ANALISIS TATA GUNA LAHAN BERBASIS GIS ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...E....
Transcript of ANALISIS TATA GUNA LAHAN BERBASIS GIS ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital...E....
i
ANALISIS TATA GUNA LAHAN BERBASIS GIS MENGGUNAKAN
CITRA LANDSAT 8 DI KABUPATEN ENREKANG
Dr. Ir. Syafruddin Rauf, MT.1) dan Ir. Dantje Runtulalo, MT.1), Chairunnisa Rudyati Ode2) 1)Dosen, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin, Gowa 92171
2)Mahasiswi, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin, Gowa 92171
ABSTRAK
Tata guna lahan dan transportasi mempunyai suatu hubungan yang interaktif yaitu
tata guna lahan merupakan salah satu penentu pergerakan dan aktifitas. Sistem
Informasi Geografi (SIG) merupakan suatu sistem komputer yang dapat
dipergunakan untuk mengelola data keruangan. Penerapan SIG di daerah Kabupaten
Enrekang perlu dibuatkan basis data untuk memudahkan pengelolaan maupun
menganalisa data terkait karakteristik jalan (indeks jalan), demografi, spasial , tata
guna lahan berbasis GIS dengan metode penginderaan jauh menggunakan bantuan
citra satelit. Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui karakteristik jaringan jalan
(indeks jalan), karakteristik demografi dan spasial serta analisis tata guna lahan di
Kabupaten Enrekang berbasis GIS menggunakan citra landsat 8. Berdasarkan Hasil
analisis diperoleh indeks jalan Kabupaten Enrekang adalah 1,01 per km.
Karakteristik demografi menghasilkan peta kepadatan penduduk dan peta populasi
penduduk, serta karakteristik model spasial menghasilkan peta (heatmap, kontur,
slope, hillshade dan daerah aliran sungai). Mengidentifikasi spasial citra
menggunakan citra landsat 8 dengan menggunakan metode Normalized Difference
Vegetation Index dan Normalized Difference Water Index. Menganalisis tata guna
lahan menggunakan peta Normalized Difference Vegetation Index sehingga
menghasilkan peta dan luas dari lahan di Kabupaten Enrekang.
Kata Kunci : Tata guna lahan, Sistem Informasi Geografi, Karakteristik Spasial,
Citra Landsat 8
ii
ABSTRACT
Land use and and transportation have an interactive relationship. Land use is one
of determinant movement and activity. Geographic Information System (GIS) is a
computer system that can be used to manage spatial data. Implementation of GIS in
Enrekang District needs to made a database to facilitate management and analyze
data related to road characteristic (road index), demography, spatial, and land use
GIS based with remote sensing method using satellite imagery. The purpose of this
research is to know the characteristics of road network (road index), demographic,
spatial characteristics and land use analysis with GIS based at Enrekang Regency
using Landsat imagery 8. Based on the result of the analysis, Enrekang Regency
road index is 1,01 per km. Demographic characteristics produce population density
maps, population maps, and spatial model characteristics produce maps (heatmap,
contour, slope, hillshade and watershed). Identify spatial images using landsat 8
imagery using Normalized Difference Vegetation Index method and Normalized
Difference Water Index. Analyze land use using Normalized Difference Vegetation
Index map to produce map and area of land in Enrekang Regency
Keywords: Land Use, Geographic Information System, Spatial Characteristics,
Landsat 8 Image
1
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aktifitas manusia di atas
permukaan bumi antara lain
permukiman, perkebunan, dan
pertanian tidak terlepas dari masalah
keruangan karena terkait dengan
penggunaan lahan
Dalam usaha memenuhi
kebutuhan hidupnya, manusia akan
terpaksa melakukan pergerakan
(mobilisasi) dari tata guna lahan yang
satu ke tata guna lahan lainnya,
seperti dari pemukiman (perumahan)
ke pasar (pertokoan). Agar mobilisasi
manusia antar tata guna lahan ini
terjamin kelancarannya,
dikembangkanlah sistem transportasi
yang sesuai dengan jarak, kondisi
geografis,dan wilayah termaksud
(Miro, 2005:15).
Kenyataan bahwa penggunaan
peta lahan erat kaitannya dengan
berbagai keperluan termasuk
diantaranya adalah: pengelolaan
daerah aliran sungai, teknis
kehutanan, konservasi tanah dan air,
arsitektur pe-mukiman, jaringan jalan,
reklamasi lahan-lahan terdegradasi
serta masih banyak lagi kegiatan yang
sangat memerlukan informasi lahan.
Oleh karena itu tulisan ini ditujukan
untuk memberi gambaran tentang
karakterisasi lahan dalam mendukung
pengembangan wilayah di Kabupaten
Enrekang.
