KECERNAAN NDF DAN ADF PADA KAMBING KACANG JANTAN YANG ... · yang hampir mirip dengan kambing...

47
1 KECERNAAN NDF DAN ADF PADA KAMBING KACANG JANTAN YANG MENDAPAT WAFER TONGKOL JAGUNG MENGANDUNG BAHAN PAKAN SUMBER PROTEIN BERBEDA SKRIPSI OLEH : HARUMI BUNGA KASIH ZAINUDDIN I 111 11275 PRODI ILMU PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2015

Transcript of KECERNAAN NDF DAN ADF PADA KAMBING KACANG JANTAN YANG ... · yang hampir mirip dengan kambing...

1

KECERNAAN NDF DAN ADF PADA KAMBING KACANG JANTAN YANG MENDAPAT

WAFER TONGKOL JAGUNG MENGANDUNG BAHAN PAKAN SUMBER PROTEIN

BERBEDA

SKRIPSI

OLEH :

HARUMI BUNGA KASIH ZAINUDDIN

I 111 11275

PRODI ILMU PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2015

2

SKRIPSI

KECERNAAN NDF DAN ADF PADA KAMBING KACANG JANTAN YANG MENDAPAT

WAFER TONGKOL JAGUNG MENGANDUNG BAHAN PAKAN SUMBER PROTEIN

BERBEDA

OLEH :

HARUMI BUNGA KASIH ZAINUDDIN

I 111 11275

Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada

Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin

PRODI ILMU PETERNAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2015

3

PERNYATAAN KEASLIAN

1. Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Harumi Bunga Kasih Zainuddin

Nim : I111 11 277

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa:

a. Karya skripsi yang saya tulis adalah asli

b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari karya sekripsi, terutama dalam Bab Hasil dan

Pembahasan, tidak asli alias plagiasi maka bersedia dibatalkan dan dikenakan sanksi

akademik yang berlaku.

2. Demikian pernyataan keaslian ini dibuat untuk dapat digunakan seperlunya.

Makassar, Februari 2015

Harumi Bunga Kasih Z

4

Harumi Bunga Kasih Zainuddin (I 111 11 275).Kecernaan NDF dan ADF Pada

Kambing Kacang Jantan Yang Mendapat Wafer Tongkol Jagung Mengandung Bahan

Pakan Sumber Protein (Dibawah bimbinganProf.Dr.Ir.Asmuddin Natsir, M.Sc sebagai

Pembimbing Utama dan Ir.H. Muhammad Zain Mide, M.S (sebagai Pembimbing

Kedua).

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kecernaan NDF dan ADF Pada kambing kacang

jantan yang mendapat wafer tongkol jagung mengandung bahan pakan sumber protein

berbeda.Percobaan dilaksanakan berdasarkan rancangan bujur sangkar latin (4X4) (RBSL).

Sebanyak 4 ekor ternak kambing kacang jantan, dengan berat dan umur relatif sama, secara

acak ditempatkan pada kandang metabolisme (satu kambing/petak) dan menerima satu dari

empat macam ransum percobaan. Penelitian ini berlangsung 4 periode penelitian, tiap

periode dibagi 2 tahap yaitu tahap pertama pembiasaan selama 10 hari dan tahap kedua

yaitu pengambilan data selama 3 hari. Hasil studi memperlihatkan bahwa rataan daya cerna

NDF adalah 61,9%, 60,4%, 53,0% dan 50,0% masing-masing untuk perlakuan P1, P2, P3

dan P4, sementara rataan daya cerna ADF untuk perlakuan P1, P2, P3, dan P4 adalah

45,5%, 40,0%, 36,7% dan 34,3%. Hasil analisis ragam memperlihatkan bahwa perlakuan

wafer ransum komplit tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap tingkat kecernaan NDF

dan ADF ransum pada kambing kacang jantan. Kesimpulan penggunaan berbagai jenis

bahan pakan sumber protein dalam pembuatan ransum komplit berbasis tongkol jagung

tidak berpengaruh terhadap tingkat kecernaan NDF dan ADF ransum komplit pada ternak

kambing kacang jantan.

Kata Kunci : Kambing Kacang Jantan, Kecernaan NDF dan ADF

5

HarumiBunga Kasih Zainuddin(I 11111 275).NDFandADFdigestibilityAtMale Kacang

GoatCorn CobWafer FeedSourceProteinContainingMaterial(Under the guidance

ofProf.Dr.Ir.AsmuddinNatsir, M.ScasMainSupervisorandIr.H.MuhammadZainMide,

MS(as the secondSupervisor).

ABSTRACT

This study aimed to determine NDF and ADF digestibility of male kacang goat receiving

curn cub wafer certaining different protein sources. The experiment was carried out

acording to latin square design (4X4). Four male kacang goat, with relative similar age and

body weight, were randomly assigned into metabolism cage (1 goat/ cage) and received one

of four treatment rations. The experiment lasted for four periods, in which each period

emsisted of two phares. Ten days as a preliminary period and 3 days for sample collections.

The result indicated that average NDF digestibility was 61,9%, 60,4%, 53,0%, and 50,0%.

For treatmen P1, P2, P3 dan P4 respectively. The average ADF digestibility was P1=

45,5%, P2= 40,0%, P3= 36,7%, and P4= 34,3%. Analysis of variance indicated that

treatment did not affect NDF and ADF digestibility. In corelesion formulatin of complete

feed based on corn cob wafer, different protein sources had no significant effects on NDF

and ADF digestibility.

Keywords: Male Kacang Goat, digestibilityof NDFandADF

6

7

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan

hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan makalah Skripsi. Penulis dengan rendah hati

mengucapakan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing dalam

menyelesaikan Skripsi ini utamanya kepada :

1. Bapak. Prof. Dr. Ir. Asmuddin Natsir, M.Sc sebagai pembimbing utama dan Bapak Ir.

Muhammad Zain Mide, M.S. selaku pembimbing anggota yang telah banyak meluangkan

waktunya untuk membimbing, mengarahkan dan memberikan nasihat serta motivasi dalam

penyusunan Skripsi ini.

