Anatomi Fisiologi S. Cerna

47
SISTEM PENCERNAAN ANATOMI, FISIOLOGI, dan BIOKIMIA SISTEM PENCERNAAN Oleh : KELOMPOK 7 Nama Kelompok : 1. Dewi Laraswati ( 11.321.1147 ) 2. Eka Desiari ( 11.321.1153 ) 3. Nina Andayani ( 11.321.1168 ) 4. I Wayan Sono ( 11.321.1176 ) 5. Yogi Aristana Putra ( 11.321.1188 ) SI KEPERAWATAN

description

lp askep anatomi fisiologi saluran pencernaan

Transcript of Anatomi Fisiologi S. Cerna

Page 1: Anatomi Fisiologi S. Cerna

SISTEM PENCERNAAN

ANATOMI, FISIOLOGI, dan BIOKIMIA

SISTEM PENCERNAAN

Oleh :

KELOMPOK 7

Nama Kelompok :

1. Dewi Laraswati ( 11.321.1147 )

2. Eka Desiari ( 11.321.1153 )

3. Nina Andayani ( 11.321.1168 )

4. I Wayan Sono ( 11.321.1176 )

5. Yogi Aristana Putra ( 11.321.1188 )

SI KEPERAWATAN

STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI

2013

Page 2: Anatomi Fisiologi S. Cerna

KATA PENGANTAR

“Om Swastyastu”,

Pertama-tama kami menghaturkan sembah bakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa,

karena atas berkat rahmat-Nyalah kami dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul “Anatomi,

Fisiologi, dan Biokimia Sistem Pencernaan”. Kami berharap karya tulis ini bisa bermanfaat dan

berguna bagi para pembaca untuk menambah wawasan dan pengetahuan serta memperoleh

informasi dari karya tulis ini.

Kami menyadari bahwa karya tulis ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami mohon

maaf kepada para pembaca jika karya tulis ini tidak berkenan di hati pembaca dan kami

mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Dengan ini kami ucapkan terima kasih.

“Om Santih, Santih, Santih Om”.

Denpasar, Mei 2013

Pembimbing Penyusun

(I Wayan Sukawana,S.Kep.,Ns.,M,Pd ) ( Tim Penulis )

Page 3: Anatomi Fisiologi S. Cerna

DAFTAR ISI

3

Page 4: Anatomi Fisiologi S. Cerna

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Untuk mempertahankan homeostatis, molekul-molekul nutrien yang sudah habis terpakai

untuk menghasilkan energi harus secara terus menerus diganti oleh nutrien baru yang kaya

energi.demikian juga air dan elektrolit yang terus menerus keluar melalui urin dan keringat

serta melalui jalan lain juga harus diganti secara teratur. Sistem penccernaan berperan dalam

homeostatis dengan memindahkan nutrien, air, dan elektrolit dari lingkungan eksternal ke

lingkungan internal. Sistem pencernaan tidak secara langsung mengatur konsentrasi setiap

konstituen tersebut di lingkungan internal. Sistem tersebut tidah mengubah-ubah penyerapan

nutrien, air, dan elektrolit berdasarkan kebutuhan tubuh , tetapi lebih berperan

mengoptimalkan keadaan untuk mencerna dan menyerap apa yang dimakan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana anatomi dari sistem pencernaan?

2. Bagaimana fisiologi dan biokimia saluran pencernaan ?

3. Bagaimana proses ingesti, digesti, absorbs dan eliminasi dari sistem pencernaan?

4. Bagaimana metabolism dari karbohidrat, protein, lipid dan asam amino ?

5. Enzim-enzim apa saja yang berperan dalam proses sistem pencernaan?

6. Bagaimana motilitas dari sistem pencernaan ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh STIKes Wira Medika PPNI Bali

2. Untuk mengetahui anatomi dari sistem pencernaan

3. Untuk mengetahui fisiologi dan biokimia saluran pencernaan

4. Untuk mengetahui proses ingesti, digesti, absorbs dan eliminasi dari sistem pencernaan

5. Untuk mengetahui metabolism dari karbohidrat, protein, lipid dan asam amino

6. Untuk mengetahui enzim-enzim yang berperan dalam proses sistem

4

Page 5: Anatomi Fisiologi S. Cerna

7. Untuk mengetahui motilitas dari sistem pencernaan

D. Metode Penulisan

Metode yang kami gunakan dalam pembuatan karya tulis ini adalah metode pengumpulan

data melalui beberapa buku yang membahas tentang sistem pencernaan.

5

Page 6: Anatomi Fisiologi S. Cerna

BAB II

PEMBAHASAN

A. Anatomi Sistem Pencernaan

Sistem pencernaan atau sistem gastrointestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah

sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi

zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian

makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh (Rudi

Haryono, 2012; hal: 1).

Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung,

usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang

terletak di saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.

Gambar : Organ-organ sistem pencernaan pada manusia

Sumber: google images, 2013

6

Page 7: Anatomi Fisiologi S. Cerna

1. Mulut

Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada manusia

dan hewan. Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal dari

sistem pencernaan lengkap yang berakhir di anus.

Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari mulut

dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di

permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin, dan pahit

Lidah yang membentuk dasar rongga mulut, terdiri dari otot rangka yang dikontrol

secara volunter pergerakan lidah tidak saja penting untuk memandu makanan di dalam

mulut sewaktu kita mengunyah dan menelan, tetapu juga berperan penting untuk

berbicara. di lidah tertanam papil-papil pengecap (taste buds), yang tersebar juga di

palatum mole, tenggorokan, dan dinding dalam pipi.

Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan dikunyah oleh gigi

belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih. Palatum keras

tersusun atas tajuk-tajuk palatum dari sebelah depan tulang maxilaris, di belakangnya

terdapat palatum lunak yang merupakan lipatan menggantung yang dapat bergerak terdiri

atas jaringan fibrus dan selaput lendir.

Ludah dari kelenjar ludah (saliva) akan membungkus bagian-bagian dari makanan

tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Saliva terdiri dari

99,5% H2O serta 0,5% protein dan elektrolit. Protein air liur terpenting-amilase, mukus,

dan lisozim – menentukan fungsi saliva sebagai berikut (Sherwood, Lauralee,2003;hal

574)

a. Air liur memulai pencernaan karbohidrat di mulut melalui kerja amilase liur, suatu

enzim yang memecah polisakarida menjadi disakarida

b. Air liur mempermudah proses menelan dengan membasahi partikel-partikel makanan,

sehingga mereka saling menyatu, serta dengan menghasilkan pelumasan karena

adanya mukus, yang kental dan licin.