Sistem Informasi Geografi (SIG)
merupakan suatu sistem komputer
yang dapat dipergunakan untuk
mengelola data keruangan, baik
berupa gambar/peta ataupun tabel,
sekaligus memahami keterkaitan di
antara keduanya. Penerapan SIG di
daerah Kabupaten Enrekang perlu
dibuatkan basis data untuk
memudahkan pengelolaan maupun
menganalisa data terkait karakteristik
jalan (index jalan), demografi, spasial
, tata guna lahan berdasarkan remote
sensing dengan bantuan citra satelit.
Berdasarkan uraian diatas , maka
perlu dilakukan penelitian mengenai “
Analisis Tata Guna Lahan Berbasis
GIS menggunakan Citra Landsat 8
di Kabupaten Enrekang”.
C. Tujuan Penelitian
Untuk menjawab rumusan
masalah penelitian tersebut di atas,
maka peneliti mempunyai tujuan
penelitian sebagai berikut:
1. Menganalisis karakteristik jaringan
jalan (indeks jalan) berbasis GIS di
Kabupaten Enrekang
2. Menganalisis bentuk demografi
dan karakteristik spasial berbasis
GIS di Kabupaten Enrekang
3. Menganalisis tata guna lahan di
Kabupaten Enrekang
menggunakan Citra landsat 8
II TINJAUAN PUSTAKA
A. Gambaran Umum Lokasi
Penelitian
Secara geografis Kabupaten
Enrekang terletak antara 30 14’36”
sampai 3050’0” Lintang Selatan,
119040’53”–120006’33” Bujur Timur
dengan ketinggian bervariasi antara
47 sampai 3.239 meter dari
permukaan laut. Secara umum bentuk
topografi wilayah Kabuparten
Enrekang terbagi atas wilayah
perbukitan karst (kapur) yang
terbentang di bagian utara dan tengah,
lembah-lembah yang curam, sungai
serta tidak mempunyai wilayah
pantai.
2
B. Jalan
1. Definisi Jalan
Definisi jalan adalah prasarana
transportasi darat yang meliputi
segala bagian jalan, termasuk
bangunan pelengkap, dan
perlengkapannya yang diperuntukkan
bagi lalulintas, yang berada
permukaan tanah, diatas permukaan
tanah,dibawah permukaan tanah dan
atau air, serta diatas permukaan air,
kecuali jalan kereta api dan jalan
kabel (UU No. 38 tahun 2004 tentang
Jalan). Menentukan aksesbilitas
transportasi berkaitan dengan
jarak,waktu tempuh dan biaya. Indeks
aksesbilitas, adapun cara menentukan
indes jalan yaitu :
𝐼ndeks Jalan =Panjang Jalan (km)
Luas wilayah (km2)
(1)
C. Demografi
Berdasarkan Multilingual
Demographic Dictionary (1982),
definisi Demografi yang
diterjemahkan oleh LB. Mantra
(2003) sebagai berikut :
Demografi mempelajari penduduk
suatu wilayah terutama mengenai
jumlah, struktur atau komposisi
penduduk dan perubahannya. Philp
M. Hauser dan Dudley Dunca (1959)
mengusulkan definis debagai berikut :
Demografi mempelajari jumlah,
persebaran teritorial dan komposisi
pembentuk serta perubahan-
perubahannya dan sebab-sebab
perubahan itu yang biasanya timbul
karena fertilitas, mortalitas dan gerak
teritorial atau migrasi, dan mobilitas
sosial.
D. Sistem Infomasi Geografis (SIG)
Sistem Informasi Geografi (SIG)
atau Geographic Information System
(GIS) adalah suatu sistem informasi
yang dirancang untuk bekerja dengan
data yang bereferensi spasial atau
berkoordinat geografi atau dengan
kata lain suatu SIG adalah suatu
sistem basis data yang kemampuan
khusus untuk menangani data yang
bereferensi keruangan (spasial)
bersamaan dengan seperangkat
operasi kerja (Barus dan Wiradisastra,
2000). Sedangkan menurut Anon
(2001) Sistem Infromasi Geografi
adalah suatu sistem Informasi yang
dapat memadukan antara data grafis
(Spasial) dengan data teks (Atribut)
objek yang dihubungkan secara
geografis di bumi (georeference).
Disamping itu, SIG juga dapat
menggabungkan data mengatur data
dan melakukan analisis data yang
akhirnya akan menghasilkan keluaran
yang dapat dijadikan acuan dalam
pengambilan keputusan pada masalah
yang berhubungan dengan geografi.
1. Program GIS Open Source
a. QGIS Software
QGIS adalah cross-platform
gratis dan open source desktop
yang berupa aplikasi system
informasi geografis (GIS),
aplikasi yang menyediakan
tampilan data, mengedit, dan
analisis. Mirip dengan system
perangkat lunak GIS lainnya,
QGIS memungkinkan pengguna
untuk membuat peta dengan
dengan banyak lapisan
menggunakan berbagai proyeksi
peta. QGIS memungkinkan
membuat peta yang bersumber
data raster atau lapisan vector
disimpan baik sebagai titik, garis,
ataupun polygon.
