ANATOMI MARMUT
-
Upload
diankusumawardani -
Category
Documents
-
view
228 -
download
29
description
Transcript of ANATOMI MARMUT
ANATOMI MARMUT (Cavia porcellus)
Oleh :
Nama : Dian Kusumawardani NIM : B1J013053 Rombongan : III Kelompok : 1 Asisten : Sumana
LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR HEWAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2014
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mamalia merupakan kelompok tertinggi dalam dunia hewan. Salah satu contoh
hewan mamalia adalah Marmut (Cavia porcellus). Tubuh Marmut hampir semuanya
tertutup oleh rambut pada kulitnya. Cavia porcellus merupakan anggota mamalia yang
berordo rodentia, yaitu ordo hewan pengerat. Hewan ini mempunyai kaki depan yang
berjari lima, kaki belakang dengan empat jari dan bercakar, namun tidak memiliki taring.
Cavia porcellus mempunyai badan pendek, kuat, dan bertelinga pendek (Brotoatmojo,
1990).
Marmut merupakan salah satu hewan yang banyak dipelihara oleh manusia serta
dapat digunakan sebagai bahan makanan karena mengandung protein hewani yang
berguna bagi pertumbuhan tubuh. Marmut mempunyai glandula mammae yang
menghasilkan air susu yang diberikan kepada anak-anaknya. Kelenjar susu akan
berkembang dan fungsi sekresinya meningkat pada hewan betina dewasa. Masa
mengandungnya cukup lama yaitu sembilan minggu. Hewan ini paling banyak makan sayur-
sayuran tetapi ada juga yang makan rumput. Marmut mempunyai suhu tubuh tetap, tidak
terpengaruh oleh lingkungan luar (homoitermis) sebab didukung oleh rambut yang tumbuh
di seluruh tubuhnya (Kimball, 1986).
Marmut mempunyai suhu tubuh tetap, tidak terpengaruh terhadap lingkungan luar
(homoitermis) dimana mereka dapat mempertahankan suhu tubuhnya apabila suhu
lingkungan tidak kurang dari 180C dan tidak lebih dari 400C karena didukung oleh rambut
yang tumbuh diseluruh tubuhnya. Kulit banyak mengandung kelenjar yaitu kelenjar
sebacius, keringat, bau, dan susu. Tubuhnya terdiri dari caput, truncus, cervix, extrimitas
dan cauda yang tumbuh rudimen. Caput dihubungkan oleh truncus dan leher. Hewan ini
mempunyai kaki depan yang berjari lima, kaki belakang dengan empat jari dan bercakar,
namun tidak memiliki taring. Cavia porcellus mempunyai badan pendek, kuat, dan
bertelinga pendek (Manter dan Miller, 1959).
Praktikum kali ini menggunakan Marmut (Cavia porcellus) sebagai salah satu
spesies yang mewakili kelas mamalia. Marmut dipilih karena selain mudah didapat, juga
tidak berbahaya. Ukuran tubuhnya cukup besar dan mudah dipelajari, serta organ-organ
tubuhnya lengkap dan mudah untuk di pelajari dan diamati.
B. Tujuan
Tujuan dari acara praktikum kali ini adalah untuk mengamati dan mempelajari
morfologi dan anatomi marmut (Cavia Porcellus).
II. TINJAUAN PUSTAKA
Mamalia adalah vertebrata yang tubuhnya tertutupi oleh rambut. Kelenjar
mammae pada hewan betina tumbuh baik untuk menyusui anaknya. Anggota gerak depan
dapat bermodifikasi untuk berlari, menggali lubang, berenang dan terbang. Kulit Mamalia
terdapat kelenjar keringat dan kelenjar minyak (Brotoatmojo, 1990). Mamalia dibedakan
atas caput, truncus dan cauda yang tumbuh rudimen. Caput dihubungkan dengan truncus
oleh leher, rongga thorak dan carvum pericardi. Skeleton humanium dapat dibagi dalam
skeleton trunci, cingulum membri inferioris dan skeleton membri liberi (Radiopoetro, 1990).
