ANATOMI TELINGA

130
A NATOMI TELINGA NATOMI TELINGA Telinga terbagi atas : - Telinga luar (aurius external) o Auriculum o Meatus acusticus externa o Membrana tymphani - Telinga tengah (aurius media) o Cavum tympani o Tuba eustachius o Antrum mastoid o Cellulae - Telinga dalam (aurius interna) o Cochlea alat pendengaran o Canalis semisirkularis Alat o Vestibulum keseimbangan 1

Transcript of ANATOMI TELINGA

ANATOMI TELINGATelinga terbagi atas : - Telinga luar (aurius external) o Auriculum o Meatus acusticus externa o Membrana tymphani - Telinga tengah (aurius media) o Cavum tympani o Tuba eustachius o Antrum mastoid o Cellulae - Telinga dalam (aurius interna) o Cochlea alat pendengaran o Canalis semisirkularis Alat o Vestibulum keseimbangan

1

TELINGA LUARAuriculumDibentuk oleh kerangka tulang rawan dan ada pula sebagian yang tidak dibentuk dari tulang rawan. Auriculum ditutupi oleh kulit dan menempel pada bagian kiri dan kanan kepala oleh otot dan ligamentum. Bagian tulang rawan ini bentuknya tidak teratur dan terdiri dari : - Helicis - Antehelicis - Tragus - Antetragus - Concha Kulit di bagian depan melekat erat dengan perichondrium sehingga merupakan satu lapisan saja, sedangkan di bagian belakang menjadi bagian yang agak longer, sehingga mudah terjadi infeksi (infeksi sering terjadi pada bagian belakang telinga). Bagian yang tidak bertulang rawan disebut lobulus.

Saraf yang memelihara auriculum adalah : - Cervicalis (C2 dan C3) - Cranialis (n V) cabang-cabangnya :

2

o N. opthalmicus o N. Maxillaris o N. Mandibularis Pembuluh lymph auriculum terdiri dari : - Bagian posterior : menuju ke kelenjar pada mastoid - Bagian anterior : menuju ke kelenjar parotis - Bagian inferior : menuju kekelenjar infraauricularis Pembuluh darah pada auriculus : Arteriae : berasal dari cabang-cabang kecil a. Carotis interna Venae : menuju ke v. jugularis externa dan v. jugularis interna (pada jantung), tapi ada sebagian juga yang menuju ke v. Emissaria (pada sinus lateralis) sinus lateralis adalah pembuluh darah vena. Oleh karena itu infeksi pada auriculum bisa menyebabkan meningitis karena ada vena pada auriculum yang berjalan menuju ke otak.

Meatus Acusticus Externa

3

Merupakan suatu saluran yang panjangnya kurang lebih 2,5 cm pada orang dewasa (dari concha sampai dengan membran tympani). Membran tympani ini memisahkan cavum tympani dengan meatus acusticus externa. Meatus acusticus externa terdiri dari 2 bagian : 1. Bagian luar (1/3 lateral) : Pars cartilaginous 2. Bagian medial (2/3 sisanya) : Pars osseus Pars cartilaginous ini merupakan benjolan ke atas dan ke belakang, sedang pars osseus berjalan ke bawah dan ke depan, jadi meatus ini merupakan suatu tabung yang bengkok. Pars cartilaginous merupakan lanjutan dari tulang rawan pada auriculum,yang ditutupi oleh kulit yang sama dengan auriculum, melekat erat pada pericondrium, sehingga pars cartilaginous ini dapat digerakkan. Kulit di bagian ini mengandung folikel rambut, glandula sebasea dan glandula seruminalis. Produk dari glandula sebasea dan glandula seruminalis adalah serumen. Pars osseus dibentuk dari os temporalis yaitu pars tynpanica dan squama os temporalis. Kulit yang menutupi pars osseus ini lebih tipis dan melekat pada periosteum, sehingga tidak mengandung folikel rambut maupun kelenjar.

4

Batas antara pars cartilaginous dan pars osseus membentuk sudut tumpul yang menghadap ke bawah. Lebih ke dalam dari meatus ini terdapat suatu penyempitan yang disebut isthmus kurang lebih 5 mm dari membran tympani. Saraf yang memelihara meatus acusticus externus ini adalah N. Auriculotemporalis (cabang N. V) dan juga terdapat nervus lain yang penting yaitu cabang dari N. X (Arnold). Pembuluh darah serta pembuluh lymph disini sama dengan pada auriculum.

TELINGA TENGAHAdalah suatu ruangan yang berisi udara dan terdapat dalam os temporalis. Os temporalis terdiri dari : 1.Os Petrosus : a.Pars mastoidea b.Pars pyramidalis 2.Pars Squamalis 3.Pars Tympanica 4.Proceccus Stylomastoideus Semua rongga yang membentuk auriculus media ini dilapisi oleh mukosa yang sejenis dengan mukosa pada cavum nasi dan nasopharynx. Selain itu mukosa aurius medius

5

ini juga merupkan lanjutan daripada mukosa nasopharynx melalui tuba eustachius. Arti kliniknya ialah bahwa radang pada cavum nasi, sinus nasalis/paranasalis bisa saja diteruskan ke dalam cavum tympani. Dan 90% kasus otitis media berasal dari cavum nasi.

Cavum TympaniMerupakan bagian yang terpenting dari aurius media, menginat banyaknya struktur padat yang terdapat didalamnya antar lain tulang pendengaran yaitu : maleus, inkus dan stapes. Jarak anteroposterior : kurang lebih 15 mm Jarak superior-inferior : kurang lebih 15 mm Jarak lateral-medial : kurang lebih 6 mm. Selain itu ada ukuran yang sangat sempit yaitu hanya 2 mm. Cavum tympani dibagi atas 3 bagian : - Epitympani - Mesotympani - Hypotympani Batas-batas cavum tympani : 1.Dinding superior (batas atas) :

6

Dibentuk oleh tulang yang sangat tipis, kadang-kadang malah ditemukan suatu dehidasi (celah). Tegmen tympani ini merupakan batas antara cvum tympani (epitympani) dengan fossa cranii media. Dalam klinik batas ini harus diketahui karena radang dapat meluas ke intracranial melalui tegmen tympani. 2.Dinding inferior (batas bawah) Juga berdinding tipis, berbatasan dengan bulbus vena jugularis. Dalam klinik, radang dari cavum tympani dapat meluas ke bawah dan menyebabkan thrombophlebitis. 3.Dinding posterior (dinding belakang) Berhubungan dengan antrum mastoid melalui suatu celah yang disebut aditus ad antrum. Bagian atas dari aditus ini disebut tegmen antri, yang berbatasan dengan fossa cranii media. Kemudian di bawah (dasar dari aditus ini) terdapat canalis N. Fascialis pars verticalis beserta sarafnya (N. Fascialis pars verticalis). Saraf ini keluar dari os temporalis melalui foramen stylomastoideus. 4.Dinding anterior (dinding depan)

7

Dinding ini dibentuk oleh a. Carotis interna, muara tuba esutachius ke dalam cavum tympani. Disini terdapat canalis dari tulang yang berisi m. Tensor tympani. 5.Dinding medial Dinding ini merupakan pemisah antara cavum tympani dari labyrinth. Disini terdapat beberapa struktur penting : - Canalis semisirkularis lateralis - Canalis N. Fascialis pars horizontalis beserta sarafnya - Foramen ovale ditutupi oleh basis dari stapes yang memisahkan cavum tympani dengan skala vestibule - Promontorium disebabkan oleh penoonjolan dari lingkaran (basis dari cochlea). - Foramen rotundum ditutupi oleh suatu membran (slaput) yaitu membran tympani secundaria dan membran ini memisahkan cavum tympani dengan skala tympani. 6.Dinding lateral Terdiri dari 2 bagian : pars osseus dan pars membranasea. Pars osseus merupakan dinding lateral dari epytimpani dan hanya membentuk sebagian 8

kecil epytimpani, sedangkan pars membranasea merupakan bagian terbesar yang membentuk epitympani yang merupakan membran tympani, yang memisahkan cavum tympani dengan meatus acusticus externa.

Membrana TympaniMembrana tympani ini berbentuk kerucut dengan basis yang lebar dan oval, dengan puncak yang disebut umbo. Basis dari lingkaran ini disebut margo tympani. Membrana tympani ini terpasang miring, melekat pada suatu cekungan tulang dengan perantaraan jaringan ikat annulus tympanicus. Bagian atas dari membran tympani (kirakira berbentuk bulan sabit) disebut pars flacida atau membran sharppnell). Bagian bawahnya berbentuk oval dengan warna putih mutiara, disebut pars densa. Pada bagian anterosuperior dari membran tympani terdapat processus brevis. Kemudian garis yang menghubungkan umbo dengan prosessus brevis disebut manubrium mallei. Dari umbo terlihat bagian berbentuk segitiga yang disebut refleks cahaya. Adanya refleks cahaya ini akibat posisi dari membran tympani yang terpasang miring dengan

9

membentuk sudut 450. Yang paling sering mengalami gangguan ialah tuba eustachius. Pada membran tympani terdapat 2 pelipatan : - Mulai dari proccesus brevis ke depan, disebut plica maleolaris anterior. - Mulai dari proccesus brevis ke belakang, disebut plica maleolaris posterior. Plika ini merupakan bagian dari pars tensa dan pars flacida.

Histologis :

Membrana tympani terdiri dari 3 lapisan : Lapisan luar : terdiri dari epitel kulit yang merupakan lanjutan dari kulit meatus acusticus externa Lapisan tengah : disebut lamina propria, terdiri dari 2 lapisan jaringan ikat yaitu : o Lapisan jaringan ikat sirkuler o Lapisan jaringan ikat radier Lapisan dalam : merupakan mukosa yang melapisi cavum tympani (pars flacida).

Isi dari cavum tympani :Berisi tulang-tulang ligamentum, otot dan saraf Tulang-tulang pendengaran Maleus 10 pendengaran,

Caput Colium Proccesus brevis Proccesus longus Manubrium mallei (caput mallei terdapat pada epytimpani sedangkan bagian-bagian lain terdapat pada mesotympani). Incus Corpus Proccesus brevis Proccesus longus Sebgaian besar incus berada pada epytimpani, hanya sebagian kecil dari proccesus longus yang berada mesotympani. Stapes Capitulum Colum Crus anterior Crus posterior Basis Caput mallei mengadakan articulation dengan corpus dari incus, sedangkan proccesus longus dari Incus mengadakan articulation dengan capitulum dari stapes. Rangkaian ini disebut ossicular chain. Gangguan pada ossikular chain ini menyebabkan gangguan pendengaran, oleh

11

karena ini penting untu system konduksi pada pendengaran. Otot 1.M. tensor tympani Otot ini berada pada suatu canalis pada dinding anterior dari cavum tympani, di sebelah atas dari tuba eustachius. Keluar dari canalis ini, otot ini melanjutkan diri sebagai tendon menjadi suatu benjolan pada dinding cavum timpani dalam suatu semicanal yang berakhir pada suatu tonjolan tulang yang disebut proccesus cochlearis. Kemudian tendon ini membelok ke lateral dan berakhir pada collum malei, dekat pada proccesus brevis. Fungsi otot ini yaitu untuk meregangkan dan mengendorkan cavum tympani. 2.M. Stapedius Otot ini mulai dari suatu benjolan tulang dari dinding posterior cavum tympani yang disebut eminentia pyramidalis. Kemudian tendonnya berakhir pada collum dari stapes. Fungsi otot ini adalah untuk menatur gerakan dari stapes. Ligamentum

12

Berfungsi mempertahankan posisi tulangtulang pendengaran dari cavum tympani. Saraf (corda tympani) Berjalan dari cavum tympani, keluar dari N. Fascialis pars verticalis (dinding posterior cavum tympani), kemudian berjalan dalam cavum tympani ke arah anterior, kemudian masuk ke fissure petrotympanica, dimana terdapat pada dinding anterior dan akhirnya saraf ini mempersarafi lidah. TUBA EUSTACHIUS Merupakan saluran yang menghubungkan cavum tympani dan nasofaring. Panjangnya kurang lebih 37-40 mm. Dari muara tuba pada cavum tympani menuju ke muara tuba di nasofaring, tuba ini berjalan ke arah inferomedial sehingga ada perbedaan level antara muara pada cavum tympani dan muara pada nasofaring (sekitar 15 mm). Anatomi tuba eustachius ini dibagi menjadi 2 bagian : pars osseus dan pars cartilaginea. Pertemuan antara pars osseus dan pars cartilaginea merupakan daerah yang paling sempit yang dinamakan isthmus.

13

Pars osseus bermuara pada dinding anterior cavum tympani, bagian ini merupakan bagian yang selalu terbuka dan merupakan 1/3 dari panjang tuba. Pars cartilaginea merupakan 2/3 dari panjang tuba, berbentuk seperti terompet. Bagian ini bermuara pada nasofaring dan selalu berada dalam keadaan tertutup, hanya sewaktu-waktu terbuka yaitu apabila ada kontraksi dari m. levator dan m. tensor veli palatina, yaitu pda waktu orang menguap atau menelan. Fungsi dari tuba eustachius : 1. Menjaga agar tekanan pada cavum tympani sama dengan tekanan pada dunia luar 1 atm. 2.Menjamin ventilasi udara dari cavum tympani. Pada bayi ternyata tuba eustachius letaknya lebih horizontal, lumennya relatif lebih besar sehingga keadaan ini membawa akibat seringnya terjadi otitis media pada bayi.

14

FISIOLOGI PENDENGARANProses pendengaran dibagi atas : 1. Fase konduksi gerakan udara yang berasal dari sumber bunyi menggetarkan membran tympani diteruskan ke tulang pendengaran (maleus, incus, stapes) menimbulkan gelombang perilymf. 2.Gelombang perilymf ini menimbulkan gelombang endolymf : menggerakkan organ corti. Di dalam organ corti energi mekanik dirubah menjadi energi listrik. 3. Energi listrik. Oleh N. VIII, diteruskan ke batang otak kemudian ke korteks serebri (pusat pendengaran gyrus temporalis). 15

TES PENDENGARANTujuan dari tes pendengaran : 1.Menentukan apakah pendengaran seseorang normal atau tidak 2.Menentukan derajat kekurangan pendengaran 3.Menentukan lokalisasi penyebab gangguan pendengaran. Gangguan pendengaran dibagi atas : 1. Tuli konduksi conductive hearing loss 2. Tuli persepsi sensory neural hearing loss 3. Tuli campuran mix hearing loss Macam-macam tes pendengaran : 1.Tes bicara / suara: a.Bisik b.Konversi 2.Tes dengan garpu tala 3.Tes dengan audiometri

16

TES BISIKNormal suara bisik dapat didengar 10-15 m. Patokan normal tes bisik 6 m. Syarat melakukan tes bisik : 1.Ruangan a.Harus ada jarak minimal 6 m (satu sisi/diagonal) b.Harus sunyi dan tidak bergema 2.Pemeriksa : Harus mengucapkan kata-kata dengan menggunakan cadangan udara paru sesudah ekspirasi normal 3.Penderita : a.Telinga yang akan dites menghadap pemeriksa b.Non test ear (telinga yang tidak diperiksa) ditutupi dengan kapas yang dibasahi dengan minyak, atau tragus

17

digerakkan (untuk masking) ke atas dan ke bawah. c. Mata penderita tidak boleh melihat mulut pemeriksa d.Kata yang didengar diulang dengan suara yang keras. 4.Kata a.Harus memakai 1 suku kata, tapi dalam bahasa Indonesia sulit memakai kata yang bersuku 1, oleh karena itu dipakai kata dengan 2 suku. b.Kata harus dimengerti oleh penderita c. Kata dibagi atas : i. Yang mengandung huruf lunak (m,n,l,d,h,g,dll) ii. Yang mengandung huruf desis (s,c,f,j,v,z) Pelaksanaan : Penderita berdiri/duduk di salah satu sudut ruangan. Mata ditutup, telinga yang akan dites menghadap ke pemeriksa. Diterangkan cara-caranya pada penderita. Ulangi kata yang didengar dengan ucapan yang keras. Pemeriksa berdiri pada jarak 6 meter dan mulai membisik. - Sebut 10 kata : hitung berapa kata yang diulangi tanpa salah (normal 80%), yaitu 8

18

dari 10 kata atau 4 dari 5 kata: bila belum dapat mendengar pada jarak ini, pemeriksa maju lagi 1 meter. - Hasil tes bisik : Ka Ki d d v I I Apabila penderita tidak/kurang mendengar huruf desis tuli persepsi (ggn pd telinga dlm keatas) Apabila penderita tidak / kurang mendengar huruf lunak tuli konduksi Apabila pada jarak 5 m penderita belum bisa mendengar, pemeriksa maju 2 m lagi, atau bila perlu, sampai berbisik di depan telinga Apabila ia hanya bisa mendengar di depan meatus ad concha Apabila tidak mendengar di depan telinga pendengaran O.

TES KONVERSASICaranya sama, menggunakan percakapan biasa. Hasilnya dituliskan sbb : Ka Ki d d v

19

s

I

I

TES DENGAN GARPU TALA

Bunyi : ditumbulkan oleh getaran C A B Gerakan titik A B A C A 1 getaran = 1 periode = 1 gerak = 1 double vibration Frekuensi : jumlah getaran dalam 1 detik = cycle per second. Satuannya = Hz. Nada : bunyi tunggal dengan frekuensi tertentu. Tinggi rendahnya nada ditentukan dengan frekuensi. Makin tinggi frekuensi berarti makin tinggi nada, sedangkan makin kecil frekuensi berarti makin rendah nada. Amplitudo : jarak AB atau AC Besar amplitudo : menentukan keras lembutnya suatu nada, intensitas diukur dalam dB. Telinga normal : 20 20.000 Hz Ortu/bayi : 16 16.000 Hz.

20

Tes garputala terdiri dari :

1.

Tes Schwabach

Dasar : gelombang endolimf dapat ditimbulkan oleh : - Getaran melalui udara - Getaran melalui tulang Normal : garputala mempunyai frekuensi 256 atau 512 Hz dan jika melalui tulang lamanya 70 detik. - tuli konduksi : > 70 - tuli persepsi : < 70 Tujuan : Untuk membandingkan penghantaran bunyi melalui tulang penderita dan pemeriksa. Caranya : Garputala digetarkan (256 atau 512 Hz) lalu duletakkan tegak lurus pada planum mastoid pemeriksa. Apabila bunyi sudah tidak didengar lagi, segera garputala diletakkan pada planum mastoid penderita. Sesudah itu, lakukan hal itu 21

sekali lagi tetapi sebaliknya lebih dahulu ke telinga penderita lalu ke telinga pemeriksa. Lakukan cara ini untuk telinga kiri dan kanan. Hasil :Pemeriksa Normal Tuli konduksi memanjang Tuli persepsi memendek + Penderita +, -, -

Schwabah Schwabah

2.

Tes Weber

Dasar : Getaran melalui tulang akan diteruskan ke seluruh bagian tulang tengkorak. Tujuan : Membandingkan penghantaran bunyi melalui sebelah kanan/kiri penderita. Cara : Garputala digetarkan kemudian diletakkan tegak lurus pada garis tengah kepala. Mis: dahi, ubun-ubun, rahang, kemudian suara yang paling keras di kiri atau kanan. Hasil : Ada beberapa kemungkinan:

22

Bisa telinga kiri dan kanan sama keras terdengarnya, maka ini bisa berarti : o Normal o Ada gangguan pendengaran yang jenisnya sama Bisa kiri > kanan atau kiri < kanan Lateralisasi ke kanan berarti : o Adanya tuli konduksi sebelah kanan o Telinga kiri dan kanan ada tuli konduksi, tetapi yang kanan lebih berat dari yang kiri. o Terdapat tuli persepsi di sebelah kiri o Keduanya tuli persepsi o Keduanya tuli persepsi, lebih berat yang kiri o Kedua telinga tuli, kiri tuli persepsi, kanan tuli konduksi.

3.

Tes Rinne

Dasar : Getaran yang melalui udara adalah lebih baik daripada yang melalui tulang 140 detik. Tujuan : Membandingkan penghantaran bunyi melalui tulang dan melalui udara pada penderita. Caranya :

23

Garputala digetarkan kemudian diletakkan tegak lurus pada planum mastoid. Bila bunyi sudah tidak terdengar lagi letakkan tegak lurus di depan meatus acusticus externa. Waktu garpu tala ditempatkan pada planum mastoid ini disebut posisi I. Sedangkan pada waktu garputala diletakkan pada meatus acusticus externa disebut posisi II. Hasil : 1. Kalau Rinne 2. Kalau Rinne 3. Kalau Rinne pd posisi II masih terdengar bunyi + pd posisi II tidak terdengar bunyi pd posisi I terdengar berlawanan ragu-ragu.

Normal : Rinne + Tuli konduksi : Rinne Tuli persepsi : Rinne pseudonegatif, Rinne ragu-ragu.