3
KelasKemiringan
(%)Klasifikasi
1 0 - 8 Datar
2 > 8 - 15 Landai
3 > 16 - 25 Agak Curam
4 > 26 - 47 Curam
5 > 47 Sangat Curam
b. Open Street Map
OpenStreetMap (OSM)
adalah sebuah proyek berbasis
web untuk membuat peta seluruh
dunia yang gratis dan terbuka,
dibangun sepenuhnya oleh
sukarelawan dengan melakukan
survey menggunakan GPS,
mendigitasi citra satelit, dan
mengumpulan serta
membebaskan data geografis
yang tersedia di publik.
2. Analisis Spasial
Data spasial adalah gambaran
nyata suatu wilayah yang terdapat di
permukaan bumi. Umumnya
direperentasikan berupa grafik, peta,
gambar, dengan format digital dan
disimpan dalam bentuk koordinat x,y
(vektor) atau dalam bentuk image
(raster) yang memiliki nilai tertentu.
3. Analisis 3 Dimensi dengan
Digital Elevation Model (DEM)
Digital Elevation Model (DEM)
merupakan bentuk 3 dimensi dari
permukaan bumi yang memberikan
data berbagai morfologi permukaan
bumi, seperti kemiringan lereng,
aspek lereng, ketinggian tempat, dan
area DAS (Zhou dan Liu 2003).
Berikut beberapa turunan algoritma
pengolahan DEM :
a. Garis Kontur (Countour)
Pada dasarnya satu garis
kontur merepresentasikan titik-
titik yang memilki ketinngian
yang sama. Oleh karena memiliki
informasi ketinggian, peta kontur
dapat digunakan untuk
memberikan gambaran 3 dimensi
kenampakan muka bumi. Garis
kontur yang rapat akan
menunjukkan lereng yang curam,
sebaliknya garis kontur yang
renggang akan menunjukkan
bahwa daerah tersebut relatif
datar/landai.
b. Kemiringan Lereng (Slope)
Peta kemiringan lereng
menunjukkan berapa derajat atau
persen kemiringan suatu
permukaan tanah. Pada
prakteknya peta kermiringan
lereng banyak digunakan sebagai
dasar analisis-analisis spasial,
sebagai contoh untuk penentuan
area sukaan prediksi daerah rawan
longsor, pembuatan peta arahan
dan lainnya.
Tabel 3. Kelas Kemiringan
Lereng
( Sumber : Pedoman Penyusunan Pola
Rehabilitasi Lahan dan Konservasi
Tanah 1986)
c. Bayangan (Hillshade)
Hillshade banyak digunakan
untuk kepentingan estetika dalam
menentukan tata letak suatu peta.
Hillshade dapat dikatakan sebagai
permukaan tiga dimensi yang
merepresentasikan pencahayaan
hipotetik yang dirancang sendiri
oleh pembuatnya.
d. Daerah Aliran Sungai (DAS)
DAS termasuk suatu wilayah
daratan yang merupakan satu
kesatuan dengan sungai dan anak-
anak sungainya, yang berfungsi
menampung, menyimpan dan
mengalirkan air yang berasal dari
curah hujan ke danau atau ke laut
secara alami, yang batas di darat
4
merupakan pemisah topografis
dan batas di laut sampai dengan
daerah perairan yang masih
terpengaruh aktivitas daratan. (PP
No 37 tentang Pengelolaan DAS,
Pasal 1).
E. Penginderaan Jauh
Penginderaan jauh ialah ilmu dan
seni untuk memperoleh informasi
tentang obyek, daerah atau gejala
dengan jalan menganalisis data yang
diperoleh dengan menggunakan alat
tanpa kontak langsung terhadap
obyek, daerah atau gejala yang dikaji
(Liliesand dan Kiefer, 1979).
F. Satelit Landsat
Satelit Landsat 8 memiliki sensor
Onboard Operational Land Imager
(OLI) dan Thermal Infrared Sensor
(TIRS) dengan jumlah kanal sebanyak
11 buah. Diantara kanal-kanal
tersebut, 9 kanal (band 1-9) berada
pada OLI dan 2 lainnya (band 10 dan
11) pada TIRS. Sebagian besar kanal
memiliki spesifikasi mirip dengan
Landsat 7.
Tabel 4. Kanal Satelit Landsat 8 TM
(Sumber : Landsat 8 bands oleh NASA)
G. Aplikasi Penginderaan Jauh
1. Indeks Vegetasi
Indeks vegetasi adalah besaran
nilai kehijauan vegetasi yang
diperoleh dari pengolahan sinyal
digital data nilai kecerahan (brigtness)
beberapa kanal data sensor satelit.
Berikut ini disajikan beberapa indeks
vegetasi penginderaan jauh yang
sering digunakan :
a. Normalized Difference
Vegetation Index ( NDVI)
Indeks Vegatsi paling umum
digunakan Normalized Difference
Vegetation Index ( NDVI).
