Tablet Jahe
-
Upload
yulis-adriana -
Category
Documents
-
view
151 -
download
19
Transcript of Tablet Jahe
PEMANFAATAN JAHE (Zingiber officinale) SEBAGAI
TABLET ISAP UNTUK IBU HAMIL DENGAN GEJALA MUALDAN MUNTAH
DEVITA KUSUMA RAHINGTYAS
PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGAFAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR2008
RINGKASAN
DEVITA KUSUMA RAHINGTYAS. Pemanfaatan Jahe (Zingiber officinale)sebagai Tablet Isap untuk Ibu Hamil dengan Gejala Mual dan Muntah.Dibimbing oleh BUDI SETIAWAN
Tujuan umum dari penelitian ini adalah membuat produk suplemen untukmeminimalisasi terjadinya mual dan muntah pada ibu hamil denganmemanfaatkan kandungan gingerol di dalam jahe sebagai pencegah mual danmuntah. Penelitian ini dilakukan melalui empat bagian yaitu pengambilan dataprimer, pembuatan tepung ekstrak jahe, pembuatan tablet isap jahe, serta ujikesukaan dan penerimaan ibu hamil terhadap tablet isap jahe. Pengambilan dataprimer dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Pembuatan tepung ekstrakjahe meliputi proses ekstraksi, pengeringan (spray dryer, vaccum dryer, danfreeze dryer), analisis karakteristik fisik dan kimia tepung ekstrak jahe, danpemilihan tepung ekstrak jahe terbaik. Pembuatan tablet isap jahe meliputiformulasi, analisis mutu fisik, dan penilaian organoleptik terhadap produk. Ujidaya terima tablet meliputi penilaian hedonik dan penerimaan secara umum olehibu hamil. Data diolah dan dianalisis dengan menggunakan SAS 6.12., SPSS versi11.5 for Windows dan Microsoft Excell 2003. Pengaruh perlakuan dianalisissecara non-parametrik dengan menggunakan uji Kruskal Wallis. Jika perlakuanberbeda nyata maka dilakukan uji lanjut multiple comparisson (Gaspersz 1994). Menurut sebaran terjadinya mual dan muntah kehamilan, terdapat 75%contoh yang mengalami kondisi mual dan muntah, 40% dari contoh yangmengalami mual dan muntah tersebut merasa mengalami mual dan muntahpada tingkatan sedang. Sebanyak 80% contoh berusia antara 20-35 tahun.Kisaran frekuensi kehamilan dengan proporsi terbesar (30%) pada contoh adalahantara 1-5 kali. Menurut riwayat kehamilan, sebanyak 70% contoh mengalamipersalinan normal, sedangkan sisanya mengalami keguguran (15%), melahirkanBayi Berat Lahir Rendah (BBLR) (10%), dan prematur (5%). Menurut jenispenyakit yang diderita, baik 6 bulan sebelum hamil maupun selama hamil,proporsi terbesar (40%) pada contoh menderita influenza. Sebanyak 70%contoh tidak menderita Kekurangan Energi Kronis (KEK) dan 30% menderitaKEK Berdasarkan tingkat konsumsi, konsumsi energi pada pada separuh ibuhamil yang menjadi contoh adalah defisit. Tingkat konsumsi protein pada lebihdari separuh (55%) ibu hamil yang menjadi contoh adalah defisit. Tujuh puluhpersen dari contoh mengalami defisit kalsium. Sebagian besar contoh (75%)mengalami defisit zat besi. Sebanyak 60% contoh juga memiliki tingkat konsumsiyang kurang terhadap vitamin A. Pengetahuan ibu hamil contoh tentang konsumsi jahe selama hamil telahcukup baik (85%). Lebih dari separuh contoh (65%) menyatakan permintaannyaterhadap produk pereda mual berbentuk tablet isap, 10% contoh menginginkanproduk berbentuk susu, dan 25% menyatakan variasi produk lainnya. Sebagianbesar jahe yang sudah dikembangkan di Indonesia diolah dalam bentukminuman serbuk instan dengan berbagai merk. Digunakan tiga jenis pengeringan dalam pembuatan tepung ekstrak jaheyaitu: spray drying, vaccum drying, dan freeze drying. Berdasarkan hasil sidikragam, jenis pengeringan dalam pembuatan tepung ekstrak jahe tidak memberipengaruh yang signifikan (>0,05) terhadap persentase rendemen, estimasi
kehilangan, dan kelarutan tepung ekstrak jahe namun berpengaruh signifikan(<0.05) terhadap kadar air tepung ekstrak jahe. Secara keseluruhan modustertinggi diperoleh pada tepung dengan menggunakan metode vaccum drying.Berdasarkan analisis fisik dan penilaian organoleptik yang dilakukan, makaterpilihlah tepung ekstrak jahe dengan metode vaccum drying. Digunakan tiga jenis formula dalam pembuatan tablet isap jahe yaitu:formula 1 (dengan asam sitrat), formula 2 (dengan green tea powder), danformula 3 (tanpa penambahan flavor). Hasil sidik ragam menunjukkan bahwaperbedaan formulasi dalam pembuatan tablet isap jahe tidak memberi pengaruhsignifikan terhadap waktu larut tablet isap (>0,05) namun berpengaruh signifikan(<0.05) terhadap kekerasan dan derajat keasaman (pH) tablet isap. Tablet yangpaling memenuhi standar prasyarat tablet isap adalah tablet fomula 1. Haltersebut karena tablet formula 1 memiliki tingkat kekerasan yang mendekatistandar prasayarat tablet isap yaitu lebih dari 10mg dan melarut perlahan dalammulut (±5-10 menit). Skor modus penerimaan ibu hamil terhadap tablet isap jahe adalah 5 atausuka untuk setiap formula. Berdasarkan persentase, penerimaan ibu hamilterhadap tablet isap jahe untuk parameter secara keseluruhan adalah lebih dariseparuh contoh (>50%) menerima setiap formula tablet isap. Aspek yang banyakdisukai ibu hamil contoh terhadap tablet isap adalah rasa dan aroma jahenyayang segar. Sedangkan aspek yang kurang disukai ibu hamil contoh terhadaptablet isap jahe adalah rasa pedasnya, warnanya yang kurang menarik, danukurannya yang besar (diameter 2.5 cm dengan bobot 4 gram). Pemanfaatanjahe sebagai tablet isap untuk meredakan mual dan muntah kehamilan dinilaisangat baik oleh ibu hamil contoh. Secara keseluruhan, ibu hamil contohmenyatakan kesediaannya untuk membeli tablet isap jahe jika produk tersebutbenar-benar dikembangkan dan dipasarkan.
PEMANFAATAN JAHE (Zingiber officinale) SEBAGAI
TABLET ISAP UNTUK IBU HAMIL DENGAN GEJALA MUALDAN MUNTAH
DEVITA KUSUMA RAHINGTYAS
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga
PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGAFAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR2008
Judul : Pemanfaatan Jahe (Zingiber officinale) sebagai Tablet
Isap untuk Ibu Hamil dengan Gejala Mual dan Muntah
Nama Mahasiswa : Devita Kusuma Rahingtyas
Nomor Pokok : A54104080
Disetujui,
Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Budi Setiawan, M.S.NIP 131 667 778
Diketahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr. NIP 131 124 019
Tanggal lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul ”Pemanfaatan Jahe (Zingiber officinale) sebagai Tablet Isap untuk Ibu
Hamil dengan Gejala Mual dan Muntah”. Penulis mengucapkan terima kasih tak
terhingga kepada berbagai pihak atas bantuan yang diberikan kepada penulis
selama penyusunan skripsi ini antara lain :
1. Dr. Ir. Budi Setiawan, M.S. selaku dosen pembimbing atas segala arahan,
masukan, bimbingan, kesabaran, dukungan, dan waktu luang yang
diberikan kepada penulis.
2. Dr. Ir. Lilik Kustiyah, M.Si. selaku dosen pemandu seminar dan penguji
atas segala saran membangun yang diberikan kepada penulis.
3. Keluarga besar penulis (Ibu, Bapak, Mbak Wita, Mbah Putri, Mas Aji, dan
lain-lain) atas kasih sayang, inspirasi, bantuan, dukungan dan doanya.
4. Sahabat dan teman-teman GMSK 41 (Adin, Rizka, Ima, Nurlaela, Dekus,
Rika, Yulia, Marissa, Ari, Nova, Alfinda, Curly Kun, Eka, Edo, Aqsa, Ida,
Angel, Venny, Ratna, Devi, Any, Rena, Daru, Achi, Retno, dan lainnya
yang tidak dapat disebutkan satu per satu) untuk selalu ada, menguatkan,
mengingatkan, dan menghibur dengan semangat dan canda tawanya.
5. Bapak Mashudi, Bapak Dian, Ibu Nina, Ibu Rizky, Bapak Nurwanto, Kak
Sigit (GMSK 36), Ibu Yuli (LAFIAL), Bapak Albert (Takasago), dan
laboran lainnya atas bantuan dan nasihat yang diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini tidaklah sempurna. Namun
terlepas dari segala kekurangan yang ada, penulis berharap semoga penelitian
ini dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak.
Bogor, Agustus 2008
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 1 Mei 1986. Penulis adalah
anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan R. Hari Purwadi dan Rr. Dewi
Runantari.
Jenjang pendidikan formal penulis dimulai pada tahun 1992 di SD Negeri
Pengasinan Bintara 1, Bekasi. Penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri
138, Jakarta pada tahun 1998. Pada tahun 2001, penulis melanjutkan pendidikan
di SMU Negeri 21, Jakarta. Penulis diterima sebagai mahasiswa di Program
Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor pada tahun 2004 melalui Jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa
Baru (SPMB).
Selama di IPB, penulis aktif mengikuti kegiatan organisasi seperti Forum
Komunikasi Rohis Departemen (FKRD) periode 2005/2006 dan Badan Eksekutif
Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) IPB periode 2006/2007 serta
berbagai kegiatan kepanitiaan kampus. Penulis juga sering terlibat dalam
berbagai kompetisi di bidang ilmiah seperti Pekan Kreativitas Mahasiswa bidang
Kewirausahaan (PKMK), Lomba Karya Tulis Mahasiswa (LKTM) bidang
pendidikan dan ilmu pengetahuan sosial, Kontes Kreativitas dan Forum IPTEK
Mahasiswa Nasional (KONTEKNAS), dan lain sebagainya.
Beberapa prestasi yang pernah diraih penulis antara lain Finalis Meat and
Lifestock Assosiation (MLA)’s Project Proposal tahun 2006, Finalis Lomba Karya
Tulis Mahasiswa (LKTM) Bidang Pendidikan Tingkat Universitas tahun 2007, dan
Juara II Lomba Opini Bidang Pendidikan Tingkat Universitas tahun 2007.
Penulis juga pernah terlibat langsung sebagai relawan posko tumbuh kembang
anak korban gempa usia prasekolah di Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten
pasca peristiwa gempa di Bantul dan Yogyakarta tahun 2006.
DAFTAR ISI
HalamanDAFTAR TABEL ...................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ ix
PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
Latar Belakang ................................................................................. 1
Tujuan ............................................................................................. 2
Kegunaan ........................................................................................ 3
TINJAUAN PUSTAKAKondisi Kesehatan dan Gizi Ibu Hamil.............................................. 4
Gizi yang Dibutuhkan Ibu Hamil ....................................................... 5
Energi ....................................................................................... 5
Vitamin A .................................................................................. 5
Zat Besi .................................................................................... 5
Kalsium ..................................................................................... 6
Kebiasaan Makan dan Perilaku Konsumsi Pangan Ibu Hamil .......... 6
Mual dan Muntah Kehamilan (MMK) ................................................ 7
Jahe (Zingiber officinale) .................................................................. 9
Kandungan Gizi Jahe ....................................................................... 10
Manfaat Jahe ................................................................................... 11
Jahe dan Kehamilan ........................................................................ 12
Gingerol ........................................................................................... 13
Produk Olahan Jahe di Indonesia .................................................... 13
Tablet Isap ....................................................................................... 14
Bahan Penyusun Tablet Isap ........................................................... 15
Metode Ekstraksi ............................................................................. 17
Metode Pengeringan ........................................................................ 18
Spray Dryer ............................................................................... 18
Vaccum Dryer ........................................................................... 18
Freeze Dryer ............................................................................ 19
Metode Kromatografi Thin Layer Chromatography (TLC)........... ...... 19
METODE .................................................................................................. 21
Waktu dan Tempat ........................................................................... 21
Jumlah dan Cara Penarikan Contoh ................................................ 21
Jenis dan Cara Pengumpulan Data.................................................. 22
Bahan dan Alat ................................................................................ 24
Tahapan Penelitian .......................................................................... 25
Pembuatan Produk .......................................................................... 25
Pembuatan Tepung Ekstrak Jahe ............................................. 25
Pembuatan Tablet Isap Jahe ................................................... 26
Pengolahan dan Analisis Data ......................................................... 27
HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 32
Profil Ibu Hamil ................................................................................ 32
Karakteristik Ibu Hamil .............................................................. 32
Riwayat Kehamilan dan Penyakit .............................................. 33
Status Gizi ................................................................................ 34
Perilaku dan Kebiasaan Makan ................................................. 35
Frekuensi Konsumsi Pangan .................................................... 37
Tingkat Konsumsi Zat Gizi ....................................................... 38
Mual dan Muntah Kehamilan (MMK) ................................................ 40
Kejadian MMK ........................................................................... 40
Frekuensi MMK ......................................................................... 41
Jangka Waktu Kejadian MMK .................................................. 41
Penyebab MMK ........................................................................ 42
Pemeriksaan Kesehatan dan Obat Khusus MMK ...................... 43
Pengetahuan Mengenai Jahe dan Pilihan Produk MMK Ibu Hamil ... 43
Konsumsi Jahe selama Hamil ................................................... 43
Pengolahan Jahe sebagai Produk Pereda MMK ....................... 44
Pilihan Produk Pereda MMK .................................................... 44
Produk Olahan Jahe yang Sudah Dikembangkan ............................ 45
Pembuatan Tepung Ekstrak Jahe .................................................... 45
Analisis Fisik dan Penilaian Organoleptik Tepung Ekstrak Jahe ...... 46
Kadar Air ................................................................................... 46
Rendemen ................................................................................ 47
Estimasi Kehilangan selama Pengeringan ................................ 47
Kelarutan .................................................................................. 48
Kandungan Gingerol ................................................................. 49
Uji Hedonik ............................................................................... 49
Tepung Ekstrak Jahe Terbaik .......................................................... 51
Formulasi Tablet Isap Jahe .............................................................. 51
Karakteristik Fisik dan Mutu Organoleptik Tablet Isap Jahe ............. 53
Kekerasan ................................................................................. 53
Waktu Larut............................................................................... 54
Derajat Keasaman (pH) ............................................................ 54
Uji Mutu Hedonik ....................................................................... 55
Formula Tablet Isap Jahe Terbaik .................................................... 57
Uji Hedonik dan Penerimaan Ibu Hamil terhadap Tablet Isap Jahe .. 58
Kontribusi Gingerol dan Estimasi Harga per Tablet .......................... 59
KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 61
Kesimpulan ...................................................................................... 61
Saran ............................................................................................. 62
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 63
LAMPIRAN ............................................................................................... 67
DAFTAR TABEL
Halaman 1 Persyaratan mutu Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2005 ibu hamil.... 7
2 Komposisi kimia jahe per 100 gram (berat basah) ........................... 11
3 Cara pengategorian dan analisis varibel .......................................... 11
4 Sebaran ibu hamil menurut karakteristik .......................................... 32
5 Sebaran ibu hamil menurut riwayat kehamilan ................................. 33
6 Sebaran ibu hamil menurut riwayat penyakit .................................... 34
7 Sebaran ibu hamil berdasarkan LILA ............................................... 35
8 Sebaran ibu hamil menurut frekuensi makan utama dan makan
selingan.............................................................................................. 36
9 Sebaran ibu hamil menurut makanan pantangan dan alergi.............. 37
10 Sebaran ibu hamil menurut tingkat konsumsi zat gizi ....................... 39
11 Sebaran terjadinya mual dan muntah kehamilan.............................. 41
12 Sebaran mual dan muntah kehamilan menurut frekuensinya.............. 41
13 Sebaran mual dan muntah kehamilan menurut jangka waktu kejadian 41
14 Sebaran mual dan muntah kehamilan menurut penyebab kejadian . 42
15 Sebaran pengetahuan ibu hamil tentang konsumsi jahe selama hamil 43
16 Sebaran persetujuan ibu hamil terhadap pengolahan jahe sebagai
produk pereda mual dan muntah kehamilan........... .......................... 44
17 Sebaran jenis pilihan produk pereda mual dan muntah
kehamilan.................................................... ..................................... 44
18 Estimasi pemakaian Bahan Tambahan Pangan (BTM)…………….. 52
19 Formulasi tablet isap jahe ……………………………………………… 52
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1. Jahe ................................................................................................. 10
2. Struktur senyawa gingerol ................................................................ 13
3. Spray dryer ...................................................................................... 24
4. Vaccum dryer ................................................................................... 24
5. Freeze dryer .................................................................................... 24
6. Skema tahapan penelitian ................................................................ 25
7. Prosedur pembuatan tepung ekstrak jahe......................................... 26
8. Prosedur pembuatan tablet isap jahe ............................................... 26
9. Beberapa produk olahan jahe yang telah dikembangkan di Indonesia 38
10. Penampakan tepung ekstrak jahe pada berbagai metode pengeringan 45
11. Persentase kadar air dalam tepung ekstrak jahe pada berbagai
metode pengeringan ........................................................................ 46
12. Persentase rendemen dalam tepung ekstrak jahe pada berbagai
metode pengeringan........................................................................... 47
13. Persentase estimasi kehilangan dalam tepung ekstrak jahe pada
berbagai metode pengeringan ......................................................... 48
14. Persentase kelarutan dalam tepung ekstrak jahe pada berbagai
metode pengeringan ........................................................................ 49
15. Persentase kadar gingerol sebagai senyawa aktif dalam tepung
ekstrak jahe pada berbagai metode pengeringan…………………… 49
16. Modus penerimaan terhadap tepung ekstrak jahe pada berbagai
metode pengeringan ........................................................................ 50
17. Persentase penerimaan terhadap tepung ekstrak jahe pada
berbagai metode pengeringan ........................................................ 51
18. Penampakan tablet isap jahe pada berbagai formulasi . ................... 52
19. Kekerasan tablet isap jahe pada berbagai formula .......................... 53
20. Waktu larut tablet isap jahe pada berbagai formula .......................... 54
21. Derajat keasaman (pH) tablet isap jahe pada berbagai formula….. 55
22. Sebaran modus penilaian panelis terhadap mutu tablet isap jahe .... 56
23. Sebaran persentase penilaian panelis terhadap mutu tablet isap jahe 57
24. Sebaran modus penerimaan ibu hamil terhadap tablet isap jahe ..... 58
25. Sebaran persentase penerimaan ibu hamil terhadap tablet isap jahe 59
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman1 Kuesioner profil ibu hamil .................................................................... 68
2 Metode analisis karakteristik fisik tepung ekstrak jahe......................... 72
3 Kuesioner uji organoleptik tepung ekstrak jahe………………………… 74
4 Kuesioner uji organoleptik tablet isap jahe .......................................... 75
5 Kuesioner uji organoleptik dan penerimaan tablet isap jahe…………. 77
6 Sebaran ibu hamil menurut frekuensi konsumsi pangan …………. 79
7 Hasil analisis karakteristik fisik tepung ekstrak jahe pada berbagai
pengeringan ........................................................................................ 80
8 Hasil analisis mutu fisik tablet isap jahe pada berbagai formula .......... 81
9 Hasil sidik ragam karakteristik fisik tepung ekstrak jahe pada berbagai
pengeringan ........................................................................................ 82
10 Hasil sidik ragam mutu fisik tablet isap pada berbagai formula ........... 83
11 Perhitungan kontribusi kandungan gingerol per tablet………………… 84
12 Estimasi harga tablet isap jahe…………………………………………… 85
13 Kromatogram analisis kadar gingerol .................................................. 86
PENDAHULUAN
Latar BelakangKondisi kesehatan ibu hamil di Indonesia saat ini masih belum seperti
yang diharapkan dibandingkan dengan keadaan di negara-negara Asia Tenggara
lainnya. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyatakan,
angka kematian ibu hamil dan melahirkan di Indonesia merupakan yang tertinggi
di Asia Tenggara. Beberapa wilayah di Indonesia yang angka kematiannya
masih tinggi (±400 orang) antara lain Jawa Barat, Nusa Tenggara Barat, dan
Nusa Tenggara Timur. Angka kematian ibu hamil dapat ditekan dengan
mencegah berbagai risiko kesakitan dan kematian yang berhubungan dengan
kehamilan dan persalinan sejak awal masa kehamilan.
Beberapa masalah rawan kesehatan pada ibu hamil terjadi di awal masa
kehamilan. Mual dan muntah merupakan gangguan yang umum terjadi di
trimester pertama masa kehamilan namun tidak tertutup kemungkinan gejala
tersebut akan tetap dialami oleh ibu hamil pada trimester berikutnya. Mual dan
muntah kehamilan dapat menurunkan kemampuan dan stamina ibu hamil dalam
porsi besar. Menurut Smith et al. (2004), sebanyak 25% ibu hamil yang
mengalami masalah mual dan muntah memerlukan waktu untuk beristirahat dari
pekerjaannya.
Mual dan muntah yang terus menerus dan berlebihan dapat menjadi
berbahaya apabila tidak segera dilakukan penanganan. Tubuh ibu hamil akan
kekurangan protein dan energi sehingga kebutuhan kalori ibu hamil akan tidak
tercukupi. Ibu hamil juga terancam kekurangan gizi jika ia sudah tidak dapat
menelan makanan dan tidak dapat minum sehingga diperlukan infus cairan dan
makanan. Menurut Nadesul (2005), mual dan muntah yang hebat juga banyak
dipengaruhi oleh unsur kejiwaan sehingga perasaan ibu harus ditenangkan.
Perawatan di rumah sakit disarankan untuk dilakukan agar tidak terjadi Bayi
Berat Lahir Rendah (BBLR) dan kurang gizi pada bayi.
Sebab mual dan muntah pada kehamilan masih belum diketahui dengan
pasti oleh para ahli namun kerap dihubungkan dengan beragam faktor seperti
perubahan hormonal selama kehamilan serta pengaruh psikologis. Penggunaan
obat untuk mengatasi gangguan mual dan muntah masih terbatas. Produk-
produk alami seperti jahe, rasberry merah, dan umbi liar telah disarankan di
Amerika sebagai alternatif penanggulangan. Ibu hamil juga menggunakan
pertolongan medis dan melakukan berbagai macam strategi untuk meredakan
gejala mual dan muntah yang mereka hadapi (Vutyavanich et al. 2001). Mual dan
muntah kehamilan relatif akan berkurang seiring dengan bertambahnya usia
kehamilan.
Spesialis kebidanan dan kandungan, dr. Boy Abidin, SpOG., menyatakan
ada beberapa langkah yang dapat dilakukan ibu hamil untuk meringankan gejala
mual dan muntah kehamilan agar tidak sampai mengganggu proses kehamilan
dan pertumbuhan janin, salah satunya adalah mengonsumsi jahe (Anonim 2008).
Konsumsi jahe untuk mengatasi mual dan muntah sebenarnya sudah lama
menjadi tradisi di beberapa negara. Walaupun beberapa sumber dari pusat
informasi pengobatan di Amerika pada awalnya menyatakan bahwa jahe,
sebagai obat antiemetik dan ayurvedik dari Cina, memiliki pengaruh kontradiktif
selama masa kehamilan, namun penelitian lanjutan yang dilakukan di beberapa
negara membuktikan bahwa jahe efektif dan tidak membawa efek buruk bagi ibu
hamil dan bayinya (Kimura et al. 2005). Penelitian ini dilakukan berdasarkan
berbagai keterangan dan hasil observasi terdahulu sebagai upaya aplikatif untuk
menindaklanjuti manfaat jahe sebagai pereda gejala mual dan muntah kehamilan
dengan mengolah jahe ke dalam bentuk produk yang dapat dikonsumsi secara
aman oleh ibu hamil.
Tujuan PenelitianTujuan Umum :
Membuat suplemen untuk meminimalisasi terjadinya mual dan muntah
pada ibu hamil dengan memanfaatkan kandungan gingerol di dalam jahe
sebagai pencegah mual dan muntah sehingga membantu terpenuhinya
kebutuhan gizi ibu hamil sejak awal.
Tujuan Khusus :
1. Mempelajari besar sebaran terjadinya mual dan muntah ibu hamil
pada masa kehamilan
2. Mempelajari karakteristik, perilaku dan kebiasaan makan, riwayat
kesehatan, status gizi, dan tingkat konsumsi zat gizi pada ibu hamil
3. Mempelajari seberapa baik jahe dikenal di masyarakat sebagai
pereda mual dan muntah kehamilan serta pilihan bentuk produk
pereda mual bagi ibu hamil
4. Mempelajari ragam produk olahan jahe yang sudah dikembangkan
5. Membuat produk pereda mual dan muntah terbuat dari jahe yang
aman dikonsumsi oleh ibu hamil dengan gejala mual dan muntah
dalam bentuk tablet
6. Mengidentifikasi pengaruh perbedaan metode pengeringan terhadap
karakteristik fisik dan kimia tepung ekstrak jahe (kadar air, kelarutan,
kandungan senyawa gingerol, rendemen, estimasi kehilangan selama
pengeringan, dan aspek-aspek hedonik) serta menyeleksi tepung
ekstrak jahe dengan kualitas paling baik
7. Mengidentifikasi pengaruh perbedaan formula terhadap mutu fisik
(kekerasan, pH, waktu larut) tablet isap jahe dan mengetahui mutu
hedonik tablet isap jahe yang dihasilkan
8. Menganalisis kontribusi gingerol dan biaya produksi per tablet
9. Mempelajari daya terima ibu hamil terhadap tablet isap jahe sebagai
pereda mual dan muntah kehamilan
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi positif untuk
meningkatkan peran masyarakat terutama yang berkecimpung di bidang gizi dan
kesehatan agar terpacu dan lebih peka terhadap masalah gizi dan kesehatan di
Indonesia. Kemudahan akses informasi terhadap penemuan-penemuan baru di
bidang penelitian dan pengembangan gizi diharapkan dapat lebih dimanfaatkan
serta diterapkan secara nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi pemerintah dan para pengusaha di bidang industri pangan dan obat-
obatan, penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk membuat produk
bagi ibu hamil, khususnya yang menderita mual dan muntah, sebagai langkah
preventif penanggulangan masalah kekurangan gizi sejak dini di Indonesia.
Diharapkan agar lembaga atau instansi terkait juga lebih tanggap terhadap
penggunaan bahan baku yang mengandalkan sumberdaya lokal sehingga sektor
ekonomi di Indonesia dapat lebih ditingkatkan pula.
TINJAUAN PUSTAKA
Kondisi Kesehatan dan Gizi Ibu Hamil Hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 1999
menunjukan terjadinya peningkatan Angka Kematian Ibu (AKI). Tahun 1997
terdapat 318 orang jumlah ibu meninggal per 100.000 kelahiran hidup. AKI
meningkat pada tahun 1999 menjadi 380 orang ibu meninggal per 100.000
kelahiran hidup. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)
tahun 2001, terdapat 377 orang ibu meninggal per 100.000 kelahiran hidup
(Departemen Kesehatan 2005). Kematian ibu hamil disebabkan oleh beberapa
faktor seperti faktor sosial, faktor budaya, faktor ekonomi, maupun faktor
kesehatan (Rahman 2003).
Status gizi ibu sebelum dan selama hamil dapat mempengaruhi
pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Bila gtatus gizi ibu normal pada
masa sebelum dan selama hamil kemungkinan besar akan melahirkan bayi
yang sehat, cukup bulan, dengan berat badan normal sehingga kualitas bayi
yang dilahirkan sangat tergantung pada keadaan gizi ibu sebelum dan selama
hamil (Lubis 2003).
Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme energi karena
kebutuhan energi dan zat gizi lainnya meningkat selama kehamilan. Peningkatan
energi dan zat gizi tersebut diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan
janin, pertambahan besarnya organ kandungan, perubahan komposisi, dan
metabolisme tubuh ibu. Kekurangan zat gizi tertentu yang diperlukan saat hamil
dapat menyebabkan janin tumbuh tidak sempurna. Bagi ibu hamil, pada
dasarnya, semua zat gizi memerlukan tambahan terutama pada intake energi
protein dan beberapa mineral seperti zat besi dan kalsium (Lubis 2003).
Kebutuhan energi untuk kehamilan yang normal perlu tambahan kira-kira
80.000 kalori selama masa kurang lebih 280 hari. Hal ini berarti perlu tambahan
ekstra sebanyak kurang lebih 300 kalori setiap hari selama hamil (Nasution
1988 dalam Lubis 2003). Kebutuhan energi pada trimester I meningkat secara
minimal. Kemudian sepanjang trimester II dan III kebutuhan energi terus
meningkat sampai akhir kehamilan. Energi tambahan selama trimester II
diperlukan untuk pemekaran jaringan ibu seperti penambahan volume darah,
pertumbuhan uterus dan payudara, serta penumpukan lemak. Energi tambahan
digunakan untuk pertumbuhan janin dan plasenta selama trimester III
(Hardinsyah & Martianto 1992).
Kehamilan selalu berhubungan dengan perubahan fisiologis yang
berakibat peningkatan volume cairan dan sel darah merah serta penurunan
konsentrasi protein pengikat nutrisi dalam sirkulasi darah, begitu juga dengan
penurunan nutrisi mikro. Perubahan ini, di kebanyakan negara berkembang,
dapat diperburuk oleh kekurangan nutrisi dalam kehamilan yang berdampak
pada defisiensi nutrisi mikro seperti anemia yang dapat berakibat fatal pada ibu
hamil dan bayi baru lahir (Parra et al. 2005 dalam Andotopo & Arifin 2006).
Menurut Lubis (2003), keterbatasan nutrisi kehamilan (maternal) pada saat
terjadinya proses pembuahan janin dapat berakibat pada kelahiran prematur dan
efek negatif jangka panjang pada kesehatan janin. Sekitar 40 % wanita yang
melahirkan prematur disebabkan oleh faktor yang tak diketahui (idiopatik).
Gizi yang Dibutuhkan Ibu Hamil Menurut Gizi dalam Angka, masih banyak anggota masyarakat yang
mengabaikan pentingnya masa kehamilan meskipun kehamilan sudah
merupakan bagian dari daur hidup kehidupan pada wanita. Kehamilan
membutuhkan tambahan asupan pangan karena adanya peningkatan kebutuhan
zat-zat gizi (Departemen Kesehatan 2005). Beberapa zat gizi yang penting dan
sangat dibutuhkan selama masa kehamilan antara lain:
Energi
Energi merupakan salah satu hasil metabolisme karbohidrat, protein dan
lemak. Kebutuhan energi selama ibu hamil adalah untuk membentuk atau
membangun jaringan baru (fetus, plasenta, uterus, cairan amniotik, payudara),
peningkatan volume darah, dan menyuplai jaringan baru. Pangan yang kaya
akan sumber energi adalah pangan sumber lemak (lemak atau minyak, buah
berlemak, dan biji berminyak), pangan sumber karbohidrat (beras, jagung, oat,
serealia), dan pangan sumber protein (daging, ikan, telur susu dan aneka produk
turunannnya) (Departemen Kesehatan 2005).
Vitamin A
Adanya pertumbuhan janin, berarti terjadi peningkatan pertumbuhan dan
pembelahan sel dalam tubuh ibu. Vitamin A dalam bentuk retionic acid mengatur
pertumbuhan dan pembelahan sel dalam jaringan. Namun, ibu tidak dianjurkan
untuk mengkonsumsi suplementasi vitamin A selama hamil karena dosis tinggi
vitamin A akan memberikan efek teratogenik (keracunan). Mengkonsumsi buah-
buahan, daging, unggas, ikan, telur, sayuran berdaun hijau, akar dan umbi-
umbian sehari-hari, akan membantu ibu memenuhi kebutuhan vitamin A
(Departemen Kesehatan 2005).
Zat Besi Kekurangan zat besi akan menghambat pembentukan hemoglobin yang
berakibat pada terhambatnya pembentukan sel darah merah. Ibu hamil dan ibu
menyusui merupakan kelompok yang beresiko tinggi terhadap anemia yang
disebabkan oleh kekurangan zat besi. Hal ini tidak terlepas dari banyaknya darah
yang dikeluarkan selama masa persalinan. Sumber pangan yang banyak
mengandung zat besi adalah nabati kedelai, kacang-kacangan, sayuran daun
hijau, dan rumput laut (Departemen Kesehatan 2005).
KalsiumKalsium dibutuhkan untuk membantu pertumbuhan tulang, gigi, jantung
yang sehat, syaraf dan otot. Kekurangan kalsium akan menyebabkan
pertumbuhan tulang dan gigi jadi terhambat. Sumber pangan yang banyak
mengandung kalsium adalah susu, sayuran hijau, kacang-kacangan, biji-bijian,
dan ikan (Departemen Kesehatan 2005).
Kebiasaan Makan dan Perilaku Konsumsi Pangan Ibu Hamil Perilaku terhadap gizi dan makanan merupakan respon seseorang
terhadap makanan yang meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan atau
praktek seseorang terhadap makanan. Kebiasaan makan merupakan pola
perilaku konsumsi pangan yang diperoleh dari pola praktek yang dilakukan
berulang-ulang. Tindakan manusia terhadap makan dan makanan yang
dipengaruhi oleh pengetahuan dan perasaan serta persepsi tentang hal tersebut.
Cara-cara individu dan kelompok individu memilih, mengonsumsi, dan
menggunakan makanan yang tersedia didasarkan pada faktor-faktor sosial
budaya di mana manusia tersebut hidup (Guthe & Mead 1979 dalam Suhardjo
1989).
Kebutuhan energi dan zat gizi selama kehamilan meningkat sebagai
akibat proses anabolik di dalam tubuh ibu hamil. Peningkatan kebutuhan ini
digunakan untuk pembentukan sel-sel dan jaringan-jaringan baru, serta untuk
memenuhi energi pertumbuhan dan aktivitasnya bagi ibu maupun energi
pertumbuhan untuk janin yang dikandungnya (Hardinsyah & Martianto 1992).
Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi pangan dan gizi
yang kurang selama masa kehamilan berdampak buruk pada bayi yang
dilahirkan maupun bagi ibu. Bayi yang kurang mendapat suplai zat gizi dari ibu
seringkali mengalami kelahiran prematur, lahir dengan berat badan rendah, atau
lahir dalam keadaan meninggal. Bayi yang mengalami kurang gizi selama di
kandungan, pada umumnya, mengalami hambatan pertumbuhan setelah
kelahiran meskipun bayi lahir selamat. Hambatan pertumbuhan tersebut
khususnya pertumbuhan volume otak yang erat kaitannya dengan kecerdasan
anak. Anak yang mengalami keadaan demikian biasanya mempunyai tingkat
kecerdasan dan perkembangan mental yang rendah, terjadi pula kelambatan
dalam sosialisasi dan kepekaan terhadap rangsangan. Akibat yang sering
membahayakan ibu sendiri adalah terjadinya pendarahan selama melahirkan
(Hardinsyah & Martianto 1992).
Konsumsi pangan sebelum kehamilan dan selama masa kehamilan
berpengaruh terhadap kesehatan ibu hamil. Ibu hamil yang cukup konsumsi
pangan dan gizi sebelum hamil, pada umumnya, kurang mengalami masalah
yang berarti selama kehamilan. Konsumsi pangan dan gizi yang mencukupi
kebutuhan serta diiringi dengan latihan fisik ringan memberi dampak yang baik
pada ibu hamil (Hardinsyah & Martianto 1992).
Tabel 1 Persyaratan mutu Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2005 ibu hamilNo Syarat Mutu Satuan AKG 2005 Hamil (Tambahan)
Trimester I Trimester II Trimester III123456789
101112131415161718
EnergiProteinVitamin AVitamin B1Vitamin B2Vitamin B3Vitamin B6Vitamin B9Vitamin B12Vitamin CKalsiumBesiSengMagnesiumManganIodiumSeleniumFluor
Kkalg
mcg/REmgmgmgmgmcgmcgmgmgmgmgmgmgmcgmcgmg
+100+17+300+0.3+0.3+4
+0.4+200+0.2+10+150+0
+1.1+30+0.2+50+5
+0.2
+100+17+300+0.3+0.3+4
+0.4+200+0.2+10+150+6
+4.2+30+0.2+50+5
+0.2
+100+17+300+0.3+0.3+4
+0.4+200+0.2+10+150+13+9.0+30+0.2+50+5
+0.2
Mual dan Muntah selama Kehamilan Gejala mual dan muntah banyak dialami oleh hampir semua wanita hamil.
Delapan puluh persen wanita hamil mengalami gejala mual dan muntah pada
bulan-bulan pertama kehamilan. Ditemukan dari penelitian yang dilakukan di
Cornell University, Amerika Serikat, bahwa gejala morning sickness atau mual
dan muntah pada awal kehamilan ini mencapai puncaknya pada minggu ke-6
hingga ke-18 dari masa kehamilan. Morning sickness lebih sering terjadi pada
kehamilan pertama, pada wanita muda, dan kehamilan bayi kembar (Anonim
2007).
Mual dan muntah terjadi karena adanya pengaruh dari peningkatan kadar
hormon HCG (Human Chorionic Gonadotropin) dan estrogen. Kedua hormon ini
diproduksi oleh plasenta dan janin, yang menyebabkan perut kosong lebih lama.
Hal ini mengakibatkan terjadinya gejala mual dan muntah. Teori lainnya adalah
karena pengaruh hormon progesteron yang dominan selama masa kehamilan.
Hormon ini berperan dalam "melembutkan" otot-otot tubuh, terutama di bagian
rahim, untuk mencegah kelahiran prematur. Progesteron juga
mengistirahatkankan kerja saluran pencernaan sehingga proses pengosongan
perut berjalan lebih lambat, dan mengakibatkan meningkatnya asam lambung
penyebab munculnya mual (Anonim 2007).
Berat ringannya gejala mual dan muntah kehamilan berbeda-beda pada
setiap wanita. Ada yang hanya berupa mual-mual biasa, ada juga yang sampai
muntah-muntah berat sampai tak bisa melakukan apa pun. Gejala mual dan
muntah yang parah dikenal dengan istilah hyperemesis gravidarum atau mual
dan muntah terjadi dengan intensitas yang sangat sering dan cukup parah. Batas
yang jelas antara mual dan muntah yang fisiologis dengan hiperemesis
gravidarum tidak ada namun apabila keadaan umum penderita terpengaruh,
maka dapat dianggap sebagai hiperemesis gravidarum (Lestari 2005).
Beberapa teori menekankan penyebab mual dan muntah pada ibu hamil
adalah ketidakseimbangan hormonal selama kehamilan, kekurangan vitamin B,
hipertiroid, hiperasiditas lambung, infeksi H. pylori, gangguan metabolisme
karbohidrat, meningkatnya sensitivitas terhadap bau selama kehamilan, dan lain
sebagainya. Faktor psikologis juga memegang peranan penting pada penyakit ini
antara lain takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung
jawab sebagai ibu, pertentangan dengan suami atau mertua, kesulitan
sosioekonomi, dan lainnya. Faktor ini dapat menyebabkan beban mental yang
dapat memperberat mual dan muntah. Beberapa penelitian juga melaporkan
bahwa ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko mual dan muntah
pada ibu hamil yaitu hamil pada usia muda, obesitas, hamil pertama kalinya,
kehamilan kembar, hamil anggur (mola hidatidosa), dan pernah mengalami mual
dan muntah berat sebelumnya (Lestari 2005).
Faktor psikis dapat memicu dan memperburuk muntah. Berat badan
penderita menurun dan terjadi dehidrasi. Dehidrasi dapat menyebabkan
perubahan kadar elektrolit di dalam darah sehingga darah menjadi terlalu asam.
Muntah yang terus terjadi akan dapat menyebabkan kerusakan hati. Komplikasi
lainnya adalah perdarahan pada retina yang disebabkan oleh meningkatnya
tekanan darah ketika penderita muntah. Penderita dirawat dan mendapatkan
cairan, glukosa, elektrolit, serta vitamin melalui infus. Penderita berpuasa selama
24 jam. Dapat pula diberikan obat anti-mual dan obat penenang. Jika dehidrasi
telah berhasil diatasi, penderita dapat mulai memakan makanan lunak dalam
porsi kecil. Biasanya muntah berhenti dalam beberapa hari. Jika gejala kembali
kambuh maka pengobatan akan diulang kembali (Kaem 2006).
Jahe (Zingiber officinale)Jahe merupakan akar-akaran segar atau kering dari Zingiber officinale.
Ahli botani Inggris William Roscoe (1753-1831) mempopularkan nama Zingiber
officinale pada tahun 1807. Keluarga jahe merupakan kelompok tanaman tropis,
terutama yang berasal dari Indonesia dan Malaysia. Terdiri atas lebih dari 1200
spesies tanaman dalam 53 genera. Genus Zingiber terdiri dari 85 spesies
tanaman obat aromatik yang berasal dari Asia Timur dan Australia tropis. Nama
genus tersebut diturunkan dari kata Sanskrit yang menunjukkan “bentuk tanduk,”
yang menerangkan tonjolan keluar pada bagian rimpang. Tanaman jahe tumbuh
tegak selama bertahun-tahun dengan ketinggian 1-3 kaki. Cabangnya dikelilingi
pelepah sebagai tempat tinggal daun-daunan bertingkat dua. Kayunya
menyerupai paku kekuningan dengan bunga-bunga bertepi ungu yang menjadi
penguat di bagian bawahnya yang berwarna kuning kehijauan, namun, jahe
jarang berbunga dalam pembudidayaan (Foster 2000 dalam Aminah 2004).
Jahe merupakan tanaman jenis rimpang yang sejak dulu digunakan
manusia sebagai bahan rempah dan obat-obatan. Cabang dari rimpang jahe,
biasanya berbentuk jari manusia dan memiliki bau harum, karena memiliki
kandungan minyak atsiri. Kandungan ilmiah lain yang dimiliki jahe adalah
gingerol, minyak terbang, dan limonene. Tanaman ini juga mengandung zat aktif
shogaol dan gingerol yang berfungsi untuk membangkitkan energi. Bahkan, para
ahli menyebutnya sebagai jenis tanaman antioksidan terkuat sedunia (Anonim
2007). Rasa dominan pedas pada jahe disebabkan senyawa keton bernama
zingeron. Aroma jahe disebabkan oleh minyak atsiri sedangkan kandungan
oleoresinnya menyebabkan rasa pedas (Koswara 1995). Klasifikasi tanaman
jahe adalah sebagai berikut:
Dunia : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae
Subkelas : Monocotyledoneae
Ordo : Musales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Zingiber
Species : Zingiber officinale
Gambar 1. Jahe
Kandungan Gizi Jahe
Komponen yang terkandung dalam jahe antara lain adalah air 80.9%,
protein 2.3%, lemak 0.9%, mineral 1-2%, serat 2-4%, dan karbohidrat 12.3%.
Kandungan kimia tersebut berbeda-beda tergantung dari faktor genetik dan
faktor lingkungan tumbuh yang meliputi iklim, ketinggian, cuaca, jenis tanah,
pemupukan, dan pengolahan pasca panen. Menurut Young et al. (2003) dalam
Amalia (2004), rimpang jahe mengandung dua bagian utama yaitu minyak volatil
yang membawa aroma dan gingerol sebagai pembawa rasa pedas. Jahe
mengandung 1-2% minyak volatil, 5-8% bahan damar, zat tepung, dan getah.
Friedli (2002) dalam Aminah (2004) menjelaskan kandungan jahe meliputi
minyak volatil, oleoresin (gingerol, shogaol, zingeron), fenol, enzim proteolitik,
vitamin B6, vitamin C, kalsium, magnesium, fosfor, natrium, dan asam linolenik.
Menurut Ketaren dan Djatmiko (1980) dalam Khairani (2002), jahe kering
mengandung oleoresin yang terdiri dari gingerol, zingiberol, shogaol, dan
zingeberen sekitar 0,5-5,3%. Sedangkan menurut Burkill (1953) dalam Khairani
(2002), kandungan oleoresin dalam jahe segar 0,4-3,1%, tergantung umur panen
dan tumbuhnya. Semakin tua umur umbi akar jahe semakin besar kandungan
oleoresinnya. Terdapat persenyawaan kimia gingerol 1,1-2,2% yang memberikan
rasa pedas dan zingiberol sekitar 0,04% di dalam oleoresin (Whiteley et al. 1951
dalam Khairani 2002).
Menurut Rukmana (2000), minyak atsiri pada jahe menimbukan aroma
khas, sedangkan cita rasa jahe yang pedas dan agak pahit dipengaruhi oleh
oleoresin yang merupakan komponen jahe. Komposisi kimia jahe dapat dilihat
pada Tabel 3.
Tabel 2 Komposisi kimia jahe per 100 gram (berat basah)
Komponen JumlahJahe segar Jahe kering
Energi (KJ)Protein (g)Karbohidrat (g)Lemak (g)Kalsium (mg)Fosfor (mg)Besi (mg)Vitamin A (SI)Vitamin C (mg)Serat kasar (g)Total abu (g)
184,01,51,0
10,121394,3304
7,533,7
1424,09,16,070,811614812147
-5,94,7
Sumber : Koswara (1995)
Manfaat JaheBerdasarkan sejumlah penelitian, jahe memiliki manfaat antara lain untuk
merangsang pelepasan hormon adrenalin dan memperlebar pembuluh darah
sehingga darah mengalir lebih cepat dan lancar. Hal tersebut mengakibatkan
tekanan darah menjadi turun. Jahe mengandung dua enzim pencernaan yang
penting. Pertama, protease yang berfungsi memecah protein. Kedua, lipase yang
berfungsi memecah lemak. Kedua enzim ini membantu tubuh mencerna dan
menyerap makanan. Jahe sekurangnya mengandung 19 komponen bioaktif yang
berguna bagi tubuh. Komponen yang paling utama adalah gingerol yang bersifat
antikoagulan, yaitu mencegah penggumpalan darah. Gingerol diperkirakan juga
membantu menurunkan kadar kolesterol. Jahe dapat menghambat serotonin
sebagai senyawa kimia pembawa pesan yang menyebabkan perut berkontraksi
dan menimbulkan rasa mual (Sahelian 2007 dalam Amalia 2004).
Menurut Schuler (1990) dalam Aminah (2004), jahe mempunyai beberapa
manfaat yaitu sebagai antioksidan dan antikanker. Jahe adalah salah satu bahan
pangan yang mengandung senyawa fenol yang berperan sebagai antioksidan.
Jahe juga termasuk jenis bahan pangan yang berpotensi dalam pencegah
kanker karena terbukti memiliki aktivitas antioksidan dan antikanker
(antikarsinogenik) yang tinggi.
Menurut Megawati (2007), Dr.Francesca Borelli dan kawan-kawan dari
University of Naples Frederico mengulas beberapa literatur medis untuk
mempelajari jahe, mereka menemukan enam penelitian yang menguji jahe pada
wanita hamil. Dikemukakan, jahe berfungsi lebih baik dibandingkan plasebo atau
vitamin B6 dan dianggap aman untuk wanita hamil. Jahe, dalam beberapa
penelitian, dapat mengatasi mual, muntah, bahkan hiperemesis gravidarum.
Mengonsumsi jahe dapat merangsang pengeluaran air liur dan memperlancar
cairan pencernaan.
Jahe dan Kehamilan Jahe efektif untuk mengurangi derita mual dan muntah selama hamil.
Penggunaan jahe untuk mengatasi mual dan muntah tidak akan meningkatkan
risiko negatif pada janin. Beberapa penelitian yang dipublikasikan dua puluh
tahun terakhir menerangkan klaim tradisional dalam penggunaan jahe sebagai
anti muntah dan agen anti pembawa penyakit (Sripramote et al. 2006).
Jahe, dalam dosis sedikitnya 1 gram, efektif mencegah mual dan muntah
yang sering menimpa pasien setelah menjalani operasi. Jahe telah digunakan
sebagai obat tradisional di Cina untuk menghilangkan mual, muntah, dan gejala
lambung dan usus lainnya. Beberapa penelitian dalam sepuluh tahun ini telah
mengevaluasi efek jahe dalam mencegah mual dan muntah setelah operasi.
Dibandingkan plasebo, jahe mengurangi risiko mual dan muntah dalam 24 jam
setelah operasi sebanyak 31%. Persentase harapan pasien meningkat sampai
35% dalam mengatasi mual dan muntah. Satu-satunya efek yang terlihat dari
pemberian jahe tersebut adalah ketidaknyamanan di bagian perut (Sripramote et
al. 2006).
Rasmussan et al. (1991) dalam Kimura et al. (2005), dengan
menggunakan percobaan double-blind randomized cross-over, menemukan
bahwa 1 gram jahe per hari efektif dalam mengurangi gejala mual dan muntah
kehamilan dan tidak terlihat memiliki efek samping atau efek yang buruk
terhadap kehamilan. Smith et al. (2004) dalam penelitiannya menyatakan
konsumsi tepung jahe dalam dosis 1 gram per hari selama 4 hari terbukti lebih
baik dibanding plasebo dalam mengurangi dan mengatasi gejala mual dan
muntah dari tingkat rendah sampai tingkat tinggi.
Keating dan Chez (2003) dalam Kimura et al. (2005), menggunakan sirup
jahe dalam air untuk mempelajari efek perbaikan jahe pada rasa mual di awal
kehamilan. Penelitian double-blind tersebut menunjukkan perbaikan positif terjadi
pada 77% kasus yang diujikan. Kemudian disimpulkan bahwa 1 gram jahe dalam
bentuk sirup per hari bermanfaat bagi pasien pada beberapa kasus mual dan
muntah selama trimester pertama kehamilan. Vutyavanich et al. (2001)
menyimpulkan pada beberapa penelitian double-blind lainnya bahwa jahe
bekerja efektif untuk mengatasi gejala mual dan muntah yang timbul selama
masa kehamilan tanpa efek buruk yang menyertai. Fulder dan Tenne (1996)
dalam Kimura et al. (2005), melaporkan bahwa jahe direkomendasikan sebagai
obat alternatif untuk menangani kehamilan yang berhubungan dengan mual dan
muntah di banyak negara bagian barat.
GingerolInti jahe yang disebut gingerol merupakan molekul radikal bebas yang
kuat dan dapat beraksi sebagai antioksidan. Gingerol menurunkan produk
oksidatif dalam saluran pencernaan yang menyebabkan munculnya rasa mual.
Gingerol juga dapat menyebabkan pembuluh darah membesar yang biasanya
ditandai dengan efek hangat dan menghambat penerimaan serotonin di dalam
lambung yang memicu terjadinya rasa mual. Dikenal beberapa jenis jahe, tapi
yang dianggap berkhasiat sebagai obat adalah jahe merah, karena kandungan
minyak atsiri pada jahe merah lebih banyak (Megawati 2007).
Gambar 2. Struktur senyawa gingerol
Produk Olahan Jahe di Indonesia
Tanaman jahe telah lama dikenal dan tumbuh baik di Indonesia. Jahe
merupakan salah satu rempah-rempah penting. Rimpangnya sangat luas
dipakai, antara lain sebagai bumbu masak serta pemberi aroma dan rasa pada
makanan seperti roti, kue, biskuit, kembang gula dan berbagai minuman. Jahe
juga digunakan dalam industri obat, minyak wangi dan jamu tradisional. Jahe
muda dimakan sebagai lalaban, juga diolah menjadi asinan dan acar. Jahe dapat
memberi efek rasa panas dalam perut sehingga juga digunakan sebagai bahan
minuman seperti bandrek, sekoteng dan sirup (Koswara 1995).
Terdapat produk hasil olahan jahe yang dikenal di masyarakat, di
antaranya bandrek, sekoteng, wedang jahe, ronde atau STMJ (susu, telur, madu,
jahe). Minuman ini selain cocok untuk mengatasi keluhan mual juga memberikan
rasa hangat dan menyegarkan karena jahe bersifat memperlancar aliran darah
sehingga vitalitas meningkat dan orang merasa lebih sehat. Jahe di India
biasanya dikonsumsi dalam bentuk teh (Koswara 1995).
Tablet Isap Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa-cetak berbentuk rata
atau cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis obat atau lebih
dengan atau tanpa zat tambahan, digunakan baik untuk tujuan pengobatan lokal
maupun sistemik (Anief 2007). Tablet isap (troches dan lozenges) biasanya
dibuat dengan menggabungkan obat/ bahan aktif seperti antibiotik, antiseptik,
analgesik, atau bahkan vitamin yang diinginkan, dalam suatu bahan dasar
kembang gula yang keras dan beraroma menarik. Troches dan lozenges
merupakan bentuk dari tablet yang dimaksudkan untuk pemakaian rongga mulut.
Tablet isap dirancang agar tidak mengalami kehancuran dalam mulut, tetapi larut
atau terkikis secara perlahan-lahan dalam jangka waktu kurang dari 30 menit
(Lachman, Lieberman & Kanig 1994).
Lozenges adalah bentuk sediaan obat atau bahan aktif yang memunyai
cita rasa serta ditujukan untuk diisap dan bertahan dalam rongga mulut atau
tenggorokan (Museum of The Royal Pharmaceutical Society of Great Britain
2008) Dua bentuk utama lozenges adalah pemen kembang gula keras dan tablet
kempa.
Persyaratan mutu fisik tablet isap berbeda dengan tablet yang biasa,
perbedaan tersebut diantaranya adalah kekerasan lebih tinggi (>10 mg) dan
melarut perlahan dalam mulut (sekitar 5-10 menit). Namun, kekerasan dari tablet
isap bukan merupakan persyaratan mutlak. Kekerasan tablet isap dipersyaratkan
lebih tinggi dari tablet yang lain dengan harapan bahwa waktu melarutnya akan
lebih lama. Oleh karena itu, selama waktu melarut masih memenuhi persyaratan
(>5 menit) maka tablet isap diharapkan menghasilkan efek terapi yang memadai
(Sugiartono 2003).
Bahan Penyusun Tablet Isap
Bahan-bahan utama yang biasa digunakan dalam pembuatan tablet isap
adalah bahan dasar tablet (pengisi dan gula), pengikat, pencitarasa, pewarna,
pelumas atau pelincir, dan bahan aktif yang diinginkan (Peters 1989 dalam
Fardinatri 2007). Tablet tertentu mungkin memerlukan suatu pemacu aliran.
Sedangkan yang lainnya mungkin memerlukan zat pewarna, zat perasa, dan zat
pemanis pada tablet kunyah (Lachman, Lieberman & Kanig 1994).
Maltodekstrin terbuat dari hidrolisis pati dengan asam atau enzim.
Kelompok polimer utama yang menyusun maltodekstrin seperti halnya pati
adalah amilosa dan amilo pektin, sedangkan lipid, protein, fosfor, abu, dan air
merupakan komponen penyusun lain dalam jumlah kecil. Maltodekstrin
mempunyai Dekstrose Equivalent (DE) kurang dari 20. Semakin tinggi nilai DE
maka produk akan semakin manis. Maltodekstrin digunakan pada produk yang
berbentuk cair untuk memberi mouthfeel pada produk pengisi pada saat
pengeringan dan sebagai bahan pengental (Luallen 2002 dalam Fardinatri 2007).
Sukralosa merupakan pemanis dengan tingkat kemanisan sangat tinggi,
mencapai 600 kali dibanding sukrosa. Sukralosa, dengan tingkat kemanisan
yang begitu besar, tidak memberikan kontribusi energi tambahan pada produk
yang mempergunakannya. Berdasarkan lebih dari 100 penelitian pada hewan
dan manusia, Food and Drugs Association (FDA) menyimpulkan bahwa
sukralosa tidak bersifat karsinogenik dan tidak menyebabkan gangguan
reproduksi maupun risiko neurologik. Salah satu keunggulan sukralosa adalah
tahan panas sehingga tingkat kemanisan yang diperoleh tidak menurun. Selain
itu, karena tingkat kemanisannya yang sangat tinggi, jumlah sukralosa yang
diperlukan untuk mencapai tingkat kemanisan yang diinginkan sangat sedikit
(Anonim 2008).
Sukralosa tidak digunakan sebagai sumber energi oleh tubuh karena
tidak terurai sebagaimana halnya dengan sukrosa. Sukralosa tidak dapat dicerna
dan langsung dikeluarkan oleh tubuh tanpa perubahan. Hal tersebut
menempatkan sukralosa dalam golongan Generally Recognized as Safe (GRAS)
sehingga aman dikonsumsi wanita hamil dan menyusui serta anak-anak segala
usia. Sukralosa teruji tidak menyebabkan karies gigi, perubahan genetik, cacat
bawaan, dan kanker. Sukralosa tidak pula berpengaruh terhadap perubahan
genetik, metabolisme karbohidrat, reproduksi pria dan wanita, serta terhadap
sistem kekebalan. Joint FAO/WHO Expert Committee on Food Additives
(JECFA) menyatakan sukralosa merupakan bahan tambahan pangan yang aman
untuk dikonsumsi manusia dengan ADI sebanyak 10 sampai dengan 15 mg/ kg
berat badan. Corporate Affairs Commission (CAC) mengatur maksimum
penggunaan sukralosa pada berbagai produk pangan berkisar antara 120
sampai dengan 5.000 mg/ kg produk (Badan Standardisasi Nasional 2000).
Sorbitol merupakan isomer optik dari mannitol. Sorbitol bersifat
higroskopis (menyerap air) pada kelembaban lebih dari 65% dan memiliki kalori
(2,5 Kal/ gram) dan kemanisan (0,6 kali) yang relatif kurang dibandingkan
dengan gula (sukrosa) (Lachman, Lieberman & Kanig 1994). Sorbitol merupakan
gula alkohol yang dikenal dapat termetabolisme secara lambat di dalam tubuh.
Sorbitol merupakan gula pengganti yang sering digunakan dalam makanan diet
dan bebas gula. Sorbitol terdapat secara alami pada banyak buah-buahan.
Sorbitol juga direferensikan sebagai pemanis karena memberi energi makanan
2,6 Kal/ gram dengan rata-rata 4 Kal gula dan tepung (Anonim 2008).
Sorbitol cocok digunakan dalam tablet isap yang terkikis di mulut secara
lambat. Sorbitol juga memberikan rasa dingin pada mulut, memilki tekstur licin,
dan memiliki kualitas kompresi yang baik. Selain itu, sorbitol tidak bersifat
kariogenik pada gigi dan tidak bereaksi dengan bahan aktif dalam tablet (Peters
1989 dalam Fardinatri 2007).
Aerosil merupakan bahan yang berfungsi sebagai pelincir sekaligus
adsorban pada pembuatan tablet. Pelincir berfungsi untuk melancarkan masuk
dan keluarnya bahan pada die (tempat cetakan tablet) sehingga banyak bahan
yang masuk seragam serta berat tablet cetakan pertama dan selanjutnya tetap
sama. Sebagai adsorban, aerosil dapat mengikat dan mempertahankan bahan
yang agak basah tanpa membuat tablet menjadi basah. Adsorban biasanya
ditambahkan pada bahan aktif yang basah atau berminyak (seperti vitamin E)
sebelum dicampurkan pada bahan lainnya (Peck, Baley, McCurdy & Banker
1989 dalam Fardinatri 2007).
Magnesium stearat mudah terbakar langsung dengan bahan-bahan yang
terbuat dari minyak. Merupakan bubuk sabun putih dengan pH basa. Magnesium
stearat diperoleh dari asam stearit yang banyak diturunkan dari sumber tanaman
(Morgan 2008). Magnesium stearat digunakan sebagai pencegah lengket antara
tablet dengan peralatan yang digunakan di pabrik-pabrik dalam bidang teknologi
farmasi selama proses pengempaan (Anonim 2008). Magnesium stearat
berperan sebagai pelumas dalam pembuatan tablet. Penggunaannya dianjurkan
untuk mengurangi gesekan antara dinding tablet dengan dinding die pada saat
tablet ditekan keluar. (Lachman, Lieberman & Kanig 1994).
Sodium benzoat merupakan bahan pengawet makanan yang tersebar
luas dan umumnya digunakan di bawah 0.1% pada berbagai makanan.
Pembatasan sodium benzoat pada makanan bukan dikarenakan toksisitasnya
namun pada level penggunaan lebih tinggi dari 0.1% akan meninggalkan
aftertaste yang tidak enak pada makanan (Anonim 2008).
Benzoat bekerja secara optimal pada kisaran pH 2.5-4.0 pada makanan
yang asam atau diasamkan. Sodium benzoat efektif digunakan untuk mencegah
kontaminasi khamir dan bakteri. Menurut FDA, sodium benzoat aman
(UDA/GRAS) dan dapat digunakan sampai 0.2% atau 0.3% dalam bahan
makanan karena mekanisme detoksifikasi benzoat dalam tubuh. Syarat
ketetapan tersebut terdapat juga di dalam UU no.235/Menkes/Per/VI/1979. Rasa
sweetish atau astringent yang tertinggal dapat diatasi dengan mengurangi
penggunaannya atau mengombinasikannya dengan kalium sorbat atau ester dari
asam parahidroksibenzoat (Fardiaz et al. 1988).
Asam sitrat dengan rumus molekul C6H8O7 adalah asam trikarboksilat
berbentuk kristal atau serbuk putih. Asam sitrat merupakan asam organik kuat
yang memiliki sifat-sifat kimia antara lain mudah larut dalam air, kelarutannya
dalam alkohol sedang, dan sedikit larut dalam eter (Branen, Davidson &
Salminen 1990). Asam sitrat banyak digunakan pada makanan sebagai asidulan
atau zat pengasam. Asidulan dapat bertindak sebagai penegas rasa dan warna
atau menyelubungi after taste yang tidak disukai. Sifat asam senyawa ini dapat
mencegah pertumbuhan mikroba dan bertindak sebagai bahan pengawet.
Derajat keasaman rendah pada buffer yang dihasilkannya mempermudah proses
pengolahan. Salah satu tujuan utama penambahan asam pada makanan adalah
untuk memberikan rasa asam karena asam dapat mengintensifkan penerimaan
rasa-rasa lain. Unsur yang menyebabkan rasa asam adalah ion H+ atau ion H3O+
(Winarno 1997). Asam sitrat digunakan dalam industri makanan karena
kelarutannya yang tinggi, memberi rasa asam yang enak, dan tidak bersifat
racun.
Metode Ekstraksi Ekstraksi adalah pemindahan selektif suatu senyawa dari bentuk cair fase
air ke bentuk cair lainnya (fase organik) atau dari bentuk padat ke bentuk cair.
Prosesnya disebut ekstruksi cairan. Ekstraksi cairan dapat berupa cairan dan
padatan cair. Prinsip dari suatu metode ekstraksi adalah pemisahan suatu
komponen tersebut. Efektivitas suatu ekstraksi dipengaruhi oleh ukuran partikel,
tekstur bahan, dan pelarut yang digunakan (Wikandari 1994).
Metode PengeringanPengeringan merupakan penghilangan kelembaban pada bahan
makanan. Tujuan utama pengeringan adalah untuk memelihara produk selama
penyimpanan dengan mengurangi uap air sehingga mikroorganisme tidak mudah
tumbuh dan mempertahankan kualitas dan nilai gizi. Pengeringan juga
mengurangi volume produk sehingga distribusi dan penyimpanan produk mudah
dilakukan (Hariyadi 2006). Beberapa jenis pengering di industri pangan antara
lain:
Spray Dryer (Pengering Semprot)Pengeringan semprot secara luas digunakan pada produksi pengenziman
skala besar karena biayanya yang lebih rendah (Yamato & Sano 1992 dalam
Pilosof & Terebiznik 2000). Pengeringan produk makanan cair sering dilakukan
dengan menggunakan pengering jenis ini. Terjadi perpindahan kelembaban dari
produk cair setelah cairan diatomisasi atau disemprot ke dalam udara panas oleh
kamar-kamar pengering. Jenis pengatomisasi adalah aspek penting karena
digunakan untuk menilai energi yang diperoleh dari penyemprotan, ukuran dan
distribusi tetesan yang terdapat pada area pemindah panas, tingkat pengeringan,
kecepatan dan jalur tetesan, serta jenis ukuran produk akhir (pemercik hidrolik
dan pemercik putar) (Hariyadi 2006).
Tekanan pengatom digunakan untuk menghasilkan tetesan dengan
menekan cairan melalui lubang kecil (0.4-4 mm). Tingkat alir maksimal adalah 1
liter/ jam dengan kisaran tekanan antara 300-4000 psig. Alat ini jarang digunakan
pada bahan makanan dengan konsentrasi tinggi. Umumnya digunakan pada
produk susu, krim, kopi, teh, sari buah, telur, dan hasil ekstrak. Diameter sebaran
tetesan dan konsistensi lapisan rongga produk yang dikeringkan akan
menyempit. Biaya operasional lebih rendah dengan menggunakan pemercik
putar (Hariyadi 2006).
Vacuum Dryer (Pengering Vakum)
Dehidrator jenis ini menggunakan vakum untuk mempertahankan tekanan
uap paling rendah dalam ruang di sekeliling produk. Penurunan tekanan juga
menurunkan suhu kelembaban produk sehingga penguapan kelembaban produk
akan meningkat dan menghasilkan perbaikan dalam kualitas produk. Uap
dipindah dan didifusikan terhadap peningkatan kelembaban dengan vakum.
Peralatan yang digunakan digambarkan sebagai rak-rak yang bekerja memutar,
berbentuk kerucut, dan beku (Hariyadi 2006).
Beberapa jenis enzim diketahui menginaktivasi secara sebagian atau
keseluruhan selama proses pengeringan sehingga pengeringan vakum
merupakan metode yang baik untuk melindungi enzim-enzim tersebut dari
degradasi atau oksidasi termal. Umumnya, pengering beroperasi pada kisaran
temperatur 10-500C pada daerah kontak langsung (Strumillo et al. 1991 dalam
Pilosof & Terebiznik 2000).
Freeze Dryer (Pengering Beku)
Pengeringan beku biasanya digunakan untuk mengeringkan enzim-enzim
yang bersifat labil terhadap suhu dalam jumlah sedikit (Yamato & Sano 1992
dalam Pilosof & Terebiznik 2000). Terjadi penurunan suhu produk sehingga
sebagian besar kelembaban produk berada dalam level padatan dan
menurunkan tekanan sekeliling produk dengan sublimasi es yang didapatkan.
Pengering beku memegang peranan penting untuk digunakan pada berbagai
jenis makanan, terutama pada produk dengan hasil kualitas yang diterima
dengan baik oleh konsumen. Umumnya digunakan pada produk sari buah,
sayuran, buah-buahan, udang, kopi, dan flakes (Hariyadi 2006).
Pengeringan beku secara industri memiliki 20 m3 daerah berbuku-buku.
Kamar pengeringan dihubungkan dengan kondensor es silinder yang terpisah
melalui klep tertutup. Sistem pendingin termasuk kompresor pendingin air dan
seri penukar panas terhadap pendinginan atau pemanasan sirkulasi air asin.
Kamar pengering bagian depan dapat disegel ke dalam dinding pada area yang
bersih (Hariyadi 2006).
Metode Kromatografi Thin Layer Chromatography (TLC) Metode kromatografi adalah metode pemisahan suatu komponen, di
mana komponen yakan dipisahkan dan didistribusikan di antara dua fase yaitu
fase diam dan fase bergerak. Fase bergerak berupa gas atau cairan, sedangkan
fase diam berupa padatan atau cairan (Meloan 1999). Berdasarkan prinsip
pemisahannya, kromatografi dibedakan menjadi 4 yaitu kromatografi partisi,
kromatografi adsorbansi, kromatografi penukar, dan kromatografi eksklusi.
Kromatografi cair meliputi metode kromatografi sederhana dan metode
kromatografi modern. Metode kromatografi modern terdiri atas metode HPLC
(High Pressure Liquid Chrometography) dan metode TLC (Thin-Layer
Chromatography) (Tissue 1996). Thin-Layer Chromatography (TLC) adalah
teknik kromatografi yang berguna untuk memisahkan komponen organik yang
terpisah. TLC sering digunakan untuk mengamati reaksi organik yang terjadi dan
untuk mengetahui kemurnian produk karena kepraktisan dan kecepatannya.
TLC terdiri atas fase diam yang terhenti pada media plastik dan pelarut.
Jumlah contoh dapat diidentifikasi dengan standar yang simultan. Media
ditempatkan dalam wadah pelarut dan pelarut bergerak ke atas secara kapiler.
Saat pelarut di depan mencapai tepi lain dari fase diam, media tersebut
berpindah dari wadah pelarut. Titik-titik terpisah divisualisasikan dengan cahaya
ultraviolet atau dengan menempatkannya pada media dalam iodin yang
menguap. Perbedaan komponen campuran bergerak ke atas dengan tingkat
berbeda karena perbedaaan reaksi partikel antara fase cair bergerak dan fase
diam (Tissue 1996).
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2008 sampai Juli 2008.
Pengambilan contoh ibu hamil dilakukan di Desa Babakan, Kecamatan
Dramaga. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive karena letak yang mudah
dijangkau sehingga memudahkan akses antara lokasi pembuatan produk dengan
tempat tinggal ibu hamil. Pembuatan produk yang meliputi pembuatan ekstrak
jahe, pembuatan tepung ekstak jahe, pembuatan tablet isap jahe, sampai proses
analisis dilakukan di Laboratorium Percobaan Makanan dan Laboratorium
Analisis Zat Gizi, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia
(FEMA), Institut Pertanian Bogor; Pilot Plant Southeast Asian Food and
Agricultural Science and Technology (SEAFAST) Center, Institut Pertanian
Bogor; Laboratorium Balai Penelitian Tanaman Tropis, Bogor; serta Laboratorium
Lembaga Tenaga Farmasi TNI AL (LAFIAL), Jakarta. Penilaian organoleptik
tepung ekstrak jahe dan tablet isap jahe dilakukan di Laboratorium Organoleptik,
Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia (FEMA), Institut
Pertanian Bogor. Sedangkan, penilaian organoleptik dan uji penerimaan produk
dilakukan di Puskesmas dan rumah ibu hamil yang menjadi contoh.
Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Contoh yang digunakan sebagai profil untuk mengetahui penerimaan
produk adalah ibu hamil. Jumlah ibu hamil di Desa Babakan adalah 42 orang.
Kriteria pemilihan contoh antara lain: 1) tinggal di Desa Babakan, 2) dapat
berkomunikasi dengan baik, dan 3) bersedia dijadikan contoh. Jumlah ibu hamil
yang terpilih sebagai contoh utama dalam penelitian ini adalah 20 orang dengan
usia kehamilan antara 12-30 minggu. Sedangkan, untuk uji daya terima produk
dipilih 20 orang ibu hamil yang terdiri atas 2 contoh utama yang tersisa (drop out
karena melahirkan dan pindah rumah) dan 18 orang ibu hamil lain di Desa
Darmaga sebagai pengganti contoh utama yang drop out. Data ibu hamil
diperoleh dari Puskesmas serta rekapitulasi data kader Posyandu Desa
Babakan.
Panelis semi terlatih yang dipilih berjumlah 25 orang. Panelis semi terlatih
ini dipilih untuk melakukan penilaian organoleptik terhadap tepung ekstrak jahe.
Kriteria pemilihan panelis antara lain: 1) merupakan mahasiswa Institut Pertanian
Bogor (IPB), 2) memahami cara melakukan penilaian organoleptik atau pernah
melakukan penilaian organoleptik sebelumnya, dan 3) bersedia menjadi panelis.
Panelis terlatih yang dipilih berjumlah 20 orang. Panelis terlatih ini dipilih
untuk melakukan penilaian mutu organoleptik terhadap tablet isap jahe. Kriteria
pemilihan panelis antara lain: 1) merupakan mahasiswa Institut Pertanian Bogor
(IPB), 2) pernah mendapatkan pendidikan dan pelatihan khusus mengenai
penilaian organoleptik atau berpengalaman dalam melakukan penilaian
organoleptik, dan 3) bersedia menjadi panelis.
Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data yang digunakan adalah data primer. Data primer tersebut meliputi
data ibu hamil serta data pembuatan dan analisis produk. Data ibu hamil
diperoleh melalui wawancara secara langsung menggunakan kuesioner dengan
kombinasi pertanyaan terbuka dan tertutup. Data ibu hamil tersebut meliputi
karakteristik ibu hamil, status gizi ibu hamil, riwayat kehamilan dan penyakit ibu
hamil, kebiasaan makan ibu hamil, frekuensi konsumsi pangan ibu hamil, recall
konsumsi pangan ibu hamil 1x24 jam, riwayat mual dan muntah kehamilan
(MMK), serta pengetahuan tentang jahe.
Data status gizi ibu hamil dilakukan dengan pengukuran Lingkar Lengan
Atas (LILA). Wanita Usia Subur (WUS) dikatakan menderita Kekurangan Energi
Kronis (KEK) jika ukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) kurang dari 23.5 cm dan
akan berisiko melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Data riwayat
kehamilan meliputi riwayat keguguran, aborsi, melahirkan bayi dengan berat
kurang dari 2500 gram, melahirkan bayi kurang dari 37 minggu, melahirkan bayi
mati, melahirkan bayi sungsang, melahirkan secara ceasar, dan persalinan
normal. Data riwayat penyakit ibu hamil meliputi penyakit anemia, jantung,
hipertensi, diabetes, typus, diare, batuk, influenza, dan lain-lain. Data kebiasaan
makan meliputi frekuensi makan makanan utama dalam sehari, frekuensi makan
makanan selingan dalam sehari, makanan pantangan selama hamil, dan
makanan yang menyebabkan alergi.
Data MMK meliputi frekuensi MMK selama hamil, tingkat keparahan
MMK, jenis makanan yang dikonsumsi selama MMK, jangka waktu terjadinya
MMK, frekuensi kehamilan dengan MMK terparah, pemeriksaan diri terhadap
gangguan MMK, sebab MMK, dan konsumsi obat MMK. Sedangkan data
pengetahuan tentang jahe meliputi pendapat apabila jahe diberikan pada saat
kehamilan, pilihan produk MMK yang dikehendaki, pendapat apabila jahe diolah
sebagai produk pereda MMK, dan kesediaan ibu untuk mencoba produk pereda
MMK yang terbuat dari jahe.
Data pembuatan produk meliputi data pembuatan, analisis, dan penilaian
organoleptik tepung ekstrak jahe; data pembuatan, analisis, dan penilaian mutu
organoleptik tablet isap jahe; serta data penilaian organoleptik dan uji
penerimaan tablet isap jahe oleh ibu hamil. Data analisis tepung ekstrak jahe
meliputi analisis karakteristik fisik dan kimia tepung ekstrak jahe. Karakteristik
fisik meliputi kadar air, rendemen, estimasi kehilangan selama pengeringan, dan
kelarutan, sedangkan karakteristik kimia meliputi kandungan senyawa gingerol.
Data penilaian organoleptik tepung ekstrak jahe oleh panelis semi terlatih
meliputi parameter rasa jahe, rasa pedas, aroma, tekstur, warna, dan
penampakan keseluruhan. Skala penilaian adalah 1-6 yang meliputi kategori
sangat suka, suka, agak suka, agak tidak suka, tidak suka, dan sangat tidak
suka.
Data analisis tablet isap jahe meliputi analisis mutu fisik tablet yang terdiri
dari kekerasan, waktu larut, dan derajat keasaman (pH). Data penilaian mutu
organoleptik tablet isap jahe oleh panelis terlatih meliputi parameter rasa manis,
rasa flavor, rasa pedas, rasa jahe, rasa keseluruhan, aroma jahe, aroma flavor,
aroma keseluruhan, mouthfeel, tekstur saat isap, dan warna. Masing-masing
parameter tersebut diuji mutu organoleptiknya karena memegang peranan
penting terhadap kesan pertama konsumen terhadap produk dan lebih lanjut
berpengaruh terhadap penerimaan konsumen terhadap produk. Skala penilaian
adalah 1-9 yang meliputi kategori amat sangat suka, sangat suka, suka, agak
suka, biasa, agak tidak suka, tidak suka, sangat tidak suka, dan amat sangat
tidak suka.
Data penilaian organoleptik tablet isap jahe oleh ibu hamil meliputi
parameter rasa jahe, rasa manis, rasa pedas, rasa keseluruhan, aroma jahe,
aroma keseluruhan, warna, tekstur isap, dan penampakan keseluruhan. Skala
penilaian adalah 1-6 yang meliputi kategori sangat suka, suka, agak suka, agak
tidak suka, tidak suka, dan sangat tidak suka. Seluruh skala dalam penilaian
organoleptik dan mutu organoleptik diubah menjadi skala numerik dengan angka
menaik berdasarkan tingkat kesukaan.
Data penerimaan tablet isap jahe oleh ibu hamil meliputi pertanyaan
tentang pendapat ibu hamil tentang produk tablet isap yang terbuat dari jahe
untuk mengatasi MMK, tanggapan ibu hamil setelah mencoba produk, aspek-
aspek produk yang disukai, aspek-aspek produk yang tidak disukai, dan
kemungkinan ibu hamil membeli produk apabila produk beredar di pasaran.
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan adalah jahe merah segar sebagai bahan
baku utama, maltodekstrin sebagai bahan pengisi, aerosil sebagai adsorban,
sukralosa dan sorbitol bubuk sebagai pemanis, magnesium stearat dan talk
sebagai pelincir dan pelicin, sodium benzoat sebagai pengawet, asam sitrat, dan
flavour bubuk rasa teh hijau. Jahe merah diperoleh dari Pasar Bogor;
maltodekstrin diperoleh dari Toko Kimia Setia Guna, Bogor; aerosil, magnesium
stearat dan talk diperoleh dari Toko Kimia Bratachem, Bogor; sukralosa diperoleh
dari PT Halim Sakti Pratama, Jakarta; green tea powder diperoleh dari Takasago
Internasional Singapore, Jakarta; sorbitol bubuk diperoleh dari PT Kimia Farma,
Jakarta; dan sodium benzoat diperoleh dari LAFIAL, Jakarta.
Alat-alat yang digunakan antara lain spray dryer, vacuum dryer, dan
freeze dryer dari Pilot Plant SEAFAST Center, IPB. Alat analisis antara lain
neraca analitik, oven, penetrometer, cawan porselen, stopwatch, termometer,
dan erlenmeyer diperoleh dari Laboratorium Kimia dan Analisis Pangan
Departemen Gizi Masyarakat, IPB. Sedangkan alat pengempa diperoleh dari
LAFIAL, Jakarta.
Gambar 3. Spray dryer Gambar 4. Vacuum dryer
Gambar 5. Freeze dryer
Tahapan Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap yang disajikan melalui
skema di bawah ini :
Pengambilan data ibu hamil
Pembuatan tepung ekstrak jahe
Uji karakteristik fisik dan kandungan senyawa kimia (gingerol)
Pemilihan tepung ekstrak jahe terbaik
Pembuatan tablet isap jahe
Analisis mutu fisik dan organoleptik
Uji kesukaan dan daya terima tablet isap oleh ibu hamilGambar 6. Skema tahapan penelitian
Pembuatan Produk
Pembuatan Tepung Ekstrak Jahe Tahapan ini dimaksudkan untuk memperoleh tepung ekstrak jahe terbaik
dari 3 jenis pengeringan yang dilakukan dengan menganalisis karakteristik fisik
dan penilaian organoleptis penelis. Pemilihan jahe merah sebagai bahan baku
zat aktif dilakukan dengan pertimbangan kandungan oleoresinnya yang tinggi.
Semakin banyak kandungan oleoresin dalam bahan tersebut, semakin
memungkinkan diperoleh gingerol dalam jumlah yang lebih besar pula.
Pemilihan prosedur ekstraksi dengan campuran air menggunakan
blender dilakukan atas pertimbangan harga, keamanan, efektivitas, dan
kepraktisan dalam proses pengekstrakan. Berdasarkan hasil penelitian
Wikandari (1994), metode ekstraksi jahe segar dengan cara refluk menggunakan
soxhlet dan penghancuran dengan blender memberikan hasil yang relatif sama,
hanya waktu ekstraksi dengan metode penghancuran menggunakan blender
jauh lebih singkat dan sederhana. Jumlah senyawa gingerol optimal diperoleh
dengan kecepatan maksimum (skala 7) dalam waktu 7.5 menit dengan
perbandingan pelarut dan jahe adalah 20:1.
Menurut Schubert (1981) dalam Wikandari (1994), metode blender
menghasilkan partikel yang lebih halus daripada soxhlet. Luas permukaan
terhadap volume menjadi lebih luas dan mempunyai daya kapilaritas yang lebih
besar dari pelarut. Menurut Wikandari (1994), pelarut juga lebih mudah dan lebih
banyak berdifusi ke dalam partikel-partikel jahe sehingga proses ekstraksi
berjalan lebih singkat. Pengaruh perputaran rotor akan memperkuat dan
mempercepat kontak antara pelarut dengan partikel-partikel jahe dan
mempercepat kontak antara pelarut dengan patikel-partikel bahan.
Pemilihan pengering dari jenis spray dryer, vacuum dryer, dan freeze
dryer dilakukan dengan pertimbangan ketiganya umum digunakan sebagai
pengering bahan pangan yang diambil ekstrak atau sarinya. Sebelum dilakukan
pengeringan, ditambahkan bahan pengisi maltodekstrin ke dalam ekstrak jahe
dan dihomogenisasi. Perbandingan ekstrak jahe dan bahan pengisi adalah 9:1.
Rimpang jahe segar dicuci dan dikupas
Jahe dipotong kecil-kecil dan diekstraksi bersama air dengan perbandingan 1:20menggunakan blender dengan skala 7 selama 7,5 menit
Ditambahkan bahan pengisi 10% dan dihomogenisasikan
Dikeringkan dengan 3 jenis pengering
Dianalisis karakteristik fisik dan kandungan senyawa gingerol
Dipilih tepung ekstrak jahe terbaikGambar 7. Prosedur pembuatan tepung ekstrak jahe (Wikandari 1994)
Pembuatan Tablet Isap Jahe
Tepung ekstrak jahe dengan karakteristik terbaik selanjutnya digunakan
dalam tablet isap. Metode pembuatan tablet isap merupakan trial and eror dari
metode kempa langsung dengan tahapan: penimbangan bahan, pencampuran,
pengocokan, dan pengempaan. Bahan yang digunakan adalah tepung ekstrak
jahe, bahan pengisi tablet yang berfungsi juga sebagai pengisi tablet dan
pemanis (sukralosa dan sorbitol bubuk), bahan anti lengket (magnesium stearat,
aerosil, dan bubuk talk), serta bahan pengawet (sodium benzoat) dan bahan
perasa (asam sitrat dan green tea powder).
Penimbangan bahan-bahan
Pencampuran dalam kantung plastik
Pengocokan dalam kantung plastik
Pengempaan dengan metode kempa langsung
Tablet isap jaheGambar 8. Prosedur pembuatan tablet isap jahe
Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data dilakukan mulai dari editing, coding, entry, cleaning, dan
selanjutnya dianalisis. Coding dilakukan dengan cara menyusun code-book
sebagai panduan entry dan pengolahan data. Entry dan cleaning data dilakukan
kemudian untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam memasukkan data.
Analisis data diolah dengan menggunakan program komputer Microsoft Excell
2003, Statistical Program for Social Sciences (SPSS) versi 11.5 for Windows,
dan Statistical Analysed System (SAS).
Data frekuensi konsumsi pangan melalui metode food frequency
questionnaire secara berturut-turut dikonversikan ke dalam satuan energi (Kal),
protein (g), zat besi (mg), kalsium (mg), dan vitamin A (RE), dengan
menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) 1994. Berdasarkan
Hardinsyah dan Briawan (1994), konversi dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
Kgij = (Bj/100) x Gij x BDDj/100)
Keterangan:
Kgij = kandungan zat gizi dalam bahan makanan j
Bj = berat makanan j yang dikonsumsi (g)
Gij = kandungan zat gizi dalam 100 gram BDD bahan makanan j
BDDj = bagian bahan makanan j yang dapat dimakan
Kecukupan zat gizi dihitung berdasarkan angka kecukupan zat gizi yang
dianjurkan menurut umur dan berat badan sehat. Tingkat konsumsi energi dan
protein dikategorikan menjadi cukup ( 70%) dan tidak cukup (<70%) (Azwar
2004). Sedangkan menurut Gibson (2005), tingkat kecukupan zat besi, kalsium,
dan vitamin A dikategorikan tidak cukup (<77%) dan cukup ( 77%).
Analisis dan uji yang digunakan dalam penelitian ini antara lain analisis
deskriptif dan analisis nonparametrik Kruskal Wallis dengan Rancangan Acak
Lengkap (RAL). Analisis deskriptif dilakukan untuk mengetahui gambaran umum
dan profil ibu hamil, kejadian MMK pada ibu hamil, pengetahuan ibu hamil
tentang jahe, dan pilihan produk pereda MMK untuk ibu hamil. Sedangkan
analisis Kruskal Wallis dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan yang
diteliti dalam pembuatan produk.
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua kali pengulangan dilakukan
terhadap perlakuan dalam dua tahap pembuatan produk yaitu pembuatan tepung
ekstrak jahe dan pembuatan tablet isap jahe. Perlakuan yang diberikan pada unit
percobaan pembuatan tepung ekstrak jahe adalah metode pengeringan ekstrak
jahe dengan 3 taraf yaitu menggunakan spray dryer, menggunakan vacum dryer,
dan menggunakan freeze dryer. Peubah yang diamati adalah karakteristik fisik
(kadar air, rendemen, estimasi kehilangan, kelarutan) dan kandungan senyawa
gingerol dari tepung ekstrak jahe. Model matematisnya (Sudjana 1995) adalah
sebagai berikut :
Yij = µ + Ai + ij
Keterangan :
Yij =Nilai pengamatan pengaruh taraf ke-i metode pengeringan ekstrak jahe
pada ulangan ke-j
µ = Nilai rata-rata pengamatan
Ai = Pengaruh metode pengeringan : ekstrak jahe pada taraf ke-i
ij =Galat percobaan karena pengaruh taraf ke-i dari metode pengeringan :
ekstrak jahe pada ulangan ke-j
i = Banyaknya taraf metode pengeringan : ekstrak jahe
j = Banyaknya ulangan (j = 2)
Rancangan percobaan yang digunakan dalam pembuatan tablet isap jahe
adalah RAL dengan dua kali ulangan (Sudjana 1995). Unit percobaan yang
diamati adalah formula tablet isap jahe terpilih. Perlakuan yang diberikan pada
unit percobaan adalah penambahan flavor yang terdiri dari tiga taraf yaitu
dengan penambahan asam sitrat (formula 1), dengan penambahan green tea
powder (formula 2) dan tanpa penambahan asam sitrat maupun green tea
powder (formula 3). Peubah yang diamati adalah mutu fisik (kekerasan, waktu
larut, pH) dari tablet isap jahe. Model matematisnya adalah sebagai berikut :
Yij = µ + Ai + ij
Keterangan :
Yij = Nilai pengamatan respon karena pengaruh taraf ke-i formula pada
ulangan ke-j
µ = Nilai rata-rata pengamatan
Ai = Pengaruh formula pada taraf ke-i
ij =Galat percobaan karena pengaruh taraf ke-i dari formulasi pada ulangan
ke-j
i = Banyaknya taraf formula
j = Banyaknya ulangan (j = 2)
Data hasil uji organoleptik dianalisis secara deskriptif dengan
menggunakan skor modus dan rata-rata persentase panelis yang dapat
menerima dari masing-masing taraf perlakuan. Jika perlakuan yang dianalisis
dengan uji nonparametrik Kruskal Wallis signifikan, maka dilakukan uji lanjut
multiple comparisson (Gaspersz 1994).
Tabel 3 Cara pengategorian dan analisis variabelNo Kelompok Data Variabel Kategori Pengukuran Analisis1. Karakteristik ibu
hamil1. Usia ibu hamil
2. Usia kehamilan3. Kehamilan ke-
1. Usia reproduksiaman dan sehat(20-35 tahun)
2. Usia reproduksiyang kurang amandan sehat (<20tahun atau >35tahun)
Deskriptif
2. Status gizi ibuhamil
Lingkar Lengan Atas(LILA)
1. Tidak KEK ( 23.5cm)
2. KEK (<23.5 cm)
Deskriptif
3. Riwayat kehamilan 1. Keguguran2. Melahirkan BBLR3. Melahirkan prematur4. Persalinan normal
Deskriptif
4. Riwayat penyakitibu hamil
1. Anemia2. Hipertensi3. Typus4. Diare5. Batuk6. Flu7. Mag8. Demam
Deskriptif
5. Kebiasaan makanibu hamil
1. Makanan utama2. Makanan selingan3. Makanan pantangan4. Alergi makanan
Deskriptif
6. Konsumsi pangan 1. Jumlah pangan
2. Jenis pangan3. Frekuensi pangan
Tingkat konsumsienergi dan protein:1. Cukup ( 70%)2. Tidak cukup (<70%)Tingkat konsumsikalsium, zat besi,dan vitamin A:1. Cukup ( 77%)2. Tidak cukup (<77%)
Deskriptif
Tabel 3 (Lanjutan)No Kelompok Data Variabel Kategori Pengukuran Analisis7. Riwayat mual dan
muntah kehamilan1. Frekuensi MMK2. Tingkat keparahan
MMK3. Makanan yang
dikonsumsi padasaat MMK
4. Jangka waktu terjadiMMK
5. Frekuensi kehamilandengan MMKterparah
6. Pemeriksaan diriterhadap MMK
7. Sebab MMK8. Konsumsi obat MMK
Deskriptif
8. Pengetahuantentang Jahe danpilihan produkMMK
1. Pemberian jahe saatkehamilan
2. Pilihan produk MMK3. Pengolahan jahe
sebagai produkpereda MMK
4. Kesediaan mencobaproduk pereda MMKdari jahe
Deskriptif
9. Karakteristik fisiktepung ekstrakjahe
1. Kadar air2. Rendemen3. Estimasi kehilangan4. Kelarutan
KruskalWallis
10. Karakteristik kimiatepung ekstrakjahe
Kandungan senyawagingerol
Deskriptif
11. Penilaianorganoleptiktepung ekstrakjahe
1. Rasa jahe2. Rasa pedas3. Aroma4. Tekstur5. Warna6. Keseluruhan
1. Kategori disukai(skor 4-6)
2. Kategori tidakdisukai (skor 1-3)
Deskriptif
12. Mutu fisik tabletisap jahe
1. Kekerasan
2. Waktu larut
3. Derajat keasaman(pH)
1. Memenuhiprasyaratkekerasan tabletisap ( 10 mg)
2. Belum memenuhiprasyaratkekerasan tabletisap (<10 mg)
1. Memenuhiprasyarat waktularut tablet isap
9-10 menit)2. Belum memenuhi
prasyarat waktularut tablet isap(<9-10 menit)
KruskalWallis
Tabel 3 (Lanjutan)No Kelompok Data Variabel Kategori Pengukuran Analisis13. Penilaian mutu
organoleptik tabletisap jahe
1. Rasa manis2. Rasa flavor3. Rasa pedas4. Rasa keseluruhan5. Aroma jahe6. Aroma flavor7. Aroma keseluruhan8. Mouthfeel9. Tekstur isap
10. Warna
1. Kategori bermutubaik (skor 5-9)
2. Kategori belumbermutu baik (skor1-4), untukparameter rasapedas, skor 8 dan9 juga termasukke dalam kategoribelum bermutubaik
Deskriptif
14. Penilaianorganoleptik tabletisap jahe
1. Rasa jahe2. Rasa manis3. Rasa pedas4. Rasa keseluruhan5. Aroma jahe6. Aroma keseluruhan7. Warna8. Tekstur isap9. Keseluruhan
1. Kategori diterima(skor 4-6)
2. Kategori belumditerima (skor 1-3)
Deskriptif
15. Penerimaanproduk tablet isapjahe
1. Produk tablet isapjahe untuk MMK
2. Tanggapan setelahmencoba
3. Aspek-aspek yangdisukai
4. Aspek-aspek yangtidak disukai
5. Kemungkinanmembeli produk
Deskriptif
HASIL DAN PEMBAHASAN
Profil Ibu HamilKarakteristik Ibu Hamil
Sebaran ibu hamil menurut karakteristik usia ibu hamil, usia kehamilan,
dan frekuensi kehamilan disajikan dalam Tabel 4 berikut.
Tabel 4 Sebaran ibu hamil menurut karakteristikKarakteristik Ibu
Hamiln %
Usia Ibu Hamil (tahun)<2020-35>35
1163
58015
Total 20 100Min-maks 18-37 tahunRata-rata±SD 28.7±5.6Usia Kehamilan (trimester)II (12-28 minggu)III (28-40 minggu)
191
955
Total 20 100Min-maks 12-30 mingguRata-rata±SD 20.5±5.5Kehamilan ke-12345
65531
302525155
Total 20 100
Usia ibu hamil dikategorikan menjadi tiga menurut sebarannya, yaitu
kurang dari 20 tahun, 20-35 tahun, dan lebih dari 35 tahun. Usia ibu hamil
berkaitan dengan perkembangan alat-alat reproduksinya. Usia reproduksi yang
sehat dan aman adalah umur 20-35 tahun. Kehamilan di usia kurang dari 20
tahun dan lebih dari 35 tahun dapat menyebabkan anemia. Kehamilan pada usia
kurang dari 20 tahun secara biologis belum optimal, emosinya cenderung labil,
mentalnya belum matang sehingga mudah mengalami keguncangan yang
mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi
selama kehamilannya. Sedangkan kehamilan pada usia lebih dari 35 tahun
terkait dengan kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta berbagai
penyakit (Mawaddah 2008).
Menurut hasil penelitian Papalia & Olds (1981), sebagian besar (86.4%)
usia ibu hamil yang diteliti berada pada rentang 20-35 tahun atau pada kategori
dewasa awal. Demikian pula hasil yang didapatkan di Desa Babakan, sebanyak
80% dari 20 ibu hamil yang dijadikan contoh berusia antara 20-35 tahun. Hal
tersebut berarti sebagian besar ibu hamil yang menjadi contoh berada pada usia
reproduksi yang aman dan sehat.
Menurut usia kehamilannya, contoh secara keseluruhan berada pada
usia kehamilan di atas tiga bulan pertama (trimester I). Sembilan puluh lima
persen contoh berada pada trimester kedua, sedangkan sisanya (5%) berada
pada trimester ketiga. Pembulatan rata-rata usia kehamilan adalah 29 minggu
dengan kisaran 12-30 minggu.
Dilihat dari frekuensi kehamilan, kisaran frekuensi kehamilan contoh
adalah antara 1-5 kali dengan persentase sebagai berikut: sebanyak 30% contoh
adalah ibu hamil pada kehamilan pertama, 25% untuk masing-masing contoh
pada kehamilan kedua dan ketiga, 15% contoh pada kehamilan keempat, dan
5% contoh pada kehamilan kelima. Seorang ibu yang sering melahirkan
mempunyai risiko mengalami anemia pada kehamilan berikutnya apabila tidak
memperhatikan kebutuhan gizi karena selama hamil zat-zat gizi akan terbagi
untuk ibu dan untuk janin yang dikandungnya (Mawaddah 2008). Hal ini diduga
karena banyaknya volume darah yang dikeluarkan pada saat persalinan
sehingga ibu hamil rentan mengalami kekurangan darah pada kehamilan
selanjutnya apabila ibu hamil kurang mengonsumsi makanan yang mengandung
zat besi untuk membantu produksi hemoglobin yang menghasilkan sel darah
merah. Menurut Darlina dan Hardinsyah (2003), frekuensi kehamilan 2 kali
merupakan faktor protektif terhadap kejadian anemia pada ibu hamil.
Riwayat Kehamilan dan PenyakitSebaran ibu hamil menurut riwayat kehamilan dan riwayat penyakit
disajikan pada Tabel 5 dan Tabel 6 berikut.
Tabel 5 Sebaran ibu hamil menurut riwayat kehamilanRiwayat kehamilan n %KeguguranMelahirkan BBLRMelahirkan prematurPersalinan normal
321
14
1510570
Menurut riwayat kehamilan, sebanyak 70% contoh mengalami persalinan
normal. Namun, masih terdapat pula contoh yang mengalami riwayat kehamilan
yang buruk seperti keguguran (15%), melahirkan BBLR (10%), dan prematur
(5%). Terjadinya riwayat kehamilan yang buruk tersebut dapat dipengaruhi oleh
berbagai faktor seperti kondisi kesehatan ibu hamil yang kurang menunjang,
pertumbuhan janin yang kurang baik selama hamil, masalah infeksi atau
imunitas, dan kurang fahamnya ibu hamil tentang cara merawat diri dan bayi
selama kehamilan. Menurut Lubis (2003), keterbatasan nutrisi kehamilan pada
saat terjadinya proses pembuahan janin juga dapat berakibat pada kelahiran
prematur dan mengakibatkan efek negatif jangka panjang pada kesehatan janin.
Tabel 6 Sebaran ibu hamil menurut riwayat penyakitJenis Penyakit n %AnemiaHipertensiTypusDiareBatukFluMagDemam
62223831
301010101540155
Menurut jenis penyakit yang diderita, baik 6 bulan sebelum hamil maupun
selama hamil, sebanyak 40% contoh menderita influenza dan 30% contoh
mengalami anemia. Sisa penyakit lainnya tersebar dalam kisaran persentase 5%
(demam), 10% (masing-masing hipertensi, typus, diare, dan demam), dan 15%
(masing-masing batuk dan mag). Ibu hamil yang memiliki banyak riwayat
penyakit cenderung memiliki sistem ketahanan tubuh yang lebih rentan
dibandingkan dengan ibu hamil dengan riwayat penyakit yang lebih sedikit.
Apabila tidak dilakukan pemeliharaan kesehatan oleh ibu hamil sejak dini dengan
penambahan konsumsi zat-zat gizi seimbang maka ibu hamil akan mengalami
defisiensi zat gizi sehingga rentan terhadap infeksi dan gangguan kesehatan
selama hamil.
Status Gizi Status gizi sebelum dan selama hamil sangat mempengaruhi
pertumbuhan janin dalam kandungan. Apabila status gizi ibu buruk sebelum dan
selama kehamilan maka akan menimbulkan beberapa akibat fatal bagi bayi
seperti BBLR, terhambatnya pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi baru
lahir, bayi baru lahir mudah terinfeksi, abortus, dan lain-lain (Lubis 2003).
Status gizi ibu hamil dapat diukur dengan menggunakan Lingkar Lengan
Atas (LILA) dengan keakuratan yang sama dengan pengukuran IMT ibu hamil.
Kejadian Kurang Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil dapat diketahui dengan
pengukuran LILA. Masalah KEK pada Wanita Usia Subur (WUS) sekitar 17.6%
pada tahun 2002 dan sekitar 11.7 juta WUS berisiko KEK (Azwar 2004). WUS
dikatakan menderita KEK jika ukuran LILA kurang dari 23.5 dan akan berisiko
melahirkan BBLR. Menurut Departemen Kesehatan (2000), WUS yang
menderita KEK pada saat hamil akan menghambat kebutuhan janin terhadap
akses zat gizi sehingga akan menimbulkan risiko BBLR. Ukuran LILA <23.5 cm
pada ibu hamil dapat menggambarkan kemungkinan kekurangan energi pada ibu
hamil, bukan hanya sebelum hamil, namun juga selama kehamilan (Wijianto &
Khomsan 2002). Hasil pengukuran LILA ibu hamil disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7 Sebaran ibu hamil berdasarkan LILAKejadian KEK n %
KEK (< 23.5 cm)Tidak KEK ( 23.5 cm)
614
3070
Total 20 100Rata-rata±SD 25.91±3.87
Dapat dilihat pada Tabel 6 bahwa terdapat 70% ibu hamil yang memiliki
LILA 23.5 cm. Hal ini berarti ibu hamil tersebut tidak mengalami KEK. Namun
demikian, masih terdapat 30% ibu hamil dengan LILA <23.5 cm yang berarti
menderita KEK.
Perilaku dan Kebiasaan Makan Kebiasaan makan merupakan pola perilaku konsumsi pangan yang
diperoleh dari pola praktek yang dilakukan berulang-ulang. Tindakan manusia
terhadap makan dan makanan dipengaruhi oleh pengetahuan dan perasaan
serta persepsi tentang hal tersebut. Cara-cara individu dan kelompok individu
memilih dan mengonsumsi makanan yang tersedia didasarkan pada faktor-faktor
sosial budaya di mana manusia tersebut hidup (Suhardjo 1989).
Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi pangan dan gizi
yang kurang selama masa kehamilan berdampak buruk pada bayi yang
dilahirkan maupun bagi ibu. Bayi yang kurang mendapat suplai zat gizi dari ibu
seringkali mengalami kelahiran prematur, lahir dalam keadaan BBLR, atau lahir
dalam keadaan meninggal.
Bayi yang mengalami kurang gizi selama di kandungan, pada umumnya,
mengalami hambatan pertumbuhan setelah kelahiran meskipun bayi lahir
selamat. Hambatan pertumbuhan tersebut khususnya pertumbuhan volume otak
yang erat kaitannya dengan kecerdasan anak. Anak yang mengalami keadaan
demikian biasanya mempunyai tingkat kecerdasan dan perkembangan mental
yang rendah, terjadi pula kelambatan dalam sosialisasi dan kepekaan terhadap
rangsangan. Akibat yang sering membahayakan ibu sendiri adalah terjadinya
pendarahan selama melahirkan (Hardinsyah & Martianto 1992).
Frekuensi Makan
Kebiasaan makan tiga kali sehari merupakan kebiasaan makan yang
cukup baik karena dengan frekuensi makan konsumsi yang semakin sering akan
memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan gizi yang lebih besar. Peluang untuk
mencukupi kebutuhan gizi akan lebih besar bila frekuensi makan tiga kali sehari.
Frekuensi makan dua kali sehari akan berdampak negatif bagi anggota
masyarakat yang tergolong rawan fisiologis (Widyaningsih 2007).
Selain makanan utama, makanan selingan dianjurkan pula untuk
dikonsumsi sebagai kudapan dan tambahan zat gizi. Menurut Siega (2001), ibu
hamil sebaiknya mengonsumsi makanan lengkap tiga kali dalam porsi kecil tetapi
sering dengan disertai dua kali atau lebih makanan selingan dalam sehari,
terutama pada trimester kedua. Makanan selingan umumnya disajikan sebanyak
dua kali, yaitu antara waktu makan pagi dan makan siang dan antara waktu
makan siang dan makan malam.
Tabel 8 Sebaran ibu hamil menurut frekuensi makan utama dan makan selinganFrekuensi Makanan utama (kali) Makanan selingan (kali)
n % n %1234
01163
0553015
6815
30405
25Total 20 100 20 100Rata-rata±SD 2.6±0.7 2.3±1.2
Berdasarkan Tabel 8, diperoleh hasil bahwa masih terdapat ibu hamil
yang mengonsumsi makanan utama kurang dari tiga kali. Lebih dari separuh
contoh yang diteliti (55%) mengonsumsi makanan utama hanya dua kali dalam
sehari. Sedangkan untuk jenis makanan selingan, hanya 30% contoh yang
mengonsumsi kudapan kurang dari dua kali. Sebaran ini mengindikasi bahwa
kemungkinan terjadinya defisiensi zat gizi pada ibu hamil masih cukup besar
mengingat kebutuhan konsumsi ibu hamil yang seharusnya lebih besar
dibandingkan masa sebelum hamil. Namun demikian, pembulatan rataan
frekuensi konsumsi makanan utama dan selingan masih cukup baik yaitu tiga kali
untuk makanan utama dan dua kali untuk makanan selingan.
Makanan Pantangan dan Alergi
Selama masa kehamilan, terdapat beberapa makanan yang menjadi
pantangan untuk dikonsumsi. Makanan tersebut umumnya menjadi pantangan
karena warisan leluhur yang dipercayai dapat mengakibatkan berbagai macam
risiko bagi ibu hamil maupun janin yang dikandungnya apabila dilanggar.
Makanan tersebut antara lain adalah nanas, tape, salak, durian, dan kopi. Alasan
yang dikemukakan oleh contoh antara lain adalah takut perut menjadi panas,
keguguran, atau sulit melahirkan. Sebagian besar contoh (80%) memiliki
makanan yang pantang dikonsumsi selama hamil. Sebaran ibu hamil menurut
makanan pantangan dan alergi disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9 Sebaran ibu hamil menurut makanan pantangan dan alergiKategori Makanan pantangan Alergi
n % n %YaTidak
164
8020
119
595
Total 20 100 20 100
Adanya mitos bahwa ibu hamil pantang mengonsumsi makanan tertentu
ini turut pula menyebabkan ibu kehilangan akses terhadap zat gizi dari makanan.
Hal ini tentu akan memperlemah kondisi ibu hamil. Memperhatikan
permasalahan yang dihadapi ibu hamil dan ibu menyusui serta dampak yang
mungkin terjadi pada ibu maupun pada janin serta bayi yang dilahirkan, upaya
penanganan perlu ditingkatkan dan diatasi melalui kerjasama barbagai pihak
pihak, terutama dalam memberikan penjelasan tentang perlunya zat gizi bagi ibu
hamil.
Makanan yang menimbulkan alergi selama hamil umumnya tidak terlalu
banyak. Ada sebagian dari makanan yang dikemukakan contoh memang
cenderung tidak dikonsumsi walaupun tidak dalam kondisi hamil karena alasan
tidak suka terhadap bentuk, rasa, maupun aroma makanan, serta menimbulkan
bercak-bercak merah, gatal-gatal pada kulit, dan rasa mual. Sebagian besar
contoh (95%) tidak memiliki alergi terhadap jenis makanan tertentu selama hamil.
Frekuensi Konsumsi PanganFrekuensi konsumsi pangan antara lain dapat diketahui dengan metode
food frequency questionnaire. Frekuensi makan selama kehamilan menjadi
komponen utama yang berhubungan dengan kelahiran (Siega 2001). Frekuensi
konsumsi pangan dikelompokkan menjadi empat kategori yaitu setiap hari ( 7
kali/minggu), sering (4-6 kali/minggu), jarang (1-3 kali/minggu), dan tidak pernah
(0 kali/minggu) (Widyaningsih 2007). Bahan pangan dikelompokkan atas bahan
pangan sumber karbohidrat, sumber protein hewani, sumber protein nabati,
sumber vitamin dan mineral (sayuran dan buah-buahan), dan selingan.
Makanan pokok yang dikonsumsi contoh adalah nasi, nasi uduk, nasi
goreng, bubur ayam, mie instan, dan roti. Nasi dikonsumsi oleh contoh secara
keseluruhan (100%) setiap hari. Nasi uduk (40%), bubur ayam (45%), nasi goring
(50%), mie instan (30%), roti (55%), dan singkong (35%) cenderung jarang
dikonsumsi oleh contoh selama hamil.
Sumber protein hewani yang dikonsumsi selama hamil antara lain adalah
daging ayam, ikan air tawar, ikan air laut, ikan asin, telur ayam negri, dan susu.
Makanan yang banyak dikonsumsi contoh setiap hari adalah susu (75%) dan
telur ayam negri (40%). Makanan yang jarang dikonsumsi contoh adalah daging
ayam (60%), ikan tawar (55%), ikan laut (60%), ikan asin (50%), dan telur ayam
negri (45%).
Sumber protein nabati yang dikonsumsi contoh antara lain adalah tempe,
tahu, kacang hijau, dan kacang tanah. Sumber nabati yang dikonsumsi setiap
hari adalah tempe (80%) dan tahu (40%). Makanan yang jarang dikonsumsi
contoh adalah kacang hijau (50%) dan kacang tanah (50%).
Sumber vitamin dan mineral dari jenis sayuran yang jarang dikonsumsi
contoh adalah bayam (70%), sawi (65%), sup (65%), kangkung (75%), tauge
(55%), (50%), labu siam (55%) dan mentimun (55%). Sumber vitamin dan
mineral dari jenis buah-buahan yang jarang dikonsumsi contoh adalah papaya
(45%), pisang (60%), jeruk (70%), apel (55%), dan rambutan (70%).
Jenis camilan yang setiap hari dikonsumsi contoh adalah teh manis
(60%) dan kerupuk (40%). Camilan yang dikonsumsi dalam frekuensi jarang oleh
contoh adalah bakso (55%), siomay (45%), bakwan (55%), tahu isi (45%), tempe
goreng (45%) dan biskuit (50%). Keterangan lebih lengkap dapat dilihat pada
Lampiran 6.
Tingkat Konsumsi Zat Gizi Kebutuhan energi dan zat gizi selama kehamilan meningkat sebagai
akibat proses anabolik di dalam tubuh ibu hamil. Peningkatan kebutuhan ini
digunakan untuk pembentukan sel-sel dan jaringan-jaringan baru, serta untuk
memenuhi energi pertumbuhan dan aktivitas bagi ibu maupun energi
pertumbuhan untuk janin yang dikandungnya (Hardinsyah & Martianto 1992).
Pangan yang kaya akan sumber energi adalah pangan sumber lemak (lemak
atau minyak, buah berlemak, dan biji berminyak), pangan sumber karbohidrat
(beras, jagung, oat, serealia), dan pangan sumber protein (daging, ikan, telur
susu dan aneka produk turunannnya) (Departemen Kesehatan 2005).
Tabel 10 Sebaran ibu hamil menurut tingkat konsumsi zat giziKategori Energi Protein Kalsium Besi Vitamin A
n % n % n % n % n %NormalDefisit
1010
5050
911
4555
515
2575
515
2575
812
4060
Total 20 100 20 100 20 100 20 100 20 100
Kebutuhan energi pada trimester pertama meningkat secara minimal.
Kebutuhan pada trimester kedua dan ketiga akan terus meningkat sampai akhir
kehamilan. Energi tambahan pada trimester kedua diperlukan untuk
pertambahan komponen dalam tubuh ibu seperti penambahan volume darah,
pertumbuhan uterus dan payudara, serta penumpukan lemak. Sedangkan,
energi tambahan pada trimester ketiga digunakan untuk pertumbuhan janin dan
plasenta (Arisman 2004). Dapat dilihat dari Tabel 10 bahwa tingkat konsumsi
energi pada separuh ibu hamil yang menjadi contoh adalah defisit.
Tingkat konsumsi protein pada lebih dari separuh (55%) ibu hamil yang
menjadi contoh adalah defisit. Hal ini cukup rawan mengingat ibu hamil
memerlukan protein lebih banyak dari biasanya, yaitu minimal 60 g per hari.
Hampir 70% protein dipakai untuk kebutuhan janin. Protein digunakan untuk
membuat ari-ari serta pembuatan cairan ketuban. Ari-ari berfungsi untuk
menunjang, memelihara, dan menyalurkan makanan bagi anak sedangkan
cairan ketuban sebagai tempat berlindung janin. Selain itu protein juga
digunakan untuk menambah jaringan tubuh ibu (Nadesul 2005).
Kalsium dibutuhkan untuk membantu pertumbuhan tulang, gigi, jantung
yang sehat, syaraf dan otot. Kekurangan kalsium akan menyebabkan
pertumbuhan tulang dan gigi jadi terhambat. Sumber pangan yang banyak
mengandung kalsium adalah susu, sayuran hijau, kacang-kacangan, biji-bijian
dan ikan (Departemen Kesehatan 2005). Ibu yang sedang hamil cenderung
kekurangan kalsium. Tingkat konsumsi kalsium pada ibu hamil yang menjadi
contoh tidak berbeda dengan tingkat konsumsi protein. Tujuh puluh lima persen
dari contoh mengalami defisit kalsium. Hal tersebut dapat mengakibatkan anak
yang dikandung menderita kelainan tulang dan gigi (Nadesul 2005).
Sebagian besar contoh (75%) mengalami defisit zat besi. Padahal
seharusnya semakin bertambah usia kehamilan maka kebutuhan zat besi
semakin banyak (Arisman 2004). Dibutuhkan tambahan tablet besi meskipun
makanan yang dikonsumsi sudah banyak mengandung zat besi dan tinggi
bioavailibilitasnya pada masa kehamilan (Nadesul 2005). Kekurangan zat besi
akan menghambat pembentukan hemoglobin yang berakibat pada terhambatnya
pembentukan sel darah merah. Ibu hamil dan ibu menyusui merupakan
kelompok yang berisiko tinggi terhadap anemia yang disebabkan oleh
kekurangan zat besi. Hal ini tidak terlepas dari banyaknya darah yang
dikeluarkan selama masa persalinan. Sumber pangan yang banyak mengandung
zat besi adalah nabati kedelai, kacang-kacangan, sayuran daun hijau, dan
rumput laut (Departemen Kesehatan 2005). Daging merah dan pangan hewani
juga merupakan sumber zat besi yang sangat baik untuk dikonsumsi ibu hamil.
Adanya pertumbuhan janin, berarti terjadi peningkatan pertumbuhan dan
pembelahan sel dalam tubuh ibu. Vitamin A dalam bentuk retionic acid mengatur
pertumbuhan dan pembelahan sel dalam jaringan. Namun, ibu tidak dianjurkan
untuk mengkonsumsi suplemen vitamin A selama hamil karena dosis tinggi
vitamin A akan memberikan efek teratogenik (keracunan). Mengkonsumsi buah-
buahan, daging, unggas, ikan, telur, sayuran berdaun hijau, dan umbi-umbian
sehari-hari akan membantu ibu memenuhi kebutuhan vitamin A (Departemen
Kesehatan 2005). Sebanyak 60% contoh juga memiliki tingkat konsumsi yang
kurang terhadap vitamin A. Kekurangan vitamin A meningkatkan risiko anak
terhadap penyakit infeksi, seperti penyakit saluran pernafasan dan diare,
meningkatkan angka kematian karena campak, serta menyebabkan
keterlambatan pertumbuhan (Almatsier 2003).
Mual dan Muntah Kehamilan (MMK)Kejadian MMK
Mual dan Muntah Kehamilan (MMK) merupakan gejala yang umum terjadi
pada masa kehamilan karena adanya pengaruh dari peningkatan kadar hormon
HCG (Human Chorionic Gonadotropin) dan estrogen atau adanya pengaruh
hormon progesteron yang dominan selama masa kehamilan yang menyebabkan
perut kosong lebih lama, meningkatkan asam lambung, dan menimbulkan rasa
mual. Berdasarkan Tabel 11, diketahui bahwa terdapat 75% contoh yang
mengalami MMK, 40% dari ibu hamil yang dijadikan contoh merasa mengalami
mual dan muntah pada tingkatan sedang.
Berat ringannya gejala MMK berbeda-beda pada setiap wanita. Ada yang
hanya berupa mual-mual biasa, ada juga yang sampai muntah-muntah berat
sehingga tidak bisa melakukan aktivitas apa pun. Gejala mual dan muntah yang
parah dikenal dengan istilah hyperemesis gravidarum atau mual dan muntah
terjadi dengan intensitas yang sangat sering dan cukup parah. Batas yang jelas
antara mual dan muntah yang fisiologis dengan hiperemesis gravidarum tidak
ada. Namun, apabila keadaan umum penderita terpengaruh, maka dapat
dianggap sebagai hiperemesis gravidarum (Lestari 2005).
Tabel 11 Sebaran terjadinya mual dan muntah kehamilanPengalaman MMK n %
Tidak mengalami MMKRinganSedangBerat
5582
25254010
Total 20 100
Frekuensi MMK Frekuensi MMK dari 15 ibu hamil yang mengalaminya dapat dilihat pada
Tabel 12.
Tabel 12 Sebaran mual dan muntah kehamilan menurut frekuensinyaFrekuensi MMK n %
Setiap hariBeberapa kali semingguBeberapa kali selama hamil
546
33.326.740.0
Total 15 100.0 Diketahui bahwa menurut frekuensi terjadinya, terdapat 40% contoh ibu
hamil yang mengalami MMK hanya beberapa kali selama kehamilan. Sedangkan
sisanya, mempunyai frekuensi MMK setiap hari (33.3%) dan beberapa kali
seminggu (26.7%).
Jangka Waktu Kejadian MMKJangka waktu kejadian MMK pada ibu hamil secara rinci disajikan pada
Tabel 13.
Tabel 13 Sebaran mual dan muntah kehamilan menurut jangka waktu kejadianJangka Waktu n %
Trimester ITrimester I-IITrimester I-III
951
6033.36.7
Total 15 100
Delapan puluh persen wanita hamil yang mengalami gejala mual dan
muntah pada bulan-bulan pertama kehamilan. Ditemukan dari penelitian yang
dilakukan di Cornell University, Amerika Serikat, bahwa gejala morning sickness
atau mual dan muntah pada awal kehamilan ini mencapai puncaknya pada
minggu ke-6 hingga ke-18 dari masa kehamilan. Morning sickness lebih sering
terjadi pada kehamilan pertama, pada wanita muda, dan kehamilan bayi kembar.
Terdapat lebih dari separuh (60%) contoh ibu hamil yang mengalami MMK hanya
pada trimester pertama. Sedangkan sisanya berlanjut sampai trimester kedua
(33.3%) dan trimester ketiga (6.7%).
Penyebab MMKMenurut penyebab terjadinya, MMK dapat disebabkan oleh beberapa hal
yaitu tekanan hidup, kelelahan, dan rangsangan indrawi dari luar. Sebaran MMK
menurut penyebab kejadian disajikan pada Tabel 14.
Tabel 14 Sebaran mual dan muntah kehamilan menurut penyebab kejadianSebab MMK n %
Tekanan hidupKelelahanRangsangan dari luarTidak ada sebab spesifik
4191
26.76.7606.7
Total 15 100
Dapat diketahui berdasarkan Tabel 14 bahwa lebih dari separuh (60%)
ibu hamil yang dijadikan contoh mengemukakan bahwa umumnya MMK yang
mereka alami disebabkan oleh rangsangan indrawi dari luar. Rangsangan
indrawi ini dapat berupa melihat jenis makanan tertentu atau mencium aroma
yang tidak sedap dan tidak mereka sukai. Selain itu, terdapat pula 26.7% contoh
ibu hamil yang mengalami MMK karena tekanan hidup yang mereka alami
seperti masalah ekonomi, beban psikologis (banyak pikiran), dan rasa tidak
tenang. Namun, hanya 6.7% contoh yang mengalami MMK tanpa sebab spesifik
atau akibat kelelahan.
Penyebab mual dan muntah pada ibu hamil antara lain adalah
ketidakseimbangan hormonal selama kehamilan, kekurangan vitamin B,
hipertiroid, hiperasiditas lambung, infeksi H. pylori, gangguan metabolisme
karbohidrat, dan meningkatnya sensitivitas terhadap bau selama kehamilan.
Faktor psikologis juga memegang peranan penting pada MMK antara lain rasa
takut terhadap kehamilan dan persalinan, rasa takut terhadap tanggung jawab
sebagai ibu, pertentangan dengan suami atau mertua, dan kesulitan
sosioekonomi. Faktor ini dapat menyebabkan beban mental yang dapat
memperberat mual dan muntah. Beberapa penelitian juga melaporkan bahwa
ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko mual dan muntah pada ibu
hamil yaitu hamil pada usia muda, obesitas, hamil pertama kalinya, kehamilan
kembar, hamil anggur (mola hidatidosa), dan pernah mengalami mual dan
muntah berat sebelumnya (Lestari 2005).
Pemeriksaan Kesehatan dan Konsumsi Obat Khusus MMK Sebagian besar ibu hamil yang menjadi contoh memeriksakan kondisi
kesehatannya kepada bidan. Mereka cenderung tidak meminta obat khusus
apabila mengalami MMK. Konsumsi obat khusus MMK hanya dilakukan oleh ibu
hamil yang merasa mengalami MMK pada tingkatan berat. Obat MMK yang
diberikan biasanya berbentuk sirup manis.
Pengetahuan Mengenai Jahe dan Pilihan Produk MMK Ibu HamilKonsumsi Jahe selama Hamil
Boleh tidaknya ibu hamil mengonsumsi jahe secara ringkas disajikan
pada Tabel 15.
Tabel 15 Sebaran pengetahuan ibu hamil tentang konsumsi jahe selama hamilKonsumsi Jahe selama Hamil n %DianjurkanDibolehkanTidak dibolehkan
1163
58015
Total 20 100
Berdasarkan Tabel 15, pengetahuan ibu hamil yang menjadi contoh
tentang konsumsi jahe selama hamil telah cukup baik (85%). Bahkan terdapat
contoh ibu hamil yang aktif memeriksakan diri ke dokter kandungan diberi
anjuran mengenai konsumsi jahe selama kehamilan untuk mengurangi mual
yang kerap datang pada masa kehamilan. Hanya sekitar 15% contoh yang
menyatakan bahwa jahe tidak dibolehkan untuk dikonsumsi selama hamil karena
dapat menimbulkan rasa panas di perut. Dengan demikian diharapkan
penggunaan jahe sebagai bahan penyusun tablet isap pereda MMK dapat
diterima oleh ibu hamil.
Pengolahan Jahe sebagai Produk Pereda MMK
Persetujuan ibu hamil mengonsumsi jahe secara ringkas disajikan pada
Tabel 16.
Tabel 16 Sebaran persetujuan ibu hamil terhadap pengolahan jahe sebagaiproduk pereda mual dan muntah kehamilan
Produk Pereda MMK Jahe n %Sangat setujuSetujuTidak setuju
2153
107515
Total 15 100
Gagasan pengolahan jahe sebagai produk untuk meredakan MMK,
berdasarkan Tabel 16, disetujui oleh sebagian besar ibu hamil yang dijadikan
contoh (75% setuju dan 10% sangat setuju). Hanya 15% dari contoh yang tidak
menyetujui gagasan tersebut.
Walaupun terdapat 15% atau 3 orang contoh yang tidak menyetujui
gagasan pengolahan jahe sebagai produk pereda MMK, namun ketika
ditanyakan kesediaan untuk mencoba produk olahan jahe sebagai pereda MMK,
hampir seluruh contoh menyatakan kesediaannya. Hanya 1 orang contoh yang
ragu-ragu untuk mencoba produk tersebut.
Pilihan Produk Pereda MMK
Produk pereda MMK ideal merupakan bentuk sediaan produk yang
diharapkan dapat dijadikan sebagai alternatif pereda mual selain makanan dan
minuman alami sesuai dengan persepsi dan permintaan ibu hamil sebagai target
konsumen. Jenis pilihan produk pereda mual dan muntah untuk ibu hamil
disajikan pada Tabel 17.
Tabel 17 Sebaran jenis pilihan produk pereda mual dan muntah kehamilanJenis produk n %
SusuTablet isapLain-lain
2135
106525
Total 15 100
Lebih dari separuh contoh (65%) menyatakan bahwa sebaiknya dibuat
produk pereda MMK berbentuk tablet isap. Sedangkan sisanya memilih produk
pereda mual dan muntah dalam bentuk susu (10%) dan variasi bentuk produk
lain (25%) seperti sirup, minuman serbuk, permen lunak dan makanan ringan.
Produk Olahan Jahe yang Sudah Dikembangkan
Melalui survei yang dilakukan di 30 apotek di Bogor dan beberapa toko
serta minimarket di Bogor, diperoleh hasil bahwa sebagian besar jahe yang
sudah dikembangkan diolah dalam bentuk minuman serbuk instan dengan
berbagai merk. Sisanya dikembangkan sebagai gula-gula maupun campuran
dalam pembuatan biskuit, teh herbal, kopi, dan jamu-jamuan. Baru-baru ini
bahkan dikembangkan jenis minuman energi baru yang menggunakan jahe
merah sebagai komposisi utama.
Produk olahan jahe yang ditemui di apotek-apotek di Bogor rata-rata juga
berbentuk minuman serbuk herbal instan. Jenis jahe yang digunakan sebagai
bahan baku dan merk dagangnya adalah jahe merah. Minuman serbuk instan
tersebut dikemas dalam dus berisi 8 sachet dengan bobot 13.5 gram per sachet.
Harganya antara Rp 800-1.500 per sachet. Jahe pernah juga dikembangkan
sebagai pencitarasa susu hamil oleh sebuah brand merk susu ibu hamil
terkemuka di Indonesia pada awal tahun 2004, namun karena penerimaan
masyarakat yang kurang maka produk tersebut ditarik kembali dari pasaran.
Beberapa contoh produk olahan jahe yang telah dikembangkan di Indonesia
disajikan pada gambar 9.
Gambar 9. Beberapa produk olahan jahe yang telah tersedia di pasaran
Pembuatan Tepung Ekstrak Jahe Tepung ekstrak jahe dibuat secara trial and eror. Trial and eror tersebut
dilakukan mulai dari pemilihan jenis jahe sebagai bahan baku zat aktif, pemilihan
prosedur ekstraksi terbaik, pemilihan metode pengeringan, sampai dengan
pemilihan tepung terbaik. Berikut merupakan penampakan tepung ekstrak jahe
dengan bahan dasar jahe merah dalam tiga jenis metode pengeringan (spray
drying, vacuum drying, dan freeze drying).
Gambar 10. Penampakan tepung ekstrak jahepada berbagai pengeringan
Analisis Sifat Fisik dan Penilaian Organoleptik Tepung Ekstrak JaheKadar Air
Kestabilan optimum bahan makanan akan tercapai pada kisaran kadar air
3-7%, kecuali pada produk-produk yang dapat mengalami oksidasi akibat adanya
kandungan lemak tak jenuh (Winarno 1992). Berdasarkan Gambar 11, diketahui
bahwa kadar air tertinggi terdapat pada tepung jahe dengan metode pengeringan
semprot (5,06%), sedangkan kadar air terendah terdapat pada tepung jahe
dengan pengeringan vakum (3,33%).
5.055
3.33
4.77
0
1
2
3
4
5
6
Spray Drying Vacuum Drying Freeze Drying
Jenis Pengeringan
Kada
r Air
(%)
Gambar 11. Persentase kadar air dalam tepung ekstrak jahe padaberbagai metode pengeringan
Menurut hasil sidik ragam (Lampiran 9), jenis pengeringan memberi
pengaruh signifikan (<0,05) terhadap persentase kadar air tepung ekstrak jahe.
Hal tersebut diduga karena pada pengeringan vakum dipertahankan tekanan uap
paling rendah dalam ruang di sekeliling produk. Penurunan tekanan akan
menurunkan suhu kelembaban produk. Penguapan kelembaban produk akan
meningkat dan menghasilkan perbaikan dalam kualitas produk (Hariyadi 2006).
Semakin rendah penurunan tekanan dan suhu kelembaban produk, semakin
tinggi penguapan kelembaban produk dan semakin baik kualitas produk yang
dihasilkan (diukur berdasarkan rendahnya kandungan kadar air di dalam produk).
RendemenRendemen merupakan hasil yang diperoleh melalui perbandingan antara
bobot bahan keluaran dengan bobot bahan awal. Berdasarkan Gambar 12,
diketahui bahwa jenis tepung yang menghasilkan rendemen terbanyak adalah
tepung ekstrak jahe dengan menggunakan metode pengeringan vakum (8,35%).
Sedangkan rendemen yang paling sedikit dihasilkan adalah dari tepung ekstrak
jahe dengan menggunakan metode pengeringan semprot (6,09%). Namun
berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 9), jenis pengeringan tidak memberi
pengaruh signifikan (>0.05) terhadap persentase rendemen tepung ekstrak jahe.
6.09
8.335
6.165
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Spray Drying Vacuum Drying Freeze Drying
Jenis pengeringan
Ren
dem
en (%
)
Gambar 12. Persentase rendemen dalam tepung ekstrak jahe padaberbagai metode pengeringan
Estimasi Kehilangan selama PengeringanEstimasi kehilangan merupakan cara untuk mengukur efisiensi dan
efektivitas kerja pada berbagai metode pengeringan dengan membandingkan
antara hasil keluaran ideal dikurangi hasil keluaran faktual dengan hasil keluaran
ideal, dengan demikian dapat diketahui persentase kehilangan dari tiap-tiap
metode pengeringan. Berdasarkan Gambar 13, diketahui bahwa metode yang
menghasilkan tepung dengan persentase kehilangan terbesar adalah dengan
menggunakan pengering semprot (38,32%). Sedangkan metode pengeringan
yang menghasilkan tepung dengan persentase kehilangan terkecil adalah
dengan menggunakan metode pengeringan vakum (14,08%). Hasil sidik ragam
(Lampiran 9) menunjukkan bahwa jenis pengeringan tidak memberi pengaruh
signifikan (>0.05) terhadap persentase estimasi kehilangan pada tepung ekstrak
jahe.
38.315
14.08
37.4
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
Spray Drying Vacuum Drying Freeze Drying
Jenis pengeringan
Est
imas
i keh
ilang
an (%
)
Gambar 13. Persentase estimasi kehilangan dalam tepung ekstrakjahe pada berbagai metode pengeringan
KelarutanKelarutan merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengetahui
besar kemudahlarutan suatu bahan makanan untuk diuraikan. Berdasarkan
Gambar 14 diketahui bahwa kelarutan terbesar tepung diperoleh dengan
menggunakan metode pengeringan semprot (99,57%). Sedangkan kelarutan
terkecil tepung diperoleh dengan menggunakan metode pengeringan vakum
(93,21%). Ketiga jenis tepung termasuk ke dalam bahan yang mudah larut
karena tingkat kelarutannya yang tinggi (>80%). Hasil sidik ragam (Lampiran 9)
menunjukkan bahwa jenis pengeringan tidak memberi pengaruh signifikan
(>0.05) terhadap persentase kelarutan tepung ekstrak jahe.
99.57
93.21
96.375
90
92
94
96
98
100
102
Spray Drying Vacuum Drying Freeze Drying
Jenis pengeringan
Kel
arut
an (%
)
Gambar 14. Persentase kelarutan dalam tepung ekstrak jahe padaberbagai metode pengeringan
Kandungan GingerolGingerol adalah senyawa aktif yang memberikan rasa pedas pada jahe.
Inti jahe yang disebut gingerol merupakan molekul radikal bebas yang kuat dan
dapat beraksi sebagai antioksidan. Gingerol menurunkan produk oksidatif dalam
saluran pencernaan yang menyebabkan munculnya rasa mual.
0.044
0.041
0.042
0.0395
0.04
0.0405
0.041
0.0415
0.042
0.0425
0.043
0.0435
0.044
0.0445
Spray Drying Vacuum Drying Freeze Drying
Jenis pengeringan
Kan
dung
an g
inge
rol (
%)
Gambar 15. Persentase kadar gingerol sebagai senyawa aktif dalamtepung ekstrak jahe pada berbagai metode pengeringan
Melalui analisis yang dilakukan dengan metode TLC, diperoleh hasil
kandungan gingerol terbesar terdapat pada tepung dengan menggunakan
metode pengeringan semprot (0,044%). Sedangkan kandungan gingerol terkecil
terdapat pada tepung dengan menggunakan pengeringan vakum (0,041%).
Uji HedonikDilakukan uji hedonik dengan menggunakan 25 panelis semi terlatih
untuk mengetahui tingkat kesukaan terhadap tepung ekstrak jahe yang
dihasilkan melalui parameter rasa khas jahe, rasa pedas, aroma, tekstur, warna,
dan tampilan keseluruhan. Digunakan modus dan persentase untuk mengetahui
sebaran penerimaan panelis.
Modus Penerimaan
Berdasarkan Gambar 16, diketahui bahwa modus penerimaan terbaik
untuk parameter rasa khas jahe adalah pada tepung yang menggunakan metode
pengeringan vakum dan beku. Dilihat dari parameter rasa pedas, diketahui
bahwa penerimaan untuk ketiga jenis tepung seragam tidak disukai karena
dianggap terlalu pedas. Parameter aroma dengan kategori baik terdapat pada
tepung dengan metode pengeringan semprot karena bau jahenya yang tidak
menyengat. Dilihat dari parameter tekstur, diketahui bahwa penerimaan untuk
ketiga jenis tepung seragam disukai karena tekstur tepung yang sudah halus
homogen. Penerimaan panelis pada parameter warna terbaik terdapat pada
tepung dengan metode pengeringan vakum dan semprot. Secara keseluruhan
modus tertinggi terdapat pada tepung dengan metode pengeringan vakum.
0
1
2
3
4
5
6
Rasa j
ahe
Rasa p
edas
Aroma
Tekstu
r
Warn
a
Keselu
ruhan
Kategori penilaian
Mod
us p
ener
imaa
n
Spray dryingVacuum dryingFreeze drying
Gambar 16. Modus penerimaan terhadap tepung ekstrak jahe pada berbagai metode pengeringan
Persentase Penerimaan
Berdasarkan Gambar 17, diketahui bahwa persentase rata-rata
penerimaan terbaik untuk parameter rasa khas jahe dan rasa pedas adalah pada
tepung dengan metode pengeringan semprot. Sedangkan dari parameter aroma,
tekstur, warna dan tampilan keseluruhan, persentase penerimaan rata-rata
terbaik adalah pada tepung dengan metode pengeringan beku. Namun demikian,
parameter organoleptik dikatakan diterima adalah apabila persentasenya berada
pada sebaran 60% ke atas. Secara keseluruhan, parameter yang dikatakan
belum diterima oleh panelis adalah rasa jahe. Hal tersebut dikarenakan tidak
satu pun tepung dari 3 jenis pengeringan yang mencapai skor 60% ke atas pada
parameter tersebut.
52
6456
7668 68
4048
80 8088
72
40 44
84 84
100
80
010
20304050
60708090
100
Rasa j
ahe
Rasa p
edas
Aroma
Tekstur
Warna
Keselu
ruhan
Kategori penilaian
Pers
enta
se p
ener
imaa
n
Spray dryingVacuum dryingFreeze drying
Gambar 17. Persentase penerimaan terhadap tepung ekstrak jahe padaberbagai metode pengeringan
Tepung Ekstrak Jahe Terbaik
Berdasarkan analisis fisik dan penilaian organoleptik yang dilakukan,
maka terpilihlah tepung ekstrak jahe dengan menggunakan pengeringan vakum.
Hal tersebut didasarkan atas pertimbangan kandungan kadar air paling rendah
(3,33%), rendemen paling banyak (8,35%), estimasi kehilangan selama proses
pengeringan yang paling sedikit (14,08%), kelarutan yang tinggi (93,21%), dan
skor modus penerimaan yang cukup baik. Walaupun kandungan senyawa
gingerolnya lebih sedikit (0,041%) dibandingkan dengan kedua metode
pengeringan lainnya (0,044 pada pengeringan semprot dan 0,042% pada
pengeringan beku) namun perbedaan tersebut tidak terlalu menonjol sehingga
tidak akan mempengaruhi kontribusi gingerol yang diperlukan dalam pembuatan
tablet isap jahe sebagai produk pereda mual dan muntah kehamilan.
Formulasi Tablet Isap JahePembuatan tablet isap jahe tidak terlepas dari penggunaan bahan
tambahan makanan (BTM) sebagai penyusun di dalamnya. Tentunya
penggunaan BTM tersebut harus memperhatikan standar ketetapan pemakaian
untuk dapat memenuhi kelaikan sebagai sediaan tablet dan agar tidak terjadi hal-
hal yang membahayakan konsumen.
Tabel 18 Estimasi pemakaian Bahan Tambahan Makanan (BTM)Jenis Bahan Tambahan
Pangan% Penggunaan Aplikasi pada Produk
Asam sitratMagnesium stearatTalkAerosilSukralosaSorbitolSodium benzoate
0.3-20.25-51-101-5
0.03-0,2425-90
0.02-0.05
FlavorPelincir dan pelicinPelincir dan pelicin
Adsorban tabletPengisi dan pemanisPengikat dan pengisi
PengawetSumber: Handbook of Pharmaceutical Excipient Fifth Ed. (2006)
Berdasarkan standar ketetapan penambahan BTM di atas, dilakukan
beberapa kali formulasi dalam pembuatan tablet isap jahe secara trial and eror.
Tiga jenis formula yang dipilih dan digunakan kemudian adalah sebagai berikut:
Tabel 19 Formulasi tablet isap jaheBahan Formula 1 Formula 2 Formula 3
Formulasi(%)
Bobot/Tablet
(g)
Formulasi(%)
Bobot/tablet
(g)
Formulasi(%)
Bobot/tablet
(g)Tepung jaheAsam sitratGreen teapowderMagnesiumstearatSukralosaSorbitol bubukAerosilTalkSodiumbenzoate
400.5-
1
0.0556.35
11
0.1
1.60.02
-
0.04
0.0022.2540.040.04
0.004
40-
0.2
1
0.0556.65
11
0.1
1.6-
0.008
0.04
0.0022.2660.040.040.004
40--
1
0.0556.85
11
0.1
1.6--
0.04
0.0022.2740.040.040.004
Total 100 4 100 4 100 4
Karakteristik Fisik dan Mutu Organoleptik Tablet Isap JaheKekerasan
Berdasarkan Gambar 18, kekerasan tablet untuk masing-masing formula
beragam. Kekerasan tertinggi adalah pada formula 1 (15 mg), sedangkan
kekerasan terendah adalah pada formula 2 (6.5 mg). Persyaratan mutu fisik
tablet di antaranya adalah kekerasan lebih tinggi dari 10 mg. Namun kekerasan
dari tablet isap bukan merupakan persyaratan mutlak. Kekerasan tablet isap
dipersyaratkan lebih tinggi dari tablet yang lain dengan harapan bahwa waktu
melarutnya akan lebih lama (Sugiartono 2003).
Hasil sidik ragam (Lampiran 10) menunjukkan bahwa perbedaan
formulasi memberi pengaruh signifikan (<0,05) terhadap kekerasan tablet isap
jahe. Biasanya tablet akan lebih keras beberapa jam setelah mesin dipakai.
Pelincir dapat mempengaruhi kekerasan tablet bila terlalu pekat atau
pencampurannya terlalu lama. Tablet yang besar juga memerlukan tenaga lebih
banyak untuk mematahkannya (Lachman, Lieberman & Kanig 1994). Namun
karena bobot tablet maupun proporsi pelincir yang digunakan dalam ketiga jenis
formulasi sama, maka perbedaan tingkat kekerasan tersebut diduga karena
Gambar 18. Penampakan Tablet Isap Jahe pada Berbagai Formulasi:tanpa kemasan (kiri) dengan kemasan (kanan)
adanya perbedaan antara volume materi atau jarak punch pada saat mengempa.
Kekerasan sangat tergantung pada berat dari materi serta ruangan antara punch
atas dan bawah pada waktu pencetakan (Lachman, Lieberman & Kanig 1994).
Kesalahan dapat pula diakibatkan karena kesalahan kalibrasi atau kelelahan per
pada alat kempa.
15
6.5
9.25
0
2
4
6
8
10
12
14
16
F. 1 (+Asam Sitrat) F. 2 (+Tea Powder) F. 3 (Tanpa Flavor)
Formula
Kek
eras
an (m
g)
Gambar 19. Kekerasan tablet isap jahe pada berbagai formula
Waktu larutPersyaratan mutu fisik tablet di antaranya melarut perlahan dalam mulut
(±5-10 menit) (Sugiartono 2003). Berdasarkan Gambar 20, masing-masing
formulasi telah memenuhi persyaratan standar waktu larut tablet isap. Waktu
larut tertinggi terdapat pada formula 1 (9,59 menit) dan waktu larut terendah
terdapat pada formula 3 (8,3 menit). Hasil sidik ragam (Lampiran 10)
menunjukkan bahwa perbedaan formulasi tidak memberi pengaruh signifikan
(>0,05) terhadap waktu larut tablet isap jahe.
9.595
8.735
8.3
7.5
8
8.5
9
9.5
10
F. 1 (+Asam Sitrat) F. 2 (+Tea Powder) F. 3 (Tanpa Flavor)
Formula
Wak
tu L
arut
(men
it)
Gambar 20. Waktu larut tablet isap jahe pada berbagai formula
Derajat Keasaman (pH)Berdasarkan Gambar 21, diketahui bahwa derajat keasaman/pH formula
tablet secara keseluruhan termasuk asam (<7). Hasil sidik ragam (Lampiran 10)
juga menunjukkan bahwa perbedaan formulasi memberi pengaruh signifikan
(<0,05) terhadap derajat keasaman (pH) tablet isap jahe. Hal ini diduga karena
bahan yang digunakan dalam formulasi memiliki pH yang cenderung asam,
seperti tepung jahe (2,7-3). Formula 1, terutama, memiliki pH rataan di bawah
tablet dengan formulasi lainnya (5,3). Hal tersebut diduga dapat terjadi karena
penambahan asam sitrat dalam formula 1 sehingga pH tablet dalam formula 1
lebih rendah dibandingkan dengan kedua formula tablet lainnya.
5.3
6.9 6.75
0
1
2
3
4
5
6
7
8
F. 1 (+Asam Sitrat) F. 2 (+Tea Powder) F. 3 (Tanpa Flavor)
Formula
pH
Gambar 21. Derajat keasaman (pH) tablet isap jahe padaberbagai formula
Uji Mutu Hedonik
Uji mutu hedonik tablet dilakukan oleh 20 orang panelis terlatih. Penilaian
meliputi rasa manis, rasa pedas, rasa jahe, rasa flavor, campuran rasa
keseluruhan, aroma jahe, aroma flavor, campuran aroma keseluruhan,
mouthfeel, tekstur saat diisap, dan warna. Skala penilaian berbentuk skalar
dengan skor antara 1-9. Digunakan modus dan persentase untuk mengetahui
sebaran penilaian panelis.
Modus Penilaian
Berdasarkan Gambar 22, dari parameter rasa manis, modus penilaian
panelis untuk setiap formula tablet adalah 5 atau manis sedang. Tambahan
asam sitrat pada formula 1 dan green tea flavor pada formula 2, meningkatkan
modus penilaian panelis dari parameter rasa flavor menjadi 8 (sangat berasa)
untuk formula 1, dan 7 (berasa) untuk formula 2. Penilaian terhadap parameter
rasa pedas memperoleh modus skor penilaian 8 (sangat pedas) terhadap
formula 2 dan formula 3, sedangkan formula 1 memperoleh skor 5 (pedas
sedang). Terhadap parameter rasa jahe, panelis memberikan skor 7 (terasa)
pada tablet formula 3. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh formulasi pada
tablet tersebut tidak diberikan perlakuan dengan menggunakan asam sitrat
maupun green tea powder sebagai tambahan citarasa. Rasa secara keseluruhan
terhadap formulasi campuran dalam tablet meraih skor tertinggi 7 (enak) pada
tablet dengan formula 1 dan formula 2.
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
rasa
man
is
rasa
flavo
ur
rasa
pedas
rasa
jahe
rasa
kese
luruh
an
arom
a jahe
arom
a flav
our
arom
a kes
eluru
han
mouthf
eel
tekstu
r saa
t diis
apwar
na
parameter penilaian organoleptik
mod
us p
enila
ian
pane
lis
F. 1 (+Asam Sitrat) F. 2 (+Tea Powder F. 3 (Tanpa Flavor)
Gambar 22. Sebaran modus penilaian panelis terhadap mutu tablet isap jahe
Diketahui bahwa pada parameter aroma jahe, formula 3 paling menonjol
di antara kedua formula lainnya yaitu pada skor 7 (tercium). Demikian pula untuk
aroma flavor-nya. Dilihat dari parameter aroma secara keseluruhan skor modus
yang diperoleh adalah 4 (agak kurang tercium) untuk formula 1 dan formula 2.
Dilihat dari parameter mouthfeel, skor modus yang diberikan adalah 4 (agak tidak
meninggalkan rasa) untuk setiap formula. Skor penilaian tertinggi yang diberikan
terhadap parameter tekstur saat diisap adalah 6 (agak halus) untuk tablet
dengan formula 1 dan formula 2. Sedangkan dari parameter warna, skor
penilaian tertinggi adalah 7 (homogen) terhadap formula 1 dan formula 2.
Sedangkan tablet formula 3 memperoleh skor 4 (agak tidak homogen).
Perbedaan skor penilaian dari parameter warna terhadap ketiga formula tablet
isap yang diberi perlakuan seragam (tanpa pewarna) dapat terjadi karena
pengocokan bahan yang kurang baik pada saat formulasi atau masalah mottling
dalam proses pembuatan tablet.
Mottling adalah keadaan di mana distribusi warna tablet tidak merata
dengan terdapatnya bagian-bagian terang dan gelap pada permukaan yang
seragam. Penyebab mottling adalah berbedanya warna obat dengan bahan
penambah atau jika hasil urai obatnya berwarna. Pemberian zat pewarna dapat
memecahkan masalah mottling namun dapat juga menimbulkan masalah lain.
Suatu zat warna dapat menyebabkan mottling dengan bermigrasi ke permukaan
granul selama proses pengeringan. Untuk mengatasi kesulitan ini ahli formulasi
dapat mengganti sistem pelarut dan sistem pengikat, menurunkan suhu
pengeringan, atau membuat partikel yang lebih kecil. Pemakaian zat warna pada
formulasi yang langsung dikempa dapat menyebabkan mottling jika zat warna
tidak terbagi rata, atau jika ukuran partikelnya terlalu besar (Lachman, Lieberman
& Kanig 1994).
Persentase Penilaian
Berdasarkan Gambar 23, diketahui bahwa dari parameter rasa manis,
ketiga jenis formula tablet isap memperoleh hasil persentase yang sama (70%).
Dilihat dari parameter rasa flavor, rasa jahe, aroma jahe, aroma flavor, mouthfeel
dan warna, tablet formula 3 memperoleh hasil persentase tertinggi. Tablet
formula 2 dan formula 3 memperoleh hasil persentase yang sama dan lebih
tinggi daripada hasil persentase tablet formula 1 dilihat dari parameter rasa
pedas dan aroma keseluruhan. Sedangkan untuk parameter tekstur saat isap
tablet formula 1 memperoleh hasil persentase tertinggi dari panelis.
0102030405060708090
100
rasa manis
ra sa f la
vour
rasa pedas
rasa jahe
rasa kesel
u ruhan
aroma jahe
aroma flavour
aroma k
eseluruhan
mouthfeel
tekstur saa t diisa
p wa rna
parameter penilaian organoleptik
pers
enta
se p
enila
ian
pane
lis
F. 1 (+Asam Sitrat) F. 2 (+Tea Powder) F. 3 (Tanpa Flavor)
Gambar 23. Sebaran persentase penilaian panelis terhadap mutu tabletisap jahe
Formula Tablet Isap Jahe TerbaikBerdasarkan skor modus dan hasil persentase uji mutu organoleptik oleh
panelis terhadap ketiga jenis tablet isap jahe, disimpulkan bahwa tidak
didapatkan formula tablet isap jahe terbaik yang benar-benar memenuhi seluruh
parameter yang diujikan secara sempurna. Masing-masing memiliki kelebihan
dan kekurangan dalam hal mutu. Namun apabila dinilai dari karakteristik fisiknya
seperti kekerasan dan waktu larut, maka tablet yang paling memenuhi syarat
sebagai tablet isap adalah tablet fomula 1. Hal tersebut karena tablet formula 1
memiliki tingkat kekerasan yang mendekati syarat sebagai tablet isap yaitu lebih
dari 10 mg dan melarut perlahan dalam mulut (±5-10 menit).
Belakangan ini hubungan kekerasan dan daya hancur serta kecepatan
melarut obat menjadi sangat penting. Tablet harus mempunyai kekuatan atau
kekerasan tertentu serta tahan atas kerenyahan agar dapat bertahan terhadap
berbagai guncangan mekanik pada saat pembuatan, pengepakan, dan
pengapalan. Selain itu tablet juga harus dapat bertahan terhadap perlakuan
berlebihan oleh konsumen. Kekerasan tablet yang cukup serta tahan
penyerbukan dan kerenyahan merupakan persyaratan penting bagi penerimaan
konsumen (Lachman, Lieberman & Kanig 1994).
Uji Hedonik dan Penerimaan Ibu Hamil terhadap Tablet Isap Jahe
Digunakan 20 ibu hamil sebagai contoh untuk melakukan uji hedonik dan
penerimaan tablet isap jahe. Duapuluh ibu hamil tersebut terdiri atas 2 contoh
utama (drop out 18 orang) dan 18 ibu hamil lain sebagai pengganti. Parameter
yang dinilai antara lain rasa jahe, rasa manis, rasa pedas, rasa keseluruhan,
aroma jahe, aroma keseluruhan, warna, tekstur saat diisap, dan tampilan
keseluruhan terhadap masing-masing formula tablet isap.
0
1
23
4
5
6
rasa
jahe
rasa
man
is
rasa
peda
s
rasa
kese
luruh
an
arom
a jah
e
arom
a ke
selur
uhan
warna
tekstu
r saa
t diis
ap
overa
ll
parameter penilaian organoleptik
mod
us p
ener
imaa
n ib
u ha
mil
F. 1 (+ Asam Sitrat) F. 2 (+ Tea Powder) F. 3 (Tanpa Flavor)
Gambar 24. Sebaran modus penerimaan ibu hamil terhadap tablet isap jahe
Berdasarkan Gambar 24, diketahui bahwa skor modus penerimaan ibu
hamil terhadap tablet isap jahe adalah 5 atau suka untuk setiap formula.
Sedangkan berdasarkan persentasenya (Gambar 25), penerimaan ibu hamil
terhadap tablet isap jahe secara keseluruhan adalah lebih dari separuh contoh
(>50%) untuk setiap formula. Penerimaan tersebut meliputi 80% terhadap
parameter rasa jahe formula 2 dan formula 3, 90% terhadap parameter rasa
manis formula 2 dan formula 3, 70% terhadap parameter rasa pedas formula 1
dan formula 3, 85% terhadap parameter rasa keseluruhan formula 2 dan formula
3, 95% terhadap parameter aroma jahe dan aroma keseluruhan formula 1, 90%
terhadap parameter warna formula 2 dan formula 3, 85% terhadap parameter
tekstur saat diisap formula 3, dan 95% terhadap parameter tampilan keseluruhan
formula 3.
0102030405060708090
100
rasa ja
he
rasa m
anis
rasa p
edas
rasa k
eselu
ruhan
aroma ja
he
aroma k
eselu
ruhan
warna
tekstu
r saa
t diisa
pov
erall
parameter penilaian organoleptik
pers
enta
se p
ener
imaa
n ib
u ha
mil
F. 1 (+ Asam Sitrat) F. 2 (+ Tea Powder) F. 3 (Tanpa Flavor)
Gambar 25. Sebaran persentase penerimaan ibu hamil terhadap tabletisap jahe
Melalui wawancara diketahui bahwa aspek yang banyak disukai ibu hamil
contoh terhadap tablet isap jahe adalah rasa dan aroma jahenya yang segar.
Sedangkan aspek yang kurang disukai ibu hamil contoh terhadap tablet isap jahe
adalah rasa pedasnya, warnanya yang kurang menarik, dan ukurannya yang
besar (diameter 2.3 cm dengan bobot 4 gram). Adapula yang kurang menyukai
tekstur tablet yang kasar. Pemanfaatan jahe sebagai tablet isap untuk
meredakan mual dan muntah kehamilan dinilai sangat baik oleh ibu hamil
contoh. Secara keseluruhan, ibu hamil contoh menyatakan kesediaannya untuk
membeli tablet isap jahe jika produk tersebut benar-benar akan dikembangkan
dan dipasarkan.
Kontribusi Gingerol dan Estimasi Harga per TabletBerdasarkan jumlah tepung jahe yang diformulasikan sebanyak 1.6
gram/tablet, maka gingerol yang merupakan komponen harapan utama untuk
meredakan mual dan muntah memberikan kontribusi 0.66 mg per tablet dengan
asumsi kandungan senyawa aktif gingerol sebesar 0.041% dalam tepung. Hal
tersebut tidak memberikan kontribusi jauh berbeda dengan kandungan gingerol
jahe segar.
Menurut Khairani (2002), kandungan oleoresin dalam jahe segar adalah
0,4-3,1%, tergantung umur panen dan tumbuhnya. Terdapat persenyawaan
kimia gingerol 1,1-2,2% yang memberikan rasa pedas dalam oleoresin. Melalui
hasil perhitungan, kontribusi gingerol dalam 1 gram jahe segar dengan
kandungan oleoresin 0.4%-3.1% atau sekitar 4-31mg oleoresin adalah pada
kisaran 0.044 mg–0.682 mg/1g jahe segar (Lampiran 10).
Harga tablet isap jahe dihitung berdasarkan 3 prakiraan biaya produksi
antara lain biaya alat, biaya bahan baku, dan biaya tenaga kerja. Melalui
perhitungan, diperoleh estimasi harga pabrik Rp 350/ tablet dan harga eceran Rp
500/ tablet dengan prakiraan keuntungan 75% per tablet untuk harga pabrik.
Rincian perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 11.
SIMPULAN DAN SARANSimpulan
Sebagian besar contoh (75%) mengalami mual dan muntah kehamilan
(MMK), 40% dari contoh tersebut mengalami mual dan muntah pada tingkatan
sedang. Sebanyak 80% contoh berada pada usia reproduksi yang sehat dan
aman (20-35 tahun). Contoh secara keseluruhan berada pada usia kehamilan di
atas tiga bulan pertama sehingga membuktikan bahwa MMK tidak hanya terjadi
pada trimester awal. Terdapat 30% contoh yang mengalami riwayat kehamilan
yang buruk. Sebanyak 40% contoh menderita influenza dan 30% contoh
mengalami anemia. Terdapat 30% contoh yang masih menderita kekurangan
energi kronis (KEK). Lebih dari separuh contoh (55%) mengonsumsi makanan
utama hanya dua kali dalam sehari. Sebagian besar contoh (80%) memiliki
makanan yang pantang dikonsumsi selama hamil. Berdasarkan tingkat konsumsi
energi, protein, kalsium, zat besi dan vitamin A, lebih dari separuh contoh
memiliki tingkat konsumsi yang defisit.
Pengetahuan ibu hamil yang menjadi contoh tentang konsumsi jahe
selama hamil cukup baik (85%). Lebih dari separuh contoh (65%) menyatakan
permintaannya terhadap produk pereda mual berbentuk tablet isap. Sebagian
besar jahe yang dikembangkan di Indonesia diolah dalam bentuk minuman
serbuk instan sehingga pembuatan tablet isap jahe untuk ibu hamil dengan
gejala mual dan muntah dapat dijadikan langkah aplikatif untuk meminimalisasi
masalah mual dan muntah kehamilan.
Jenis pengeringan dalam pembuatan tepung ekstrak jahe tidak memberi
pengaruh signifikan (>0,05) terhadap persentase rendemen, estimasi kehilangan
selama pengeringan, dan kelarutan namun berpengaruh signifikan (<0.05)
terhadap kadar air tepung. Kandungan gingerol terbesar diperoleh tepung
dengan metode pengeringan semprot (0,044%) dan kandungan terkecil diperoleh
tepung dengan metode pengeringan vakum (0,041%). Tepung dengan metode
pengeringan vakum memperoleh modus tertinggi dengan skor 5 atau suka untuk
masing-masing parameter rasa jahe, tekstur, warna, dan penampakan
keseluruhan. Berdasarkan analisis fisik dan penilaian organoleptik yang
dilakukan, terpilih tepung ekstrak jahe dengan metode pengeringan vakum
sebagai tepung ekstrak jahe yang paling sesuai dijadikan tablet isap.
Perbedaan formulasi dalam pembuatan tablet isap jahe tidak memberi
pengaruh signifikan terhadap waktu larut tablet (>0,05) namun berpengaruh
signifikan (<0.05) terhadap kekerasan dan derajat keasaman (pH) tablet.
Berdasarkan uji mutu hedonik, ketiga jenis formula tablet memperoleh hasil
persentase yang sama (70%) pada parameter rasa manis. Dilihat dari parameter
rasa flavor, rasa jahe, aroma jahe, aroma flavor, mouthfeel dan warna, tablet
formula 3 memperoleh hasil persentase tertinggi. Tablet formula 2 dan formula 3
memperoleh hasil persentase yang sama dilihat dari parameter rasa pedas dan
aroma keseluruhan. Tablet formula 1 memperoleh hasil persentase tertinggi dari
parameter tekstur saat diisap. Berdasarkan karakteristik fisik dan mutu
organoleptik, tablet formula 1 paling memenuhi syarat sebagai tablet isap. Hal
tersebut karena tablet formula 1 memiliki tingkat kekerasan yang mendekati
standar prasayarat tablet isap yaitu lebih dari 10 mg dan melarut perlahan dalam
mulut (±5-10 menit). Kandungan gingerol per tablet isap adalah 0.66 mg dengan
estimasi harga pabrik Rp 350 dan harga eceran per tablet isap adalah Rp 500.
Skor modus penerimaan ibu hamil terhadap tablet isap jahe adalah 5 atau
suka untuk setiap formula. Sedangkan berdasarkan persentase, sebagian besar
ibu hami (>75%) menerima semua formula tablet. Pemanfaatan jahe sebagai
tablet isap untuk meredakan mual dan muntah kehamilan dinilai sangat baik oleh
contoh. Secara keseluruhan, contoh menyatakan kesediaannya untuk membeli
tablet isap jahe jika produk tersebut dikembangkan.
SaranProduk olahan jahe sebagai tablet isap dapat lebih disempurnakan pada
penelitian selanjutnya baik dari aspek fisik, output senyawa gingerol, maupun
mutu hedonik dengan memperbaiki efisiensi dan efektivitas prosedur serta
meminimalisir kesalahan yang terjadi selama pembuatan. Tablet dapat juga
dilengkapi dengan zat-zat gizi yang diperlukan ibu hamil namun cenderung defisit
dari tingkat konsumsi. Disarankan untuk melakukan observasi terhadap ibu hamil
di tempat lain yang lebih mewakili untuk mendapatkan gambaran hasil yang lebih
valid. Intervensi dapat pula dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh
pemberian tablet isap jahe kepada ibu hamil dengan gejala mual dan muntah.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier S. 2005. Penuntun Diet. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Amalia R. 2004. Kajian Aktivitas Antioksidan dan Antikanker pada Minuman SusuJahe (Zingiber officinale Amarum) [skripsi]. Bogor: Fakultas TeknologiPertanian, Institut Pertanian Bogor.
Aminah S. 2004. Aktivitas Antioksidan dan Antipoliferasi Sel Kanker K-562 padaMinuman Formulasi Susu Jahe (Zingiber officinale Roscoe) Sterilisasi[skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Andonotopo & Arifin. 2006. Kurang Gizi pada Ibu Hamil: Ancaman pada Janin. [terhubung berkala]. http//:www.halalguide.info.net [30 September 2007].
Anief M. 2007. Farmastika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Anonim. 2007. Morning Sickness? Banyak Cara Mengatasinya!. [terhubungberkala]. http//:www.cyberwoman.cbn.net [30 September 2007].
______. 2007. Kiat Mengatasi Morning Sickness . http//:www.weddingku.com (30September 2007).
______. 2008. Magnesium. [terhubung berkala].http://en.wikipedia.org/wiki/magnesium [13 Februari 2008].
______. 2008. Sorbitol. [terhubung berkala]. http://www.sorbitol.ca/ [13 Februari2008].
______. 2008. Sodium Benzoate. [terhubung berkala].http://www.madsci.org/posts/archives/ [5 Agustus 2008].
______. 2008. Sukralose. [terhubung berkala].http://www.jksucralose.com/indo/index.html [5 Agustus 2008].
Arisman M.B. 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan, Gizi Wanita Hamil. Jakarta:Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia Press.
Azwar A. 2004. Aspek Kesehatan dan Gizi dalam Ketahanan Pangan. DalamSoekirman et al. (Eds.) Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VIII (hlm.107). LIPI. Jakarta.
Badan Standardisasi Nasional (BSN). 2000. Pedoman 8-2000 Penulisan StandarNasional Indonesia. Badan Standardisasi Nasional.
Branen A.L., P.M. Davidson, S. Salminen. 1990. Food Additives. New York :Marcel Dekker, Inc.
Darlina & Hardinsyah. 2003. Faktor Risiko Anemia pada Ibu Hamil di Kota Bogor.Jurnal Media Gizi dan Keluarga, 27 (2) Juli 2003, 14.
Departemen Kesehatan. 2005. Peningkatan Angka Kematian Ibu Hamil (AKI). [terhubung berkala]. http//:www.depkes.com/ [30 September 2007].
Fardiaz S., Suliantari, Ratih D. 1988. Senyawa Antimikroba. LaboratoriumMikrobiologi Pangan, Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, InstitutPertanian Bogor.
Fardinatri I.D. 2007. Pengembangan dan Evaluasi Tepung dan Tablet Isap KayaAntioksidan Berbahan Dasar Tomat [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian,Institut Pertanian Bogor.
Gaspersz V. 1994. Metode Rancangan Percobaan. CV. Armico. Bandung.
Gibson RA. 2005. Principles of Nutritional Assessment. Ed ke-2. London: OxfordUniversity Press.
Hardinsyah, D. Martianto. 1992. Gizi Terapan pada Masa Hamil dan Menyusui.Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat JendralPendidikan Tinggi, Pusat Antar Universitas, Institut Pertanian Bogor.
Hariyanto P. 2006. Satuan Operasi Industri Pangan II: Pengering danPengeringan. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut PertanianBogor.
Kaem D. 2006. Mual dan Muntah Kehamilan: Apa yang Melatarbelakangi?. [terhubung berkala]. http//:www.halalguide.info.net [30 September 2007].
Kailaku S.I. 2003. Proses Pembuatan Kembang Gula Tablet Pastilles denganPenambahan Gambir [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian,Institut Pertanian Bogor.
Khairani N. 2002. Tablet Gonoderma Effervescent. [skripsi]. Bogor: FakultasTeknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Kimura I, Leonara R.P., Hiroshi T. 2005. Pharmacology of Ginger. Di dalam:Ravindran P.N. & Babu K.N., editor. Ginger The Genus Zingiber. BocaRaton, London, New York, Washington D.C: CRC Press. hlm. 493-494.
Koswara S. 1995. Jahe dan Hasil Olahannya. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Lachman L, H.A. Lieberman, J.L. Kanig. 1994. Teori dan Praktek FarmasiIndustri II. Suyatmi S; Penerjemah. Jakarta UI Press. Terjemahan dari:The Teory and Practise of Industrial Farmacy.
Lestari K.D. 2005. Ada Apa dengan Kehamilan? [terhubung berkala].http//:www.cyberwoman.cbn.net [30 September 2007].
Lubis Z. 2003. Status Gizi Ibu Hamil serta Pengaruhnya Terhadap Bayi yangDilahirkan. [terhubung berkala]. http//:www.telkom.net [30 September2007].
Mawaddah N. 2008. Pengetahuan, Sikap dan Praktek Gizi serta TingkatKonsumsi Ibu Hamil di Kelurahan Kramat Jati dan Kelurahan RagunanPropinsi DKI Jakarta [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, InstitutPertanian Bogor.
Megawati. 2007. Morningsickness. [terhubung berkala].http://www.hiperemesisgravidarum/med/ [13 Februari 2008].
Morgan E. 2008. Magnesium Stearate. EzineArticles 17 May 2006. [terhubungberkala]. http://www.ezinearticles.com/?Magnesium-Stearate&id=200360.[13 Februari 2008].
Museum of The Royal Pharmaceutical Society of Great Britain. 2008. Lozzenges and Pastilles. [terhubung berkala].http://www.rpsgb.org.uk/pdfs/mussheet04.pdf [13 Februari 2008].
Nadesul H. 2005. Makanan Sehat untuk Ibu Hamil. Depok: Puspa Swara.
Nazir M. 1983. Metode Penelitian. 1983. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Papalia DE. Olds SW. 1981. Human Development. Ed. ke-2. USA: McGraw Hill.Inc.
Pilosof A.M.R., Terebiznik M.R. 2000. Spray and Freeze Drying of Enzymes. Didalam: Mujumdar A.S., editor. Drying Technology in Agriculture and FoodScience. Enfield, USA & Plymouth, UK: Science Publishers. pg. 167-168.
Rahman A. 2003. Pembangunan Sumberdaya Manusia Indonesia. [terhubungberkala]. http//:www.pasificchain.net [30 September 2007].
Rowe R.C., Paul J.S., S.C. Owen. 2006. Handbook of Pharmaceutical ExcipientFifth Ed. P-Press. London & Chicago.
Rukmana R. 2000. Usaha Tani Jahe. Yogyakarta: Kanisius.
Sanjur. 1982. Social and Cultural Perspective in Nutririon. Prentice Hall Inc. N.J.
Siega P. 2001. Frequency of Eating During Pregnancy and Its Effect on PretermDelivery. American Journal of Epidemiology. The John Hopkins UniversitySchool of Hygiene Ang Public Health. [terhubung berkala].http://www.oxfordjournals.org. [9 September 2008].
Smith C, Caroline C, Krystin W, Neil H, McMillian V. 2004. A RandomizedControlled Trial of Ginger to Treat Nausea and Vomiting in Pregnancy.Obstet Gynecol 2004;103:639–45. © 2004 by The American College ofObstetricians and Gynecologists.
Sripramote et al. 2000. A Randomized Comparison of Ginger and Vitamin B6 in the Treatment of Nausea and Vomiting of Pregnancy. Obstet Gynecol 2000;97: 111–182. © 2000 by The American College of Obstetricians and Gynecologists.
Sudjana. 1995. Desain dan Analisis Eksperimen. Bandung : Tarsito.
Sugiartono. 2003. Pengembangan Formulasi Tablet Hisap Ekstrak Jahe(Zingiber officinalis Rosc.) dengan Bahan Pengikat Etil Selulosa danGelatin B. [terhubung berkala].http://www.journal.unair.ac.id/login/jurnal/filer/MFA-3-2-07.pdf [13Februari 2008].
Suhardjo. 1989. Sosio Budaya Gizi. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi,Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Tissue. 1996. Thin Layer-Chromatography. [terhubung berkala].http://elchem.kaist.ac.kr/vt/chem- ed/sep/tlc/tlc.htm [13 Februari2008].
Vutyavanich T, Theerajana K, Ruangsri R. 2001. Ginger for Nausea andVomiting in Pregnancy: Randomized, Double-Masked, Placebo-Controlled Trial. Obstet Gynecol 2001;97: 577–82. © 2001 by TheAmerican College of Obstetricians and Gynecologists.
Widyaningsih, L.S. 2007. Kajian Pola Konsumsi Pangan Kaitannya denganKadar Vitamin A Serum pada Ibu Hamil di Kecamatan CiampeaKabupaten Bogor [skripsi]. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Wijianto & Khomsan. 2002. Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap AnemiaGizi dan Ibu Hamil di Kabupaten Banggai Propinsi Sulawesi Tengah.Jurnal Media Gizi dan Keluarga tahun XXVI No.1 Juli 2002.
Wikandari P.R. 1994. Pengembangan Metode Ekstraksi dalam Analisis Gingeroldalam Jahe Segar dan Beberapa Produk Jahe Olahan. Jakarta: PuspaSwara.
Winarno FG. 1992. Kismia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Lampiran 1 Kuesioner profil ibu hamil
KUESIONER PENELITIAN PEMANFAATAN JAHE SEBAGAITABLET ISAP UNTUK IBU HAMIL DENGAN GEJALA MUAL DANMUNTAH
1. Nama sheet: CoverR1 1. NO RESPONDEN :
R2 2. TANGGAL KUNJUNGAN :
R3 3. ENUMERATOR :
R4 4. NAMA BUMIL :
R5 5. KECAMATAN :
R6 6. DESA :
R7 8. DUSUN/KAMPUNG :
1. radar 2. leuwi kopo 3.cangkurawok 4. badoneng 5. bara 6. bateng 7.sengked
R9 9. RW :
R10 10.RT :
R11 11. NO. TELP :
R12 12. USIA BUMIL :
R13 13. AGAMA BUMIL :
1. Islam 2. Kristen 3. Hindu 4. Budha 5.lainnya (sebutkan)
R14 14. NAMA SUAMI :
R15 15. AGAMA SUAMI :
1. Islam 2. Kristen 3. Hindu 4. Budha 5.lainnya
R16 16. JUMLAH ANAK :
A. Nama sheet: SG BUMILA. Status Gizi Ibu hamil
1. Usia kehamilan A1: mgg2. Kehamilan ke A2:3. BB sebelum hamil A3: kg4. BB saat ini A4: kg5. Tinggi badan A5: cm6. LILA saat ini A6: cm
Kuesioner ini digunakan sebagai bahan untuk penelitian PEMANFAATAN JAHESEBAGAI TABLET ISAP UNTUK IBU HAMIL DENGAN GEJALA MUALDAN MUNTAH oleh Devita Kusuma Rahingtyas (A54104080), MahasisiwiDepartemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, InstitutPertanian Bogor. Saya mohon kesediaan Anda meluangkan waktu (± 30 menit) untukmengisi kuesioner ini secara jujur dan lengkap, kerahasiaan data Anda terjamin.Terima kasih atas bantuan dan kerjasama Anda.
82
Lampiran 1 (lanjutan)B.a. Nama sheet: RiwKesB. RIWAYAT KESEHATAN DAN KEHAMILAN IBU HAMILB1. Riwayat Penyakit Ibu HamilBa11 Ba12 Ba13
Jenis Penyakit6 bln sebelum hamil Saat hamil
kode Frekuensi/6 bulan kode Frekuensi selama hamila. Anemia Ba12a Ba13ab. Jantung Ba12b Ba13bc. Hipertensi Ba12c Ba13cd. Diabetes Ba12d Ba13de. Typus Ba12e Ba13ef. Diare Ba12f Ba13fg. Batuk Ba12g Ba13gh. Influenza Ba12h Ba13hi. Ba12i Ba13ij. Ba12j Ba13j
B2. Riwayat Kehamilan Ibu HamilBa21 Ba22 Ba23 Ba24
Riwayat kehamilan Kode Frekuensiselama hamil
Keterangan
a. Keguguran Ba22ab. Aborsi Ba22bc. Melahirkan bayi <2500g Ba22cd. Melahirkan bayi <37 minggu Ba22de. Melahirkan bayi mati Ba22ef. Melahirkan bayi sungsang Ba22fg. Persalinan caesar Ba22gh. Persalinan normal Ba22hi. Ba22i
C. Nama sheet: kebiasaanC. KEBIASAAN MAKAN IBU HAMIL(kode: 1=jika jawaban ya, 2=jika jawaban tidak)C 1. Berapa frekuensi Anda makan makanan utama dalam sehari:
a. 1x b.2x c. 3x d.>3xC2. Berapa frekuensi Anda makan selingan dalam sehari:
a. 1x b.2x c. 3x d.>3xC3. Apakah ibu memiliki jenis makanan pantangan: a. Ya b. TidakC4. Jika YA sebutkan jenis makanan pantangan tersebut a. b. Alasan: ................................................................................................................................C5. Siapakah yang menganjurkan untuk tidak memakan makanan pantangan .....................C6. Makanan yang tidak disukai:............................................................................................. Alasan: .................................................................................................................................C7. Apakah ibu alergi terhadap suatu jenis makanan? a. Ya b. TidakC8. Jika YA sebutkan jenis makanan yang menyebabkan alergi tersebut a. b. Alasan: ..................................................................................................................................C9. Apakah ada makanan yang dianjurkan selama hamil? a. Ya b. TidakC10. Jika YA sebutkan jenis makanan yang dianjurkan tersebut a. b. Alasan: .............................................................................................................................C11. Siapakah yang menganjurkan...........................................................................................C12. Anggota keluarga yang menjadi prioritas konsumsi pangan..........................................
83
Lampiran 1 (lanjutan)D. Nama sheet: FFQD. Frekuensi Konsumsi Pangan Ibu HamilD1 D2 D3 D4
No Jenis Pangan Frekuensi … kali per1) Rata-rata/konsumsiHari Ming Bln Thn URT Gram
1.1 Nasi1.2 Nasi uduk1.3 Bubur ayam1.4 Nasi goreng1.5 Mie instan1.6 Roti2. UMBI-UMBIAN2.1 Singkong2.2 Talas2.3 Singkong3. DAGING, IKAN, SUSU DAN TELUR3.1 Daging ayam3.2 Ikan laut3.3 Ikan tawar3.4 Ikan asin3.5 Telur negeri3.6 Susu4. KACANG-KACANGAN4.1 Tempe4.2 Tahu4.3 Kacang panjang4.4 Kacang hijau4.5 Kacang tanah5. DAUN-DAUNAN5.1 Bayam5.2 Kangkung5.3 Sawi5.4 Sup (wortel, kol)5.5 Daun singkong5.6 Daun melinjo5.7 Daun katuk6. SAYURAN BUAH6.1 Labu siam6.2 Tomat6.3 Mentimun7. BUAH7.1 Pepaya7.2 Pisang7.3 Jeruk7.4 Apel7.5 Melon7.6 Semangka7.7 Mangga7.8 Rambutan8. JAJANAN8.1 Bakso8.2 Siomay8.3 Pisang goreng8.4 Mie ayam8.5 Bakwan8.6 Tahu goreng8.7 Tempe goreng8.8 Kerupuk8.10 Teh8.11 Biskuit
84
Lampiran 1 (lanjutan)E. Konsumsi Pangan Ibu Hamil Recall 1x24 Jam E1 E2 E3Waktu makan Hari……………, tanggal…………
Kode Pangan Jenis makanan BanyaknyaURT Gram
Sarapan
Selingan(camilan)
Siang
Selingan(camilan)
Malam
F. Mual dan Muntah serta Produk Olahan Jahe Untuk Mengatasi Masalah TersebutF1.Frekuensi mual dan muntah ibu selama hamil: a. setiap hari b. beberapa kali seminggu c. beberapa kali selama hamil d. Tidak pernah
F8.Sebab mual dan muntah yang ibu alami: a. tekanan / stres b. kelelahan c. rangsangan dari luar d. tidak ada sebab spesifik
F2.Tingkat keparahan mual dan muntah ibu selama hamil: a. ringan b. sedang c. berat d. Hiperemesis (sangat berat)
F9. Konsumsi obat khusus selama mual dan muntah: a. sering b. jarang c. tidak pernah d. tidak tahu
F3.Jenis makanan yang banyak ibu konsumsi selama kondisimual dan muntah kehamilan: a. makanan berat b. buah-buahan b. camilan d. susu
F10. Pendapat ibu apabila jahe diberikan kepada ibu hamildengan gejala mual dan muntah: a. dianjurkan b. dibolehkan c. tidak dibolehkan d. tidak tahu
F4.Jangka waktu terjadinya mual dan muntah kehamilan: a. sepanjang trimester pertama b. trimester pertama dan kedua c. trimester pertama sampai trimester akhir d. tidak tentu
F11. Produk pencegah mual dan muntah kehamilan yang ibukehendaki: a. susu b. bubur c. tablet isap d. lain-lain, sebutkan .....................
F5.Kondisi mual dan muntah terparah terjadi pada kehamilanke-: a. 1 b. 2 c.>2 d. Keseluruhan
F12. Pendapat ibu apabila jahe diolah menjadi produk untukmengatasi mual dan muntah kehamilan:
a. sangat setuju b.setuju c. tidak setuju d. sangat tidak setuju
F6. Ke mana ibu memeriksakan diri apabila terjadi gangguankehamilan:
a. dokter b. bidan c. orang terpercaya d. tidak pernah periksa
F13. Bersediakah ibu untuk mencoba produk olahan jahe untukmengatasi mual dan muntah yang ibu alami: a. bersedia b. ragu-ragu
c. tidak bersedia d. tidak tahu
85
Lampiran 2 Metode analisis karakteristik fisik tepung ekstrak jahe
Kadar Air (Kailaku 2003)
Pengukuran dilakukan dengan metode oven. Tahapan yang dilakukan
anatara lain adalah penimbangan 1-2 g contoh dengan seksama pada sebuah
botol timbang bertutup yang sudah diketahui bobotnya. Botol timbang
dikeringkan pada oven bersuhu 1050C selama 3 jam. Setelah itu, botol
dimasukkan ke dalam desikator. Setelah dingin, botol ditimbang. Pengeringan
dan penimbangan dilakukan hingga diperoleh bobot tetap. Kadar air bahan
dihitung dengan menggunakan persamaan:
Kadar air = W x 100%
W1
Keterangan: W = kehilangan bobot setelah dikeringkan, dalam g W1 = bobot contoh sebelum dikeringkan, dalam g
Rendemen Ekstraksi (Khairani 2002)
Rendemen ekstraksi didapatkan dari perbandingan antara berat ekstrak
jahe kering dengan berat tubuh buah jahe kering dikali 100%.
Rendemen (%) = a x 100%
bKeterangan : a = berat ekstrak kering, dalam g b = berat buah kering, dalam g
Kelarutan (AOAC 1971 diacu dalam Khairani 2002)
Penilaian nilai kelarutan dilakukan dengan melarutkan sejumlah sampel
ke dalam 100 ml akuades panas (80-85)0C, kemudian disaring dengan
menggunakan kertas saring Whatman No.42 dengan bantuan pompa vakum.
Sebelumnya, kertas saring dikeringkan di dalam oven pada suhu 1050C selama 3
jam. Selanjutnya, didinginkan di dalam desikator selama 15 menit dan ditimbang.
Nilai kelarutan dinyatakan dalam persentase berat residu yang yang tidak dapat
melalui kertas saring terhadap contoh bahan yang digunakan.
% Kelarutan = 1 – (C – B) x 100%
(100 – KA)% x A
Keterangan : A = berat contoh yang digunakan, dalam g B = berat kertas saring, dalam g C = berat kertas saring + berat residu, dalam g KA= kadar air (%)
86
Lampiran 2 (lanjutan)
Kekerasan (Kailaku 2003)
Dilakukan dengan alat penetrometer, sepersepuluh milimeter division,
dari Precisison Scientific Petroleum Instrument. Sampel tablet diletakkan pada
bantalan penekan, kemudian ditekan dengan jarum pengukur. Kekerasan produk
berbanding terbalik dengan jarak yang dapat dipenetrasi oleh jarum pengukur
dalam jangka waktu tertentu. Sampel dipenetrasi dengan membebankan jarum
dengan skala beban tertentu. Pengukuran berlangsung 10 detik dengan beban
50 g. Setelah penekanan, jarum yang dapat dipenetrasi akan ditunjukkan pada
jarum penetrometer.
Waktu Larut (Nurharini 1997 diacu dalam Khairani 2002)
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan stopwatch. Waktu larut
diukur saat tablet dimasukkan ke dalam air dengan suhu 800C - 850C sehingga
seluruh tablet larut.
Nilai pH (Hartanto 1992)
Tablet dilarutkan ke dalam 200 ml akuades panas dengan suhu 800C -
850C , kemudian diambil air sebanyak 100 ml dan diukur pH-nya dengan
pHmeter.
87
Lampiran 3 Kuesioner uji organoleptik tepung ekstrak jahe
UJI HEDONIKNama :
Jenis Kelamin : L/P
Tanggal Pengujian :
Dihadapan Anda disajikan beberapa tepung ekstrak jahe. Anda diminta
untuk melakukan penilaian terhadap rasa jahe, rasa pedas, warna, aroma,
tekstur, warna dan penampakan keseluruhan dari tepung jahe. Sebaiknya tidak
dilakukan pembandingan antara produk satu dengan produk yang lain. Pengujian
tepung ekstrak jahe dilakukan satu demi satu. Beri nomor sesuai dengan pilihan
jawaban Anda.
Kode
Sampel
Rasa
Jahe
Rasa
Pedas
Aroma Tekstur Warna Penampakan
Keseluruhan
101
102
103
Keterangan:
1. sangat tidak suka
2. tidak suka
3. agak tidak suka
4. agak suka
5. suka
6. sangat suka
Komentar/saran :
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
.................................................................................................................................
88
Lampiran 4 Kuesioner Uji Organoleptik Tablet Isap Jahe
UJI MUTU HEDONIKNama :Jenis Kelamin : L/PTanggal Pengujian :
Dihadapan Anda disajikan tiga jenis tablet isap jahe. Anda diminta untukmelakukan penilaian terhadap kategori-kategori yang mempengaruhi mutu tabletisap tersebut. Sebaiknya tidak dilakukan pembandingan antara produk satudengan produk yang lain. Pengujian dilakukan satu demi satu. Berilah nomorsesuai dengan peringkat penilaian yang Anda berikan, 1 untuk yang palingrendah dan 9 untuk yang paling tinggi.
Bungkus KuningRasa manis (amat sangat tidak manis – amat sangat manis)
Rasa asam (amat sangat tidak asam – amat sangat asam)
Rasa pedas (amat sangat tidak pedas – amat sangat pedas)
Rasa jahe (amat sangat tidak terasa – amat sangat terasa)
Rasa keseluruhan (amat sangat tidak pas – amat sangat pas)
Aroma jahe (amat sangat tidak tercium – amat sangat tercium)
Aroma asam (amat sangat tidak tercium – amat sangat tercium)
Aroma keseluruhan (amat sangat tidak pas – amat sangat pas)
Mouthfeel (amat sangat tidak terasa – amat sangat terasa)
Tekstur saat diisap (amat sangat kasar – amat sangat halus)
Warna (amat sangat tidak homogen – amat sangat homogen)
89
Lampiran 4 (lanjutan)
Bungkus HijauRasa manis (amat sangat tidak manis – amat sangat manis)
Rasa teh hijau (amat sangat tidak terasa – amat sangat terasa)
Rasa pedas (amat sangat tidak pedas – amat sangat pedas)
Rasa jahe (amat sangat tidak terasa – amat sangat terasa)
Rasa keseluruhan (amat sangat tidak pas – amat sangat pas)
Aroma jahe (amat sangat tidak tercium – amat sangat tercium)
Aroma teh hijau (amat sangat tidak tercium – amat sangat tercium)
Aroma keseluruhan (amat sangat tidak pas – amat sangat pas)
Mouthfeel (amat sangat tidak terasa – amat sangat terasa)
Tekstur saat diisap (amat sangat kasar – amat sangat halus)
Warna (amat sangat tidak homogen – amat sangat homogen)
Bungkus MerahRasa manis (amat sangat tidak manis – amat sangat manis)
Rasa jahe (amat sangat tidak terasa – amat sangat terasa)
Rasa pedas (amat sangat tidak pedas – amat sangat pedas)
Rasa keseluruhan (amat sangat tidak pas – amat sangat pas)
Aroma jahe (amat sangat tidak tercium – amat sangat tercium)
Aroma keseluruhan (amat sangat tidak pas – amat sangat pas)
Mouthfeel (amat sangat tidak terasa – amat sangat terasa)
Tekstur saat diisap (amat sangat kasar – amat sangat halus)
Warna (amat sangat tidak homogen – amat sangat homogen)
TERIMA KASIH ATAS PARTISIPASI ANDA
90
Lampiran 5 Kuesioner Uji Organoleptik dan Penerimaan Tablet Isap JaheKUESIONER PENELITIAN PEMANFAATAN JAHE SEBAGAITABLET ISAP UNTUK IBU HAMIL DENGAN GEJALA MUALDAN MUNTAH
R1 1. TANGGAL KUNJUNGAN :
R2 2. NAMA BUMIL :
R3 3. KECAMATAN :
R4 4. DESA :
R5 5. DUSUN/KAMPUNG :
1. radar 2. leuwi kopo 3.cangkurawok 4. badoneng 5. bara 6. batengR6 6. RW :
R7 7.RT :
R8 8. NO. TELP :
R9 9. USIA BUMIL :
R10 10. JUMLAH ANAK :
R11 11. USIA KEHAMILAN :
R12 12. KEHAMILAN KE- :
Mual dan Muntah Kehamilan serta Jahe dan Produk OlahannyaA1.Frekuensi mual dan muntah ibu selama hamil: a. setiap hari b. beberapa kali seminggu c. beberapa kali selama hamil d. Tidak pernah
A8.Sebab mual dan muntah yang ibu alami: a. tekanan / stres b. kelelahan c. rangsangan dari luar d. tidak ada sebab spesifik
A2.Tingkat keparahan mual dan muntah ibu selama hamil: a. ringan b. sedang c. berat d. hiperemesis (sangat berat)
A9. Konsumsi obat khusus selama mual dan muntah: a. sering b. jarang c. tidak pernah d. tidak tahu
A3.Jenis makanan yang banyak ibu konsumsi selama kondisimual dan muntah kehamilan: a. makanan berat b. buah-buahan b. camilan d. Susu
A10. Pendapat ibu apabila jahe diberikan kepada ibu hamil dengangejala mual dan muntah: a. dianjurkan b. dibolehkan c. tidak dibolehkan d. tidak tahu
A4.Jangka waktu terjadinya mual dan muntah kehamilan: a. sepanjang trimester pertama b. trimester pertama dan kedua c. trimester pertama sampai trimester akhir d. tidak tentu
A11. Produk pencegah mual dan muntah kehamilan yang ibukehendaki: a. susu b. bubur c. tablet isap d. lain-lain, sebutkan ..............................
A5.Kondisi mual dan muntah terparah terjadi pada kehamilan ke-: a. 1 b. 2 c.>2 d. Keseluruhan
A12. Pendapat ibu apabila jahe diolah menjadi produk untukmengatasi mual dan muntah kehamilan:
a. sangat setuju b.setuju c. tidak setuju d. sangat tidak setuju
A6. Ke mana ibu memeriksakan diri apabila terjadi gangguankehamilan:
a. dokter b. bidan c. orang terpercaya d. tidak pernah periksa
A13. Bersediakah ibu untuk mencoba produk olahan jahe untukmengatasi mual dan muntah yang ibu alami: a. bersedia b. ragu-ragu c. tidak bersedia d. tidak tahu
Kuesioner ini digunakan sebagai bahan untuk penelitian PEMANFAATAN JAHE SEBAGAI TABLET ISAPUNTUK IBU HAMIL DENGAN GEJALA MUAL DAN MUNTAH oleh Devita Kusuma Rahingtyas(A54104080), Mahasisiwi Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, InstitutPertanian Bogor. Saya mohon kesediaan Anda meluangkan waktu (± 15 menit) untuk mengisi kuesioner inisecara jujur dan lengkap, kerahasiaan data Anda terjamin. Terima kasih atas bantuan dan kerjasama Anda.
91
Lampiran 5 (lanjutan)
UJI KESUKAAN
Dihadapan Ibu disajikan beberapa jenis tablet isap jahe. Ibu diminta untuk
melakukan penilaian terhadap beberapa aspek-aspek di bawah ini. Sebaiknya
tidak dilakukan pembandingan antara produk satu dengan produk yang lain.
Pengujian produk dilakukan satu demi satu. Beri nomor sesuai dengan pilihan
jawaban Ibu.
Warna
Kemasan
Rasa
Jahe
Rasa
Manis
Rasa
Pedas
Rasa
Keseluruhan
Aroma
Jahe
Aroma
Keseluruhan
Warna Tekstur
Isap
Overall
Kuning
Hijau
Merah
Keterangan:1. sangat tidak suka 3. agak tidak suka 5.suka2. tidak suka 4. agak suka 6. sangat suka
DAYA TERIMA1. Bagaimana pendapat Ibu tentang produk tablet isap yang terbuat dari
jahe untuk mengatasi mual dan muntah kehamilan?
2. Apa tanggapan Ibu setelah mencoba produk tersebut?
3. Aspek-aspek manakah yang Ibu sukai dari produk tersebut? Berikan
alasannya! (Jawaban boleh lebih dari 1)
4. Aspek-aspek manakah yang Ibu tidak sukai dari produk tersebut? Berikan
alasannya! (Jawaban boleh lebih dari 1)
5. Apabila Ibu mengalami mual dan muntah, apakah Ibu akan membeli
produk tersebut apabila beredar di pasaran? Mengapa?
6. Saran yang dapat Ibu berikan kepada peneliti?
92
Lampiran 6 Sebaran ibu hamil menurut frekuensi konsumsi panganBahanpangan
Tidak pernah (0 kali/minggu)
Jarang(1-3
kali/minggu)
Sering (4-7
kali/minggu)
Setiap hari(>7
kali/minggu)
Total
n % n % n % n % n %1. Sumber Karbohidrat
Nasi 0 0 0 0 0 0 20 100 20 100Nasi uduk 8 40 8 40 0 0 4 20 20 100Bubur 9 45 9 45 1 5 1 5 20 100Nasgor 10 50 10 50 0 0 0 0 20 100Mie instan 11 55 6 30 0 0 3 15 20 100Roti 5 25 11 55 0 0 4 20 20 100Singkong 11 55 7 35 0 0 2 10 20 100
2. Sumber Protein HewaniAyam 6 30 12 60 0 0 2 10 20 100Ikan laut 7 35 12 60 1 5 0 0 20 100Ikan twar 7 35 11 55 2 10 0 0 20 100Ikan asin 5 25 10 50 0 0 5 25 20 100Telur neg. 3 15 9 45 0 0 8 40 20 100Susu 4 20 1 5 0 0 15 75 20 100
3. Sumber Protein NabatiTempe 0 0 4 20 0 0 16 80 20 100Tahu 2 10 8 40 2 10 8 40 20 100Kcg pjg 10 50 8 40 0 0 2 10 20 100Kcg hijau 6 30 10 50 0 0 4 20 20 100Kcg tanah 9 45 10 50 1 5 0 0 20 100
4. Sumber Vitamin dan Mineral (Sayuran)Bayam 4 20 14 70 1 5 1 5 20 100Kangkung 4 20 15 75 0 0 1 5 20 100Sawi 7 35 13 65 0 0 0 0 20 100Sup 2 10 13 65 1 5 4 20 20 100Dsingkong 16 80 4 20 0 0 0 0 20 100Katuk 13 65 6 30 0 0 1 5 20 100Syr Asem 8 40 10 50 1 5 1 5 20 100Tauge 8 40 11 55 1 5 0 0 20 100Labu siam 9 45 11 55 0 0 0 0 20 100Mentimun 8 40 11 55 0 0 1 5 20 100
5. Sumber Vitamin dan Mineral (Buah-buahan)Pepaya 6 30 9 45 0 0 5 25 20 100Pisang 6 30 12 60 0 0 2 10 20 100Jeruk 2 10 14 70 0 0 4 20 20 100Apel 9 45 11 55 0 0 0 0 20 100Melon 12 60 8 40 0 0 0 0 20 100Rambutan 3 15 14 70 1 5 2 10 20 100
6. SelinganBakso 9 45 11 55 0 0 0 0 20 100Siomay 8 40 9 45 0 0 3 15 20 100Pisgor 9 45 6 30 0 0 5 25 20 100Mie ayam 14 70 5 25 0 0 1 5 20 100Bakwan 6 30 11 55 0 0 3 15 20 100Tahu isi 9 45 9 45 1 5 1 5 20 100Temgor 8 40 9 45 0 0 3 15 20 100Kerupuk 5 25 6 30 1 5 8 40 20 100Teh 3 15 5 25 0 0 12 60 20 100Biskuit 6 30 10 50 1 5 3 15 20 100Ekstrusi 14 70 4 20 1 5 1 5 20 100
93
Lampiran 7 Hasil Analisis Karakteristik Fisik Tepung Ekstrak Jahe pada BerbagaiPengeringan
Lampiran 7.1 Kadar air tepung ekstrak jahe dengan berbagai metodepengeringan
MetodePengeringan
Ulangan Pertama(%)
Ulangan Kedua(%)
Rata-rata Ulangan(%)
SprayVacumFreeze
7.62853.28344.7638
4.13143.37774.7773
5.87993.33064.7701
Lampiran 7.2 Rendemen tepung ekstrak jahe dengan berbagai metodepengeringan
MetodePengeringan
UlanganPertama
(%)
EstimasiKehilangan
UlanganPertama
(%)
UlanganKedua
(%)
EstimasiKehilangan
UlanganKedua (%)
Rata-rata
Ulangan
Rata-rataEstimasi
Kehilangan(%)
SprayVacumFreeze
6.698.135.48
32.8216.2144.39
5.498.546.85
44.8311.9530.41
6.098.346.17
38.8314.0837.4
Lampiran 7.3 Kelarutan tepung ekstrak jahe dengan berbagai metodepengeringan
MetodePengeringan
Ulangan Pertama(%)
Ulangan Kedua(%)
Rata-rata Ulangan(%)
SprayVacumFreeze
10095.9296.98
99.1490.5095.77
99.5793.21
96.375
Lampiran 7.4 Gingerol tepung ekstrak jahe dengan berbagai metodepengeringanJenis Contoh Hasil Pengujian terhadap Jenis
Pengeringan (%)Metode
PenelitianSpray Vacum Freeze
TepungEkstrak Jahe
0.043 0.041 0.042 TLCscanner
94
Lampiran 8 Hasil Analisis Mutu Fisik Tablet Isap Jahe pada Berbagai Formula
Lampiran 8.1 Kekerasan tablet isap jahe dengan berbagai formulaFormula Ulangan Pertama Ulangan Kedua Rata-rata Ulangan
123
158.59
154.59.5
156.5
9.25
Lampiran 8.2 Waktu larut tablet isap jahe dengan berbagai formulaFormula Ulangan Pertama
(menit)Ulangan Kedua
(menit)Rata-rata Ulangan
(menit)123
10.018.418.13
9.188.748.47
108.748.30
Lampiran 8.3 Derajat keasaman (pH) tablet isap jahe dengan berbagai formulaFormula Ulangan Pertama Ulangan Kedua Rata-rata Ulangan
123
5.26.96.7
5.46.96.8
5.36.9
6.75
95
Lampiran 9 Hasil sidik ragam dan Uji Lanjut Duncan terhadap karakteristik fisiktepung ekstrak jahe pada berbagai pengeringan
Lampiran 9.1 Hasil sidik ragam kadar air tepung ekstrak jaheSumberKeragaman
Db JK KT F hit Pr > F
Perlakuan 2 3.42030000 1.71015000 140.75 0.0011Galat 3 0.03645000 0.01215000Total 5 3.45675000
Lampiran 9.1.1 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh pengeringanterhadap kadar air
DuncanGrouping
Mean N Perlakuan
A 5.0550 2 1A 4.7700 2 3B 3.3300 2 2
Lampiran 9.2 Hasil sidik ragam rendemen tepung ekstrak jaheSumberKeragaman
Db JK KT F hit Pr > F
Perlakuan 2 6.50303333 3.25151667 5.60 0.0971Galat 3 1.74250000 0.58083333Total 5 8.24553333
Lampiran 9.3 Hasil sidik ragam estimasi kehilangan tepung ekstrak jaheSumberKeragaman
Db JK KT F hit Pr > F
Perlakuan 2 754.66323333 377.33161667 6.30 0.0843Galat 3 179.63645000 59.87881667Total 5 934.29968333
Lampiran 9.4 Hasil sidik ragam kelarutan tepung ekstrak jaheSumberKeragaman
Db JK KT F hit Pr > F
Perlakuan 2 40.44990000 20.22495000 3.84 0.1488Galat 3 15.79005000 5.26335000Total 5 56.23995000
96
Lampiran 10 Hasil sidik ragam mutu fisik tablet isap pada berbagai formula
Lampiran 10.1 Hasil sidik ragam kekerasan tablet isap jaheSumberKeragaman
Db JK KT F hit Pr > F
Perlakuan 2 20.58333333 10.29166667 41.17 0.0066Galat 3 0.75000000 0.25000000Total 5 21.33333333
Lampiran 10.1.1 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh formula tablet terhadapkekerasanDuncanGrouping
Mean N Perlakuan
A 8.5000 2 1A 7.7500 2 3B 4.2500 2 2
Lampiran 10.2 Hasil sidik ragam waktu larut tablet isap jaheSumberKeragaman
Db JK KT F hit Pr > F
Perlakuan 2 1.73723333 0.86861667 4.25 0.1333Galat 3 0.61350000 0.20450000Total 5 2.35073333
Lampiran 10.3 Hasil sidik ragam serajat keasaman (pH) tablet isap jaheSumberKeragaman
Db JK KT F hit Pr > F
Perlakuan 2 3.12333333 1.56166667 187.40 0.0007Galat 3 0.02500000 0.00833333Total 5 3.14833333
Lampiran 10.3.1 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh formula tablet terhadap pHDuncanGrouping
Mean N Perlakuan
A 6.90000 2 2A 6.75000 2 3B 5.30000 2 1
Lampiran 11 Perhitungan kontribusi kandungan gingerol per tablet
97
Digunakan 1.6 gram tepung ekstrak jahe dengan metode pengeringan vakumper tablet isap. Jika terkandung 0.041% gingerol di dalam tepung ekstrakjahe maka :
Kandungan gingerol per tablet = 1.6 gram x 0.041% = 6.56 x 10-4 gram = 0.656 miligram
terkandung 0.66 mg gingerol/ tablet isap jahe
Jika dalam 1 gram jahe segar terkandung 0.4 – 3.1% oleoresin dengan kisarankandungan gingerol antara 1.1 – 2.2% dalam oleoresin, maka estimasikandungan gingerol dalam 1 gram jahe segar adalah :
1 gram jahe segar
0.4 – 3.1% oleoresin
4 – 31 mg oleoresin
Sehingga,4 mg - 31 mg
1.1 – 2.2 % gingerol
0.04 - 0.09 mg 0.34 – 0.68 mg
0.04 – 0.68 mg gingerol/ 1 g jahe segar
Lampiran 12 Estimasi harga tablet isap jahe
98
Biaya alat :Vacuum dryer
1. Harga = Rp 30.000.0002. Biaya perawatan = Rp 1.000.000/ tahun3. Umur = 15 tahun
Sehingga biaya operasional vaccum dryer per hari adalah : 30.000.000 + 1.000.000 = 5.479,45 + 2.739,73 = Rp 8.219,18/ 8 jam
kerja 15 x 365 365
2 kg x 8 jam = 5.33 kg Rp 8.219,18 = Rp 1.542/ kg tepung3 jam 5.33
Alat kempa1. Harga = Rp 20.000.0002. Biaya perawatan = Rp 500.0003. Umur = 15 tahun
Sehingga biaya operasional alat kempa per hari adalah :20.000.000 + 500.000 = 3.652,97 + 1.369,86 = Rp 5.022,83/ 8 jamkerja
15 x 365 365
1 kg x 8 jam = 5.33 kg Rp 5.022,83 = Rp 942/ kg tepung 1.5 jam 5.33
Biaya vaccum dryer + Biaya alat kempa = 1.542 + 942 = Rp 2.484/ kg tepung
Bahan Tambahan Makanan (BTM)1 kg tepung ekstrak jahe membutuhkan :
1. Jahe 0.5 kg Rp 6.0002. Maltodekstrin 1 kg Rp 15.0003. Asam sitrat 12.5 g Rp 2504. Magnesium stearat 25 g Rp 1.4005. Talk 25 g Rp 4006. Sukralosa 1.25 g Rp 3.7507. Sorbitol bubuk 1.4 kg Rp 44.8008. Aerosil 25 g Rp 4.2509. Sodium benzoate 2.5 g Rp 50 +
Total Rp 77.600/ kg
Tenaga Kerja6 orang x Rp 875.000 = Rp 218.750/ hari
24
1.5 jam x Rp 218.750 = Rp 41.016/ kg 8
Biaya total/ kg tepung :
99
Biaya alat = Rp 2.484 Biaya BTM = Rp 77.600 Biaya tenaga kerja = Rp 41.016 +
Total Rp 121.100
Lampiran 12 (lanjutan)
Biaya tablet isap : 1.6 x Rp 121.100 = Rp 193,761000
+ Biaya pengemasan (Rp 50/ tablet) = Rp 192,75/ tablet
Jika ingin didapatkan keuntungan 50% maka harga jual tablet adalah: Rp 193,76 + (Rp 193,76 x 75%) = Rp 339.08/ tablet
Sehingga diperoleh harga jual tablet = Rp 350/ tablet untuk harga pabrik= Rp 500/ tablet untuk harga eceran
Lampiran 13 Kromatogram analisis gingerol