Bentuk tubuh mamalia bermacam-macam dan dapat dibagi menjadi caput, cervix,
dan truncus (Marter, 1989). Tubuh mamalia diisolasi oleh pembungkus yaitu rambut.
Pembuluh darah vena dan arteri mamalia terpisah sempurna oleh karena suhu tubuhnya
dapat diatur. Melalui sistem ini maka rata-rata metabolismenya tinggi karena
dibutuhkannya banyak makanan (Jasin, 1989).
Tubuh mamalia dilindungi oleh rambut-rambut. Kulitnya mengandung bermacam-
macam kelenjar. Bagian paru-paru dalam mamalia terdapat alveolus yang bentuk dan
besarnya berbeda-beda dalam dua induk (heterodon). Jantung terbagi menjadi enpat
ruangan dengan sekat-sekat yang sempurna. Lengkung aorta hanya satu, yaitu di sebelah
kiri. Paru-paru relatif besar dan hanya terdapat dalam rongga dada. Sekat rongga tubuh
yaitu diafragma yang terletak antara rongga dan perut (Djuhanda, 1982).
Klasifikasi Cavia porcellus menurut Radiopoetro (1977) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Superclass : Tetrapoda
Class : Mammalia
Subclass : Theria
Infraclass : Eutharia
Ordo : Rodentia
Familia : Cavidae
Genus : Cavia
Species : Cavia porcellus
Klasifikasi Cavia porcellus termasuk ke dalam infraclass eutharia yaitu hewan-hewan
yang disebut “mamalia berplasenta”. Istilah ini tidak dibenarkan karena plasenta adalah
organ yang menyempurnakan pertukaran fisiologis antara induk dan fetus. Pembuluh-
pembuluh darah eutharia terdapat pada selaput allanthois dan beberapa eutharia tidak
memiliki peredaran darah allanthois. Cavia porsellus termasuk ordo rodentia, dimana
rodentia merupakan salah satu ordo dalam kelas mamalia yang paling besar (Hildebrand,
1984).
Marmut (Cavia porcellus) termasuk ordo Rodentia. Rodentia merupakan anggota
mamalia yang mengalami kesuksesan dari semua mamalia yang ada dalam satu spesies,
jumlahnya kira-kira 300 jenis. Cavia porcellus merupakan hewan pengerat, makanannya
tumbuh-tumbuhan dan mempunyai gigi pemotong seperti pahat yang berguna untuk
pemotong dan mengerat. Marmut termasuk hewan herbivora dan mempunyai sebuah
caecum yang besar yang tumbuh sempurna dan berfungsi untuk menyimpan makanan.
Mamalia khususnya marmut mempunyai glandula mammae yang menghasilkan susu yang
diberikan kepada anaknya sebagai minuman pertama setelah lahir (Radiopoetro, 1977).
Marmut (Cavia porcellus) tubuhnya tersusun oleh caput, cervix, truncus, ekstrimitas
posterior dan anterior dan caudal yang tumbuh rudiment (Manter dan Miller, 1959). Caput
dan truncus dihubungkan oleh cervix (leher). Kaki depan lebih pendek daripada bagian
belakang dan berfungsi untuk memegang makanan. Cavia porcellus juga memiliki pina
auricula (daun telinga), memiliki dentes incisivus yang terdapat pada tiap belah rahang dan
berbentuk pahat, tidak memiliki dentes canini, jumlah dentes premolars dan dentes molars
ialah relatif (Walters, 1959). Tubuh marmut diisolasi oleh pembungkus (rambut dan
subcutan yang berlemak), dengan sistem ini maka metabolismenya tinggi dan akibatnya
dibutuhkan banyak makan (Jasin, 1989).
