ANALISIS PENGARUH RASIO MODAL KERJA ...repository.ub.ac.id/5568/1/Febrian%C2%A0Andre.pdfAnalisis...

126
ANALISIS PENGARUH RASIO MODAL KERJA TERHADAP PROFITABILITAS (Studi Pada Perusahaan Food and Beverage yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2015) Skripsi Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana Pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya FEBRIAN ANDRE NIM. 105030207111036 UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI JURUSAN ILMU ADMINISTRASI BISNIS KONSENTRASI MANAJEMEN KEUANGAN MALANG 2017

Transcript of ANALISIS PENGARUH RASIO MODAL KERJA ...repository.ub.ac.id/5568/1/Febrian%C2%A0Andre.pdfAnalisis...

  • ANALISIS PENGARUH RASIO MODAL KERJA

    TERHADAP PROFITABILITAS

    (Studi Pada Perusahaan Food and Beverage yang Listing di Bursa

    Efek Indonesia Periode 2013-2015)

    Skripsi

    Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana

    Pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya

    FEBRIAN ANDRE

    NIM. 105030207111036

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI

    JURUSAN ILMU ADMINISTRASI BISNIS

    KONSENTRASI MANAJEMEN KEUANGAN

    MALANG

    2017

  • SEBUAH TANTANGAN AKAN SELALU MENJADI BEBAN,

    JIKA ITU HANYA DIPIKIRKAN

    SEBUAH CITA-CITA JUGA ADALAH BEBAN,

    JIKA ITU HANYA ANGAN-ANGAN

    JANGANLAH TAKUT UNTUK MELANGKAH,

    KARENA 1000 MIL DIMULAI DARI LANGKAH PERTAMA

  • vi

    RINGKASAN

    Febrian Andre, 2017. Analisis Pengaruh Rasio Modal Kerja Terhadap

    Profitabilitas (Studi pada Perusahaan Food and Beverage yang terdaftar di

    Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2015). Drs. Nengah Sudjana, M.Si dan Sri

    Sulasmiyati S.Sos, M.AP, hal 161+xii

    Setiap perusahaan pada dasarnya memiliki tujuan yang sama, yaitu

    maksimalisasi laba. Pengelolaan yang dilakukan oleh perusahaan dalam

    memaksimalkan laba mencakup banyak hal, salah satunya adalah pengelolaan

    keuangan yaitu pengelolaan modal kerja. Pengelolaan modal kerja dapat

    dikatakan efektif apabila perusahaan mampu menyeimbangkan antara sumber dan

    juga penggunaan modal kerja. Apabila penggunaan modal kerja lebih tinggi dari

    pada sumber modal kerja yang didapatkan, maka dapat dipastikan bahwa

    perusahaan akan mengalami kerugian.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas yang

    terdiri dari Perputaran Kas (X1), Perputaran Persediaan (X2) dan Perputaran

    Piutang (X3) secara simultan dan parsial terhadap variabel terikat yaitu Return On

    Assets (Y1).

    Jenis penelitian ini adalah penelitian penjelasan (Explanatory Research).

    Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan makanan dan minuman yang

    terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2015 dan didapat 14 perusahaan

    sampel yang terpilih berdasarkan kriteria tertentu yang disesuaikan dengan tujuan

    penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi

    linear berganda.

    Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Perputaran Kas, Perputaran

    Persediaan dan Perputaran Piutang berpengaruh signifikan. Nilai Adjusted R

    Square sebesar 0,555 yang menunjukkan bahwa 55,5% ROA dapat dijelaskan

    melalui variabel Perputaran Kas, Perputaran Persediaan dan Perputaran Piutang,

    sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain diluar penelitian ini.

    Berdasarkan hasil penelitian tersebut, saran yang dapat diberikan sekiranya

    agar penelitian selanjutnya menambahkan variabel lain di luar model agar

    memberikan hasil yang lebih akurat dan penelitian ini diharapkan dapat

    memberikan informasi yang dibutuhkan oleh investor, analisis dalam

    pengambilan keputusan dan pihak lain yang tertarik untuk meneliti masalah ini.

    Kata Kunci : Perputaran Kas, Perputaran Persediaan, Perputaran Piutang,

    Return On Asset, Profitabilitas

  • vii

    SUMMARY

    Febrian Andre, 2017. Influence Analysis of Working Capital Ratio on

    Profitability (Study on Sub Sector of Food and Beverage Companies listed in

    Indonesia Stock Exchange Period 2013-2015). Drs. Nengah Sudjana, M.Si and Sri

    Sulasmiyati S.Sos, M.AP, hal 161+xii

    Every company basically has the same goal, that is profit maximization.

    Management conducted by the company in maximizing the profit includes many

    things, one of which is the financial management of working capital management.

    Working capital management can be said to be effective if the company is able to

    balance between the source and also the use of working capital. If the use of

    working capital is higher than the source of working capital obtained, it can be

    ascertained that the company will incur losses.

    This study aims to determine the effect of independent variables consisting

    of Cash Turnover (X1), Inventory Turnover (X2) and Account Receivables

    Turnover (X3) simultaneously and partially to the dependent variable that is

    Return On Asset (Y1).

    This type of research is explanatory research. The population in this

    research is food and beverage companies listed in Indonesia Stock Exchange

    Period 2013-2015 and obtained 14 sample companies selected based on certain

    criteria that adjusted to the purpose of research. The method used in this research

    is multiple linear regression analysis.

    The results of this study indicate that Cash Turnover, Inventory Turnover

    and Receivable Turnover have a significant effect. Adjusted R Square value of

    0,555 indicates that 55,5% ROA can be explained through Cash Turnover,

    Inventory Turnover and Receivable Turnover, while the rest is explained by other

    variable outside this research.

    Based on the results of the research, suggestions can be given if the next

    research to add other variables outside the model in order to provide more

    accurate results and this study is expected to provide information needed by

    investors, analysis in decision making and other interested parties to examine this

    issue.

    Keywords: Cash Turnover, Inventory Turnover, Accounts Receivable

    Turnover, Return On Assets, Profitability

  • KATA PENGANTAR

    Puji syukur yang tiada henti peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT,

    karena atas limpahan rahmad, taufik, dan hidayah-NYA peneliti dapat

    menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Modal Kerja

    Terhadap Profitabilitas yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode 2013 –

    2015)”. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

    Administrasi Bisnis pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya

    Malang.

    Peneliti menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud

    tanpa adanya bantuan dan motivasi dari berbagai pihak, oleh karena itu peneliti

    menyampaikan banyak terima kasih kepada :

    1. Bapak Prof. Dr. Bambang Supriyono, M.S., selaku Dekan Fakultas Ilmu

    Administrasi Universitas Brawijaya Malang.

    2. Ibu Prof. Dr. Endang Siti Astuti, M.Si., selaku Ketua Jurusan Administrasi

    Bisnis Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang.

    3. Bapak Dr. Drs. Wilopo M.AB., selaku Ketua Program Studi Administrasi

    Bisnis Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang.

    4. Bapak Nengah Sudjana, M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu Sri

    Sulasmiyati, S.Sos., M.AP. selaku ketua komisi pembimbing yang telah

    banyak membantu, dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan,

    masukan, motivasi dan ilmu yang bermanfaat dalam menyelesaikan skripsi

    ini.

  • 5. Segenap jajaran dosen Jurusan Administrasi Bisnis, yang telah

    memberikan ilmu yang sangat berharga selama masa perkuliahan.

    6. Kedua orang tua tercinta yang selalu sabar, senantiasa mendoakan, dan

    memotivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

    7. Ayu Nitasari yang selalu memberi semangat dan membantu sampai

    penulisan ini selesai.

    8. Seluruh anggota The Legend, Argi Alvareza, Dony Apriyanto, Linggar

    Eka, Herta Sandi, Fuad, Rizki Akbar, Hary Prima, Nikita Vireyto, Resi

    Yanuesti, dan Widya K. Wardhani, Arnold Jansen yang selalu menebarkan

    tawa, keceriaan, semangat dan motivasi serta memberikan banyak bantuan

    sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

    9. Seluruh teman – teman Jurusan Administrasi Bisnis angkatan 2010, 2011

    dan 2012 yang telah memberikan kenangan selama masa perkuliahan.

    Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna. Segala

    bentuk kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi

    perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

    Malang, 28 Juli 2017

    Peneliti

  • xi

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN SAMPUL ............................................................................. i

    MOTTO ................................................................................................... ii

    TANDA PERSETUJUAN ..................................................................... iii

    TANDA PENGESAHAN ...................................................................... iv

    PERNYATAAN ORISINALITAS ......................................................... v

    RINGKASAN ......................................................................................... vi

    SUMMARY ........................................................................................... vii

    KATA PENGANTAR ......................................................................... viii

    DAFTAR ISI ........................................................................................... ix

    DAFTAR TABEL ................................................................................... x

    DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xi

    DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xii

    BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1

    A. Latar Belakang................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah ............................................................. 9

    C. Tujuan Penelitian ............................................................. 10

    D. Kontribusi Penelitian ....................................................... 10

    E. Sistematika Pembahasan ................................................. 11

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................... 13

    A. Penelitian Terdahulu ........................................................ 13

    B. Tinjauan Teori ................................................................. 18

    1. Modal Kerja .............................................................. 18

    2. Perputaran Modal Kerja ........................................... 30

    a. Perputaran Kas .................................................. 31

    b. Perputaran Persediaan ....................................... 34

    c. Perputaran Piutang ............................................ 39

    3. Rasio Profitabilitas ................................................... 44

    C. Hubungan Antar Variabel................................................ 48

    D. Model Konsep dan Hipotesis........................................... 50

    BAB III METODE PENELITIAN ................................................... 53

    A. Jenis Penelitian ................................................................ 53

    B. Lokasi Penelitian ............................................................. 54

    C. Variabel Penelitian .......................................................... 54

    D. Definisi Operasional Variabel ......................................... 55

    E. Populasi dan Sampel ....................................................... 56

  • xii

    1. Populasi .................................................................... 56 2. Sampel ...................................................................... 56

    F. Teknik Pengumpulan Data .............................................. 57

    G. Metode Analisis Data ...................................................... 58

    1. Analisis Statistik Deskriptif ...................................... 58 2. Analisis Statistik Inferensial ..................................... 58

    a. Uji Asumsi Klasik ............................................... 58 b. Regresi Linier Berganda ...................................... 62 c. Koefisien Determinasi ......................................... 63 d. Uji F ..................................................................... 63 e. Uji t ...................................................................... 64

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . .............. 65

    A. Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia ......................... 65 B. Gambaran Umum Perusahaan dan Penyajian Data ......... 68 C. Analisis Data ................................................................... 89

    1. Analisis Statistik Deskriptif ................................. 89 2. Analisis Statistik Inferensial ................................ 90

    a) Uji Asumsi Klasik ......................................... 90 b) Analisis Regresi Berganda ............................ 97 c) Koefisien Determinasi ................................... 99 d) Uji F ............................................................. 100 e) Uji t .............................................................. 101