Normalized Difference Vegetation
Index ( NDVI) merupakan indeks
‘kehijauan’ vegetasi atau aktifitas
fotosintesis vegetasi. Nilai indeks
vegetasi ini didasarkan pada
perbedaan antara penyerapan
maksimum radiasi di kanal merah
(red) sebagai hasil dari pigmen
klorofil dan reflektansi maksimum
di kanal spektral infra merah dekat
(near infra red/NIR) sebagai
akibat dari struktur selular daun.
(Tucker, 1979).
Adapun formulasi NDVI
adalah sebagai berikut :
NDVI = NIR−RED
NIR+RED (2)
Dimana :
NIR : nilai reflektan kanal
infra merah dekat (Band 5)
RED : nilai reflektan kanal
merah (Band 4)
NDVI mempunyai nilai yang
hanya berkisar antara -1 (non-
vegetasi) hingga 1 (vegetasi).
Untuk wilayah yang mempunyai
nilai tingkat kehijauan vegetasi
NDVI di bawah 0.3, maka
wilayah tersebut sudah keluar dari
kelompok vegetasi (karena bisa
berupa wilayah perairan atau
tanah bebatuan). Untuk wilayah
yang mempunyai NDVI bernilai
5
di atas 0.3, dapat disimpulkan
wilayah tersebut merupakan
kawasan yang ditutupi hutan yang
lebat dan subur.
2. Indeks Hidrologi
Indeks hidrologi adalah indeks
yang menggambarkan kondisi kadar
air pada suatu wilayah. Berikut ini
disajikan beberapa water band index
penginderaan jauh yang sering
digunakan :
a. Normalized Difference
Water Index ( NDWI)
Normalized Difference Water
Index ( NDWI) merupakan indeks
yang menunjukkan tingkat
kebasahan suatu area. NDWI
diperoleh dengan menggunakan
prinsip yang sama dengan
perhitungan NDVI. Pada NDVI,
daerah vegetasu dan tutupan lahan
ditampilkan, dimana daerah
perairan tampak lebih gelap
dikarenakan perbedaan
karakteristik dalam memantulkan
radiasi gelombang (MCFeeters
1996). Adapun formulasi NDWI
adalah sebagai berikut :
NDWI=GREEN−NIR
GREEN+NIR (3)
Dimana :
GREEN : nilai reflektan kanal
hijau (Band 3)
NIR : nilai refelktan kanal
Inframerah (Band 5)
H. Tata Guna Lahan
1. Definisi Tata Guna Lahan
Lahan adalah keseluruhan
kemampuan muka daratan beserta
segala gejala di bawah permukaannya
yang bersangkut paut dengan
pemanfaatannya bagi manusia.
Pengertian tersebut menunjukan
bahwa lahan merupakan suatu
bentang alam sebagai modal utama
kegiatan, sebagai tempat di mana
seluruh makhluk hidup berada dan
melangsungkan kehidupannya dengan
memanfaatkan lahan itu sendiri.
Tata guna lahan secara umum
tergantung pada kemampuan lahan
dan pada lokasi lahan. Untuk aktivitas
pertanian, penggunaan lahan
tergantung pada kelas kemampuan
lahan yang dicirikan oleh adanya
perbedaan pada sifat-sifat yang
menjadi penghambat bagi
penggunaannya seperti tekstur tanah,
lereng permukaan tanah, kemampuan
menahan air dan tingkat erosi yang
telah terjadi. Tata guna lahan juga
tergantung pada lokasi, khususnya
untuk daerah-daerah pemukiman,
lokasi industri, maupun untuk daerah-
daerah rekreasi (Suparmoko, 1995).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Pengambilan data dan Analisis
data dilakukan pada bulan Agustus
2017 sampai dengan Oktober 2017 di
Departemen Teknik Sipil, Fakultas
Teknik, Universitas Hasanuddin.
Wilayah kajian dalam penelitian
adalah Kabupaten Enrekang,
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian
Kabupaten Enrekang
6
Pengumpulan Data
Data Penduduk Kabupaten
Enrekang tahun 2016
Peta administrasi Kabupaten
Enrekang
Data jaringan jalan
Data DEM (Digital Elevation
Model)
Data citra landsat 8 tahun 2016
Studi Literatur
Analisis Data
Mulai
Indeks Jalan
Analisis Spasial
Selesai
Peta Jaringan Jalan
Indeks Jalan
Kabupaten
Enrekang
Karakteristik
Demografi
Heatmap
Kontur
Hillshade
Slope
Das
Indeks Vegetasi
Indeks Hidrologi
Analisis Tata Guna
Lahan
Hasil Dan Pembahasan
Kesimpulan Dan Saran
B. Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan dalam
penelitian adalah perangkat keras
(Hardware) berupa laptop, dan
perangkat lunak (Software) berupa
QGIS 2.14.3, SAGA GIS 2.1.2,
Google Earth Pro, dan Microsoft
Office 2010. Bahan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data
Penduduk Kabupaten Enrekan tahun
2016, peta administrasi Kabupaten
Enrekang dalam bentuk .shp , Data
citra landsat 8 tahun 2016 diunduh
dari remotepixel.com , data DEM
(Digital Elevation Model) diunduh
dari googleearthengine, dan data
jaringan jalan yang diunduh dari
openstreetmap.org.
C. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara
yang digunakan dalam meneliti suatu
objek dalam rangka pengumpulan
data penelitian dengan menggunakan
teknik-teknik tertentu. Penelitian ini
dilakukan dengan beberapa metode.
Metode penelitian secara singkat
dapat dilihat pada gambar 2 bagan alir
(flowchart) prosedur penelitian.
Gambar 2. Bagan Alir Prosedur
Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Lokasi Studi
Pada sub bab ini akan disajikan
rangkuman analisis karakteristik
lokasi studi berupa analisis demografi
dan jaringan jalan di Kabupaten
Enrekang. Karakteristik demografi
dan jaringan jalan dijelaskan dibawah
ini.
1. Karakteristik Demografi
a. Populasi Penduduk Enrekang
Data populasi tahun 2016
dapat dilihat dari table dibawah
menunjukkan populasi terbesar
ada pada Kecamatan Enrekang
dengan jumlah populasi 32221
jiwa dan populasi terkecil ada
pada Kecamatan Bungin dengan
jumlah populasi 4451 jiwa.
Gambar 3. Grafik Populasi
Penduduk per Kecamatan di
Kabupaten Enrekang (Sumber : Badan Pusat Statistik
Kabupaten Enrekang 2016)
Dari data kependudukan dan
populasi penduduk diatas dapat
kita ketahui daerah atau lokasi
yang ditempati atau di tinggali
oleh penduduk terbanyak dengan
melihat langsung peta di bawah
ini. Kecamatan Enrekang yang
memiliki jumlah penduduk
terpadat ditandai dengan warna
gelap pada peta.
.
7
Gambar 4. Peta Populasi
Penduduk per Kecamatan di
Kabupaten Enrekang
b. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk adalah
jumlah penduduk di suatu daerah
per satuan luas. Dimana data
sebagai berikut :
Gambar 5. Grafik Kepadatan
Penduduk per Kecamatan di
Kabupaten Enrekang (Sumber : Badan Pusat Statistik
Kabupaten Enrekang 2016)
Dari data kependudukan,
maka terdapat 12 data
kependudukan perkecamatan.
Kepadatan tiap kecamatan
terbesar ada pada Kecamatan Alla
dengan nilai 640,5 jiwa/km² dan
kepadatan terkecil ada pada
Kecamatan Bungin dengan nilai
18,8 jiwa/km².
Gambar 6. Peta Kepadatan
Penduduk per Kecamatan di
Kabupaten Enrekang
Berdasarkan peta kepadatan
penduduk diatas dapat kita
tunjukkan daerah atau lokasi
terpadat yang ditempati atau di
tinggalai oleh penduduk.
Kecamatan Alla yang memiliki
jumlah penduduk terpadat ditandai
dengan warna gelap pada peta.
Sedangkan kepadatan penduduk
terkecil terdapat di Kecamatan
Bungin dengan ditandai dengan
warna terang pada peta.
2. Karakteristik Jaringan Jalan
a. Jaringan Jalan
Berikut peta jaringan jalan
beserta penjelasannya dibawah ini
Gambar 5. Peta Jaringan
Jalan di Kabupaten Enrekang
8
Panjang Jalan
(Km)
1 Masale 50.94
2 Malua 78.84
3 Maiwa 363.37
4 Curio 142.92
5 Cendana 104.73
6 Enrekang 268.38
7 Buntu Batu 140.82
8 Baroko 99.24
9 Baraka 154.93
10 Anggeraja 183.94
11 Alla 119.67
12 Bungin 99.14
1806.92
No. Kecamatan
TOTAL
Panjang Jalan Luas
(Km) (Km²)
1 Masale 50.94 68.35 0.75
2 Malua 78.84 40.36 1.95
3 Maiwa 363.37 392.87 0.92
4 Curio 142.92 178.51 0.80
5 Cendana 104.73 91.01 1.15
6 Enrekang 268.38 291.19 0.92
7 Buntu Batu 140.82 126.65 1.11
8 Baroko 99.24 41.08 2.42
9 Baraka 154.93 159.15 0.97
10 Anggeraja 183.94 125.34 1.47
11 Alla 119.67 34.66 3.45
12 Bungin 99.14 236.84 0.42
1806.92 1786.01 1.01
No. KecamatanINDEKS
JALAN (/Km)
TOTAL
NOKABUPATEN /
KOTA
INDEKS JALAN
(/Km)
1 MAKASSAR 9.86
2 PARE - PARE 3.68
3 LUWU UTARA 2.75
4 TAKALAR 2.67
5 SINJAI 1.68
6 GOWA 1.62
7 PALOPO 1.48
8 MAROS 1.34
9 BULUKUMBA 1.15
10 ENREKANG 1.01
11 PINRANG 0.91
12 SIDRAP 0.79
13 SOPPENG 0.73
14 BONE 0.62
15 BANTAENG 0.47
Tabel 5. Panjang Jaringan Jalan
tiap kecamatan di Kabupaten
Enrekang
(Sumber : analisis dengan Quantum
GIS)
Tabel 6. Indeks Jalan di tiap
kecamatan di Kabupaten
Enrekang
Dari tabel 6 di atas dapat
diketahui bahwa Kecamatan Alla
dan Kecamatan Baroko memiliki
indeks jalan yang tinggi mencapai
3,45 dan 2,42 sehingga dapat
diketahui bahwa konektivitas jalan
di kedua daerah tersebut juga
semakin baik dilihat dari
ketersediaan jaringan jalannya.
Tabel 7. Indeks Jalan Kabupaten /
Kota Sulawesi Selatan
(Lanjutan)
(Sumber : analisis dengan Quantum
GIS)
B. Analisis Spasial
1. Peta Heatmap
Gambar 6. Peta Heatmap Building di
Kabupaten Enrekang
Berdasarkan peta heatmap di
Kabupaten Enrekang, dapat dianalisis
bahwa kecamatan dengan sebaran
permukiman tertinggi adalah
Kecamatan Alla. penduduk yang
tinggi, di analisis menggunakan
metode heatmap menunjukkan warna
merah artinya sebaran penduduk
padat.
9
2. Kontur Wilayah Enrekang Berikut peta kontur di Kabupaten
Enrekang
Gambar 7. Peta Kontur Wilayah
Kabupaten Enrekang
Berdasarkan peta kontur di
Kabupaten Enrekang, dapat dianalisis
bahwa pada bagian timur Kabupaten
Enrekang merupakan daerah berbukit
– bukit. Hal itu dapat dilihat dari
warna dan kerapatan garisnya.
Sedangkan daerah yang memiliki
garis kontur yang renggang
menunjukkan bahwa daerah itu
tersebut relative datar/landai.
3. Kemiringan Lereng (Slope)
Wilayah Enrekang
Berikut peta 3D metode slope
pada Kabupaten Enrekang
Gambar 8. Peta Kemiringan Lereng
(Slope) Kabupaten Enrekang
Berdasarkan peta kemiringan
lereng di Kabupaten Enrekang, dapat
diketahui bahwa pada Kecamatan
Buntu Batu, Bungin dan Sebagian
Kecamatan curio dan Baraka
merupakan daerah yang kemiringan
lerengnya curam.
4. Peta Bayangan (Hillshade)
Hasil pemetaan diperlihatkan pada
gambar dibawah ini.
Gambar 9. Peta Hillshade Kabupaten
Enrekang
Berdasarkan peta hillshade di
Kabupaten Enrekang, dapat dianalisis
bahwa pada Kecamatan Buntu Batu,
Kecamatan Bungin serta sebagian
Kecamatan Baraka dan kecamatan
curio merupakan daerah yang
berbukit. Sedangkan untuk
Kecamatan Maiwa dan Cendana
cenderung adalah daerah yang datar.
5. Daerah Aliran Sungai (DAS)
Hasil pemetaan DAS
diperlihatkan pada Gambar 10 di
bawah ini dan juga di sajikan dalam
bentuk tabel agar lebih mendetail.
Gambar 10. Peta DAS Kabupaten
Enrekang
Berdasarkan peta DAS di
Kabupaten Enrekang, dapat dianalisis
bahwa pada Kabupaten Enrekang
terdapat 6 DAS (Daerah Aliran
10
NO NAMA DAS LUAS (KM²)
1 SADDANG 1113.75493
2 AWO 3.1036
3 SIWA 0.00126
4 SUSO 0.49383
5 BILA WALANAE 629.38667
6 SAWITO - KARIAGO - RAPPANG 81.98535
Sungai). Induk sungai yang berada di
Kabupaten Enrekang terdapat pada
DAS Saddang yang mengalir dari
Kecamatan Mallua sampai ke
Kecamatan Cendana. Berikut luas
DAS yang ada di Kabupaten
Enrekang.
Tabel 8. Luas Daerah Aliran Sungai
(DAS) di Kabupaten Enrekang
Sumber : (analisis dengan Quantum GIS)
C. Analisis Spasial Citra
1. Indeks Vegetasi
Analisis indeks vegetasi pada
penelitian ini dilakukan metode
Normalized Difference Vegetation
Index (NDVI). Berikut ini hasil
analisis indeks vegetasi dari NDVI :
Gambar 11. Peta Indeks vegetasi
NDVI Kabupaten Enrekang
Berdasarkan peta NDVI pada
gambar 11 diatas dapat dianalisis
bahwa pada Kabupaten Enrekang
tepatnya Kecamatan Maiwa dan
Kecamatan Bungin masih
memiliki indeks vegetasi yang
baik. Hal ini dikarenakan pada
kedua Kecamatan tersebut belum
terlalu dimanfaatkan sebagai
pemukiman penduduk.
2. Indeks Hidrologi
Analisis indeks hidrologi pada
penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metode Normalized
Difference Water Index (NDWI).
Berikut ini hasil analisis indeks
hidrologi dari NDWI :
Gambar 12. Peta Indeks vegetasi
NDVI Kabupaten Enrekang
Berdasarkan peta NDWI pada
gambar 12 diatas dapat dianalisis
bahwa daerah berair paling
banyak adalah Kecamatan
Enrekang, Kecamatan Anggeraja,
dan Kecamatan Malua, dimana
daerah berair terdiri dari sawah,
rawa, atau genangan air lain
tersebut. Daerah – daerah tersebut
tergolong daerah dataran rendah
yang dimanfaatkan sebagai lahan
pertanian.
D. Tata Guna Lahan
Berikut Hasil Pemetaan lahan
pada Kabupaten Enrekang disajikan
dalam gambar 13.
Gambar 13. Peta Klasifikasi Tata Guna
Lahan Kabupaten Enrekang Tahun 2016
11
Berdasarkan hasil klasifikasi pada
peta Lahan di Kabupaten Enrekang,
dapat diketahui lokasi mana saja yang
terdapat hutan, lahan terbuka/ sawah/
ladang, sungai, serta pemukiman.
Berikut luas Lahan yang ada di
Kabupaten Enrekang.
Dilihat dari hasil yang di dapat
tahun 2016 maka dapat diketahui
bahwa luas hutan lebat yang ada di
Kabupaten Enrekang memiliki luas
468,71 km2, untuk hutan ringan
memiliki luas sebesar 306,49 km2,
untuk lahan terbuka/Sawah/Kebun
memiliki luas sebesar 826,67 km2,
dan pemukiman, Jalan serta sungai
memiliki luas sebesar 184,14 km2.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dalam
penelitan Analisis Tata Guna Lahan
berbagis GIS menggunakan citra
landsat 8 di Kabupaten Enrekang,
dapat disimpulkan beberapa hal
sebagai berikut :
1. Karakteristik jaringan jalan yang
ditinjau pada penelitian ini yaitu
indeks jalan yang diperoleh dari
perhitungan QGIS dapat diketahui
bahwa indeks jalan Kabupaten
Enrekang adalah 1,01 per km.
2. Karakteristik Demografi dan
karakteristik spasial di Kabupaten
Enrekang adalah sebagai berikut :
a. Populasi Penduduk terbesar
ada pada Kecamatan Enrekang
dengan jumlah populasi 32221
jiwa dan populasi terkecil ada
pada Kecamatan Bungin
dengan jumlah populasi 4451
jiwa. Kepadatan tiap
kecamatan terbesar ada pada
Kecamatan Alla dengan nilai
640,5 jiwa/km² dan kepadatan
terkecil ada pada Kecamatan
Bungin dengan nilai 18,8
jiwa/km².
b. Karakteristik spasial yang
digunakan yaitu analisis
spasial dan analisis citra
spasial. Pada analisis spasial
terbagi menjadi tujuh bagian
yaitu Heatmap penduduk,
kontur wilayah, kemiringan
lereng (slope), peta bayangan
(hillshade) dan DAS. Dari
hasil penelitian ini heatmap
penduduk dengan sebaran
permukiman tertinggi adalah
Kecamatan Alla. sedangkan
kecamatan dengan sebaran
permukiman yang kurang
adalah Kecamatan Bungin dan
berdasarkan peta Kontur
wilayah, peta slope dan peta
hillshade di Kabupaten
Enrekang menunjukkan bahwa
pada Kecamatan Buntu Batu,
Kecamatan Bungin serta
sebagian Kecamatan Baraka
dan kecamatan curio
merupakan daerah yang
berbukit dan lerengnya curam.
Sedangkan untuk Kecamatan
Maiwa dan Cendana
cenderung adalah daerah yang
datar. Daerah Aliran Sungai
(DAS) terbesar yang ada di
Kabupaten Enrekang adalah
Saddang yaitu sebesar
1113,7549 Km2 dan DAS
yang terkecil adalah Siwa
yaitu sebesar 0,00126 Km2 .
c. Indeks NDVI menunjukkan
bahwa pada kecamatan
Bungin dan Kecamatan Maiwa
memiliki indeks vegetasi yang
baik, sedangkan indeks
hidrologi NDWI menunjukkan
bahwa pada Kecamatan
Enrekang, Kecamatan
12
Anggeraja, dan Kecamatan
Malua merupakan daerah
berair paling banyak.
3. Tata guna lahan di Kabupaten
Enrekang adalah sebagai berikut :
Dari hasil yang di dapat tahun
2016 maka dapat diketahui bahwa
luas hutan lebat yang ada di
Kabupaten Enrekang memiliki
luas 468,71 km2, untuk hutan
ringan memiliki luas sebesar
306,49 km2, untuk lahan
terbuka/Sawah/Kebun memiliki
luas sebesar 826,67 km2, dan
pemukiman, Jalan serta sungai
memiliki luas sebesar 184,14
km2.
