Anemia

51
Anemia Aplastik Oleh : Akbar Novan Dwi Saputra Aidyl Fitrisyah Pembimbing: dr. Rosman, Sp.A (K) Presentasi Kasus

description

Laporan kasus anemia

Transcript of Anemia

  • Anemia Aplastik Oleh :

    Akbar Novan Dwi Saputra

    Aidyl Fitrisyah

    Pembimbing: dr. Rosman, Sp.A (K)

    Presentasi Kasus

  • I. IDENTIFIKASI

    Nama : An. Hendra Pirnando

    Umur : 11 tahun 10 bulan

    Jenis kelamin : Laki-laki

    Agama : Islam

    Kebangsaan : Indonesia

    Alamat : Pasar muara 2 OKU selatan

    MRS : 23 Oktober 2009 pukul 21.00 WIB

  • II. ANAMNESIS

    (Alloanamnesa dan autoanamnesa tanggal 3 November

    2009)

    Keluhan utama : Pucat

    Keluhan tambahan : Biru-biru pada kulit

    Riwayat perjalanan penyakit

    Sejak 1 bulan SMRS, penderita mulai terlihat pucat

    terutama pada wajah dan telapak tangan penderita. Pada

    kulit penderita juga sering timbul bercak biru. Penderita

    juga terlihat lesu. Demam (+) tidak terlalu tinggi, mual

    dan muntah (-). Nafsu makan biasa, BAB dan BAK biasa.

    Gusi mudah berdarah (+) terutama ketika penderita

    menggosok gigi. Keluar darah dari hidung (-). Penderita

    tidak berobat untuk keluhannya tersebut.

  • Sejak 4 hari SMRS, hidung penderita tiba-tiba

    mengeluarkan darah, terus-menerus, tidak berhenti

    meskipun sudah disumbat, jumlahnya 1 gelas belimbing.

    Demam (+), mual dan muntah (-), BAB dan BAK biasa.

    Penderita lalu dibawa ke Puskesmas dan diberi obat

    melalui infus (orang tua penderita tidak tahu nama

    obatnya) tetapi hidung penderita masih mengeluarkan

    darah. Kemudian penderita mulai mengalami penurunan

    kesadaran. Penderita lalu dibawa ke RS Baturaja, dan

    dilakukan pemeriksaan Hb, didapatkan hasil 3 g/dl,

    kemudian penderita mendapatkan 2 kolf whole blood, Hb

    penderita meningkat menjadi 7 g/dl. Setelah keadaan

    penderita stabil, penderita kemudian dirujuk ke RSMH

    Palembang.

  • Riwayat Penyakit Dahulu

    Riwayat terpapar racun rumput tidak ada

    Riwayat makan obat-obatan tertentu disangkal

    Riwayat sakit kuning disangkal

    Riwayat Penyakit Dalam Keluarga

    Riwayat menderita penyakit yang sama dalam keluarga

    disangkal

    Riwayat Sosial Ekonomi

    Penderita adalah anak keempat. Ayah penderita berusia

    45 tahun, pendidikan terakhir SMA, dan bekerja sebagai

    petani. Ibu penderita berusia 40 tahun dengan pendidikan

    terakhir SMA, dan bekerja sebagai petani. Kesan sosial

    ekonomi kurang

  • Riwayat Vaksinasi

    BCG : (+) ada scar

    DPT : DPT I, II, III

    Polio : Polio I, II, III

    Hepatitis B : 1, 2, 3

    Campak : (+)

    Kesan : Imunisasi dasar lengkap

  • III. PEMERIKSAAN FISIK

    Keadaan umum

    Kesadaran : compos mentis

    Tekanan darah : 100/60mmHg

    Nadi : 90 x/menit

    Pernafasan : 24 x/menit

    Suhu : 37,6 C

    Berat badan : 36 kg

    Tinggi badan : 140 cm

    Anemis : ada

    Sianosis : tidak ada

    Ikterus : tidak ada

    Dipsnue : tidak ada

    Edema umum : tidak ada

  • Keadaan gizi :

    BB/U = 36/40 x 100% = 90 %

    TB/U = 140/149 x 100% = 93,95 %

    BB/TB = 36/33 x 100% = 109 %

    Kesan : Normal

    Keadaan Spesifik

    Kulit

    Turgor baik, hematom tidak ada, ptekiae tidak ada, pucat

    ada, ikterus tidak ada, sianosis tidak ada.