2. Terima kasih Kepada Ibu Dr. A. Mujnisa S.Pt. MPselaku Pembimbing Akademik.

3. Kedua orang tua saya Sri Utami dan Alm.Ir. Zainuddin Jusuf Madjid yang telah

memberikan doa, bantuan dan dukungan bagi penulis sehingga makalah ini dapat

terselesikan.

4. Terima kasih kepada Zulkifli Husen Mas’ud Al- Amri atas bantuannya selama ini dari awal

hingga akhir penelitian sudah banyak membantu baik berupa tenaga maupun doanya selama

ini.

5. Teman-teman penelitian Nevyani asikin, Sri Novrianti, Muh.Faisal Sade dan Erwin Eko

Wartoyo.

6. Kepada Sahabat SWEETY, Syahriana Sabil, Kiki Rezki.M, Siti Hardianti N, Nurul

Adha dan Nurul Ilmi Harunatas doa dan dukungan kalian hingga selesainya skripsi ini.

8

7. Kepada Sahabat SMA terbaik Salmiah Akbar, Arum Puspita Nur Wulandari, Ade

Phungky Ambarwati, Nur Pratiwi, Nurul Fatiha, Nur Utari, Evi Puspita Sari dan Nurul

Shalihat.

8. Kepada rekan rekan SOLANDEVEN 011 atas bantuannya dan dukungannya selama ini serta

kerjasamanya.

9. Kepada teman KKN-PK 48 UH Khususnya Kelurahan Bontolebang Muqarramah

Arifin, Dedy Ariwansa, Ris Ryani Syahputri, Anisa Puteri Pakaya dan Angga Prasetya.

10. Kepada SEMA FAPET-UH, Serta Tanduk 01, Caput 02, Spider 03, Hamster 04, Lebah

05, Colagen 06, Rumput 07, Bakteri 08, Merpati 09, L10N, Flock Mentality 012, dan

Larva 013.

Penulis menyadari bahwa penyusunan Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, karena itu

penulis memohon saran untuk memperbaiki kekurangan tersebut.Semoga Skripsi ini bermanfaat

bagi pembaca terutama bagi saya sendiri.Amin.

Makassar, Februari 2015

Harumi Bunga Kasih Zainuddin

9

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i

HALAMAN PENGAJUAN ................................................................................. ii

PERNYATAAN KEASLIAN .............................................................................. iii

ABSTRAK ............................................................................................................ iv

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... vi

KATA PENGANTAR ........................................................................................... vii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL.................................................................................................. xi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xii

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xiii

PENDAHULUAN

Latar Belakang ....................................................................................... 1

Rumusan Masalah .................................................................................. 3

Hipotesis ................................................................................................. 3

Tujuan ..................................................................................................... 4

Kegunaan ................................................................................................ 4

PEMBAHASAN

Tinjauan Umum TernakKambing Kacang ....................................................... 5

Bahan Pakan Sumber Protein .......................................................................... 7

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat .......................................................................................... 14

Materi Penelitian ............................................................................................. 14

Metode Penelitian ............................................................................................ 14

Prosedur Pembuatan Tongkol Jagung Plus ...................................................... 17

Kandang Metabolisme ..................................................................................... 17

Pelaksanaan Penelitian .................................................................................... 18

Pengambilan Sampel ....................................................................................... 18

10

Peubah yang Diukur ........................................................................................ 19

Analisis Data ................................................................................................... 19

HASIL DAN PEMBAHASAN

Rata- rata Hasil Kecernaan NDF dan ADF Kambing Kacang Jantan .............. 20

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ..................................................................................................... 22

Saran................................................................................................................ 22

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 23

RIWAYAT HIDUP

11

DAFTAR TABEL

No. Halaman

Teks

1. Komposisi Kimia Tongkol Jagung ............................................................... 8

2. Denah Perlakuan Tongkol Jagung Plus Pada Kambing Kacang Jantan Selama

Penelitian……………………………………………………………………… 15

3. Komposisi Bahan Pakan Tiap Perlakuan ....................................................... 15

4. Komposisi Kimia Wafer Tongkol Jagung Tiap Perlakuan………………. .... 16

5. Rata-rata Hasil Kecernaan NDF dan ADF Kambing Kacang Jantan……… . 20

12

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

Teks

1. Kambing Kacang Jantan ......................................................................... 5

2. Tongkol Jagung………………………………………………………… 7

3. Prosedur pembuatan wafer tongkol jagung plus untuk kambing kacang

jantan……………………………………………………… ........... 17

13

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

Teks

1. Hasil Perhitungan Kecernaan NDF ............................................................... 25

2. Hasil Perhitungan Kecernaan ADF ............................................................... 28

3. Dokumentasi ................................................................................................. 31

14

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kambing merupakan hewan yang cukup dikenal secara luas oleh masyarakat

sebagai salah satu ternak yang hidup di daerah tropis. Secara umum kambing kacang

memiliki beberapa kelebihan yaitu sebagai penghasil susu dan daging, serta kotorannya

dapat digunakan sebagai sumber pupuk organik dan kulitnya memiliki nilai ekonomis yang

cukup tinggi.

Di Sulawesi Selatan sendiri, jenis kambing yang dapat dijumpai antara lain kambing

kacang, kambing peranakan ettawa, dan kambing marica. Kambing marica adalah kambing

yang hampir mirip dengan kambing kacang namun ukuran tubuhnya relatif kecil

dibandingkan kambing kacang, telinga berdiri menghadap ke samping arah ke depan,

tanduk relatif kecil dan pendek. Kambing kacang punya potensi genetik yang mampu

beradaptasi baik di daerah agro-ekosistem lahan kering, dimana curah hujan sepanjang

tahun sangat rendah.Kambing Marica dapat bertahan hidup pada musim kemarau walau

hanya memakan rumput-rumput kering di daerah tanah berbatu-batu.Populasi kambing

Marica dijumpai di kabupaten Maros, kabupaten Jeneponto, Kabupaten Soppeng dan

daerah Makassar Propinsi Sulawesi Selatan.Namun menurut FAO, ternak kambing yang

terancam punah adalah kambing marica (Prabowo, 2010).