B. Saran
Saran yang dapat dianjurkan
peneliti kepada pembaca atau
peneliti lain:
1. Untuk peneliti selanjutnya
agar menggunakan data
sekunder terbaru seperti data
penduduk kabupaten dan juga
panjang jalan sebagai
perbandingan.
2. Untuk peneliti selanjutnya
yang sejenis dengan penelitian
ini sebaiknya menggunakan
citra yang lebih bersih dari
gangguan awan sehingga
proses analisis spasial
penelitian lebih mudah
dikerjakan.
3. Memperbanyak literature
tentang penelitian yang sudah
ada sehingga mempermudah
pekerjaan penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Anon, 2001. Sistem Informasi
Geografis (GIS).
Anonim. 1986. Pedoman Penyusunan
Pola Rehabilitasi Lahan dan
Konservasi Tanah. Direktorat
Jendral Reboisasi dan
Rehabilitasi Lahan.
Departemen Kehutanan,
Jakarta
Aronoff, S. 1989. Geographic
Information System : A
management perspective,
WDL Publication, Otawa,
Canada.
Badan Pusat Statistik Kabupaten
Enrekang. 2016. Enrekang
dalam angka 2016.
Enrekang : Badan Pusat
Statistik Kabupaten Enrekang.
Barus B., dan Wiradisastra. 2000.
Sistem Informasi Geografi,
Laboratorium Penginderaan
Jauh dan Kartografi. Institut
Pertanian Bogor.
Barlowe, R. 1987. Land Resources
Economics. Prentice Hall, Inc.
Englewood Clift, New Jersey.
Bau, QDG. 2013. Kajian penetapan
zona berdasarkan citra
quickbird untuk model
bangkitan dan tarikan
perjalanan di daerah perkotaan
(studi empiris di kota
makassar). Yoyakarta :
Fakultas Geografi, Universitas
Gadjah Mada.
Cholid, Sofyan. 2009. Sistem
Informasi Geografis: Suatu
Pengantar. Bogor: Staff
Akademik Departemen Ilmu
Kesejahteraan Sosial FISIP
UI.
13
C. Jotin Khisty & B. Kent Lall. 2005.
Dasar-dasar Rekayasa
Transportasi. Jilid I Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Departemen Pekerjaan Umum
Direktorat Jenderal Bina
Marga. 1997. Tata Cara
Perencanaan Geometrik Jalan
Antar Kota. Jakarta :
Kementerian Pekerjaan Umum
Iskandar, H. 2011. Kajian Standar
Pelayanan Minimal Jalan
Untuk Jalan Umum Non-Tol,
Pusat Litbang Jalan dan
Jembatan.
Jayadinata, Johara T. 1999. Tata Guna
Tanah dalam Perencanaan
Pedesaan, Perkotaan dan
Wilayah. Bandung: ITB
Lillesand/Kiefel, 1997, Cetak III,
Penginderaan Jauh dan
Interpretasi Citra, Gadjah
Mada University Press,
Yogyakarta.
Mantra, Ida Bagus Dr.
2003.Demografi Umum.
Edisi kedua. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
McFeeters, S. K. 1996. The Use of the
Normalized Difference Water
Index (NDWI) in the
Delineation of Open Water
Features. International Journal
of Remote Sensing.
Miro, F. 2005. Perencanaan
Transportasi untuk
Mahasiswa, Perencana, dan
Praktisi. Erlangga. Jakarta.
Nurshanti, N. 1995. Sistem Informasi
Geografis. Dikutip dari
http://library.binus.ac.id pada
hari Senin, 16 Oktober 2017.
Rauf, Syafruddin. 2016. Model
Spasial Perjalanan
Mahasiswa di Kota Makassar.
Makassar : Pascasarjana
Universitas Hasanuddin.
Republik Indonesia. 2004. Undang-
Undang nomor 38 tahun 2004
tentang jalan.
Jakarta : Kementerian Hukum
dan Hak Asasi Manusia.
Republik Indonesia. 2012. Undang-
Undang nomor 37 tahun 2012
tentang pengelolaan Daerah
Aliran Sungai.
Suparmoko. 1995. Ekonomi Sumber
daya Alam dan Lingkungan:
Suatu Pendekatan Teoritis.
PAU-UGM.Yogyakarta.
Tejoyuwono, N. 2006. Pertanian
dalam Konteks Tata Guna
Lahan. Yogyakarta : Ilmu
Tanah Universitas Gadjah
Mada.
Tucker, C. J. 1979. Red and
Photographic Infrared Linear
Combinations for Monitoring
Vegetation”, Remote Sensing
of Environment, Vol. 8, Hal.
127–150.
Satellite search for Landsat 8 and
Sentinel 2 images
https://remotepixel.ca/projects/
satellitesearch.html