  • Kepala

    Bentuk : bulat, simetris, normosefali

    Rambut : hitam, tidak mudah dicabut

    Mata : mata tidak cekung, konjungtiva anemis,

    sklera tidak ikterik, refleks cahaya +/+

    normal, pupil bulat, isokor

    Hidung : bentuk biasa, epistaksis tidak ada, sekret

    tidak ada, nafas cuping hidung tidak ada

    Mulut : sianosis sirkum oral tidak ada, sianosis

    ginggiva tidak ada

    Tenggorok : arcus faring simetris, uvula di tengah,

    tonsil T1-T1 hiperemis (-), faring hiperemis (-).

    Leher

    Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, JVP 5-2

    cmHg

  • Thorak

    Paru-paru

    Inspeksi : statis, dinamis simetris kanan = kiri

    Palpasi : stem fremitus kanan = kiri

    Perkusi : sonor pada kedua lapangan paru

    Auskultrasi : vesikuler (+) normal, ronki (-), wheezing (-)

    Jantung

    Inspeksi : pulsasi, iktus kordis, dan voussour

    cardiaque tidak terlihat

    Palpasi : ictus tidak teraba, thrill tidak teraba

    Perkusi : jantung dalam batas normal

    Auskultasi : HR 90 x/menit, irama reguler, murmur dan

    gallop tidak ada

  • Abdomen

    Inspeksi : datar

    Palpasi : lemas, hepar dan lien tidak teraba

    Perkusi : timpani

    Auskultasi : bising usus (+) normal

    Ekstremitas

    Akral dingin tidak ada, edema tidak ada, sianosis tidak

    ada, telapak tangan dan kaki pucat ada, capillary refill <

    2 detik

    Lipat paha dan genitalia

    Pembesaran KGB tidak ada, genitalia tidak ada kelainan

  • Pemeriksaan Neurologi

    Fungsi Motorik : tidak ada kelainan

    Fungsi Sensorik : tidak ada kelainan

    Fungsi Nervi Cranialis : tidak ada kelainan

    Gejala Rangsang Meningeal : tidak ada

  • IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

    Hematologi (23 Oktober 2009): Hb 6,2 g/dl, Eritrosit

    2.080.000/mm3, Ht 18 vol%, MCH 30 g, MCV 87 g, MCHC 34%, LED 107 mm/jam, Retikulosit 1,2 %, Leukosit

    2.100/mm3, Trombosit 27.000/mm3, Diff. count

    0/4/4/34/52/6

    Gambaran Darah Tepi (23 Oktober 2009)

    Eritrosit : normositik normokrom

    Leukosit : jumlah menurun bentuk normal

    Trombosit : jumlah menurun bentuk normal

    Kesan : pansitopenia e.c anemia aplastik

  • Kimia Klinik (23 Oktober 2009)

    Uric acid 4,1 mg/dl, Ureum 32 mg/dl, Creatinin 0,6

    mg/dl, Natrium 136 mmol/l, Kalium 3,3 mmol/l, Calsium

    1,66 mmol/l, Chlorid 102 mmol/l

    Urin rutin (23 Oktober 2009)

    Protein (-), Glukosa (-), Sedimen; Eritrosit (-), Silinder (-),

    Kristal (-), Leukosit 2-3 /LPB, Epitel (+)

    Faeces (23 Oktober 2009)

    Makroskopis; Warna kuning, Konsistensi lembek,

    Mikroskopis; Eritrosit (-), Leukosit 1-2/LPB, Bakteri (-)

