ANALISIS TATA GUNA LAHAN BERBASIS GIS ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...E....

15
i ANALISIS TATA GUNA LAHAN BERBASIS GIS MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT 8 DI KABUPATEN ENREKANG Dr. Ir. Syafruddin Rauf, MT. 1) dan Ir. Dantje Runtulalo, MT. 1) , Chairunnisa Rudyati Ode 2) 1) Dosen, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin, Gowa 92171 2) Mahasiswi, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin, Gowa 92171 ABSTRAK Tata guna lahan dan transportasi mempunyai suatu hubungan yang interaktif yaitu tata guna lahan merupakan salah satu penentu pergerakan dan aktifitas. Sistem Informasi Geografi (SIG) merupakan suatu sistem komputer yang dapat dipergunakan untuk mengelola data keruangan. Penerapan SIG di daerah Kabupaten Enrekang perlu dibuatkan basis data untuk memudahkan pengelolaan maupun menganalisa data terkait karakteristik jalan (indeks jalan), demografi, spasial , tata guna lahan berbasis GIS dengan metode penginderaan jauh menggunakan bantuan citra satelit. Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui karakteristik jaringan jalan (indeks jalan), karakteristik demografi dan spasial serta analisis tata guna lahan di Kabupaten Enrekang berbasis GIS menggunakan citra landsat 8. Berdasarkan Hasil analisis diperoleh indeks jalan Kabupaten Enrekang adalah 1,01 per km. Karakteristik demografi menghasilkan peta kepadatan penduduk dan peta populasi penduduk, serta karakteristik model spasial menghasilkan peta (heatmap, kontur, slope, hillshade dan daerah aliran sungai). Mengidentifikasi spasial citra menggunakan citra landsat 8 dengan menggunakan metode Normalized Difference Vegetation Index dan Normalized Difference Water Index. Menganalisis tata guna lahan menggunakan peta Normalized Difference Vegetation Index sehingga menghasilkan peta dan luas dari lahan di Kabupaten Enrekang. Kata Kunci : Tata guna lahan, Sistem Informasi Geografi, Karakteristik Spasial, Citra Landsat 8

Transcript of ANALISIS TATA GUNA LAHAN BERBASIS GIS ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...E....

Page 1: ANALISIS TATA GUNA LAHAN BERBASIS GIS ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...E. Penginderaan Jauh Penginderaan jauh ialah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi

i

ANALISIS TATA GUNA LAHAN BERBASIS GIS MENGGUNAKAN

CITRA LANDSAT 8 DI KABUPATEN ENREKANG

Dr. Ir. Syafruddin Rauf, MT.1) dan Ir. Dantje Runtulalo, MT.1), Chairunnisa Rudyati Ode2) 1)Dosen, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin, Gowa 92171

2)Mahasiswi, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin, Gowa 92171

ABSTRAK

Tata guna lahan dan transportasi mempunyai suatu hubungan yang interaktif yaitu

tata guna lahan merupakan salah satu penentu pergerakan dan aktifitas. Sistem

Informasi Geografi (SIG) merupakan suatu sistem komputer yang dapat

dipergunakan untuk mengelola data keruangan. Penerapan SIG di daerah Kabupaten

Enrekang perlu dibuatkan basis data untuk memudahkan pengelolaan maupun

menganalisa data terkait karakteristik jalan (indeks jalan), demografi, spasial , tata

guna lahan berbasis GIS dengan metode penginderaan jauh menggunakan bantuan

citra satelit. Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui karakteristik jaringan jalan

(indeks jalan), karakteristik demografi dan spasial serta analisis tata guna lahan di

Kabupaten Enrekang berbasis GIS menggunakan citra landsat 8. Berdasarkan Hasil

analisis diperoleh indeks jalan Kabupaten Enrekang adalah 1,01 per km.

Karakteristik demografi menghasilkan peta kepadatan penduduk dan peta populasi

penduduk, serta karakteristik model spasial menghasilkan peta (heatmap, kontur,

slope, hillshade dan daerah aliran sungai). Mengidentifikasi spasial citra

menggunakan citra landsat 8 dengan menggunakan metode Normalized Difference

Vegetation Index dan Normalized Difference Water Index. Menganalisis tata guna

lahan menggunakan peta Normalized Difference Vegetation Index sehingga

menghasilkan peta dan luas dari lahan di Kabupaten Enrekang.

Kata Kunci : Tata guna lahan, Sistem Informasi Geografi, Karakteristik Spasial,

Citra Landsat 8

Page 2: ANALISIS TATA GUNA LAHAN BERBASIS GIS ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...E. Penginderaan Jauh Penginderaan jauh ialah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi

ii

ABSTRACT

Land use and and transportation have an interactive relationship. Land use is one

of determinant movement and activity. Geographic Information System (GIS) is a

computer system that can be used to manage spatial data. Implementation of GIS in

Enrekang District needs to made a database to facilitate management and analyze

data related to road characteristic (road index), demography, spatial, and land use

GIS based with remote sensing method using satellite imagery. The purpose of this

research is to know the characteristics of road network (road index), demographic,

spatial characteristics and land use analysis with GIS based at Enrekang Regency

using Landsat imagery 8. Based on the result of the analysis, Enrekang Regency

road index is 1,01 per km. Demographic characteristics produce population density

maps, population maps, and spatial model characteristics produce maps (heatmap,

contour, slope, hillshade and watershed). Identify spatial images using landsat 8

imagery using Normalized Difference Vegetation Index method and Normalized

Difference Water Index. Analyze land use using Normalized Difference Vegetation

Index map to produce map and area of land in Enrekang Regency

Keywords: Land Use, Geographic Information System, Spatial Characteristics,

Landsat 8 Image

Page 3: ANALISIS TATA GUNA LAHAN BERBASIS GIS ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...E. Penginderaan Jauh Penginderaan jauh ialah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi

1

I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Aktifitas manusia di atas

permukaan bumi antara lain

permukiman, perkebunan, dan

pertanian tidak terlepas dari masalah

keruangan karena terkait dengan

penggunaan lahan

Dalam usaha memenuhi

kebutuhan hidupnya, manusia akan

terpaksa melakukan pergerakan

(mobilisasi) dari tata guna lahan yang

satu ke tata guna lahan lainnya,

seperti dari pemukiman (perumahan)

ke pasar (pertokoan). Agar mobilisasi

manusia antar tata guna lahan ini

terjamin kelancarannya,

dikembangkanlah sistem transportasi

yang sesuai dengan jarak, kondisi

geografis,dan wilayah termaksud

(Miro, 2005:15).

Kenyataan bahwa penggunaan

peta lahan erat kaitannya dengan

berbagai keperluan termasuk

diantaranya adalah: pengelolaan

daerah aliran sungai, teknis

kehutanan, konservasi tanah dan air,

arsitektur pe-mukiman, jaringan jalan,

reklamasi lahan-lahan terdegradasi

serta masih banyak lagi kegiatan yang

sangat memerlukan informasi lahan.

Oleh karena itu tulisan ini ditujukan

untuk memberi gambaran tentang

karakterisasi lahan dalam mendukung

pengembangan wilayah di Kabupaten

Enrekang.

Sistem Informasi Geografi (SIG)

merupakan suatu sistem komputer

yang dapat dipergunakan untuk

mengelola data keruangan, baik

berupa gambar/peta ataupun tabel,

sekaligus memahami keterkaitan di

antara keduanya. Penerapan SIG di

daerah Kabupaten Enrekang perlu

dibuatkan basis data untuk

memudahkan pengelolaan maupun

menganalisa data terkait karakteristik

jalan (index jalan), demografi, spasial

, tata guna lahan berdasarkan remote

sensing dengan bantuan citra satelit.

Berdasarkan uraian diatas , maka

perlu dilakukan penelitian mengenai “

Analisis Tata Guna Lahan Berbasis

GIS menggunakan Citra Landsat 8

di Kabupaten Enrekang”.

C. Tujuan Penelitian

Untuk menjawab rumusan

masalah penelitian tersebut di atas,

maka peneliti mempunyai tujuan

penelitian sebagai berikut:

1. Menganalisis karakteristik jaringan

jalan (indeks jalan) berbasis GIS di

Kabupaten Enrekang

2. Menganalisis bentuk demografi

dan karakteristik spasial berbasis

GIS di Kabupaten Enrekang

3. Menganalisis tata guna lahan di

Kabupaten Enrekang

menggunakan Citra landsat 8

II TINJAUAN PUSTAKA

A. Gambaran Umum Lokasi

Penelitian

Secara geografis Kabupaten

Enrekang terletak antara 30 14’36”

sampai 3050’0” Lintang Selatan,

119040’53”–120006’33” Bujur Timur

dengan ketinggian bervariasi antara

47 sampai 3.239 meter dari

permukaan laut. Secara umum bentuk

topografi wilayah Kabuparten

Enrekang terbagi atas wilayah

perbukitan karst (kapur) yang

terbentang di bagian utara dan tengah,

lembah-lembah yang curam, sungai

serta tidak mempunyai wilayah

pantai.

Page 4: ANALISIS TATA GUNA LAHAN BERBASIS GIS ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...E. Penginderaan Jauh Penginderaan jauh ialah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi

2

B. Jalan

1. Definisi Jalan

Definisi jalan adalah prasarana

transportasi darat yang meliputi

segala bagian jalan, termasuk

bangunan pelengkap, dan

perlengkapannya yang diperuntukkan

bagi lalulintas, yang berada

permukaan tanah, diatas permukaan

tanah,dibawah permukaan tanah dan

atau air, serta diatas permukaan air,

kecuali jalan kereta api dan jalan

kabel (UU No. 38 tahun 2004 tentang

Jalan). Menentukan aksesbilitas

transportasi berkaitan dengan

jarak,waktu tempuh dan biaya. Indeks

aksesbilitas, adapun cara menentukan

indes jalan yaitu :

𝐼ndeks Jalan =Panjang Jalan (km)

Luas wilayah (km2)

(1)

C. Demografi

Berdasarkan Multilingual

Demographic Dictionary (1982),

definisi Demografi yang

diterjemahkan oleh LB. Mantra

(2003) sebagai berikut :

Demografi mempelajari penduduk

suatu wilayah terutama mengenai

jumlah, struktur atau komposisi

penduduk dan perubahannya. Philp

M. Hauser dan Dudley Dunca (1959)

mengusulkan definis debagai berikut :

Demografi mempelajari jumlah,

persebaran teritorial dan komposisi

pembentuk serta perubahan-

perubahannya dan sebab-sebab

perubahan itu yang biasanya timbul

karena fertilitas, mortalitas dan gerak

teritorial atau migrasi, dan mobilitas

sosial.