+,

Rinne

24

4. Tes untuk menentukan batas pendengaranTujuan : Untuk membandingkan penghantaran udara antara pemeriksa dan penderita. Tes ini menggunakan 1 set garputala, mulai dari frekuensi 16, 32, 63, 128, 256, 512, 1024, 2048, 4096 Hz. Caranya : Garputala digetarkan dengan ujung jari kemudian didengar oleh pemeriksa. Disini pemeriksa harus normal pendengarannya. Setelah pemeriksa hanya mendengar sayupsayup, garputala itu dipindahkan pada posisi yang sama pada penderita. Kemudian ditanyakan apakah penderita masih mendengar atau tidak. Disini kita mencari nilai ambang. Jadi semua garpu tala mulai dari frekuensi yang terendah sampai yang tertinggi harus digetarkan kemudian didengarkan satu per satu. Ini dilakukan pada masing-masing telinga sampai selesai, missal jika dilakukan pada telinga yang kiri, harus kiri seterusnya sampai selesai, baru telinga yang kanan.

25

Batas bawah : frekuensi yang terendah yang masih dapat didengar oleh penderita. Secara teoritis, frekuensi yang dimaksud adalah 16, 32, 64, tetapi sebenarnya getaran pada frekuensifrekuensi tersebut tidak dapat didengarkan, hanya dapat dirasakan : dan baru mulai terdengar pada frekuensi 128. Nada rendah : frekuensi 16 sampai 256; ini tidak akan didengar oleh penderita yang tuli konduksi. Dan keadaan ini disebut batas bawahnya naik. Batas atas : frekuensi tertinggi yang didengar oleh penderita. Pada tuli persepsi dikatakan batas atas menurun dimana penderita tidak dapat mendengar frekuensi 4000 dan 2000.

26

TES DENGAN AUDIOMETERAudiometer termasuk dalam audiologi : Audiologi : ilmu yang mempelajari tentang seluk beluk pendengaran. Audiometri : pemeriksaan seseorang dengan menggunakan alat elektroakustik Audiometer : alat elektronik yang dipakai untuk pemeriksaan pendengaran Audiogram : gambar hasil pendengaran dengan audiometer Ada yang membagi audiometer untuk orang dewasa dan untuk anak-anak. Dan untuk orang dewasa masih terbagi lagi atas : Subjektif : Pure Tone Audiometri (audiometri nada murni) Speech Tone Audiometri (audiometri nada tutur) Objektif : Impedance Audiometri khusus untuk tuli konduksi Elekro Receptive Audiometri khusus untuk tuli persepsi.

o o

o

o

Pure Tone Audiometri

Disini pemeriksaan pendengaran memakai alat elektroakustik yang menghasilkan pure 27

tone (nada murni) mulai dari frekuensi 125 sampai 8000 Hz. Ang diukur adalah nilai ambang melalui udara (air conduction threshold) dan nilai ambang melalui tulang (bone conduction threshold). Syarat pemeriksaan : Ruangan yang dipakai harus sunyi, idealnya memakai soundproof room. Memakai audiometer sensitive dan didengar dengan seksama Pemeriksaan dilakukan oleh orang yang mengetahui tentang pemeriksaan. Audiometer merupakan elektroakustik yang dapat mengeluarkan nada-nada tunggal dengan frekuensi dan intensitas yang dapat diukur. Komponen utama audiometer : 1. Sumber getaran (oscillator) 2. Peredam intensitas (attenuator) Sumber getaran untuk nada murni adalah sebuah alat yang disebut oscillator. Bila seseorang pemeriksa menginginkan suatu bunyi dengan frekuensi tertentu, dapat diperoleh dengan memutar tombol yang menunjukkan frekuensi yang dimaksud. Kemudian dengan menekan tombol penyaji, bunyi itu dapat diterima oleh penderita melalui sebuah

28

headphone untuk penghantaran udara. Sedangkan untuk penghantaran tulang memakai vibrator. Audiometer menghasilkan frekuensi 125, 250, 500, 1000, 2000, 4000, 6000, 8000 Hz. Sedangkan untuk vibrator hanya dapat menghasilkan frekuensi 250 sampai 4000 Hz. Tehnik pemeriksaan : Kita cari nilai ambang untuk tiap frekuensi. Dimulai dengan frekuensi 1000 Hz; oleh karena dikatakan bahwa frekuensi ini paling sensitif, kemudian frekuensi 2000, 4000, 6000, 8000 Hz. Kemudian balik lagi pada frekuensi 1000, turun 500, 250, 125 Hz. Mulai dilakukan pada telinga yang lebih baik pendengarannya. Diperiksa dulu air conduction dengan memakai earphone, kemudian setelah selesai pada kedua telinga dengan semua frekuensi, periksa bone conduction dengan memakai vibrator yang diletakkan pada planum mastoid penderita. Dan ada juga tombol tersendiri yang mengatur bone atau air condition. Apabila penderita mendengar bunyi maka ia harus memberi isyarat dengan mengangkat tangan atau menekan tombol khusus, sampai bunyi itu tidak terdengar lagi. Hasil pemeriksaan dicantumkan pada kertas yang disediakan dan hasilnya akan berupa

29

grafik yang akan digambar oleh pemeriksa. Biasanya audiogram ini digambarkan yaitu : - Frekuensi pada axis - Intensitas pada ordinat. Telinga kanan :Pada air conduction: ditandai dgn : 0 - - - 0 - - - 0 (merah) Pada bone conduction ditandai dg : 1 - - - 1 - - 1 (merah)-

Telinga kiri :Pada air conduction: ditandai dgn : x - - - x - - - x (biru) Pada bone conduction ditandai dg : I - - - I - - I (biru)-

Apabila terdapat perbedaan yang besar antara ketajaman telinga kanan dan kiri, maka untuk non test air kita gunakan masking, supaya telinga yang lebih baik pendengarannya tidak ikut mendengar. Dalam audiometer ada white noise, yaitu kumpulan bunyi dengan macam-macam intensitas tertentu. Misalnya: telinga kanan tuli berat dan telinga kiri tuli ringan/normal. Maka jika melakukan pemeriksaan terhadap telinga kanan, maka telinga kiri harus di masking. Yang dapat dibaca pada audiogram :

30

1. Derajat ketulian. Yang representative adalah frekuensi 500, 1000 dan 2000 Hz. Ketiga nilai ambang dari frekuensi ini dibagi 3, hasilnya itu adalah rata-rata. 0-15 dB normal 15-30 dB tuli ringan 30-60 dB tuli sedang 60-80 dB tuli moderat > 80 dB tuli berat 2. Macam ketulian. Tuli konduksi, persepsi atau campuran. a.Tuli konduksi : i. Bone conduction threshold : normal ii. Air conduction threshod : menurun Sehingga terdapat kesenjangan antara bone conduction dan air conduction, atau dikatakan air-bone gap. b.Tuli persepsi : i. Bone conduction threshold : menurun ii. Air conduction threshold : menurun Biasanya bone conduction lebih tinggi sedikit dari air conduction, tetapi kirakira pada level yang sama. c. Tuli campuran : i. Bone conduction threshold : menurun ii. Air conduction threshold : menurun 31

Biasanya air conduction lebih jelek daripada bone conduction, sehingga masih terdapat sedikit gap.

Audiometri Nada Tutur (Speech Audiometri) )Kelemahan dari audiometri nada murni yaitu yang diperiksa hanya nada-nada saja, dan ini sebenarnya fisiologis untuk pendengaran, karena nada-nada itu bukan bahasa. Pada speech audiometri yang disajikan adalah katakata. Kata-kata yang digunakan adalah katakata untuk frekuensi percakapan, yaitu dengan

32

frekuensi 500, 1000, dan 2000 Hz. Disini alat yang diperlukan : - Ruang kedap suara - Speech audiometri - Tape recorder dengan rekaman katakata L (untuk Indonesia digunakan Gajah Mada Phonetically Balanced List). - Kartu yang berisi kata-kata yang sesuai dengan daftar kata-kata pada kaset. - Formulir speech audiogram. Caranya : Telinga kiri dan kanan di test secara terpisah/bergantian. Rekaman kata melalui tape recorder dihubungkan melalui tape recorder dan pendrita disuruh mengulangi kata-kata yang didengar. Apabila tidak jelas mendengar, ia boleh menebak. Disini akan dicari 3 titik penting : 1. Titik 0% : Ini didapat pada intensitas tertentu dimana penderita mulai mendengar suara. 2. Speech reception threshold : titik ini didapatkan apabila intensitas ditingkatkan, maka pada intensitas tertentu penderita dapat menirukan kata-kata sebanyak 50%. 3. Speech Discrimination Score : titik ini didapatkan apabila dinaikkan sekitar 25-45

33

dB diatas SRT, maka diharapkan penderita dapat menirukan dengan benar 90-100%. Interpretasi : Normal : SDS sekitar 90-100%, didapatkan intensitas < 60 dB SRT < 30% 0% 10-15% Apabila ada gangguan tuli konduksi, maka SDS kalau diberikan 60 dB, tidak akan mencapai 100%. Tapi apabila intensitas suara ditingkatkan maka akan tercapai sampai kira-kira 100%. Pada tuli konduksi, grafik akan bergeser ke kanan. Sedangkan pada tuli persepsi, SDS tidak akan tercapai, atau dikatakan < 80%, bahkan bisa menurun sampai 0%.Meskipun intensitas suara ditingkatkan, SDS tidak akan mencapai normal, malahan menjadi lebih buruk. Pada tuli campuran, bila intensitas suara ditingkatkan, SDS akan meningkat tapi tidak memuaskan seperti pada tuli konduksi. Petunjuk SDS menurut Hopkinson Thompson : 80-100% : normal atau tuli konduksi dan

34

50-80% : tuli campuran presbyaccusis tapi tidak disertai kelainan congenital 22-48% : ditemukan pada kelainan cochlea < 22% : ditemukan pada kelainan retro cochlea Kegunaan Speech Audiometry : 1. Dapat menentukan jenis ketulian (konduksi, persepsi, campuran) 2. Menentukan lokasi dari penyebab ketulian/kerusakan : telinga luar, tengah, dalam, retrocochlear. 3. Menentukan kenaikan ambang pendengaran setelah operasi tympanoplastic 4. Untuk memilih alat pembantu pendengaran (hearing aid) yang cocok. Kelemahannya : Tidak dapat mengetahui ketulian pada frekuensi < 500 Hz atau > 2000 Hz (tuli karena kebisingan atau keracunan obat 4000 Hz).

35

PENYEBAB KETULIAN / GANGGUAN PENDENGARAN1. KongenitalBerdasarkan waktu terjadinya gangguan pendengaran, kita bagi ketulian atas: Terjadinya ketulian sejak lahir, terbagi atas : A. Herediter : Terjadi aplasia atau agenesis. Disini tidak terbentuknya telinga dalam dan sering juga dengan tidak disertai beberapa organ tubuh, sehingga manifestasi ini disebut sindroma, yaitu : Syndroma Modini :

36

Tidak terbentuknya dengan sempurna labyrinth bagian tulang dan bagian membran. Syndroma Scheibe : Disini labyrinth membran terjadi aplasia. Syndroma Alexander : Cochlea bagian membran terjadi aplasia Oleh karena sindroma ini biasanya bersamaan dengan organ lain, misalnya jantung atau ginjal, sehingga dapat terjadi tuli total. Dan karena ini merupakan kumpulan gejala, maka orang ini tidak bertahan hidup.

