analisis usaha kambing etawa

download analisis usaha kambing etawa

If you can't read please download the document

Transcript of analisis usaha kambing etawa

Kambing perah merupakan komoditas baru di Indonesia yang kemungkinan memiliki pr ospek pengembangan yang baik. Walaupun belum terbukti secara ilmiah, anggapan ya ng berkembang di masyarakat adalah bahwa susu kambing dapat menyembuhkan berbaga i penyakit pernafasan, seperti asma dan TBC. Oleh karena itu permintaan cenderun g semakin meningkat dan harga yang masih cukup tinggi. Di sisi lain kambing pera h dapat berperan ganda sebagai peghasil susu dan daging. Dari kebutuhan investas i, usaha kambing pernah memerlukan investasi jauh lebih kecil dibandingkan denga n sapi perah dan di samping ini relatif lebih mudah dalam manajemen. Kambing perah yang banyak dikembangkan di Indonesia umumya kambing peranakan Eta wah (PE), yang umumnya masih lebih dominan sebagai sumber daging dibandingkan de ngan sumber air susu. Susu kambing belum dikenal secara Iuas seperti susu sapi p adahal memiliki komposisi kimia yang cukup baik (kandungan protein 4,3% dan lema k 2,8%) relatif lebih baik dibandingkan kandungan protein susu sapi dengan prote in 3,8% dan lemak 5,0% (Sunarlim dkk, 1992). Disamping itu dibandingkan dengan s usu sapi, susu kambing lebih mudah dicerna, karena ukuran molekul lemak susu kam bing lebih kecil dan secara alamiah sudah berada dalam keadaan homogen (Sunarlim dkk, 1992) (Sinn, 1983). Produktivitas biologis kambing cukup tinggi, 8-28% lebih tinggi dibandingkan sap i (Devendra, 1975). Jumlah anak per kelahiran (litter size) bervariasi 1 sampai dengan 3 ekor dengan tingkat produksi susu yang melebihi dari kebutuhan untuk an aknya, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai produk komersial dan tidak mengganggu proses reproduksinya. Biaya investasi usaha ternak kambing relatif rendah dan p emeliharaannya pun jauh lebih mudah dibanding sapi. Pengembangan usaha kambing PE mempunyai peluang pasar yang cukup tinggi di Kabup aten Cianjur karena daya dukung kesesuaian iklim dan aksesibilitas ke berbagai d aerah konsumen. Tingginya impor dan masih rendahnya produksi susu sapi dalam neg eri, merupakan pasar yang perlu dijajaki. Dari aspek produksi daging, permintaan daging kambing di Indonesia maupun di dun ia juga mengalami peningkatan pesat selama 10 tahun terakhir ini. Indonesia meng konsumsi kambing sebagai salah satu sumber protein hewani yang utama setelah sap i dan ayam. Pasokan daging kambing relatif terbatas karena usaha peternakan kamb ing di Indonesia didominasi oleh usaha rumah tangga dengan skala pemilikian 4 10 ekor. Permintaan kambing untuk konsumen khususnya seperti restauran dan hotel-hotel ma sih dipenuhi oleh impor. Hal ini disebabkan daging kambing dalam negeri kurang s esuai untuk masakan yang dikehendaki oleh restauran dan hotel tersebut. Pengemba ngan pasar ke pasar spesifik merupakan peluang ekonomi yang pantas diraih dengan pengusahaan peternakan kambing sistem ranch, dan hal ini sangat sesuai dengan k ambing PE. Komoditas susu kambing juga memiliki propek yang baik sejalan dengan semakin memasyarakatnya susu tersebut. Kabupaten Cianjur memiliki keunggulan komparatif dalam usaha peternakan kambing karena ketersediaan lahan luas diikuti oleh kemampuan penduduk dalam menangani t ernak ini. Perkembangan teknologi dalam bidang peternakan yang pesat memungkinka n untuk mencapai produktivitas lebih dari yang ada pada saat ini. Tujuan Melakukan analisis finansial usaha ternak kambing di lingkungan di Kabupaten Cia njur mencangkup keuntungan usaha jangka pendek maupun jangka panjang serta prosp ek pengembangan di masa yang akan datang (peluang pasar). Peluang Pasar Karakteristik Pasar

