrositosis dan hipokromik yang progresif. Pada tahap ini telah terjadi

perubahan epitel terutama pada anemia defisiensi besi yang lebih lanjut.Table 4. Tahapan kekurangan besi6

Hemoglobin Tahap I

(Normal)

Tahap II (sedikit

menurun)

Tahap III (menurun

jelas) Mikrositik

Cadangan besi (mg) <100 0 0

Fe serum (ug/dl) Normal <60 <40

TIBC (ug/dl) 360-390 >390 >410

Saturasi transferin

(%)

20-30 <15 <10

Feritin serum

(ug/dl)

<20 <12 <12

Sideroblas (%) 40-60 <10 <10

FEP (ug/dl eritrosit >30 >100 >200

MCV Normal Normal Menurun

2.6 MANIFESTASI KLINIS

Pucat merupakan tanda paling penting pada defisiensi besi. Sclera berwarna

biru juga sering, meskipun ini juga ditemukan pada bayi normal. Pada defisiensi

ringan sampai sedang (Hb 6-10 g/dL). Pagofagia, yaitu keinginan untuk makan bahan

yang tidak biasa seperti es atau tanah, mungkin ada. Bila Hb menurun sampai di

bawah 5g/dL, iritabilitas dan anoreksia mencolok. Takikardia dan dilatasi jantung

Page 10: Anemia Pada Anak

terjadi, dan bising sistolik sering ada. Limpa teraba membesar pada 10-15%

penderita. Pada kasus menahun dpaat terjadi pelebaran diploe tulnag tengkorak yang

mirip dengan yang terlihat pada anemia hemolitik kongenital. Peruahan ini membaik

dengan perlahan-lahan bersamaan terapi subsitusi. Anak dengan defisiensi besi

mungkin gemuk atau kurang berat, dengan tanda lain kurang gizi. Iritabilitas dan

anoreksia yang khas untuk kasus lanjut mungkin merupakan gambaran defisiensi besi

jaringan, karena dengan terapi besi perbaikan yang nyata dalam perilaku sering

terjadi sebelum terjadi perbaikan hematologi yang nyata. Defisiensi besi dapat

memperngaruhi fungsi neurologis dan intelektual.

2.6. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1.      Pemeriksaan darah lengkap : retikulosit (jumlah darah bervariasi dari 30% – 50%),

leukositos (khususnya pada krisis vaso-oklusit) penurunan Hb/Ht dan total SDM.

2.      Pemeriksaan pewarnaan SDM : menunjukkan sabit sebagian atau lengkap, sel bentuk

bulan sabit.

3.      Tes tabung turbiditas sabit : pemeriksaan rutin yang menentukan adanya hemoglobin

S, tetapi tidak membedakan antara anemia sel sabit dan sifat yang diwariskan (trait)

4.      Elektroforesis hemoglobin : mengidentifikasi adanya tipe hemoglobin abnormal dan

membedakan antara anemia sel sabit dan anemia sel trait.

5.      LED : meningkat

6.      GDA : dapat menunjukkan penurunan PO2

7.      Bilirubin serum : meningkat

8.      LDH : meningkat

9.      IVP : mungkin dilakukan untuk mengevaluasi kerusakan ginjal

10.  Radiografik tulang : mungkin menunjukkan perubahan tulang

11.  Rontgen : mungkin menunjukkan penipisan tulang (Doenges E.M, 2002)

2.7. PENATALAKSANAAN

Prinsip penatalaksnaan ADB adalah mengetahui faktor penyebab dan

mengatasinya serta memberikan terapi penggantian dengan preparat besi. Sekitar 80-

Page 11: Anemia Pada Anak

85% penyebab ADB dapat diketahui sehingga penanganannya dapat dilakukan

dengan tepat. Pemberian preparat Fe dapat secara peroral atau parenteral. Pemberian

peroral lebih aman, murah dan sama efektifnya dengan pemberian secara parenteral.

Pada penderita yang tidak dapat memakan obat peroral atau kebutuhan besinya tidak

dapat terpenuhi secara peroral karena ada gangguan pencernaan.

2.8 ASUHAN KEPERAWATAN

1. Diagnosa Keperawatan

a.        Nyeri berhubungan dengan diogsigenasi jaringan (Hb menurun).

b.      Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan fungsi /

gangguan  pada sum-sum tulang.

c.       Aktifitas intolerance berhubungan dengan kelemahan otot.

d.      Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan porsi makan tidak

dihabiskan.

e.       Integritas kulit berhubungan dengan menurunnya aliran darah ke jaringan.

f.       Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan gangguan integritas kulit.

g.      Kecemasan / kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

tentang penyakitnya.

2. INTERVENSI

Diagnosa 1 : Nyeri berhubungan dengan dioksigenasi jaringan (HB rendah)

Tujuan : Tidak merasakan nyeri,

Tindakan keperawatan

a.       Kaji tingkat nyeri

Rasional : Dengan mengkaji tingkat nyeri dapat mempermudah dalam menentukan

intervensi selanjutnya.

b.      Anjurkan klien teknik nafas dalam

Rasional : Dengan menarik nafas dalam memungkinkan sirkulasi O2 ke jaringan

terpenuhi.

Page 12: Anemia Pada Anak

c.       Bantu klien dalam posisi yang nyaman

Rasional : Mengurangi ketegangan sehingga nyeri berkurang.

d.      Kolaborasi pemberian penambah darah Rasional : Membantu klien dalam

menaikkan tekanan darah dan proses penyembuhan.

Diagnosa 2 : Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan fungsi /

gangguan sumsum tulang.

Tujuan : Perfusi jaringan adekuat

Tindakan keperawatan :

a.Ukur tanda-tanda vital :

Rasional : Untuk mengetahui derajat / adekuatnya perfusi jaringan dan menentukan

intevensi selanjutnya.

b.Tinggikan kepala tempat tidur klien

Rasional : Meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk

kebutuhan seluler

c.Pertahankan suatu lingkungan yang nyaman.

Rasional : Vasekonstriksi menurunkan sirkulasi perifer dan menghindari panas

berlebihan penyebab vasodilatasi.

d.Anjurkan klien untuk menghentikan aktivitas bila terjadi kelemahan.

Rasional : Stres kardiopulmonal dapat menyebabkan kompensasi.

Diagnosa 3 : Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot

Tujuan : aktifitas toleransi, dengan kriteria : klien bisa melakukan aktivitas sendiri.

Tindakan keperawatan

a.Kaji tingkat aktifitas klien

Rasional : Untuk mengetahui aktivitas yang dilakukan klien dan untuk menetukan

intervensi selanjutnya.

b.Dekatkan alat-alat yang dibutuhkan klien

Rasional : Untuk membantu klien dalam memenuhi kebutuhannya.

c.Bantu pasien dalam melakukan latihan aktif dan pasif

Page 13: Anemia Pada Anak

Rasional : Untuk meningkatkan sirkulasi jaringan

d.Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan ADLnya

Rasional : Dengan bantuan perawat dan keluarga klien dapat memenuhi

kebutuhannya.

e.Berikan lingkungan tenang

Rasional : Meningkatkan istirahat untuk menurunkan regangan jantung dan paru..

IV .      IMPLEMENTASI

      Pelaksanaan adalah pengobatan dan perwujudan dari rencana keperawatan

yang meliputi tindakan yang direncanakan oleh perawat, melaksanakan anjuran

dokter dan menjalankan ketentuan dari rumah sakit. Sebelum pelaksanaan terlebih

dahulu harus mengecek kembali data yang ada, karena kemungkinan ada perubahan

data bila terjadi demikian kemungkinan rencana harus direvisi sesuai kebutuhan

pasien.

V .       EVALUASI

            Evaluasi adalah pengukuran dari keberhasilan rencana perawatan

dalam memenuhi kebutuhan pasien. Tahap evaluasi merupakan kunci keberhasilan

dalam menggunakan proses perawatan.

Hasil evaluasi yang diharapkan / kriteria : evaluasi pada klien dengan anemia

sel sabit adalah sebagai berikut :

a.       Mengatakan pemahaman situasi / faktor resiko dan program pengobatan individu

dengan kriteria

b.      Menunjukkan teknik / perilaku yang memampukan kembali melakukan aktivitas.

c.      Melaporkan kemampuan melakukan peningkatan toleransi aktivitas.

Menyatakan pemahaman proses penyakit dan pengobatan dengan kriteria :

d.      Mengidentifikasi hubungan tanda / gejala peyebab.

e.      Melakukan perubahan perilaku dan berpartisipasi pada pengobatan.

Mengidentifikasi perasaan dan metode untuk koping terhadap persepsi dengan

kriteria :

Page 14: Anemia Pada Anak

f.       Menyatakan penerimaan diri dan lamanya penyembuhan.

g.      Menyukai diri sebagai orang yang berguna.

h.      Mempertahankan hidrasi adekuat dengan kriteria :

i.        Tanda-tanda vital stabil, turgor kulit normal, masukan dan keluaran seimbang.

j.        Menunjukkan perilaku perubahan pola hidup untuk meningkatkan /

mempertahankan berat badan yang sesuai dengan kriteria :

k.      Menunjukkan peningkatan berat badan, mencapai tujuan dengan nilai laboratorium

normal.

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Anemia merupakan gejala dan tanda dari penyakit-penyakit tertentu yang

harus dicari penyebabnya. Anemia dapat disebabkan karena berkurangnya produksi,

meningkatnya destruksi atau kehilangan sel darah merah. Berdasarkan morfologi,

Page 15: Anemia Pada Anak

anemia dapat diklasifikasikan menjadi anemia makrositik, anemia mikrositik, dan

anemia normositik. Gejala klinis, parameter MCV, RDW, hitung retikulosit, dan

morfologi apus darah tepi digunakan sebagai petunjuk diagnosis penyebab anemia.

4.2. Saran

Semoga makalah ini dapat bermamfaat bagi yang pembaca, terutama mahasiswa keperawatan

Semoga dapat menjadi bahan acuan pembelajaran bagi mahasiswa keperawatan

Page 16: Anemia Pada Anak

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

1. Behrman RE, Kliegman RM, Arvin AM. Ilmu kesehatan anak. Ed. 15. Jilid. 2.

Jakarta: EGC. 2000.

2. Doenges, E. M, Mary F.M, Alice C,G. (2002), Rencana Asuhan Keperawatan,

EGC, Jakarta.

3. Handayani W, Haribowo AS. Asuhan keperawatan pada klien dengan

gangguan system hematologi. Jakarta: Salemba medika. 2008. H. 49-60.

4. Davey P. At a glace medicine. Jakarta: Erlangga. 2006. h. 305.