Anatomi

7
Yang fisiologi kalo Ridha dak ngirim bilang jak ya Ulan.. PATOFISIOLOGI Otitis media akut terjadi karena terganggunya faktor pertahanan tubuh. Sumbatan pada tuba Eustachius merupakan faktor utama penyebab terjadinya penyakit ini. Dengan terganggunya fungsi tuba Eustachius, terganggu pula pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah sehingga kuman masuk dan terjadi peradangan. Gangguan fungsi tuba Eustachius ini menyebabkan terjadinya tekanan negatif di telingah tengah, yang menyebabkan transudasi cairan hingga supurasi. Pencetus terjadinya OMA adalah infeksi saluran pernafasan atas (ISPA). 1,2,3,4 Makin sering anak-anak terserang ISPA, makin besar kemungkinan terjadinya OMA. Pada bayi dan anak terjadinya OMA dipermudah karena: 1. morfologi tuba eustachius yang pendek, lebar, dan letaknya agak horizontal; 2. sistem kekebalan tubuh masih dalam perkembangan; 3. adenoid pada anak relatif lebih besar dibanding orang dewasa dan sering terinfeksi sehingga infeksi dapat menyebar ke telinga tengah Beberapa faktor lain mungkin juga berhubungan dengan terjadinya penyakit telinga tengah, seperti alergi, disfungsi siliar, penyakit hidung dan/atau sinus, dan kelainan sistem imun. 1,3,4 1. Healy GB, Rosbe KW. Otitis media and middle ear effusions. In: Snow JB, Ballenger JJ,eds. Ballenger’s otorhinolaryngology head and neck surgery. 16th edition. New York: BC Decker;2003. p.249-59.

description

jjgupl

Transcript of Anatomi

Yang fisiologi kalo Ridha dak ngirim bilang jak ya Ulan..PATOFISIOLOGI Otitis media akut terjadi karena terganggunya faktor pertahanan tubuh. Sumbatan pada tuba Eustachius merupakan faktor utama penyebab terjadinya penyakit ini. Dengan terganggunya fungsi tuba Eustachius, terganggu pula pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah sehingga kuman masuk dan terjadi peradangan. Gangguan fungsi tuba Eustachius ini menyebabkan terjadinya tekanan negatif di telingah tengah, yang menyebabkan transudasi cairan hingga supurasi. Pencetus terjadinya OMA adalah infeksi saluran pernafasan atas (ISPA). 1,2,3,4 Makin sering anak-anak terserang ISPA, makin besar kemungkinan terjadinya OMA. Pada bayi dan anak terjadinya OMA dipermudah karena: 1. morfologi tuba eustachius yang pendek, lebar, dan letaknya agak horizontal; 2. sistem kekebalan tubuh masih dalam perkembangan; 3. adenoid pada anak relatif lebih besar dibanding orang dewasa dan sering terinfeksi sehingga infeksi dapat menyebar ke telinga tengah Beberapa faktor lain mungkin juga berhubungan dengan terjadinya penyakit telinga tengah, seperti alergi, disfungsi siliar, penyakit hidung dan/atau sinus, dan kelainan sistem imun.1,3,4

1. Healy GB, Rosbe KW. Otitis media and middle ear effusions. In: Snow JB, Ballenger JJ,eds. Ballengers otorhinolaryngology head and neck surgery. 16th edition. New York: BC Decker;2003. p.249-59.2. Djaafar ZA, Helmi, Restuti RD. Kelainan telinga tengah. Dalam: Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala dan leher. Edisi keenam. Jakarta: FKUI;2007.p.65-9. 3. Darrow DH, Dash N, Derkay CS. Otitis media: concepts and controversies. Curr Opin Otolaryngol Head Neck Surg 2003;11:416-423. 4. Linsk R, Blackwood A, Cooke J, Harrison V, Lesperance M, Hildebrandt M. Otitis media. Guidelines for clinical care. UMHS otitis media guidelin May, 2002: 1-12

KLASIFIKASI Ada 5 stadium OMA berdasarkan pada perubahan mukosa telinga tengah, yaitu: 1. Stadium Oklusi Stadium ini ditandai dengan gambaran retraksi membran timpani akibat tekanan negatif telinga tengah. Membran timpani kadang tampak normal atau berwarna suram. 2. Stadium Hiperemis Pada stadium ini tampak pembuluh darah yang melebar di sebagian atau seluruh membran timpani, membran timpani tampak hiperemis disertai edem.3. Stadium Supurasi Stadium ini ditandai edem yang hebat telinga tengah disertai hancurnya sel epitel superfisial serta terbentuknya eksudat purulen di kavum timpani sehingga membran timpani tampak menonjol (bulging) ke arah liang telinga luar.4. Stadium Perforasi Pada stadium ini terjadi ruptur membran timpani sehingga nanah keluar dari telinga tengah ke liang telinga.5. Stadium Resolusi Pada stadium ini membran timpani berangsur normal, perforasi membran timpani kembali menutup dan sekret purulen tidak ada lagi. Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi kuman rendah maka resolusi dapat terjadi walaupun tanpa pengobatan.

Djaafar ZA, Helmi, Restuti RD. Kelainan telinga tengah. Dalam: Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala dan leher. Edisi keenam. Jakarta: FKUI;2007.p.65-9.

Manifestasi Klinik Otitis Eksterna Akut1. Otitis Eksterna sirkumskripta (furunkel = bisul)Gejala : Karena di bagian sepertiga luar liang telinga mengadung adneksa kulit, seperti rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar serumen, maka ditempat itu dapat terjadi infeksi pada pilosebasea, sehingga membentuk furunkel.Nyeri yang hebat, tidak sesuai dengan besar bisul. Hal ini disebabkan karena kulit telinga tidak mengandung jaringan longgar di bawahnya, sehingga ras nyeri timbul pada penekanan perikondrium. Rasa nyeri timbul dapat juga timbul spontan pada waktu membuka mulut (sendi temporomandibula). Selain itu terdapat juga gangguan pendengaran, bila furunkel besar dan menyumbat liang telinga.2. Otitis Eksterna difusBiasanya mengenai kulit liangtelinga dua pertiga dalam. Tampak hiperemis dan edema yang tidak jelas batasnya. Gejalanya adalah nyeri tekan tragus, liang telinga sangat sempit, kadang kelenjar getah bening regional membesar dan nyeri tekan, terdapat sekret berbau. Sekret ini tidak mengandung lendir (musin) seperti sekret yang ke luar dari kavum timpani pada otitis media.3. Otitis Eksterna MalignaInfeksi difus diliang telinga luar dan struktur lain di sekitarnya. Pada DM.Gejala OE maligna adalah rasa gatal di liang telinga yang dengan cepat diikuti dengan cepat oleh rasa nyeri, sekret yang banyak serta pembengkakan liang telinga. Kemudian rasa nyeri tersebut akan semakin hebat, liang telinga tertuutp oleh jaringan granulasi yang cepat tumbuhnya. Saraf fasial dapat terkena, sehingga menimbulkan paresis atau paralisis fasial.Hafil, Alfian H, Sosialisman dan Helmi. Kelainan Telinga Luar Dalam: Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala dan leher. Edisi keenam. Jakarta: FKUI;2007.p.60-63.Otitis Media Non SupuratifNama lain adalah otits media serosa, otitis media musinosa, otitis media efusi, otitis media sekretoria, otitis media mucoid (glue ear).Otitis media serosa adalah keadaan terdapatnya sekret yang nonpurulun ditelinga tengah, sedangkan membran timpani utuh. Adanay acairan ditelinga tengah dengan membaran timpani utuh tanpa tanda-tanda infeksi disebut otitis media dengan efusi. Kalau efusi encer adalah otitis media serosa, kalau kental seperti lem adalah otitis media mukoid.Penyebab Otitis media serosa akibat adnya transudat atau plasma yang mengalir dari pembuluh darah ke telinga tengah yang sebagian besar terjadi akibat tekanan hidrostatik, sedangkan pada otitis media mukoid, cairan di telinga tengah timbul akibat sekresi aktif dari kelenjar dan kista yang terdapat di dalam mukosa telinga tengah, tuba eusthacius dan rongga mastoid.Otitis media serosa akutKeadaan terbentuknya sekret elinga tengah secara tiba-tiba yang disebabkan oleh gangguan fungsi tuba. Keadaan akut ini dapat disebabkan antara lain oleh :1. Sumbatan tuba, pada keadaan tersebut terbentuk airan di telinga tengah disebabkanoleh tersumbatnya tuba secara tiba-tiba seperti barotrauma, 2. Virus, terbentuknya cairan ditelinga tengah yang berhubungan dengan infeksi virus pada jalan nafas atas3. Alergi, terbentuknya cairan di telinga tengah yang berhubungan dengan keadaan alergi pada jalan napas atas.4. Idiopatik.GejalaGejala paling menonjol adalah berkurangnya pendengaran. Pasien juga mengeluh rasa tersumbat pada telinga atau suara sendiri tersumbat pad atelinga atau suara sendiri terdengar lebih nyaring atau berbeda, pada telinga yang sakit. Kadang-kadanag terasa seperti ada cairan yang bergerak dalam telinga pada saat posisi kepala berubah. Rasa sedikit nyeri dalam telinga dapat terjadi pada saat awal tiba terganggu, yang menyebabkan timbul tekanan negatif pada teinga tengah misalnya barotrauma. Tetapi setelah sekret terbentuk tekanan negatif ini pelan-pelan hilang. Rasa nyeri dalam telinga tidak pernah ada bila penyebab timbulnya sekret adalah virus atau alergi. Tinitus, vertigo atau pusing kadang-kadang ada dalam bentuk yang ringan.Pada otoskopi terlihat membran timpani retraksi. Kadang-kadang tampak gelembung udara atau permukaan cairan dalam kavum timpani. Tuli konduktif dapat dibuktikan dengan garputala.Otitis media serosa kronikBatasan antara akut dan kronik adalah pad a cara terbentuknya sekret. Pada OMSA sekret terjadi secara tiba-tiba di telinga tengah dengan disertai rasa nyeri pada telinga, sedangkan pada keadaan kronis sekret terbentuk secar betahap tanpa rasa nyeri dengan gejala-gejala pada telinga yang berlangsung lama.OMSK sering terjadi pada anak-anak, sedangkan OMSA pada orang dewasa. Sekret pada OMSK kental seperti lem disebut glue ear. Gejala klinisPerasaan tuli pada OMSK lebih menonjol (40-50dB), oleh karena adanya sekret kental atau glue ear. Pada otoskopi terlihat membran timpani utuh, retraksi, kuning kemerahan atau keabu-abuan.Djaafar ZA, Helmi, Restuti RD. Kelainan telinga tengah. Dalam: Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala dan leher. Edisi keenam. Jakarta: FKUI;2007.p.74-76. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan serumenSumbatan serumen ini dipengaruhi oleh beberapa faktor predisposisi antara lain dermatitis kronik liang telinga luar, liang telinga sempit, produksi serumen yang banyak dan kental, adanya benda asing di liang telinga, eksostosis di liang telinga, terdorongnya serumen oleh jari tangan atau ujung handuk setelah mandi, dan kebiasaan mengorek telinga.Pembersihan kanalis akustikus eksternus yang berlebihan, baik karena alat maupun sebagai suatu tindakan, dapat mengganggu barier pelindung primer dan dapat memicu terjadinya infeksi. Variasi individu pada anatomi kanalis akustikus eksternus dan konsistensi produksi serumen dapatmenjadi predisposisi terjadinya penumpukan serumen pada beberapa orang.

Bailey B.J., Johnson J. T., Newlands S. D., Head & Neck Surgery Otolaryngology. 4th Edition. 2006. Lippincot Williams & Wilkins.