15

Ternak ruminansia khususnya ternak kambing sangat bergantung dengan

ketersediaan hijauan yang ada untuk kebutuhan produksinya serta repdoduksi ternak

kambing tersebut.Saat ini ketersediaan bahan pakan hijauan ini sangat dipengaruhi oleh

faktor musim, dimana pada musim penghujan tersedia dalam jumlah banyak dan berlimpah

sedangkan pada musim kemarau ketersediaan sangat terbatas, perlu diusahakan sumber

pakan alternatif.

Sulawesi Selatan merupakan daerah yang memiliki lahan pertanian luas dan

bervariatif sehingga potensi limbah pertanian dapat digunakan sebagai pakan terutama

ternak ruminansia. Akan tetapi pemanfaatan limbah pertanian untuk pakan belum dilakukan

secara optimal, umumnya limbah pertanian hanya dibakar begitu saja dan sebagian kecil

digunakan sebagai pupuk organik. Pemanfaatan limbah sebagai bahan pakan tentu menjadi

solusi untuk mengatasi kurangnya persediaan hijauan pada musim tertentu dan dapat

mengurangi pencemaran lingkungan oleh limbah pertanian.

Salah satu limbah pertanian yang dapat digunakan pakan ruminansia sebagai

pengganti hijauan adalah tongkol jagung. Tongkol jagung memiliki potensi yang tinggi

sebagai bahan pakan namun pemanfaatan masih sangat rendah.Kendala Penggunaan

tongkol jangung sebagai bahan pakan ternak ruminansia adalah kandungan serat kasar yang

tinggi sedangkan protein, kecernaan, dan palatabilitas rendah. Oleh karena itu, dalam

pemanfaatannya sebagai bahan pakan tongkol jagung perlu ditingkatkan kualitasnya antara

lain dengan pengolahan menjadi pakan komplit dengan menggunakan bahan pakan yang

kaya akan protein.

16

Penggunaan sumber protein yang berbeda dalam pembuatan pakan komplit berbasis

tongkol jagung diharapkan dapat berpengaruh terhadap kondisi rumen yang berujung pada

peningkatan daya cerna serat (NDF dan ADF) dari ransum.

Rumusan Masalah

Akibat ketersediaan hijauan yang sangat bervariasi, di mana pada musim kemarau

pakan hijauan secara kuantitatif dan kualitatif sulit diperoleh dan pada saat musim hujan

banyak ketersediaan hijauan.Maka perlu dicari bahan pakan sumber serat alternatif.Tongkol

jagung merupakan salah satu limbah pertanian yang potensial digunakan sebagai sumber

serat.Akan tetapi penggunaan tongkol jagung adalah palatabilitas dan kandungan protein

yang rendah sementara kandungan serat (NDF dan ADF) tinggi, sehingga tongkol jagung

perlu diolah terlebih dahulu misalnya dalam bentuk pakan komplit (wafer) dan diperkaya

dengan berbagai sumber protein.Informasi tentang pengaruh pakan komplit dengan sumber

proteinberbeda pada kecernaan NDF dan ADF pada kambing kacang sangat terbatas.

Hipotesis

Penggunaan sumber protein yang berbeda dalam pembuatan ransum pakan komplit

berbahan dasar tongkol jagung dapat berpengaruh terhadap daya cerna NDf dan ADF pada

ransum tersebut.

Tujuan dan Kegunaan

17

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi tingkat daya cerna NDF dan

ADF ransum komplit berbahan dasar tongkol jagung dengan sumber protein yang berbeda

terhadap kambing kacang jantan.

Kegunaan dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi kepada peternak

tentang pemanfaatan ransum komplit yang dibuat dari tongkol jagung dengan sumber

protein yang berbeda.

TINJAUAN PUSTAKA

18

A. Gambaran Umum Kambing Kacang Jantan (Kambing Lokal)

Gambar 1. Kambing Kacang Jantan

Kambing kacang merupakan kambing asli Indonesia juga didapati di Malaysia dan

Philipina. Kambing Kacang sangat cepat berkembang biak, pada umur 15-18 bulan sudah

bisa menghasilkan keturunan. Kambing ini cocok sebagai penghasil daging dan kulit,

bersifat prolifik, tahan terhadap berbagai kondisi dan mampu beradaptasi dengan baik di

berbagai lingkungan yang berbeda termasuk dalam kondisi pemeliharaan yang sangat

sederhana. Ciri-ciri kambing kacang adalah antara lain bulu pendek dan berwarna putih,

hitam dan coklat. Adapula yang warna bulunya berasal dari campuran ketiga warna

tersebut.Kambing jantan maupun betina memiliki tanduk yang berbentuk pedang,

melengkung ke atas sampai ke belakang.Telinga pendek dan menggantung.Leher pendek

dan punggung melengkung.Kambing jantan berbulu surai panjang dan kasar sepanjang

garis leher, pundak, punggung sampai ekor (Dillah, 2012).

Damshik (2001) mengemukakan bahwa kambing kacang berbadan relatif kecil

dengan tinggi pundak dewasa rata-rata 50 cm dan bobot badan 30 kg. Bila dibandingkan

19

dengan bagian-bagian lainnya maka kepala mempunyai proporsi yang sangat baik dan

seimbang; ukuran telinga sedang, selalu bergerak, tidak tergantung tetapi tegak. Tanduk

terdapat baik pada yang jantan maupun pada betina dan ukurannya relatif pendek. Janggut

tumbuh dengan baik pada kambing jantan, namun juga terdapat pada yang betina dewasa

walaupun tidak begitu lebat. Leher pendek dan memberi kesan tebal dan tegap. Punggung

lurus dan pada beberapa kasus terlihat agak melengkung dan memeberi kesan makin

kebelakang makin tinggi sampai pinggul. Devendra dan Burns (1970) menyatakan bahwa

profil kambing kacang berbentk lurus. Ekor kelihatan kecil dan tegang. Ambing kecil

dengan konformasi baik dengan puting yang besar. Bulu pendek serta kasar pada yang

betina, tetapi pada yang jantan lebih panjang. Kambing kacang tahan hidup pada keadaan

kondisi lingkungan yang sangat beragam dan sanggup beradaptasi pada metode manajemen

yang berubah-ubah dan sangat beragam. Umur ketika mencapai pubertas sekitar enam

bulan pada yang jantan. Umur beranak pertama dicapai ketika umur 12 – 13 bulan.