Pasar bagi daging kambing dapat digolongkan menjadi 2 bagian besar yakni pasar t radisional bagi masyarakat pedesaan dan sebagian masyarakat kota dan pasar khusu s bagi masyarakat kota. Kedua jenis konsumen daging kambing ini mempunyai karakt eristik yang berbeda. Konsumen dari pasar tradisional belum memperhatikan aspekaspek kesehatan hewan, pembangunan jenis daging dan cara penanganan daging. Seda ng konsumen masyarakat kota sangat memperhatikan masalah-masalah kesehatan hewan /daging, cara penanganan dan pembagian jenis daging. Besarnya pangsa kedua jenis pasar ini tak dapat ditentukan. Pada pasar tradisional, daging kambing dibeli oleh pedagang dari ternak, kemudia n dipotong di rumah pemotongan hewan atau dipotong sendiri. Penjualan daging ini dilaksanakan di pasar-pasar umum. Pasar khusus masyarakat kota umumnya membeli dari pedagang daging yang telah disertifikasi. Daging dipotong di rumah pemotong an hewan dan dijual di supermarket atau di toko-toko khusus yang menjual daging. Hotel dan restoran selain membeli dari supermarket juga membeli dari pemasok ya ng khusus mengantarkan daging ke restoran sesuai dengan pesanan. Tingkat permintaan daging kambing tidak terlalu fluktuatif sepanjang tahun, namu n permintaan akan meningkat dengan cepat pada saat Hari raya Idul Adha. Pada har i raya tersebut, biasanya permintaan daging akan meningkat dan harga akan mening kat pula. Pada Hari raya Idul Adha, dijual kambing hidup yang sehat untuk diguna kan pada kegiatan keagamaan. Persepsi konsumen. Dari hasil studi Sukmawati et al. 19.., memperlihatkan tentan g posisi susu kambing yang semakin penting di amsyarakat. Dari hasil wawancara t ersebut, bahwa sebagian besar konsumen memanfaatkan susu kambing sebagai obat (5 6,3%) selebihnya untuk menambah daya tahan tubuh (31,2%) dan sebagai aprodisiak (12,5%). Susu kambing lebih dikeal sebagai penawar penyakit tertentu disamping s ebagai sumber gizi. Konsumen beranggapan bahwa susu kambing bermanfaat sebagai p enawar gatrointestinal, penyakit pernafasan (asma, TBC, bronkhitis) sebagai apro disiak dan untuk menjaga kondisi kesehatan (thahar dkk, 1995). Dari uji organole ptik menunjukkan bahwa susu kambing cukup digemari seperti layaknya susu sapi (S unarlin, 1992). Susu kambing mempunyai kandungan total bahan kering (abu) dan lemak lebih tinggi daripada sapi, demikian juga kandungan mineralnya (Ca, P, Ca:P, CI, ,kecuali Fe dan Cu), vitaminnya (vitamin A dan B) serta riboflavin (tabel 1). Total protein , albinum dan globulin serta casein memang rendah, namun non protein nitrogen le bih tinggi pada kambing daripada susu sapi. Sunarlin memberikan analisis yang ag ak berbeda, kandungan protein susu kambing relatif lebih tinggi, yaitu 4,3% diba nding susu sapi (3%). Kandungan protein susu kambing hasil analisis ini lebih ti nggi dibandingkan penelitian Triwulaningsih (1986) yang hanya 2,1%. Sedangkan ka dar lemak susu kambing (2,8%) lebih rendah dibandingkan kadar lemak susu sapi, y aitu 5,0%. Triwulaningsih melaporkan hasil yang relatif tinggi, yaitu 3,69%. Dari data yang ada, susu kambing ternyata sangat potensial sebagi sumber protein hewani disamping susu sapi. Bagi anak-anak (bayi) yang alergi terhadap susu sap i, susu kambing dapat menggantikannya. Oleh sebab itu, tepat sekali kalau pemasy arakatn susu kambing dikaitkan dengan program gizi keluarga dalam program posyan du. Di Inggris, susu kambing selain dikonsumsi, juga diolah menjadi berbagai ben tuk seperti keju, krim, mentega dan yoghurt (Mackenzie,1970). Harga yang sangat menarik. Persepsi tersebut diatas mempunyai pengaruh yang cuku p besar terhadap mahalnya harga susu kambing jika dibandingkan harga susu sapi y ang dapat mencapai 10 kali lipat. Harga susu kambing Etawah segar adalah Rp 12.0 00/liter di Jakarta, sebaliknya harga susu sapi Rp 2000 3000,-/liter. Konsumsi Susu Kambing. Akhir-akhir ini konsumsi susu kambing terus meningkat dar i tahun ketahun. Laju peningkatan populasi yang tidak seimbang dengan laju permi ntaan kambing tersbut akan menciptakan ketidakseimbangan antara permintaan dan p