    D. Interpretasi Hasil Penelitian .......................................... 103

    BAB V PENUTUP ......................................................................... 107

    A. Kesimpulan .................................................................... 107 B. Saran .............................................................................. 108

    DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 110

  • xiii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1. Penelitian Terdahulu ................................................................. 16

    Tabel 2.Definisi Operasional Variabel ................................................... 55

    Tabel 3. Kriteria Seleksi Sampel. ............................................................ 57

    Tabel 4. Sampel Penelitian ...................................................................... 57

    Tabel 5. Perkembangan Bursa Efek Indonesia ...................................... 65

    Tabel 6. Penyajian Data Perusahaan ....................................................... 81

    Tabel 7. Tabel Return On Asset Periode 2013-2015 .............................. 84

    Tabel 8. Tabel Perputaran Kas Periode 2013-2015 ................................ 85

    Tabel 9. Tabel Perputaran Persediaan Periode 2013-2015 ..................... 86

    Tabel 10. Tabel Perputaran Piutang Periode 2013-2015 ........................ 88

    Tabel 11. Tabel Statistik Deskriptif ........................................................ 89

    Tabel 12. Tabel Uji Normalitas ............................................................... 92

    Tabel 13. Hasil Uji Multikolinieritas ...................................................... 94

    Tabel 14. Hasil Uji Autokorelasi ............................................................ 97

    Tabel 15. Tabel Regresi Linier Berganda ............................................... 98

    Tabel 16. Tabel Uji Koefisien Determinasi R2 ....................................... 99

    Tabel 17. Hasil Uji F ............................................................................. 100

    Tabel 18. Hasil Uji t .............................................................................. 101

  • xiv

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1. Model Konsep ....................................................................... 50

    Gambar 2. Model Hipotesis .................................................................... 51

    Gambar 3. Uji Heteroskedastisitas .......................................................... 93

  • xv

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran SPSS ..................................................................................... 112

    Ikhtisar Keuangan ................................................................................. 118

    Curriculum Vitae ................................................................................... 161

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Setiap perusahaan pada dasarnya memiliki tujuan yang sama, yaitu

    maksimalisasi laba (profit maximization). Maksimalisasi laba adalah usaha

    memaksimalkan laba setelah pajak (earning after tax) dengan biaya seminimal

    mungkin. Guna mencapai tujuan tersebut, pihak manajemen perusahaan dituntut

    untuk bertanggung jawab dan cepat tanggap terhadap permasalahan-permasalahan

    yang nantinya dapat menghambat jalannya kegiatan perusahaan. Selain

    menghadapi masalah eksternal yang dapat bersumber dari persaingan perusahaan,

    inflasi, dan pertumbuhan ekonomi, perusahaan juga tidak terlepas dari masalah

    internal yang muncul dari dalam perusahaan itu sendiri, seperti masalah

    pengelolaan. Pengelolaan yang dilakukan oleh perusahaan mencakup banyak hal,

    salah satunya adalah pengelolaan keuangan yaitu pengelolaan modal kerja. Modal

    kerja diartikan sebagai dana yang digunakan untuk membiayai kegiatan operasi

    perusahaan sehari-hari (Martono dan Harjito, 2005:72). Pengelolaan modal kerja

    dapat mencakup pengelolaan kas, bank, piutang, persediaan, dan penghasilan

    yang masih dapat diterima. Ketersediaan dana modal kerja yang dibutuhkan setiap

    perusahaan berbeda-beda sesuai dengan jenis usahanya, demikian pula

    pengelolaan terhadap modal kerja tersebut.

  • 2

    Pengelolaan modal kerja sangat penting karena menyangkut penetapan

    kebijakan modal kerja maupun pelaksanaan kebijakan modal kerja tersebut dalam

    operasi sehari-hari. Manajemen modal kerja berkepentingan terhadap keputusan

    investasi pada aktiva lancar dan hutang lancar terutama mengenai bagaimana

    menggunakan dan juga komposisi keduanya akan mempengaruhi resiko. Modal

    kerja yang dipergunakan perusahaan untuk membiayai kegiatan operasi

    perusahaan. Seperti yang disebutkan di atas bahwa modal kerja terdiri dari empat

    komponen utama, yaitu kas, surat berharga, persediaan dan piutang usaha, dimana

    komponen- komponen tersebut akan menjamin kontinuitas dan likuiditas

    perusahaan. Menurut Munawir (2007:114) adanya modal kerja yang cukup sangat

    penting bagi suatu perusahaan karena dengan modal kerja yang cukup itu

    memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi dengan seekonomis mungkin

    dan perusahaan tidak mengalami kesulitan atau menghadapi bahaya-bahaya yang

    timbul karena adanya krisis.

    Pengelolaan modal kerja dapat dikatakan efektif apabila perusahaan mampu

    menyeimbangkan antara sumber dan juga penggunaan modal kerja. Apabila

    penggunaan modal kerja lebih tinggi dari pada sumber modal kerja yang

    didapatkan, maka dapat dipastikan bahwa perusahaan akan mengalami kerugian.

    Sumber modal kerja yang berlebih juga tidak baik bagi perusahaan. Pada intinya

    antara keduanya harus seimbang. Penggunakan ukuran ratio antara sumber dan

    penggunaan modal kerja untuk mengetahui efektivitas dari pengelolaan modal

    kerja dilakukaan karena dengan membandingkan antara dua item tersebut, maka

    akan dapat diketahui perubahan yang terjadi pada modal kerja untuk menganalisis

  • 3

    seberapa besar sumber modal kerja yang terdapat pada perusahaan dan

    penggunaan modal kerja yang dilakukan oleh perusahaan untuk menjalankan

    kegiatan operasional dalam satu periode. Pemantauan laporan sumber dan

    penggunaan modal kerja sangat penting bagi suatu perusahaan, informasi tersebut

    sangat berguna bagi manajemen dalam melakukan penilaian kemampuan

    perusahaan dalam mengelola modal kerja untuk membiayai kegiatan operasional

    sehari-hari suatu perusahaan.

    Perusahaan mempunyai kesulitan untuk menentukan jumlah modal kerja

    yang dibutuhkan. Perusahaan tidak bisa begitu saja menetapkan bahwa asalkan

    modal kerja yang dimiliki dapat digunakan untuk membayar hutang lancar maka

    modal kerja tersebut dikatakan telah optimal, sehingga dengan seenaknya

    perusahaan menentukan modal kerja yang begitu banyak melebihi hutang lancar,

    karena hanya menyebabkan adanya opportunity cost bagi perusahaan dengan

    adanya kas yang menganggur yang mungkin dapat diinvestasikan pada aktiva lain

    yang bermanfaat. Modal kerja yang diperlukan oleh perusahaan hanya perlu untuk

    memenuhi kelayakan financial menurut aktifitas yang ada, sehingga perusahaan

    tidak mengalami kesulitan keuangan. Karena jika perusahaan mengalami

    kekurangan modal kerja untuk meningkatkan produksinya akan menyebabkan

    kehilangan pendapatan dan keuntungan (Prihadi, 2008: 34). Adapun cara yang

    dapat digunakan perusahaan untuk mengukur efektifitas modal kerja yang

    dimiliki, yaitu melalui periode penagihan utang, periode konversi persediaan dan

    periode pembayaran hutang. Analisis terhadap modal kerja sangat penting bagi

    pihak intern maupun pihak ekstern perusahaan. Karena hubungannya sangat erat

  • 4

    dengan kebijakan manajemen keuangan yang diterapkan perusahaan dan hal ini

    menunjukkan margin of safety para kreditur jangka pendek (Sudana, 2011: 33).

    Profitabilitas merupakan hal yang penting bagi perusahaan, hal tersebut

    karena disamping dapat menilai efektivitas kerja juga merupakan alat yang

    digunakan untuk memprediksikan seberapa besar laba yang akan diperoleh

    perusahaan di masa mendatang serta digunakan sebagai alat pengendalian bagi

    manajemen untuk menganalisis variabel penyebab kenaikan atau penurunan suatu

    usaha pada periode tertentu (Husnan, 2001:109-110).

    Siwi (2005) melakukan penelitian dengan judul analisis pengaruh

    efisiensi modal kerja, likuiditas dan solvabilitas terhadap profitabilitas pada

    perusahaan properti dan real estate yang go public di bursa efek Jakarta pada

    tahun 1998-2002. Rasio-rasio yang digunakan adalah rasio working capital

    turnover (WCT), current ratio, debt to equity ratio (DTA) dan return on

    investment (ROI). Sampel yang digunakan sebanyak 37 perusahaan properti dan

    real estate yang sudah listing dari tahun 1998-2001. Dengan analisis regresi linier

    berganda menunjukkan bahwa secara parsial hanya variabel modal kerja (working

    capital turnover) dan solvabilitas (total debt to total capital assets) yang

    mempunyai pengaruh terhadap profitabilitas (return on investment) sedangkan

    variabel likuiditas (current ratio) tidak mempunyai pengaruh terhadap

    profitabilitas, sedangkan secara simultan semua variabel berpengaruh terhadap

    profitabilitas.

    Haidatul Ula (2006) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Rasio

    Likuiditas, Solvabilitas, dan Aktivitas dalam memprediksi Return On Asset (ROA)

  • 5

    pada perusahaan properti dan real estate yang listing di BEJ tahun 2001-2004.

    Menyimpulkan bahwa variabel Quick Ratio, Cash Ratio, Debt to Equity Ratio,

    Fixed Asset Ratio dan Inventory Turnover secara simultan berpengaruh signifikan

    terhadap ROA dan dapat digunakan untuk memprediksi ROA. Secara parsial

    Quick Ratio, Cash Ratio, Debt to Equity Ratio, dan Fixed Asset Ratio memiliki

    pengaruh yang signifikan searah dengan ROA, semakin tinggi Quick Ratio, Cash

    Ratio, Debt to Equity Ratio, dan Fixed Asset Ratio maka semakin tinggi ROA,

    begitu pula sebaliknya. Sementara Inventory Turnover memiliki pengaruh yang

    signifikan tidak searah dengan ROA. Sehingga variabel Quick Ratio, Cash Ratio,

    Debt to Equity Ratio, dan Fixed Asset Ratio dan Inventory Turnover secara parsial

    dapat digunakan untuk memprediksi ROA.

    Perusahaan dalam memperoleh laba dapat dilihat dari kesuksesan dan

    kemampuan perusahaan menggunakan modal kerja secara produktif. Hal ini

    dikarenakan perputaran modal kerja merupakan hal yang penting dalam aktiva

    yang memang harus dikelola oleh perusahaan dengan efektif dan efisien

    (Munawir, 2010). Modal kerja merupakan jumlah dana yang digunakan untuk

    membiayai kegiatan operasional perusahaan dan untuk menghasilkan pendapatan.

    Investasi yang dikeluarkan oleh perusahaan diharapkan dapat kembali dalam

    waktu singkat. Pengelolaan modal kerja berpengaruh pada kemampuan

    perusahaan dalam menghasilkan laba (profitabilitas) berpengaruh pada perusahaan

    dalam mengelolah modal kerja.

    Munawir (2010:80) menyatakan bahwa rasio perputaran modal kerja

    menunjukkan hubungan antara modal kerja dengan penjualan. Faktor modal kerja

  • 6

    mempengaruhi tinggi rendahnya profitabilitas. Setiap perusahaan dalam

    operasionalnya membutuhkan modal karena modal berpengaruh terhadap

    perusahaan untuk mencapai tujuannya, sehingga profitabilitas tinggi sangat

    mendukung operasional perusahaan secara maksimal (Bramasto, 2007).

    Sesuai dengan hasil penelitian terdahulu, maka variabel independen

    dalam penelitian ini adalah Perputaran Kas (Cash Turnover), Perputaran

    Persediaan (Inventory Turnover), Perputaran Piutang (Account Receivable

    Turnover). Ketiga variabel tersebut tidak sama persis dengan penelitian yang ada.

    Variabel tersebut diambil secara acak agar diketahui pengaruhnya apabila variabel

    yang diambil tersebut berbeda.

    Alasan mengapa dipilih rasio-rasio tersebut, diantaranya yaitu pertama

    perputaran kas adalah perbandingan antara penjualan dengan jumlah kas rata-rata

    (Riyanto, 2011:95). Perputaran kas dipilih karena merupakan ukuran efisiensi

    penggunaan kas yang dilakukan oleh perusahaan. Tingkat perputaran kas sendiri

    menggambarkan kecepatan kembalinya arus kas yang telah ditanamkan didalam

    modal kerja. Oleh karena itu, semakin tinggi tingkat perputaran kas berarti

    semakin cepat kembalinya kas masuk pada perusahaan. Dengan demikian kas

    akan dapat dipergunakan kembali untuk membiayai kegiatan operasional.

    Perputaran persediaan menentukan berapa kali persediaan terjual atau

    digantikan dengan persediaan yang baru selama satu tahun, dan memberikan

    beberapa pengukuran mengenai likuiditas dan kemampuan suatu perusahaan

    untuk mengkonversikan barang persediaannya menjadi uang secara tepat (Suharli,

    2006:303). Perputaran persediaan dipilih karena berfungsi mengukur aktivitas

  • 7

    atau likuiditas dari persediaan perusahaan. Persediaan berhubungan langsung

    dengan kegiatan produksi maupun penjualan, dimana kedua kegiatan tersebut bagi

    perusahaan adalah termasuk aktivitas yang dilakukan menghasilkan laba atau

    profit. Terakhir, perputaran piutang merupakan rasio yang digunakan untuk

    mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode atau berapa kali

    dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode (Kasmir,

    2011:176). Perputaran piutang dipilih karena menggambarkan kemampuan

    perusahaan dalam mengelola piutangnya. Terlihat jelas bahwa piutang berfungsi

    untuk meningkatkan penjualan perusahaan yang pada akhirnya akan

    meningkatkan profit perusahaan.

    Variabel dependen sebagai pengukur profitabilitas dalam penelitian ini

    adalah Return On Asset (ROA) karena ROA dapat lebih mencerminkan

    keuntungan dan aktiva yang didapatkan operasional perusahaan yang mencakup

    penjualan, harga pokok penjualan dan biaya produksi. Karakteristik modal kerja

    yang sifatnya tidak lebih dari satu tahun maka akan sangat tepat jika penelitian

    lebih terfokus pada industri Food and Beverage, karena sifat persediaan pada

    perusahaan Food and Beverage adalah tidak lebih dari satu tahun maka perhatian

    industri ini akan lebih fokus pada pengelolaan modal kerja yang dimiliki.

    Ditengah usaha pemerintah untuk bangkit dari keterpurukan krisis

    ekonomi yang selama ini melanda bangsa Indonesia, peran serta dukungan dari

    berbagai industri yang ada sangatlah penting. Salah satu asset yang dimiliki

    bangsa Indonesia adalah dari industri Food and Beverage. Hal ini dikarenakan

    sejak terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1998, industri Food and Beverage

  • 8

    tidak terpengaruh secara signifikan, penyebabnya adalah makanan merupakan

    salah satu kebutuhan pokok manusia yang tidak dapat tergantikan, sehingga jika

    ada seseorang dengan penghasilan yang tidak mencukupi maka prioritas atau hal

    utama yang akan dibeli adalah makanan. Secara otomatis hal ini membuat industri

    Food and Beverage semakin berkembang (Sufiana dan Purnawati. 2013).

    Ditinjau dari minat konsumen, bahwa industri Food and Beverage

    diperkirakan sangat diminati konsumen dan tetap eksis ditengah krisis ekonomi

    dan moneter, sehingga tidak salah digunakan sebagai salah satu motor penggerak

    roda perekonomian untuk bangkit dari keterpurukan akibat krisis ekonomi yang

    terjadi. Disisi lain apabila ditinjau dari pangsa pasar, industri food and beverage

    tidak hanya dituntut bersaing di dalam negeri saja melainkan bisa bersaing di luar

    negeri. Dalam perkembangan sekarang ini, banyak muncul produk-produk baru

    baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri yang mampu tampil beda dari

    produk sebelumnya, baik mutu, harga dan rasa. Oleh karena itu diperlukan

    berbagai kesiapan dari perusahaan dalam negeri untuk dapat memberikan

    keunggulan bersaing dengan perusahaan lain. Salah satu cara tersebut adalah

    dengan penggunaan modal kerja yang efektif (Satriya dan Lestari, 2014).

    Menurut penelitian yanga dilakukan Ani, Okwo, dan Ugwuntan tahun

    (2012) dengan judul penelitian Effects Of Working Capital Management On

    Profitability; Evidence From The Topfive Beer Brewery Firms In The Word. Hasil

    penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan modal kerja seperti yang ditunjukkan

    oleh siklus konversi tunai, dimana pertumbuhan penjualan dan periode penagihan

    debitur yang lebih rendah akan berdampak pada nilai profitabilitas perusahaan bir.

  • 9

    Dengan latar belakang yang telah diuraikan tersebut, peneliti akan

    menilai bagaimana kinerja perusahaan Food and Beverage di Indonesia. Sehingga

    judul yang dapat diambil adalah “Analisis Pengaruh Rasio Modal Kerja

    Terhadap Profitabilitas (Studi pada perusahaan Food and Beverage yang

    terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode tahun 2013-2015)”.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka permasalahan yang akan

    dibahas adalah sebagai berikut:

    1. Apakah Perputaran Kas (Cash turnover), Perputaran Persediaan (Inventory

    Turn Over), Perputaran Piutang (Account Receivable Turn Over)

    berpengaruh secara simultan terhadap profitabilitas (ROA) perusahaan

    Food and Beverage yang terdaftar di BEI?

    2. Apakah Perputaran Kas (Cash turnover), berpengaruh secara parsial

    terhadap profitabilitas (ROA) perusahaan Food and Beverage yang

    terdaftar di BEI?

    3. Apakah Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over), berpengaruh secara

    parsial terhadap profitabilitas (ROA) perusahaan Food and Beverage

    yang terdaftar di BEI?

    4. Apakah Perputaran Piutang (Account Receivable Turn Over) berpengaruh

    secara parsial terhadap profitabilitas (ROA) perusahaan Food and

    Beverage yang terdaftar di BEI?

  • 10

    C. Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Untuk mengetahui Perputaran Kas (Cash turnover), Perputaran Persediaan

    (Inventory Turn Over), Perputaran Piutang (Account Receivable Turn

    Over) berpengaruh secara simultan terhadap profitabilitas (ROA)

    perusahaan Food and Beverage yang terdaftar di BEI

    2. Untuk mengetahui Perputaran Kas (Cash turnover), berpengaruh secara

    parsial terhadap profitabilitas (ROA) perusahaan Food and Beverage yang

    terdaftar di BEI.

    3. Untuk mengetahui Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over),

    berpengaruh secara parsial terhadap profitabilitas (ROA) perusahaan Food

    and Beverage yang terdaftar di BEI.

    4. Untuk mengetahui Perputaran Piutang (Account Receivable Turn Over),

    berpengaruh secara parsial terhadap profitabilitas (ROA) perusahaan Food

    and Beverage yang terdaftar di BEI.

    D. Kontribusi Penelitian

    1. Kontribusi Praktis

    a. Perusahaan, untuk dijadikan pertimbangan dalam menentukan kebijakan

    pengelolaan modal kerja guna meningkatkan profitabilitas perusahaan.

    b. Peneliti, untuk memperoleh gambaran mengenai faktor-faktor yang

    mempengaruhi kebijakan pengelolaan modal kerja guna meningkatkan

    profitabilitas perusahaan.

  • 11

    c. Pihak lain, diharapkan dapat bermanfaat dan mendapat pengetahuan bagi

    pihak yang tertarik pada masalah ini.

    E. Sistematika Pembahasan

    Untuk mempermudah dalam memahami materi, penulis membagi

    sistematika penulisan kedalam tiga bab terlebih dahulu dengan beberapa

    sub bab didalamnya. Sistematika penulisan skripsi ini tersusun sebagai

    berikut:

    BAB I : PENDAHULUAN

    Bab ini mengemukakan latar belakang penelitian,

    perumusan masalah yang berkaitan dengan judul skripsi,

    tujuan penelitian, kontribusi penelitian dan sistematika

    penulisan.

    BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

    Bab ini menguraikan beberapa penelitian terdahulu serta

    landasan teoritis yang digunakan dalam pembahasan

    masalah yang disajikan dalam bab satu, antara lain rasio

    modal kerja dan profitabilitas, serta hubungan antara

    variabel yaitu hubungan antara perputaran kas terhadap

    profitabilitas, hubungan antara perputaran persediaan

    terhadap profitabilitas dan hubungan antara perputaran

    piutang terhadap profitabilitas, serta model konseptual dan

    hipotesis.

  • 12

    BAB III : METODE PENELITIAN

    Bab ini menguraikan tentang jenis penelitian, lokasi

    penelitian, variabel dan pengukuran, populasi dan sampel,

    teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

    BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    Bab ini berisi tentang uraian yang merupakan jawaban

    dari rumusan permasalahan penelitian. Bab ini akan akan

    diuraikan mengenal Analisis Rasio Modal Kerja Terhadap

    Perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di BEI

    BAB V : PENUTUP

    Bab penutup terdiri dari kesimpulan dan saran mengenai

    tema penelitian dan permasalahan yang diangkat.

    Kesimpulan diuraikan tentang tujuan dari penelitian,

    sedangkan saran yang diberikan adalah yang berkaitan

    dengan kesimpulan yang didaptkan serta hal-hal lainnya

    yang bersifat praktis.

  • 13

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Tinjauan Hasil Penelitian Terdahulu

    Siwi (2005) melakukan penelitian tentang analisis pengaruh efisiensi

    modal kerja, likuiditas, dan solvabilitas terhadap profitabilitas pada perusahaan

    properti dan real estate yang go publik di Bursa Efek Jakarta pada tahun 1998-

    2002. Rasio-rasio yangdigunakan adalah rasio working capital turnover (WCT),

    current ratio, debt to equity ratio (DTA) dan return on investment (ROI). Sampel

    yang digunakan sebanyak 37 perusahaan properti dan real estate yang sudah

    listing dari tahun 1998-2002. Dalam penelitiannya Siwi (2005) menggunakan

    analisis regresi berganda linier yang hasilnya menunjukkan bahwa secara parsial

    hanya variabel efisiensi modal kerja (working capital turnover) dan solvabilitas

    (total debt to total capital assets) yang mempunyai pengaruh terhadap

    profitabilitas (return on investment) sedangkan variabel likuiditas (current ratio)

    tidak mempunyai pengaruh terhadap profitabilitas (ROI). Sedangkan secara

    simultan semua variabel berpengaruh terhadap profitabilitas.

    Wardana (2007) melakukan penelitian tentang pengaruh manajemen

    modal kerja terhadap profitabilitas pada perusahaan Food and Beverage yang

    terdaftar di Bursa Efek Jakarta periode 2002-2005. Menyimpulkan bahwa variabel

    periode penagihan piutang, periode konversi persediaan, periode pembayaran

    hutang jangka pendek, dan siklus konversi kas berpengaruh secara signifikan

  • 14

    terhadap tingkat Return On Investment perusahaan, sehingga dapat dikatakan

    bahwa manajemen modal kerja berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat

    profitabilitas perusahaan. Namun jika dilihat dari uji parsial, variabel periode

    penagihan utang dan konversi persediaan berpengaruh negatif terhadap Return On

    Investment, sedangkan periode pembayaran hutang dan siklus konversi kas

    memiliki pengaruh positif yang tidak signifikan.

    Sariyana, Yudiaatmaja, dan Suwendra (2016) melakukan penelitian

    tentang Pengaruh Perputaran Modal Kerja Dan Likuiditas Terhadap Profitabilitas

    (Studi Pada Perusahaan Food And Beverages) Penelitian ini bertujuan untuk

    memperoleh temuan tentang (1) pengaruh perputaran modal kerja dan likuiditas

    secara simultan terhadap profitabilitas, (2) pengaruh perputaran modal kerja dan

    likuiditas secara parsial terhadap profitabilitas. Desain penelitian yang digunakan

    dalam penelitian ini adalah kuantitatif kausal. Subjek penelitian ini adalah

    Perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dan

    objek penelitian adalah perputaran modal kerja, likuiditas, dan profitabilitas. Data

    dikumpulkan dengan pencatatan dokumen, kemudian dianalisis menggunakan

    analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Ada

    pengaruh yang positif dan signifikan secara simultan dari perputaran modal kerja

    dan likuiditas terhadap profitabilitas, (2) Ada pengaruh yang positif dan signifikan

    secara parsial dari perputaran modal kerja terhadap profitabilitas, sedangkan

    likuiditas berpengaruh negatif dan signifikan secara parsial terhadap profitabilitas.

    Firdausiah (2016) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh

    Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas (Studi pada Perusahaan Food

  • 15

    and Beverages yang Terdaftar di BEI Tahun 2009-2013)” penelitian ini termasuk

    jenis explanatory research (penjelasan).Populasi yang digunakan dalam penelitian

    ini adalah 16 perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di BEI periode 2009

    sampai dengan 2013. Analisis terhadap hipotesis yang telah diuraikan pada bab

    sebelumnya, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1). Variabel

    periode persediaan, periode perputaran piutang dan periode utang usaha

    berepengarahu simultan terhadap NPM perusahaan. 2). Secara parsial hanya

    variabel periode persediaan dan periode utang usaha yang berpengaruh terhadap

    NPM perusahaan. Periode persediaan memiliki pengaruh negative terhadap NPM

    sedangkan periode utang usaha memiliki pengaruh positif terhadap NPM. 3). Dari

    kedua variabel periode persediaan dan periode utang usaha yang berpengaruh

    signifikan terhadap NPM, periode utang usaha memiliki pengaruh yang paling

    dominan terhadap NPM.

    Utami dan Dewi (2016) melakukan penelitian tentang “Pengaruh

    Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Perusahaan Manufaktur Yang

    Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia” Penelitian ini dilakukan pada perusahaan

    manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2014 yang

    berjumlah 142 perusahaan. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 81 perusahaan.

    Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive

    sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel perputaran kas, perputaran piutang

    dan perputaran persediaan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap

    profitabilitas.

  • 16

    Sebagai bahan referensi dan perbandingan dalam penelitian ini, maka

    dalam hal ini dikemukakan mengenai penelitian terdahulu yang pembahasan atau

    topiknya sesuai dengan permasalahan dalam penelitian yang akan dilaksanakan.

    Tabel 1. Penelitian Terdahulu

    No Nama Judul Tahun Hasil Penelitian

    Perbedaan Persamaan

    1. Siwi “analisis pengaruh

    efisiensi modal kerja,

    likuiditas, dan

    solvabilitas terhadap

    profitabilitas pada

    perusahaan properti dan

    real estate yang go

    publik di Bursa Efek

    Jakarta pada tahun

    1998-2002”.

    2005 - Pada penelitian terdahulu

    terdapat

    variabel

    efisiensi modal

    kerja, likuiditas,

    dan solvabilitas.

    - Studi yang dilakukan pada

    perusahaan

    properti dan real

    estate yang go

    publik di Bursa

    Efek Jakarta

    pada tahun

    1998-2002

    Persamaan

    dengan penelitian

    terdahulu yaitu

    mengetahui

    pengaruh

    profitabilitas

    2. Dian Kesuma Wardana

    pengaruh manajemen

    modal kerja terhadap

    profitabilitas pada

    perusahaan Food and

    Beverage yang terdaftar

    di Bursa Efek Jakarta

    periode 2002-2005.

    2007 - Pada penelitian terdahulu tujuan

    penelitian yaitu

    mencari

    pengaruh

    manajemen

    modal kerja

    - Periode yang digunakan yaitu

    tahun 2002-

    2005

    - Persamaan penelitian saat

    ini dan

    penelitian

    terdahulu

    terdapat pada

    variabel

    profitabilitas

    - Perusahaan yang digunakan

    yaitu

    perusahaan

    food and

    beverage yang

    terdafatar pada

    BEI

  • 17

    Lanjutan Tabel 1.

    3. Bagus Mangdahita Sariyana, Fridayana

    Yudiaatmaja, I Wayan

    Suwendra

    Pengaruh Perputaran

    Modal Kerja Dan

    Likuiditas Terhadap

    Profitabilitas (Studi

    Pada Perusahaan Food

    And Beverages)

    2016 - Pada penelitian terdahulu tujuan

    penelitian untuk

    mengetahui

    pengaruh

    perputaran

    modal kerja dan

    likuiditas

    Persamaan

    terdapat

    persamaan yaitu

    dalam penelitian

    terdahulu dan

    penelitian ini

    sama-sama

    mengetahui

    pengaruh

    profitabilitas

    Selain itu

    persamaan juga

    terdapat pada

    perusahaan yang

    digunakan dalam

    penelitian yaitu

    Perusahaan Food

    And Beverages

    4. Rr Ayu Firdausiah Pengaruh Manajemen

    Modal Kerja Terhadap

    Profitabilitas (Studi

    Pada Perusahaan Food

    And Beverages yang

    Terdaftar Di Bei Tahun

    2009-2013)

    2016 - Perbedaan terdapat pada

    variabel yang

    digunakan, pada

    penelitian

    terdahulu

    menggunakan

    manajemen

    modal kerja

    - catatan perusahaan

    yang digunakan,

    pada penelitian

    terdahulu

    menggunakan

    perusahaan

    yang terdaftar di

    BEI tahun

    2009-2013

    Persamaan

    terdapat pada

    variabel

    profitabilitas dan

    perusahaan food

    and beverages

  • 18

    Lanjutan Tabel 1.

    5. Made Sri Utami, Made Rusmala Dewi S.

    Pengaruh Manajemen

    Modal Kerja Terhadap

    Profitabilitas

    Perusahaan Manufaktur

    Yang Terdaftar Di

    Bursa Efek Indonesia

    2016 - Perbedaan terdapat pada

    variabel

    manajemen

    modal kerja

    - Selain itu perusahaan

    yang digunakan

    pada penelitian

    terdahulu yaitu

    perusahaan

    manufaktur.

    - Persamaan terdapat pada

    variabel

    profitabilitas

    Sumber Data Diolah (2017)

    B. Tinjauan Teori

    1. Modal Kerja

    a. Pengertian Modal Kerja

    Modal kerja adalah investasi total perusahaan pada aktiva lancar atau

    aktiva yang diharapkan dapat dikonversi menjadi kas dalam waktu satu

    tahun atau kurang dari satu tahun (Keown et al, 2010: 125). Modal kerja

    juga didefinisikan sebagai modal yang digunakan untuk membiayai

    operasional perusahaan sehari-hari, terutama yang memiliki jangka waktu

    pendek. Apabila perusahaan kekurangan modal kerja untuk memperluas

    penjualan dan meningkatkan produksinya, maka besar kemungkinan

    akan kehilangan pendapatan dan keuntungan.

    Perusahaan yang tidak memiliki modal kerja yang cukup, tidak dapat

    membayar kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya dan akan

    menghadapi masalah likuiditas. Investasi modal kerja merupakan proses

    terus-menerus selama perusahaan beroperasi. Mengenai pengertian

  • 19

    modal kerja ini dapat dikemukaan adanya beberapa konsep, yaitu

    (Riyanto, 2011:98) :

    1) Konsep Kuantitatif

    Konsep ini berdasarkan pada kuantitas dari dana yang tertanam pada

    unsur–unsur aktiva lancar di mana aktiva ini merupakan aktiva yang

    sekali berputar kembali dalam bentuk semula atau aktiva di mana dana

    yang tertanam di dalamnya akan dapat bebas lagi dalam waktu yang

    pendek. Modal kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan dari jumlah

    aktiva lancar dan sering disebut sebagai modal kerja bruto (Gross

    Working Capital).

    2) Konsep Kualitatif

    Pengertian modal kerja ini dikaitkan dengan besarnya jumlah hutang

    lancar atau hutang yang segera harus dibayar. Dengan demikian maka

    sebagian dari aktiva lancar harus disediakan untuk memenuhi kewajiban

    finansial yang segera harus dilakukan, dimana bagian aktiva lancar ini

    tidak boleh digunakan untuk membiayai operasi perusahaan untuk

    menjaga likuiditasnya. Modal kerja menurut konsep ini adalah sebagian

    dari aktiva lancar yang benar–benar dapat digunakan untuk membiayai

    operasi perusahaan tanpa mengganggu likuiditasnya, yaitu yang

    merupakan kelebihan aktiva lancar di atas utang lancarnya, sering disebut

    modal kerja neto (Net Working capital).

  • 20

    3) Konsep Fungsional

    Konsep fungsional mendasarkan pada fungsi dari dana dalam

    menghasilkan pendapatan. Setiap dana yang digunakan dalam perusahaan

    adalah dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan. Modal kerja dalam

    konsep ini adalah keseluruhan aktiva lancar ditambah penyusutan dari

    aktiva tetap pada tahun bersangkutan.

    b. Macam-Macam Modal Kerja

    Taylor dan Riyanto ( 2011: 112) mengklasifikasikan modal kerja menjadi

    dua yaitu :

    1) Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital)

    Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital) yaitu modal

    kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan

    fungsinya, atau modal kerja yang secara terus menerus diperlukan untuk

    kelancaran usaha. Modal kerja ini dapat dibedakan menjadi:

    a) Modal Kerja Primer (Primary Working Capital) yaitu jumlah modal kerja

    minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas

    usahanya.

    b) Modal Kerja Normal (Normal Working Capital) yaitu jumlah modal

    kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang

    normal atau dinamis.

  • 21

    2) Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital)

    Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital) yaitu modal

    kerja yang jumlahnya berubah–ubah sesuai dengan perubahan keadaan.

    Modal kerja ini dibedakan antara lain :

    a) Modal Kerja Musiman (Seasonal Working Capital) yaitu modal kerja

    yang jumlahnya berubah–ubah disebabkan karena fluktuasi musiman.

    b) Modal Kerja Siklis (Cyclical Working Capital) yaitu modal kerja yang

    jumlahnya berubah–ubah disebabkan karena fluktuasi konjungtur.

    c) Modal Kerja Darurat (Emergency Working Capital) yaitu modal kerja

    yang jumlahnya berubah–ubah disebabkan karena adanya keadaan

    darurat yang tidak diketahui sebelumnya (misalnya adanya pemogokan

    buruh, banjir, perubahan keadaan ekonomi yang mendadak).

    c. Pentingnya Modal Kerja

    Tersedianya modal kerja yang segera dapat dipergunakan dalam operasi

    tergantung pada sifat dari aktiva lancar yang dimiliki seperti: kas, efek, piutang

    dan persediaan. Tetapi modal kerja harus cukup jumlahnya dalam arti harus

    mampu membiayai pengeluaran-pengeluaran atau operasi perusahaan sehari-

    hari, karena dengan modal kerja yang cukup akan menguntungkan bagi

    perusahaan, disamping memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi

    secara ekonomis atau efisien dan perusahaan tidak mengalami kesulitan

    keuangan, juga akan memberikan beberapa keuntungan.

    Pentingnya modal kerja dalam perusahaan menurut Munawir (2004:116)

    adalah sebagai berikut:

  • 22

    1) melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai

    dari aktiva lancar.

    2) memungkinkan untuk dapat membayar semua kewajiban-kewajiban tepat

    pada waktunya.

    3) memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup

    untuk melayani para konsumennya.

    4) menjamin dimilikinya kredit standing perusahaan semakin besar dan

    memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat menghadapi bahaya-bahaya

    atau kesulitan keuangan yang mungkin terjadi.

    5) memungkinkan bagi perusahaan untuk memberikan syarat kredit yang

    lebih menguntungkan kepada para langganannya.

    6) memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih

    efisien karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang dan atau jasa

    yang dibutuhkan.

    3) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Modal Kerja

    Modal kerja yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan tergantung atau

    dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain (Djarwanto, 2011:89):

    a) Sifat umum atau tipe perusahaan

    Modal kerja yang dibutuhkan perusahaan jasa (public utility) relatif

    rendah karena investasi dalam persediaan dan piutang pencairannya

    menjadikan relatif cepat. Untuk beberapa perusahaan jasa tertentu

    malahan langganan membayar dimuka sebelum jasa dinikmati, misalnya

    jasa transpor, kereta api, bus malam, pesawat udara dan kapal laut.

  • 23

    Proporsi modal kerja dari total aktiva, pada perusahaan jasa relatif

    kecil. Berbeda dengan perusahaan industri, investasi dalam aktiva lancar

    cukup besar dengan tingkat perputaran persediaan dan piutang yang

    relatif rendah. Perusahaan industri memerlukan modal kerja yang cukup

    besar, yakni untuk melakukan investasi dalam bahan baku, barang dalam

    proses, dan barang jadi.

    b) Waktu yang diperlukan untuk memproduksi atau mendapatkan barang

    dan ongkos produksi per unit atau harga beli per unit barang itu. Jumlah

    modal kerja tidak langsung dengan waktuyang dibutuhkan mulai dari

    bahan baku atau barang jadi dibeli sampai barang-barang dijual kepada

    langganan. Makin panjang waktu yang diperlukan untuk memproduksi

    barang atau untuk memperoleh barang makin besar kebutuhan akan modal

    kerja. Selain itu harga pokok per unit barang yang semakin besar akan

    membutuhkan modal kerja yang besar pula.

    c) Syarat pembelian dan penjualan

    Syarat kredit pembelian barang dagangan atau bahan baku akan

    mempengaruhi besar kecilnya modal kerja. Syarat kredit pembelian yang

    menguntungkan akan memperkecil kebutuhan uang kas yang harus

    ditanamkan dalam persediaan, sebaliknya bila pembayaran harus

    dilakukan segera setelah barang diterima maka kebutuhan uang kas untuk

    membelanjai volume perdagangan menjadi lebih besar. Disamping itu,

    modal kerja juga dipengaruhi oleh syarat kredit penjualan barang. Semakin

    lunak kredit (jangka kredit lebih panjang) yang diberikan kepada

  • 24

    langganan akan semakin besar kebutuhan modal kerja yang harus

    ditanamkan dalam piutang. Untuk mengurangi kebutuhan modal kerja dan

    mengurangi risiko kerugian karena adanya piutang yang tidak terbayar,

    biasanya perusahaan memberikan rangsangan potongan tunai (cash

    discount).

    d) Tingkat perputaran persediaan

    Semakin sering persediaan diganti dalam arti dibeli dan dijual

    kembali maka kebutuhan modal kerja yang ditanamkan dalam bentuk

    persediaan barang akan semakin rendah. Untuk mencapai tingkat

    perputaran persediaan yang tinggi diperlukan perencanaan dan

    pengawasan persediaan yang efisien. Semakin tinggi tingkat perputaran

    persediaan akan mengurangi risiko kerugian karena penurunan harga,

    perubahan permintaan atau perubahan mode, juga menghemat ongkos

    penyimpanan dan pemeliharaan dari persediaan.

    e) Tingkat perputaran piutang

    Kebutuhan modal kerja juga tergantung pada periode waktu yang

    diperlukan untuk mengubah piutang menjadi uang kas. Apabila piutang

    terkumpul dalam waktu pendek berarti kebutuhan dalam modal kerja

    menjadi semakin rendah atau kecil. Untuk mencapai tingkat perputaran

    piutang yang tinggi diperlukan pengawasan piutang yang efektif dan

    kebijaksanaan yang tepat sehubungan dengan perluasan kredit, syarat

    kredit penjualan, maksimum kredit bagi langganan, serta penagihan

    piutang.

  • 25

    f) Pengaruh konjungtur (Business Cycle)

    Pada periode makmur aktivitas perusahaan meningkat dan

    perusahaan cenderung membeli barang lebih banyak memanfaatkan harga

    yang lebih rendah. Ini berarti perusahaan memperbesar tingkat

    persediaan. Peningkatan jumlah persediaan membutuhkan modal kerja

    yang lebih banyak. Sebaliknya pada periode depresi volume perdagangan

    menurun, perusahaan cepat-cepat berusaha menjual barangnya dan

    menarik piutangnya. Uang yang diperoleh digunakan untuk membeli

    surat-surat berharga, melunasi utang, atau untuk menutup kerugian.

    g) Derajat risiko kemungkinan menurunnya harga jual aktiva jangka pendek

    Menurunnya nilai riil dibanding dengan harga buku dari surat-surat

    berharga, persediaan barang, dan piutang akan menurunkan modal kerja.

    Apabila risiko kerugian ini semakin besar berarti diperlukan tambahan

    modal kerja untuk membayar bunga atau melunasi utang jangka pendek

    yang sudah jatuh tempo. Untuk melindungi diri dari hal yang tidak

    terduga dibutuhkan modal kerja yang relatif besar dalam bentuk kas atau

    surat-surat berharga.

    h) Pengaruh musim

    Banyak perusahaan dimana penjualannya hanya terpusat pada

    beberapa bulan saja. Perusahaan yang dipengaruhi oleh musim

    membutuhkan jumlah maksimum modal kerja untuk periode yang relatif

    pendek. Modal kerja yang ditanamkan dalam bentuk persediaan barang-

  • 26

    barang berangsur-angsur meningkat dalam bulan-bulan menjelang puncak

    penjualan

    i) Credit rating dari perusahaan

    Jumlah modal kerja, dalam bentuk kas termasuk surat-surat

    berharga yang dibutuhkan perusahaan untuk membiayai operasinya

    tergantung pada kebijaksanaan penyediaan uang kas. Penyediaan uang kas

    ini tergantung pada:

    (1) Credit rating dari perusahaan atau kemampuan meminjam uang

    dalam jangka pendek

    (2) Perputaran persediaan dan piutang

    (3) Kesempatan mendapatkan potongan harga dalam pembelian.

    4) Sumber Modal Kerja

    Pada dasarnya modal kerja terdiri dari dua bagian pokok, yaitu:

    a) Bagian yang tetap atau bagian yang permanen yaitu jumlah minimum

    yang harus tersedia agar perusahaan dapat berjalan dengan lancar tanpa

    kesulitan keuangan.

    b) Jumlah modal kerja yang variabel yang jumlahnya tergantung pada

    aktivitas musim dan kebutuhan-kebutuhan diluar aktivitas yang biasa.

    Kebutuhan modal kerja yang permanen sebaiknya dibiayai oleh

    pemilik perusahaan atau para pemegang saham. Semakin berjumlah

    modal kerja yang dibiayai atau yang berasal dari investasi pemilik

    perusahaan akan semakin baik bagi perusahaan tersebut karena akan

    semakin besar kemampuan perusahaan memperoleh kredit, dan semakin

  • 27

    besar jaminan bagi kreditor jangka pendek. Disamping dari investasi para

    pemilik perusahaan, kebutuhan modal kerja yang permanen dapat pula

    dibiayai dari penjualan obligasi atau jenis hutang jangka panjang lainnya,

    tetapi dalam hal itu perusahaan harus mempertimbangkan jatuh tempo

    dari hutang jangka panjang ini disamping juga harus mempertimbangkan

    beban bunga yang harus dibiayai oleh perusahaan.

    Menurut Jumingan (2006:72) pada umumnya sumber modal kerja suatu

    perusahaan dapat berasal dari berbagai sumber, yakni sebagai berikut :

    a) Pendapatan bersih

    Modal kerja diperoleh dari hasil penjualan barang dan hasil-hasil

    lainnya yang meningkatkan uang kas dan piutang. Akan tetapi, sebagian

    dari modal kerja ini harus digunakan untuk menutup harga pokok

    penjualan dan biaya usaha yang telah dikeluarkan untuk memperoleh

    revenue, yakni berupa biaya penjualan dan biaya administrasi. Jadi,

    sebenarnya yang merupakan sumber modal kerja adalah pendapatan

    bersih dan jumlah modal kerja yang diperoleh dari operasi jangka

    pendek.

    b) Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga

    Surat-surat berharga sebagai salah satu pos aktiva lancar dapat

    dijual dan dari penjualan ini akan timbul keuntungan. Penjualan surat-

    surat berharga menunjukkan pergeseran bentuk pos aktiva lancar dari pos

    surat-surat berharga menjadi pos kas. Keuntungan yang diperoleh

  • 28

    merupakan sumber penambahan modal kerja. Sebaliknya, jika terjadi

    kerugian maka modal kerja akan berkurang.

    c) Penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang, dan aktiva tidak lancar

    lainnya

    Sumber lain untuk menambah modal kerja adalah hasil penjualan

    aktiva tetap, investasi jangka panjang, dan aktiva tidak lancar lainnya

    yang tidak diperlukan lagi oleh perusahaan. Perubahan aktiva tidak lancar

    itu menjadi kas yang akan menambah modal kerja sebanyak hasil bersih

    penjualan aktiva tidak lancar tersebut.

    d) Penjualan obligasi dan saham serta kontribusi dana dari pemilik Utang

    hipotik, obligasi, dan saham dapat dikeluarkan oleh perusahaan apabila

    diperlukan sejumlah modal kerja, misalnya untuk ekspansi perusahaan.

    Pinjaman jangka panjangberbentuk obligasi biasanya tidak begitu disukai

    karena adanya beban bunga disamping mengembalikan pokok

    pinjamannya.

    e) Dana pinjaman dari bank dan pinjaman jangka pendek lainnya

    Pinjaman jangka pendek seperti kredit bank bagi beberapa

    perusahaan merupakan sumber penting dari aktiva lancarnya, terutama

    tambahan modal kerja yang diperlukan untuk membelanjai kebutuhan

    modal kerja musiman, siklis, keadaan darurat, atau kebutuhan jangka

    pendek lainnya.

    f) Kredit dari supplier atau trade creditor

  • 29

    Salah satu sumber modal kerja yang penting adalah kredit yang

    diberikan oleh supplier. Material, barang-barang, supplies, dan jasa-jasa

    biasa dibeli secara kredit atau dengan wesel bayar. Apabila perusahaan

    kemudian dapat mengusahakan menjual barang dan menarik pembayaran

    piutang sebelum waktu utang harus dilunasi, perusahaan hanya

    memerlukan sejumlah kecil modal kerja.

    5) Penggunaan Modal Kerja

    Penggunaan atau pemakaian modal kerja akan menyebabkan perubahan

    bentuk maupun penurunan jumlah aktiva lancar yang dimiliki oleh

    perusahaan, tetapi penggunaan aktiva lancar tidak selalu diikuti dengan

    berubahnya atau turunnya jumlah modal kerja yang dimiliki oleh perusahaan.

    Penggunaan-penggunaan aktiva lancar yang mengakibatkan turunnya

    modal kerja adalah sebagai berikut (Tunggal, 2005:92):

    a) Pembayaran biaya atau ongkos- ongkos operasi perusahaan, meliputi

    pembayaran upah, gaji, pembelian bahan baku barang dagangan, supplies

    kantor dan pembayaran biaya-biaya lainnya.

    b) Menanggulangi kerugian- kerugian yang diderita oleh perusahaan karena

    adanya penjualan surat-surat berharga maupun kerugian lainnya.

    c) Adanya pembentukan dana atau pemisahan aktiva lancar untuk tujuan

    tertentu dalam jangka panjang.

    d) Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap, investasi jangka

    panjang atau aktiva tidak lancar lainnya.

  • 30

    e) Pembayaran hutang-hutang jangka panjang yang meliputi hutang hipotik,

    hutang obligasi maupun bentuk hutang jangka panjang lainnya.

    2. Perputaran Modal Kerja

    Perputaran modal kerja merupakan perbandingan antara penjualan

    dengan modal kerja bersih. Dimana modal kerja bersih adalah aktiva lancar

    dikurangi utang lancar. Perputaran modal kerja merupakan rasio mengukur

    aktivitas bisnis terhadap kelebihan aktiva lancar atas kewajiban lancar serta

    menunjukkan banyaknya penjualan (dalam rupiah) yang dapat diperoleh

    perusahaan untuk tiap rupiah modal kerja (Sawir, 2009:16).

    Working capital turn over merupakan kemampuan modal kerja

    (neto) berputar dalam suatu periode siklus kas (cash cycle) dari perusahaan

    (Riyanto, 2008:335). Modal kerja selalu dalam keadaan operasi atau

    berputar dalam perusahaan selama perusahaan yang bersangkutan dalam

    keadaan usaha.periode perputaran modal kerja ( working capital turn over

    period ) dimulai dari saat dimana kas diinvestasikan dalam komponen-

    komponen modal kerja sampai dimana saat kembali menjadi kas.

    Makin pendek, periode tersebut berarti makin cepat perputaran atau

    makin tinggi perputarannya (turn over rate-nya). Berapa lama periode

    perputaran modal kerja adalah tergantung berapa lama periode perputaran

    dari masing-masing komponen dari modal kerja tersebut.

    Penjualan

    (aktiva lancar − kewajiban lancar)

    Sumber: Riyanto (2008-64)

  • 31

    a. Perputaran Kas (Cash turnover)

    Setiap perusahaan dalam menjalankan usahanya selalu

    membutuhkan kas. Kas diperlukan baik untuk membiayai operasi

    perusahaan sehari-hari maupun untuk mengadakan investasi baru dalam

    aktiva tetap. Pengeluaran kas untuk suatu perusahaan dapat bersifat

    terusmenerus atau kontinyu, misalkan pengeluaran kas untuk pembelian

    bahan mentah, pembayaran upah buruh dan gaji, dan lain sebagainya. Tetapi

    disamping itu juga ada aliran kas keluar (cash out flow) yang bersifat tidak

    kontinyu atau bersifat intermittent misalnya pengeluaran untuk membayar

    bunga, devident, pajak penghasilan atau laba, pembayaran angsuran utang,

    pembelian kembali saham perusahaan, pembelian aktiva tetap dan lain

    sebagainya. Disamping aliran kas keluar juga terdapat aliran kas masuk

    (cash inflow) di dalam perusahaan. Seperti halnya pada cash out flow,

    dimana cash inflow pun terdapat aliran aliran yang bersifat kontinyu dan

    yang bersifat intermittent. Penerimaan dan pengeluaran kas dalam

    perusahaan akan berlangsung terus menerus selama hidupnya perusahaan,

    (Riyanto, 2011:93).

    Dan berikut ini beberapa sumber penerimaan kas yang dapat

    dipenuhi diluar pinjaman yang disediakan kreditor yaitu :

    1. Penjualan barang secara tunai. Artinya perusahaan menjual

    produknya, baik berupa barang maupun jasa dengan pembayaran

    secara tunai, sehingga menghasilkan uang kas.

  • 32

    2. Pembayaran piutang oleh pelanggan. Dalam hal ini perusahaan

    harus berupaya untuk mengintensifkan pembayaran piutang dari

    pelanggan. Terutama piutang yang sudah jatuh tempo, jangan

    sampai pelanggan menunggak, sehingga menghambat penerimaan

    kas.

    3. Hasil penjualan aktiva tetap. Kondisi seperti ini jarang terjadi

    kecuali perusahaan sedang benar-benar mengalami kesulitan.

    Kalaupun terjadi biasanya aktiva tetap yang dijual diprioritaskan

    aktiva tetap yang kurang atau sudah tidak produktif lagi.

    4. Penjualan saham dalam bentuk kas. Artinya perusahaan

    mengeluarkan saham yang belum dijual kemudian dilepas ke

    pemegang saham dengan syarat pembayarannya dilakukan secar

    tunai.

    5. Pengeluaran surat utang jangka pendek, dalam hal ini perusahaan

    yang menerbitkan surat utang jangka pendek seperti wesel yang

    jangka waktunya tidak lebih dari 1 tahun.

    6. Pengeluaran surat utang jangka panjang. Artinya perusahaan

    menerbitkan surat utang yang memiliki jangka waktu lebih dari 1

    tahun.

    7. Penerimaan dari sewa, sumber ini diperoleh perusahaan dari hasil

    sewa terhadap aktiva yang dimiliki kepada pihak lain dalam waktu

    tertentu.

  • 33

    8. Penerimaan dari sumbangan. Dalam praktiknya untuk perusahaan

    komersial penerimaan sumbangan jarang terjadi, namun untuk

    usaha sosial hal ini sering terjadi.

    9. Pengembalian kelebihan pajak. Arinya, adanya kelebihan

    pembayaran pajak masa lalu akibat salah perhtungan dan

    kemudian dikembalikan ke perusahaan.

    10. Dan bentuk penerimaan lainnya

    Dalam ulasan ekonomi klasik, John Maynard Keynes membagi

    kebutuhan akan kas perusahaan, atau unit ekonomi apapun, ke dalam tiga

    kategori : (Kasmir, 2015:195)

    a. Motif transaksi, saldo yang dipegang untuk transaksi memungkinkan

    perusahaan memenuhi kebutuhan kas yang terjadi dalam kegiatan

    bisnis biasa.

    b. Motif berjaga-jaga, saldo untuk berjaga-jaga merupakan buffer stock

    aktiva likuid. Motif memegang kas ini berkaitan dengan usaha

    menjaga saldo yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan yang

    mungkin tapi masih belum tentu.

    c. Motif spekulatif, kas dipegang untuk keperluan spekulatif supaya bias

    mendapatkan keuntungan dari situasi profit taking yang potensial.

    Rasio Perputaran Kas (cash Turnover), menurut James O. Gill,

    digunakan untuk mengukur tingkat kecukupan modal kerja perusahaan

    yang dibutuhkan untuk membayar tagihan dan membiayai penjualan.

    Artinya Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat ketersediaan kas

  • 34

    untuk membayar tagihan (utang) dan biaya biaya yang berkaitan dengan

    penjualan, (Kasmir, 2015:114).

    𝑃𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝐾𝑎𝑠 =𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛

    𝑅𝑎𝑡𝑎 −𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑘𝑎𝑠x 1

    b. Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over)

    Persediaan adalah aktiva yang tersedia untuk dijual untuk kegiatan

    normal, aktiva dalam proses produksi maupun dalam bentuk bahan baku.

    Persediaan juga meliputi barang yang dibeli dan disimpan untuk dijual

    kembali. Misalnya, seperti barang dagang yang dibeli oleh pengecer untuk

    dijual kembali, pengadaan tanah dan properti lainnya untuk dijual kembali.

    Pokok penting bagi suatu managemen persediaan adalah mengembangkan

    kebijakan inventory yaitu dapat meminimumkan total biaya yang

    berhubungan dengan proses produksi dari suatu perusahaan. Dua dasar

    keputusan inventory yang harus dilakukan yaitu: banyaknya order (pesanan)

    dalam satu waktu, dan banyaknya order (pesanan) saat ini. Untuk mendekati

    dua keputusan ini ada dua cara: pesanan dalam jumlah besar dengan

    meminimumkan biaya pesanan, dan pesanan dalam jumlah kecil dengan

    meminimumkan inventory carrying cost (Thierauf and Grosse, 1999:135).

    Jadi, dapat disimpulkan persediaan adalah persiapan untuk

    menyiapkan barang-barang baik yang mencakup persiapan bahan baku,

    persiapan dalam menyiapkan bahan pembantu dan persiapan barang dalam

    proses. Adapun persiapan untuk menyiapkan barang jadi yang semua dari

    persiapan itu akan disimpan dan dirawat dalam suatu tempat dengan

  • 35

    dibutuhkan biaya penyimpanan, sehingga jika konsumen membutuhkan

    barang tersebut maka dapat dikeluarkan kapan saja sesuai dengan

    permintaan.

    Parameter-parameter masalah persediaan mempunyai dua

    karakteristik utama, yaitu tingkat permintaan dan periode kedatangan

    pesanan. Model-model persediaan dibedakan menjadi dua model yaitu

    model Deterministik dan model Probabilistik. Kelompok model

    Deterministik ditandai oleh karakteristik tingkat permintaan dan periode

    kedatangan pesanan yang bisa diketahui sebelumnya secara pasti.

    Sebaliknya, jika salah satu atau kedua parameter itu tidak dapat diketahui

    secara pasti sebelumnya, sehingga harus didekati dengan distribusi

    probabilitas, maka hal itu termasuk kelompok model Probabilistik (Hillier

    and Lieberman, 2000:90).

    Tujuan yang hendak dicapai dalam suatu penyelesaian masalah

    persediaan adalah akan meminimumkan biaya total persediaan. Biaya-biaya

    yang digunakan adalah (Hillier and Lieberman, 2000:89):

    1. Biaya Pesan (Ordering Cost)

    Biaya pesan timbul pada saat terjadi proses pemesanan suatu barang. Biaya-

    biaya pembuatan surat, telepon, fax dan biaya-biaya overhand lain yang

    secara proporsional timbul karena proses pembuatan sebuah pesanan barang

    adalah contoh biaya pesan.

  • 36

    2. Biaya Simpan (Carrying Cost)

    Biaya simpan timbul pada saat terjadi proses penyimpanan suatu barang.

    Biaya-biaya sewa gedung, premi asuransi, biaya keamanan dan biaya-biaya

    overhand lain yang timbul karena proses penyimpanan suatu barang, maka

    dikenakan biaya simpanan.

    3. Biaya Kehabisan Persediaan (Stockout Cost)

    Biaya kehabisan pesanan timbul pada saat persediaan habis atau tidak

    tersedia.Termasuk dalam kategori biaya ini adalah kerugian karena mesin

    berhenti atau karyawan tidak bekerja dan peluang yang hilang untuk

    memperoleh keuntungan.

    4. Biaya Pembeli (Purchase Cost)

    Biaya pembelian yang timbul pada saat pembelian suatu barang.Identifikasi

    dan penetapan biaya-biaya tersebut sebagai parameter-parameter model

    merupakan langkah kritis pertama sebelum penerapan model itu sendiri

    (Siswanto,2007:87).

    Pengelolaan persediaan barang sangat penting untuk menjaga agar

    persediaaan barang yang ada tidak terlalu banyak tetapi juga tidak terlalu

    sedikit. Masalah penentuan jumlah dana atau alokasi dana dalam persediaan

    mempunyai dampak langsung terhadap keuntungan perusahaan, Freddy

    Rangkuti (2007:2) dalam Setiawan (2009:18). Persediaan barang yang

    terlalu banyak memerlukan biaya-biaya penyelenggaraan, resiko-resiko dan

    investasi yang sangat tinggi.Sehingga terlalu banyaknya uang yang tertanam

  • 37

    dalam persediaan barang dapat merugikan perusahaan karena uang tersebut

    tidak menghasilkan keuntungan.

    Sebaliknya investasi dalam persediaan yang terlalu kecil akan

    mempunyai dampak yang menekan keuntungan, juga karena kekurangan

    bahan baku akan mengakibatkan perusahaan tidak dapat bekerja dengan

    kapasitas penuh yang berarti tenaga kerja dan aktiva perusahaan tidak dapat

    dimanfaatkan secara penuh, sehingga akan mempertinggi biaya produksi

    rata-rata, yang akhirnya akan menekan keuntungan yang diperoleh

    perusahaan. Tingkat persediaan yang tidak memadai mungkin akan

    menimbulkan kerugian karena adanya permintaan yang tidak terpenuhi,

    (Bambang Riyanto, 2001:69) dalam Setiawan (2009:18).

    Menurut Hanafi (2010:82) analisis efisiensi dan efektifitas

    persediaan dapat diketahui dari perputaran persediaan (inventory turnover)

    dan rata-rata hari persediaan (average day’s inventory).Rasio ini digunakan

    untuk mengukur efektif tidaknya perusahaan dalam menggunakan dan

    mengendalikan persediaan.Kemudian membandingkan dengan ratio rata-

    rata industrinya, apabila ratio perusahaan lebih rendah dari rata-rata

    industrinya, maka dapat dikatakan perusahaan memiliki banyak persediaan

    yang telah usang atau persediaan yang terlalu tinggi.Tinggi rendahnya

    perputaran persediaan mempunyai pengaruh langsung terhadap modal

    perusahaan yang diinvestasikan pada persediaan.Makin tinggi perputaran

    persediaan berarti makin rendah modal yang terikat pada persediaan.

  • 38

    Menurut Copeland (2000:230) dalam Furdani (2011:25)

    mengungkapkan bahwa inventory turnover adalah penjualan barang selama

    periode tertentu dibagi dengan persediaan pada periode tersebut. Perputaran

    persediaan merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali

    dana yang ditanam dalam persediaan (inventory) ini berputar dalam suatu

    periode. Rasio ini dikenal dengan nama rasio perputaran persediaan

    (inventory turnover). Dapat diartikan pula bahwa perputaran persediaan

    merupakan rasio yang menunjukan beberpa kali jumlah barang persediaan

    diganti dalam satu tahun, semakin kecil rasio ini semakin jelek begitupula

    sebaliknya (Kasmir, 2011:180).

    Munawir (2002:64) dalam Furdani (2011:25) Inventory turnover

    merupakan ratio antara jumlah harga pokok barang yang dijual dengan nilai

    rata-rata yang dimilki oleh perusahaan.Turnover ini menunjukan berapa kali

    jumlah persediaan barang dagangan diganti dalam satu tahun (dijual dan

    diganti). Sedangkan Prastowo dan Rifka Juliyanti (2008:87) menjelaskan

    rasio perputaran persediaan mengukur berapa kali persediaan perusahaan

    telah dijual selama periode tertentu, misalnya selama satu tahun. Dengan

    demikian, dapat disimpulkan bahwa tingkat perputaran persediaan adalah

    lamanya waktu rata-rata berapa kali persediaan tersebut diganti dalam

    kurung waktu tertentu.

    Perputaran persediaan barang merupakan salah satu teknik

    pengendalian jumlah barang adalah dengan menggunakan rasio perputaran

    persediaan barang. Suatu tingkat perputaran persediaan yang rendah dapat

  • 39

    menunjukan adanya investasi yang terlalu besar dalam persediaan barang.

    Sebaliknya tingkat perputaran persediaan barang yang tinggi menunjukan

    makin pendek waktu terikatnya modal dalam persediaan barang pada suatu

    periode tertentu. Menurut Kasmir (2011:180) cara menghitung rasio

    perputaran persediaan dilakukan dengan dua cara yaitu: Pertama, dengan

    membandingkan antara harga pokok barang yang dijual denga nilai

    persediaan. Dan yang kedua dengan cara membandingkan nilai penjualan

    dengan persediaan. Apabila rasio yang diperoleh lebih tinggi, ini

    menunjukan perusahaan bekerja secara efisien dan likuid persedian semakin

    membaik. Demikian pula apabila perputaran persediaan rendah berarti

    persediaan bekerja secara tidak efisien atau tidak produktif dan banyak

    barang persediaan yang menumpuk, hal ini akan mengakibatkan investasi

    dalam tingkat pengendalian yang rendah. Adapun secara jelas rumus untuk

    mencari perputaran persediaan dapat digunakan denganInventory turn over

    𝑃𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 =𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑃𝑜𝑘𝑜𝑘 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛

    𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 𝑥1

    Sumber: Kasmir, 2011:180

    c. Perputaran Piutang (Account Receivable Turn Over)

    1. Pengertian Piutang

    Secara umum istilah piutang timbul karena adanya kebijakan

    penjualan kredit di dalam perusahaan. Penjualan kredit ini tidak segera

    menghasilkan penerimaan kas pada saat penjualan dilakukan, tetapi

    menimbulkan piutang dan akan berubah menjadi kas pada saat terjadi

    pelunasan piutang oleh pelanggan. Piutang tersebut meliputi semua

  • 40

    klaim dalam bentuk uang terhadap peroranngan atau organisasi.Reeve

    dan Fess (2005:404) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan piutang

    adalah sebagai berikut “Piutang meliputi semua klaim dalam bentuk

    uang terhadap pihak lainnya, termasuk individu, perusahaan, atau

    organisasi lainnya.”

    Yusuf (2005:52) mengemukakan bahwa pengertian dari

    piutang adalah sebagai berikut :“Piutang merupakan hak untuk

    menagih sejumlah uang dari si penjual kepada si pembeli yang timbul

    karena adanya suatu transaksi.”Sedangkan Muslich (2003:109)

    mengemukakan yang dimaksud dengan piutang adalah sebagai

    berikut “Piutang terjadi karena penjualan barang dan jasa tersebut

    dilakukan secara kredit yang umumnya dilakukan untuk memperbesar

    penjualan. Tetapi disisi lain, peningkatan piutang juga membutuhkan

    penambahan pembiayaan, biaya untuk analisis kredit dan penagihan

    piutang serta kemungkinan piutang yang macet dan tak dapat ditagih.”

    Penjualan secara kredit tidak segera menghasilkan penerimaan

    kas, tetapi menimbulkan piutang kemudian pada hari jatuh tempo

    yang telah disyaratkan terjadi aliran kas masuk (cash inflows) yang

    berasal dari pengumpulan piutang tersebut. Dengan demikian maka

    piutang merupakan elemen modal kerja yang selalu dalam keadaan

    berputar secara terus menerus dalam rantai perputaran modal kerja.

    Dengan demikian piutang adalah suatu akun yang timbul akibat

    adanya transaksi penjualan barang atau jasa secara kredit dengan

  • 41

    tujuan untuk meningkatkan penjualan. Piutang biasanya mempunyai

    waktu jatuh tempo kurang dari satu tahun dan termasuk kedalam

    aktiva lancar.

    2. Klasifikasi Piutang

    Reeve dan Fess (2006: 76) mengklasifikasikan piutang ke dalam

    tiga kategori yaitu piutang usaha, wesel tagih dan piutang lain-lain

    sebagai berikut :

    a. Piutang Usaha

    Piutang usaha timbul dari penjualan secara kredit agar dapat menjual

    lebih banyak produk atau jasa kepada pelanggan. Transaksi paling umum

    yang menciptakan piutang usaha adalah penjualan barang dan jasa secara

    kredit. Piutang tersebut dicatat dengan mendebit akun piutang usaha.

    Piutang usaha semacam ini normalnya diperkirakan akan tertagih dalam

    periode waktu yang relatif pendek, seperti 30 atau 60 hari. Piutang usaha

    diklasifikasikan di neraca sebagai aktiva lancar.

    b. Wesel tagih

    Wesel tagih adalah jumlah yang terutang bagi pelanggan di saat

    perusahaan telah menerbitkan surat utang formal. Sepanjang wesel tagih

    diperkirakan akan tertagih dalam setahun, maka biasanya diklasifikasikan

    dalam neraca sebagai aktiva lancar. Wesel biasanya digunakan untuk

    periode kredit lebih dari enam puluh hari. Wesel bisa digunakan untuk

    menyelesaikan piutang usaha pelanggan. Bila wesel tagih dan piutang

  • 42

    usaha berasal dari transaksi penjualan maka hal itu kadang-kadang

    disebut piutang dagang (trade receivable).

    c. Piutang Lain-lain

    Piutang lain-lain biasanya disajikan secara terpisah dalam neraca.

    Jika piutang ini diharapkan akan tertagih dalam satu tahun, maka piutang

    tersebut diklasifikasikan sebagai aktiva lancar. Jika penagihannya lebih

    dari satu tahun maka piutang ini diklasifikasikan sebagai aktiva tidak

    lancar dan dilaporkan di bawah judul investasi. Piutang lain-lain (other

    receivable) meliputi piutang bunga, piutang pajak, dan piutang dari

    pejabat atau karyawan perusahaan.

    3. Pengukuran Perputaran Piutang

    Menurut Soemarso (2010:393), menyatakan bahwa perputaran

    piutang (receivable turnover) menunjukkan berapa kali suatu perusahaan

    menagih piutangnya dalam suatu periode. Perputaran piutang

    menunjukkan efisiensi perusahaan dalam mengelola piutangnya.

    Perputaran piutang rendah menunjukkan efisiensi penagihan makin buruk

    selama periode itu karena lamanya penagihan dilakukan.

    Menurut Reeve dan Warren (2009:457), terdapat dua ukuran

    keuangan yang berguna dalam mengevaluasi efisiensi penagihan piutang,

    yaitu :

    a. Perputaran piutang usaha (account receivable turnover)

  • 43

    Menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menangani atau

    mengumpulkan piutangnya. Semakin besar rasio ini semakin besar

    pula resiko kemungkinan tidak tertagihnya piutang, dan jika

    perusahaan tidak membuat cadangan terhadap kemungkinan kerugian

    yang timbul karena tidak tertagihnya piutang berarti perusahaan telah

    memperhitungkan laba terlalu besar.

    Mengukur berapa kali piutang dapat diubah menjadi kas selama

    tahun berjalan. Piutang usaha rata-rata dihitung dengan menggunakan

    data bulanan, dengan menambahkan saldo awal dan saldo akhir

    piutang usaha dan membaginya menjadi dua. Dapat dirumuskan

    dengan rumus:

    b. Jumlah hari penjualan dalam piutang usaha (number of days sales

    in receivables)

    Merupakan estimasi lamanya piutang belum dibayar. Penjualan

    harian rata-rata dihitung dengan membagi penjualan bersih dengan 365

    hari.

    Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan

    bahwa perputaran piutang adalah menunjukkan berapa kali suatu

    perusahaan menagih piutangnya dan berapa kali piutang tersebut dapat

    diubah menjadi kas selama tahun berjalan.

    Perputaran Piutang (Account Receivable Turn Over) = Penjualan

    Piutangx 1

  • 44

    3. Rasio Profitabilitas

    a. Pengetian Profitabilitas

    Profitabilitas menurut Riyanto (2011:45) menjelaskan bahwa

    menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui

    semua kemampuan dan sumber yang ada seperti penjualan, kas, modal,

    jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya Sedangkan Brigham

    dan Daves (2010:56) menyatakan bahwa profitabilitas adalah hasil

    akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan yang telah dilakukan oleh

    suatu perusahaan.

    Ada beberapa pengukuran terhadap profitabilitas perusahaan

    dimana masing-masing pengukuran dihubungkan dengan volume

    penjualan, total aktiva dan modal sendiri. Secara keseluruhan

    pengukuran ini akan memungkinkan untuk mengevaluasi tingkat

    earning dalam hubungannya dengan volume penjualan, jumlah aktiva

    dan investasi tertentu dari pemilik perusahaan. Tanpa adanya

    keuntungan akan sangat sulit bagi perusahaan untuk menarik modal

    dari luar. Husnan (2012: 103) menyatakan bahwa rasio profitabilitas

    digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan aktiva perusahaan

    yang dapat dikaitkan dengan tingkat penjualan yang dapat diciptakan.

    b. Hubungan Profitabilitas Dengan Modal Kerja

    Semakin tinggi jumlah modal kerja yang penggunaannya diatur

    untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran untuk kegiatan operasi

    perusahaan sehari-hari akan menguntungkan bagi perusahaan karena di

  • 45

    samping memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi secara

    ekonomis dan perusahaan tidak mengalami kesulitan keuangan.

    Pendeknya periode perputaran modal kerja, maka profitabilitas

    perusahaan akan semakin meningkat. Sebaliknya semakin lamaperiode

    perputaran modal kerja, maka profitabilitas perusahaan akan

    semakinmenurun.

    Penggunaan modal kerja harus dikelola seefektif mungkin agar

    profitabilitas perusahaan dapat ditingkatkan. Kebijakan perusahaan

    dalam mengelola jumlah modal secara tepat akan mengakibatkan

    keuntungan, sedangkan akibat dari penanaman modal kerja yang

    kurang tepat akan mengakibatkan kerugian.

    c. Alat Ukur Profitabilitas Menggunakan Return On Asset (ROA)

    1. Pengertian Return on Asset (ROA)

    Return on Assets (ROA) merupakan salah satu rasio

    profitabilitas. Dalam analisis laporan keuangan, rasio ini paling

    sering disoroti, karena mampu menunjukkan keberhasilan

    perusahaan menghasilkan keuntungan. ROA mampu mengukur

    kemampuan perusahaan manghasilkan keuntungan pada masa

    lampau untuk kemudian diproyeksikan di masa yang akan datang.

    Assets atau aktiva yang dimaksud adalah keseluruhan harta

    perusahaan, yang diperoleh dari modal sendiri maupun dari modal

    asing yang telah diubah perusahaan menjadi aktiva-aktiva

    perusahaan yang digunakan untuk kelangsungan hidup perusahaan.

  • 46

    Menurut Brigham dan Houston (2001:90), “Rasio laba

    bersih terhadap total aktiva mengukur pengembalian atas total

    aktiva (ROA) setelah bunga dan pajak”.Menurut Horne dan

    Wachowicz (2005:235), “ROA mengukur efektivitas keseluruhan

    dalam menghasilkan laba melalui aktiva yang tersedia; daya untuk

    menghasilkan laba dari modal yang diinvestasikan”. Horne dan

    Wachowicz menghitung ROA denganmenggunakan rumus laba

    bersih setelah pajak dibagi dengan total aktiva.

    Riyanto (2001:336) menyebut istilah ROA dengan Net

    Earning Power Ratio (Rate of Return on Investment / ROI) yaitu

    kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan

    aktiva untuk menghasilkan keuntungan neto. Keuntungan neto

    yang beliau maksud adalah keuntungan neto sesudah pajak.

    Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ROA dalam

    penelitian ini adalah mengukur perbandingan antara laba bersih

    setelah dikurangi beban bunga dan pajak (Earning After Taxes /

    EAT) yang dihasilkan dari kegiatan pokok perusahaan dengan total

    aktiva (assets) yang dimiliki perusahaan untuk melakukan aktivitas

    perusahaan secara keseluruhan dan dinyatakan dalam persentase.

    2. Perhitungan Return On Assets

    Menurut Brigham dan Houston (2001: 98), pengembalian

    atas total aktiva (ROA) dihitung dengan cara membandingkan laba

  • 47

    bersih yang tersedia untuk pemegang saham biasa dengan total

    aktiva.

    𝑅𝑂𝐴 =𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑆𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘

    𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎

    Sumber: Brigham dan Houston (2001: 98)

    Semakin besar nilai ROA, menunjukkan kinerja perusahaan

    yang semakin baik pula, karena tingkat pengembalian investasi

    semakin besar. “Nilai ini mencerminkan pengembalian perusahaan

    dari seluruh.

    3. Kelebihan dan Kelemahan ROA

    a) Kelebihan ROA diantaranya sebagai berikut:

    (1) ROA mudah dihitung dan dipahami.

    (2) Merupakan alat pengukur prestasi manajemen yang sensitif

    terhadap setiap pengaruh keadaan keuangan perusahaan.

    (3) Manajemen menitikberatkan perhatiannya pada perolehan

    laba yang maksimal.

    (4) Sebagai tolok ukur prestasi manajemen dalam

    memanfaatkan assets yang dimiliki perusahaan untuk

    memperoleh laba.

    (5) Mendorong tercapainya tujuan perusahaan.

    (6) Sebagai alat mengevaluasi atas penerapan kebijakan-

    kebijakan manajemen.

  • 48

    b) Di samping beberapa kelebihan ROA di atas, ROA juga

    mempunyai kelemahan di antaranya:

    (1) Kurang mendorong manajemen untuk menambah assets

    apabila nilai ROA yang diharapkan ternyata terlalu tinggi.

    (2) Manajemen cenderung fokus pada tujuan jangka pendek

    bukan pada tujuan jangka panjang, sehingga cenderung

    mengambil keputusan jangka pendek yang lebih

    menguntungkan tetapi berakibat negatif dalam jangka

    panjangnya.

    C. Hubungan Antar Variabel

    1. Hubungan antar Perputaran Kas (Cash turnover) dengan ROA

    Perputaran kas merupakan pengeluaran kas untuk suatu per