anam RPD

3
Dua puluh tiga tahun yang lalu (1991, 29 tahun) pabrik tempat pasien bekerja mengalami kebangkrutan, sehingga pasien tidak lagi mempunyai pekerjaan. Pasien mencoba mencari kerja namun tidak juga kunjung mendapat pekerjaan karena pasien hanya berlatar pendidikan SD. Istri pasien terus menerus mendesak pasien untuk mendapatkan uang demi memenuhi kehidupan sehari-hari sehingga pasien merasa tertekan. Pasien mulai sering melamun dan berdiam diri di kamar. Kemudian, pasien mengalami perubahan sikap. Pasien menjadi pemarah dan seringkali berkata kasar pada istri dan ibunya. Pasien mulai sering merusak barang-barang rumah tangga dan mengamuk apabila istri pasien meminta uang. Perilaku pasien kacau dan tidak dapat diajak untuk berkomunikasi. Pasien juga seringkali berbicara sendiri dan bercerita dengan tetangga bahwa pasien melihat seorang nabi menaiki unta yang lewat di depan rumahnya. Karena keluarga merasa perilaku pasien mulai parah dan tidak wajar, maka keluarga membawa pasien ke Rumah Sakit Jiwa Grogol untuk dilakukan pengobatan. Pasien dirawat selama kurang lebih 3 bulan, kemudian pasien dipulangkan. Saat pulang pasien tidak lagi menunjukkan gejala aneh, dan kembali seperti sedia kala. Pasien mendapatkan pekerjaan sebagai buruh pengangkut pasir di daerah dekat tempat pasien tinggal. Pasien diberikat obat pulang, keluarga pasien tidak ingat nama obatnya. Pasien setiap sebulan sekali diantar kakak pasien mengambil obat di Rumah Sakit Jiwa Grogol, namun hanya berlangsung sampaii satu tahun. Setelah itu pasien tidak lagi mengambil obat karena merasa telah sembuh dan sudah tidak perlu untuk meminum obat lagi.

description

rpd

Transcript of anam RPD

Page 1: anam RPD

Dua puluh tiga tahun yang lalu (1991, 29 tahun) pabrik tempat pasien bekerja

mengalami kebangkrutan, sehingga pasien tidak lagi mempunyai pekerjaan. Pasien mencoba

mencari kerja namun tidak juga kunjung mendapat pekerjaan karena pasien hanya berlatar

pendidikan SD. Istri pasien terus menerus mendesak pasien untuk mendapatkan uang demi

memenuhi kehidupan sehari-hari sehingga pasien merasa tertekan. Pasien mulai sering

melamun dan berdiam diri di kamar. Kemudian, pasien mengalami perubahan sikap. Pasien

menjadi pemarah dan seringkali berkata kasar pada istri dan ibunya. Pasien mulai sering

merusak barang-barang rumah tangga dan mengamuk apabila istri pasien meminta uang.

Perilaku pasien kacau dan tidak dapat diajak untuk berkomunikasi. Pasien juga seringkali

berbicara sendiri dan bercerita dengan tetangga bahwa pasien melihat seorang nabi menaiki

unta yang lewat di depan rumahnya. Karena keluarga merasa perilaku pasien mulai parah dan

tidak wajar, maka keluarga membawa pasien ke Rumah Sakit Jiwa Grogol untuk dilakukan

pengobatan. Pasien dirawat selama kurang lebih 3 bulan, kemudian pasien dipulangkan. Saat

pulang pasien tidak lagi menunjukkan gejala aneh, dan kembali seperti sedia kala. Pasien

mendapatkan pekerjaan sebagai buruh pengangkut pasir di daerah dekat tempat pasien

tinggal. Pasien diberikat obat pulang, keluarga pasien tidak ingat nama obatnya. Pasien setiap

sebulan sekali diantar kakak pasien mengambil obat di Rumah Sakit Jiwa Grogol, namun

hanya berlangsung sampaii satu tahun. Setelah itu pasien tidak lagi mengambil obat karena

merasa telah sembuh dan sudah tidak perlu untuk meminum obat lagi.

Sembilan tahun yang lalu (2005, 43 tahun) pasien kembali menunjukkan perlaku yang

aneh. Pasien berbicara sendiri, seolah olah sedang mengobrol dengan orang lain, ketika

ditanya sedang berbicara dengan siapa, pasien hanya diam lalu pergi. Keluarga pasien tidak

tahu persis apa penyebab muculnya kembali gejala ini, karena pasien dan istri tidak pernah

terlihat ada masalah yang berarti. Saat ini, pasien telah memiliki 3 orang anak laki-laki yang

masih kecil. Istri pasien takut dengan keadaan pasien yang seperti ini akan membawa

pengaruh buruk bagi perkembangan ketiga anaknya, maka istri pasien memutuskan untuk

tinggal di kampung dengan membawa ketiga anaknya bersamanya, namun dengan status

masih sebagai suami istri dan tidak ada perceraian. Hal tersebut semakin membuat pasien

terpukul dan bertambah stress yang berakibat semakin kacaunya perilaku yang ditunjukkan

pasien. Suatu ketika, pasien memukul salah seorang tetangganya karena pasien yakin bahwa

tetangga tersebut membicarakan tentang masalah rumah tangga pasien. Menurut keluarga

pasien, tidak ada tetangga yang membicarakan seperti itu, dan tidak ada bukti yang

mendukung bahwa tetangganya seperti itu. Keluarga pasien khawatir pasien akan memukuli

Page 2: anam RPD

tetangga lagi, maka keluarga memutuskan untuk membawa kembali pasien ke Rumah Sakit

Jiwa Grogol untuk dirawat. Pasien dirawat kurang lebih 2 bulan lalu dipulangkan. Pasien

diberikan obat pulang, diminum hingga habis. Sama seperti riwayat sebelumnya, pasien

hanya rutin meminum obat selama satu tahun dan berhenti meminum obat karena merasa

sudah sembuh dan tidak lagi memerlukan obat. Pasien kemudian tinggal berdua dengan ibu

pasien dan bekerja sebagai petani di tanah milik keluarga pasien.

Satu tahun yang lalu (2013, 51 tahun) pasien tiba-tiba berteriak dan memanjat genting

rumahnya tanpa menggunakan baju. Pasien berteriak mengerang-mengerang tidak jelas kata

apa yang diteriakkan pasien, dan pasien marah setiap ada orang yang mendekati pasien.

pasien yakin bahwa dirinya adalah harimau, dan pasien memiliki kekuatan seperti seekor

harimau. Masyarakat merasa resah dan terganggu dengan perilaku pasien sehingga mendesak

keluarga pasien untuk membawa pasien ke Rumah Sakit Jiwa. Keluarga pasien akhirnya

membawa pasien ke RS Marzoeki Mahdi dengan alasan lebih dekat dari rumah dibanding ke

RS Jiwa Grogol. Pasien dirawat selama kurang lebih 1 bulan, lalu diperbolehkan pulang.

Pasien diberikan obat pulang yaitu risperidone 2x2mg, Haloperidol 3x5mg, dan

Trihexyfenidil 3x2mg. Pasien hanya meminum obat sampai persediaan habis, lalu tidak

kontrol dengan alasan tidak ada biaya untuk membayar pengobatan. Seusai dirawat, pasien

kembali bekerja sebagai petani sekaligus tukang potong rumput.