7

Page 8: Anatomi Fisiologi S. Cerna

c. Air liur memiliki efek antibakteri melalui efek ganda pertama oleh lisozim, suatu

enzim yang melisiskan atau menghancurkan bakteri tertentu, dan kedua dengan

membilas makanan yang mungkin digunakan bakteri sebagai sumber makanan.

d. Air liur berfungsi sebagai pelarut untuk molekul-molekul yang merangsang papil

pengecap. Hanya molekul dalam larutan yang dapat bereaksi dengan reseptor papil

pengecap.

e. Air liur membantu kita berbicara dengan mempermudah gerakan bibir dan lidah. Kita

sulit berbicara ketika mulut kita kering.

f. Air liur berperan penting dalam higiene mulut dengan membantu menjaga kebersihan

mulut dan gigi. Aliran air liur yang terus menerus membantu membilas residu

makanan, melepaskan sel epitel dan benda asing. Kontribusi air liur dalam hal ini

dirasakan oleh setiap orang yang pernah mengalami bau mulut saat sekresi air liur

tertekan untuk sementara, misalnya saat demam atau keadaan cemas berkepanjangan.

g. Penyangga bikarbonat di air liur menetralkan asam di makanan serta asam yang

dihasilkan oleh bakteri di mulut, sehingga membantu karies (lubang) gigi.

Proses selanjutnya yang ada di mulut adalah menelan. Proses Menelan dimulai

secara sadar dan berlanjut secara otomatis. Epiglotis akan tertutup agar makanan tidak

masuk ke dalam trakea dan ke paru – paru, sedangkan bagian atap mulut sebelah belakang

(palatum mole, langit – langit lunak) terangkat agar makanan tidak masuk ke dalam

hidung.

Gambar: Kelenjar Saliva

Sumber: www.psychologymania.com, 2013

8

Page 9: Anatomi Fisiologi S. Cerna

2. Tenggorokan (Faring)

Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Berasal dari

bahasa yunani yaitu Pharynk. Didalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel)

yaitu kelenjar limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan

pertahanan terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan

makanan, lataknya di belakang rongga mulut dan rongga hidung terletak di depan

ruas tulang belakang. Keatas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung,

dengan perantara lubang bernama koana, keadaan tekak berhubungan dengan rongga

mulut dengan perantaraaan lubang yang disebut fausium. Tekak terdiri dari:

a. Bagian superior merupakan bagian yang sangat tinggi dengan hidung. Bagian

superior disebut dengan nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba yang

menghubungkan tekak dengan ruang gendang telinga.

b. Bagian media merupakan bagian yang sama tinggi dengan mulut. Bagian media

disebut orofaring

c. Bagian inferior merupakan bagian yang sama tinggi dengan laring. Bagian inferior

disebut laringofaring yang menghubungkan faring dengan laring.

3. Kerongkongan (Esofagus)

Kerongkongan (esofagus) merupakan saluran berotot yang berdinding tipis dan

dilapisi oleh selaput lendir. Kerongkongan menghubungkan tenggorokan dengan

lambung. Makanan didorong melalui kerongkongan bukan oleh gaya tarik bumi,

tetapi oleh gerakan gelombang kontraksi dan relaksasi otot ritmik yang disebut

dengan peristaltik (Rudi Haryono, 2012; hal: 5).

Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang. Esofagus dibagi

menjadi tiga bagian:

a. Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)

b. Bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)

c. Serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus)

9

Page 10: Anatomi Fisiologi S. Cerna

Esofagus dijaga di kedua ujungnya oleh sfingter. Sfingter adalah struktur berotot

berbentuk seperti cincin yang jika tertutup, mencegah lewatnya benda melalui saluran

yang dijaganya. Sfingter esofagus atas adalah sfingter faringoesofagus, dan sfingter

bawah adalah sfingter gastroesofagus.

Gambar : Peristaltis di Esophagus

Sumber: geneticworlds blogspot,2012

4. Lambung

Lambung adalah ruang berbentuk huruf J yang terletak di antara esofagus dan

usus halus. Lambung dibagi menjadi tiga bagian berdasarkan perbedaan anatomis,

histologis, dan fungsional. Fundus adalah bagian lambung yang terletak di atas

lubang esofagus. Bagian tengah atau utama lambung adalah korpus (badan). Lapisan

otot polos di fundus dan korpus relatif tipis, tetapi bagian baweah lambung , antrum,

memiliki otot yang jauh lebih tebal. Di antara region-regio tersebut juga terdapat

perbedaan kelenjar di mukosa. Bagian akhir lambung adalah sfingter pilorus, yang

berfungsi sebagai sawar antara lambung dan bagian atas usus halus, duodenum

(Sherwood,Lauralee, 2003; hal: 551). Lambung memiliki lapisan lapisan yaitu

(Syaifuddin, 2009; hal: 231):

a. Lapisan selaput lendir (mukosa). Bila lambung dikosongkan lapisan ini berlipat –

lipat yang disebut rugae.

10

Page 11: Anatomi Fisiologi S. Cerna

b. Lipatan otot melingkar (muskular aurikularis). Lapisan ini merupakan jarigan otot

yang kuat.

c. Lapisan otot miring (muskulus oblique), mempunyai otot begaris miring.

d. Lapisan otot memanjang (muskulus longitudinal). Lapisan ini merupakan susunan

lapisan otot lambung yang panjang.

e. Jaringan ikat (peritoneum/serosa). Jaringan ini melapisi lambung bagian luar.

Sekresi getah lambung mulai terjadi pada awal orang makan. Apabila melihat,

mencium, dan merasakan makan maka sekresi lambung akan terangsang karena

pengaruh saraf sehingga menimbulkan rangsangan kimiawi yang menyebabkan

dinding lambung melepaskan hormon yang disebut sekresi getah lambung.

Sekresi getah lambung, mengalami 3 fase sebagai berikut (Syaifuddin, 2009; hal:

231) :

a. Fase serebral: rangsangan dari makanan menyebabkan stimulus merambat dari

otak ke nervus vagus yang merupakan kelenjar yang terstimulasi untuk

menyekresi hormon gastrin yang disekresi oleh membran mukosa dan kanalis

pilorus lambung.

b. Fase gastrik: pada fase ini gastrin lebih banyak diproduksi.

c. Fase intestinal: masuknya darah ke dalam intestinum menyebabkan sekresi getah

lambung membentuk lebih banyak gastrin.

Pengaturan sekresi lambung melalui mekanisme saraf: refleks pendek atau lokal

dan refleks panjang nervus vagus melibatkan neuron kolinergik yang merangsang

sekresi HCL, pepsin, dan mukus. Mekanisme hormonal: hormon gastrin merangsang

HCL, pepsin, dan pertumbuhan mukosa lambung. Perangsangan nervus vagus

menimbulkan sekresi gastrin dengan perantaraaan gastrin releasing peptida.

11

Page 12: Anatomi Fisiologi S. Cerna

Gambar: Lambung

Sumber: learningjust4u.wordpress, 2011

5. Usus Halus (Intestinum Minor)

Usus halus merupakan bagian dari sistem pencernaan makanan yang berpangkal

pada pilorus dan berakhir pada sekum, panjangnya ±6 meter, dan merupakan saluran

pencernaan yang paling panjang. Bentuk dan susunannya berlipat-lipat melingkar.

Makanan dapat masuk karena adanya gerakan yang memberikan permukaan yang

lebih luas. Banyaknya jonjot-jonjot pada tempat absorpsi memperluas permukaannya.

Pada ujung dan pangkalnya terdapat katup. Intestinum minor terletak dalam rongga

abdomen dan dikelilingi oleh usus besar.

a. Lapisan Usus

1) Tunika mukosa: lapisan ini banyak memiliki lipatan yang membentuk plika

sirkulasi dan vili intestinal (jonjot-jonjot) yang selalu bergerak karena

pengaruh hormon filli kinnin. Vili ini banyak mengandung pembuluh darah

dan limfe, selain itu juga terjadi penyerapan lemak yang telah diemulsi.

2) Tunika propia: pada bagian dalam tunika mukosa terdapat jaringan limfoid

nodul limpatisi secara berkelompok. Tiap kelompok lebih kurang 20 noduli 12

Page 13: Anatomi Fisiologi S. Cerna

limpatisasi. Kumpulan ini disebut plaque payeri, yang merupakan tanda khas

dari ileum. Pada penyakit typhoid, plaque payeri ini sering meradang karena

infasi kuman salmonella typhosa.

3) Tunika submukosa: pada lapisan ini terdapat anyaman pembuluh darah dan

saraf simpatis.

4) Tunika muskularis: lapisan ini terdiri atas dua lapisan otot sirkuler dan otot

longitudinal, di antara keduanya terdapat anyaman serabut saraf

fleksusmesenterikus Aubrachi.

5) Tunika serosa (adventisia): lapisan ini meliputi seluruh jejunum dan ileum.

Struktur usus halus terdiri dari bagian-bagian berikut ini :

1) Duodenum: bentuknya melengkung seperti kuku kuda. Pada lengkungan ini

terdapat pankreas. Pada bagian kanan duodenum terdapat bagian yang

membukit tempat bermuaranya saluran empedu (duktus koledokus) dan

saluaran pankreas (duktus pankreatikus), tempat ini dinamakan papila vateri.

Dinding duodenum mempunyai lapisan mukosa yang banyak mengandung

kelenjar brunner untuk memproduksi getah intestinum.

2) Jejunum: panjangnya 2-3 meter dan berkelak kelok, terletak di sebelah kiri

atas intestinum minor. Dengan perantaraan lipatan peritoneum yang berbentuk

kipas (mesentrium) memungkinkan keluar masuknya arteri dan vena

mesentrika superior, pembulub limfe dan saraf ke ruang antara lapisan

peritoneum. Penampang jejunum lebih lebar, sedangkan dindingnya lebih tebal

dan banyak mengandung pembuluh darah.

3) Ileum: ujung batas antara ileum dan jejunum tidak jelas, panjangnya ±4-5

meter. Ileum merupakan usus halus yang terletak di sebelah kanan bawah

berhubungan dengan sekum dengan perantaraan lubang orifisum ileosekalis

yang diperkuat oleh sfingter dan katup valvula ceicalis (valvula bauchini) yang

berfungsi mencegah cairan dalam kolon agar tidak masuk lagi ke dalam ileum.

13

Page 14: Anatomi Fisiologi S. Cerna

6. Usus Besar (Intestinum Mayor)

Merupakan saluran pencernaan berupa usus berpenampang luas atau berdiameter

besar dengan panjang 1,5-1,7 m dan penampang 5-6 cm. Usus besar merupakan

lanjutan dari usus halus yang tersusun seperti huruf U terbalik dan mengelilingi usus

halus dari valvula ileosekalis sampai ke anus. (Syaifuddin,2009;hal 237. Lapisan usus

besar antara lain :

a. Lapisan selaput lendir (mukosa) : lapisan ini tidak memiliki vili, kripta-kripta yang

terdapat di dalam ±0,5mm terletak berdekatan satu sama lain. Hampir seluruh

permukaan epitel kripta menghasilkan mucus pelumas. Epitel yang tinggal lainnya

mempunyai tepi bersilia dari mikrovili yang mengabsorbsi air

b. Lapisan otot melingkar (M.Sirkuler) : lapisan ini berada di sebelah dalam dan

berbentuk lingkaran

c. Lapisan otot memanjang (M. Longitudinal) : lapisan otot ini berkumpul menjadi 3

pita panjang dengan lebar 1 cm disebut teniacoli. Lapisan ini terdiri dari tenia libra

(di anterior), tenia omentalis (di posterior dan lateral), dan tenia mesacolia (di

posterior dan media)

d. Lapisan jaringan ikat (serosa) : lapisan ini merupakan jaringan ikat kuat yang

berada di sebelah luar

Struktur dari usus besar, antara lain :

a. Sekum merupakan kantong lebar yang terletak pada fossa iliaka dekstra. Pada

bagian bawah sekum terdapat apendiks vermiformis disebut umbai cacing,

panjangnya ±6cm. muara apendiks ditentukan oleh titik Mc burney yaitu daerah

antara 1/3 bagian kanan dan 1/3 bagian tengah garis penghubung kedua spina iliaka

anterior superior (SIAS). Sekum seluruhnya ditutupi oleh peritoneumagar mudah

bergerak dan dapat diraba melalui dinding abdomen membentuk sebuah katup

yaitu valvulo koli (valvula bauchini). Titik Mc Burney merupakan tempat proyeksi

muara ileum ke dalam sekum. Titip potong tepi lateral dengan garis penghubung

SIAR kanan dengan pusat. Pada waktu peradangan apendisitis, daerah ini sangat

sakit saat ditekan. Kadang-kadang apendik perlu dibuang dengan oprasi

apendiktomi untuk menghilangkan infeksi.

14

Page 15: Anatomi Fisiologi S. Cerna

b. Kolon Asendens merupakan bagian yang memanjang dari sekum ke fossa iliaka

kanan sampai sebelah kanan abdomen. Panjangnya 13 cm terletak dibawah

abdomen sebelah kanan dan dibawah hati ke sebelah kiri. Lengkungan ini disebut

fleksura hepatica (fleksura koli dextra) dan dilanjutkan dengan kolon transversum

c. Kolon Transversum merupakan panjangnya 38 cm membujur dari kolon asenden

sampai ke kolon desenden. Berada dibawah abdomen sebelah kanan tepat pada

lekukan disebut fleksura lienalis (fleksura koli sinistra), mempunyai mesenterium

yang melekat pada omentum mayus

d. Kolon Desenden panjangnya ±25 cm, terletak di bawah abdomen bagian kiri dari

atas ke bawah. Dari depan fleksura lienalis sampai di depan ileum kiri,

bersambung dengan sigmoid dan dinding belakang peritoneum (retoperitoneal)

e. Kolon Sigmoid merupakan bagian lanjutan dari kolon desenden, terletak miring

dalam rongga pelvis. Bagian ini panjangnya 40 cm dalam rongga pelvis sebelah

kiri, berbentuk huruf S. ujung bawahnya berhubungan dengan rectum. Kolon

sigmoid ini ditunjuk oleh mesenterium yang disebut mesokolon sigmoideum.

7. Rektum

Rectum ini merupakan lanjutan dari kolon sigmoid yang menghubungkan

intestinum mayor dengan anus, panjangnya 12 cm, dimulai dari pertengahan sacrum

sampai kanalis anus. Rectum terletak dalam rongga pelvis di depan os sakrum dan os

koksigis. Rectum terdiri dari 2 bagian, yaitu : (Syaifuddin, 2009; hal: 239)

a. Rectum Propia : bagian yang melebar disebut ampula rekti, jika terisi sisa

makanan akan timbul hasrat defekasi

b. Rectum Analis Rekti : sebelah bawah ditutupi oleh serat-serat otot polos

(muskulus spingter ani internus dan muskulus spingter ani eksternus). Kedua otot

ini berfungsi pada waktu defekasi. Tunika mukosa rectum banyak mengandung

pembuluh darah, jaringan mukosa, dan jaringan otot yang membentuk lipatan

disebut kolumna rektalis. Bagian bawah terdapat vena rektalis (hemoroidalis

superior dan inferior) yang sering mengalami pelebaran atau varises yang disebut

wasir (ambeyen).

15

Page 16: Anatomi Fisiologi S. Cerna

8. Anus

Anus merupakan bagian dari saluran pencernaan yang berhubungan dengan dunia

luar terletak di dasar pelvis, dindingnya diperkuat oleh spingter ani yang terdiri atas :

(Syaifuddin, 2009; hal: 239):

a. Spingter ani internus : terletak disebelah dalam bekerja tidak menurut kehendak

b. Spingter levator ani : bagian tengah bekerja tidak menurut kehendak.

c. Spingter ani eksternus : sebelah luar bekerja menurut kehendak.

9. Peritoneum

Peritoneum adalah membrane tipis, halus, dan lembab terdapat dalam rongga

abdomen dan menutupi organ-organ abdomen. Peritoneum merupakan membrane

serosa yang terdiri atas lapisan yang terletak pada jaringan ikat. Peritoneal parietal

berlanjut ke bawah membatasi pelvis dan peritoneal visera yang merupakan organ-

organ dalam peritoneum

Ruang potensial yang terdapat antara lapisan pariental dinamakan rongga

peritoneal. Pada pria ruang ini tertutup. Akan tetapi pada wanita rongga ini memiliki

hubungan dengan rongga luar (tuba uterine, uterus, dan vagina). Rongga ini

mempunyai osteum kecil diujung yang bebas masuk ke dalam kavitas peritoneal dan

merupakan jalan masuk dari ovum. Peritoneal mempunyai 2 kantong yaitu kantong

besar yang terbentang diseluruh abdomen mulai dari diafragma sampai ke pelvis dan

kantong kecil terletak di belakang lambung. Beberapa fungsi peritonium adalah

sebagai berikut:

a. Tempat melekatnya organ-organ kedinding abdomen posterior yang satu dengan

yang lainnya.

b. Membentuk pembatas yang halus sehingga mempermudah organ-organ untuk

saling bergerak dan tidak saling bergesekan.

c. Mempermudah pembuluh darah dan saraf untuk mencapai organ-organ tanpa

harus dililit oleh lemak dan mengalami penenkanan.

16

Page 17: Anatomi Fisiologi S. Cerna

d. Tempat kelenjar limfe dan pembuluh darah menutup area yang terinfeksi dengan

bantuan omentum mayor.

e. Menjaga kedudukan dan mempertahankan hubungan organ yang terdapat pada

dinding posterior abdomen.

10. Hati

Kelenjar aksesoris terbesar dalam tubuh berwarna coklat dengan berat 1000-1800 gr.

Hati terletak dalam rongga perut sebelah kanan atas dibawah diafragma. Sebagian

besar terletak pada region hipokondria dengan region epigastrium. Pada orang dewasa

yang kurus tepi bawah hati mungkin teraba satu jari di bawah costa. Struktur hati:

a. Pembagian hati

1) Lobus sinistra: lobus ini terletak disebelah kiri bidang median

2) Lobus dekstra: terletak sebelah kanan bidang median.

3) Lobus kaudatus: terletak di belakang berbatasan dengan pars pilorika,

ventricula, dan duodenum superior

b. Permukaan hati

1) Fasies superior: permukaan yang menghadap ke atsa dan kedepan berbentuk

cembung dan terletak di bawah diafragma.

2) Fasies inferior: permukaan yang menghadap ke bawah dan ke belakang

mempunyai permukaan yang tidak rata karena terdapat lekukan visura

transverses.

3) Fasies posterior: permukaan bagian belakangnya terlihat beberapa alur

berbentuk garis melintang yang disebut porta hepatis. Kedua garis tengah alur

disebelah kiri fosa sagitalis sinistra terdapat ligamentum tereshepatis menuju

porta hepatis kea rah kaudatus. Ligamentum venosus arantii berjalan dari porta

hepatis ke arah kaudatus. Alur sebelah kanan fosa sagitalis dextra memiliki

dua lekukan yaitu:

a) Lekukan depan fosa vesika fellea di belakang empedu

b) Lekukan belakang fosa vena cava inferior yang tedapat pada vena cava

inferior

17

Page 18: Anatomi Fisiologi S. Cerna

4) Fasies lobus sinistra: berhubungan dengan esophagus dekat lobus kaudatus dan

berhubungan dengan permuakaan depan gaster. Fasies inferior lobus sinistra

membentuk impressio yang sesuai dengan kurvatura mayor yang terletak di

depan omentum. Fasies inferior lobus dextra berbatasan dengan ginjal,

glandula, suprarenalis kanan atas, dan fleksura koli dextra kanan bawah.

c. Pembuluh darah hati

Suplai darah berasal dari arteri seliaka, menuju ke kanan membentuk lipatan

peritoneum di depan vena porta bercabang menjadi:

1) Arteri hepatica propia: berjalan ke dalam ligamentum hepato duodelae

bersama dengan vena porta dan duktus koledokus menjadi arteri gastrika.

2) Arteri gastrika: menuju ke kurvatura minor gaster beranastomosis dengan

arteri gastrika sinistra. Arteri hepatica propia bercabang menjadi arteri

hepatica dekstra yang cabangnya masuk kandung empedu, arteri sistika, dan

arteri hepatica sinistra yang masuk ke dalam hati. Aliran pembuluh balik

berkumpul pada vena hepatica keluar dari permukaan belakang sebelah cranial

hepar dan bermuara ke vena kava inferior.

d. Pembuluh limfe hati: hati menghasilkan cairan limfe sekitar 1/3 – 1/2 cairan limfe.

Pembuluh limfe meninggalkan hati masuk ke dalam kelenjar limfe. Dalam porta

hepatis pembuluh aferen berjalan ke nodi limpatisi seliaka dan berapa pembuluh

berjalan ke area hati melalui diafragma menuju ke nodi limpatisi mediasinalis

posterior

e. Persarafan hati: persarafan hati berasal dari saraf simpatis dan parasimpatis yang

melewati koliakus. Trunkus vagus anterior mempunyai cabang yang banyak

berjalan langsung ke hati.

11. Kandung Empedu

Kandung empedu (vesika vellea) adalah kantong berbentuk buah pir yang terletak

pada permukaan visceral diliputi oleh peritoneum kecuali bagian yang melekat pada

hati dan terletak pada permukaan bawah hati di antara lobus dextra dan kaudatus hati.

Struktur kandung empedu:

18

Page 19: Anatomi Fisiologi S. Cerna

a. Fundus vesika fellea: berbentuk nulat biasanya menonjol ke bwah tepi inferior hati

dan berhubungan dengan dinding anterior abdomen setinggi rawan ujung kosta

kesembilan kanan.

b. Korpus vesika fellea: bersentuhan dengan permukaan visceral dan mengarah ke

atas, belakang dan kiri.

c. Kollum vesika fellea: berlanjut dari duktus sistikus, berjalan ke omentum minus

dan bersatu dengan sisi kanan duktus hepatikus komunis membentuk duktus

koledokus.

12. Pankreas

Pankreas merupakan organ lunak yang berjalan miring dan menyilang dinding

posterior abdomen pada region epigastrium, terletak di belakang lambung dan

terbentang dari duodenum sampai ke limpa. Pankreas merupakan kelenjar eksokrin

dan kelenjar endokrin. Kelenjar eksokrin menghasilkan secret yang mengandung

enzim yang dapat menghidrolisis protein lemak dan karbohidrat. Kelenjar endokrin

menghasilkan hormone insulin dan glucagon yang memegang peranan penting dalam

metabolism karbohidrat. Struktur Pankreas:

a. Kaput pankreas: kaput pankreas merupakan bagian yang terletak pada bagian

cekung duodenum. Permukaan depan kaput pankreas berbatasan dengan kolom

transversum dan jejunum, sedangkan permukaan belakang berbatsan dengan vena

kava inferior, duktus koledokus, dan vena renalis.

b. Kollum pankreas merupakan bagian yang mengeci, menghubungkan kaput

pankreas dengan korpus pankreas. Terletak didepan pangkal vena porta dan arteri

mesenterikal superior dari aorta.

c. Korpus pankreas: berjalan menuju ligamentum lienorenalis dan mengadakan

hubungan dengan hilus limpa. Di depan kauda berbatsan dengan fleksura koli

sinistra di kiri, sedangkan belakang berbatsan dengan ginjal dan glandula

suprarenalis kiri.

Pembuluh darah pankreas:

19

Page 20: Anatomi Fisiologi S. Cerna

a. Arteri pankreatika duodenalis superior: berasal dari arteri gastro-doudenalis

mengurus pankreas dan duodenum beanastomesis dengan arteri pankreatika

duodenalis inferior.

b. Arteri pankreatika duodenalis: mengurus duodenalis dan kaput pankretika

beanastomosis dengan arteri pankreatiko duodenalis.

c. Arteri pankreatika mayus dan kaudalis: berasal dari arteri renalis beranastomosis

dengan arteri pankreatika duodenalis.

d. Vena pankreatika duodenalis superior: bermuara ke dalam vena porta

e. Vena pankreatika duodenalis inferior: bermuara ke dalam vena mesenterikal

inferior

f. Vena pankreatika mayus dan vena pankreatika kaudalis: bermuara di vena lienalis

Di seluruh pankreas tersebar masa sel-sel yang terdiri atas pulau-pulau yang

berbeda besarnya disebut pulau-pulau langerhans (islets of langerhans) berjumlah

200.000-1.500.000 buah. Sel ini menghasilkan sekresi interna (hormone insulin yang

memegang peranan penting dalam metabolisme gula. Apabila gula darah meningkat,

diperkirakan penderita mengidap penyakit diabetes mellitus.

Saluran keluar pankreas duktus pankreatikus mayus (Wirsungianus) dan duktus

pankreatikus minus (sartorini) bermuara pada pailla vateri yang terletak pada dinding

duodenum bersama duktus koledokus.

20

Page 21: Anatomi Fisiologi S. Cerna

B. Fisiologi dan Biokimia Saluran Pencernaan

1. Proses Ingesti, Digesti, Absorbsi dan Eliminasi

a. Proses Ingesti

Ingesti merupakan masuknya makanan ke dalam mulut. (Sloane,Ethel.2003;hal:

281)

b. Proses Digesti

Digesti merupakan hidrolisis kimia (penguraian) molekul besar menjadi molekul

kecil sehingga absorbs dapat berlangsung. (Sloane,Ethel.2003;hal: 281)

1) Karbohidrat

Amylase dalam saliva yang menghidrolisis zat tepung bekerja pada pH

netral. Enzim ini dibawa bersama dengan bolus dan tetap bekerja dalam lambung

sampai asiditas lambung menembus bolus. Lambung tidak mengsekresi enzim

untuk mencerna karbohidrat. (Sloane,Ethel.2003;hal: 288)

2) Protein

Pepsinogen (disekresi sel chief) diubah menjadi pepsin oleh asam klorida

(disekresi sel parietal). Pepsin adalah enzim proteolitik, yang hanya dapat bekerja

dengan pH dibawah 5. Enzim ini menghidrolisis protein menjadi polipeptida.