roduksi tersebut. Jika diperkirakan seekor kambing dapat menghasilkan daging seb erat 10 kg, laju permintaan daging kambing 6% per tahun dan laju peningkatan pop ulasi kambing sebesar 3% per tahun maka proyeksi permintaan dan populasi kambing tahun 1999 terlihat pada tabel 1. Proyeksi Permintaan dan Produksi Kambing Indonesia (x1.000 ekor) Tahun : 1991 ; 1993 ; 1995 ; 1997 ; 1999 Populasi kambing : 11.609 ; 12.316 ; 13.067 ; 13.862 ; 14.706 Permintaan kambing : 7.966 ; 8.951 ; 10.057 ; 11.300 ; 12.697 Keseimbangan Persediaan : 3.643 ; 3.365 ; 3.010 ; 2.562 ; 2.009 Dari data di atas terlihat dengan laju permintaan sebesar 6% per tahun dan tingk at produksi permintaan sebesar 6% pertahun dan tingkat produksi sebesar 3% per t ahun, maka dalam 10 tahun mendatang, kebutuhan daging Indonesia mungkin lagi dic ukupi. Gambaran Usaha Faktor Teknis Populasi kambing di Indonesia saat ini mencapai 7 juta ekor. Jumlah ini 76% dian taranya berada di Pulau Jawa. Kambing umumnya dipelihara dengan cara yang sangat sederhana di setiap rumah tangga pedesaan. Setiap keluarga pada umumnya memilik i 4 6 ekor kambing yang dipelihara dengan dikandangkan di halaman rumah dan dige mbalakan di areal bekas panen atau lahan beras. Pakan yang diberikan setiap hari berasal dari rumput yang ada di seputar rumah. Jenis kambing yang saat ini banyak dipelihara adalah kambing lokal dan kambing e tawa. Jenis kambing etawa merupakan jenis yang memiliki produktivitas tinggi dan daya tahan yang Iebih baik. Kambing betina jenis ini mencapai kematangan seksua l pada umur 8 9 bulan. Masa kehamilan selama 5 bulan dan masa Iaktasi 4 bulan. D engan pemeliharaan yang baik, kambing dapat dikawinkan lagi 2 3 bulan lagi setel ah melahirkan. Setiap melahirkan kambing mampu menghasilkan 2 3 ekor anak, sehin gga dalam dua tahun dapat menghasilkan 6 9 ekor anak. Kambing dewasa jenis ini m emiliki berat karkas bersih 18 20 kg untuk kambing jantan dan 15 18 untuk betina . Masa subur kambing betina setelah berusia 5 tahun. Secara teoritis, kambing dapat menghasilkan 6 9 anak setiap dua tahun. Reproduks i kambing juga dipengaruhi oleh tingkat kecukupan gizi yang ada. Kebutuhan pakan kambing dipenuhi dengan rumput yang ditanam oleh proyek di areal yang ada. Sela in rumput, kambing juga memerlukan makanan tambahan berupa biji-bijian untuk mem percepat pertumbuhannya. Tambahan pakan diperkirakan 24 ton per tahun. Untuk men yuburkan rumput dipergunakan pupuk organik yang banyaknya 32 kg per ha per tahun . Pemupukan hanya dilakukan pada 3 tahun pertama proyek, untuk masa-masa selanju tnya rumput hanya akan dirawat, zat-zat organik yang dapat menyuburkan tanah dap at diperoleh dari kompos kotoran ternak. Selain itu untuk kepentingan ditambahka n obat-obatan berupa hormon vitamin. Daging kambing jantan umumnya kurang disenangi karena memiliki serat yang kenyal dan bau yang cukup tajam. Oleh karenanya, penjualan kambing jantan dilakukan pa da usia muda kecuali kambing jantan yang hendak dijadikan pejantan. Perkiraan perkembangan kambing pada ranch didasarkan pada perhitungan berikut: * * * * Kematian tahunan kambing dewasa : 10% Daya tahan hidup (survival rate) jantan : Daya tahan hidup (survival rate) betina : Tingkat pergantian induk : 35% 65% 85%

(Kematian 10%, penyisihan karena tua 20%, tidak subur dan alasan lain 5%) * Persentasi induk yang disisihkan : * Tingkat pengantian induk : 25% 10%

Usaha kambing ternak ini menggunakan induk 16 ekor dengan periode pemeliharaan s elama 6 tahun. Ratusan litter size yang diperoleh adalah 2,25 ekor/kelahiran. Pe jantan digunakan selama 2 tahun dan nisbah antara penggunaan jantan terhadap bet ina sebesar 1 : 8. Setelah lewat 2 tahun dijual sebagai pejantan afkir dengan ha rga yang sedang berlaku di pasaran. Anak betina dipilih sebanyak 2% sebagai repl acement stock, sedangkan anak jantan semuanya dijual. Penjualan ternak dilakukan atas dasar per kg bobot badan hidup. Beberapa hasil penelitian (Sukmawatu et al .) memperlihatkan keragaan produksi kambing etawah dengan sistem pemeliharaan ya ng dikandangkan (sistem pemeliharaan intensif) diperlihatkan dalam data di bawah . Keragaan Produktivitas Kambing Karakteristik Litter size (ekor/kelahiran) : Berat lahir (kg) Kematian anak pra-sapih (%) : Pertumbuhan anak harian (g) - pra sapih - lepas sapih

2,25 : 3 8 : : 135 100

Menurut Triwulaningsih (1986) produksi susu kambing PE sekitar 0,498 0,692 liter per ekor per hari dengan produksi tertinggi dicapai 0,868 liter. Menurut Devand ra (1983) rataan produki susu kambing Etawah berkisar 0,7 1,0 kg per hari dengan rata-rata waktu laktasi 140 hari. Dengan sistem manajemen yang baik maka periode laktasasi dapat dilakukan sampai 9 bulan dengan puncak produksi pada bulan pertama kedua, dapat dilakukan sampai 9 bulan dengan puncak produksi pada bulan pertama dan bulan ke dua, dapat mencapai produksi 4 liter/ekor/hari. Skala Usaha Dari hasil studi di beberapa lokasi, serta untuk dapat memanfaatkan tenaga kerja keluarga secara optimal dan dimungkinkannya tercapainya tingkat investasi yang cocok bagi kebanyakan masyarakat di Cianjur, maka skala usaha yang disarankan da lam usaha kambing etawah untuk produksi air susu adalah 16 ekor induk kambing de ngan masa pemeliharaan 6 tahun. Alternatif Lokasi Sebagai ternak perah, lokasi yang ideal bagi peternakan kambing perah adalah pad a daerah dengan dukungan sarana transportasi yang memadai, bersuhu sejuk (sekita s 20 C) atau pada daerah dengan ketinggian dari permukaan laut lebih dari 600 m, dengan ketersediaan air bersih yang cukup. Wilayah pengembangan adalah pada dae rah dengan lama periode kering tidak lebih dari 4 bulan, sehingga ketersediaan h ijauan dapat lebih terjamin. Sedapat mungkin ketersediaan lahan untuk tanaman ru mput juga tersedia. Berdasarkan persyaratan ini, maka Desa tegal Lega Kecamatan Warung Kondang merupakan salah satu lokasi potensial untuk pengembangan Takokak, Campaka dan Cugenang. Pembiayaan dan Kelayakan Investasi Investasi tetap yang diperlukan dalam pegembangan ternak kambing PE meliputi ban gunan kandang, pembelian bibit betina dan jantan, sewa lahan, pembuatan gudang, dan lain-lain. Total investasi untuk skala pemeliharaan 16 ekor betina dan 2 eko r jantan sebesar Rp. 21.500.000,-. Sedangkan biaya operasional yang diperlukan d

an dikeluarkan setiap tahunnya mencangkup biaya replacement stock, pakan, obat, tenaga kerja, peralatan dan lain-lain dengan total kebutuhan pertahun sebesar Rp . 9.200.000,-. Sehingga total kebutuhan dana pinjaman, yang terdiri dari biaya i nvestasi tetap dan biaya operasional selama satu tahun sebesar Rp 30.700.000,-. Struktur pembiayaan dan investasi diperlihatkan dalam data di bawah. Komponen biaya adalah komponen biaya tenaga kerja dan pakan masing-masing sebesa r 32 dan 31%. Komponen penerimaan terdiri dari penjualan susu, penjualan betina afkir, penjualan jantan afkir, penjualan anak betina, penjualan anak jantan, dan penjualan pupuk. Total penerimaan setiap tahun mencapai Rp. 39.240.000,-. Estimasi Input-Output Usaha Ternak kambing Perak (rupiah/tahun) Mulai awal 1. Pembuatan kandang : 5.000.000 2. Pembelian ternak : 8.000.000 - Betina : 2.000.000 - Pejantan : 2.500.000 3. Sewa lahan (500 m2) : 3.000.000 4. Gudang Jumlah :: 20.500.000 Biaya tetap 1.Penyusunan Kandang 2.Penyusunan Gudang Jumlah biaya tetap : : 500.000 300.000 :: 800.000

Biaya variabel 1. Replacement : 1.500.000 2. Pakan : 2.916.000 3. Obat-obatan : 1.150.000 4. Tenaga Kerja : 3.00000 5. Peralatan : 200.000 6. Lain-lain : 657.500 Jumlah biaya variabel :: 9.423.700 Jumlah total ::: 30.723.700 Output 1.Penjualan 2.Penjualan 3.Penjualan 4.Penjualan 5.Penjualan 6.Penjualan susu : 22.000.000 betina afkir : 400.000 jantan afkir : 200.000 anak jantan : 9.600.000 anak betina : 5.600.000 pupuk : 1.440.000 :: 39.240.000

Jumlah output

Dengan skala 16 ekor betina dan 2 ekor jantan bagi petani dapat merupakan usaha pokok dalam usaha tani. Keuntungan usaha setelah dikurangi beban bunga 18 persen per tahun diprediksi sebesar Rp 24.514.000,- per tahun atau Rp 2.042.833,- per tahun. Berdasarkan perhitungan selama lima tahun, NPV pads tingkat PE mampu bert ahan dalam suku bunga yang tinggi, karena IRR yang sangat tinggi (> 100%). Jangk a waktu pengembalian juga relatif cepat, sekitar 0,66 tahun atau sekitar 8 bulan . Indikator Investasi Usaha Ternak Kambing PE Kabupaten Cianjur Skala 6 Ekor Betin a dan 2 Ekor Jantan No. Komponen Nilai 1. NPV (I=18%/th) : 64.262.039

2. 3. 4.