D. Sistem Infomasi Geografis (SIG)

Sistem Informasi Geografi (SIG)

atau Geographic Information System

(GIS) adalah suatu sistem informasi

yang dirancang untuk bekerja dengan

data yang bereferensi spasial atau

berkoordinat geografi atau dengan

kata lain suatu SIG adalah suatu

sistem basis data yang kemampuan

khusus untuk menangani data yang

bereferensi keruangan (spasial)

bersamaan dengan seperangkat

operasi kerja (Barus dan Wiradisastra,

2000). Sedangkan menurut Anon

(2001) Sistem Infromasi Geografi

adalah suatu sistem Informasi yang

dapat memadukan antara data grafis

(Spasial) dengan data teks (Atribut)

objek yang dihubungkan secara

geografis di bumi (georeference).

Disamping itu, SIG juga dapat

menggabungkan data mengatur data

dan melakukan analisis data yang

akhirnya akan menghasilkan keluaran

yang dapat dijadikan acuan dalam

pengambilan keputusan pada masalah

yang berhubungan dengan geografi.

1. Program GIS Open Source

a. QGIS Software

QGIS adalah cross-platform

gratis dan open source desktop

yang berupa aplikasi system

informasi geografis (GIS),

aplikasi yang menyediakan

tampilan data, mengedit, dan

analisis. Mirip dengan system

perangkat lunak GIS lainnya,

QGIS memungkinkan pengguna

untuk membuat peta dengan

dengan banyak lapisan

menggunakan berbagai proyeksi

peta. QGIS memungkinkan

membuat peta yang bersumber

data raster atau lapisan vector

disimpan baik sebagai titik, garis,

ataupun polygon.

Page 5: ANALISIS TATA GUNA LAHAN BERBASIS GIS ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...E. Penginderaan Jauh Penginderaan jauh ialah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi

3

KelasKemiringan

(%)Klasifikasi

1 0 - 8 Datar

2 > 8 - 15 Landai

3 > 16 - 25 Agak Curam

4 > 26 - 47 Curam

5 > 47 Sangat Curam

b. Open Street Map

OpenStreetMap (OSM)

adalah sebuah proyek berbasis

web untuk membuat peta seluruh

dunia yang gratis dan terbuka,

dibangun sepenuhnya oleh

sukarelawan dengan melakukan

survey menggunakan GPS,

mendigitasi citra satelit, dan

mengumpulan serta

membebaskan data geografis

yang tersedia di publik.

2. Analisis Spasial

Data spasial adalah gambaran

nyata suatu wilayah yang terdapat di

permukaan bumi. Umumnya

direperentasikan berupa grafik, peta,

gambar, dengan format digital dan

disimpan dalam bentuk koordinat x,y

(vektor) atau dalam bentuk image

(raster) yang memiliki nilai tertentu.

3. Analisis 3 Dimensi dengan

Digital Elevation Model (DEM)

Digital Elevation Model (DEM)

merupakan bentuk 3 dimensi dari

permukaan bumi yang memberikan

data berbagai morfologi permukaan

bumi, seperti kemiringan lereng,

aspek lereng, ketinggian tempat, dan

area DAS (Zhou dan Liu 2003).

Berikut beberapa turunan algoritma

pengolahan DEM :

a. Garis Kontur (Countour)

Pada dasarnya satu garis

kontur merepresentasikan titik-

titik yang memilki ketinngian

yang sama. Oleh karena memiliki

informasi ketinggian, peta kontur

dapat digunakan untuk

memberikan gambaran 3 dimensi

kenampakan muka bumi. Garis

kontur yang rapat akan

menunjukkan lereng yang curam,

sebaliknya garis kontur yang

renggang akan menunjukkan

bahwa daerah tersebut relatif

datar/landai.

b. Kemiringan Lereng (Slope)

Peta kemiringan lereng

menunjukkan berapa derajat atau

persen kemiringan suatu

permukaan tanah. Pada

prakteknya peta kermiringan

lereng banyak digunakan sebagai

dasar analisis-analisis spasial,

sebagai contoh untuk penentuan

area sukaan prediksi daerah rawan

longsor, pembuatan peta arahan

dan lainnya.

Tabel 3. Kelas Kemiringan

Lereng

( Sumber : Pedoman Penyusunan Pola

Rehabilitasi Lahan dan Konservasi

Tanah 1986)

c. Bayangan (Hillshade)

Hillshade banyak digunakan

untuk kepentingan estetika dalam

menentukan tata letak suatu peta.

Hillshade dapat dikatakan sebagai

permukaan tiga dimensi yang

merepresentasikan pencahayaan

hipotetik yang dirancang sendiri

oleh pembuatnya.

d. Daerah Aliran Sungai (DAS)

DAS termasuk suatu wilayah

daratan yang merupakan satu

kesatuan dengan sungai dan anak-

anak sungainya, yang berfungsi

menampung, menyimpan dan

mengalirkan air yang berasal dari

curah hujan ke danau atau ke laut

secara alami, yang batas di darat

Page 6: ANALISIS TATA GUNA LAHAN BERBASIS GIS ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...E. Penginderaan Jauh Penginderaan jauh ialah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi

4

merupakan pemisah topografis

dan batas di laut sampai dengan

daerah perairan yang masih

terpengaruh aktivitas daratan. (PP

No 37 tentang Pengelolaan DAS,

Pasal 1).

E. Penginderaan Jauh

Penginderaan jauh ialah ilmu dan

seni untuk memperoleh informasi

tentang obyek, daerah atau gejala

dengan jalan menganalisis data yang

diperoleh dengan menggunakan alat

tanpa kontak langsung terhadap

obyek, daerah atau gejala yang dikaji

(Liliesand dan Kiefer, 1979).

F. Satelit Landsat

Satelit Landsat 8 memiliki sensor

Onboard Operational Land Imager

(OLI) dan Thermal Infrared Sensor

(TIRS) dengan jumlah kanal sebanyak

11 buah. Diantara kanal-kanal

tersebut, 9 kanal (band 1-9) berada

pada OLI dan 2 lainnya (band 10 dan

11) pada TIRS. Sebagian besar kanal

memiliki spesifikasi mirip dengan

Landsat 7.

Tabel 4. Kanal Satelit Landsat 8 TM

(Sumber : Landsat 8 bands oleh NASA)

G. Aplikasi Penginderaan Jauh

1. Indeks Vegetasi

Indeks vegetasi adalah besaran

nilai kehijauan vegetasi yang

diperoleh dari pengolahan sinyal

digital data nilai kecerahan (brigtness)

beberapa kanal data sensor satelit.

Berikut ini disajikan beberapa indeks

vegetasi penginderaan jauh yang

sering digunakan :

a. Normalized Difference

Vegetation Index ( NDVI)

Indeks Vegatsi paling umum

digunakan Normalized Difference

Vegetation Index ( NDVI).

Normalized Difference Vegetation

Index ( NDVI) merupakan indeks

‘kehijauan’ vegetasi atau aktifitas

fotosintesis vegetasi. Nilai indeks

vegetasi ini didasarkan pada

perbedaan antara penyerapan

maksimum radiasi di kanal merah

(red) sebagai hasil dari pigmen

klorofil dan reflektansi maksimum

di kanal spektral infra merah dekat

(near infra red/NIR) sebagai

akibat dari struktur selular daun.

(Tucker, 1979).

Adapun formulasi NDVI

adalah sebagai berikut :

NDVI = NIR−RED

NIR+RED (2)

Dimana :

NIR : nilai reflektan kanal

infra merah dekat (Band 5)

RED : nilai reflektan kanal

merah (Band 4)

NDVI mempunyai nilai yang

hanya berkisar antara -1 (non-

vegetasi) hingga 1 (vegetasi).

Untuk wilayah yang mempunyai

nilai tingkat kehijauan vegetasi

NDVI di bawah 0.3, maka

wilayah tersebut sudah keluar dari

kelompok vegetasi (karena bisa

berupa wilayah perairan atau

tanah bebatuan). Untuk wilayah

yang mempunyai NDVI bernilai

Page 7: ANALISIS TATA GUNA LAHAN BERBASIS GIS ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...E. Penginderaan Jauh Penginderaan jauh ialah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi

5

di atas 0.3, dapat disimpulkan

wilayah tersebut merupakan

kawasan yang ditutupi hutan yang

lebat dan subur.

2. Indeks Hidrologi

Indeks hidrologi adalah indeks

yang menggambarkan kondisi kadar

air pada suatu wilayah. Berikut ini

disajikan beberapa water band index

penginderaan jauh yang sering

digunakan :

a. Normalized Difference

Water Index ( NDWI)

Normalized Difference Water

Index ( NDWI) merupakan indeks

yang menunjukkan tingkat

kebasahan suatu area. NDWI

diperoleh dengan menggunakan

prinsip yang sama dengan

perhitungan NDVI. Pada NDVI,

daerah vegetasu dan tutupan lahan

ditampilkan, dimana daerah

perairan tampak lebih gelap

dikarenakan perbedaan

karakteristik dalam memantulkan

radiasi gelombang (MCFeeters

1996). Adapun formulasi NDWI

adalah sebagai berikut :

NDWI=GREEN−NIR

GREEN+NIR (3)

Dimana :

GREEN : nilai reflektan kanal

hijau (Band 3)

NIR : nilai refelktan kanal

Inframerah (Band 5)

H. Tata Guna Lahan

1. Definisi Tata Guna Lahan

Lahan adalah keseluruhan

kemampuan muka daratan beserta

segala gejala di bawah permukaannya

yang bersangkut paut dengan

pemanfaatannya bagi manusia.

Pengertian tersebut menunjukan

bahwa lahan merupakan suatu

bentang alam sebagai modal utama

kegiatan, sebagai tempat di mana

seluruh makhluk hidup berada dan

melangsungkan kehidupannya dengan

memanfaatkan lahan itu sendiri.

Tata guna lahan secara umum

tergantung pada kemampuan lahan

dan pada lokasi lahan. Untuk aktivitas

pertanian, penggunaan lahan

tergantung pada kelas kemampuan

lahan yang dicirikan oleh adanya

perbedaan pada sifat-sifat yang

menjadi penghambat bagi

penggunaannya seperti tekstur tanah,

lereng permukaan tanah, kemampuan

menahan air dan tingkat erosi yang

telah terjadi. Tata guna lahan juga

tergantung pada lokasi, khususnya

untuk daerah-daerah pemukiman,

lokasi industri, maupun untuk daerah-

daerah rekreasi (Suparmoko, 1995).

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Pengambilan data dan Analisis

data dilakukan pada bulan Agustus

2017 sampai dengan Oktober 2017 di

Departemen Teknik Sipil, Fakultas

Teknik, Universitas Hasanuddin.

