Tablet Jahe

100
PEMANFAATAN JAHE (Zingiber officinale) SEBAGAI TABLET ISAP UNTUK IBU HAMIL DENGAN GEJALA MUAL DAN MUNTAH DEVITA KUSUMA RAHINGTYAS PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Transcript of Tablet Jahe

PEMANFAATAN JAHE (Zingiber officinale) SEBAGAI

TABLET ISAP UNTUK IBU HAMIL DENGAN GEJALA MUALDAN MUNTAH

DEVITA KUSUMA RAHINGTYAS

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGAFAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR2008

RINGKASAN

DEVITA KUSUMA RAHINGTYAS. Pemanfaatan Jahe (Zingiber officinale)sebagai Tablet Isap untuk Ibu Hamil dengan Gejala Mual dan Muntah.Dibimbing oleh BUDI SETIAWAN

Tujuan umum dari penelitian ini adalah membuat produk suplemen untukmeminimalisasi terjadinya mual dan muntah pada ibu hamil denganmemanfaatkan kandungan gingerol di dalam jahe sebagai pencegah mual danmuntah. Penelitian ini dilakukan melalui empat bagian yaitu pengambilan dataprimer, pembuatan tepung ekstrak jahe, pembuatan tablet isap jahe, serta ujikesukaan dan penerimaan ibu hamil terhadap tablet isap jahe. Pengambilan dataprimer dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Pembuatan tepung ekstrakjahe meliputi proses ekstraksi, pengeringan (spray dryer, vaccum dryer, danfreeze dryer), analisis karakteristik fisik dan kimia tepung ekstrak jahe, danpemilihan tepung ekstrak jahe terbaik. Pembuatan tablet isap jahe meliputiformulasi, analisis mutu fisik, dan penilaian organoleptik terhadap produk. Ujidaya terima tablet meliputi penilaian hedonik dan penerimaan secara umum olehibu hamil. Data diolah dan dianalisis dengan menggunakan SAS 6.12., SPSS versi11.5 for Windows dan Microsoft Excell 2003. Pengaruh perlakuan dianalisissecara non-parametrik dengan menggunakan uji Kruskal Wallis. Jika perlakuanberbeda nyata maka dilakukan uji lanjut multiple comparisson (Gaspersz 1994). Menurut sebaran terjadinya mual dan muntah kehamilan, terdapat 75%contoh yang mengalami kondisi mual dan muntah, 40% dari contoh yangmengalami mual dan muntah tersebut merasa mengalami mual dan muntahpada tingkatan sedang. Sebanyak 80% contoh berusia antara 20-35 tahun.Kisaran frekuensi kehamilan dengan proporsi terbesar (30%) pada contoh adalahantara 1-5 kali. Menurut riwayat kehamilan, sebanyak 70% contoh mengalamipersalinan normal, sedangkan sisanya mengalami keguguran (15%), melahirkanBayi Berat Lahir Rendah (BBLR) (10%), dan prematur (5%). Menurut jenispenyakit yang diderita, baik 6 bulan sebelum hamil maupun selama hamil,proporsi terbesar (40%) pada contoh menderita influenza. Sebanyak 70%contoh tidak menderita Kekurangan Energi Kronis (KEK) dan 30% menderitaKEK Berdasarkan tingkat konsumsi, konsumsi energi pada pada separuh ibuhamil yang menjadi contoh adalah defisit. Tingkat konsumsi protein pada lebihdari separuh (55%) ibu hamil yang menjadi contoh adalah defisit. Tujuh puluhpersen dari contoh mengalami defisit kalsium. Sebagian besar contoh (75%)mengalami defisit zat besi. Sebanyak 60% contoh juga memiliki tingkat konsumsiyang kurang terhadap vitamin A. Pengetahuan ibu hamil contoh tentang konsumsi jahe selama hamil telahcukup baik (85%). Lebih dari separuh contoh (65%) menyatakan permintaannyaterhadap produk pereda mual berbentuk tablet isap, 10% contoh menginginkanproduk berbentuk susu, dan 25% menyatakan variasi produk lainnya. Sebagianbesar jahe yang sudah dikembangkan di Indonesia diolah dalam bentukminuman serbuk instan dengan berbagai merk. Digunakan tiga jenis pengeringan dalam pembuatan tepung ekstrak jaheyaitu: spray drying, vaccum drying, dan freeze drying. Berdasarkan hasil sidikragam, jenis pengeringan dalam pembuatan tepung ekstrak jahe tidak memberipengaruh yang signifikan (>0,05) terhadap persentase rendemen, estimasi

kehilangan, dan kelarutan tepung ekstrak jahe namun berpengaruh signifikan(<0.05) terhadap kadar air tepung ekstrak jahe. Secara keseluruhan modustertinggi diperoleh pada tepung dengan menggunakan metode vaccum drying.Berdasarkan analisis fisik dan penilaian organoleptik yang dilakukan, makaterpilihlah tepung ekstrak jahe dengan metode vaccum drying. Digunakan tiga jenis formula dalam pembuatan tablet isap jahe yaitu:formula 1 (dengan asam sitrat), formula 2 (dengan green tea powder), danformula 3 (tanpa penambahan flavor). Hasil sidik ragam menunjukkan bahwaperbedaan formulasi dalam pembuatan tablet isap jahe tidak memberi pengaruhsignifikan terhadap waktu larut tablet isap (>0,05) namun berpengaruh signifikan(<0.05) terhadap kekerasan dan derajat keasaman (pH) tablet isap. Tablet yangpaling memenuhi standar prasyarat tablet isap adalah tablet fomula 1. Haltersebut karena tablet formula 1 memiliki tingkat kekerasan yang mendekatistandar prasayarat tablet isap yaitu lebih dari 10mg dan melarut perlahan dalammulut (±5-10 menit). Skor modus penerimaan ibu hamil terhadap tablet isap jahe adalah 5 atausuka untuk setiap formula. Berdasarkan persentase, penerimaan ibu hamilterhadap tablet isap jahe untuk parameter secara keseluruhan adalah lebih dariseparuh contoh (>50%) menerima setiap formula tablet isap. Aspek yang banyakdisukai ibu hamil contoh terhadap tablet isap adalah rasa dan aroma jahenyayang segar. Sedangkan aspek yang kurang disukai ibu hamil contoh terhadaptablet isap jahe adalah rasa pedasnya, warnanya yang kurang menarik, danukurannya yang besar (diameter 2.5 cm dengan bobot 4 gram). Pemanfaatanjahe sebagai tablet isap untuk meredakan mual dan muntah kehamilan dinilaisangat baik oleh ibu hamil contoh. Secara keseluruhan, ibu hamil contohmenyatakan kesediaannya untuk membeli tablet isap jahe jika produk tersebutbenar-benar dikembangkan dan dipasarkan.

PEMANFAATAN JAHE (Zingiber officinale) SEBAGAI

TABLET ISAP UNTUK IBU HAMIL DENGAN GEJALA MUALDAN MUNTAH

DEVITA KUSUMA RAHINGTYAS

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGAFAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR2008

Judul : Pemanfaatan Jahe (Zingiber officinale) sebagai Tablet

Isap untuk Ibu Hamil dengan Gejala Mual dan Muntah

Nama Mahasiswa : Devita Kusuma Rahingtyas

Nomor Pokok : A54104080

Disetujui,

Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Budi Setiawan, M.S.NIP 131 667 778

Diketahui,

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr. NIP 131 124 019

Tanggal lulus:

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah

memberikan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul ”Pemanfaatan Jahe (Zingiber officinale) sebagai Tablet Isap untuk Ibu

Hamil dengan Gejala Mual dan Muntah”. Penulis mengucapkan terima kasih tak

terhingga kepada berbagai pihak atas bantuan yang diberikan kepada penulis

selama penyusunan skripsi ini antara lain :

1. Dr. Ir. Budi Setiawan, M.S. selaku dosen pembimbing atas segala arahan,

masukan, bimbingan, kesabaran, dukungan, dan waktu luang yang

diberikan kepada penulis.

2. Dr. Ir. Lilik Kustiyah, M.Si. selaku dosen pemandu seminar dan penguji

atas segala saran membangun yang diberikan kepada penulis.

3. Keluarga besar penulis (Ibu, Bapak, Mbak Wita, Mbah Putri, Mas Aji, dan

lain-lain) atas kasih sayang, inspirasi, bantuan, dukungan dan doanya.

4. Sahabat dan teman-teman GMSK 41 (Adin, Rizka, Ima, Nurlaela, Dekus,

Rika, Yulia, Marissa, Ari, Nova, Alfinda, Curly Kun, Eka, Edo, Aqsa, Ida,

Angel, Venny, Ratna, Devi, Any, Rena, Daru, Achi, Retno, dan lainnya

yang tidak dapat disebutkan satu per satu) untuk selalu ada, menguatkan,

mengingatkan, dan menghibur dengan semangat dan canda tawanya.

5. Bapak Mashudi, Bapak Dian, Ibu Nina, Ibu Rizky, Bapak Nurwanto, Kak

Sigit (GMSK 36), Ibu Yuli (LAFIAL), Bapak Albert (Takasago), dan

laboran lainnya atas bantuan dan nasihat yang diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini tidaklah sempurna. Namun

terlepas dari segala kekurangan yang ada, penulis berharap semoga penelitian

ini dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak.

Bogor, Agustus 2008

Penulis

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 1 Mei 1986. Penulis adalah

anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan R. Hari Purwadi dan Rr. Dewi

Runantari.

Jenjang pendidikan formal penulis dimulai pada tahun 1992 di SD Negeri

Pengasinan Bintara 1, Bekasi. Penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri

138, Jakarta pada tahun 1998. Pada tahun 2001, penulis melanjutkan pendidikan

di SMU Negeri 21, Jakarta. Penulis diterima sebagai mahasiswa di Program

Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut

Pertanian Bogor pada tahun 2004 melalui Jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa

Baru (SPMB).

Selama di IPB, penulis aktif mengikuti kegiatan organisasi seperti Forum

Komunikasi Rohis Departemen (FKRD) periode 2005/2006 dan Badan Eksekutif

Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) IPB periode 2006/2007 serta

berbagai kegiatan kepanitiaan kampus. Penulis juga sering terlibat dalam

berbagai kompetisi di bidang ilmiah seperti Pekan Kreativitas Mahasiswa bidang

Kewirausahaan (PKMK), Lomba Karya Tulis Mahasiswa (LKTM) bidang

pendidikan dan ilmu pengetahuan sosial, Kontes Kreativitas dan Forum IPTEK

Mahasiswa Nasional (KONTEKNAS), dan lain sebagainya.

Beberapa prestasi yang pernah diraih penulis antara lain Finalis Meat and

Lifestock Assosiation (MLA)’s Project Proposal tahun 2006, Finalis Lomba Karya

Tulis Mahasiswa (LKTM) Bidang Pendidikan Tingkat Universitas tahun 2007, dan

Juara II Lomba Opini Bidang Pendidikan Tingkat Universitas tahun 2007.

Penulis juga pernah terlibat langsung sebagai relawan posko tumbuh kembang

anak korban gempa usia prasekolah di Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten

pasca peristiwa gempa di Bantul dan Yogyakarta tahun 2006.

DAFTAR ISI

HalamanDAFTAR TABEL ...................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. viii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ ix

PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

Latar Belakang ................................................................................. 1

Tujuan ............................................................................................. 2

Kegunaan ........................................................................................ 3

TINJAUAN PUSTAKAKondisi Kesehatan dan Gizi Ibu Hamil.............................................. 4

Gizi yang Dibutuhkan Ibu Hamil ....................................................... 5

Energi ....................................................................................... 5

Vitamin A .................................................................................. 5

Zat Besi .................................................................................... 5

Kalsium ..................................................................................... 6

Kebiasaan Makan dan Perilaku Konsumsi Pangan Ibu Hamil .......... 6

Mual dan Muntah Kehamilan (MMK) ................................................ 7

Jahe (Zingiber officinale) .................................................................. 9

Kandungan Gizi Jahe ....................................................................... 10

Manfaat Jahe ................................................................................... 11

Jahe dan Kehamilan ........................................................................ 12

Gingerol ........................................................................................... 13

Produk Olahan Jahe di Indonesia .................................................... 13

Tablet Isap ....................................................................................... 14

Bahan Penyusun Tablet Isap ........................................................... 15

Metode Ekstraksi ............................................................................. 17

Metode Pengeringan ........................................................................ 18

Spray Dryer ............................................................................... 18

Vaccum Dryer ........................................................................... 18

Freeze Dryer ............................................................................ 19

Metode Kromatografi Thin Layer Chromatography (TLC)........... ...... 19

METODE .................................................................................................. 21

Waktu dan Tempat ........................................................................... 21

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh ................................................ 21

Jenis dan Cara Pengumpulan Data.................................................. 22

Bahan dan Alat ................................................................................ 24

Tahapan Penelitian .......................................................................... 25

Pembuatan Produk .......................................................................... 25

Pembuatan Tepung Ekstrak Jahe ............................................. 25

Pembuatan Tablet Isap Jahe ................................................... 26

Pengolahan dan Analisis Data ......................................................... 27

HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 32

Profil Ibu Hamil ................................................................................ 32

Karakteristik Ibu Hamil .............................................................. 32

Riwayat Kehamilan dan Penyakit .............................................. 33

Status Gizi ................................................................................ 34

Perilaku dan Kebiasaan Makan ................................................. 35

Frekuensi Konsumsi Pangan .................................................... 37

Tingkat Konsumsi Zat Gizi ....................................................... 38

Mual dan Muntah Kehamilan (MMK) ................................................ 40

Kejadian MMK ........................................................................... 40

Frekuensi MMK ......................................................................... 41

Jangka Waktu Kejadian MMK .................................................. 41

Penyebab MMK ........................................................................ 42

Pemeriksaan Kesehatan dan Obat Khusus MMK ...................... 43

Pengetahuan Mengenai Jahe dan Pilihan Produk MMK Ibu Hamil ... 43

Konsumsi Jahe selama Hamil ................................................... 43

Pengolahan Jahe sebagai Produk Pereda MMK ....................... 44

Pilihan Produk Pereda MMK .................................................... 44

Produk Olahan Jahe yang Sudah Dikembangkan ............................ 45

Pembuatan Tepung Ekstrak Jahe .................................................... 45

Analisis Fisik dan Penilaian Organoleptik Tepung Ekstrak Jahe ...... 46

Kadar Air ................................................................................... 46

Rendemen ................................................................................ 47

Estimasi Kehilangan selama Pengeringan ................................ 47

Kelarutan .................................................................................. 48

Kandungan Gingerol ................................................................. 49

Uji Hedonik ............................................................................... 49

Tepung Ekstrak Jahe Terbaik .......................................................... 51

Formulasi Tablet Isap Jahe .............................................................. 51

Karakteristik Fisik dan Mutu Organoleptik Tablet Isap Jahe ............. 53

Kekerasan ................................................................................. 53

Waktu Larut............................................................................... 54

Derajat Keasaman (pH) ............................................................ 54

Uji Mutu Hedonik ....................................................................... 55

Formula Tablet Isap Jahe Terbaik .................................................... 57

Uji Hedonik dan Penerimaan Ibu Hamil terhadap Tablet Isap Jahe .. 58

Kontribusi Gingerol dan Estimasi Harga per Tablet .......................... 59

KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 61

Kesimpulan ...................................................................................... 61

Saran ............................................................................................. 62

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 63

LAMPIRAN ............................................................................................... 67

DAFTAR TABEL

Halaman 1 Persyaratan mutu Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2005 ibu hamil.... 7

2 Komposisi kimia jahe per 100 gram (berat basah) ........................... 11

3 Cara pengategorian dan analisis varibel .......................................... 11

4 Sebaran ibu hamil menurut karakteristik .......................................... 32

5 Sebaran ibu hamil menurut riwayat kehamilan ................................. 33

6 Sebaran ibu hamil menurut riwayat penyakit .................................... 34

7 Sebaran ibu hamil berdasarkan LILA ............................................... 35

8 Sebaran ibu hamil menurut frekuensi makan utama dan makan

selingan.............................................................................................. 36

9 Sebaran ibu hamil menurut makanan pantangan dan alergi.............. 37

10 Sebaran ibu hamil menurut tingkat konsumsi zat gizi ....................... 39

11 Sebaran terjadinya mual dan muntah kehamilan.............................. 41

12 Sebaran mual dan muntah kehamilan menurut frekuensinya.............. 41

13 Sebaran mual dan muntah kehamilan menurut jangka waktu kejadian 41

14 Sebaran mual dan muntah kehamilan menurut penyebab kejadian . 42

15 Sebaran pengetahuan ibu hamil tentang konsumsi jahe selama hamil 43

16 Sebaran persetujuan ibu hamil terhadap pengolahan jahe sebagai

produk pereda mual dan muntah kehamilan........... .......................... 44

17 Sebaran jenis pilihan produk pereda mual dan muntah

kehamilan.................................................... ..................................... 44

18 Estimasi pemakaian Bahan Tambahan Pangan (BTM)…………….. 52

19 Formulasi tablet isap jahe ……………………………………………… 52

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Jahe ................................................................................................. 10

2. Struktur senyawa gingerol ................................................................ 13

3. Spray dryer ...................................................................................... 24

4. Vaccum dryer ................................................................................... 24

5. Freeze dryer .................................................................................... 24

6. Skema tahapan penelitian ................................................................ 25

7. Prosedur pembuatan tepung ekstrak jahe......................................... 26

8. Prosedur pembuatan tablet isap jahe ............................................... 26

9. Beberapa produk olahan jahe yang telah dikembangkan di Indonesia 38

10. Penampakan tepung ekstrak jahe pada berbagai metode pengeringan 45

11. Persentase kadar air dalam tepung ekstrak jahe pada berbagai

metode pengeringan ........................................................................ 46

12. Persentase rendemen dalam tepung ekstrak jahe pada berbagai

metode pengeringan........................................................................... 47

13. Persentase estimasi kehilangan dalam tepung ekstrak jahe pada

berbagai metode pengeringan ......................................................... 48

14. Persentase kelarutan dalam tepung ekstrak jahe pada berbagai

metode pengeringan ........................................................................ 49

15. Persentase kadar gingerol sebagai senyawa aktif dalam tepung

ekstrak jahe pada berbagai metode pengeringan…………………… 49

16. Modus penerimaan terhadap tepung ekstrak jahe pada berbagai

metode pengeringan ........................................................................ 50

17. Persentase penerimaan terhadap tepung ekstrak jahe pada

berbagai metode pengeringan ........................................................ 51

18. Penampakan tablet isap jahe pada berbagai formulasi . ................... 52

19. Kekerasan tablet isap jahe pada berbagai formula .......................... 53

20. Waktu larut tablet isap jahe pada berbagai formula .......................... 54

21. Derajat keasaman (pH) tablet isap jahe pada berbagai formula….. 55

22. Sebaran modus penilaian panelis terhadap mutu tablet isap jahe .... 56

23. Sebaran persentase penilaian panelis terhadap mutu tablet isap jahe 57

24. Sebaran modus penerimaan ibu hamil terhadap tablet isap jahe ..... 58

25. Sebaran persentase penerimaan ibu hamil terhadap tablet isap jahe 59

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman1 Kuesioner profil ibu hamil .................................................................... 68

2 Metode analisis karakteristik fisik tepung ekstrak jahe......................... 72

3 Kuesioner uji organoleptik tepung ekstrak jahe………………………… 74

4 Kuesioner uji organoleptik tablet isap jahe .......................................... 75

5 Kuesioner uji organoleptik dan penerimaan tablet isap jahe…………. 77

6 Sebaran ibu hamil menurut frekuensi konsumsi pangan …………. 79

7 Hasil analisis karakteristik fisik tepung ekstrak jahe pada berbagai

pengeringan ........................................................................................ 80

8 Hasil analisis mutu fisik tablet isap jahe pada berbagai formula .......... 81

9 Hasil sidik ragam karakteristik fisik tepung ekstrak jahe pada berbagai

pengeringan ........................................................................................ 82

10 Hasil sidik ragam mutu fisik tablet isap pada berbagai formula ........... 83

11 Perhitungan kontribusi kandungan gingerol per tablet………………… 84

12 Estimasi harga tablet isap jahe…………………………………………… 85

13 Kromatogram analisis kadar gingerol .................................................. 86

PENDAHULUAN

Latar BelakangKondisi kesehatan ibu hamil di Indonesia saat ini masih belum seperti

yang diharapkan dibandingkan dengan keadaan di negara-negara Asia Tenggara

lainnya. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyatakan,

angka kematian ibu hamil dan melahirkan di Indonesia merupakan yang tertinggi

di Asia Tenggara. Beberapa wilayah di Indonesia yang angka kematiannya

masih tinggi (±400 orang) antara lain Jawa Barat, Nusa Tenggara Barat, dan

Nusa Tenggara Timur. Angka kematian ibu hamil dapat ditekan dengan

mencegah berbagai risiko kesakitan dan kematian yang berhubungan dengan

kehamilan dan persalinan sejak awal masa kehamilan.

Beberapa masalah rawan kesehatan pada ibu hamil terjadi di awal masa

kehamilan. Mual dan muntah merupakan gangguan yang umum terjadi di

trimester pertama masa kehamilan namun tidak tertutup kemungkinan gejala

tersebut akan tetap dialami oleh ibu hamil pada trimester berikutnya. Mual dan

muntah kehamilan dapat menurunkan kemampuan dan stamina ibu hamil dalam

porsi besar. Menurut Smith et al. (2004), sebanyak 25% ibu hamil yang

mengalami masalah mual dan muntah memerlukan waktu untuk beristirahat dari

pekerjaannya.

Mual dan muntah yang terus menerus dan berlebihan dapat menjadi

berbahaya apabila tidak segera dilakukan penanganan. Tubuh ibu hamil akan

kekurangan protein dan energi sehingga kebutuhan kalori ibu hamil akan tidak

tercukupi. Ibu hamil juga terancam kekurangan gizi jika ia sudah tidak dapat

menelan makanan dan tidak dapat minum sehingga diperlukan infus cairan dan

makanan. Menurut Nadesul (2005), mual dan muntah yang hebat juga banyak

dipengaruhi oleh unsur kejiwaan sehingga perasaan ibu harus ditenangkan.

Perawatan di rumah sakit disarankan untuk dilakukan agar tidak terjadi Bayi

Berat Lahir Rendah (BBLR) dan kurang gizi pada bayi.

Sebab mual dan muntah pada kehamilan masih belum diketahui dengan

pasti oleh para ahli namun kerap dihubungkan dengan beragam faktor seperti

perubahan hormonal selama kehamilan serta pengaruh psikologis. Penggunaan

obat untuk mengatasi gangguan mual dan muntah masih terbatas. Produk-

produk alami seperti jahe, rasberry merah, dan umbi liar telah disarankan di

Amerika sebagai alternatif penanggulangan. Ibu hamil juga menggunakan

pertolongan medis dan melakukan berbagai macam strategi untuk meredakan

gejala mual dan muntah yang mereka hadapi (Vutyavanich et al. 2001). Mual dan

muntah kehamilan relatif akan berkurang seiring dengan bertambahnya usia

kehamilan.

Spesialis kebidanan dan kandungan, dr. Boy Abidin, SpOG., menyatakan

ada beberapa langkah yang dapat dilakukan ibu hamil untuk meringankan gejala

mual dan muntah kehamilan agar tidak sampai mengganggu proses kehamilan

dan pertumbuhan janin, salah satunya adalah mengonsumsi jahe (Anonim 2008).

Konsumsi jahe untuk mengatasi mual dan muntah sebenarnya sudah lama

menjadi tradisi di beberapa negara. Walaupun beberapa sumber dari pusat

informasi pengobatan di Amerika pada awalnya menyatakan bahwa jahe,

sebagai obat antiemetik dan ayurvedik dari Cina, memiliki pengaruh kontradiktif

selama masa kehamilan, namun penelitian lanjutan yang dilakukan di beberapa

negara membuktikan bahwa jahe efektif dan tidak membawa efek buruk bagi ibu

hamil dan bayinya (Kimura et al. 2005). Penelitian ini dilakukan berdasarkan

berbagai keterangan dan hasil observasi terdahulu sebagai upaya aplikatif untuk

menindaklanjuti manfaat jahe sebagai pereda gejala mual dan muntah kehamilan

dengan mengolah jahe ke dalam bentuk produk yang dapat dikonsumsi secara

aman oleh ibu hamil.

Tujuan PenelitianTujuan Umum :

Membuat suplemen untuk meminimalisasi terjadinya mual dan muntah

pada ibu hamil dengan memanfaatkan kandungan gingerol di dalam jahe

sebagai pencegah mual dan muntah sehingga membantu terpenuhinya

kebutuhan gizi ibu hamil sejak awal.

Tujuan Khusus :

1. Mempelajari besar sebaran terjadinya mual dan muntah ibu hamil

pada masa kehamilan

2. Mempelajari karakteristik, perilaku dan kebiasaan makan, riwayat

kesehatan, status gizi, dan tingkat konsumsi zat gizi pada ibu hamil

3. Mempelajari seberapa baik jahe dikenal di masyarakat sebagai

pereda mual dan muntah kehamilan serta pilihan bentuk produk

pereda mual bagi ibu hamil

4. Mempelajari ragam produk olahan jahe yang sudah dikembangkan

5. Membuat produk pereda mual dan muntah terbuat dari jahe yang

aman dikonsumsi oleh ibu hamil dengan gejala mual dan muntah

dalam bentuk tablet

6. Mengidentifikasi pengaruh perbedaan metode pengeringan terhadap

karakteristik fisik dan kimia tepung ekstrak jahe (kadar air, kelarutan,

kandungan senyawa gingerol, rendemen, estimasi kehilangan selama

pengeringan, dan aspek-aspek hedonik) serta menyeleksi tepung

ekstrak jahe dengan kualitas paling baik

7. Mengidentifikasi pengaruh perbedaan formula terhadap mutu fisik

(kekerasan, pH, waktu larut) tablet isap jahe dan mengetahui mutu

hedonik tablet isap jahe yang dihasilkan

8. Menganalisis kontribusi gingerol dan biaya produksi per tablet

9. Mempelajari daya terima ibu hamil terhadap tablet isap jahe sebagai

pereda mual dan muntah kehamilan

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi positif untuk

meningkatkan peran masyarakat terutama yang berkecimpung di bidang gizi dan

kesehatan agar terpacu dan lebih peka terhadap masalah gizi dan kesehatan di

Indonesia. Kemudahan akses informasi terhadap penemuan-penemuan baru di

bidang penelitian dan pengembangan gizi diharapkan dapat lebih dimanfaatkan

serta diterapkan secara nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi pemerintah dan para pengusaha di bidang industri pangan dan obat-

obatan, penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk membuat produk

bagi ibu hamil, khususnya yang menderita mual dan muntah, sebagai langkah

preventif penanggulangan masalah kekurangan gizi sejak dini di Indonesia.

Diharapkan agar lembaga atau instansi terkait juga lebih tanggap terhadap

penggunaan bahan baku yang mengandalkan sumberdaya lokal sehingga sektor

ekonomi di Indonesia dapat lebih ditingkatkan pula.

TINJAUAN PUSTAKA

Kondisi Kesehatan dan Gizi Ibu Hamil Hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 1999

menunjukan terjadinya peningkatan Angka Kematian Ibu (AKI). Tahun 1997

terdapat 318 orang jumlah ibu meninggal per 100.000 kelahiran hidup. AKI

meningkat pada tahun 1999 menjadi 380 orang ibu meninggal per 100.000

kelahiran hidup. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)

tahun 2001, terdapat 377 orang ibu meninggal per 100.000 kelahiran hidup

(Departemen Kesehatan 2005). Kematian ibu hamil disebabkan oleh beberapa

faktor seperti faktor sosial, faktor budaya, faktor ekonomi, maupun faktor

kesehatan (Rahman 2003).

Status gizi ibu sebelum dan selama hamil dapat mempengaruhi

pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Bila gtatus gizi ibu normal pada

masa sebelum dan selama hamil kemungkinan besar akan melahirkan bayi

yang sehat, cukup bulan, dengan berat badan normal sehingga kualitas bayi

yang dilahirkan sangat tergantung pada keadaan gizi ibu sebelum dan selama

hamil (Lubis 2003).

Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme energi karena

kebutuhan energi dan zat gizi lainnya meningkat selama kehamilan. Peningkatan

energi dan zat gizi tersebut diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan

janin, pertambahan besarnya organ kandungan, perubahan komposisi, dan

metabolisme tubuh ibu. Kekurangan zat gizi tertentu yang diperlukan saat hamil

dapat menyebabkan janin tumbuh tidak sempurna. Bagi ibu hamil, pada

dasarnya, semua zat gizi memerlukan tambahan terutama pada intake energi

protein dan beberapa mineral seperti zat besi dan kalsium (Lubis 2003).

Kebutuhan energi untuk kehamilan yang normal perlu tambahan kira-kira

80.000 kalori selama masa kurang lebih 280 hari. Hal ini berarti perlu tambahan

ekstra sebanyak kurang lebih 300 kalori setiap hari selama hamil (Nasution

1988 dalam Lubis 2003). Kebutuhan energi pada trimester I meningkat secara

minimal. Kemudian sepanjang trimester II dan III kebutuhan energi terus

meningkat sampai akhir kehamilan. Energi tambahan selama trimester II

diperlukan untuk pemekaran jaringan ibu seperti penambahan volume darah,

pertumbuhan uterus dan payudara, serta penumpukan lemak. Energi tambahan

digunakan untuk pertumbuhan janin dan plasenta selama trimester III

(Hardinsyah & Martianto 1992).

Kehamilan selalu berhubungan dengan perubahan fisiologis yang

berakibat peningkatan volume cairan dan sel darah merah serta penurunan

konsentrasi protein pengikat nutrisi dalam sirkulasi darah, begitu juga dengan

penurunan nutrisi mikro. Perubahan ini, di kebanyakan negara berkembang,

dapat diperburuk oleh kekurangan nutrisi dalam kehamilan yang berdampak

pada defisiensi nutrisi mikro seperti anemia yang dapat berakibat fatal pada ibu

hamil dan bayi baru lahir (Parra et al. 2005 dalam Andotopo & Arifin 2006).

Menurut Lubis (2003), keterbatasan nutrisi kehamilan (maternal) pada saat

terjadinya proses pembuahan janin dapat berakibat pada kelahiran prematur dan

efek negatif jangka panjang pada kesehatan janin. Sekitar 40 % wanita yang

melahirkan prematur disebabkan oleh faktor yang tak diketahui (idiopatik).

Gizi yang Dibutuhkan Ibu Hamil Menurut Gizi dalam Angka, masih banyak anggota masyarakat yang

mengabaikan pentingnya masa kehamilan meskipun kehamilan sudah

merupakan bagian dari daur hidup kehidupan pada wanita. Kehamilan

membutuhkan tambahan asupan pangan karena adanya peningkatan kebutuhan

zat-zat gizi (Departemen Kesehatan 2005). Beberapa zat gizi yang penting dan

sangat dibutuhkan selama masa kehamilan antara lain:

Energi

Energi merupakan salah satu hasil metabolisme karbohidrat, protein dan

lemak. Kebutuhan energi selama ibu hamil adalah untuk membentuk atau

membangun jaringan baru (fetus, plasenta, uterus, cairan amniotik, payudara),

peningkatan volume darah, dan menyuplai jaringan baru. Pangan yang kaya

akan sumber energi adalah pangan sumber lemak (lemak atau minyak, buah

berlemak, dan biji berminyak), pangan sumber karbohidrat (beras, jagung, oat,

serealia), dan pangan sumber protein (daging, ikan, telur susu dan aneka produk

turunannnya) (Departemen Kesehatan 2005).

Vitamin A

Adanya pertumbuhan janin, berarti terjadi peningkatan pertumbuhan dan

pembelahan sel dalam tubuh ibu. Vitamin A dalam bentuk retionic acid mengatur

pertumbuhan dan pembelahan sel dalam jaringan. Namun, ibu tidak dianjurkan

untuk mengkonsumsi suplementasi vitamin A selama hamil karena dosis tinggi

vitamin A akan memberikan efek teratogenik (keracunan). Mengkonsumsi buah-

buahan, daging, unggas, ikan, telur, sayuran berdaun hijau, akar dan umbi-

umbian sehari-hari, akan membantu ibu memenuhi kebutuhan vitamin A

(Departemen Kesehatan 2005).

Zat Besi Kekurangan zat besi akan menghambat pembentukan hemoglobin yang

berakibat pada terhambatnya pembentukan sel darah merah. Ibu hamil dan ibu

menyusui merupakan kelompok yang beresiko tinggi terhadap anemia yang

disebabkan oleh kekurangan zat besi. Hal ini tidak terlepas dari banyaknya darah

yang dikeluarkan selama masa persalinan. Sumber pangan yang banyak

mengandung zat besi adalah nabati kedelai, kacang-kacangan, sayuran daun

hijau, dan rumput laut (Departemen Kesehatan 2005).

KalsiumKalsium dibutuhkan untuk membantu pertumbuhan tulang, gigi, jantung

yang sehat, syaraf dan otot. Kekurangan kalsium akan menyebabkan

pertumbuhan tulang dan gigi jadi terhambat. Sumber pangan yang banyak

mengandung kalsium adalah susu, sayuran hijau, kacang-kacangan, biji-bijian,

dan ikan (Departemen Kesehatan 2005).

Kebiasaan Makan dan Perilaku Konsumsi Pangan Ibu Hamil Perilaku terhadap gizi dan makanan merupakan respon seseorang

terhadap makanan yang meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan atau

praktek seseorang terhadap makanan. Kebiasaan makan merupakan pola

perilaku konsumsi pangan yang diperoleh dari pola praktek yang dilakukan

berulang-ulang. Tindakan manusia terhadap makan dan makanan yang

dipengaruhi oleh pengetahuan dan perasaan serta persepsi tentang hal tersebut.

Cara-cara individu dan kelompok individu memilih, mengonsumsi, dan

menggunakan makanan yang tersedia didasarkan pada faktor-faktor sosial

budaya di mana manusia tersebut hidup (Guthe & Mead 1979 dalam Suhardjo

1989).

Kebutuhan energi dan zat gizi selama kehamilan meningkat sebagai

akibat proses anabolik di dalam tubuh ibu hamil. Peningkatan kebutuhan ini

digunakan untuk pembentukan sel-sel dan jaringan-jaringan baru, serta untuk

memenuhi energi pertumbuhan dan aktivitasnya bagi ibu maupun energi

pertumbuhan untuk janin yang dikandungnya (Hardinsyah & Martianto 1992).

Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi pangan dan gizi

yang kurang selama masa kehamilan berdampak buruk pada bayi yang

dilahirkan maupun bagi ibu. Bayi yang kurang mendapat suplai zat gizi dari ibu

seringkali mengalami kelahiran prematur, lahir dengan berat badan rendah, atau

lahir dalam keadaan meninggal. Bayi yang mengalami kurang gizi selama di

kandungan, pada umumnya, mengalami hambatan pertumbuhan setelah

kelahiran meskipun bayi lahir selamat. Hambatan pertumbuhan tersebut

khususnya pertumbuhan volume otak yang erat kaitannya dengan kecerdasan

anak. Anak yang mengalami keadaan demikian biasanya mempunyai tingkat

kecerdasan dan perkembangan mental yang rendah, terjadi pula kelambatan

dalam sosialisasi dan kepekaan terhadap rangsangan. Akibat yang sering

membahayakan ibu sendiri adalah terjadinya pendarahan selama melahirkan

(Hardinsyah & Martianto 1992).

Konsumsi pangan sebelum kehamilan dan selama masa kehamilan

berpengaruh terhadap kesehatan ibu hamil. Ibu hamil yang cukup konsumsi

pangan dan gizi sebelum hamil, pada umumnya, kurang mengalami masalah

yang berarti selama kehamilan. Konsumsi pangan dan gizi yang mencukupi

kebutuhan serta diiringi dengan latihan fisik ringan memberi dampak yang baik

pada ibu hamil (Hardinsyah & Martianto 1992).

Tabel 1 Persyaratan mutu Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2005 ibu hamilNo Syarat Mutu Satuan AKG 2005 Hamil (Tambahan)

Trimester I Trimester II Trimester III123456789

101112131415161718

EnergiProteinVitamin AVitamin B1Vitamin B2Vitamin B3Vitamin B6Vitamin B9Vitamin B12Vitamin CKalsiumBesiSengMagnesiumManganIodiumSeleniumFluor

Kkalg

mcg/REmgmgmgmgmcgmcgmgmgmgmgmgmgmcgmcgmg

+100+17+300+0.3+0.3+4

+0.4+200+0.2+10+150+0

+1.1+30+0.2+50+5

+0.2

+100+17+300+0.3+0.3+4

+0.4+200+0.2+10+150+6

+4.2+30+0.2+50+5

+0.2

+100+17+300+0.3+0.3+4

+0.4+200+0.2+10+150+13+9.0+30+0.2+50+5

+0.2

Mual dan Muntah selama Kehamilan Gejala mual dan muntah banyak dialami oleh hampir semua wanita hamil.

Delapan puluh persen wanita hamil mengalami gejala mual dan muntah pada

bulan-bulan pertama kehamilan. Ditemukan dari penelitian yang dilakukan di

Cornell University, Amerika Serikat, bahwa gejala morning sickness atau mual

dan muntah pada awal kehamilan ini mencapai puncaknya pada minggu ke-6

hingga ke-18 dari masa kehamilan. Morning sickness lebih sering terjadi pada

kehamilan pertama, pada wanita muda, dan kehamilan bayi kembar (Anonim

2007).

Mual dan muntah terjadi karena adanya pengaruh dari peningkatan kadar

hormon HCG (Human Chorionic Gonadotropin) dan estrogen. Kedua hormon ini

diproduksi oleh plasenta dan janin, yang menyebabkan perut kosong lebih lama.

Hal ini mengakibatkan terjadinya gejala mual dan muntah. Teori lainnya adalah

karena pengaruh hormon progesteron yang dominan selama masa kehamilan.

Hormon ini berperan dalam "melembutkan" otot-otot tubuh, terutama di bagian

rahim, untuk mencegah kelahiran prematur. Progesteron juga

mengistirahatkankan kerja saluran pencernaan sehingga proses pengosongan

perut berjalan lebih lambat, dan mengakibatkan meningkatnya asam lambung

penyebab munculnya mual (Anonim 2007).

Berat ringannya gejala mual dan muntah kehamilan berbeda-beda pada

setiap wanita. Ada yang hanya berupa mual-mual biasa, ada juga yang sampai

muntah-muntah berat sampai tak bisa melakukan apa pun. Gejala mual dan

muntah yang parah dikenal dengan istilah hyperemesis gravidarum atau mual

dan muntah terjadi dengan intensitas yang sangat sering dan cukup parah. Batas

yang jelas antara mual dan muntah yang fisiologis dengan hiperemesis

gravidarum tidak ada namun apabila keadaan umum penderita terpengaruh,

maka dapat dianggap sebagai hiperemesis gravidarum (Lestari 2005).

Beberapa teori menekankan penyebab mual dan muntah pada ibu hamil

adalah ketidakseimbangan hormonal selama kehamilan, kekurangan vitamin B,

hipertiroid, hiperasiditas lambung, infeksi H. pylori, gangguan metabolisme

karbohidrat, meningkatnya sensitivitas terhadap bau selama kehamilan, dan lain

sebagainya. Faktor psikologis juga memegang peranan penting pada penyakit ini

antara lain takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung

jawab sebagai ibu, pertentangan dengan suami atau mertua, kesulitan

sosioekonomi, dan lainnya. Faktor ini dapat menyebabkan beban mental yang

dapat memperberat mual dan muntah. Beberapa penelitian juga melaporkan

bahwa ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko mual dan muntah

pada ibu hamil yaitu hamil pada usia muda, obesitas, hamil pertama kalinya,

kehamilan kembar, hamil anggur (mola hidatidosa), dan pernah mengalami mual

dan muntah berat sebelumnya (Lestari 2005).

Faktor psikis dapat memicu dan memperburuk muntah. Berat badan

penderita menurun dan terjadi dehidrasi. Dehidrasi dapat menyebabkan

perubahan kadar elektrolit di dalam darah sehingga darah menjadi terlalu asam.

Muntah yang terus terjadi akan dapat menyebabkan kerusakan hati. Komplikasi

lainnya adalah perdarahan pada retina yang disebabkan oleh meningkatnya

tekanan darah ketika penderita muntah. Penderita dirawat dan mendapatkan

cairan, glukosa, elektrolit, serta vitamin melalui infus. Penderita berpuasa selama

24 jam. Dapat pula diberikan obat anti-mual dan obat penenang. Jika dehidrasi

telah berhasil diatasi, penderita dapat mulai memakan makanan lunak dalam

porsi kecil. Biasanya muntah berhenti dalam beberapa hari. Jika gejala kembali

kambuh maka pengobatan akan diulang kembali (Kaem 2006).

Jahe (Zingiber officinale)Jahe merupakan akar-akaran segar atau kering dari Zingiber officinale.

Ahli botani Inggris William Roscoe (1753-1831) mempopularkan nama Zingiber

officinale pada tahun 1807. Keluarga jahe merupakan kelompok tanaman tropis,

terutama yang berasal dari Indonesia dan Malaysia. Terdiri atas lebih dari 1200

spesies tanaman dalam 53 genera. Genus Zingiber terdiri dari 85 spesies

tanaman obat aromatik yang berasal dari Asia Timur dan Australia tropis. Nama

genus tersebut diturunkan dari kata Sanskrit yang menunjukkan “bentuk tanduk,”

yang menerangkan tonjolan keluar pada bagian rimpang. Tanaman jahe tumbuh

tegak selama bertahun-tahun dengan ketinggian 1-3 kaki. Cabangnya dikelilingi

pelepah sebagai tempat tinggal daun-daunan bertingkat dua. Kayunya

menyerupai paku kekuningan dengan bunga-bunga bertepi ungu yang menjadi

penguat di bagian bawahnya yang berwarna kuning kehijauan, namun, jahe

jarang berbunga dalam pembudidayaan (Foster 2000 dalam Aminah 2004).

Jahe merupakan tanaman jenis rimpang yang sejak dulu digunakan

manusia sebagai bahan rempah dan obat-obatan. Cabang dari rimpang jahe,

biasanya berbentuk jari manusia dan memiliki bau harum, karena memiliki

kandungan minyak atsiri. Kandungan ilmiah lain yang dimiliki jahe adalah

gingerol, minyak terbang, dan limonene. Tanaman ini juga mengandung zat aktif

shogaol dan gingerol yang berfungsi untuk membangkitkan energi. Bahkan, para

ahli menyebutnya sebagai jenis tanaman antioksidan terkuat sedunia (Anonim

2007). Rasa dominan pedas pada jahe disebabkan senyawa keton bernama

zingeron. Aroma jahe disebabkan oleh minyak atsiri sedangkan kandungan

oleoresinnya menyebabkan rasa pedas (Koswara 1995). Klasifikasi tanaman

jahe adalah sebagai berikut:

Dunia : Spermatophyta

Kelas : Angiospermae

Subkelas : Monocotyledoneae

Ordo : Musales

Famili : Zingiberaceae

Genus : Zingiber

Species : Zingiber officinale

Gambar 1. Jahe

Kandungan Gizi Jahe

Komponen yang terkandung dalam jahe antara lain adalah air 80.9%,

protein 2.3%, lemak 0.9%, mineral 1-2%, serat 2-4%, dan karbohidrat 12.3%.

Kandungan kimia tersebut berbeda-beda tergantung dari faktor genetik dan

faktor lingkungan tumbuh yang meliputi iklim, ketinggian, cuaca, jenis tanah,

pemupukan, dan pengolahan pasca panen. Menurut Young et al. (2003) dalam

Amalia (2004), rimpang jahe mengandung dua bagian utama yaitu minyak volatil

yang membawa aroma dan gingerol sebagai pembawa rasa pedas. Jahe

mengandung 1-2% minyak volatil, 5-8% bahan damar, zat tepung, dan getah.

Friedli (2002) dalam Aminah (2004) menjelaskan kandungan jahe meliputi

minyak volatil, oleoresin (gingerol, shogaol, zingeron), fenol, enzim proteolitik,

vitamin B6, vitamin C, kalsium, magnesium, fosfor, natrium, dan asam linolenik.

Menurut Ketaren dan Djatmiko (1980) dalam Khairani (2002), jahe kering

mengandung oleoresin yang terdiri dari gingerol, zingiberol, shogaol, dan

zingeberen sekitar 0,5-5,3%. Sedangkan menurut Burkill (1953) dalam Khairani

(2002), kandungan oleoresin dalam jahe segar 0,4-3,1%, tergantung umur panen

dan tumbuhnya. Semakin tua umur umbi akar jahe semakin besar kandungan

oleoresinnya. Terdapat persenyawaan kimia gingerol 1,1-2,2% yang memberikan

rasa pedas dan zingiberol sekitar 0,04% di dalam oleoresin (Whiteley et al. 1951

dalam Khairani 2002).

Menurut Rukmana (2000), minyak atsiri pada jahe menimbukan aroma

khas, sedangkan cita rasa jahe yang pedas dan agak pahit dipengaruhi oleh

oleoresin yang merupakan komponen jahe. Komposisi kimia jahe dapat dilihat

pada Tabel 3.

Tabel 2 Komposisi kimia jahe per 100 gram (berat basah)

Komponen JumlahJahe segar Jahe kering

Energi (KJ)Protein (g)Karbohidrat (g)Lemak (g)Kalsium (mg)Fosfor (mg)Besi (mg)Vitamin A (SI)Vitamin C (mg)Serat kasar (g)Total abu (g)

184,01,51,0

10,121394,3304

7,533,7

1424,09,16,070,811614812147

-5,94,7

Sumber : Koswara (1995)

Manfaat JaheBerdasarkan sejumlah penelitian, jahe memiliki manfaat antara lain untuk

merangsang pelepasan hormon adrenalin dan memperlebar pembuluh darah

sehingga darah mengalir lebih cepat dan lancar. Hal tersebut mengakibatkan

tekanan darah menjadi turun. Jahe mengandung dua enzim pencernaan yang

penting. Pertama, protease yang berfungsi memecah protein. Kedua, lipase yang

berfungsi memecah lemak. Kedua enzim ini membantu tubuh mencerna dan

menyerap makanan. Jahe sekurangnya mengandung 19 komponen bioaktif yang

berguna bagi tubuh. Komponen yang paling utama adalah gingerol yang bersifat

antikoagulan, yaitu mencegah penggumpalan darah. Gingerol diperkirakan juga

membantu menurunkan kadar kolesterol. Jahe dapat menghambat serotonin

sebagai senyawa kimia pembawa pesan yang menyebabkan perut berkontraksi

dan menimbulkan rasa mual (Sahelian 2007 dalam Amalia 2004).

Menurut Schuler (1990) dalam Aminah (2004), jahe mempunyai beberapa

manfaat yaitu sebagai antioksidan dan antikanker. Jahe adalah salah satu bahan

pangan yang mengandung senyawa fenol yang berperan sebagai antioksidan.

Jahe juga termasuk jenis bahan pangan yang berpotensi dalam pencegah

kanker karena terbukti memiliki aktivitas antioksidan dan antikanker

(antikarsinogenik) yang tinggi.

Menurut Megawati (2007), Dr.Francesca Borelli dan kawan-kawan dari

University of Naples Frederico mengulas beberapa literatur medis untuk

mempelajari jahe, mereka menemukan enam penelitian yang menguji jahe pada

wanita hamil. Dikemukakan, jahe berfungsi lebih baik dibandingkan plasebo atau

vitamin B6 dan dianggap aman untuk wanita hamil. Jahe, dalam beberapa

penelitian, dapat mengatasi mual, muntah, bahkan hiperemesis gravidarum.

Mengonsumsi jahe dapat merangsang pengeluaran air liur dan memperlancar

cairan pencernaan.

Jahe dan Kehamilan Jahe efektif untuk mengurangi derita mual dan muntah selama hamil.

Penggunaan jahe untuk mengatasi mual dan muntah tidak akan meningkatkan

risiko negatif pada janin. Beberapa penelitian yang dipublikasikan dua puluh

tahun terakhir menerangkan klaim tradisional dalam penggunaan jahe sebagai

anti muntah dan agen anti pembawa penyakit (Sripramote et al. 2006).

Jahe, dalam dosis sedikitnya 1 gram, efektif mencegah mual dan muntah

yang sering menimpa pasien setelah menjalani operasi. Jahe telah digunakan

sebagai obat tradisional di Cina untuk menghilangkan mual, muntah, dan gejala

lambung dan usus lainnya. Beberapa penelitian dalam sepuluh tahun ini telah

mengevaluasi efek jahe dalam mencegah mual dan muntah setelah operasi.

Dibandingkan plasebo, jahe mengurangi risiko mual dan muntah dalam 24 jam

setelah operasi sebanyak 31%. Persentase harapan pasien meningkat sampai

35% dalam mengatasi mual dan muntah. Satu-satunya efek yang terlihat dari

pemberian jahe tersebut adalah ketidaknyamanan di bagian perut (Sripramote et

al. 2006).

Rasmussan et al. (1991) dalam Kimura et al. (2005), dengan

menggunakan percobaan double-blind randomized cross-over, menemukan

bahwa 1 gram jahe per hari efektif dalam mengurangi gejala mual dan muntah

kehamilan dan tidak terlihat memiliki efek samping atau efek yang buruk

terhadap kehamilan. Smith et al. (2004) dalam penelitiannya menyatakan

konsumsi tepung jahe dalam dosis 1 gram per hari selama 4 hari terbukti lebih

baik dibanding plasebo dalam mengurangi dan mengatasi gejala mual dan

muntah dari tingkat rendah sampai tingkat tinggi.

Keating dan Chez (2003) dalam Kimura et al. (2005), menggunakan sirup

jahe dalam air untuk mempelajari efek perbaikan jahe pada rasa mual di awal

kehamilan. Penelitian double-blind tersebut menunjukkan perbaikan positif terjadi

pada 77% kasus yang diujikan. Kemudian disimpulkan bahwa 1 gram jahe dalam

bentuk sirup per hari bermanfaat bagi pasien pada beberapa kasus mual dan

muntah selama trimester pertama kehamilan. Vutyavanich et al. (2001)

menyimpulkan pada beberapa penelitian double-blind lainnya bahwa jahe

bekerja efektif untuk mengatasi gejala mual dan muntah yang timbul selama

masa kehamilan tanpa efek buruk yang menyertai. Fulder dan Tenne (1996)

dalam Kimura et al. (2005), melaporkan bahwa jahe direkomendasikan sebagai

obat alternatif untuk menangani kehamilan yang berhubungan dengan mual dan

muntah di banyak negara bagian barat.

GingerolInti jahe yang disebut gingerol merupakan molekul radikal bebas yang

kuat dan dapat beraksi sebagai antioksidan. Gingerol menurunkan produk

oksidatif dalam saluran pencernaan yang menyebabkan munculnya rasa mual.

Gingerol juga dapat menyebabkan pembuluh darah membesar yang biasanya

ditandai dengan efek hangat dan menghambat penerimaan serotonin di dalam

lambung yang memicu terjadinya rasa mual. Dikenal beberapa jenis jahe, tapi

yang dianggap berkhasiat sebagai obat adalah jahe merah, karena kandungan

minyak atsiri pada jahe merah lebih banyak (Megawati 2007).

Gambar 2. Struktur senyawa gingerol

Produk Olahan Jahe di Indonesia

Tanaman jahe telah lama dikenal dan tumbuh baik di Indonesia. Jahe

merupakan salah satu rempah-rempah penting. Rimpangnya sangat luas

dipakai, antara lain sebagai bumbu masak serta pemberi aroma dan rasa pada

makanan seperti roti, kue, biskuit, kembang gula dan berbagai minuman. Jahe

juga digunakan dalam industri obat, minyak wangi dan jamu tradisional. Jahe

muda dimakan sebagai lalaban, juga diolah menjadi asinan dan acar. Jahe dapat

memberi efek rasa panas dalam perut sehingga juga digunakan sebagai bahan

minuman seperti bandrek, sekoteng dan sirup (Koswara 1995).

Terdapat produk hasil olahan jahe yang dikenal di masyarakat, di

antaranya bandrek, sekoteng, wedang jahe, ronde atau STMJ (susu, telur, madu,

jahe). Minuman ini selain cocok untuk mengatasi keluhan mual juga memberikan

rasa hangat dan menyegarkan karena jahe bersifat memperlancar aliran darah

sehingga vitalitas meningkat dan orang merasa lebih sehat. Jahe di India

biasanya dikonsumsi dalam bentuk teh (Koswara 1995).

Tablet Isap Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa-cetak berbentuk rata

atau cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis obat atau lebih

dengan atau tanpa zat tambahan, digunakan baik untuk tujuan pengobatan lokal

maupun sistemik (Anief 2007). Tablet isap (troches dan lozenges) biasanya

dibuat dengan menggabungkan obat/ bahan aktif seperti antibiotik, antiseptik,

analgesik, atau bahkan vitamin yang diinginkan, dalam suatu bahan dasar

kembang gula yang keras dan beraroma menarik. Troches dan lozenges

merupakan bentuk dari tablet yang dimaksudkan untuk pemakaian rongga mulut.

Tablet isap dirancang agar tidak mengalami kehancuran dalam mulut, tetapi larut

atau terkikis secara perlahan-lahan dalam jangka waktu kurang dari 30 menit

(Lachman, Lieberman & Kanig 1994).

Lozenges adalah bentuk sediaan obat atau bahan aktif yang memunyai

cita rasa serta ditujukan untuk diisap dan bertahan dalam rongga mulut atau

tenggorokan (Museum of The Royal Pharmaceutical Society of Great Britain

2008) Dua bentuk utama lozenges adalah pemen kembang gula keras dan tablet

kempa.

Persyaratan mutu fisik tablet isap berbeda dengan tablet yang biasa,

perbedaan tersebut diantaranya adalah kekerasan lebih tinggi (>10 mg) dan

melarut perlahan dalam mulut (sekitar 5-10 menit). Namun, kekerasan dari tablet

isap bukan merupakan persyaratan mutlak. Kekerasan tablet isap dipersyaratkan

lebih tinggi dari tablet yang lain dengan harapan bahwa waktu melarutnya akan

lebih lama. Oleh karena itu, selama waktu melarut masih memenuhi persyaratan

(>5 menit) maka tablet isap diharapkan menghasilkan efek terapi yang memadai

(Sugiartono 2003).

Bahan Penyusun Tablet Isap

Bahan-bahan utama yang biasa digunakan dalam pembuatan tablet isap

adalah bahan dasar tablet (pengisi dan gula), pengikat, pencitarasa, pewarna,

pelumas atau pelincir, dan bahan aktif yang diinginkan (Peters 1989 dalam

Fardinatri 2007). Tablet tertentu mungkin memerlukan suatu pemacu aliran.

Sedangkan yang lainnya mungkin memerlukan zat pewarna, zat perasa, dan zat

pemanis pada tablet kunyah (Lachman, Lieberman & Kanig 1994).

Maltodekstrin terbuat dari hidrolisis pati dengan asam atau enzim.

Kelompok polimer utama yang menyusun maltodekstrin seperti halnya pati

adalah amilosa dan amilo pektin, sedangkan lipid, protein, fosfor, abu, dan air

merupakan komponen penyusun lain dalam jumlah kecil. Maltodekstrin

mempunyai Dekstrose Equivalent (DE) kurang dari 20. Semakin tinggi nilai DE

maka produk akan semakin manis. Maltodekstrin digunakan pada produk yang

berbentuk cair untuk memberi mouthfeel pada produk pengisi pada saat

pengeringan dan sebagai bahan pengental (Luallen 2002 dalam Fardinatri 2007).

Sukralosa merupakan pemanis dengan tingkat kemanisan sangat tinggi,

mencapai 600 kali dibanding sukrosa. Sukralosa, dengan tingkat kemanisan

yang begitu besar, tidak memberikan kontribusi energi tambahan pada produk

yang mempergunakannya. Berdasarkan lebih dari 100 penelitian pada hewan

dan manusia, Food and Drugs Association (FDA) menyimpulkan bahwa

sukralosa tidak bersifat karsinogenik dan tidak menyebabkan gangguan

reproduksi maupun risiko neurologik. Salah satu keunggulan sukralosa adalah

tahan panas sehingga tingkat kemanisan yang diperoleh tidak menurun. Selain

itu, karena tingkat kemanisannya yang sangat tinggi, jumlah sukralosa yang

diperlukan untuk mencapai tingkat kemanisan yang diinginkan sangat sedikit

(Anonim 2008).

Sukralosa tidak digunakan sebagai sumber energi oleh tubuh karena

tidak terurai sebagaimana halnya dengan sukrosa. Sukralosa tidak dapat dicerna

dan langsung dikeluarkan oleh tubuh tanpa perubahan. Hal tersebut

menempatkan sukralosa dalam golongan Generally Recognized as Safe (GRAS)

sehingga aman dikonsumsi wanita hamil dan menyusui serta anak-anak segala

usia. Sukralosa teruji tidak menyebabkan karies gigi, perubahan genetik, cacat

bawaan, dan kanker. Sukralosa tidak pula berpengaruh terhadap perubahan

genetik, metabolisme karbohidrat, reproduksi pria dan wanita, serta terhadap

sistem kekebalan. Joint FAO/WHO Expert Committee on Food Additives

(JECFA) menyatakan sukralosa merupakan bahan tambahan pangan yang aman

untuk dikonsumsi manusia dengan ADI sebanyak 10 sampai dengan 15 mg/ kg

berat badan. Corporate Affairs Commission (CAC) mengatur maksimum

penggunaan sukralosa pada berbagai produk pangan berkisar antara 120

sampai dengan 5.000 mg/ kg produk (Badan Standardisasi Nasional 2000).

Sorbitol merupakan isomer optik dari mannitol. Sorbitol bersifat

higroskopis (menyerap air) pada kelembaban lebih dari 65% dan memiliki kalori

(2,5 Kal/ gram) dan kemanisan (0,6 kali) yang relatif kurang dibandingkan

dengan gula (sukrosa) (Lachman, Lieberman & Kanig 1994). Sorbitol merupakan

gula alkohol yang dikenal dapat termetabolisme secara lambat di dalam tubuh.

Sorbitol merupakan gula pengganti yang sering digunakan dalam makanan diet

dan bebas gula. Sorbitol terdapat secara alami pada banyak buah-buahan.

Sorbitol juga direferensikan sebagai pemanis karena memberi energi makanan

2,6 Kal/ gram dengan rata-rata 4 Kal gula dan tepung (Anonim 2008).

Sorbitol cocok digunakan dalam tablet isap yang terkikis di mulut secara

lambat. Sorbitol juga memberikan rasa dingin pada mulut, memilki tekstur licin,

dan memiliki kualitas kompresi yang baik. Selain itu, sorbitol tidak bersifat

kariogenik pada gigi dan tidak bereaksi dengan bahan aktif dalam tablet (Peters

1989 dalam Fardinatri 2007).

Aerosil merupakan bahan yang berfungsi sebagai pelincir sekaligus

adsorban pada pembuatan tablet. Pelincir berfungsi untuk melancarkan masuk

dan keluarnya bahan pada die (tempat cetakan tablet) sehingga banyak bahan

yang masuk seragam serta berat tablet cetakan pertama dan selanjutnya tetap

sama. Sebagai adsorban, aerosil dapat mengikat dan mempertahankan bahan

yang agak basah tanpa membuat tablet menjadi basah. Adsorban biasanya

ditambahkan pada bahan aktif yang basah atau berminyak (seperti vitamin E)

sebelum dicampurkan pada bahan lainnya (Peck, Baley, McCurdy & Banker

1989 dalam Fardinatri 2007).

Magnesium stearat mudah terbakar langsung dengan bahan-bahan yang

terbuat dari minyak. Merupakan bubuk sabun putih dengan pH basa. Magnesium

stearat diperoleh dari asam stearit yang banyak diturunkan dari sumber tanaman

(Morgan 2008). Magnesium stearat digunakan sebagai pencegah lengket antara

tablet dengan peralatan yang digunakan di pabrik-pabrik dalam bidang teknologi

farmasi selama proses pengempaan (Anonim 2008). Magnesium stearat

berperan sebagai pelumas dalam pembuatan tablet. Penggunaannya dianjurkan

untuk mengurangi gesekan antara dinding tablet dengan dinding die pada saat

tablet ditekan keluar. (Lachman, Lieberman & Kanig 1994).

Sodium benzoat merupakan bahan pengawet makanan yang tersebar

luas dan umumnya digunakan di bawah 0.1% pada berbagai makanan.

Pembatasan sodium benzoat pada makanan bukan dikarenakan toksisitasnya

namun pada level penggunaan lebih tinggi dari 0.1% akan meninggalkan

aftertaste yang tidak enak pada makanan (Anonim 2008).

Benzoat bekerja secara optimal pada kisaran pH 2.5-4.0 pada makanan

yang asam atau diasamkan. Sodium benzoat efektif digunakan untuk mencegah

kontaminasi khamir dan bakteri. Menurut FDA, sodium benzoat aman

(UDA/GRAS) dan dapat digunakan sampai 0.2% atau 0.3% dalam bahan

makanan karena mekanisme detoksifikasi benzoat dalam tubuh. Syarat

ketetapan tersebut terdapat juga di dalam UU no.235/Menkes/Per/VI/1979. Rasa

sweetish atau astringent yang tertinggal dapat diatasi dengan mengurangi

penggunaannya atau mengombinasikannya dengan kalium sorbat atau ester dari

asam parahidroksibenzoat (Fardiaz et al. 1988).

Asam sitrat dengan rumus molekul C6H8O7 adalah asam trikarboksilat

berbentuk kristal atau serbuk putih. Asam sitrat merupakan asam organik kuat

yang memiliki sifat-sifat kimia antara lain mudah larut dalam air, kelarutannya

dalam alkohol sedang, dan sedikit larut dalam eter (Branen, Davidson &

Salminen 1990). Asam sitrat banyak digunakan pada makanan sebagai asidulan

atau zat pengasam. Asidulan dapat bertindak sebagai penegas rasa dan warna

atau menyelubungi after taste yang tidak disukai. Sifat asam senyawa ini dapat

mencegah pertumbuhan mikroba dan bertindak sebagai bahan pengawet.

Derajat keasaman rendah pada buffer yang dihasilkannya mempermudah proses

pengolahan. Salah satu tujuan utama penambahan asam pada makanan adalah

untuk memberikan rasa asam karena asam dapat mengintensifkan penerimaan

rasa-rasa lain. Unsur yang menyebabkan rasa asam adalah ion H+ atau ion H3O+

(Winarno 1997). Asam sitrat digunakan dalam industri makanan karena

kelarutannya yang tinggi, memberi rasa asam yang enak, dan tidak bersifat

racun.

Metode Ekstraksi Ekstraksi adalah pemindahan selektif suatu senyawa dari bentuk cair fase

air ke bentuk cair lainnya (fase organik) atau dari bentuk padat ke bentuk cair.

Prosesnya disebut ekstruksi cairan. Ekstraksi cairan dapat berupa cairan dan

padatan cair. Prinsip dari suatu metode ekstraksi adalah pemisahan suatu

komponen tersebut. Efektivitas suatu ekstraksi dipengaruhi oleh ukuran partikel,

tekstur bahan, dan pelarut yang digunakan (Wikandari 1994).

Metode PengeringanPengeringan merupakan penghilangan kelembaban pada bahan

makanan. Tujuan utama pengeringan adalah untuk memelihara produk selama

penyimpanan dengan mengurangi uap air sehingga mikroorganisme tidak mudah

tumbuh dan mempertahankan kualitas dan nilai gizi. Pengeringan juga

mengurangi volume produk sehingga distribusi dan penyimpanan produk mudah

dilakukan (Hariyadi 2006). Beberapa jenis pengering di industri pangan antara

lain:

Spray Dryer (Pengering Semprot)Pengeringan semprot secara luas digunakan pada produksi pengenziman

skala besar karena biayanya yang lebih rendah (Yamato & Sano 1992 dalam

Pilosof & Terebiznik 2000). Pengeringan produk makanan cair sering dilakukan

dengan menggunakan pengering jenis ini. Terjadi perpindahan kelembaban dari

produk cair setelah cairan diatomisasi atau disemprot ke dalam udara panas oleh

kamar-kamar pengering. Jenis pengatomisasi adalah aspek penting karena

digunakan untuk menilai energi yang diperoleh dari penyemprotan, ukuran dan

distribusi tetesan yang terdapat pada area pemindah panas, tingkat pengeringan,

kecepatan dan jalur tetesan, serta jenis ukuran produk akhir (pemercik hidrolik

dan pemercik putar) (Hariyadi 2006).

Tekanan pengatom digunakan untuk menghasilkan tetesan dengan

menekan cairan melalui lubang kecil (0.4-4 mm). Tingkat alir maksimal adalah 1

liter/ jam dengan kisaran tekanan antara 300-4000 psig. Alat ini jarang digunakan

pada bahan makanan dengan konsentrasi tinggi. Umumnya digunakan pada

produk susu, krim, kopi, teh, sari buah, telur, dan hasil ekstrak. Diameter sebaran

tetesan dan konsistensi lapisan rongga produk yang dikeringkan akan

menyempit. Biaya operasional lebih rendah dengan menggunakan pemercik

putar (Hariyadi 2006).

Vacuum Dryer (Pengering Vakum)

Dehidrator jenis ini menggunakan vakum untuk mempertahankan tekanan

uap paling rendah dalam ruang di sekeliling produk. Penurunan tekanan juga

menurunkan suhu kelembaban produk sehingga penguapan kelembaban produk

akan meningkat dan menghasilkan perbaikan dalam kualitas produk. Uap

dipindah dan didifusikan terhadap peningkatan kelembaban dengan vakum.

Peralatan yang digunakan digambarkan sebagai rak-rak yang bekerja memutar,

berbentuk kerucut, dan beku (Hariyadi 2006).

Beberapa jenis enzim diketahui menginaktivasi secara sebagian atau

keseluruhan selama proses pengeringan sehingga pengeringan vakum

merupakan metode yang baik untuk melindungi enzim-enzim tersebut dari

degradasi atau oksidasi termal. Umumnya, pengering beroperasi pada kisaran

temperatur 10-500C pada daerah kontak langsung (Strumillo et al. 1991 dalam

Pilosof & Terebiznik 2000).

Freeze Dryer (Pengering Beku)

Pengeringan beku biasanya digunakan untuk mengeringkan enzim-enzim

yang bersifat labil terhadap suhu dalam jumlah sedikit (Yamato & Sano 1992

dalam Pilosof & Terebiznik 2000). Terjadi penurunan suhu produk sehingga

sebagian besar kelembaban produk berada dalam level padatan dan

menurunkan tekanan sekeliling produk dengan sublimasi es yang didapatkan.

Pengering beku memegang peranan penting untuk digunakan pada berbagai

jenis makanan, terutama pada produk dengan hasil kualitas yang diterima

dengan baik oleh konsumen. Umumnya digunakan pada produk sari buah,

sayuran, buah-buahan, udang, kopi, dan flakes (Hariyadi 2006).

Pengeringan beku secara industri memiliki 20 m3 daerah berbuku-buku.

Kamar pengeringan dihubungkan dengan kondensor es silinder yang terpisah

melalui klep tertutup. Sistem pendingin termasuk kompresor pendingin air dan

seri penukar panas terhadap pendinginan atau pemanasan sirkulasi air asin.

Kamar pengering bagian depan dapat disegel ke dalam dinding pada area yang

bersih (Hariyadi 2006).

Metode Kromatografi Thin Layer Chromatography (TLC) Metode kromatografi adalah metode pemisahan suatu komponen, di

mana komponen yakan dipisahkan dan didistribusikan di antara dua fase yaitu

fase diam dan fase bergerak. Fase bergerak berupa gas atau cairan, sedangkan

fase diam berupa padatan atau cairan (Meloan 1999). Berdasarkan prinsip

pemisahannya, kromatografi dibedakan menjadi 4 yaitu kromatografi partisi,

kromatografi adsorbansi, kromatografi penukar, dan kromatografi eksklusi.

Kromatografi cair meliputi metode kromatografi sederhana dan metode

kromatografi modern. Metode kromatografi modern terdiri atas metode HPLC

(High Pressure Liquid Chrometography) dan metode TLC (Thin-Layer

Chromatography) (Tissue 1996). Thin-Layer Chromatography (TLC) adalah

teknik kromatografi yang berguna untuk memisahkan komponen organik yang

terpisah. TLC sering digunakan untuk mengamati reaksi organik yang terjadi dan

untuk mengetahui kemurnian produk karena kepraktisan dan kecepatannya.

TLC terdiri atas fase diam yang terhenti pada media plastik dan pelarut.

Jumlah contoh dapat diidentifikasi dengan standar yang simultan. Media

ditempatkan dalam wadah pelarut dan pelarut bergerak ke atas secara kapiler.

Saat pelarut di depan mencapai tepi lain dari fase diam, media tersebut

berpindah dari wadah pelarut. Titik-titik terpisah divisualisasikan dengan cahaya

ultraviolet atau dengan menempatkannya pada media dalam iodin yang

menguap. Perbedaan komponen campuran bergerak ke atas dengan tingkat

berbeda karena perbedaaan reaksi partikel antara fase cair bergerak dan fase

diam (Tissue 1996).

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2008 sampai Juli 2008.

Pengambilan contoh ibu hamil dilakukan di Desa Babakan, Kecamatan

Dramaga. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive karena letak yang mudah

dijangkau sehingga memudahkan akses antara lokasi pembuatan produk dengan

tempat tinggal ibu hamil. Pembuatan produk yang meliputi pembuatan ekstrak

jahe, pembuatan tepung ekstak jahe, pembuatan tablet isap jahe, sampai proses

analisis dilakukan di Laboratorium Percobaan Makanan dan Laboratorium

Analisis Zat Gizi, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia

(FEMA), Institut Pertanian Bogor; Pilot Plant Southeast Asian Food and

Agricultural Science and Technology (SEAFAST) Center, Institut Pertanian

Bogor; Laboratorium Balai Penelitian Tanaman Tropis, Bogor; serta Laboratorium

Lembaga Tenaga Farmasi TNI AL (LAFIAL), Jakarta. Penilaian organoleptik

tepung ekstrak jahe dan tablet isap jahe dilakukan di Laboratorium Organoleptik,

Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia (FEMA), Institut

Pertanian Bogor. Sedangkan, penilaian organoleptik dan uji penerimaan produk

dilakukan di Puskesmas dan rumah ibu hamil yang menjadi contoh.

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Contoh yang digunakan sebagai profil untuk mengetahui penerimaan

produk adalah ibu hamil. Jumlah ibu hamil di Desa Babakan adalah 42 orang.

Kriteria pemilihan contoh antara lain: 1) tinggal di Desa Babakan, 2) dapat

berkomunikasi dengan baik, dan 3) bersedia dijadikan contoh. Jumlah ibu hamil

yang terpilih sebagai contoh utama dalam penelitian ini adalah 20 orang dengan

usia kehamilan antara 12-30 minggu. Sedangkan, untuk uji daya terima produk

dipilih 20 orang ibu hamil yang terdiri atas 2 contoh utama yang tersisa (drop out

karena melahirkan dan pindah rumah) dan 18 orang ibu hamil lain di Desa

Darmaga sebagai pengganti contoh utama yang drop out. Data ibu hamil

diperoleh dari Puskesmas serta rekapitulasi data kader Posyandu Desa

Babakan.

Panelis semi terlatih yang dipilih berjumlah 25 orang. Panelis semi terlatih

ini dipilih untuk melakukan penilaian organoleptik terhadap tepung ekstrak jahe.

Kriteria pemilihan panelis antara lain: 1) merupakan mahasiswa Institut Pertanian

Bogor (IPB), 2) memahami cara melakukan penilaian organoleptik atau pernah

melakukan penilaian organoleptik sebelumnya, dan 3) bersedia menjadi panelis.

Panelis terlatih yang dipilih berjumlah 20 orang. Panelis terlatih ini dipilih

untuk melakukan penilaian mutu organoleptik terhadap tablet isap jahe. Kriteria

pemilihan panelis antara lain: 1) merupakan mahasiswa Institut Pertanian Bogor

(IPB), 2) pernah mendapatkan pendidikan dan pelatihan khusus mengenai

penilaian organoleptik atau berpengalaman dalam melakukan penilaian

organoleptik, dan 3) bersedia menjadi panelis.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data yang digunakan adalah data primer. Data primer tersebut meliputi

data ibu hamil serta data pembuatan dan analisis produk. Data ibu hamil

diperoleh melalui wawancara secara langsung menggunakan kuesioner dengan

kombinasi pertanyaan terbuka dan tertutup. Data ibu hamil tersebut meliputi

karakteristik ibu hamil, status gizi ibu hamil, riwayat kehamilan dan penyakit ibu

hamil, kebiasaan makan ibu hamil, frekuensi konsumsi pangan ibu hamil, recall

konsumsi pangan ibu hamil 1x24 jam, riwayat mual dan muntah kehamilan

(MMK), serta pengetahuan tentang jahe.

Data status gizi ibu hamil dilakukan dengan pengukuran Lingkar Lengan

Atas (LILA). Wanita Usia Subur (WUS) dikatakan menderita Kekurangan Energi

Kronis (KEK) jika ukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) kurang dari 23.5 cm dan

akan berisiko melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Data riwayat

kehamilan meliputi riwayat keguguran, aborsi, melahirkan bayi dengan berat

kurang dari 2500 gram, melahirkan bayi kurang dari 37 minggu, melahirkan bayi

mati, melahirkan bayi sungsang, melahirkan secara ceasar, dan persalinan

normal. Data riwayat penyakit ibu hamil meliputi penyakit anemia, jantung,

hipertensi, diabetes, typus, diare, batuk, influenza, dan lain-lain. Data kebiasaan

makan meliputi frekuensi makan makanan utama dalam sehari, frekuensi makan

makanan selingan dalam sehari, makanan pantangan selama hamil, dan

makanan yang menyebabkan alergi.

Data MMK meliputi frekuensi MMK selama hamil, tingkat keparahan

MMK, jenis makanan yang dikonsumsi selama MMK, jangka waktu terjadinya

MMK, frekuensi kehamilan dengan MMK terparah, pemeriksaan diri terhadap

gangguan MMK, sebab MMK, dan konsumsi obat MMK. Sedangkan data

pengetahuan tentang jahe meliputi pendapat apabila jahe diberikan pada saat

kehamilan, pilihan produk MMK yang dikehendaki, pendapat apabila jahe diolah

sebagai produk pereda MMK, dan kesediaan ibu untuk mencoba produk pereda

MMK yang terbuat dari jahe.

Data pembuatan produk meliputi data pembuatan, analisis, dan penilaian

organoleptik tepung ekstrak jahe; data pembuatan, analisis, dan penilaian mutu

organoleptik tablet isap jahe; serta data penilaian organoleptik dan uji

penerimaan tablet isap jahe oleh ibu hamil. Data analisis tepung ekstrak jahe

meliputi analisis karakteristik fisik dan kimia tepung ekstrak jahe. Karakteristik

fisik meliputi kadar air, rendemen, estimasi kehilangan selama pengeringan, dan

kelarutan, sedangkan karakteristik kimia meliputi kandungan senyawa gingerol.

Data penilaian organoleptik tepung ekstrak jahe oleh panelis semi terlatih

meliputi parameter rasa jahe, rasa pedas, aroma, tekstur, warna, dan

penampakan keseluruhan. Skala penilaian adalah 1-6 yang meliputi kategori

sangat suka, suka, agak suka, agak tidak suka, tidak suka, dan sangat tidak

suka.

Data analisis tablet isap jahe meliputi analisis mutu fisik tablet yang terdiri

dari kekerasan, waktu larut, dan derajat keasaman (pH). Data penilaian mutu

organoleptik tablet isap jahe oleh panelis terlatih meliputi parameter rasa manis,

rasa flavor, rasa pedas, rasa jahe, rasa keseluruhan, aroma jahe, aroma flavor,

aroma keseluruhan, mouthfeel, tekstur saat isap, dan warna. Masing-masing

parameter tersebut diuji mutu organoleptiknya karena memegang peranan

penting terhadap kesan pertama konsumen terhadap produk dan lebih lanjut

berpengaruh terhadap penerimaan konsumen terhadap produk. Skala penilaian

adalah 1-9 yang meliputi kategori amat sangat suka, sangat suka, suka, agak

suka, biasa, agak tidak suka, tidak suka, sangat tidak suka, dan amat sangat

tidak suka.

Data penilaian organoleptik tablet isap jahe oleh ibu hamil meliputi

parameter rasa jahe, rasa manis, rasa pedas, rasa keseluruhan, aroma jahe,

aroma keseluruhan, warna, tekstur isap, dan penampakan keseluruhan. Skala

penilaian adalah 1-6 yang meliputi kategori sangat suka, suka, agak suka, agak

tidak suka, tidak suka, dan sangat tidak suka. Seluruh skala dalam penilaian

organoleptik dan mutu organoleptik diubah menjadi skala numerik dengan angka

menaik berdasarkan tingkat kesukaan.

Data penerimaan tablet isap jahe oleh ibu hamil meliputi pertanyaan

tentang pendapat ibu hamil tentang produk tablet isap yang terbuat dari jahe

untuk mengatasi MMK, tanggapan ibu hamil setelah mencoba produk, aspek-

aspek produk yang disukai, aspek-aspek produk yang tidak disukai, dan

kemungkinan ibu hamil membeli produk apabila produk beredar di pasaran.

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan adalah jahe merah segar sebagai bahan

baku utama, maltodekstrin sebagai bahan pengisi, aerosil sebagai adsorban,

sukralosa dan sorbitol bubuk sebagai pemanis, magnesium stearat dan talk

sebagai pelincir dan pelicin, sodium benzoat sebagai pengawet, asam sitrat, dan

flavour bubuk rasa teh hijau. Jahe merah diperoleh dari Pasar Bogor;

maltodekstrin diperoleh dari Toko Kimia Setia Guna, Bogor; aerosil, magnesium

stearat dan talk diperoleh dari Toko Kimia Bratachem, Bogor; sukralosa diperoleh

dari PT Halim Sakti Pratama, Jakarta; green tea powder diperoleh dari Takasago

Internasional Singapore, Jakarta; sorbitol bubuk diperoleh dari PT Kimia Farma,

Jakarta; dan sodium benzoat diperoleh dari LAFIAL, Jakarta.

Alat-alat yang digunakan antara lain spray dryer, vacuum dryer, dan

freeze dryer dari Pilot Plant SEAFAST Center, IPB. Alat analisis antara lain

neraca analitik, oven, penetrometer, cawan porselen, stopwatch, termometer,

dan erlenmeyer diperoleh dari Laboratorium Kimia dan Analisis Pangan

Departemen Gizi Masyarakat, IPB. Sedangkan alat pengempa diperoleh dari

LAFIAL, Jakarta.

Gambar 3. Spray dryer Gambar 4. Vacuum dryer

Gambar 5. Freeze dryer

Tahapan Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap yang disajikan melalui

skema di bawah ini :

Pengambilan data ibu hamil

Pembuatan tepung ekstrak jahe

Uji karakteristik fisik dan kandungan senyawa kimia (gingerol)

Pemilihan tepung ekstrak jahe terbaik

Pembuatan tablet isap jahe

Analisis mutu fisik dan organoleptik

Uji kesukaan dan daya terima tablet isap oleh ibu hamilGambar 6. Skema tahapan penelitian

Pembuatan Produk

Pembuatan Tepung Ekstrak Jahe Tahapan ini dimaksudkan untuk memperoleh tepung ekstrak jahe terbaik

dari 3 jenis pengeringan yang dilakukan dengan menganalisis karakteristik fisik

dan penilaian organoleptis penelis. Pemilihan jahe merah sebagai bahan baku

zat aktif dilakukan dengan pertimbangan kandungan oleoresinnya yang tinggi.

Semakin banyak kandungan oleoresin dalam bahan tersebut, semakin

memungkinkan diperoleh gingerol dalam jumlah yang lebih besar pula.

Pemilihan prosedur ekstraksi dengan campuran air menggunakan

blender dilakukan atas pertimbangan harga, keamanan, efektivitas, dan

kepraktisan dalam proses pengekstrakan. Berdasarkan hasil penelitian

Wikandari (1994), metode ekstraksi jahe segar dengan cara refluk menggunakan

soxhlet dan penghancuran dengan blender memberikan hasil yang relatif sama,

hanya waktu ekstraksi dengan metode penghancuran menggunakan blender

jauh lebih singkat dan sederhana. Jumlah senyawa gingerol optimal diperoleh

dengan kecepatan maksimum (skala 7) dalam waktu 7.5 menit dengan

perbandingan pelarut dan jahe adalah 20:1.

Menurut Schubert (1981) dalam Wikandari (1994), metode blender

menghasilkan partikel yang lebih halus daripada soxhlet. Luas permukaan

terhadap volume menjadi lebih luas dan mempunyai daya kapilaritas yang lebih

besar dari pelarut. Menurut Wikandari (1994), pelarut juga lebih mudah dan lebih

banyak berdifusi ke dalam partikel-partikel jahe sehingga proses ekstraksi

berjalan lebih singkat. Pengaruh perputaran rotor akan memperkuat dan

mempercepat kontak antara pelarut dengan partikel-partikel jahe dan

mempercepat kontak antara pelarut dengan patikel-partikel bahan.

Pemilihan pengering dari jenis spray dryer, vacuum dryer, dan freeze

dryer dilakukan dengan pertimbangan ketiganya umum digunakan sebagai

pengering bahan pangan yang diambil ekstrak atau sarinya. Sebelum dilakukan

pengeringan, ditambahkan bahan pengisi maltodekstrin ke dalam ekstrak jahe

dan dihomogenisasi. Perbandingan ekstrak jahe dan bahan pengisi adalah 9:1.

Rimpang jahe segar dicuci dan dikupas

Jahe dipotong kecil-kecil dan diekstraksi bersama air dengan perbandingan 1:20menggunakan blender dengan skala 7 selama 7,5 menit

Ditambahkan bahan pengisi 10% dan dihomogenisasikan

Dikeringkan dengan 3 jenis pengering

Dianalisis karakteristik fisik dan kandungan senyawa gingerol

Dipilih tepung ekstrak jahe terbaikGambar 7. Prosedur pembuatan tepung ekstrak jahe (Wikandari 1994)

Pembuatan Tablet Isap Jahe

Tepung ekstrak jahe dengan karakteristik terbaik selanjutnya digunakan

dalam tablet isap. Metode pembuatan tablet isap merupakan trial and eror dari

metode kempa langsung dengan tahapan: penimbangan bahan, pencampuran,

pengocokan, dan pengempaan. Bahan yang digunakan adalah tepung ekstrak

jahe, bahan pengisi tablet yang berfungsi juga sebagai pengisi tablet dan

pemanis (sukralosa dan sorbitol bubuk), bahan anti lengket (magnesium stearat,

aerosil, dan bubuk talk), serta bahan pengawet (sodium benzoat) dan bahan

perasa (asam sitrat dan green tea powder).

Penimbangan bahan-bahan

Pencampuran dalam kantung plastik

Pengocokan dalam kantung plastik

Pengempaan dengan metode kempa langsung

Tablet isap jaheGambar 8. Prosedur pembuatan tablet isap jahe

Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan mulai dari editing, coding, entry, cleaning, dan

selanjutnya dianalisis. Coding dilakukan dengan cara menyusun code-book

sebagai panduan entry dan pengolahan data. Entry dan cleaning data dilakukan

kemudian untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam memasukkan data.

Analisis data diolah dengan menggunakan program komputer Microsoft Excell

2003, Statistical Program for Social Sciences (SPSS) versi 11.5 for Windows,

dan Statistical Analysed System (SAS).

Data frekuensi konsumsi pangan melalui metode food frequency

questionnaire secara berturut-turut dikonversikan ke dalam satuan energi (Kal),

protein (g), zat besi (mg), kalsium (mg), dan vitamin A (RE), dengan

menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) 1994. Berdasarkan

Hardinsyah dan Briawan (1994), konversi dihitung dengan menggunakan rumus

sebagai berikut :

Kgij = (Bj/100) x Gij x BDDj/100)

Keterangan:

Kgij = kandungan zat gizi dalam bahan makanan j

Bj = berat makanan j yang dikonsumsi (g)

Gij = kandungan zat gizi dalam 100 gram BDD bahan makanan j

BDDj = bagian bahan makanan j yang dapat dimakan

Kecukupan zat gizi dihitung berdasarkan angka kecukupan zat gizi yang

dianjurkan menurut umur dan berat badan sehat. Tingkat konsumsi energi dan

protein dikategorikan menjadi cukup ( 70%) dan tidak cukup (<70%) (Azwar

2004). Sedangkan menurut Gibson (2005), tingkat kecukupan zat besi, kalsium,

dan vitamin A dikategorikan tidak cukup (<77%) dan cukup ( 77%).

Analisis dan uji yang digunakan dalam penelitian ini antara lain analisis

deskriptif dan analisis nonparametrik Kruskal Wallis dengan Rancangan Acak

Lengkap (RAL). Analisis deskriptif dilakukan untuk mengetahui gambaran umum

dan profil ibu hamil, kejadian MMK pada ibu hamil, pengetahuan ibu hamil

tentang jahe, dan pilihan produk pereda MMK untuk ibu hamil. Sedangkan

analisis Kruskal Wallis dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan yang

diteliti dalam pembuatan produk.

Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua kali pengulangan dilakukan

terhadap perlakuan dalam dua tahap pembuatan produk yaitu pembuatan tepung

ekstrak jahe dan pembuatan tablet isap jahe. Perlakuan yang diberikan pada unit

percobaan pembuatan tepung ekstrak jahe adalah metode pengeringan ekstrak

jahe dengan 3 taraf yaitu menggunakan spray dryer, menggunakan vacum dryer,

dan menggunakan freeze dryer. Peubah yang diamati adalah karakteristik fisik

(kadar air, rendemen, estimasi kehilangan, kelarutan) dan kandungan senyawa

gingerol dari tepung ekstrak jahe. Model matematisnya (Sudjana 1995) adalah

sebagai berikut :

Yij = µ + Ai + ij

Keterangan :

Yij =Nilai pengamatan pengaruh taraf ke-i metode pengeringan ekstrak jahe

pada ulangan ke-j

µ = Nilai rata-rata pengamatan

Ai = Pengaruh metode pengeringan : ekstrak jahe pada taraf ke-i

ij =Galat percobaan karena pengaruh taraf ke-i dari metode pengeringan :

ekstrak jahe pada ulangan ke-j

i = Banyaknya taraf metode pengeringan : ekstrak jahe

j = Banyaknya ulangan (j = 2)

Rancangan percobaan yang digunakan dalam pembuatan tablet isap jahe

adalah RAL dengan dua kali ulangan (Sudjana 1995). Unit percobaan yang

diamati adalah formula tablet isap jahe terpilih. Perlakuan yang diberikan pada

unit percobaan adalah penambahan flavor yang terdiri dari tiga taraf yaitu

dengan penambahan asam sitrat (formula 1), dengan penambahan green tea

powder (formula 2) dan tanpa penambahan asam sitrat maupun green tea

powder (formula 3). Peubah yang diamati adalah mutu fisik (kekerasan, waktu

larut, pH) dari tablet isap jahe. Model matematisnya adalah sebagai berikut :

Yij = µ + Ai + ij

Keterangan :

Yij = Nilai pengamatan respon karena pengaruh taraf ke-i formula pada

ulangan ke-j

µ = Nilai rata-rata pengamatan

Ai = Pengaruh formula pada taraf ke-i

ij =Galat percobaan karena pengaruh taraf ke-i dari formulasi pada ulangan

ke-j

i = Banyaknya taraf formula

j = Banyaknya ulangan (j = 2)

Data hasil uji organoleptik dianalisis secara deskriptif dengan

menggunakan skor modus dan rata-rata persentase panelis yang dapat

menerima dari masing-masing taraf perlakuan. Jika perlakuan yang dianalisis

dengan uji nonparametrik Kruskal Wallis signifikan, maka dilakukan uji lanjut

multiple comparisson (Gaspersz 1994).

Tabel 3 Cara pengategorian dan analisis variabelNo Kelompok Data Variabel Kategori Pengukuran Analisis1. Karakteristik ibu

hamil1. Usia ibu hamil

2. Usia kehamilan3. Kehamilan ke-

1. Usia reproduksiaman dan sehat(20-35 tahun)

2. Usia reproduksiyang kurang amandan sehat (<20tahun atau >35tahun)

Deskriptif

2. Status gizi ibuhamil

Lingkar Lengan Atas(LILA)

1. Tidak KEK ( 23.5cm)

2. KEK (<23.5 cm)

Deskriptif

3. Riwayat kehamilan 1. Keguguran2. Melahirkan BBLR3. Melahirkan prematur4. Persalinan normal

Deskriptif

4. Riwayat penyakitibu hamil

1. Anemia2. Hipertensi3. Typus4. Diare5. Batuk6. Flu7. Mag8. Demam

Deskriptif

5. Kebiasaan makanibu hamil

1. Makanan utama2. Makanan selingan3. Makanan pantangan4. Alergi makanan

Deskriptif

6. Konsumsi pangan 1. Jumlah pangan

2. Jenis pangan3. Frekuensi pangan

Tingkat konsumsienergi dan protein:1. Cukup ( 70%)2. Tidak cukup (<70%)Tingkat konsumsikalsium, zat besi,dan vitamin A:1. Cukup ( 77%)2. Tidak cukup (<77%)

Deskriptif

Tabel 3 (Lanjutan)No Kelompok Data Variabel Kategori Pengukuran Analisis7. Riwayat mual dan

muntah kehamilan1. Frekuensi MMK2. Tingkat keparahan

MMK3. Makanan yang

dikonsumsi padasaat MMK

4. Jangka waktu terjadiMMK

5. Frekuensi kehamilandengan MMKterparah

6. Pemeriksaan diriterhadap MMK

7. Sebab MMK8. Konsumsi obat MMK

Deskriptif

8. Pengetahuantentang Jahe danpilihan produkMMK

1. Pemberian jahe saatkehamilan

2. Pilihan produk MMK3. Pengolahan jahe

sebagai produkpereda MMK

4. Kesediaan mencobaproduk pereda MMKdari jahe

Deskriptif

9. Karakteristik fisiktepung ekstrakjahe

1. Kadar air2. Rendemen3. Estimasi kehilangan4. Kelarutan

KruskalWallis

10. Karakteristik kimiatepung ekstrakjahe

Kandungan senyawagingerol

Deskriptif

11. Penilaianorganoleptiktepung ekstrakjahe

1. Rasa jahe2. Rasa pedas3. Aroma4. Tekstur5. Warna6. Keseluruhan

1. Kategori disukai(skor 4-6)

2. Kategori tidakdisukai (skor 1-3)

Deskriptif

12. Mutu fisik tabletisap jahe

1. Kekerasan

2. Waktu larut

3. Derajat keasaman(pH)

1. Memenuhiprasyaratkekerasan tabletisap ( 10 mg)

2. Belum memenuhiprasyaratkekerasan tabletisap (<10 mg)

1. Memenuhiprasyarat waktularut tablet isap

9-10 menit)2. Belum memenuhi

prasyarat waktularut tablet isap(<9-10 menit)

KruskalWallis

Tabel 3 (Lanjutan)No Kelompok Data Variabel Kategori Pengukuran Analisis13. Penilaian mutu

organoleptik tabletisap jahe

1. Rasa manis2. Rasa flavor3. Rasa pedas4. Rasa keseluruhan5. Aroma jahe6. Aroma flavor7. Aroma keseluruhan8. Mouthfeel9. Tekstur isap

10. Warna

1. Kategori bermutubaik (skor 5-9)

2. Kategori belumbermutu baik (skor1-4), untukparameter rasapedas, skor 8 dan9 juga termasukke dalam kategoribelum bermutubaik

Deskriptif

14. Penilaianorganoleptik tabletisap jahe

1. Rasa jahe2. Rasa manis3. Rasa pedas4. Rasa keseluruhan5. Aroma jahe6. Aroma keseluruhan7. Warna8. Tekstur isap9. Keseluruhan

1. Kategori diterima(skor 4-6)

2. Kategori belumditerima (skor 1-3)

Deskriptif

15. Penerimaanproduk tablet isapjahe

1. Produk tablet isapjahe untuk MMK

2. Tanggapan setelahmencoba

3. Aspek-aspek yangdisukai

4. Aspek-aspek yangtidak disukai

5. Kemungkinanmembeli produk

Deskriptif

HASIL DAN PEMBAHASAN

Profil Ibu HamilKarakteristik Ibu Hamil

Sebaran ibu hamil menurut karakteristik usia ibu hamil, usia kehamilan,

dan frekuensi kehamilan disajikan dalam Tabel 4 berikut.

Tabel 4 Sebaran ibu hamil menurut karakteristikKarakteristik Ibu

Hamiln %

Usia Ibu Hamil (tahun)<2020-35>35

1163

58015

Total 20 100Min-maks 18-37 tahunRata-rata±SD 28.7±5.6Usia Kehamilan (trimester)II (12-28 minggu)III (28-40 minggu)

191

955

Total 20 100Min-maks 12-30 mingguRata-rata±SD 20.5±5.5Kehamilan ke-12345

65531

302525155

Total 20 100

Usia ibu hamil dikategorikan menjadi tiga menurut sebarannya, yaitu

kurang dari 20 tahun, 20-35 tahun, dan lebih dari 35 tahun. Usia ibu hamil

berkaitan dengan perkembangan alat-alat reproduksinya. Usia reproduksi yang

sehat dan aman adalah umur 20-35 tahun. Kehamilan di usia kurang dari 20

tahun dan lebih dari 35 tahun dapat menyebabkan anemia. Kehamilan pada usia

kurang dari 20 tahun secara biologis belum optimal, emosinya cenderung labil,

mentalnya belum matang sehingga mudah mengalami keguncangan yang

mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi

selama kehamilannya. Sedangkan kehamilan pada usia lebih dari 35 tahun

terkait dengan kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta berbagai

penyakit (Mawaddah 2008).

Menurut hasil penelitian Papalia & Olds (1981), sebagian besar (86.4%)

usia ibu hamil yang diteliti berada pada rentang 20-35 tahun atau pada kategori

dewasa awal. Demikian pula hasil yang didapatkan di Desa Babakan, sebanyak

80% dari 20 ibu hamil yang dijadikan contoh berusia antara 20-35 tahun. Hal

tersebut berarti sebagian besar ibu hamil yang menjadi contoh berada pada usia

reproduksi yang aman dan sehat.

Menurut usia kehamilannya, contoh secara keseluruhan berada pada

usia kehamilan di atas tiga bulan pertama (trimester I). Sembilan puluh lima

persen contoh berada pada trimester kedua, sedangkan sisanya (5%) berada

pada trimester ketiga. Pembulatan rata-rata usia kehamilan adalah 29 minggu

dengan kisaran 12-30 minggu.

Dilihat dari frekuensi kehamilan, kisaran frekuensi kehamilan contoh

adalah antara 1-5 kali dengan persentase sebagai berikut: sebanyak 30% contoh

adalah ibu hamil pada kehamilan pertama, 25% untuk masing-masing contoh

pada kehamilan kedua dan ketiga, 15% contoh pada kehamilan keempat, dan

5% contoh pada kehamilan kelima. Seorang ibu yang sering melahirkan

mempunyai risiko mengalami anemia pada kehamilan berikutnya apabila tidak

memperhatikan kebutuhan gizi karena selama hamil zat-zat gizi akan terbagi

untuk ibu dan untuk janin yang dikandungnya (Mawaddah 2008). Hal ini diduga

karena banyaknya volume darah yang dikeluarkan pada saat persalinan

sehingga ibu hamil rentan mengalami kekurangan darah pada kehamilan

selanjutnya apabila ibu hamil kurang mengonsumsi makanan yang mengandung

zat besi untuk membantu produksi hemoglobin yang menghasilkan sel darah

merah. Menurut Darlina dan Hardinsyah (2003), frekuensi kehamilan 2 kali

merupakan faktor protektif terhadap kejadian anemia pada ibu hamil.

Riwayat Kehamilan dan PenyakitSebaran ibu hamil menurut riwayat kehamilan dan riwayat penyakit

disajikan pada Tabel 5 dan Tabel 6 berikut.

Tabel 5 Sebaran ibu hamil menurut riwayat kehamilanRiwayat kehamilan n %KeguguranMelahirkan BBLRMelahirkan prematurPersalinan normal

321

14

1510570

Menurut riwayat kehamilan, sebanyak 70% contoh mengalami persalinan

normal. Namun, masih terdapat pula contoh yang mengalami riwayat kehamilan

yang buruk seperti keguguran (15%), melahirkan BBLR (10%), dan prematur

(5%). Terjadinya riwayat kehamilan yang buruk tersebut dapat dipengaruhi oleh

berbagai faktor seperti kondisi kesehatan ibu hamil yang kurang menunjang,

pertumbuhan janin yang kurang baik selama hamil, masalah infeksi atau

imunitas, dan kurang fahamnya ibu hamil tentang cara merawat diri dan bayi

selama kehamilan. Menurut Lubis (2003), keterbatasan nutrisi kehamilan pada

saat terjadinya proses pembuahan janin juga dapat berakibat pada kelahiran

prematur dan mengakibatkan efek negatif jangka panjang pada kesehatan janin.

Tabel 6 Sebaran ibu hamil menurut riwayat penyakitJenis Penyakit n %AnemiaHipertensiTypusDiareBatukFluMagDemam

62223831

301010101540155

Menurut jenis penyakit yang diderita, baik 6 bulan sebelum hamil maupun

selama hamil, sebanyak 40% contoh menderita influenza dan 30% contoh

mengalami anemia. Sisa penyakit lainnya tersebar dalam kisaran persentase 5%

(demam), 10% (masing-masing hipertensi, typus, diare, dan demam), dan 15%

(masing-masing batuk dan mag). Ibu hamil yang memiliki banyak riwayat

penyakit cenderung memiliki sistem ketahanan tubuh yang lebih rentan

dibandingkan dengan ibu hamil dengan riwayat penyakit yang lebih sedikit.

Apabila tidak dilakukan pemeliharaan kesehatan oleh ibu hamil sejak dini dengan

penambahan konsumsi zat-zat gizi seimbang maka ibu hamil akan mengalami

defisiensi zat gizi sehingga rentan terhadap infeksi dan gangguan kesehatan

selama hamil.

Status Gizi Status gizi sebelum dan selama hamil sangat mempengaruhi

pertumbuhan janin dalam kandungan. Apabila status gizi ibu buruk sebelum dan

selama kehamilan maka akan menimbulkan beberapa akibat fatal bagi bayi

seperti BBLR, terhambatnya pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi baru

lahir, bayi baru lahir mudah terinfeksi, abortus, dan lain-lain (Lubis 2003).

Status gizi ibu hamil dapat diukur dengan menggunakan Lingkar Lengan

Atas (LILA) dengan keakuratan yang sama dengan pengukuran IMT ibu hamil.

Kejadian Kurang Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil dapat diketahui dengan

pengukuran LILA. Masalah KEK pada Wanita Usia Subur (WUS) sekitar 17.6%

pada tahun 2002 dan sekitar 11.7 juta WUS berisiko KEK (Azwar 2004). WUS

dikatakan menderita KEK jika ukuran LILA kurang dari 23.5 dan akan berisiko

melahirkan BBLR. Menurut Departemen Kesehatan (2000), WUS yang

menderita KEK pada saat hamil akan menghambat kebutuhan janin terhadap

akses zat gizi sehingga akan menimbulkan risiko BBLR. Ukuran LILA <23.5 cm

pada ibu hamil dapat menggambarkan kemungkinan kekurangan energi pada ibu

hamil, bukan hanya sebelum hamil, namun juga selama kehamilan (Wijianto &

Khomsan 2002). Hasil pengukuran LILA ibu hamil disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Sebaran ibu hamil berdasarkan LILAKejadian KEK n %

KEK (< 23.5 cm)Tidak KEK ( 23.5 cm)

614

3070

Total 20 100Rata-rata±SD 25.91±3.87

Dapat dilihat pada Tabel 6 bahwa terdapat 70% ibu hamil yang memiliki

LILA 23.5 cm. Hal ini berarti ibu hamil tersebut tidak mengalami KEK. Namun

demikian, masih terdapat 30% ibu hamil dengan LILA <23.5 cm yang berarti

menderita KEK.

Perilaku dan Kebiasaan Makan Kebiasaan makan merupakan pola perilaku konsumsi pangan yang

diperoleh dari pola praktek yang dilakukan berulang-ulang. Tindakan manusia

terhadap makan dan makanan dipengaruhi oleh pengetahuan dan perasaan

serta persepsi tentang hal tersebut. Cara-cara individu dan kelompok individu

memilih dan mengonsumsi makanan yang tersedia didasarkan pada faktor-faktor

sosial budaya di mana manusia tersebut hidup (Suhardjo 1989).

Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi pangan dan gizi

yang kurang selama masa kehamilan berdampak buruk pada bayi yang

dilahirkan maupun bagi ibu. Bayi yang kurang mendapat suplai zat gizi dari ibu

seringkali mengalami kelahiran prematur, lahir dalam keadaan BBLR, atau lahir

dalam keadaan meninggal.

Bayi yang mengalami kurang gizi selama di kandungan, pada umumnya,

mengalami hambatan pertumbuhan setelah kelahiran meskipun bayi lahir

selamat. Hambatan pertumbuhan tersebut khususnya pertumbuhan volume otak

yang erat kaitannya dengan kecerdasan anak. Anak yang mengalami keadaan

demikian biasanya mempunyai tingkat kecerdasan dan perkembangan mental

yang rendah, terjadi pula kelambatan dalam sosialisasi dan kepekaan terhadap

rangsangan. Akibat yang sering membahayakan ibu sendiri adalah terjadinya

pendarahan selama melahirkan (Hardinsyah & Martianto 1992).

Frekuensi Makan

Kebiasaan makan tiga kali sehari merupakan kebiasaan makan yang

cukup baik karena dengan frekuensi makan konsumsi yang semakin sering akan

memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan gizi yang lebih besar. Peluang untuk

mencukupi kebutuhan gizi akan lebih besar bila frekuensi makan tiga kali sehari.

Frekuensi makan dua kali sehari akan berdampak negatif bagi anggota

masyarakat yang tergolong rawan fisiologis (Widyaningsih 2007).

Selain makanan utama, makanan selingan dianjurkan pula untuk

dikonsumsi sebagai kudapan dan tambahan zat gizi. Menurut Siega (2001), ibu

hamil sebaiknya mengonsumsi makanan lengkap tiga kali dalam porsi kecil tetapi

sering dengan disertai dua kali atau lebih makanan selingan dalam sehari,

terutama pada trimester kedua. Makanan selingan umumnya disajikan sebanyak

dua kali, yaitu antara waktu makan pagi dan makan siang dan antara waktu

makan siang dan makan malam.

Tabel 8 Sebaran ibu hamil menurut frekuensi makan utama dan makan selinganFrekuensi Makanan utama (kali) Makanan selingan (kali)

n % n %1234

01163

0553015

6815

30405

25Total 20 100 20 100Rata-rata±SD 2.6±0.7 2.3±1.2

Berdasarkan Tabel 8, diperoleh hasil bahwa masih terdapat ibu hamil

yang mengonsumsi makanan utama kurang dari tiga kali. Lebih dari separuh

contoh yang diteliti (55%) mengonsumsi makanan utama hanya dua kali dalam

sehari. Sedangkan untuk jenis makanan selingan, hanya 30% contoh yang

mengonsumsi kudapan kurang dari dua kali. Sebaran ini mengindikasi bahwa

kemungkinan terjadinya defisiensi zat gizi pada ibu hamil masih cukup besar

mengingat kebutuhan konsumsi ibu hamil yang seharusnya lebih besar

dibandingkan masa sebelum hamil. Namun demikian, pembulatan rataan

frekuensi konsumsi makanan utama dan selingan masih cukup baik yaitu tiga kali

untuk makanan utama dan dua kali untuk makanan selingan.

Makanan Pantangan dan Alergi

Selama masa kehamilan, terdapat beberapa makanan yang menjadi

pantangan untuk dikonsumsi. Makanan tersebut umumnya menjadi pantangan

karena warisan leluhur yang dipercayai dapat mengakibatkan berbagai macam

risiko bagi ibu hamil maupun janin yang dikandungnya apabila dilanggar.

Makanan tersebut antara lain adalah nanas, tape, salak, durian, dan kopi. Alasan

yang dikemukakan oleh contoh antara lain adalah takut perut menjadi panas,

keguguran, atau sulit melahirkan. Sebagian besar contoh (80%) memiliki

makanan yang pantang dikonsumsi selama hamil. Sebaran ibu hamil menurut

makanan pantangan dan alergi disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9 Sebaran ibu hamil menurut makanan pantangan dan alergiKategori Makanan pantangan Alergi

n % n %YaTidak

164

8020

119

595

Total 20 100 20 100

Adanya mitos bahwa ibu hamil pantang mengonsumsi makanan tertentu

ini turut pula menyebabkan ibu kehilangan akses terhadap zat gizi dari makanan.

Hal ini tentu akan memperlemah kondisi ibu hamil. Memperhatikan

permasalahan yang dihadapi ibu hamil dan ibu menyusui serta dampak yang

mungkin terjadi pada ibu maupun pada janin serta bayi yang dilahirkan, upaya

penanganan perlu ditingkatkan dan diatasi melalui kerjasama barbagai pihak

pihak, terutama dalam memberikan penjelasan tentang perlunya zat gizi bagi ibu

hamil.

Makanan yang menimbulkan alergi selama hamil umumnya tidak terlalu

banyak. Ada sebagian dari makanan yang dikemukakan contoh memang

cenderung tidak dikonsumsi walaupun tidak dalam kondisi hamil karena alasan

tidak suka terhadap bentuk, rasa, maupun aroma makanan, serta menimbulkan

bercak-bercak merah, gatal-gatal pada kulit, dan rasa mual. Sebagian besar

contoh (95%) tidak memiliki alergi terhadap jenis makanan tertentu selama hamil.

Frekuensi Konsumsi PanganFrekuensi konsumsi pangan antara lain dapat diketahui dengan metode

food frequency questionnaire. Frekuensi makan selama kehamilan menjadi

komponen utama yang berhubungan dengan kelahiran (Siega 2001). Frekuensi

konsumsi pangan dikelompokkan menjadi empat kategori yaitu setiap hari ( 7

kali/minggu), sering (4-6 kali/minggu), jarang (1-3 kali/minggu), dan tidak pernah

(0 kali/minggu) (Widyaningsih 2007). Bahan pangan dikelompokkan atas bahan

pangan sumber karbohidrat, sumber protein hewani, sumber protein nabati,

sumber vitamin dan mineral (sayuran dan buah-buahan), dan selingan.

Makanan pokok yang dikonsumsi contoh adalah nasi, nasi uduk, nasi

goreng, bubur ayam, mie instan, dan roti. Nasi dikonsumsi oleh contoh secara

keseluruhan (100%) setiap hari. Nasi uduk (40%), bubur ayam (45%), nasi goring

(50%), mie instan (30%), roti (55%), dan singkong (35%) cenderung jarang

dikonsumsi oleh contoh selama hamil.

Sumber protein hewani yang dikonsumsi selama hamil antara lain adalah

daging ayam, ikan air tawar, ikan air laut, ikan asin, telur ayam negri, dan susu.

Makanan yang banyak dikonsumsi contoh setiap hari adalah susu (75%) dan

telur ayam negri (40%). Makanan yang jarang dikonsumsi contoh adalah daging

ayam (60%), ikan tawar (55%), ikan laut (60%), ikan asin (50%), dan telur ayam

negri (45%).

Sumber protein nabati yang dikonsumsi contoh antara lain adalah tempe,

tahu, kacang hijau, dan kacang tanah. Sumber nabati yang dikonsumsi setiap

hari adalah tempe (80%) dan tahu (40%). Makanan yang jarang dikonsumsi

contoh adalah kacang hijau (50%) dan kacang tanah (50%).

Sumber vitamin dan mineral dari jenis sayuran yang jarang dikonsumsi

contoh adalah bayam (70%), sawi (65%), sup (65%), kangkung (75%), tauge

(55%), (50%), labu siam (55%) dan mentimun (55%). Sumber vitamin dan

mineral dari jenis buah-buahan yang jarang dikonsumsi contoh adalah papaya

(45%), pisang (60%), jeruk (70%), apel (55%), dan rambutan (70%).

Jenis camilan yang setiap hari dikonsumsi contoh adalah teh manis

(60%) dan kerupuk (40%). Camilan yang dikonsumsi dalam frekuensi jarang oleh

contoh adalah bakso (55%), siomay (45%), bakwan (55%), tahu isi (45%), tempe

goreng (45%) dan biskuit (50%). Keterangan lebih lengkap dapat dilihat pada

Lampiran 6.

Tingkat Konsumsi Zat Gizi Kebutuhan energi dan zat gizi selama kehamilan meningkat sebagai

akibat proses anabolik di dalam tubuh ibu hamil. Peningkatan kebutuhan ini

digunakan untuk pembentukan sel-sel dan jaringan-jaringan baru, serta untuk

memenuhi energi pertumbuhan dan aktivitas bagi ibu maupun energi

pertumbuhan untuk janin yang dikandungnya (Hardinsyah & Martianto 1992).

Pangan yang kaya akan sumber energi adalah pangan sumber lemak (lemak

atau minyak, buah berlemak, dan biji berminyak), pangan sumber karbohidrat

(beras, jagung, oat, serealia), dan pangan sumber protein (daging, ikan, telur

susu dan aneka produk turunannnya) (Departemen Kesehatan 2005).

Tabel 10 Sebaran ibu hamil menurut tingkat konsumsi zat giziKategori Energi Protein Kalsium Besi Vitamin A

n % n % n % n % n %NormalDefisit

1010

5050

911

4555

515

2575

515

2575

812

4060

Total 20 100 20 100 20 100 20 100 20 100

Kebutuhan energi pada trimester pertama meningkat secara minimal.

Kebutuhan pada trimester kedua dan ketiga akan terus meningkat sampai akhir

kehamilan. Energi tambahan pada trimester kedua diperlukan untuk

pertambahan komponen dalam tubuh ibu seperti penambahan volume darah,

pertumbuhan uterus dan payudara, serta penumpukan lemak. Sedangkan,

energi tambahan pada trimester ketiga digunakan untuk pertumbuhan janin dan

plasenta (Arisman 2004). Dapat dilihat dari Tabel 10 bahwa tingkat konsumsi

energi pada separuh ibu hamil yang menjadi contoh adalah defisit.

Tingkat konsumsi protein pada lebih dari separuh (55%) ibu hamil yang

menjadi contoh adalah defisit. Hal ini cukup rawan mengingat ibu hamil

memerlukan protein lebih banyak dari biasanya, yaitu minimal 60 g per hari.

Hampir 70% protein dipakai untuk kebutuhan janin. Protein digunakan untuk

membuat ari-ari serta pembuatan cairan ketuban. Ari-ari berfungsi untuk

menunjang, memelihara, dan menyalurkan makanan bagi anak sedangkan

cairan ketuban sebagai tempat berlindung janin. Selain itu protein juga

digunakan untuk menambah jaringan tubuh ibu (Nadesul 2005).

Kalsium dibutuhkan untuk membantu pertumbuhan tulang, gigi, jantung

yang sehat, syaraf dan otot. Kekurangan kalsium akan menyebabkan

pertumbuhan tulang dan gigi jadi terhambat. Sumber pangan yang banyak

mengandung kalsium adalah susu, sayuran hijau, kacang-kacangan, biji-bijian

dan ikan (Departemen Kesehatan 2005). Ibu yang sedang hamil cenderung

kekurangan kalsium. Tingkat konsumsi kalsium pada ibu hamil yang menjadi

contoh tidak berbeda dengan tingkat konsumsi protein. Tujuh puluh lima persen

dari contoh mengalami defisit kalsium. Hal tersebut dapat mengakibatkan anak

yang dikandung menderita kelainan tulang dan gigi (Nadesul 2005).

Sebagian besar contoh (75%) mengalami defisit zat besi. Padahal

seharusnya semakin bertambah usia kehamilan maka kebutuhan zat besi

semakin banyak (Arisman 2004). Dibutuhkan tambahan tablet besi meskipun

makanan yang dikonsumsi sudah banyak mengandung zat besi dan tinggi

bioavailibilitasnya pada masa kehamilan (Nadesul 2005). Kekurangan zat besi

akan menghambat pembentukan hemoglobin yang berakibat pada terhambatnya

pembentukan sel darah merah. Ibu hamil dan ibu menyusui merupakan

kelompok yang berisiko tinggi terhadap anemia yang disebabkan oleh

kekurangan zat besi. Hal ini tidak terlepas dari banyaknya darah yang

dikeluarkan selama masa persalinan. Sumber pangan yang banyak mengandung

zat besi adalah nabati kedelai, kacang-kacangan, sayuran daun hijau, dan

rumput laut (Departemen Kesehatan 2005). Daging merah dan pangan hewani

juga merupakan sumber zat besi yang sangat baik untuk dikonsumsi ibu hamil.

Adanya pertumbuhan janin, berarti terjadi peningkatan pertumbuhan dan

pembelahan sel dalam tubuh ibu. Vitamin A dalam bentuk retionic acid mengatur

pertumbuhan dan pembelahan sel dalam jaringan. Namun, ibu tidak dianjurkan

untuk mengkonsumsi suplemen vitamin A selama hamil karena dosis tinggi

vitamin A akan memberikan efek teratogenik (keracunan). Mengkonsumsi buah-

buahan, daging, unggas, ikan, telur, sayuran berdaun hijau, dan umbi-umbian

sehari-hari akan membantu ibu memenuhi kebutuhan vitamin A (Departemen

Kesehatan 2005). Sebanyak 60% contoh juga memiliki tingkat konsumsi yang

kurang terhadap vitamin A. Kekurangan vitamin A meningkatkan risiko anak

terhadap penyakit infeksi, seperti penyakit saluran pernafasan dan diare,

meningkatkan angka kematian karena campak, serta menyebabkan

keterlambatan pertumbuhan (Almatsier 2003).

Mual dan Muntah Kehamilan (MMK)Kejadian MMK

Mual dan Muntah Kehamilan (MMK) merupakan gejala yang umum terjadi

pada masa kehamilan karena adanya pengaruh dari peningkatan kadar hormon

HCG (Human Chorionic Gonadotropin) dan estrogen atau adanya pengaruh

hormon progesteron yang dominan selama masa kehamilan yang menyebabkan

perut kosong lebih lama, meningkatkan asam lambung, dan menimbulkan rasa

mual. Berdasarkan Tabel 11, diketahui bahwa terdapat 75% contoh yang

mengalami MMK, 40% dari ibu hamil yang dijadikan contoh merasa mengalami

mual dan muntah pada tingkatan sedang.

Berat ringannya gejala MMK berbeda-beda pada setiap wanita. Ada yang

hanya berupa mual-mual biasa, ada juga yang sampai muntah-muntah berat

sehingga tidak bisa melakukan aktivitas apa pun. Gejala mual dan muntah yang

parah dikenal dengan istilah hyperemesis gravidarum atau mual dan muntah

terjadi dengan intensitas yang sangat sering dan cukup parah. Batas yang jelas

antara mual dan muntah yang fisiologis dengan hiperemesis gravidarum tidak

ada. Namun, apabila keadaan umum penderita terpengaruh, maka dapat

dianggap sebagai hiperemesis gravidarum (Lestari 2005).

Tabel 11 Sebaran terjadinya mual dan muntah kehamilanPengalaman MMK n %

Tidak mengalami MMKRinganSedangBerat

5582

25254010

Total 20 100

Frekuensi MMK Frekuensi MMK dari 15 ibu hamil yang mengalaminya dapat dilihat pada

Tabel 12.

Tabel 12 Sebaran mual dan muntah kehamilan menurut frekuensinyaFrekuensi MMK n %

Setiap hariBeberapa kali semingguBeberapa kali selama hamil

546

33.326.740.0

Total 15 100.0 Diketahui bahwa menurut frekuensi terjadinya, terdapat 40% contoh ibu

hamil yang mengalami MMK hanya beberapa kali selama kehamilan. Sedangkan

sisanya, mempunyai frekuensi MMK setiap hari (33.3%) dan beberapa kali

seminggu (26.7%).

Jangka Waktu Kejadian MMKJangka waktu kejadian MMK pada ibu hamil secara rinci disajikan pada

Tabel 13.

Tabel 13 Sebaran mual dan muntah kehamilan menurut jangka waktu kejadianJangka Waktu n %

Trimester ITrimester I-IITrimester I-III

951

6033.36.7

Total 15 100

Delapan puluh persen wanita hamil yang mengalami gejala mual dan

muntah pada bulan-bulan pertama kehamilan. Ditemukan dari penelitian yang

dilakukan di Cornell University, Amerika Serikat, bahwa gejala morning sickness

atau mual dan muntah pada awal kehamilan ini mencapai puncaknya pada

minggu ke-6 hingga ke-18 dari masa kehamilan. Morning sickness lebih sering

terjadi pada kehamilan pertama, pada wanita muda, dan kehamilan bayi kembar.

Terdapat lebih dari separuh (60%) contoh ibu hamil yang mengalami MMK hanya

pada trimester pertama. Sedangkan sisanya berlanjut sampai trimester kedua

(33.3%) dan trimester ketiga (6.7%).

Penyebab MMKMenurut penyebab terjadinya, MMK dapat disebabkan oleh beberapa hal

yaitu tekanan hidup, kelelahan, dan rangsangan indrawi dari luar. Sebaran MMK

menurut penyebab kejadian disajikan pada Tabel 14.

Tabel 14 Sebaran mual dan muntah kehamilan menurut penyebab kejadianSebab MMK n %

Tekanan hidupKelelahanRangsangan dari luarTidak ada sebab spesifik

4191

26.76.7606.7

Total 15 100

Dapat diketahui berdasarkan Tabel 14 bahwa lebih dari separuh (60%)

ibu hamil yang dijadikan contoh mengemukakan bahwa umumnya MMK yang

mereka alami disebabkan oleh rangsangan indrawi dari luar. Rangsangan

indrawi ini dapat berupa melihat jenis makanan tertentu atau mencium aroma

yang tidak sedap dan tidak mereka sukai. Selain itu, terdapat pula 26.7% contoh

ibu hamil yang mengalami MMK karena tekanan hidup yang mereka alami

seperti masalah ekonomi, beban psikologis (banyak pikiran), dan rasa tidak

tenang. Namun, hanya 6.7% contoh yang mengalami MMK tanpa sebab spesifik

atau akibat kelelahan.

Penyebab mual dan muntah pada ibu hamil antara lain adalah

ketidakseimbangan hormonal selama kehamilan, kekurangan vitamin B,

hipertiroid, hiperasiditas lambung, infeksi H. pylori, gangguan metabolisme

karbohidrat, dan meningkatnya sensitivitas terhadap bau selama kehamilan.

Faktor psikologis juga memegang peranan penting pada MMK antara lain rasa

takut terhadap kehamilan dan persalinan, rasa takut terhadap tanggung jawab

sebagai ibu, pertentangan dengan suami atau mertua, dan kesulitan

sosioekonomi. Faktor ini dapat menyebabkan beban mental yang dapat

memperberat mual dan muntah. Beberapa penelitian juga melaporkan bahwa

ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko mual dan muntah pada ibu

hamil yaitu hamil pada usia muda, obesitas, hamil pertama kalinya, kehamilan

kembar, hamil anggur (mola hidatidosa), dan pernah mengalami mual dan

muntah berat sebelumnya (Lestari 2005).

Pemeriksaan Kesehatan dan Konsumsi Obat Khusus MMK Sebagian besar ibu hamil yang menjadi contoh memeriksakan kondisi

kesehatannya kepada bidan. Mereka cenderung tidak meminta obat khusus

apabila mengalami MMK. Konsumsi obat khusus MMK hanya dilakukan oleh ibu

hamil yang merasa mengalami MMK pada tingkatan berat. Obat MMK yang

diberikan biasanya berbentuk sirup manis.

Pengetahuan Mengenai Jahe dan Pilihan Produk MMK Ibu HamilKonsumsi Jahe selama Hamil

Boleh tidaknya ibu hamil mengonsumsi jahe secara ringkas disajikan

pada Tabel 15.

Tabel 15 Sebaran pengetahuan ibu hamil tentang konsumsi jahe selama hamilKonsumsi Jahe selama Hamil n %DianjurkanDibolehkanTidak dibolehkan

1163

58015

Total 20 100

Berdasarkan Tabel 15, pengetahuan ibu hamil yang menjadi contoh

tentang konsumsi jahe selama hamil telah cukup baik (85%). Bahkan terdapat

contoh ibu hamil yang aktif memeriksakan diri ke dokter kandungan diberi

anjuran mengenai konsumsi jahe selama kehamilan untuk mengurangi mual

yang kerap datang pada masa kehamilan. Hanya sekitar 15% contoh yang

menyatakan bahwa jahe tidak dibolehkan untuk dikonsumsi selama hamil karena

dapat menimbulkan rasa panas di perut. Dengan demikian diharapkan

penggunaan jahe sebagai bahan penyusun tablet isap pereda MMK dapat

diterima oleh ibu hamil.

Pengolahan Jahe sebagai Produk Pereda MMK

Persetujuan ibu hamil mengonsumsi jahe secara ringkas disajikan pada

Tabel 16.

Tabel 16 Sebaran persetujuan ibu hamil terhadap pengolahan jahe sebagaiproduk pereda mual dan muntah kehamilan

Produk Pereda MMK Jahe n %Sangat setujuSetujuTidak setuju

2153

107515

Total 15 100

Gagasan pengolahan jahe sebagai produk untuk meredakan MMK,

berdasarkan Tabel 16, disetujui oleh sebagian besar ibu hamil yang dijadikan

contoh (75% setuju dan 10% sangat setuju). Hanya 15% dari contoh yang tidak

menyetujui gagasan tersebut.

Walaupun terdapat 15% atau 3 orang contoh yang tidak menyetujui

gagasan pengolahan jahe sebagai produk pereda MMK, namun ketika

ditanyakan kesediaan untuk mencoba produk olahan jahe sebagai pereda MMK,

hampir seluruh contoh menyatakan kesediaannya. Hanya 1 orang contoh yang

ragu-ragu untuk mencoba produk tersebut.

Pilihan Produk Pereda MMK

Produk pereda MMK ideal merupakan bentuk sediaan produk yang

diharapkan dapat dijadikan sebagai alternatif pereda mual selain makanan dan

minuman alami sesuai dengan persepsi dan permintaan ibu hamil sebagai target

konsumen. Jenis pilihan produk pereda mual dan muntah untuk ibu hamil

disajikan pada Tabel 17.

Tabel 17 Sebaran jenis pilihan produk pereda mual dan muntah kehamilanJenis produk n %

SusuTablet isapLain-lain

2135

106525

Total 15 100

Lebih dari separuh contoh (65%) menyatakan bahwa sebaiknya dibuat

produk pereda MMK berbentuk tablet isap. Sedangkan sisanya memilih produk

pereda mual dan muntah dalam bentuk susu (10%) dan variasi bentuk produk

lain (25%) seperti sirup, minuman serbuk, permen lunak dan makanan ringan.

Produk Olahan Jahe yang Sudah Dikembangkan

Melalui survei yang dilakukan di 30 apotek di Bogor dan beberapa toko

serta minimarket di Bogor, diperoleh hasil bahwa sebagian besar jahe yang

sudah dikembangkan diolah dalam bentuk minuman serbuk instan dengan

berbagai merk. Sisanya dikembangkan sebagai gula-gula maupun campuran

dalam pembuatan biskuit, teh herbal, kopi, dan jamu-jamuan. Baru-baru ini

bahkan dikembangkan jenis minuman energi baru yang menggunakan jahe

merah sebagai komposisi utama.

Produk olahan jahe yang ditemui di apotek-apotek di Bogor rata-rata juga

berbentuk minuman serbuk herbal instan. Jenis jahe yang digunakan sebagai

bahan baku dan merk dagangnya adalah jahe merah. Minuman serbuk instan

tersebut dikemas dalam dus berisi 8 sachet dengan bobot 13.5 gram per sachet.

Harganya antara Rp 800-1.500 per sachet. Jahe pernah juga dikembangkan

sebagai pencitarasa susu hamil oleh sebuah brand merk susu ibu hamil

terkemuka di Indonesia pada awal tahun 2004, namun karena penerimaan

masyarakat yang kurang maka produk tersebut ditarik kembali dari pasaran.

Beberapa contoh produk olahan jahe yang telah dikembangkan di Indonesia

disajikan pada gambar 9.

Gambar 9. Beberapa produk olahan jahe yang telah tersedia di pasaran

Pembuatan Tepung Ekstrak Jahe Tepung ekstrak jahe dibuat secara trial and eror. Trial and eror tersebut

dilakukan mulai dari pemilihan jenis jahe sebagai bahan baku zat aktif, pemilihan

prosedur ekstraksi terbaik, pemilihan metode pengeringan, sampai dengan

pemilihan tepung terbaik. Berikut merupakan penampakan tepung ekstrak jahe

dengan bahan dasar jahe merah dalam tiga jenis metode pengeringan (spray

drying, vacuum drying, dan freeze drying).

Gambar 10. Penampakan tepung ekstrak jahepada berbagai pengeringan

Analisis Sifat Fisik dan Penilaian Organoleptik Tepung Ekstrak JaheKadar Air

Kestabilan optimum bahan makanan akan tercapai pada kisaran kadar air

3-7%, kecuali pada produk-produk yang dapat mengalami oksidasi akibat adanya

kandungan lemak tak jenuh (Winarno 1992). Berdasarkan Gambar 11, diketahui

bahwa kadar air tertinggi terdapat pada tepung jahe dengan metode pengeringan

semprot (5,06%), sedangkan kadar air terendah terdapat pada tepung jahe

dengan pengeringan vakum (3,33%).

5.055

3.33

4.77

0

1

2

3

4

5

6

Spray Drying Vacuum Drying Freeze Drying

Jenis Pengeringan

Kada

r Air

(%)

Gambar 11. Persentase kadar air dalam tepung ekstrak jahe padaberbagai metode pengeringan

Menurut hasil sidik ragam (Lampiran 9), jenis pengeringan memberi

pengaruh signifikan (<0,05) terhadap persentase kadar air tepung ekstrak jahe.

Hal tersebut diduga karena pada pengeringan vakum dipertahankan tekanan uap

paling rendah dalam ruang di sekeliling produk. Penurunan tekanan akan

menurunkan suhu kelembaban produk. Penguapan kelembaban produk akan

meningkat dan menghasilkan perbaikan dalam kualitas produk (Hariyadi 2006).

Semakin rendah penurunan tekanan dan suhu kelembaban produk, semakin

tinggi penguapan kelembaban produk dan semakin baik kualitas produk yang

dihasilkan (diukur berdasarkan rendahnya kandungan kadar air di dalam produk).

RendemenRendemen merupakan hasil yang diperoleh melalui perbandingan antara

bobot bahan keluaran dengan bobot bahan awal. Berdasarkan Gambar 12,

diketahui bahwa jenis tepung yang menghasilkan rendemen terbanyak adalah

tepung ekstrak jahe dengan menggunakan metode pengeringan vakum (8,35%).

Sedangkan rendemen yang paling sedikit dihasilkan adalah dari tepung ekstrak

jahe dengan menggunakan metode pengeringan semprot (6,09%). Namun

berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 9), jenis pengeringan tidak memberi

pengaruh signifikan (>0.05) terhadap persentase rendemen tepung ekstrak jahe.

6.09

8.335

6.165

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Spray Drying Vacuum Drying Freeze Drying

Jenis pengeringan

Ren

dem

en (%

)

Gambar 12. Persentase rendemen dalam tepung ekstrak jahe padaberbagai metode pengeringan

Estimasi Kehilangan selama PengeringanEstimasi kehilangan merupakan cara untuk mengukur efisiensi dan

efektivitas kerja pada berbagai metode pengeringan dengan membandingkan

antara hasil keluaran ideal dikurangi hasil keluaran faktual dengan hasil keluaran

ideal, dengan demikian dapat diketahui persentase kehilangan dari tiap-tiap

metode pengeringan. Berdasarkan Gambar 13, diketahui bahwa metode yang

menghasilkan tepung dengan persentase kehilangan terbesar adalah dengan

menggunakan pengering semprot (38,32%). Sedangkan metode pengeringan

yang menghasilkan tepung dengan persentase kehilangan terkecil adalah

dengan menggunakan metode pengeringan vakum (14,08%). Hasil sidik ragam

(Lampiran 9) menunjukkan bahwa jenis pengeringan tidak memberi pengaruh

signifikan (>0.05) terhadap persentase estimasi kehilangan pada tepung ekstrak

jahe.

38.315

14.08

37.4

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

Spray Drying Vacuum Drying Freeze Drying

Jenis pengeringan

Est

imas

i keh

ilang

an (%

)

Gambar 13. Persentase estimasi kehilangan dalam tepung ekstrakjahe pada berbagai metode pengeringan

KelarutanKelarutan merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengetahui

besar kemudahlarutan suatu bahan makanan untuk diuraikan. Berdasarkan

Gambar 14 diketahui bahwa kelarutan terbesar tepung diperoleh dengan

menggunakan metode pengeringan semprot (99,57%). Sedangkan kelarutan

terkecil tepung diperoleh dengan menggunakan metode pengeringan vakum

(93,21%). Ketiga jenis tepung termasuk ke dalam bahan yang mudah larut

karena tingkat kelarutannya yang tinggi (>80%). Hasil sidik ragam (Lampiran 9)

menunjukkan bahwa jenis pengeringan tidak memberi pengaruh signifikan

(>0.05) terhadap persentase kelarutan tepung ekstrak jahe.

99.57

93.21

96.375

90

92

94

96

98

100

102

Spray Drying Vacuum Drying Freeze Drying

Jenis pengeringan

Kel

arut

an (%

)

Gambar 14. Persentase kelarutan dalam tepung ekstrak jahe padaberbagai metode pengeringan

Kandungan GingerolGingerol adalah senyawa aktif yang memberikan rasa pedas pada jahe.

Inti jahe yang disebut gingerol merupakan molekul radikal bebas yang kuat dan

dapat beraksi sebagai antioksidan. Gingerol menurunkan produk oksidatif dalam

saluran pencernaan yang menyebabkan munculnya rasa mual.

0.044

0.041

0.042

0.0395

0.04

0.0405

0.041

0.0415

0.042

0.0425

0.043

0.0435

0.044

0.0445

Spray Drying Vacuum Drying Freeze Drying

Jenis pengeringan

Kan

dung

an g

inge

rol (

%)

Gambar 15. Persentase kadar gingerol sebagai senyawa aktif dalamtepung ekstrak jahe pada berbagai metode pengeringan

Melalui analisis yang dilakukan dengan metode TLC, diperoleh hasil

kandungan gingerol terbesar terdapat pada tepung dengan menggunakan

metode pengeringan semprot (0,044%). Sedangkan kandungan gingerol terkecil

terdapat pada tepung dengan menggunakan pengeringan vakum (0,041%).

Uji HedonikDilakukan uji hedonik dengan menggunakan 25 panelis semi terlatih

untuk mengetahui tingkat kesukaan terhadap tepung ekstrak jahe yang

dihasilkan melalui parameter rasa khas jahe, rasa pedas, aroma, tekstur, warna,

dan tampilan keseluruhan. Digunakan modus dan persentase untuk mengetahui

sebaran penerimaan panelis.

Modus Penerimaan

Berdasarkan Gambar 16, diketahui bahwa modus penerimaan terbaik

untuk parameter rasa khas jahe adalah pada tepung yang menggunakan metode

pengeringan vakum dan beku. Dilihat dari parameter rasa pedas, diketahui

bahwa penerimaan untuk ketiga jenis tepung seragam tidak disukai karena

dianggap terlalu pedas. Parameter aroma dengan kategori baik terdapat pada

tepung dengan metode pengeringan semprot karena bau jahenya yang tidak

menyengat. Dilihat dari parameter tekstur, diketahui bahwa penerimaan untuk

ketiga jenis tepung seragam disukai karena tekstur tepung yang sudah halus

homogen. Penerimaan panelis pada parameter warna terbaik terdapat pada

tepung dengan metode pengeringan vakum dan semprot. Secara keseluruhan

modus tertinggi terdapat pada tepung dengan metode pengeringan vakum.

0

1

2

3

4

5

6

Rasa j

ahe

Rasa p

edas

Aroma

Tekstu

r

Warn

a

Keselu

ruhan

Kategori penilaian

Mod

us p

ener

imaa

n

Spray dryingVacuum dryingFreeze drying

Gambar 16. Modus penerimaan terhadap tepung ekstrak jahe pada berbagai metode pengeringan

Persentase Penerimaan

Berdasarkan Gambar 17, diketahui bahwa persentase rata-rata

penerimaan terbaik untuk parameter rasa khas jahe dan rasa pedas adalah pada

tepung dengan metode pengeringan semprot. Sedangkan dari parameter aroma,

tekstur, warna dan tampilan keseluruhan, persentase penerimaan rata-rata

terbaik adalah pada tepung dengan metode pengeringan beku. Namun demikian,

parameter organoleptik dikatakan diterima adalah apabila persentasenya berada

pada sebaran 60% ke atas. Secara keseluruhan, parameter yang dikatakan

belum diterima oleh panelis adalah rasa jahe. Hal tersebut dikarenakan tidak

satu pun tepung dari 3 jenis pengeringan yang mencapai skor 60% ke atas pada

parameter tersebut.

52

6456

7668 68

4048

80 8088

72

40 44

84 84

100

80

010

20304050

60708090

100

Rasa j

ahe

Rasa p

edas

Aroma

Tekstur

Warna

Keselu

ruhan

Kategori penilaian

Pers

enta

se p

ener

imaa

n

Spray dryingVacuum dryingFreeze drying

Gambar 17. Persentase penerimaan terhadap tepung ekstrak jahe padaberbagai metode pengeringan

Tepung Ekstrak Jahe Terbaik

Berdasarkan analisis fisik dan penilaian organoleptik yang dilakukan,

maka terpilihlah tepung ekstrak jahe dengan menggunakan pengeringan vakum.

Hal tersebut didasarkan atas pertimbangan kandungan kadar air paling rendah

(3,33%), rendemen paling banyak (8,35%), estimasi kehilangan selama proses

pengeringan yang paling sedikit (14,08%), kelarutan yang tinggi (93,21%), dan

skor modus penerimaan yang cukup baik. Walaupun kandungan senyawa

gingerolnya lebih sedikit (0,041%) dibandingkan dengan kedua metode

pengeringan lainnya (0,044 pada pengeringan semprot dan 0,042% pada

pengeringan beku) namun perbedaan tersebut tidak terlalu menonjol sehingga

tidak akan mempengaruhi kontribusi gingerol yang diperlukan dalam pembuatan

tablet isap jahe sebagai produk pereda mual dan muntah kehamilan.

Formulasi Tablet Isap JahePembuatan tablet isap jahe tidak terlepas dari penggunaan bahan

tambahan makanan (BTM) sebagai penyusun di dalamnya. Tentunya

penggunaan BTM tersebut harus memperhatikan standar ketetapan pemakaian

untuk dapat memenuhi kelaikan sebagai sediaan tablet dan agar tidak terjadi hal-

hal yang membahayakan konsumen.

Tabel 18 Estimasi pemakaian Bahan Tambahan Makanan (BTM)Jenis Bahan Tambahan

Pangan% Penggunaan Aplikasi pada Produk

Asam sitratMagnesium stearatTalkAerosilSukralosaSorbitolSodium benzoate

0.3-20.25-51-101-5

0.03-0,2425-90

0.02-0.05

FlavorPelincir dan pelicinPelincir dan pelicin

Adsorban tabletPengisi dan pemanisPengikat dan pengisi

PengawetSumber: Handbook of Pharmaceutical Excipient Fifth Ed. (2006)

Berdasarkan standar ketetapan penambahan BTM di atas, dilakukan

beberapa kali formulasi dalam pembuatan tablet isap jahe secara trial and eror.

Tiga jenis formula yang dipilih dan digunakan kemudian adalah sebagai berikut:

Tabel 19 Formulasi tablet isap jaheBahan Formula 1 Formula 2 Formula 3

Formulasi(%)

Bobot/Tablet

(g)

Formulasi(%)

Bobot/tablet

(g)

Formulasi(%)

Bobot/tablet

(g)Tepung jaheAsam sitratGreen teapowderMagnesiumstearatSukralosaSorbitol bubukAerosilTalkSodiumbenzoate

400.5-

1

0.0556.35

11

0.1

1.60.02

-

0.04

0.0022.2540.040.04

0.004

40-

0.2

1

0.0556.65

11

0.1

1.6-

0.008

0.04

0.0022.2660.040.040.004

40--

1

0.0556.85

11

0.1

1.6--

0.04

0.0022.2740.040.040.004

Total 100 4 100 4 100 4

Karakteristik Fisik dan Mutu Organoleptik Tablet Isap JaheKekerasan

Berdasarkan Gambar 18, kekerasan tablet untuk masing-masing formula

beragam. Kekerasan tertinggi adalah pada formula 1 (15 mg), sedangkan

kekerasan terendah adalah pada formula 2 (6.5 mg). Persyaratan mutu fisik

tablet di antaranya adalah kekerasan lebih tinggi dari 10 mg. Namun kekerasan

dari tablet isap bukan merupakan persyaratan mutlak. Kekerasan tablet isap

dipersyaratkan lebih tinggi dari tablet yang lain dengan harapan bahwa waktu

melarutnya akan lebih lama (Sugiartono 2003).

Hasil sidik ragam (Lampiran 10) menunjukkan bahwa perbedaan

formulasi memberi pengaruh signifikan (<0,05) terhadap kekerasan tablet isap

jahe. Biasanya tablet akan lebih keras beberapa jam setelah mesin dipakai.

Pelincir dapat mempengaruhi kekerasan tablet bila terlalu pekat atau

pencampurannya terlalu lama. Tablet yang besar juga memerlukan tenaga lebih

banyak untuk mematahkannya (Lachman, Lieberman & Kanig 1994). Namun

karena bobot tablet maupun proporsi pelincir yang digunakan dalam ketiga jenis

formulasi sama, maka perbedaan tingkat kekerasan tersebut diduga karena

Gambar 18. Penampakan Tablet Isap Jahe pada Berbagai Formulasi:tanpa kemasan (kiri) dengan kemasan (kanan)

adanya perbedaan antara volume materi atau jarak punch pada saat mengempa.

Kekerasan sangat tergantung pada berat dari materi serta ruangan antara punch

atas dan bawah pada waktu pencetakan (Lachman, Lieberman & Kanig 1994).

Kesalahan dapat pula diakibatkan karena kesalahan kalibrasi atau kelelahan per

pada alat kempa.

15

6.5

9.25

0

2

4

6

8

10

12

14

16

F. 1 (+Asam Sitrat) F. 2 (+Tea Powder) F. 3 (Tanpa Flavor)

Formula

Kek

eras

an (m

g)

Gambar 19. Kekerasan tablet isap jahe pada berbagai formula

Waktu larutPersyaratan mutu fisik tablet di antaranya melarut perlahan dalam mulut

(±5-10 menit) (Sugiartono 2003). Berdasarkan Gambar 20, masing-masing

formulasi telah memenuhi persyaratan standar waktu larut tablet isap. Waktu

larut tertinggi terdapat pada formula 1 (9,59 menit) dan waktu larut terendah

terdapat pada formula 3 (8,3 menit). Hasil sidik ragam (Lampiran 10)

menunjukkan bahwa perbedaan formulasi tidak memberi pengaruh signifikan

(>0,05) terhadap waktu larut tablet isap jahe.

9.595

8.735

8.3

7.5

8

8.5

9

9.5

10

F. 1 (+Asam Sitrat) F. 2 (+Tea Powder) F. 3 (Tanpa Flavor)

Formula

Wak

tu L

arut

(men

it)

Gambar 20. Waktu larut tablet isap jahe pada berbagai formula

Derajat Keasaman (pH)Berdasarkan Gambar 21, diketahui bahwa derajat keasaman/pH formula

tablet secara keseluruhan termasuk asam (<7). Hasil sidik ragam (Lampiran 10)

juga menunjukkan bahwa perbedaan formulasi memberi pengaruh signifikan

(<0,05) terhadap derajat keasaman (pH) tablet isap jahe. Hal ini diduga karena

bahan yang digunakan dalam formulasi memiliki pH yang cenderung asam,

seperti tepung jahe (2,7-3). Formula 1, terutama, memiliki pH rataan di bawah

tablet dengan formulasi lainnya (5,3). Hal tersebut diduga dapat terjadi karena

penambahan asam sitrat dalam formula 1 sehingga pH tablet dalam formula 1

lebih rendah dibandingkan dengan kedua formula tablet lainnya.

5.3

6.9 6.75

0

1

2

3

4

5

6

7

8

F. 1 (+Asam Sitrat) F. 2 (+Tea Powder) F. 3 (Tanpa Flavor)

Formula

pH

Gambar 21. Derajat keasaman (pH) tablet isap jahe padaberbagai formula

Uji Mutu Hedonik

Uji mutu hedonik tablet dilakukan oleh 20 orang panelis terlatih. Penilaian

meliputi rasa manis, rasa pedas, rasa jahe, rasa flavor, campuran rasa

keseluruhan, aroma jahe, aroma flavor, campuran aroma keseluruhan,

mouthfeel, tekstur saat diisap, dan warna. Skala penilaian berbentuk skalar

dengan skor antara 1-9. Digunakan modus dan persentase untuk mengetahui

sebaran penilaian panelis.

Modus Penilaian

Berdasarkan Gambar 22, dari parameter rasa manis, modus penilaian

panelis untuk setiap formula tablet adalah 5 atau manis sedang. Tambahan

asam sitrat pada formula 1 dan green tea flavor pada formula 2, meningkatkan

modus penilaian panelis dari parameter rasa flavor menjadi 8 (sangat berasa)

untuk formula 1, dan 7 (berasa) untuk formula 2. Penilaian terhadap parameter

rasa pedas memperoleh modus skor penilaian 8 (sangat pedas) terhadap

formula 2 dan formula 3, sedangkan formula 1 memperoleh skor 5 (pedas

sedang). Terhadap parameter rasa jahe, panelis memberikan skor 7 (terasa)

pada tablet formula 3. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh formulasi pada

tablet tersebut tidak diberikan perlakuan dengan menggunakan asam sitrat

maupun green tea powder sebagai tambahan citarasa. Rasa secara keseluruhan

terhadap formulasi campuran dalam tablet meraih skor tertinggi 7 (enak) pada

tablet dengan formula 1 dan formula 2.

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

rasa

man

is

rasa

flavo

ur

rasa

pedas

rasa

jahe

rasa

kese

luruh

an

arom

a jahe

arom

a flav

our

arom

a kes

eluru

han

mouthf

eel

tekstu

r saa

t diis

apwar

na

parameter penilaian organoleptik

mod

us p

enila

ian

pane

lis

F. 1 (+Asam Sitrat) F. 2 (+Tea Powder F. 3 (Tanpa Flavor)

Gambar 22. Sebaran modus penilaian panelis terhadap mutu tablet isap jahe

Diketahui bahwa pada parameter aroma jahe, formula 3 paling menonjol

di antara kedua formula lainnya yaitu pada skor 7 (tercium). Demikian pula untuk

aroma flavor-nya. Dilihat dari parameter aroma secara keseluruhan skor modus

yang diperoleh adalah 4 (agak kurang tercium) untuk formula 1 dan formula 2.

Dilihat dari parameter mouthfeel, skor modus yang diberikan adalah 4 (agak tidak

meninggalkan rasa) untuk setiap formula. Skor penilaian tertinggi yang diberikan

terhadap parameter tekstur saat diisap adalah 6 (agak halus) untuk tablet

dengan formula 1 dan formula 2. Sedangkan dari parameter warna, skor

penilaian tertinggi adalah 7 (homogen) terhadap formula 1 dan formula 2.

Sedangkan tablet formula 3 memperoleh skor 4 (agak tidak homogen).

Perbedaan skor penilaian dari parameter warna terhadap ketiga formula tablet

isap yang diberi perlakuan seragam (tanpa pewarna) dapat terjadi karena

pengocokan bahan yang kurang baik pada saat formulasi atau masalah mottling

dalam proses pembuatan tablet.

Mottling adalah keadaan di mana distribusi warna tablet tidak merata

dengan terdapatnya bagian-bagian terang dan gelap pada permukaan yang

seragam. Penyebab mottling adalah berbedanya warna obat dengan bahan

penambah atau jika hasil urai obatnya berwarna. Pemberian zat pewarna dapat

memecahkan masalah mottling namun dapat juga menimbulkan masalah lain.

Suatu zat warna dapat menyebabkan mottling dengan bermigrasi ke permukaan

granul selama proses pengeringan. Untuk mengatasi kesulitan ini ahli formulasi

dapat mengganti sistem pelarut dan sistem pengikat, menurunkan suhu

pengeringan, atau membuat partikel yang lebih kecil. Pemakaian zat warna pada

formulasi yang langsung dikempa dapat menyebabkan mottling jika zat warna

tidak terbagi rata, atau jika ukuran partikelnya terlalu besar (Lachman, Lieberman

& Kanig 1994).

Persentase Penilaian

Berdasarkan Gambar 23, diketahui bahwa dari parameter rasa manis,

ketiga jenis formula tablet isap memperoleh hasil persentase yang sama (70%).

Dilihat dari parameter rasa flavor, rasa jahe, aroma jahe, aroma flavor, mouthfeel

dan warna, tablet formula 3 memperoleh hasil persentase tertinggi. Tablet

formula 2 dan formula 3 memperoleh hasil persentase yang sama dan lebih

tinggi daripada hasil persentase tablet formula 1 dilihat dari parameter rasa

pedas dan aroma keseluruhan. Sedangkan untuk parameter tekstur saat isap

tablet formula 1 memperoleh hasil persentase tertinggi dari panelis.

0102030405060708090

100

rasa manis

ra sa f la

vour

rasa pedas

rasa jahe

rasa kesel

u ruhan

aroma jahe

aroma flavour

aroma k

eseluruhan

mouthfeel

tekstur saa t diisa

p wa rna

parameter penilaian organoleptik

pers

enta

se p

enila

ian

pane

lis

F. 1 (+Asam Sitrat) F. 2 (+Tea Powder) F. 3 (Tanpa Flavor)

Gambar 23. Sebaran persentase penilaian panelis terhadap mutu tabletisap jahe

Formula Tablet Isap Jahe TerbaikBerdasarkan skor modus dan hasil persentase uji mutu organoleptik oleh

panelis terhadap ketiga jenis tablet isap jahe, disimpulkan bahwa tidak

didapatkan formula tablet isap jahe terbaik yang benar-benar memenuhi seluruh

parameter yang diujikan secara sempurna. Masing-masing memiliki kelebihan

dan kekurangan dalam hal mutu. Namun apabila dinilai dari karakteristik fisiknya

seperti kekerasan dan waktu larut, maka tablet yang paling memenuhi syarat

sebagai tablet isap adalah tablet fomula 1. Hal tersebut karena tablet formula 1

memiliki tingkat kekerasan yang mendekati syarat sebagai tablet isap yaitu lebih

dari 10 mg dan melarut perlahan dalam mulut (±5-10 menit).

Belakangan ini hubungan kekerasan dan daya hancur serta kecepatan

melarut obat menjadi sangat penting. Tablet harus mempunyai kekuatan atau

kekerasan tertentu serta tahan atas kerenyahan agar dapat bertahan terhadap

berbagai guncangan mekanik pada saat pembuatan, pengepakan, dan

pengapalan. Selain itu tablet juga harus dapat bertahan terhadap perlakuan

berlebihan oleh konsumen. Kekerasan tablet yang cukup serta tahan

penyerbukan dan kerenyahan merupakan persyaratan penting bagi penerimaan

konsumen (Lachman, Lieberman & Kanig 1994).

Uji Hedonik dan Penerimaan Ibu Hamil terhadap Tablet Isap Jahe

Digunakan 20 ibu hamil sebagai contoh untuk melakukan uji hedonik dan

penerimaan tablet isap jahe. Duapuluh ibu hamil tersebut terdiri atas 2 contoh

utama (drop out 18 orang) dan 18 ibu hamil lain sebagai pengganti. Parameter

yang dinilai antara lain rasa jahe, rasa manis, rasa pedas, rasa keseluruhan,

aroma jahe, aroma keseluruhan, warna, tekstur saat diisap, dan tampilan

keseluruhan terhadap masing-masing formula tablet isap.

0

1

23

4

5

6

rasa

jahe

rasa

man

is

rasa

peda

s

rasa

kese

luruh

an

arom

a jah

e

arom

a ke

selur

uhan

warna

tekstu

r saa

t diis

ap

overa

ll

parameter penilaian organoleptik

mod

us p

ener

imaa

n ib

u ha

mil

F. 1 (+ Asam Sitrat) F. 2 (+ Tea Powder) F. 3 (Tanpa Flavor)

Gambar 24. Sebaran modus penerimaan ibu hamil terhadap tablet isap jahe

Berdasarkan Gambar 24, diketahui bahwa skor modus penerimaan ibu

hamil terhadap tablet isap jahe adalah 5 atau suka untuk setiap formula.

Sedangkan berdasarkan persentasenya (Gambar 25), penerimaan ibu hamil

terhadap tablet isap jahe secara keseluruhan adalah lebih dari separuh contoh

(>50%) untuk setiap formula. Penerimaan tersebut meliputi 80% terhadap

parameter rasa jahe formula 2 dan formula 3, 90% terhadap parameter rasa

manis formula 2 dan formula 3, 70% terhadap parameter rasa pedas formula 1

dan formula 3, 85% terhadap parameter rasa keseluruhan formula 2 dan formula

3, 95% terhadap parameter aroma jahe dan aroma keseluruhan formula 1, 90%

terhadap parameter warna formula 2 dan formula 3, 85% terhadap parameter

tekstur saat diisap formula 3, dan 95% terhadap parameter tampilan keseluruhan

formula 3.

0102030405060708090

100

rasa ja

he

rasa m

anis

rasa p

edas

rasa k

eselu

ruhan

aroma ja

he

aroma k

eselu

ruhan

warna

tekstu

r saa

t diisa

pov

erall

parameter penilaian organoleptik

pers

enta

se p

ener

imaa

n ib

u ha

mil

F. 1 (+ Asam Sitrat) F. 2 (+ Tea Powder) F. 3 (Tanpa Flavor)

Gambar 25. Sebaran persentase penerimaan ibu hamil terhadap tabletisap jahe

Melalui wawancara diketahui bahwa aspek yang banyak disukai ibu hamil

contoh terhadap tablet isap jahe adalah rasa dan aroma jahenya yang segar.

Sedangkan aspek yang kurang disukai ibu hamil contoh terhadap tablet isap jahe

adalah rasa pedasnya, warnanya yang kurang menarik, dan ukurannya yang

besar (diameter 2.3 cm dengan bobot 4 gram). Adapula yang kurang menyukai

tekstur tablet yang kasar. Pemanfaatan jahe sebagai tablet isap untuk

meredakan mual dan muntah kehamilan dinilai sangat baik oleh ibu hamil

contoh. Secara keseluruhan, ibu hamil contoh menyatakan kesediaannya untuk

membeli tablet isap jahe jika produk tersebut benar-benar akan dikembangkan

dan dipasarkan.

Kontribusi Gingerol dan Estimasi Harga per TabletBerdasarkan jumlah tepung jahe yang diformulasikan sebanyak 1.6

gram/tablet, maka gingerol yang merupakan komponen harapan utama untuk

meredakan mual dan muntah memberikan kontribusi 0.66 mg per tablet dengan

asumsi kandungan senyawa aktif gingerol sebesar 0.041% dalam tepung. Hal

tersebut tidak memberikan kontribusi jauh berbeda dengan kandungan gingerol

jahe segar.

Menurut Khairani (2002), kandungan oleoresin dalam jahe segar adalah

0,4-3,1%, tergantung umur panen dan tumbuhnya. Terdapat persenyawaan

kimia gingerol 1,1-2,2% yang memberikan rasa pedas dalam oleoresin. Melalui

hasil perhitungan, kontribusi gingerol dalam 1 gram jahe segar dengan

kandungan oleoresin 0.4%-3.1% atau sekitar 4-31mg oleoresin adalah pada

kisaran 0.044 mg–0.682 mg/1g jahe segar (Lampiran 10).

Harga tablet isap jahe dihitung berdasarkan 3 prakiraan biaya produksi

antara lain biaya alat, biaya bahan baku, dan biaya tenaga kerja. Melalui

perhitungan, diperoleh estimasi harga pabrik Rp 350/ tablet dan harga eceran Rp

500/ tablet dengan prakiraan keuntungan 75% per tablet untuk harga pabrik.

Rincian perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 11.

SIMPULAN DAN SARANSimpulan

Sebagian besar contoh (75%) mengalami mual dan muntah kehamilan

(MMK), 40% dari contoh tersebut mengalami mual dan muntah pada tingkatan

sedang. Sebanyak 80% contoh berada pada usia reproduksi yang sehat dan

aman (20-35 tahun). Contoh secara keseluruhan berada pada usia kehamilan di

atas tiga bulan pertama sehingga membuktikan bahwa MMK tidak hanya terjadi

pada trimester awal. Terdapat 30% contoh yang mengalami riwayat kehamilan

yang buruk. Sebanyak 40% contoh menderita influenza dan 30% contoh

mengalami anemia. Terdapat 30% contoh yang masih menderita kekurangan

energi kronis (KEK). Lebih dari separuh contoh (55%) mengonsumsi makanan

utama hanya dua kali dalam sehari. Sebagian besar contoh (80%) memiliki

makanan yang pantang dikonsumsi selama hamil. Berdasarkan tingkat konsumsi

energi, protein, kalsium, zat besi dan vitamin A, lebih dari separuh contoh

memiliki tingkat konsumsi yang defisit.

Pengetahuan ibu hamil yang menjadi contoh tentang konsumsi jahe

selama hamil cukup baik (85%). Lebih dari separuh contoh (65%) menyatakan

permintaannya terhadap produk pereda mual berbentuk tablet isap. Sebagian

besar jahe yang dikembangkan di Indonesia diolah dalam bentuk minuman

serbuk instan sehingga pembuatan tablet isap jahe untuk ibu hamil dengan

gejala mual dan muntah dapat dijadikan langkah aplikatif untuk meminimalisasi

masalah mual dan muntah kehamilan.

Jenis pengeringan dalam pembuatan tepung ekstrak jahe tidak memberi

pengaruh signifikan (>0,05) terhadap persentase rendemen, estimasi kehilangan

selama pengeringan, dan kelarutan namun berpengaruh signifikan (<0.05)

terhadap kadar air tepung. Kandungan gingerol terbesar diperoleh tepung

dengan metode pengeringan semprot (0,044%) dan kandungan terkecil diperoleh

tepung dengan metode pengeringan vakum (0,041%). Tepung dengan metode

pengeringan vakum memperoleh modus tertinggi dengan skor 5 atau suka untuk

masing-masing parameter rasa jahe, tekstur, warna, dan penampakan

keseluruhan. Berdasarkan analisis fisik dan penilaian organoleptik yang

dilakukan, terpilih tepung ekstrak jahe dengan metode pengeringan vakum

sebagai tepung ekstrak jahe yang paling sesuai dijadikan tablet isap.

Perbedaan formulasi dalam pembuatan tablet isap jahe tidak memberi

pengaruh signifikan terhadap waktu larut tablet (>0,05) namun berpengaruh

signifikan (<0.05) terhadap kekerasan dan derajat keasaman (pH) tablet.

Berdasarkan uji mutu hedonik, ketiga jenis formula tablet memperoleh hasil

persentase yang sama (70%) pada parameter rasa manis. Dilihat dari parameter

rasa flavor, rasa jahe, aroma jahe, aroma flavor, mouthfeel dan warna, tablet

formula 3 memperoleh hasil persentase tertinggi. Tablet formula 2 dan formula 3

memperoleh hasil persentase yang sama dilihat dari parameter rasa pedas dan

aroma keseluruhan. Tablet formula 1 memperoleh hasil persentase tertinggi dari

parameter tekstur saat diisap. Berdasarkan karakteristik fisik dan mutu

organoleptik, tablet formula 1 paling memenuhi syarat sebagai tablet isap. Hal

tersebut karena tablet formula 1 memiliki tingkat kekerasan yang mendekati

standar prasayarat tablet isap yaitu lebih dari 10 mg dan melarut perlahan dalam

mulut (±5-10 menit). Kandungan gingerol per tablet isap adalah 0.66 mg dengan

estimasi harga pabrik Rp 350 dan harga eceran per tablet isap adalah Rp 500.

Skor modus penerimaan ibu hamil terhadap tablet isap jahe adalah 5 atau

suka untuk setiap formula. Sedangkan berdasarkan persentase, sebagian besar

ibu hami (>75%) menerima semua formula tablet. Pemanfaatan jahe sebagai

tablet isap untuk meredakan mual dan muntah kehamilan dinilai sangat baik oleh

contoh. Secara keseluruhan, contoh menyatakan kesediaannya untuk membeli

tablet isap jahe jika produk tersebut dikembangkan.

SaranProduk olahan jahe sebagai tablet isap dapat lebih disempurnakan pada

penelitian selanjutnya baik dari aspek fisik, output senyawa gingerol, maupun

mutu hedonik dengan memperbaiki efisiensi dan efektivitas prosedur serta

meminimalisir kesalahan yang terjadi selama pembuatan. Tablet dapat juga

dilengkapi dengan zat-zat gizi yang diperlukan ibu hamil namun cenderung defisit

dari tingkat konsumsi. Disarankan untuk melakukan observasi terhadap ibu hamil

di tempat lain yang lebih mewakili untuk mendapatkan gambaran hasil yang lebih

valid. Intervensi dapat pula dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh

pemberian tablet isap jahe kepada ibu hamil dengan gejala mual dan muntah.

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier S. 2005. Penuntun Diet. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Amalia R. 2004. Kajian Aktivitas Antioksidan dan Antikanker pada Minuman SusuJahe (Zingiber officinale Amarum) [skripsi]. Bogor: Fakultas TeknologiPertanian, Institut Pertanian Bogor.

Aminah S. 2004. Aktivitas Antioksidan dan Antipoliferasi Sel Kanker K-562 padaMinuman Formulasi Susu Jahe (Zingiber officinale Roscoe) Sterilisasi[skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Andonotopo & Arifin. 2006. Kurang Gizi pada Ibu Hamil: Ancaman pada Janin. [terhubung berkala]. http//:www.halalguide.info.net [30 September 2007].

Anief M. 2007. Farmastika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Anonim. 2007. Morning Sickness? Banyak Cara Mengatasinya!. [terhubungberkala]. http//:www.cyberwoman.cbn.net [30 September 2007].

______. 2007. Kiat Mengatasi Morning Sickness . http//:www.weddingku.com (30September 2007).

______. 2008. Magnesium. [terhubung berkala].http://en.wikipedia.org/wiki/magnesium [13 Februari 2008].

______. 2008. Sorbitol. [terhubung berkala]. http://www.sorbitol.ca/ [13 Februari2008].

______. 2008. Sodium Benzoate. [terhubung berkala].http://www.madsci.org/posts/archives/ [5 Agustus 2008].

______. 2008. Sukralose. [terhubung berkala].http://www.jksucralose.com/indo/index.html [5 Agustus 2008].

Arisman M.B. 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan, Gizi Wanita Hamil. Jakarta:Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia Press.

Azwar A. 2004. Aspek Kesehatan dan Gizi dalam Ketahanan Pangan. DalamSoekirman et al. (Eds.) Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VIII (hlm.107). LIPI. Jakarta.

Badan Standardisasi Nasional (BSN). 2000. Pedoman 8-2000 Penulisan StandarNasional Indonesia. Badan Standardisasi Nasional.

Branen A.L., P.M. Davidson, S. Salminen. 1990. Food Additives. New York :Marcel Dekker, Inc.

Darlina & Hardinsyah. 2003. Faktor Risiko Anemia pada Ibu Hamil di Kota Bogor.Jurnal Media Gizi dan Keluarga, 27 (2) Juli 2003, 14.

Departemen Kesehatan. 2005. Peningkatan Angka Kematian Ibu Hamil (AKI). [terhubung berkala]. http//:www.depkes.com/ [30 September 2007].

Fardiaz S., Suliantari, Ratih D. 1988. Senyawa Antimikroba. LaboratoriumMikrobiologi Pangan, Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, InstitutPertanian Bogor.

Fardinatri I.D. 2007. Pengembangan dan Evaluasi Tepung dan Tablet Isap KayaAntioksidan Berbahan Dasar Tomat [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian,Institut Pertanian Bogor.

Gaspersz V. 1994. Metode Rancangan Percobaan. CV. Armico. Bandung.

Gibson RA. 2005. Principles of Nutritional Assessment. Ed ke-2. London: OxfordUniversity Press.

Hardinsyah, D. Martianto. 1992. Gizi Terapan pada Masa Hamil dan Menyusui.Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat JendralPendidikan Tinggi, Pusat Antar Universitas, Institut Pertanian Bogor.

Hariyanto P. 2006. Satuan Operasi Industri Pangan II: Pengering danPengeringan. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut PertanianBogor.

Kaem D. 2006. Mual dan Muntah Kehamilan: Apa yang Melatarbelakangi?. [terhubung berkala]. http//:www.halalguide.info.net [30 September 2007].

Kailaku S.I. 2003. Proses Pembuatan Kembang Gula Tablet Pastilles denganPenambahan Gambir [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian,Institut Pertanian Bogor.

Khairani N. 2002. Tablet Gonoderma Effervescent. [skripsi]. Bogor: FakultasTeknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Kimura I, Leonara R.P., Hiroshi T. 2005. Pharmacology of Ginger. Di dalam:Ravindran P.N. & Babu K.N., editor. Ginger The Genus Zingiber. BocaRaton, London, New York, Washington D.C: CRC Press. hlm. 493-494.

Koswara S. 1995. Jahe dan Hasil Olahannya. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Lachman L, H.A. Lieberman, J.L. Kanig. 1994. Teori dan Praktek FarmasiIndustri II. Suyatmi S; Penerjemah. Jakarta UI Press. Terjemahan dari:The Teory and Practise of Industrial Farmacy.

Lestari K.D. 2005. Ada Apa dengan Kehamilan? [terhubung berkala].http//:www.cyberwoman.cbn.net [30 September 2007].

Lubis Z. 2003. Status Gizi Ibu Hamil serta Pengaruhnya Terhadap Bayi yangDilahirkan. [terhubung berkala]. http//:www.telkom.net [30 September2007].

Mawaddah N. 2008. Pengetahuan, Sikap dan Praktek Gizi serta TingkatKonsumsi Ibu Hamil di Kelurahan Kramat Jati dan Kelurahan RagunanPropinsi DKI Jakarta [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, InstitutPertanian Bogor.

Megawati. 2007. Morningsickness. [terhubung berkala].http://www.hiperemesisgravidarum/med/ [13 Februari 2008].

Morgan E. 2008. Magnesium Stearate. EzineArticles 17 May 2006. [terhubungberkala]. http://www.ezinearticles.com/?Magnesium-Stearate&id=200360.[13 Februari 2008].

Museum of The Royal Pharmaceutical Society of Great Britain. 2008. Lozzenges and Pastilles. [terhubung berkala].http://www.rpsgb.org.uk/pdfs/mussheet04.pdf [13 Februari 2008].

Nadesul H. 2005. Makanan Sehat untuk Ibu Hamil. Depok: Puspa Swara.

Nazir M. 1983. Metode Penelitian. 1983. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Papalia DE. Olds SW. 1981. Human Development. Ed. ke-2. USA: McGraw Hill.Inc.

Pilosof A.M.R., Terebiznik M.R. 2000. Spray and Freeze Drying of Enzymes. Didalam: Mujumdar A.S., editor. Drying Technology in Agriculture and FoodScience. Enfield, USA & Plymouth, UK: Science Publishers. pg. 167-168.

Rahman A. 2003. Pembangunan Sumberdaya Manusia Indonesia. [terhubungberkala]. http//:www.pasificchain.net [30 September 2007].

Rowe R.C., Paul J.S., S.C. Owen. 2006. Handbook of Pharmaceutical ExcipientFifth Ed. P-Press. London & Chicago.

Rukmana R. 2000. Usaha Tani Jahe. Yogyakarta: Kanisius.

Sanjur. 1982. Social and Cultural Perspective in Nutririon. Prentice Hall Inc. N.J.

Siega P. 2001. Frequency of Eating During Pregnancy and Its Effect on PretermDelivery. American Journal of Epidemiology. The John Hopkins UniversitySchool of Hygiene Ang Public Health. [terhubung berkala].http://www.oxfordjournals.org. [9 September 2008].

Smith C, Caroline C, Krystin W, Neil H, McMillian V. 2004. A RandomizedControlled Trial of Ginger to Treat Nausea and Vomiting in Pregnancy.Obstet Gynecol 2004;103:639–45. © 2004 by The American College ofObstetricians and Gynecologists.

Sripramote et al. 2000. A Randomized Comparison of Ginger and Vitamin B6 in the Treatment of Nausea and Vomiting of Pregnancy. Obstet Gynecol 2000;97: 111–182. © 2000 by The American College of Obstetricians and Gynecologists.

Sudjana. 1995. Desain dan Analisis Eksperimen. Bandung : Tarsito.

Sugiartono. 2003. Pengembangan Formulasi Tablet Hisap Ekstrak Jahe(Zingiber officinalis Rosc.) dengan Bahan Pengikat Etil Selulosa danGelatin B. [terhubung berkala].http://www.journal.unair.ac.id/login/jurnal/filer/MFA-3-2-07.pdf [13Februari 2008].

Suhardjo. 1989. Sosio Budaya Gizi. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi,Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Tissue. 1996. Thin Layer-Chromatography. [terhubung berkala].http://elchem.kaist.ac.kr/vt/chem- ed/sep/tlc/tlc.htm [13 Februari2008].

Vutyavanich T, Theerajana K, Ruangsri R. 2001. Ginger for Nausea andVomiting in Pregnancy: Randomized, Double-Masked, Placebo-Controlled Trial. Obstet Gynecol 2001;97: 577–82. © 2001 by TheAmerican College of Obstetricians and Gynecologists.

Widyaningsih, L.S. 2007. Kajian Pola Konsumsi Pangan Kaitannya denganKadar Vitamin A Serum pada Ibu Hamil di Kecamatan CiampeaKabupaten Bogor [skripsi]. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Wijianto & Khomsan. 2002. Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap AnemiaGizi dan Ibu Hamil di Kabupaten Banggai Propinsi Sulawesi Tengah.Jurnal Media Gizi dan Keluarga tahun XXVI No.1 Juli 2002.

Wikandari P.R. 1994. Pengembangan Metode Ekstraksi dalam Analisis Gingeroldalam Jahe Segar dan Beberapa Produk Jahe Olahan. Jakarta: PuspaSwara.

Winarno FG. 1992. Kismia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner profil ibu hamil

KUESIONER PENELITIAN PEMANFAATAN JAHE SEBAGAITABLET ISAP UNTUK IBU HAMIL DENGAN GEJALA MUAL DANMUNTAH

1. Nama sheet: CoverR1 1. NO RESPONDEN :

R2 2. TANGGAL KUNJUNGAN :

R3 3. ENUMERATOR :

R4 4. NAMA BUMIL :

R5 5. KECAMATAN :

R6 6. DESA :

R7 8. DUSUN/KAMPUNG :

1. radar 2. leuwi kopo 3.cangkurawok 4. badoneng 5. bara 6. bateng 7.sengked

R9 9. RW :

R10 10.RT :

R11 11. NO. TELP :

R12 12. USIA BUMIL :

R13 13. AGAMA BUMIL :

1. Islam 2. Kristen 3. Hindu 4. Budha 5.lainnya (sebutkan)

R14 14. NAMA SUAMI :

R15 15. AGAMA SUAMI :

1. Islam 2. Kristen 3. Hindu 4. Budha 5.lainnya

R16 16. JUMLAH ANAK :

A. Nama sheet: SG BUMILA. Status Gizi Ibu hamil

1. Usia kehamilan A1: mgg2. Kehamilan ke A2:3. BB sebelum hamil A3: kg4. BB saat ini A4: kg5. Tinggi badan A5: cm6. LILA saat ini A6: cm

Kuesioner ini digunakan sebagai bahan untuk penelitian PEMANFAATAN JAHESEBAGAI TABLET ISAP UNTUK IBU HAMIL DENGAN GEJALA MUALDAN MUNTAH oleh Devita Kusuma Rahingtyas (A54104080), MahasisiwiDepartemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, InstitutPertanian Bogor. Saya mohon kesediaan Anda meluangkan waktu (± 30 menit) untukmengisi kuesioner ini secara jujur dan lengkap, kerahasiaan data Anda terjamin.Terima kasih atas bantuan dan kerjasama Anda.

82

Lampiran 1 (lanjutan)B.a. Nama sheet: RiwKesB. RIWAYAT KESEHATAN DAN KEHAMILAN IBU HAMILB1. Riwayat Penyakit Ibu HamilBa11 Ba12 Ba13

Jenis Penyakit6 bln sebelum hamil Saat hamil

kode Frekuensi/6 bulan kode Frekuensi selama hamila. Anemia Ba12a Ba13ab. Jantung Ba12b Ba13bc. Hipertensi Ba12c Ba13cd. Diabetes Ba12d Ba13de. Typus Ba12e Ba13ef. Diare Ba12f Ba13fg. Batuk Ba12g Ba13gh. Influenza Ba12h Ba13hi. Ba12i Ba13ij. Ba12j Ba13j

B2. Riwayat Kehamilan Ibu HamilBa21 Ba22 Ba23 Ba24

Riwayat kehamilan Kode Frekuensiselama hamil

Keterangan

a. Keguguran Ba22ab. Aborsi Ba22bc. Melahirkan bayi <2500g Ba22cd. Melahirkan bayi <37 minggu Ba22de. Melahirkan bayi mati Ba22ef. Melahirkan bayi sungsang Ba22fg. Persalinan caesar Ba22gh. Persalinan normal Ba22hi. Ba22i

C. Nama sheet: kebiasaanC. KEBIASAAN MAKAN IBU HAMIL(kode: 1=jika jawaban ya, 2=jika jawaban tidak)C 1. Berapa frekuensi Anda makan makanan utama dalam sehari:

a. 1x b.2x c. 3x d.>3xC2. Berapa frekuensi Anda makan selingan dalam sehari:

a. 1x b.2x c. 3x d.>3xC3. Apakah ibu memiliki jenis makanan pantangan: a. Ya b. TidakC4. Jika YA sebutkan jenis makanan pantangan tersebut a. b. Alasan: ................................................................................................................................C5. Siapakah yang menganjurkan untuk tidak memakan makanan pantangan .....................C6. Makanan yang tidak disukai:............................................................................................. Alasan: .................................................................................................................................C7. Apakah ibu alergi terhadap suatu jenis makanan? a. Ya b. TidakC8. Jika YA sebutkan jenis makanan yang menyebabkan alergi tersebut a. b. Alasan: ..................................................................................................................................C9. Apakah ada makanan yang dianjurkan selama hamil? a. Ya b. TidakC10. Jika YA sebutkan jenis makanan yang dianjurkan tersebut a. b. Alasan: .............................................................................................................................C11. Siapakah yang menganjurkan...........................................................................................C12. Anggota keluarga yang menjadi prioritas konsumsi pangan..........................................

83

Lampiran 1 (lanjutan)D. Nama sheet: FFQD. Frekuensi Konsumsi Pangan Ibu HamilD1 D2 D3 D4

No Jenis Pangan Frekuensi … kali per1) Rata-rata/konsumsiHari Ming Bln Thn URT Gram

1.1 Nasi1.2 Nasi uduk1.3 Bubur ayam1.4 Nasi goreng1.5 Mie instan1.6 Roti2. UMBI-UMBIAN2.1 Singkong2.2 Talas2.3 Singkong3. DAGING, IKAN, SUSU DAN TELUR3.1 Daging ayam3.2 Ikan laut3.3 Ikan tawar3.4 Ikan asin3.5 Telur negeri3.6 Susu4. KACANG-KACANGAN4.1 Tempe4.2 Tahu4.3 Kacang panjang4.4 Kacang hijau4.5 Kacang tanah5. DAUN-DAUNAN5.1 Bayam5.2 Kangkung5.3 Sawi5.4 Sup (wortel, kol)5.5 Daun singkong5.6 Daun melinjo5.7 Daun katuk6. SAYURAN BUAH6.1 Labu siam6.2 Tomat6.3 Mentimun7. BUAH7.1 Pepaya7.2 Pisang7.3 Jeruk7.4 Apel7.5 Melon7.6 Semangka7.7 Mangga7.8 Rambutan8. JAJANAN8.1 Bakso8.2 Siomay8.3 Pisang goreng8.4 Mie ayam8.5 Bakwan8.6 Tahu goreng8.7 Tempe goreng8.8 Kerupuk8.10 Teh8.11 Biskuit

84

Lampiran 1 (lanjutan)E. Konsumsi Pangan Ibu Hamil Recall 1x24 Jam E1 E2 E3Waktu makan Hari……………, tanggal…………

Kode Pangan Jenis makanan BanyaknyaURT Gram

Sarapan

Selingan(camilan)

Siang

Selingan(camilan)

Malam

F. Mual dan Muntah serta Produk Olahan Jahe Untuk Mengatasi Masalah TersebutF1.Frekuensi mual dan muntah ibu selama hamil: a. setiap hari b. beberapa kali seminggu c. beberapa kali selama hamil d. Tidak pernah

F8.Sebab mual dan muntah yang ibu alami: a. tekanan / stres b. kelelahan c. rangsangan dari luar d. tidak ada sebab spesifik

F2.Tingkat keparahan mual dan muntah ibu selama hamil: a. ringan b. sedang c. berat d. Hiperemesis (sangat berat)

F9. Konsumsi obat khusus selama mual dan muntah: a. sering b. jarang c. tidak pernah d. tidak tahu

F3.Jenis makanan yang banyak ibu konsumsi selama kondisimual dan muntah kehamilan: a. makanan berat b. buah-buahan b. camilan d. susu

F10. Pendapat ibu apabila jahe diberikan kepada ibu hamildengan gejala mual dan muntah: a. dianjurkan b. dibolehkan c. tidak dibolehkan d. tidak tahu

F4.Jangka waktu terjadinya mual dan muntah kehamilan: a. sepanjang trimester pertama b. trimester pertama dan kedua c. trimester pertama sampai trimester akhir d. tidak tentu

F11. Produk pencegah mual dan muntah kehamilan yang ibukehendaki: a. susu b. bubur c. tablet isap d. lain-lain, sebutkan .....................

F5.Kondisi mual dan muntah terparah terjadi pada kehamilanke-: a. 1 b. 2 c.>2 d. Keseluruhan

F12. Pendapat ibu apabila jahe diolah menjadi produk untukmengatasi mual dan muntah kehamilan:

a. sangat setuju b.setuju c. tidak setuju d. sangat tidak setuju

F6. Ke mana ibu memeriksakan diri apabila terjadi gangguankehamilan:

a. dokter b. bidan c. orang terpercaya d. tidak pernah periksa

F13. Bersediakah ibu untuk mencoba produk olahan jahe untukmengatasi mual dan muntah yang ibu alami: a. bersedia b. ragu-ragu

c. tidak bersedia d. tidak tahu

85

Lampiran 2 Metode analisis karakteristik fisik tepung ekstrak jahe

Kadar Air (Kailaku 2003)

Pengukuran dilakukan dengan metode oven. Tahapan yang dilakukan

anatara lain adalah penimbangan 1-2 g contoh dengan seksama pada sebuah

botol timbang bertutup yang sudah diketahui bobotnya. Botol timbang

dikeringkan pada oven bersuhu 1050C selama 3 jam. Setelah itu, botol

dimasukkan ke dalam desikator. Setelah dingin, botol ditimbang. Pengeringan

dan penimbangan dilakukan hingga diperoleh bobot tetap. Kadar air bahan

dihitung dengan menggunakan persamaan:

Kadar air = W x 100%

W1

Keterangan: W = kehilangan bobot setelah dikeringkan, dalam g W1 = bobot contoh sebelum dikeringkan, dalam g

Rendemen Ekstraksi (Khairani 2002)

Rendemen ekstraksi didapatkan dari perbandingan antara berat ekstrak

jahe kering dengan berat tubuh buah jahe kering dikali 100%.

Rendemen (%) = a x 100%

bKeterangan : a = berat ekstrak kering, dalam g b = berat buah kering, dalam g

Kelarutan (AOAC 1971 diacu dalam Khairani 2002)

Penilaian nilai kelarutan dilakukan dengan melarutkan sejumlah sampel

ke dalam 100 ml akuades panas (80-85)0C, kemudian disaring dengan

menggunakan kertas saring Whatman No.42 dengan bantuan pompa vakum.

Sebelumnya, kertas saring dikeringkan di dalam oven pada suhu 1050C selama 3

jam. Selanjutnya, didinginkan di dalam desikator selama 15 menit dan ditimbang.

Nilai kelarutan dinyatakan dalam persentase berat residu yang yang tidak dapat

melalui kertas saring terhadap contoh bahan yang digunakan.

% Kelarutan = 1 – (C – B) x 100%

(100 – KA)% x A

Keterangan : A = berat contoh yang digunakan, dalam g B = berat kertas saring, dalam g C = berat kertas saring + berat residu, dalam g KA= kadar air (%)

86

Lampiran 2 (lanjutan)

Kekerasan (Kailaku 2003)

Dilakukan dengan alat penetrometer, sepersepuluh milimeter division,

dari Precisison Scientific Petroleum Instrument. Sampel tablet diletakkan pada

bantalan penekan, kemudian ditekan dengan jarum pengukur. Kekerasan produk

berbanding terbalik dengan jarak yang dapat dipenetrasi oleh jarum pengukur

dalam jangka waktu tertentu. Sampel dipenetrasi dengan membebankan jarum

dengan skala beban tertentu. Pengukuran berlangsung 10 detik dengan beban

50 g. Setelah penekanan, jarum yang dapat dipenetrasi akan ditunjukkan pada

jarum penetrometer.

Waktu Larut (Nurharini 1997 diacu dalam Khairani 2002)

Pengukuran dilakukan dengan menggunakan stopwatch. Waktu larut

diukur saat tablet dimasukkan ke dalam air dengan suhu 800C - 850C sehingga

seluruh tablet larut.

Nilai pH (Hartanto 1992)

Tablet dilarutkan ke dalam 200 ml akuades panas dengan suhu 800C -

850C , kemudian diambil air sebanyak 100 ml dan diukur pH-nya dengan

pHmeter.

87

Lampiran 3 Kuesioner uji organoleptik tepung ekstrak jahe

UJI HEDONIKNama :

Jenis Kelamin : L/P

Tanggal Pengujian :

Dihadapan Anda disajikan beberapa tepung ekstrak jahe. Anda diminta

untuk melakukan penilaian terhadap rasa jahe, rasa pedas, warna, aroma,

tekstur, warna dan penampakan keseluruhan dari tepung jahe. Sebaiknya tidak

dilakukan pembandingan antara produk satu dengan produk yang lain. Pengujian

tepung ekstrak jahe dilakukan satu demi satu. Beri nomor sesuai dengan pilihan

jawaban Anda.

Kode

Sampel

Rasa

Jahe

Rasa

Pedas

Aroma Tekstur Warna Penampakan

Keseluruhan

101

102

103

Keterangan:

1. sangat tidak suka

2. tidak suka

3. agak tidak suka

4. agak suka

5. suka

6. sangat suka

Komentar/saran :

.................................................................................................................................

.................................................................................................................................

.................................................................................................................................

.................................................................................................................................

.................................................................................................................................

88

Lampiran 4 Kuesioner Uji Organoleptik Tablet Isap Jahe

UJI MUTU HEDONIKNama :Jenis Kelamin : L/PTanggal Pengujian :

Dihadapan Anda disajikan tiga jenis tablet isap jahe. Anda diminta untukmelakukan penilaian terhadap kategori-kategori yang mempengaruhi mutu tabletisap tersebut. Sebaiknya tidak dilakukan pembandingan antara produk satudengan produk yang lain. Pengujian dilakukan satu demi satu. Berilah nomorsesuai dengan peringkat penilaian yang Anda berikan, 1 untuk yang palingrendah dan 9 untuk yang paling tinggi.

Bungkus KuningRasa manis (amat sangat tidak manis – amat sangat manis)

Rasa asam (amat sangat tidak asam – amat sangat asam)

Rasa pedas (amat sangat tidak pedas – amat sangat pedas)

Rasa jahe (amat sangat tidak terasa – amat sangat terasa)

Rasa keseluruhan (amat sangat tidak pas – amat sangat pas)

Aroma jahe (amat sangat tidak tercium – amat sangat tercium)

Aroma asam (amat sangat tidak tercium – amat sangat tercium)

Aroma keseluruhan (amat sangat tidak pas – amat sangat pas)

Mouthfeel (amat sangat tidak terasa – amat sangat terasa)

Tekstur saat diisap (amat sangat kasar – amat sangat halus)

Warna (amat sangat tidak homogen – amat sangat homogen)

89

Lampiran 4 (lanjutan)

Bungkus HijauRasa manis (amat sangat tidak manis – amat sangat manis)

Rasa teh hijau (amat sangat tidak terasa – amat sangat terasa)

Rasa pedas (amat sangat tidak pedas – amat sangat pedas)

Rasa jahe (amat sangat tidak terasa – amat sangat terasa)

Rasa keseluruhan (amat sangat tidak pas – amat sangat pas)

Aroma jahe (amat sangat tidak tercium – amat sangat tercium)

Aroma teh hijau (amat sangat tidak tercium – amat sangat tercium)

Aroma keseluruhan (amat sangat tidak pas – amat sangat pas)

Mouthfeel (amat sangat tidak terasa – amat sangat terasa)

Tekstur saat diisap (amat sangat kasar – amat sangat halus)

Warna (amat sangat tidak homogen – amat sangat homogen)

Bungkus MerahRasa manis (amat sangat tidak manis – amat sangat manis)

Rasa jahe (amat sangat tidak terasa – amat sangat terasa)

Rasa pedas (amat sangat tidak pedas – amat sangat pedas)

Rasa keseluruhan (amat sangat tidak pas – amat sangat pas)

Aroma jahe (amat sangat tidak tercium – amat sangat tercium)

Aroma keseluruhan (amat sangat tidak pas – amat sangat pas)

Mouthfeel (amat sangat tidak terasa – amat sangat terasa)

Tekstur saat diisap (amat sangat kasar – amat sangat halus)

Warna (amat sangat tidak homogen – amat sangat homogen)

TERIMA KASIH ATAS PARTISIPASI ANDA

90

Lampiran 5 Kuesioner Uji Organoleptik dan Penerimaan Tablet Isap JaheKUESIONER PENELITIAN PEMANFAATAN JAHE SEBAGAITABLET ISAP UNTUK IBU HAMIL DENGAN GEJALA MUALDAN MUNTAH

R1 1. TANGGAL KUNJUNGAN :

R2 2. NAMA BUMIL :

R3 3. KECAMATAN :

R4 4. DESA :

R5 5. DUSUN/KAMPUNG :

1. radar 2. leuwi kopo 3.cangkurawok 4. badoneng 5. bara 6. batengR6 6. RW :

R7 7.RT :

R8 8. NO. TELP :

R9 9. USIA BUMIL :

R10 10. JUMLAH ANAK :

R11 11. USIA KEHAMILAN :

R12 12. KEHAMILAN KE- :

Mual dan Muntah Kehamilan serta Jahe dan Produk OlahannyaA1.Frekuensi mual dan muntah ibu selama hamil: a. setiap hari b. beberapa kali seminggu c. beberapa kali selama hamil d. Tidak pernah

A8.Sebab mual dan muntah yang ibu alami: a. tekanan / stres b. kelelahan c. rangsangan dari luar d. tidak ada sebab spesifik

A2.Tingkat keparahan mual dan muntah ibu selama hamil: a. ringan b. sedang c. berat d. hiperemesis (sangat berat)

A9. Konsumsi obat khusus selama mual dan muntah: a. sering b. jarang c. tidak pernah d. tidak tahu

A3.Jenis makanan yang banyak ibu konsumsi selama kondisimual dan muntah kehamilan: a. makanan berat b. buah-buahan b. camilan d. Susu

A10. Pendapat ibu apabila jahe diberikan kepada ibu hamil dengangejala mual dan muntah: a. dianjurkan b. dibolehkan c. tidak dibolehkan d. tidak tahu

A4.Jangka waktu terjadinya mual dan muntah kehamilan: a. sepanjang trimester pertama b. trimester pertama dan kedua c. trimester pertama sampai trimester akhir d. tidak tentu

A11. Produk pencegah mual dan muntah kehamilan yang ibukehendaki: a. susu b. bubur c. tablet isap d. lain-lain, sebutkan ..............................

A5.Kondisi mual dan muntah terparah terjadi pada kehamilan ke-: a. 1 b. 2 c.>2 d. Keseluruhan

A12. Pendapat ibu apabila jahe diolah menjadi produk untukmengatasi mual dan muntah kehamilan:

a. sangat setuju b.setuju c. tidak setuju d. sangat tidak setuju

A6. Ke mana ibu memeriksakan diri apabila terjadi gangguankehamilan:

a. dokter b. bidan c. orang terpercaya d. tidak pernah periksa

A13. Bersediakah ibu untuk mencoba produk olahan jahe untukmengatasi mual dan muntah yang ibu alami: a. bersedia b. ragu-ragu c. tidak bersedia d. tidak tahu

Kuesioner ini digunakan sebagai bahan untuk penelitian PEMANFAATAN JAHE SEBAGAI TABLET ISAPUNTUK IBU HAMIL DENGAN GEJALA MUAL DAN MUNTAH oleh Devita Kusuma Rahingtyas(A54104080), Mahasisiwi Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, InstitutPertanian Bogor. Saya mohon kesediaan Anda meluangkan waktu (± 15 menit) untuk mengisi kuesioner inisecara jujur dan lengkap, kerahasiaan data Anda terjamin. Terima kasih atas bantuan dan kerjasama Anda.

91

Lampiran 5 (lanjutan)

UJI KESUKAAN

Dihadapan Ibu disajikan beberapa jenis tablet isap jahe. Ibu diminta untuk

melakukan penilaian terhadap beberapa aspek-aspek di bawah ini. Sebaiknya

tidak dilakukan pembandingan antara produk satu dengan produk yang lain.

Pengujian produk dilakukan satu demi satu. Beri nomor sesuai dengan pilihan

jawaban Ibu.

Warna

Kemasan

Rasa

Jahe

Rasa

Manis

Rasa

Pedas

Rasa

Keseluruhan

Aroma

Jahe

Aroma

Keseluruhan

Warna Tekstur

Isap

Overall

Kuning

Hijau

Merah

Keterangan:1. sangat tidak suka 3. agak tidak suka 5.suka2. tidak suka 4. agak suka 6. sangat suka

DAYA TERIMA1. Bagaimana pendapat Ibu tentang produk tablet isap yang terbuat dari

jahe untuk mengatasi mual dan muntah kehamilan?

2. Apa tanggapan Ibu setelah mencoba produk tersebut?

3. Aspek-aspek manakah yang Ibu sukai dari produk tersebut? Berikan

alasannya! (Jawaban boleh lebih dari 1)

4. Aspek-aspek manakah yang Ibu tidak sukai dari produk tersebut? Berikan

alasannya! (Jawaban boleh lebih dari 1)

5. Apabila Ibu mengalami mual dan muntah, apakah Ibu akan membeli

produk tersebut apabila beredar di pasaran? Mengapa?

6. Saran yang dapat Ibu berikan kepada peneliti?

92

Lampiran 6 Sebaran ibu hamil menurut frekuensi konsumsi panganBahanpangan

Tidak pernah (0 kali/minggu)

Jarang(1-3

kali/minggu)

Sering (4-7

kali/minggu)

Setiap hari(>7

kali/minggu)

Total

n % n % n % n % n %1. Sumber Karbohidrat

Nasi 0 0 0 0 0 0 20 100 20 100Nasi uduk 8 40 8 40 0 0 4 20 20 100Bubur 9 45 9 45 1 5 1 5 20 100Nasgor 10 50 10 50 0 0 0 0 20 100Mie instan 11 55 6 30 0 0 3 15 20 100Roti 5 25 11 55 0 0 4 20 20 100Singkong 11 55 7 35 0 0 2 10 20 100

2. Sumber Protein HewaniAyam 6 30 12 60 0 0 2 10 20 100Ikan laut 7 35 12 60 1 5 0 0 20 100Ikan twar 7 35 11 55 2 10 0 0 20 100Ikan asin 5 25 10 50 0 0 5 25 20 100Telur neg. 3 15 9 45 0 0 8 40 20 100Susu 4 20 1 5 0 0 15 75 20 100

3. Sumber Protein NabatiTempe 0 0 4 20 0 0 16 80 20 100Tahu 2 10 8 40 2 10 8 40 20 100Kcg pjg 10 50 8 40 0 0 2 10 20 100Kcg hijau 6 30 10 50 0 0 4 20 20 100Kcg tanah 9 45 10 50 1 5 0 0 20 100

4. Sumber Vitamin dan Mineral (Sayuran)Bayam 4 20 14 70 1 5 1 5 20 100Kangkung 4 20 15 75 0 0 1 5 20 100Sawi 7 35 13 65 0 0 0 0 20 100Sup 2 10 13 65 1 5 4 20 20 100Dsingkong 16 80 4 20 0 0 0 0 20 100Katuk 13 65 6 30 0 0 1 5 20 100Syr Asem 8 40 10 50 1 5 1 5 20 100Tauge 8 40 11 55 1 5 0 0 20 100Labu siam 9 45 11 55 0 0 0 0 20 100Mentimun 8 40 11 55 0 0 1 5 20 100

5. Sumber Vitamin dan Mineral (Buah-buahan)Pepaya 6 30 9 45 0 0 5 25 20 100Pisang 6 30 12 60 0 0 2 10 20 100Jeruk 2 10 14 70 0 0 4 20 20 100Apel 9 45 11 55 0 0 0 0 20 100Melon 12 60 8 40 0 0 0 0 20 100Rambutan 3 15 14 70 1 5 2 10 20 100

6. SelinganBakso 9 45 11 55 0 0 0 0 20 100Siomay 8 40 9 45 0 0 3 15 20 100Pisgor 9 45 6 30 0 0 5 25 20 100Mie ayam 14 70 5 25 0 0 1 5 20 100Bakwan 6 30 11 55 0 0 3 15 20 100Tahu isi 9 45 9 45 1 5 1 5 20 100Temgor 8 40 9 45 0 0 3 15 20 100Kerupuk 5 25 6 30 1 5 8 40 20 100Teh 3 15 5 25 0 0 12 60 20 100Biskuit 6 30 10 50 1 5 3 15 20 100Ekstrusi 14 70 4 20 1 5 1 5 20 100

93

Lampiran 7 Hasil Analisis Karakteristik Fisik Tepung Ekstrak Jahe pada BerbagaiPengeringan

Lampiran 7.1 Kadar air tepung ekstrak jahe dengan berbagai metodepengeringan

MetodePengeringan

Ulangan Pertama(%)

Ulangan Kedua(%)

Rata-rata Ulangan(%)

SprayVacumFreeze

7.62853.28344.7638

4.13143.37774.7773

5.87993.33064.7701

Lampiran 7.2 Rendemen tepung ekstrak jahe dengan berbagai metodepengeringan

MetodePengeringan

UlanganPertama

(%)

EstimasiKehilangan

UlanganPertama

(%)

UlanganKedua

(%)

EstimasiKehilangan

UlanganKedua (%)

Rata-rata

Ulangan

Rata-rataEstimasi

Kehilangan(%)

SprayVacumFreeze

6.698.135.48

32.8216.2144.39

5.498.546.85

44.8311.9530.41

6.098.346.17

38.8314.0837.4

Lampiran 7.3 Kelarutan tepung ekstrak jahe dengan berbagai metodepengeringan

MetodePengeringan

Ulangan Pertama(%)

Ulangan Kedua(%)

Rata-rata Ulangan(%)

SprayVacumFreeze

10095.9296.98

99.1490.5095.77

99.5793.21

96.375

Lampiran 7.4 Gingerol tepung ekstrak jahe dengan berbagai metodepengeringanJenis Contoh Hasil Pengujian terhadap Jenis

Pengeringan (%)Metode

PenelitianSpray Vacum Freeze

TepungEkstrak Jahe

0.043 0.041 0.042 TLCscanner

94

Lampiran 8 Hasil Analisis Mutu Fisik Tablet Isap Jahe pada Berbagai Formula

Lampiran 8.1 Kekerasan tablet isap jahe dengan berbagai formulaFormula Ulangan Pertama Ulangan Kedua Rata-rata Ulangan

123

158.59

154.59.5

156.5

9.25

Lampiran 8.2 Waktu larut tablet isap jahe dengan berbagai formulaFormula Ulangan Pertama

(menit)Ulangan Kedua

(menit)Rata-rata Ulangan

(menit)123

10.018.418.13

9.188.748.47

108.748.30

Lampiran 8.3 Derajat keasaman (pH) tablet isap jahe dengan berbagai formulaFormula Ulangan Pertama Ulangan Kedua Rata-rata Ulangan

123

5.26.96.7

5.46.96.8

5.36.9

6.75

95

Lampiran 9 Hasil sidik ragam dan Uji Lanjut Duncan terhadap karakteristik fisiktepung ekstrak jahe pada berbagai pengeringan

Lampiran 9.1 Hasil sidik ragam kadar air tepung ekstrak jaheSumberKeragaman

Db JK KT F hit Pr > F

Perlakuan 2 3.42030000 1.71015000 140.75 0.0011Galat 3 0.03645000 0.01215000Total 5 3.45675000

Lampiran 9.1.1 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh pengeringanterhadap kadar air

DuncanGrouping

Mean N Perlakuan

A 5.0550 2 1A 4.7700 2 3B 3.3300 2 2

Lampiran 9.2 Hasil sidik ragam rendemen tepung ekstrak jaheSumberKeragaman

Db JK KT F hit Pr > F

Perlakuan 2 6.50303333 3.25151667 5.60 0.0971Galat 3 1.74250000 0.58083333Total 5 8.24553333

Lampiran 9.3 Hasil sidik ragam estimasi kehilangan tepung ekstrak jaheSumberKeragaman

Db JK KT F hit Pr > F

Perlakuan 2 754.66323333 377.33161667 6.30 0.0843Galat 3 179.63645000 59.87881667Total 5 934.29968333

Lampiran 9.4 Hasil sidik ragam kelarutan tepung ekstrak jaheSumberKeragaman

Db JK KT F hit Pr > F

Perlakuan 2 40.44990000 20.22495000 3.84 0.1488Galat 3 15.79005000 5.26335000Total 5 56.23995000

96

Lampiran 10 Hasil sidik ragam mutu fisik tablet isap pada berbagai formula

Lampiran 10.1 Hasil sidik ragam kekerasan tablet isap jaheSumberKeragaman

Db JK KT F hit Pr > F

Perlakuan 2 20.58333333 10.29166667 41.17 0.0066Galat 3 0.75000000 0.25000000Total 5 21.33333333

Lampiran 10.1.1 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh formula tablet terhadapkekerasanDuncanGrouping

Mean N Perlakuan

A 8.5000 2 1A 7.7500 2 3B 4.2500 2 2

Lampiran 10.2 Hasil sidik ragam waktu larut tablet isap jaheSumberKeragaman

Db JK KT F hit Pr > F

Perlakuan 2 1.73723333 0.86861667 4.25 0.1333Galat 3 0.61350000 0.20450000Total 5 2.35073333

Lampiran 10.3 Hasil sidik ragam serajat keasaman (pH) tablet isap jaheSumberKeragaman

Db JK KT F hit Pr > F

Perlakuan 2 3.12333333 1.56166667 187.40 0.0007Galat 3 0.02500000 0.00833333Total 5 3.14833333

Lampiran 10.3.1 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh formula tablet terhadap pHDuncanGrouping

Mean N Perlakuan

A 6.90000 2 2A 6.75000 2 3B 5.30000 2 1

Lampiran 11 Perhitungan kontribusi kandungan gingerol per tablet

97

Digunakan 1.6 gram tepung ekstrak jahe dengan metode pengeringan vakumper tablet isap. Jika terkandung 0.041% gingerol di dalam tepung ekstrakjahe maka :

Kandungan gingerol per tablet = 1.6 gram x 0.041% = 6.56 x 10-4 gram = 0.656 miligram

terkandung 0.66 mg gingerol/ tablet isap jahe

Jika dalam 1 gram jahe segar terkandung 0.4 – 3.1% oleoresin dengan kisarankandungan gingerol antara 1.1 – 2.2% dalam oleoresin, maka estimasikandungan gingerol dalam 1 gram jahe segar adalah :

1 gram jahe segar

0.4 – 3.1% oleoresin

4 – 31 mg oleoresin

Sehingga,4 mg - 31 mg

1.1 – 2.2 % gingerol

0.04 - 0.09 mg 0.34 – 0.68 mg

0.04 – 0.68 mg gingerol/ 1 g jahe segar

Lampiran 12 Estimasi harga tablet isap jahe

98

Biaya alat :Vacuum dryer

1. Harga = Rp 30.000.0002. Biaya perawatan = Rp 1.000.000/ tahun3. Umur = 15 tahun

Sehingga biaya operasional vaccum dryer per hari adalah : 30.000.000 + 1.000.000 = 5.479,45 + 2.739,73 = Rp 8.219,18/ 8 jam

kerja 15 x 365 365

2 kg x 8 jam = 5.33 kg Rp 8.219,18 = Rp 1.542/ kg tepung3 jam 5.33

Alat kempa1. Harga = Rp 20.000.0002. Biaya perawatan = Rp 500.0003. Umur = 15 tahun

Sehingga biaya operasional alat kempa per hari adalah :20.000.000 + 500.000 = 3.652,97 + 1.369,86 = Rp 5.022,83/ 8 jamkerja

15 x 365 365

1 kg x 8 jam = 5.33 kg Rp 5.022,83 = Rp 942/ kg tepung 1.5 jam 5.33

Biaya vaccum dryer + Biaya alat kempa = 1.542 + 942 = Rp 2.484/ kg tepung

Bahan Tambahan Makanan (BTM)1 kg tepung ekstrak jahe membutuhkan :

1. Jahe 0.5 kg Rp 6.0002. Maltodekstrin 1 kg Rp 15.0003. Asam sitrat 12.5 g Rp 2504. Magnesium stearat 25 g Rp 1.4005. Talk 25 g Rp 4006. Sukralosa 1.25 g Rp 3.7507. Sorbitol bubuk 1.4 kg Rp 44.8008. Aerosil 25 g Rp 4.2509. Sodium benzoate 2.5 g Rp 50 +

Total Rp 77.600/ kg

Tenaga Kerja6 orang x Rp 875.000 = Rp 218.750/ hari

24

1.5 jam x Rp 218.750 = Rp 41.016/ kg 8

Biaya total/ kg tepung :

99

Biaya alat = Rp 2.484 Biaya BTM = Rp 77.600 Biaya tenaga kerja = Rp 41.016 +

Total Rp 121.100

Lampiran 12 (lanjutan)

Biaya tablet isap : 1.6 x Rp 121.100 = Rp 193,761000

+ Biaya pengemasan (Rp 50/ tablet) = Rp 192,75/ tablet

Jika ingin didapatkan keuntungan 50% maka harga jual tablet adalah: Rp 193,76 + (Rp 193,76 x 75%) = Rp 339.08/ tablet

Sehingga diperoleh harga jual tablet = Rp 350/ tablet untuk harga pabrik= Rp 500/ tablet untuk harga eceran

Lampiran 13 Kromatogram analisis gingerol