Abiotrofi / Tuli Heredo Degenerasi / Tuli Heredo Degenerasi Saraf.Tuli akibat saraf pendengaran, sehingga kadang-kadang disebut pre senile familial deafness. Disini terjadi proses degenerasi yang progresif pada cochlea dan bisa terjadi pada waktu anak-anak atau sesudah usia dewasa.

Aberasi / Penyimpangan Kromosom / Trisomi.37

Disini terjadi ekstra kromosom yang menyebabkan anomaly sehingga menyebabkan ketulian. Yang tersering adalah trisomi 12 dan 18 atau golongan D dan E. Biasanya terjadi juga kelainan pada organ vital lain, dimana anak tidak dapat bertahan hidup. B. Prenatal (waktu kehamilan intrauterine) Gangguan pendengaran akibat ibu hamil mengalami keracunan obat-obatan golongan streptomycin, kinine, aminoglikoside dan derivatnya, preparat salisilat, preparat Pb, dll. Juga penyakit pada ibu hamil Toxemia Gravidarum / Hyperemis Gravidarum. C. Bila ibu hamil terserang virus Misalnya rubella (jarang di Indonesia), parotitis epidemica, influenza, dan penyakit virus lainnya. Penyakit menahun seperti DM, tirotoksikosis, lues. Selain penyakit-penyakit tersebut diatas, ada beberapa factor yang menyebabkan anoksia (akibat tali pusat melilit), narkose sewaktu ibu hamil; kemudian pada waktu lahir (perinatal) misalnya oleh karena trauma pada waktu

38

lahir, baik oleh alat yang membantu persalinan, persalinan yang sukar dan lama. Anoksia oleh karena lingkaran tali pusat menyebabkan terjadinya obstruksi jalan napas, dan ini mengancam gangguan pada telinga dalam.

2.

Tuli didapat ( (acquisita) )

Bisa terjadi tuli konduksi ataupun persepsi. Pada tuli yang didapat, bisa tuli konduksi, tuli persepsi atau keduanya. Tuli konduksi : kelainan pada telinga luar dan pada telinga tengah. Pada telinga luar : oleh karena : Atresia Benda asing Infeksi kronis Tumor Pada telinga dalam : Kelainan membran tympani : ruptur krn dikorek-korek, barotraumas, trauma capitis, radang. Kelainan cavum tympani : OMA, OMK Gangguan tuba eustachii. Tuli persepsi :

-

39

Akut 1.Trauma : a.Rudapaksa / kecelakaan labyrinth b.Operasi 2.Radang : a.Infeksi bakteri b.Komplikasi penyakit virus 3.Tumor : a.Akustik neuroma b.Tumor sudut cerebellum ponti 4.Lain-lain : a.Otostosik b.Endolimfatik hidrops c. Gangguan vaskuler d.Cochleaotosklerosis e.Psikogen f. Idiopatik Kronik -

ruptura

Presbiacusis Tumor Keracunan obat Komplikasi otitis media kronik Menierie disease Penyakit sistemik : lues, diabetes, penyakit kolagen.

40

PENYEBAB KETULIANDiperlukan : 1. Anamnesa yang luas tentang riwayat terjadinya gangguan pendengaran 2. Pemeriksaan THT umum dan khusus 3. Pemeriksaan penunjang (roentgen foto, dsb) Gejala dan tanda : 1. Tuli konduksi (CHL) Transmisi gelombang suara mencapai telinga dalam secara efektif. tidak

Gejala : - Riwayat otorhea (infeksi telinga sebelumnya) - Perasaan seperti ada cairan di dalam telinga - Terjadi tiba-tiba oleh karena dikorek-korek atau masuk air - Dapat disertai tinnitus (nada rendah) Jika telinga kiri dan kanan yang terkena penderita bicara dengan suara pelan (soft voice) misalnya otosklerosis 41

Kadang-kadang mendengar suara lebih jelas pada suasana ramai (parokokis wilisians) Tanda : Sekret telinga oleh karena terjadi perforasi membran tympani Kadang-kadang telinga luar/membran tumpani normal Tes fungsi pendengaran : o Tes bisik < 6 m : nada rendah sukar o Garputala : Rinne (-) Webber lateralisasi kearah sakit Schwabach memanjang o Audiogram : BC normal ada airborne ap > 15 dB AC Nada tutur : Nilai ambang bergeser ke kanan pada audiogram Nilai diskriminan (SDS) dapat melampaui 100% jika intensitas suara diperkeras.-

42

2.

Tuli persepsi (SNL) Sering dijumpai Terutama pd pekerja industri, dan pada orang tua Umumnya irreversible Gejala : - Jika bilateral dan sudah berlangsung lama, percakapan harus lebih keras - Sukar mendngar pada suasana gaduh - Riwayat trauma kepala, trauma akustik, alat-alat ototoksik, penyakit sistemik Tanda : Fisik : telinga luar (membran tympani) normal - Test pendengaran : o Tes bisik < 6 m. Sukar mendengar katakata dengan nada-nada tinggi. o Garputala : Rinne (+), pseudonegatif, ragu-ragu Webber lateralisasi kearah sehat Schwabach memendek, batas atas menurun o Audiometri nada murni : Nilai ambang BC dan AC menurun Letak berat mengenai frekuensi tinggi 43

Kadang menurun pd frekuensi 4000 Hz Nada tutur : SDS tidak mencapai 100% Adanya recruitment 3. Tuli campuran Merupakan kombinasi tuli persepsi dan tuli konduksi. Mula-mula berupa tuli konduksi yang berkembang mejadi tuli persepsi, ataupun sebaliknya; misalnya: - Presbiacusis : otitis media - Trauma kepala yang kuat yang mengenai telinga luar dan dalam. Gejala : Tergantung mana yang lebih dulu terjadi atau bersamaan. Tanda : Fisik : SNHL atau CHL - Test pendengaran : o Tes bisik < 6 m. Sukar mendengar kata dengan huruf desis / lunak (nada rendah / tinggi). o Garputala : Rinne (-) Webber lateralisasi kesisi sehat 44

Schwabach memendek Audiometri nada murni o Penurunan nilai ambang tulang dan udara tapi ada gap > 15 dB o Nada tutur : nilai diskriminan menurun, tetapi tidak mencapai 100%, jika intensitas suara ditingkatkan, ada perbaikan tapi tidak mencapai 100%.

PATOLOGI MEATUS ACUSTICUS EXTERNA (MAE)45

ATRESIA MAE

Bisa terjadi secara congenital, bisa terjadi scara acquisita. Pengertian atresia sendiri adalah tidak terdapatnya lumen (ini harus dibedakan dengan stenosis). Stenosis : lumen ada, tetapi menyempit. Stenosis umumnya tergolong acquisita. Beberapa penyebab menyempit/tertutupnya meatus: 1.Adanya laceratio 2.Komplikasi dari operasi mastoid (mastoidektomi) 3.Akibat kontak dari suatu korosif agen 4.Otitis eksterna yang kronis Terapi: Dilakukan dilatasi lumen yang sempit/tertutup; biasanya digunakan tube dari karet atau plastik. Kalau dengan cara ini tidak berhasil, dilakukan suatu tindakan operasi, dimana kita melebarkan meatus dengan mengambil sebagian tulang yang merupakan kerangka dari meatus akustikus eksterna.

CERUMEN OBTURANSAdalah cerumen yang menyebabkan penyumbatan. Dalam keadaan normal, kulit dari pars cartilaginous (yang terdapat 1/3 lateral dari

46

meatus) didapati kelenjar sebasea dan kelenjar ceruminalis yang memproduksi suatu material yang disebut cerumen. Cerumen konsistensinya agak cair dan berwarna coklat. Dengan gerakan yang teratur dari medial ke lateral, dari epitel meatus akustikus eksterna, cerumen ini akan dikeluarkan.Tetapi pada keadaan-keadaan tertentu bisa terjadi penumpukkan/penimbunan cerumen di dalam meatus acusticus ekstena. Cerumen yang tertimbun ini akan menyebabkan timbulnya gejala. Gejala ini disebut sebagai cerumen obturans. Gejala-gejala yang dapat ditemukan adalah: 1. Penderita mengeluh pendengaran berkurang (gangguan ringan sampai sedang, tergantung penutupannya). 2. Tinitus (bunyi di telinga) 3. Rasa sakit/nyeri di dalam telinga, biasanya karena terjadi dermatitis dari kulit yang menutupi meatus acusticus eksterna. Terapi: Cerumen bisa dikeluarkan dengan alat pengait, dengan syarat penerangan ke dalam meatus harus baik (menggunakan lampu kepala head lamp). Kalau cerumennya lembek, biasanya mudah dikeluarkan dengan melakukan irigasi atau dipompa dengan air hangat, kadangkadang penderita datang dengan cerumen yang keras dan kering sehingga sulit dikeluarkan

47

dengan alat pengait. Pada keadaan seperti ini, penderita diberi obat tetes telinga semacam minyak untuk melembekkan cerumen ini (biasanya dipakai larutan Otalgin Gliserin antipirin). Gliserin : penghancur cerumen; Antipirin : penghilang rasa sakit. Otalgin diberikan 3-4 kali sehari. Setiap penderita bisa diberikan 5 tetes. Ini bisa diberikan selama 5 hari sampai 1 minggu. Setelah itu bisa dilakukan irigasi atau dipompa, dimana cerumen bisa keluar dengan sempurna. Yang harus diperhatikan sewaktu menggunakan alat pengait, jangan terlalu banyak menyentuh dinding meatus, karena akan terjadi rangsangan pada N. X terjadi refleks vagal dan penderita akan kolaps.

KERATOSIS OBTURANSMerupakan suatu massa seperti cholestotatoma yang terdapat di dalam meatus akustikus eksterna bagian dalam. Massa ini tediri dari epitel skuamous yang mengalami deskuamasi, dan warnanya putih. Biasanya ditemukan bersamaan dengan cerumen. Keratosis disini bisa menyebabkan erosi dari meatus, dari bagian dalam sampai mencapai 48

tulang yang merupakan kerangka dari meatus. Kalau kita mengeluarkan massa, biasanya akan tampak bahwa meatus tersebut sudah mengalami pelebaran. Kadang-kadang bisa terjadi perforasi dari membran tympani. Hal ini terjadi oleh karena tekanan yang berlangsung dalam waktu yang lama oleh massa yang dibentuk epitel skuamous tadi. Sebagai penyebab dari keratosis ini adalah: 1.Deskuamasi epitel yang abnormal 2.Bersamaan dengan cerumen obturans sehingga timbul penimbunan epitel 3.Terdapatnya mukosa respiratorius yang abnormal pada kulit meatus acusticus eksterna. Gejala: Gejala yang menonjol yang dirasakan penderita adalah pendengaran yang berkurang. Kalau keratosis sangat banyak, maka pendengaran akan sangat berkurang. Gejala lain adalah rasa sakit di dalam telinga. Terapi: Satu-satunya terapi adalah mengeluarkan massa keratosis, bisa dengan alat pengait, dan kalau tidak berhasil dengan cara ini, bisa

49

dilakukan irigasi (seperti pada cerumen obturans). Kadang-kadang tindakan ini sukar dilakukan, karena penderita merasa sakit, jadi penderita harus di anastesi umum. Biasanya digunakan injeksi ketaminex HCl (Ketalar); merupakan anastesi yang baik yang digunakan dalam waktu singkat (15-30 menit).

TRAUMA MEATUS ACUSTICUS EXTERNA DAN MEMBRAN TYMPANIBeberapa penyebab trauma dan yang paling sering adalah: 1. Kebiasaan mengorek telinga atau meatus yang dikorek oleh orang lain (pada tukang cukur), bisa juga oleh tindakan manipulasi oleh dokter sendiri 2. Trauma kapitis 3. Trauma akibat tekanan dalam meatus yang cukup tinggi, misalnya oleh pukulan langsung dalam meatus.

50

4. Menyelam (diving), atau oleh bunyi suara yang cukup keras dan mendadak (petasan), atau tekanan udara yang cukup tinggi (barotrauma). Gejala : (yang menonjol) 1.Perasaan sakit yang mendadak dan hebat, timbulnya tiba-tiba 2.Biasanya diikuti dengan perdarahan dari bagian dalam meatus akustikus eksterna. 3.Adanya tinnitus yang menyebabkan terjadinya gangguan pendengaran (ketulian). Ketulian ini biasanya pada kasus dengan ruptur dari membran tympani. Pemeriksaan : Dinding meatus akan didapatkan suatu ekskorisasi, khususnya jika terjadi trauma tajam yang langsung mengenai kulit meatus acusticus eksterna. Kalau kita melihat membran tympani, akan didapati rupture atau lobang yang bentuknya tidak teratur, dan pada pinggiran tepi membran yang berlobang akan ditemukan bercak-bercak darah. Membran ini sendiri terdiri dari banyak pembuluh darah, yang kalau pecah akan menyebabkan perdarahan. Ini perlu dibedakan dengan perforasi dimana disebabkan oleh proses radang yang berasal dari otitis media. Gambaran lobang yang terjadi adalah licin dan pinggirannya teratur. Kalau membran

51

tympani sudah berlobang, biasanya refleks cahaya negatif. Pada kedua keadaan ini terjadi gangguan pendengaran akibat kerusakan itu. Terapi: Membersihkan (toilet) dari meatus acusticus externa dari bekuan darah atau material lain; ini dilakukan sampai bersih. Disini digunakan lidi kapas (aplicator) dan tidak boleh dilakukan irigasi. Setelah dilakukan toilet dari meatus, meatus ditutupi oleh haas steril selama 3-4 hari.Setelah itu penderita diberikan antibiotika untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder. Kalau terasa sakit diberi analgetik. Pemakaian obat tetes telinga tidak dianjurkan. Karena yang ditakutkan, kalau terjadi rupture membran, obat ini akan membawa kuman masuk ke dalam cavum tympani, dan ini dapat menyebabkan komplikasi berupa otitis media.

52

OTITIS MEDIADapat primer di meatus acusticus eksterna atau manifestasi dari penyakit kulit. Klasifikasi: 1. Otitis eksterna circum dan cripta berbatas jelas (furunculosis) 2. Otitis eksterna difusa Newson mengklasifikasikan dalam kelompok: - Infeksi Bakterial Fungal Viral - Reaktif Eczema Dermatitis seboroik Neuro dermatitis 53 2

OTITIS EXTERNA CRIPTA

CIRCUM

&

Definisi: Infeksi folikel rambut oleh staphylococcus, lokasi pada meatus acusticus externa pars cartilago. Faktor yang berpengaruh: - Korek telinga - Maserasi kulit oleh karea pus, secret, air yang masuk MAE - Diabetes, alergi Patologi: - Mula-mula infiltrat subcutis dari MAE, bisa satu atau multiple Bila dibiarkan, beberapa hari abses Pada pemeriksaan sekitar furunkel udem lumen MAE sempit - Pembengkakan di muka dan di belakang telinga (tergantung lokalosasi furunkel).

54

Gejala: - Nyeri telinga spontan atau nyeri timbul bila tragus ditekan, auriculum ditarik, atau luka mulut/mengunyag. - Cephalgia, tidak bisa tidur, febris Bila ada udem hebat gangguan pendengaran - Dalam kasus yang hebat, udem sampai di belakang teligna sehingga posisi auricular terdorong ke depan. Sulcus datar dan merah. Diagnosa : pemeriksaan - Adanya pembengkakan, merah, pada pars cartilage MAE 1/3 lateral - Membran tympani normal - Nyeri tekan tragus atau jika auriculum ditarik Pembengkakan kelenjar limfe di depan tragus, di bawah atau di belakang; pembengkakkan di belakang telinga Mastoiditis Akuta (komplikasi OMK). Terapi : - Lokal: kompres solution Burowi (Pb acetate) yang disaring hingga menjadi hipertonik

55

-

-

-

Masukkan tampon gaas pada MAE, tetesi tiap 3 jam 2x24 jam Kausal antibiotik (penicillin) Simptomatik

DD Lamanya peny Otore Rasa sakit Pendengaran X-foto

FURUNCEL MAE Beberapa hari

MASTOIDITIS AKUTA

Bbrp mgg / didahului OM Tidak ada Beberapa mgg/bulan Jika auriculum / Planum mastoid nyeri tragus ditekan tekan Baik/sehat/kura Sangat berkurang ng Cellulae Cellulae mastoid kabur mastoid normal

56

OTITIS DIFUSA

EKSTERNA

Faktor yang berpengaruh: 1.Eksogen: a. Korek telinga trauma local b.Nanah akibat otitis media c. Fornix caseosa pada bayi d.Cuaca yang panas, lembab dan berenang Dulu trauma local sedikit aberasi pada kulit meatus mudah diinvasi kuman (port dentry) 2.Endogen : a.Alergi b.DM Turut berpengaruh: Bentuk tabung yang buntu pada satu ujung ventilasi jelek; cairan yang masuk tertahan lembab iritasi kulit MAE 57

Adanya secret / secret mongering dalam MAE, mempermudah tumbuh jamur, terlebih di daerah tropis.

Patologi: Kuman penyebab kebanyakan merupakan flora dominant atau staphylococcus aureus - Bordetella Pertusis - Bordetella Pyocyaneus - Fungi : Aspergillus Niger dan Candida Albicans Gejala : - Pendengaran berkurang oleh adanya lamel/akumulasi secret dalam MAE - Gatal Tunnitus aurion oleh karena adanya lamel/secret pada membran tympani - Otore (bentuk basah) - Rasa tidak enak sampai nyeri pada telinga. Ada yang membagi perlangsungan otitis eksterna difusa atas 2 stadium: 1. Akut : rasa tidak enak sampai nyeri hebat di sekitar telinga 2. Kronik : gatal dan pendengaran menurun

58

Pemeriksaan : Kering : adanya lamel pada meatus sampai membran tympani Basah : adanya secret encer pus Dinding meatus merah dan udem (sampai membran tympani) Campuran : adanya lamel dan secret adanya debris seperti keju Bila tumbuh jamur, permukaan lamel yang putih menjadi hitam, atau secret warna putih, atau hitam. Terapi : Toilet telinga : mengeluarkan lamel atau cairan / secret Bila ada merah dan oedem MAE, masukkan gaas dalam MAE dan diberi obat tetes yang mengandung antiseptic (vioform) dan hidrocortison. Ada obat tetes yang mengandung antibiotik (neomycin) hati-hati bisa timbul dermatisasi pada kulit MAE Jangan korek-korek telinga Fungi beri obat spesifik antifungi.

59

OTITIS EXTERNA BULLOSA & MYRINGITIS BULLOSADibagi atas 2 bentuk: Serosa dan Haemorrhagis Patologi: Terdapat bulla yang berisi cairan pada kulit MAE (bagian dalam) dan membran tympani. Etiologi: belum jelas infeksi virus (seperti common cold) Gejala: Rasa ada benda, atau nyeri yang kadangkadang hebat, diikuti otore, (bila pecah) dan pendengaran agak berkurang. Pemeriksaan: Adanya bulla kecil/besar, satu atau beberapa Bila pecah, secret serous/haemorrhagis (campur darah). Terapi:

60

Pemberian antibiotik tidak ada pengaruh untuk inflamasi sekunder Analgetik Toilet telinga-

HERPES OTICUS-

ZOSTER

Herpes zoster dari ganglion geniculatum Lesi kulit erupsi pada kulit meatus, membran tympani, auriculum terutama daerah lamellae Erupsi akan mongering dan timbul crusta 7-10 hari Pada membran tympani mengandung saraf sensoris yang sangat peka.

61

TUMOR MAEo o o o o o o o o Benigna Papiloma Fibroma Chondroma Angioma Adenoma Sebaseus adenoma (paling sering) Seruminosa Osteoma Maligna Squamous cell carcinoma (paling sering) Basal cell carcinoma Adenocarcinoma

-

PENYAKIT AURICULUMKONGENITAL

62

Kelainan Ringan DARWINS TUBERCLE : sedikit elevasi bagian postero superior heliks WILDERMUTH S EAR : anti helix lebih menonjol dari helix LOBULUS TAK BERBENTUK / KECIL / TERBELAH : garis terbelah arahnya vertical BAT EARS : auricle sangat menonjol disertai dengan pertumbuhan rambut dan gangguan perkembangan mastoid, penonjolan berkurang. Kelainan bersamaan dengan kelainan kepala dan leher, kelainan gen dan ketulian. SYNDROMA TREACHER COLLINS Berupa: - Kelainan mata - Hipoplasia wajah dan mandibula - Kongenital atresia MAE dan miksotia Tumor kongenital CONGENITAL AURAL FISTULA (Fistula Auris Kongenital) :-

Gangguan penutupan branchial cleft I

63

Nampak fistula (lubang dekat anterior crus ascendens dari heliks (90%) Biasanya berupa kantong/bercabangcabang Dinding kantong dibentuk oleh skuamous epitel Ada factor herediter Gejala : Hampir tidak diketahui penderita Keluar secret, bau Bila ostim menutup retensi secret seperti kista Kadang-kadang timbul infeksi abses Bagian perauriculer merah, bengkak, sakit. Terapi : Bila tidak ada infeksi biarkan saja Bila infeksi : beri antibiotik dan analgetik Bila abses : Insisi Kompres rivanol 1% atau boorwater 3%-

Bila keadaan sudah tenang operasi Melalui fistel disuntik methylen blue 2%

64

Insisi kulit bentuk elips mengelilingi fistel Kulit dipisahkandari fistel secara tumpul diangkat, jangan sampai ada yang tersisa. Kadang-kadang sukar karena sangat luas dan berada dekat dengan N VII.

AQUISITA OTAHEMATOME (Hematoma Auris) Pembengkakan daun telinga darah terkumpul antara cartilage dan 65

perichondrium (bagian bertulang rawan) sehingga terjadi penimbunan. Disebabkan trauma : bangun dari tidur yang lama Kulit biasanya biru Tidak ada rasa sakit Terapi : Aspirasi : pada hematome baru dan kecil Incisi : pilihan terbaik untuk mencegah rekurensi / residif Dilakukan sesteril mungkin Incisi sepanjang infeksi Isi : darah, bekuan darah dikeluarkan, curettage. Bebat tekan, lekukan isi gaas supaya tekanan sebaik mungkin 2-3 hari bebat dibuka, luka incisi menutup Prognosis : Bila dibiarkan organisasi retraksi deformitas daun telinga cauli flower ear. Aspirasi sering residif, oleh karena itu harus di aspirasi ulangan, karena jalan infeksi dapat menjadi perichondritis. PSEUDOOTAHEMATOME Isi cairan limf (bukan darah)

o o o oo

66

Warna kulit normal, tidak nyeri dan tidak panas Etiologi tidak jelas Terapi = othaematome PERICHONDRITIS AURICULA Infeksi dari perikondrium terkumpulnya cairan / nanah antara perikondrium dan kartilago. perikondrium : pensuplai makanan untuk kartilago Etiologi : Luka baker akibat kecelakaan, operasi atau infeksi superficial yang menyebar ke dalam, misalnya: Sekunder infeksi othematome Furuncel MAE Gejala : Auriculum merah dan bengkak Pada perabaan : panas dan nyeri Pembengkakan pada bagian bertulang rawan Mula-mula pembengkakan keras lama-lama terbentuk infiltrat terbentuk cairan serous pus (abses) fluktuasi. Kadang-kadang hanya sebagian kecil yang

-

67

kena, tapi dapat seluruh bagian tulang rawan. Nyeri hebat Gejala umum : febris, nadi meningkat, malaise (kadang-kadang). Terapi : Membatasi sekecil mungkin area infeksi Pada permulaan : o Antibiotik sistemik o Local : kompres o Jika terbentuk abses insisi. ERYSIPELAS Adalah infeksi akut pada kulit oleh streptokokus Gejala : Auriculum kulit kemerahan, oedema, berupa suatu erupsi dengan batas jelas Kemerahan in tidak terbatas hanya pada auriculum, dapat juga mengenai kulit sekitarnya (pipi) Pada pemeriksaan : kulit teraba panas Panas badan tinggi, menggigil Nadi cepat Terapi : Penicilin Simptomatik

68

-

Lokal

TUMOR AURICULUM Ada yang jinak dan ada yang ganas : Jinak o Papiloma o Fibroma o Chondroma Ganas : o Squamous cell carcinoma : pada permukaan seperti ulkus / luka yang mengalami indurasi. Bisa mulai dari bagian bawah atau diatas auriculum o Basal cell carcinoma : biasanya pada daerah tragus, heliks atau pada permulaan dari meatus o Melanoma meligna.

-

69

-

Bila : Dislokasi auriculum (+) Sulcus retroauricularis (-) Hiperemi terlihat sekitar telinga Prognosa : Baik bila terjadi abses subperiosteal Jelek jika terjadi komplikasi intracranial Terapi : Puskesmas : Incisi abses subperiosteal tulang) rujuk ke RS.

-

(dalam

sumsum

70

1.

Mastoidektomi simpleks (Schwartze) / Cortical mastoidektomi Prinsip operasi : Membuat hubungan antara antrum mastoidea dengan dunia luar serta mengeluarkan jaringan patologi yang terdapat dalam antrum dan selulae; Jadi disini tidak dilakukan tindakan pada MAE (ini hanya emergency untuk persiapan operasi selanjutnya). Teknik operasi : - Buat incisi kulit 0,5 cm dibelakang sulcus retroauricularis melengkung sepanjang 5 cm. - Incisi diteruskan ke subcutis periosteum - Tulang dipahat cari antrum - Antrum dibersihkan dari jaringan patologi - Pasang drainage karet keluar melalui planum mastoideus - Luka pada kulit dijahit.

2.

Mastoidektomi radikal Prinsip :

71

Membuar hubungan antara antrum dan selulae (cavum tympani) dengan dunia luar secara permanent. Teknik operasi : - Operasi dimulai dengan mastoidektomi simpleks - Dilakukan pengangkatan dinding belakang MAE - Tulang pendengaran yang rusak dikeluarkan (stapes sebagai penutup dari foramen ovale basis stapes) - Terbentuk rongga baru yang besar, karena terbentuk rongga baru yang besar oleh : Antrum dan selullae mastoid Cavum tympani MAE - Pasang tampon (keluar melalui MAE) - Luka incisi dijahit. Catatan : Drainage pada mastoidektomi simpleks dipasang 3-5 hari sampai tidak ada lagi cairan yang keluar. Tampon pada mastoidektomi radikal dicabut sedikit demi sedikit (mulai hari ke-3 sampai hari ke-5) Operasi disini bertujuan mencegah infeksi naik ke intracranial. 72

OTITIS MEDIA PURULENTA KRONIKSampai ditemukan problema di - Dari segi saat ini OMPK masih banyak di Indonesia dan merupakan masyarakat karena : social : pendengaran menurun / tuli - Dari segi medis : menyebabkan komplikasi yang mengancam jiwa penderita yaitu komplikasi intracranial.

Definisi : Infeksi kronik atau menahun jaringan mukoperiosteum jaringan aurius media yang menyebabkan perubahan patologis (tidak akan kembali lagi ke keadaan normal).

73

o o

Faktor penyebab : OMPA Yang tidak diobati Dengan pengobatan yang tidak cukup Infeksi saluran napas bagian atas yang berulang-ulang, mis : rhinitis akuta, pharyngitis, adenoitis/adenotonsilitis, sinusitis. Penyakit kronis (menyebabkan berkurangnya daya tahan tubuh) mis: TBC, Malaria, DM Gizi jelek Hygiene jelek Etiologi : Infeksi dapat terjadi melalui 2 cara : 1.melalui tuba eustachii (ISPA), kuman : a.S. Haemolitikus b.Pneumokokus 2. Dari MAE melalui perforasi cavum tympani, kuman : a.Staphylococcus b.Bacilus coli c. Proteus Bentuk-bentuk OMPK : 1. MESOTYMPANI / TUBOTYMPANAL / OMPK BENIGNE / SAVE TYPE/ TYPE AMAN

74

Infeksi terjadi berulang-ulang melalui tuba eustachii Patologi : - Terjadi kerusakan mukosa telinga tengah tanpa kerusakan tulang, - Sekret berbentuk mukoid / lender Perforasi menurut tempat sentral Permulaan perforasi terjadi pada kuadran anteroinferior membesar bentuknya seperti ginjal. Gejala dan tanda : Anamnesa : Sekret telinga : o Mukopurulent o Tidak berbau, keluar terus menerus o Sekret intermitten (jika ISNA) Pendengaran : berkurang (ringan s/d berat) tergantung perubahan patologis yang terjadi pada jaringan mukoperiosteum cavum tympani. Pemeriksaan : MAE : secret mukopurulent Membrana tympani : perforasi besar bentuk bulat/ginjal, tapi perforasi menebal warna merah.

75

Kadang-kadang ditemukan jaringan granular yang berasal dari cavum tympani, bila jumlahnya banyak akan keluar dari cavum tympani dan masuk ke MAE (ini bisa menutupi MAE). Prognosa : Umumnya baik untuk jiwa penderita, karena tulang tidak ikut rusak dan komplikasi jarng terjadi.

2. ATICOANTRAL / UNSAFE TYPE / MALIGNA / DANGEROUS TYPE / OMPK BERBAHAYA Perforasi membran tympani : - Marginal - Total - Atic Perforasi total / marginal merupakan kerusakan membran tympani yang luas dimana annulus tympani ikut rusak epitel MAE tumbuh cavum tympani epitympanum antrum dan cellulae mastoidea. Sifat epitel MAE yang tumbuh bagian atas yang terlepas kemudian diganti oleh bagian bawahnya bila berjalan cukup lama, 76

bagian yang terlepas akan menumpuk CHOLESTOMA menimbulkan tekanan pada struktur sekitar pressure atrophy, erosi tulang, destruksi tulang. Teori terjadinya CHOLESTOMA : - Teori migrasi Epitel MAE bertumbuh ke dalam cavum tympani oleh karena perforasi total membran tympani dan rusaknya annulus. - Teori metaplasia Mukosa cavum tympani mengalami perubahan bentuk dan sifat menjadi sama dengan epitel MAE (epitel berlapis) - Teori invaginasi Timbul tanpa adanya perforasi membran tympani. Tekanan negative yang lama dalam cavum tympani menyebabkan membran tympani tertarik ke dalam (terutama pars flacida) sehingga terbentuk kantong sehingga epitel akan bertumbuh terus, dimana bagian atas akan terlepas dan menumpuk dalam kantong CHOLESTOMA.

77

Gejala dan tanda : Anamnesa : - Otore yang berlangsung lama - Sekret bau busuk dan encer - Pendengaran sangat berkurang Pemeriksaan : - Perforasi membran tympani marginal, total, atic - Sekret encer, bau busuk karena kerusakan tulang (banyak jaringan mati) - Khas ditemukan cholesteatoma lempeng-lempeng putih (epitel yang lepas, berwarna putih) - Jaringan granulasi (+) - Fungsi pendengaran sangat menurun (CHL/MAL) - X- foto mastoid destruksi tulang tampak rongga karena antrum dan cellulae menjadi satu). Prognosa : Jelek, karena setiap saat dapat terjadi komplikasi. Yang paling berbahaya komplikasi intracranial bisa menyebabkan kematian.