  • V. DIAGNOSA BANDING

    Anemia tanpa organomegali e.c susp anemia

    hipoplastik

    VI. DIAGNOSIS KERJA

    Anemia tanpa organomegali e.c susp anemia

    aplastik

    VII. RENCANA PEMERIKSAAN

    BMP

  • VIII. PENATALAKSANAAN

    IVFD D5% + NaCl 15 % 15 cc

    Vit K injeksi

    Transfusi PRC 2x 150 cc

    IX. PROGNOSIS

    Quo ad vitam : dubia ad bonam

    Quo ad functionam : dubia ad bonam

  • Follow Up

    24 Oktober 2009

    S= Demam tidak terlalu tinggi, pucat

    O= S :compos mentis RR : 22x/menit

    TD :100/70 mmHg T : 37,6 0C

    N :90 kali/menit BB : 36 Kg

    Mata : Konjungtiva palpebra pucat +/+, sklera ikterik -/-

    Leher:Pembesaran KGB (-), JVP (5-2) cmH2O

    Paru-paru: I= statis, dinamis; simetris kanan = kiri,

    P= stem fremitus kanan = kiri

    P= sonor di kedua lapangan paru

    A= vesikuler (+) N, ronki (-), wheezing (-)

  • Jantung :

    I: pulsasi, iktus kordis, voussour cardiaque tidak terlihat

    P: ictus tidak teraba, thrill tidak teraba

    P: dalam batas normal

    A: HR 90 x/ menit, murmur (-), gallop (-)

    Abdomen:

    I : datar

    P: lemas, hepar dan lien tidak teraba,

    P: timpani

    A: bising usus (+) normal

    Extremitas:

    Akral dingin (-), edema (-), sianosis (-), telapak tangan

    dan kaki pucat (+), capillary refill < 2 detik

  • A: Anemia tanpa organomegali e.c susp anemia aplastik

    P: IVFD D5% + NaCl 15% 15 cc

    Diet Nasi biasa (1820 kalori) 3 x 1 porsi

    Transfusi PRC 2 x 150 cc

    Furosemide inj post transfusi 20 mg

    Vit K inj

    Rencana Pemeriksaan :

    -Cek Hb ulang 6 jam post transfusi

    -BMP

  • Follow Up

    25 Oktober-3 November 2009

    S: Pucat

    O: S = Compos mentis BB=36 Kg

    TD = 100/60 mmHG RR= 20x/m

    N = 80 x/menit T = 36,4 0C

    Mata =Konjungtiva palpebra pucat +/+, sklera ikterik -/-

    Leher =Pembesaran KGB (-), JVP (5-2) cmH2O

    Paru-paru =

    I: statis, dinamis; simetris kanan = kiri,

    P: stem fremitus kanan = kiri

    P: sonor di kedua lapangan paru

    A: vesikuler (+) N, ronki (-), wheezing (-)

  • Jantung :

    I: pulsasi, iktus kordis, voussour cardiaque tidak terlihat

    P: ictus tidak teraba, thrill tidak teraba

    P: dalam batas normal

    A: HR 90 x/ menit, murmur (-), gallop (-)

    Abdomen:

    I : datar

    P: lemas, hepar dan lien tidak teraba,

    P: timpani

    A: bising usus (+) normal

    Extremitas:

    Akral dingin (-), edema (-), sianosis (-), telapak tangan

    dan kaki pucat (+), capillary refill < 2 detik

  • Pemeriksaan Penunjang

    Hematologi (3 November 2009): Hb 8,7 g/dl, Eritrosit

    2.810.000/mm3, Ht 24 vol %, MCH 31 pg, MCV 85 fl,

    MCHC 36 %, leukosit 3900/mm3, LED 21 mm/jam,

    Retikulosit 1%, Trombosit 14000/mm3, DC

    0/0/2/26/66/6,

    Gambaran darah tepi (3 November 2009): Eritrosit

    normositik normokrom, leukosit jumlah menurun bentuk

    normal, trombosit jumlah menurun bentuk normal,

    BMP (3 November 2009): sellularitas:hiposellular = 3:1,

    Aktivitas; seri eritrositik hipoaktivitas, ditemukan

    beberapa prorubrisit, rubrisit dan metarubrisit; seri

    leukositik hipoaktivitas, ditemukan sebagian besar

    limfosit; seri trombositik aktivitas sangat menurun, tidak

    dijumpai megakaryosit. Kesan: dari gambaran darah tepi

    dan BMP memberikan kesan anemia aplastik

  • A = Anemia tanpa organomegali e.c susp anemia

    aplastik

    P = Diet Nasi biasa (1820 kalori) 3 x 1 porsi

    Inj Vit K (sampai tanggal 26 oktober)

  • Follow Up

    4 November-7 November 2009

    S= -

    O= S :compos mentis RR :22 kali/menit

    N :80 kali/menit T :36,3 0C

    TD :100/60 mmHg BB :36 kg

    Mata : Konjungtiva palpebra pucat +/+, sklera ikterik -/-

    Leher: Pembesaran KGB (-), JVP (5-2) cmH2O

    Paru-paru: I= statis, dinamis; simetris kanan = kiri,

    P= stemfremitus kanan = kiri

    P=sonor di kedua lapangan paru

    A= vesikuler (+) N, ronki (-), wheezing (-)

  • Jantung :

    I: pulsasi, iktus kordis, voussour cardiaque tidak terlihat

    P: ictus tidak teraba, thrill tidak teraba

    P: dalam batas normal

    A: HR 90 x/ menit, murmur (-), gallop (-)

    Abdomen:

    I : datar

    P: lemas, hepar dan lien tidak teraba,

    P: timpani

    A: bising usus (+) normal

    Extremitas:

    Akral dingin (-), edema (-), sianosis (-), telapak tangan

    dan kaki pucat (+), capillary refill < 2 detik

  • A : Anemia aplastik

    P : Diet Nasi biasa (1820 kalori) 3 x 1 porsi

    Prednison 3 x 14 mg

    Oxymetholon 3 x 14 mg

  • ANEMIA KARENA KEGAGALAN SUMSUM

    TULANG Pada kelompok ini, anemia terjadi karena

    kegagalan fungsi sumsum tulang (bone marrow failure)

    Gagal sumsum tulang bukan hanya mengganggu sistem eritroid, tetapi juga sistem mieloid dan megakariosit sehingga menimbulkan pansitopenia

  • Yang termasuk dalam kelompok ini:

    I. Primer : 1. Anemia aplastik dan pure red cell aplasia 2. Anemia diseritropoetik kongenital

    3. Anemia pada sindrom mielodisplatik

    II.Sekunder : 1. Anemia mieloptisik

    2. Supresi sumsum tulang karena keganasan hematologik

  • Pansitopenia

    Adalah suatu keadaan yang ditandai oleh adanya anemia, leukopenia, trombositopenia, dengan segala manifestasinya

    Pada dasarnya pansitopenia disebabkan oleh kegagalan sumsum tulang untuk memproduksi komponen darah, atau akibat kerusakan komponen darah di darah tepi, atau akibat maldistribusi komponen darah

  • Penyebab pansitopenia yang lebih

    mendetail: A.Kegagalan Sumsum tulang :

    1.Anemia aplastik

    2.Infiltrasi sumsum tulang terdiri atas :

    a. leukemia aleukemik

    b. mieloma multipel

    c. metastase karsinoma dalam sumsum tulang

    d, mielofibrosis atau mielosklerosis

    e. penyakit metabolik : Gaucher, Nieman Pick, Lettere Siwe

    f. terkenanya sumsum tulang oleh limfoma maligna

    g. tuberkulosis milier dan penyakit jamur sistemik

    3. Anemia defisiensi folat dan vitamin B12

    4. Lupus eritematosus sistemik

    5. Paroxysmal Nocturnal Hemoglobinuria

    B. Destruksi sel darah tepi: sequestrasi dan destruksi oleh antibodi (SindromEvans)

    C. Maldistribusi: pooling dalam RES yang hiperaktif (Sindrom hipersplenisme)

  • ANEMIA APLASTIK

    Anemia aplastik adalah anemia yang disertai oleh pansitopenia (atau bisitopenia) pada darah tepi yang disebabkan oleh kelainan primer pada sumsum tulang dalam bentuk aplasia atau hipoplasia tanpa adanya infiltrasi, supresi, atau pendesakan sumsum tulang

    Karena sumsum tulang pada sebagian besar kasus bersifat hipoplastik, bukan aplastik total, maka anemia ini disebut juga sebagai anemia hipoplastik.

  • Klasifikasi

    Anemia aplastik dapat diklasifikasikan sebagai berikut : A.Anemia aplastik didapat (acquired aplastic anemia) 1. Karena bahan kimia atu fisik. 2. Anemia aplstik/hipoplastik karena sebab-sebab lain :

    infeksi virus (dengue,hepatitis), infeksi mikobakterial, kehamilan, penyakit Simmond, sklerosis tiroid.

    3. Idiopatik B.Familial antara lain : 1. pansitopenia konstitusional Fanconi 2. defisiensi pankreas pada anak 3. gangguan herediter pemasukan asam folat ke dalam

    sel.

  • Epidemiologi

    Anemia aplastik tergolong penyakit yang jarang dengan insiden di negara maju :3-6 kasus/1 juta penduduk/tahun

    Insiden terjadinya anemia aplastik didapat di Eropa dan Israel adalah dua kasus per 1 juta populasi setiap tahunnya

    Di Thailand dan Cina, angka kejadiannya yaitu lima hingga tujuh orang per satu juta populasi.

    Pada umumnya, pria dan wanita memiliki frekuensi yang sama.

    Distribusi umur biasanya biphasic, yang berarti puncak kejadiannya pada remaja dan puncak kedua pada orang lanjut usia.

  • Etiologi

    a. Idiopatik 30 50% tidak ada penyebab yang jelas b. Penyebab 50% pada anak dari obat, kimia & bahan toksik. i. Obat: Kloramfenikol, Antibiotika Sulfa, Antikonvulsant, Kemoterapi untuk kanker, penyakit immune ii. Kimia: Benzene (benzol), Aureum (emas), Insektasida

    (DDT), Lindane (obat pedikulosis) c. Lain-lain i. Virus: Hepatitis A, Hepatitis B, Hepatitis C, Epstein-Barr ii. Kehamilan iii.Radiasi

  • Patofisiologi

    Mekanisme terjadinya anemia aplastik diperkirakan melalui:

    1. Kerusakan sel induk (seed theory)

    2. Kerusakan lingkungan mikro (soil theory)

    3. Mekanisme imunologik

  • Gambaran Klinis:

    a. Tanda thrombositopeni: ptekia, ekimosis, dan perdarahan yang tidak normal

    b. Tanda anemia: pucat, takikardi

    c. Tanda-tanda infeksi dapat berupa ulserasi mulut atau tenggorok, selulitis leher, febris, sepsis, dll

    c. Hepatosplenomegali & limfoadenopati biasanya tidak tampak

  • Laboratorium

    a.Pansitopeni pada LD: hemoglobin , hematokrit neutropeni, thrombositopeni

    b. Perhitungan retikulosit (corrected) < 2%

    c. Aspirasi atau biopsi sumsum harus dibuat untuk

    Dx: SDM, SDP, thrombosit serta precursor2nya

    sel-sel lemak

  • Diagnosis

    Pada dasarnya diagnosis anemia aplastik dibuat berdasarkan adanya pansitopenia atau bisitopenia di darah tepi dengan hipoplasia sumsum tulang, serta dengan menyingkirkan adanya infiltrasi atau supresi pada sumsum tulang

    Kriteria diagnosis anemia aplastik menurut International Agranulocytosis and Aplastic Anemia Study Group (IAASG) adalah :

    1. Satu dari tiga sebagai berikut :

    a. Hemoglobin kurang dari 10 mg/dl, atau hematokrit kurang dari 30%

    b.Trombosit kurang dari 50000 /mm3

    c.Leukosit kurang dari 3500/ mm3 atau netrofil kurang dari 1,5 x 109/L

  • Kriteria diagnosis anemia aplastik

    2. Dengan retikulosit < 30x 109/L 3. Dengan gambaran sumsum tulang (harus ada spesimen

    kuat) a. Penurunan selularitas dengan hilangnya atau

    menurunnya semua sel hemapoetik atau selularitas normal oleh hiperplasia eritroid fokal dengan deplesi seri granulosit dan megakariosit

    b.Tidak adanya fibrosis yang bermakna atau infiltrasi neoplastik

    4. Pansitopenia karena obat sitostatika atau radiasi terapeutik harus dieksklusi

  • Penatalaksanaan

    a. Mengobati masalah yang berbahaya dulu:

    perdarahan, infeksi, gagal jantung kongestif

    b. Transplantasi sumsum dengan donor HLA-identik

    (sibling) kalau kasus anemia aplastik berat sekali.

    c. Rx imunosupresif: anti-thymocyte globulin (ATG),

    cyclosporine, kortikosteroid, steroid androgenik,

    growth factors

  • Analisis Kasus

    Seorang anak laki-laki berusia 11 tahun dengan berat badan 36 kg, tinggi badan 130 cm, berkebangsaan Indonesia, beragama Islam, beralamat di Muara Dua, dirawat di RSMH Palembang pada tanggal 23 Oktober 2009 dengan keluhan utama pucat dan keluhan tambahan biru-biru pada kulit

  • Anamnesis

    Pucat,

    Biru-biru pada kulit,

    Demam tidak terlalu tinggi

    Badan terasa lemah

    Gusi mudah berdarah

    Perdarahan hidung

  • Pemeriksaan Fisik

    Pucat

    Perdarahan pada kulit ekstremitas atas dan bawah.

    Demam

    Hepatosplenomegali (-)

    Trias Aplasia (+)

  • Pemeriksaan Lab

    Hb 6,2 g/dl

    Ht 18 vol%

    Eritrosit 2.080.000/mm3

    Leukosit 2.100/mm3,

    Trombosit 27.000/mm3

    Kesan : Pansitopenia (khas untuk anemia aplastik, berdasar IAAS)

  • Pemeriksaan Penunjang

    Gambaran darah tepi

    Eritrosit normositik normokrom,

    leukosit jumlah menurun bentuk normal,

    trombosit jumlah menurun bentuk normal,

  • Pemeriksaan Penunjang

    BMP

    Sellularitas:hiposellular = 3:1,

    Aktivitas; seri eritrositik hipoaktivitas, ditemukan beberapa prorubrisit, rubrisit dan metarubrisit; seri leukositik hipoaktivitas, ditemukan sebagian besar limfosit; seri trombositik aktivitas sangat menurun, tidak dijumpai megakaryosit.

    Kesan: Anemia Aplastik

  • Diagnosis

    Berdasar Anamnesis, Pemeriksaan Fisik, Lab, dan penunjang, maka penderita didiagnosis dengan anemia aplastik

  • Penatalaksanaan

    IVFD D5% + NaCl 15% 15 cc

    Diet Nasi biasa (1820 kalori) 3 x 1 porsi

    Transfusi PRC 2 x 150 cc

    Furosemide inj post transfusi 20 mg

    Vit K inj

    Prednison 3 x 14 mg

    Oxymetholon 3 x 14 mg

  • Prognosis

    Quo ad vitam : dubia ad bonam

    Quo ad functionam : dubia ad bonam

    Tidak ditemukan faktor penyulit pada pasien ini dan dengan steroid diharapkan terjadi remisi sistim eritropoitik, granulopoitik, dan trombopoitik pada pasien ini.