NPV (I=25%/th) : 54.090.450 IRR > 100% Payback Period (BI) 7,29

Peluang Usaha Bagi Investor Dari hasil analisis biaya dan investasi tersebut di atas, ternyata usaha peterna kan kambing etawah dengan air susu sebagai produk utama adalah Iayak secara tekn is, ekonomis dan finansial di Kabupaten Cianjur bila dilaksanakan dengan manajem en berorientasi komersial dan dengan disertai sistem pemeliharaan yang intensif. Penerapan teknologi sederhana berupa pembuatan kandang yang bersifat permanen d an hygines serta mula mengintroduksi pakan konsentrat yang seimbang, sehingga ke matian anak dapat ditekan dan keragaan reproduksi menjadi lebih baik membuat usa ha ini dapat berjalan lebih efisien dan dapat menguntungkan bagi peternak. Untuk ekspansi usaha bagi peternak tentunya terbatas, khususnya dalam hal pengad aan modal kerja. Dalam hal ini ada peluang bagi investor untuk membantu masyarak at dengan membuat kemitraan usaha, dimana investor dapat berperan sebagai inti d an masyarakat peternak sebagi plasma yang saling menguntungkan. Bagi peternak pe nerimaan cash income yang lebih terjamin oleh inti merupakan sesuatu yang sangat menarik. Sebelumnya, Gubernur Jawa Barat Achmad Heryawan mendorong masyarakat di daerah i ni untuk menggemari daging kambing dan domba untuk meningkatkan konsumsi daging di provinsi itu. "Diharapkan keberadaan pasar ternak regional di Jabar tidak hanya berorientasi p ada pemasaran daging sapi, tetapi juga dapat lebih optimal mendorong pemasaran t ernak kambing dan domba," kata Heryawan. Ia mengatakan, Jabar menggiatkan pengembangan sektor peternakan dalam salah satu program kerjanya pada 2009 ini, di samping tetap mengoptimalkan peternakan peng gemukan sapi. Upaya pengembangan peternakan kambing dan domba itu dianggap perlu mengingat tingginya kebutuhan konsumsi daging sapi di Jawa Barat yang belum mam pu dipenuhi oleh produksi daging sapi lokal. Jadi, pemenuhan untuk konsumsi daging sapi masih bergantung pada provinsi lain s ebagai pemasok. Saat ini, kata dia, konsumsi daging domba dan kambing di Jawa Ba rat baru mencapai 3,932 juta kilogram per tahun atau hanya mencapai 12,44 persen dari potensi ternak kambing dan domba di provini itu. Berdasarkan data dari Dinas Peternakan Jawa Barat, jumlah populasi domba di Jaba r mencapai 5,31 juta ekor dan kambing sebanyak 7,39 juta ekor. "Konsumsi dan dom ba merupakan konsumsi daging riil yang bisa dilakukan oleh masyarakat, hanya saj a saat ini belum disadari masyarakat yang justru masih tergantung daging sapi," kata Heryawan. Ia menambahkan, saat ini tingkat konsumsi daging di Jabar baru mencapai 7,89 kil ogram per kapita per tahun atau 78,12 persen dari target normal gizi 10,10 kilog ram per kapita per tahun. Ia mengakui, perlunya terobosan untuk meningkatkan mas yarakat suka mengkonsumsi daging kambing dan domba untuk mencapai target normal gizi konsumen daging di provinsi itu. Selain itu, Jabar juga mendorong sentra agrobisnis peternakan sapi perah, bibit sapi betina, dan pemanfaatan sapi perah jantan sebagai ternak potongan. Saat ini , kata dia, populasi ternak sapi perah di Jabar sebanyak 111.250 ekor dengan pro duksi susu yang dihasilkan sebanyak 242.102 ton. "Jabar saat ini menjadi produsen susu terbesar kedua secara narional, sebagian b esar dikelola peternak rakyat," kata Gubernur.

Meski demikian, tingkat konsumsi susu di Jabar belum juga ideal, yakni 5,93 kilo gram per kapita per tahun atau 97,21 persen dari target sebesar 6,10 kilogram pe r kapita per tahun. "Sayangnya potensi itu terkendala masih lemahnya posisi tawa r peternak dalam memperoleh nilai jual susu sehingga berakibat pada penurunan ha rga susu yang diterima dari industri pengolahan susu," kata Heryawan. Kambing Etawa yang saat ini berkembang di masyarakat bukanlah kambing Etawa asli . Namun berupa peranakan kambing Etawa. Pasalnya, kambing Etawa yang ada merupakan hasil persilangan dari Kambing Etawa asal India yang dibawa oleh penjajah Belanda dengan kambing lokal di Kaligesing, Purworejo. Kambing Etawa ini sangat diminati masyarakat sekitar Jawa Tengah lantaran postur tubuhnya yang tinggi besar. Bulunya halus dan beragam warnanya. Sehingga, "Kambing ini jarang dikonsumsi akan tetapi jadi binatang peliharaan de ngan nilai jual tinggi," ujar Nasib Setiyawan, peternak kambing Etawa dari Kabup aten Lumajang. Ciri khas kambing Etawa adalah bentuk mukanya yang cembung dengan telinga panjan g menggelambir, serta tanduk yang panjang dan ramping. "Kambing jenis ini mudah berkembang dengan baik di daerah berhawa dingin, " lanj ut Nasib Nasib sendiri sudah dua tahun menjadi peternak kambing Etawa lantaran melihat po tensi ekonominya yang tinggi. Ia lantas bergabung dengan sentra peternakan kambi ng Etawa rakyat Lumajang, Seroja Agrobiz. Saat ini Nasib sudah punya sekitar 50 indukan kambing Etawa siap jual. Dari hasi l peternakannya ini, rata-rata saban bulan ia mampu menjual mulai dari 10 kambin g sampai 100 kambing dengan potensi laba sampai Rp 100 juta. Menurut Nasib, cara beternak kambing Etawa sangat mudah. Lantaran, pakan berlimp ah dan sifat kambing Etawa peranakan Kaligesing yang dibiakkannya rata-rata puny a daya tahan tubuh yang bagus. "Penyakit paling sering hanya penyakit kulit. Tinggal dibalur dengan belerang ya ng ditumbuk dan dicampur minyak, nanti sembuh," lanjutnya. Untuk memulai usaha ini, paling tidak kita harus membuat kandangnya terlebih dah ulu. Kandang ini harus dibuat seperti panggung dengan jarak lantai kandang dari tanah sekitar 1 meter. Lantai kandang dibuat dari bilah bambu atau papan dan lebih tinggi dari tanah ag ar kebersihan kandang terjaga. "Karena kotoran kambing Etawa itu mengandung amon ia yang sangat tinggi, maka kandang harus dibersihkan tiap hari," ujar Nasib. Saban minggu, Nasib akan mengumpulkan kotoran kambingnya dan mengolahnya menjadi pupuk kandang untuk tanaman-tanaman di kebunnya. Ukuran kandang 4,5 meter X 20 meter mampu muat sekitar 50 indukan. Perbandingann ya, satu jantan untuk 15 betina. Indukan ini rata-rata usianya lebih dari 12 bul an. O iya, agar tidak bau, jarak kandang sebaiknya lebih dari 20 meter dari ruma h. Sementara kalau mau beli anakan kambing Etawa, usia 6 atau 7 bulan harganya seki tar Rp 1,5 juta sampai Rp 2 juta per ekor. Rata-rata satu induk bisa menghasilka

n 2 kambing. Untuk makanannya, Nasib membeli dari pengepul daun. 50 kilo daun dihargainya Rp 6.000. Untuk lima ekor kambing butuh 50 kilo campuran daun lamtoro, turi, kaliad ra, jamal dan daun sengon yang sudah dicacah halus sekali makan. Padahal si kamb ing butuh tiga kali makan dalam sehari. Kambing Etawa dewasa mulai bisa dikawinkan usia 12 bulan. akan tetapi Nasib mula i mengawinkan kambing-kambingnya usia 14 bulan. "Kalau terlalu muda, hasil ketur unannya tidak terlalu bagus," kilahnya. Setelah kambing kawin dan beranak, barulah bisa diperas susunya. "Tidak ada jamu khusus untuk memperbanyak susunya. Nanti kalau sudah habis masa kawinnya ya sus unya akan kering sendiri," lanjut Nasib. Nasib bilang, pembelinya kebanyakan menyukai kambing usia satu tahunan. Kambingkambing Nasib dijual secara berkelompok dengan kambing-kambing peternak Lumajang lainnya. Sekali pasok, bisa sekitar 300 kambing dilempar untuk pasar Jakarta dan sekitarn ya, Bandung, Surabaya dan Lombok. Harga kambing dewasa antara Rp 3,5 juta sampai Rp 6 juta per kambing, tergantung penampilan si kambing. Sementara untuk indukan usia 2 tahun, bisa dijual mulai harga Rp 4 juta sampai Rp 6 juta per ekor. Dari kambing-kambingnya, Nasib bisa meraup untung antara Rp 500.000 per ekor sam pai Rp 1 juta per ekor. pasarkan lewat internet baru dia. "Kebanyakan pembeli te rtarik memesan lewat internet," ujarnya bangga. (fn/sc/km/knt) www.suaramedia.co m Berita Lainnya: