ANALISIS PENGARUH TRANSISI PERTANIAN SUBSISTEN KE PERTANIAN …repository.ub.ac.id/1354/1/Christian...

79
ANALISIS PENGARUH TRANSISI PERTANIAN SUBSISTEN KE PERTANIAN KOMERSIAL TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI KOTA BATU SKRIPSI DISUSUN OLEH : CHRISTIAN BENNY HARIYANTO 0910213070 Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Derajat Sarjana Ekonomi JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017

Transcript of ANALISIS PENGARUH TRANSISI PERTANIAN SUBSISTEN KE PERTANIAN …repository.ub.ac.id/1354/1/Christian...

Page 1: ANALISIS PENGARUH TRANSISI PERTANIAN SUBSISTEN KE PERTANIAN …repository.ub.ac.id/1354/1/Christian Benny Hariyanto.pdf · 2020. 8. 12. · di Indonesia adalah Kota Batu dimana kota

ANALISIS PENGARUH TRANSISI PERTANIAN SUBSISTEN

KE PERTANIAN KOMERSIAL TERHADAP PENYERAPAN

TENAGA KERJA DI KOTA BATU

SKRIPSI

DISUSUN OLEH :

CHRISTIAN BENNY HARIYANTO

0910213070

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Meraih Derajat Sarjana Ekonomi

JURUSAN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2017

Page 2: ANALISIS PENGARUH TRANSISI PERTANIAN SUBSISTEN KE PERTANIAN …repository.ub.ac.id/1354/1/Christian Benny Hariyanto.pdf · 2020. 8. 12. · di Indonesia adalah Kota Batu dimana kota
Page 3: ANALISIS PENGARUH TRANSISI PERTANIAN SUBSISTEN KE PERTANIAN …repository.ub.ac.id/1354/1/Christian Benny Hariyanto.pdf · 2020. 8. 12. · di Indonesia adalah Kota Batu dimana kota
Page 4: ANALISIS PENGARUH TRANSISI PERTANIAN SUBSISTEN KE PERTANIAN …repository.ub.ac.id/1354/1/Christian Benny Hariyanto.pdf · 2020. 8. 12. · di Indonesia adalah Kota Batu dimana kota

DAFTAR RIWAYAT HIDUP DATA PRIBADI Nama Lengkap : Christian Benny Hariyanto Tempat, Tanggal Lahir : Samarinda, 2 Maret 1992 Jenis Kelamin : Laki – Laki Kewarganegaraan : Indonesia Agama : Kristen Status : Belum Menikah Alamat : Jl. Adam Malik. Perum Citra Griya B.65. Samarinda No Telp : 08115555570 Email : [email protected] PENDIDIKAN FORMAL 1. SDK 1 W.R.SOEPRATMAN SAMARINDA : 1997 - 2003 2. SMPK 1 W.R SOEPRATMAN SAMARINDA : 2003 - 2006 3. SMA NEGRI 3 SAMARINDA : 2006 - 2009 4. S1 ILMU EKONOMI UNIVERSITAS BRAWIJAYA : 2009 - 2017

Page 5: ANALISIS PENGARUH TRANSISI PERTANIAN SUBSISTEN KE PERTANIAN …repository.ub.ac.id/1354/1/Christian Benny Hariyanto.pdf · 2020. 8. 12. · di Indonesia adalah Kota Batu dimana kota

UCAPAN TERIMA KASIH

1. Ucapan terima kasih sebesar – besarnya kepada Tuhan yang Maha Esa, karna

berkat dan rahmat Nya saya bisa menulis skripsi ini dengan lancar meskipun ada

beberapa halangan yang harus dihadapi

2. Terima kasih kepada kedua orang Tua saya Bapak Sugeng Harijanto dan Ibu

Sukana yang senantiasa mendukung dana, daya dan doa di setiap penyusunan

skripsi ini sehingga saya bisa menyeloesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya

3. Terimakasih kepada Ibu Asfi Manzilati selaku pembimbing pembuatan skripsi, karna

telah meluangkan waktu dan tenaga untuk membimbing saya menulis skripsi.

4. Terima kasih kepada sekretaris jurusan ilmu ekonomi Universitas Brawijaya bapak

Putu Mahardika yang juga senantiasa membantu saya dalam proses pembuatan

skripsi

5. Terima kasih kepada ketua jurusan ilmu ekonomi Universitas Brawijaya bapak Dwi

Budi Santoso yang juga telah meluangkan waktunya untuk membantu

menyelesaikan skripsi ini

6. Terima kasih kepada seluruh jajaran staff dan karyawan fakultas ekonomi jurusan

ilmu ekonomi universitas brawijaya malang.

7. Terima kasih untuk teman teman Bedjo Makmur yang sudah membantu semangat

saya untuk selalu menulis dan mengerjkan skripsi

8. Kepada seluruh keluarga dimalang yang selalu mendukung serta mendoakan agar

saya bisa menyelesaikan skripsi ini.

Page 6: ANALISIS PENGARUH TRANSISI PERTANIAN SUBSISTEN KE PERTANIAN …repository.ub.ac.id/1354/1/Christian Benny Hariyanto.pdf · 2020. 8. 12. · di Indonesia adalah Kota Batu dimana kota

Analisis Pengaruh Transisi Pertanian Subsisten Ke Pertanian Komersial Terhadap

Penyerapan Tenaga Kerja Di Kota Batu. Christian Benny Hariyanto

Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Brawijaya

[email protected]

Abstrak

Tiga tahap dasar dalam evolusi produksi pertanian, yaitu pertanian murni, pertanian keluarga

yang terdiversifikasi atau campuran, dan pertanian modern. Dimana dalam proses transisi pertanian

juga berhubungan dalam penyerapan tenaga kerja. Salah satu contoh daerah yang mengalami transisi

di Indonesia adalah Kota Batu dimana kota ini beralih fungsi dari daerah pertanian subsisten menjadi

daerah pertanian komersial. Adanya perubahan konsep pertanian ini dapat berpengaruh terhadap

penyerapan tenaga kerja yang ada di Kota Batu terutama di sektor pertanian. Dalam penelitian ini

digunakan regresi linier berganda (OLS) dengan pengujian asumsi klasik dan goodness of fit. Hasil

dari penelitian ini adalah variabel modal kerja, nilai penjualan, harga output mempunyai pengaruh

yang positif dan signifikan terhadap jumlah tenaga kerja. Sedangkan variabel pendidikan yang

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Dan variabel yang dominan

berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja adalah variabel nilai penjualan yang memiliki nilai

koefisien tertinggi.

Keyword: Pertanian subsisten, pertanian komersil, tenaga kerja

Page 7: ANALISIS PENGARUH TRANSISI PERTANIAN SUBSISTEN KE PERTANIAN …repository.ub.ac.id/1354/1/Christian Benny Hariyanto.pdf · 2020. 8. 12. · di Indonesia adalah Kota Batu dimana kota

The Influence Of Subsistence Agriculture Transition To Commercial Agriculture On

The Employment Rate In Batu City Christian Benny Hariyanto

Faculty Of Economics And Business University Of Brawijaya

[email protected]

Abstract

The three basic stages in the evolution of agricultural production, namely pure agriculture, diversified

or mixed family farming, and modern agriculture. Where in the process of agricultural transition is

also related in the absorption of labor. One example of a transitional region in Indonesia is Batu City

where the city is switching from subsistence agriculture to commercial farming areas. The change of

the concept of agriculture can affect the absorption of labor in Batu City, especially in the agricultural

sector. In this study used multiple linear regression (OLS) with testing the classical assumption and

goodness of fit. The result of this research is working capital variable, sales value, output price have

positive and significant influence to the amount of labor. While the education variables that have a

negative and significant effect on the absorption of labor. And the dominant variable affecting the

absorption of labor is the variable of sales value which has the highest coefficient value.

Keyword: Subsistence agriculture, commercial agriculture, labor

Page 8: ANALISIS PENGARUH TRANSISI PERTANIAN SUBSISTEN KE PERTANIAN …repository.ub.ac.id/1354/1/Christian Benny Hariyanto.pdf · 2020. 8. 12. · di Indonesia adalah Kota Batu dimana kota

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan penulis kemudahan sehingga dapat menyelesaikan Skripsi ini. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penulis tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik.

Skripsi ini di susun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “Analisis Pengaruh Transisi Pertanian Subsisten Ke Pertanian Komersial Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Di Kota Batu”, yang Penulis sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Skripsi ini di susun oleh penulis dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri Penulis maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya Skripsi ini dapat terselesaikan.

Skripsi ini memuat tentang bagaimana perpindahan para petani subsisten menjadi petani komersial di kota Batu yang salah satu penyebabnya adalah perubahan identitas kota Batu itu sendiri, yang sebelumnya adalah kota penghasil komoditi pertanian, saat ini kota Batu menjadi salah satu Kota dengan objek wisata terbanyak di Indonesia.

Semoga Skripsi ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun skripsi ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penulis membutuhkan kritik dan saran dari pembaca yang membangun. Terimakasih.

Malang, 1 Februari 2017

Penulis

Page 9: ANALISIS PENGARUH TRANSISI PERTANIAN SUBSISTEN KE PERTANIAN …repository.ub.ac.id/1354/1/Christian Benny Hariyanto.pdf · 2020. 8. 12. · di Indonesia adalah Kota Batu dimana kota

Daftar Isi

Cover Penelitian .......................................................................................... i

Lembar Pengesahan .................................................................................. ii

Surat Pernyataan ....................................................................................... iii

Daftar Isi ..................................................................................................... iv

Daftar Tabel ................................................................................................. v

Daftar Gambar ............................................................................................. vi

Abstraksi .................................................................................................... vii

Bab I Pendahuluan ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................... 8

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................. 8

1.4 Manfaat Penelitian ............................................................... 9

Bab II Tinjauan Pustaka .............................................................................. 10

2.1. Pasar Tenaga Kerja ............................................................. 10

2.1.1. Tenaga Kerja ............................................................. 10

2.1.2. Permintaan Tenaga Kerja .......................................... 12

2.1.3. Penawaran Tenaga Kerja ........................................... 15

2.1.4. Penyerapan Tenaga Kerja ......................................... 16

2.2. Pertanian Subsisten ............................................................. 18

2.2.1 Hubungan Transisi Pertanian Subsisten ke Komersial Terhadap

Penyerapan Tenaga Kerja ................................................... 21

2.3. Penelitian Terdahulu ............................................................ 23

2.4. Kerangka Pemikiran ............................................................. 26

2.5. Hipotesa............................................................................... 27

Bab III Metode Penelitian ............................................................................ 29

3.1. Jenis dan Pendekatan Penelitian ......................................... 29

3.2. Lokasi dan Objek Penelitian ................................................. 29

3.3. Populasi dan Metode Sampling ............................................ 30

3.4. Definisi Operasional Variabel ............................................... 30

3.5. Jenis Data dan Sumber Data ............................................... 31

3.6. Teknik Pengumpulan Data ................................................... 32

3.7. Analisa Data ........................................................................ 33

3.7.1. Perumusan Fungsi Regresi ...................................... 33

Page 10: ANALISIS PENGARUH TRANSISI PERTANIAN SUBSISTEN KE PERTANIAN …repository.ub.ac.id/1354/1/Christian Benny Hariyanto.pdf · 2020. 8. 12. · di Indonesia adalah Kota Batu dimana kota

3.7.1.1. Uji Regresi Secara Parsial (Uji-T) ................ 34

3.7.1.2. Uji Regresi Secara Keseluruhan (Uji-F) ....... 35

3.7.1.3. Uji R2 (Koefisien Determinasi) ...................... 36

3.7.2. Uji Asumsi Klasik ...................................................... 37

3.7.2.1. Uji Normalitas .............................................. 37

3.7.2.2. Uji Multikolinearitas ...................................... 38

3.7.2.3. Uji Heteroskedastisitas................................. 38

3.7.2.4 Uji Autokorelasi ............................................. 39

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan ................................................. 40

4.1. Hasil Penelitian .................................................................... 40

4.1.1. Deskripsi Usaha Responden .................................... 40

4.1.2. Deskripsi Responden ................................................ 41

4.1.2.1. Jenis Kelamin .............................................. 41

4.1.2.2. Usia Responden .......................................... 42

4.1.2.3. Tingkat Pendidikan ...................................... 42

4.1.2.4. Harga Output ............................................... 44

4.1.2.5. Modal Kerja .................................................. 44

4.1.2.6. Nilai Penjualan ............................................. 46

4.2. Hasil Analisis Data dan Pembahasan .................................. 47

4.2.1. Hasil Analisis Regresi Berganda ............................... 47

4.2.2. Pengujian Secara Simultan Dengan Uji F (F-Test) ... 49

4.2.3. Pengujian Secara Parsial dengan Uji t (t-Test) ......... 50

4.2.4. Koefisien Korelasi ..................................................... 51

4.2.5. Koefisien Determinasi (R2) ........................................ 53

4.2.6. Interpretasi Persamaan Regresi yang dihasilkan ...... 53

4.3. Hasil Uji Asumsi Klasik ......................................................... 54

4.3.1. Uji Multikolinieritas .................................................... 55

4.3.2. UjiHeterokedastisitas ................................................ 56

4.3.3. UjiNormalitas ............................................................ 57

4.3.4. Uji Autokorelasi ......................................................... 58

4.4. Pembahasan ........................................................................ 59

4.4.1. Variabel-VariabelyangMempengaruhiJumlah

TenagaKerjaUsahaTaniDesa SidomulyoBatu ........... 59

4.4.2. Pengaruh Modal Terhadap Jumlah Tenaga Kerja ..... 59

4.4.3. Pengaruh Nilai PenjualanTerhadap Jumlah Tenaga

Kerja ......................................................................... 60

Page 11: ANALISIS PENGARUH TRANSISI PERTANIAN SUBSISTEN KE PERTANIAN …repository.ub.ac.id/1354/1/Christian Benny Hariyanto.pdf · 2020. 8. 12. · di Indonesia adalah Kota Batu dimana kota

4.4.4. Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Jumlah

Tenaga Kerja ............................................................ 60

4.4.5. Pengaruh Harga Output Terhadap Jumlah Tenaga

Kerja ......................................................................... 60

Bab V Penutup... ......................................................................................... 61

5.1. Kesimpulan .......................................................................... 61

5.2. Saran ................................................................................... 62

Daftar Pustaka ............................................................................................ 63

Page 12: ANALISIS PENGARUH TRANSISI PERTANIAN SUBSISTEN KE PERTANIAN …repository.ub.ac.id/1354/1/Christian Benny Hariyanto.pdf · 2020. 8. 12. · di Indonesia adalah Kota Batu dimana kota

Daftar Tabel

Tabel 1.1 Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha

Dan Jenis Kelamin di Kota Batu, 2013-2014 ................................. 7

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ..................................................................... 25

Tabel 3.1 Hipotesa Autokorelasi dengan DW-test ......................................... 39

Tabel 4.1 Jenis Usaha Responden ............................................................... 40

Tabel 4.2 Jenis Kelamin Responden ............................................................. 41

Tabel 4.3 Usia Responden ........................................................................... 42

Tabel 4.4Tingkat Pendidikan Pemilik Usaha Tani ......................................... 43

Tabel 4.5 Tingkat Harga output Tenaga Kerja Sektor Industri ....................... 44

Tabel 4.6 Modal Kerja Usaha Tani ................................................................ 45

Tabel 4.7 Luas Tanah yang Dimiliki .............................................................. 45

Tabel 4.8 Asal Kepemilikan Tanah ................................................................ 46

Tabel 4.9 Nilai Penjualan .............................................................................. 47

Tabel 4.10 Hasil Analisis Regresi Berganda ................................................. 48

Tabel 4.11 ANOVA ....................................................................................... 50

Tabel 4.12 Hasil Uji Partial Koefisien Regresi ............................................... 51

Tabel 4.13Nilai Koefisien Korelasi dan Determinasi ...................................... 52

Tabel 4.14HasilUjiMultikolinieritas ................................................................. 55

Tabel 4.15HasilUjiHeteroskedastisitas .......................................................... 56

Tabel 4.16HasilUjiNormalitas ........................................................................ 57

Tabel 4.17Hasil Uji Autokorelasi ................................................................... 58

Page 13: ANALISIS PENGARUH TRANSISI PERTANIAN SUBSISTEN KE PERTANIAN …repository.ub.ac.id/1354/1/Christian Benny Hariyanto.pdf · 2020. 8. 12. · di Indonesia adalah Kota Batu dimana kota

i

Daftar Gambar

Gambar2.1 Kerangka Pemikiran ................................................................... 27

Page 14: ANALISIS PENGARUH TRANSISI PERTANIAN SUBSISTEN KE PERTANIAN …repository.ub.ac.id/1354/1/Christian Benny Hariyanto.pdf · 2020. 8. 12. · di Indonesia adalah Kota Batu dimana kota

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Byres (2006), FAO (2009) dan Oya (2007) menjelaskan bahwa pertanian

memiliki peranan dalam pembangunan, dan mempromosikan pertanian yang

berubah dari pertanian subsisten menjadi pertanian komersial merupakan hal

yang ideal dalam mengentaskan kemiskinan. Pentingnya sektor pertanian dalam

mengurangi kemiskinan dan pembangunan negara tidak terlepas dari tahapan

transisi pertanian atau evolusi produksi pertanian.

Todaro (2010) menjelaskan bahwa terdapat tiga tahap dasar dalam

evolusi produksi pertanian. Yang pertama adalah pertanian murni, dimana

produktivitas rendah, dan sebagian besar tingkat subsisten merupakan petani

pertanian. Tahap kedua merupakan pertanian keluarga yang terdiversifikasi atau

campuran, dimana sebagian kecil dari produk yang ditanam digunakan untuk

dikonsumsi dan sebagian lainnya dijual ke sektor komersial, seperti di sebagian

besar Asia. Tahap ketiga merupakan pertanian modern, yang secara khusus

memiliki produktivitas pertanian tinggi dan dipasarkan secara komersial, seperti

di negara-negara maju dan sering ditemukan di negara-negara berkembang

yang memiliki urbanisasi tinggi.

Dalam proses transisi usaha tani yang subsisten menjadi usaha tani yang

komersil dipengaruhi oleh berbagai faktor-faktor yang dilihat dari mikroekonomi

rumah tangga petani. Mathijs dan Noev (2002) telah mengidentifikasi faktor-

faktor yang menghambat rumah tangga petani pada era transisi pertanian ini

untuk berpartisipasi dalam pasar dan bisa keluar dari pola usaha tani yang

Page 15: ANALISIS PENGARUH TRANSISI PERTANIAN SUBSISTEN KE PERTANIAN …repository.ub.ac.id/1354/1/Christian Benny Hariyanto.pdf · 2020. 8. 12. · di Indonesia adalah Kota Batu dimana kota

2

subsisten. Dan dalam proses komersialisasi usaha tani yang tergolong subsisten

erat hubungannya dengan perkembangan ekonomi di suatu daerah. Petani akan

menjadi semakin komersil apabila memiliki akses kepada sumber ekonomi yaitu

pasar. Akses kepada pasar akan sangat mempengaruhi tingkat komersialisasi

usahatani. Menurut Mathjis dan Noev (2002) dalam penelitiannya dijelaskan

bahwa jarak kepada pasar memiliki korelasi yang positif terhadap tingkat

komersialisasi dimana petani yang tinggal dekat pasar akan memiliki akses yang

lebih baik untuk menjual output dan mendapatkan input modern untuk

meningkatkan produksi usaha tani. Sehingga pertanian sekarang tidak hanya

sebagai sektor utama dalam tumpuan ketahanan pangan, melainkan sektor

pertanian memiliki fungsi strategis lainnya termasuk untuk menyelesaikan

persoalan-persoalan lingkungan dan sosial (kemiskinan, keadilan dan lain-lain)

serta fungsinya sebagai penyedia sarana wisata (agrowisata).

Kydd (2002) menjelaskan bahwa transisi pertanian juga menyerap tenaga

kerja. Dimana perubahan pertanian subsisten ke pertanian komersial akan

mengurangi tenaga kerja yang digunakan. Hall (2009) menjelaskan bahwa

perbedaan tipe pertanian akan menciptakan pola yang berbeda dimulai dari

penggunaan produksinya dan penyerapan tenaga kerja serta mata pencariaan

masyarakat setempat.

Lewis pun menjelaskan dalam teorinya bahwa kelebihan yang terjadi di

sektor pertanian dan tingginya upah di sektor lain akan menyebabkan

perpindahan tenaga kerja ke sektor lain. Dimana ada beberapa negara yang

sesuai dengan karakterisasi dari Lewis dan ada yang tidak berjalan lancar.

Sekarang ini, sektor-sektor modern di beberapa negara pada dasarnya

menghadapi supply tenaga kerja tak terbatas. Dengan adanya proses

pertumbuhan sektor modern menimbulkan pembentukan modal yang lebih besar

Page 16: ANALISIS PENGARUH TRANSISI PERTANIAN SUBSISTEN KE PERTANIAN …repository.ub.ac.id/1354/1/Christian Benny Hariyanto.pdf · 2020. 8. 12. · di Indonesia adalah Kota Batu dimana kota

3

daripada upah pekerja. Dengan kata lain kondisi di sektor modern cenderung

capital intensive. Dalam kondisi tersebut ketika terjadi permintaan akan tenaga

kerja, maka pekerja menanggapi peningkatan permintaan tenaga kerja di sektor

formal dengan mengambil pekerjaan tersebut. Seiring waktu dalam jangka

panjang, upah di sektor formal tetap tidak berubah, karena perusahaan tidak

perlu menaikkan upah untuk menarik tenaga kerja lebih banyak dan tertolong

dengan adanya perkembangan teknologi. Sehingga supply tenaga kerja sektor

formal yang tidak terbatas hanya digunakan sedikit. Excess supply tenaga kerja

yang terjadi menimbulkan pengangguran dan keterbuangan tenaga kerja ini

tertolong dengan adanya sektor informal (Wang dan Piesse, 2009). Dalam

penelitian Wijayanti (2015) menjelaskan bahwa tenaga kerja yang memasuki

sektor formal yaitu industri terbuang ke sektor lain atau kembali ke sektor

pertanian, karena adanya barrier yaitu upah minimum yang terlalu tinggi.

Indonesia merupakan negara agraris dan sebagian besar penduduknya

bermata pencaharian di bidang pertanian. Sebenarnya negara ini diuntungkan

karena dikaruniai kondisi alam yang mendukung, hamparan lahan yang luas,

keragaman hayati yang melimpah, serta beriklim tropis dimana sinar matahari

terjadi sepanjang tahun sehingga bisa menanam sepanjang tahun. Realita

sumberdaya alam seperti ini pernah menjadikan Indonesia sebagai swasembada

beras pada pertengahan tahun 1980-an. Sebagai negara agraris, hingga kini

mayoritas penduduk Indonesia telah memanfaatkan sumberdaya alam untuk

menunjang kebutuhan hidupnya dan salah satunya ialah dengan

menggantungkan hidup pada sektor pertanian. Adanya hal tersebut sektor

pertanian memiliki peranan yang sangat penting, karena sebagai penghasil

pangan bagi penduduk yang jumlah tiap tahunnya selalu terus bertambah.

Page 17: ANALISIS PENGARUH TRANSISI PERTANIAN SUBSISTEN KE PERTANIAN …repository.ub.ac.id/1354/1/Christian Benny Hariyanto.pdf · 2020. 8. 12. · di Indonesia adalah Kota Batu dimana kota

4

Pada tahun 2010-2014, Kementan (2015) menjelaskan bahwa rata-rata

kontribusi sektor pertanian terhadap PDB mencapai 10,26% dengan

pertumbuhan sekitar 3,90%. Sub-sektor perkebunan merupakan kontributor

terbesar terhadap PDB sektor pertanian. Pada periode yang sama, sektor

pertanian menyerap angkatan kerja terbesar walaupun ada kecenderungan

menurun. Pada tahun 2014 sektor pertanian menyerap sekitar 35,76 juta atau

sekitar 30,2 % dari total tenaga kerja. Investasi di sektor pertanian primer baik

Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal Asing

(PMA) mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 4,2% dan 18,6% per tahun.

Rasio ekspor-impor pertanian Indonesia sekitar 10 berbanding 4, dengan laju

pertumbuhan ekspor mencapai 7,4% dan pertumbuhan impor 13,1% per tahun.

Neraca perdagangan tumbuh positif dengan laju 4,2% per tahun.

Hal ini terlihat dari data kementan (2015) yang menjelaskan bahwa Nilai

Tukar Petani (NTP) meningkat sangat pesat, walaupun sempat menurun pada

tahun 2013, namun NTP melonjak dari sebesar 101,78 pada tahun 2010 menjadi

106,52 pada tahun 2014. Tingkat pendapatan petani untuk pertanian dalam arti

luas maupun pertanian dalam arti sempit menunjukkan peningkatan yang

diindikasikan oleh pertumbuhan yang positif masing-masing sebesar

5,64%/tahun dan 6,20 %/tahun selama kurun waktu 2010 – 2014. Pada periode

yang sama, jumlah penduduk miskin di perdesaan yang sebagian besar bergerak

di sektor pertanian menurun dengan laju sebesar -3,69%/tahun atau menurun

dari sekitar 19,93 juta pada tahun 2010 menjadi 17,14 juta pada tahun 2014.

Kota Batu merupakan salah satu daerah yang beralih fungsinya dari

daerah pertanian subsisten menjadi daerah pertanian komersial. Pengembangan

kawasan agropolitan di Kota Batu terdapat pada beberapa kawasan pertanian

yang kondisi fisik, sosial budaya dan ekonomi cenderung kuat mengarah ke

Page 18: ANALISIS PENGARUH TRANSISI PERTANIAN SUBSISTEN KE PERTANIAN …repository.ub.ac.id/1354/1/Christian Benny Hariyanto.pdf · 2020. 8. 12. · di Indonesia adalah Kota Batu dimana kota

5

kegiatan pertanian. Keberadaan gunung, hutan, dan pertanian yang

mendominasi keruangan Kota Batu, sangat sesuai untuk pengembangan wisata

alam terkait dengan potensi yang ada di gunung, hutan, dan pertanian tersebut,

misalnya pemandangan alam, air terjun, sumber air panas, agro wisata, wisata

petualangan seperti pendakian, paralayang, gantole, panjat tebing dan lain

sebagainya. Pemanfaatan pekarangan rumah penduduk yang sebagian besar

digunakan untuk tanaman bunga, apel, apotik hidup, dan komoditas sayuran

lainnya juga menjadi daya tarik tersendiri dari segi wisata dan lingkungan hidup

di samping nilai ekonomis.

Seiring dengan pertumbuhan dan perubahan status Batu menjadi “Kota”,

membawa dampak perubahan tersendiri terhadap wajah Kota Batu.

Pengembangan daerah, pembangunan infrastruktur dan fasilitas pendukung

sarana dan prasarana umum menjadi tuntutan yang harus dihadapi dan dijawab

oleh pemerintah guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Selain itu

sebagai salah satu ikon pariwisata di provinsi Jawa Timur, Kota Batu juga mulai

berbenah, mempercantik diri dan menambah pembangunan kawasan – kawasan

pariwisata buatan guna menarik wisatawan dari luar daerah. Kota Batu

merupakan peningkatan kota administratif dari Kabupaten Malang, berdasarkan

Undang – Undang No. 11 tahun 2001 tentang pembentukan Kota Batu. Kota

Batu terdiri atas 3 kecamatan yaitu Kecamatan Batu, Kecamatan Bumiaji dan

Kecamatan Junrejo.

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Batu No. 7 tahun 2011 tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batu Tahun 2010-2030, Kota Batu ditetapkan

berdasarkan fungsi wilayahnya terbagi atas 3 BWK (Bagian Wilayah Kota), yaitu

BWK I sebagai wilayah utama pengembangan pusat pemerintahan kota,

pengembangan kawasan kegiatan perdagangan dan jasa modern, kawasan

pengembangan kegiatan pariwisata dan jasa penunjang akomodasi wisata serta

Page 19: ANALISIS PENGARUH TRANSISI PERTANIAN SUBSISTEN KE PERTANIAN …repository.ub.ac.id/1354/1/Christian Benny Hariyanto.pdf · 2020. 8. 12. · di Indonesia adalah Kota Batu dimana kota

6

kawasan pendidikan menengah dengan cakupan wilayah meliputi Kecamatan

Batu dengan pusat pelayanan berada di Desa Pesanggrahan; BWK II sebagai

wilayah utama pengembangan permukiman kota dan dilengkapi dengan pusat

pelayanan kesehatan skala kota dan regional, kawasan pendidikan tinggi dan

kawasan pendukung perkantoran pemerintahan dan swasta dengan cakupan

wilayah meliputi Kecamatan Junrejo dengan pusat pelayanan di Desa Junrejo;

dan BWK III sebagai wilayah utama pengembangan kawasan agropolitan,

pengembangan kawasan wisata alam dan lingkungan serta kegiatan agrowisata

dengan cakupan wilayah meliputi Kecamatan Bumiaji dengan pusat pelayanan di

Desa Punten.

Berdasarkan Undang-Undang No 26 Tahun 2007 tentang Penataan

Ruang pasal 1 ayat 24, kawasan agropolitan adalah kawasan yang terdiri dari

satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah pedesaan sebagai sistem produksi

pertanian dan pengelolaan sumber daya alam tertentu yang ditunjukkan oleh

adanya keterkaitan fungsional dan hirakhi keruangan satuan sistem permukiman

dan sistem agribisnis. Pembangunan kawasan agropolitan bertujuan untuk

membendung urbanisasi dari daerah perdesaan ke perkotaan. Pengembangan

lahan yang terjadi di Kota Batu meliputi sektor perkebunan, pertanian,

perikanan, peternakan dan lain sebagainya, memiliki komoditas unggulan serta

sebagian besar masyarakatnya bermatapencaharian utama di sektor pertanian.

Menjadi suatu dilema bagi pemerintah dimana sektor perdagangan dan jasa

mampu menyumbang PDRB secara signifikan dibandingkan komoditas

pertanian, sehingga pembangunan biasanya lebih ditujukan untuk pembangunan

sektor- sektor penunjang pariwisata. Dimana kegiatan pariwisata memberikan

dampak yang relatif cukup besar dan disisi lain juga menunjang pemasaran dari

produk pertanian di Kota Batu.

Page 20: ANALISIS PENGARUH TRANSISI PERTANIAN SUBSISTEN KE PERTANIAN …repository.ub.ac.id/1354/1/Christian Benny Hariyanto.pdf · 2020. 8. 12. · di Indonesia adalah Kota Batu dimana kota

7

Tabel 1.1 Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas yang Bekerja Menurut

Lapangan Usaha Dan Jenis Kelamin di Kota Batu, 2013-2014

Lapangan

Usaha

Laki-laki Perempuan Jumlah %

2013 2014 2013 2014 2013 2014 2013 2014

Pertanian

Industri

Jasa

20.327

12.565

30.859

20.944

13.351

29.964

9.905

3.877

23.806

12.317

4.860

23.183

30.232

16.442

54.665

33.261

18.211

53.147

30

16

54

32

17

51

Total 63.751 64.259 37.588 40.360 101.339 104.619 100 100

Sumber: BPS Kota Batu (2016)

Adanya perubahan konsep pertanian ini dapat berpengaruh terhadap

penyerapan tenaga kerja yang ada di Kota Batu. Terutama penduduk Kota Batu

bekerja di sektor pertanian. Dimana pada tahun 2013 sebanyak 30.232 jiwa

bekerja di sektor pertanian dan naik sebesar 2 persen pada tahun 2014 menjadi

33.261 jiwa bekerja yang terdiri dari 20.944 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan

12.317 jiwa berjenis kelamin perempuan. Dari tabel 1.1 juga diketahui bahwa

terjadi penurunan pekerja sebesar 3% di sektor jasa dari 54.665 jiwa atau 54%

menjadi 53.147 atau 51% dari total angkatan kerja yang ada di Kota Batu. Hal ini

menunjukkan adanya perubahan struktur tenaga kerja yang lebih beralih dari

sektor jasa ke sektor pertanian.Dari penjelasan tersebut penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Transisi Pertanian

Subsisten ke Pertanian Komersial Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di

Kota Batu”.

Page 21: ANALISIS PENGARUH TRANSISI PERTANIAN SUBSISTEN KE PERTANIAN …repository.ub.ac.id/1354/1/Christian Benny Hariyanto.pdf · 2020. 8. 12. · di Indonesia adalah Kota Batu dimana kota

8

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana pengaruh modal, nilai penjualan, tingkat pendidikan dan

harga output dalam transisi pertanian dari subsisten ke komersial terhadap

penyerapan tenaga kerja di Kota Batu?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah dalam penelitian ini,

maka tujuan dari penelitian ini adalah:

Mengetahui pengaruh modal, nilai penjualan, tingkat pendidikan dan

harga output dalam transisi pertanian dari subsisten ke komersial terhadap

penyerapan tenaga kerja di Kota Batu.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat atau kontribusi dari penelitian ini adalah:

1. Secara teoritis dan akademis, penelitian ini memperkaya pemahaman

tentang pengaruh transisi pertanian dari pertanian subsisten ke

pertanian komersial terhadap penyerapan tenaga kerja pertanian.

2. Secara praktis, penelitian ini juga menjadi penting terutama dalam

membantu untuk memberikan masukan dalam menyusun strategi

pembangunan wilayah di Jawa Timur terkait dengan pelaksanaan

pengembangan sektor pertanian.

Page 22: ANALISIS PENGARUH TRANSISI PERTANIAN SUBSISTEN KE PERTANIAN …repository.ub.ac.id/1354/1/Christian Benny Hariyanto.pdf · 2020. 8. 12. · di Indonesia adalah Kota Batu dimana kota

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pasar Tenaga Kerja

2.1.1 Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan potensi sumber daya manusia yang sangat

dibutuhkan dalam sector pertanian dan Usaha Kecil dan Menengah. Menurut

Badan Pusat Statistik penduduk usia kerja adalah penduduk di atas lima belas

tahun keatas, yang dibedakan menjadi dua yaitu Angkatan Kerja dan Bukan

Angkatan Kerja. Angkatan Kerja adalah mereka yang berumur lima belas tahun

keatas dan mempunyai pekerjaan, baik bekerja maupun sementara tidak bekerja

karena suatu sebab. Disamping itu mereka yang tidak mempunyai pekerjaan

tetapi sedang mencari pekerjaan juga termasuk dalam Angkatan Kerja. Bukan

Angkatan Kerja adalah mereka yang berumur lima belas tahun keatas yang

kegiatannya hanya sekolah, mengurus rumah tangga dan lain-lain. Pertumbuhan

penduduk akan mempengaruhi jumlah angkatan kerja.

Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja

adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di dalam maupun

di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat. Berdasarkan UU No. 25 tahun 2007 tentang

ketenagakerjaan, ketetapan batas usia kerja penduduk Indonesia adalah 15

tahun. Tenaga kerja atau yang disebut Penduduk Usia Kerja (PUK) terdiri dari

Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja. Angkatan Kerja mencakup penduduk

yang bekerja dan yang sedang mencari pekerjaan. Penduduk yang bekerja

dibagi menjadi dua, yaitu penduduk yang bekerja penuh dan setengah

menganggur.

Page 23: ANALISIS PENGARUH TRANSISI PERTANIAN SUBSISTEN KE PERTANIAN …repository.ub.ac.id/1354/1/Christian Benny Hariyanto.pdf · 2020. 8. 12. · di Indonesia adalah Kota Batu dimana kota

11

Dalam laporan BPS tahun 2003 menjelaskan bahwa kesempatan kerja

merupakan banyaknya tenaga kerja yang dapat ditampung dalam sebuah unit

usaha atau lapangan pekerjaan. Unit usaha atau lapangan pekerjaan merupakan

tempat dalam bentuk instansi atau bidang kegiatan usaha dimana seseorang

bekerja atau pernah bekerja disana. Seimbangnya tenaga kerja yang ditawarkan

dengan unit usaha atau lapangan pekerjaan menunjukkan keseimbangan pasar

tenaga kerja.

Menurut Simanjuntak (1985), penduduk yang sedang atau sudah bekerja,

mencari pekerjaan dan di usia kerja yang berkegiatan lain seperti bersekolah dan

mengurus rumah tangga adalah tenaga kerja. Mulyadi (2003) menyatakan

bahwa tenaga kerja merupakan penduduk yang berusia sekitar 15-64 tahun atau

penduduk dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa

dengan syarat mereka mau berpartisipasi dalam aktifitas tersebut.

Tenaga kerja merupakan penduduk yang berumur di dalam batas usia

kerja. Tenaga kerja dibagi dalam dua kelompok yaitu angkatan kerja dan bukan

angkatan kerja. Angkatan kerja adalah penduduk dalam usia kerja yang terlibat

atau berusaha untuk terlibat dalam kegiatan produktif yaitu memproduksi barang

dan jasa. Angkatan kerja terdiri dari golongan bekerja dan golongan menganggur

serta mencari pekerjaan. Bukan angkatan kerja adalah penduduk dalam usia

kerja yang tidak bekerja, tidak mempunyai pekerjaan dan sedang tidak mencari

pekerjaan. Sedangkan yang dimaksud dengan golongan bukan angkatan kerja

adalah tenaga kerja yang bersekolah, yang mengurus rumah tangga dan lain-lain

atau penerima pendapatan. Golongan bukan bekerja ini dapat pula menawarkan

jasanya untuk bekerja sewaktu-waktu mereka inginkan. Oleh sebab itu, kelompok

ini sering juga dinamakan sebagai angkatan kerja potensial (potensial labor

force). Sehingga angkatan kerja menunjukkan persediaan atau penawaran akan

tenaga kerja. (Borjas,2008:22)

Page 24: ANALISIS PENGARUH TRANSISI PERTANIAN SUBSISTEN KE PERTANIAN …repository.ub.ac.id/1354/1/Christian Benny Hariyanto.pdf · 2020. 8. 12. · di Indonesia adalah Kota Batu dimana kota

12

2.1.2 Permintaan Tenaga Kerja

Teori permintaan menjelaskan korelasi antara kuantitas permintaan

dengan harga. Terkait dengan tenaga kerja, permintaan akan tenaga kerja

menjelaskan korelasi antara tingkat upah dengan kuantitas tenaga kerja yang

akan dipekerjakan. Permintaan firms atas tenaga kerja akan berbeda dengan

permintaan households terhadap barang dan jasa. Households meminta atau

membeli barang dan jasa dikarenakan yang dibelinya dapat memberikan

kepuasan. Lain pihak, pengusaha mengupah seseorang untuk bekerja karena

orang tersebut membantu dalam proses produksi barang dan jasa yang dijual

kepada masyarakat (Simanjuntak, 1985).

Ehrenberg dan Smith (2009:60) menjelaskan bahwa asumsi dasar dari

teori permintaan tenaga kerja adalah bahwa perusahaan atau atasan atas

tenaga kerja berusaha untuk memaksimalkan keuntungan. Dengan demikian,

perusahaan diasumsikan terus-menerus melakukan berbagai perubahan yang

akan meningkatkan keuntungan. Dapat disimpulkan terdapat dua hal penting

dalam penyesuaian berbagai cara untuk meningkatkan keuntungan. Pertama,

perusahaan hanya dapat merubah dalam variabel yang berada dalam

kontrolnya. Karena harga yang ditentukan perusahaan merupakan perwujudan

biaya produksi dan harga itu harus mencangkup biaya input atau biaya produksi

dimana harga ditetapkan pula oleh pasar. Kedua, dengan diasumsikan bahwa

perusahaan terus meningkatkan keuntungan, maka perusahaan harus mengatasi

perubahan kecil atau marjinal yang terjadi hampir setiap hari. Sehubungan

dengan input tenaga kerja, maka penting untuk menyadari bahwa menganalisis

perubahan marginal menyiratkan pertimbangan akan perubahan yang kecil

dalam penambahan satu input ketika input lainnya dianggap konstan. Jadi, ketika

menganalisis efek dari perubahan input tenaga kerja sebesar satu unit, maka

Page 25: ANALISIS PENGARUH TRANSISI PERTANIAN SUBSISTEN KE PERTANIAN …repository.ub.ac.id/1354/1/Christian Benny Hariyanto.pdf · 2020. 8. 12. · di Indonesia adalah Kota Batu dimana kota

13

diasumsikan bahwa modal tetap konstan. Demikian juga, perubahan marjinal

modal akan dipertimbangkan ketika asumsi input tenaga kerja tetap konstan.

Menurut Sudarsono (1988) dalam Subekti (2007), hubungan antara

ketersediaan tenaga kerja yang dibutuhkan dalam lapangan kerja disebut

sebagai permintaan tenaga kerja. Perubahan tingkat upah dan variable-variabel

lain yang dapat merubah permintaan output, seperti permintaan pasar akan

output suatu unit usaha, dimana terlihat dengan besarnya volume produksi dan

modal yang berupa barang seperti mesin atau alat proses produksi. Hal-hal

tersebut dapat mempengaruhi permintaan tenaga kerja.

Munculnya permintaan tenaga kerja adalah akibat dari permintaan

konsumen atas barang dan jasa, sehingga dapat diartikan permintaan tenaga

kerja adalah permintaan turunan (derived demand) (Simanjuntak, 1985: 89).

Menurut Arfida (2003) dalam Saputri (2011) menjelaskan pengaruh output

terhadap permintaan tenaga kerja diawali dengan penurunan upah pasar.

Dengan menurunnya upah pasar, akan menurunkan pula biaya produksi

perusahaan. Dalam pasar persaingan sempurna, diasumsikan harga output

konstan, maka penurunan biaya ini akan meningkatkan kuantitas output untuk

memaksimalkan profit yang diinginkan. Kondisi tersebut, akan membuat firms

memperluas penggunaan tenaga kerja.

Dalam memperluas penggunaan tenaga kerjanya menurut Ehrenberg dan

Smith (2009) perusahan akan memperhitungkan produk marjinal tenaga kerja

(MPL). Dimana MPL dianggap sebagai perubahan output (ΔQ) yang diproduksi

dengan adanya perubahan dalam unit tenaga kerja (ΔL), dengan asumsi modal

yang digunakan adalah konstan, sehingga persamaanya adalah:

MPL = ΔQ / ΔL (kapital konstan) (1.2)

Dari definisi dalam persamaan (1.2) mencerminkan fakta bahwa

perusahaan dapat memperluas atau memutuskan outputnya hanya dengan

Page 26: ANALISIS PENGARUH TRANSISI PERTANIAN SUBSISTEN KE PERTANIAN …repository.ub.ac.id/1354/1/Christian Benny Hariyanto.pdf · 2020. 8. 12. · di Indonesia adalah Kota Batu dimana kota

14

meningkatkan atau menurunkan penggunaan baik tenaga kerja atau modal.

Marginal revenue (MR) yang dihasilkan oleh unit tambahan output tergantung

pada karakteristik pasar dimana output dijual. Jika perusahaan beroperasi di

pasar kompetitif murni, dan karenanya memiliki banyak pesaing dan tidak ada

kontrol atas harga produk, maka marginal revenue per unit output dijual sama

dengan harga produk (P) di pasar. Jika perusahaan memiliki produk yang

berbeda, dan dengan demikian memiliki beberapa tingkat kekuatan monopoli di

pasar, unit tambahan output dapat dijual jika harga produk berkurang atau

marginal revenue kurang dari harga (MR < P).

Marginal revenue product menggabungkan definisi antara, marginal

revenue product of labor (MRPL) dengan marginal revenue (MR), dapat

direpresentasikan sebagai

MRPL = MPL • MR (1.3)

atau

MRPL = MPL • P (jika pasar kompetitif) (1.4)

Dari keputusan memaksimalkan laba sebelumnya, jelas bahwa

perusahaan harus terus meningkatkan produktivitas tenaga kerja selama

tambahan marginal revenue product melebihi biaya marjinal. Keuntungan yang

maksimal, hanya ketika tenaga kerja berubah satu unit akan memiliki marginal

revenue product sama dengan biaya marjinal:

MRPL = MEL (1.5)

dengan asumsi berada di pasar kompetitif produk dan pasar tenaga kerja, maka

dapat diwakili tingkat keuntungan maksimal dari input tenaga kerja sebagai

berikut:

MPL• P = W (1.6)

Page 27: ANALISIS PENGARUH TRANSISI PERTANIAN SUBSISTEN KE PERTANIAN …repository.ub.ac.id/1354/1/Christian Benny Hariyanto.pdf · 2020. 8. 12. · di Indonesia adalah Kota Batu dimana kota

15

atau, kedua sisi persamaan (1.5) dibagi dengan harga produk (P), dan dapat

dinyatakan kondisi memaksimalkan laba untuk mempekerjakan seseorang

dengan penentuan kuantitas sebagai berikut:

MPL = W/P (1.7)

sehingga MPL dapat didefinisikan sebagai perubahan output yang bergantung

dengan perubahan satu unit tenaga kerja, sehingga jelas bahwa sisi kiri dari

persamaan (1.6) dapat didefinisikan sebagai tambahan kuantitas atau

pertumbuhan produksi. Sedangkan sisi kanan juga merupakan kuantitas, dimana

W adalah upah per tenaga kerja, dan penyebut (P) adalah harga per unit output.

Dimana upah dan harga dibayar dengan satuan moneter. Dengan demikian,

rasio W/P memiliki dimensi unit output yang menunjukkan upah riil yang diterima

pekerja. Dengan kata lain, MPL dapat menunjukkan tingkat produktivitas tenaga

kerja.

2.1.3 Penawaran Tenaga Kerja

Dalam penawaran tenaga kerja, seseorang perlu mempertimbangkan

keputusan untuk bekerja atau tidak. Keputusan untuk bekerja ini pada akhirnya

keputusan tentang bagaimana menghabiskan waktu dengan upah yang diiterima.

Dengan kata lain, keputusan bekerja mempertimbangkan opportunity cost yang

diperoleh. Dimana opportunity cost yang diperoleh antara waktu bersantai

dengan bekerja untuk memperoleh upah yang sebanding dengan waktu

bersantai yang hilang.

Menurut Aris (1990) dalam Juhari (2009) bahwa hubungan antara tingkat

upah dan jumlah satuan pekerja yang disepakati households untuk ditawarkan

merupakan penawaran tenaga kerja. Sedangkan kurva penawaran tenaga kerja

adalah gambaran berbagai kemungkinan antara tingkat upah dan jumlah pekerja

yang ditawarkan oleh households dalam waktu tertentu.

Page 28: ANALISIS PENGARUH TRANSISI PERTANIAN SUBSISTEN KE PERTANIAN …repository.ub.ac.id/1354/1/Christian Benny Hariyanto.pdf · 2020. 8. 12. · di Indonesia adalah Kota Batu dimana kota

16

Arfida (2003) dalam Saputri (2011) menjelaskan bahwa jumlah tenaga

kerja yang tersedia dalam perekonomian bergantung pada (1) jumlah penduduk,

(2) persentase jumlah penduduk yang memilih masuk dalam angkatan kerja, dan

(3) jumlah jam kerja yang ditawarkan oleh angkatan kerja. Selanjutnya, setiap

komponen tersebut ditawarkan tergantung pada upah pasar.

Simanjuntak (1985:87) menjelaskan bahwa waktu yang disediakan atau

dialokasikan oleh suatu households untuk keperluan bekerja adalah fungsi dari

tingkat upah. Pada tingkat upah tertentu pengalokasian waktu bekerja dari

keluarga akan bertambah jika tingkat upah meningkat. Ketika mencapai tingkat

upah tertentu, peningkatan upah justru mengurangi waktu yang dialokasikan oleh

keluarga untuk keperluan bekerja. Kondisi ini disebut backward bending supply

curve, atau kurva penawaran yang membelok (mundur).

McEachern (2000) dalam Wildan (2003) menyatakan bahwa kurva

backward bending supply terbentuk bila terdapat efek pendapatan lebih besar

daripada efek subtitusi terhadap kenaikan upah. Bentuk dari kurva backward

bending supply yaitu bengkok ke belakang. Dimana adanya kenaikan upah dapat

mengurangi jumlah tenaga kerja yang ditawarkan. Pengusaha memperkerjakan

seseorang karena membantu memproduksi barang dan jasa untuk dijual kepada

masyarakat. Dengan dasar seperti itu, kenaikan permintaan firms terhadap

tenaga kerja, bergantung dari kenaikan permintaan household terhadap output

yang diproduksi.

2.1.4 Penyerapan Tenaga Kerja

Penyerapan tenaga kerja merupakan jumlah lapangan kerja yang sudah

terisi dan ditunjukkan dari jumlah penduduk yang bekerja. Penduduk yang

bekerja terserap dan tersebar di berbagai sektor perekonomian. Terserapnya

penduduk bekerja dikarenakan adanya permintaan akan tenaga kerja. Sehingga,

Page 29: ANALISIS PENGARUH TRANSISI PERTANIAN SUBSISTEN KE PERTANIAN …repository.ub.ac.id/1354/1/Christian Benny Hariyanto.pdf · 2020. 8. 12. · di Indonesia adalah Kota Batu dimana kota

17

permintaan tenaga kerja dapat disebut sebagai penyerapan tenaga kerja.

(Kuncoro, 2002).

Penyerapan tenaga kerja dapat dijelaskan dari fungsi produksi pada

aktivitas perekonomian. Transformasi atau perubahan dari input (faktor produksi)

menjadi output dapat disebut dengan produksi. Mankiw (2007) mengasumsikan

bahwa terdapat dua jenis input yaitu tenaga kerja (L) dan modal (K) dalam

proses produksi, dimana dapat dituliskan fungsi produksinya sebagai berikut:

(1.8)

Sedangkan persamaan profit yang didapat sebuah perusahaan

berdasarkan Model Neoklasik adalah sebagai berikut :

Πt=TR-TC (1.9)

dimana

TR=Pt.Qt (1.10)

Keterangan:

Πt = Keuntungan

TR = Total Revenue

TC = Total Cost

Pt = Harga barang

Qt = Kuantitas barang

Dalam menganalisa untuk menentukan penyerapan tenaga kerja,

diasumsikan hanya terdapat dua input yang digunakan, yaitu Kapital (K) dan

Tenaga kerja (L). Bellante (1983) mengasumsikan tenaga kerja (L) dilihat dari

tingkat upah yang diberikan (w) sedangkan untuk kapital diukur dengan tingkat

suku bunga (r).

TC= - (1.11)

Dengan mensubstitusikan persamaan (8), (10), (11) ke persamaan (9)

maka diperoleh :

Page 30: ANALISIS PENGARUH TRANSISI PERTANIAN SUBSISTEN KE PERTANIAN …repository.ub.ac.id/1354/1/Christian Benny Hariyanto.pdf · 2020. 8. 12. · di Indonesia adalah Kota Batu dimana kota

18

Wt Lt=Pt .f(Lt,Kt) – rt Kt – πt (1.12)

Lt= [Pt . f(Lt,Kt)]/Wt – rt Kt/Wt – πt/Wt (1.13)

Dimana :

Lt = Permintaan Tenaga Kerja

Wt = Upah Tenaga Kerja

Pt = Harga Jual Barang per unit

Kt = Kapital (Investasi)

rt = Tingkat Suku Bunga

πt = Keuntungan

Berdasarkan fungsi di atas diketahui bahwa permintaan tenaga (Lt)

merupakan adalah turunan dari fungsi tingkat upah (W). Hakekat dari hukum

permintaan tenaga kerja ialah semakin rendah upah maka semakin tinggi

permintaan akan tenaga kerja tersebut. Berlaku pula sebaliknya ketika upah

yang dituntut semakin tinggi, maka firms akan mencari alternative tenaga kerja

dimana upah yang diminta lebih rendah dari yang sebelumnya. Hukum ini

dipengaruhi berbagai faktor, diantaranya besarnya jumlah angkatan kerja dalam

pasar tenaga kerja, upah dan skill yang dimiliki.

2.2 Pertanian Subsistensi

Berbagai pandangan dari para ahli ekonomi telah mendeskripsikan

definisi dari pertanian subsisten. Menurut Mubyarto (1989) pertanian yang

subsisten adalah suatu sistem bertani di mana tujuan utama dari seorang petani

untuk memenuhi keperluan hidupnya beserta keluarganya. Definisi mengenai

pertanian subsisten secara kuantitatif juga telah dijelaskan oleh Wharton (1970)

yaitu petani yang subsisten adalah yang menjual kurang dari 50 persen dari

seluruh hasil panennya. Orientasi petani yang subsisten adalah memproduksi

pangan untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Subsistensi pertanian merupakan

Page 31: ANALISIS PENGARUH TRANSISI PERTANIAN SUBSISTEN KE PERTANIAN …repository.ub.ac.id/1354/1/Christian Benny Hariyanto.pdf · 2020. 8. 12. · di Indonesia adalah Kota Batu dimana kota

19

suatu hal yang kompleks yang membutuhkan pengukuran dengan indikator-

indikator yang dapat mendeskripsikan tingkat subsistensi dari suatu usahatani.

Ellis (1993) dalam Kostov dan Lingard (2002) mendefinisikan subsistensi

pertanian dengan memberikan indikator di mana usahatani subsisten dapat

diukur dengan besar proporsi tenaga kerja dalam keluarga yang lebih banyak

daripada tenaga kerja luar keluarga serta penggunaan input komersil yang tidak

intensif yang mengakibatkan produksi output yang rendah. Sebagai contoh

Rahayu (2001) menggunakan indikator rasio upah tenaga kerja tingkat

subsistensi usahatani padi ladang Luar Baduy (Jalupang Mulya) sebesar 66.02

persen lebih mengarah ke komersial dibanding Baduy Luar (Kanekes) karena

proporsi tenaga kerja luar keluarga lebih besar daripada tenaga kerja dalam

keluarga. Selain itu Rahayu (2001) juga menggunakan indikator rasio biaya input

tenga kerja tingkat subsistensi usahatani padi ladang Luar Baduy (Jalupang

Mulya) sebesar 26.61 persen lebih mengarah ke komersial dibanding Baduy Luar

(Kanekes) karena proporsi input modern yang dibeli lebih besar daripada

menggunakan input sendiri yang ada di dalam keluarga.

Proses transisi usahatani yang subsisten menjadi usahatani yang

komersil dipengaruhi oleh berbagai faktor-faktor yang dilihat dari mikroekonomi

rumah tangga petani. Mathijs dan Noev (2002) telah mengidentifikasi faktor-

faktor yang menghambat rumah tangga petani pada era transisi pertanian ini

untuk berpartisipasi dalam pasar dan bisa keluar dari pola usahatani yang

subsisten. Ada 10 karakteristik rumah tangga petani yang digunakan untuk

mengukur tingkat komersialisasi petani pada 4 negara ekonomi transisi yaitu, (1)

umur pelaku usahatani, (2) pendidikan, (3) Skala rumah tangga, (4) pendapatan,

(5) kepemilikan mobil, (6) keanggotaan di koperasi, (7) kepemilikan lahan, (8)

kepemilikan mesin budidaya, (9) Kepemilikan ternak, dan (10) jarak akses ke

pasar.

Page 32: ANALISIS PENGARUH TRANSISI PERTANIAN SUBSISTEN KE PERTANIAN …repository.ub.ac.id/1354/1/Christian Benny Hariyanto.pdf · 2020. 8. 12. · di Indonesia adalah Kota Batu dimana kota

20

Umur petani memiliki pengaruh penting dalam proses transisi usahatani

subsisten kepada usahatani yang komersial. Suatu usahatani yang dimulai oleh

petani yang sudah tua akan lebih subsisten dari pada usahatani yang dimulai

dari petani yang masih muda. Kostov dan Lingard (2002) kebanyakan usahatani

subsisten dilakukan oleh para pensiunan yang susah mencari kerja karena

sudah tua sehingga bertahan hidup dengan melakukan usahatani yang subsisten

adalah salah satu sumber mata pencahariannya di desa.

Faktor lain yang mempengaruhi tingkat komersialisasi usahatani adalah

lahan. Lahan merupakan salah satu faktor produksi kunci keberhasilan

usahatani. Semakin luas lahan maka akan semakin besar penjualan dan surplus

dari output usahatani (Mathjis dan Noev, 2002). Sebagai contoh menurut Lerman

(2004) dan Mathjis dan Noev (2002) di Negara Armenia petani yang komersil

memiliki luas lahan yang lebih luas dari pada petani yang tidak komersil.

Skala rumah tangga atau jumlah tanggungan keluarga petani juga

memberikan dampak kepada transisi usahatani subsisten ke usahatani komersil.

Petani yang subsisten melakukan usahatani dengan orientasi pemenuhan

kebutuhan sendiri dan keluarga setalah tujuan ini terpenuhi barulah petani

tersebut menjual sisa hasil panennya. Produksi output usahatani yang rendah

dan jumlah tanggungan keluarga petani yang banyak akan semakin membuat

petani melakukan subsistensi usahatani seperti yang dikemukakan oleh Mathjis

dan Noev (2002) bahwa skala rumah tangga yang lebih kecil akan membentuk

surplus produksi yang lebih banyak dan marketable.

Faktor lain yang mempengaruhi upaya transisi subsistensi usahatani

menuju pertanian yang komersil adalah akses kepada kredit sebagai bantuan

modal petani merupakan hal yang penting bagi petani sebagai upaya untuk

membentuk usahatani yang komersil. Menurut Mathjis dan Noev (2002) akses

kepada kredit menjadi salah satu faktor dominan yang mempengaruhi proses

Page 33: ANALISIS PENGARUH TRANSISI PERTANIAN SUBSISTEN KE PERTANIAN …repository.ub.ac.id/1354/1/Christian Benny Hariyanto.pdf · 2020. 8. 12. · di Indonesia adalah Kota Batu dimana kota

21

komersialisasi usahatani. Adapun problem yang dihadapi oleh petani yang

subsisten dalam meminta kredit dari suatu bank adalah tidak dimilikinya angunan

(collateral) sebagai jaminan sehingga dibutuhkan suatu sistem yang didukung

oleh pemerintah dalam menciptakan sumber-sumber pendanaan bagi para

petani subsisten dengan syarat yang memudahkan mereka.

Proses komersialisasi usahatani subsisten erat hubungannya dengan

perkembangan ekonomi di suatu daerah. Petani akan menjadi semakin komersil

apabila memiliki akses kepada sumber ekonomi yaitu pasar. Akses kepada

pasar akan sangat mempengaruhi tingkat komersialisasi usahatani. Menurut

Mathjis dan Noev (2002) dalam penelitiannya dijelaskan bahwa jarak kepada

pasar memiliki korelasi yang positif terhadap tingkat komersialisasi dimana petani

yang tinggal dekat pasar akan memiliki akses yang lebih baik untuk menjual

output dan mendapatkan input modern untuk meningkatkan produksi usahatani.

2.2.1Hubungan Transisi Pertanian Subsisten ke Komersial Terhadap

Penyerapan Tenaga Kerja

Istilah mengenai subsisten dapat merujuk ke berbagai tingkat analisis

atau agregasi, seperti produksi subsisten, tingkat subsistensi hidup, pertanian

subsisten, ekonomi subsisten, dan petani subsisten. Khususnya mengenai yang

terakhir tidak ada definisi yang konsesus. Namun, kebanyakan akademisi

sepakat bahwa pertanian subsisten dapat dikaitkan dengan kemiskinan,

rendahnya tingkat teknologi, produksi tidak efisien, dan rendahnya tingkat

komersialisasi (Mathijs and Noev, 2002). Pertanian yang subsisten merupakan

perkembangan yang lambat. Selain itu, petani subsisten juga tidak responsif

terhadap pasar dan kebijakan pemerintah (Wharton, 1970; Lerman, 2001; Howe

and Lohlein, 2005; Bruntrup and Heidhues, 2002).

Page 34: ANALISIS PENGARUH TRANSISI PERTANIAN SUBSISTEN KE PERTANIAN …repository.ub.ac.id/1354/1/Christian Benny Hariyanto.pdf · 2020. 8. 12. · di Indonesia adalah Kota Batu dimana kota

22

Tingkat pertumbuhan ekonomi suatu negara memiliki korelasi yang kuat

dengan komersialisasi usahatani. Menurut Pingali dan Rosegrant (1995)

komersialisasi sistem pertanian merupakan fenomena yang umum dan

irreversible yang dipicu oleh pertumbuhan ekonomi. Tingkat komersialisasi

bervariasi antar benua dan antar negara-negara dalam satu benua pada arah

perubahan yang sama di seluruh dunia. Kebijakan-kebijakan mengenai

liberalisasi perdagangan yang sedang diimplementasikan di negara-negara

berkembang bisa mengingkatkan percepatan proses terjadinya komersialisasi.

Tren komersialisasi membutuhkan pergeseran paradigma dalam perumusan

kebijakan pertanian dan penentuan prioritas penelitian. Paradigma tentang

swasembada pangan pokok yang telah menjadi patokan kebijakan di negara-

negara berkembang menjadi semakin usang dengan pertumbuhan ekonomi.

Paradigma yang relevan untuk abad ke-21 adalah penekanan pada masa depan

pertanian yaitu dengan kebijakan memaksimalkan pendapatan rumah tangga

petani daripada menghasilkan surplus pangan. Komersialisasi sistem pertanian

diharapkan dapat menjadi perubahan yang substansial dalam organisasi

produksi. Strategi jangka panjang yang penting untuk memfasilitasi kelancaran

transisi ke pola komersial adalah investasi di pasar pedesaan, infrastruktur

transportasi dan komunikasi untuk memfasilitasi integrasi ekonomi pedesaan,

investasi pada penelitian untuk meningkatkan produktivitas, dan peningkatan

pemberian modal untuk petani kecil.

Salah satu faktor yang dapat mempercepat komersialisasi pertanian

adalah kemampuan petani dalam akses pasar yang harus didukung dengan

kebijakan suatu negara dengan membuat atmosfir pasar yang ramah dan

berkeadilan bagi pelaku usahatani. Menurut Kostov dan Lingard (2002) pola

usahatani subsisten tidak mungkin mengalami perubahan mendadak menjadi

komersil dalam jangka menengah dan harus diperhitungkan ketika kebijakan-

Page 35: ANALISIS PENGARUH TRANSISI PERTANIAN SUBSISTEN KE PERTANIAN …repository.ub.ac.id/1354/1/Christian Benny Hariyanto.pdf · 2020. 8. 12. · di Indonesia adalah Kota Batu dimana kota

23

kebijakan mengenai pertanian, lingkungan dan daerah akan dirancang dan

diimplementasikan. Aspek terkait adalah pertanian subsisten memerlukan

kebijakan khusus untuk mempercepat proses transformasi pertanian subsisten

menjadi komersial yaitu dengan meningkatkan infrastruktur pasar dan efisiensi

pasar. Namun faktor yang paling berpengaruh yang berdampak pada

penghidupan yaitu dengan pengembangan ekonomi secara keseluruhan,

pengentasan kemiskinan, dan pembangunan pedesaan. Komersialisasi erat

hubungannya dengan tingkat pendapatan petani sehingga peningkatan

kesejahteraan petani dapat dilakukan dengan transisi dari pola subsisten ke

komersial.

2.3 Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian terdahulu terdapat beberapa penelitian yang fokus

terhadap produksi pertanian daripada produksi rumah tangga atau pendapatan

mereka (Mathijs dan Noev, 2002; Balint, 2004, Minot et al, 2006; dan Nepal dan

Thapa, 2009). Singh, dkk (1986), menjelaskan bahwa terdapat hubungan internal

antara kegiatan pertanian dan non-pertanian merupakan hal mendasar dalam

memahami perilaku rumah tangga.

Studi empiris dari Malawi, Uganda, Zambia, Mozambik, Bangladesh,

Filipina dan Indonesia menunjukkan bahwa liberalisasi perdagangan

berhubungan erat dengan komersialisasi pertanian, umumnya meningkatkan

pendapatan dan mengurangi kemiskinan (Huvio et al, 2005). Beberapa studi

yang dilakukan di Vietnam juga melaporkan bahwa liberalisasi perdagangan

dapat memiliki dampak positif pada pertumbuhan ekonomi dan pengurangan

kemiskinan tetapi meningkatkan ketidaksetaraan (Que, 1998; Minot dan Goletti,

1998; Goletti et al, 2000; Minot dan Goletti, 2000; Benjamin dan Brandt, 2002;

Tuyen, 2003). Globalisasi menciptakan peluang baru bagi sebagian orang, tetapi

Page 36: ANALISIS PENGARUH TRANSISI PERTANIAN SUBSISTEN KE PERTANIAN …repository.ub.ac.id/1354/1/Christian Benny Hariyanto.pdf · 2020. 8. 12. · di Indonesia adalah Kota Batu dimana kota

24

meninggalkan mereka yang tidak mampu untuk merespon meningkatnya

kecanggihan dan keamanan standar pangan yang diperlukan.

Aspek negatif dari komersialisasi dapat mencakup risiko yang terkait

dengan fluktuasi harga yang sedikit diperhatikan oleh petani subsisten (Timmer,

1997). Selain itu, petani komersial menghadapi risiko terkait dengan fluktuasi

hasil produksi ketika keuntungan menjadi perhatian khusus. Berbagai penulis

berpendapat bahwa pertanian komersial dapat menyebabkan seringnya

menggunakan pupuk, pestisida dan degradasi lahan (Pingali dan Rosegrant,

1995; Pingali 1997; dan Pingali, 2001).

Berdasarkan penelitian Bruentrup dan Heidhues (2002), Braun et al

(1994), Braun (1995), Vanslembrouck et al (2002) dan Chilonda dan

Huylenbroeck (2001), faktor-faktor yang mempengaruhi transisi ke pertanian

komersial di peternakan atau rumah tangga tingkat dapat dibagi ke dalam

kelompok berikut.Faktor internal meliputi karakteristik pertanian lahan,

ketersediaan tenaga kerja, modal, teknologi, dan lokasi. Karakteristik keluarga

termasuk usia petani, pendidikan, pengalaman, jenis kelamin, preferensi

rekreasi, preferensi risiko, struktur keluarga, dan hubungan sosial. Faktor-faktor

tersebut dan kondisi awal dari sebuah daerah membuat jalur transisi yang

berbeda (Mathijs dan Noev, 2002).

Dalam meninjau studi empiris di negara-negara Eropa Tengah, Lerman

(2004) menunjukkan bahwa luas lahan memiliki dampak positif pada orientasi

komersial, hal ini didukung oleh Minot et al (2006) dan Cimpoies et al (2009).

Penelitian lain menemukan bahwa fragmentasi lahan dan kepemilikan tanah

menjadi faktor yang penting pula (Mathijs dan Swinnen, 1998; Mathijs dan Noev,

2002; Marsh dan Macaulay, 2002).

Page 37: ANALISIS PENGARUH TRANSISI PERTANIAN SUBSISTEN KE PERTANIAN …repository.ub.ac.id/1354/1/Christian Benny Hariyanto.pdf · 2020. 8. 12. · di Indonesia adalah Kota Batu dimana kota

25

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Judul dan Pengarang

Variabel Metode Penelitian

Hasil

1 Market Channels and Commercial Orientation in Romania (Borbala Balint, 2005)

karakteristik rumah tangga, harga, karakter produksi,faktor produksi, biaya transaksibiaya transportasi, square root of salesdan the square root of the transformed commercial orientation index

Heckman and Tobit regression

menjual ke pedagang, grosir dan prosesor berhubungan dengan rendahnya biaya transaksi dan sangat berorientasi komersial, sedangkan menjual langsung ke pasar petani memperoleh biaya transaksi yang tinggi yang sebagian besar dilakukan oleh petani subsisten

2 Subsistence Agriculture in Development: Its Role in Processes of Structural Change (Michael Brüntrup and Franz Heidhues, 2002)

distribusi aset, biaya transaksi, hasil produksi

Kualitatif Pertanian subsisten yang berdampingan dengan pertanian komersial dapat dijelaskan sebagai respon terhadap ketimpangan distribusi aset, biaya transaksi setidaknya sebagian tinggi dan lingkungan berisiko. Distorsi pasar untuk input, output, barang-barang konsumen, tenaga kerja, modal dan keamanan merupakan variable yang mempengaruhi hasil produksi subsisten.

3 Subsistence Agriculture in Transition Economies: its Roles and Determinants (Philip Kostov and John Lingard, 2002)

Nilai penjualan, harga barang, risk aversion and transaction costs

Micro model Perubahan harga akan mengubah pembelian bersih produksi subsisten. Kebijakan yang efisien akan tergantung pada ketersediaan pendapatan alternatif yang memungkinkan petani subsisten untuk bergerak di luar sektor pertanian.

Page 38: ANALISIS PENGARUH TRANSISI PERTANIAN SUBSISTEN KE PERTANIAN …repository.ub.ac.id/1354/1/Christian Benny Hariyanto.pdf · 2020. 8. 12. · di Indonesia adalah Kota Batu dimana kota

26

Dengan kata lain pengurangan harga pembelian harus disertai dengan kenaikan harga bayangan.

4 Commercialization and Subsistence in Transition Agriculture: Empirical Evidence From Albania, Bulgaria, Hungary and Romania (Erik Mathijs dan Nivelin Noev, 2002)

total sales, umur, pendidikan, household size, pendapatan, kepemilikan mobil, keanggotaan, tanah, livestock, mesin, jarak

Probit regression

Dalam penelitian ini semua variabel berpengaruh secara signifikan dan positif

Sumber: Data diolah (2017)

2.4 Kerangka Pemikiran

Todaro (2010) menjelaskan bahwa terdapat tiga tahap dasar dalam

evolusi produksi pertanian. Yang pertama adalah pertanian murni, dimana

produktivitas rendah, dan sebagian besar tingkat subsisten merupakan petani

pertanian. Tahap kedua merupakan pertanian keluarga yang terdiversifikasi atau

campuran, dimana sebagian kecil dari produk yang ditanam digunakan untuk

dikonsumsi dan sebagian lainnya dijual ke sektor komersial, seperti di sebagian

besar Asia. Tahap ketiga merupakan pertanian modern, yang secara khusus

memiliki produktivitas pertanian tinggi dan dipasarkan secara komersial, seperti

di negara-negara maju dan sering ditemukan di negara-negara berkembang

yang memiliki urbanisasi tinggi. Dari transisi ini dapat mempengaruhi faktor

produksi yang dimiliki terutama tenaga kerja yang berada di sektor pertanian.

Page 39: ANALISIS PENGARUH TRANSISI PERTANIAN SUBSISTEN KE PERTANIAN …repository.ub.ac.id/1354/1/Christian Benny Hariyanto.pdf · 2020. 8. 12. · di Indonesia adalah Kota Batu dimana kota

27

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Sumber: Data diolah (2017)

2.5 Hipotesa

Dari kajian litelatur di atas dapat ditarik hipotesa sebagai berikut:

1. Diduga bahwa modal dalam transisi pertanian dari subsisten ke

komersial mempengaruhi secara positif signifikan terhadap

penyerapan tenaga kerja di Kota Batu.

2. Diduga bahwa nilai penjualan dalam transisi pertanian dari subsisten

ke komersial mempengaruhi secara positif signifikan terhadap

penyerapan tenaga kerja di Kota Batu.

Produksi tinggi

Hasil pertanian

dijual ke pasar

Mempekerjakan

orang lain

Menggunakan

alat pertanian

modern

Lahan

dialihfungsikan

Menggunakan

alat pertanian

tradisional

Produksi

rendah

Hasil pertanian

dikonsumsi

sendiri

Mempekerjakan

anggota keluarga

Pertanian

Subsisten

Pertanian

Komersial

Pertanian

Permintaan

Tenaga Kerja

Tingkat

Pendidikan

Nilai

Penjualan

Modal

Harga

Output

Page 40: ANALISIS PENGARUH TRANSISI PERTANIAN SUBSISTEN KE PERTANIAN …repository.ub.ac.id/1354/1/Christian Benny Hariyanto.pdf · 2020. 8. 12. · di Indonesia adalah Kota Batu dimana kota

28

3. Diduga bahwa tingkat pendidikan dalam transisi pertanian dari

subsisten ke komersial mempengaruhi secara positifsignifikan

terhadappenyerapan tenaga kerja di Kota Batu.

4. Diduga bahwa harga output dalam transisi pertanian dari subsisten ke

komersial mempengaruhi secara positif signifikan terhadap

penyerapan tenaga kerja di Kota Batu.

Page 41: ANALISIS PENGARUH TRANSISI PERTANIAN SUBSISTEN KE PERTANIAN …repository.ub.ac.id/1354/1/Christian Benny Hariyanto.pdf · 2020. 8. 12. · di Indonesia adalah Kota Batu dimana kota

29

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kuantitatif dengan pendekatan deduktif. Pendekatan deduktif merupakan

pendekatan yang menggunakan logika untuk menarik satu atau lebih kesimpulan

berdasarkan seperangkat premis yang diberikan berdasarkan teori yang ada

(Bungin, 2007) dalam pendekatan deduktif sering digambarkan pengambilan

kesimpulan dari sesuatu yang umum ke sesuatu yang khusus.

Menurut (Sugiyono, 2009), penelitian kuantitatif adalah penelitian yang

menekankan pada pengujian teori-teori melalui pengukuran variabel-variabel

penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik,

sedangkan menurut (Sukmadinata, 2006) pendekatan kuantitatif adalah

pendekatan penelitian tentang data yang dikumpulkan dan dinyatakan dalam

bentuk angka-angka dan mengambil jarak antara peneliti dengan objek yang

diteliti dengan menggunakan instrumen-instrumen formal, standar dan bersifat

mengukur.Mendasarkan pada tujuan yang ingin dijawab yaitu mengetahui

hubungan antara beberapa variabel dan mendeskripsikan hubungan antar

variabel tersebut secara statistik maka jenis pendekatan kuantitatif adalah solusi

yang tepat untuk digunakan dalam studi penelitian ini.

3.2 Lokasi dan Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah petani yang ada di Kota Batu yang melakukan

transisi pertanian dari pertanian subsisten ke pertanian komersil. Dengan lokasi

Page 42: ANALISIS PENGARUH TRANSISI PERTANIAN SUBSISTEN KE PERTANIAN …repository.ub.ac.id/1354/1/Christian Benny Hariyanto.pdf · 2020. 8. 12. · di Indonesia adalah Kota Batu dimana kota

30

penelitian adalah di Kota Batu. Dimana petani merupakan kepala

keluarga/anggota kelurga yang melakukan cocok tanam dari lahan pertaniannya

atau memelihara dan mengelola ternak/pertaniannya dengan tujuan untuk

memperoleh kehidupan dari kegiatan itu.

3.3 Populasi dan Metode Sampling

Populasi dalam penelitian iniadalah seluruh petani di Desa Sidomulyo di

Kota Batu, yang berjumlah 127 usaha tani, dan diambil sampel sebanyak 25

usaha tani ini terdiri dari 15 usaha bunga komersil dan 10 usaha buah jeruk dan

apel. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) dengan

pertimbangan pengenalan peneliti dengan kondisi daerah penelitian.Teknik

sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik random sampling

yaknimerupakan penentuan sampel yang dilakukan secara acak atau random

dari populasi yang memungkinkan setiap individu berpeluang untuk menjadi

sampel selama masih berada dalam sampling frame peneliti (Sugiyono, 2009).

Penentuan kriteria sampel diperlukan untuk menghindari timbulnya kesalahan

dalam penentuan sampel penelitian, yang selanjutnya akan berpengaruh

terhadap hasil analisis.

3.4 Definisi Operasional Variabel

Untuk mengindari ketidakjelasan makna variael yang digunakan maka

perlu adanya definisi operasional dari masing-masing variabel. Menurut (Hamidi,

2007) definisi operasional variabel adalah pengertian variabel yang diungkap

dalam definisi konsep secara operasional, secara praktik,secara riil, dan secara

nyata dalam lingkup obyek penelitian/obyek yang diteliti. Berikut merupakan

definisi operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini.

Page 43: ANALISIS PENGARUH TRANSISI PERTANIAN SUBSISTEN KE PERTANIAN …repository.ub.ac.id/1354/1/Christian Benny Hariyanto.pdf · 2020. 8. 12. · di Indonesia adalah Kota Batu dimana kota

31

1. Penyerapan tenaga kerja sebagai variabel terikat (Y) adalah jumlah tenaga

kerja yang terserap untuk bekerja pada sektor pertanian dinyatakan dalam

orang.

2. Modal sebagai variabel bebas (X1) adalah jumlah dana yang digunakan untuk

proses produksi pertanian pada bulan X Tahun 2016 modal dalam hal ini

adalah modal untuk usaha/ kegiatan produksi dinyatakan dalam rupiah.

3. Nilai penjualan sebagai variabel bebas (X2) adalah total pendapatan yang

diperoleh petani dari output pertanian yang dipesan maupun yang disetor ke

toko-toko ataupun pasar baik tradisional atau modern, dinyatakan dalam

rupiah.

4. Tingkat Pendidikan sebagai variabel bebas (X3) adalah tingkat pendidikan

terakhir pemilik usaha tani yang telah ditempuh, satuannya dengan jumlah

tahun, apabila tamat menyelesaikan suatu jenjang pendidikan, maka untuk

tamat tingkat SD= 6 tahun, tamat SMP= 9 tahun, tamat SMA =12 tahun,

tamat S1= 16 tahun, .

5. Harga ouput sebagai variabel bebas (X4) adalah harga jual yang berlaku dari

output yang dihasilkan oleh petani, dinyatakan dengan rupiah.

3.5 Jenis Data dan Sumber Data

Untuk menganalisis pengaruh dari variabel yang mempengaruhi tingkat

penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Desa Sidomulyo KotaBatu,

maka digunakan jenis data primer dan data sekunder, kedua jenis data tersebut

didefinisikan sebagai berikut :

Page 44: ANALISIS PENGARUH TRANSISI PERTANIAN SUBSISTEN KE PERTANIAN …repository.ub.ac.id/1354/1/Christian Benny Hariyanto.pdf · 2020. 8. 12. · di Indonesia adalah Kota Batu dimana kota

32

1. Data primer

Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari petani melalui

wawancara langsung terstruktur (berpedomen pada kuisioner) dan

melakukan observasi (pengamatan) terhadap objek yang diteliti.

2. Data sekunder

Data sekunder diperoleh dari instansi atau lembaga yang berkaitan

langsung dengan penelitian ini, seperti dari Dinas Pertanian, BPS

KotaBatu, Bappeda KotaBatu, dan lain sebagainya.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara dalam penelitian untuk

mendapatkan data baik primer maupun sekunder. Untuk data primer,

pengumpulan data dapat diperoleh dari petani di Desa Sidomulyo Kota

Batutentang tenaga kerja yang diserap dengan cara :

1. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data lain. Pelaksanaan

dapat dilakukan secara langsung berhadapan dengan yang diwawancarai

tetapi dapat juga secara tidak langsung seperti memberikan daftar

pertanyaan untuk dijawab pada kesempatan lain. Metode

wawancara/interview ini ditujukan kepada petani di Desa Sidomulyo Kota

Batu.

Page 45: ANALISIS PENGARUH TRANSISI PERTANIAN SUBSISTEN KE PERTANIAN …repository.ub.ac.id/1354/1/Christian Benny Hariyanto.pdf · 2020. 8. 12. · di Indonesia adalah Kota Batu dimana kota

33

2. Kuesioner

Kuesioner merupakan pengumpulan data dengan memberikan atau

menyerbarkan daftar pertanyaan kepada responden dengan harapan

memberikan respon atas daftar pertanyaan tersebut. Daftar pertanyaan

tersebut bersifat terbuka jika jawaban tidak ditentukan sebelumnya

sedangkan bersifat tertutup jika alternatif-alternatif jawaban telah

disediakan. Metode kuisioner ini diberikan kepada petani di Desa

Sidomulyo Kota Batu. Sedangkan data sekunder, diperoleh dengan cara:

1. Studi literature/studi kepustakaan, dalam hal ini informasi dapat

diperoleh dengan membaca buku atau dokumen yang sesuai dengan

obyek penelitian dan teori-teori yang berkaitan dengan penyusunan

penelitian.

2. Dokumentasi, yaitu dengan menganalisa bebetapa laporan / sumber

data yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, baik dari BPS

KotaBatu, dan pihak-pihak lain yang terkait.

3.7 Analisa Data

3.7.1 Perumusan Fungsi Regresi

Berdasarkan landasan teori dan tujuan penelitian, maka metode analisa

yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda, yaitu untuk

mengetahui seberapa besar pengaruh yang terjadi antara variabel bebas dan

variabel terikat. Model yang dipakai adalah model persamaan regresi linier

berganda yang dapat dirumuskan sebagai berikut:

Page 46: ANALISIS PENGARUH TRANSISI PERTANIAN SUBSISTEN KE PERTANIAN …repository.ub.ac.id/1354/1/Christian Benny Hariyanto.pdf · 2020. 8. 12. · di Indonesia adalah Kota Batu dimana kota

34

Y = βo + β1x1 + β2x2 + β3x3 + β4x4 +e

Di mana :

Y = Penyerapan tenaga kerja

βo = Penaksir/konstan

β1 β2 β3 β4 = Koefisien regresi

x1 = Modal

x2 = Nilai Penjualan

x3 = Tingkat Pendidikan

x4 = Harga output

e = Residual

3.7.1.1 Uji Regresi Secara Parsial (uji t)

Merupakan pengujian hubungan regresi secara parsial untuk mengetahui

apakah ada pengaruh nyata secara individu antara variabel bebas dengan satu

variabel terikat yang di maksud. Dalam hal ini digunakan uji t (t test) untuk

menguji keberartian hubungan masing-masing koefisien regresi ( uji kuat

tidaknya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat), dengan ketentuan

sebagai berikut :

a) Ho : β = 0, berarti tidak ada pengaruh variabel bebas terhadap variabel

terikat

b) Ha : β ≠ 0, berarti ada pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.

Page 47: ANALISIS PENGARUH TRANSISI PERTANIAN SUBSISTEN KE PERTANIAN …repository.ub.ac.id/1354/1/Christian Benny Hariyanto.pdf · 2020. 8. 12. · di Indonesia adalah Kota Batu dimana kota

35

Hipotesa nol (Ho) adalah hipotesa yang menyatakan tidak adanya

peranan atau pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat, sedangkan

hipotesa alternative (Ha) merupakan hipotesa yang menyatakan ada peranan

atau pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Pengujian dilakukan

dengan membandingkan nilai t yang didapat dari perhitungan dengan nilai t table

dengan ketentuan sebagai berikut:

a) thitung< ttabel, maka Ho (hipotesa nol) diterima dan Ha (hipotesa alternatif)

ditolak.

b) thitung> ttabel maka Ho (hipotesa nol) ditolak dan Ha (hipotesa alternative)

diterima.

Penerimaan dari hipotesa nol berarti variabel bebas yang di uji tidak

mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat, sedangkan penolakan terhadap

hipotesa nol berart variabel bebas yang diuji mempunyai peranan terhada

variabel terikat. Nilai t hitung didapat denga rumus sebagai berikut

Thitung = sb

b

3.7.1.2 Uji regresi secara keseluruhan / simultan (uji F)

Merupakan pengujian hubungan regresi secara simultan / serentak antara

variabel bebas pada variabel terikat. Formula uji F adalah :

Fhitung = )/()1(

)1/(2

2

knR

kR

F = F hitung yang selanjutnya dibandingkan dengan F table

K = Jumlah variabel independen

Page 48: ANALISIS PENGARUH TRANSISI PERTANIAN SUBSISTEN KE PERTANIAN …repository.ub.ac.id/1354/1/Christian Benny Hariyanto.pdf · 2020. 8. 12. · di Indonesia adalah Kota Batu dimana kota

36

R2 = Koefisien korelasi ganda yang telah ditemukan

n = Jumlah sampel

Uji F dimaksudkan untk menguji tingkat keberartian hubungan seluruh

koefisien regresi variabel bebas terhadap variabel terikat, atau menguji hipotesa

mayor, dengan ketentuan sebagai berikut :

a) Fhitung< Ftabel, maka Ho (hipotesa nol) diterima dan Ha (hipotesa

alternatif) ditolak.

b) Fhitung> Ftabel maka Ho (hipotesa nol) ditolak dan Ha (hipotesa

alternative) diterima

Hipotesa alternative (Ha) menyatakan adanya peranan variabel bebas

secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Sedangkan hipotesa nol (Ho)

menyatakan tidak adanya peranan dari dari variabel bebas secara bersama-

sama terhadap variabel terikat.

3.7.1.3 Uji R2 (Koefisien Determinasi)

Nilai R2 mempunyai Range antar 0-1 atau ≥ R2 ≤ 1. Semakin besar R2

(mendekati 1) berarti garis regresi tersebut semakin baik atau semakin tepat

dengan parameter. Koefisien determinasi juga merupakan ukuran besarnya

pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara serentak. Umumya nilai

ini ditulis dalam bentuk prosen (%).

Page 49: ANALISIS PENGARUH TRANSISI PERTANIAN SUBSISTEN KE PERTANIAN …repository.ub.ac.id/1354/1/Christian Benny Hariyanto.pdf · 2020. 8. 12. · di Indonesia adalah Kota Batu dimana kota

37

3.7.2 Uji Asumsi Klasik

Beberapa masalah muncul pada analisis regresi dalam mengestimasi

suatu model dengan beberapa data variabel. Masalah tersebut termasuk dalam

pengujian asumsi klasik yaitu ada atau tidaknya masalah heterokedastisitas,

multikolinieritas, sutokorelasi, dan normalitas (Gujarati, 2003:65).

Adanya penyimpangan yang terjadi dapat menyebabkan uji f-statistik dan

uji t-statistik tidaklah valid dan secara statistika dapat mengacaukan kesimpulan

yang diperoleh. Hasil estimasi persamaan regresi yang baik merupakan hasil

regresi yang memenuhi kriteria BLUE (Best Linear Unbiased Estimator),

(Gujarati, 2003:44) maka dalam persamaan regresi dengan metode OLS, penelti

merasa harus melakukan uji asumsi klasik untuk memperkuat hasil yang

diperoleh dari analisis dengan macam – macam uji asumsi klaik sebagai berikut:

3.7.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan uji yang mengukur distribusi normal pada data

kita sehingga dapat digunakan dalam statistik parametrik (Sujianto, 2009:77).

Dengan dasar pengertian tersebut tujuan pengujian normalitas adalah

mengetahui apakah suatu variabel memiliki distribusi data yang normal atau

tidak. Dalam penelitian ini, untuk mendeteksi normalitas data dilakukan dengan

menggunakan pendekatan Kolmogorov-Smirnov (K-S).

Ketentuan pengujian ini adalah :

a) Jika Asymp. Sig. (2-tailed) atau nilai probabilitas > 0,05, maka distribusi data

adalah normal.

Page 50: ANALISIS PENGARUH TRANSISI PERTANIAN SUBSISTEN KE PERTANIAN …repository.ub.ac.id/1354/1/Christian Benny Hariyanto.pdf · 2020. 8. 12. · di Indonesia adalah Kota Batu dimana kota

38

b) Jika Asymp. Sig. (2-tailed) atau nilai probabilitas < 0,05, maka distribusi data

adalah tidak normal.

3.7.2.2 Uji Multikolinearitas

Mulitikolinearitas timbul dikarenakan terdapat hubungan klausal antara

variabel independen atau terdapat pengaruh dari satu variabel di dalam model

yang dapat berpengaruh terhadap variabel penjelas lainnya (Sujianto, 2009:79).

Tujuan pengujian multikolinearitas adalah mengetahui adanya korelasi antar

variabel bebas pada model regresi yang digunakan. Jika terdapat korelasi, dapat

dijelaskan bahwa model tersebut mempunyai permasalahan multikolinearitas.

Sehingga model regresi yang bebas dari korelasi antar variabel bebas

merupakan model regresi yang baik.

Dalam mendeteksi adanya multikolinearitas, Nugroho (2005) dalam

(Sujianto, 2009:79) menyatakan jika nilai Variance Inflation Faktor (VIF) tidak

lebih dari 10 maka model terbebas dari multikolinearitas. Dengan kata lain

asumsi multikolinearitas terpenuhi jika nilai VIF < 10. Karena VIF = 1/Tolerance,

maka asumsi multikolinearitas juga dapat ditentukan dengan Tolerance < 0,1.

3.7.2.3 Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas merupakan perbedaan varians variabel dalam model

regresi. Tujuan pengujian heteroskedastisitas adalah untuk mengetahui dalam

sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu ke

pengamatan lainnya. Tidak terdapat varians residual pada suatu pengamatan

terhadap pengamatan lain, maka homokedastisitas. Begitu juga sebaliknya,

Page 51: ANALISIS PENGARUH TRANSISI PERTANIAN SUBSISTEN KE PERTANIAN …repository.ub.ac.id/1354/1/Christian Benny Hariyanto.pdf · 2020. 8. 12. · di Indonesia adalah Kota Batu dimana kota

39

heteroskedastisitas merupakan perbedaan varians residual dari suatu

pengamatan terhadap pengamatan yang lain. Pengujian heteroskedastisitas

dapat diketahui dengan melihat nilai signifikan uji Glejser yang menunjukkan nilai

antar tiap variabel independen dengan residualnya. Dengan signifikan yang

melebihi α (5%) dapat disimpulkan tidak terdapat Heteroskedastisitas, begitu

juga sebaliknya bila terjadi nilai α (5%) yang lebih kecil dapat ditarik kesimpulan

terdapat heteroskedastisitas.

3.7.2.4 Uji Autokorelasi

Adanya permasalahan autokorelasi akan menyebabkan hasil taksiran

regresi menjadi tidak signifikan. Autokorelasi merupakan korelasi antara anggota

serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu (time series) atau ruang

(cross section). Adapun penyebab autokorelasi adalah kelambanan (inersia),

Bias spesifikasi: kasus variabel yang tidak dimasukkan, Bias spesifikasi: bentuk

fungsional yang tidak benar, fenomena Cobweb, keterlambatan waktu (lag) dan

manipulasi data (Gujarati, 2003: 112). Uji autokorelasi penelitian ini

menggunakan uji Durbin-Watson untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi.

Dasar pengambilan keputusan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.1 Hipotesa Autokorelasi dengan DW-test

Hipotesis Nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dL

Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada keputusan dL ≤ d ≤ dU

Tidak ada autokorelasi negatif Tolak 4 – dL < d < 4

Tidak ada autokorelasi negatif Tidak ada keputusan 4 – dU ≤ d ≤ 4 – dL

Tidak ada autokorelasi positif/negatif Terima dU < d < 4 – dU

Sumber: Gujarati (2003)

Page 52: ANALISIS PENGARUH TRANSISI PERTANIAN SUBSISTEN KE PERTANIAN …repository.ub.ac.id/1354/1/Christian Benny Hariyanto.pdf · 2020. 8. 12. · di Indonesia adalah Kota Batu dimana kota

40

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Deskripsi Usaha Responden

Sebagaimana yang telah dikemukakan bahwa jumlah responden pada

penelitian ini adalah sejumlah 25 pemilik usaha tani komersialyang berskala kecil

di Desa Sidomulyo Batu. Cukup beragam jenis usaha responden khususnyayang

menyangkut usaha tani komersil dimana terdapat 2 jenis usaha yang paling

dominan, yaitu tanaman hias dan apel. Selengkapnya jenisusaha responden

sebagaimana ditunjukkan pada tabel 4.1 berikut ini:

Tabel 4.1: Jenis Usaha Responden

No Jenis Usaha Tani Jumlah %

1 Tanaman hias 20 80%

2 Apel 5 20%

Total 25 100% Sumber: Data diolah, 2017

Dari tabel 4.1 di atas dapat diketahui bahwa jenis usaha tani di Desa

SidomulyoBatudidominasi oleh tanaman hias. Dengan berbagai tanaman hias

yang lebih beragam menciptakan kontribusi tersendiri bagi masyarakat dalam

menyerap tenaga kerja. Dimana jenis usaha ini sebanyak 20 unit atau sebesar

80% dari total usaha tani yang ada di Desa SidomulyoBatu. Kelompok unit usaha

terbanyak kedua adalah yang bergerak pada jenis usaha tani apelyang termasuk

petik apel dengan jumlah 5 unit dengan proporsi sebesar 20%.

Perkembangan Kota Batu yang menuju kota agropolitan memberikan

keterbukaan pemilik usaha tani untuk meningkatkan outputnya yang

berkontribusi tersendiri terhadap jumlah tenaga kerja yang diminta. Tentunya

dengan pergeseran pandangan penduduk di Kota Batuterhadap dunia pertanian

Page 53: ANALISIS PENGARUH TRANSISI PERTANIAN SUBSISTEN KE PERTANIAN …repository.ub.ac.id/1354/1/Christian Benny Hariyanto.pdf · 2020. 8. 12. · di Indonesia adalah Kota Batu dimana kota

41

yang dulu ditinggalkan dan menjadi menarik akibat kekhususan Kota Batu untuk

meningkatkan wisata alamnya terutama pertanian, maka menciptakan

pertamabahan usaha tani, pertambahan unit usaha tani tersebut tentunya akan

menyerap tenaga kerja dalam memproduksi barang tani untuk kemudian akan

dipasarkan, baik untuk wilayah Kota Batu maupun di luar kota bahkan eksport

sekalipun.

4.1.2 Deskripsi Responden

Responden penelitian adalah pemilik usaha tanidi Desa Sidomulyo Batu

dengan karaktestik sebagai berikut:

4.1.2.1 Jenis kelamin.

Tabel 4.2:Jenis Kelamin Responden

No Jenis Kelamin Jumlah %

1 Laki-laki 25 100%

2 Perempuan 0 0%

Total 25 100%

Sumber: Data diolah, 2017

Dari Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa secara menyeluruh pemilik

usaha tanidi Desa Sidomulyo Batu adalah laki-laki dengan persentase sebesar

100% atau sebanyak 25 orang, sedangkan wanita tidak berperan aktif sebagai

pemilik usaha tani. Dengan adanya dominasi laki-laki menunjukkan bahwa usaha

tanidimana dibutuhkan kemampuan memimpin dan kerja lapangan yang cukup

keras dimana tidak dapat diimbangi oleh para perempuan sehingga peranan

perempuan berasal dalam segi penjualannya.

Page 54: ANALISIS PENGARUH TRANSISI PERTANIAN SUBSISTEN KE PERTANIAN …repository.ub.ac.id/1354/1/Christian Benny Hariyanto.pdf · 2020. 8. 12. · di Indonesia adalah Kota Batu dimana kota

42

4.1.2.2 Usia Responden

Tingkat usia responden yang bergerak pada usaha tanidi Desa Sidomulyo

Batu sebagaimana Tabel 4.3 dapat diketahui persentase usia responden urutan

pertama adalah pada usia 41-45 tahun sebanyak 16 orang atau sebesar 24,40%

untuk persentase kedua usia 31 – 35 tahun dan 36 – 40 tahun masing-masing

sebanyak 10 orang atau sebesa 15,87%, urutan ketiga dengan persentase

sebesar 12,7% atau sebanyak 8 orang pada ketegori usia 25-30 tahun dan

kategori umur 51-55 th. Untuk urutan keempat dengan persentase sebesar

9,52% atau sebanyak 6 responden pada kategori usia 46-50 tahun. Untuk urutan

kelima dengan persentase sebesar 7,94% atau sebanyak 5 responden terdapat

pada kategori usia 56-60 tahun.

Tabel 4.3:Usia Responden

Sumber: Data diolah, 2017

Dari tabel 4.3 diatas juga menunjukkan bahwa pengusaha dibidang tani di

Desa Sidomulyo Batu cukup banyak mereka yang berusia antara 51 – 55 tahun.

Usia yang menurut kebanyakan orang adalah usia dimana kematangan, dapat

diartikan pula bahwa pada usia tersebut seseorang berada pada masa

kejayaannya atau sudah memasuki dunia pensiun.

4.1.2.3 Tingkat Pendidikan

Informasi lain yang berhasil dihimpun dalam penelitian ini adalah tingkat

pendidikan responden, selengkapnya adalah sebagaimana ditunjukkan pada

tabel berikut ini.

No Usia Jumlah %

1 < 40 th 2 8%

2 40 th - 45 th 7 28%

3 46 th - 50 th 5 20%

4 51 th - 55 th 8 32%

5 > 56 th 3 12%

Jumlah 25 100%

Page 55: ANALISIS PENGARUH TRANSISI PERTANIAN SUBSISTEN KE PERTANIAN …repository.ub.ac.id/1354/1/Christian Benny Hariyanto.pdf · 2020. 8. 12. · di Indonesia adalah Kota Batu dimana kota

43

Tabel 4.4:Tingkat Pendidikan Pemilik Usaha Tani

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak Lulus SD 12 48,0 48,0 48,0

SD 9 36,0 36,0 84,0

SMP 2 8,0 8,0 92,0

SMA 2 8,0 8,0 100,0

Total 25 100,0 100,0

Sumber: Data diolah, 2017

Tingkat pendidikan sebagaimana Tabel 4.4 menunjukkan bahwa

sebagian besar tingkat pendidikan pemilik usaha tanikomersial di Desa

Sidomulyo Batu paling banyak adalah yang tidak lulusSD dengan yang terdapat

pada 12 orangpada usaha tani komersial atau sebesar 48%. Jumlah terbanyak

ke dua adalah berpendidikan SD yang terdapat pada 9 orangpada usaha tani

komersial atau sebesar 36%. Sedangkan yang berpendidikan SMP dan SMA

terdapat pada 4 orang pada usaha tani komersial atau sebesar16%

Dari hasil di atas dapat diketahui bahwa mayoritaspemilik usaha tani

merupakan masyarakat yang berpendidikan rendah, dan hal ini mempengaruhi

penilaian para pemilik dan mengatakan bahwa pendidikan mereka berpengaruh

pada tingkat produktivitasnya. Hal ini diimbangi dengan adanya pengaruh upah

yang dapat membebankan para pemilik usaha tani, dimana dengan rendahnya

pendidikan yang dimiliki biasanyaakan mempertimbangkan banyaknya tenaga

kerja yang direktrut dan dianggap sebagai beban ditambah bila harga output

yang tak menentu akan mempengaruhi pendapatan pemilik usaha. Dalam

pengamatan penulis terlihat jelas bahwa para pemilik usaha tani di Desa

Sidomulyo Batu menggunakan strategi penggunaan tenaga kerja yang tingkat

pendidikanya masih rendah dikarenakan mengacu pada harga output yang

ditentukan oleh pasar. Kebanyakan produksi tani yang dibuat membutuhkan

Page 56: ANALISIS PENGARUH TRANSISI PERTANIAN SUBSISTEN KE PERTANIAN …repository.ub.ac.id/1354/1/Christian Benny Hariyanto.pdf · 2020. 8. 12. · di Indonesia adalah Kota Batu dimana kota

44

tenaga kerja yang kasar, maka dari itu pemilik perusahaan biasanya mengambil

tenaga kerja yang berpendidikan rendah tertimbang yang berpendidikan tinggi.

4.1.2.4 Harga output

Dari tabel 4.5 dapat diketahui bahwa harga output dari usaha tani diDesa

Sidomulyo Batu berada pada kisaran Rp 10.000 – Rp 20.000dengan presentase

56% atau sebanyak 14 unit usaha tani yang memperoleh harga tersebut. Dan

44% atau sebanyak 11 unit usaha tani yang memperoleh harga output berkisar

Rp 5.000 – Rp 10.000.

Tabel 4.5: Tingkat Harga output Tenaga Kerja Sektor Industri

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 5000-100000 11 44,0 44,0 44,0

10000-20000 14 56,0 56,0 100,0

Total 25 100,0 100,0

Sumber: Data diolah,2017

4.1.2.5 Modal Kerja

Untuk menunjang aktivitas produksi suatu usaha termasuk usaha tani

tentunya diperlukan modal kerja dalam jumlah tertentu. Modal kerja sebagaimana

diketahui adalah sejumlah kekayaan yang digunakan untuk membiayai suatu

proses produksi untuk menghasilkan barang atau jasa suatu jenis usaha. Menjadi

hal yang penting bagi sebuah usaha untuk memiliki modal kerja yang mampu

membiaya keseluruhan biaya produksi dan biaya pemasaran, dengan harapan

dapat menghasilkan penjualan barang yang telah diproduksinya. Selengkapnya

modal usaha dari 25usaha tani dapat dilihat pada tabel 4.6.

Page 57: ANALISIS PENGARUH TRANSISI PERTANIAN SUBSISTEN KE PERTANIAN …repository.ub.ac.id/1354/1/Christian Benny Hariyanto.pdf · 2020. 8. 12. · di Indonesia adalah Kota Batu dimana kota

45

Tabel 4.6:Modal Kerja UsahaTani

Modal Frequency percent

2.000.000 – 5.000.000 10 50%

5.001.000–10.000.000 7 28%

10.001.000–15.000.000 6 24%

>15.000.000 2 8

Total 63 100% Sumber : data diolah, 2017

Pada tabel 4.7 tersebut dapat diketahui bahwa modal kerja sebagai awal

membuka usaha tani cukup bervariasi, mulai nilai yang terkecil sebesar Rp

2.000.000 sampai yang terbesar yaitu Rp 18.000.000. Adapun jenis usaha tani

yang dimiliki didukung dengan kepemilikan tanah secara pribadi dengan luasan

sebagai berikut:

Tabel 4.7:Luas Tanah yang Dimiliki

Luas Tanah (m2) Jumlah Persentase

100 – 300 11 54%

301–500 5 20%

501–800 6 24%

801 – 1000 3 12%

Total 25 100% Sumber : data diolah, 2017

Dari tabel 4.7 dapat diketahui bahwa luasan tanah yang dimiliki para

pengusaha tani berada yang memiliki tanah seluas 100-300 berada pada kisaran

54% atau sebesar 11 unit usaha, kemudian diikuti dengan luasan tanah berkisar

501-800 sebanyak 6 unit usaha tani atau 24%, kemudian luas tanah sekitar 301-

500 sebesar 20% atau sebanyak 5 unit usaha dan Sedangkan perolehan tanah

tersebut sebanyak 8 unit usaha tani atau 32% diperoleh dari warisan, 15 unit

usaha taniatau 60% memiliki tanah yang dibelinya dan sebanyak 2 unit usaha

tani atau 8% diperoleh dari bantuan pemerintah. Hasil tersebut dapat dilihat pada

tabel 4.8 sebagai berikut:

Page 58: ANALISIS PENGARUH TRANSISI PERTANIAN SUBSISTEN KE PERTANIAN …repository.ub.ac.id/1354/1/Christian Benny Hariyanto.pdf · 2020. 8. 12. · di Indonesia adalah Kota Batu dimana kota

46

Tabel 4.8 Asal Kepemilikan Tanah

Asal kepemilikan tanah Jumlah Persentase

Beli 15 60%

Warisan 8 32%

Bantuan pemerintah 2 8%

Total 25 100%

Sumber: Data diolah, 2017

4.1.2.6 Nilai Penjualan

Salah satu indikator keberhailan suatu usaha tidak terlepas dari seberapa

besar unit usaha tersebut beroperasi dan menghasilkan keuntungan. Prinsip

dasar bisnis adalah menghasilkan laba, untuk sampai pada menghasilkan laba

tentunya perusahaan harus mampu melakukan proses penjualan barang yang

dimaksud, dimana dalam penelitian ini adalah komoditas yang dihasilkan dari

pertanian. Dengan dua jenis usaha paling dominan terdaat pula tingkat penjualan

yang beragam mengingat kategori yang diangkat dalam penelitian ini adalah

tergolong yang beskala kecil dan menengah, selengkapnya perkembangan

tingkat nilai penjualan disajikan pada tabel berikut:

Tabel 4.9:Nilai Penjualan

Page 59: ANALISIS PENGARUH TRANSISI PERTANIAN SUBSISTEN KE PERTANIAN …repository.ub.ac.id/1354/1/Christian Benny Hariyanto.pdf · 2020. 8. 12. · di Indonesia adalah Kota Batu dimana kota

47

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1000000 1 4,0 4,0 4,0

2000000 3 12,0 12,0 16,0

3000000 5 20,0 20,0 36,0

4000000 1 4,0 4,0 40,0

5000000 6 24,0 24,0 64,0

6000000 1 4,0 4,0 68,0

7000000 2 8,0 8,0 76,0

8000000 2 8,0 8,0 84,0

10000000 1 4,0 4,0 88,0

13000000 1 4,0 4,0 92,0

15000000 2 8,0 8,0 100,0

Total 25 100,0 100,0

Sumber: Data diolah, 2017

Dari hasil tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai penjualan dari usaha

tani di Desa Sidomulyo Batu paling kecil adalah Rp 1.000.000 sejumlah 1 unit

usaha tani dan yang paling tinggi adalah Rp 15.000.000 sebulan sebanyak 2 unit

usaha tani. Terbanyak adalah usaha tani dengan nilai penjualan sebesar Rp

5.000.000 sebanyak 6 unit usaha tani dan Rp 3.000.000 sebanyak 5 unit usaha

tani dimana proporsinya sebesar 24% dan 20% dari 25 responden penelitian.

Untuk peningkatan omzet penjualan tentunya menjadi hal yang penting bagi

perusahaan agar tetap terus bertahan dan berkembang dikemudian hari.

4.2. Hasil Analisis Data dan Pembahasan

4.2.1 Hasil Analisis Regresi Berganda

Sebagaimana rumusan masalah pada bab 1, bahwa penelitian ini

dilakukan untuk menjawab pertanyaan mengenai pengaruh modal kerja,

nilaipenjualan,tingkat pendidikan dan harga output terhadap jumlah tenaga kerja.

Oleh karena variabel yang digunakan lebih dari 1, maka teknik analisis data yang

digunakan adalah regresi beganda. Analisis regresi merupakan salah satu

Page 60: ANALISIS PENGARUH TRANSISI PERTANIAN SUBSISTEN KE PERTANIAN …repository.ub.ac.id/1354/1/Christian Benny Hariyanto.pdf · 2020. 8. 12. · di Indonesia adalah Kota Batu dimana kota

48

metode yang digunakan untuk mengetahui pengaruh dua atau lebih variabel

bebas (X) terhadap variabel tidak bebas (Y). Disamping itu regresi juga

digunakan untuk memodelkan persamaan umum yang dihasilkan. Disebut

berganda oleh karena variabel bebasnya lebih dari satu, analisis regresi

berganda ini dilakukan dengan menghitung koefisien regresi (b) masing-masing

variabel bebas.

Dalam sub bab ini dijelaskan tentang hasil pengujian pada model regresi

secara statistik, dengan variabel dependen pada model ini adalah jumlah tenaga

kerja pada usaha tani di Desa Sidomulyo Batu, dan variabel independen yang

terdiri dari Modal Kerja (X1), Nilai Penjualan (X2), Tingkat Pendidikan (X3), dan

Harga Output (X4). Hasil dari analisis data dengan regresi berganda dapat dilihat

pada tabel berikut ini :

Tabel 4.10:Hasil Analisis Regresi Berganda

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 4,683 ,911 5,139 ,000

X1 1,445E-7 ,000 ,201 2,558 ,019

X2 5,146E-7 ,000 ,606 7,378 ,000

X3 -,762 ,235 -,213 -3,246 ,004

X4 1,931 ,454 ,296 4,250 ,000

a. Dependent Variable: Y

Sumber: Data diolah, 2017

Berdasarkan hasil analisis regresi pada Tabel 4.10 di atas menunjukkan

bahwa besarnya nilai konstanta yang dihasilkan adalah 4,683, koefisien regresi

untuk variabel Modal Kerja (X1) sebesar 1,445, koefisien regresi untuk variabel

Nilai Penjualan (X2) sebesar 5,146, koefisien regresi untuk Tingkat Pendidikan

(X3) sebesar -0,762, koefisien regresi untuk variabel Harga Output(X4) sebesar

1,931 dengan demikian dapat diperoleh persamaan regresi:

Page 61: ANALISIS PENGARUH TRANSISI PERTANIAN SUBSISTEN KE PERTANIAN …repository.ub.ac.id/1354/1/Christian Benny Hariyanto.pdf · 2020. 8. 12. · di Indonesia adalah Kota Batu dimana kota

49

Y = 4,683 + 1,445X1+ 5,146X2 – 0,762X3+ 1,9311X4+ e

Untuk meyakinkan serta memastikan bahwa model persamaan regresi

yang terbentuk tersebut mampu memprediksi perubahan Jumlah tenaga kerja

yang diakibatkan oleh variabel modal, nilai penjualan, tingkat pendidikan dan

harga output, maka perlu dilakukan pengujian-pengujian. Beberapa pengujian ini

perlu dilakukan agar kesimpulan yang diperoleh dapat diberlakukan untuk

keseluruhan populasi, oleh karena data yang digunakan untuk menghitung nilai

konstanta (a), dan koefisien regresi (b) didasarkan pada data sampel (Atmajaya,

1998:344). Berikut ini akan diuraikan hasil pengujian secara simultan dengan uji

F dan secara partial dengan uji t serta uji asumsi klasik.

4.2.2 Pengujian Secara Simultan Dengan Uji F (F-Test)

Pengujian secara simultan ini menggunakan pendekatan analisia of

varance (ANOVA), yang telah jadi satu paket dengan software SPSS ver 13.

Adapun pengujian ini dimaksudkan untuk menguji pengaruh secara simultan

variabel Modal (X1), Nilai Penjualan (X2), Tingkat Pendidikan (X3), Harga

output(X4), terhadap jumlah tenaga kerja pada usaha tani di Desa Sidomulyo

Batu. Pengujian ini dilakukan dengan melihat nilai signifikansi probabilitasnya (p),

jika nilai probabilitas (p) < 0,05 maka secara simultan Modal Kerja (X1), Nilai

Penjualan (X2), Tingkat Pendidikan (X3), dan Harga output(X4)berpengaruh

signifikan terhadap jumlah tenaga kerja. Dimana dapat dilihat dari tabel 4.11

sebagai berikut:

Tabel 4.11 ANOVA

Page 62: ANALISIS PENGARUH TRANSISI PERTANIAN SUBSISTEN KE PERTANIAN …repository.ub.ac.id/1354/1/Christian Benny Hariyanto.pdf · 2020. 8. 12. · di Indonesia adalah Kota Batu dimana kota

50

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 240,508 4 60,127 55,540 ,000a

Residual 21,652 20 1,083

Total 262,160 24

a. Predictors: (Constant), X4, X3, X1, X2

b. Dependent Variable: Y

Sumber: Data diolah, 2017

Berdasarkan hasil pengujian secara simultan sebagaimana pada Tabel

4.11 hasil analisis regresi menunjukkan bahwa besarnya nilai Fhitung adalah

55,540dan pada tingkat signifikan 5 % (0,05) diperoleh nilai p= 0,000 yang berarti

bahwa variabel Modal Kerja (X1), Nilai Penjualan (X2), Tingkat Pendidikan (X3),

Harga output(X4), secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap

tingkat jumlah tenaga kerja pada usaha tanidi Desa Sidomulyo Batu.

4.2.3 Pengujian Secara Parsial dengan Uji t (t-Test)

Pengujian ini dimasudkan untuk menguji pengaruh masing-masing yang

terdiri dari Modal Kerja (X1), Nilai Penjualan (X2), Tingkat Pendidikan (X3),

Harga Output(X4), terhadap jumlah tenaga kerja pada usaha tani di Desa

Sidomulyo Batu. Pengujian ini dilakukan dengan uji t yaitu dengan melihat nilai

signifikansi probabilitasnya (p) yang menguji hipotesis nol (H0), jika nilai

proobabilitas (p) masing masing variabel bebas lebih kecil (<) 0,05 maka secara

partial koefisien regresi masing-masing variabel Modal Kerja (X1), Nilai

Penjualan (X2), Tingkat Pendidikan (X3), Harga Output (X4)berpengaruh nyata

terhadap jumlah tenaga kerja pada usaha tanidi Desa Sidomulyo Batu. Hasil

pengujian secara parsial dapat dilihat pada Tabel 4.12berikut ini:

Tabel 4.12:Hasil Uji Partial Koefisien Regresi

Page 63: ANALISIS PENGARUH TRANSISI PERTANIAN SUBSISTEN KE PERTANIAN …repository.ub.ac.id/1354/1/Christian Benny Hariyanto.pdf · 2020. 8. 12. · di Indonesia adalah Kota Batu dimana kota

51

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 4,683 ,911 5,139 ,000

X1 1,445E-7 ,000 ,201 2,558 ,019

X2 5,146E-7 ,000 ,606 7,378 ,000

X3 -,762 ,235 -,213 -3,246 ,004

X4 1,931 ,454 ,296 4,250 ,000

a. Dependent Variable: Y

Sumber: Data diolah, 2017

Sebagaimana pada Tabel 4.12menunjukkan bahwa untuk semua

variabel bebas Modal Kerja (X1), Nilai Penjualan (X2), Tingkat Pendidikan (X3),

dan Harga Output (X4)pada tingkat signifikan 5 % dan diperoleh nilai signifikansi

indikator (p) koefisien regresi untuk b2,b3,b4,(p<0,05) sehingga H0 ditolak dan

yang berarti variabel bebas yang terdiri Modal Kerja (X1), Nilai Penjualan (X2),

Tingkat Pendidikan (X3), dan Harga Output (X4) secara partial berpengaruh

signifikan terhadap jumlah tenaga kerja. Adapun variabel Modal Kerja (X1)

diketahui nilai b1> 0,05 dengan demikian keputusan H0 untuk variabel modal

kerja (X1) diterima, yang berarti bahwa variabel modal kerja tidak berpengaruh

terhadap jumlah tenaga kerja pada usaha tani di Desa Sidomulyo Batu.

4.2.4 Koefisien Korelasi

Koefisien korelasi adalah nilai yang menunjukkan arah hubungan variabel

factor terhadap variabel reponsenya. Nilai koefisien ini antara -1 – 1, semakin

mendekati 1 nilai koefsien ini maka semakin kuat hubungan antara variabel

tersebut, begitu juga sebaliknya. Dengan demikian jika terdapat hubungan yang

kuat, maka jika ada perubahan meningkat pada variabel bebasnya maka akan

Page 64: ANALISIS PENGARUH TRANSISI PERTANIAN SUBSISTEN KE PERTANIAN …repository.ub.ac.id/1354/1/Christian Benny Hariyanto.pdf · 2020. 8. 12. · di Indonesia adalah Kota Batu dimana kota

52

ada peningkatan pula pada variabel terikatnya. Selengkapnya mengenai hasil

koefisien korelasi ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 4.13: Nilai Koefisien Korelasi dan Determinasi

Model Summary

Model

R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

d

i

m

e

n

s

i

o

n

0

1 ,958a ,917 ,901 1,040

a. Predictors: (Constant), X4, X3, X1, X2

Dari hasil analisis regresi diperoleh nilai koefisien korelasi 0,958 yang

menunjukkan nilai positif dan kuat, yang ditunjukkan oleh nilai koefisien tersebut

bernilai positif dan sangat mendekati 1. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa terdapat hubungan yang linier antara variabel bebas yaitu Modal Kerja

(X1), Nilai Penjualan (X2), Tingkat Pendidikan (X3), dan Harga ouput (X4)

terhadap variabel Y (jumlah tenaga kerja), dengan kata lain dapat disimpulkan

bahwa jika terjadi perubahan secara positif pada variabel bebas X maka akan

ada perubahan positif pula pada variabel Y (jumlah tenaga kerjanya).

4.2.5 Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien ini merupakan nilai yang menunjukkan besarnya pengaruh

variabel bebas X terhadap Variabel terikat Y. Nilai ini diperoleh dari persentase

nilai koefisien korelasi yang dikuadratkan dan besarnya berkisar antara 0 – 1 (0

% - 100 %) semakin mendekati satu koefisien ini semakin besar pengaruhnya.

Page 65: ANALISIS PENGARUH TRANSISI PERTANIAN SUBSISTEN KE PERTANIAN …repository.ub.ac.id/1354/1/Christian Benny Hariyanto.pdf · 2020. 8. 12. · di Indonesia adalah Kota Batu dimana kota

53

Berdasarkan hasil analisis regresi pada Tabel 4.13 diperoleh nilai

koefisien Adjusted R Square sebesar 0,917 yang berarti bahwa pengaruhModal

Kerja (X1), Nilai Penjualan (X2), Tingkat Pendidikan (X3), dan Harga

output(X4)terhadap jumlah tenaga kerja pada usaha tanidi Desa Sidomulyo Batu

adalah sebesar 91,6%. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa perubahan

peningkatan Jumlah tenaga kerjapada usaha tanidi Desa Sidomulyo Batu91,6%-

nya adalah dipengaruhi oleh perubahan pada faktor-faktor Modal Kerja (X1), Nilai

Penjualan (X2), Tingkat Pendidikan (X3), Harga output(X4), sedangkan

selebihnya sebesar 8,4% adalah pengaruh lain yang tidak dikaji dalam penelitian

ini.

4.2.6 Interpretasi Persamaan Regresi yang Dihasilkan

Merujuk kembali persamaan regresi diatas serta hasil pengujian

kebermaknaan koefisien regresi maka diperoleh persamaan baru sebagai

berikut:

Y = 4,683 + 1,445X1+ 5,146X2 – 0,762X3+ 1,9311X4+ e

Adapun interpretasi dari masing-masing nilai koefisien regresi dari

persamaan regresi di atas adalah sebagai berikut:

α = 4,683 : Merupakan nilai konstanta (α) yang menunjukkan jika tanpa

dipengaruhi oleh Modal (X1), Nilai Penjualan (X2), Tingkat

Pendidikan (X3), Harga output (X4) maka jumlahtenaga kerja

karyawan sebesar 4,683.

β1 = 1,445 :Merupakan nilai koefisien regresi variabel Modal (X1) yang

menunjukkan jika Modal meningkatsebesar 1 satuan maka

jumlah tenaga kerja akan mengalami kenaikan sebesar

1,445.

Page 66: ANALISIS PENGARUH TRANSISI PERTANIAN SUBSISTEN KE PERTANIAN …repository.ub.ac.id/1354/1/Christian Benny Hariyanto.pdf · 2020. 8. 12. · di Indonesia adalah Kota Batu dimana kota

54

β2 = 5,146 :Merupakan nilai koefisien regresi variabel Nilai Penjualan

(X2) yang menunjukkan jika Nilai Penjualan menarik sebesar

1 satuan maka jumlah tenaga kerja akan mengalami kenaikan

sebesar 5,146.

β3 = 0,762 : Merupakan nilai koefisien regresi variabel tingkat pendidikan

yang menunjukkan jika variabel Tingkat Pendidikan semakin

tinggipendidikan pemilik usaha tani maka jumlah tenaga

kerjayang diminta akan mengalami penurunan sebesar 0,762.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin

meningkat tinggi pendidikan yang dimiliki pemilik usaha tani

akan mengefisiensikan inputnya, sehingga menurunkan

jumlah tenaga kerja yang diminta.

β4 = 1,9311 : Merupakan nilai koefisien regresi variabel tingkat regresi

untuk variabel Harga output(X4) yang menunjukkan jika

variabel Harga output meningkat 1 satuan maka Jumlah

tenaga kerja akan mengalami kenaikan sebesar 1,9311.

4.3 Hasil Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik merupakan syarat yang harus di penuhi agar persamaan

regresi dapat dikatakan sebagai persamaan regresi yang baik, maksudnya

adalah persamaan regresi yang dihasilkan akan valid jika digunakan untuk

memprediksi. Uji asumsi klasik tersebut biasanya sering digunakan pada

persamaan regresi berganda, yaitu asumsi multikolinieritas, heterokedastisitas,

normalitas, dan autokorelasi.

4.3.1 Uji Multikolinieritas

Page 67: ANALISIS PENGARUH TRANSISI PERTANIAN SUBSISTEN KE PERTANIAN …repository.ub.ac.id/1354/1/Christian Benny Hariyanto.pdf · 2020. 8. 12. · di Indonesia adalah Kota Batu dimana kota

55

Uji multi kolinearitas merupakan uji yang ditunjukkan untuk menguji

apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variable bebas

(variabelindependen). Model regresi yang baik selayaknya tidak terjadi

multikolinearitas. Salah satu metode yang digunakan dalam menguji ada tidak

nya multikolinieritas adalah dengan menggunakan matriks korelasi antar variable

bebas. Pengujian multikolinieritas menggunakan nilai Variance Inflation Factor

(VIF). Hipotesis pada asumsi ini adalah:

H0 :Terdapat multikolinieritas pada variable bebas

H1 :Tidak terdapat multikolinieritas pada variable bebas

Padaregresi linier, yang diharapkan adalah menolak hipotesis H0 yaitu

tidak terdapat hubungan linier antar variable bebas. Hipotesis H0 ditolak apabila

nilai VIF lebih kecil dari 10, begitu pula sebaliknya, apabila nilai VIF lebih besar

dari 10, maka hipotesis H0 diterima.

Tabel 4.14 Hasil Uji Multikolinieritas

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Collinearity

Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 4,683 ,911 5,139 ,000

X1 1,445E-7 ,000 ,201 2,558 ,019 ,670 1,492

X2 5,146E-7 ,000 ,606 7,378 ,000 ,611 1,636

X3 -,762 ,235 -,213 -3,246 ,004 ,956 1,046

X4 1,931 ,454 ,296 4,250 ,000 ,851 1,175

a. Dependent Variable: Y

Sumber: data diolah, 2017

Tabel4.14merupakan hasil pengujian non-multikolinieritas dengan

menggunakan Variance Inflation Factor (VIF). Nilai VIF padaX1, X2, X3, dan

X4lebih kecil dari 10, maka hipotesis H0 ditolak yaitu tidak terdapat hubungan

linier variable antar variable bebas atau dapat dikatakan bahwa asumsi

multikolinieritas telah terpenuhi pada model tersebut.

Page 68: ANALISIS PENGARUH TRANSISI PERTANIAN SUBSISTEN KE PERTANIAN …repository.ub.ac.id/1354/1/Christian Benny Hariyanto.pdf · 2020. 8. 12. · di Indonesia adalah Kota Batu dimana kota

56

4.3.2Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam sebuah model

regresi memunculkan ketidaksamaan varians dari residual pada satu

pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2007). Jika varians dari residual

satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas

dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah

yang homoskesdatisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. Metode yang dapat

digunakan untuk mendeteksi ada tidak nya heteroskedastisitas dalam penelitian

ini adalah dengan menggunakan uji Glejser.

Tabel4.15Hasil Uji Heteroskedastisitas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) ,742 ,432 1,715 ,102

X1 1,446E-8 ,000 ,123 ,539 ,596

X2 -3,524E-8 ,000 -,253 -1,065 ,300

X3 -,248 ,111 -,423 -2,224 ,058

X4 ,347 ,216 ,325 1,609 ,123

a. Dependent Variable: RES2

Sumber: data diolah, 2017

Berdasarkan Tabel 4.15 didapatkan nilai signifikansi untuk masing-

masing variable pada model tersebut terhadap nilai mutlak dari residualnya (abs)

lebih besar dari pada α (0.05). Hasil tersebut menunjuk kan tidak ada

permasalahan heterokedastisitas, sehingga asumsi diterima.

4.3.3UjiNormalitas

Page 69: ANALISIS PENGARUH TRANSISI PERTANIAN SUBSISTEN KE PERTANIAN …repository.ub.ac.id/1354/1/Christian Benny Hariyanto.pdf · 2020. 8. 12. · di Indonesia adalah Kota Batu dimana kota

57

Uji normalitas bertujuan menguji apakah dalam sebuah regresi, variable

terikat, variable bebas atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak.

Sujianto (2009) menyatakan bahwa uji distribusi normal merupakan uji yang

mengukur apakah data yang diolah memiliki distribusi normal sehingga dapat

dipakai dalam statistic parametrik. Uji normalitas dapat dilihat dari uji statistik non

parametrik one sample kolmogorov-smirnov.

Tabel 4.16Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N 25

Normal Parametersa,b

Mean ,0000000

Std. Deviation ,94982360

Most Extreme Differences Absolute ,071

Positive ,069

Negative -,071

Kolmogorov-Smirnov Z ,353

Asymp. Sig. (2-tailed) 1,000

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Sumber: data diolah, 2017

Dari hasil pengujian normalitas dengan one sample kolmogorov-smirnov

pada Tabel 4.16 didapatkan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) atau nilai probabilitas

lebih besar dari 0,05untuk model tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

distribusi data adalah normal. Dengan demikian asumsi normalitas telah

terpenuhi.

4.3.4 UjiAutokorelasi

Page 70: ANALISIS PENGARUH TRANSISI PERTANIAN SUBSISTEN KE PERTANIAN …repository.ub.ac.id/1354/1/Christian Benny Hariyanto.pdf · 2020. 8. 12. · di Indonesia adalah Kota Batu dimana kota

58

Dalam model regresi linier klasik dapat diasumsikan bahwa unsure

gangguan yang berhubungan dengan observasi tidak dipengaruhi oleh unsure

gangguan yang berhubungan dengan observasi lain (disturbansi) yang dapat

menyebabkan terjadinya autokorelasi. Adanya permasalahan Autokorelasi akan

menyebabkan hasil taksiran regresi menjadi tidak signifikan. Autokorelasi

merupakan korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan

menurut waktu (time series) atau ruang (cross section).

Tabel 4.17Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model

R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

d

i

m

e

n

s

i

o

n

0

1 ,958a ,917 ,901 1,040 2,518

a. Predictors: (Constant), X4, X3, X1, X2

b. Dependent Variable: Y

Sumber: data diolah, 2017

Dari hasil pengujian autokorelasi dengan menggunakan DW test pada

Tabel 4.17 didapatkan nilai DW sebesar 2,518 yang bila dibandingkan dengan

nilai tabel signifikansi 5% dengan jumlah sampel N=25 dan jumlah variabel

independen 4 (K=4). Dengan nilai DW 2,518 lebih besar dari batas atas (dU)

yaitu 1.8116 dan kurang dari 4-dU = 4 – 1,8116 = 2,1884, sehingga dapat

disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi

4.4 Pembahasan

Page 71: ANALISIS PENGARUH TRANSISI PERTANIAN SUBSISTEN KE PERTANIAN …repository.ub.ac.id/1354/1/Christian Benny Hariyanto.pdf · 2020. 8. 12. · di Indonesia adalah Kota Batu dimana kota

59

4.4.1 Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Jumlah Tenaga Kerja Usaha

Tani Desa SidomulyoBatu

Melalui pengujian hipotesis sebelumya, dari variabel modal, nilai

penjualan, tingkat pendidikan dan harga output, keempat variabel ini

mempengaruhi jumlah tenaga kerja di usahataniDesa SidomulyoBatu.

4.4.2 Pengaruh Modal Terhadap Jumlah Tenaga Kerja

Variabel Modal kerja secara bersama-samamempunyai pengaruh yang

positif dan signifikan terhadap jumlah tenaga kerja. Apabila variabel lainya

dianggap kostan, maka dengan semakin meningkatnya modal kerja maka jumlah

tenaga kerja dapat meningkat sebesar 1,445. Pengaruh dari variabel modal

terhadap jumlah tenaga kerja dapat dilihat bahwa usaha ini merupakan usaha

yang padat karya, sehingga kebutuhan akan tenaga kerja cukup tinggi.

4.4.3 Pengaruh Nilai PenjualanTerhadap Jumlah Tenaga Kerja

Variabel nilai penjualan mempunyai pengaruh yang positif terhadap

Jumlah tenaga kerja. Apabila variabel lainya dianggap konstan, maka dengan

meningkatnya nilai penjualan di sebuah usahatani akan menyerap tenaga kerja

sebesar 5,146 kali.Nilai penjualan dalam usaha tani komersial ini mampu

meningkatkanjumlah tenaga kerja yang terserap.Nilaipenjualan yang semakin

tinggiakan menyebabkan pengusaha tani akan cenderung memaksa tenaga kerja

untuk melakukan pekerjaan tambahan untuk meningkatkan nilai penjualannya

dan dengan tujuan tersebut menyebabkan kebutuhan akan tenaga kerja baru,

sehingga pengusaha tani akan mengeluarkan kebijakan untuk menambah

tenaga kerja.

4.4.4 Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Jumlah Tenaga Kerja

Page 72: ANALISIS PENGARUH TRANSISI PERTANIAN SUBSISTEN KE PERTANIAN …repository.ub.ac.id/1354/1/Christian Benny Hariyanto.pdf · 2020. 8. 12. · di Indonesia adalah Kota Batu dimana kota

60

Tingkat pendidikanpemilik usaha taniyang ada pada industri taniDesa

Sidomulyo Batu antara lain : dari pemilik usaha tani yang tidak lulus SD, lulusan

SD, lulusan SLTP, lulusanSMA dan lulusan perguruan tinggi. Variabel tingkat

pendidikan mempunyai pengaruh negatif terhadap jumlah tenaga kerja. Apabila

variabel lainya dianggap konstan, maka tingkat pendidikan yang semakin

meningkat maka jumlah tenaga kerja akan mengalami penurunan sebesar 0,762.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin tingginya pendidikan maka

para pengusaha tani akan cenderung menolak tenaga kerja tersebut dikarenakan

biaya yang akan dikeluarkan cukup tinggi. Hal tersebut dapat terlihat dimana

tidak adanya pegawai di usaha tani Desa Sidmulyo Batu yang memiliki

pendidikan di perguruan tinggi. Hal ini juga disebabkan karena upah yang

diberikan sekitar Rp50.000 hingga Rp 100.000 per hari dengan sistem

pembayaran harian.

4.4.5 Pengaruh Harga Output Terhadap Jumlah Tenaga Kerja

Variabel harga output secara simultan mempengaruhi jumlah tenaga

kerja pada usahatanidi Desa Sidomulyo Batu dan mempunyai pengaruh yang

positif terhadap jumlah tenaga kerja. Apabila variabel lainya di anggap konstan

maka dengan semakin meningkatnya harga output akan meningkatkan Jumlah

tenaga kerja sebesar 1,9311kali. Harga output dalam yang berlaku di pasar pada

umumnya dapat meningkatkan jumlah tenaga kerja. Apabila terdapat kenaikan

tingkat harga output rata-rata maka akan diikuti oleh penigkatan jumlah tenaga

kerja yang diminta dan akan mengurangi terjadinya pengangguran dengan

turunnya tingkat harga output rata-rata akan diikuti oleh penurunan kesempatan

kerja.

Page 73: ANALISIS PENGARUH TRANSISI PERTANIAN SUBSISTEN KE PERTANIAN …repository.ub.ac.id/1354/1/Christian Benny Hariyanto.pdf · 2020. 8. 12. · di Indonesia adalah Kota Batu dimana kota

61

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, terkait

dengan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat penyerapan jumlah tenaga

kerja usaha tani di Desa Sidomulyo Batu, dapat ditarik beberapa kesimpulan

sebagai berikut :

1. Modal kerja secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang positif dan

signifikan terhadap jumlah tenaga kerja.

2. Nilai penjualan mempunyai pengaruh yang positif terhadap Jumlah

tenaga kerja. Nilai penjualan di usaha tani ini tergantung pada

produktivitas pegawainya dalam menyelesaikan pekerjaannya dan bahan

baku (bibit) yang mampu dibeli oleh pemilik usaha tani.

3. Harga output secara simultan mempengaruhi jumlah tenaga kerja pada

usaha tani dan mempunyai pengaruh yang positif terhadap jumlah tenaga

kerja.

4. Modal kerja, Nilai penjualan, Harga Output dan tingkat pendidikan dalam

penelitian ini berpengaruh positif dan signifikan kecuali tingkat pendidikan

yang berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga

kerja.

5. Sedangkan yang dominan berpengaruh terhadap penyerapan tenaga

kerja adalah nilai penjualan yang memiliki nilai koefisien tertinggi.

6. Dari hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa yang ditentukan

dalam penelitian ini memiliki pengaruh yang signifikan dalam transisi

Page 74: ANALISIS PENGARUH TRANSISI PERTANIAN SUBSISTEN KE PERTANIAN …repository.ub.ac.id/1354/1/Christian Benny Hariyanto.pdf · 2020. 8. 12. · di Indonesia adalah Kota Batu dimana kota

62

pertanian dari subsisten ke komersial terhadap pengurangan

pengangguran atau meningkatkan penyerapan tenaga kerja di Kota Batu.

5.2 Saran

Sebagaimana kesimpulan, saran-saran yang dapat dikemukakan pada

penelitian ini adalah sebagi berikut:

1. Dengan perkembangan usaha tani di Desa Siomulyo Batu yang semakin

ketat persaingannya hendaknya para pengusaha meningkatkan kinerja

pemasarannya dan penjualannya. Hal ini perlu diperhatikan karena

dengan berkembangnya pertanian di Batu maka permintaan akan tenaga

kerja semakin meningkat dan dapat mengurangi pengangguran.

2. Potensi yang dapat dikembangkan ini dapat dibantu oleh pemerintah kota

dengan memberikan kemudahan-kemudahan dalam memperoleh kredit

modal kerja, subsidi atau bantuan untuk meningkatkan produktivitas lahan

pertaniannya, sehingga mereka dapat melakukan expansi usahanya dan

menyerap tenaga kerja lebih banyak, secara tidak langsung usaha tani

turut andil dalam menciptakan lapangan kerja khususnya di Desa

Sidomulyo Batu.

3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan penelitian ini dapat dijadikan bahan

acuan dan perbandingan untuk penelitian yang serupa di masa yang akan

datang khususnya bidang ketenagakerjaan.

Page 75: ANALISIS PENGARUH TRANSISI PERTANIAN SUBSISTEN KE PERTANIAN …repository.ub.ac.id/1354/1/Christian Benny Hariyanto.pdf · 2020. 8. 12. · di Indonesia adalah Kota Batu dimana kota

DaftarPustaka

______,Peraturan Daerah Kota Batu No. 7 tahun 2011 tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah Kota Batu Tahun 2010-2030.

______,Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2015 – 2019.

______, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2001 tentang

Pembentukan Kota Batu.

______,Undang-Undang No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruangpasal 1

ayat 24.

Arfida B. R. 2003. Ekonomi Sumber Daya Manusia. Penerbit Ghalia Indonesia: Jakarta.

Aris, Ananta. 1990. Ekonomi Sumber Daya Manusia.Lembaga Demografi Universitas Indonesia: Jakarta.

Badan Pusat Statistik. 2003. Pengertian Tenaga Kerja dan Angkatan Kerja. Jakarta.

Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Batu, 2015. Industri. https://batukota.bps.go.id/di akses pada tanggal 5 September 2016.

Baltagi, B. H. 2001. Econometric Analysis of Panel Data.Second Edition, John Wiley & Son, Ltd. England.

Bellante, Don & Janson , Mark 2006. Ekonomi Ketenagakerjaan. Jakarta: Lembanga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Benjamin, D., and Brandt, L. 2002. Agriculture and income distribution in rural Vietnam under economic reforms: A tale of two Regions. Paper presented at the World Bank conference in Hanoi, May 2001.

Braun, J. V., Bouis, H., and Kennedy, E. 1994. Conceptual framework. In J. V. Braun and E. Kennedy (Eds.), Agricultural commercialization, economic development, and nutrition. Baltimore and London: The Johns Hopkins University Press Braun, J. Y. (1995). Agricultural commercialization: impacts on income and nutrition and implications for policy. Food Policy, 20(3), 187-202.

Page 76: ANALISIS PENGARUH TRANSISI PERTANIAN SUBSISTEN KE PERTANIAN …repository.ub.ac.id/1354/1/Christian Benny Hariyanto.pdf · 2020. 8. 12. · di Indonesia adalah Kota Batu dimana kota

Brüntrup, M., and Heidhues, F. 2002. Subsistence Agriculture in Development: Its Role in Processes of Structural Change. Discussion Paper, University of Hohenheim, Institute of Agricultural Economics and Social Sciences in the Tropics and Subtropics.

Bungin, Burhan H.M, 2007; Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu social, Jakarta : Kencana Prenama Media Group

Byres, T. 2006. Paths of Capitalist Agrarian Transition in the Past and in the Contemporary World, in V.K. Ramachandran; M. Swaminathan (eds.): Agrarian Studies: Essays on Agrarian Relations in Less-Developed Countries (London, Zed Books).

Cimpoieş, D., Lerman, Z., and Racul, A. 2009. The economics of land consolidation in family farms of Moldova. Paper presented at the 111 EAAE-IAAE Seminar ‘Small Farms: Decline or persistence’.

Chilonda, P., and Huylenbroeck, G. V. 2001. A Conceptual framework for the economic analysis of factors influencing decision making of small scale farmers in animal health management. Rev.sci.tech. Off. int. Epiz, 20(3), 687-700.

Clapham, Ronald 1987. Strategi Bersaing, Teknik Menganalisis Industri Dan Pesaing.Jakarta : Erlangga.

Ellis, F. 1993. Peasant Economics: Farm Households and Agrarian Development. Cambridge: Cambridge University Press.

FAO. 2009. Food outlook: Global Market Analysis.

Fields, Gary S. 2004. Dualism in the Labor Market: A Perspective on the Lewis Model after Half A Century. The Manchester School Vol 72 No. 6.

Fields, Gary S. 2011. Labor Market Analysis for Developing Countries. Labour Economics 18.

Gie Kian, K. 2003. Perekonomian Indonesia Tahun 2004, Prospek dan Kebijakan. Kantor Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).

Giaoutzi, Maria, Peter Nijkamp and David J. Storey. 1988. Small and Medium Size Enterprises and Regional Development. Routledge: London.

Gujarati, Damodar N. 2003. Basic Econometrics. Fourth Edition. McGraw Hill: New York.

Goletti, F., Minot, N., Dennis, J., Nguyen, N. X., Que, N. N., Lan, L. T. M., et al. 2000. Vietnam agricultural sector program, Phase I Technical Report: Anzdec Limited, IFPRI and Lincoln International.

Page 77: ANALISIS PENGARUH TRANSISI PERTANIAN SUBSISTEN KE PERTANIAN …repository.ub.ac.id/1354/1/Christian Benny Hariyanto.pdf · 2020. 8. 12. · di Indonesia adalah Kota Batu dimana kota

Howe, G., Favia, N., Lohlein, D., Haralambous, S., and Heinemann, E. 2005. Trade, trade liberalisation and small-scale farmers in developing countries: Beyond the Doha Round. In T. Huvio, J. Kola and T. Lundström (Eds.), Small-Scale Farmers in Liberalised Trade Environment. Haikko Finland: Proceedings of the Seminar on October 2004, Department of Economics and Management, University of Helsinki.

Juhari, lmam dan Hastarini Dwi Atmanti. 2009. Dampak Perubahan Upah Terhadap Output Dan Kesempatan Kerja Industri Manufaktur Di Jawa Tengah. Junal Ekonomi dan Kebijakan vol. 2.

Kostov, P., and Lingard, J. 2002. Subsistence agriculture in transitional economies: its roles and determinants. Journal of Rural Studies, 18, 83–94

Kydd, J., and Dorward, A. 2003. Implications of market and coordination failures for rural development in least developed countries. Paper presented at the Development Studies Association Annual Conference, Strathclyde University, Glasgow, 10-12 September 2003.

Lerman, Z. 2004. Policies and institutions for commercialization of subsistence farms in transition countries. Journal of Asian Economics, 15, 461–479.

Mankiw, N. G. 2007. Teori Makroekonomi: Edisi Kelima. Erlangga; Jakarta.

Marsh, S, P., and MacAulay, T. G. 2002. Land reform and the development of commercial agriculture in Vietnam: Policy and issues. Agribusiness Review, 10.

Mathijs, E., and Noev, N. 2002. Commercialization and subsistence in transition agriculture: Empirical evidence from Albania, Bulgaria and Hungaria and Romania. Paper presented at the 10th EAAE Congress “Exploring diversity in the European Agri-food System” Zaragoza, Spain, August 28-31, 2002.

Mathijs, E. and Swinnen, J. F. M. 1998. The economics of agricultural decollectivization in East Central Europe and the former Soviet Union. Economic Development and Cultural Change, 47(1), 1-26.

Minot, N., and Goletti, F. 1998. Export liberalization and household welfare: The case of rice in Vietnam. American Journal of Agricultural economics, 80(4), 738-739.

Minot, N., and Goletti, F. 2000. Rice market liberalization and poverty in Viet Nam: International Food Policy Research Institute, Washington, D.C, USA.

Minot, N., Epprecht, M., Anh, T. T. T., and Trung, L. Q. 2006. Income diversification and poverty in the Northern Uplands of Vietnam: Research Report 145, International Food Policy Research Institute, Washington, D.C, USA.

Page 78: ANALISIS PENGARUH TRANSISI PERTANIAN SUBSISTEN KE PERTANIAN …repository.ub.ac.id/1354/1/Christian Benny Hariyanto.pdf · 2020. 8. 12. · di Indonesia adalah Kota Batu dimana kota

Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: LP3ES

Nepal, R., and Thapa, G. B. 2009. Determinants of agricultural commercialization and mechanization in the hinterland of a city in Nepal. Applied Geography, 29, 377-389.

Nainggolan, Kaman dkk 2005. Teori Ekonomi Makro Pendekatan Grafis & Matematis. Bantul : Pondok Edukasi.

Oktaviana Dwi Saputri. 2011. Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Di Kota Salatiga. Universitas Diponegoro.

Oya, C. 2007. Agricultural Maladjustment in Africa: What Have We Learned After Two Decades of Liberalisation?, in Journal of Contemporary African Studies, Vol. 25. No. 2, pp. 275-97.

Pingali, P. L., and Rosegrant, M. W. 1995. Agricultural commercialization and diversification: processes and policies. Food Policy, 20(3), 171-185.

Pingali, P. L. 1997. From subsistence to commercial production systems: the transformation of Asian agriculture. American Journal of Agricultural Economics, 79, 628-635.

Pingali, P. L. 2001. Environmental consequences of agricultural commercialization in Asia. Environment and Development Economics, 6, 483-502.

Porter, Michael & Maulana, Agus 1987. Strategi Bersaing, Teknik Menganalisis Industri Dan Pesaing. Jakarta : Erlangga.

Que, T. T. (2001). Land reform and women’s property rights in Vietnam. In K. Suryanata, G. Dolcemascolo, R. Fisher and J. Fox (Eds.), Enabling Policy Frameworks for Successful Community Based Resource Management, The Ninth Workshop on Community-Based Management of Forestlands, Honolulu, Hawaii, February 5- March 2, 2001. East-West Center and Regional Community Forestry Training Center, Honolulu, Hawaii.

Rahayu, Y. 2001. Perbandingan Usahatani Padi Ladang Baduy Luar dan Luar Baduy Dilihat Dari Tingkat Efisiensi dan Subsistensi Usahatani (Studi Kasus di Desa Kanekes dan Desa Jalupang Mulya, Kec. Leuwi Damar Kab. Lebak. Prop. Jawa Barat). Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Rosenzweig, Mark R. 1987. Handbook in Development EconomicsLabor Markets in Low-Income Countries: Distortions, Mobility and Migration. University of Minnesota: Minnesota.

Schultz, T. W. 1964. Transforming Traditional Agriculture. YaleUniversity Press: New Haven CT.

Page 79: ANALISIS PENGARUH TRANSISI PERTANIAN SUBSISTEN KE PERTANIAN …repository.ub.ac.id/1354/1/Christian Benny Hariyanto.pdf · 2020. 8. 12. · di Indonesia adalah Kota Batu dimana kota

Simanjuntak, Payaman, J. 1985. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia: Jakarta.

Singh, I., Squire, L., & Strauss, J. 1986. Agricultural household models: Extensions, Applications, and Policy. Baltimore, U.S.A.: The Johns Hopkins University Press

Sugiyono 2009.Statistika Untuk Penelitian.Bandung:Pustaka Setia

Sujianto, Agus Eko, 2009, Aplikasi Statistik dengan SPSS 16.0. PT. Prestasi Putrakarya: Jakarta.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Remaja Rosda Karya: Bandung.

Timmer, C. P. 1997. Farmers and Markets: The political economy of new paradigms. American Journal of Agricultural economics, 79(n2), 621-628.

Todaro, Michael P. 2010. Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga. Erlangga: Jakarta.

Tuyen, T. V., Nhan, D. K., Dung, N. M., Quan, H. M., Hao, N. D., Hoa, H. T. T., et al. 2003. Integrated assessment of the impact of trade liberalization: A country study on the Viet Nam Rice Sector: project report, United Nation Environment Program

Vanslembrouck, I., Huylenbroeck, G. V., and Verbeke, W. 2002. Determinants of the willingness of belgian farmers to participate in agri-environmental measures. Journal of Agricultural Economics, Volume 53, 489-511.

Wang, X. and Piesse, J. 2009.Economic Development and Surplus Labour: A Critical Review of the Lewis Model.BWPI Working Paper 89 University of Manchester

Wharton, C. R. 1970. Subsistence Agriculture and Economic Development. London: Frank Cass and Company Limited.

Wijayanti, Febry. 2015. Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan UMKM dalam Perekonomian Dua Sektor di Jawa Timur.Universitas Brawijaya Malang.

Wildan, Syafitri. 2003. Analisa Produktivitas Tenaga Kerja Sector Manufaktur Di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia, Vol. 3.

World Bank. 2011. Ringkasan Eksekutif Analisa Pengeluaran Publik Jawa Timur 2011.