78

Pengobatan OMPK : OMPK : ada yang aktif dan ada yang tenang, tetapi keduanya terjadi perforasi pada membran tympani. Secara OMPK stadium tenang terjadi : 1. Terapi konservatif Pada OMPK stadium tenang terjadi : - Perforasi membran tympani - Sekret (-) Disini tidak perlu pengobatan, cari kemungkinan infeksi fokal sekitar telinga, hidung, sinus paranasalis : ini untuk mencegah OMPK tenang menjadi aktif. Bila pada tempattempat tersebut ditemukan infeksi kronis, tindakan yang perlu diambil : - Adenotonsilitis adenotonsilektomi - Septum deviasi yang mengganggu septum koreksi (SMR)/sub mucosal resection - Sinusitis maxilaris kronis irigasi / punctie sinus/ operasi CWL Caldwell Luc. 2. Terapi operatif Myringoplasty Adalah operasi rekonstruksi terhadap membran tympani yang mengalami perforasi, 79

ini dilakukan dibawah mikroskop operasi untuk penutupan lobang membran tympani. Tympanoplasty Adalah operasi rekonstruksi yang lebih luas meliputi : - Eksplorasi dan pembersihan jaringan patologi dalam cavum tympani dan mastoid - Rekonstruksi bagian-bagian yang rusak Catatan : Tympanoplasty ada 5 type : pembagiannya berdasarkan rekonstruksi tulang-tulang pendengaran. Fungsi untuk mengganti maleus, incus dan stapes. Tujuan : - Untuk menjaga telinga berada dalam keadaan yang kering - Memperbaiki pendengaran - Menghindari komplikasi - Mencegah reinfeksi Bila tindakan operatif tidak dapat dilakukan oleh karena : Faktor sosek Fasilitas operasi (-)Maka sebagai tindakan pencegahan infeksi : Dilarang berenang

-

80

-

Dilarang mengorek telinga Segera mengobati bila ditemukan infeksi saluran napas bagian atas. OMPK benigne yang aktif : Cari hal-hal yang menyebabkan OMPK menjadi aktif Jaringan granulasi, polip MAE, merupakan hambatan pada drainage Infeksi lokal di tempat lain : tonsillitis, adenoiditis, sinusitis kronis Oleh karena gizi dan hygiene yang jelek Faktor alergi Tindakan : 1. Bebaskan MAE dari jaringan granulasi atau setiap polip sehingga secret dapat keluar lancer. a. Jaringan polip/granulasi diambil, secret diisap (ini dilakukan dengan mikroskop operasi) b. Dengan lidi kapas bersihkan secret pd MAE c. Dengan larutan peroksida 3% teteskan pada MAE, kalau secret dan kotoran banyak akan tampak berbusa dan busa ini dikeluarkan. Ini diteruskan sampai bersih/tidak ada lagi pembentukan busa, setelah itu diberi tetes antibiotika. Tindakan I dan II oleh dokter ahli THT Tindakan III oleh dokter umum

81

2. Pemberian antibiotika topical (tetes, bubuk) yang disemprotkan ke dalam telinga. Obat tetes telinga yang mengandung antibiotika : Neomycin, Polimixin B, Tranicetin, Chloramphenicol. 3. Pemberian antibiotika oral / parenteral Tujuannya untuk mengobati infeksi pada telinga maupun infeksi fokal. Antibiotika yang dianjurkan : - Oral Ampicillin - Parenteral Ampicillin dan Pencillin Idealnya sebelum pemberian antibiotika, lakukan kultur dan tes kepekaan untuk mengetahui obat yang tepat. Pemberian antibiotika dan toilet telinga yang teratur oleh karena sebagian besar pada anakanak ini merupakan infeksi lanjutan dari ISNA (infeksi saluran napas akut) + hygiene / gizi kurang. Bila terapi konservatif sudah dijalankan 4-6 minggu dan secret tetap ada tindakan operatif.

Pengobatan operatif : Tujuan :

82

1. Menghindari komplikasi / membersihkan semua jaringan patologi 2. Mencegah kerusakan fungsi yang lebih lanjut akibat adanya infeksi 3. Menghentikan pengeluaran secret secara permanent 4. Bila sudah ada komplikasi obati komplikasi Indikasi operasi : 1. OMPK type benigne yang tenang : a. Myringoplasty b. Tympanoplasty 2. OMPK type benigne yang aktif : usahakan dulu dengan terapi konservatif, kalau sudah tenang, baru lakukan tindakan operatif. 3. OMPK type maligna : baik yang tenang maupun yang aktif perlu tindakan operatif. Jenis operasi tergantung beberapa factor : - Berat ringannya kerusakan cavum tympani dan mastoid - Luasnya penyebaran cholesteatoma - Sarana operasi yang tersedia - Operasi Jenis operasi yang dapat dilakukan : Mastoidektomi simpleks Myringoplasty Tympanoplasty Mastoidektomi radikal

-

83

Komplikasi OMPK : I. Intratemporal a. Mastoiditis b. Petrositis c. Parese N. Fascialis d. Labirintis II. Intracranial a. Abses ekstradural b. Abses subdural c. Abses otak d. Meningitis (otogenic meningitis) e. Hydrocehalus f. Thromboflebitis sinus lateralis

MASTOIDITIS KRONISDapat terjadi akibat : 1.Lanjutan dari mstoiditis akut

84

Pada mastoiditis akut terjadi abses retroauriculer, kemudian membuat fistel di belakang telinga. Jadi, bila berlangsung > 6 minggu mastoiditis kronik. 2.Dari mastoiditis akut yang ringan / tanpa komplikasi abses retroauriculer : a.Gejala tidak sehebat no. 1; pada pemeriksaan ditemukan pus yang hanya ada dalam jumlah sedikit dan tidak terbentuk abses retroauriculer b.Mastoiditis akut yang ringan ini bila sudah berjalan > 6 minggu, juga disebut mastoiditis kronik. 3.Adanya infeksi yang berulang-ulang dimana infeksi ini terjadi melalui epitympanum

Patologi : Dalam antrum dan cellulae mastoidea terjadi pembentukan pus, jaringan granulasi dan jaringan polip. Dinding cellulae mengalami destruksi akibat osteomyelitis dimana akan timbul pembentukan sequester yang kecil-kecil yang berasal dari dinding sellulae. Dapat juga terlihat adanya pembentukan tuang-tulang yang baru dalam beberapa hal dapat ditemukan cholesteatoma. (cholesteatoma sering

85

ditemukan pada perforasi marginal dan artic). Jaringan granulasi terjadi akibat iritasi kronik dari pus. Diagnosa : 1. Anamnesa a. Otore yang berulang-ulang, berlangsung beberapa bulan sampai beberapa tahun; sifat kontinyu/intermiten b. Kurang pendengaran : derajat ringan sampai berat bahkan sampai tdk mendengar sama sekali c. Pernah terjadi abses di belakang daun telinga, yang kemudian pecah dan dari lobang tadi keluar nanah terus menerus. 2. Inspeksi Planum mastoideum : tidak ditemukan tandatanda peradangan yang akut (tidak merah dan tidak nyeri). 3. Palpasi Bisa ditemukan nyeri tekan yang tidak hebat. Bandingkan telinga kiri dengan yang kanan. 4. Otoscopy Ditemukan secret pada MAE : a. Mukopurulen b. Kadang-kadang ditemukan bau yang busuk (bisa disebabkan adanya cholesteatoma ataupun nekrose jaringan). Setelah dikeluarkan tampak perforasi

86

membran tympani dengan bentuk dan tempat yang bermacam-macam, bisa : Total Subtotal Letak : Sentral Marginal Attic Ditemukan juga adanya jaringan granulasi dan polip pada MAE dan jaringan ini berasal dari cavum tympani. Kadang-kadang secret yang ditemukan bercampur darah jika adanya jaringan granulasi. 5. Tes fungsi pendengaran : a. Kurang pendengaran jenis konduksi (CHL) b. Tuli campuran MHL 6. Pemeriksaan Foto Mastoid a. Kerusakan cellulae mastoidea yang luas b. Kerusakan akibat dari suatu cholesteatoma Kalau ditemukan gambaran radiolusent / hitam lubang berisi udara kemungkinan ada cholesteatoma. Pada pneumatisasi, type normal ataupun hiperpneumatisasi, mudah terjadi fistel retroauriculer. Pada tipe sklerotik, diagnosa agak sukar karena dari luar prosesnya tidak begitu jelas.

87

Prognosa : - Pendengaran : kurang baik - Lebih buruk jika ditemukan adanya cholesteatoma karena dapat merusak struktur tulang sekitar, sehingga dapat menimbulkan infeksi/komplikasi intracranial sewaktu-waktu. Terapi : Tindakan operatif : karena telah terjadi perubahan patologis yang irreversible sehingga jaringan lunak ini harus dikeluarkan.

TINDAKAN OPERASIDilakukan bila pengobatan medikamentosa / konservatif tidak berhasil Dilihat ada kemungkinan akan terjadi komplikasi / ada komplikasi Tujuan operasi : Mengeliminer penyakit (jika ada kemungkinan berkembang lebih lanjut) Untuk memperbaiki tuba eustachius, karena operasi tanpa memperbaiki tuba eustachius tidak akan berhasil.

88

Untuk dapat mencapai daerah yang sakit Tindakan operasi perlu direncanakan dengan tahapan, untuk tiap kasus sesuai patologi / kerusakan dan penyakit yang ditemukan/dicurigai. Tindkan bedah yang bertujuan untuk mengeliminer penyakit yaitu mastoidektomi.

Ada beberapa bentuk mastoidektomi :1.

Simple Mastoidektomi / Concervative Mastoidektomy / Mastoidektomy Schwartze.

Ini dlakukan pada suatu mastoiditis yang simple, tanpa kecurigaan adanya komplikasi. Operasinya sbb : Mastoid dibuka dan seluruh system cellulae atau rongga yang terdapat pada tulang mastoid dikeluarkan dan dibersihkan. Mula-mula dibuka bagian antrum mastoid, kemudian daerah periantral, keatas,

89

menjurus ke depan, sinodural (antara fossa cranial ant dan post). Biasanya sinus lateral dan duramater dari lobus temporal dibuka sehingga tertinggal sisa-sisa tulang terbentuk pinggiran antara MAE pars osseus dan rongga operasi dari os mastoid tadi. Bagian pinggiran tulang ini disebut fascial ridge, karena di dalamnya terdapat nervus fascialis.2.

Radical Mastoidektomi

Ditujukan pada mastoiditis dengan komplikasi. Operasinya sbb : - Antrum mastoid dibuka - Dinding lateral dari attic / rongga paling atas cavum tympani dihilangkan dan disini fascial ridge dibetel (sebagian dihilangkan tanpa membuka canalis), sehingga tidak menjadi lebih rendah. - Jembatan yang dibentuk dinding luar aditus ad antrum juga dikeluarkan. - Dalam cavum tympani, semua sisa tulang pendengaran dari membran tympani dikeluarkan (semua jaringan yang tampak sakit), sehingga terbentuk rongga yang berbentuk ginjal pada akhir operasi diusahakan ditutupi dengan skin 90

flop yang diambil dari MAE yang bisa dilakukan graft.

3. Subradical mastoidectomy

Adalah suatu modifikasi mastoidektomi radikal untuk mempertahankan fungsi pendengaran (bila kita melihat tulang-tulang pendengarannya tidak rusak/putus rangkaikan baik). Dinding attic dan fascial ridge diturunkan/dikeluarkan tapi sisa dari tulang pendengaran nampak sehat / membran tympani sisa masih dapat digunakan dipertahankan. Yang biasa dilakukan adalah Atticoantrumtomi. Bagian-bagian os maleus yang sudah rusak dapat dikeluarkan bersama ridgenya, tetapi tetap dilakukan agar fungsi pendengaran tetap ada. Keuntungan : bila ternyata penyakit tidak dieliminer sepenuhnya dan terjadi infeksi ulang dapat dilakukan radikal mastoidektomy.

91

OPERASI UNTUK MENGEMBALIKAN FUNGSI PENDENGARANAda macam-macam tindakan bedah yang telah dibuat dan yang ternyata memuaskan adalah operasi dengan mikroskop pembesaran lapangan pandang yang lebih besar. Juga teknik-teknik graft, yaitu menanam bagian-bagian tubuh pada daerah yang rusak. Dan dengan dukungan antibiotika, semuanya memberikan hasil yang lebih baik. Tindakan macam : operasi diatas terdiri dari 2

1. Myringoplasty92

- Sangat simple - Bisa dilakukan pada perforasi membrane tympani (kerusakan hanya pada membrane tympani, sedang tulangtulang pendengaran masih baik, mukosa cavum tympani juga masih baik). - Dilakukan juga pada telinga yang kering (perforasi karena tertusuk sewaktu mengorek telinga) - Dasar dari operasi telinga : telinga tenang dari infeksi agar graft dapat bertumbuh dengan baik. - Membran tympani ditutup oleh epitel luar yang sudah masuh ke dalam cavum tympani melalui perforasi - Perforasi kecil pertumbuhan ditahan dengan pembakaran trikloracitil acid. - Perforasi besar myringoplasty Epitel dikeluarkan dan diatasnya dilakukan graft. Graft diambil dari kulit bagian belakang auricular. Langkah-langkah operasi : a. Mengangkat epitel pinggir perforasi 1 mm, memakai mikroskop operasi dan alat-alat operasi. b. Mengambil graft (full tickness graft) dari permukaan bagian belakang auricular; ini 93

harus cukup besar untuk menutup perforasi yang telah dibersihkan. Agar graft dapat ditunjang, maka dalam cavum tympani diisi dengan salfoam. Dari luar diberi packing disekitar, agar epitel yang merupakan graft tadi tidak bergeser. Graft harus persis cocok dengan perforasi. Operasi dinyatakan berhasil apabila graft ini tidak ditolak dan rangkaian tulang-tulang berfungsi dengan baik sehingga membrane tympani dapat berfungsi kembali.

2. TympanoplastyMerupakan tahap yang lebih lanjut dari myringoplasty - Jika yang rusak : membrane tympani, tualng-tulang pendengaran, atau bagianbagian lain yang terdapat dalam cavum tympani. - Tympanoplasty : operasi dan rekonstruksi dari membrane tympani - Bila kerusakan hanya pada bagian konduksi dan tuba eustachius yang terdapat antara cavum tympani dan phatynx berfungsi normal, maka tindakan plastic pada membrane tympani dapat-

94

memulihkan kemampuan dengar penderita. - Luas dari operasi akan tergantung dari tiap kasus - Harus dilakukan pada telinga yang kering - Berhasil bila tuba eustachius berfungsi baik kembali. Langkah-langkah operasi : 1. Mengeluarkan jaringan parut yang terdapat di cavum tympani yang dapat menghalangi fungsi konduksi dari tulang-tulang pendengaran yang rusak dan ada yang tersisa dikeluarkan. Cavum tympani dengan isi udara merupakan lahan perambatan gelombang bunyi. 2. Penempatan yang tepat dari graft untuk menggantikan membrane tympani sedemikian, sehingga dapat bersamasama dengan tulang pendengaran mengadakan fungsi konduksi. Graft yang mengganti membrane tympani sekaligus merupakan dinding lateral dari cavum tympani yang akan kita bentuk sehingga udara sebagai perambatan

95

gelombang pertahankan.

bunyi

dapat

kita

Berdasarkan kerusakan, tympanoplasty dibagi atas : I. Graft dibuat langsung berhubungan dengan maleus Graft ditempatkan diatas perforasi membrane tympani (hampir sama dengan myringoplasty tapi sebagian maleus telah rusak). II. Graft dibuat langsung berhubungan dengan incus Os maleus diangkat oleh karena sudah rusak, dan graft menggantikan membrane tympani berhubungan dengan incus. III. Graft dibuat langsung berhubungan dengan stapes Tulang-tulang rawan sebagian besar telah rusak, tinggal stapes; dan graft diletakkan berhubungan dengan stapes. Rongga cavum tympani kecil tapi tetap ada udara.

96

Dibuat suatu window pada canalis semisirkularis. Graft ditempatkan diatas promontorium (stapes sudah tidak ada lagi) sampai diatas muara tuba eustachius di dalam cavum tympani. Disini membrane dari foramen ovale tidak berfungsi lagi, fenestra dibuat diatas canalis semisirkularis.IV.

Syarat-syarat berhasilnya operasi : 1. Bila dengan sangat teliti semua jaringan yang sakit sudah diangkat bila terjadi infeksi lagi graft ditolak operasi lagi. 2. Epitelialisasi harus adekuat 3. Tympanoplasty tidak dilakukan pada anakanak (karena gampang terinfeksi melalui tuba eustachius).

97

KETULIAN DAN PENYEBAB KETULIANKetulian bervariasi dari yang enteng sampai berat : Pembagian : - Tuli berat Deafness - Tuli enteng Hearing loss / hearing affect Kurang pendengaran umumnya dibagi atas 2 tipe : - Tipe konduksi - Tipe sensory neural Selain kedua tipe diatas bisa ditemukan juga pada seseorang penderita tuli campuran (mixed). Tipe-tipe pendengaran diatas ditetapkan setelah penderita menjalani tes pendengaran.

98

Tuli konduksiBila kerusakan / hambatan terjadi dari konduksi impuls bunyi, bisa dimulai dari : - MAE - Membran tympani - Cavum tympani - Transmisi melalui stapes

Tuli persepsi

Bila gangguan terdapat pada bagian dimana impuls bunyi menerima / meneruskan ke telinga tengah, misalnya pada kerusakan : - Organ corti - N. Trochlearis - Cabang acustic N. VIII

Ini dimulai dari end organ / organ penerima impuls sampai ke otak. Dikenal juga : 1. Tuli stimulatif Terbagi atas : a. Tuil histerical / psikis b. Tuli dibuat-buat 2. Tuli congenital a. Oleh perkembangan abnormal rumah siput b. Penyakit congenital (syphilis congenital, trauma wanita hamil) c. Pengaruh obat yang dipakai untuk menggugurkan kehamilan

99

d.

e.

Mis : kinine terjadi intoksikasi N. Cranialis sehingga anak lahir dengan tuli persepsi Ibu hamil menderita German measles virus menghentikan pertumbuhan alat pendengaran pada trimester I kehamilan.

TULI KONDUKSITuli konduksi bisa terjadi oleh karena : - Hal-hal yang menyebabkan obstruksi dari bunyi melalui MAE (mis : ada cerumen) Infeksi jamur dari MAE yang menyebabkan pembengkakan dinding terjadi penebalan membrane tympani, sehingga gelombang bunyi mengalami hambatan. - Parasintese - Perforasi membrane tympani Konduksi cavum tympani abnormal Mukosa menebal udara sedikit menghalangi gelombang bunyi. - Perubahan patologis yang terjadi dalam telinga tengah, misalnya persendian yang menjadi kaku atau tulang-tulang pendengaran yang dikoreksi / tulang patah / rusak.

100

-

Otosklerosis : penyakit yang menyebabkan stapes terfiksasi pada foramen ovale perubahan jaringan menjadi padat orang tuli.

Gejala satu-satunya pada otosklerosis : kurang pendengaran yang terjadi secara perlahan-lahan pada usia muda (14-15 tahun) . Yang harus diketahui : - Ketulian konduksi - Umur - Foto otosclerosis Dapat dioperasi untuk memperbaiki pendengaran. Disini stapes dilepaskan dari foramen ovale karena stapes lisis diganti dengan protease. Dasar operasi : tetap mengusahakan pendengaran tetap baik, dengan mengganti stapes dengan kawat yang halus yang dibuat seperti stapes, sehingga geombang bunyi dapat berjalan dengan baik. Penanganan : Untuk tuli konduksi sekarang dapat dilakukan dengan efektif, misalnya oleh infeksi dan kelainan-kelainan diatas dapat dilakukan operasi : - Myringoplasty 101

- Tympanoplasty - Fenestrase / stapes mobilisasi

TULI PERSEPSIAkibat kerusakan / lesi yang terjadi mulai dari perylimph endolymph (pada waktu gelombang bunyi berubah menjadi stimulus) sel-sel rambut organ corti N. craniails VIII mulai ke end organ sepanjang perjalanan sarafnya ke cortex cerebri, mis. Pada stroke atau trauma capitis. Etiologi : Presbyaccusis : Ketulian yang timbul akibat proses ketuaan. Ketulian mulai sedikit- demi sedikit pada nada yang tinggi (saraf-saraf nada tinggi). Ketulian ini tidak ditetapkan timbul pada suatu umur tertentu. - Trauma acusticus 1. Noise exposure 2. Ledakan-ledakan yang keras suatu tekanan yag besar yang menyebabkan : Membrana tympani robek Dislokasi tulang-tulang pendengaran 102

-

-

-

Diskoneksi tulang-tulang pendengaran Intoksikasi dari sesuatu : 1. Obat 2. Virus 3. Bakteri Virus parotitis epidemika Dulu : Neuritis N. cranialis VIII Sekarang : virus masuk pada endolymph sehingga terjadi degenerasi sel-sel sensorik. Infeksi meningeal (pembuluh darah, pembungkus saraf) Infeksi dengan obat-obatan seperti : 1. Kinine yang ototoksik 2. Streptomycin 3. Kanamycin 4. Neomycin Toksin pada infeksi Scarlet fever dan measles Penyakit lain : syphilis, multiple sclerosis

Penanganan tuli neuro sensory : tidak ada karena merupakan proses irreversible dan untuk pencegahan diutamakan untuk usaha preventif.

103