ANALISIS PERBANDINGAN KADAR TADALAFIL DALAM TABLET … · DALAM TABLET CIALIS ... Analisis...

77
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA ANALISIS PERBANDINGAN KADAR TADALAFIL DALAM TABLET CIALIS ® YANG DIJUAL DI APOTEK DAN KIOS-KIOS DI DAERAH CIPUTAT SKRIPSI SUSILOWATI NIM : 109102000068 FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI JAKARTA OKTOBER 2013

Transcript of ANALISIS PERBANDINGAN KADAR TADALAFIL DALAM TABLET … · DALAM TABLET CIALIS ... Analisis...

  • UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    ANALISIS PERBANDINGAN KADAR TADALAFIL

    DALAM TABLET CIALIS

    YANG DIJUAL DI APOTEK

    DAN KIOS-KIOS

    DI DAERAH CIPUTAT

    SKRIPSI

    SUSILOWATI

    NIM : 109102000068

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    PROGRAM STUDI FARMASI

    JAKARTA

    OKTOBER 2013

  • ii

    UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    ANALISIS PERBANDINGAN KADAR

    TADALAFIL DALAM TABLET CIALIS

    YANG

    DIJUAL DI APOTEK DAN KIOS-KIOS

    DI DAERAH CIPUTAT

    SKRIPSI

    Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi

    SUSILOWATI

    NIM : 109102000068

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    PROGRAM STUDI FARMASI

    JAKARTA

    OKTOBER 2013

  • iii

    HALAM PERNYATAAN ORISINALITAS

    Skripsi ini adalah hasil karya sendiri,

    dan semua sumber yang dikutip maupun dirujuk

    telah saya nyatakan dengan benar.

    Nama : Susilowati

    NIM : 109102000068

    Tanda Tangan :

    Tanggal : 4 Oktober 2013

  • iv

  • v

  • vi

    ABSTRAK

    Nama : Susilowati

    Program Studi : Farmasi

    Judul : Analisis Perbandingan Kadar Tadalafil dalam Tablet Cialis

    yang Dijual di Apotek dan Kios-Kios di Daerah Ciputat.

    Tadalafil adalah salah satu senyawa golongan inhibitor fosfodiesterase 5

    (PDE 5 ) dan inhibitor selektif cGMP (cyclic guanyl-monophosphate), cGMP

    tidak terhidrolisis dengan cepat dan memungkinkan otot halus berelaksasi

    kemudian meningkatkan aliran darah ke organ dan terjadi ereksi. Penelitian ini

    bertujuan untuk mebandingkan kadar Tadalafil dalam produk Cialis yang dijual

    di Apotek dan di kios-kios daerah Ciputat, hal ini dikarenakan obat Cialis yang

    dijual di Apotek harganya lebih mahal dibanding di kios-kios sehingga perlu

    dilakukan penelitian untuk memastikan apakah ada pemalsuan zat aktif atau

    substandar pada obat. Penelitian ini dilakukan menggunakan alat Kromatografi

    Cair Kinerja Tinggi (KCKT), yaitu sistem kromatografi yang terdiri dari kolom Acclaim

    (C18) dengan kecepatan alir 1 mL/menit, panjang gelombang 283 nm,

    dan volume penyuntikan 20 L, dan fase gerak Asetonitril : Buffer phosphat

    (monosodium phosphat monohidrat, adjut asam phosphat) pH 3,0 (75:25), hasil

    yang didapat dari penetapan kadar sampel Cialis yang dijual di kios-kios

    didapatkan kadar lebih dari 100% oleh karena itu dilakukan uji kualitatif berupa

    uji organoleptis, identifikasi sulfur, spektrum panjang gelombang, dan uji

    kromatografi lapis tipis. Uji ini untuk memperkuat dugaan bahwa terjadi

    pemalsuan zat aktif, dan hasilnya positif adanya pemalsuan zat aktif berupa

    Sildenafil. Selanjutnya dilakukan uji disolusi pada Cialis (Sildenafil) yang dijual

    di kios-kios bertujuan untuk mengetahui kelarutan obat didalam tubuh.

    Menggunakan alat tipe 1, dalam medium HCL 0,01 N pada suhu 37o

    C ,

    kecepatan 100 rpm selama 30 menit, hasil Q (rata-rata) yang didapat pada

    sampel Cialis (Sildenafil) 93,414 % telah memenuhi persayaratan umum di

    Farmakope Indonesia yang mana persyaratan kelarutan pada menit ke 30 tidak

    kurang dari 80%.

    Kata kunci : Tadalafil, Sildenafil, KCKT, Asetonitril, Buffer Phosphat

    (monosodium phosphat monohidrat, adjut asam phosphat) pH 3,0

  • vii

    ABSTRACT

    Name : Susilowati

    Program Study : Pharmacy

    Tittle : Comparative Analysis of Tadalafil level in Cialis Tablets

    Sold in Pharmacies and stalls in Ciputat areas.

    Tadalafil was one of phosphodiesterase ( PDE 5 ) inhibitor compounds and selective inhibitor of cGMP ( cyclic guanyl - monophosphate ) , cGMP was hydrolyzed quicly and smooth muscle relaxation allowed increased blood flow to organ and an erection. This study aimed to compare levels of Tadalafil in Cialis products in pharmacies and stalls in Ciputat area, Cialis drugs sold in pharmacies wes more expensive than stalls so that the research needs to be done to ascertain whether there was falsification of active substances or substandard on drugs. This study was conducted using a High Performance Liquid Chromatography ( HPLC ) , the chromatography system consisting of a column Acclaim ( C18 ) with a flow rate of 1 mL / min , wavelength 283 nm, and injection volume of 20 mL, and the mobile phase Acetonitrile : Buffer phosphate ( monosodium phosphate monohydrate , adjut acid phosphate ) pH 3.0 ( 75:25 ) , the results obtained from Cialis were stalls more than 100 % concentration therefore it conducted a qualitative test, were organoleptic test , identification of sulfur , wavelength spectrum , and thin layer chromatography test. This test aimed to reinforce the notion that there was adultecation of active substances , and results obtained Sildenafil as forgery active substance . Dissolution test on Cialis ( Sildenafil ) Ciputat areas aimed to know solubility of the drug in the body . Using the tools of type 1 , in 0.01 N HCl medium at 37 C , 100 rpm for 30 minutes , the result Q ( on average ) obtained on a sample of Cialis ( Sildenafil ) were 93.414 % have been eligible in Indonesian Pharmacopoeia , requirements solubility in the 30 th minute was not less than 80 % .

    Keywords : Tadalafil, Sildenafil, KCKT, Asetonitril, Buffer phosphat pH 3,0

  • viii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kehadiran Allah swt yang senantiasa memberikan rahmat dan

    hidayahnya kepada kita semua, khusunya kepada penulis sehingga bisa

    menyelesaikan skripsi dengan judul Analisis Perbandingan Kadar Tadalafil

    dalam Tablet Cialis yang dijual di Apotek dan kios-kios di daerah

    Ciputat.

    Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian di laboratorium PNA

    (Pharmacy Natural Product Chemistry), dan PSO (Pharmacy Solid Preparation

    Technology), dan skripsi ini dibuat berdasarkan dari berbagai sumber. Untuk

    menyelesaikan skripsi ini tentunya banyak hal yang mneghambat dalam skripsi

    ini, penulis tidak lepas berdoa, kemudian mendengan arahan, bimbingan dari

    banyak pihak, dengan ini penulis menghanturkan ucapan terimakasih:

    1. Allah swt yang selalu memberikan nikmat dan karunianya yang selalu

    memberikan kesehatan kepada penulis, serta shalawat beriring salam selalu

    terucap untuk nabi Muhammad saw yang senantiasa ditunggu saafnya di hari

    akhir nanti.

    2. Bapak Drs. Umar Mansur MSc. Apt selaku pembimbing 1 dan Bapak

    Supandi MSi, Apt selaku pembimbing ke 11, yang telah memberikan

    bimbingan berupa ilmu, waktu, tenaga, serta arahan sehingga terselesainya

    skripsi ini.

    3. Pemerintah Provinsi Sumatra Selatan dan Diknas Sumatra Selatan serta

    jajaran pengurus program Santri Jadi Dokter, selaku pemberi beasiswa

    sehingga penulis dapat menempuh pendidikan di Program Studi Farmasi

    Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negri Syarif

    Hidayatullah Jakarta.

    4. Bapak Prof. Dr.(hc) dr. MK. Tadjudin, Sp. Dan selaku Dekan Fakultas

    Kedokteran dan ilmu Kesehatan Universitas Islam Negri (UIN) Syarif

    Hidayatullah Jakarta.

    5. Ibu Sabrina, M.Farm, Apt selaku pembimbing akademik yang telah

    memberikan arahan dan bimbingan selama perkuliahan.

  • ix

    6. Bapak dan Ibu staf dosen pengajar, serta karyawan telah memberikan

    bimbingan dan batuan selama menempuh pendidikan di Universitas Islam

    Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, khusunya dibidang Farmasi.

    7. Kakak-kakak laboran yang telah membantu dalam penelitian ini kak Rani,

    kak Rahmadi, kak Eris, kak Lisna, kak Liken, kak Anis, serta para obey yang

    telah membatu dalam penelitian ini.

    8. Kedua orang tua tersayang, Ayah Wasito dan Ibu Paerah, yang telah

    memberikan doa yang ikhlas tanpa pamrih, bimbingan, arahan serta dukungan

    moral, materi , nasehat-nasehat dan lain-lain dalam hal positive.

    9. Kepada kakak kandung tercinta Pasrum seorang pahlawan sebagai kakak

    sekaligus seorang ayah, slalu memberikan bimbingan dan arahan dari mulai

    perkulihan sampai akhir penelitian dalam hal materi dan moral.

    10. Kepada teman-teman SDJ pertama angkatan 2009 Sumatra-Selatan Fitri

    Nurmayanti, Nur khorani, Vita Fitria, Nurul Khomariah, Zil Ardi, Ira

    Sukaina, Rudianto, Rifqi, Aandi Ikhrom, Desli, Etika Rahmawati, Tika

    Widyasari, Kiki Chairani, Midun, Sheila, Maha Rani, Inti Fikria, Ani

    Oktavia, Khoiru Mukhsinin Putra, Rafita Oktavia, yang selalu memberikan

    motivasi susah senang selalu bersama.

    11. Teman penelitian seperjuangan dalam susah maupun senang Eriska Boru

    Saragih , dan teman-teman yang lain : Maya, Ikhwan, Ika, terima kasih atas

    bantuan yang diberikan.

    12. Semua pihak yang telah membantu yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

    Semoga Allah SWT membalas semua bantuan yang telah diberikan kepada

    penulis, penulis menyadari banyak sekali kekurangan dalam penulisan ini, oleh

    karena itu kritik dan saran mohon dan sangat diharapkan untuk perbaikan skripsi

    ini, semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua.

    Jakarta, Oktober 2013

    Penulis

  • x

    HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

    TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

    Sebagai sivitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

    Hidayatullah Jakarta, Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

    Nama : Susilowati

    NIM : 109102000068

    Program studi : Farmasi

    Fakultas : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK)

    Jenis Karya : Skripsi

    Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/karya

    ilmiah saya dengan judul

    ANALISIS PERBANDINGAN KADAR TADALAFIL DALAM

    TABLET CIALIS

    YANG DIJUAL DI APOTEK DAN KIOS-KIOS

    DI DAERAH CIPUTAT

    untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital

    Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

    untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta.

    Dengan demikian persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan

    sebenarnya.

    Dibuat di : Jakarta

    Pada Tanggal : 4 Oktober 2013

    Yang menyatakan,

    (Susilowati)

  • xi

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL .......................................................................................... ii

    HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .............................................. iii

    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. iv

    HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ v

    ABSTRAK ........................................................................................................... vi

    ABSTRACT ........................................................................................................ vii

    KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii

    HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ................... x

    DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi

    DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv

    DAFTAR TABEL ............................................................................................... xv

    DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi

    BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................ 1 1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1

    1.2. Rumusan Masalah .............................................................................. 3

    1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................... 3

    1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................. 3

    BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 4

    2.1. Tadalafil ............................................................................................. 4 2.1.1. Sifat Fisikakimia ...................................................................... 4

    2.1.2. Farmakokinetik ........................................................................ 4

    2.1.3. Efek Samping .......................................................................... 5

    2.1.4. Kegunaan ................................................................................. 5

    2.1.5. Bentuk Sediaan ........................................................................ 5

    2.1.6. Interaksi.................................................................................... 5

    2.2. Spektrofotometri UV-VIS ................................................................ 6 2.3. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) ....................................... 7

    2.3.1. Metode dalam Kromatografi Cair. ........................................... 7

    2.3.2. Kuntungan ............................................................................... 7

    2.3.3. Komponen KCKT .................................................................... 8

    2.3.4. Analisa Kromatografi .............................................................. 11

    2.4. Uji Disolusi ........................................................................................ 11 2.5. Metode Validasi ................................................................................. 12 2.5.1. Kecermatan .............................................................................. 12

    2.5.2. Keseksamaan............................................................................ 13

    2.5.3. Linearitas.................................................................................. 13

    2.5.4. Batas Kuantitas dan Batas Deteksi ......................................... 14

    2.6. Metode Sampling ............................................................................. 15 2.6.1. Definisi Sampel ........................................................................ 15

    2.6.2. Tekhnik Pengambilan Sampel ................................................. 15

  • xii

    BAB 3 METODE PENELITIAN ................................................................ 17

    3.1. Alur Penelitian ................................................................................... 18

    3.2. Waktu dan Tempat .............................................................................. 18

    3.3. Alat dan Bahan .................................................................................... 18

    3.3.1. Alat ........................................................................................... 18

    3.3.2. Bahan ....................................................................................... 18

    3.4. Prosedur Kerja ..................................................................................... 18

    3.4.1. Pengambilan Sampel ................................................................ 18

    3.4.2. Pembuatan Larutan Tadalafil Kimia Farma ............................. 19

    3.4.3. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum untuk Analisa ..... 19

    3.4.4. Penetapan Komposisi Fase Gerak ............................................ 19

    3.5. Validasi Metode .................................................................................. 19

    3.5.1. Pembuatan Kurva Kalibrasi Cialis Apotek ........................... 19

    3.5.2. Uji Batas Kuantitas dan Deteksi Tadalafil Kimia Farma ........ 20

    3.5.3. Uji Akurasi .............................................................................. 21

    3.5.4. Uji Presisi ................................................................................ 21

    3.6. Penetapan Kadar Cialis (Tadalafil) kios-kios .................................. 21

    3.6.1. Uji Organoleptis ....................................................................... 21

    3.6.2. Uji Spektrum Panjang Gelombang .......................................... 21

    3.6.3. Uji Sulfur ................................................................................. 22

    3.6.4. Uji Kromatografi Lapis Tipis................................................... 22

    3.7. Penetapan Kadar Cialis (Sildenafil) kios-kios ................................. 22

    3.8. Uji Disolusi ......................................................................................... 23

    3.8.1. Pembuatan Kurva Kalibrasi Standard Sildenafil (BPOM) ..... 23

    3.8.2. Uji Disolusi Sampel Cialis (Sildenafil) Kios-Kios .............. 23

    BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 24

    4.1. Penentuan Metode Analisa Tadalafil ................................................. 24

    4.1.1. Penentuan Panjang Gelombang .............................................. 25

    4.1.2. Penetapan Komposisi Fase Gerak ............................................ 25

    4.2. Validasi Metode ................................................................................. 25

    4.2.1. Pembuatan Kurva dan Uji Linearits Tadalafil ......................... 25

    4.2.2. Uji Batas Deteksi dan Kuantitas Tadalafil Kimia Farma ......... 26

    4.2.3. Uji Akurasi ............................................................................... 26

    4.2.4. Uji Presisi ................................................................................. 27

    4.3. Penetapan Kadar Sampel Cialis (Tadalafil) Kios-Kios ................... 28

    4.3.1. Uji Organoleptis ....................................................................... 28

    4.3.2. Uji Spektrum Panjang Gelombang .......................................... 29

    4.3.3. Uji Sulfur ................................................................................. 30

    4.3.4. Uji Kromatografi Lapis Tipis................................................... 31

    4.4. Penetapan Kadar Sampel Cialis Kios-Kios asumsi mengandung

    Sildenafil ............................................................................................ 33

    4.5. Uji Disolusi Sampel Sildenafil ........................................................... 34

    4.5.1. Pembuatan Kurva Kalibrasi Standard Sildenafil (BPOM) ..... 34

    4.5.2. Uji Disolusi Sampel Cialis (Sildenafil) Kios-Kios ............... 35

  • xiii

    BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 37

    DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 38

  • xiv

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 2.1 Struktur Tadalafil ........................................................................... 4

    Gambar 4.1 Spektrum Tadalafil Apotek ............................................................. 24

    Gambar 4.2 Kurva Kalibrasi Tadalafil Apotek ................................................... 26

    Gambar 4.4 Struktur Sildenafil ........................................................................... 30

    Gambar 4.5 Kurva Kalibrasi Sildenafil (BPOM) ................................................ 35

    Gambar 6.1 Alat Kromatografi Cair Kinerja Tinggi ........................................... 40

    Gambar 6.2 Kromatogram Penetapan Fase Gerak (60:40) ................................. 41

    Gambar 6.3 Kromatogram Penetapan Fase Gerak (70:30) ................................. 41

    Gambar 6.4 Kromatogram Penetapan Fase Gerak (75:25) ................................. 42

    Gambar 6.7 Kurva Kalibrasi Sildenafil (BPOM) HCL 0,001 N ......................... 44

    Gambar 6.8 Uji Kualitatif Panjang Gelombang (ACN:Buffer phosphat pH 3) .. 51

    Gambar 6.9 Uji Kualitatif Panjang Gelombang (Air) ........................................ 52

    Gambar 6.10 Uji Kualitatif Panjang Gelombang (HCL 0,001 N) ........................ 53

    Gambar 6.11 Kromatogram Standard Sildenafil (BPOM) ................................... 54

    Gambar 6.12 kromatogram Cialis kios-kios asumsi mengandung Sildenafil ....... 54

    Gambar 6.13 kromatogram Cialis kios-kios asumsi mengandung Sildenafil ....... 55

  • xv

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 4.1 Hasil uji batas deteksi dan kuantitas .................................................. 26

    Tabel 4.2 Hasil uji akurasi ................................................................................. 27

    Tabel 4.3 Hasil uji presisi................................................................................... 27

    Tabel 4.4 Hasil kadar sampel Cialis (Tadalafil) kios-kios ................................. 28

    Tabel 4.5 Hasil uji organoleptis ......................................................................... 29

    Tabel 4.6 Perbandingan Struktur Tadalafil dan Sildenafil ................................. 30

    Tabel 4.7 Hasil uji sulfur .................................................................................... 31

    Tabel 4.8 Hasil uji kromatograi lapis tipis (KLT).............................................. 32

    Tabel 4.9 Hasil kadar sampel Cialis (Sildenafil)) kios-kios .............................. 34

    Tabel 4.10 Persentase Sildenafil larut pertablet (78 mg) ..................................... 35

    Tabel 6.1 Hasil uji linearitas Tadalafil Apotek .................................................. 43

    Tabel 6.2 Hasil uji linearitas Sildenafil .............................................................. 44

    Tabel 6.3 Hasil uji batas deteksi dan kuantitas Tadalafil Apotek ...................... 45

    Tabel 6.4 Hasil uji batas deteksi dan kuantitas Sildenafil .................................. 45

    Tabel 6.5 Hasil uji akurasi Tadalafil .................................................................. 46

    Tabel 6.6 Hasil uji akurasi Sildenafil ................................................................. 46

    Tabel 6.7 Hasil uji presisi Tadalafil ................................................................... 47

    Tabel 6.8 Hasil uji presisi Sildenafil ................................................................. 47

    Tabel 6.9 Hasil kadar sampel Cialis (Tadalafil) kios-kios ................................. 48

    Tabel 6.10 Hasil kadar sampel Cialis (Sildenafil)) kios-kios .............................. 48

    Tabel 6.11 Data hasil kurva kalibrasi HCL 0,001 N ............................................ 49

  • xvi

    DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    Lampiran 1. Alat Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) ..................... 40

    Lampiran 2. Kromatogram Hasil Optimasi ................................................... 41-42

    Lampiran 3. Uji Lineritas dan Pembuatan Kurva Kalibrasi ......................... 43-44

    Lampiran 4. Uji Deteksi dan Batas Kuantitas .............................................. 45

    Lampiran 5. Uji Akurasi .............................................................................. 46

    Lampiran 6. Uji Presisi ................................................................................ 47

    Lampiran 7. Uji Hasil Kadar Sampel ........................................................... 48

    Lampiran 8. Uji Disolusi .............................................................................. 49

    Lampiran 9. Contoh Perhitungan Disolusi .................................................... 50

    Lampiran 10. Uji kualitatif panjang gelombang (Standard Sildenafil,

    Standard Tadalafil Apotek, Sampel C20 .................................... 51-53

    Lampiran 11. Kromatogram Cialis asumsi mengandung Sildenafil ............... 54-55

    Lampiran 12. Perhitungan kadar sampel Cialis (Tadalafil) dalam

    asetonitril : buffer phosphat (monosodium phosphat

    monohidrat adjust asam phosphat) pH 3,0 ............................... 56

    Lampiran 13. Perhitungan kadar sampel Cialis (Sildenafil) dalam

    metanol ..................................................................................... 57

    Lampiran 14. Cara perhitungan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi ............. 58

    Lampiran 15. Cara perhitungan Simpangan Baku, Koefisien Variasi,

    % diff , dan Uji Perolehan Kembali .......................................... 59

    Lampiran 16. Sertifikat analisa Sildenafil BPFI ............................................. 60

  • 1

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Disfungsi ereksi adalah ketidakmampuan untuk mencapai atau

    mempertahankan ereksi cukup untuk menyelesaikan koitus. Fisiologi dari ereksi

    dan ejakulasi adalah kompleks dan mencakup komponen simpatis dan

    parasimpatis pada saat ereksi yang mana saraf pelvis membawa impuls

    parasimpatis yang akan mendilatasi pembuluh darah regio penis dan

    meningkatkan aliran darah ke penis sehingga membesarkan korpus kavernosum

    (Suzanne, 2001).

    Banyak pria di atas usia 50-60 tahun mengidap gangguan potensi berupa

    disfungsi ereksi (dahulu disebut impotensi) yang sangat memperburuk kehidupan

    seksual dan kesehatan. Gangguan ereksi dapat disebabkan oleh kerusakan saraf,

    misalnya setelah kerusakan sum-sum tulang belakang, atau sebagai komplikasi

    pada penderita diabetes, pada peminum alkohol kronis, perokok berat atau

    setelah pembedahan prostat. Pada semua keadaan ini keseimbangan antara cGMP

    dan PDE terganggu, mungkin karena berkurangnya produksi cGMP sehingga

    persediaanya dihabiskan terlalu pesat (Tjay, 2007).

    Sejak dahulu masyarakat yang mengalami gangguan disfungsi ereksi

    ditangani dengan zat-zat yang dapat membangkitkan syahwat seksual, tetapi

    hasilnya sering mengecewakan. Obat kuno Apomorfin benar-benar meningkatkan

    syahwat dan efek samping yang ditimbulkan juga terlalu hebat. Pada tahun 80-an

    dikembangkan cara-cara mekanis berupa pompa vakum dan implantasi prothesis

    penis, namun jarang dipraktekan karena sulit dalam penggunaan, akhir 1990-an

    ditemukan obat Sildenafil yang dipasarkan untuk disfungsi ereksi, dan obat ereksi

    lain telah dipasarkan verdenafil (levetra

    ), Tadalafil (Cialis

    ) (Tjay, 2007).

    Tadalafil adalah salah satu senyawa golongan inhibitor / fosfodiesterase 5

    (PDE 5 ) dan inhibitor selektif cGMP (cyclic guanyl-monophosphate) (Sutar,

    2008), cGMP tidak terhidrolisis dengan cepat dan memungkinkan otot halus

  • 2

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    berelaksasi kemudian meningkatkan aliran darah ke organ dan terjadi ereksi

    (Kannappan, 2010).

    Tadalafil banyak penggunaanya dikalangan masyarakat namun ditinjau dari

    segi harga Tadalafil di Apotek Kimia Farma terbilang cukup mahal yakni Rp

    168.000,00 untuk 1 tablet, sementara kios-kios atau toko obat di pinggir jalan

    menjual Tadalafil dengan harga yang lebih murah yakni 30.000,00 hal ini diguna

    dapat memicu penjualan obat secara ilegal, sehingga perlu dilakukan penelitian

    kemungkinan adanya pemalsuan atau substandar pada obat tersebut.

    Penetapan kadar obat Tadalafil dilakukan dengan menggunakan metode

    KCKT (Kromatografi Cair Kinerja Tinggi), telah dilakukan pada penelitian

    sebelumnya oleh Thejomoorthy (2012), yang menyatakan metode KCKT telah

    tervalidasi dan dapat diaplikasikan dengan baik pada sampel plasma tikus untuk

    studi farmakokinetik. Pada tahun 2012, Sujanna menyatakan metode RP-KCKT

    merupakan metode valid dalam penentuan Tadalafil pada bentuk sediaan yang

    telah dikembangkan dan tervalidasi. Sedangkan Kannappan (2010), melakukan

    pengembangan metode menggunakan KCKT memberikan resolusi yang baik

    antara Sildenafil sitrat dan Tadalafil dengan waktu analisa yang singkat (kurang

    dari 8 menit).

    Kromatografi merupakan tekhnik pemisahan campuran didasarkan atas

    perbedaan distribusi dari komponen-komponen campuran tersebut diantara dua

    fase, yaitu fase diam dan fase gerak, KCKT memiliki keuntungan antara lain

    metode yang memberikan sensitifitas yang tinggi, cepat, resolusinya baik,

    mudah melaksanannya, detektor yang sensitif dan beragam sehingga mampu

    menganalisa berbagai cuplikan secara kualitatif maupun kuantitatif, kolom

    dapat digunakan kembali, mudah memperoleh kembali cuplikan (Harmita,

    2006).

    Berdasarkan hal tersebut, penulis bermaksud membandingkan kadar

    Tadalafil pada tablet Cialis

    yang dijual di Apotek dengan Tadalafil yang dijual

    di kios-kios daerah Ciputat menggunakan metode KCKT, yang nantinya akan

    dibahas melalui judul analisis perbandingan kadar Tadalafil dalam tablet

    Cialis

    yang dijual di Apotek dan kios-kios daerah Ciputat.

  • 3

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    1.2. Rumusan Masalah

    1. Apakah obat Cialis yang dijual di kios-kios daerah Ciputat

    mengandung Tadalafil?

    2. Apakah kadar obat Tadalafil pada tablet Cialis yang dijual di

    Apotek sama dengan Cialis yang dijual di kios-kios daerah

    Ciputat?

    3. Apakah tablet Cialis memenuhi syarat uji disolusi yang telah

    ditetapkan oleh Farmakope Indonesia ?

    1.3. Tujuan Penelitian

    Menentukan perbandingan kadar kandungan Tadalafil dalam produk

    Cialis

    yang dijual di Apotek dan kios-kios di daerah Ciputat.

    1.4. Manfaat Penelitian

    Memberikan informasi kepada masyarakat terhadap kualitas obat

    Cialis yang dijual dikios-kios daerah Ciputat.

  • 4

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Tadalafil

    2.1.1. Sifat Fisikokimia

    2.1.2. Farmakokinetik

    Absorbansi yang baik pada Tadalafil yaitu pada dosis tunggal oral,

    konsentrasi plasma (Cmaks) yang dicapai rata-rata selama 2 jam, yang mana

    tingkat absorbansi tidak dipengaruhi oleh makanan, Tadalafil didistribusikan

    secara luas ke dalam jaringan dan sekitar 94% yang terikat pada protein plasma,

    Rumus Struktur :

    Gambar 2.1. Struktur Tadalafil

    (Martindal, 2009)

    Sinonim : pyrazino [1 ', 2': 1,6] pyrido [3,4-b] indole-1, 4-

    dion, 6 - (1,3 - benzodioxol-5-il) -2, 3, 6, 7, 12, 12

    ahexahydro-2-metil-, (6R, 12aR).

    Rumus Masalah : C22H19N3O4

    Berat Molekul : 389, 41

    Nama Dagang : Cialis

    Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan sangat tidak larut

    dalam etanol

    Titik Lebur : 303O

    C - 306O

  • 5

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    obat ini dimetabolisme di dalam hati oleh enzim sitokrom P450 CYP3A4, untuk

    metabolit yang dihasilkan berupa methylcatechol glukuronat, dan Tadalafil

    diekskresikan sebagai metabolit dalam feses (61% dari dosis) dan untuk tingkat

    lebih rendah yaitu dalam urin (36% dari dosis) dan dosis bisa dikurangi untuk

    pasien yang sudah tua dan pada pasien gangguan ginjal (Martindal, 2009).

    2.1.3. Efek Samping

    Sakit kepala, pusing, dan dispepsia, gangguan umum visual seperti

    penglihatan kabur, fotofobia, chromatopsia, cyanopsia, iritasi mata, rasa sakit dan

    mata merah. Terjadi perdarahan retina, Efek samping lain yang umum termasuk

    pusing, insomnia, kecemasan, vertigo, epistaksis, hidung tersumbat, demam, dan

    gastrointestinal, gangguan seperti diare dan muntah, Priapisme. Efek samping

    lainnya termasuk ruam kulit, eritema, alopecia, tungkai dan nyeri punggung,

    mialgia, wajah edema, retensi cairan, parestesia, dan saluran kencing infeksi

    (Martindal, 2009).

    2.1.4. Kegunaan

    Untuk mengobati disfungsi ereksi laki-laki dan hipertensi arteri paru

    (Thejomoorthy, 2012). Tadalafil diberikan secara oral dengan dosis biasa 10 mg

    pemakaian setidaknya 30 menit sebelum hubungan seksual, dosis dapat

    ditingkatkan menjadi 20 mg. Khasiat dapat bertahan sampai 36 jam setelah

    pemberian dosis. Di Inggris, Tadalafil digunakan sesuai kebutuhan.

    2.1.5. Bentuk Sediaan

    Tadalafil tersedia dalam bentuk tablet 10 mg, 20 mg (Martindal, 2009 ).

    2.1.6. Interaksi

    Adanya interaksi antara Tadalafil ( inhibitor phosphodiesterase type 5)

    dengan senyawa nitrat organik, sehingga terjadi kontra indikasi terhadap pasien

    dan dapat meningkatkan hipotensi pada pasien, harus dihindari penggunaan obat

    yang bersamaan pada kedua obat tersebut.

  • 6

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Gejala hipotensi juga dapat terjadi ketika Tadalafil diberikan bersama alpha

    blockers. Umumnya sebelum diberikan Tadalafil pasien harus distabilkan dahulu

    dari penggunaan obat golongan alpha blocker. Obat-obatan yang menghambat

    isoenzim sitokrom P450 CYP3A4, seperti Cimetidin, Delavirdin, Eritromisin,

    Itrakonazol, dan Ketokonazol (Martindal, 2009).

    2.2. Spektrofotometri UV-VIS

    Spektrofotometri serapan merupakan pengukuran suatu interaksi antara

    radiasi elektromagnetik dan molekul atau atom dari suatu zat kimia. Tekhnik

    yang sering digunakan dalam analisis farmasi meliputi spektroskopi serapan

    ultraviolet, cahaya tampak, inframerah dan serapan atom, untuk berbagai bahan

    farmasi pengukuran spektrum dalam dareah ultraviolet dan cahaya tampak dapat

    dilakukan dengan ketelitian dan kepekaan yang lebih baik dari pada daerah

    inframerah dekat dan inframerah, apabila diamati kadar dalam kuvet 1 cm kadar

    lebih kurang 10 g spesimen per ml sering menghasilkan serapan sebesar 0,2-

    0,8 didaerah ultraviolet atau cahaya tampak ( FI 1V, 1995).

    Spektrofotometer yang sesuai untuk pengukuran di daerah spektrum

    ultraviolet dan cahaya tampak terdiri dari sistem optik dengan kemampuan

    menghasilkan cahaya monokromatik dalam jangkauan 200 nm hingga 800 nm

    dan suatu alat yang sesuai untuk menetapkan serapan. Spektrum ultraviolet dan

    cahaya tampak suatu zat pada umumnya tidak mempunyai drajat spesifikasi yang

    tinggi, walau pun demikian spektrum tresebut sesuai untuk pemeriksaan

    kuantitatif dan untuk berbagai zat spektrum tersebut bermanfaat sebagai

    tambahan untuk identifikasi ( FI 1V, 1995).

    Sampel yang sering dianalisa dengan UV-Vis adalah senyawa organik

    dimana senyawa organik dapat memberikan serapan adalah senyawa yang

    mempunyai gugus kromofor dan auksokrom. Gugus kromofor adalah gugus

    fungsional tidak jenuh yang dapat memberikan serapan pada daerah UV atau

    cahaya tampak, hampir semua kromofor mempunyai ikatan rangkap seperti alkena

    (C=C), C=O, NO2, benzene dan lain-lain. Sedangkan auksokrom adalah gugus

    fungsional seperti OH, NH2, X yaitu gugus yang mempunyai elektron

  • 7

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    nonbonding dan tidak mengabsobpsi radiasi pada diatas 200 bn akan tetapi

    menabsobrsi sinar UV jauh (Harmita, 2006).

    2.3. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT)

    KCKT (Kromatografi Cair Kinerja Tinggi) merupakan teknik pemisahan

    untuk analisis dan pemurniaan senyawa tertentu dalam suatu sampel pada

    sejumlah bidang tertentu, antara lain : farmasi, bioteknologi, polimer, dan industri

    makanan. Pemisahan pada senyawa organik, anorganik, maupun senyawa

    biologis, analisis ketidakmurniaan, senyawa-senyawa yang tidak menguap.

    KCKT sering digunakan untuk penetapan kadar senyawa-senyawa seperti

    asam-asam amino, protein dalam cairan fisiologis, menentukan kadar senyawa-

    senyawa aktif obat (Gandjar & Rohman, 2007).

    2.3.1. Metode Dalam Kromatografi Cair

    Dibagi atas dua macam:

    a. Kromatografi Cair Retensif

    Pemisahan dicapai melalui interaksi antara zat terlarut dengan fase diam.

    Tipe ini mencakup fase normal, fase terbalik, dan kromatografi ion.

    b. Kromatografi Cair Non-retensi

    Pemisahan yang dicapai tergantung kepada perbedaan besar molekul zat

    terlarut dimana terjadi interaksi antara zat terlarut dengan pori-pori yang

    terdapat di permukaan fase diam.

    (Harmita, 2006).

    2.3.2. Keuntungan

    a. Waktu analisa cepat

    Waktu yang diperlukan biasanya kurang dari satu jam, sering kali hanya

    15 menit hingga 30 menit, untuk analisa yang mudah yang diperlukan

    kurang dari 5 menit.

    b. Daya pisahnya baik.

    c. Peka.

  • 8

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Kepekaannya sangat tergantung pada jenis detektor dan eluen yang

    digunakan.

    d. Pemilihan kolom dan eluen sangat bervariasi.

    e. Kolom dapat dipakai kembali.

    f. Mudah untuk molekul besar dan kecil.

    g. Mudah untuk memperoleh kembali cuplikan, tidak sperti kebanyakaan

    detektor dalam kromatografi gas, detektor KCKT tidak merusak komponen

    zat yang di analisis, sehingga zat yang telah dielusi dapat dikumpulkan

    dengan mudah setelah melewati detektor.

    h. Dapat menghitung sampel dengan kadar yang sangat rendah, hal ini sangat

    bergantung kepada detektor yang digunakan, namun detektor KCKT dapat

    mendeteksi zat sampai dengan kadar ppt.

    (Harmita, 2006).

    2.3.3. Komponen KCKT

    a. Pompa

    Pompa berfungsi untuk mengalirkan eluen ke dalam kolom, pompa dan

    segel-segel pompa dan semua penghubung dalam sistem kromatografi harus

    terbuat dari bahan yang secra kimia terhadap fase gerak.

    b. Injektor

    Injektor untuk memasukkan cuplikan ke dalam kolom

    Jenis-jenis injektor :

    1. Aliran henti

    Aliran dihentikan, penyuntikan dilakukan pada tekanan atmosfer, setelah

    sistem ditutup aliran dilanjutkan kembali.

    2. Septum

    Merupakan injektor langsung pada aliran, dapat dipakai pada tekanan

    sampai 60-70 atm tetapi tidak dapat dipakai untuk pelarut kromatografi

    cair.

    3. Katup jalan kitar

    Biasa dipakai untuk menyuntikkan volume yang lebih dari 10 l.

    4. Auto injektor

  • 9

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Merupakan otomatisasi dari katup jalan kitar.

    c. Kolom

    Berfungsi untuk memisahkan masing-masing komponen, kolom yang ada

    telah tersedia dalam berbagai macam ukuran. Untuk menahan tekanan

    tinggi, kolom dibuat bahan yang kokoh seperti stainless atau campuran

    logam dengan gelas, isi kolom dijaga oleh penahan yang ada di ujung-ujung

    kolom.

    Kolom standar mempunyai diameter dalam antara 4-5 mm. Isi kolom harus

    homogen dan stabil secara mekanik. Diameter partikel berkisar antara 4-7

    panjang kolom sekitar 10-30 cm, kecepatan analisis merupakan

    pertimbangan utama, Kolom dengan diameter dalam yang kecil (2 mm)

    dibandingkan dengan kolom standar pada kondisi isokratik akan

    menghasilkan waktu analisis yang sama.

    d. Detektor

    Detektor berfungsi untuk mendeteksi atau mengidentifikasi komponen

    yang ada dalam eluat dan mengukur jumlahnya.

    Macam-macam Detektor :

    1. Detektor Spektrofotometri UV-Vis

    Detektor ini berdasarkan pada adanya penyerapan radiasi ultraviolet

    (UV) dan sinar tampak (Vis) pada kisaran panjang gelombang 190-

    800 nm oleh spesies solut yang mempunyai struktur-struktur atau

    gugus-gugus kromoforik.

    2. Detektor indeks bias

    Merupakan detektor yang bersifat universal sel yang mampu

    memberikan respon, pada setiap zat terlarut. Detektor ini akan

    merespon setiap perbedaan indeks bias antara analit (zat terlarut)

    dengan pelarutnya (fase geraknya).

    3. Detektor fluoresensi

    Fluoresensi merupakan fenomena luminisensi yang terjadi ketika

    suatu senyawa menyerap sinar UV atau visibel lalu mengemisikan

    pada panjang gelombang yang lebih besar, tidak semua senyawa obat

    mempunyai sifat fluoresen sehingga fluoresen detektor ini sangat

  • 10

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    sensitif, disamping itu, detektor ini sangat sensitif dibandingkan

    dengan detektor UV.

    4. Detektor elektrokimia

    Banyak senyawa organik (termasuk obat) dapat dioksidasi atau

    direduksi secara elektrokimia pada elektroda yang cocok, kepekaan

    detektor elektrokimia umumnya tinggi, detektor elektrokimia yang

    paling sering digunakan adalah detektor konduktivitas dan detektor

    amperometri.

    (Gandjar & Rohman, 2007)

    e. Fase Gerak

    Senyawa yang akan dipisahkan harus larut dalam pelarut yang digunakan,

    pelarut ini tidak perlu tepat sama dengan eluen yang di gunakan, akan tetapi

    pelarut tersebut harus dapat larut di dalam eluen. Untuk kromatografi

    partisi fase normal, pelarut harus dipilih agar menghasilkan viskositas

    terendah yang sesuai dengan persyaratan pompa, dan paling sering dipilih

    adalah kloroform karena tekanan uapnya rendah, sedangkan untuk

    kromatografi terbalik asetonitril merupakan pelarut pilihan untuk

    dicampur dengan air, campuran ini viskositasnya lebih rendah dari pada

    campuran metanol-air dan biasanya menghasilkan efesiensi kolom yang

    baik.

    Secara umum sifat eluen yang baik:

    1. Murni

    2. Tidak bereaksi dengan kolom

    3. Sesuai dengan detektor

    4. Dapat melarutkan cuplikan

    5. Selektif terhadap komponen

    6. Viskositas rendah

    7. Mudah memperoleh cuplikan kembali bila diperlukan

    8. Harga wajar

    9. Dapat memisahkan zat dengan baik

  • 11

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Pemilihan fase gerak berdasarkan pada :

    1. Kesesuaian dengan mekanisme pemisahan

    2. Kemampuannya untuk melarutkan cuplikan

    3. Kepolaran yang dapat di ubah dengan mengubah komposisi

    2.3.4. Analisa Kromatografi

    Analisis KCKT dapat dilakukan kualitatif dan kuantitatif

    1. Analisa Kualitatif

    Cara yang terbaik adalah dengan menggunakan metode waktu relatif :

    Rist

    Keterangan : tRi : waktu retensi komponen zat

    tRi : waktu retensi standar

    Data waktu retensi khas tetapi tidak spesifik, artinya terdapat lebih

    dari satu komponen zat yang mempunyai waktu retensi yang sama.

    2. Analisa Kuantitatif

    Tahapan analisis kuantitatif adalah sebagai berikut :

    a. Membuat spektrum serapan komponen-komponen yang ada dalam

    sampel.

    b. Mencari panjang gelombang optimum untuk campuran komponen

    zat dalam sampel.

    c. Mencari fase gerak yang sesuai agar komponen-komponen tersebut

    memisah (R 1,5).

    Dasar perhitungan kuntitatif untuk suatu komponen yang dianalisis

    adalah dengan mengukur luas atau tinggi puncaknya.

    (Harmita, 2006).

    2.4. Uji Disolusi

    Uji disolusi merupakan faktor yang penting dalam pengendalian mutu obat,

    pengujian ini dipersyaratkan pada produk farmasi yang berbentuk tablet, uji

    disolusi ini informasi berharga untuk keseragaman kadar zat khasiat dalam

    suatu produksi obat (batch), perkiraan bioavabilitas dari zat khasiat obat dalam

  • 12

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    suatu formulasi, variabel kontrol proses dan untuk melihat pengaruh perubahan

    formulasi (Raini, 2010).

    Untuk uji disolusi ada 2 macam alat yang pertama yaitu jenis alat uji

    disolusi dengan pengaduk bentuk keranjang dan yang kedua pengaduk bentuk

    dayung yaitu:

    - Alat 1

    Yaitu tipe pengaduk bentuk keranjang yang mana disini terdiri dari sebuah

    wadah tertutup yang terbuat dari kaca atu bahan yang transparan suatu batang

    logam yang digerakkan oleh motor dan keranjang berbentuk silendir, wadah

    tercelup sebagian didalam tangkas air yang sesuai berukuran dan bisa

    mempertahankan suhu dalam wadah 370 0,5 selama pengujian berlangsung dan

    menjaga gerakan air dalam tangkas halus dan tetap (FI,1V 1995).

    - Alat 2

    Yaitu tipe pengaduk bentuk dayung alat ini sama seperti alat yang no1, bedanya

    pada alat ini digunakan dayung yang terdiri dari daun dan batang sebagai

    pengaduk (F1, 1V 1995).

    Untuk media disolusi seperti yang tertera pada masing-masing monografi ke

    dalam wadah, pasang alat, dan biarkan media disolusi hingga suhu wadah 370

    0,5 dan angkat termometer, dan untuk pH sudah tertera di masing-masing

    monografi, dan kriteria penerimaan uji disolusi ini yaitu :

    1. Tiap unit sediaan tidak kurang dari Q+5%

    2. Rata-rata dari 12 (S1+S) adalah sama dengan atau lebih besar dari Q dan

    tidak satu unit sediaan yang lebih kecil dari Q-15%

    3. Rata-rata dari 24 unit (S1+S2+S3) adalah sama dengan atau lebih dari Q

    2.5. Metode Validasi

    Validasi metode adalah suatu tindakan penelitian terhadap parameter

    tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium, untuk membuktikan bahwa

    parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaanya (Harmita, 2006).

    2.5.1. Kecermatan

    Kecermatan adalah kedekatan hasil penetapan yang diperoleh dengan hasil

    sebenarnya. Kecermatan dinyatakan sebagai hasil perolehan kembali dari analit

  • 13

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    yang ditambahkan. Syarat akurasi yang baik : 98 102 %, untuk sampel hayati

    (biologis/nabati) : 10%

    % perolehan kembali 100 %

    Dianjurkan untuk melakukan penentuan akurasi dengan 5 (lima) konsentrasi

    berbeda (80 120%) yaitu 80%, 90%, 100%, 110% dan 120% (Harmita, 2006).

    2.5.2. Keseksamaan

    Keseksamaan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara

    hasil uji individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata-rata jika

    prosedur diterapkan secara berulang pada sampel-sampel yang diambil dari

    campuran yang homogen, keseksamaan diukur sebagai simpangan baku relatif

    (koefisien variasi). Keseksamaan dapat dinyatakan sebagai keterulangan

    (repeatability) atau ketertiruan (reproducibility). Kriteria seksama diberikan jika

    metode memberikan simpangan baku relatif atau koefiesien variasi 2% atau

    kurang.

    Keseksamaan dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:

    a. Hasil analisis adalah X1,X2,X3,X4.......................... Xn

    Maka simpangan bakunya adalah:

    SD

    b. Simpangan baku relatif atau koefisien variasi (KV) adalah :

    KV

    (Harmita, 2006).

    2.5.3. Lineritas

    Lineritas adalah kemampuan metode analisis yang memberikan respon yang

    secara langsung atau dengan bantuan transfortasi matematik yang baik,

    proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel. Rentang metode adalah

    pernyataan batas terendah dan tertinggi analit yang sudah ditunjukkan dapat

    ditetapkan dengan kecermatan, keseksamaan dan lineritas yang dapat diterima.

    Dalam praktik, digunakan satu seri larutan yang berbeda konsentrasinya

    antara 50-150% kadar analit dalam sampel. Didalam pustaka, sering ditemukan

  • 14

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    rentang konsentrasi yang digunakan antara 0-200%, jumlah sampel yang

    dianalisis sekurang-kurangnya delapan buah sampel blanko. Sebagai parameter

    adanya hubungan linier digunakan koefisien korelasi r pada analisis regresi

    linier Y:a+bx, hubungan linear yang ideal dicapai jika nilai b:0 dan r : +1 atau -1

    bergantung pada arah garis, sedangkan nilai a menunjukkan kepekaan analisis

    terutama instrumen yang digunakan, parameter lain yang harus dihitung adalah

    simpangan baku residual (Sy).

    SY Di mana Y1 : a+bx

    SXO Sxo : standar deviasi dari fungsi

    Syarat Kelineritas Garis:

    a. Koefisien Korelasi(r)

    r 0,9990

    b. Jumlah kuadrat sisa masing-masing titik temu (ri) mendekati no (o) (ri)2

    sekecil mungkin : 0

    ri : y1 (b x i+a)

    c. Koefisien fungsi regresi(VXO)

    VXO 2,0 % (sediaan farmasi)

    5,0 % (sediaan biologi)

    (Harmita, 2006).

    2.5.4. Batas Kuantitas (LOQ) ,dan batas deteksi ( LOD)

    Batas deteksi adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat

    dideteksi yang masih memberikan respon signifikasi dibandingkan dengan

    blanko, batas deteksi merupakan parameter uji batas. Batas kuantitasi merupakan

    parameter pada analisis renik dan diartikan sebagai kauntitas terkecil analit dalam

    sample yang masih dapat memenuhi kreteria cermat dan seksama.

    Q

    Q : LOD (batas deteksi ) atau LOQ (batas kuantitasi)

    K : 3 untuk batas deteksi atau 10 untuk batas kuantitasi

    Sb : simpangan baku respon analitik dari blanko

  • 15

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    SI : arah garis linear (kepekaan arah) dari kurva antara respon terhadap

    konsentrasi : slope (b)

    a. Batas deteksi (Q)

    Q

    b. Batas kuantitasi (Q)

    Q

    (Gandjar & Rohman, 2007)

    2.6. Metode Sampling

    2.6.1. Definisi Sampel

    Sampel adalah bagian (subset) dari populasi yang dipilih dengan cara

    tertentu hingga dianggap dapat mewakili populasinya (Sastroasmoro, 2010).

    2.6.2. Tekhnik pengambilan sampel

    Tekhnik pengambilan sampel dibagi atas 2 kelompok besar, yaitu :

    1. Probability sampling

    Prinsip probability sampling adalah bahwa tiap subyek dalam populasi

    (terjangkau) mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih atau untuk

    tidak terpilih sabagai sampel penelitian.

    Jenis probability sampling yaitu:

    a. Sampel random sederhana

    Yaitu dengan menghitung terlebih dahulu jumlah subyek dalam

    populasi (terjangkau) yang akan dipilih sampelnya, kemudian tiap

    subyek diberi nomor, dan dipilih sebagian dari mereka dengan

    bantuan table angka random.

    b. Sampel random sistemik

    Yaitu ditentukan bahwa dari seluruh subyek yang dapat dipilih, stiap

    subyek nomor kesekian dipilih sebagai sampel.

    c. Sampel random strata

  • 16

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Populasi dibagi strata-strata (sub populasi), kemudian pengambilan

    sampel dilakukan dalam stiap strata baik secara simple random atau

    secraa sample acak, variabel yang sering digunakan (umur, ras, jenis

    kelamin).

    d. Sampel clauster

    Yaitu sistem penarikan sampel secara acak pada kelompok individu

    dalam populasi yang terjadi secara alamiah, misal berdasarkan

    wilayah (kota, kecamatan, kelurahan).

    2. Non-propability sampling

    Merupakan pemilihan sampel yang lebih praktis dan lebih mudah dilakukan

    dari pada probability sampling, dan dalam penelitian ini lebih sering

    digunakan

  • 17

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    BAB 3

    METODE PENELITIAN

    3.1. Alur Penelitian

    Sampling

    probability

    secara acak

    KCKT

    Pembuatan larutan Tadalafil

    Pengukuran Tadalafil UV-Visible

    Sampel

    Validasi Metode

    Tadalafil kimia

    farma

    Presisi

    Lineritas

    Obat Tadalafil yang

    beredar di kios-kios

    daerah Ciputat

    Akurasi

    Analisa

    Uji Disolusi

    UV-Visible

    Limit Deteksi

    dan Kuantitas

  • 18

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    3.2. Waktu dan Tempat Penelitian

    Lokasi Penelitian, dilakukan di laboratorium Farmasi UIN Fakultas

    Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negri (UIN) Syarif

    hidayatullah Jakarta dan waktu penelitian dilakukan pada bulan Maret - Juni

    2013.

    3.3. Alat dan Bahan

    3.3.1. Alat

    Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah satu unit alat KCKT

    Dionex, detektor UV-Vis, kolom C18 (4,6 mm x 150 mm), neraca analitik, bacer

    glass, spatel, lumpang, alu, pipet tetes, pipet ukur, pipet volume, gelas ukur, ph

    meter, bulmp, lumpang, alu, ultra sonik, syringe filter (minisart RC 25),

    membran filter, dissolution tester (Erweka DT 6266H).

    3.3.2. Bahan

    Asetonitril (JT Baker), aquabidest (Ikaphamindo Putramas), buffer phosphat

    (monosodium phosphat monohidrat, adjust asam phosphat) pH 3,0, HCL 0,01

    N, NaOH 40%, PbSO4, metanol (JT Baker), sampel tablet Cialis

    (20 mg) yang

    di dapat dari kios-kios daerah Ciputat, tablet Cialis (Apotek Kimia Farma),

    Standard Sildenafil (BPOM).

    3.4. Prosedur Kerja

    3.4.1. Pengambilan Sampel Cialis Kios-Kios Ciputat.

    Pengambilan sampel dilakukan secara probability sampling (cluster

    sampling) dimana proses penarikan sampel secara acak pada kelompok individu

    dalam populasi peluang yang sama dan semua kemungkinan penggabungannya

    diseleksi sebagai sampel mempunyai peluang yang sama, dari hasil sampling

    diperoleh tablet Cialis

    20 mg merupakan sampel yang digunakan dalam

    penelitian ini. Sampel yang digunakan yaitu obat yang terdapat di kios-kios

    didaerah Ciputat Tangerang Selatan dengan nomor batch berbeda.

  • 19

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    3.4.2. Pembuatan Larutan Tadalafil Apotek Kimia Farma (Baku Standard)

    Menimbang 1 tablet Cialis

    Apotek yang mengandung 20,0 mg Tadalafil

    dengan berat bobot tablet sebesar 361 mg, digerus kemudian ditimbang setengah

    tablet yaitu 180 mg setara 10,0 mg kandungan Cialis Apotek kimia farma,

    dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml, dilarutkan dengan asetonitril : air (1:1),

    disaring dan dicukupkan hingga garis tanda sehingga diperoleh larutan dengan

    konsentrasi 100 g/ml, digunakan sebagai larutan induk ( Kannappan. 2010).

    Dilakukan pengenceran dari 100 g/ml menjadi 20 g/ml, dengan

    mengambil larutan induk sebanyak 5 ml kemudian dicukupkan dengan larutan

    asetonitril : buffer phosphat (monosodium phosphat monohidrat adjust asam

    phosphat) pH 3,0 (75:25) pada labu ukur 25 ml.

    3.4.3. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum

    Larutan Tadalafil dengan konsentrasi 20 g/ml dalam asetonitril : buffer

    phosphat (monosodium phosphat monohidrat adjust asam phosphat) pH 3,0

    (75:25), ditentukan absorbansi dan panjang gelombang maksimumnya

    menggunakan spektrofotometer.

    3.4.4. Penetapan Komposisi Fase Gerak Tadalafil Apotek Kimia Farma

    Larutan standar Tadalafil pada konsentrasi 20 g/ml diinjeksikan

    sebanyak 20 L pada komposisi fase gerak asetonitril : buffer phosphat

    (monosodium phosphat monohidrat adjust asam phosphat) pH 3,0 pada

    perbandingan 60:40, dan 70:30 serta perbandingan 75:25 kecepatan alir 1

    mL/menit dan dideteksi pada panjang gelombang 283 nm, kemudian dicatat

    waktu retensi, luas puncak.

    3.5. Validasi Metode

    3.5.1. Pembuatan Kurva Kalibrasi Cialis Apotek Kimia Farma

    Dibuat larutan dengan konsentrasi 10, 20, 30, 40, 50, g/ml dari larutan

    induk 100 g/ml, untuk konsentrasi 10 g/ml diambil 1 ml dari larutan induk

    kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml, konsentrasi 20 g/ml diambil 5

    ml dari larutan induk kemudian dimasukkan labu ukur 25 ml, untuk konsentrasi

    30 g/ml diambil 3 ml dari larutan induk kemudian dimasukkan labu ukur 10 ml,

  • 20

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    konsentrasi 40 g/ml diambil 10 ml kemudian dimasukkan labu ukur 25 ml,

    dan untuk konsentrasi 50 g/ml diambil 15 ml dari larutan induk kemudian

    dimasukkan labu ukur 10 ml, masing-masing dicukupkan dengan eluen

    asetonitril : buffer phosphat (monosodium phosphat monohidrat adjust asam

    phosphat) pH 3,0 (75:25) hingga garis tanda kemudian masing-masing

    konsentrasi diinjeksikan ke KCKT dengan 20 l, dan kecepatan alir 1 ml/menit,

    diukur pada panjang gelombang 283 nm.

    Setelah itu dianalisis regresi perbandingan luas puncak terhadap konsentrasi

    Tadalafil dari masing-masing konsentrasi dan dibuat kurva kalibrasi dengan

    persamaan garis regresi linier (y = a + bx). Dihitung koefisien korelasi (r) dari

    kurva tersebut.

    3.5.2. Uji Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi Tadalafil Kimia Farma

    Larutan Tadalafil dengan konsentrasi 10, 20, 30, 40, 50 g/mL dipreparasi

    sesuai prosedur. Kemudian dari masing-masing konsentrasi larutan tersebut

    disuntikkan ke alat KCKT. Setelah itu dianalisis regresi perbandingan luas puncak

    dari masing-masing konsentrasi dan dibuat kurva kalibrasinya.

    Setelah itu dianalisis regresi perbandingan luas puncak terhadap konsentrasi

    Tadalafil dari masing-masing konsentrasi dan dibuat kurva kalibrasi dengan

    persamaan garis regresi linier (y = a + bx). Dihitung koefisien korelasi (r) dari

    kurva tersebut.

    LOQ dihitung melalui persamaan garis regresi linier dari kurva kalibrasi, dengan

    rumus :

    - Batas deteksi (Q)

    Q

    sedangkan nilai batas deteksi (LOD) diperoleh dengan rumus :

    - Batas kuantitasi (Q)

    Q

    (Gandjar & Rohman, 2007)

  • 21

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    3.5.3. Uji Akurasi

    Larutan Cialis

    Apotek dengan konsentrasi 20 ppm, 30 ppm, 40 ppm

    disuntikkan 20 g/ml ke KCKT, diulangi sebanyak tiga kali. Kemudian dihitung

    perolehan kembali dari masing-masing konsentrasi dan nilai perolehan kembali

    dihitung dengan cara membandingkan konsentrasi yang didapat dengan

    konsentrasi yang sebenarnya dikalikan dengan 100% (Harmita, 2006).

    3.5.4. Uji Presisi

    Larutan Tadalafil dengan konsentrasi 20 ppm, 30 ppm, 40 ppm disuntikkan

    20 g/ml ke KCKT, diulangi sebanyak tiga kali, kemudian Dihitung persentase

    simpangan baku relative or RSD (Relative Standard Deviation) (Harmita, 2006).

    3.6. Penetapan Kadar Cialis (Tadalafil) Kios-kios

    Penetapan kadar sampel Cialis 20 mg kios-kios dibuat konsentrasi 20

    g/ml, dengan cara menimbang 1 tablet sampel Cialis kios-kios, digerus

    kemudian ditimbang tablet Cialis setara dengan 10,0 mg kandungan Cialis

    kios-kios, dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml dilarutkan dengan pelarut

    (asetonitril: air ) 1:1 dan dicukupkan hingga garis tanda sehingga diperoleh

    larutan dengan konsentrasi 100 g/ml (larutan induk) (Kannapan, 2010).

    Dilakukan pengenceran, larutan induk (100 ppm) dipipet 5 ml dimasukkan pada

    labu ukur 25 ml, dicukupkan dengan asetonitril : buffer phosphat (monosodium

    phosphat monohidrat adjust asam phosphat) pH 3,0 (75:25) hingga garis tanda.

    Diinjeksikan sebanyak 20 l pada panjang gelombang 283 nm, kecepatan alir 1

    ml/menit kemudian dihitung kadarnya.

    3.6.1 Uji Organoleptis

    Uji organoleptis untuk membedakan antara standard Apotek dengan sampel

    toko yaitu meliputi uji tulisan, warna, bentuk, Golongan obat, Wadah.

    3.6.2 Uji Spektrum Panjang Gelombang

    Untuk uji spektrum panjang gelombang ini, menggunakan Cialis Apotek,

    Cialis kios-kios, dan standrad Sildenafil (BPOM), dibuat dalam konsentrasi 20

    g/ml, menggunakan variasi pelarut yaitu asetonitril : buffer phosphat

  • 22

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    (monosodium phosphat monohidrat adjust asam phosphat) pH 3,0 , air, HCL 0,01

    N kemudian dilihat masing-masing spektrum panjang gelombang di

    spektrofotometri UV-VIS.

    3.6.3 Uji Sulfur

    Uji sulfur bahan yang digunakan berupa Cialis Apotek, standard

    Sildenafil (BPOM), Cialis kios-kios. Sediaan diberi NaOH 40% kemudian

    dipanaskan menggunakan pembakar bunsen, setelah dingin ditambah larutan

    PbSO4. Untuk bahan yang mengandung sulfur akan terdapat bintik-bintik warna

    hitam.

    3.6.4 Uji Kromatografi Lapis Tipis

    Melakukan uji kromatografi lapis tipis, bahan yang digunakan berupa

    Cialis Apotek, standard Sildenafil (BPOM), Cialis

    kios-kios, masing-masing

    bahan dilarutkan didalam pelarut asetonitril : air didalam wadah masing-masing,

    kemudian setelah masing-masing bahan dilarutkan ditotolkan ke plat KLT yang

    telah disiapkan sebelumnya, setelah selesai penotolan plat KLT dielusi didalam

    chamber dengan fase gerak asetonitril : buffer phosphat (monosodium

    phosphat monohidrat adjust asam phosphat) pH 3,0 (75:25) dengan alasan

    Sildenafil dan Tadalafil sama-sama larut dalam asetonitril : buffer phosphat

    (monosodium phosphat monohidrat adjust asam phosphat) pH 3,0 (Kannapan,

    2010), Kemudian dikeringakan setelah kering di amati di bawah lampu UV pada

    panjang gelombang 245 nm.

    3.7. Penetapan Kadar Cialis kios-kios asumsi mengandung Sildenafil

    Penetapan kadar sampel Cialis kios-kios dibuat konsentrasi 100 g/ml,

    dengan cara menimbang 1 tablet sampel Cialis kios-kios, digerus kemudian

    ditimbang tablet Cialis setara dengan 50,0 mg kandungan Cialis

    kios-kios,

    dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml dilarutkan dengan pelarut (air ) dan

    dicukupkan hingga garis tanda sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi

    1000 g/ml (larutan induk). Dilakukan pengenceran, larutan induk (1000 g/ml )

    dipipet 2 ml dimasukkan pada labu ukur 20 ml, dicukupkan dengan metanol : air

  • 23

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    (95:5) hingga garis tanda. Diinjeksikan sebanyak 50 l pada panjang gelombang

    292 nm, kecepatan alir 0,8 ml/menit kemudian dihitung kadarnya.

    3.8. Uji Disolusi Cialis kios-kios asumsi mengandung Sildenafil

    3.8.1. Pembuatan Kurva Kalibrasi Standard Sildenafil (BPOM)

    Membuat larutan induk standard Sildenafil (BPOM) dengan menimbang

    20 mg standard Sildenafil (BPOM) dilarutkan dengan pelarut HCL 0,01 N

    dalam labu ukur 100 ml, konsentrasi larutan induk 200 g/ml.

    Dibuat larutan dengan konsentrasi 10, 20, 30, 40, 50, g/ml dari larutan

    induk 200 g/ml, untuk konsentrasi 10 g/ml diambil 0,5 ml dari larutan induk

    kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml, konsentrasi 20 g/ml diambil 1

    ml dari larutan induk kemudian dimasukkan labu ukur 10 ml, untuk konsentrasi

    30 g/ml diambil 3 ml dari larutan induk kemudian dimasukkan labu ukur 20 ml,

    konsentrasi 40 g/ml diambil 5 ml kemudian dimasukkan labu ukur 25, dan

    untuk konsentrasi 50 g/ml diambil 5 ml dari larutan induk kemudian

    dimasukkan labu ukur 20 ml, masing-masing dicukupkan dengan eluen HCL

    0,01 N hingga garis tanda kemudian masing-masing kosentrasi diamati

    absorbannya di spektrofotometri UV-VIS, diukur pada panjang gelombang 292

    nm.

    3.8.2. Uji Disolusi Sampel kios-kios

    Uji disolusi 6 macam sampel tablet Cialis kios-kios, tablet dimasukkan

    dalam alat disolusi yang berisi medium HCL 0,01 N sebanyak 900 ml pada suhu

    37 0,5 0C dengan kecepatan pengadukan 100 rpm selama 30 menit. Diambil

    sampel 3 ml dilakukan pada menit ke 5, 10, 15, 30 Setiap pengambilan sampel

    diganti dengan media, kemudian dilihat absorbannya di spektrofotometri UV-

    VIS.

  • 24

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    BAB 4

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Pada penelitian ini telah dilakukan validasi metode analisis penetapan kadar

    Cialis yang dijual di Apotek dengan Cialis yang dijual dikios-kios daerah

    Ciputat secara KCKT. Penetapan kadar untuk membandingkan apakah kadar

    kandungan obat Tadalafil pada tablet Cialis yang dijual di Apotek sama dengan

    Cialis yang dijual di kios-kios daerah Ciputat. Optimasi dan validasi dilakukan

    guna mendapatkan metode yang terbaik untuk analisa kadar Tadalafil dalam

    Cialis. Metode analisis dengan menggunakan alat KCKT ini dipilih karena

    memiliki banyak kelebihan yaitu waktu analisisnya cepat, cara kerjanya sederhana

    dan sensitif. Sebelum masuk tahap analisis, ada tahap-tahap yang harus dilakukan.

    4.1. Penentuan Metode Analisa Tadalafil

    4.1.1. Penentuan Panjang Gelombang

    Penentuan panjang gelombang maksimum yang mana Pemilihan panjang

    gelombang analisis ini berguna untuk meningkatkan selektivitas dan sensitifitas

    analisis yang digunakan dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer

    ultraviolet-visibel, diperoleh serapan maksimum Tadalafil Apotek pada panjang

    gelombang 283 nm. Spektrum serapan dapat dilihat pada.

    Gambar 4.1. Spektrum panjang maksimum Tadalafil dalam asetonitril :

    buffer phosphat phosphat (monosodium phosphat monohidrat adjust asam

    phosphat) pH 3.0 pada konsentrasi 20 g/ml.

  • 25

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    4.1.2. Penetapan Komposisi Fase Gerak

    Dilakukan penetapan komposisi fase gerak, dengan tujuan memilih

    perbandingan konsentrasi yang baik untuk fase gerak. Kromatografi cair kinerja

    tinggi dengan kolom dionex (C18) dengan kecepatan alir 1 ml/menit, panjang

    gelombang yang digunakan yaitu 283 nm, dan volume penyuntikan 20 L

    Komposisi fase gerak semula terdiri dari asetonitril : buffer phosphat

    (monosodium phosphat monohidrat, adjust asam phosphat) pH 3,0 (60:40) pada

    konsentrasi ini waktu retensi 3,542 peak yang dihasilkan belum bagus dan pada

    konsentrasi (70:30) dengan komposisi yang sama yaitu asetonitril : buffer

    phosphat (monosodium phosphat monohidrat, adjust asam phosphat) pH 3,0

    dengan waktu retensi 3.303 peak yang dihasilkan juga masih landai, dan

    selanjutnya pada konsentrasi (75:25) memberikan waktu retensi 2,435 dan hasil

    optimasi ini memberikan data kromatogram yang bagus, yaitu pada konsentrasi

    (75:25), dan yang terpilih sebagai fase gerak yaitu pada konsentrasi 75:25 dengan

    waktu retensi 2,435. Data gambar spektrum selengkapnya terlihat pada lampiran

    2. Gambar 6.2-6.4.

    4.2. Validasi Metode

    Dilakukan validasi metode dengan tujuan untuk memastikan bahwa metode

    tersebut akurat dan dapat digunakan sebagai metode penetapan kadar secara in

    vitro. Parameter validasi yang dilakukan meliputi liniearitas, limit deteksi dan

    limit kuantitasi, akurasi, presisi.

    4.2.1. Pembuatan Kurva dan Uji linearitas Tadalafil Kimia Farma

    Uji ini dilakukan pada larutan standar Apotek Tadalafil dengan konsentrasi

    10, 20, 30, 40, 50 g/mL, dari uji ini didapat persamaan regresi linier dan

    koefisien korelasi (r). Hasil uji diperoleh persamaan garis y =1.7821x + 0.8918

    dan koefisien korelasi (r) 0.9999, kurva kalibrasi dari persamaan garis tersebut

    terdapat dalam gambar 4.2. data hasil percobaan selengkapnya tercantum pada

    lampiran 3 gambar 6.5.

  • 26

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Gambar 4.2. Kurva Kalibrasi Tadalafil

    4.2.2. Uji Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi Tadalafil Kimia Farma

    Uji batas deteksi dan batas kuantitasi dilakukan untuk mengetahui batas

    deteksi dan batas kuantitasi terendah dari sampel yang masih dapat menghasilkan

    data dengan akurasi dan presisi yang baik. Batas deteksi yang diperoleh dari hasil

    pengujian sebesar 0,58 g/ml dan batas kuantitasi 1,95 g/ml. Data mengenai uji

    batas deteksi dan batas kuantitasi dapat dilihat pada tabel 4.1. dan data hasil

    percobaan selengkapnya tercantum pada lampiran 4 pada tabel 6.3.

    Tabel 4.1. Hasil uji batas deteksi, batas kuantitasi dan koefisien fungsi

    Parameter Nilai

    Simpangan Baku Residual (S y/x) 0,35

    Limit Deteksi (LOD) 0,59 g/ml

    Limit Kuantitasi (LOQ) 1,95 g/ml

    4.2.3. Uji Akurasi

    Uji akurasi dilakukan pada 3 konsentrasi sampel, yaitu pada 20 g/mL, 30

    g/mL dan 40 g/mL dilakukan sebanyak 3 kali untuk masing-masing

    konsentrasi. Kemudian dihitung pula nilai perolehan kembali (% recovery)

  • 27

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    dengan persyaratan (98-102 %). Hasil uji rata-rata dapat dilihat pada tabel 4.2. dan

    data hasil percobaan selengkapnya tercantum pada lampiran 5 dalam tabel 6.5.

    Table 4.2. Hasil uji akurasi

    C

    (g/ml)

    Luas

    Puncak

    (mAUC)

    Rata-rata

    Luas Puncak

    (mAUC)

    Rata-rata

    Perolehan

    Kembali

    (%)

    20 36.722

    36.438

    36.541

    36.568 100.09

    30 54.823

    54.162

    53.983

    54.323 99.93

    40 73.462

    72.234

    71.705

    72.467 100.40

    Untuk hasil akurasi yang didapat semua memenuhi persyaratan (98-102 %)

    (Harmita.2006).

    4.2.4. Uji Presisi

    Uji dilakukan pada 3 konsentrasi sampel, yaitu pada 20 g/mL, 30 g/mL

    dan 40 g/mL diulangi sebanyak 3 kali untuk masing-masing konsentrasi. Syarat

    hasil uji presisi adalah simpangan baku relatif atau % RSD (Relative Standard

    Deviation) dari masing-masing konsentrasi dengan nilai 2%. Hasil uji rata-rata

    presisi dapat dilihat pada tabel 4.3. dan hasil percobaan selsngkapnya pada

    lampiran 6 dalam tabel 6.7.

    Table 4.3. Hasil uji presisi

    Konsentrasi

    (g/ml)

    Rata-rata

    Luas Puncak

    (AU)

    SD

    (%)

    RSD

    (%)

    20 36.567 0,15 42

    30 54.322 0.44 81

    40 72.467 0,90 1,24

    Untuk hasil peresisi nilai % RSD semua memenuhi persayaratan, yang mana

    untuk % RSD 2%. (Harmita.2006)

  • 28

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    4.3. Penetapan Kadar Sampel Cialis (Tadalafil) Kios-kios.

    Penetapan kadar sampel Cialis

    kios-kios, dibuat dengan konsentrasi 20

    g/ml, Diinjeksikan sebanyak 20 l ke sistem KCKT dideteksi pada panjang

    gelombang 283 nm, kecepatan alir 1 ml/menit kemudian dicatat luas puncak

    dan dihitung kadarnya. Data terlihat pada tabel 4.4. data selengkapnya terlihat

    pada lampiran 7. Pada tabel 6.9.

    Table 4.4. Kadar Sampel Cialis (Tadalafil) kios-kios

    Sampel Cialis

    20 mg

    Luas Puncak

    (mAUC)

    Kadar

    (g/mL)

    % UPK

    Toko A1 78.918 43.78 218.90

    Toko A2 79.693 44.21 221.08

    Toko B1 80.476 44.65 223.27

    Toko B2 79.862 44.31 221.55

    Hasil kadar sampel Cialis kios-kios, yang diasumsikan mengandung zat aktif

    Tadalafil, ternyata kadar yang didapat besar, dan % UPK yan didapat juga

    melebihi persyaratan 98-102 % (Harmita, 2006), karena hasil kadar yang didapat

    besar kemudian dilakukan uji kualitatif berupa (uji organoleptis, uji spektrum

    panjang gelombang , uji sulfur, uji kromatografi lapis tipis (KLT)).

    4.3.1. Uji Organoleptis

    Uji organoleptis untuk membedakan antara standard Tadalafil Apotek

    dengan sampel toko yaitu meliputi tulisan, warna, bentuk. Data hasil uji terlihat

    pada tabel 4.5.

  • 29

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Tabel 4.5. Uji Organoleptis

    Gambar Cialis Apotek Toko

    Sebelah kiri Apotek

    Sebelah kanan Sampel

    C20

    Tulisan : C20 jelas

    Warna : Agak gelap (coklat gelap)

    Bentuk : lebih kecil (Tablet)

    Berat : 361 mg

    Tulisan : C20 tidak jelas

    Warna : Terang (coklat

    terang)

    Bentuk : lebih besar (Tablet)

    Berat : 385 mg

    Atas Apotek

    Bawah Toko (sampel

    C20)

    Warna : Hijau muda

    Reg. No. BPOM : Ada

    Isi : 2 tablet

    Bentuk : Kotak

    Golongan Obat : ada

    Warna : Hijau tua

    Reg. No. BPOM :

    Tidak ada

    Isi : 4 tablet

    Bentuk : Kotak

    Golongan Obat : tidak ada

    Untuk hasil perbandingan Cialis Apotek dan Cialis

    kios-kios terlihat sangat

    berbeda salah satunya pada Cialis Apotek terdapat nomor regristrasi BPOM,

    sedangkan pada sampel Cialis kios-kios tidak ada, dari data ini menunjukkan

    bawasanya penjualan Cialis kios-kios tidak resmi.

    4.3.2. Uji Spektrum Panjang Gelombang

    Untuk uji spektrum panjang gelombang ini, menggunakan Cialis Apotek,

    Cialis kios-kios, dan standrad Sildenafil (BPOM), yang mana Sildenafil dengan

    nama dagang Viagra atau lebih dikenal sebutan pil biru merupakan suatu

    senyawa sintetik yang mempunyai efek mengahambat enzim fosfodiesterase tipe

    5 sama seperti Tadalafil yang membedakan hanya daya kerja untuk Tadalafil 17-

    36 jam sedangkan Sildenafil hanya berkisar 3-4 jam, untuk hasil data spektrum

    selengkapnya dilihat di lampiran halaman 10 pada gambar 6.8-6.10.

  • 30

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Hasil spektrum untuk Cialis kios-kios lebih mirip ke standard murni Sildenafi

    (BPOM), Cialis Apotek didapat panjang gelombang 283 nm dan mempunyai

    double peak sedangkan standard Sildenafil (BPOM) dan Cialis kios-kios 292

    nm. Dapat diasumsi kan Cialis kios-kios mengandung zat aktif Sildenafil.

    4.3.3. Uji Sulfur

    Uji sulfur dengan membandingankan struktur Sildenafil dan struktur

    Tadalafil, untuk struktur Sildenafil mempunyai gugus SO2 sedangkan Tadalafil

    tidak mempunyai SO2, data terlihat pada tabel 4.6.

    Tabel 4.6. Perbandingan Struktur Tadalafil dan Sildenafil

    Bahan yang digunakan berupa Cialis Apotek, standard Sildenafil, Cialis kios-

    kios. Sediaan diberi NaOH 40% kemudian dipanaskan menggunakan pembakar

    bunsen, setelah dingin ditambah larutan PbSO4. Hasil dilakukan uji kualitatif

    SO2, untuk standard Sildenafil dan Cialis yang dijual dikios-kios sama

    Nama Sildenafil Tadalafil

    Struktur

    Gambar 4.3. : Struktur Sildenafil

    (Martindal, 2009)

    Gambar 4.4. : Struktur Tadalafil

    (Martindal, 2009)

    Sinonim 1-(3-(6,7-dihydro-1-methyl-7-

    oxo-3-propyl-1 pyrazolo (4,3-d0

    pyrimidin-5-yl)-4-

    ethoxyphenyl)sulfonyl)-4-

    methylpiperazine

    pyrazino [1 ', 2': 1,6] pyrido [3,4-

    b] indole-1, 4- dion, 6 - (1,3 -

    benzodioxol-5-il) -2, 3, 6, 7, 12,

    12 ahexahydro-2-metil-, (6R,

    12aR).

  • 31

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    mengandung SO2 dengan terlihat adanya bintik-bintik hitam yang tidak terlalu

    jelas, dan untuk Cialis yang di Apotek tidak mengandung S02 karena terbukti

    tidak ada bintik-bintak hitam, menandakan sampel Cialis tersebut mengandung

    Sildenafil bukan Tadalafil. Hasil terlihat pada tabel 4.7.

    Tabel 4.7. Uji SO2 Sediaan Gambar Sulfur atau Belerang

    Cialis Apotek

    Negatif ( -) pada larutan tidak terdapat

    binitik bintik hitam

    Standarad

    Sildenafil

    Positif (+) pada larutan terdapat

    bintik-bintik hitam tetapi sedikit

    Cialis Sampel

    (Toko)

    Positif (+) pada larutan terdapat

    bintik-bintik hitam tetapi sedikit)

    4.3.4. Uji Kromatografi Lapis Tipis

    Uji kromatografi lapis tipis (KLT) pertama menggunakan pelarut air dan

    menggunakan fase gerak metanol : air (95 : 5) kemudian salanjutnya

    menggunakan pelarut asetonitril : air dan fase gerak asetonitril : buffer

    phosphat (monosodium phosphat monohidrat, adjust asam phosphat) pH 3,0 (75

    : 25). Hasil terlihat pada tabel 4.8.

  • 32

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Tabel : 4.8. gambar KLT

    Keterangan Gambar Nilai Rf

    Pelarut air

    Fase Gerak Metanol:Air

    (95:5)

    Standard Sildenafil

    Standrad Tadalafil

    Sampel A

    Sampel B

    Pelarut Asetonitril : air

    Fase Gerak Asetonitril :

    buffer phosphat (monosodium

    phosphat monohidrat adjust

    asam phosphat) pH 3,0

    (75:25)

    Standard Tadalafil

    Sampel A

    Sampel B

    Standrad Sildenafil

    Tadalafil

    Rf

    Sampel A

    Rf ; 0,7

    Sampel B

    Rf ; 0,7

    Sildenafil

    Rf ; 0,7

    Pelarut Asetonitril : air

    Fase Gerak Asetonitril :

    buffer phosphat (monosodium

    phosphat monohidrat adjust

    asam phosphat) pH 3,0

    (75:25)

    Standrad Tadalafil

    Standard Sildenafil

    Tadalafil

    Rf

    Sildenafil

    Rf ; 0,7

  • 33

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Pelarut Asetonitril : air

    Fase Gerak Asetonitril :

    buffer phosphat (monosodium

    phosphat monohidrat adjust

    asam phosphat) pH 3,0

    (75:25)

    Standrad Tadalafil

    Sampel A

    Sampel B

    Tadalafil

    Rf

    Sampel A

    Rf ; 0,7

    Sampel B

    Rf ; 0,7

    Uji kromatografi lapis tipis (KLT) pertama menggunakan pelarut air dan

    menggunakan fase gerak metanol : air (95 : 5) untuk hasil standard Tadalafil

    Apotek Kimia Farma tidak terlihat dengan alasan karena senyawa Tadalafil tidak

    larut dalam air, sedangkan senyawa Sildenafil larut dalam air, asumsi Tadalafil

    tersebut tidak melarut sehingga tidak terlihat totolannya, sedangkan untuk Cialis

    kios-kios dan standrad Sildenafil (BPOM) terlihat jelas.

    Kemudian menggunakan pelarut asetonitril : air dan fase gerak asetonitril :

    buffer phosphat (monosodium phosphat monohidrat, adjust asam phosphat) pH

    3,0 (75 : 25) dengan alasan senyawa Tadalafil dan Sildenafil sama-sama larut

    dalam asetonitril : air (1:1) ( Kannapan, 2010), sehingga pelarut yang digunakan

    berupa asetonitril : air. Untuk hasil yang didapat Tadalafil Apotek Kimia Farma,

    standard Sildenafil ( BPOM) dan Cialis kios-kios semua totolan terlihat jelas,

    kemudian ditentukan nilai Rf yang mana nilai Rf merupakan nilai jarak yang

    ditempuh senyawa pelarut dibagi dengan jarak yang ditempuh pelarut. Untuk nilai

    Rf Tadalafil Apotek Kimia Farma 0,9 dan untuk satndarad Sildenafil (BPOM)

    dan Cialis kios-kios nilai Rf yang didapat yaitu 0,7. Kesimpulan untuk Cialis

    kios-kios lebih mirip ke standard Sildenafil (BPOM) dibanding Talalafil Apotek

    asumsi sampel Cialis kios-kios mengandung Sildenafil bukan Tadalafil.

    4.4. Penetapan Kadar Cialis kios-kios asumsi mengandung Sildenafil

    Hasil uji kualitatif Sampel Cialis kios-kios yang mana telah diambil

    kesimpulan sampel Cialis

    kios-kios mengandung Sildenafil dan bukan Tadalafil,

  • 34

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    kemudian dilakukan penetapan kadar menggunakan kurva kalibrasi Sildenafil

    dari penelitian (Eriska. 2013), dalam waktu dan alat yang bersamaan.

    Penetapan kadar sampel Cialis kios-kios, dibuat dengan konsentrasi 100

    g/ml, Diinjeksikan sebanyak 50 l ke sistem KCKT dideteksi pada panjang

    gelombang 292 nm, kecepatan alir 0,8 ml/menit kemudian dicatat luas puncak

    dan dihitung kadarnya. Hasil kadar sampel Cialis

    kios-kios dapat dilihat pada

    tabel 4.9. dan cara pembuatan selengkapnya pada lampiran 7 pada tabel 6.10.

    Tabel 4.9. kadar sample Cialis kios-kios asumsi mengandung Sildenafil

    Sampel

    Cialis 20 mg

    Luas Puncak

    (mAUC)

    Luas Puncak

    (mAUC)

    (rata-rata)

    Kadar (g/ml )

    Toko A1 91.952

    91.789

    91.870 78.82

    Toko A2 91.787

    90.035

    90.911 78.00

    Toko B1 91.143

    92.954

    92.048 78.97

    Toko B2 90.038

    90.290

    90.164 77.37

    Hasil kadar sampel Cialis kios-kios asumsi mengandung Sildenafil, kadar rata-

    rata yang didapat yaitu sebesar 77-78 mg. Dan yang mana Cialis

    kios-kios

    benar mengandung Sildenafil bisa dilihat dari waktu retensi dan peak yang

    didapat sampel Cialis kios-kios mirip dengan standard Sildenafil data

    selangkapnya pada lampiran halaman 11 gambar 6.11-6.13 .

    4.5. Uji Disolusi sampel Sildenafil

    4.5.1. Pembuatan Kurva Kalibrasi Standard Sildenafil (BPOM)

    Pembuatan kurva kalibrasi dengan konsentrasi 10, 20, 30, 40, 50 g/ml

    dari uji ini didapat persamaan regresi linier dan koefisien korelasi (r). Hasil uji

    diperoleh persamaan garis y =0,0218 x 0,001 dan koefisien korelasi (r) 0.9999.

  • 35

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Gambar 4.5. Kurva Kalibrasi Sildenafil

    4.5.2. Uji Disolusi Sampel Cialis (Sildenafil) Kios-Kios

    Setelah pembuatan kurva kalibrasi, Uji disolusi 6 macam tablet Cialis

    kios-kios, tablet dimasukkan kedalam alat disolusi yang berisi medium HCL 0,01

    N sebanyak 900 ml pada suhu 37 0,5 0C dengan kecepatan pengadukan 100 rpm

    selama 30 menit, diambil sampel 3 ml dilakukan pada menit ke 5, 10, 15, 30.

    Setiap pengambilan sampel diganti dengan media, kemudian dilihat absorbannya

    di spektrofotometri. Data hasil terlihat pada tabel 4.10.

    Tabel 4.10. Persentase Sildenafil larut pertablet (78 mg)

    t(menitk

    ke-)

    C

    (% Q)

    C

    (% Q)

    C

    (% Q)

    C

    (% Q)

    C

    (% Q)

    C

    (% Q)

    5 79,091 88,518 90,614 89,043 88,257 91,138

    10 87,733 90,876 91,662 91,923 89,043 92,447

    15 90,614 91,399 92,185 92,709 93,495 94,018

    30 92,709 93,757 92,971 93,233 93,757 94,542

    Q (Rata-rata) = 93,494

    Untuk uji disolusi ini menggunakan metode tipe 1, uji disolusi dilakukan

    dengan menggunakan temperatur dan kecepatan putar pengaduk yang

  • 36

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    dipertahankan selalu pada kondisi konstan, yaitu pada temperatur 37 0,5 0C ,

    hal tersebut bila terjadi kenaikan suhu selain dapat meningkatkan gradient

    konsentrasi (CS) dan meningkatkan energi kinetika molekul obat, dan kecepatan

    100 rpm , medium yang digunakan yaitu HCL 0,01 N sebanyak 900 ml diambil

    sampel 3 ml dilakukan pada menit ke 5, 10, 15, 30, pada pengambilan sampel

    cairan medium diganti dengan medium yang baru pada suhu dan volume yang

    sama, hal ini dimaksudkan agar pengujian disolusi berada dibawah kondisi sink

    atau kondisi penguji tanpa adanya pengaruh gradient konsentrasi, untuk waktu

    yang digunakan melihat waktu hancur yaitu 30 menit karena diperkirakan dalam

    waktu 30 menit zat aktif sudah melarut semua, pada dasarnya sampel Cialis kios-

    kios ini tidak terdaftar pada Farmakope Indonesia, dan yang mana secara umum

    Farmakope Indonesia menggunakan Q tidak kurang dari 80 % (FI 1V, 1995) Q

    adalah jumlah obat yang terlarut pada waktu tertentu yang dinyatakan sebagai

    persentase dari kandungan yang tertera pada etiket, untuk tablet sampel Cialis

    kios-kios mengikut persyaratan yang mana Q tidak kurang dari 80%, yang

    umum digunakan di Farmakope Indonesia , dan untuk hasil Q (rata-rata) uji

    disolusi yaitu 93,494 %, dengan hasil yang seperti ini berarti sampel Cialis kios-

    kios sudah memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia yang mana Q tidak

    kurang dari 80% .

  • 37

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    BAB 5

    KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1. Kesimpulan

    1. Terbukti adanya pemalsuan zat aktif pada sampel Cialis kios-kios dengan

    dilakukan uji kualitatif (uji spektrum panjang gelombang, uji oragnoleptis,

    uji sulfur, uji kromatografi lapis tipis) dan dengan melihat waktu retensi,

    kemudian peak pada kromatogram sampel Cialis kios-kios mirip ke standard

    Sildenafil BPOM, sampel Cialis kios-kios mengandung Sildenafil dan

    bukan Tadalafil .

    2. Hasil kadar pada sampel Cialis (Sildenafil) kios-kios untuk toko A1

    sebesar 78.82 mg, toko A2 sebesar 78,00 mg toko B1 sebesar 78,97 mg

    toko B2 sebesar 77,37 mg.

    3. Hasil Uji Disolusi pada waktu ke 30 menit Q (rata-rata) 93,414 % telah

    melarut semua, dan telah memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia,

    pada menit ke 30 Q tidak kurang dari 80 % .

    5.2. Saran

    Disarankan untuk melakukan validasi metode kembali, sosialisasi untuk

    masyarakat supaya tidak membeli obat Cialis di kios-kios sebaiknya membeli di

    Apotek.

  • 38

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    DAFTAR PUSTAKA

    Thejomoorthy and Challa. 2012. Determination of Tadalafil in rat plasma by

    liquid chromatography tandam mass spectrometry Application to a

    pharmacokinetic study. India: Scholars Research Library

    Harmita, 2006. Buku Ajar Analisa. Universitas Indonesia: Departemen Farmasi

    FMIPA

    Gandjar, Ibnu Gholib dan Rohman, Abdul. 2009. Kimia Farmasi Analisis.

    Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

    David G. Watson. 2010. Analisis Farmasi Edisi 2. EGC. 2010. Halaman 81-82.

    Ghodsi, Razieh dkk. 2012. Application of Narrow-Bore HPLC Columns in Rapid

    Determination of Sildenafil Citrat in Its Pharmaceutical Dosage Form. Iran:

    Departement of Pharmaceutical Chemistry.

    Kannappan, N dkk. 2010. Metode Development and Validation of Stability

    Indicating Methods for Assay of Tadalafil and Sildenafil Citrate by HPLC. India:

    Department of Pharmacy.

    Anon, Tadalafil (cilis) Drug Monograph, Nov. (2003).

    Sastroasmoro dan Ismael. 2010. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinik.

    Jakarata: Sagung Seto.

    Ham, Drs Mulyono. 2005. Membuat Reagen Kimia di Laboratorium. Jakarta:

    Bumi Aksara.

    Reddy, B. Prasanna. 2010. Validation and stability indicating RP-HPLC method

    for the determination of tadalafil API in pharmaceutical formulations. India:

    Research In Pharmaceutical Biotechnology Vol. 2(1), pp. 001-006.

    Martindal.The Extra Pharmacopocia evaluated information on the worlds drug

    and medicines.31 ed.The Royal Pharmeceutical society.1995.pg 39-40,3069-70

    Parinduri, Fatimah. 2009. Penetapan kadar katopril dalam sediaan tablet dengan

    nama dagang dan generik secara kromatografi cair kinerja tinggi. Skripsi:

    Fakultas Farmasi Universitas Sumatra Utara Medan.

    Tjay dan Rahardja.2008.Obat-Obat Penting Edisi keenam Khasiat, Penggunaan,

    dan Efek Sampingnya. Jakarta: PT. ALEX MEDIA KOMPUTINDO.

  • 39

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Labib, Bir Ribhil. 2013.Validasi Metode Penetapan Kadar Lansoprazol dalam

    Darah secara In Vitro dengan Kromatografi Cair. Skripsi: Fakultas Farmasi

    Universitas Uin Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Smeltzer, Suzanne C.2011. Buku ajar Keperawatan medikal-bedah Brunner dan

    Suddarth. Jakarta: EGC

    Sulistyaningrum, Indriyati Hadi. dkk. 2012.Uji Sifat Fisik dan Disolusi Tablet

    Isosorbid Dinitrat 5 mg Sediaan Generik dan Sediaan dengan Nama Dagang

    yang Beredar di Pasaran. Semarang: Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasim.