Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan...

112
1 ANALISIS RENCANA PEMBANGUNAN PUSAT PRIMER GEDEBAGE TERHADAP PEMBANGUNAN EKONOMI KOTA BANDUNG MELALUI PENDEKATAN SISTEM DINAMIK BUDI BUDIMAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

Transcript of Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan...

Page 1: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

1

ANALISIS RENCANA PEMBANGUNAN PUSAT PRIMER GEDEBAGE

TERHADAP PEMBANGUNAN EKONOMI KOTA BANDUNG

MELALUI PENDEKATAN SISTEM DINAMIK

BUDI BUDIMAN

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011

Page 2: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

2

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Analisis Rencana

Pembangunan Pusat Primer Gedebage Terhadap Pembangunan Ekonomi

Kota Bandung Melalui Pendekatan Sistem Dinamik adalah karya saya dengan

arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada

perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya

yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam

teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Agustus 2011

Budi Budiman

H152070251

Page 3: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

3

Abstract

BUDI BUDIMAN, H152070251. Analysis of Development Plan of Primary

Center Gedebage in Bandung City Economic Development by Dynamic Systems

Approach. Supervised by SETIA HADI as the leader and SAID RUSLI as member

of supervisory commission.

Gedebage region as an area to be developed has limitations because it

includes areas that have many short comings such as lack of infrastructure and

unstable soil conditions. Therefore, in the development of the Gedebage area, the

system design is required in the form of engineering assessment of the

performance indicators of regional development based on dynamic systems

approach based on the principle of feedback between the subsystem, subsystem of

the population, and economic subsystem. The purpose of this study was to analyze

the Gedebage regional development plan especially Primary Center Gedebage in

economic development of Bandung. This research use data analysis through

modeling system that includes the land use in the region Gedebage, various

economic activities and population dynamics. The research result suggests that the

development of the Primary Center Gedebage as planned, will encourage the

economic development of Bandung city in a positive direction.

Keywords. development of the area, the system dynamic

Page 4: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

4

RINGKASAN

BUDI BUDIMAN, H152070251. Analisis Rencana Pembangunan Pusat Primer

Gedebage Terhadap Pembangunan Ekonomi Kota Bandung Melalui Pendekatan

Sistem Dinamik, dibimbing oleh SETIA HADI sebagai Ketua dan SAID RUSLI

sebagai anggota komisi pembimbing.

Kawasan Gedebage sebagai kawasan yang akan dikembangkan memiliki

keterbatasan karena termasuk wilayah yang memiliki banyak kekurangan seperti

keterbatasan infrastruktur dan kondisi tanah yang labil. Oleh karena itu dalam

pengembangan kawasan Gedebage diperlukan desain sistem dalam bentuk

pengkajian rekayasa terhadap indikator kinerja pembangunan wilayah berdasarkan

pendekatan sistem dinamik yang didasari oleh prinsip umpan balik antar subsitem

wilayah, subsitem penduduk, dan subsitem ekonomi. Tujuan penelitian ini adalah

untuk menganalisis rencana pengembangan kawasan Gedebage terutama Pusat

Primer Gedebage terhadap pembangunan ekonomi Kota Bandung. Untuk

menjawab permasalahan dilakukan analisis data melalui sistem pemodelan yang

meliputi penggunaan lahan di kawasan Gedebage, berbagai kegiatan ekonomi,

serta dinamika populasi penduduk. Dari simpulan utama menunjukkan bahwa

pengembangan kawasan Pusat Primer Gedebage yang sesuai dengan yang

direncanakan akan mendorong pembangunan ekonomi Kota Bandung kearah yang

positif

Dari hasil pengaamatan di lapangan menunjukkan bahwa penggunaan

lahan untuk pengembangan kawasan Pusat Primer Gedebage telah ditentukan oleh

tim pemerintah kota dan swasta dengan memperhatikan berbagai aspek kelayakan

maupun peruntukkannya yaitu lahan untuk transfortasi 32,58 Ha (4,6%), untuk

kesehatan 16,55 Ha (2,30%), untuk olah raga dan rekreasi 45 Ha (6,3%), untuk

industri 26,61 Ha (8,7 %), untuk peribadatan 5,32 Ha (0.7%), hunian 196,6 Ha

(27,6%), hotel apartemen 11 Ha (1,5%), danau buatan 123 Ha (17,26%), akses

jalan tol 55,57 Ha (7,8%) dan untuk daya dukung lingkungan 31 Ha (4,4%).

Berdasarkan simulasi model sistem dinamis tentang dampak

pengembangan Pusat Primer Gedebage terhadap pembangunan ekonomi Kota

Bandung dapat dilihat dari perkembangan beberapa aspek, yaitu perubahan

penduduk, PDRB kota, penggunaa lahan kota, pendapatan perkapita dan Ruang

Terbuka Hijau (RTH), dan berdasarkan simulasi model, maka adanya perubahan

jumlah penduduk berupa kenaikan pada akhir tahun simulasi (2034) menjadi rata-

rata 1,61 persen per tahun. Sedangkan dalam penggunaan lahan industri,

perumahan dan jasa meningkat dari 69,73 persen menjadi 80,73 persen atau

13.506 Ha pada tahun 2034. Ini menunjukkan bahwa lahan kosong (bisa

berbentuk sawah, tegalan ataupun ruang kosong yang tersedia di Kota Bandung

pada tahun 2034 hanya 19,27 persen atau 3.223,87 Ha. Sedangkan simulasi

mengenai subsistem ekonomi di Kota Bandung dengan melihat nilai PDRB Kota

Bandung Atas Dasar Harga Konstan tahun 2000, maka dari hasil simulasi nilai

PDRB terlihat adanya kenaikan PDRB kota yang pada saat ini Rp 26,979 Triliun

maka pada akhir tahun simulasi (2034) berubah menjadi Rp. 86,25 Triliun.

Dari aspek pendapatan per kapita pengembangan Pusat Primer Gedebage

memberikan sumbangan yang positif terhadap peningkatan pendapatan per kapita

Page 5: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

5

Kota Bandung. Hal ini dapat terlihat tercapainya target pendapatan per kapita

sesuai dengan target pembangunan jangka menengah Kota Bandung 2013 seperti

pada tahun 2012 dalam data simulasi menunjukkan angka pendapatan per kapita

sebesar Rp.16,84 juta per tahun melampaui target pemerintah Kota Bandung

sebesar Rp. 15,1 juta per tahun. Demikian pula pada tahun 2013 sesuai dengan

data simulasi menunjukkan angka pendapatan per kapita sebesar Rp. 17,2 juta per

tahun melampaui target pemerintah Kota Bandung sebesar Rp. 16 juta per tahun.

Sedangkan dalam aspek RTH pengembangan Pusat Primer Gedebage akan

menekan luas RTH dari 8,7 persen saat ini menjadi 5,21 persen pada akhir tahun

2034. Kondisi RTH seperti ini sesungggunya tidak relevan dengan target

Pemerintah Kota dalam pencapaian luas RTH dalam target jangka pendek (2013)

yang sudah mentargetkan pencapaian luas RTH kota 16 persen, tetapi dalam

simulasi pada tahun 2013 RTH kota hanya mencapai 8.14 persen.

Skenario model pengembangan Pusat Primer Gedebage yang

direncanakan berdasarkan beberapa asumsi kondisi yang diharapkan dalam model,

yaitu dengan memperhitungkan investasi yang masuk ke kawasan Pusat Primer

Gedebage. Adapun skenario dalam model Pengembangan Pusat Primer Gedebage,

yaitu skenario 1, dimana pengembangan Pusat Primer Gedebage berjalan sesuai

dengan investasi saat ini berjalan sebesar Rp. 500,85 Milyar yang menghasilkan

nilai PDRB Rp. 86,250 Triliun dan pendapatan per kapita Rp. 20,75 juta. Skenario

2, dimana pengembangan Pusat Primer Gedebage berjalan dengan investasi yang

direncanakan sebesar Rp. 11,945 Triliun dengan hasil nilai PDRB Rp.146,875

Triliun dan pendapatan per kapita Rp. 34,10 juta per tahun

Kata Kunci. Pusat Primer Gedebage, sistem dinamik.

Page 6: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

6

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2011

Hak Cipta Dilindungi Undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa

mencantumkan atau menyebutkan sumber.

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan

karya ilmiah, penulisan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu

masalah.

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya

tulis dalam bentuk laporan apapun tanpa ijin IPB.

Page 7: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

7

ANALISIS RENCANA PEMBANGUNAN PUSAT PRIMER GEDEBAGE

TERHADAP PEMBANGUNAN EKONOMI KOTA BANDUNG

MELALUI PENDEKATAN SISTEM DINAMIK

BUDI BUDIMAN

Tesis

Salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains pada

Program Studi Ilmu-Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011

Page 8: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

8

Penguji Luar Komisi Pada Ujian Tesis: Prof. Dr. Bambang Juanda, M.S.

Page 9: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

9

Judul Tesis : Analisis Rencana Pembangunan Pusat Primer Gedebage

Terhadap Pembangunan Ekonomi Kota Bandung

Melalui Pendekatan Sistem Dinamik

Nama : Budi Budiman

NRP : H152070251

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Setia Hadi, M.S. Ir. Said Rusli MA

Ketua Anggota

Diketahui

Tanggal Ujian: 10 Agustus 2011 Tanggal Lulus:

Ketua Program Studi

Program Studi Ilmu-Ilmu Perencanaan

Pembangunan Wilayah dan Perdesaan

Prof. Dr. Ir. Bambang Juanda, M.S.

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc, Agr

Page 10: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

10

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

terkadang pada awalnya orang akan bangga dengan pilihannya, tapi tidak semua

orang akan setia pada pilihannnya, keserakahan dan hawa nafsulah yang

membuat orang tidak setia pada pilihannya. Sejatinya yang tersulit dalam hidup

ini bukanlah memilih sesuatu tetapi bagaimana bertahan pada pilihan yang

pernah kita pilih dengan ikhlas tanpa kepura-puraan, itulah istiqomah dan sabar

yang sesungguhnya di dunia yang terus berubah dengan cobaan dan ujian.

untuk orangtua dan para guruku

yang telah mengajarkan

tentang kejujuran

Tesis ini saya persembahkan buat :

Orang Tuaku

Istri dan anak-anaku

Para guruku

Page 11: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

11

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah, penulis panjatkan kepada

Allah Yang Maha Besar atas karunia dan limpahan-Nya, sehingga Tesis yang

berjudul: “Analisis Rencana Pembangunan Pusat Primer Gedebage Terhadap

Pembangunan Ekonomi Kota Bandung Melalui Pendekatan Sistem

Dinamik” dapat terselesaikan tanpa hambatan yang berarti. Tesis ini disusun

guna memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan Program

Magister di Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Keberadaan Komisi Pembimbing dan para pihak, sangat menentukan

dalam penyelesaian penyusunan Tesis ini. Komisi Pembimbing selalu

memberikan dorongan, arahan, dan saran penyelesaian selama proses penyusunan

berlangsung. Demikian juga para pihak yang telah membantu meringankan beban

penulis dalam perbaikan tesis. Dengan ketulusan hati, pada kesempatan ini penulis

ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Setia Hadi, M.S. selaku Ketua Komisi Pembimbing yang dalam

kesibukannya telah banyak memberikan bimbingan, arahan, serta saran

perbaikan penulisan tesis ini.

2. Ir. Said Rusli, M.A. selaku Anggota Komisi Pembimbing yang sudah banyak

memberi dorongan kepada penulis dalam melakukan analisa penelitian serta

penyempurnaan dalam penyajian penulisan tesis ini.

3. Prof. Dr. Ir. Bambang Juanda, M.S sebagai Ketua Program Studi Ilmu

Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan, Sekolah Pascasarjana IPB

yang telah mengijinkan penulis untuk menyelesaikan tesis, serta telah banyak

memberi ilmu ekonomi yang lebih mendasar selama penulis mengikuti

kegiatan perkuliahan.

4. Dekan Sekolah Pascasarjana IPB yang telah memberikan kesempatan kepada

penulis untuk memperoleh ilmu dan menyelesaikan studinya pada program S2

Sekolah Pascasarjana IPB.

5. Kepada Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan

Gunung Djati Bandung yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

menempuh pendidikan pada program S2 Sekolah Pascasarjana IPB.

Page 12: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

12

6. Kepada Rektor Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung yang telah

memberikan izin kepada penulis untuk menempuh pendidikan pada program S2

Sekolah Pascasarjana IPB.

7. Semua rekan Program Studi IE dan PWD IPB terutama angkatan 2007 dan

2008 yang telah memberikan dorongan, serta menyampaikan uluran kerjasama

yang sangat baik serta akrab selama mengikuti pelajaran di kelas, serta selama

proses penyusunan tesis ini. Pengalaman yang sangat berharga ini, sangatlah

sulit untuk penulis lupakan.

Penulis ingin pula menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang

tidak dapat disebutkan satu persatu serta telah banyak membantu dan memberi

dorongan selama ini. Semoga amal kebaikan dari semua yang memberikan

bantuan akan mendapatkan balasan dari Allah SWT Yang Maha Pemurah dan

Penyayang.

Bogor, Agustus 2011

Penulis

Budi Budiman

Page 13: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

13

RIWAYAT HIDUP

BUDI BUDIMAN, suami dari Meli Fauziah, dan ayah dari dua putri, satu

putra, yaitu Annisa Fathia Rahmah (Nisa), Jasmine Nurul Haniyah (Hani) dan

Muhammad Rizal Budiman (Rizal). Lahir di Kota Bandung 4 Maret 1973. Tamat

Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al Islah Bandung (1986), SMP Negeri 3 Bandung (1989),

SMA Negeri 11 Bandung (1992), Jenjang pendidikan S1 pada Jurusan Manajemen

Dakwah IAIN Sunan Gunung Djati Bandung (1999),

Pada tahun 2002 lulus program S2 Program Studi Ekonomi Islam IAIN Sunan

Gunung Djati Bandung (2002). Sejak 2008 kuliah di program S2 Program Studi Ilmu

Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD), Sekolah Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor (IPB).

Sejak tahun 1999 sampai saat ini penulis bekerja sebagai dosen di Fakultas

Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung.

Page 14: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

14

DAFTAR ISI

Halaman

I. PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Perumusan Masalah 5

1.3 Tujuan Penelitian 6

1.4 Manfaat Penelitian 6

1.5 Batasan dan Ruang Lingkup Penelitian 6

II. TINJAUAN PUSTAKA 8

2.1 Teori Sistem Dinamis 8

2.2 Konsep Perencanaan Pembangunan 10

2.3 Konsep Pertumbuhan Ekonomi 15

2.4 Penelitian Terdahulu 17

2.5 Kerangka Pemikiran 21

III. METODE PENELITIAN 25

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 25

3.2 Jenis dan Sumber data 25

3.3 Metode Analisa Data 25

3.3.1 Analisis Model Pengembangan Kawasan 25

3.3.2 Skenario Model 27

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 28

4.1 Kondisi Geografi dan Administrasi 28

4.2 Pemerintahan 30

4.3 Kependudukan 33

4.4 Kondisi Perekonomian Kota Bandung 37

4.5 Keadaan Ketenagakerjaan 38

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 45

5.1 Perkembangan Penggunaan Lahan di Kawasan

Page 15: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

15

Pusat Primer Gedebage Kota Bandung 45

5.2 Model Pengembangan Pusat Primer Gedebage Kota Bandung 65

5.3 Simulasi Model Pengembangan Pusat Primer Gedebage

Kota Bandung 73

5.4 Dampak Pengembangan Pusat Primer Gedebage Kota Bandung

Terhadap Pembangunan Ekonomi Kota Bandung. 80

5.5 Skenario Model Pengembangan Pusat Primer Gedebage 86

VI. KESIMPULAN DAN SARAN 88

6.1 Kesimpulan 88

6.2 Saran 89

DAFTAR PUSTAKA 90

Page 16: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

16

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Perkembangan Indikator Pembangunan Kota Bandung

2007-2008

4

Tabel 2 Jumlah Penduduk Kota Bandung Menurut Kecamatan dan

Jumlah Kelurahan Serta rata-rata Per Kelurahan Tahun

2008

34

Tabel 3 Jumlah Penduduk Kota Bandung Menurut Kecamatan dan

Luas Wilayah Serta Kepadatan Penduduk Per Km2

Tahun

2008

35

Tabel 4 Kontribusi Kegiatan Ekonomi Kota Bandung dan

sekitarnya terhadap Ekonomi Jawa Barat Tahun 2008

37

Tabel 5 Perkembangan Indikator Makro Pembangunan Kota

Bandung Tahun 2006-2008

38

Tabel 6 Perkembangan PDRB Kota Bandung 2003-2008 39

Tabel 7 Kontribusi Sektor Terhadap PDRB Kota Bandung 2008 41

Tabel 8 Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut

Lapangan Usaha di Kota Bandung Tahun 2008

43

Tabel 9 Jumlah Pengangguran dan Tingkat Penganguran Kota

Bandung Kurun waktu 2005-2008

51

Tabel 10 Program Pemanfatan Ruang di Kawasan Gedebage 47

Tabel 11 Keterangan Pemanfaatan dan Luas Ruang dalam

Kawasan Pusat Primer Gedebage

58

Tabel 12 Kode Pemanfaatan dan Ketentuan Intensitas Ruang dalam

Kawasan Pusat Primer Gedebage

59

Tabel 13 Hasil Perhitungan Pemanfaatan Lahan serta Luas Total

Lantai yang Dapat dibangun dalam Kawasan Pusat Primer

Gedebage

60

Tabel 14 Peluang atau prospek investasi (PPP) Kawasan Pusat

Primer Gedebage

64

Page 17: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

17

Tabel 15 Hasil Simulasi model pengembangan Pusat Primer

Gedebage Subsistem Penduduk (2009-2034)

74

Tabel 16 Hasil Simulasi model pengembangan Pusat Primer

Gedebage Subsistem Lahan (2009-2034)

77

Tabel 17 Hasil Simulasi Terhadap Perubahan PDRB Kota Bandung

Dalam Subsistem Ekonomi model pengembangan Pusat

Primer Gedebage (2009-2034)

80

Tabel 18 Hasil Simulasi Terhadap Kondisi Pendapatan Per Kapita

KotaBandung dalam Model pengembangan Pusat Primer

Gedebage (2009-2034)

81

Tabel 19 Hasil Simulasi Terhadap Kondisi Ruang Terbuka Hijau

dalam Model pengembangan Pusat Primer Gedebage

(2009-2034)

84

Tabel 20 Hasil Simulasi Perbandingan Subsistem Penduduk,

Ekonomi dan Lingkungan dalam Model Pengembangan

Pusat Primer Gedebage

85

Tabel 21 Hasil Simulasi Skenario 1 dan 2 dalam Model

Pengembangan Pusat Primer Gedebage

86

Page 18: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

18

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Pengembangan Kawasan Gedebage

Terhadap Pembangunan Ekonomi Kota Bandung Melalui

Pendekatan Sistem Dinamik

24

Gambar 2 Alur Berpikir Dampak Pengembangan Pusat Primer

Gedebage Terhadap Pembangunan Ekonomi Kota

Bandung Melalui Pendekatan Sistem Dinamik

26

Gambar 3 Peta Rencana Tata Guna Lahan Kota Bandung 2004-2013 47

Gambar 4 Kode Ruang Peruntukan Pusat Primer Gedebage Bandung 56

Gambar 5 Keterangan Tentang Kode Ruang Peruntukan Pusat Primer

Gedebage Bandung

57

Gambar 6 Alur pengelolaan kawasan Pusat Primer Gedebage 63

Gambar 7 Diagram Alir Hubungan Antar Subsistem dalam

Pengembangan Kawasan Pusat Primer Gedebage

Kota Bandung

67

Gambar 8 Struktur Model Subsistem Penduduk dalam pengembangan

Pusat Primer Gedebage Kota Bandung

69

Gambar 9 Struktur Model Subsistem Lahan dalam pengembangan

Pusat Primer Gedebage Kota Bandung

70

Gambar 10 Struktur Model Subsistem Ekonomi dalam Pengembangan

Pusat Primer Gedebage Kota Bandung

72

Gambar 11 Grafik Hasil Simulasi Subsistem Penduduk 74

Gambar 12 Grafik Hasil Simulasi Tingkat Pemanfaatan lahan Kota

Bandung

76

Gambar 13 Grafik Hasil Simulasi Tingkat Perubahan PDRB Kota

Bandung Atas Dasar Harga Konstan tahun 2000

79

Gambar 14 Grafik Hasil Simulasi Tingkat Perubahan Pendapatan Per

Kapita Kota Bandung

81

Gambar 15 Grafik Hasil Simulasi Tingkat Perubahan 83

Page 19: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

19

RTH Kota Bandung

Gambar 16 Grafik Hasil Simulasi Perbandingan Subsistem Penduduk,

Ekonomi dan Lingkungan dalam Model Pengembangan

Pusat Primer Gedebage

85

Page 20: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

20

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan sebagai suatu proses yang disusun secara sengaja dan

terencana untuk mencapai situasi yang diingingkan dengan sendirinya terdapat

proses perencanaan yang mengarahkan kepada terjadinya pemerataan (equity),

pertumbuhan ekonomi (efficiency), dan keberlanjutan (sustainability). Salah satu

indikator keberhasilan pembangunan diantaranya meningkatknya kesejahteraan

masyarakat sebagai hasil dari pembangunan ekonomi yang berkeadilan.

Berkeadilan artinya kesejahteraan masyarakat bukan hanya dinikmati oleh

sebagian masyarakat saja. Wujud pemahaman ini diimplementasikan dalam

kegiatan yang dilaksanakan oleh masyarakat dalam mengelola sumber daya

dengan efektif dan efisien dalam bentuk kegiatan-kegiatan pembangunan ekonomi

yang berdaya saing tinggi.

Untuk mencapai tujuan yang kompleks itu, suatu proses pembangunan

membutuhkan perencanaan yang cermat. Perencanaan pembangunan ini

merupakan langkah strategis yang diambil untuk menghindari meningkatnya

kesenjangan pembangunan yang terjadi antar wilayah yang akan mendorong atau

menambah ketidakmerataan pembangunan. Perkembangan yang tidak merata ini

pada akhirnya menimbulkan back wash effect sebagai kerugian yang diderita oleh

wilayah-wilayah yang kurang berkembang akibat adanya ekspansi ekonomi dari

wilayah-wilayah yang maju. Seharusnya proses pembangunan dari suatu wilayah

yang berkembang bisa memberikan keuntungan bagi wilayah-wilayah

disekitarnya. Dengan kata lain ekspansi pembangunan ekonomi wilayah tersebut

harus bisa memberikan spread effects bagi wilayah-wilayah lain. Oleh karena itu

perencanaan pembangunan wilayah itu disusun semata-mata bukan hanya untuk

kepentingan wilayah yang bersangkutan, melainkan yang lebih luas lagi untuk

kepentingan pembangunan nasional secara menyeluruh.

Perencanaan pembangunan realisasinya perlu dilakukan dalam bentuk

implementasi aktivitas ekonomi dalam berbagai sektor. Selain itu dalam

pandangan Capello (2007) aktivitas ekonomi ini muncul, tumbuh, dan terbangun

Page 21: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

21

secara maksimal serta berdampak secara positif terhadap masyarakat adalah dalam

suatu ruang (space) yang terpusat (angglomerasi). Oleh karena itu langkah

memilih lokasi sama maknanya ketika pelaku ekonomi memilih faktor-faktor

produksi dan teknologi. Dampak terbentuknya agglomerasi ekonomi ini akan

terjadi penurunan biaya yang terjadi karena kegiatan ekonomi yang dilakukan di

satu tempat dapat meminimalisir biaya-biaya lain yang disebabkan tersebarnya

kegiatan ekonomi pendukung. Dalam hal ini Isard (1975) menekankan pentingnya

dukungan pemerintah dalam menciptakan fasilitas-fasilitas yang dapat mendorong

terbentuknya ekonomi agglomerasi pada satu wilayah dengan rekayasa dalam

bentuk pengembangan suatu kawasan. Pada bagian lain Rustiadi (2007)

memaknai pengembangan kawasan (wilayah) sebagai intervensi positif yang

dilakukan oleh para pengambil kebijakan dalam berbagai aspek dengan tujuan

untuk mempercepat pembangunan suatu wilayah. Pengembangan kawasan

dilakukan bukan saja terhadap wilayah yang sedang berkembang tetapi

pengembangan kawasan baru menjadi sangat penting dilakukan bukan saja

sebagai langkah percepatan pembangunan tetapi juga tingkat efektifitas dan

efesiensi proses pengembangan kawasan itu dapat terjaga. Pemahaman ini

diterapkan oleh Pemerintah Kota Bandung yang sejak tahun 2004 yang memiliki

rencana pengembangan Pusat Primer Gedebage di wilayah timur Kota Bandung

sebagai salah satu implementasi pengembangan kawasan Gedebage.

Kawasan Gedebage sejak tahun 1987 melalui Peraturan Pemerintah (PP)

Nomor 16 Tahun 1987 menjadi bagian wilayah Kota Bandung yang sebelumnya

dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Bandung. Bersama dengan Wilayah

Ujungberung, pembangunan kawasan Gedebage tertinggal dari empat wilayah

lainnya, yakni Bojonegara, Tegallega, Cibeunying, dan Karees. Sesuai dengan

Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 02 Tahun 2004 yang dirubah dengan

Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 03 Tahun 2006 Tentang Rencana Tata

Ruang dan Wilayah (RTRW) Kota Bandung, pada kawasan tersebut akan

dipusatkan berbagai kegiatan ekonomi dan pelayanan masyarakat sebagai bagian

dari program pembangunan Kota Bandung tahun 2004-2013.

Salah satu yang menjadi prioritas pembangunan di kawasan Gedebage

adalah rencana pembangunan Pusat Primer Gedebage sebagai pusat primer kedua

Page 22: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

22

di Kota Bandung yang berada di kawasan Bandung Tengah. Adapun bentuk

pembangunan yang akan dilakukan di kawasan Pusat Primer Gedebage dan

sekitanya di antaranya pembangunan pusat pelayanan masyarakat dan,

pembangunan danau buatan, pengembangan kegiatan perdagangan skala nasional

dan regional, pengembangan kegiatan jasa komersial skala internasional, nasional,

wilayah dan kota, pembangunan stadion olahraga skala internasional,

pengembangan ruang terbuka hijau, pengembangan pusat kegiatan wisata dan

rekreasi, terminal bus terpadu yang terdiri dari terminal penumpang dan terminal

barang, pengembangan pergudangan dan terminal peti kemas, pengembangan

kegiatan industri kecil dan menengah berwawasan lingkungan.

Pengembangan Pusat Primer Gedebage merupakan penegasan orientasi

pembangunan Kota Bandung dalam jangka menengah yang memfokuskan

pelaksanaan pembangunan Kota Bandung mengarah ke Timur Kota Bandung

dengan proyek besarnya Pusat Primer Gedebage. Oleh karena itu pengembangan

Pusat Primer Gedebage perlu dilakukan secara terintegrasi agar pengembangan

Pusat Primer Gedebage dapat meningkatkan volume aktivitas ekonomi kawasan

yang berpengaruh terhadap ekonomi Kota Bandung secara keseluruhan.

Peningkatan ekonomi Kota Bandung perlu dilakukan segera karena fakta di

lapangan banyak hal yang harus diperbaiki dengan segera oleh Pemerintah Kota

Bandung terutama dalam pembangunan ekonomi, seperti dalam aspek

ketenagakerjaan Kota Bandung dengan jumlah penduduk tahun 2008 berjumlah

2.374.198 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 1,90 persen ternyata memiliki

tingkat pengangguran yang tinggi, yaitu 15,48 persen di tahun 2008. Sedangkan

tingkat perkembangan dalam bidang pembangunan manusia (IPM) yang dalam

kurun lima tahun terakhir peringkat IPM Kota Bandung menurun drastic dari

peringkat 14 melorot keperingkat 49 di tingka nasional (Bappenas 2008). Menurut

BPS Kota Bandung memiliki indeks 77,15 Tahun 2003 dan berubah menjadi 74,5

tahun 2007 dan 78,25 tahun 2008, walaupun nilai ini lebih besar daripada IPM

Jawa Barat yang mencapai 70,05 pada tahun yang sama. Sedangkan Nilai Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Bandung tahun 2008 atas harga konstan

tahun 2000 sebesar Rp. 26.978.909 Milyar, tahun 2007 sebesar Rp. 24.941.517

Page 23: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

23

Milyar, meningkat dari Rp. 23.043.104 Milyar (2006) dan Rp. 21.370.696 Milyar

(2005).

Dengan memperhatikan berbagai fakta dan kondisi makro ekonomi

Kota Bandung, maka pengembangan kawasan Pusat Primer Gedebage ini perlu

dilakukan secara terintegrasi agar tujuan pengembangan kawasan ini dapat

meningkatkan volume kegiatan ekonomi Kota Bandung dan dapat memperbaiki

beberapa aspek pembangunan Kota Bandung yang pada saat ini mengalami

perkembangan negatif seperti tingkat kepadatan penduduk Kota Bandung yang

merupakan kota terpadat di dunia dengan rata-rata kepadatan penduduk 13.345

jiwa per kilometer persegi (BKKBN Jabar dan RKPD Kota Bandung 2009),

jumlah keluarga miskin terbanyak se-Jawa Barat (BPS Jabar 2008), tujuh dari

sepuluh warga kota Bandung menderita kekurangan air bersih (Basis Data LH

Tabel 1 Perkembangan Indikator Pembangunan Kota Bandung 2007-2008

No Indikator Satuan 2007 2008

1 Jumlah Penduduk Jiwa 2.329.928 2.374.198

2 Laju Pertumbuhan Penduduk persen 1,44 1,90

3 Laju Pertumbuhan Ekonomi persen 8,24 8,29

4 PDRB (ADHK2000) Milyar 24.941 26.978

6 IPM 74,5 78,25

7 Rata-rata Lama Sekolah Tahun 10,52 10,65

8 Standar Hidup Layak/Kapita Rp 577.130 577.385

9 Inflasi persen 5,21 10,23

10 Jumlah Investasi Milyar 5.405 4.006

11 Indeks Daya Beli 64,04 64,27

12 Jumlah Rumah Tangga Miskin RTM 83.500 82.432

13 Jumlah Pengangguran Jiwa 174.067 173.074

14 Tingkat Pengangguran Terbuka persen 15,73 15,48

15 Luas Ruang Terbuka Hijau Ha 1.466 1.484

16 Proporsi RTH persen 8,76 8,87

Sumber : Diolah dari LPJ Walikota Bandung 2009, Bandung dalam angka

2009 dan RPJM Kota Bandung 2009-2013

Page 24: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

24

Bandung 2006), Kota dengan jumlah wanita rawan sosial-ekonomi terbanyak di

Jawa Barat (30.000 wanita) (Dinsos Jabar 2007), jumlah timbunan sampah di kota

Bandung mencapai 8000 m3, dengan 3000 m3 diantaranya masih tertinggal di

TPS (Kementrian Lingkungan Hidup, 2008), enam dari sepuluh murid SD di kota

Bandung beresiko menurun kecerdasannya, akibat kadar polusi di atas rata-rata

(Dept. TL ITB, BPLHD Jabar 2007), dan jumlah pengangguran terbanyak di Jawa

Barat, mencapai lebih 174 ribu orang (BPS Jabar 2007).

Agar tujuan pengembangan Pusat Primer Gedebage sesuai dengan

tujuannya itu, maka diperlukan suatu konsep desain sistem perencanaan serta

pengelolaan yang tepat guna. Desain sistem dalam pengembangan kawasan Pusat

Primer Gedebage Kota Bandung ini merupakan suatu pengkajian rekayasa

terhadap indikator kinerja pembangunan wilayah berdasarkan pendekatan sistem

dinamik. Pendekatan ini didasari oleh prinsip umpan balik (causal loops) antar

subsitem wilayah, subsitem penduduk, dan subsitem ekonomi. Salah satu

karakteristik dari proses rekayasa indikator kinerja pembangunan wilayah tersebut

adalah adanya bentuk pemodelan yang bersifat dinamis dan kuantitatif guna

menghasilkan keputusan yang rasional, terukur dan transparan dalam realisasi

pengembangan kawasan Pusat Primer Gedebage ini.

1.2 Perumusan Masalah

Pengembangan kawasan Pusat Primer Gedebage Kota Bandung tidak

terlepas dari pemahaman bahwa angglomerasi ekonomi mempengaruhi kinerja

suatu sistem ekonomi. Oleh karena itu pengembangan kawasan Pusat Primer

Gedebage Kota Bandung memungkinkan semakin mudahnya kegiatan ekonomi

berjalan sehingga dapat memunculkan peluang bagi masyarakat di sekitar

kawasan dan Kota Bandung untuk lebih berperan dalam berbagai kegiatan

ekonomi yang dapat meningkatkan pembangunan ekonomi Kota Bandung.

Dari uraian latar belakang, maka peneliti mencoba menganalisis dampak

yang akan ditimbulkan dari pengembangan kawasan Pusat Primer Gedebage Kota

Bandung terhadap pembangunan ekonomi Kota Bandung dengan pendekatan

sistem dinamik. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut :

Page 25: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

25

a. Bagaimana perkembangan penggunaan lahan di kawasan Pusat Primer

Gedebage Kota Bandung.

b. Bagaimana dampak pengembangan kawasan Pusat Primer Gedebage terhadap

pembangunan ekonomi Kota Bandung.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

a. Mengkaji dan menganalisis perkembangan penggunaan lahan di kawasan Pusat

Primer Gedebage Kota Bandung.

b. Mengkaji dan menganalisis dampak pengembangan kawasan Pusat Primer

Gedebage terhadap pembangunan ekonomi Kota Bandung.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan

oleh masyarakat dan Pemerintah Kota Bandung dalam mengimplementasikan dan

pengelolaan dari pengembangan kawasan Pusat Primer Gedebage sehingga tujuan

dari pengembangan kawasan ini dapat tercapai dengan menekan berbagai dampak

negatif yang mungkin ditimbulkannya.

1.5 Batasan dan Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian seperti yang diungkapkan oleh Bambang Juanda (2009)

merupakan suatu proses belajar (usaha) untuk menemukan, mengembangkan dan

menguji kebenaran suatu pengetahuan atau untuk memperoleh jawaban masalah

penelitian. Oleh karena itu setiap penelitian memerlukan batasan topik penelitian

agar tujuan penelitian dapat tercapai dengan memperhatikan beberapa aspek yang

perlu diperhatikan dalam pemilihan topik seperti (1) sebaiknya berada dalam

jangkauan (manageble topic), (2) tersedianya data untuk membahas topik

(obtainable data), (3) menarik untuk diteliti (interesting topic), dan (4) cukup

penting (significance of topic).

Adapun batasan dari penelitian ini adalah membahas tentang

perkembangan penggunaan lahan yang akan digunakan untuk kawasan Pusat

Primer Gedebage Kota Bandung dan dampak pengembangan kawasan Pusat

Page 26: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

26

Primer Gedebage terhadap pembangunan ekonomi Kota Bandung terutama aspek

investasi kawasan terhadap pertumbuhan ekonomi serta dinamika kependudukan

Kota Bandung. Selain itu pula berdasarkan kemampuan peneliti dalam berbagai

aspek, maka penelitian ini dibatasi dalam ruang lingkup penelitian berupa analisis

pengembangan kawasan Pusat Primer Gedebage Kota Bandung dengan

pendekatan sistem dinamik dengan tiga subsistem, yaitu (1) subsistem wilayah

(lahan), (2) subsitem penduduk, dan (3) subsitem ekonomi.

Page 27: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

27

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Sistem Dinamis

Dalam pandangan Menetsch dan Park seperti yang dikutip oleh Eriyatno

(1999) setiap orang dapat menyampaikan terminologi sistem atas dasar pandangan

pribadi maupun kegunaan untuk kelompoknya, yang penting harus ada visi

tentang sesuatu yang “utuh” dan keutuhan. Oleh karenanya sistem dapat diartikan

sebagai himpunan atau kombinasi dari bagian-bagian yang membentuk sebuah

kesatuan yang komplek dan memiliki kesatuan (unity), hubungan fungsional dan

tujuan yang berguna. Sehingga secara definitif sistem adalah suatu gugus dari

elemen yang saling berhubungan dan terorganisasi untuk mencapai tujuan atau

suatu gugus dari tujuan-tujuan tertentu.

Sistem didefinisikan sebagai suatu kesatuan dari berbagai komponen atau

bagian yang saling berinteraksi membentuk suatu fungsi atau tujuan tertentu.

Teori sistem berkembang lebih jauh lagi menjadi dua bidang ilmu manajemen

utama, berpikir sistemik (system thinking) dan sistem dinamis (system dynamics).

Berpikir sistemik merupakan cara pandang baru terhadap suatu kejadian yang

menekankan keseluruhan rangkaian bagian secara terpadu. Hal ini terjadi karena

adanya kompleksitas permasalahan yang ditandai dengan keragaman yang perlu

dikaji atau dikendalikan oleh satu metode saja. Oleh karena itu perlu dicari

pemecahan melalui keterpaduan antar bagian melalui pemahaman yang utuh, yang

memerlukan suatu kerangka pikir baru yang dikenal dengan pendekatan sistem.

Pendekatan sistem merupakan metodologi yang bersifat rasional sampai

bersifat intuitif untuk memecahkan masalah untuk mencapai tujuan tertentu.

Permasalahan yang sebaiknya menggunakan pendekatan sistem dalam

pengkajiannya, yaitu permasalahan yang memenuhi karakteristik : (1) kompleks,

yaitu interaksi antar elemen cukup rumit, (2) dinamis, dalam arti faktornya ada

yang berubah menurut waktu dan ada pendugaan ke masa depan, dan (3)

probabilistik, yaitu diperlukannya fungsi peluang dalam inferensi kesimpulan

maupun rekomendasi. Terdapat tiga pola pikir yang menjadi pegangan pokok

dalam menganalisis permasalahan dengan pendekatan sistem, yaitu : (1) sibernetik

(cybernetic), artinya berorientasi pada tujuan, (2) holistik (holistic), yaitu cara

Page 28: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

28

pandang yang utuh terhadap keutuhan sistem, dan (3) efektif (effectiveness), yaitu

prinsip yang lebih mementingkan hasil guna yang operasional serta dapat

dilaksanakan dari pada pendalaman teoritis untuk mencapai efesiensi keputusan

(Eriyatno, 1999). Oleh karena itu telaah tentang permasalahan dengan pendekatan

sistem ditandai oleh ciri-ciri : (1) mencari semua faktor penting yang terkait dalam

mendapatkan solusi yang baik untuk menyelesaikan masalah, dan (2) adanya

model kuantitatif untuk membantu keputusan secara rasional.

Untuk optimalnya pengambilan keputusan dalam permasalahan melalui

pendekatan sistem memerlukan apa yang disebut dengan Sistem Penunjang

Keputusan (SPK). Keen dan Morton (1986) seperti yang dikutip oleh Eriyatno

(1999) mendefinisikan SPK sebagai suatu sistem berbasis komputer yang

mendukung manajemen pengambilan keputusan yang berhubungan dengan

permasalahan yang bersifat semi terstruktur. Sedangkan Millet dalam Eriyatno

(1999) mendefinisikan SPK sebagai suatu sistem yang menggunakan model yang

berhubungan antara keputusan dan jalan keluar untuk menunjang pemecahan

masalah yang dititikberatkan pada masalah keputusan spesifik ataupun kumpulan

masalah-masalah yang berhubungan. Minch dan Burns (1983) seperti yang diacu

oleh Eriyatno (1999) mengemukakan bahwa konsepsi model SPK adalah

menggambarkan secara abstrak tiga komponen utama penunjang keputusan yaitu

pengambilan keputusan, data dan model. SPK terdiri dari tiga elemen pembentuk

utama, yaitu basis data, basis model dan manajemen dialog yang terakumalasi

dalam suatu sistem yang dinamis.

Sistem dinamis sangat erat hubungannya dengan berpikir sistemik.

Sistem dinamis dibentuk untuk memberi para manajer suatu alat bantu dalam

memahami sistem kompleks yang mereka hadapi. Metodologinya adalah

menggunakan simulasi komputer untuk menghubungkan struktur sistem dengan

perilaku sistem terhadap waktu. Dengan cara ini, sistem dinamis mampu

menterjemahkan pemahaman yang diperoleh dari berpikir sistemik ke dalam

model simulasi komputer. Sistem dinamis mampu menciptakan suatu learning

environment – suatu laboratorium yang berperan seperti miniatur dari sistem.

Simulasi sistem dinamis diatur berdasarkan prinsip: (1) cause-effect

(sebab-akibat), (2) feedback (umpan-balik), dan (3) delay (tunda). Simulasi yang

Page 29: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

29

lengkap dan komprehensif pasti menggunakan ketiga prinsip tersebut untuk

menghasilkan perilaku sistem yang mendekati dunia nyata. Rancangan causal-

loop diagram (CLD) biasanya digunakan dalam system thinking (berpikir

sistemik) untuk mengilustrasikan hubungan cause-effect (sebab-akibat).

Hubungan feedback (umpan-balik) bisa menghasilkan perilaku yang bervariasi

dalam sistem nyata dan dalam simulasi sistem nyata.

Tidak semua hubungan sebab-akibat timbul secara instan. Sering terjadi

hubungan sebab-akibat tersebut dipisahkan oleh waktu, bisa berupa detik, menit,

jam, minggu, bulan, atau tahun. Delay terjadi dimanapun di dunia nyata. Adanya

delay menghasilkan sesuatu hal yang menarik pada perilaku kompleks sistem,

ketika sistem tersebut tidak memiliki feedback dan kompleksitas cause-effect yang

terbatas. Variabel feedback yang penting adalah level dan flow. Level

menunjukkan akumulasi, sedangkan flow menunjukkan perubahan pada yang

terjadi pada variabel level.

2.2 Konsep Perencanaan Pembangunan

Perencanaan pembangunan dapat dikatakan identik dengan ekonomi

pembangunan. Bila ruang gerak ekonomi pembangunan berusaha mencari strategi

pembangunan, perencanaan pembangunan merupakan alat yang ampuh untuk

menerjemahkan strategi pembangunan tersebut dalam berbagai program kegiatan

yang terkoordinir. Koordinasi ini perlu dilakukan sehingga sasaran-sasaran, baik

ekonomi maupun sosial, yang telah ditetapkan semula dapat dicapai secara lebih

efisien untuk menghindari terjadinya pemborosan-pemboroan dalam pelaksanaan

pembangunan (Hendra, 1995). Perencanaan pembangunan ekonomi bisa juga

dianggap sebagai perencanaan untuk memperbaiki penggunaan sumber-sumber

daya publik yang tersedia di daerah tersebut dan untuk memperbaiki kapasitas

sektor swasta dalam rangka menciptakan nilai sumber-sumber daya swasta secara

bertanggung jawab (Arsyad, 1999). Dengan demikian diharapkan perekonomian

wilayah dapat mencapai keadaan perekonomian yang lebih baik pada masa yang

akan datang dibanding dengan keadaan sekarang ini, atau minimal sama dengan

keadaan ekonomi sekarang.

Page 30: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

30

Hirschman (1958) menegaskan bahwa jika terjadi perbedaan yang sangat

jauh antara perkembangan ekonomi di daerah kaya dengan daerah miskin, akan

terjadi proses pengkutuban (polarization effects), sebaliknya jika perbedaan

diantara kedua daerah tersebut menyempit, berarti telah terjadi imbas yang baik

karena ada proses penetesan ke bawah (trickle down effects). Dari pandangan ini,

dapat dikatakan bahwa perlunya perencanaan pembangunan itu semata-mata

bukan hanya untuk kepentingan wilayah yang bersangkutan, melainkan yang lebih

luas lagi seperti untuk kepentingan pembangunan nasional secara menyeluruh.

Ada beberapa pendekatan yang dapat diterapkan untuk menyusun

perencanaan pembangunan suatu wilayah, yaitu : (1) pendekatan atas-bawah (top-

down), (2) pendekatan bawah-atas (bottom-up), (3) pendekatan obyek, sektoral

atau bidang, (4) pendekatan gabungan atau campuran, (5) pendekatan

komprehensif, (6) pendekatan terpadu, (7) pendekatan pengkerutan (reduced), (8)

pendekatan parsial, (9) pendekatan proyek demi proyek (Mangiri, 2000).

Perencanaan pembangunan yang disusun dengan pendekatan top-down

merupakan perencanaan pembangunan yang sudah diatur pada tingkat atas

pemerintah pusat atau daerah yang tidak melibatkan masyarakat, yang kemudian

diturunkan ke tingkat lebih bawah dari suatu pemerintah (pusat atau daerah) untuk

dilaksanakan sesuai dengan petunjuknya. Pendekatan ini menitikberatkan pada

visi terlebih dahulu, kemudian misi, strategi, program dan proyek. Manfaat yang

dapat diberikan dengan pendekatan ini adalah program pembangunan yang

direncanakan akan lebih cepat terlaksana, karena yang menetapkan hanya

beberapa orang pada tingkat pimpinan yang mempunyai persepsi dan wawasan

pembangunan yang sama. Akan tetapi, sering juga pendekatan semacam ini

menimbulkan permasalahan di lapangan. Karena perencanaannya diturunkan dari

atas, bisa saja terjadi program-program pembangunan yang diajukan tidak sesuai

dengan potensi atau permasalahan pada wilayah setempat. Akibatnya apa yang

menjadi tujuan dari perencanaan tersebut tidak tercapai, bahkan bisa saja hasil

yang didapat bertolak belakang dengan tujuan yang diinginkan.

Pendekatan kedua, bottom-up, tampaknya lebih operasional atau lebih

menyentuh masyarakat, sehingga dianggap mampu memecahkan masalah-

masalah pembangunan yang langsung dirasakan oleh masyarakat. Namun

Page 31: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

31

demikian, pendekatan ini bisa menyebabkan terjadinya benturan-benturan antara

masalah wilayah yang diangkat dengan tujuan makro, dan di samping itu

menimbulkan sikap ego lokal yang lebih mementingkan wilayahnya sendiri.

Perencanaan yang disusun dari bawah, menyebabkan pula masing-masing wilayah

atau sekelompok masyarakat ingin lebih dipentingkan dari wilayah atau kelompok

masyarakat yang lain. Akibatnya muncul konflik yang bersifat horizontal, yang

akhirnya mengganggu proses pembangunan ekonomi yang dijalankan.

Pendekatan perencanaan dapat juga dilakukan dengan lebih

menitikberatkan terhadap pembangunan sektor-sektor atau bidang-bidang tertentu.

Di sini tujuan perencanaan dapat diarahkan kepada pemecahan masalah pada

sektor-sektor yang menjadi bottleneck dalam pembangunan, ataupun untuk

mengembangkan sektor-sektor yang merupakan leader dalam perekonomian

daerah. Pola perencanaan yang lebih mengedepankan pembangunan sektoral

umumnya berpijak pada konsep pertumbuhan tidak berimbang yang dinilai oleh

beberapa ahli ekonomi mempunyai keterbatasan-keterbatasan, di antaranya: (1)

kurang perhatian terhadap komposisi, arah dan saat petumbuhan tidak berimbang,

(2) mengabaikan pihak-pihak yang beroposisi terhadap pembangunan, (3)

memunculkan tekanan inflasi, (4) sulit diterapkan untuk daerah-daerah yang

kurang maju dimana fasilitas dasar dan mobilitas faktor menjadi kendala dalam

pembangunan (Jhingan, 1993).

Pendekatan ideal dalam penyusunan perencanaan pembangunan adalah

dengan menggabungkan semua kepentingan atas, bawah, sektoral ataupun bidang

pembangunan yang diakomodir dan diselaraskan dalam sebuah perencanaan yang

sistematis dan dinamis. Sistem perencanaan pembangunan ini lebih bersifat

simulasi dengan kendala tujuan target makro tetapi pelaksanaannya sesuai dengan

tingkat bawah. Hasilnya menjadi perencanaan optimal antar pusat, wilayah dan

sektor yang dianggap sebagai isu utama nasional atau daerah. Dalam prakteknya,

sangat sulit melakukan perencanaan semacam ini. Karena belum tentu tujuan yang

diutamakan bagi wilayah merupakan pula tujuan nasional, atau sebaliknya tujuan

yang diutamakan bagi nasional belum temtu merupakan tujuan wilayah.

Singkatnya, sangat sulit untuk mempertemukan antara tujuan wilayah dengan

tujuan nasional.

Page 32: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

32

Pendekatan perencanaan pembangunan yang komprehensif diartikan

sebagai suatu pendekatan perencanaan yang terkoordinir dan terpadu dalam suatu

wilayah pembangunan, dan salah satu bentuk lain dari pendekatan komprehensif

adalah pendekatan terpadu. Pendekatan ini berusaha mengintegrasikan semua

komponen-komponen ekonomi, dan sosial ke dalam suatu perencanaan

pembangunan wilayah. Perencanaan terpadu ini mempunyai empat aspek, yaitu

(1) keterkaitan, (2) kuantitas, (3) optimasi, dan (4) risiko (Mangiri, 2000).

Sedangkan pernyusunan perencanaan dengan pendekatan parsial lebih bersifat

pemecahan persoalan (problem-solving) dalam proses pembangunan, sehingga

dengan sendirinya dalam pendekatan ini terdapat berbagai bentuk pendekatan

perencanaan. Dengan kata lain pendekatan parsial ini mirip dengan pendekatan

gabungan atau campuran. Pendekatan terakhir yang dapat diterapkan dalam

penyusunan perencanaan pembangunan wilayah adalah pendekatan proyek demi

proyek.

Setelah ditetapkan pendekatan mana yang akan diterapkan, langkah

berikutnya adalah menyusun perencanaan pembangunan yang dilakukan melalui

beberapa tahapan, : (1) pengumpulan data dan analisis, (2) pemilihan strategi

pembangunan wilayah, (3) pemilihan proyek-proyek pembangunan, (4)

pembuatan rencana tindakan, (5) penentuan rincian proyek, dan (6) persiapan

perencanaan secara keseluruhan dan implementasi (Blakely seperti yang dikutip

oleh Arsyad, 1999). Selain itu perencanaan pembangunan tidak bisa terlepas dari

pengetahuan tentang obyek perencanaan, apakah obyek itu berupa nasional,

daerah, sektor, ataupun bidang pembangunan. Dengan mengetahui berbagai

kecenderungan dari faktor-faktor atau variabel-variabel yang mempengaruhinya,

perencana dapat menetapkan strategi pembangunan suatu wilayah dengan lebih

tepat agar diperoleh hasil seoptimal mungkin. Untuk semua ini, diperlukan suatu

analisis yang teliti dan kompleks yang menyangkut berbagai aspek tentang obyek

perencanaan pembangunan. Analisis adalah penyelidikan sesuatu peristiwa untuk

mengetahui penyebabnya, dan bagaimana duduk perkaranya. Sedangkan

menganalisis ialah menyelidiki dengan menguraikan masing-masing bagiannya.

Kegunaan model perencanaan menurut Jhingan (1993) adalah : (1)

memberikan kerangka pengawasan terhadap konsistensi atau optimalisasi sasaran

Page 33: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

33

rencana yang tertulis, (2) memberikan kerangka bagi penentuan sasaran yang

sebenarnya, (3) memberikan kerangka bagi penilaian proyek, dan (4) memberikan

pengertian yang mendalam mengenai struktur perekonomian, serta dinamikanya

guna menunjang keputusan keputusan kebijaksanaan yang lebih baik. Oleh karena

itu Jhingan (1993) membagi model-model perencanaan dalam tiga bentuk pula,

yaitu (1) model agregat, (2) model desentralisasi, dan (3) model multisektor.

Model agregat mengikuti garis optimal pertumbuhan agregat-agregat ekonomi

seperti pendapatan, tabungan, konsumsi, investasi, dan sebagainya. Model

Keynes, model Harrod-Domar, dan model two-gap adalah termasuk jenis ini.

Model yang didesentralisasi mengandung variabel sektor atau variabel tingkat

proyek yang dipakai untuk mempersiapkan model masing-masing sektor atau

proyek. Model multisektor dibangun untuk menghubungkan agregat-agregat

ekonomi makro dengan sektor-sektor yang merupakan materi operasional

perencanaan.

Pilihan model-model perencanaan pembangunan sangat tergantung

kepada kemampuan tenaga perencanaan untuk mempergunakan model tersebut,

tersedianya waktu, data dan berbagai fasilitas penunjang lainnya (aspek

infrastruktur), dan bentuk pendekatan yang akan dipergunakan di dalam

menyusun perencanaan pembangunan. Walaupun ketiga faktor tersebut sepertinya

membatasi suatu wilayah di dalam memilih model perencanaan pembangunannya,

bukan berarti setiap kali menyusun perencanaan pembangunan jangka pendek

selalu menggunakan model-model yang sama dan sangat terbatas. Perekonomian

itu berjalan dinamis, karena pola konsumsi dan produksi dalam masyarakat selalu

berubah. Akibatnya orientasi pembangunan tidak mungkin terus sama setiap

tahun.

Konsep perencanaan pembangunan hanyalah merupakan alat dan cara

untuk mencapai tujuan, target dan strategi yang telah ditentukan sebelumnya.

Sehingga menurut Arsyad (1999) perencanaan dalam pembangunan akan

memiliki fungsi : (1) Sarana komunikasi bagi semua stakeholder, (2) dasar dalam

mengatur sumberdaya dan sumberdana, (3) menjadi tolok ukur keberhasilan

fungsi pengendalian, dan (4) alat untuk melakukan evaluasi. Dari fungsi

Page 34: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

34

perenanaan dalam pembangunan ini, maka dapat dilihat perencanaan

pembangunan yang baik, yaitu yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Punya target yang jelas. Satu daerah dengan daerah lain mempunyai target

yang berbeda yang tercantum dalam renstra daerah masing-masing.

Perencanaan yang baik apabila dari target yang dimiliki mempunyai langkah-

langkah yang jelas untuk melaksanakannya.

b. Konsisten dan Realistis. Yang sering terjadi adalah berbeda antara apa yang

direncanakan dengan apa yang dikerjakan sehingga pekerjaan tidak sesuai lagi

denga perencanaan yang dibuat dan disetujui bersama. Perencanaan juga harus

mengukur sumberdaya yang dimiliki, sehingga perencanaan yang dibuat

bukanlah yang tidak mungkin dilaksanakan.

c. Mempunyai Pengawasan yang Berkesinambungan. Dengan membentuk alur

dan sistim yang jelas sehingga perencaan akan menjadi alat kontrol yang

kontinyu.

d. Jelas Target Fisik dan Pembiayaannya. Perencanaan harus mempunyai target

pencapaian apa yang dikerjakan termasuk kualitas dan persyaratan secara fisik

lainnya. Di samping itu perencanaan juga jelas target anggarannya.

e. Terukur. Sehingga dalam pelaksanaanya perencanaan akan memudahkan

dalam menentukan indikator keberhasilannya.

f. Ada batas waktu yang jelas dari setiap pekerjaan, Arsyad (1999).

2.3 Konsep Pertumbuhan Ekonomi

Keberhasilan suatu pembangunan salah satu indikatornya dilihat

dari peningkatan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi pada suatu

wilayah pada dasarnya menggunakan konsep-konsep pertumbuhan ekonomi

secara agregat. Hanya saja titik tekanan analisis pertumbuhan regional lebih

diletakkan pada akumulasi faktor produksi. Akumulasi faktor produksi

tenaga kerja dan modal dalam suatu wilayah dari satu tahun ke tahun

berikutnya, membuka peluang bagi perbedaan tingkat pertumbuhan di suatu

wilayah.

Model Harrod-Domar memberikan peranan kunci kepada investasi

di dalam proses pertumbuhan ekonomi, khususnya mengenai watak ganda

Page 35: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

35

yang dimiliki investasi, yaitu: (1) investasi menciptakan pendapatan, dan

(2) investasi memperbesar kapasitas produksi perekonomian dengan cara

meningkatkan stok modal. Yang pertama dapat disebut sebagai dampak

permintaan, dan kedua dampak penawaran investasi.