Lambung janin memproduksi rennin, enzim yang mengoagulasi protein susu, dan

menguraikannya untuk membentuk dadih(curd). (Sloane,Ethel.2003;hal: 288)

3) Lemak

Lipase lambung(disekresi sel chief) menghidrolisis lemak susu menjadi

asam lemak dan gliserol, tetapi aktivitasnya terbatas dalam kadar pH yang rendah.

(Sloane,Ethel.2003;hal: 288)

c. Absorbsi

Absorbsi melalui mukosa saluran pencernaan terjadi dengan transport aktif dan

difusi, seperti halnya yang terdapat pada membrane lain. Transport aktif memberikan

energy untuk menggerakan zat melintasi suatu membrane, sehingga zat dapat

21

Page 22: Anatomi Fisiologi S. Cerna

digerakan melalui perbedaan konsentrasi atau melawan potensial listrik. Sedangkan

difusi berarti transport sederhana zat melalui membrane sebagai akibat pergerakan

molekul mengikuti, bukan melawan perbedaan elektro kimia. (Guyton, Arthur

C.1990; hal: 602)

1) Absorbsi dalam Usus Halus

Absorpsi makanan yang sudah dicerna berlangsung dalam usus halus

melalui 2 saluran (kapiler darah dan kapiler limfe) disebalah dalam permukaan

vili. Oleh karena vili keluar dari dinding usus maka bersentuhan dengan makanan

yang sudah cair dan lemak yang sudah diabsorpsi kedalam lakteal. Selanjutnya

makanan berjalan melalui pembuluh limfe masuk ke dalam pembuluh kapiler

darah di vili usus, lalu masuk ke vena porta dengan mengalami beberapa

perubahan. (Syaifuddin,2009;hal 235)

Dalam keadaan normal, absorbsi dari usus halus setiap hari terdiri dari

berates-ratus gram karbohidrat, 100g atau lebih lemak, 50-100g asam amino, 50-

100g ion, 8-9 liter air. Akan tetapi kapasitas absorbsi usus halus jauh lebih besar

daripada ini : sebanyak beberapa kg karbohidrat/ hari, 500-1000g lemak/hari, 500-

700g asamm amino/hari dan 20 liter air/hari. Selain itu usus dapat mengabsorbsi

ion-ion dan lebih banyak air, walaupun hampir tanpa zat gizi (Guyton, Arthur

C.1990; hal: 602)

a) Absorbsi Air

Absorbsi isosmotik. Air ditransport melalui membrane usus

halusseluruhnya dengan proses difusi, kemudian difusi mengikuti hukum

osmosis yang berlaku. Karena zat yang larut ditranspor aktif dari lumer usus

ke dalam darah, transport ini menunjukkan tekanan osmotic kimus, tetapi air

berdifusi demikian mudah melalui membrane usus. Ion dan zat gizi diabsorbsi,

air yang secara isoomotik diabsorbsi. (Guyton, Arthur C.1990; hal: 602)

b) Absorbsi Ion

Transpor aktif natrium, 20-30g natrium disekresi ke dalam secret usus

setiap hari. Orang normal makan 5-8 g natrium/hari. Usus halus mengabsorbsi

25-35 g natrium/hari, yang merupakan 1/7 dari semua natrium yang terdapat

dalam tubuh. (Guyton, Arthur C.1990; hal: 603)

22

Page 23: Anatomi Fisiologi S. Cerna

Transpor klorida berlangsung dengan difusi pasif. Transport natrium

melalui epitel menimbulkan elektronegativitas dalam kimus dan

elektropositifitas pada bagian basal sel epitel. Kemudian ion klorida bergerak

mengikuti selisih listrik ini mengikuti ion natrium. (Guyton, Arthur C.1990;

hal: 604)

Absorbs ion-ion lain, ion kalsium secara aktif diabsorbsi khususnya di

duodenum. Ion besi secara aktif diabsorbsi dari usus halus. Kalium,

magnesium, fosfat dan ion lainnya juga dapat secara aktif diabsorbsi melalui

mukosa. (Guyton, Arthur C.1990; hal: 604)

c) Absorbsi Zat Gizi

(1) Absorpsi Karbohidrat

Hasil akhir berupa glukosa, galaktosa, dan fruktosa. Absorpsi

glukosa terjadi beramaan dengan transport aktif ion Na seperti yang terjadi

dalam tubulus proksimal ginjal. Mekanisme ini juga digunakan oleh

fruktosa dengan fasilited defusion, sedangkan proses absorpsi glukosa

memerlukan insulin. Laju absorpsi glukosa kurang lebih 120 gram/jam.

(Syaifuddin,2009;hal 235)

(2) Absorpsi Protein

Hampir semua protein diabsorpsi dalam bentuk asam amino. 4

sistem pembawa yang berbeda mentranspor asam amino yang berbeda

yaitu: asam amino netral, asam amino basa,Asam amino asam, dan yang

keempat mempunyai spesifisitas untuk dua asam amino prolin dan

hidroksifolin. (Guyton, Arthur C.1990; hal: 604)

Asam amino terkumpul dalam sel mukosa dan kembali berdifusi ke

dalam darah. Absorpsi ini berlangsung cepat di duodenum dan jejunum

tetapi berlangsung lambat di ileum. Sumber protein dalam gastointestinal

adalah 50% dari makanan, 25% dari liur pencernaan, 25% dari sel mukosa,

dan hanya 2-2,5% yang tidak dicerna dan tidak diabsorpsi usus alus.

(Syaifuddin,2009;hal 235)

(3) Absorpsi Lemak

23

Page 24: Anatomi Fisiologi S. Cerna

Hasil akhir pencernaan lemak adalah asam lemak, gliserol, dan

monogliserida. Garam empedu membantu pencernaan dan absorpsi lemak

bersama lesitin dan monogliserida mengemulsi lemak. Asam lemak dan

kolesterol dari misel (garam empedu) masuk dan berdifusi secara pasif

kedalam sel mukosa. Didalam sel mukosa sebagian kolesterol diserat. Ester

gliserida dan ester kolesterol dibungkus oleh lapisan lipoprotein. Sekitar

60-90% lemak yang diserap dari usus halus diangkut kedalam darah

melalui ductus torasikus dalam bentuk kilomikron. Absorpsi kolesterol

terjadi diusus halus bagian distal dan berlangsung apabila ada kelenjar

empedu, asam lemak, dan pankreas. (Syaifuddin,2009;hal 235)

2) Absorbsi dalam Usus Besar (Pembentukan Feses)