Cavia porcellus menarik lawan jenisnya dengan cara menyebarkan bau yang
terdapat pada lekuk pirenium yang letaknya posterior dari penis atau vulva, peristiwa ini
disebut hedonik (Hadikaswoto, 1982). Marmut jantan dan betina mudah dibedakan secara
morfologi. Biasanya ukuran tubuh hewan jantan lebih besar dari pada ukuran hewan
betina. Hewan jantan terdapat penis, pada ujungnya terdapat glans penis (kepala penis)
yang diselubungi kulit lepas yang disebut praeputium, sedangkan pada hewan betina
terdapat clitoris dan vulva yang terletak posterior dari clitoris (Patten, 1985).
Marmut (Cavia porcellus) merupakan hewan pentadactil (memiliki jari-jari yang
bercakar), lengan bawah dapat pronasi dan suprinasi. Hewan ini tidak berekor. Uterusnya
bertipe dupleks, merupakan tipe yang paling primitif dimana bagian kanan dan kiri uterus
terpisah oleh adanya vagina pada hewan betina (Radiopoetro, 1986).
Cavia porcellus mempunyai 2 anggota badan. Jantungnya terdiri dari 4 ruang
masing-masing terpisah yang terdiri dari 2 atrium dan 2 ventrikel. Cavia porcellus termasuk
hewan homoiterm (suhu tubuh tidak dipengaruhi oleh suhu lingkungan). Bagian tubuh
luar Cavia porcellus terdiri dari nares externa, labium inferior, labium superior, palpebra
superior, membran nictitans, crenalia, dan ekstrimitas caudalis (Radiopoetro, 1986).
III. MATERI DAN METODE
A. Materi
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum adalah bak preparat, pinset, pisau
dan gunting bedah.
Bahan-bahan yang digunakan adalah Marmut (Cavia porcellus), air kran, tissue dan
kloroform.
B. Metode
Metode yang digunakan pada acara praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
1. Cavia porcellus dibius menggunakan kloroform sampai mati lemas.
2. Rambut-rambut pada bagian ventral dibasahi agar pada waktu pembedahan rambut-
rambut tersebut tidak beterbangan.
3. Kulit dipotong menggunakan gunting mulai dari posterior di muka penis atau clitoris
menuju ke anterior mengikuti garis medioventral badan sampai ke ujung mandibula.
4. Kulit dibuka ke samping sampai otot-otot daerah abdomen dan thorax terlihat.
5. Pembedahan daerah abdomen dimulai dari daerah inguinal menuju anterior mengikuti
garis medan badan kemudian dilanjutkan ke lateral menyusuri diafragma sehingga otot
daerah abdomen dapat dikuakkan dan organ-organ yang ada pada rongga abdomen
dapat terlihat.
6. Pembedahan dilanjutkan dengan pemotongan rusuk-rusuk di kiri sternum, pada bagian
anterior sampai daerah ketiak, bagian posterior digunting lateral menyusuri diafragma
kemudian bagian-bagian thorax diamati.
7. Pengamatan pada bagian-bagian dalam tubuh marmut dapat dilihat dengan jelas
dengan cara merentangkan bagian saluran pencernaan dan saluran urogenitalia dari
marmut.
8. Organ-organ yang terlihat diamati dan dituliskan sebagai keterangan pada gambar yang
ada pada diktat praktikum.
B. Pembahasan
Hasil pengamatan anatomi Marmut (Cavia porcellus) didapatkan hasil bahwa
morfologi tubuh Marmut terdiri atas kepala (caput), leher (cervix), badan (truncus),
extrimitas (anggota badan) dan untuk cauda (ekor) tumbuh rudiment. Seluruh tubuh
Marmut ditutupi oleh rambut yang merupakan karakteristik mammalia. Daerah kepala
terdiri atas rima oris (mulut), nares externa, mata dan telinga. Daerah anggota badan
terbagi menjadi thorax (dada), extrimitas anterior (kaki depan) yang berjari (digiti) empat,
abdomen (perut), dan extrimitas posterior (kaki belakang) yang berjari (digiti) tiga. Daerah
ekor tumbuh rudimen. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Hildebrand (1995), bahwa
tubuh Marmut dibungkus oleh kulit yang berbulu dan terdiri atas caput, cervix, truncus, dan
cauda yang tumbuh rudimenter. Caput terdiri atas rima oris yang dibatasi oleh labium
superior dan labium inferior. Organon visus memiliki pelpebra superior dan pelpebra
inferior. Bagian belakang organon visus terdapat pina auricula (daun telinga) sebagai
sebagai corong dari porus auticus externa yang selanjutnya ke alat pendengaran.
Kepala Cavia porcellus terdapat mulut yang sebelah depannya dibatasi oleh bibir
atas dan bawah. Bibir atas di tengahnya bercelah, sehingga gigi serinya dapat terlihat dari
luar, hal ini merupakan ciri rodentia. Mulut Marmut pada bagian atasnya terdapat lubang
hidung dan di sekitar mulut. Hidung memiliki rambut-rambut peraba (vibrisae). Mata
Marmut ada sepasang yang dilengkapi dengan kelopak mata (Djuhanda, 1982).
Rambut pada mamalia termasuk Cavia porcellus menutupi hampir seluruh tubuh
kecuali telapak kaki, kuku, glans penis, hubungan muko cutaneus dan puting susu pada
beberapa spesies. Kuku bersifat lentur, menghasilkan bentuk keratin oleh folikel rambut.
Folikel rambut terbentuk dari pertumbuhan ectoderm ke mesoderm embrio di bawahnya.
Pertumbuhan ke bawah pada epitel terbentuk saluran dari sel-sel sekitarnya berdiferensiasi
menjadi beberapa lapis atau selubung yang mengelilingi akar rambut (Dellman, 1992).
Marmut (Cavia porcellus) termasuk mamalia yaitu hewan yang memiliki kelenjar
mammae untuk menyusui anaknya sebagai makanan pertama setelah mereka dilahirkan.
Marmut (Cavia porcellus) mempunyai sifat yang spesifik yaitu mempunyai ekor yang
menonjol. Marmut menarik lawan jenisnya dengan cara menyebarkan kelenjar bau.
Kelenjar bau tersebut terdapat pada lekuk pirenium yang letaknya posterior dari penis atau
vulva, perilaku ini disebut hedonik. Ciri lain dari mamalia adalah tubuhnya dilindungi oleh
rambut, kulit mengandung bermacam-macam kelenjar, jari kaki mempunyai cakar, kuku
dan telapak (Brotowidjoyo, 1990).
Sistem pernapasan Cavia porcellus terdiri dari trachea, broncus dan paru-paru.
Trachea disokong oleh cincin-cincin rawan yang terbuka pada bagian dorsalnya, bekerja
sebagai saluran napas. Pangkal dari trachea berupa rongga yang disebut larink. Cabang dari
trachea adalah broncus, yang kemudian membentuk percabangan lagi disebut bronchioli.
Paru-paru terdiri dari beberapa lobi, terdapat dalam rongga pleural, selaput yang
membungkusnya disebut pleura (Djuhanda, 1980).
Sistem respirasi Marmut meliputi larynx (lekum), untuk mencegah masuknya cairan
atau benda ke dalam trachea (jalan nafas). Bagian dari larynx terdiri dari epiglottis (klep
lekum), berupa struktur lawan yang terulur dari bagian medio dorsal larynx sebelah
anterior. Cartilago thyroidae, lawan larynx yang besar dan bentuknya menyerupai suatu
perisai yang berbentuk U. Cartilago crycoidae, letaknya di sebelah cartilago thyroidae dan
cartilago crythaenoidae, sepasang rawan-rawan yang agak memanjang. Trachea, tersusun
oleh cincin-cincin rawan sebagai lanjutan dari larynx dan pulmo (paru-paru), merupakan
tempat berkumpulnya bronchiolus dan alveoli (Prawirohartono, 1993).
Sistem pencernaan makanan pada Marmut terdiri atas saluran pencernaan
makanan dan kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan makanan terdiri atas rongga mulut,
faring, kerongkongan, lambung, usus halus atau intestine yang terdiri atas jejunum dan
illeum, usus buntu (caecum) berbentuk kantung besar yang di dalamnya terjadi pencernaan
selulosa oleh bakteri dan protozoa karena jenis makanannya berupa tumbuhan yang
mengandung selulosa yang sulit dicerna, gastrum terdiri dari tiga bagian, yaitu pars cardia,
fundus dan pars pylorica. Gastrum mempunyai kelenjar yang menghasilkan HCl dan pepsin.
Colon (usus besar) yang terbagi menjadi empat bagian yaitu colon ascenden yang mengarah
ke atas, colon transversum yang mengarah melintang, colon descenden yang mengarah ke
bawah dan colon sigmoideum yang merupakan colon terakhir. Serta rectum dan anus.
Kelenjar pencernaan terdiri atas kelenjar ludah, kelenjar pada mucosa usus halus, pancreas,
hepar, dan empedu (Mulyono, 1989).
Lambung pada Marmut berbentuk cembung dan cekung. Bagian cembung biasanya
disebut curvatura mayor, sedangkan yang cekung disebut curvatura minor. Caecum tumbuh
dengan sempurna, bagian yang berbentuk seperti kantung-kantung disebut haustrae,
sedangkan lapisan yang membatasinya disebut incisura. Sebelah kiri kanan dari caecum
tampak urat yang bentukya seperti pita disebut taenia (Dellman, 1992).
Sistem urogenitalis pada Cavia porcellus meliputi sistem ekskresi dan sistem
genitalia. Sistem eksresi pada Marmut (Cavia porcellus) berupa ginjal yang berbentuk
seperti biji kacang, ruang median ginjal yang disebut pelvis renalis berhubungan dengan
kandung kemih melalui ureter. Dari kandung kemih mengeluarkan uretra yang akan
mengeluarkan urin melalui saluran urin. Mammalia dominan sudah memiliki saluran yang
terpisah, tidak seperti hewan vertebrata lain yang menggunakan kloaka. Marmut memiliki
saluran pembuangan sisa pencernaan melalui anus, urin melalui uretra, dan saluran
reproduksi melalui vagina dan penis (Brotowidjoyo, 1993).
Sistem genitalia Cavia porcellus jantan dibangun oleh sepasang testis yang
bentuknya bulat telur berwarna putih, terletak dalam rongga perut. Epididymis terdiri dari
caput, corpus, dan cauda epididymis. Ductus defferens berupa saluran berjalan disebelah
dorsal dari kantung urin dan bermuara pada ductus spermaticus yang terdapat pada batang
penis (Storer dan Usinger, 1961). Sepasang pappila mammae (muara glandula mammae)
terletak diantara kaki belakangnya, namun pada hewan jantan, glandula mammae tidak
melakukan sekresi. Bagian belakang penis terdapat lekuk pirenium yang merupakan
lekukan yang dalam dan nampak selalu kotor. Lekuk ini merupakan tempat bermuara
kelenjar bau yang digunakan sebagai tanda pengenal spesies dan hedonik atau pemikat
lawan jenis (Brotowidjoyo, 1990).
Mamalia betina memiliki ovarium yang terletak di belakang ginjal. Ujung lateral
ovarium terdapat saluran yang disebut osteum yang menuju oviduct. Saluran ini berlanjut
sebagai kantung tebal yang merupakan tanduk dari uterus, kedua tanduk menyatu pada
bagian posterior sebagai badan uterus, dimana vagina terletak diantara kopulasi (Storer
dan Usinger, 1951).
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan dan pembahasan hasil praktikum anatomi Marmut (Cavia
porcellus) yang telah dilaksanakan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Morfologi tubuh Marmut terdiri atas kepala (caput), leher (cervix), badan (truncus),
extrimitas (anggota badan) dan untuk cauda (ekor) tumbuh rudiment.
2. Sistem pencernaan makanan pada Marmut terdiri atas saluran pencernaan makanan
dan kelenjar pencernaan.
3. Saluran pencernaan pada Marmut terdiri atas rongga mulut, faring, kerongkongan,
lambung, usus halus atau intestine yang terdiri atas jejunum dan illeum, usus buntu
(caecum), gastrum, colon, rectum dan anus.
4. Kelenjar pencernaan pada Marmut terdiri atas kelenjar ludah, kelenjar pada mucosa
usus halus, pancreas, hepar, dan empedu.
5. Sistem urogenitalis pada Cavia porcellus meliputi sistem ekskresi dan sistem genitalia.
6. Sistem eksresi pada Marmut (Cavia porcellus) berupa ginjal yang berbentuk seperti biji
kacang, dan sistem eksresinya selain terdapat ginjal juga terdapat ureter, vesica
urinaria, uretra, saluran pembuangan melalui anus dan urin melalui uretra dan
reproduksi melalui vagina dan penis.
7. Sistem genitalia Cavia porcellus jantan dibangun oleh sepasang testis, epididymis,
ductus defferens, dan uretra.
8. Sistem genitalia Cavia porcellus betina terdiri atas sepasang ovarium, tuba falopii,
uterus, dan vagina.
B. Saran
Saran untuk praktikan sebaiknya para praktikan memanfaatkan waktu praktikum
dengan baik dan harus benar-benar mempelajari segala hal yang didapat dan dipelajari
ketika praktikum berlangsung. Saran untuk laboran, sebaiknya alat-alat dan bahan yang
akan digunakan untuk praktikum disiapkan lebih lengkap dan tetap dijaga kebersihannya.
Saran untuk asisten yaitu, saya sebagai praktikan berharap mendapat pengarahan yang
maksimal sehingga bisa melaksanakan praktikum dan memperoleh tujuan dari praktium
dan Alhamdulillah sudah didapatkan, terimakasih kak sudah membimbing saya dan teman-
teman selompok yang lainnya atas semua bimbingan dan pengarahan serta ilmu yang
bermafaat yang diberikan selama seluruh rangkaian acara praktikum struktur hewan.
DAFTAR REFERENSI
Brotoatmojo, M. D. 1990. Zoologi Dasar. Erlangga, Jakarta.
Brotowidjoyo, M. D. 1990. Zoologi Dasar . Erlangga, Jakarta.
Brotowidjoyo, M. D. 1993. Zoologi Dasar. Erlangga, Jakarta.
Dellman, H. D. and Ester, M. B. 1992. Buku teks Histologi Veteriner . Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Djuhanda , T. 1980. Anatomi dari Empat Spesies Hewan Vertebrata. Armico, Bandung.
Djuhanda, T. 1982. Pengantar Anatomi Perbandingan Vertebrata jilid I . Armico, Bandung.
Hadikaswoto. 1982. Zoologi Umum. Alumni, Bandung.
Hildebrand, M. 1984. Analysis of Vertebrate Structure Second Edition. Jhon Wiley & Sons, New York.
Hildebrand, M. 1995. Analisis of Vertebrata Structure. John Wiley and Son, Inc, NewYork.
Jasin, M. 1989. Sistematika Hewan Vertebrata dan Invertebrata. Sinar Wijaya,Surabaya.
Kimball, J. W. 1986. Biologi jilid II. Erlangga, Jakarta.
Manter, H. W. and Miller. 1959. Introduction to Zoology. Harper and Brothers, New York.
Mulyono, S. 1989. Biologi. Setiaji, Surakarta.
Patten, B. M. 1985. Introduction of Embriology. Graw Hill Company, New York.
Prawirohartono, S. 1993. Biologi. Yudhistira, Jakarta.
Radiopoetro. 1977. Zoologi. Erlangga, Jakarta.
Radiopoetro. 1986. Zoologi. Erlangga, Jakarta.
Radiopoetro. 1990. Zoologi. Erlangga, Jakarta.
Storer, and Usinger. 1951. Elemen of Zoology. McGraw-Hill Book Company, Inc., London.
Storer, and Usinger. 1961. General Zoology. McGraw-Hill Book Company, Inc., London.
Walter, H. E, Leonard P. Sayles. 1959. Biology of the Vertebrates. The Macmilan Company, New York.