Arsyad (1999) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan pertumbuhan

ekonomi suatu wilayah adalah pertambahan pendapatan masyarakat yang terjadi

di wilayah tersebut, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah (added value) yang

terjadi di wilayah tersebut. Pertambahan pendapatan tersebut diukur dalam nilai

riil atau dinyatakan dalam harga konstan. Pertumbuhan ekonomi pada dasarnya

terkait dengan proses peningkatan produksi barang dan jasa dalam suatu daerah

perekonomian. Pertumbuhan menyangkut perkembangan berdimensi tunggal dan

diukur dengan meningkatnya hasil produksi (output) dan pendapatan.

Sukirno (1985) menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu wilayah, yaitu: (1) tanah dan

kekayaan alam, (2) jumlah dan kualitas penduduk dan tenaga kerjanya, (3) barang

modal dan tingkat teknologi, (4) sistem sosial dan sikap masyarakat, dan (5) luas

pasar sebagai sumber pertumbuhan. Sedangkan menurut Todaro (2004)

komponen-komponen pertumbuhan ekonomi yang penting dalam masyarakat,

yaitu: (1) akumulasi modal termasuk semua investasi baru dalam bentuk tanah,

peralatan fisik dan sumberdaya alam, (2) perkembangan pendududuk, khususnya

yang menyangkut pertumbuhan angkatan kerja, dan (3) kemajuan teknologi.

Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan jika tingkat

kegiatan ekonominya meningkat atau lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun

sebelumnya. Dengan kata lain, pertumbuhan baru terjadi jika jumlah barang dan

jasa secara fisik yang dihasilkan perekonomian tersebut bertambah besar pada

tahun-tahun berikutnya. Oleh karena itu, untuk melihat peningkatan jumlah

barang yang dihasilkan maka pengaruh perubahan harga-harga terhadap nilai

pendapatan wilayah pada berbagai tahun harus dihilangkan. Caranya adalah

dengan melakukan perhitungan pendapatan daerah didasarkan atas harga konstan.

Kalau perhitungan pendapatan daerah menggunakan tingkat harga yang berlaku

pada waktu tersebut, hasil perhitungannya adalah pendapatan daerah menurut

harga yang berlaku pada tahun bersangkutan. Jadi perhitungan pendapatan daerah

Page 36: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

36

dapat menggunakan harga konstan atau pendapatan riil, dapat pula menggunakan

harga yang berlaku saat itu atau pendapatan nominal.

Setiap upaya meningkatkan pertumbuhan melalui pembangunan suatu

wilayah yang dilakukan oleh pemerintah berserta masyarakatnya memiliki tujuan

utama, yaitu untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja bagi masyarakat.

Dalam upaya untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah dan masyarakatnya

harus secara bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan. Oleh karena itu,

dengan adanya kebijakan desentralisasi fiskal maka pemerintah hendaknya selalu

melibatkan partisipasi masyarakatnya dalam memanfaatkan sumberdaya-

sumberdaya yang ada, serta harus mampu memperhitungkan potensi sumberdaya-

sumberdaya yang diperlukan untuk meraancang dan membangun perekonomian.

2.4 Penelitian Terdahulu

Penelitian dengan menggunakan sistem dinamik sudah banyak dilakukan

di Indonesia di antaranya Tofik Hidayat, Subagyo dan Anna Maria Sri Asih

(2008) membuat Model Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan

pendekatan Sistem Dinamik. Metode yang digunakan adalah Metode Net Present

Value dan Benefit Cost Ratio yang dipakai dalam penyelesaian investasi karena

metode ini mempertimbangkan faktor uang selama dan kegunaan selama proses

investasi dengan pendekatan sistem dinamik diharapkan akan terbentuk struktur

industri yang memberikan feedback, sehingga akan memberikan hasil yang

optimal. Dari hasil simulasi dan pengujian model dengan behavior reproduction

test dengan t-spaired test diketahui bahwa tidak ada selisih yang signifikan antara

output model dengan data histories. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa

investasi yang ditanam mampu menekan kerugian perusahaan sebesar Rp.

67,854,605.10 dengan nilai NPV > 0 dan B-C ratio >1, maka investasi dinyatakan

feasible secara teknis. Adapun kontribusi pada penerimaan PAD sebesar Rp.

222,136,546.93. Dari uji validitas model pada tiga perusahaan di tiga

kabupaten/kota yang berbeda menunjukan bahwa model dapat bekerja dan

diterima dengan baik.

Yulia Asyiawati (2002) melakukan penelitian tentang sistem dinamik

dalam penataan ruang wilayah pesisir Kabupaten Bantul. Dengan menggunakan

Page 37: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

37

software stella, penelitian ini menunjukkan bahwa dinamika Pesisir Kabupaten

Bantul, baik wisatawan maupun petani akan mengalami perubahan yang

dipengaruhi tiga subsistem, yaitu (1) subsistem lahan, (2) subsitem penduduk, dan

(3) subsitem kegiatan ekonomi pesisir. Perubahan tersebut ditandai dengan adanya

pertambahan penduduk dan pertambahan jumlah wisatawan pesisir pantai. Selain

itu pula terjadi perubahan terhadap tingkap produksi petani terutama komoditas

padi, cabe merah, ketela rambat dan kacang tanah.

Penelitian yang berkaitan dengan sistem dinamis dilakukan pula oleh

Hadi (2006) dengan kajian model dinamik penataan ruang kehutanan yang

dilakukan di Kawasan Hutan di enam provinsi yang mewakili empat klaster

wilayah berdasarkan fungsi kawasan yang berbeda yaitu: (1) klaster 1, dicirikan

oleh luas areal hutan produksi yang tinggi, diwakili Provinsi Jawa Timur dan

Kalimantan Timur, (2) klaster 2, dicirikan oleh luas areal hutan konversi yang

tinggi, diwakili Provinsi Sumatera Utara, (3) klaster 3, dicirikan oleh luas areal

yang didominasi oleh hutan produksi terbatas, konservasi, dan lindung, diwakili

Provinsi Jambi dan Sulawesi Tengah, dan (4) klaster 4, dicirikan oleh luas areal

penggunaan lain yang tinggi, diwakili Provinsi Bali.

Metode dalam penelitian ini diawali dengan mengkaji Dokumen Teknis

yang meliputi RTRWP, Laporan-Laporan Hasil Evaluasi Kegiatan Pembangunan,

Rencana-Rencana sektor kehutanan, perkebunan dan pertanian, dan Peta-Peta.

Berdasarkan hasil kajian dokumen teknis disusun permasalahan-permasalahan

teknis dan informasi berbagai potensi yang ada. Selanjutnya, dilakukan verifikasi

lapangan atas informasi potensi dan permasalahan-permasalahan teknis berikut

permasalahan lain; menyangkut aspek sosial, ekonomi, budaya dan politik serta

manajemen. Berbagai parameter dalam aktivitas sosial, aktivitas ekonomi, dan

biofisik kawasan perlu ditetapkan sebagai dasar membuat perencanaan tata ruang,

setelah identifikasi kondisi dilakukan. Model optimasi pemanfaatan ruang,

selanjutnya dibangun berdasarkan parameter-parameter sosial dan ekonomi yang

telah diturunkan dari kondisi riil di lapang. Alat yang digunakan untuk membantu

menampung kedinamisan dalam kajian optimasi tata ruang ini adalah Program

Stella Research 5.1. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perubahan terhadap

jumlah PDRB dan luas kawasan hutan di tiap provinsi pada tahun 2004 dan 2024.

Page 38: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

38

Hasil penelitian yang berkaitan dengan Kota Bandung di antaranya yang

dilakukan oleh Dewi Kurniasih (2005) dengan penelitian tentang model skala

prioritas pembangunan Kota Bandung berbasis Good Governance. Dalam

penelitian ini mengungkapkan bahwa berbicara mengenai otonomi daerah, tidak

terlepas dari isu kapasitas keuangan dari masing-masing daerah. Hal ini

dikarenakan otonomi dan desentralisasi selalu dikaitkan dengan besaran uang

yang dapat dimiliki daerah. Tentu saja hal tersebut akan berkaitan langsung

dengan besaran Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan prosentase terhadap Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Penelitian ini bertujuan untuk: (1)

menyediakan suatu program dasar perencanaan pembangunan secara menyeluruh

dan terpadu dalam kerangka Otonomi Daerah berdasarkan Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, (2) mengoptimalkan

perencanaan pembangunan di Kota Bandung melalui penjaringan kebutuhan

masyarakat, dan (3) menyusun skala prioritas kegiatan pembangunan di Kota

Bandung tahun 2006. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif

eksploratif dengan teknik kuantitatif melalui penggunaan software sebagai salah

satu bentuk aplikasi e-government. Berdasarkan hasil penelitian menyimpulkaan

beberapa hal :

a. Pelibatan masyarakat sejak awal kegiatan musrenbang harus dipertahankan.

Sejak saat itulah konsep skala prioritas kegiatan dapat mulai diajukan.

b. Kelengkapan dan keseragaman data merupakan aspek yang sangat penting

dalam menentukan skala prioritas. Hal ini akan mempengaruhi scoring dan

ranking penilaian Daftar Skala Prioritas (DSP).

c. Apabila telah disepakati metodologi penilaian DSP yang akan digunakan,

seyogyanya dilakukan pelatihan guna memperoleh kesepemahaman mengenai

komponen-komponen yang harus dinilai dalam menentukan skala prioritas.

Penelitian yang berkaitan denga kawasan Gedebage dilakukan di

antaranya oleh Maman Hilman (2004) dengan penelitian tentang perkembangan

lokasi perumahan di wilayah Gedebage Kota Bandung akibat pemekaran kota.

Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mengetahui pengaruh pemekaran kota terhadap

perkembangan luas area perumahan; (2) melihat kecepatan perkembangan luas

area perumahan; (3) mengetahui pola perkembangan lokasi perumahan. Metode

Page 39: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

39

penelitian yang digunakan adalah metode deskriftif. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa perkembangan luas area perumahan di wilayah Gedebage

Kota Bandung dipengaruhi oleh meningkatnya perkembangan faktor sosial

ekonomi akibat pemekaran kota. Perkembangan luas area perumahan di wilayah

Gedebage dipengaruhi oleh pemekaran kota sebesar 89,29 persen. Kecepatan

perkembangan luas area perumahan di wilayah Gedebage lebih tinggi terjadi

setelah pemekaran kota. Rata-rata perkembangannya setelah pemekaran kota

sebesar 212.003,7 m2/tahun dan sebelum pemekaran kota 17.369 m

2/tahun. Selain

itu pola perkembangan luas area perumahan di wilayah Gedebage menunjukkan

pola yang tidak jelas.

Selain itu penelitian di kawasan Gedebage LPM-UNPAD (2002) tentang

kajian sosial pengembangan wilayah Gedebage dengan menggunakan dua

pendekatan Policy Research dan Action Research. Policy Research (penelitian

kebijakan) merupakan sebuah proses penelitian atau analisis yang dilakukan

terhadap masalah-masalah sosial mendasar, sehingga temuan-temuan dalam

analisanya dapat direkomendasikan kepada pembuat keputusan untuk bertindak

secara praktis dalam menyelesaikan masalah. Pendekatan ini sangat relevan

dengan program pengembangan kawasan Gedebage yang masih dalam tahap

perencanaan, pada pendekatan penelitian kebijakan ini mencoba mengidentifikasi

kira-kira gejolak sosial apa yang akan terjadi pada masyarakat Gedebage,

terutama di dalam program pembangunan terminal terpadu yang biasanya akan

menimbulkan ketidakamanan dan ketidaknyamanan bagi penduduk sekitar. Di

samping itu suatu permasalahan yang sangat mendasar yang harus diselesaikan

secara serius adalah bagaimana alih profesi bagi masyarakat petani. Maka untuk

menjaring informasi dan aspirasi masyarakat yang sesungguhnya dapat dilakukan

pendekatan partisipatory atau focus group disscusion melalui beberapa kelurahan

di kawasan inti dan penyangga yang dilakukan pada komunitas yang dianggap

homogen, seperti masyarakat petani, masyarakat ojek, masyarakat pegawai

formal, masyarakat pedagang dan lain sebagainya. Adapun kesimpulan dari

penelitian ini menunjukkan beberapa hal yang perlu dicermati, di antaranya :

a. Masalah proporsi peruntukan lahan yang belum seimbang di beberapa wilayah

kelurahan di Gedebage

Page 40: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

40

b. Masalah struktur kependudukan dan angkatan kerja

c. Masalah struktur kepemilikan tanah

d. Masalah kerajinan dan industri

e. Masalah kesehatan dan keluarga berencana

f. Masalah pendidikan dan kebudayaan

Selanjutnya, hasil penelitian ini juga telah memberikan catatan terhadap

isu-isu strategi yang dimunculkan, diantaranya :

a. Delapan kelurahan yang menjadi objek kajian, menunjukkan adanya

kebutuhan terhadap upaya-upaya alih profesi dan profesi baru bagi anggota

masyarakat yang kehilangan pekerjaan dan belum bekerja.

b. Harapan-harapan dalam pengembangan Gedebage, tidak hanya menjadi

perhatian masyarakat, melainkan juga oleh aparat pemerintah. Masyarakat

menginginkan adanya perbaikan-perbaikan dalam berbagai sektor yang selama

ini tidak atau belum tersentuh oleh kebijakan pemerintah, seperti masalah

perumahan, akses jalan tol, banjir, kesehatan masyarakat dan lingkungan,

sarana dan prasarana yang diperlukan, dan lain-lain.

c. Kelembagaan-kelembagaan yang ada tampaknya tidak mampu menampung

keinginan banyak pihak, karenanya harapan-harapan yang muncul adalah

pengembangan kelompok-kelompok potensial menjadi kelompok aktual.

2.5 Kerangka Pemikiran

Aktivitas ekonomi muncul, tumbuh, dan terbangun dalam suatu ruang.

Perusahaan, dan pelaku ekonomi secara umum akan memilih lokasi sebagaimana

mereka memilih faktor produksi dan teknologi. Sumberdaya produksi terdistribusi

secara tidak merata dalam suatu ruang: sumberdaya sering terkonsentrasi dalam

suatu area tertentu sehingga terjadi ketidakseimbangan.

Ruang tidak dapat dilepaskan dari aktivitas ekonomi. Pernyataan ini

didasari oleh kenyataan bahwa setiap aktivitas produksi memerlukan ruang dan

tidak semua area geografis memberikan kesempatan atau ketersediaan yang sama

untuk (aktivitas) produksi dan pembangunan. Penyebaran bahan mentah, faktor

produksi (modal dan tenaga kerja), dan permintaan yang tidak merata membuat

perusahaan (dan aktivitas produksi secara umum) memilih lokasi sebagaimana

Page 41: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

41

mereka memilih faktor produksi dan teknologi yang akan mempengaruhi

kapasitas produksi dan posisi perusahaan di pasar, lokasi secara krusial akan

menentukan kapasitas produksi perusahaan (secara agregat) dari area geografis di

mana perusahaan itu berlokasi.

Namun demikian pemilihan lokasi bukan satu-satunya yang dapat

menjadikan suatu wilayah dapat berkembang secara maksimal. Perkembangan

suatu wilayah yang baik dapat ditunjukkan oleh adanya keterkaitan antar sektor

ekonomi wilayah tersebut, dalam hal ini terjadi transfer input output barang dan

jasa antar sektor secara dinamis. Demikian juga pengembangan Pusat Primer

Gedebage Kota Bandung akan menciptakan peningkatan kegiatan sektor-sektor

ekonomi di sekitar kawasan tersebut maupun Kota Bandung pada umumnya

sebagai indikator keberhasilan pembangunan di wilayah tersebut. Di sisi lain

pelaksanaan Pusat Primer Gedebage Kota Bandung akan gagal apabila laju

pertumbuhan meningkat tetapi pendapatan masyarakat rendah. Hal ini

mengidentifikasikan bahwa pembangunan tersebut belum mampu menciptakan

spread effect kepada masyarakat.

Relevansi pemahaman ini dengan wilayah yang diteliti merupakan suatu

landasan pemikiran mengenai komponen pengembangan Pusat Primer Gedebage

Kota Bandung yang meliputi penggunaan ruang di kawasan Gedebage, berbagai

kegiatan ekonomi, serta dinamika populasi penduduk. Ketiga variabel tersebut

merupakan variabel state (pendukung) dalam membangun model konseptual.

Kemudian ditentukan variabel non-state (variabel lainnya) yang meliputi variabel

penggerak (driving), variabel pembantu (auxiliary), dan variabel tetap (constant)

yang melengkapi suatu model yang dapat menciptakan kesempatan kerja dan

pertumbuhan ekonomi di Kota Bandung.

Desain sistem pengembangan Pusat Primer Gedebage Kota Bandung

merupakan interaksi antar sub model ketersediaan ruang kawasan Gedebage

(lingkungan), sub model populasi penduduk serta sub model ekonomi. Setelah

dilakukan identifikasi terhadap variabel-variabel yang terlibat, kemudian

ditentukan hubungan yang logis antar variabel tersebut. Dari hubungan itu dapat

ditentukan apakah hubungannya bersifat positif atau negatif. Dengan demikian

Page 42: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

42

dapat dibangun hubungan umpan balik (causal loop) untuk semua variabel dalam

pengembangan Pusat Primer Gedebage Kota Bandung dalam rantai tertutup.

Seperti yang digambarkan dalam kerangka pemikiran bahwa

pengembangan Pusat Primer Gedebage Kota Bandung menunjukkan ada beberapa

faktor yang akan mempenguhi optimalisasi pembangunan kawasan ini. Faktor

wilayah, penduduk dan ekonomi merupakan faktor yang dapat menimbulkan

pengaruh positif dan negatif. Pengaruh positif antara lain terhadap faktor

ekonomi seperti adanya perubahan pendapatan asli daerah, pendapatan

masyarakat serta PDRB. Pengaruh negatif dapat terjadi apabila perencanaan

pengembangan Pusat Primer Gedebage Kota Bandung kurang baik dalam. Selain

itu juga masalah laju pertumbuhan penduduk yang tidak terkontrol dapat

berpengaruh negatif terhadap keseimbangan penduduk di kawasan Pusat Primer

Gedebage Kota Bandung karena pusat kegiatan ekonomi pada akhirnya menjadi

tujuan bagi penduduk untuk melakukan perpindahan ke wilayah tersebut.

Sedangkan faktor pendukung yang dapat membuka peluang berhasilnya sistem

pengembangan kawasan Gedebage antara lain adalah ketersediaan ruang kawasan

Gedebage. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari Gambar 1 tentang Kerangka

Pemikiran Pengembangan Kawasan Gedebage Terhadap Pembangunan

Ekonomi Kota Bandung Melalui Pendekatan Sistem Dinamik.

Sebagai upaya realisasi dari Visi dan Misi Pembangunan Kota Bandung

yang ditafsirkan dalam bentuk perumusan sasaran pembangunan dan dilandasi

oleh hukum formal berupa Perda RTRW Kota Bandung Nomor 02 Tahun 2004

dan Nomor 03 Tahun 2006 serta sesuai dengan target makro pembangunan Kota

Bandung, baik rencana yang bersifat jangka menengah maupun jangka panjang,

maka Pengembangan Kawasan Gedebage dengan proyek utamanya pembangunan

Pusat Primer Gedebage akan menjadi prioritas pembangunan Kota Bandung yang

akan berpengaruh baik terhadap kegiatan pemerintahan maupun masyarakat, serta

kegiatan ekonomi Kota Bandung

Untuk lebih jelasnya tentang Kerangka Pemikiran tentang dampak

pengembangan Pusat Primer Gedebage terhadap pembangunan ekonomi Kota

Bandung melalui pendekatan sistem dinamik. dapat dilihat dari Gambar 1.

Page 43: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

43

Model dinamik dampak

pengembangan kawasan

Gedebage Kota Bandung

Optimalisasi kawasan

Gedebage

Stakeholders

Analisis kebutuhan

Formulasi

permasalahan

Identifikasi sistem

Pemodelan sistem

Visi dan Misi Pembangunan

Kota Bandung

Implementasi

Subsistem wilayah Subsistem ekonomi Subsistem penduduk

Perda RTRW Kota Bandung Nomor 02 Tahun

2004 dan Nomor 03 Tahun 2006

Pengembangan Kawasan Gedebage

Perumusan sasaran pembangunan sesuai dengan target

makro pembangunan Kota Bandung

Analisis Dampak Terhadap

Pembangunan Ekonomi Kota

Bandung

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Pengembangan Pusat Primer Gedebage

Terhadap Pembangunan Ekonomi Kota Bandung Melalui

Pendekatan Sistem Dinamik

Page 44: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

44

III. METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian adalah Kawasan Gedebage di timur Kota Bandung

yang terletak di antara 1070 36’ Bujur Timur dan 60

0 55’ Lintang Selatan. Lokasi

Kota Bandung cukup strategis, dilihat dari segi komunikasi, dan perekonomian.

Hal tersebut dikarenakan Kota Bandung terletak pada pertemuan poros jalan yaitu

dari sebelah Barat - Timur yang memudahkan hubungan dengan Ibukota Negara

dan dari sebelah Utara - Selatan yang memudahkan lalu lintas ke daerah

perkebunan (Subang dan Pangalengan). Adapun waktu penelitian dilakukan pada

rentang waktu bulan Juli-Oktober 209.

3.2. Jenis dan Sumber data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder seperti

pendapatan daerah berupa pertumbuhan ekonomi daerah, produk domestik

regional bruto (PDRB), kependudukan dan ketenagakerjaan., kondisi geografis,

demografis yang dikumpulkan dari instansi terkait, yaitu BPS Kota Bandung,

Pemerintah Kota Bandung, Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah

(BAPEDA), dan Dinas Tenaga Kerja.

3.3. Metode Analisis Data

3.3.1 Analisis Model Pengembangan Kawasan

Desain sistem pengembangan Pusat Primer Gedebage merupakan alam

bentuk interaksi antar sub model ketersediaan ruang kawasan Gedebage

(lingkungan) berupa model pemanfatan lahan dan model kondisi RTH Kota

Bandung, sub model dinamika penduduk, dan sub model ekonomi dalam bentuk

penghitungan PDRB Kota Bandung. Adapun formulasi model untuk analisis

model pengembangan Kawasan Pusat Primer Gedebage terdiri dari :

a. Luas_Pemanfatan_Lahan_Kota(t) =

Luas_Pemanfatan_Lahan_Kota(t - dt) +

(Penambahan_Luas_Pemanfatan_Lahan_Kota) * dtINIT

Luas_Pemanfatan_Lahan_Kota

Page 45: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

45

b. RTH_Kota(t) = RTH_Kota(t - dt) + (Penambahan_RTH_Kota -

Pengurangan_RTH_Kota) * dtINIT RTH_Kota

c. Penduduk (t) = Penduduk(t - dt) + (Penambahan_Pddk -

Pengurangan_Pddk) * dtINIT Penduduk

d. PDRB_KOTA(t) = PDRB_KOTA(t - dt) + (Penambahan_PDRB) *

dtINIT PDRB_KOTA

Setelah dilakukan identifikasi terhadap variabel-variabel yang terlibat

dalam formulasi model (1) Luas Pemanfatan Lahan Kota, (2) Luas RTH, (3)

Dinamika Penduduk, dan (4) PDRB Kota, kemudian ditentukan hubungan yang

logis antar variabel tersebut. Dari hubungan variabel-variabel yang terlibat itu

dapat ditentukan apakah hubungannya bersifat positif atau negatif. Dengan

demikian dapat dibangun hubungan dalam bentuk alur berpikir seperti yang

terlihat dari Gambar 2 dan. Dari alur berpikir yang ada, maka dibuat suatu causal

loop untuk selanjutnya dilakukan analisis dengan melakukan simulasi dengan

menggunakan alat bantu software Stella versi 9.0.2 Program Stella merupakan

perangkat lunak yang berbasis flow chart yang handal dalam membuat pemodelan

sistem dinamik baik dalam prosesnya maupun dalam melakukan simulasi.

PENGEMBANGAN

KAWASAN PUSAT

PRIMEG GEDEBAGE

KESEMPATAN

KERJ A

PERTUMBUHAN

EKONOMI

PEMBAGIAN

LAHAN PPG PENGANGGURAN INVESTASI

PENDPATAN

PER KAPITA

PENDUDUK

PERUBAHAN

PENDUDUK

Gambar 2 Alur Berpikir Dampak Pengembangan Pusat Primer Gedebage

Terhadap Pembangunan Ekonomi Kota Bandung Melalui

Pendekatan Sistem Dinamik

Page 46: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

46

Dari Gambar 2 dapat dilihat bahwa dalam sistem pengembangan

kawasan Pusat Primer Gedebage ada pengaruh positif dan negatif. Pengaruh

positif antara lain terhadap pendapatan per kapita serta PDRB. Pengaruh negatif

dapat terjadi apabila perencanaan pengembangan Pusat Primer Gedebage kurang

baik dalam pengelolaannya terutama masalah laju pertumbuhan penduduk yang

tidak terkontrol dapat berpengaruh negatif terhadap keseimbangan penduduk di

kawasan Gedebage. Selain itu pula dapat dilihat akan adanya faktor pendukung

berhasilnya sistem pengembangan kawasan Pusat Primer Gedebage antara lain

adalah ketersediaan ruang di kawasan Gedebage. Oleh karena itu dari Gambar 2

menunjukkan bahwa sistem pengembangan kawasan Pusat Primer Gedebage

memiliki hubungan sebab akibat (causal loop) yang luas dan beragam yang

ditunjukkan dalam bentuk perubahan yang terjadi dalam subsistem yang

tergambar dalam setiap model akan dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Selanjutnya dilakukan pemodelan yang merupakan abstraksi dari sebuah

objek atau situasi aktual (Eriyatno, 1999). Salah satu dasar utama untuk

mengembangkan model adalah menghubungkan peubah-peubah apa yang penting

dan tepat. Penemuan peubah tersebut sangat erat hubungannya dengan pengkajian

hubungan-hubungan yang terdapat diantara peubah-peubah. Teknik kuantitatif

dan simulasi digunakan untuk mengkaji keterkaitan antar peubah dalam sebuah

model.

3.3.2 Skenario Model

Dengan keterbatasan data yang mungkin didapat, maka model yang

direncanakan berdasarkan beberapa asumsi kondisi yang diharapkan dalam model.

Adapun asumsi yang dimaksud menyangkut realisasi dan harapan yang terjadi

dalam aspek investasi dan Ruang Terbuka Hijau yang ada di dalam

pengembangan Pusat Primer Gedebage dan pembangunan ekonomi Kota Bandung

yang diimplementasikan ke dalam model skenario sebagai berikut, yaitu :

a. Skenario konservatif (Skenario 1), dimana pengembangan Pusat Primer

Gedebage berjalan sesuai dengan investasi.

b. Skenario optimis (Skenario 2), dimana pengembangan Pusat Primer Gedebage

berjalan sesuai dengan investasi yang direncanakan.

Page 47: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

47

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4.1 Kondisi Geografi dan Administrasi

Kota Bandung merupakan wilayah yang terletak pada 107º bujur timur,

6º-55º lintang selatan dan berada di ketinggian 791 m di atas permukaan laut, titik

terendahnya berada pada posisi 675 meter di sebelah selatan dan titik tertinggi

terletak pada posisi 1.050 meter yang berada di sebelah utara. Dengan luas

wilayah 16.730 Ha (Bandung Dalam Angka, 2009), secara geografik sebelah utara

Kota Bandung merupakan daerah perbukitan atau dataran tinggi dan sebelah

selatan relatif datar atau dataran rendah. Sebelah selatan pada umumnya tanah

bebatuan, sebelah utara dan timur terdiri dari tanah endapan berupa tanah

lempung atau tanah liat, sebelah barat dan tengah tersebar tanah bebatuan.

Keadaan geologis di Kota Bandung dan sekitarnya terdiri atas lapisan

alluvial hasil letusan Funung Tangkuban Perahu. Jenis material di wilayah bagian

utara umumnya jenis tanah andosol, sedangkan di bagian Selatan serta Timur

terdiri atas jenis alluvial kelabu dengan bahan endapan liat. Di bagian Tengah dan

Barat tersebat jenis tanah andosol. Iklim asli kota Bandung dipengaruhi oleh iklim

pegunungan di sekitarnya, namun pada dasarnya beberapa tahun belakangan

mengalami peningkatan suhu, hal ini disebabkan polusi dan meningkatnya suhu

global. Kota Bandung tergolong daerah yang cukup sejuk, dengan temperature

udara rata-rata 23º C (1995-2008). Temperatur ini dipengaruhi oleh ketinggian

sekitar lingkungan pegunungan atau cekungan dan berbagai danau besar yang

terletak disekitarnya, serta perubahan iklim global. temperatur rata-rat di Kota

Bandung pada Tahun 2008 terdapat temperatur maksimum yang mencapai 30.7ºC

pada bulan September 2008. hal ini mengindekasikan bahwa sebenarnya terdapat

kenaikan temperatur di Kota Bandung. Sementaraitu bila dianalisis dalam kurun

waktu yang lebih panjang, yaitu temperatur udara rata-rata maksimum dalam 20

tahun terakhir, temperatur di Kota Bandung naik sekitar 2ºC, dan kenaikan

tersebut dinilai signifikan dalam dunia meteorologi.

Kota Bandung yang secara administratif menurut Perda Kota Bandung

nomor 06 tahun 2006 tentang Pemekaran dan pembentukan wilayah kerja

Page 48: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

48

kecamatan dan kelurahan di lingkungan Pemerintah Kota Bandung dibagi menjadi

30 Kecamatan, 151 Kelurahan, 1.500 RW dan 9.277 RT (pasca pemekaran 4

kecamatan) yang dibatasi oleh :

a. Bagian Utara berbatasan dengan Kecamatan Lembang dan Cisarua Kabupaten

Bandung Barat.

b. Bagian Barat berbatasan dengan Kota Cimahi yaitu Kecamatan Cimahi Utara,

Cimahi Tengah dan Marga Asih.

c. Bagian Timur berbatasan dengan Kecamatan Cicalengka dan Cileunyi

Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang.

d. Bagian Selatan berbatasan dengan Kecamatan Dayeuh Kolot dan Cirangrang

Kabupaten Bandung.

Kota Bandung sebagai kota metropolitan, sekarang ini telah berkembang

dengan pesat, baik secara fisik maupun non fisik. Faktor utama yang memberikan

keuntungan bagi pembangunan di Kota Bandung adalah selain sebagai ibukota

provinsi, juga letak geografis Kota Bandung sangat strategis yang menjadikan

persimpangan dan sentra pertemuan yang berada tepat di tengah provinsi, yang

menjadikan titik temu seluruh daerah yang berada di wilayah selatan dan utara

provinsi Jawa Barat sebelum ditransfer ke Jakarta sebagai pusat perekonomian

nasional.

Dalam Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), Kota Bandung telah ditetapkan sebagai salah

satu Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dan Kawasan Andalan Cekungan Bandung.

Dengan penetapan tersebut, Kota Bandung makin berkembang dan makin banyak

menarik pendatang dan penduduk dari wilayah lain disekitarnya untuk bermigrasi,

baik untuk menetap maupun untuk melakukan segala kegiatan bisnisnya sebagai

penduduk komuter. Perkembangan ini dapat menjadi daya dukung bagi Kota

Bandung dalam melakukan pembangunan tetapi sebaliknya bisa juga menjadi

beban bagi Kota Bandung jika potensi yang ada tidak memiliki kualitas yang

dibutuhkan dalam pembangunan Kota Bandung secara keseluruhan.

Page 49: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

49

42

4.2 Pemerintahan

Sejak dibentuknya Kota Bandung menjadi suatu daerah Otonom pada

tanggal 1 April 1906, Kota Bandung telah beberapa kali mengalami perluasan

permukaan wilayah daerahnya, yaitu pada masa rentang Tahun 1906 – 1917, yaitu

pada hari pembentukan Kota Bandung menjadi daerah otonom tanggal 1 April

1906 mempunyai luas 1.922 Ha dan pada rentang waktu Tahun 1917-1942 daerah

Kota Bandung telah diperluas menjadi 2.871 Ha.

Pada tahun 1930 telah direncanakan perluasan daerah Kota Bandung

dalam jangka waktu 25 tahun berikutnya. Perlunya perluasan tersebut dari 2.871

Ha menjadi 12.758 Ha berdasarkan pertimbangan bahwa penduduk Kota Bandung

dengan pertambahan normal pada akhir 1955 diperkirakan akan menjadi 750.000

jiwa, rencana ini dikenal dengan sebutan “Plan Karsten”. Namun pada masa

Pendudukan Pemerintahan Belanda, rencana Karsten ini belum seluruhnya

Gambar 3 Peta Kota Bandung dan Batas-batas Wilayahnya

Sumber : Perda 2 Tahun 2004 Tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah

Kota Bandung

Page 50: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

50

dilaksanakan. Pada masa pendudukan Jepang (1942-1945) beberapa kali diadakan

perubahan luas daerah berupa pergeseran batas kota dengan cara memasukan

desa-desa dari Kabupaten Bandung dimana pada akhir masa pendudukan Jepang

luas daerah Kota Bandung berubah menjadi 5.413 Ha. Sedangkan pada masa

Negara Pasundan Tahun 1949 secara resmi Kota Bandung mengalami perluasan

menjadi 8.098 Ha. Selanjutnya pada Tahun 1987 Berdasarkan Peraturan

Pemerintahan Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 1987 wilayah Administrasi

Kota Bandung diperluas menjadi 16.730 Ha hingga saat ini.

Dari segi pelaksanaan pemerintahan Pemerintah Kota Bandung telah

mendorong upaya reformasi birokrasi yang akan dilakukan menurut tahapan-

tahapan tertentu. Saat ini telah dilakukan reorganisasi pemerintah yang diharapkan

dapat meningkatkan kinerja aparatur Pemerintah Kota Bandung. Secara umum,

implementasi SOTK baru berdasarkan PP Nomor 41 Tahun 2007, tentang

Organisasi Perangkat Daerah maka struktur organisasi Pemerintah Kota Bandung

saat ini terdiri dari sejumlah SKPD, yaitu 14 Dinas, 9 lembaga teknis daerah,

Satuan Polisi Pamong Praja, 4 perusahaan daerah, 3 rumah sakit daerah, 30

kecamatan serta sekretariat daerah. Dengan perangkat organisasi tersebut

diharapkan struktur organisasi menjadi lebih ramping, bergerak taktis dan

strategis, serta dapat mengurangi jabatan struktural yang ada guna meningkatkan

efisiensi kerja dan penyelenggaraan pemerintahan. Oleh karena itu, Organisasi

yang ada saat ini didukung oleh Esselon. II.A 1 orang, Esselon. II.B 32 orang,

Esselon. III.A 76 orang, Esselon. III.B 131 orang,Esselon. IV.A. 895 orang,

Esselon. IV.B 708 orang dengan jumlah pegawai, 24.341 pegawai negeri sipil dan

1.501 tenaga kontrak.

Penataan kelembagaan Pemerintah Kota Bandung pada dasarnya

diarahkan dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan publik untuk

menghilangkan citra birokrasi sebagai penghambat pembangunan. Dengan

demikian, adanya re-organisasi berimplikasi terhadap pengurangan jabatan. Di

antara masalah yang masih menjadi tantangan di masa depan adalah kapasitas

aparatur tata kerja. Berbagai kegiatan peningkatan kinerja aparatur dilakukan

melalui peningkatan kesejahteraan, pengawasan, mengikuti pendidikan dan

latihan dan sebagainya. Namun dengan semakin kompleksnya permasalahan

Page 51: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

51

perkotaan, dirasakan kapasitas dan kapabilitas aparatur dalam mencapai pelayanan

prima masih berada di bawah standar. Tata kerja di masa datang juga penting

untuk diperjelas dan dituangkan dalam mekanisme kerja dan job description yang

baik agar sistem dapat berjalan dengan baik. Tata kerja ini berfungsi sebagai

petunjuk operasional SOTK yang sudah ada. Dan saat ini SKPD yang telah

memiliki Standar Mutu Nasional (SMN) ISO 9000:2001 adalah sebanyak 12

SKPD. Hal lain yang akan dilaksanakan dalam rangka peningkatan pelayanan

kepada masyarakat, adalah upaya penguatan kelurahan. Sedangkan untuk

meningkatkan kualitas perijinan maka telah dibentuk Badan Penanaman Modal

dan Pelayanan Perijinan Terpadu (BMPPT) dan Bandung Elektronik Procurment

(BEP). Langkah-langkah dapam upaya reformasi pelayanan perijinan, meliputi :

a. Regulasi perijinan usaha dengan memangkas jumlah perijinan dan menata

perijinan yang tumpang tindih.

b. Birokrasi perijinan usaha melalui penyederhaan prosedur perijinan.

Dalam pelaksanaannya reformasi pelayanan perijinan diformulasikan ke

dalam pembentukan pelayanan terpadu satu pintu. Pelayanan satu pintu adalah

penyelenggaraan pelayanan perijinan dan non perijinan yang proses

pengelolaannya dimulai dari tahap permohonan, sampai dengan penerbitan

dokumen secara terpadu dan dilakukan di satu tempat melalui front office untuk

meminimalisasi interaksi antara pemohon dan petugas perijinan dan menghindari

kemungkinan pungutan-pungutan tidak resmi. Seiring dengan penataan organisasi

perangkat daerah Kota Bandung sebagai pelaksanaan Peraturan Pemerintah No.

41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah bentuk kelembagaan terpadu

satu pintu ditingkatkan dari setingkat kantor menjadi setingkat badan dengan

nomenklatur Badan Pelayanan Perijinan dan Penanaman Modal Daerah Kota

Bandung dengan asumsi bahwa pelayanan perijinan yang diselenggarakan

berkaitan erat dengan investasi di daerah. Dengan adanya kemudahan perijinan

diharapkan akan mendorong kondusifitas iklim investasi di Kota Bandung.

Peningkatan status kelembagaan satu pintu juga dilakukan dengan perubahan

ketatalaksanaan, peningkatan kewenangan dimana Pelayanan Terpadu Satu Pintu

diberikan kewenangan dari mulai penerimaan berkas, pemprosesan ijin,

penandatanganan ijin dan penyerahan ijin, Selain itu jumlah perijinan yang

Page 52: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

52

dikelola oleh satu pintu ditingkatkan dari 14 jenis perijinan menjadi 62 jenis

perijinan baik ijin usaha maupun non usaha. Hal-hal yang perlu dilakukan seiring

dengan peningkatan kelembagaan pelayanan terpadu satu pintu meliputi:

a. Revisi Perda-perda terkait dengan prinsip-prinsip pelayanan satu pintu, seperti

penyederhaan, persyaratan dan waktu pelayanan;

b. Penyederhaan jumlah perijinan dengan menyatukan atau menghapus perijinan

yang dianggap tumpang tindih dan menyulitkan pelaku usaha;

c. Pengurangan biaya bagi kategori usaha tertentu;

d. Penetapan kebijakan untuk mengurangi pungutan-pungutan di tingkat

Kecamatan, Kelurahan, RW dan RT terutama terkait dengan persyaratan ijin.

Sebagai perwujudan political will dari penerapan pola pelayanan terpadu

satu pintu telah dianggarkan pula pembiayaan dalam operasional pelayanan satu

pintu baik dalam APBD perubahan Tahun 2007 maupun APBD Tahun 2008.

Upaya peningkatan pelayanan dilakukan melalui penerapan model pelayanan

bersifat proaktif dan standar mutu. Model pelayanan yang bersifat proaktif adalah

dengan membangun situs (web site) untuk pelayanan on line, sedangkan

pelayanan yang bersifat standar mutu adalah melalui penggunaan ISO 9001:2000

yang berguna untuk menyusun pedoman kerja yang berstandar, meningkatkan

citra, profesionalitas dan meningkatkan daya tarik investasi.

Dalam upaya efisiensi dan peningkatan pelayanan pemerintah terhadap

masyarakat Kota Bandung, maka dalam struktur pelayanan pemerinta Kota

Bandung membagi ke dalam enam wilayah pelayanan, yaitu:

1. Wilayah Pelayanan Bojonegara

2. Wilayah Pelayanan Cibeunying

3. Wilayah Pelayanan Tegallega

4. Wilayah Pelayanan Kerees

5. Wilayah Pelayanan Ujungberung

6. Wilayah Pelayanan Gedebage

4.3 Kependudukan

Penduduk Kota Bandung berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Daerah

(Suseda) adalah 2.374.198 jiwa (penduduk laki-laki 1.210.164 jiwa dan

Page 53: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

53

perempuan 1.164.034 jiwa). Angka tersebut menentukan Laju Pertumbuhan

Penduduk (LPP) sebesar 1,90 persen. Rata-rata kepadatan penduduk Kota

Bandung 14.190,41 jiwa/Km2, dilihat dari segi kepadatan penduduk per

Kecamatan, maka Kecamatan Bojongloa Kaler merupakan daerah terpadat dengan

kepadatan penduduk 39.899,01 jiwa/Km2. Salah satu upaya Pemerintah Kota

Bandung untuk mengurangi tingkat kepadatan penduduk adalah dengan Program

Transmigrasi ke daerah luar Pulau Jawa, diantaranya ke Sumatera, Kalimantan,

Sulawesi, Maluku, dan Papua.

Tabel 2 Jumlah Penduduk Kota Bandung Menurut Kecamatan dan Jumlah

Kelurahan Serta rata-rata Per Kelurahan Tahun 2008

No Tahun Jumlah

Kecamatan

Jumlah

Kelurahan

Jumlah

Penduduk

Rata-rata

Penduduk per

Kelurahan

1 2008 30 151 2.374.198 15.723

2 2007 26 139 2.329.928 16.762

3 2006 26 139 2.296.848 16.524

4 2005 26 139 2.270.970 16.338

5 2004 26 139 2.232.624 16.062

Sumber : Bandung Dalam Angka 2009

Berdasarkan uraian Tabel 2 dan sesuai dengan hasil registrasi penduduk

pada tahun 2005, total penduduk Kota Bandung meningkat sebanyak dari

2.228.267 jiwa pada tahun 2003 menjadi 2.232.627 jiwa pada tahun 2004 dengan

laju pertumbuhan penduduk 2,65 persen. Dengan luas areal kota sebesar 16.730

hektar. Sehingga rata-rata kepadatan penduduknya sebesar 13.344 jiwa/ha (134

jiwa per km2), dengan rata-rata anggota keluarga sebanyak 4 jiwa per KK. Angka

ini tidak termasuk sejumlah besar penduduk komuter (pendatang atau penduduk

dari wilayah lain) yang bekerja dan mencari nafkah di Kota Bandung pada siang

hari, Menurut data Dinas Kependudukan Kota Bandung (2009), jumlah total

penduduk pada siang hari dapat mencapai 3,5 juta jiwa.

Sedangkan dari aspek banyaknya migrasi penduduk menetap dan

penduduk komuter dari berbagai penjuru tanah air dan bahkan ekspatriat dari luar

negeri telah menyebabkan Bandung menjadi kota yang berpopulasi tinggi dengan

kepadatan dan multi-etnis. Namun penduduk Kota Bandung relatif tidak tersebar

Page 54: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

54

secara merata di setiap kecamatan, sehingga kepadatan penduduk antar kecamatan

di Kota Bandung sangat bervariasi. Sedangkan perkembangan penduduk di

wilayah penelitian dapat dilihat dari data di Tabel 3

Tabel 3 Jumlah Penduduk Kota Bandung Menurut Kecamatan dan Luas

Wilayah Serta Kepadatan Penduduk Per Km2

Tahun 2008

No Kelurahan Luas

(Km2)

Jumlah

Penduduk

Kepadatan

Penduduk Per Km2

1 Bandung Kulon 6,46 125,350 19,404

2 Babakan Ciparay 7,45 142,309 19,102

3 Bojongloa Kaler 3,03 120,894 39,899

4 Bojongloa Kidul 6,26 81,045 12,947

5 Astanaanyar 2,89 70,544 24,410

6 Regol 4,30 86,500 20,116

7 Lengkong 5,90 71,983 12,201

8 Bandung Kidul 6,06 51,968 8,576

9 Buahbatu 7,93 95,256 12,012

10 Rancasari 7,33 68,864 9,395

11 Gedebage 9,58 31,230 3,260

12 Cibiru 6,32 60,001 9,494

13 Panyileukan 5,10 34,621 6,788

14 Ujung Berung 6,40 61,579 9,622

15 Cinambo 3,68 23,695 6,439

16 Arcamanik 5,87 57,869 9,858

17 Antapani 3,79 59,929 15,812

18 Mandalajati 6,67 57,265 8,586

19 Kiaracondong 6,12 129,623 21,180

20 Batununggal 5,03 123,392 24,531

21 Sumur Bandung 3,40 40,035 11,775

22 Andir 3,71 106,201 28,626

23 Cicendo 6,86 103,532 15,092

24 Bandung Wetan 3,39 31,741 9,363

25 Cibeunying Kidul 5,25 111,094 21,161

26 Cibeunying Kaler 4,50 69,011 15,336

27 Coblong 7,35 126,450 17,204

28 Sukajadi 4,30 101,065 23,504

29 Sukasari 6,27 77,218 12,316

30 Cidadap 6,11 53,934 8,827

Jumlah 167,29 2.374.198 14,192

Sumber : Bandung Dalam Angka 2009

Penduduk Kota Bandung pada tahun 2007 adalah sebanyak 2.340.624

jiwa. Sebagai pusat kegiatan penting, maka disekitar Kota Bandung berkembang

daerah-daerah hinterland seperti Kabupaten Bandung dan Bandung Barat, wilayah

Page 55: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

55

Kabupaten Sumedang bagian barat serta Kota Cimahi yang dihuni oleh penduduk

yang berjumlah besar pula. Kabupaten Bandung, Bandung Barat dan Kota Cimahi

pada tahun 2006 dapat mencapai jumlah penduduk 5 jutaan. Dengan peran

sebagai orientasi, maka pergerakan penduduk antara pusat dan hinterland menjadi

bercampur, sehingga realitas jumlah penduduk yang beraktivitas di Kota Bandung

cenderung melebihi jumlah penduduk yang teregistrasi. Rata-rata pertumbuhan

jumlah penduduk Kota Bandung antara tahun 2002-2007 adalah sebesar

1,43persen. Dengan kondisi tersebut, maka diperkirakan pada tahun 2013 jumlah

penduduk Kota Bandung mencapai hampir 2,6 juta jiwa. Pertambahan jumlah

penduduk ini dapat menjadi beban berat apabila secara bersamaan daerah

sekitarnya juga terus mengalami pertambahan penduduk. Bila biaya hidup dan

beraktivitas di Kota Bandung semakin kompetitif dan mahal, pertumbuhan

penduduk bisa semakin melambat, hingga mencapai 2,4 juta jiwa. Jumlah ini tetap

mengisyaratkan Kota Bandung sebagai kota penting, namun penduduk yang

beraktivitas di dalamnya melakukan komuter dan tinggal di daerah sekitar Kota

Bandung. Dalam kondisi ini tetap saja beban bayangan jumlah penduduk yang

besar, menjadi isu penting Kota Bandung di masa datang. Dengan luas wilayah

sekitar 16.730 ha, maka kepadatan penduduk Kota Bandung pada tahun 2007

adalah 140 jiwa/ha. Seluruh jumlah penduduk tersebar di kecamatan yang ada.

Distribusi jumlah penduduk terbesar adalah Kecamatan Bandung Kulon, yaitu

mencapai jumlah 120.733 jiwa atau mencapai 5,5 persen dari seluruh jumlah

penduduk Kota Bandung. Kecamatan dengan jumlah penduduk tersedikit adalah

Kecamatan Cinambo, dengan jumlah penduduk sekitar hampir 20.000 jiwa atau

sekitar 0,9persen jumlah penduduk Kota Bandung. Dari kecamatan yang ada,

sekitar 50persen penduduk tinggal di 10 Kecamatan saja, yaitu Bandung Kulon,

Batununggal, Kiaracondong, Babakan Ciparay, Coblong, Bojongloa Kaler,

Cibeunying Kidul, Andir, Sukajadi dan Cicendo, yang rata-rata proporsi jumlah

penduduknya mencapai 4persen.

Selanjutnya penduduk Kota Bandung dapat dianalisis menurut struktur

umurnya. Struktur umur ini adalah informasi yang sangat penting karena berkaitan

dengan perkembangan persentase kelompok sasaran pembangunan. Misalnya

proporsi penduduk pada tingkat pendidikan dasar, menengah, tinggi, remaja, usia

Page 56: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

56

kerja (produktif), usia lanjut. Besaran komposisi penduduk ini akan menentukan

kebutuhan layanan pada setiap kelompok. Bila dilihat dari struktur usia penduduk

Kota Bandung, yang tergolong menonjol adalah usia masa awal usia kerja (25-34

tahun) dan pada usia pendidikan tinggi (20-24 tahun). Pada kedua kelompok ini

terlihat pola lonjakan bila dibandingkan dengan usia pendidikan dasar-menangah.

Artinya secara normal sebenarnya strukturnya akan semakin menyempit mulai

dari usia balita sampai dengan usia lanjut. Lonjakan pada usia tersebut di atas,

mengindikasikan bahwa di Kota Bandung terjadi migrasi masuk yang sangat

besar, yaitu mahasiswa-mahasiswa yang melanjutkan studinya di Kota Bandung

sekaligus tempat mencari kerja pada penduduk usia-usia awal kerja.

4.4 Kondisi Perekonomian Kota Bandung

Kota Bandung memiliki peran penting dalam perekonomian Jawa Barat.

Pada Tahun 2004-2008 konstribusi ekonomi Kota Bandung di Jawa Barat

mencapai rata-rata 10persen. Dalam lingkup Kota Bandung Raya, maka kontribusi

aktivitas ekonominya menjadi sekitar 23 persen dari ekonomi Jawa Barat. Laju

pertumbuhan ekonomi Kota Bandung juga tergolong tinggi, atau di atas rata-rata

pertumbuhan ekonomi Jawa Barat dan bahkan nasional. Pada tahun 2006 tingkat

pertumbuhan ekonomi mencapai 7,83 persen dan pada tahun 2007 mencapai

8,24persen. Tingkat Pertumbuhan yang tinggi tersebut menunjukan bahwa Kota

Bandung adalah menjadi salah satu sumber pertumbuhan ekonomi yang penting di

Jawa Barat maupun di Indonesia. Secara terinci konstribusi kegiatan ekonomi

Kota Bandung dan sekitarnya Ekonomi Jawa Barat dapat dilihat dalam Tabel 4

berikut :

Tabel 4 Kontribusi Kegiatan Ekonomi Kota Bandung

dan sekitarnya terhadap Ekonomi

Jawa Barat Tahun 2008

Kabupaten/Kota persen

Kab. Bandung

Kab. Subang

Kab. Bandung Barat

Kota Bandung

6.79

2.47

2.50

10.03

Sumber: Jawa Barat Dalam Angka 2009

Page 57: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

57

Uraian Tabel 4 mengindikasikan bahwa Kota Bandung merupakan kota

penting bagi aktivitas ekonomi di Jawa Barat maupun nasional. Artinya Kota

Bandung menjadi salah satu pusat pertumbuhan ekonomi dan memiliki banyak

kaitan aktivitas ekonomi dengan daerah sekitar dan wilayah lain. Sebagai pusat

pertumbuhan dengan tumpuan pada aktivitas perdagangan dan industri

pengolahan, Kota Bandung juga menjadi salah satu tujuan migrasi tenaga kerja

yang cukup besar. Peran lain Kota Bandung sebagai salah satu Kota Pendidikan

terpenting di Indonesia, telah menyatu dengan kehidupan ekonomi, sehingga

tingkat pertumbuhan ekonominya tergolong sangat tinggi. Laju pertumbuhan

Ekonomi Kota Bandung dari tahun 2005 hingga tahun 2008 mengalami

peningkatan. Selain LPE, beberapa indikator makro yang dapat digunakan untuk

menilai keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah dapat dilihat di Tabel 5.

Tabel 5 Perkembangan Indikator Makro Pembangunan Kota Bandung

Tahun 2006-2008

Indikator Satuan 2006 2007 2008

LPE persen 7,83 8,24 8,29

PDRB (ADHB) Juta Rp 43.792.184 50.552.182 61.152.569

PDRB/Kapita (ADHB) Rp/Tahun 19.352.441 22.616.531 24.794.604

Inflasi persen 5,33 5,21 10,23

Investasi (mRp/Th) 4.181.031 5.405.271 4.000.616

Indeks Daya Beli (IDB) 63,99 64,04 64,27

SHL/Kapita Rp 576.890 577.130 577.385

Kemiskinan RTM 84.287 83.500 82.432

Jumlah Pengangguran Jiwa 175.644 174.067 173.074

Tingkat Pengangguran

Terbuka

persen 16,09 15,73 15,48

Sumber:Bandung dalam angka 2009 dan RPJM Kota Bandung 2009-2013

PDRB Kota Bandung menunjukkan perkembangan yang cukup

meyakinkan dari Rp 17.435,72 Milyar tahun 2001 menjadi Rp 20.690,50 Milyar

pada tahun 2002 dan diperkirakan menjadi sebesar Rp 23.420,13 Milyar tahun

2003 atau berkembang dengan angka indeks 100,00 tahun 1993; 309,56 tahun

2001, dan 367,34 pada tahun 2002 dan diperkirakan 415,80 pada tahun 2003

(1993 = 100,00) untuk harga berlaku.

Page 58: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

58

Sedangkan berdasarkan harga konstan PDRB Kota Bandung,

menunjukkan perkembangan yang cukup berarti pula yaitu dari Rp 6.266,63

Milyar pada tahun 2001 meningkat menjadi Rp 6.694,33 Milyar pada tahun 2002

dan pada tahun 2003 diperkirakan mencapai Rp 7.173,86 Milyar atau berturut-

turut berkembang dengan angka indeks 103,66 tahun 2000; 111,26 tahun 2001;

118,85 tahun 2002 diperkirakan menjadi 127,37 pada tahun 2003. Laju

pertumbuhan (Riil) PDRB Kota Bandung pada tahun 2003 sebesar 7,16 persen,

lebih tinggi dibanding pertumbuhan tahun sebelumnya sebesar 6,83 persen

selama tahun 2002. Sementara itu laju pertumbuhan PDRB atas dasar harga

berlaku pada tahun 2003 adalah sebesar 13,19 persen lebih rendah dibandingkan

tahun 2002 sebesar 18,67 persen.

Tabel 6 Perkembangan PDRB Kota Bandung Tahun 2003-2008

Tahun PDRB Atas

Dasar Harga Berlaku

PDRB Atas

Dasar Harga Konstan

Tahun 2000

2003 23.420.126 18.490.721

2004 27.422.417 19.874.813

2005 34.792.184 21.370.696

2006 43.491.380 23.043.104

2007 50.552.182 24.941.517

2008 60.441.487 26.978.909

Sumber:Bandung dalam angka 2005 dan 2009

PDRB Kota Bandung yang dihitung atas dasar harga berlaku dari tahun

2003 sampai tahun 2005 menunjukan peningkatan yang cukup signifikan. Nilai

absolut PDRB Kota Bandung atas dasar harga berlaku tahun 2003 sebesar Rp.

23.895.430 juta dan tahun 2005 meningkat menjadi Rp. 34.792.184 juta. Jika

dibandingkan dengan nilai absolut tahun 2000 maka nilai PDRB Kota Bandung

tahun 2005 berkembang dengan indeks 196,23. Sedangkan PDRB Kota Bandung

tahun 2005 yang dihitung atas dasar harga konstan tahun 2000 mengalami

peningkatan, yaitu dari Rp. 18.490.721 juta pada tahun 2003 menjadi Rp.

21.370.696 juta pada tahun 2005.

Dari Tabel 5 dan 6 terlihat bahwa PDRB Kota Bandung dari tahun 2006

ke 2008 menunjukan kenaikan yang berarti, hal ini dapat menunjukkan

meningkatnya kegiatan ekonomi. Tingkat inflasi di Kota Bandung relatif lebih

Page 59: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

59

tinggi dibandingkan dengan Kabupaten/Kota lain di Jawa Barat. Dari sisi investasi

terjadi kenaikan, namun demikian investasi tersebut belum diikuti dengan

penyerapan tenaga kerja yang signifikan, dari tabel terlihat terjadi peningkatan

jumlah pengangguran dari 175.337 jiwa menjadi 175.664 jiwa pada tahun 2006,

tetapi pada tahun 2007 menurun menjadi 174.067 jiwa dan diperkirakan menurun

lagi menjadi 173.074 jiwa. Berfluktuasinya jumlah pengangguran tersebut

disebabkan oleh berbagai faktor khususnya untuk akhir tahun 2008, terjadi

Penurunan harga BBM yang mengalami perubahan sebanyak dua kali, namun

demikian pada saat yang bersaam terjadi krisis keuangan global di Amerika

Serikat dan Uni Eropa, yang akan berdampak terhadap kinerja perekonomian Kota

Bandung khususnya dan perekonomian Indonesia pada umumnya. Sejalan dengan

jumlah tangga miskin, yang meningkat dari 70.419 RTM pada tahun 2005

menjadi 84.287 RTM pada tahun 2006, menurun menjadi 83.500 RTM pada tahun

2007, serta menurun lagi menjadi 82.606 RTM.

Kecenderungan aktivitas ekonomi Kota Bandung pada beberapa tahun ke

depan cenderung positif mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup signifikan.

Dalam situasi pertumbuhan ekonomi tinggi dan memiliki prospek yang relatif

bagus, maka perekonomian Kota Bandung menghadapi tantangan berat,

diantaranyaadalah dampak aktivitas ekonomi terhadap lingkungan sekitar.

Beberapa jenis kegiatan ekonomi mengancam kualitas lingkungan dan kualitas

kehidupan melalui berbagai jenis pencemaran. Kebutuhan ruang bagi aktivitas

ekonomi juga mendesak penggunaan lahan yang lain. Selain itu ketimpangan

pendapatan secara riil tampak nyata, perkiraan jumlah keluarga pra-sejahtera ada

kencederungan meningkat. Dalam situasi pertumbuhan ekonomi yang tinggi pula,

inflasi tinggi juga mengancam. Biaya-biaya hidup yang meliputi biaya kehidupan

pangan, sandang, papan, biaya pendidikan, kesehatan dan transportasi meningkat.

Peningkatan biaya hidup ini selain dapat menstimulasikan kegiatan ekonomi yang

memiliki nilai tambah tinggi, juga sekaligus menjadi ancaman bagi masyarakat

berpendapatan rendah dan menengah. Pada jangka panjang, kenaikan biaya-biaya

ini dapat mengancam keunggulan kompetitif produk-produk dari Kota Bandung.

Selain kondisi ekonomi domestik Kota Bandung, gejolak ekonomi internasional

juga dapat menjadi ancaman berarti. Kedekatan kegiatan ekonomi Kota Bandung

Page 60: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

60

dengan Jakarta dapat memperpendek efek gejolak ekonomi internasional,

misalnya krisis likuiditas di Amerika Serikat dan Eropa.

Nilai PDRB Kota Bandung pada tahun 2007 adalah sebesar Rp. 50,552

Trilyun dengan tingkat PDRB per kapita sebesar Rp. 22.616.531,- Tingkat

pendapatan perkapita ini tergolong tinggi bila dibandingkan dengan daerah

sekitarnya. Aktivitas ekonomi Kota Bandung, sebagian besar bersumber dari

sektor perdagangan, hotel dan restoran yang memberikan konstribusi sekitar 36,4

persen dari seluruh kegiatan ekonomi di Kota Bandung, disusul oleh sektor

industri pengolahan sekitar 29,8 persen. Sektor pengangkutan dan komunikasi

memberikan kontribusi sekitar 10,8 persen demikian juga dengan sektor jasa-jasa.

Secara terinci kontribusi sektor terhadap PDRB dapat dilihat dalam Tabel 7.

Tabel 7 Kontribusi Sektor Terhadap PDRB Kota Bandung 2008

No Sektor Persen

1 Pertanian 0,30

2 Listrik, Gas dan Air Bersih 2,30

3 Bangunan 4,90

4 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 5,30

5 Jasa-jasa 10,20

6 Pengangkutan dan Komunikasi 10,80

7 Industri dan Pengobatan 29,80

8 Perdagangan 36,40

100,00

Sumber: Bandung dalam Angka 2009

RPJM Kota Bandung 2009-2013

Berdasarkan perkembangan data PDRB Kota Bandung, Tahun 2004-

2007, terlihat bahwa kontribusi sektor industri pengolahan terus meningkat tetapi

pertumbuhan cenderung menurun, sedangkan perdagangan, hotel dan restoran,

terus meningkat, hal ini sesuai dengan fungsi Kota Bandung sebagai kota kolektif

dan distributif. Struktur ekonomi Kota Bandung didominasi oleh setor jasa dan

industri pengolahan. Laju pertumbuhannya juga relatif tinggi bila dibandingkan

Jawa Barat dan Nasional. Inflasi yang terjadi juga termasuk tinggi, bersumber dari

bahan makanan, biaya kesehatan dan transportasi. Inflasi yang tinggi dapat

menurunkan tingkat daya saing Kota Bandung

Page 61: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

61

Pendapatan perkapita atas dasar harga berlaku mengalami peningkatan

dari Rp. 15.789.552 pada tahun 2005 menjadi Rp. 24.794.604 pada tahun 2008

atau rata-rata peningkatan per tahun mencapai 8,8 persen per tahun. Peningkatan

tersebut cukup menjadi dasar untuk memprediksikan bahwa lima tahun kedepan

cenderung akan terus meningkat.

Inflasi merupakan salah satu indikator penting yang dapat memberikan

informasi tentang dinamika perkembangan harga barang dan jasa yang

dikonsumsi masyarakat. Perkembangan harga barang dan jasa tersebut menjadi

salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat daya beli. Tingkat laju inflasi

di Kota Bandung pada tahun 2005 mencapai 19,56 persen, dengan sumbangan

terbesar dari kelombok bahan dan bahan makanan, makanan jadi dan rokok,

kesehatan serta transport dan komunikasi, hal ini disebabkan oleh kenaikan BBM

sampai 112 persen pada tahun 2005. Inflasi untuk tahun 2006 dan 2007 terjadi

penurunan yaitu mencapai 5,33 persen dan 5,21 persen, sedangkan untuk tahun

2008 sampai dengan triwulan 4, inflasi meningkat lagi mencapai 2 (dua) digit

yaitu 10,23 persen, hal ini dipengaruhi oleh krisis keuangan global yang terjadi di

Amerika Serikat yang berdampak terhadap perekonomian Indonesia secara umum

dan Kota Bandung khususnya. Sumbangan Inflasi tersebut tetap didominasi oleh

kelompok bahan makanan serta kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan

tumbuhan. Sumbangan Inflasi dari kelompok tersebut mencapai 5,7 persen atau

membentuk lebih dari 50 persen inflasi Kota Bandung. Struktur ekonomi Kota

Bandung didominasi oleh setor jasa dan industri pengolahan. Laju

pertumbuhannya juga relatif tinggi bila dibandingkan Jawa Barat dan Nasional.

Inflasi yang terjadi juga termasuk tinggi, bersumber dari bahan makanan, biaya

kesehatan dan transportasi. Inflasi yang tinggi dapat menurunkan tingkat daya

saing Kota Bandung

Investasi baik asing, domestik maupun pemerintah, memegang peranan

penting dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi di Kota Bandung.

Pertumbuhan investasi tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu iklim

investasi yang kondusif, kemudahan dan kejelasan prosedur serta kondisi makro

ekonomi daerah tersebut. Investasi di Kota Bandung mengalami peningkatan dari

Rp. 3,6 Trilyun pada tahun 2005 menjadi Rp. 5,4 Trilyun pada tahun 2007, tetapi

Page 62: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

62

pada tahun 2008 mengalami penurunan menjadi 4 Trilyun, hal ini dipengaruhi

oleh Pemilihan Walikota di Kota Bandung pada bulan Agustus, sehingga investor

menunda investasinya, sampai dengan triwulan 2.

4.5. Keadaan Ketenagakerjaan

Ketenagakerjaan merupakan salah satu aspek makro yang sangat

diperhatikan dalam pembangunan ekonomi suatu wilayah terutama pada

penyediaan lapangan kerja baru yang memadai untuk menyerap tambahan

angkatan kerja baru di suatu pasar kerja yang merupakan kegiatan ekonomi yang

mempertemukan para pencari kerja dan kesempatan kerja yang terdiri dari

pengusaha dan pencari kerja. Proses interaksi keduanya memerlukan waktu

karena baik pencari kerja maupun kesempatan kerja tidak sama kepentingannya.

Perkembangan jumlah tenaga kerja menurut lapangan usaha di Kota Bandung

tahun 2008 ditunjukkan dalam Tabel 8.

Tabel 8 Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas yang Bekerja

Menurut Lapangan Usaha di Kota Bandung Tahun 2008

No. Sektor Jumlah Penduduk (Jiwa)

1. Pertanian, Pertambangan dan Galian 17.819

2. Industri Pengolahan 215.303

3. Listrik, Gas & Air 2.120

4. Kontruksi 50.098

5. Perdagangan 324.436

6. Transfor dan Komunikasi 71.659

7. Keuangan 41.622

8. Jasa 229.695

Jumlah 952.752

Sumber: Bandung dalam Angka 2009

RPJM Kota Bandung 2009-2013

Tabel 8 menunjukkan perkembangan komposisi tenaga kerja menurut

lapangan usaha di Kota Bandung didominasi oleh sektor jasa, perdagangan dan

industri pengolahan yang merupakan sektor-sektor andalan dari ekonomi Kota

bandung. Sedangkan tingkat pengangguran terbuka di Kota Bandung dalam kurun

Page 63: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

63

waktu 2005-2008 tergolong dalam level yang cukup tinggi da perlu menjadi

perhatian pemerintqah Kota Bandung untuk mencari solusi secepatnya untuk

menekan tingkat pengangguran terbuka yang sangat tinggi ini. Untuk lebih jelas

tentang tingkat penggguran di Kota Bandung dapat dilihat di Tabel 9.

Tabel 9 Jumlah Pengangguran dan Tingkat Pengangguran

Kota Bandung Kurun waktu 2005-2008

No Tahun Jumlah Pengangguran Tingkat Pengangguran

(persen)

1 2005 175.337 16,25

2 2006 175.644 16,09

3 2007 174.067 15,73

4 2008 173.074 15,.48

Sumber: Bandung dalam Angka 2009

RPJM Kota Bandung 2009-2013

Page 64: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

64

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5. 1 Perkembangan Penggunaan Lahan di Kawasan Pusat Primer Gedebage

Kota Bandung

Untuk mengurangi kepadatan aktivitas di pusat Kota Bandung,

Pemerintah Kota Bandung akan memperluas pengembangan aktivitas yang

mengarah ke kawasan Gedebage. Pengembangan wilayah itu juga untuk

mengurangi kesenjangan pembangunan kawasan Bandung Timur dari kawasan-

kawasan lainnya di kota tersebut. Kepala Subbidang Sarana dan Prasarana Badan

Perencana Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bandung mengungkapkan,

bahwa pengembangan kawasan Gedebage memerlukan pembebasan lahan warga

sekitar 712,3 hektar. Rencana tersebut telah masuk rencana tata ruang wilayah

(RTRW) Kota Bandung. Tingkat pembangunan di Bandung Timur selama ini

cukup rendah sehingga dengan pengembangan wilayah Gedebage ini diharapkan

beban kepadatan di pusat kota bisa berkurang.

Gedebage merupakan salah satu dari dua wilayah Kabupaten Bandung,

yang sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 16 Tahun 1987

pengelolaannya diserahkan kepada Pemerintah Kota Bandung. Bersama Wilayah

Ujungberung, pembangunan kawasan itu tertinggal dari empat wilayah lainnya,

yakni Bojonegara, Tegallega, Cibeunying, dan Karees. Salah satu kendala dan

tantangan dalam pengembangan wilayah Gedebage adalah kondisi daerah tersebut

berada di dataran rendah. Akibatnya, setiap tahun daerah tersebut selalu dilanda

banjir.

Dalam perkembangan realiasi pengembangan kawasan Gedebage ini

ditandai dengan berbagai wacana tentang kelayakan pembangunan berbagai

fasilitas yang direncanakan dibangun di kawasan tersebut. Polemik paling sering

muncul di antaranya rencana pembangunan pembangkit listrik tenaga sampah

(PLTSa) di Gedebage. Pembangunan fasilitas ini menjadi polemik yang

berkepanjangan sampai saat ini, terutama dalam aspek dukungan dari masyarakat

kawasan Gedebage yang pada saat ini masih menolak dengan alasan-alasan

kelayakan fasilitas sampah tersebut dibangun berdekatan dengan fasilitas

Page 65: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

65

perumahan yang ada di kawasan Gedebage ini. Polemik tentang pemangunan

fasilias sampah ini hingga saat ini belum selesai, bahkan DPRD Kota Bandung

meminta Pemerintah Kota Bandung mengkaji ulang semua produk hukum yang

berkaitan dengan rencana pembangunan pembangkit listrik tenaga sampah

(PLTSa) di Gedebage. Pasalnya, industri yang tidak berwawasan lingkungan akan

direlokasi ke luar wilayah Kota Bandung.

Sesuai dengan Perda No. 2/2004 tentang RTRW (rencana tata ruang dan

wilayah) Kota Bandung jo Perda No. 3/2006, sebenarnya telah mengatur bahwa

industri yang tidak berwawasan lingkungan akan direlokasi ke luar wilayah Kota

Bandung. Dalam Peraturan Wali Kota (Perwal) No. 685/2006 tentang rencana

detail tata ruang kota (RDTRK) wilayah pengembangan Gedebage disebutkan,

salah satu kegiatan primer di wilayah Gedebage merupakan kawasan industri

nonpolutan dan berwawasan lingkungan, namun pembangunan PLTSa termasuk

dalam kategori sistem utilitas yang mendukung suatu lingkungan perumahan

masih dapat diperdebatkan. Bagaimana pun, dari sisi proses yang dilakukan,

PLTSa lebih tepat dikategorikan sebagai sebuah industri pengolahan. Sedangkan

dari sisi output-nya, PLTSa tentu tidak dapat digolongkan ke dalam industri

nonpolutan dan berwawasan lingkungan, Karena permasalahan legalitas itu, maka

pembangunan PLTSa sedikit terlambat dikarenakan Pemerintah Kota Bandung

sangat hati-hati, terkait aturan dan penerimaan masyarakat di Kawasan Gedebage.

Pemerintah Kota Bandung mengarahkan pembangunan ke arah timur

kota, yakni ke kawasan Gedebage. Pertimbangannya, Kota Bandung bagian barat

sudah terlampau padat. Kepala Badan Perencanaan Daerah (Bapeda) Kota

Bandung, menjelaskan, Pemerintah Kota Bandung telah memiliki rencana induk

(masterplan) untuk mengembangkan wilayah Bandung timur, dalam bentuk

pengembangan Pusat Primer Gedebage. Mulai tahun 2006 Pemerintah Kota

(Pemkot) Bandung membuka peluang bagi investor untuk menanam modal di

kawasan ini. Nantinya semua investor harus mengacu pada rencana induk

Gedebage dan diperkirakan 20 tahun lagi kawasan Gedebage akan menjadi pusat

perkembangan kota kedua. Pada saat ini infrastruktur Bandung timur saat ini

belum memadai. Jalan tol yang dibutuhkan untuk jalan masuk dari arah timur

Kota Bandung belum terealisasikan. Infrastruktur yang menjadi prioritas segera

Page 66: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

66

dibangun, selain jalan tol adalah fasilitas publik, yaitu fasilitas olahraga dan

terminal terpadu. Pemerintah Kota Bandung akan memindahkan Terminal

Leuwipanjang di Jalan Soekarno-Hatta ke Gedebage. Saat ini kondisi Bandung

barat sudah sangat padat. Semua aktivitas ekonomi, politik, budaya, dan

pendidikan terpusat di sana.

Oleh karena itu pengembangan Pusat Primer Gedebage adalah salah satu

prioritas kebijakan pengembangan Pemerintah Kota Bandung yang dituangkan

dalam RTRW Kota Bandung 2004-2013 dengan investasi Rp. 11.954 Triliun.

Pengembangan kawasan ini sangat penting, karena ditujukan untuk mendorong

perkembangan wilayah Kota Bandung bagian Timur agar mengurangi beban

wilayah Bandung Barat dan Pusat Kota Primer Kota Bandung yang lama (alun-

alun dan sekitarnya). Oleh karena itu, isu utama dalam pengembangan kawasan

ini adalah kawasan yang berkelanjutan sebagai penggerak perkembangan dengan

tingkat kualitas tinggi dan memiliki daya tarik investasi yang tinggi dengan visi

“Pusat Primer Baru untuk Kualitas Hidup yang Lebih Baik” (“A New Primary

Center for Better Urban Quality”).

Gambar 3 Peta Rencana Tata Guna Lahan Kota Bandung 2004-2013

Sumber : Perda 2 Tahun 2004 Tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah

Kota Bandung

Page 67: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

67

Pengembangan kawasan Gedebage dengan pusat pembangunannya

berupa pembangunan Pusat primer baru untuk kualitas lingkungan kota yang lebih

baik yang diwujudkan dalam penataan ruang, kondisi fisik bebas banjir, serta

penyediaan sarana dan prasarana. Dengan kualitas tersebut, diharapkan

pembangunan di Bandung Timur dapat meningkatkan kualitas Kota Bandung

secara internal yaitu pembangunan yang berkelanjutan dan secara eksternal

dengan menciptakan lingkungan kota yang akan menarik orang untuk menetap,

bekerja dan berekreasi. Pengembangan kawasan ini telah dimulai sejak tahun

2001, yang diawali dengan pembentukan tim Asistensi Perencanaan

Pembangunan Terminal Terpadu, Akses Tol, Pusat Sarana Olah Raga dan fasilitas

pendukung lainnya (di Kelurahan Cisaranten Kidul dan Kelurahan Derwati,

Kecamatan Rancasari Kota Bandung tahun 2001).

Dalam hubungannya dengan program pembangunan Kota Bandung,

Pengembangan Kawasan Bandung Timur merupakan salah satu program strategis

pembangunan Pemerintah Kota Bandung pada saat ini dan mendatang.

Pengembangan kawasan Gedebage dengan pusat pembangunannya berupa

Pengembangan Kawasan Pusat Primer Gedebage diproyeksikan memiliki fungsi

beragam, meliputi gembangan fungsi bisnis, komersial, olah raga, hunian maupun

reasi. Fasilitas yang sudah ada di sekitar kawasan yaitu terminal peti kemas di

Kota Bandung yang berskala pelayanan lokal, regional dan nasional. Kawasan ini

juga memiliki aksesibilitas yang tinggi baik jalan utama regional, akses dan jalan

tol, serta aksesibilitas kereta api. Selain itu, terdapat rencana penambahan struktur

penunjang generator aktivitas, yaitu terminal bus antar provinsi, sub terminal

angkutan dalam kota serta penambahan fasilitas stasiun kereta penumpang pada

kawasan. Lahan yang sebagian besar masih berupa persawahan (lahan kosong)

akan memudahkan perancangan dan pembangunannya.

Pengembangan jalan tol serta adanya jalur SUTET yang melalui

kawasan Pusat Primer gedebage menjadi batasan yang dapat dijadikan potensi dan

kekhasan dalam merancang kawasan. Selain menetapkan lokasi pengadaan tanah,

Pemerintah Kota Bandung juga membentuk Tim Asistensi Perencanaan

Pembangunan Terminal Terpadu, Akses Tol, Pusat Sarana Olah raga dan Fasilitas

Pendukung Lainnya di Kelurahan Cisaranten Kidul dan Kelurahan Derwati

Page 68: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

68

Kecamatan Rancasari Kota Bandung pada Tahun 2001. Instansi-instansi secara

terpisah juga telah menyusun rencana pengembangannya, seperti Studi Penataan

Wilayah Gedebage dan Ujungberung Kota Bandung (2001); Perencanaan

Bangunan Intersection Sungai Buatan Menelusuri Tol dan Danau Buatan

Gedebage (2001), Rencana Penataan Terminal Terpadu Gedebage Kota Bandung

(2001); Feasibility Study Akses Tol Gedebage Kota Bandung (2002),

Perencanaan Stadion Olah Raga, RTBL Terminal Terpadu Cedebage (2002); Visi

Pengembangan/Masterplan Gedebage (2003); Skenario Pengembangan Sentra

Perdagangan dan Jasa Kawasan Bandung Timur (2003); Rencana Perbaikan

Sungai Cisaranten (2003). Namun karena tidak padu, serasi dan terintegrasi, maka

Pemerintah Kota Bandung pada Tahun 2005 menyusun Rencana Induk Kawasan

Gedebage (Pusat Primer Gedebage) sebagai upaya penyusunan rencana tata ruang

secara menyeluruh, terintegrasi dan berkelanjutan berdasarkan daya dukung

kawasan dalam bentuk pengembangan Kawasan Pusat Primer Gedebage.

Kawasan Pusat Primer Gedebage dengan luas sekitar 712,3 Ha terletak

di Bandung Timur (WP Gedebage). Bagian utara kawasan ini dibatasi oleh Jl.

Soekarno Hatta, bagian selatan oleh Jalan Tol Padaleunyi, bagian barat oleh Jalan

Gedebage dan bagian timur dibatasi oleh Jalan Cimencrang. Kawasan

Pengembangan Pusat Primer Gedebage terletak di Kecamatan Rancasari

(Kelurahan Derwati, Kelurahan Mekar wangi, Cisaranten Kidul, Kelurahan

Derwati) dan Kecamatan Ujungberung (Kelurahan Cisaranten Wetan).

Kawasan Pusat Primer Gedebage memiliki kontur yang relatif datar

dengan kecenderungan dari arah utara ke selatan yang semakin menurun.

Kemiringan lahan dominan antara 2,5 persen dan mempunyai ketinggian antara

662-670 meter di atas permukaan laut. Kawasan Gedebage bagian selatan

(sebelum Jalan Tol Padaleunyi) merupakan cekungan dan kawasan Gedebage

terletak pada lokasi genangan/banjir. Tapak terletak pada cekungan dengan

kondisi geologi yang terdiri dan jenis lempung lanauan, lapisan gambut, lapisan

pasir, dan lempung pasiran. Jenis tanah yang tersebar di kawasan ini umumnya

berupa tanah alluvial. Kondisi mi memerlukan konstruksi yang spesifik untuk

bangunan berat atau tinggi. Kawasan Gedebage dilalui oleh beberapa sungai yang

memiliki potensi bila dikelola dengan baik maka sungai-sungai yang berada di

Page 69: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

69

lokasi ini dapat menjadi view yang menarik (dapat diekspos menjadi kawasan

waterfront city). Adapun sungai-sungai tersebut adalah :

1. Sungai Cipamokolan, mengalir dari Utara ke Selatan sepanjang bagian barat

Kawasan Gedebage.

2. Sungai Cisaranten Kulon, mengalir dari Utara ke Selatan, melalui daerah

persawahan dekat kompleks Riung Bandung

3. Sungai Cisaranten Kidul, mengalir dari Utara ke Selatan, memotong lintasan

kereta api kemudian memotong Jalan Gedebage di wilayah Kelurahan

Cisaranten Kidul.

4. Sungai Cinambo, mengalir dari Utara ke Selatan di wilayah Kelurahan

Mekarmulya.

5. Sungai Cilamenta mengalir dari Utara ke Selatan dan bergabung dengan

Sungai Cinambo.

Penggunaan lahan dominan di Kawasan Pusat Primer Gedebage saat ini

adalah persawahan. Di luar itu penggunaan lahan campuran antara perdagangan,

industri, kawasan perumahan dan penggunaan pemerintahan/perkantoran lainnya.

Dahulunya wilayah Pengembangan Gedebage memang berfungsi sebagai kawasan

permukiman, industri, jasa dan perkantoran serta pusat kegiatan ekspor impor

berupa Terminal Peti Kemas. Kawasan industri, jasa dan perdagangan yang

memiliki skala pelayanan untuk wilayah regional dan Terminal Peti Kemas

melayani skala Kota Bandung. Dengan adanya pembangunan Terminal Induk

Gedebage, akan memberikan dampak terhadap percepatan pengembangan

Wilayah Pengembangan Gedebage dan sekitarnya. Wilayah Gedebage telah

memiliki beberapa kegiatan penting yang dapat menjadi faktor pemicu

perkembangan yaitu terminal peti kemas, pasar induk, beberapa pertokoan, dan

beberapa lingkungan permukiman baru. Di kawasan Timur Bandung ini telah

tumbuh dan berkembang berbagai kegiatan ekonomi, baik yang berskala lokal,

regional, maupun nasional.

Laju pertumbuhan penduduk di sekitar Kawasan Pusat Primer Gedebage

yaitu di WP Gedebage dan WP Ujungberung relatif tinggi (rata-rata 5,4 persen

antara tahun 2000-2009) yang diakibatkan oleh migrasi penduduk. Selain itu,

pesatnya pengembangan kawasan permukiman dan penempatan berbagai kegiatan

Page 70: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

70

fungsional perkotaan (tempat-tempat bekerja) di kawasan ini akan berpengaruh

terhadap peningkatan kapasitas tampung minimal, yang kemudian akan

berpengaruh pula terhadap pertambahan jumlah penduduk. Tingginya

pertumbuhan pada sektor pengembangan perumahan di Wilayah Gedebage dan

wilayah Ujungberung dapat mengalihkan pertumbuhan penduduk terutama di

kawasan sekitar pusat kota dan Kawasan Bandung Utara sebagai daerah

konservasi.

Berdasarkan proyeksi jumlah penduduk dan kebutuhan jumlah hunian,

diidentifikasi bahwa kebutuhan hunian akan meningkat di Kecamatan

Ujungberung akan mencapai 15.640 rumah dan di Kecamatan Rancasari 13.544

rumah pada Tahun 2013 dan berdampak pada peningkatan kebutuhan lahan

permukiman. Untuk seluruh Kota Bandung hingga tahun 2013 masih dibutuhkan

82.496 unit rumah dengan luas total kebutuhan lahan 19.780 Ha. Hal ini akan

menyebabkan Kawasan Perencanaan harus dapat memenuhi kebutuhan akan

permukiman. Hal ini menunjukkan upaya dalam pemerataan penduduk di Kota

Bandung sudah sejalan dengan kebijaksanaan dalam RTRW Kota Bandung.

Sebagian besar kawasan Pusat Primer Gedebage berupa persawahan.

Perumahan tidak terencana berkembang di sepanjang JI. Gedebage dan JI.

Cimencrang dan bagian Utara Kawasan Pusat Primer Gedebage. Perumahan

terencana yang berkembang dalam kawasan Pusat Primer Gedebage bagian

Selatan-Barat (PT. Bumi Adipura), sedang di luar kawasan berada di sebelah

Tmur adalah Perumahan Bumi Parahyangan dan di sebelah Utara adalah

Perumahan Pinus Regensi. Pengembangan kawasan perencanaan akan dilakukan

new development yaitu pembangunan baru lengkap dengan ketersediaan sarana

prasarananya sehingga memiliki daya tarik tersendiri terutama bagi perkembangan

Kota Bandung secara keseluruhan. Konsep pembangan di kawasan perencanaan

dengan menggunakan konsep pembangunan siap bangun dan lingkungan siap

bangunan (lisiba) yang berdiri sendiri, minimal 1000 unit (RTRW Kota Bandung

201 3).

Page 71: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

71

Tabel 10 Program Pemanfatan Ruang di Kawasan Gedebage

Komponen

Pengembangan Sub Komponen

Luas Total

(Ha)

Presentase

(persen)

Transportasi

Terminal Terpadu dan fasiltas

penunjang serta Stasiun Kereta Api

dengan fasilitas penunjangnya

32.58 4.6

Fasilitas

Kesehatan

Rumah Sakit Tipe B dan Rumah

Sakit Gawat Darurat dengan

pendukungnya

16.55 2.3

Olah Raga dan

Rekreasi

Komplek olah raga dengan Stadiuon

Utama, Stadion Renang, Lapangan

Tenis, Lapangan Bulutangkis,

Lapangan Basket, Lapangan sepak

bola, lapangan voli ball, driving

range, soft ball, sport club dan

fasilitas pendukung lainnya

45 6.3

Industri

(eksisting)

Industri pertamina, sepatu 26.61 8.7

Fasilitas

Peribadatan

Mesjid Agung 5.32 0.7

Hunian Kawasan perumahan yang telah

terbangun dan akan dibangun di

kawasan perencanaan.

Hotel dan apartemen

196.6

11

27.6

1.5

Infrastruktur Kolam retensi

Jalan, jalan tol dan akses jalan tol

123

55.57

25.1

Ruang Terbuka

Hijau (termasuk

buffer zone)

Ruang terbuka fasilitas lingkungan

Ruang Terbuka sempadan sungai

Ruang Terbuka Sempadan SUTT

Ruang Terbuka sempadan jalan tol

Taman Kawasan

Theme park

31 4.4

Total kawasan yang akan dikembangkan 712.3 100

Sumber: development brief Pusat Primer Gedebage BAPEDA Kota Bandung 2006

Selain memiliki daya dukung dalam Pengembangan Kawasan Gedebage

juga memiliki keterbatasan seperti ancaman terhadap kawasan ini sebagai wilayah

yang rentan gempa, oleh karena itu dalam pembangunannya diperlukan konstruksi

bangunan tahan gempa. Dalam kondisi seperti ini, maka pengawasan dan

pengendalian dalam struktur bangunan yang akan dibangun di kawasan ini

menjadi sesuatu yang penting agar karakteristik lahan wilayah ini sebagai

pontensial bencana gempa dapat diminimalisir dengan karateristik bangunan yang

tahan terhadap kondisi jika terjadi gempa. Pengawasan dan pengendalian struktur

bangunan menjadi penting karena selama ini pelanggaran terhadap peraturan

menyangkut aspek bangunan cukup sering terjadi.

Page 72: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

72

Keterbatasan wilayah Gedebage juga dapat dilihat dari aspek penyediaan

air bersih yang masih cukup sulit. Pelayanan PDAM di kawasan ini masih terbatas

dan kondisi sumber air lain (sungai) yang tercemar limbah domestik dan industri.

Namun demikian, hasil penyelidikan air yang dilakukan oleh PDAM Kota

Bandung menunjukan bahwa air baku di kawasan ini memiliki potensi yang besar

dengan ditemukannya sumber air tanah dangkal dan dalam serta rencana

pembangunan sistem kolam retensi dari drainase yang diharapkan akan mampu

melayani kebutuhan air di Wilayah Gedebage dengan melengkapi penambahan

instalasi pengolahan air untuk memenuhi kualitas air minum. Rencana penyediaan

air bersih dalam kawasan dirancang dengan alternatif-alternatif berupa (1) dari

luar kawasan dengan tambahan pengembangan jaringan air, (2) pemanfaatan wet

pond, dan (3) pemanfaatan air pada under ground storoge di ruang terbuka hijau.

Selain itu pula kawasan ini terletak pada cekungan dengan kondisi

geologi yang kurang begitu baik dan lokasi genangan atau banjir. Oleh karena itu

solusi yang direncanakan untuk mengantisipasi kendala-kendala ini diantaranya

dengan melakukan langkah-langkah :

1. Kondisi geologi, tanah yang kurang baik diantisipasi dengan

rencana/perancangan struktur dan pondasi yang tahan gempa dan sesuai

dengan keterbatasan kondisi geologi/tanah tersebut.

2. Genangan/banjir diantisipasi dengan rencana pengembangan/pembangunan

retention pond dan perbaikan sistem drainase untuk manajemen air hujan dan

air buangan. Upaya ini juga diharapkan dapat mengatasi permasalahan

genangan dan kekurangan air pada musim kemarau. Pada musim kemarau,

diharapkan air yang diinjeksi ke dalam tanah tersebut (dengan retention pond)

dapat dimanfaatkan oleh masyarakat setempat. Selain itu, normalisasi sungai

juga sedang diupayakan untuk mengatasi banjir. Normalisasi sungai saat ini

dilakukan pada Sungai Cinambo untuk dapat mengatasi banjir tersebut.

Upaya yang direncanakan sebagai upaya Pengendalian Banjir di

kawasan Gedebage di antaranya adalah dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Pembuatan kolam-kolam retensi (retention pond, dry pond dan wet pond)

untuk menampung sementara kelebihan aliran yang berasal dari hulu K.

Page 73: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

73

Cisaranten dan K. Cinambo sebelum dilepaskan kembali pada waktu muka air

di K. Cinambo mulai turun.

2. Volume air yang perlu ditampung oleh kolam Retensi adalah: 1 juta m3 untuk

periode banjir 25 tahun dan 1,6juta m3 untuk banjir 50 setahun.

3. Kolam retensi dibuat dalam satu kesatuan atau dipecah menjadi beberapa

kolam.

4. Air dalam kolam retensi harus mampu dibuang ke saluran diversi Kali

Cinambo dalam jangka waktu 24 jam atau maksimal 48 jam. Elevasi dasar

kolam retensi harus lebih tinggi dan pada elevasi dasar saluran diversi Kali

Cinambo.

5. Sebagian areal kolam retensi dapat digunakan sebagai kolam air baku.

6. Kedalaman kolam air baku ditentukan berdasarkan kebutuhan air dan juga

besarnya perkolasi dan penguapan.

7. Untuk menghindari luapan air maka tinggi tanggul kolam retensi adalah 1,5-2

Cm.

8. Perlu dibangun tanggul disepanjang saluran diversi Kali Cinambo dengan

tinggi tanggul 1,5 m dan lebar bantaran banjir 50-100 m.

Sedangkan sistem drainase yang dirancang di Kawasan Gedebage ini

dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Memanfaatkan air hujan sebaga sumber air baku atau air bersih dengan

pendekatan storage oriented approach menggunakan kolam-kolam

penampungan air hujan (Wet Pond)

2. Perbanyak bio- rentention pada taman-taman dan ruang terbuka

3. Sistem saluran drainase air hujan dan sistem air kotor terpisah

4. Menggunakan tanaman untuk menahan erosi lahan

5. Terintegrasi dengan tata letak bangunan

Utilitas untuk menajemen air hujan dapat digunakan dengan mengikuti

langkah-langkah Penggunaan buffer dan area undisturbed, Penggunaan aliran

drainase natural., Penggunaan tanaman penahan air selain gorong-gorong dan

Pengaliran air atap ke wadah. Sedangkan dalam hal sumur resapan, maka setiap

bangunan dalam dalam blok harus dilengkapi dengan sumur resapan dengan

kapasitas yang diperhitungkan dengan luasan atap bangunan dan ruang terbuka

Page 74: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

74

yang ada. Upaya ini dilakukan supaya air dan atap tidak langsung dibuang tetapi

dimasukkan dulu dalam wadah.

Kawasan Gedebage pada prinsipnya dikembangkan untuk mengurangi

beban aktivitas dan lalu lintas di pusat Kota Bandung terutama di wilayah tengah

dan barat Kota Bandung yang sudah mencapai kapasitas maksimal dan tidak

memiliki peluang untuk dikembangkan terutama dalam aspek penggunaan lahan

bagi fungsi yang saat ini sedang dijalankan. Keseriusan Pemerintah Kota Bandung

untuk mengembangkan kawasan ini ditindaklanjuti dengan ditetapkannya

kawasan perencanaan Gedebage sebagai Pusat Primer Timur dalam Rencana Tata

Ruang Wilayah Kota Bandung 2004-2013. Dalam RTRW Kota Bandung ini,

kegiatan yang akan dikembangkan adalah sebagai berikut:

1. Pendidikan (Perguruan Tinggi dan Perpustakaan)

2. Kesehatan (Rumah Sakit tipe B dan rumah sakit gawat darurat)

3. Peribadatan (mesjid dan rumah ibadah lainnya)

4. Bina Sosial (gedung pertemuan umum)

5. Komplek olahraga dengan gelanggang olahraga, Gedung seni tradisional,

Taman kota,

6. Pelayanan Pemerintah, meliputi Pusat Bisnis dan Perkantoran untuk swasta,

kantor pemerintahan, kantor pos wilayah, kantor kodim, kantor

telekomunikasi wilayah, kantor PLN wilayah, kantor PDAM wilayah, kantor

urusan agama, pos pemadam kebakaran

7. Perdagangan dan Jasa meliputi hotel dan mall, bangunan komersial,

Pertokoan, pusat belanja, bank-bank, perusahaan swasta dan jasa-jasa lain

8. Transportasi, meliputi stasiun kereta ap, terminal dan parkir umum.

Pembagian ruang yang menjadi kawasan Pusat Primer Gedebage

memiliki tujuan agar ruang yang ada menjadi ruang yang termanfaatkan secara

maksimal tanpa menimbulkan suatu resiko yang dapat mengganggu aktifitas di

kawasan Gedebage tersebut. Kondisi ini karena kawasan Gedebage memiliki

resikolebih tnggi dibandingkan kawasan lain Kota Bandung, terutama ancaman

banjir sebagai akibat kondisi kawasan yang lebih rendah dibandingkan dengan

kawasan lain Kota Bandung.

Page 75: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

75

Rencana Jalan Tol

Perumahan

Sarana Olah Raga

Sarana Pelayanan Masyarakat

Sarana Transfortasi

Sarana Lingkungan

Gambar 4 Kode Ruang Peruntukan Pusat Primer Gedebage Bandung

Sumber: development brief Pusat Primer Gedebage BAPEDA Kota Bandung 2006

Page 76: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

76

Berdasarkan Gambar 4 dan 5 kondisi saat ini Pusat Primer Gedebage

sebagian besar berupa persawahan. Perumahan tidak terencana berkembang di

sepanjang JI. Gedebage dan JI. Cimencrang dan bagian Utara Kawasan Pusat

Primer Gedebage. Perumahan terencana yang berkembang dalam kawasan Pusat

Primer Gedebage bagian Selatan-Barat (PT. Bumi Adipura) (Blok J), sedang di

luar kawasan berada di sebelah Timur adalah Perumahan Bumi Parahyangan dan

di sebelah Utara adalah Perumahan Pinus Regensi (Blok A). Adapun keterangan

mengenai Gambar 4 secara lengkap dapat dilihat dari Tabel 11.

Gambar 5 Keterangan Tentang Kode Ruang Peruntukan Pusat Primer Gedebage

Bandung

Sumber: development brief Pusat Primer Gedebage

dan BAPEDA Kota Bandung 2006

Page 77: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

77

Tabel 11 Keterangan Pemanfaatan dan Luas Ruang dalam

Kawasan Pusat Primer Gedebage

BLOK Luas Blok

(Ha)

Sub

Blok Guna Lahan

Luas Total Lahan

Untuk Komponen

(Ha)

A 86,81

A1 Industri 21,68

A2 Jasa 21,16

A3 Jasa 7,16

A4 Jasa 6,40

A5 Perumahan 12,86

A6 Komplek Pertokoan 17,55

B 46,67

B1 Komplek Pertokoan 2,59

B2 Stasiun KA 17,58

B3 Terminal Bus (Kelas A) 15,00

B4 Pusat Perbelanjaan/ Mall 11,50

C 27,73 C1 Rumah Sakit (Kelas B) 16,55

C2 Komplek Pertokoan 11,18

D 29,72 D Kolam Retensi (dry pond) 36,02

E 42,07 E1 Perumahan 15,52

E2 Perumahan 31,19

F 56

F1 Kolam Retensi (dry pond) 42,60

F2 Komplek Pertokoan 5,73

F3 Komplek Pertokoan 6,82

G 45,05 G Komplek Sarana Olah Raga

(SOR) dan pendukungnya

45,05

H 23,55 H Perumahan 27,33

I 67,29

I1 Perumahan 13,49

I2 Pusat Perbelanjaan/Mall 10,92

I3 Bisnis dan Pertokoan 9,76

I4 Pusat Perbelanjaan/Mall 8,94

I5 Peribadatan (Mesjid,

Gereja, Pura, Vihara)

5,32

I6 Counvention Hall dan

Gedung Seni Tradisional

9,19

I7 Kampus Terpadu

(Perguruan Tinggi)

9,68

J 42,56

J1 Perumahan 8,72

J2 Perumahan 19,86

J3 Rumah Susun/Apartemen 13,98

K 112,02

K1 Kampus Terpadu

(Perguruan Tinggi)

14,55

K2 Ruang Terbuka Hijau (Wet

pond)

14,59

K3 Perumahan 59,35

K4 Perumahan 6,33

K5 Ruang Terbuka Hijau (Wet

pond)

30,07

Sumber: Development brief Pusat Primer Gedebage BAPEDA Kota Bandung 2006

Page 78: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

78

Dari Tabel 11 terlihat bahwa total luas perencanaan Kawasan Pusat

Primer Gedebage adalah 712,3 Ha yang terbagi ke dalam 11 blok dengan blok K

memiliki luas peruntukkan yang paling luas. Sedangkan di blok H merupakan

blok yang paling kecil luas lahan peruntukkannya. Namun demikian dari total luas

lahan di setiap blok tidak semua lahan dapat dipergunakan karena adanya aturan

tentang intensitas pemanfaatan ruang dalam pengemangan kawasan Gedebage

akan diatur berdasarkan tiga faktor, yaitu Koefisien Dasar Bangunan (KDB),

Koefisien Lantai Bangunan dan Ketinggian Lantai Maksimum. KDB adalah

persentase luas Lantai dasar maksimum yang diperbolehkan dibangun pada luas

kavling sedangkan KLB adalah bilangan pokok atas perbandingan antara jumlah

luas lantai bangunan dengan luas kavling. Ketentuan intensitas pembangunan,

pembagian blok dan kode pemanfaatan ruang dalam kawasan Pusat Primer

Gedebage dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12 Kode Pemanfaatan dan Ketentuan Intensitas Ruang dalam

Kawasan Pusat Primer Gedebage

BLOK

Luas

Blok

(Ha)

Sub

Blok Guna Lahan

Intensitas

KDB max

(persen) KLB max

A 86,81

A1 Industri 40 1.2 A2 Jasa 70 2,8

A3 Jasa 50 4

A4 Jasa 50 4 A5 Perumahan 50 1,5

A6 Komplek Pertokoan 70 2,1

B 46,67

B1 Komplek Pertokoan 70 2,8

B2 Stasiun KA 50 2

B3 Terminal Bus (Kelas A) 50 2 B4 Pusat Perbelanjaan/ Mall 70 2,1

C 27,73 C1 Rumah Sakit (Kelas B) 50 2

C2 Komplek Pertokoan 70 2,1 D 29,72 D Kolam Retensi (dry pond) 15 0,3

E 42,07 E1 Perumahan 50 1,5

E2 Perumahan 50 1,5

F 56

F1 Kolam Retensi (dry pond) 15 0,3

F2 Komplek Pertokoan 70 2,8

F3 Komplek Pertokoan 70 2,1 G 45,05 G Komplek Sarana Olah Raga (SOR) dan pendukungnya 50 2

H 23,55 H Perumahan 50 1

I 67,29

I1 Perumahan 70 2,8 I2 Pusat Perbelanjaan/Mall 50 4

I3 Bisnis dan Pertokoan 50 3

I4 Pusat Perbelanjaan/Mall 70 2,1 I5 Peribadatan (Mesjid, Gereja, Pura, Vihara) 50 2

I6 Counvention Hall dan Gedung Seni Tradisional 50 1,6

I7 Kampus Terpadu (Perguruan Tinggi) 50 1,6

J 42,56

J1 Perumahan 50 1

J2 Perumahan 50 1

J3 Rumah Susun/Apartemen 25 1,25

K 112,02

K1 Kampus Terpadu (Perguruan Tinggi) 50 1,6

K2 Ruang Terbuka Hijau (Wet pond) 10 0,2

K3 Perumahan 50 1

K4 Perumahan 50 1

K5 Ruang Terbuka Hijau (Wet pond) 10 0,2

Sumber: Development brief Pusat Primer Gedebage BAPEDA Kota Bandung 2006

Page 79: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

79

Berdasarkan Tabel 11 dan 12, maka dapat dihitung luas lahan yang dapat

digunakan dalam setiap blok di kawasan Pusat Primer Gedebage dan luas total

dari lantai yang dapat dibangun disetiap blok. Luas lantai dapat dijadikan ukuran

pula berapa tingkat ketinggian suatu bangunan yang dapat dibangun di kawasan

Pusat Primer Gedebage ini. Untuk melihat luas lahan yang dapat digunakan dan

luas total dari lantai yang dapat dibangun di setiap blok di kawasan Pusat Primer

Gedebage dapat dilihat dari Tabel 13.

Tabel 13 Hasil Perhitungan Pemanfaatan Lahan serta Luas Total Lantai yang

Dapat dibangun dalam Kawasan Pusat Primer Gedebage

BLOK Luas

Blok

(Ha)

Sub

Blok Guna Lahan

Lahan yang

digunakan

(Ha)

Luas Total

Lantai

Bangunan

(Ha)

A 86,81

A1 Industri 8.67 10.41

A2 Jasa 14.81 41.47 A3 Jasa 3.58 14.32

A4 Jasa 3.20 12.80

A5 Perumahan 6.43 9.65 A6 Komplek Pertokoan 12.29 25.80

B 46,67

B1 Komplek Pertokoan 1.81 5.08

B2 Stasiun KA 8.79 17.58 B3 Terminal Bus (Kelas A) 7.50 15.00

B4 Pusat Perbelanjaan/ Mall 8.05 16.91

C 27,73 C1 Rumah Sakit (Kelas B) 8.28 16.55 C2 Komplek Pertokoan 7.83 16.43

D 29,72 D Kolam Retensi (dry pond) 5.40 1.62

E 42,07 E1 Perumahan 7.76 11.64 E2 Perumahan 15.60 23.39

F 56

F1 Kolam Retensi (dry pond) 6.39 1.92

F2 Komplek Pertokoan 4.01 11.23 F3 Komplek Pertokoan 4.77 10.03

G 45,05 G Komplek Sarana Olah Raga (SOR) dan

pendukungnya

22.53 45.05

H 23,55 H Perumahan 13.67 13.67

I 67,29

I1 Perumahan 9.44 26.44

I2 Pusat Perbelanjaan/Mall 5.46 21.84 I3 Bisnis dan Pertokoan 4.88 14.64

I4 Pusat Perbelanjaan/Mall 6.26 13.14

I5 Peribadatan (Mesjid, Gereja, Pura, Vihara) 2.66 5.32 I6 Counvention Hall dan Gedung Seni

Tradisional

4.60 7.35

I7 Kampus Terpadu (Perguruan Tinggi) 4.84 7.74

J 42,56

J1 Perumahan 4.36 4.36

J2 Perumahan 9.93 9.93

J3 Rumah Susun/Apartemen 3.50 4.37

K 112,02

K1 Kampus Terpadu (Perguruan Tinggi) 7.28 11.64

K2 Ruang Terbuka Hijau (Wet pond) 1.46 0.29

K3 Perumahan 29.68 29.68 K4 Perumahan 3.17 3.17

K5 Ruang Terbuka Hijau (Wet pond) 3.01 0.60

Sumber: Data diolah 2011

Perubahan atau pergeseran lokasi kegiatan dalam 1 blok masih

dimungkinkan selama tidak mengubah jenis kegiatan dan luas total maksimum

intensitas pemanfaatan ruang (KDB, KLB, KLB). Pergeseran fungsi subblok

Page 80: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

80

antarblok harus dengan persetujuan Perusahaan Pengelola Kawasan Pusat Primer

Gedebage untuk mencek kompabilitas, dampak, trip attraction, ketinggian

bangunan dan aspek teknis pembangunan lainnya. Dalam satu blok intensitas,

baik KDB, KLB dapat ditransfer ke penggunaan lain tanpa merubah intensitas

total maksimum blok tersebut.

Dalam kondisi tertentu pembangunan di Kawasan Gedebage

memerlukan Investigasi Tambahan jika pembangunan itu memiliki karakteristik

seperti :

1. Setiap pembangunan dengan intensitas tinggi (tinggi bangunan melampaui 4

lantai memerlukan investigasi tambahan untuk mengkaji kekuatan daya

dukung lahan dan penyelidikan batuan keras untuk dasar perancangan

pondasi.

2. Setiap pembangunan yang akan menyebabkan dampak lalu lintas besar

memerlukan investigasi untuk menghitung dampak lalu lintas sebagai dasar

untuk mengantisipasi penurunan tingkat pelayanan jalan.

3. Setiap pembangunan untuk fungsi-fungsi tertentu yang kemungkinan

menimbulkan dampak lingkungan (limbah atau polusi) diperlukan investigasi

untuk memperhitungkan dampak yang akan muncul dan rencana untuk

mengatasinya.

4. Setiap permohonan perubahan pemanfaatan ruang harus melalui investigasi

terlebih dahulu.

5. Setiap permohonan pembangunan baik bangunan maupun bangun-bangunan

yang belum diatur dalam rencana yang ditetapkan.

Ketentuan Investigasi tersebut meliputi Investigasi dilakukan oleh

pengembang atau pengembang dapat menunjuk lembaga atau konsultan yang

berkompeten dalam bidang investigasi, hasil investigasi menjadi persyaratan

pengajuan permohonan ijin, perusahaan Pengelola Kawasan Pusat Primer

Gedebage dibantu oleh instansi terkait dapat membentuk Tim Indepanden

Investigasi sebagai pembanding hasil investigasi yang dilakukan oleh

pengembang dan kriteria dilakukan dalam investigasi tambahan ditetapkan oleh

Perusahaan Pengelolaan Kawasan Pusat Primer Gedebage.

Page 81: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

81

Kondisi yang terjadi pada saat ini dari 11 blok yang direncanakan baru 2

(blok) yang mulai dilakukan pembangunan, yaitu di Blok A dan Blok G. Namun

sebenarnya blok yang dalam proses pembangunan hanyalah Blok G karena

sebenarnya blok A merupakan blok yang sudah ada bangunannya yang kemudian

dimasukkan dalam kawasan Pusat Primer Gedebage, yaitu bangunan Industri

dalam bentuk depot Pertamina seluas 21,68 Ha, perumahan 21,16 Ha, pelayanan

pemerintah 7,17 Ha dan bangunan komersil seluas 17,55 Ha.

Apabila pengembang hendak melaksanakan pembangunan baik berupa

bangunan maupun bangun-bangunan serta infrastruktur dalam blok maupun sub

blok, maka setiap permohonan perijinan pembangunan baik berupa bangunan

maupun bangun-bangunan wajib menyertakan rencana dan perancangan detail

(detail plan and design). Rencana dan Perancangan Detail ini meliputi:

1. Rencana atau rancangan tata letak bangunan Blok atau Sub Blok.

2. Rencana atau rancangan bangunan (detail engineering design).

3. Rencana atau rancangan prasarana dan utilitas.

Dalam aspek administrasi pembangunan Perusahaan Pengelola Kawasan

Pusat Primer Gedebage adalah lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah Kota

Bandung dengan persetujuan DPRD untuk mengelola pengembangan Kawasan

Pusat Primer Gedebage termasuk menyusun rencana teknis, menangani

administrasi, izin dan lain-lain yang terkait secara kolektif. Berdasarkan proses

seleksi yang terbuka (lelang Perusahaan Pengelola ini lebih lanjut akan dtetapkan

oleb Peraturan Walikota. Perusahaan Pengelola Pusat Primer Gedebage dapat

terdiri atas Perusahaan tunggal (BUMD atau swasta murni) dan Perusahaan

konsorsium atau patungan (BUMD dan beberapa perusahaan swasta).

Perusahaan patungan digunakan, jika tanggung jawab swasta secara

penuh tidak memungkinkan; kondisi lingkungan berisiko; aspek hukum yang

tidak membolehkan kepemilikan prasarana oleh swasta secara keseluruhan; hak

kepemilikan penuh swasta secara politis tidak dapat diterima; hukum lingkungan

tidak memungkinkan perusahaan svvasta secara keseluruhan menerima liabilitas

atau permasalahan lain yang dapat mempengaruhi formasi perusahaan.

Konsorsium ini membutuhkan perjanjian yang jelas mendefinisikan tambahan

manfaat bagi masing-masing pihak dan tanggung jawab mereka sesuai perjanjian.

Page 82: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

82

Perusahaan Pengelola Pusat Primer Gedebage bertugas untuk

mengembangkan kawasan mulai dan pembebasan lahan, pembangunan kawasan

dan pengelolaan kawasan. Tugas pokok Perusahaan Pengelola kawasan Pusat

Primer Gedebage adalah sebagai berikut:

1. Menyusun rencana teknis

2. Menangani proses perizinan secara kolektif

3. Menilai permohonan izin pembangunan yang diajukan

4. Melaksanakan pembangunan fisik

5. Mengawasi pembangnnan fisik

6. Membebaskan lahan untuk prasarana dan sarana dasar

7. Menyediakan prasarana dan sarana dasar

Pola pengelolaan kawasan Pusat Primer Gedebage oleh Perusahaan

Pengelola serta lingkup tugas masing-masing anggota Perusahaan pengelola

ditunjukkan pada Gambar 6

Melaksanakan

Pembangunan

Kawasan

Menggunakan

Bangunan Siap

Digunakan

Pemerintah

Kota Bandung

Swasta/

Investor

I

BUMD

Perusahaan

Pengelola

Pembebasan Lahan,

Pematangan Lahan, dan

Prasarana Dasar

Pembangunan

Blok Kawasan

Lahan Siap

Bangun

Bangunan Siap

Digunkan

Investor untuk

pengembangan/pembangunan

Kawasan Pusat Primer Gedebage

Gambar 6 Alur pengelolaan kawasan Pusat Primer Gedebage

Page 83: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

83

Adapun ruang lingkup tugas pemerintah Kota Bandung berkaitan dengan

Pengelolaan Kawasan Pusat Primer Gedebage adalah :

1. Penyedia peraturan pembangunan.

2. Perijinan dan tugas administrasi lainnya berkaitan dengan adminstrasi

pemerintahan dalam pengembangan Pusat Primer Gedebage.

3. Pemrosesan perijinan secara kolektif dari pengelola kawasan

4. Memberikan insentif sesuai kewenangannya.

Sedangkan ruang lingkup tugas Pengelola Kawasan Pusat Primer

Gedebage adalah :

1. Penyedia lahan dan pematangan lahan

2. Menerima perijinan permohonan pembangunan oleh pihak yang akan

membangun

3. Mengajukan permohonan secara kolektif kepada dinas terkait

4. Bersama dengan Pemerintah Kota Bandung dalam memproses aplikasi

investasi internasional dan domestik

5. Bersama dengan Pemerintah Kota Bandung melakukan penilaian permohonan

perijinan yang diajukan oleh investor

6. Melaksanakan pengendalian pembangunan Kawasan Pusat Primer Gedebage

7. Memasarkan peluang investasi kepada calon investor

Peluang atau prospek investasi (PPP) baik oleh sektor publik maupun

swasta atau masyarakat di kawasan Gedebage dapat dilihat pada tabel Tabel 14.

Tabel 14 Peluang atau prospek investasi (PPP) Kawasan Pusat

Primer Gedebage

PUBLIK PPP SWASTA

1. Jalan dalam kawasan

Pusat Primer

Gedebage dan jalan

akses menuju ke

kawasan

2. Dry pond

3. Ruang Publik

4. Normalisasi sungai

serta pembangunan

jaringan drainase

sekunder

1. Terminal regional

2. Stasiun Kerata Api

3. Fasilitas Ibadah.

4. Telepon

5. Listrik

6. Penyedian jaringan air

bersih (dapat

dikerjasamakan

dengan sektor swasta)

1. Komersial dan bisnis

2. Perkantoran

3. Hotel

4. Apartemen

5. Convention Hall

6. Gedung seni

tradisional atau

pertunjukkan

7. Sarana olah raga

8. Kampus terpadu

9. Rumah sakit

10. Perumahan

11. Jalan tol

12. Telepon (PT. Telkom)

Page 84: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

84

13. Listrik (PT. PLN)

14. Sarana Peribadatan

15. Pelayanan

Persampahan

16. Pelayanan Air Bersih

Sumber: Development brief Pusat Primer Gedebage BAPEDA Kota Bandung 2006

Pedoman administrasi dan investasi (administration and investment

guidelines) yang dimaksud adalah ketentuan administrasi dan investasi dalam

pengembangan Pusat Primer Gedebage. Beberapa ketentuan administrasi dan

investasi adalah sebagai berikut:

a. Investor yang akan mengembangkan bagian dan Kawasan Pusat Primer

Gedebage berurusan hanya dengan Perusahaan Pengelola. Oleh karena itu

urusan perijinan, mekanisme investasi dan urusan lainnya (pembangunan,

pemeliharaan) menjadi tanggung jawab Perusahaan Pengelola tersebut.

b. Persoalan persyaratan investasi, perijinan dan prosedur adminitrasi dapat

dibuat ketentuan sendiri oleh Perusahaan Pengelola selama tidak melanggar

ketentuan yang berlaku

Persyaratan teknis maupun tata cara investasi baik dalam negeri maupun

luar negeri harus mengikuti ketentuan-ketentuan sebagal berikut:

a. Ketentuan penanaman modal dalam negeri dan luar negeri mengikuti

ketentuan dan persyaratan yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri Negara

Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 38/SK/1 999

tanggal 6 Oktober 1999 tentang Pedoman dan Tata Cara Permohonan

Penanaman Modal yang Didirikan dalam rangka Penanaman Modal Dalan

Negeri dan Penanaman Modal Asing.

b. Ketentuan dan Tata Cara Permohonan Ijin Pertanahan mengikuti Peraturan

Daerah Kota Bandung.

5.2 Model Pengembangan Pusat Primer Gedebage Kota Bandung

Bagian ini merupakan langkah pembahasan tentang model yang

dirancang dari sistem pengembangan Pusat Primer Gedebage Kota Bandung.

Pemodelan merupakan suatu abstraksi untuk mendekati sebuah kondisi aktual.

Dalam model ini diperlihatkan suatu interaksi antara subsistem yang saling

berkaitan dalam pengembangan Pusat Primer Gedebage Kota Bandung yang

Lanjutan Tabel 14

Page 85: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

85

menjadi stimulus terhadap dinamika yanga akan terjadi pada out put dari

pengembangan Pusat Primer Gedebage Kota Bandung. Oleh kerena itu langkah

kesesuaian antara subsistem yang ada dalam model dengan yang ada pada kondisi

aktual akan menjadi suatu hal yang penting dalam menghasilkan model yang

benar-benar sesuai dengan kondisi aktualnya. Adapun yang menjadi objek kajian

dalam penelitian ini adalah sistem pengembangan Pusat Primer Gedebage Kota

Bandung dengan menggunakan pendekatan sistem dinamik.

Interaksi antara subsistem ini ditandai dengan mengalirnya unsur yang

ada dalam satu susbsistem ke dalam subsistem lainnya. Unsur yang dimaksud

berupa material, informasi, pendapatan maupun tenaga kerja. Unsur-unsur inilah

yang pada akhirnya membuat model dalam sistem pengembangan Pusat Primer

Gedebage Kota Bandung bekerja untuk menghasilkan out put. Hal ini

membuktikan bahwa pengembangan Pusat Primer Gedebage Kota Bandung jika

pun hanya memiliki tujuan dalam aspek ekonomi semata dipastikan tidak akan

pernah dapat menghasilkan out put tanpa memerhatikan aspek lain seperti

dinamika kependudukan dan kapasitas lahan yang ada di Kota Bandung.

Keberhasilan model untuk menghasilkan out put yang dapat mendekati

kondisi aktual dapat menjadi bahan yang berkualitas dalam memprediksi kondisi

Pusat Primer Gedebage Kota Bandung pada masa yang akan datang. Oleh karena

itu unsur-unsur yang ada dalam setiap subsistem model pengembangan Pusat

Primer Gedebage Kota Bandung perlu kiranya adalah unsur-unsur yang saat ini

menjadi bagian yang terkait dengan pengembangan Pusat Primer Gedebage Kota

Bandung.

Seperti yang terlihat dari Gambar 7 bahwa alur model pengembangan

Pusat Primer Gedebage Kota Bandung disusun oleh tiga subsistem yang saling

berkaitan, yaitu subsistem kependudukan, subsistem lahan, dan subsistem

ekonomi. Dalam model ini ketiga subsistem akan membuat kombinasi seperti

kombinasi subsistem kependudukan dengan subsistem ekonomi, subsistem

ekonomi dengan subsistem lahan, maupun subsistem kependudukan dengan

subsistem lahan. Dengan demikian tidak ada subsistem yang dapat berdiri sendiri

karena setiap subsistem dalam alam akan dicampuri oleh kepentingan manusia

(kependudukan) sedangkan dalam pandangan falsafah sistem dinamik dapat

Page 86: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

86

diterangkan bahwa aspek-aspek lain di luar manusia sebenarnya dapat diprediksi

perilaku dan perubahannya baik perubahan dalam segi kuantitas dan kualitas

maupun segi waktu. Namun ketika susbsistem itu sudah dicampuri oleh subsistem

manusia (kependudukan) maka perilaku dan perubahannya akan semakin tidak

beraturan. Hal ini dikarenakan dasar manusia yang memiliki sifat keinginan untuk

memuaskan dirinya bahkan lebih jauh lagi dapat menampakkan keserakahan

untuk menguasai sumber daya yang ada. Oleh karena itu dalam model

pengembangan Pusat Primer Gedebage Kota Bandung subsistem kependudukan

merupakan subsistem yang penting dan tak mungkin terpisahkan dengan

subsistem-subsitem lain yang ada di lingkungan Pusat Primer Gedebage Kota

Bandung.

Untuk lebih jelasnya mengenai hubungan Antar subsistem dalam

Pengembangan Kawasan Pusat Primer Gedebage Kota Bandung dapat dilihat di

gambar 7.

Keterangan

= Material

= Pendapatan

= Informasi

= Tenaga Kerja

Gambar 7 Diagram Alir Hubungan Antar Subsistem dalam

Pengembangan Kawasan Pusat Primer Gedebage

Kota Bandung

Subsistem

Kependudukan

Subsistem

Lahan

Subsistem

Ekonomi

Pengembangan

Kawasan Gedebage

Page 87: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

87

1. Subsistem Sosial Kependudukan

Dalam subsistem kependudukan terdiri dari jumlah penduduk

dikawasan. Jumlah penduduk ini diperlakukan sebagai level dimana jumlah

penduduk ditentukan oleh pertambahan dan pengurangan jumlah penduduk.

Pertambahan jumlah penduduk dipengaruhi oleh rate pertambahan penduduk baik

secara alamaih maupun rate perubahan jumlah penduduk karena imigrasi,

sedangkan pengurangan jumlah penduduk juga dipengaruhi oleh rate

pengurangan penduduk baik secara alamiah yaitu mati maupun emigrasi. Jumlah

penduduk di wilayah penelitian akan terkait dengan jumlah tenaga kerja dalam

kegiatan ekonomi (susbsistem kegiatan ekonomi). Selain itu juga jumlah

penduduk akan terkait dengan kebutuhan ruang fasilitas sosial dan fasilitas umum

(subsistem lahan).

Dalam model pengembangan Pusat Primer Gedebage Kota Bandung

yang dimaksud dengan penduduk adalah penduduk Kota Bandung karena

kawasan Pusat Primer Gedebage Kota Bandung merupakan new development

sehingga pada saat ini kawasan ini relatif tidak ada penduduk yang dapat

dijadikan stok dalam model pengembangan Pusat Primer Gedebage Kota

Bandung.

Dinamika penduduk Kota Bandung dalam model pengembangan Pusat

Primer Gedebage akan dipengaruhi oleh aspek-aspek penambahan dan

pengurangan jumlah penduduk baik secara alamiah (kelahiran dan kematian)

maupun adanya perpindahan penduduk (penduduk yang masuk atau keluar

wilayah).

Perubahan yang terjadi pada jumla penduduk Kota Bandung tentunya

akan mempengaruhi kondisi lahan yang akan menjadi kebutuhan penduduk

(pemukiman) maupun kebutuhan ekonomi (penyediaan lahan untuk industri dan

lahan untuk kegiatan jasa) baik lahan total Kota Bandung maupun lahan di

kawasan Pusat Primer Gedebage.

Mengenai struktur model subsistem penduduk dalam pengembangan

Pusat Primer Gedebage Kota Bandung dapat dilihat pada Gambar 8.

Page 88: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

88

PENDUDUK

~

Penambahan Pddk

~Pengurangan Pddk

laju Masuk

laju kelahiran laju kematian

laju keluar

~

ProdIndustri

~

ProdJasa

~

ProdLain

ProduktivIndustri

ProduktivJasa

ProduktivLain

LuasIndustri

~

TambahLuIndustri

LuasJasa

~

TambahLuJasa

LuasLain

~

TambahLuLain

~

AngKerja

PersAngKerja

PersTKIndustri

RsTKIndustri

PersTKJasa

RsTKJasa

PersTKLain

RsTKLain

TambahAK

SUBSISTEM PENDUDUK

Gambar 8 Struktur Model Subsistem Penduduk dalam pengembangan

Pusat Primer Gedebage Kota Bandung

2. Subsistem Lahan

Subsistem lahan merupakan subsistem yang berkaitan dengan ruang

gerak dari kegiatan ekonomi dan kegiatan penduduk yang ada di wilayah

penelitian. Subsistem lahan dalam model ini berkaitan denga luas lahan yang

tersedia di kawasan Pusat Primer Gedebage yang direncanakan menjadi lahan

kegiatan ekonomi dan penduduk seluas 712,3 Ha. Semua kegiatan yang berkaitan

dengan lahan di Pusat Primer Gedebage berkaitan pula dengan dinamika

penduduk kawasan maupun penduduk Kota Bandung. Lahan yang direncanakan

menjadi Kawasan Pusat Primer Gedebage terdiri dari lahan untuk transfortasi,

Page 89: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

89

kesehatan, olah raga dan rekreasi, industri, peribadatan, hunian (termasuk hotel

dan apartemen), danau, akses jalan tol dan untuk daya dukung lingkungan.

Luas Pemanf atan Lahan Kota

Luas Lahan Kawasan PPG

~

Penambahan Luas

Pemanf atan Lahan Kota

~

Lahan Perumahan Kota

~

lahan transf ortasi

~

lahan kesehatan

~

lahan OR dan Rekreasi

~

Lahan Industri

?~

Lahan Permukiman

~

Lahan Inf rastruktur

~

Lahan RTH

~

lahan Peribadatan

Persen lahan transf ortasi

persen lahan kesehatan

persen lahan OR dan Rekreasi

persen Lahan Industri

Persen Lahan Permukiman

Persen Lahan Inf rastruktur

Persen Lahan RTH

Persen Peribadatan

Persen Perumahan KotaPersen Luas Lahan Kawasan

RTH Kota

~

Penambahan RTH Kota

laju RTH

SUBSISTEM LAHAN

Gambar 9 Struktur Model Subsistem Lahan dalam pengembangan Pusat

Primer Gedebage Kota Bandung

3. Subsistem Kegiatan Ekonomi

Dalam model pengembangan Pusat Primer Gedebage Subsistem

ekonomi merupakan subsistem yang berkaitan dengan aktivitas ekonomi yang

diusahakan penduduk wilayah penelitian. Namun karena Pusat Primer Gedebage

merupakan new development, maka kegiatan ekonominya tidak adanya hanya ada

dalam bentuk sumbangan investasi yang dilakukan oleh Pusat Primer Gedebage

baik dalam bentuk rencana investasi hingga investasi existing yang telah

disalurkan melalui kegiatan pengembangan Pusat Primer Gedebage ini. Oleh

karena itu subsistem ekonomi dalam model pengembangan Pusat Primer

Page 90: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

90

Gedebage yaitu sumbangan investasi kawasan terhadap PDRB Kota Bandung dan

berfungsi sebagai converter dalam model.

Hingga saat ini investasi yang masuk ke kawasan Pusat Primer

Gedebage merupakan investasi untuk membiaya infrastruktur pembangunan

Kawasan Pusat Primer Gede Bage yang direncanakan pembangunannya sejak

tahun 2004 dan pelaksanaannya hingga saat ini baru dapat menyelesaikan

pekerjaan sebesar 10,18 persen. Nilai ini diperoleh dari hasil capaian kemajuan

pekerjaan pada tahun 2009 sebesar 6,18 persen ditambah dengan kondisi

pembangunan pada tahun 2008 yang sudah mencapai 4persen. Nilai tersebut

merupakan kontribusi dari pembangunan jembatan, terowongan dan saluran di

kawasan Pusat Primer Gedebage pada tahun 2009 sebesar 3,18 persen serta

realiasi dari persiapan dan pembangunan fisik sampai akhir 2009 sebesar 3 persen

yang meliputi Detail Enginering Design (DED), manajemen kontruksi,

penyusunan Amdal, serta pelelangan pembangunan SOR Gedebage dengan nilai

investasi Rp. 500,85 Milyar yang berada di blok G. Oleh karena itu nilai produksi

ekonomi sebagai dasar perhitungan PDRB pada model ini bisa dianggap nol

sehingga sebenarnya dapat dikatakan pula perubahan PDRB Kota dari model ini

hanyalah sebatas peningkatan kapasitas infrastruktur kawasan Pusat Primer

Gedebage.

Namun demikian karena kawasan Pusat Primer Gedebage merupakan

bagian dari kegiatan ekonomi Kota Bandung secara keseluruhan, akan ada saling

mempengruhi antara kawasan Pusat Primer Gedebage dengan kawasan Kota

Bandung. Oleh karena itu investasi yang ada pada kawasan Pusat Primer

Gedebage akan mempengaruhi pula terhadap dinamika ekonomi kota Bandung.

Dalam struktur model subsistem ekonomi dalam pengembangan Pusat

Primer Gedebage Kota Bandung akan digamarkan dalam bentuk dinamika PDRB

Kota Bandung atas dasar harga konstan tahun 2000 dengan laju pertumbuhannya

7,85 persen.. PDRB ini akan dipengaruhi oleh subsistem penduduk Kota Bandung

dan subsistem lahan (penggunaan lahan Kawasan Pusat Primer Gedebage sendiri

maupuan penggunanaan lahan Kota Bandung).

Mengenai struktur model subsistem ekonomi dalam pengembangan

Pusat Primer Gedebage Kota Bandung dapat dilihat pada Gambar 10.

Page 91: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

91

PENDUDUK

Luas Pemanf atan Lahan Kota

Luas Lahan Kawasan PPG

PDRB KOTA

~

Penambahan Pddk

~Pengurangan Pddk

~

Penambahan Luas

Pemanf atan Lahan Kota

~

Penambahan PDRB

~

inv estasi per tenaga kerja

~

Pengurangan RTH Kota

~

Lahan Perumahan Kota

laju Masuk

laju kelahiran laju kematian

Laju PDRB

~

pertambahan inv estasi

laju inv estasi

laju keluar

Inv estasi Kota

~

lahan transf ortasi

~

lahan kesehatan

~

lahan OR dan Rekreasi

~

Lahan Industri

~

Lahan Permukiman

~

Lahan Inf rastruktur

~

Lahan RTH

~

lahan Peribadatan

Persen lahan transf ortasi

persen lahan kesehatan

persen lahan OR dan Rekreasi

persen Lahan Industri

Persen Lahan Permukiman

Persen Lahan Inf rastruktur

Persen Lahan RTH

Persen Peribadatan

~

inv estasi kawasan PPG

rasio inv estasi kawasan PPG

~

pendapatan per kapita

Persen Perumahan Kota

Persen Luas Lahan Kawasan

RTH Kota

~

Penambahan RTH Kota

laju RTH

~

ProdIndustri

~

ProdJasa

~

ProdLain

Produktiv Industri

Produktiv Jasa

Produktiv Lain

LuasIndustri

~

TambahLuIndustri

LuasJasa

~

TambahLuJasa

LuasLain

~

TambahLuLain

~

AngKerja

PersAngKerja

PersTKIndustri

RsTKIndustri

PersTKJasa

RsTKJasa

PersTKLain

RsTKLain

TambahAK

SUBSISTEM EKONOMI

Gambar 10 Struktur Model Subsistem Ekonomi dalam pengembangan

Pusat Primer Gedebage Kota Bandung

Page 92: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

92

6.3 Simulasi Model Pengembangan Pusat Primer Gedebage Kota Bandung

Proses selanjutnya dalam pengembangan model pengembangan Pusat

Primer Gedebage Kota Bandung adalah membangun suatu formula model dan

simulasi model sebagai upaya untuk mengkonversikan kontruksi logis yang

ditunjukkan oleh tiga subsistem yang selanjutnya dilakukan simulasi melalui

perangkat program stella versi 9. Adapun simulasi model menggunakan kurun

waktu 25 tahun (2009-2034).

1. Subsistem Penduduk

Dalam simulasi model penduduk perubahan kependudukan dipengaruhi

oleh natalitas, mortalitas dan migrasi yang berfungsi sebagai converter yang dapat

merubah jumlah penduduk dalam tahun simulasi. Dalam aspek kependudukan ini

formulasi model yang digunakan adalah sebagai berikut :

a. Penduduk(t) = Penduduk (t - dt) + (Penambahan_Pddk -

Pengurangan_Pddk) * dtINIT Penduduk = 2374198 Jiwa

b. Penambahan_Pddk = Penduduk*laju_masuk+ Penduduk

*laju_kelahiran

c. Pengurangan_Pddk = Penduduk *laju_keluar+ Penduduk

*laju_kematian

d. laju_kelahiran = persen per tahun

e. laju_keluar = persen per tahun

f. laju_kematian = persen per tahun

g. laju_Masuk = persen per tahun

Adapun hasil simulasi mengenai jumlah penduduk secara lengkap dapat

dilihat dalam Gambar 11 dan Tabel 14.

Berdasarkan Gambar 11 dan Tabel 15 dapat dilihat adanya

kecenderungan dari keadaan penduduk Kota Bandung pada masa lampau yang

memiliki laju kelahiran 1.91 persen per tahun dan laju masuk sebesar 1.45 persen,

maka jumlah penduduk pada tahun simulasi model Pengembangan Pusat Primer

Gedebage mengalami kenaikan pada tahun simulasi (2034) yang ditandai dengan

laju pertumbuhan penduduk menurun menjadi rata-rata 1,61 persen dibandingkan

Page 93: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

93

dengan saat ini, padahal laju pertumbuhan penduduk Kota Bandung dalam kurun

waktu 2005-2009 selalu mengalami peningkatan yang dimulai dengan laju

pertumbuhan penduduk yang paling rendah di tahun 2005 sebesar 1,14 persen

hingga 1,90 persen di tahun 2009.

Perubahan penduduk hasil simulasi ini jika dibandingkan dengan target

perubahan penduduk yang dicanangkan oleh pemerintah Kota Bandung adalah

relevan karena pemerintah kota dalam jangka panjang hingga tahun 2034

menargetkan penurunan laju pertumbuhan penduduk terutama dengan menekan

tingkat mortalitas dan natalitas sebagai penyumbang yang paling signifikan dalam

perubahan kependudukan sehingga laju pertumbuhan penduduk ada dikisaran

1,00-1,750 persen (Dinkes Kota Bandung, 2009). Oleh karena itu dengan

perubahan kependudukan dalam model ini, maka yang paling diuntungkan adalah

pemerintah kota karena model ini dapat diterima dalam upaya menekan tingkat

pertumbuhan penduduk.

10:20 PM Wed, Aug 17, 2011

GRAFIK PENDUDUK

Page 1

0.00 6.25 12.50 18.75 25.00

Years

1:

1:

1:

2200000

2950000

3700000

1: PENDUDUK

1

1

1

1

Gambar 11. Grafik Hasil Simulasi Subsistem Penduduk

Tabel. 15 Hasil Simulasi model pengembangan Pusat Primer Gedebage

Subsistem Penduduk (2009-2034)

Tahun ke Jumlah Penduduk (Jiwa)

0 2.374.198

1 2.423.413

2 2.472.628

3 2.521.843

4 2.571.058

Page 94: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

94

5 2.620.273

6 2.669.488

7 2.718.703

8 2.767.918

9 2.817.133

10 2.866.348

11 2.915.563

12 2.964.778

13 3.013.993

14 3.063.208

15 3.112.423

16 3.161.638

17 3.210.853

18 3.260.068

19 3.309.283

20 3.358.498

21 3.407.713

22 3.456.928

23 3.506.143

24 3.555.358

25 atau 2034 3.604.573

Sumber : Data diolah Tahun 2011

2. Subsistem Lahan

Untuk menganalisis subsistem lahan dalam simulasi model

pengembangan Pusat Primer Gedebage maka yang dihitung adalah perubahan

yang terjadi dalam variabel luas pemanfatan lahan di Kota Bandung. Adapun yang

dimaksud dengan pemanfatan lahan dari hasil model pengembangan Pusat Primer

Gedebage adalah lahan yang digunakan untuk perumahan, kegiatan industri dan

kegiatan jasa yang berjumlah 11.606 Ha. Dalam subsistem lahan model

pengembangan Pusat Primer Gedebage, maka formulasi model yang digunakan

adalah sebagai berikut :

a. Luas_Pemanfatan_Lahan_Kota(t) =

Luas_Pemanfatan_Lahan_Kota(t - dt) +

(Penambahan_Luas_Pemanfatan_Lahan_Kota) * dtINIT

Luas_Pemanfatan_Lahan_Kota = 11606 Ha

b. Penambahan_Luas_Pemanfatan_Lahan_Kota =

(Luas_Pemanfatan_Lahan_Kota+Luas_Lahan_Kawasan_PPG*Pe

rsen_Luas_Lahan_Kawasan)

Lanjutan Tabel 15

Page 95: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

95

c. Luas_Lahan_Kawasan_PPG = 712.3 Ha

d. Persen_Luas_Lahan_Kawasan= persen

Adapun hasil simulasi mengenai luas pemanfatan lahan di Kota Bandung

dalam model pengembangan Pusat Primer Gedebage secara lengkap dapat dilihat

dalam Gambar 12 dan Tabel 16.

10:24 PM Wed, Aug 17, 2011

GRAFIK LUAS PEMANFATAN LAHAN KOTA

Page 1

0.00 6.25 12.50 18.75 25.00

Years

1:

1:

1:

11500

12750

14000

1: Luas Pemanf atan Lahan Kota

1

1

1

1

Gambar 12 Grafik Hasil Simulasi Tingkat Pemanfaatan lahan Kota Bandung

Dari Gambar 14 dan Tabel 16 menunjukkan bahwa penggunaan lahan

industri, perumahan dan jasa meningkat pada tahun simulasi dari 69,73 persen

menjadi 80.73 persen atau 13,506 Ha pada tahun 2034. Ini menunjukkan bahwa

lahan kosong (bisa berbentuk sawah, tegalan ataupun ruang kosong yang tersedia

di Kota Bandung pada tahun 2034 hanya 19.27 persen atau 3.223,87 Ha. Hal ini

menunjukkan bahwa intensitas kegiatan yang terjadi di kawasan Pusat Primer

Gedebage akan mendesak lahan kosong (bisa berbentuk sawah, tegalan ataupun

ruang kosong yang tersedia di Kota Bandung saat ini sebesar 11,36 persen dari

lahan kosong yang ada pada saat ini bahkan jika simulasi diperpanjang rentang

waktunya, maka 68 tahun yang akan datang semua lahan yang ada di Kota

Bandung akan termanfaatkan ke dalam tiga lahan peruntukkan yaitu lahan yang

digunakan untuk perumahan, kegiatan industri dan kegiatan jasa.

Kondisi ini sebenarnya telah diantisipasi oleh Pemerintah Kota Bandung

yang sangat memperhatikan akan keterbatasan lahan yang ada dengan intensitas

kegiatan yang dilakukan masyarakat menyangkut penggunaan lahan untuk

Page 96: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

96

perumahan, kegiatan industri dan kegiatan jasa di antaranya pemanfaatan lahan

perumahan yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Daerah (RPJM) 2008-2013 yang mengarahkan pembangunan perumahan kearah

vertikal (apartemen dan rumah susun), pengendalian pertumbuhan penduduk

dengan lebih mengintensifkan program Keluarga Berencana (KB) dengan

program kemandirian ber-KB dan peningkatan keikutsertaan pria dalam ber-KB.

Selain itu untuk kenyamanan masyarakat kota, maka target Ruang Terbuka Hijau

(RTH) yang saat ini (2008) sebesar 8,7 persen akan ditingkatkan pada tahun 2013

sebesar 16 persen dari total luas lahan yang ada di Kota Bandung (16,730 Ha).

Tabel 16 Hasil Simulasi model pengembangan Pusat Primer Gedebage Subsistem Lahan (2009-2034)

Tahun ke Pemanfatan

Lahan Kota (Ha)

Proporsi Pemanfatan Lahan Terhadap Lahan yang Tersedia (persen)

0 saat ini 11.606 69,37

1 11.682 69,83

2 11.758 70,28

3 11.834 70,74

4 11.910 71,19

5 11.986 7164

6 12.062 72,10

7 12.138 72,55

8 12.214 73,01

9 12.290 73,46

10 12.366 73,92

11 12.442 74,37

12 12.518 74,82

13 12.594 75,28

14 12.670 75,73

15 12.746 76,19

16 12.822 76,64

17 12.898 77,10

18 12.974 77,55

19 13.050 78,00

20 13.126 78,46

21 13.202 78,91

22 13.278 79,37

23 13.354 79,82

24 13.430 80,27

25 atau 2034 13.506 80,73

Sumber : Data diolah Tahun 2011

Page 97: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

97

3. Subsistem Ekonomi

Untuk menganalisis subsistem ekonomi dalam simulasi model

pengembangan Pusat Primer Gedebage maka yang dihitung adalah perubahan

PDRB Atasa Dasar Harga Konstan Kota Bandung tahun 2000. Dalam subsistem

model pengembangan Pusat Primer Gedebage, maka formulasi model yang

digunakan adalah sebagai berikut :

a. PDRB_KOTA(t) = PDRB_KOTA(t - dt) + (Penambahan_PDRB)

* dtINIT PDRB_KOTA = 26,978,909 Milyar

b. Penambahan_PDRB =

(PDRB_KOTA+Laju_PDRB*(ProdIndustri+ProdJasa+ProdLain)

+Laju_PDRB*Investasi_Kota)

c. Laju_PDRB = persen

d. ProduktivIndustri = Milyar per tahun

e. ProduktivJasa = Milyar per tahun

f. ProduktivLain = Milyar per tahun

g. Investasi_Kota = Triliun per tahun

Adapun hasil simulasi mengenai subsistem ekonomi di Kota Bandung

dalam model pengembangan Pusat Primer Gedebage secara lengkap dapat dilihat

dalam Gambar 13 dan Tabel 17.

Berdasarkan Gambar 13 dan Tabel 17 dan dengan melihat nilai PDRB

Kota Bandung Atas Dasar Harga Konstan tahun 2000 dengan laju

pertumbuhannya 7,85 persen, maka dari hasil simulasi nilai PDRB terlihat adanya

kenaikan PDRB kota. Kondisi relevan dengan teori bahwa investasi merupakan

stimulus bagi peningkatan PDRB (Blanchard, 2006). Dengan nilai investasi saat

ini yang masuk ke kawasan Pusat Primer Gedebage sebesar Rp. 500,85 Milyar

dari yang direncanakan sebesar Rp. 11,945 Triliun mengakibatkan kenaikan

PDRB kota untuk tahun simulasi (2034). Dengan nilai PDRB Atas Dasar Harga

Konstan tahun 2000 pada saat ini Rp 26,98 Triliun maka pada tahun simulasi

(2034) dengan model ini PDRB Kota berubah menjadi Rp. 86,25 Triliun.