Menurut Hidayat (2012), Kambing kacang (lokal) memiliki potensi dan peluang

untuk dikembangkan. Potensinya adalah mudah pemeliharaan dan bisa kawin secara

alami.Potensi lainnya adalah daging dan kotoran.Sebagai penghasil daging, ternak ini

digunakan sebagai penyediaan daging alternatif untuk memenuhi gizi masyarakat.

Adapun taksonomi zoologi kambing sebagai berikut.

Kingdom : Animalia

20

Filum : Chordata

Kelas : Mammalia

Ordo : Artodactyla

Famili : Bovidae

Subfamili : Caprinae

Genus : Capra

Spesies : Capra Hircus

B. Bahan – Bahan Pakan Sumber Protein.

a. Gambar 2. Tongkol Jagung

Tongkol jagung (Janggel jagung) adalah hasil ikutan dari tanaman jagung yang telah

diambil bijinya dan merupakan limbah padat.Selama ini tongkol jagung selalu dibuang atau

dibakar, padahal sebetulnya dapat dimanfaatkan sebagai pakan alternative karena mudah

didapat, kandungan nutrisinya memadai dan ketersediaannya cukup.Sehingga berpotensi

untuk dijadikan sebagai pakan ternak (Hidayat, 2012).

Tongkol jagung merupakan limbah hasil pertanian yang termasuk dalam pakan

kasar.Tongkol jagung dapat diberikan pada ternak ruminansia dan merupakan bahan pakan

21

kasar berkualitas rendah. Tongkol jagung termasuk dalam bahan pakan yang kurang

palatabel dan jika tidak segera dikeringkan akan ditumbuhi jamur dalam beberapa hari.

Komposisi nutrisi tongkol jagung terdiri dari BK 90%, PK 2,8%, LK 0,7%, abu 1,5%, SK

32,7%, dinding sel 80% selulosa 25%, lignin 6% dan ADF 32% (Forsum, 2012).

Tabel 1.Komposisi Kimia Tongkol Jagung.

Nutrisi Komposisi (%)

Komposisi Proksimat

Bahan Kering 80,40%

Protein Kasar

Lemak Kasar

2,25%

0,50%

Serat Kasar 32,0%

BETN 53,50%

Abu 1,50%

TDN

Komposisi Serat

NDF

Sellulosa

Hemisellulosa

Xilan

Lignin

Rektin

Pati

42,00%

83,00%

41,00%

36,00%

30,00%

6,00%

3,0%

0,01%

Sumber : Subekti (2006).

b. Ampas Tahu

22

Ampas tahu adalah salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai bahanpenyusun

ransum. Sampai saat ini ampas tahu cukup mudah didapat dengan hargamurah, bahkan bisa

didapat dengan cara cuma-cuma. Ampas tahu dalam keadaan segar berkadar air sekitar

84,5% dari bobotnya. Kadar air yang tinggi dapat menyebabkan umur simpannya pendek.

Ampas tahu kering mengandung air sekitar 10,0-15,5%, sehingga umur simpannya lebih

lama dibandingkan dengan ampas tahu segar. Ampas tahu basah akan segera menjadi asam

dan busuk dalam 2-3 hari sehingga tidak disukai oleh ternak. Masalah itu dapat

ditanggulangi dengan cara menjemur di bawah panas matahari atau dimasukkan dalam

oven.

Ampas tahu dihasilkan dalam bentuk semi solid, dengan kandungan air yang cukup

tinggi.Hal ini merupakan kendala, terutama bila harus diangkut ke tempat jauh.Tingginya

kandungan air yang terdapat dalam ampas tahu menyebabkan produk tersebut cepat

menjadi busuk.Oleh karena itu dalam pemanfaatannya untuk waktu yang cukup lama,

disarankan agar dikeringkan. Kandungan gizi ampas tahu sangat bervariasi, tergantung cara

yang digunakan dalam pembuatan tahu. Kadar protein kasar ampas tahu cukup tinggi (23-

29% dari bahan kering).

Mariyono dll. (1997) telah mencoba menggunakan ampas kedelai (sisa pembuatan

susu kedelai yang nilai gizinya sama dengan ampas tahu) untuk menggantikan sebagian

konsentrat sapi perah komersil. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pemberian bahan

tersebut, nyata meningkatkan produksi susu dari 9 menjadi 10,6 l/e/h dan kadar protein

susu dari 1,53 menjadi 1,80%. Siregar dan Hidayati (1986) juga melaporkan dengan

pemberian ampas tahu sebagai pengganti bungkil kelapa (32% dalam konsentrat) dalam

23

ransum sapi menghasilkan pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan konsentrat

yang mengandung bungkil kelapa.Pencampuran konsentrat komersial dengan ampas tahu

untuk pakan penggemukan sapi juga dilaporkan peneliti di Jepang dengan hasil

pertambahan bobot hidup yang cukup baik. Hasil penelitian tersebut (Imai dll,1996)

memperlihatkan pertambahan bobot hidup sapi yang diberi konsentrat komersial (1,13

kg/e/h) tidak berbeda dengan yang diberi ransum komersial yang dicampur dengan ampas

tahu sebanyak 20% (1,10 kg/e/h). Haryanto (1993) melaporkan bahwa penambahan ampas

tahu basah sebanyak 300 g/e/h pada domba yang sudah diberi pakan konsentrat komersil,

ternyata masih dapat meningkatkan pertambahan bobot hidup domba atau kambing

tersebut.

Sebagian besar bahan pakan mengandung campuran nutrient yang terdiri atas

protein, lemak, karbohidrat, mineral, vitamin dan air.Zat – zat gizi organic ini terdapat

dalam bentuk yang tidak larut sehingga harus dipecah menjadi senyawa – senyawa kecil

sebelum mereka dapat masuk melalui dinding saluran pencernaan untuk kemudian

diedarkan kedalam darah atau saluran limfe.Berdasarkan perubahan yang terjadi pada

bahan pakan di dalam alat pencernaan, proses pencernaan ternak ruminansia dapat dibagi

menjadi tiga, yaitu pencernaan mekanik, hidrolik, dan fermentative. Proses pencernaan

fermentative inilah yang merupakan proses khas yang terjadi dalam saluran pencernaan

ruminansia yang membedakannya dengan proses pencernaan pada non ruminansia.

Pencernaan fermentative yang dimaksud adalah proses perubahan senyawa – senyawa

tertentu menjadi senyawa lain yang sama sekali berbeda dengan molekul zat makanannya.

24

Proses pencernaan berupa fermentasi yang terjadi sebelum usus halus pada ternak

ruminansia mendatangkan keuntungan dan kerugian ( Siregar, 1994 ). Keuntungan yang

diperoleh dengan terjadinya fermentasi sebelum usus halus antara lain : produk fermentasi

mudah diserap usus, dapat mencerna selulosa, dapat menggunakan non – protein nitrogen

seperti urea. Kerugian yang dialami antara lain: banyak energi yang terbuang sebagai gas

methan dan panas, protein bernilai hayati tinggi mengalami degradasi menjadi

NH3(amonia) sehingga terjadi penurunan nilai protein, ternak ruminansia peka terhadap

ketosis atau keracunan asam.

c. Tepung Bulu

Menurut Prabowo (2010) bahwa bulu ayam mengandung protein kasar sekitar 80-91

% dari bahan kering (BK) melebihi kandungan protein kasar bungkil kedelai 42,5 % dan

tepung ikan 66,2 % (Anonimus, 2003). Namun, kandungan protein kasar yang tinggi

tersebut tidak diikuti oleh nilai biologis yang tinggi. Tingkat kecernaan bahan kering dan

bahan organik bulu ayam secara in vitro masing-masing hanya 5,8 % dan 0,7 %. Nilai

kecernaan yang rendah disebabkan bulu ayam sebagian besar terdiri atas keratin yang

digolongkan ke dalam protein serat.Keratin merupakan protein yang kaya asam amino

bersulfur, dan sistin.Ikatan disulfida yang dibentuk di antara asam amino sistin

menyebabkan protein bulu sulit dicerna, baik oleh mikroorganisme rumen maupun enzim

proteolitik dalam saluran pencernaan pasca rumen.Keratin dapat dipecah melalui reaksi

kimia dan enzim sehingga pada akhirnya dapat dicerna oleh tripsin dan pepsin di dalam

saluran pencernaan. Oleh karenanya, bila bulu ayam akan dimanfaatkan sebagai bahan

25

pakan sumber protein, sebaiknya perlu diolah terlebih dahulu untuk meningkatkan

kecernaannya.

Salah satu metode pengolahan untuk meningkatkan kecernaan bulu ayam adalah

perlakuan fisik dengan pengaturan temperatur dan tekanan. Tepung bulu komersial diolah

dengan pemanasan pada suhu 1050C, dengen tekanan uap 2,8 kg/m2 dan kelembaban 8-10

persen selama 8 jam. Tepung Bulu Terolah/ Terhidrolisa sebagai bahan pakan harus

melalui suatu proses pengolahan terlebih dahulu dan hasilnya inilah yang dinamakan

tepung bulu terolah sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu bahan pakan asal hewan

yang potensial untuk mengurangi harga ransum yang berasal dari pemanfaatan limbah

(Puastuti, dkk. 2004).

d. Urea

Urea merupakan bahan pakan sumber nitrogen yang dapat difermentasi di dalam

sistem pencernaan ruminansia.Urea dalam proporsi tertentu mempunyai dampak positif

terhadap peningkatan konsumsi protein kasar dan daya cerna. Urea yang ditambahkan

dalam pakan ruminansia dengan kadar yang berbeda-beda, ternyata dirombak menjadi

protein oleh mikroorganisme rumen. Sejumlah protein dan urea dalam ransum

mempertinggi daya cerna selulosa dalam hijauan.Selain meningkatkan kualitas hijauan,

urea juga dapat digunakan sebagai pengganti protein butir-butiran.Urea dapat digunakan

untuk memenuhi kebutuhan protein untuk pertumbuhan pada produksi ternak ruminansia

(Mandiri, L. 2013).

26

Urea yang diberikan di dalam pakan ternak ruminansia, di dalam rumen akan

dipecah oleh enzim urease menjadi CO2 dan amonia, kemudian amonia bersama

mikroorganisme akan membentuk protein mikroba dengan bantuan energi. Apabila urea

berlebih atau tidak tercerna oleh tubuh ternak maka urea akan diabsorbsi oleh dinding

rumen, kemudian dibawa oleh aliran darah ke hati dan di dalam hati dibentuk kembali

amonia yang akhirnya dieksresikan melalui urine dan feses (Parakkasi, 1999).

27

MATERI DAN METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai September 2014.Penelitian

dimulai dengan pembuatan pakan komplit yang dilaksanakan di Laboratorium Industri

Pakan Fakultas Peternakan dan dilanjutkan dengan analisis kandungan nitrogen pakan

komplit dan feses melalui prosedur proksimat di Laboratorium Kimia Makanan Ternak

Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin.

Materi Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tongkol jagung, dedak padi,

tumpi jagung, bungkil kelapa, tepung tapioka, tepung ampas tahu, tepung bulu, tepung

ikan, urea, mineral sapi, garam dapur, dan ternak kambing.

Peralatan yang digunakan adalah timbangan.grinder, gilingan sampel, oven, cetakan

UMB, baskom, dandang, kompor gas, pisau dan talang.

Metode Penelitian

Penelitian ini di rancang dengan menggunakan Rancangan Bujur Sangkar Latin

(RBSL) 4 4 (4 perlakuan dan 4 ulangan). Adapun keempat perlakuan pakan tersebut

sebagai berikut:

P1 : Ransum wafer mengandung protein nabati (ampas tahu)

P2 : Ransum wafer mengandung protein hewani (tepung ikan)

P3:Ransum wafer mengandung protein limbah unggas (tepung bulu)

P4 : Ransum wafer mengandung non protein nitrogen (urea)

28

Adapun denah perlakuan wafer tongkol jagung plus pada kambing kacang jantan

selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Denah perlakuan wafer tongkol jagung plus pada kambing kacang jantan

selama penelitian

Periode

Kambing

A B C D

I P1 P2 P3 P4

II P3 P4 P2 P1

III P4 P3 P1 P2

IV P2 P1 P4 P3

Komposisi bahan pada setiap perlakuan tertera pada tabel berikut.

Tabel 3. Komposisi Bahan Pakan Tiap Perlakuan

Bahan

Perlakuan

P1 P2 P3 P4

Tongkol Jagung 45 45 45 45

Dedak 15 15 15 15

Tumpi Jagung 3 10.5 13 16.5

Bungkil Kelapa 10 10 10 10

Tapioka 10 10 10 10

Ampas Tahu 25 0 0 0

Tepung Bulu 0 0 5 0

Tepung Ikan 0 7.5 0 0

Urea 0 0 0 1.5

Garam 1 1 1 1

Mineral Mix 1 1 1 1

Total 100 100 100 100

29

Komposisi kimia ransum berdasarkan hasil analisis di laboratorium dapat dilihat

pada Tabel 4 berikut.

Tabel 4. Komposisi Kimia wafer Tongkol Jagung Plus Tiap Perlakuan

Nutrisi Kandungan (%)

P1 P2 P3 P4

Bahan Kering 79.9 83.2 83.9 90.7

Bahan organik 75.4 77.6 78.7 84.1

Protein kasar 10.7 12.0 11.7 11.9

Serat Kasar 18.8 15.0 20.8 15.7

BETN 59.5 62.6 56.6 61.8

NDF 61.2 53.6 55.2 57.3

ADF 27,9 23.9 24.5 25.4

Sumber : Hasil Analisis Laboratorium Kimia Nutrisi Dan Makanan TernakFakultas

Peternakan Universitas Hasanuddin, 2014

Prosedur Pembuatan Wafer Tongkol Jagung Plus

Tongkol jagung dan bahan pakan lainnya yang masih kasar di giling halus terlebih

dahulu dengan menggunakan grinder.Kemudian setiap bahan pakan ditimbang berdasarkan

formulasi tiap perlakuan dan dicampur secara merata dan campuran diberi uap panas

sampai matang.Dilakukan pencetakan dengan menggunakan cetakan UMB dan dikeringkan

dalam oven.

30

Adapun prosedur pembuatan wafer tongkol jagung plus untuk kambing kacang

jantan dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3.Prosedur pembuatan wafer tongkol jagung plus untuk kambing kacang jantan.

Kandang Metabolisme

Penelitian ini menggunakan 4 ekor kambing kacang jantan dengan umur 1,5 – 2,0

tahun. Kambing di tempatkan dalam kandang metabolisme yang dilengkapi tempat pakan

dan urine. Kandang ini dipasangi ram plastik di bawah lantai kandang yang berfungsi

sebagai filtrasi feses dan urine, dibawah ram plastik dipasang lembaran plastik yang

Tongkol

Jagung

Penggilingan Bahan Pakan

Yang Masih

Kasar

Formulasi

Penimbangan

Mixing

Pemberian uap panas

Pencetakan

Pengeringan

Wafer Pakan Komplit Siap Saji

31

berfungsi menadah urine dan dialirkan masuk ke dalam bak penampungan, tetapi urine

yang mengalir melalui corong yang tebal dipasangi saringan, sehingga feses dan urine

tertampung dalam penampungan masing-masing.

Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini akan berlangsung 4 periode penelitian, tiap periode dibagi 2 tahap

yaitu tahap pertama pembiasaan selama 10 hari dan tahap kedua yaitu pengambilan data

selama 3 hari. Pembiasaan pakan dimasukkan agar ternak terbiasa dengan pakan yang

ditawarkan, dan semua pakan yang dimakan sebelumnya sudah keluar semua selama 10

hari.Sedangkan periode koleksi atau pengambilan data selama 3 hari adalah data yang

diambil merupakan pengaruh pakan perlakuan.

Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilaksanakan pada 3 hari terakhir dari setiap

periodenya.Sampel pakan yang diberikan, diambil 10% dari pakan yang telah

diberikan.Sisa pakan yang terkumpul sebanyak 10% dan begitu pula dilakukan pada feses

diambil 10% dari feses yang ditampung selama 3 hari. Sampel tersebut di analisis di

Laboratorium untuk mengetahui kadar daya cerna NDF dan ADF nya.

32

Perameter Yang Diukur

Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah daya cerna NDF dan ADF

dihitung dengan rumus berikut menurut (Van Soest,1976) :

DC NDF % = Konsumsi NDF – NDF Feses X 100 %

Konsumsi NDF

DC ADF % = Konsumsi ADF – ADF Feses X 100 %

Konsumsi ADF

Analisis Data

Seluruh data dianalisis dengan analisis ragam berdasarkan analisis ragam menurut

rancangan bujur sangkar latin dan berpengaruh nyata pada perlakuan yang di analisis lebih

lanjut dengan uji beda nyata jujur ( Steel dan Torie, 1980). Dengan model matematika

seperti :

Model matematika

Yijk = µ + ßi + Κj + Ƭk + ξ ijk

Yijk = µ + ßii + Κjj + Ƭkk + ξ ijk

µ = rataan umum

ßi = pengaruh baris ke-i

Κj = pengaruh kolom ke-j

Ƭk = pengaruh perlakuan ke k

ξ ijk = pengaruh galat

33

HASIL DAN PEMBAHASAN

Rataan kecernaan NDF dan ADF pada ternak kambing kacang jantan masing –

masing perlakuan dapat dilihat pada Tabel5:

Tabel 5. Rata-Rata Hasil Daya Cerna NDFdan ADF Kambing Kacang Jantan

Daya Cerna (%) Perlakuan

P1 P2 P3 P4

NDF (%) 61.9 60.4 53.0 50,0

ADF (%) 45,5

40,0

36,9

34,3

Daya Cerna NDF

Hasil analisis ragam menunjukkan menyimpulkan bahwa pemberian ransum komplit

dengan sumber protein berbeda tidak menunjukkan pengaruh nyata (P>0,05) terhadap daya

cerna NDF dan ADF ransum secara umum. Daya cerna NDF ransum bervariasi antara 50,0%

(P4) sampai dengan 61,9% (P1). Demikian pula daya cerna ADF beragam antara 34,3% (P4)

sampai dengan 45,5% (P1). Nilai kecernaan NDF dapat disebabkan oleh kandungan nutrisi

pakan, komposisi ransum, penyiapan pakan, dan faktor ternak (Anggorodi, 1990 ;

Anitasari, 2011).