Wilayah kajian dalam penelitian

adalah Kabupaten Enrekang,

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

Kabupaten Enrekang

Page 8: ANALISIS TATA GUNA LAHAN BERBASIS GIS ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...E. Penginderaan Jauh Penginderaan jauh ialah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi

6

Pengumpulan Data

­ Data Penduduk Kabupaten

Enrekang tahun 2016

­ Peta administrasi Kabupaten

Enrekang

­ Data jaringan jalan

­ Data DEM (Digital Elevation

Model)

­ Data citra landsat 8 tahun 2016

Studi Literatur

Analisis Data

Mulai

Indeks Jalan

Analisis Spasial

Selesai

­ Peta Jaringan Jalan

­ Indeks Jalan

Kabupaten

Enrekang

­ Karakteristik

Demografi

­ Heatmap

­ Kontur

­ Hillshade

­ Slope

­ Das

­ Indeks Vegetasi

­ Indeks Hidrologi

Analisis Tata Guna

Lahan

Hasil Dan Pembahasan

Kesimpulan Dan Saran

B. Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan dalam

penelitian adalah perangkat keras

(Hardware) berupa laptop, dan

perangkat lunak (Software) berupa

QGIS 2.14.3, SAGA GIS 2.1.2,

Google Earth Pro, dan Microsoft

Office 2010. Bahan yang digunakan

dalam penelitian ini adalah data

Penduduk Kabupaten Enrekan tahun

2016, peta administrasi Kabupaten

Enrekang dalam bentuk .shp , Data

citra landsat 8 tahun 2016 diunduh

dari remotepixel.com , data DEM

(Digital Elevation Model) diunduh

dari googleearthengine, dan data

jaringan jalan yang diunduh dari

openstreetmap.org.

C. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara

yang digunakan dalam meneliti suatu

objek dalam rangka pengumpulan

data penelitian dengan menggunakan

teknik-teknik tertentu. Penelitian ini

dilakukan dengan beberapa metode.

Metode penelitian secara singkat

dapat dilihat pada gambar 2 bagan alir

(flowchart) prosedur penelitian.

Gambar 2. Bagan Alir Prosedur

Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Lokasi Studi

Pada sub bab ini akan disajikan

rangkuman analisis karakteristik

lokasi studi berupa analisis demografi

dan jaringan jalan di Kabupaten

Enrekang. Karakteristik demografi

dan jaringan jalan dijelaskan dibawah

ini.

1. Karakteristik Demografi

a. Populasi Penduduk Enrekang

Data populasi tahun 2016

dapat dilihat dari table dibawah

menunjukkan populasi terbesar

ada pada Kecamatan Enrekang

dengan jumlah populasi 32221

jiwa dan populasi terkecil ada

pada Kecamatan Bungin dengan

jumlah populasi 4451 jiwa.

Gambar 3. Grafik Populasi

Penduduk per Kecamatan di

Kabupaten Enrekang (Sumber : Badan Pusat Statistik

Kabupaten Enrekang 2016)

Dari data kependudukan dan

populasi penduduk diatas dapat

kita ketahui daerah atau lokasi

yang ditempati atau di tinggali

oleh penduduk terbanyak dengan

melihat langsung peta di bawah

ini. Kecamatan Enrekang yang

memiliki jumlah penduduk

terpadat ditandai dengan warna

gelap pada peta.

.

Page 9: ANALISIS TATA GUNA LAHAN BERBASIS GIS ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...E. Penginderaan Jauh Penginderaan jauh ialah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi

7

Gambar 4. Peta Populasi

Penduduk per Kecamatan di

Kabupaten Enrekang

b. Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk adalah

jumlah penduduk di suatu daerah

per satuan luas. Dimana data

sebagai berikut :

Gambar 5. Grafik Kepadatan

Penduduk per Kecamatan di

Kabupaten Enrekang (Sumber : Badan Pusat Statistik

Kabupaten Enrekang 2016)

Dari data kependudukan,

maka terdapat 12 data

kependudukan perkecamatan.

Kepadatan tiap kecamatan

terbesar ada pada Kecamatan Alla

dengan nilai 640,5 jiwa/km² dan

kepadatan terkecil ada pada

Kecamatan Bungin dengan nilai

18,8 jiwa/km².

Gambar 6. Peta Kepadatan

Penduduk per Kecamatan di

Kabupaten Enrekang

Berdasarkan peta kepadatan

penduduk diatas dapat kita

tunjukkan daerah atau lokasi

terpadat yang ditempati atau di

tinggalai oleh penduduk.

Kecamatan Alla yang memiliki

jumlah penduduk terpadat ditandai

dengan warna gelap pada peta.

Sedangkan kepadatan penduduk

terkecil terdapat di Kecamatan

Bungin dengan ditandai dengan

warna terang pada peta.

2. Karakteristik Jaringan Jalan

a. Jaringan Jalan

Berikut peta jaringan jalan

beserta penjelasannya dibawah ini

Gambar 5. Peta Jaringan

Jalan di Kabupaten Enrekang

Page 10: ANALISIS TATA GUNA LAHAN BERBASIS GIS ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...E. Penginderaan Jauh Penginderaan jauh ialah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi

8

Panjang Jalan

(Km)

1 Masale 50.94

2 Malua 78.84

3 Maiwa 363.37

4 Curio 142.92

5 Cendana 104.73

6 Enrekang 268.38

7 Buntu Batu 140.82

8 Baroko 99.24

9 Baraka 154.93

10 Anggeraja 183.94

11 Alla 119.67

12 Bungin 99.14

1806.92

No. Kecamatan

TOTAL

Panjang Jalan Luas

(Km) (Km²)

1 Masale 50.94 68.35 0.75

2 Malua 78.84 40.36 1.95

3 Maiwa 363.37 392.87 0.92

4 Curio 142.92 178.51 0.80

5 Cendana 104.73 91.01 1.15

6 Enrekang 268.38 291.19 0.92

7 Buntu Batu 140.82 126.65 1.11

8 Baroko 99.24 41.08 2.42

9 Baraka 154.93 159.15 0.97

10 Anggeraja 183.94 125.34 1.47

11 Alla 119.67 34.66 3.45

12 Bungin 99.14 236.84 0.42

1806.92 1786.01 1.01

No. KecamatanINDEKS

JALAN (/Km)

TOTAL

NOKABUPATEN /

KOTA

INDEKS JALAN

(/Km)

1 MAKASSAR 9.86

2 PARE - PARE 3.68

3 LUWU UTARA 2.75

4 TAKALAR 2.67

5 SINJAI 1.68

6 GOWA 1.62

7 PALOPO 1.48

8 MAROS 1.34

9 BULUKUMBA 1.15

10 ENREKANG 1.01

11 PINRANG 0.91

12 SIDRAP 0.79

13 SOPPENG 0.73

14 BONE 0.62

15 BANTAENG 0.47

Tabel 5. Panjang Jaringan Jalan

tiap kecamatan di Kabupaten

Enrekang

(Sumber : analisis dengan Quantum

GIS)

Tabel 6. Indeks Jalan di tiap

kecamatan di Kabupaten

Enrekang

Dari tabel 6 di atas dapat

diketahui bahwa Kecamatan Alla

dan Kecamatan Baroko memiliki

indeks jalan yang tinggi mencapai

3,45 dan 2,42 sehingga dapat

diketahui bahwa konektivitas jalan

di kedua daerah tersebut juga

semakin baik dilihat dari

ketersediaan jaringan jalannya.

Tabel 7. Indeks Jalan Kabupaten /

Kota Sulawesi Selatan

(Lanjutan)

(Sumber : analisis dengan Quantum

GIS)

B. Analisis Spasial

1. Peta Heatmap

Gambar 6. Peta Heatmap Building di

Kabupaten Enrekang

Berdasarkan peta heatmap di

Kabupaten Enrekang, dapat dianalisis

bahwa kecamatan dengan sebaran

permukiman tertinggi adalah

Kecamatan Alla. penduduk yang

tinggi, di analisis menggunakan

metode heatmap menunjukkan warna

merah artinya sebaran penduduk

padat.

Page 11: ANALISIS TATA GUNA LAHAN BERBASIS GIS ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...E. Penginderaan Jauh Penginderaan jauh ialah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi

9

2. Kontur Wilayah Enrekang Berikut peta kontur di Kabupaten

Enrekang

Gambar 7. Peta Kontur Wilayah

Kabupaten Enrekang

Berdasarkan peta kontur di

Kabupaten Enrekang, dapat dianalisis

bahwa pada bagian timur Kabupaten

Enrekang merupakan daerah berbukit

– bukit. Hal itu dapat dilihat dari

warna dan kerapatan garisnya.

Sedangkan daerah yang memiliki

garis kontur yang renggang

menunjukkan bahwa daerah itu

tersebut relative datar/landai.

3. Kemiringan Lereng (Slope)

Wilayah Enrekang

Berikut peta 3D metode slope

pada Kabupaten Enrekang

Gambar 8. Peta Kemiringan Lereng

(Slope) Kabupaten Enrekang

Berdasarkan peta kemiringan

lereng di Kabupaten Enrekang, dapat

diketahui bahwa pada Kecamatan

Buntu Batu, Bungin dan Sebagian

Kecamatan curio dan Baraka

merupakan daerah yang kemiringan

lerengnya curam.

4. Peta Bayangan (Hillshade)

Hasil pemetaan diperlihatkan pada

gambar dibawah ini.

Gambar 9. Peta Hillshade Kabupaten

Enrekang

Berdasarkan peta hillshade di

Kabupaten Enrekang, dapat dianalisis

bahwa pada Kecamatan Buntu Batu,

Kecamatan Bungin serta sebagian

Kecamatan Baraka dan kecamatan

curio merupakan daerah yang

berbukit. Sedangkan untuk

Kecamatan Maiwa dan Cendana

cenderung adalah daerah yang datar.

5. Daerah Aliran Sungai (DAS)

Hasil pemetaan DAS

diperlihatkan pada Gambar 10 di

bawah ini dan juga di sajikan dalam

bentuk tabel agar lebih mendetail.

Gambar 10. Peta DAS Kabupaten

Enrekang

Berdasarkan peta DAS di

Kabupaten Enrekang, dapat dianalisis

bahwa pada Kabupaten Enrekang

terdapat 6 DAS (Daerah Aliran

Page 12: ANALISIS TATA GUNA LAHAN BERBASIS GIS ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...E. Penginderaan Jauh Penginderaan jauh ialah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi

10

NO NAMA DAS LUAS (KM²)

1 SADDANG 1113.75493

2 AWO 3.1036

3 SIWA 0.00126

4 SUSO 0.49383

5 BILA WALANAE 629.38667

6 SAWITO - KARIAGO - RAPPANG 81.98535

Sungai). Induk sungai yang berada di

Kabupaten Enrekang terdapat pada

DAS Saddang yang mengalir dari

Kecamatan Mallua sampai ke

Kecamatan Cendana. Berikut luas

DAS yang ada di Kabupaten

Enrekang.

Tabel 8. Luas Daerah Aliran Sungai

(DAS) di Kabupaten Enrekang

Sumber : (analisis dengan Quantum GIS)

C. Analisis Spasial Citra

1. Indeks Vegetasi

Analisis indeks vegetasi pada

penelitian ini dilakukan metode

Normalized Difference Vegetation

Index (NDVI). Berikut ini hasil

analisis indeks vegetasi dari NDVI :

Gambar 11. Peta Indeks vegetasi

NDVI Kabupaten Enrekang

Berdasarkan peta NDVI pada

gambar 11 diatas dapat dianalisis

bahwa pada Kabupaten Enrekang

tepatnya Kecamatan Maiwa dan

Kecamatan Bungin masih

memiliki indeks vegetasi yang

baik. Hal ini dikarenakan pada

kedua Kecamatan tersebut belum

terlalu dimanfaatkan sebagai

pemukiman penduduk.

2. Indeks Hidrologi

Analisis indeks hidrologi pada

penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan metode Normalized

Difference Water Index (NDWI).

Berikut ini hasil analisis indeks

hidrologi dari NDWI :

Gambar 12. Peta Indeks vegetasi

NDVI Kabupaten Enrekang

Berdasarkan peta NDWI pada

gambar 12 diatas dapat dianalisis

bahwa daerah berair paling

banyak adalah Kecamatan

Enrekang, Kecamatan Anggeraja,

dan Kecamatan Malua, dimana

daerah berair terdiri dari sawah,

rawa, atau genangan air lain

tersebut. Daerah – daerah tersebut

tergolong daerah dataran rendah

yang dimanfaatkan sebagai lahan

pertanian.

D. Tata Guna Lahan

Berikut Hasil Pemetaan lahan

pada Kabupaten Enrekang disajikan

dalam gambar 13.

Gambar 13. Peta Klasifikasi Tata Guna

Lahan Kabupaten Enrekang Tahun 2016

Page 13: ANALISIS TATA GUNA LAHAN BERBASIS GIS ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...E. Penginderaan Jauh Penginderaan jauh ialah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi

11

Berdasarkan hasil klasifikasi pada

peta Lahan di Kabupaten Enrekang,

dapat diketahui lokasi mana saja yang

terdapat hutan, lahan terbuka/ sawah/

ladang, sungai, serta pemukiman.

Berikut luas Lahan yang ada di

Kabupaten Enrekang.

Dilihat dari hasil yang di dapat

tahun 2016 maka dapat diketahui

bahwa luas hutan lebat yang ada di

Kabupaten Enrekang memiliki luas

468,71 km2, untuk hutan ringan

memiliki luas sebesar 306,49 km2,

untuk lahan terbuka/Sawah/Kebun

memiliki luas sebesar 826,67 km2,

dan pemukiman, Jalan serta sungai

memiliki luas sebesar 184,14 km2.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dalam

penelitan Analisis Tata Guna Lahan

berbagis GIS menggunakan citra

landsat 8 di Kabupaten Enrekang,

dapat disimpulkan beberapa hal

sebagai berikut :

1. Karakteristik jaringan jalan yang

ditinjau pada penelitian ini yaitu

indeks jalan yang diperoleh dari

perhitungan QGIS dapat diketahui

bahwa indeks jalan Kabupaten

Enrekang adalah 1,01 per km.

2. Karakteristik Demografi dan

karakteristik spasial di Kabupaten

Enrekang adalah sebagai berikut :

a. Populasi Penduduk terbesar

ada pada Kecamatan Enrekang

dengan jumlah populasi 32221

jiwa dan populasi terkecil ada

pada Kecamatan Bungin

dengan jumlah populasi 4451

jiwa. Kepadatan tiap

kecamatan terbesar ada pada

Kecamatan Alla dengan nilai

640,5 jiwa/km² dan kepadatan

terkecil ada pada Kecamatan

Bungin dengan nilai 18,8

jiwa/km².

b. Karakteristik spasial yang

digunakan yaitu analisis

spasial dan analisis citra

spasial. Pada analisis spasial

terbagi menjadi tujuh bagian

yaitu Heatmap penduduk,

kontur wilayah, kemiringan

lereng (slope), peta bayangan

(hillshade) dan DAS. Dari

hasil penelitian ini heatmap

penduduk dengan sebaran

permukiman tertinggi adalah

Kecamatan Alla. sedangkan

kecamatan dengan sebaran

permukiman yang kurang

adalah Kecamatan Bungin dan

berdasarkan peta Kontur

wilayah, peta slope dan peta

hillshade di Kabupaten

Enrekang menunjukkan bahwa

pada Kecamatan Buntu Batu,

Kecamatan Bungin serta

sebagian Kecamatan Baraka

dan kecamatan curio

merupakan daerah yang

berbukit dan lerengnya curam.

Sedangkan untuk Kecamatan

Maiwa dan Cendana

cenderung adalah daerah yang

datar. Daerah Aliran Sungai

(DAS) terbesar yang ada di

Kabupaten Enrekang adalah

Saddang yaitu sebesar

1113,7549 Km2 dan DAS

yang terkecil adalah Siwa

yaitu sebesar 0,00126 Km2 .

c. Indeks NDVI menunjukkan

bahwa pada kecamatan

Bungin dan Kecamatan Maiwa

memiliki indeks vegetasi yang

baik, sedangkan indeks

hidrologi NDWI menunjukkan

bahwa pada Kecamatan

Enrekang, Kecamatan

Page 14: ANALISIS TATA GUNA LAHAN BERBASIS GIS ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...E. Penginderaan Jauh Penginderaan jauh ialah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi

12

Anggeraja, dan Kecamatan

Malua merupakan daerah

berair paling banyak.

3. Tata guna lahan di Kabupaten

Enrekang adalah sebagai berikut :

Dari hasil yang di dapat tahun

2016 maka dapat diketahui bahwa

luas hutan lebat yang ada di

Kabupaten Enrekang memiliki

luas 468,71 km2, untuk hutan

ringan memiliki luas sebesar

306,49 km2, untuk lahan

terbuka/Sawah/Kebun memiliki

luas sebesar 826,67 km2, dan

pemukiman, Jalan serta sungai

memiliki luas sebesar 184,14

km2.

B. Saran

Saran yang dapat dianjurkan

peneliti kepada pembaca atau

peneliti lain:

1. Untuk peneliti selanjutnya

agar menggunakan data

sekunder terbaru seperti data

penduduk kabupaten dan juga

panjang jalan sebagai

perbandingan.

2. Untuk peneliti selanjutnya

yang sejenis dengan penelitian

ini sebaiknya menggunakan

citra yang lebih bersih dari

gangguan awan sehingga

proses analisis spasial

penelitian lebih mudah

dikerjakan.

3. Memperbanyak literature

tentang penelitian yang sudah

ada sehingga mempermudah

pekerjaan penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Anon, 2001. Sistem Informasi

Geografis (GIS).

Anonim. 1986. Pedoman Penyusunan

Pola Rehabilitasi Lahan dan

Konservasi Tanah. Direktorat

Jendral Reboisasi dan

Rehabilitasi Lahan.

Departemen Kehutanan,

Jakarta

Aronoff, S. 1989. Geographic

Information System : A

management perspective,

WDL Publication, Otawa,

Canada.

Badan Pusat Statistik Kabupaten

Enrekang. 2016. Enrekang

dalam angka 2016.

Enrekang : Badan Pusat

Statistik Kabupaten Enrekang.

Barus B., dan Wiradisastra. 2000.

Sistem Informasi Geografi,

Laboratorium Penginderaan

Jauh dan Kartografi. Institut

Pertanian Bogor.

Barlowe, R. 1987. Land Resources

Economics. Prentice Hall, Inc.

Englewood Clift, New Jersey.

Bau, QDG. 2013. Kajian penetapan

zona berdasarkan citra

quickbird untuk model

bangkitan dan tarikan

perjalanan di daerah perkotaan

(studi empiris di kota

makassar). Yoyakarta :

Fakultas Geografi, Universitas

Gadjah Mada.

Cholid, Sofyan. 2009. Sistem

Informasi Geografis: Suatu

Pengantar. Bogor: Staff

Akademik Departemen Ilmu

Kesejahteraan Sosial FISIP

UI.

Page 15: ANALISIS TATA GUNA LAHAN BERBASIS GIS ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...E. Penginderaan Jauh Penginderaan jauh ialah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi

13

C. Jotin Khisty & B. Kent Lall. 2005.

Dasar-dasar Rekayasa

Transportasi. Jilid I Jakarta:

Penerbit Erlangga.

Departemen Pekerjaan Umum

Direktorat Jenderal Bina

Marga. 1997. Tata Cara

Perencanaan Geometrik Jalan

Antar Kota. Jakarta :

Kementerian Pekerjaan Umum

Iskandar, H. 2011. Kajian Standar

Pelayanan Minimal Jalan

Untuk Jalan Umum Non-Tol,

Pusat Litbang Jalan dan

Jembatan.

Jayadinata, Johara T. 1999. Tata Guna

Tanah dalam Perencanaan

Pedesaan, Perkotaan dan

Wilayah. Bandung: ITB

Lillesand/Kiefel, 1997, Cetak III,

Penginderaan Jauh dan

Interpretasi Citra, Gadjah

Mada University Press,

Yogyakarta.

Mantra, Ida Bagus Dr.

2003.Demografi Umum.

Edisi kedua. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

McFeeters, S. K. 1996. The Use of the

Normalized Difference Water

Index (NDWI) in the

Delineation of Open Water

Features. International Journal

of Remote Sensing.

Miro, F. 2005. Perencanaan

Transportasi untuk

Mahasiswa, Perencana, dan

Praktisi. Erlangga. Jakarta.

Nurshanti, N. 1995. Sistem Informasi

Geografis. Dikutip dari

http://library.binus.ac.id pada

hari Senin, 16 Oktober 2017.

Rauf, Syafruddin. 2016. Model

Spasial Perjalanan

Mahasiswa di Kota Makassar.

Makassar : Pascasarjana

Universitas Hasanuddin.

Republik Indonesia. 2004. Undang-

Undang nomor 38 tahun 2004

tentang jalan.

Jakarta : Kementerian Hukum

dan Hak Asasi Manusia.

Republik Indonesia. 2012. Undang-

Undang nomor 37 tahun 2012

tentang pengelolaan Daerah

Aliran Sungai.

Suparmoko. 1995. Ekonomi Sumber

daya Alam dan Lingkungan:

Suatu Pendekatan Teoritis.

PAU-UGM.Yogyakarta.

Tejoyuwono, N. 2006. Pertanian

dalam Konteks Tata Guna

Lahan. Yogyakarta : Ilmu

Tanah Universitas Gadjah

Mada.

Tucker, C. J. 1979. Red and

Photographic Infrared Linear

Combinations for Monitoring

Vegetation”, Remote Sensing

of Environment, Vol. 8, Hal.

127–150.

Satellite search for Landsat 8 and

Sentinel 2 images

https://remotepixel.ca/projects/

satellitesearch.html