Kira-kira 500-1000 ml kimus melalui katub iliosekalis masuk usus besar

setiap hari. Sebagian besar air dan elektrolit dalam kimus diabsorbsi dalam kolon,

hanya menyisakan 50-200ml cairan untuk diekskresi dalam feses. Sebagian besar

absorbsi dalam usus besar terjadi pada setengah proksimal kolon sehingga daerah

ini dinamakan kolon absorbs, sedangkan kolon distal pada dasarnya berfungsi

untuk menyimpan dan dinamakan kolon penyipan. (Guyton, Arthur C.1990; hal:

605)

d. Eliminasi

Defekasi adalah hasil reflex. Apabila bahan feses masuk ke dalam rectum, dinding

rectum akan meregang dan menimbulkan impuls aferen disalurkan melalui plexus

mesenterikus sehingga menimbulkan gelombang peristaltic pada kolon desenden dan

kolon sigmoid yang akan mendorong feses ke arah anus. Apabila gelombang

peristaltic sampai di anus, sfingter ani internus akan menghambat feses sementara dan

sfingter ani eksternus melemas sehingga terjadi defekasi. Refeksi ini sangat lemah

sehingga harus diperkuat refleksi lain melalui segmen sacral medulla spinalis dan di

kembalikan ke kolon desenden, kolon sigmoid, rectum, dan anus melalui saraf

parasimpatik.

24

Page 25: Anatomi Fisiologi S. Cerna

Pati

Ptyalin (saliva)HCl (lambung)Amilase PankreasAmilase Usus

Maltosa dan Isomaltosa Laktosa Sukrosa

-Maltase dan Isomaltase (usus) Laktase (Usus) Sukrase (Usus)

Glukosa Galaktosa Fruktosa

Gambar : Skema Pencernaan Karbohidrat

Impuls parasimpatik memperkuat gelombang parasimpatik dari gelombang lemah

menjadi proses defekasi kuat. Orang normal dapat mencegah defekasi sampai waktu

dan tempat yang sesuai dengan reflek defekasi. Defekasi hilang beberapa menit dan

timbul kembali sampai beberapa jam. Ada bayi baru lahir, reflek defekasi berjalan

secara otomatis dan mengosongkan usus besar bagian bawah. (Syaifuddin.2009; hal:

239)

2. Metabolisme KH, Protein, Lipid, dan Asam Amino

Pencernaan mengacu pada proses penguraian makanan dari strukturnya kompleks

diubah menjadi satuan-satuan lebih kecil yang dapat diserap oleh enzim-enzim yang

diproduksi dalam sistem pencernaan. Manusia mengkonsumsi 3 kategori bio-kimia

makanan kaya energi yaitu karbohidrat, protein dan lemak. Molekul-molekul besar

tersebut tidak mampu menembus membrane plasma utuh untuk diserap dari lumen saluran

pencernaan ke dalam darah atau limfe. Proses pencernaan menguraikan molekul-molekul

makanan besar ini menjadi molekul nutrien yang lebih kecil yang dapat diserap.

(Sherwood,lauralee. 2001; hal:539)

a. Metabolisme Karbohidrat (KH)

Hanya terdapat 3 sumber utama karbohidrat dalam diet manusia normal. Sumber

ini antara lain :

1) Sukrosa yang merupakan disakarida yang telah dikenal sebagai gula tebu.

2) Laktosa yang merupakan disakarida dalam susu

3) Pati yang merupakan polisakarida besar yang terdapat pada hampir semua

makanan khususnya padi-padian

25

Page 26: Anatomi Fisiologi S. Cerna

Gambar : Skema Pencernaan Protein

ProteinPepsin Proteosa

PeptonPolipeptida

Tripsin, kimotripsin, karboksipolipeptidase

Polipeptida+

Asam Amino

Peptidase Dipeptida Asam Amino

Memberikan skema untuk pencernaan karbohidrat yang penting. Ini

memperlihatkan bahwa mula-mula pati dihidrolisis menjadi maltose (isomaltosa) yang

merupakan disakarida. Kemudian disakarida ini, bersama dengan disakarida utama

lainnya laktosa dan sukrosa, dihidrolisis menjadi monosakarida glukosa, galaktosa,

dan fruktosa.

Hidrolisis pati dimulai di dalam mulut dibawa pengaruh enzim ptyalin, yang

terutama disekresikan di dalam saliva dari glandulaparotidea. Asam hidroklorida

lambung melakukan sedikit hidrolisistambahan. Akhirnya bagian utama hidrolisis

terjadi di dalam bagian atas usus halus di bawah pengaruh enzim amylase pankreas.

Enzim lactase, sukrase, maltase, dan isomaltase untuk pemecahan disakarida

terletak di dalam mikrovili ”brush border” sel epitel. Disakarida ini dicerna menjadi

monosakarida sewaktu berkontak dengan mikrovili ini atau sewaktu mereka berdifusi

ke dalam mikrovili. Produk pencernaan monosakarida, glukosa, galaktosa, dan

fruktosa kemudian segera diabsorbir ke dalam darah porta (Guyton, Arthur C.1990;

hal: 599)

b. Metabolisme Protein

26

Page 27: Anatomi Fisiologi S. Cerna

Lemak

Lemak teremulsi

Empedu+Pergolakan

Lipase Pankreas

Lemak teremulsi

Asam-asam lemakGliserolGliserida 60%

40 %

Protein dalam makanan sehari-hari hampir seluruhnya berasal dari daging dan

sayuran yang dicerna dalam lambung dan bagian atas usus halus. Pencernaan protein

dimulai dari dalam lambung, enzim pepsin memecah protein menjadi protease, pepton

dan polipeptida besar. Enzim ini hanga berfungsi dalam medium yang sangat asam,

paling baik berfungsi pada pH 2. Sehingga sekresi asam hidroklorida di dalam

lambung penting untuk proses pencernaan.

Pepsin terutama penting karena kesanggupannya untuk mencerna kolagen, suatu

albuminoid yang sedikit dipengaruhi oleh enzim pencernaan lain. Karena kolagen

merupakan unsur utama jaringan ikat di dalam daging, maka penting pencernaannya

sehingga sisa daging lainnya dapat dicerna oleh enzim pencernaan lain.

Protein dicerna lebih lanjut di dalam bagian atas usus halus di bawah pengaruh

enzim prankreas tripsin, kimotripsin, dan karboksipolipeptidase. Produk akhir

pencernaan ini terutam merupakan polipeptia kecil ditambah beberapa asam amino.

Akhirnya polipeptida kecil dicerna menjadi asam amino sewaktu berkontak dengan

sel epitel usus halus. Sel ini mengandung beberapa enzim (peptidase) yang

mengonversi produk protein sisanya menjadi asam amino. Bila makanan dikunyah

dengan semestinya dan tidak dimakan dalam jumlah yang terlalu banyak pada saat

yang sama, sekitar 98% semua protein akhirnya menjadi asam amino. (Guyton, Arthur

C.1990; hal: 601)

c. Metabolisme Lipid

Lemak dalam diet merupakan lemak netral (trigliserida), masing-masing molekul

terdiri dari satu inti gliserol dan 3 asam lemak. Lemak netral ditemukan dalam

makanan yang berasal dari hewan dan tumbuh-tumbuhan.

Dalam diet bisa juga terdapat sejumlah kecil fosfolipid, kolesterol dan ester-ester

kolesterol. Fosfolipid dan ester kolesterol mengandung asam lemak dan karena itu

da[at dianggap sebagai lemak sendiri. Sebaliknya kolesterol merupakan senyawa

sterol yang tidak mengandung asam lemak, tetapi ia menunjukkan beberapa sifat

fisika dan kimia lemak, ia berasal dari lemak dan dimetabolisme sama seperti lemak.

27

Page 28: Anatomi Fisiologi S. Cerna

Pencernaan lemak oleh lipase usus. Di bawah pengaruh lipase pankreas,

kebanyakan lemak dipecah menjadi monogliserida, asam-asam lemak dan gliserol.

Walau lemak dalam jumlah sedang hanya dicerna sampai stadium gliserida dengan

berlanjutnya proses hidrolisis lemak, maka lebih baik absorpsi lemak. Sel epitel usus

halus mengandung sejumlah kecil lipase yang dikenal sebagai lipase usus. (Guyton,

Arthur C.1990; hal: 600)

3. Enzim

Enzim Sumber sekresi Aksi

Karbohidrat

Amilas saliva (ptyalin)

Amylase pancreas

Maltase

Sukrase

Lactase

Kelenjar saliva

Pancreas

Usus halus

Usus halus

Usus halus

Zat tepung maltose

Zat tepung disakarida dan maltose

Maltose glukosa

Sukrosa glukosa dan fruktosa

Laktosa glukosa dan galaktosa

Protein

Pepsin

Tripsin

Kimotripsin

Lambung (pepsinogen

diaktivasi oleh HCl

lambung)

Pancreas (tripsinogen

diaktivasi oleh

enterokinase)

Pancreas

Protein polipeptida

Protein dan peptide peptida yang

lebih kecil

Protein dan peptide peptida yang

28

Page 29: Anatomi Fisiologi S. Cerna

Peptidase

(kimotripsinogen

diaktivasi oleh tripsin)

Usus halus

lebih kecil

Dipeptida asam amino

Lemak

Lipase pancreas

Lipase usus

Pancreas (dengan garam

empedu)

Usus halus (dengan

garam empedu)

Trigeserida monogliserida dan asam

lemak

Monogliserida asam lemak dan

gliserida

(Sloane,Ethel.2003; hal: 293)

4. Motilitas

Motilitas mengacu pada kontraksi otat yang mencampur dan mendorong isi

saluran pencernaan. Seperti otot polos vaskuler, otot polos di dinding saluran pencernaan

terus menerus berkontraksi dengan kekuatan rendah yang dikenal sebagai tonus. Tonus

penting untuk mempertahankan agar tekanan pada isi saluran pencernaan tetap serta untuk

mencegah dinding saluran pencernaan melebar secara permanen setelah mengalami

distensi (peregangan).

Terhadap aktivitas tonik yang terus menerus tersebut, terjadi dua jenis dasar

mortilitas pencernaan, gerakan propulsive (mendorong) dan gerakan mencampur.

Gerakan propulsive mendorong atau memajukan isi saluran pencernaan ke depan dengan

kecepatan yang berbeda-beda, dengan laju propilsi bergantung pada fungsi yang

dilaksanakan oleh setiap region saluran pencernaan yaitu, makanan bergerak maju dalam

suatu segmen dengan kecepatan yang cukup bagi segmen tersebut “melaksanakan

tugasnya”. Sebagai contoh, transit makanan melalui esophagus berlangsung cepat karena

struktur ini hanya berfungsi sebagai tempat lewat makanan dari mulut ke lambung.

Sebagai perbandingan, di usus halus, tempat utama berlangsungnya pencernaan dan

penyerapan, makanan bergerak sangat lambat, sehingga tersedia cukup waktu untuk

penguraian dan penyerapan makanan.

Gerakan mencampur memiliki fungsi ganda. Pertama, dengan mencampur

makanan dengan getah pencernaan, gerakan tersebut membantu pencernaan makanan.

Kedua, gerakan tersebut mempermudah penyerapan dengan memajankan semua bagian

29

Page 30: Anatomi Fisiologi S. Cerna

isi usus ke permukaan penyerapan saluran pencernaan. Pergerakan suatu bahan melintasi

saluran pencernaan bahwa motilitas di kedua ujung saluran – mulut sampai bagian awal

esophagus dan sfingter anus eksternus di akhir – melibatkan aktivitas otot rangka dan

bukan otot polos. Dengan demikian, tindakan mengunyah, menelan, dan defekasi

memiliki komponen volunteer karena otot-otot rangka berada di bawah kontrol kesadaran,

sedangkan motilitas yang dilakukan oleh otot polos di bagian saluran pencernaan lainnya

dikontrol oleh mekanisme involunter yang kompleks. (Sherwood,lauralee. 2001; hal:538)

30

Page 31: Anatomi Fisiologi S. Cerna

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Empat proses pencernaan dasar adalah motilitas, sekresi, pencernaan, dan penyerapan.

Aktivitas pencernaan diatur secara cermat oleh mekanisme hormon dan saraf otonom (baik

instrinsik maupun ekstrinsik) yang sinergistik. Pengaturan ini untuk memastikan bahwa

makanan yang masuk disajikan secara maksimal pada tubuh untuk digunakan sebagai bahan

baku atau untuk menghasiolkan energi. Saluran pencernaan terdiri dari suatu saluran kontinie

yang berjalan dari mulut sampai anus, dengan modifikasi lokal yang mencerminkan

spesialisasi regional untuk menjalankan fungsi pencernaan. Lumen saluran pencernaan

berhubungan langsung dengan lingkungan eksternal, sehingga isinya secara teknis berada di

luar tubuh; susunan semacam ini memungkinkan tubuh mencerna makanan tanpa mencerna

dirinya sendiri.

31

Page 32: Anatomi Fisiologi S. Cerna

DAFTAR PUSTAKA

Guyton, Arthur C.1990.Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit.Jakarta: EGC

Haryono, Rudi.2012.Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan.Yogjakarta: Gosyen Publising

Sherwood,lauralee.2003. Fisiologi Manusia dari Sel ke Siste.Jakarta: EGC

Sloane,Ethel.2003.Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula.Jakarta : EGC

Syaifuddin,2009. Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan edisi 2. Jakarta : Salemba Medika

32