Adapun investasi yang saat ini masuk ke kawasan Pusat Primer

Gedebage baru sebatas investasi untuk biaya infrastruktur yang tidak

Page 98: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

98

menghasilkam volume produksi ekonomi karena kawasan Pusat Primer Gedebage

ini merupakan kawasan baru yang direncanakan pembangunannya sejak tahun

2004 dan pelaksanaannya baru dapat menyelesaikan pekerjaan sebesar 10,18

persen. Nilai ini diperoleh dari hasil capaian kemajuan pekerjaan pada tahun 2009

sebesar 6,18 persen ditambah dengan kondisi pembangunan pada tahun 2008 yang

sudah mencapai 4 persen. Nilai tersebut merupakan kontribusi dari pembangunan

jembatan, terowongan dan saluran di kawasan Pusat Primer Gedebage pada tahun

2009 sebesar 3,18 persen serta realiasi dari persiapan dan pembangunan fisik

sampai akhir 2009 sebesar 3 persen yang meliputi Detail Enginering Design

(DED), manajemen kontruksi, penyusunan Amdal, serta pelelangan pembangunan

SOR Gedebage dengan nilai investasi Rp. 500,85 Milyar yang berada di blok G. .

Sedangkan dengan skenario 2 berdasarkan Tabel 17 dan dengan melihat

nilai PDRB Kota Bandung Atas Dasar Harga Konstan tahun 2000, maka dari hasil

simulasi nilai PDRB terlihat adanya kenaikan PDRB. Dengan diasumsukan nilai

investasi yang direncanakan oleh Tim Pengelola Pusat Primer Gedebage sebesar

Rp. 11,945 Triliun yang akan masuk ke kawasan Pusat Primer Gedebage

mengakibatkan kenaikan PDRB kota untuk tahun simulasi (2034) menjadi Rp.

146,875 Triliun.

10:37 PM Wed, Aug 17, 2011

GRAFIK PDRB KOTA BANDUNG

Page 1

0.00 6.25 12.50 18.75 25.00

Years

1:

1:

1:

20000000

52500000

85000000

1: PDRB KOTA

1

1

1

1

Gambar 13 Grafik Hasil Simulasi Jumlah PDRB Kota Bandung

Atas Dasar Harga Konstan tahun 2000

Page 99: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

99

Tabel. 17 Hasil Simulasi Terhadap Perubahan PDRB Kota Bandung

Dalam Subsistem Ekonomi model pengembangan Pusat

Primer Gedebage (2009-2034)

Tahun ke PDRB (Triliun Rp)

Skenario 1 Skenario 2

Kondisi Saat ini 26,979 26,979

1 27,45 29,87

2 29,90 34,75

3 32,35 39,62

4 34,80 44,50

5 37,25 49,37

6 39,70 54,25

7 42,15 59,12

8 44,60 64,00

9 47,05 68,87

10 49,50 73,75

11 51,95 78,62

12 54,40 83,50

13 56,85 88,37

14 59,30 93,25

15 61,75 98,12

16 64,20 103,00

17 66,65 107,87

18 69,10 112,75

19 71,55 117,62

20 74,00 122,50

21 76,45 127,37

22 78,90 132,25

23 81,35 137,12

24 83,80 142,00

25 atau 2034 86,25 146,875

Sumber: Data diolah 2011

5.4 Dampak Pengembangan Pusat Primer Gedebage Kota Bandung

Terhadap Pembangunan Ekonomi Kota Bandung.

Untuk melihat dampak yang ditimbulkan akibat pengembangan Pusat

Primer Gedebage Kota Bandung terhadap ekonomi Kota Bandung, maka

dugunakan berbagai indikator, diantaranya perubahan PDRB, pendapatan per

kapita dan luas Ruang Terbuka Hijau (RTH).

Dalam variabel pendapat per kapita pengembangan Pusat Primer

Gedebage memberikan sumbangan yang positif terhadap peningkatan pendapatan

per kapita Kota Bandung. Hal ini dapat terlihat dari Tabel 17 yang menunjukkan

Page 100: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

100

bahwa tercapainya target pendapatan per kapita sesuai dengan target

pembangunan jangka menengah Kota Bandung hingga tahun 2013 salah satu

diantaranya dengan mengambil contoh pada tahun 2012 dalam data simulasi

(Tabel 17) menunjukkan angka pendapatan per kapita sebesar Rp. 16,84 juta per

tahun melampaui target pemerintah Kota Bandung sebesar Rp. 15,1 juta per

tahun. Demikian pula pada tahun 2013 sesuai dengan data simulasi (Tabel 17)

menunjukkan angka pendapatan per kapita sebesar Rp. 17,2 juta per tahun

melampaui target pemerintah Kota Bandung sebesar Rp. 16 juta per tahun.

Adapun hasil simulasi mengenai pendapatan per kapita di Kota Bandung

dalam model pengembangan Pusat Primer Gedebage secara lengkap dapat dilihat

dalam Gambar 14 dan Tabel 18.

10:47 PM Wed, Aug 17, 2011

GRAFIK PENDAPATAN PER KAPITA

Page 1

0.00 6.25 12.50 18.75 25.00

Years

1:

1:

1:

11

16

21

1: pendapatan per kapita

1

1

1

1

Gambar 14 Grafik Hasil Simulasi Tingkat Perubahan Pendapatan Per Kapita Kota

Bandung

Tabel 18 Hasil Simulasi Terhadap Kondisi Pendapatan Per Kapita

Kota Bandung dalam Model pengembangan Pusat Primer

Gedebage (2009-2034)

Tahun Ke Pendapatan Per Kapita

Kota Bandung (Juta Rp)

0 saat ini 11,37

1 11,93

2 12,46

Page 101: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

101

3 12,98

4 13,47

5 13,95

6 14,41

7 14,85

8 15,28

9 15,69

10 16,09

11 16,47

12 16,84

13 17,20

14 17,55

15 17,89

16 18,21

17 18,53

18 18,84

19 19,13

20 19,42

21 19,70

22 19,98

23 20,24

24 20,50

25 atau 2034 20,75

Sumber: Data diolah 2011

Sedangkan dalam simulasi luas Ruang Terbuka Hijau (RTH) dalam

model pengembangan Pusat Primer Gedebage Kota Bandung dapat dijadikan

kontrol bagi pengembangan kawasan ini. Dalam aspek Ruang Terbuka Hijau

(RTH) ini formulasi model yang digunakan adalah sebagai berikut :

a. RTH_Kota(t) = RTH_Kota(t - dt) + (Penambahan_RTH_Kota -

Pengurangan_RTH_Kota) * dtINIT RTH_Kota = 1.456 Ha

b. Penambahan_RTH_Kota =

(Persen_Lahan_RTH*Luas_Lahan_Kawasan_PPG+RTH_Kota*laju_RT

H)

c. Pengurangan_RTH_Kota = (RTH_Kota-(Luas_Lahan_Kawasan_PPG-

Lahan_RTH)-Lahan_Perumahan_Kota)

d. Luas_Lahan_Kawasan_PPG = Ha

e. RTH Kota = Ha

Lanjutan Tabel 18

Page 102: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

102

f. Laju RTH Kota = persen

Berdasarkan simulasi (Gambar 15 dan Tabel 19) dapat dilihat bahwa

luas RTH akan tertekan dari 8,7 persen saat ini menjadi 5,21 persen pada akhir

tahun 2034. Kondisi RTH seperti ini sesungggunya tidak relevan dengan target

Pemerintah Kota dalam pencapaian luas RTH dalam target jangka pendek (2013)

yang sudah mentargetkan pencapaian luas RTH kota 16 persen, tetapi dalam

simulasi pada tahun 2013 RTH kota hanya mencapai 8.14 persen (masih rendah

dari luas RTH 2010 yang memiliki proporsi 11,06%). Kondisi seperti ini

diakibatkan karena pencapaian untuk peningkatan luas RTH oleh pemerintah kota

Bandung sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Mengah Daerah Kota

Bandung (2009) dilakukan dengan cara pembebasan lahan dan pengalihfungsian

lahan-lahan pemerintah menjadi RTH yang sulit dilakukan karena keterbatasan

dana dan keengganan masyarakat yang memiliki lahan dan menjadi target

pemerintah untuk dibebaskan serta dialihfungsikan menjadi Ruang Terbuka Hijau.

Adapun hasil simulasi luas Ruang Terbuka Hijau (RTH) dalam model

pengembangan Pusat Primer Gedebage Kota Bandung secara lengkap dapat

dilihat dalam Gambar 15 dan Tabel 19.

3:22 AM Thu, Aug 25, 2011

GRAFIK RUNAG TERBUKA HIJAU (RTH) KOTA BANDUNG

Page 1

0.00 6.25 12.50 18.75 25.00

Years

1:

1:

1:

850

1200

1550

1: RTH Kota

1

1

1

1

Gambar 15 Grafik Hasil Simulasi Tingkat Perubahan RTH Kota Bandung

Page 103: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

103

Tabel 19 Hasil Simulasi Terhadap Kondisi Ruang Terbuka Hijau dalam

Model pengembangan Pusat Primer Gedebage (2009-2034)

Tahun Ke

Perubahan Ruang

Terbuka Hijau Kota

(Ha)

Proporsi RTH

Terhadap Lahan yang

Tersedia (persen)

0 saat ini 1.456,00 8,70

1 1.432,50 8,56

2 1.409,00 8,42

3 1.385,50 8,28

4 1.362,00 8,14

5 1.338,50 8,00

6 1.315,00 7,86

7 1.291,50 7,72

8 1.268,00 7,58

9 1.244,50 7,44

10 1.221,00 7,30

11 1.197,50 7,16

12 1.174,00 7,02

13 1.150,50 6,88

14 1.127,00 6,74

15 1.103,50 6,60

16 1.080,00 6,46

17 1.056,50 6,32

18 1.033,00 6,17

19 1.009,50 6,03

20 986,00 5,89

21 962,50 5,75

22 939,00 5,61

23 915,50 5,47

24 892,00 5,33

25 atau 2034 871,27 5,21

Sumber: Data diolah 2011

Dengan demikian pengembangan Pusat Primer Gedebage secara

keseluruhan akan mempengaruhi kepada tiga subsistem, yaitu kependudukan,

lahan dan PDRB Kota Bandung. Adapun perbandingan ketiga susbsistem tersebut

dapat dilihat dalam Gambar 18 dan Tabel 20.

Page 104: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

104

3:24 AM Thu, Aug 25, 2011

GRAFIK LUAS PEMANFATAN LAHAN KOTA

Page 1

0.00 6.25 12.50 18.75 25.00

Years

1:

1:

1:

2:

2:

2:

3:

3:

3:

4:

4:

4:

5:

5:

5:

2200000

2950000

3700000

20000000

52500000

85000000

11

16

21

11500

12750

14000

850

1175

1500

1: PENDUDUK 2: PDRB KOTA 3: penda…per kapita 4: Luas …ahan Kota 5: RTH Kota

1

1

1

1

2

2

2

2

3

3

3

3

4

4

4

45

5

5

5

Gambar 16 Grafik Hasil Simulasi Perbandingan Subsistem Penduduk, Ekonomi

dan Lingkungan dalam Model Pengembangan Pusat Primer

Gedebage

Tabel 20 Hasil Simulasi Perbandingan Subsistem Penduduk, Ekonomi

dan Lingkungan dalam Model Pengembangan Pusat Primer

Gedebage

Tahun ke Penduduk

(Jiwa)

PDRB

(Triliun Rp)

Pendapatan

Per Kapita

(Juta Rp)

Luas

Pemanfaatan

Lahan Kota

(Ha)

RTH

(Ha)

0 atau saat ini 2.374.198 26,97 11,37 11.606 1.456,00

1 2.423.413 27,45 11,93 11.682 1.432,50

2 2.472.628 29,90 12,46 11.758 1.409,00

3 2.521.843 32,35 12,98 11.834 1.385,50

4 2.571.058 34,80 13,47 11.910 1.362,00

5 2.620.273 37,25 13,95 11.986 1.338,50

6 2.669.488 39,70 14,41 12.062 1.315,00

7 2.718.703 42,15 14,85 12.138 1.291,50

8 2.767.918 44,60 15,28 12.214 1.268,00

9 2.817.133 47,05 15,69 12.290 1.244,50

10 2.866.348 49,50 16,09 12.366 1.221,00

11 2.915.563 51,95 16,47 12.442 1.197,50

12 2.964.778 54,40 16,84 12.518 1.174,00

13 3.013.993 56,85 17,20 12.594 1.150,50

14 3.063.208 59,30 17,55 12.670 1.127,00

15 3.112.423 61,75 17,89 12.746 1.103,50

16 3.161.638 64,20 18,21 12.822 1.080,00

17 3.210.853 66,65 18,53 12.898 1.056,50

18 3.260.068 69,10 18,84 12.974 1.033,00

19 3.309.283 71,55 19,13 13.050 1.009,50

20 3.358.498 74,00 19,42 13.126 986,00

21 3.407.713 76,45 19,70 13.202 962,50

22 3.456.928 78,90 19,98 13.278 939,00

23 3.506.143 81,35 20,24 13.354 915,50

Page 105: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

105

24 3.555.358 83,80 20,50 13.430 892,00

25 atau 2034 3.604.573 86,25 20,75 13.506 871,27

Sumber : Data diolah 2011

6.5 Skenario Model Pengembangan Pusat Primer Gedebage

Skenario Model Pengembangan Pusat Primer Gedebage yang

direncanakan berdasarkan beberapa asumsi kondisi yang diharapkan dalam model,

yaitu dengan memperhitungkan investasi yang masuk ke kawasan Pusat Primer

Gedebage. Adapun skenario dalam model Pengembangan Pusat Primer Gedebage

sebagai berikut, yaitu :

c. Skenario 1, dimana pengembangan Pusat Primer Gedebage berjalan sesuai

dengan investasi saat ini, yaitu sebesar Rp. 500,85 Milyar.

d. Skenario 2, dimana pengembangan Pusat Primer Gedebage berjalan sesuai

dengan investasi yang direncanakan sebesar Rp. 11,945.

Dari perhitungan simulasi tentang skenario Model Pengembangan Pusat

Primer Gedebage bagi pembangunan ekonomi Kota Bandung, maka dapat

dihitung perbandingan PDRB dan pendapatan per kapita dari skanario 1 dan 2

untuk tahun simulasi (2034) seperti yang terlihat dalam Tabel 21.

Tabel 21 Hasil Simulasi Skenario 1 dan 2 dalam Model Pengembangan

Pusat Primer Gedebage

Tahun ke PDRB (Triliun Rp)

Pendapatan Per Kapita

(Juta Rp)

Skenario 1 Skenario 2 Skenario 1 Skenario 2

Kondisi Saat ini 26,979 26,979 11,37 11,37

1 27,450 29,875 1193 12,63

2 29,900 34,750 12,46 13,84

3 32,350 39,625 12,98 15,00

4 34,800 44,500 13,47 16,12

5 37,250 49,375 13,95 17,19

6 39,700 54,250 14,41 18,23

7 42,150 59,125 14,85 19,22

8 44,600 64,000 15,28 20,19

9 47,050 68,875 15,69 21,11

10 49,500 73,750 16,09 22,01

11 51,950 78,625 16,47 22,88

12 54,400 83,500 16,84 23,71

13 56,850 88,375 17,20 24,53

14 59,300 93,250 17,55 25,38

Lanjutan Tabel 20

Page 106: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

106

15 61,750 98,125 17,89 26,30

16 64,200 103,000 18,21 27,19

17 66,650 107,875 18,53 28,06

18 69,100 112,750 18,84 28,90

19 71,550 117,625 19,13 29,71

20 74,000 122,500 19,42 30,50

21 76,450 127,375 19,70 31,27

22 78,900 132,250 19,98 32,02

23 81,350 137,125 20,24 32,74

24 83,800 142,000 20,50 33,45

25 atau 2034 86,250 146,875 20,75 34,10

Sumber : Data diolah 2011

Berdasarkan Tabel 21 dapat terlihat bahwa pengembangan Pusat Primer

Gedebage akan berdampak secara positif terhadap pembangunan ekonomi Kota

Bandung yang ditandai adanya kenaikan nilai PDRB atas dasar harga konstan

tahun 2000 maupun peningkatan pendapatan per kapita penduduk Kota Bandung.

Namun dalam aspek lain terutama luas Ruang Terbuka Hijau mengalami

penekanan hingga di akhir tahun simulasi (2034) hanya memiliki proporsi 5,21

persen dari total luas wilayah Kota Bandung (16.730 Ha). Oleh karena itu pada

akhir tahun simulasi lahan Kota Bandung akan didominasi penggunaan lahan pada

tiga fungsi lahan, yaitu lahan untuk perumahan, lahan untuk industri dan lahan

untuk kegiatan ekonomi jasa. Selain itu pula penggunaan lahan untuk perumahan

akan didominasi bentuk hunian yang bersifat vertikal (rumah susun).

Lanjutan Tabel 21

Page 107: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

107

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil pengaamatan di lapangan menunjukkan bahwa penggunaan

lahan untuk pengembangan kawasan Pusat Primer Gedebage telah ditentukan oleh

tim pemerintah kota dan swasta dengan memperhatikan berbagai aspek kelayakan

maupun peruntukkannya yaitu lahan untuk transfortasi 32,58 Ha (4,6%), untuk

kesehatan 16,55 Ha (2,30%), untuk olah raga dan rekreasi 45 Ha (6,3%), untuk

industri 26,61 Ha (8,7 %), untuk peribadatan 5,32 Ha (0.7%), hunian 196,6 Ha

(27,6%), hotel apartemen 11 Ha (1,5%), danau buatan 123 Ha (17,26%), akses

jalan tol 55,57 Ha (7,8%) dan untuk daya dukung lingkungan 31 Ha (4,4%).

Berdasarkan simulasi model sistem dinamis tentang dampak

pengembangan Pusat Primer Gedebage terhadap pembangunan ekonomi Kota

Bandung dapat dilihat dari perkembangan beberapa aspek, yaitu perubahan

penduduk, PDRB kota, penggunaa lahan kota, pendapatan perkapita dan Ruang

Terbuka Hijau (RTH), dan berdasarkan simulasi model, maka adanya perubahan

jumlah penduduk berupa kenaikan pada tahun simulasi (2034) walaupun hal itu

ditandai dengan laju pertumbuhan penduduk menurun menjadi rata-rata 1,61

persen per tahun dibandingkan dengan saat ini sebesar 1,90 persen per tahun.

Sedangkan dalam penggunaan lahan industri, perumahan dan jasa meningkat pada

tahun simulasi dari 69,73 persen menjadi 80,73 persen atau 13.506 Ha pada tahun

2034. Ini menunjukkan bahwa lahan kosong (bisa berbentuk sawah, tegalan

ataupun ruang kosong yang tersedia di Kota Bandung pada tahun 2034 hanya

19,27 persen atau 3.223,87 Ha. Sedangkan simulasi mengenai subsistem ekonomi

di Kota Bandung dengan melihat nilai PDRB Kota Bandung Atas Dasar Harga

Konstan tahun 2000, maka dari hasil simulasi nilai PDRB terlihat adanya

kenaikan PDRB kota yang pada saat ini Rp 26,979 Triliun maka pada tahun

simulasi (2034) berubah menjadi Rp. 86,25 Triliun.

Dalam variabel pendapat per kapita pengembangan Pusat Primer

Gedebage memberikan sumbangan yang positif terhadap peningkatan pendapatan

per kapita Kota Bandung. Hal ini dapat terlihat tercapainya target pendapatan per

kapita sesuai dengan target pembangunan jangka menengah Kota Bandung hingga

Page 108: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

108

tahun 2013 salah satu diantaranya dengan mengambil contoh pada tahun 2012

dalam data simulasi menunjukkan angka pendapatan per kapita sebesar Rp. 16,84

juta per tahun melampaui target pemerintah Kota Bandung sebesar Rp. 15,1 juta

per tahun. Demikian pula pada tahun 2013 sesuai dengan data simulasi

menunjukkan angka pendapatan per kapita sebesar Rp. 17,2 juta per tahun

melampaui target pemerintah Kota Bandung sebesar Rp. 16 juta per tahun.

Sedangkan dalam aspek RTH pengembangan Pusat Primer Gedebage

akan menekan luas RTH dari 8,7 persen saat ini menjadi 5,21 persen pada akhir

tahun 2034. Kondisi RTH seperti ini sesungggunya tidak relevan dengan target

Pemerintah Kota dalam pencapaian luas RTH dalam target jangka pendek (2013)

yang sudah mentargetkan pencapaian luas RTH kota 16 persen, tetapi dalam

simulasi pada tahun 2013 RTH kota hanya mencapai 8.14 persen (masih rendah

dari luas RTH 2010 yang memiliki proporsi 11,06%).

Skenario Model Pengembangan Pusat Primer Gedebage yang

direncanakan berdasarkan beberapa asumsi kondisi yang diharapkan dalam model,

yaitu dengan memperhitungkan investasi yang masuk ke kawasan Pusat Primer

Gedebage. Adapun skenario dalam model Pengembangan Pusat Primer Gedebage,

yaitu : (1) Skenario 1, dimana pengembangan Pusat Primer Gedebage berjalan

sesuai dengan investasi saat ini, yaitu sebesar Rp. 500,85 Milyar dengan hasil

nilai PDRB Rp. 86,250 Triliun dan pendapatan per kapita Rp. 20,75 juta dan (2)

Skenario 2, dimana pengembangan Pusat Primer Gedebage berjalan sesuai dengan

investasi yang direncanakan sebesar Rp. 11,945 Triliun dengan hasil nilai PDRB

Rp.146,875 Triliun dan pendapatan per kapita Rp. 34,10 juta per tahun

6.2 Saran

Perlu percepatan akselerasi pembangunan kawasan Pusat Primer

Gedebage dengan melakukan sosialisasi yang lebih aktif ke masyarakat kawasan

agar mendapat dukungan maksimal dari masyarakat. Oleh karena itu penelitian

selanjutnya tentang kawasan Pusat Primer Gedebage dengan pendekatan sistem

dinamis perlu memperhatikan input sosial masyarakat agar hasil simulasi lebih

mendekati kenyataan karena saat ini kendala dalam realisasi pembangunan

Page 109: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

109

kawasan Pusat Primer Gedebage adalah sikap penerimaan masyarakat terhadap

pembangunan kawasan ini yang belum sepenuhnya mendukung.

Page 110: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

110

DAFTAR PUSTAKA

Agusniar A. 2006. Analisis Dampak Pemekaran Wilayah terhadap Perekonomian

Wilayah dan Kesejahteraan Masyarakat. Tesis Pascasarjana IPB, Bogor.

Ambardi, U.M. dan S. Prihawantoro. 2002. Pengembangan Wilayah dan Otonomi

Daerah. Pusat Pengkajian Kebijakan Teknologi Pengembangan

Wilayah, Jakarta.

Arsyad, L. 1999. Ekonomi Pembangunan. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Yayasan

Keluarga Pahlawan Negara, Yogyakarta.

Azis, I.J. 1994. Ilmu Ekonomi Regional dan Beberapa Aplikasinya di Indonesia.

Penerbit Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Jakarta.

Badan Pusat Statistik. 2007. Kota Bandung Dalam Angka 2007. Badan Pusat

Statistik, Bandung.

Badan Pusat Statistik. Kota Bandung Dalam Angka 2009. Badan Pusat Statistik

Kota Bandung.

Bambang Juanda. 2009. Metode Penelitian Untuk Ekonomi dan Bisnis, IPB Press.

Blanchard, O. 2006. Macroeconomics. 4th

edition. Prentice-Hall, New Jersey

Capello, Roberta. 2007, Regional Economics, Routledge, New York.

Dewi Kurniasih. 2005. Model Skala Prioritas Pembangunan Kota Bandung

Berbasis Good Governance, Makara, Sosial Humaniora, VOL. 9, NO. 2,

Desember.

Dinas Kesehatan Kota Bandung, Profile Kesehatan Kota Bandung 2009

Dornbusch, R., S.Fischer, and R.Startz. 2004. Macroeconomics, 9th ed., McGraw-

Hill, Boston.

Dumairy. 1996. Perekonomian Indonesia. Penerbit Erlangga, Jakarta.

Eriyatno, 2003. Ilmu Sistem, Meningkatkan Mutu dan Efektifitas Manajemen,

IPB Press, Bogor.

Ernan, R., et., al, 2007. Perencanaan Pengembangan Wilayah, Institut Pertanian

Bogor, Bogor.

Forrester, 1961. The Industrial Dynamics, The MIT-John Wiley & Sons. Inc.,

New York.

Page 111: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

111

Forrester, 2003. Economic Theory for the New Millennium, International System

Dynamics Conference, New York.

Forum Kajian Kebijakan Spasial Kehutanan P4W, 2006. Kajian Model Dinamik

Penataan Ruang Kehutanan, Badan Planologi Kehutanan, Bogor.

Hadi, Setia. 2006. Pelatihan Penyusunan PDRB Hijau dan Perencanaan

Kehutanan Berbasis Penataan Ruang, Departemen Kehutanan

Badan Planologi Kehutanan Pusat Rencana dan Statistik

Kehutanan, Bogor.

Hendra, Esmara. 1995. Perencanaan Pembangunan. PAU Ekonomi UI, Jakarta.

Hirschman, A.O. 1958. The Strategy of Economic Development. Yale University

Press, New York.

Isard, W., I.J. Azis, M.P. Drennan, R.E. Miller, S. Saltzman and E. Thorbecke.

1998. Methods of Interregional and Regional Analysis. Ashgate

Publishing Company, Brookfield Vermont.

Jhingan, M.L. 1988. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Terjemahan C.V.

Radjawali, Jakarta.

Laporan Penelitian Pusat Mitigasi Bencana ITB, 2006.

LPM-UNPAD, 2002, Kajian Sosial Pengembangan Wilayah Gedebage, Bandung.

Maman Hilman, 2004, Perkembangan Lokasi Perumahan Di Wilayah Gedebage

Kota Bandung Akibat Pemekaran Kota, Dimensi Teknik Arsitektur Vol. 32, No.

2, Desember.

Mangiri, K. 2000. Perencanaan Terpadu Pembangunan Ekonomi Daerah Otonom.

Badan Pusat Statistik, Jakarta.

Mankiw N. Gregory, David Romer dan David N. Weil. 1990. A Contribution To

The Empirics of Economic Growth, Paper National Bureau of

Economic Research.

Nazara, S. 1997. Analisis Input-Output. Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia,

Jakarta.

Perda No, 26 tahun 2006 tentang RTRW Kota Bandung 2013.

Richardson, 1999, Reflection for the Future of System Dinamics, Jurnal of the

operational Research Society.

Page 112: Analisis rencana pembangunan pusat primer gedebage terhadap … · adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

112

Sukirno, S. 1985. Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah dan Dasar Kebijakan.

Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia,

Jakarta.

Supriatna, T. 2000. Strategi Pembangunan dan Kemiskinan. Penerbit Rineka

Cipta, Jakarta.

Sutomo, S. 1995. Kemiskinan dan Pembangunan Ekonomi Wilayah: Analisis

Sistem Neraca Sosial Ekonomi. Disertasi Doktor. Program

Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Tasrif, et. al., tt, Group Model Building Intervention in Developing Country :

Lesson Learned from Developing Strategies for Clen Air. Paper, tt

Todaro, M.P. 1991. Economic Development in the Third World. Longman, New

York.

Tofik Hidayat, Subagyo dan Anna Maria Sri Asih , 2008, Model Penerimaan

Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan pendekatan Sistem Dinamik.

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VIII Program Studi

MMT-ITS, Surabaya.

Yulia Asyiawati, 2002, Pendekatan Sistem Dinamik Dalam Penataan Ruang

Wilyah Pesisir. Tesis Pascasarjana IPB, Bogor.