Kecernaan suatu bahan pakan merupakan pencerminan dari tinggi rendahnya nilai

manfaat dari bahan pakan tersebutdengan mengukur jumlah makanan yang dikonsumsi dan

jumlah makanan yang dikeluarkan melalui feses (Abun, 2007). Namun menurut (Waldo,

1986) bahwa kandungan NDF dilaporkan dapat mempengaruhi tingkat konsumsi melalui

pengaruh fisik (filling effect), yang seharusnya akan berpengaruh terhadap tingkat

kecernaan NDF dan ADF yang terlihat pada (Tabel 5). Komposisi yang sama pada setiap

34

perlakuannya kemungkinan yang menyebabkan tidak adanya perbedaan nyata antara

perlakuan tersebut.

Tidak adanya perbedaan daya cerna NDF dan ADF setiap ransum relatifsama

(Tabel 5). Sehingga perbedaan sumber protein yang diberikan tidak mempengaruhi

kecernaan NDF maupun ADF. Namun demikian walaupun secara statistik tidak ada

perbedaan tetapi secara numerik dapat terlihat bahwa daya daya cerna NDF dan ADF pada

ternak yang mendapat ransum pada P1 dan P2 itu relatif lebih tinggi dari pada terhadap

daya cerna NDF dan ADF pada perlakuan P3 dan P4.

35

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan untuk dapat diberi pakan,

bahwa penggunaan berbagai jenis bahan pakan sumber protein dalam pembuatan ransum

komplit berbasis tongkol jagung tidak berpengaruh terhadap tingkat kecernaan NDF dan

ADF ransum komplit pada ternak kambing kacang jantan.

Saran

Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut dalam kurun waktu yang cukup lama

untuk melihat pengaruh perlakuan terhadap kinerja ternak kambing kacang jantan.

36

DAFTAR PUSTAKA

Abun, 2007.Pengukuran Nilai Kecernaan Ransumyang mengandung Limbah Udang

windupadaAyam.http://pustaka.unpad.ac.id/wp.content/uploads/2009/10/pengukura

n_nilai_kecernaan.pdf.

Anggorodi, R. 1990. Ilmu Makanan Ternak Umum. Penerbit PT. Gramedia. Jakarta.

Anitasari, L. 2001. Pengaruh Tingkat Penggunaan Limbah Tape Singkong dalam Ransum

terhadap Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik Ransum Domba.Tesis.The

Rector Animal Science Blog.http://wordpress.com.Diakses Pada Tanggal 15

Desember 2011.

Anonimus, 2003. Bulu Unggas Untuk Pakan Ruminansia. Warta Penelitian dan

Pengembangan Pertanian.Volume 25 No. 6 hal. 26

Damshik M. 2001. Produktivitas kambing kacang yang mendapat ransum penggemukan

dengan kandungan protein yang berbeda.[tesis]: Program Pascasarjana. Institut

Pertanian Bogor.hal.14

Devendra dan Burns. 1970. Produksi kambing di daerah Tropis.ITB. Bandung.

Dillah,A, 2012. Jenis dan Karakteristik Kambing Lokal. http://tulisankami\

blogspot.com/2012/04/jenis-dan-karakteristik-kambing-lokal.html. Diakses pada

tanggal 13 Juli 2014, Makassar.

Haryanto, B. 1993.Penggunaan ampas tahu dalam pakan penggemukan domba. Dalam:

Domba dan Kambing Untuk Kesejahteraan Masyarakat. (tesis.).hal. 62-63. ISPI

Cab. Bogor.

Hidayat, E, 2012. Kualitas Fisik dan Kualitas Nutrisi Jenggel Jagung Hasil Perlakuan

dengan Inokulan yang Berbeda.http://tehes89.blogspot.com/2012/12/kualitas-fisik-

dan-kualitas nutrisi .html.Diakses pada tanggal 14 Juli 2014, Makassar.

Imai, A., Y. Miyakoshi, M. Seki., and W. Oyamagi. 1996. Utilization of "Tofu cake" as an

ingredient of mixed feed in fattening holstein steers. Procs.8th AAAP Anim. Sci.

Cong. pp. 886-887.Japanese Soc. Zootech.Sci. Tokyo, Japan.

Mandiri, L. 2013. Urea Sebagai Pakan Ternak.http://mandirilaras.blogspot.com. Diakses

pada tanggal 14 Juni 2014.

37

Mariyono, M., A. Yusran, A. Mulyadi dan B. Sudarmadi. 1997. Pemanfaatan ampas

kedelai sebagai pakan pengganti sebagian konsentrat pada sapi perah laktasi. Proc.

Sem. Nas. II Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. Fakultas Peternakan IPB, Bogor.

Hal.101-102.

Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. Penerbit Universitas

Indonesia. Jakarta.

Puastuti, W., U. Adiati, dan I. W. Mathius.2004. Peluang Pemanfaatan Tepung Bulu Ayam

sebagai Bahan Pakan Ternak Ruminansia.Wartazoa.Departemen Pertanian.Vol. 14

No. 1.hal 39-44

Prabowo,2010. Budidaya Ternak Kambing.http://forclime.org/merang/51-STE-FINAL.pdf

Siregar, S. 1994. Ransum Ternak Ruminansia. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.

Siregar, S.B.,dan H. Nurhasanah. 1986. Pengaruh substitusi bungkil kelapa dengan ampas

tahu dalam ransum sapi sedang bertumbuh.(jurnal penelitian) Ilmu dan Peternakan

hal.51-55.

Subekti,dan Hendra. 2006. Produksi Etanol Dari Hidrolisat Fraksi Selulosa Tongkol Jagung

oleh Saccharomyces cerevisiae.(tesis).Fakultas Teknologi Pertanian IPB.Bogor.

Steel, R.G.D. and J.H. Torrie. 1980. Principles and Procedures of Statistics. A Biometrical

Approach. 2nd

Ed. McGraw-Hill Book Company, New York.

Van Soest, P.J. 1982. Nutritional Ecology of the Ruminant.Oregon.United Straters of

America.

Waldo, D.R. 1986. Effect of forage quality on intake and forage-concentrate interaction.J.

Dairy Sci.p.69: 617.

38

LAMPIRAN

Tabel 6. Rata-rata Konsumsi NDF Wafer Tongkol Jagung Berdasarkan Rancangan

Percobaan

Periode Perlakuan

Total P1 P2 P3 P4

I 59,75(1) 55,28(2) 55,49(3) 55,83(4) 226,35

II 46,13(4) 46,74(3) 66,36(1) 67,05(2) 226,28

III 51,05(3) 49,62(4) 59,63(2) 55,18(1) 215,48

IV 64,64(2) 61,87(1) 46,56(4) 60,92(3) 233,99

Total 221,57 213,51 228,04 238,98 902,1

Rata-rata 55,39 53,37 57,01 59,74 225,52

Rata-Rata Perlakuan

Perlakuan Jumlah Rataan

1 243,16 60,79

2 246,6 61,65

3 214,2 53,55

4 198,14 49,535

Perhitungan Sidik Ragam

FK=

=

=

= 50861,52563

JKT = ∑ FK

= [(59,75)2 + (55,28)

2 + (55,49)

2 + (55,83)

2+ …. + (60,92)

2] –50861,52563

= [(3570,06) + (3055,88) + (3079,14) + (3116,99) +….+ (3711,25)] –

50861,52563

= 51588,1492 – 50861,52563

39

= 726,62357

JKperiode = ∑i

= [(226,35)2 + (226,28)2 +…(233,99)2_ 50861,52563

4

= [(70942,32) + (51202,63) +…(54751,32) _ 50861,52563

4

= 50904,97785 – 50861,52563

= 43,45222

JKperlakuan = ∑j

= [(221,57)2 + (213,51)2 +…(238,98)2_ 50861,52563

4

= [(49093,26) + (45586,52) +…(57111,44) _ 50861,52563

4

= 50948,36675 – 50861,52563

= 86,84112

JKkambing = ∑k

= [(248,3)2 + (241,46)2 +…(200,18)2_ 50861,52563

4

= [(61652,89) + (58302,93) +…(40072.03) _ 50861,52563

4

= 51269,8613 – 50861,52563

= 408,33567

JKG = JKT – JKperlakuan

= 726,62357 – 86,84112

= 639,78245

40

Daftar Sidik Ragam Kecernaan NDF Wafer Tongkol Jagung

Sumber

Keragaman

DB JK KT Fhit Ftabel

0,05

Ftabel

0,01

Perlakuan

Galat

Total

3

12

15

86,84112

639,78245

726,62357

28,94704

53,3152

0,07 3.49 5.95

41

Tabel 7. Rata-rata Konsumsi ADF Wafer Tongkol Jagung Berdasarkan Rancangan

Percobaan

Periode Perlakuan

Total P1 P2 P3 P4

I 44.08(1) 32,93(2) 43,62(3) 37,13(4) 157,76

II 25,71(4) 25,21(3) 43,23(1) 52,86(2) 147,01

III 25,44(3) 37,18(4) 44,80(2) 39,89(1) 147,31

IV 44,11(2) 40,26(1) 49,43(4) 41,13(3) 174,93

Total 139,34 135,58 181,08 171,01 627,01

Rata-rata 69,67 67,79 90,54 85,505 156,7525

Rata-Rata Perlakuan

Perlakuan Jumlah Rataan

1 167,46 41,865

2 174,7 43,675

3 135,4 33,85

4 149,45 37,362

Perhitungan Sidik Ragam

FK=

=

=

= 24571,34626

JKT = ∑ FK

= [(44,08)2 + (32,93)

2 + (43,62)

2 + (37,13)

2+ …. + (41,13)

2] – 24571,34626

= [(1943,0464) + (1084,3849) + (1902,7044) + (1378,6369) +….+

(1691,6769)] – 24571,34626

= 25597,6929 – 24571,34626

42

= 1026,34664

JKperiode = ∑i

= [(157,76)2+ (147,01)2+…(174,93)2_ 24571,34626

4

= [(2488,2176) + (21611,9401) +…(30600,5049) _ 24571,34626

4

= 24700,22468 – 24571,34626

= 128,87842

JKperlakuan = ∑j

= (139,34)2+ (135,58)2+…(171,01)2_ 24571,34626

4

= [(19415,6356) + (18381,9364) +…(29244,4201) _ 24571,34626

4

= 24957,98963 – 24571,34626

= 386,64337

JKkambing = ∑k

= (1674,46)2+ (174,7)2+…(149,45)2_ 24571,34626

4

= [(28042,851) + (30520,09) +…(22335,302) _ 24571,34626

4

= 24807,85103– 24571,34626

= 236,50477

JKG = JKT –JKperlakuan

= 1026,34664 – 386,64337

= 639, 70327

43

Daftar Sidik Ragam Kecernaan ADF Wafer Tongkol Jagung

Sumber

Keragaman

DB JK KT Fhit Ftabel

0,05

Ftabel

0,01

Perlakuan

Galat

Total

3

12

15

386,64337

639,70327

1026,34664

128,8811

53,308606

0,05 3.49 5.95

44

DOKUMENTASI

Pengambilan Sampel Feses Kambing

Pengambilan Sampel Urine Kambing

45

Pengambilan Sampel Darah Kambing

Pengambilan Sampel Cairan Rumen Kambing

Pecampuran Bahan Pakan untuk di Buat Wafer

46

Pemberian Uap Panas

Pencetakan Wafer Tongkol Jagung

Wafer Tongkol Jagung Siap Saji

47

RIWAYAT HIDUP

Harumi Bunga Kasih Zainuddin, lahir di Ujung Pandang pada

tanggal 4 September 1993, sebagai anak tunggal dari pasangan

bapak Alm.Ir. Zainuddin Jusuf Madjid dan Ibu Sri Utami.

Jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh adalah TK Asiayah di Makassar,

lulus pada tahun 1999 dan melanjutkan Sekolah SD Negeri Cendrawasih I di Makassar,

lulus tahun 2005. Kemudian setelah lulus di SD, malanjutkan di SMP Negeri 1 Makassar

tahun 2008, kemudian malanjutkan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 14Makassar,

lulus pada tahun 2011.

Setelah menyelesaikan SMU, penulis diterima di Perguruan Tinggi Negeri (PTN)

melalui Jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) di Fakultas

Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makasssar.