PENGARUH RASIO KECUKUPAN MODAL DAN RETURN ON …
Transcript of PENGARUH RASIO KECUKUPAN MODAL DAN RETURN ON …
PENGARUH RASIO KECUKUPAN MODAL DAN RETURN
ON ASSETS TERHADAP PENYISIHAN PENGHAPUSAN
AKTIVA PRODUKTIF PADA BANK UMUM SYARIAH
DI INDONESIA TAHUN 2014 - 2018
SKRIPSI
Oleh :
VIOLITA AGIL SAVITRI
NIM : 210816064
Pembimbing:
Dr. ANTON SUDRAJAT, M. A
NIDN. 2021078302
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
2020
ii
PENGARUH RASIO KECUKUPAN MODAL DAN RETURN
ON ASSETS TERHADAP PENYISIHAN PENGHAPUSAN
AKTIVA PRODUKTIF PADA BANK UMUM SYARIAH
DI INDONESIA TAHUN 2014 – 2018
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Sebagai Syarat – Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Program Strata satu (S – 1) Jurusan Perbankan Syariah Pada Fakultas
Ekononi dan Bisnis Islam
Institut Agama Islam Negeri Ponorogo
Oleh :
VIOLITA AGIL SAVITRI
NIM : 210816064
Pembimbing:
Dr. ANTON SUDRAJAT, M. A
NIDN. 2021078302
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
2020
iii
ABSTRAK
Savitri, Agil Violita. 2020. Pengaruh Rasio Kecukupan Modal Dan Return On
Assets Terhadap Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif Pada Bank
Umum Syariah Di Indonesia Tahun 2014-2018. Skripsi, Jurusan Perbankan
Syariah (PS) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri
Ponorogo. Pembimbing Dr. Anton Sudrajat, M. A.
Kata Kunci : Teori Keagenan, Laba, Bank Syariah
Teori keagenan didalamnya menimbulkan konflik keagenan yang dapat
mengakibatkan manajer mempunyai peluang untuk melaporkan laba yang tidak
semestinya atau memanipulasi laba yang dapat menyebabkan nilai perusahaan
berkurang di masa depan. Manajemen laba dapat diindikasi melalui penyisihan
penghapusan aktiva produktif. Penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP)
merupakan komponen pembentuk modal dan komponen pretax income yang
berpengaruh terhadap laba, maka memiliki potensi untuk dimanipulasi oleh
manajer. Dengan adanya manajemen laba di Bank Syariah maka terdapat tindakan
opportunistic manajer untuk mengelabui laporan keuangannya. Rumusan masalah
dalam penelitian ini 1) apakah ada pengaruh rasio kecukupan modal terhadap
penyisihan penghapusan aktiva produktif?, 2) apakah ada pengaruh return on
assets terhadap penyisihan penghapusan aktiva produktif?, 3) apakah ada
pengaruh rasio kecukupan modal dan return on assets terhadap penyisihan
penghapusan aktiva produktif pada Bank Umum Syariah di Indonesia Periode
Tahun 2014-2018.
Penelitian ini menggunakan populasi laporan keuangan tahunan milik 14
Bank Umum Syariah di Indonesia selama periode tahun 2014-2018, dengan
menggunakan 9 sampel Bank Umum Syariah di Indonesia. Adapun jenis
penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Sedangkan teknik pengumpulan data
menggunakan dokumentasi dan observasi terhadap laporan keuangan Bank
Umum Syariah di Indonesia tahun 2014-2018. Analisis data yang digunakan
adalah analisis regresi berganda, uji asumsi klasik, uji hipotesis, dan koefisien
Determinasi (R2).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel rasio kecukupan modal
berpengaruh terhadap penyisihan penghapusan aktiva produktif pada Bank Umum
Syariah di Indonesia. Sedangkan return on assets tidak berpengaruh terhadap
penyisihan penghapusan aktiva produktif pada Bank Umum Syariah di Indonesia.
Secara simultan rasio kecukupan modal dan return on assets berpengaruh
terhadap penyisihan penghapusan aktiva produktif pada Bank Umum Syariah di
Indonesia dengan besarnya pengaruh sebesar 15,8%.
iv
v
vi
vii
viii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kehidupan manusia pada era sekarang ini tidak lepas dari peran jasa
keuangan dan lembaga perbankan. Lembaga perbankan merupakan suatu
badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya
kepada masyarakat dalam bentuk kredit untuk kegiatan produktif sehingga
pertumbuhan ekonomi dapat terwujud. Maka dari itu berdirilah lembaga
keuangan atau perbankan untuk memenuhi kegiatan produktif masyarakat.
Industri perbankan adalah industry yang penuh dengan regulasi dalam
menjalankan bisnisnya.1 Berdasarkan PBI Nomor 13/1/PBI/2011 terkait
dengan penilaian tingkat kesehatan bank umum, bank dalam menjalankan
kegiatan usahanya berdasarkan prinsip kehati-hatian dalam rangka menjaga
tingkat kesehatan bank. Pencadangan sebagai alat yang digunakan manajer
bank untuk memenuhi aturan Bank Indonesia. Penyisihan penghapusan aktiva
produktif merupakan cadangan yang diperkenankan oleh Bank Indonesia
untuk menutupi resiko pembiayaan bank. Pencadangan ini berperan atas
penerapan dari prinsip kehati-hatian (prudential).
Bank Indonesia mengharuskan bank syariah untuk membentuk cadangan
umum penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) sekurang-kurangnya
sebesar 1% (satu perseratus) dari seluruh Aset Produktif yang digolongkan
lancar (tidak termasuk sertifikat wadiah Bank Indonesia dan surat utang
1 Putri Sariati dan Aan Marlinah, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi PPAP Pada Bank
Syariah dan Bank Konvensional,” Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 17 No. 1 (ISSN: 1410-9875,
2015), 47.
2
Pemerintah). Selain itu bank syariah juga diwajibkan membentuk cadangan
khusus seperti yang tertera dalam pasal dua ayat tiga pada PBI Nomor
5/9/PBI/2003 tentang Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) Bagi
Bank Syariah.2
Sariati dan Marlinah mengemukakan bahwa, penyisihan penghapusan
aktiva produktif (PPAP) merupakan komponen pembentuk modal dan
komponen pretax income yang berpengaruh terhadap laba, sehingga memiliki
potensi untuk dimanipulasi oleh manajer.3 Aktiva produktif mempunyai
kaitan langsung dengan inti bank, maka dari itu ketika terjadi aktiva produktif
bermasalah apalagi macet maka akan menurunkan kinerja bank secara sangat
signifikan. Penyisihan penghapusan aktiva produktif yang sehat atau baik
adalah nilai penyisihan penghapusan aktiva produktif yang taat aturan dan
nilainya konsisten. Karena penyisihan penghapusan aktiva produktif
berpengaruh terhadap laba sehingga besarnya nilai penyisihan penghapusan
aktiva produktif akan mempengaruhi manajemen laba.
Manajemen laba dikatakan sebagai perilaku manajer untuk bermain-main
dengan komponen akrual yang discretionary untuk menentukan besar
kecilnya laba, karena standar akuntansi memang menyediakan berbagai
alternatif metode dan prosedur yang bisa dimanfaatkan. Manajemen laba
merupakan dampak dari kebebasan seorang manajer untuk memilih dan
2 Rizky Syahfandi, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perataan Laba Penyisihan
Penghapusan Aktiva Produktif: Praktik Manajemen Laba Pada Perbankan Syariah Di Indonesia,”
Skripsi (Semarang: Universitas Diponegoro, 2012), 4 3 Ibid.
3
menggunakan metode akuntansi tertentu ketika mencatat dan menyusun
informasi dalam laporan keuangan.4
Factor-faktor yang mempengaruhi nilai Penyisihan penghapusan aktiva
produktif dalam praktik manajemen laba yaitu nilai capital adequacy ratio
(CAR), Return on assets (ROA), Earnings before taxes and provisions
(EBTP), non performing loan (NPL), Loan to deposit ratio (LDR), jenis
bank, dan ukuran bank. Menurut Jian dalam Slamet Haryono (2008) manajer
melakukan manajemen laba melalui penyisihan penghapusan aktiva produktif
karena dipengaruhi oleh beberapa motif yaitu motif signaling dan
opportunistic.5 Motif opportunistic merupakan motif keinginan manajer
untuk melakukan manajemen laba.
Dalam motif opportunistic faktor yang mempengaruhi manajer bertindak
opportunis melakukan manajemen laba adalah dengan memenuhi regulasi
permodalan atau rasio kecukupan modal yang diproksi dengan capital
adequacy ratio (CAR). Capital adequacy ratio (CAR) adalah rasio
kecukupan modal yang menunjukkan kemampuan suatu bank dalam
menutupi penurunan aktiva yang mengandung risiko. Penurunan nilai capital
adequacy ratio (CAR), mempengaruhi tindakan opportunis manajer
melakukan manajemen laba dalam suatu bank. Jadi jika Capital adequacy
ratio (CAR) dalam keadaan menurun maka akan meningkatkan pembentukan
4 Sri Sulistyanto, Manajemen Laba: Teori Dan Model Empiris (Jakarta: PT Grasindo,
2008), 4. 5 Slamet Haryono, “Pengaruh Motif Opportunistic, Signaling Dan Capital Regulation
Terhadap Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif,” Disertai (Semarang: Universitas
Diponegoro, 2008), 103.
4
penyisihan penghapusan aktiva produktif dalam praktik manajemen laba dan
sebaliknya.6
Faktor lain yang mempengaruhi manajer bertindak opportunis jika return
on assets perusahaan dalam keadaan buruk. Jadi manajer melakukan
manajemen laba melalui penyisihan penghapusan aktiva produktif
dipengaruhi oleh motif opportunistic manajer karena return on assets
perusahaan rendah. Return on assets (ROA) mengukur kemampuan bank
dalam mengembalikan laba yang dihasilkan dengan aktiva yang dimiliki.7
Sehingga jika Return on assets (ROA) perusahaan rendah maka akan
meningkatkan pembentukan penyisihan penghapusan aktiva produktif dan
sebaliknya.
Pada data jumlah penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) Bank
Umum Syariah selama 5 tahun dari tahun 2014 sampai 2018 diperoleh hasil
bahwa telah terjadi ketidakkonsistennya jumlah penyisihan penghapusan
aktiva produktif (PPAP) selama lima tahun pada periode 2014-2018. Bank-
bank yang termasuk dalam bank umum syariah tersebut mengalami
perubahan yang terkadang menurun dan meningkat. Ketidakkonsistennya
nilai penyisihan penghapusan aktiva produktif diindikasi terjadinya
manajemen laba melalui penyisihan penghapusan aktiva produktif. Factor
yang mempengaruhi nilai penyisihan penghapusan aktiva produktif yaitu nilai
Capital adequacy ratio (CAR) dan Return on assets (ROA). Diketahui dalam
6 Luh Made Dwi Parama Yogi dan I Gusti Ayu Eka Damayanthi, “Pengaruh Arus Kas
Bebas, Capital Adequacy Ratio dan Good Corporate Governance Pada Manajemen Laba.” Jurnal
Akuntansi, Vol. 15 No. 2 (ISSN: 2302-8556 , 2016), 1061. 7 Mamhud dan Abdul, Analisis Laporan Keuangan (Yogyakarta: UPP AMP YKPN,
2005), 165.
5
data capital adequacy ratio (CAR) dan penyisihan penghapusan aktiva
produktif menujukkan bahwa nilai Capital adequacy ratio (CAR) pada saat
mengalami kenaikan justru mengalami kenaikan juga pada nilai penyisihan
penghapusan aktiva produktif. Padahal secara teori jika nilai Capital
adequacy ratio (CAR) dalam keadaan naik maka akan menurunkan nilai
penyisihan penghapusan aktiva produktif. Hal tersebut terjadi pada Bank
Bukopin Syariah dan Bank Jabar Banten Syariah.
Nilai Return on assets (ROA) pada data diketahui bahwa pada Bank
BTPN Syariah dan Bank Muamalat menunjukkan nilai Return on assets
(ROA) mengalami kenaikan dan pada saat yang sama juga nilai penyisihan
penghapusan aktiva produktif mengalami kenaikan. Hal tersebut tidak sesuai
dengan teori yang menyebutkan bahwa jika Return on assets (ROA)
mengalami kenaikan maka akan menurunkan nilai penyisihan penghapusan
aktiva produktif.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sariati dan Marlinah (2015) yang
menunjukkan hasil bahwa ROA berpengaruh terhadap penyisihan
penghapusan aktiva produktif dalam praktik manajemen laba. Dalam
penelitian tersebut menunjukkan bahwa semakin besar Return on assets
(ROA) maka akan menurunkan penyisihan penghapusan aktiva produktif.
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rinanti (2012) menunjukkan
bahwa capital adequacy ratio (CAR) berpengaruh signifikan terhadap
penyisihan penghapusan aktiva produktif. Penelitian yang dilakukan slamet
Haryono (2008) juga menunjukkan jika capital adequacy ratio (CAR) dalam
6
keadaan rendah maka akan meningkatkan pembentukan penyisihan
penghapusan aktiva produktif.
Dalam sector perbankan, praktik manajemen laba terjadi pada Bank
Century yang melakukan rekayasa akuntansi dengan tujuan agar laporan
keuangan bank menunjukkan kecukupan modal atau rasio capital adequacy
ratio (CAR). Capital adequacy ratio (CAR) Bank Century per 28 Februari
2008 ternyata minus 132,5 %. Hal ini disebabkan karena adanya aset berupa
Surat-Surat Berharga sebesar US$ 203 juta yang berkualitas rendah. Bank
Indonesia menyetujui untuk tidak melakukan penyisihan 100% atau
pengakuan kerugian aktiva produktif (PPAP) terhadap surat-surat berharga
(SSB) tersebut.8
Studi kasus manajemen laba yang lain dalam sector perbankan yaitu pada
PT Bank Lippo. Kasus ini terjadi penerbitan laporan keuangan ganda. PT.
Bank Lippo Tbk, yang menerbitkan 2 versi laporan keuangan yang berbeda
antara satu dengan yang lain, yaitu laporan keuangan yang dipublikasikan
dalam media masa, dan laporan keuangan yang dilaporkan kepada Bapepam.
Bapepam menelaah bahwa perbedaan kedua laporan tersebut disebabkan
karena adanya penyesuaian penilaian kembali atas aset yang diambil alih
(AYDA) dan penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP), adanya
kekurang hati-hatian Bank Lippo dalam mencantumkan kata diaudit dan opini
tanpa wajar, dan adanya kelalaian akuntan publik.9
8 Abel Muhammad, “Manajemen Laba Pada Laporan Keuangan PT Bank BNI Syariah
Periode 2013-2014,” Skripsi (Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2017),4. 9Dedhy Sulistiawan, Yeni Januarsi, dan Liza Alvia, Creative Accounting:
Mengungkapkan Manajemen Laba dan Skandal Akuntnasi (Jakarta: Salemba Empat, 2011), 56.
7
Kasus manajemen laba di perbankan konvensional tersebut, tidak menutup
kemungkinan untuk bank syariah juga melakukan manajemen laba. Dalam
penelitian yang dilakukan oleh Abel Muhammad (2017), Faradila dan
Cahyati (2013), dan Tulus Suryanto (2014) yang menunjukkan bahwa
terdapat indikasi terjadinya manajemen laba di bank syariah. Padahal Bank
syariah berdasarkan prinsip Islam dalam transaksinya tidak diperkenankan
untuk memanipulasi atau merekayasa laba dalam membuat laporan
keuangannya. Hal ini dikarenakan dapat menyesatkan pengguna laporan
keuangan sebagai informasi suatu kinerja perusahaan.10
Berdasarkan adanya kesenjangan antara teori dan fakta maka analisis
tentang pengaruh rasio kecukupan modal dan return on assets terhadap
penyisihan penghapusan aktiva produktif harus dibuktikan melalui penelitian
empiris. Maka dari itu peneliti akan meneliti dengan judul “Pengaruh Rasio
Kecukupan Modal dan Return On Assets Terhadap Penyisihan Penghapusan
Aktiva Produktif Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia Tahun 2014-2018.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang akan
diteliti penulis adalah :
1. Apakah rasio kecukupan modal berpengaruh signifikan terhadap penyisihan
penghapusan aktiva produktif pada Bank Umum Syariah di Indonesia ?
2. Apakah return on assets berpengaruh signifikan terhadap penyisihan
penghapusan aktiva produktif pada Bank Umum Syariah di Indonesia ?
10
Faradila dan Cahyati, “Analisis Manajemen Laba Pada Perbankan Syariah,” Jurnal
Riset Akuntansi dan Keuangan, Vol. 4 No. 1 (Februari, 2013), 57.
8
3. Apakah rasio kecukupan modal dan return on assets berpengaruh signifikan
terhadap penyisihan penghapusan aktiva produktif pada Bank Umum
Syariah di Indonesia ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari
penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh rasio kecukupan modal
terhadap penyisihan penghapusan aktiva produktif pada Bank Umum
Syariah di Indonesia.
2. Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh return on assets terhadap
manajemen laba pada Bank Umum Syariah di Indonesia.
3. Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh rasio kecukupan modal dan
return on assets terhadap penyisihan penghapusan aktiva produktif pada
Bank Umum Syariah di Indonesia.
D. Kegunaan Penelitian
Dari uraian di atas manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
mengenai akuntansi perbankan syariah tentang praktik manajemen laba
melalui penyisihan penghapusan aktiva produktif pada bank syariah.
9
2. Manfaat Praktis
a. Hasil dari penelitian ini sangat bermanfaat bagi Bank Umum Syariah di
Indonesia untuk mengevaluasi kinerja bank agar meminimalisir dalam
melakukan manajemen laba melalui penyisihan penghapusan aktiva
produktif.
b. Hasil dari penelitian ini sangat bermanfaat bagi Bank Syariah agar lebih
menerapkan prinsip syariah, lebih memperhatikan kinerja bank dan
penyisihan penghapusan aktiva produktif agar dapat mengurangi praktik
manajemen laba.
c. Hasil dari penelitian ini sangat bermanfaat bagi Bank Indonesia agar lebih
memperhatikan aturan rasio kecukupan modal, profitabilitas, serta
penyisihan penghapusan aktiva produktif.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang berisi informasi mengenai materi dan hal-hal
yang dibahas dalam tiap bab guna memberikan gambaran yang jelas
mengenai penelitian yang dilakukan.
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang gambaran umum untuk memberi pola pemikiran
bagi seluruh skripsi, yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika penulisan penelitian.
10
BAB II TEORI, PENELITIAN TERDAHULU, KERANGKA
BERFIKIR DAN HIPOTESIS
Bab ini menjelaskan variabel-variabel yang akan diteliti meliputi tentang
landasan teori, penelitian terdahulu, kerangka berfikir dan hipotesis. Landasan
teori menjelaskan teori-teori yang mendukung permasalahan yang akan
diteliti, yang berisikan dengan teori manajemen laba, rasio kecukupan modal,
profitabilitas, dan bank syariah.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini akan menjelaskan tentang bagaimana rancangan penelitian,
variabel penelitian, definisi operasional, populasi dan sampel, serta metode
pengolahan dan analisis data.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi pembahasan yang menjelaskan mengenai hasil dari
penelitian meliputi hasil pengumpulan data, hasil analisis data meliputi
analisis deskriptif, uji asumsi klasik, pengujian hipotesis dan pembahasan
yang memaparkan hasil dari pengujian dan pembahasan keseluruhan
penelitian. Didalamnya juga terdapat deskripsi objek penelitian.
BAB V PENUTUP
Bab ini memuat kesimpulan yang didapat dari hasil pembahasan yang
telah dilakukan serta saran-saran yang sesuai dengan permasalahan yang
diteliti mengenai hasil penelitian.
11
BAB II
TEORI, PENELITIAN TERDAHULU, KERANGKA BERFIKIR DAN
HIPOTESIS
A. Landasan Teori
1. Teori Keagenan
Teori keagenan merupakan kontrak antara dua orang atau lebih. Teori
keagenan menurut Yuliati (2014: 657) menyatakan bahwa wewenang dan
tanggung jawab manajer dan pemegang saham diatur dalam kontrak kerja
atas persetujuan bersama.1 Menurut Dendi Purnama (2017) teori keagenan
dalam suatu perusahaan merupakan kumpulan kontrak (nexus of contract)
antara pemilik (principal) dan manajer (agent) sebagai pihak yang
mengelola perusahaan demi kepentingan pemilik (principal).2 Teori
keagenan menggambarkan bahwa principal memberikan pekerjaan kepada
pihak lain sebagai agen untuk melaksanakan tugas pekerjaan.
Hubungan keagenan antara pemegang saham dan manajer seharusnya
menghasilkan hubungan simbiosis mutualisme yang saling menguntungkan
semua pihak jika hak dan kewajiban masing-masing pihak dijalankan secara
bertanggung jawab. Namun hasilnya justru sebaliknya yaitu memunculkan
permasalahan keagenan (agency problem). Masalah keagenan ini muncul
1 Yuliati Yosephani Makaombohe, Sifrid S. Pangemanan dan Victorina. Z Tirayoh,
“Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba Pada Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Periode 2008-2011,” Jurnal Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi, Vol. 2 No. 1
(ISSN 2303-1174 , 2014), 657. 2 Dendi Purnama, “Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Ukuran Perusahaan, Kepemilikan
Institusional, dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Manajemen Laba”. Jurnal Riset Keuangan
akutansi, Vol. 3, (Februari, 2017), 3.
12
karena terdapat pihak yang lebih mengutamakan kepentingan diri sendiri
meskipun merugikan orang lain.3
Teori keagenan dapat dijelaskan dalam tiga bentuk asumsi sifat dasar
manusia menurut Eisenhardt dalam Jasman (2015) yaitu : a) manusia pada
umumnya lebih mementingkan diri sendiri (self interest), b) manusia
pemikirannya mengenai kondisi masa mendatang terbatas (bounded
rationality), dan c) manusia lebih cenderung menghindari resiko (risk
averse).4 Berdasarkan asumsi tersebut maka diketahui bahwa manajer atau
agen sebagai manusia kemungkinan besar dapat bertindak opportunistic.
Manajer dapat bertindak opportunistic untuk lebih mementingkan
kebutuhan diri sendiri misalnya pemenuhan kebutuhan ekonomi dan
psikologisnya sendiri dari pada kepentingan principal.
Konflik kepentingan disebabkan karena principal tidak dapat memonitor
aktivitas atau pekerjaan manajer sehari-hari secara terus menerus untuk
memastikan manajer sudah bekerja sesuai dengan keinginan pemegang
saham.5 Maka dari itu principal tidak memiliki informasi yang cukup
mengenai kinerja manager. Manajer sebagai pengelola perusahaan tentunya
mengetahui lebih banyak informasi internal dan prospek perusahaan dalam
waktu mendatang. Penguasaan informasi oleh manajer makin memotivasi
3 Sri Sulistyanto, Manajemen Laba : Teori dan Model Empiris (Jakarta: PT Grasindo,
2008), 30 4 Jasman, “Manajemen Laba: Bukti Empiris pada perusahaan perbankan yang terdaftar
di bursa efek Indonesia”. Jurnal Riset Akuntansi Keuangan, Vol.11 No. 01, (Februari, 2015), 3. 5 Wisnu Arwindo Irawan, “Analisis Pengaruh Kepemilikan Institusional, Leverage,
Ukuran Perusahaan Dan Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba,” Skripsi (Semarang:
Universitas Diponegoro, 2013), 14.
13
pihak manajer dalam bertindak kreatif guna memaksimalkan keuntungan
pribadinya atau berperilaku oportunis.6
Teori keagenan memunculkan beberapa masalah keagenan hal tersebut
dikarenakan kondisi informasi yang tidak lengkap dan penuh ketidakpastian.
Masalah keagenan yang muncul yaitu adverse selection dan moral hazard.
Adverse selection yaitu kondisi yang menunjukkan posisi principal tidak
mendapatkan informasi yang cermat mengenai kinerja manajemen. Moral
Hazard adalah kondisi principal tidak mendapatkan kepastian bahwa agen
telah berupaya kerja dengan maksimal untuk kepentingan pemilik.7
Asimetri informasi dan konflik kepentingan dapat mendorong manajer
untuk menyajikan informasi yang tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya
kepada principal. Apalagi jika informasi tersebut berkaitan dengan
pengukuran kinerja agent atau manajer. Asimetri informasi dan perilaku
oportunistik menjadi salah satu faktor manager dalam melakukan
manajemen laba dengan tujuan untuk menyesatkan pemilik atau pemegang
saham mengenai kinerja ekonomi perusahaan. Konflik keagenan dapat
mengakibatkan manajer mempunyai peluang untuk melaporkan laba yang
tidak semestinya atau memanipulasi laba yang dapat menyebabkan nilai
perusahaan berkurang di masa depan.8
6 Dedhy Sulistiawan, Yeni Januarsi, dan Liza Alvia, Creative Accounting:
Mengungkapkan Manajemen Laba dan Skandal Akuntnasi (Jakarta: Salemba Empat, 2011), 31. 7 Harmono, Manajemen Keuangan Berbasis Balanced Scorecard (Jakarta: Bumi Aksara,
2017), 3. 8 Riza Ramadhan, “Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Manajemen Laba Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Tercatat Di Bei,” SNAPER-EBIS, (ISBN : 978-602-5617-01-0,
2017), 465.
14
2. Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP)
Bank wajib membentuk penyisihan penghapusan aktiva produktif
(PPAP) terhadap aset produktif dan aset non produktif. Pencadangan
sebagai alat yang digunakan manajer bank untuk memenuhi aturan Bank
Indonesia. Penyisihan penghapusan aktiva produktif merupakan cadangan
yang diperkenankan oleh Bank Indonesia untuk menutupi resiko
pembiayaan bank. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No.
14/15/PBI/2012 mengenai penilaian aset bank umum, aset terdiri dari aset
produktif dan aset non produktif. Penyisihan penghapusan aktiva produktif
(PPAP) merupakan salah satu akun dalam perbankan yang memiliki peluang
untuk di manipulasi dalam nilai yang cukup besar.9
Menurut Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor. 31/148/1998,
penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) merupakan cadangan yang
harus dibentuk oleh bank sebesar persentase dari penggolongan kualitas
aktiva produktif. Aktiva produktif mempunyai kaitan langsung dengan inti
bank, maka dari itu ketika terjadi aktiva produktif bermasalah apalagi macet
maka akan menurunkan kinerja bank secara sangat signifikan. Aktiva
produktif menjadi obyek utama bagi manajer untuk melakukan manajemen
laba.
Bank Indonesia mewajibkan bank syariah untuk membentuk cadangan
penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) sekurang-kurangnya
sebesar 1% dari seluruh aset produktif yang digolongkan lancar (tidak
9 Putri Sariati dan Aan Marlinah, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi PPAP Pada Bank
Syariah dan Bank Konvensional.” Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 17 No. 1 (ISSN: 1410-9875,
2015), 48.
15
termasuk sertifikat wadiah Bank Indonesia dan surat utang Pemerintah).
Selain itu bank syariah juga diwajibkan untuk membentuk cadangan khusus
seperti dalam pasal dua ayat tiga pada PBI Nomor 5/9/PBI/2003 tentang
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) Bagi Bank Syariah.
Tata-cara pembentukan penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP)
dijelaskan dalam PBI No. 5/9/PBI/2003 sebagai berikut10
:
a. Cadangan umum PPAP ditetapkan oleh Bank Indonesia dibentuk
sekurang-kurangnya sebesar 1% dari seluruh aktiva produktif yang
digolongkan lancar, tidak termasuk SWBI dan surat utang pemerintah.
b. Cadangan khusus PPAP ditetapkan sekurang-kurangnya sebesar :
1) 5% dari aktiva produktif dalam perhatian khusus
2) 15% dari aktiva produktif yang tergolong kurang lancar setelah
dikurangi nilai agunan.
3) 50% dari aktiva produktif yang diragukan setelah dikurangi nilai
agunan.
4) 100% dari aktiva produktif yang tergolong macet setelah dikurangi
nilai agunan.
c. Cadangan khusus PPAP untuk piutang ijarah ditetapkan 50% dari
masing-masing kewajiban pembentukan Penyisihan penghapusan aktiva
produktif yang tergolong dalam perhatian khusus, kurang lancar,
diragukan, dan macet.
10
Rizky Syahfandi, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perataan Laba Penyisihan
Penghapusan Aktiva Produktif : Praktik Manajemen Laba Pada Perbankan Syariah Di Indonesia,”
Skripsi (Semarang: Universitas Diponegoro, 2012), 29.
16
Besarnya penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) yang
dibentuk oleh bank ditentukan oleh Perarturan Bank Indonesia, namun
manajer diperbolehkan untuk membentuk cadangan penyisihan
penghapusan aktiva produktif (PPAP) melebihi ketentuan cadangan wajib.11
Sariati dan Marlinah mengemukakan bahwa, penyisihan penghapusan aktiva
produktif (PPAP) merupakan komponen pembentuk modal dan komponen
pretax income yang berpengaruh terhadap laba, maka memiliki potensi
untuk dimanipulasi oleh manajer.12
Sehingga hal ini dapat mengindikasi
terjadinya manajemen laba melalui penyisihan penghapusan aktiva
produktif (PPAP).
Penggunaan PPAP bertujuan sebagai alat penerapan prinsip kehati-hatian
(prudential banking). Perubahan jumlah PPAP pada dasarnya bertujuan
untuk perataan laba yang dapat menimbulkan risiko kerugian bagi bank
apabila prediksinya meleset. Penggunaan PPAP untuk perataan laba didasari
atas fakta bahwa perubahan terhadap PPAP tidak menimbulkan dampak
terhadap arus kas sehingga arus kas tidak terpengaruh, serta jika PPAP
mengalami perubahan, akan berpengaruh pada nilai laba bersih yang
dihasilkan dan jumlah pajak yang dibayarkan.
PPAP dibentuk sebagai salah satu akun kontra aset yang menunjukkan
jumlah kerugian yang mungkin terjadi atas saldo pembiayaan bank. Dalam
laporan keuangan PPAP dicantumkan dalam laporan laba rugi sebagai salah
satu beban bank pada tiap periode. PPAP memiliki nilai yang signifikan
11
Putri Sariati dan Aan Marlinah, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi PPAP Pada Bank
Syariah dan Bank Konvensional,” 47. 12
Ibid.
17
dalam laporan keuangan dan menjadi area yang memiliki potensi untuk
dimanipulasi oleh para manajer. Penyisihan penghapusan aktiva produktif
dapat diihitung dengan :
( )
3. Manajemen Laba
a. Pengertian manajemen laba
Perarturan system penilaian kesehatan dapat membuat perusahaan
perbankan untuk lebih berupaya dalam memenuhi kriteria Bank Indonesia.
Perbankan dalam rangka memenuhi ketentuan yang ditetapkan Bank
Indonesia salah satunya dengan melakukan manajemen laba. Menurut
Novita (2012) timbulnya manajemen laba didorong dengan adanya motif
meningkatkan kinerja bank.13
Manajemen laba adalah tindakan manajer dengan mengambil keputusan
tertentu dalam pelaporan keuangan untuk menyesatkan pemegang saham
tentang kinerja ekonomi yang dilaporkan perusahaan. Manajemen laba
(earnings management) merupakan pilihan yang diambil oleh manajer
dalam kebijakan akuntansi yang digunakan untuk mencapai tujuan
tertentu.14
Menurut Sulistyanto (2008) manajemen laba merupakan upaya
yang dilakukan manajer perusahaan untuk mempengaruhi informasi dalam
laporan keuangan untuk mengelabui para pemegang saham terkait kinerja
dan kondisi perusahaan.
13
Novita Senja Kartika Sari, “Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Manajemen Laba
pada perusahaan Go Public Tahun 2007-2011” . JURNAL AKUNTIANSI, Vol. 1 No. 1, (Agustus,
2012). 14
Sri Sulistyanto, Manajemen Laba : Teori dan Model Empiris, 5.
18
Berdasarkan beberapa definsi disimpulkan bahwa manajemen laba
adalah tindakan yang dilakukan oleh manajer dalam mempermainkan
angka dalam laporan keuangan untuk mengelabui para pemegang saham
mengenai kinerja bank. Manajemen laba timbul dari masalah keagenan
karena adanya pemisahan peran atau konflik kepentingan antara pemilik
(pemegang saham) dengan pengelola (manajemen) perusahaan. Menurut
Healy dan Wahlen (1998)15
manajemen laba timbul ketika manajer
menggunakan keputusan tertentu dalam pelaporan keuangan untuk
menyesatkan pemilik atau pemegang saham tentang kinerja ekonomi yang
diperoleh perusahaan.
b. Motif manajemen laba
Menurut Jian dalam Slamet Haryono (2008)16
manajer melakukan
manajemen laba melalui penyisihan penghapusan aktiva produktif
dipengaruhi oleh beberapa motif yang dikategorikan menjadi dua yaitu :
1) Signaling Hypothesis
Motif signaling membawa dampak yang baik bagi pemakai laporan
keuangan. Motif ini menjelaskan manajer melakukan manajemen laba
akuntansi untuk mengkomunikasikan terkait kondisi fundamental
perusahaan saat ini dan prospek kinerja dimasa mendatang serta
sebagai pengambil keputusan untuk para stakeholder. Manajer dapat
15
Ibid., 15. 16
Slamet Haryono, “Pengaruh Motif Opportunistic, Signaling Dan Capital Regulation
Terhadap Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif,” Disertasi (Semarang: Universitas
Diponegoro, 2008), 103.
19
mengestimasi secara baik laba masa datang dan diinformasikan
kepada investor atau pemakai laporan keuangan lainya.17
2) Opportunistic behavior hypothesis
Sikap opportunistic manajer mungkin dapat merugikan pemakai
laporan keuangan karena informasi yang disampaikan oleh manajer
menjadi tidak akurat dan juga tidak menggambarkan nilai fundamental
perusahaan. Sikap oportunis ini dinilai sebagai sikap curang manajer
perusahaan yang diimplikasikan dalam laporan keuangannya pada saat
menghadapi intertemporal choice. Intertemporal choice yaitu suatu
kondisi yang memaksa eksekutif tersebut menggunakan keputusan
tertentu dalam melaporkan kinerja yang menguntungkan bagi dirinya
sendiri ketika menghadapi situasi tertentu.18
Kesimpulannya sikap opportunistic merupakan motif keinginan
manajer untuk melakukan manajemen laba. Menurut Indra (2013)
manajer dapat bertindak opportunis jika kinerja perusahaan buruk,
manajer akan melakukan manajemen laba dengan menaikkan laba
akuntansi guna menyembunyikan kinerja yang buruk, dan sebaliknya
bila perusahaan dalam kinerja baik, maka manajer menurunkan laba
akuntansinya untuk menunda kinerja yang baik.19
Kinerja dapat
tercermin dari profitabilitas perusahaan. Profitabilitas merupakan
kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan. Profitabilitas
17
Jasman, “Manajemen Laba: Bukti Empiris pada perusahaan perbankan,” 2. 18
Ibid. 19
Indra Setya Prasavita Amertha, “Pengaruh Return On Asset Pada Praktik Manajemen
Laba Dengan Moderasi Corporate Governance.” Jurnal Akuntansi, Vol. 4 No. 2 (ISSN: 2302-
8556, 2013), 3.
20
dapat diukur dengan Return on assets (ROA). Return on assets (ROA)
mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba.20
Jadi
manajer melakukan manajemen laba dipengaruhi oleh motif
opportunistic manajer karena return on assets perusahaan rendah.
Slamet Haryono (2008) menyebutkan beberapa keinginan manajer
atau tindakan opportunistic manajer yang mempengaruhi terjadinya
manajemen laba melalui penyisihan penghapusan aktiva produktif21
:
a) keinginan mempengaruhi persepsi pemakai informasi keuangan
yang dilaporkan supaya memberikan penilaian lebih baik
b) keinginan meningkatkan kompensasi eksekutif
c) mengurangi pengorbanan politik (political cost)
d) memenuhi persyaratan memperoleh pinjaman (debt covenant)
e) memenuhi persyaratan regulasi, misalkan regulasi permodalan.
Regulasi permodalan diproksikan dengan nilai rasio kecukupan
modal atau capital adequacy ratio (CAR) karena merupakan rasio
dalam penilaian kondisi permodalan dan kesehatan bank.22
Regulasi permodalan atau rasio kecukupan modal merupakan cara
untuk mewujudkan praktek bank yang benar dan sehat sesuai
dengan ketentuan Bank Indonesia. Capital adequacy ratio (CAR)
adalah rasio kecukupan modal yang menunjukkan kemampuan
suatu bank dalam menutupi penurunan aktiva yang mengandung
20
Mamhud dan Abdul, Analisis Laporan Keuangan (Yogyakarta: UPP AMP YKPN,
2005), 165. 21
Slamet Haryono, “Pengaruh Motif Opportunistic, Signaling Dan Capital Regulation
Terhadap Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif,” 103. 22
Ibid., 148.
21
risiko.23
Penurunan nilai CAR mempengaruhi tindakan opportunis
manajer melakukan manajemen laba dalam suatu bank.
f) mempertahankan jabatannya yang bentuknya tidak semata-mata
berupa manfaat moneter tetapi juga non moneter mendapatkan
dana segar baru dari hutang baru atau tabungan bank
g) meningkatkan kesejahteraan (nilai saham) pemilik perusahaan.
h) tujuan insider stocks trading.
c. Pola manajemen laba
Pola manajemen laba menurut Scott dalam Dedhy Sulistiawan (2011)
secara umum terbagi menjadi empat pola manajemen laba24
:
1) Taking Bath (Cuci Bersih)
Pola ini terjadi pada saat adanya reorganisasi. Pola ini dilakukan
dengan cara mengatur laba dengan menaikan laba menjadi sangat
tinggi atau menurunkan laba perusahaan tahun berjalan dibandingkan
tahun sebelumnya atau tahun berikutnya. Tindakan ini diharapkan
dapat meningkatkan laba di masa datang karena terjadi penurunan pada
periode masa depan.
2) Income Minimization (Menurunkan Laba)
Pola ini dilakukan pada saat perusahaan sedang mengalami tingkat
profitabilitas yang tinggi. Pola ini dilakukan dengan membuat laba
periode tahun berjalan menjadi lebih rendah dari laba sebenarnya. Pola
23
Luh Made Dwi Parama Yogi dan I Gusti Ayu Eka Damayanthi, “Pengaruh Arus Kas
Bebas, Capital Adequacy Ratio dan Good Corporate Governance Pada Manajemen Laba.” Jurnal
Akuntansi, Vol. 15 No. 2 (ISSN: 2302-8556 , 2016), 1061. 24
Dedhy Sulistiawan, Yeni Januarsi, dan Liza Alvia, Creative Accounting:
Mengungkapkan Manajemen Laba, 40.
22
ini bermanfaat jika pada periode yang akan datang terjadi penurunan
laba drastis dapat diatasi dengan mengambil laba simpanan.25
3) Income Maximization (Menaikkan Laba)
Pola dilakukan dengan cara mengambil laba dari laba simpanan
pada periode sebelumnya atau dengan menarik laba periode yang akan
mendatang dan menjadikan laba tahun berjalan menjadi lebih tinggi
dari laba sebenarnya. Pola ini dilakukan manajer untuk melaporkan net
income untuk tujuan memperoleh bonus yang lebih besar. Pola ini
dilakukan oleh perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian
hutang.
4) Income Smoothing (Perataan Laba)
Pola ini dilakukan dengan cara meratakan laba antar periode yang
dilaporkan dengan tujuan pelaporan eksternal bagi investor. Pola ini
adalah pola yang paling banyak diminati pada pola manajemen laba.
Pola ini bertujuan untuk mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar
agar laba stabil karena investor lebih menyukai laba yang relative
stabil.26
4. Rasio Kecukupan Modal (Capital Adequacy Ratio)
Rasio kecukupan modal berkaitan dengan prinsip kehati-hatian. Tingkat
kecukupan modal bank dinyatakan dalam suatu indicator rasio yaitu capital
adequacy ratio (CAR). Rasio Kecukupan Modal atau capital adequacy
25
Ibid., 41. 26
Ayu Susanti, “Pengaruh Asimetri Informasi, Ukuran Perusahaan, Kepemilikan
Manajerial, Dan Capital Adequacy Ratio Terhadap Manajemen Laba.” JOM Fekon, Vol. 3 No. 1
(Februari, 2016), 482.
23
ratio (CAR) adalah rasio kinerja bank yang berkaitan dengan modal yang
dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung dan menghasilkan
unsur risiko, misalnya pemberian pembiayaan.27
Capital adequacy ratio
(CAR) merupakan kinerja bank yang menunjukkan kemampuan bank dalam
mempertahankan kecukupan modal dan kemampuan manajemen dalam
mengidentifikasi, mengawasi, dan mengontrol risiko yang timbul dan
berpengaruh terhadap modal.
Kecukupan modal bank yang memadai sebagai cerminan untuk
melindungi bank dari risiko yang bisa jadi timbul dan kerugian yang tidak
terduga, serta mendukung pertumbuhan diamasa depan. Modal dimiliki
bank memilliki fungsi yang besar dalam pembiayaan operasi dan ekspansi
usaha, serta untuk mengantisipasi risiko yang timbul. Capital adequacy
ratio (CAR) juga berfungsi sebagai modal yang harus dimiliki oleh bank
untuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap kinerjanya.28
Koosrini
(2010) menyatakan bahwa suatu perbankan harus memenuhi kriteria capital
adequacy ratio (CAR) minumun yang ditetapkan Bank Indonesia, sehingga
diketahui bahwa perbankan mempunyai regulasi yang lebih ketat
dibandingkan dengan industri lain.29
Rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) dapat
diukur dengan dua cara yaitu:
27
Zubairi Hasan, Undang-Undang Perbankan Syariah: Titik Temu Hukum Islam (Jakarta:
Rajawali Pers, 2009), 66. 28
Luh Made Dwi Parame Yogi, , “Pengaruh Arus Kas Bebas, Capital Adequacy Ratio
dan Good Corporate Governance Pada Manajemen Laba.” 1060. 29
Koosrini, “Pengaruh Rasio Camel Terhadap Praktik Manajemen Laba di Bank Umum
Syariah,” Skripsi (Semarang: Universitas Diponegoro, 2010), 35.
24
a) Membandingkan modal dengan dana pihak ketiga
Perhitungan tersebut menjelaskan bahwa rasio modal atas simpanan
cukup dengan 10%, dan dengan rasio ini permodalan bank dianggap
sehat.
b) Membandingkan modal dengan aktiva berisiko
Risiko dari aktiva tertimbang menurut risiko adalah risiko penyaluran
dana, risiko pasar (market risk), dan risiko nilai tukar (foreign exchange
risk).30
Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/12/PBI/2013, bank dinyatakan
sehat jika memiliki capital adequacy ratio (CAR) minimum 8 persen. Bank
wajib menyediakan modal minimum sebesar 8 persen dari aktiva tertimbang
menurut risiko dari kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah.31
Bank
Indonesia sebagai pemegang otoritas moneter menerapkan pengawasan
yang lebih intensif dalam menerapkan prinsip kehati-hatian dengan bank
yang nilai capital adequacy ratio (CAR) dibawah 8 persen untuk segera
memperbaiki kondisi permodalannya jika tidak ingin dilikuidasi oleh Bank
Indonesia agar bank-bank tidak melanggar ketentuan dari prinsip kehati-
hatian.
30
Zubairi Hasan, Undang-Undang Perbankan Syariah, 67. 31
Ibid.
25
Capital Adequacy Ratio (CAR) dalam suatu bank jika mengalami
penurunan akan menyebabkan manajer memiliki inisiatif untuk melakukan
manajemen laba agar tidak melanggar ketentuan dari Bank Indonesia.
Apabila capital adequacy ratio (CAR) dalam keadaan meningkat akan
meningkatkan penilaian para investor dan masyarakat terhadap bank
tersebut.32
Cara penilaian Bank Indonesia sebagai pengawas semua bank
yang ada di Indonesia menerapkan penilaian berdasarkan pada laporan
keuangan. Maka dari itu manajer melakukan tindakan manajemen laba agar
perusahaan memenuhi kriteria Bank Indonesia.
5. Return On Assets (ROA)
Menurut Wisnu Arwindo Irawan (2013) profitabilitas merupakan
indicator kinerja manajemen dalam mengelola kekayaan perusahaan yang
ditunjukkan pada laba yang dihasilkan perusahaan.33
Profitabilitas
merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba. Return on assets (ROA) menjadi salah satu indicator
untuk mengukur profitabilitas. Return on assets (ROA) mengukur
kemampuan bank dalam mengembalikan laba yang dihasilkan dengan aktiva
yang dimiliki.
Return on assets (ROA) diterjemahkan dalam bahasa Indonesia yaitu
sebagai rentabilitas ekonomi yang mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba periode tertentu dan sebagai proyeksi untuk melihat
kemampuan perusahaan pada masa datang. Return on assets (ROA) dalam
32
Ayu Susanti, “Pengaruh Asimetri Informasi, Ukuran Perusahaan,” 485. 33
Wisnu Arwindo Irawan, “Analisis Pengaruh Kepemilikan Institusional, Leverage,” 24.
26
suatu bank jika semakin besar maka semakin besar pula tingkat keuntungan
yang dicapai dan semakin baik pula posisi bank dalam sisi penggunaan
aset.34
Return on assets (ROA) dapat diukur dengan :
Profit (laba) yang dihasilkan dan disajikan dalam laporan keuangan
menunjukkan kinerja pihak manajemen dalam mengelola kekayaan yang
dimiliki perusahaan. Laba berfungsi dalam mengukur efektifitas bersih dari
suatu operasi bisnis. Return on assets (ROA) yang tinggi menunjukkan
bahwa kinerja perusahaan baik dan pengawasan berjalan dengan baik,
sedangkan dengan tingkat return on assets yang rendah menunjukkan
bahwa kinerja perusahaan kurang baik, dan kinerja manajemen tampak
buruk di mata principal. Kinerja tersebut tercermin melalui profitabilitas
perusahaan.
Return on assets (ROA) merupakan salah satu dari motivasi metode
bonus plan hypothesis manajer melakukan tindakan manajemen laba. Return
on assets (ROA) dapat mempengaruhi manajer untuk melakukan suatu
tindakan manajemen laba. Return on assets (ROA) perusahaan yang rendah
akan memotivasi pihak manajemen melakukan tindakan manajemen laba.
Hal tersebut agar pihak manajemen perusahaan mendapatkan bonus atas
34
Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan Edisi Kedua (Bogor: Ghalia Indonesia,
2003), 118.
27
kinerjannya. Return on assets (ROA) atau profitabilitas yang tinggi
menimbulkan kepercayaan investor atas kinerja perusahaan.
Menurut Archibalt dalam Ketut Gunawan dan Dermawan (2015)
perusahaan yang memiliki return on assets (ROA) yang rendah cenderung
akan melakukan manajemen laba dalam bentuk perataan laba.35
Teori
keagenan juga menjelaskan apabila perusahaan berada dalam kinerja yang
buruk, manajer dapat bertindak opportunis dengan menaikkan laba untuk
menyembunyikan kinerja yang buruk dan sebaliknya bila perusahaan dalam
kinerja baik manajer bertindak opportunis dengan menurunkan laba
akuntansinya untuk menunda kinerja yang baik.36
Dalam teori tersebut
dikatakan bahwa manajer bertindak opportunis menaikkan dan menurunkan
laba.
B. Studi Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Peneliti Persamaan Perbedaan Hasil
1 Amertha
(2013)37
Terdapat variabel X
yaitu profitabilitas
(ROA) dan variabel
Y yaitu manajemen
laba.
Tidak terdapat
variabel X yaitu
Rasio kecukupan
modal. Terdapat
perbedaan tempat
penelitian.
Hasil penelitian
menunjukkan
bahwa ROA
berpengaruh
positif terhadap
manajemen laba.
35
Ketut Gunawan dan Surya Dermawan, “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas,
Dan Leverage Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia (Bei),” Jurnal Akuntansi, Vol. 3 No. 1 (2015), 3. 36
Indra Setya Prasavita Amertha, “Pengaruh Return On Asset Pada Praktik Manajemen
Laba Dengan Moderasi Corporate Governance.” Jurnal Akuntansi, Vol. 4 No. 2 (ISSN: 2302-
8556, 2013). 37
Ibid., 3.
28
2 Hardianti
(2017)38
Terdapat variabel X
yaitu Return on
assets dan variabel Y
yaitu penyisihan
penghapusan aktiva
produktif
Tidak terdapat
variabel X yaitu
capital adequacy
ratio (CAR)
Terdapat perbedaan
tempat penelitian.
Hasil penelitian
menunjukkan
bahwa ROA
berpengaruh
terhadap
penyisihan
penghapusan
aktiva produktif
3 Rinanti
(2012)39
Terdapat variabel X
yaitu rasio
kecukupan modal
(CAR) dan variabel
Y yaitu penyisihan
penghapusan aktiva
produktif
Tidak terdapat
variabel X yaitu
return on assets
(ROA). Terdapat
perbedaan tempat
penelitian.
Hasil penelitian
menunjukkan
bahwa CAR
berpengaruh
signifikan
terhadap
penyisihan
penghapusan
aktiva produktif.
4 Sariati dan
Marlinah
(2015)40
Terdapat varibel X
yaitu capital
adequacy ratio
(CAR) dan return on
assets (ROA). Serta
variabel Y yaitu
penyisihan
penghapusan aktiva
produktif
Terdapat perbedaan
tempat penelitian.
Hasil penelitian
menunjukkan
bahwa CAR
tidak
berpengaruh
terhadap PPAP
dan ROA
berpengaruh
terhadap PPAP.
5 Syahfandi
(2012)41
Terdapat variabel X
capital adequacy
ratio (CAR) dan
variabel Y yaitu
Tidak terdapat
variabel return on
assets (ROA)
Terdapat perbedaan
Hasil penelitian
menunjukkan
bahwa capital
adequacy ratio
38
Dina Hardianti, “Pengaruh Profitabilitas Dan Risiko Kredit Terhadap Penyisihan
Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) Dalam Praktek Manajemen Laba Pada Perusahaan
Perbankan Di Indonesia,” Tesis (Padang: Universitas Andalas, 2017). 39
Risna Rinanti, “Analisis Factor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyisihan Penghapusan
Aktiva Produktif (Studi Komparasi Bank Konvensional dan Bank Syariah Di Indonesia),”Jurnal
Bisnis Strategi, Vol. 21 No. 2 (Desember, 2012). 40
Putri Sariati dan Aan Marlinah, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi PPAP Pada Bank
Syariah dan Bank Konvensional.” Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 17 No. 1 (ISSN: 1410-9875,
2015). 41
Rizky Syahfandi, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perataan Laba Penyisihan
Penghapusan Aktiva Produktif : Praktik Manajemen Laba Pada Perbankan Syariah Di Indonesia,”
Skripsi (Semarang: Universitas Diponegoro, 2012).
29
penyisihan
penghapusan aktiva
produktif
tempat penelitian. (CAR) tidak
berpengaruh
terhadap
penyisihan
penghapusan
aktiva produktif
Penelitian ini mengkaji tema tentang “Pengaruh Rasio Kecukupan Modal
Dan Return On Assets Terhadap Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif
Pada Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2014-2018”. Berdasarkan
penelitian terdahulu terbukti bahwa penyisihan penghapusan aktiva produktif
dapat mengindikasi terjadinya manajemen laba. Penelitian ini pengembangan
dari penelitian sebelumnya dalam penelitian ini terdapat dua variabel
independen yaitu rasio kecukupan modal dan return on assets (ROA) dan
variabel dependen yaitu penyisihan penghapusan aktiva produktif. Penelitian
sebelumnya tentang penyisihan penghapusan aktiva produktif memakai teori
signaling berbeda dari penelitian sebelumnya. Selain itu peneliti juga
menggunakan data sekunder dengan cakupan yang lebih luas yaitu Bank
Umum Syariah di Indonesia dan rentang waktu yang lebih panjang yaitu
tahun 2014-2018.
C. Kerangka Pemikiran
Kerangka berpikir atau kerangka konseptual merupakan model konseptual
yang menjelaskan bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang
telah diidentifikasi sebagai suatu masalah yang penting. Kerangka berpikir
disusun berdasarkan tinjauan pustaka dan hasil penelitian yang relevan.
30
Berdasarkan landasan teori dan penelitian terdahulu mengenai pengaruh
antara variabel independen atau variabel X meliputi (Rasio Kecukupan Modal
dan Return On Assets) dengan variabel dependen atau variabel Y (Penyisihan
Penghapusan Aktiva Produktif), maka kerangka konseptual penelitian ini
yaitu sebagai berikut42
:
Gambar 2.1
Kerangka Berfikir
H1
H2
H3
Berdasarkan kerangka berfikir di atas maka diketahui bahwa jika rasio
kecukupan modal yang diproksi dengan capital adequacy ratio (CAR)
berpengaruh signifikan terhadap penyisihan penghapusan aktiva produktif.
Apabila dalam suatu perusahaan capital adequacy ratio (CAR) rendah maka
akan berpengaruh terhadap pembentukan penyisihan penghapusan aktiva
produktif yang lebih tinggi. Sebaliknya jika capital adequacy ratio (CAR)
dalam suatu perusahaan tinggi maka akan berpengaruh terhadap penurunan
penyisihan penghapusan aktiva produktif. Return on assets (ROA)
berpengaruh signifikan terhadap penyisihan penghapusan aktiva produktif.
Jika dalam suatu perusahaan return on assets (ROA) rendah maka akan
42
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung: ALFABETA
CV, 2016), 60.
Rasio Kecukupan
Modal (X1)
Return On Assets
(X2)
Penyisihan Penghapusan
Aktiva Produktif (Y)
31
berpengaruh terhadap meningkatnya pembentukan penyisihan penghapusan
aktiva produktif (PPAP). Sebaliknya jika return on assets (ROA) tinggi maka
akan berpengaruh terhadap penurunan pembentukan penyisihan penghapusan
aktiva produktif. Sedangkan jika capital adequacy ratio (CAR) dan return on
assets (ROA) rendah maka akan meningkatkan pembentukan penyisihan
penghapusan aktiva produktif (PPAP) dan sebaliknya. Demikian jadi capital
adequacy ratio (CAR) dan return on assets (ROA) secara bersama-sama
berpengaruh signifikan terhadap penyisihan penghapusan aktiva produktif.
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan suatu jawaban sementara atas pertanyaan penelitian.
Jawaban sementara maksudnya jawaban yang diberikan baru didasari pada
teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh
melalui pengumpulan data. Hipotesis yang baik, hipotesis yang harus dapat
diuji kebenarannya, melalui pengumpulan dan pengolahan data yang relevan.
Pengujian hipotesis membawa kepada kesimpulan untuk menerima hipotesis
atau menolak hipotesis.43
Berdasarkan landasan teori dan kerangka berfikir
diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :
1. Pengaruh Rasio Kecukupan Modal Terhadap Penyisihan Penghapusan
Aktiva Produktif
Rasio Kecukupan Modal atau Capital adequacy ratio (CAR) adalah
rasio kinerja bank mengenai modal yang dimiliki bank untuk menunjang
aktiva yang mengandung dan menghasilkan unsur risiko, misalnya
43
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, 64.
32
pemberian pembiayaan.44
Rasio kecukupan modal diproksi dengan capital
adequacy ratio (CAR). Capital Adequacy Ratio (CAR) dalam suatu bank
jika mengalami penurunan akan menyebabkan manajer memiliki inisiatif
untuk melakukan manajemen laba dengan membentuk penyisihan
penghapusan aktiva produktif (PPAP) lebih tinggi, agar tidak melanggar
ketentuan dari Bank Indonesia. Apabila capital adequacy ratio (CAR)
dalam keadaan meningkat akan meningkatkan penilaian para investor dan
masyarakat terhadap bank tersebut. Pernyataan ini didukung oleh penelitian
Risna Rinanti (2012) yang menyatakan bahwa capital adequacy ratio
(CAR) berpengaruh terhadap penyisihan penghapusan aktiva produktif,
semakin rendah capital adequacy ratio (CAR) maka akan meningkatkan
penyisihan penghapusan aktiva produktif. Maka peneliti mengajukan
hipotesis sebagai berikut :
Ha1 : CAR berpengaruh signifikan terhadap penyisihan penghapusan
aktiva produktif.
Ho1 : CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap penyisihan
penghapusan aktiva produktif.
2. Pengaruh Return On Assets Terhadap Penyisihan Penghapusan Aktiva
Produktif
Menurut Harahap dalam Dendi Purnama (2017) profitabilitas yaitu
kemampuan perusahaan memperoleh laba melalui kemampuan dan sumber
yang terdapat dalam perusahaan. Return on assets (ROA) menjadi salah satu
44
Ayu Susanti,“Pengaruh Asimetri Informasi, Ukuran Perusahaan, Kepemilikan
Manajerial, Dan Capital Adequacy Ratio Terhadap Manajemen Laba,” 484.
33
indicator untuk mengukur profitabilitas. Return on assets (ROA) mengukur
kemampuan bank dalam mengembalikan laba yang dihasilkan dengan aktiva
yang dimiliki. Return on assets (ROA) yang rendah akan memotivasi pihak
manajer melakukan tindakan manajemen laba dengan membentuk
penyisihan penghapusan aktiva produktif. Tindakan tersebut agar pihak
manajemen perusahaan mendapatkan bonus atas kinerjannya. Return on
assets (ROA) yang tinggi akan menimbulkan kepercayaan investor atas
kinerja perusahaan.45
Menurut Archibalt dalam Herni dan Yulius Kurnia Susanto (2008)46
perusahaan yang memiliki profitabilitas atau return on assets yang rendah
cenderung akan melakukan manajemen laba dalam bentuk perataan laba.
Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian Dina Hardianti (2017) yang
menyatakan bahwa return on assets (ROA) berpengaruh terhadap
penyisihan penghapusan aktiva produktif, semakin rendah return on assets
(ROA) akan meningkatkan pembentukan penyisihan penghapusan aktiva
produktif dan sebaliknya. Maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai
berikut :
Ha2 : ROA berpengaruh signifikan terhadap penyisihan penghapusan
aktiva produktif.
Ho2 : ROA tidak berpengaruh signifikan terhadap penyisihan
penghapusan aktiva produktif.
45
Dendi Purnama, “Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Ukuran Perusahaan, Kepemilikan
Institusional, dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Manajemen Laba,” 2. 46
Ketut Gunawan dan Surya Dermawan, , “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas,
dan Leverage Terhadap Manajemen Laba,” 3.
34
3. Pengaruh Rasio Kecukupan Modal dan Return On Assets Terhadap
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif
Menurut Jian dalam Slamet Haryono (2008) dipengaruhi oleh dua motif
untuk melakukan manajemen laba yaitu signaling hypothesis dan
opportunistic behavior hypothesis. Tindakan manajemen laba dipengaruhi
oleh motif opportunistic. Motif opportunistic yaitu motif keinginan manajer.
Peneliti mengambil variabel independen yaitu rasio kecukupan modal dan
return on assets (ROA) yang mempengaruhi terjadinya manajemen laba
dengan motif opportunistic.47
Rasio kecukupan modal diproksi dengan
capital adequacy ratio (CAR). Apabila capital adequacy ratio (CAR) dalam
perusahaan kecil maka akan memotivasi manajer melakukan manajemen
laba dengan membentuk penyisihan penghapusan aktiva produktif lebih
tinggi. Profitabilitas diproksikan dengan return on assets (ROA). Apabila
return on assets (ROA) dalam perusahaan rendah maka akan meningkatkan
manajemen laba dan sebaliknya.
Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian Sariati dan Marlinah
(2015) yang menyatakan bahwa capital adequacy ratio (CAR) dan return
on assets (ROA) berpengaruh terhadap penyisihan pnghapusan aktiva
produkif. Apabila capital adequacy ratio (CAR) dan return on assets
(ROA) perusahaan rendah maka akan meningkatkan pembentukan
penyisihan penghapusan aktiva produktif. Maka peneliti mengajukan
hipotesis sebagai berikut :
47
Slamet Haryono, “Pengaruh Motif Opportunistic, Signaling Dan Capital Regulation
Terhadap Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif,” 103.
35
Ha3 : CAR dan ROA berpengaruh signifikan terhadap penyisihan
penghapusan aktiva produktif.
Ho3 : CAR dan ROA tidak berpengaruh signifikan terhadap penyisihan
penghapusan aktiva produktif.
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Desain penelitan sama dengan rancangan penelitian yang pada
hakikatnya sebagai suatu strategi untuk mencapai tujuan penelitan dan
sebagai pedoman atau penuntun peneliti pada seluruh proses penelitan.1
Menurut Sandu Siyoto (2015) desain penelitan merupakan sebuah peta bagi
peneliti yang menuntun serta menentukan arah pada saat proses penelitan
secara benar dan tepat sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, tanpa
adanya desain penelitian yang benar seorang peneliti tidak akan dapat
melakukan penelitan dengan baik karena tidak mempunyai pedoman arah
yang jelas.2
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kuantitatif. Metode
penelitian kuantitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada
filsafat positivisme yang memandang bahwa realitis, gejala atau fenomena
diklasifikasikan dapat diukur dan diamati, digunakan untuk meneliti populasi
atau sampel tertentu dengan menggunakan instrumen penelitian dan analisis
data bersifat kuantitatif atau statistik yang bertujuan untuk menguji hipotesis.3
Pendekatan kuantitatif bertujuan untuk menguji teori, membangun fakta,
menunjukkan hubungan antar variabel, memberikan deskripsi statistic,
1 Sandu Siyoto dan Ali Sodik, Dasar Metodologi Penelitian (Yogyakarta: Literasi Media
Publishing, 2015), 98. 2 Ibid.
3 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D
(Bandung: Alfabeta, 2010), 8.
37
menaksir dan meramalkan hasilnya. Penelitian kuantitatif melihat hubungan
variabel terhadap obyek yang diteliti lebih bersifat sebab dan akibat, maka
dari itu dalam penelitiannya terdapat variabel independen dan dependen.
Variabel tersebut kemudian dicari seberapa besar pengaruh antara variabel
independen terhadap variabel dependen.
Penelitian ini untuk menguji pengaruh variabel X1 (Rasio Kecukupan
Modal) dan X2 (Return On Assets) terhadap Y (Penyisihan Penghapusan
Aktiva Produktif). Alasan dipilihnya jenis penelitian ini karena peneliti ingin
mengetahui seberapa besar pengaruh rasio kecukupan modal dan return on
assets terhadap penyisihan penghapusan aktiva produktif.
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel merupakan objek yang mempunyai variasi antara satu dengan
yang lainnya. Menurut Tia Mutiara, variabel adalah sesuatu yang menjadi
fokus perhatian yang memberikan pengaruh dan mempunyai nilai (value).4
Jadi variabel yaitu konsep yang memiliki variasi lain dan memiliki nilai.
Penelitian ini menggunakan variabel dependen (Y) yaitu penyisihan
penghapusan aktiva produktif dan variabel bebas (X1) yaitu rasio kecukupan
modal dan (X2) yaitu return on assets (ROA).
1. Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas
atau yang menjadi akibat. Variabel dependen, variabel terikat atau variabel
Y dalam penelitian ini yaitu penyisihan penghapusan aktiva produktif.
4 Sandu Siyoto dan Ali Sodik, Dasar Metodologi Penelitian, 51.
38
Penyisihan penghapusan aktiva produktif merupakan cadangan yang
diperkenankan oleh Bank Indonesia untuk menutupi resiko pembiayaan
bank. Penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) menjadi indicator
untuk mengindikasi terjadinya manajemen laba. Alasannya penyisihan
penghapusan aktiva produktif (PPAP) merupakan komponen pembentuk
modal dan komponen pretax income yang berpengaruh terhadap laba, maka
memiliki potensi untuk dimanipulasi oleh manajer. Cara menghitung nilai
PPAP yaitu :
2. Variabel Independen
Variabel independen dalam penelitian ini adalah rasio kecukupan modal
(XI) dan Return on assets (X2). Variabel independen atau variabel bebas
merupakan variabel yang mempengaruhi variabel terikat atau yang menjadi
sebab perubahannya dan timbulnya variabel terikat.
a. Rasio kecukupan modal (CAR)
Rasio kecukupan modal adalah rasio kinerja bank yang berkaitan
dengan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang
mengandung dan menghasilkan unsur risiko, misalnya pemberian
pembiayaan.5 Rasio kecukupan modal diproksikan dengan CAR. CAR
bertujuan untuk melindungi bank dari risiko dan kerugian yang timbul
dari aktivitas yang dilakukan. CAR merupakan kinerja bank yang
5 Ayu Susanti, “Pengaruh Asimetri Informasi, Ukuran Perusahaan, Kepemilikan
Manajerial, Dan Capital Adequacy Ratio Terhadap Manajemen Laba.” JOM Fekon, Vol. 3 No. 1
(Februari, 2016), 482.
39
menunjukkan kemampuan bank dalam mempertahankan kecukupan
modal. Rasio kecukupan modal (CAR) dapat dihitung dengan :
b. Return On Assets (ROA)
Return on assets (ROA) menjadi salah satu variabel independen
dalam penelitian ini. Return on assets (ROA) mengukur kemampuan
bank dalam mengembalikan laba yang dihasilkan dengan aktiva yang
dimiliki. Return on assets (ROA) dalam suatu bank jika semakin besar
maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai dan semakin
baik pula posisi bank dalam sisi penggunaan aset. Return on assets
(ROA) dapat dihitung dengan :
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi merupakan suatu kesatuan individu atau subyek pada wilayah
tertentu, waktu tertentu serta dengan kualitas tertentu yang akan
diamati/diteliti. Pengertian lain populasi adalah generalisasi yang terdiri atas
objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.
Dalam penelitian ini populasi atau objek penelitian yang dimaksud yaitu
seluruh Bank Umum Syariah (BUS) periode 2014-2018. Berdasarkan data
statistic OJK per Oktober 2019 terdapat 14 Bank Umum Syariah.
40
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Sampel ditentukan berdasarkan pertimbangan masalah,
tujuan, hipotesis, metode dan instrumen penelitian. Sampel diambil jika
populasi dalam ukuran besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari
semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga
dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel.6
Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive
sampling. Teknik penentuan sampel ini dengan pertimbangan atau kriteria
tertentu. Pemilihan sampel ini berdasarkan beberapa kriteria yaitu :
Tabel 3.1
Kriteria Pemilihan Sampel
No Kriteria Pemilihan Sampel Jumlah Bank
1. Bank Umum Syariah di
Indonesia
14
2. Bank Umum Syariah yang tidak
mempublikasikan laporan
keuangan secara lengkap selama
tahun 2014-2018
(2)
3. Bank Umum Syariah yang
laporan keuangannya selama
tahun 2014-2018 berturut-turut
merugi
(3)
4. Bank Umum Syariah yang telah
memenuhi kriteria dari sampel
9
Sumber : website masing-masing bank syariah
Berdasarkan kriteria maka sampel yang akan diolah dalam penelitian ini
yaitu 9 bank umum syariah dengan masing-masing data laporan keuangan
lima tahun selama 2014-2018 jadi data yang akan diolah sebanyak 45
6 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, 80-81.
41
observasi. Berikut daftar nama bank yang dijadikan sampel penelitian ini
yaitu :
Tabel 3.2
Sampel Penelitian
No Nama Bank Sumber Data
1. BRI Syariah www.brisyariah.co.id
2. BNI Syariah www.bnisyariah.co.id
3. Bank Syariah Mandiri www.syariahmandiri.co.id
4. Bank Muamalat www.bankmuamalat.co.id
5. Bank Mega Syariah www.megasyariah.co.id
6. BTPN Syariah www.btpnsyariah.co.id
7. Bukopin Syariah http://www.syariahbukopin.co.id/
8. Bank Jabar Banten
Syariah
www.bjbsyariah.co.id
9. BCA Syariah www.bcasyariah.co.id
Sumber: website bank syariah
D. Jenis Dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan jenis data sekunder. Data sekunder berasal
dari sumber informasi dari web, majalah dan jurnal yang perlu disusun dan
disinkronkan agar dapat meningkatkan kebenaran dan ketepatan.7 Data
sekunder memberikan jaminan tidak adanya manipulasi data yang dapat
mempengaruhi hasil penelitian.
Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu laporan keuangan
tahunan bank umum syariah selama 5 tahun dalam rentang 2014 s/d 2018
yang menjadi sampel penelitian. Laporan keuangan dapat diakses langsung
melalui website masing-masing sampel bank.
7 Noegroho Boedijoewono, Pengantar Statistika Ekonomi dan Bisnis (Yogyakarta: UPP
STIM YKPN, 2016), 12-13.
42
E. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data menjadi langkah yang paling strategis dalam penelitian,
karena tujuan utama penelitian adalah mendapatkan data. Pengumpulan data
dilihat dari sumbernya dapat menggunakan sumber primer dan sumber
sekunder. Sumber primer adalah data yang langsung diterima dari sumber
data (responden/sampel/informan). Sedangkan sumber sekunder adalah data
yang tidak langsung diterima dari sumber data.8 Metode pengumpulan data
dalam penelitian dapat diperoleh dengan beberapa cara diantaranya yaitu tes,
wawancara, kuesioner, observasi, dokumentasi, dan gabungan ketiganya.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan
cara :
1. Metode dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data yang berkaitan dengan variabel
yang akan diteliti bisa berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,
notulen rapat, agenda, dan sebagainya. Metode dalam penelitian ini
dilakukan dengan cara mengumpulkan laporan keuangan dari sumber data
yang telah dijelaskan sebelumnya.9
2. Metode Observasi
Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, yang tersusun dari
berbagai proses biologis dan psikologis. Pengumpulan data dengan
observasi memiliki ciri yang spesifik jika dibandingkan dengan teknik yang
lain, karena observasi tidak terbatas pada orang sebagai responden tetapi
8 Eri Barlian, Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantiitatif (Padang: Sukabina Press,
2016),42. 9 Sandu Siyoto dan Ali Sodik, Dasar Metodologi Penelitian, 78.
43
pada objek alam yang lain. Teknik observasi ini digunakan jika penelitian
berkenaan dengan manusia, proses kerja, gejala-gejala alam, dan bila
responden yang diamati tidak terlalu luas.10
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik observasi untuk
mengamati rasio kecukupan modal, return on assets, dan penyisihan
penghapusan aktiva produktif bank umum syariah selama 5 tahun pada
tahun 2014-2018.
F. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Teknik analisis data diarahkan dalam penelitian kuantitatif digunakan
untuk menjawab rumusan masalah yang telah ditentukan. Data penelitian ini
adalah kuantitatif, maka analisis data menggunakan metode statistik melalui
program IBM SPSS Statistic 21. Data yang telah dikumpulkan kemudian
diolah dengan beberapa tahapan analisis. Beberapa analisis-analisis untuk
pengujian data sebagai berikut :
1. Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan bertujuan untuk mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa
menarik kesimpulan atau generalisasi.11
Statistik deskriptif memberikan
gambaran atau deskripsi suatu data yang dapat dilihat dari nilai rata-rata
(mean), standar deviasi, varian, maksimum, dan minimum. Penyajian data
dalam statistika deskriptif dilakukan dalam bentuk tabel dan grafik.
10
Eri Barlian, Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantiitatif, 54. 11
Rochmat Aldy Purnomo, Analisis Statistik Ekonomi Dan Bisnis Dengan SPSS
(Ponorogo: WADE Group, 2016), 17.
44
2. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan bertujuan untuk mengetahui kelayakan
penggunaan model regresi dalam penelitian ini. Pengujian ini dilakukan
dengan menguji heteroskedastisitas, uji normalitas, uji multikolinieritas, dan
uji autokorelasi untuk menguji kevalidan data.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi nilai residual yang dihasilkan dari regresi terdistribusi secara
normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah nilai residual yang
dihasilkan terdistribusi secara normal. Residual berdistribusi normal dapat
dideteksi dengan uji statistic atau dengan uji One Sample Kolmogorov
Smirnov. Dengan ketentuan jika nilai sig>0,05 maka dinyatakan bahwa
data berdistribusi normal. Sedangkan jika sig>0,05 maka dinyatakan
bahwa data tidak berdistribusi normal.12
b. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi linear terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya).
Autokorelasi merupakan korelasi antara anggota observasi yang disusun
menurut waktu atau tempat. Model regresi yang baik seharusnya tidak
terjadi autokorelasi. Metode pengujian menggunakan uji Durbin-Watson
(DW test). Jika terjadi kolerasi, maka dinamakan ada masalah atau
12
Ibid., 108.
45
problem autokolerasi. Autokolerasi muncul karena observasi yang kurang
berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya.13
Kriteria
pengujian auto korelasi menggunakan Durbin-watson yaitu sebagai
berikut :
1) Jika DU<DW<4–DU maka artinya tidak terjadi autokorelasi
2) Jika DW<DL maka artinya terjadi auto korelasi positif
3) Jika DW>4–DL maka artinya terjadi autokorelasi negatif
4) Jika DL< DW<DU atau 4–DU<DW<4–DL, artinya tidak ada
kepastian atau kesimpulan yang pasti.
c. Uji Multikolinieritas
Multikolinearitas artinya antar variabel independen yang terdapat dalam
model regresi memiliki hubungan linear yang sempurna atau mendekati
sempurna (koefisien korelasinya tinggi atau bahkan 1). Uji
multikolonieritas bertujuan untuk menguji model regresi yang ditemukan
apakah terdapat korelasi. Model regresi yang seharusnya tidak terjadi
korelasi di antara variabel independen.14
Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris
sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independen banyak
yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen, Menganalisis
matrik korelasi variabel-variabel independen. Jika antar variabel
independen ada korelasi yang cukup tinggi (di atas 0.090), maka hal ini
merupakan indikasi adanya multikolonieritas, Multikolonieritas dapat juga
13
Ibid., 123. 14
Rochmat Aldy Purnomo, Analisis Statistik Ekonomi Dan Bisnis Dengan SPSS
(Ponorogo: WADE Group, 2016), 116.
46
dilihat dari nilai tolerance dan lawannya serta variance inflation factor
(VIF). Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih
dan tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Nilai tolerance
yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/Tolerance).
Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya
multikolonieritas adalah nilai tolerance ≤ 0.10 atau sama dengan nilai VIF
≤ 10.15
d. Uji Heteroskedastisitas
Heterokedastisitas adalah varian residual yang tidak sama pada semua
pengamatan di dalam model regresi. Regresi yang baik yang tidak terjadi
heteroskedastisitas. Jika variance dari residual satu pengamatan ke
kepengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda
disebut heteroskedastisitas.
Dalam penelitian ini Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan metode
glejser. Apabila nilai signifikansi lebih dari 0,05 antara variabel
independent dengan nilai absolut residual, maka tidak terjadi masalah
heteroskedatisitas. Metode glejser dinotasikan sebagai berikut16
:
│e│= b1 + b2x2 + v
Keterangan:
│e│ = Nilai absolute dari yang dihasilkan dari regresi model
b = Koefisien
x = Variabel penjelas
15
Ibid. 16
Adryan Setyadharma, Uji Asumsi Klasik dengan SPSS 16.0, (Semarang: Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Semarang, 2010), 8.
47
3. Uji Regresi Berganda
Setelah dilakukan pengujian asumsi klasik, pengujian hipotesis dilakukan
menggunakan analisis regresi berganda. Analisis regresi linier berganda
bertujuan untuk mengetahui pengaruh atau hubungan secara linear antara
dua atau lebih variabel independen dengan satu variabel dependen.17
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk meneliti pengaruh variabel
bebas terhadap variabel terikat serta menunjukkan arah hubungan variabel-
variabel tersebut. Analisis regresi digunakan untuk mengetahui pengaruh
rasio kecukupan modal dan return on assets terhadap penyisihan
penghapusan aktiva produktif, serta untuk menguji kebenaran hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini. Model regresi dalam penelitian ini yaitu
sebagai berikut :
Yit = ait - b1X1it - b2X2it + e
Keterangan :
Yit : Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif
a : Konstanta
b1, b2 : Koefisien regresi variabel X1 dan X2
X1 : Rasio kecukupan modal
X2 : Return On Assets
e : Standar error
17
Ibid., 161.
48
4. Uji Hipotesis
a. Uji t
Uji statistik t digunakan untuk mengukur seberapa jauh pengaruh
variabel independen atau bebas secara individual dalam menerangkan
variabel dependen terkait. Apabila nilai probabilitas signifikansinya lebih
kecil dari 0.05 maka suatu variabel independen berpengaruh terhadap
variabel dependen. Jika nilai t hitung > dari t tabel maka dapat dinyatakan
bahwa variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Jika
nilai t hitung < dari t tabel maka dapat dinyatakan bahwa variabel
independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.18
b. Uji F
Uji simultan digunakan untuk mengukur pengaruh variabel bebas secara
bersama terhadap variabel terikat dengan menggunakan nilai probabilitas
(sig). Signifikasi model regresi secara simultan diuji dengan melihat nilai
sig, jika nilai sig dibawah 0.05 maka varaibel independen berpengaruh
terhadap variabel dependen.19
Kriteria pengujian simutan pada skripsi ini
yaitu jika F hitung < F tabel maka tidak ada pengaruh secara simultan
antara variabel independen terhadap variabel dependen sedangkan jika F
hitung > F tabel maka ada pengaruh secara simultan antara variabel
independen dengan variabel dependen.
18
V. Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian: Bisnis & Ekonomi (Yogjakarta:
PUSTAKABARU PRESS , 2015), 229. 19
Ibid., 228.
49
c. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi sebagai suatu alat untuk mengetahui sejauh mana
tingkat hubungan atau pengaruh antara variabel X dan Y.20
Koefisien
determinasi dinotasikan dengan R2 yang merupakan suatu ukuran yang
penting dalam suatu regresi. Tujuan dari analisis ini untuk menghitung
besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Nilai
R2 menunjukkan seberapa besar proporsi dari total variasi variabel
independen sebagai penjelas variabel dependen. Semakin tinggi nilai R2
maka semakin besar proporsi dari total variasi variabel dependen yang
dapat dijelaskan oleh variabel independen.21
Nilai koefisien determinasi
terletak antara 0 dan 1. Nilai determinasi nol berarti kemampuan variabel
X dalam menjelaskan Y amat terbatas. Nilai determinasi yang mendekati
satu berarti variabel X memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variabel Y.
20
Noegroho Boedijoewono, Pengantar Statistika Ekonomi dan Bisnis, 247. 21
V. Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian: Bisnis & Ekonomi, 228.
50
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu penyisihan penghapusan
aktiva produktif (PPAP) sebagai variabel dependen, serta rasio kecukupan
modal dan return on assets (ROA) sebagai variabel independen. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis pengaruh rasio kecukupan modal dan return on
assets (ROA) terhadap penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP).
Populasi dalam penelitian ini terdiri dari seluruh Bank Umum Syariah di
Indonesia dengan laporan keuangan selama periode tahun 2014-2018.
Berdasarkan data statistic OJK per Oktober 2019 terdapat 14 Bank Umum
Syariah.
Penentuan sampel penelitian ini dengan menggunakan teknik purposive
sampling. Teknik purposive sampling adalah suatu teknik penentuan sampel
dengan pertimbangan atau kriteria tertentu. Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah laporan keuangan tahunan (annual report) dengan
kriteria Bank Umum Syariah yang memiliki data lengkap yang dibutuhkan
dalam penelitian ini dan dipublikasikan oleh website resmi masing-masing
bank pada tahun 2014-2018 serta Bank Umum Syariah yang dalam laporan
keuangannya selama tahun 2014-2018 tidak menunjukkan rugi. Sampel yang
digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 9 Bank Umum Syariah yang telah
memenuhi kriteria dijadikan sebagai sampel. Berikut daftar nama bank yang
dijadikan sampel penelitian ini yaitu :
51
Tabel 4.1
Sampel Penelitian
No Nama Bank
1. BRI Syariah
2. BNI Syariah
3. Bank Syariah Mandiri
4. Bank Muamalat
5. Bank Mega Syariah
6. BTPN Syariah
7. Bank Bukopin Syariah
8. Bank Jabar Banten Syariah
9. BCA Syariah
Adapun deskripsi sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bank Bukopin Syariah
PT Bank Syariah Bukopin selanjutnya disebut Perseroan sebagai bank
yang beroperasi dengan prinsip syariah yang bermula dengan diakuisisinya
PT Bank Persyarikatan Indonesia (sebuah bank konvensional) oleh PT Bank
Bukopin proses akuisisi tersebut berlangsung secara bertahap sejak 2005
hingga 2008. PT Bank Bukopin pada tahun 2008 setelah memperolah izin
kegiatan usaha bank secara resmi mulai efektif beroperasi tanggal 9
Desember 2008.1 Bank Syariah Bukopin didirikan dengan modal dasar
sebesar Rp1.000.000.000.000 yang kemudian pada agustus 2014 menambah
kepemilikan sahamnya dengan memberikan setoran modal sebesar
Rp100.000.000.000. Penambahan modal berpengaruh dalam meningkatkan
persentase kepemilikan PT Bank Bukopin dari 83,397% pada 2013 menjadi
86,821%. Total modal disetor Perseroan juga meningkat menjadi
Rp650.370.000.000.
1 Bank Bukopin Syariah, Annual Report, http://www.syariahbukopin.co.id/, (diakses pada
tanggal 14 Desember 2019, 21.00).
52
2. Bank Mega Syariah
Bank Mega Syariah pada awalnya dikenal sebagai PT Bank Umum Tugu
yaitu bank umum yang didirikan pada 14 Juli 1990 kemudian diakuisisi oleh
CT Corpora melalui Mega Corpora dan PT Para Rekan Investama pada
2001. Perubahan kegiatan usaha pada tanggal 27 Juli 2004 yang semula
bank umum konvensional menjadi bank umum syariah dengan nama PT
Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI) serta dilakukan perubahan logo
untuk meningkatkan citranya di masyarakat sebagai lembaga keuangan yang
dapat dipercaya. Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI) resmi beroperasi
pada tanggal 25 Agustus 2004. Hampir tiga tahun kemudian, pada 7
November 2007, pemegang saham memutuskan untuk merubah logo BSMI
ke bentuk logo sister company-nya, yakni PT Bank Mega Tbk, namun
dengan skema warna yang berbeda. Sejak 2 November 2010 hingga saat ini,
bank dikenal sebagai PT Bank Mega Syariah.2
Sejak 16 Oktober 2008, Bank Mega Syariah telah menjadi bank devisa.
Status tersebut, bank dapat melakukan transaksi devisa dan terlibat dalam
perdagangan internasional. Strategi peluasan pasar dan status bank devisa
itu akhirnya semakin memantapkan posisi Bank Mega Syariah sebagai salah
satu bank umum syariah terbaik di Indonesia. Pada tanggal 8 April 2009,
Bank Mega Syariah memperoleh izin dari Kementerian Agama RI sebagai
bank penerima setoran biaya penyelenggaraan ibadah haji (BPS BPIH).
2 Bank Mega Syariah, Annual Report, www.megasyariah.co.id, (diakses pada tanggal 14
Desember 2019, 21.00).
53
3. BCA Syariah
Berdasarkan Akta Akuisisi No. 72 tanggal 12 Juni 2009 yang dibuat di
hadapan Notaris Dr. Irawan Soerodjo, S.H., M.si., PT Bank Central Asia,
Tbk (BCA) mengakuisisi PT Bank Utama Internasional Bank (Bank UIB)
yang nantinya menjadi PT Bank BCA Syariah. Selanjutnya berdasarkan
Akta Pernyataan Keputusan di Luar Rapat Perseroan Terbatas PT Bank UIB
No. 49 yang dibuat di hadapan Notaris Pudji Rezeki Irawati, S.H.,
tanggal 16 Desember 2009, tentang Perubahan Kegiatan Usaha dan
Perubahan Nama Dari PT Bank UIB Menjadi PT Bank BCA Syariah.3
Pada tanggal 14 Januari 2010 setelah disahkan oleh Menteri kehakiman,
dilakukan penjualan 1 lembar saham ke PT BCA Finance, sehingga
kepemilikan saham sebesar 99,9997% dimiliki oleh PT Bank Central Asia
dan 0,0003% dimiliki oleh PT BCA Finance. Pada tanggal 5 April 2010, PT
Bank BCA Syariah (BCAS) resmi beroperasi sebagai Bank Umum Syariah.
BCA Syariah mulai beroperasi pada tanggal 10 April 2010 dengan modal
dasar sebesar Rp. 2.000.000.000.000. BCA Syariah membuka layanan Bina
Usaha Rakyat (BUR) untuk menunjang UMKM, selain itu BCA Syariah
juga meluncurkan mobile banking dan mengembangkan core banking
system untuk kualitas layanan nasabah.
4. Bank Jabar Banten Syariah
Pada tanggal 15 Januari 2010 didirikan Bank BJB Syariah berdasarkan
Akta Pendirian Nomor 4 yang dibuat oleh Notaris Fathiah Helmi dan telah
3 BCA Syariah, Annual Report, www.bcasyariah.co.id, (diakses pada tanggal 14
Desember 2019, 21.00).
54
mendapat pengesahan dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
Nomor AHU.04317.AH.01.01 Tahun 2010 tanggal 26 Januari 2010.
Pendirian Bank BJB Syariah memiliki modal disetor sebesar
Rp.500.000.000.000, kepemilikan saham bank dimiliki oleh PT Bank
Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten dan PT Global Banten
Development, dengan komposisi PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat
dan Banten sebesar Rp.495.000.000.000 dan PT Banten Global
Development sebesar Rp.5.000.000.000. Hingga saat ini Bank Jabar Banten
Syariah berkedudukan dan berkantor pusat di Kota Bandung, Jalan Braga
No 135, dan telah memiliki 8 (delapan) kantor cabang, kantor cabang
pembantu 57 (empat puluh tujuh) jaringan Anjungan Tunai Mandiri (ATM)
yang tersebar di daerah Propinsi Jawa Barat, Banten dan DKI Jakarta dan
49.630 jaringan ATM Bersama. Pada tahun 2013 diharapkan bank bjb
semakin memperluas jangkauan pelayanannya yang tersebar di daerah
Propinsi Jawa Barat, Banten dan DKI Jakarta.4
5. BNI Syariah
BNI Syariah bermula dari dibentuknya Unit Usaha Syariah (UUS) oleh
PT Bank Negara Indonesia (Persero) pada 29 April 2000 dengan
berlandaskan pada Undang-Undang No. 10 Tahun 1998. Berawal dari lima
kantor cabang di Yogyakarta, Malang, Pekalongan, Jepara dan Banjarmasin,
selanjutnya UUS BNI berkembang menjadi 28 Kantor Cabang dan 31
4 Bank Jabar Banten Syariah, Annual Report, www.bjbsyariah.co.id, (diakses pada
tanggal 14 Desember 2019, 21.00).
55
Kantor Cabang Pembantu. BNI Syariah mulai beroperasi pada tanggal 19
Juni 2010 dengan modal dasar sebesar Rp. 4.004.000.000.000.
BNI Syariah adalah hasil dari rencana spin off yang dilaksanakan pada 19
Juni 2010 berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia
No.12/41/KEP.GBI/2010 tanggal 21 Mei 2010. Terwujudnya pendirian ini
juga didukung oleh faktor eksternal berupa aspek regulasi yang kondusif
yaitu dengan diterbitkannya UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah. Pada tahun 2015 pertumbuhan kinerja BNI Syariah semakin baik
BNI Syariah menerbitkan Sukuk Mudharabah sebesar Rp500 miliar dengan
tenor tiga tahun. Nisbah bagi hasil yang ditawarkan adalah sebesar 15,35%
dengan indikasi suku bunga padanan (equivalent rate) sebesar 9,25% per
tahun. Penerbitan sukuk mudharabah ini bertujuan untuk menunjang
ekspansi bisnis guna mengembangkan kegiatan pembiayaan.5
6. BRI Syariah
Sejarah BRI Syariah berawal pada tanggal 19 Desember 2007 saat PT
Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., mengakuisisi Bank Jasa Arta.
Setelah mendapatkan izin dari Bank Indonesia pada tanggal 16 Oktober
2008 melalui surat No: 10/67/KEP.GBI/DpG/2008, PT Bank BRI Syariah
kemudian secara resmi menjalankan kegiatan perbankan berdasarkan prinsip
Syariah pada tanggal 17 November 2008. Setelah sebelumnya sempat
menjalankan kegiatan usaha bank secara konvensional. Kegiatan usaha BRI
Syariah semakin kokoh setelah ditandatangani Akta Pemisahan Unit Usaha
5 BNI Syariah, Annual Report, www.bnisyariah.co.id, (diakses pada tanggal 14 Desember
2019, 21.00).
56
Syariah PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., untuk melebur ke dalam
PT Bank BRI Syariah (proses spin off) pada tanggal 19 Desember 2008
yang berlaku efektif pada tanggal 1 Januari 2009. Penandatanganan yang
bernilai strategis sebagai bentuk dukungan nyata induk perusahaan kepada
kegiatan operasional Bank BRI Syariah.6
7. Bank Syariah Mandiri
Kehadiran Bank Syariah Mandiri sejak tahun 1999 sesungguhnya
merupakan hikmah sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan moneter
1997-1998. Sebagaimana diketahui krisis ekonomi dan moneter sejak Juli
1997, yang disusul dengan krisis multi-dimensi telah menimbulkan berbagai
dampak negative terhadap seluruh kehidupan masyarakat bahkan dalam
dunia bisnis usaha. Pemerintah melakukan penggabungan antara empat bank
yaitu Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim, dan Bapindo
menjadi satu bank baru bernama PT Bank Mandiri (Persero) pada tanggal
31 Juli 1999.
Pada 25 Oktober 1999 Gubernur Bank Indonesia mengkukuhkan
perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah melalui SK
Gubernur BI No. 1/24/ KEP.BI/1999. Selanjutnya, melalui Surat Keputusan
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/ 1999, BI
menyetujui perubahan nama menjadi PT Bank Syariah Mandiri.
Pengukuhan dan pengakuan PT Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai
6 BRI Syariah, Annual Report, www.brisyariah.co.id (diakses pada tanggal 14 Desember
2019, 21.00).
57
beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November
1999.7
8. BTPN Syariah
BTPN Syariah dibentuk dari konversi PT Bank Sahabat Purba Danarta
yang berpusat di Semarang. Bank Sahabat didirikan pada tahun 1991
dengan lisensi bank non-devisa. Bank Sahabat menjadi Bank Syariah dan
kemudian spin-off Unit Usaha Syariah BTPN ke Bank Syariah. Bank BTPN
mengakuisisi 70% saham di Bank Sahabat pada 30 Januari 2014 dan
mengkonversinya menjadi Bank Syariah berdasarkan keputusan Otoritas
Jasa Keuangan (OJK) tertanggal 22 Mei 2014. Unit Usaha Syariah (UUS) di
BTPN, yang dibentuk pada bulan Maret tahun 2008, spin-off ke bank
syariah yang baru pada 14 Juli 2014. BTPN melakukan Initial Public
Offering (IPO untuk menaikkan Standard Governance Bank pada 8 Mei
2018.
Visi, Misi dan Nilai BTPN Syariah mencerminkan arah usahanya agar
tujuannya mengembangkan jutaan rakyat Indonesia terpenuhi. Visinya
adalah untuk menjadi Bank Syariah yang terbaik dan sekaligus
mengembangkan keuangan inklusi sehingga dapat mengubah kehidupan
jutaan masyarakat. Sejalan dengan ini, adalah misi-nya untuk bekerja sama
menciptakan peluang pertumbuhan usaha dan mencapai kehidupan yang
lebih berarti. Bank berusaha untuk mencapai visi dan misi-nya dengan
7 Bank Syariah Mandiri, Annual Report, www.syariahmandiri.co.id, (diakses pada
tanggal 14 Desember 2019, 21.00).
58
membina empat nilai utama, yaitu profesionalisme, integritas, saling
menghargai dan kerja sama.8
9. Bank Muamalat
Bank Muamalat merupakan bank syariah pertama di Indonesia
berdiri pada 1 November 1991 bertepatan 24 Rabiuts Tsani 1412 H.
Pendiriannya digagas oleh Majelis Ulama Indonesia, Ikatan Cendekiawan
Muslim Indonesia, serta pengusaha muslim dengan dukungan Pemerintah
Republik Indonesia. Modal awal diperoleh dari sejumlah pribadi dan
pengusaha muslim dengan nominal sebesar Rp 84 miliar. Tambahan modal
awal diperoleh dari masyarakat, sehingga jumlahnya menjadi sebesar
Rp 106 miliar.
Surat Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 1223/ MK.013/1991
tanggal 5 November 1991 serta izin usaha yang berupa Keputusan Menteri
Keuangan Republik Indonesia Nomor 430/KMK.013/1992 Tanggal 24
April 1992, Bank Muamalat mulai beroperasi pada 1 Mei 1992. Pada 27
Oktober 1994, Bank Muamalat mendapat kepercayaan dari Bank Indonesia
sebagai Bank Devisa. Pada tahun 1998 terjadinya krisis finansial yang
menghantam Indonesia telah menyebabkan kondisi ekonomi yang tidak
kondusif, sehingga menyebabkan ditutupnya sejumlah bank di Indonesia.
Krisis moneter tersebut menyebabkan non performing financing (NPF)
Bank Muamalat mencapai lebih dari 60%, sehingga Bank Muamalat
8 BTPN Syariah, Annual Report, www.btpnsyariah.co.id, (diakses pada tanggal 14
Desember 2019, 21.00).
59
mengalami kerugian. Kurun waktu 1999-2002 Bank Muamalat terus
berupaya dan berhasil membalikkan keadaan dari rugi menjadi laba.9
Pada tahun 2009 Bank Muamalat memulai proses transformasi
salah satunya dengan membuka kantor cabang internasional pertamanya di
Kuala Lumpur, Malaysia dan tercatat sebagai bank pertama dan satu-
satunya dari Indonesia yang membuka jaringan bisnis di Malaysia. Pada
tahun 2012 Bank Muamalat meluncurkan logo baru dengan tujuan menjadi
bank syariah yang Islamic, Modern, dan Professional. Proses transformasi
yang dijalankan Bank Muamalat membawa hasil yang positif dan signifikan
terlihat dari aset Bank Muamalat yang tumbuh dari tahun 2008 sebesar Rp
12,6 triliun menjadi Rp 54,6 triliun di tahun 2013.
B. Hasil Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini terdiri dari data rasio kecukupan modal, return
on assets dan penyisihan penghapusan aktiva produktif pada 9 sampel Bank
Umum Syariah di Indonesia tahun 2014-2018 dengan penjelasan sebagai
berikut :
1. Rasio Kecukupan Modal
Rasio kecukupan modal dalam penelitian ini di proksi dengan Capital
adequacy ratio (CAR). Capital adequacy ratio (CAR) merupakan rasio
kinerja bank yang menunjukkan kemampuan bank dalam mempertahankan
kecukupan modal dan kemampuan manajemen dalam mengidentifikasi,
mengawasi, dan mengontrol risiko yang timbul dan berpengaruh terhadap
9 Bank Muamalat Syariah, Annual Report, www.bankmuamalat.co.id, (diakses pada
tanggal 14 Desember 2019, 21.00).
60
modal.10
Data capital adequacy ratio (CAR) Bank Umum Syariah di
Indonesia selama periode 2014-2018 adalah sebagai berikut :
Tabel 4.2
Data Capital Adequacy Ratio (CAR) Bank Umum Syariah
Periode Tahun 2014-2018
No Nama Bank Capital Adequacy Ratio (%) Rata-
Rata Ket
2014 2015 2016 2017 2018
1
Bank Bukopin
Syariah 14.80 16.31 15.15 19.20 19.31 16.95 Naik
2
Bank Mega
Syariah 19.26 18.74 23.53 22.19 20.54 20.85 Naik
3 BCA Syariah 29.60 34.30 36.70 29.40 24.30 30.86 Turun
4 BJB Syariah 15.83 22.53 18.25 16.25 16.43 17.86 Naik
5 BNI Syariah 18.43 15.48 14.92 20.14 19.31 17.66 Naik
6 BRI Syariah 12.89 13.94 20.63 20.05 29.72 19.45 Naik
7 Bank Syariah
Mandiri 14.12 12.85 14.01 15.89 16.26 14.63 Naik
8 BTPN Syariah 32.88 19.93 23.80 28.90 40.90 29.28 Naik
9 Bank Muamalat 13.91 12.00 12.74 13.62 12.34 12.92 Turun
Rata-Rata 19.08 18.45 19.97 20.63 22.12 20.05 Naik
Sumber: laporan keuangan tahunan bank umum syariah
Pada tabel di atas dapat dijelaskan bahwa rata-rata rasio kecukupan
modal yang diproksi dengan capital adequacy ratio (CAR) pada 9 Bank
Umum Syariah selama periode tahun 2014-2018 sebesar 20.05% dan secara
umum mengalami kenaikan setiap tahunnya. Nilai rata-rata capital
adequacy ratio (CAR) pada 9 Bank Umum Syariah selama periode tahun
2014-2018 terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Peningkatan
tersebut disebabkan karena keberhasilan kinerja bank dalam meningkatkan
modal bank dan meningkatnya keberhasilan bank dalam meminimalisir
pembiayaan bank yang mengandung resiko.
10
Ayu Susanti, “Pengaruh Asimetri Informasi, Ukuran Perusahaan, Kepemilikan
Manajerial, Dan Capital Adequacy Ratio Terhadap Manajemen Laba,” JOM Fekon, Vol. 3 No. 1
(Februari, 2016), 484.
61
Dilihat dari tabel diatas Bank Umum Syariah yang memiliki rata-rata
capital adequacy ratio (CAR) tertinggi selama periode tahun 2014-2018
adalah BCA Syariah sebesar 30.86%. Hal tersebut berarti menunjukkan
keberhasilan kinerja BCA Syariah dalam mengelola dan mempertahankan
modalnya dan meminimalisir resiko dari kegiatan usaha bank yang
berpengaruh terhadap modal bank.
Sedangkan bank dengan nilai rata-rata capital adequacy ratio (CAR)
terendah adalah Bank Muamalat sebesar 12.92%. Hal tersebut disebabkan
karena Bank Muamalat pada tahun terakhir ini tertekan akibat pembiayaan
bermasalah yang membengkak namun modalnya menurun. Diketahui jika
ditelusuri dari laporan keuangan Bank Muamalat sudah bertahun-tahun
menghadapi pembiayaan bermasalah dalam jumlah besar.
2. Return On Assets (ROA)
Return on assets (ROA) yaitu sebagai rentabilitas ekonomi yang
mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba periode
tertentu dan sebagai proyeksi untuk melihat kemampuan perusahaan pada
masa datang. Return on assets (ROA) dalam suatu bank jika semakin besar
maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai dan semakin baik
pula posisi bank dalam sisi penggunaan aset.11
Data return on assets (ROA)
Bank Umum Syariah di Indonesia selama periode 2014-2018 adalah sebagai
berikut :
11
Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan Edisi Kedua (Bogor: Ghalia Indonesia,
2003), 118.
62
Tabel 4.3
Data Return On Assets (ROA) Bank Umum Syariah
Periode Tahun 2014-2018
NO Nama Bank Return On Assets (%) Rata-
Rata Ket
2014 2015 2016 2017 2018
1 Bank Bukopin
Syariah 0.18 0.48 0.46 0.02 0.04 0.24 Turun
2 Bank Mega
Syariah 0.25 0.22 1.80 1.00 0.63 0.78 Naik
3 BCA Syariah 0.43 0.53 0.74 0.80 5.50 1.60 Naik
4 BJB Syariah 0.36 0.11 5.60 5.00 0.25 2.26 Turun
5 BNI Syariah 0.84 0.99 0.98 0.88 1.00 0.94 Naik
6 BRI Syariah 0.01 0.51 0.61 0.32 0.28 0.35 Naik
7 Bank Syariah
Mandiri 0.11 0.41 0.41 0.42 0.62 0.39 Naik
8 BTPN Syariah 2.40 3.60 5.60 7.30 8.00 5.38 Naik
9 Bank
Muamalat 0.09 0.13 0.14 0.04 0.08 0.10 Naik
Rata-Rata 0.52 0.78 1.82 1.75 1.82 1.34 Naik
Sumber: laporan keuangan tahunan bank umum syariah
Pada tabel diatas menunjukkan bahwa nilai rata-rata return on assets
(ROA) pada 9 Bank Umum Syariah selama periode tahun 2014-2018
sebesar 1.34% dan secara umum mengalami kenaikan setiap tahunnya. Nilai
rata-rata return on assets (ROA) pada 9 Bank Umum Syariah selama
periode tahun 2014-2018 terus mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Peningkatan return on assets (ROA) disebabkan karena kinerja perusahaan
dinilai baik dapat mencapai laba yang diharapkan.
Bank Umum Syariah yang memiliki nilai rata-rata return on assets
(ROA) tertinggi selama periode tahun 2014-2018 adalah BTPN Syariah
sebesar 5.38%. Hal tersebut berarti menunjukkan bahwa BTPN Syariah
memiliki profitabilitas atau kinerja yang baik. BTPN Syariah mampu
63
menghasilkan laba sesuai dengan target yang telah ditetapkan, itu berarti
BTPN Syariah baik dalam penggunaan aset.
Sedangkan bank yang memiliki nilai rata-rata return on assets (ROA)
terendah selama periode tahun 2014-2018 yaitu Bank Muamalat sebesar
0.10%. Hal tersebut mungkin karena Bank Muamalat mengeluarkan biaya
operasional yang tinggi sehingga menghasilkan laba yang rendah serta
kurang baiknya Bank Muamalat dalam penggunaan aset.
3. Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif
Menurut Peraturan Bank Indonesia PBI Nomor 5/9/PBI/2003 tentang
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) Bagi Bank Syariah,
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) adalah cadangan yang
harus dibentuk sebesar persentase tertentu dari jumlah kredit berdasarkan
penggolongan kualitas aktiva produktif sebagaimana ditetapkan dalam
Peraturan Bank Indonesia.12
Penyisihan penghapusan aktiva produktif
(PPAP) merupakan komponen pembentuk modal dan komponen pretax
income yang berpengaruh terhadap laba, maka memiliki potensi untuk
dimanipulasi oleh manajer. Maka dari itu penyisihan penghapusan aktiva
produktif menjadi salah satu akun untuk mengindikasi terjadinya
manajemen laba.
Data penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) Bank Umum
Syariah di Indonesia selama periode 2014-2018 adalah sebagai berikut :
12
Rizky Syahfandi, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perataan Laba Penyisihan
Penghapusan Aktiva Produktif: Praktik Manajemen Laba Pada Perbankan Syariah Di Indonesia,”
Skripsi (Semarang: Universitas Diponegoro, 2012), 29.
64
Tabel 4.4
Data Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP)
Periode Tahun 2014-2018
NO Nama Bank 2014 2015 2016 2017 2018 Rata-
Rata Ket
1 Bank Bukopin
Syariah 0.016 0.016 0.017 0.050 0.037 0.027 Naik
2 Bank Mega
Syariah 0.028 0.027 0.010 0.005 0.005 0.015 Turun
3 BCA Syariah 0.010 0.014 0.014 0.018 0.017 0.014 Naik
4 BJB Syariah 0.023 0.029 0.130 0.190 0.030 0.080 Naik
5 BNI Syariah 0.017 0.220 0.027 0.025 0.029 0.064 Naik
6 BRI Syariah 0.018 0.022 0.028 0.033 0.028 0.026 Naik
7 Bank Syariah
Mandiri 0.036 0.036 0.034 0.032 0.033 0.034 Turun
8 BTPN Syariah 0.013 0.017 0.023 0.026 0.029 0.022 Naik
9 Bank Muamalat 0.029 0.020 0.037 0.028 0.030 0.029 Naik
Rata-Rata 0.021 0.045 0.036 0.045 0.027 0.035 Naik
Sumber: laporan keuangan tahunan bank umum syariah
Pada tabel diatas menunjukkan bahwa nilai rata-rata penyisihan
penghapusan aktiva produktif (PPAP) pada 9 Bank Umum Syariah selama
periode tahun 2014-2018 sebesar 0.035 dan secara umum mengalami
peningkatan. Nilai rata-rata penyisihan penghapusan aktiva produktif
(PPAP) pada 9 Bank Umum Syariah selama periode tahun 2014-2018 terus
mengalami peningkatan setiap tahunnya. Peningkatan hal tersebut
menunjukkan bahwa kinerja aktiva produktif semakin menurun.
Dilihat dari tabel diatas Bank Umum Syariah yang memiliki nilai rata-
rata penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) tertinggi selama
periode tahun 2014-2018 yaitu Bank Jabar Banten Syariah sebesar 0.080.
Hal tersebut karena kinerja aktiva produktif BJB Syariah dalam keadaan
menurun sehingga laba bersih yang diperoleh semakin kecil.
65
Sedangkan Bank Umum Syariah dengan nilai rata-rata penyisihan
penghapusan aktiva produktif (PPAP) terendah selama periode tahun 2014-
2018 adalah BCA Syariah sebesar 0.014. Hal tersebut menunjukkan bahwa
kinerja aktiva produktif BCA Syariah dalam keadaan baik sehingga
penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) yang dibentuk kecil dan
laba bersih yang diperoleh menjadi tinggi.
C. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif pada penelitian ini digunakan untuk melihat data dari
rasio kecukupan modal, return on assets (ROA) dan penyisihan penghapusan
aktiva produktif (PPAP) yang dapat dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar
deviasi, varian, maksimum, dan minimum. Penyajian data dalam statistika
deskriptif dilakukan dalam bentuk tabel dan grafik. Statistik rasio kecukupan
modal, return on assets dan penyisihan penghapusan aktiva produktif adalah
sebagai berikut :
Tabel 4.5
Analisis Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
CAR 45 12.00 40.90 20.0507 6.99717
ROA 45 .01 8.00 1.3372 2.06044
PPAP 45 .01 .22 .0346 .04155
Valid N
(listwise)
45
Sumber : Data diolah 2020
1. Rasio Kecukupan Modal
Rasio kecukupan modal dalam penelitian ini di proksi dengan capital
adequacy ratio (CAR). Dilihat dari tabel di atas menunjukkan bahwa data
66
capital adequacy ratio (CAR) pada Bank Umum Syariah (BUS) di
Indonesia periode tahun 2014-2018 memiliki nilai minimal sebesar
12.00% dan nilai maksimal sebesar 40.90%. Sedangkan untuk rata-rata
capital adequacy ratio (CAR) pada Bank Umum Syariah di Indonesia
periode tahun 2014-2018 yaitu sebesar 20.05%. Selanjutnya nilai standar
deviasi capital adequacy ratio periode tahun 2014-2018 yaitu sebesar
6.997% yang menunjukkan bahwa variasi capital adequacy ratio (CAR)
dalam penelitian ini relatif tinggi. Grafik capital adequacy ratio (CAR)
Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia periode tahun 2014-2018 adalah
sebagai berikut :
Grafik 4.1
Capital Adequacy Ratio (CAR) Bank Umum Syariah di Indonesia
periode tahun 2014-2018
Sumber : Laporan Keuangan Tahunan Bank Umum Syariah
Dari grafik di atas dapat dijelaskan bahwa nilai rasio kecukupan
modal yang diproksikan dengan capital adequacy ratio (CAR) yang
tertinggi pada Bank Umum Syariah di Indonesia selama periode tahun
2014-2018 adalah BTPN Syariah sebesar 40.90% pada tahun 2018 dan
67
capital adequacy ratio (CAR) yang paling rendah adalah Bank Muamalat
pada tahun 2015 sebesar 12.00%.
2. Return on assets (ROA)
Return on assets (ROA) dilihat dari tabel diatas menunjukkan bahwa
data return on assets (ROA) pada Bank Umum Syariah (BUS) di
Indonesia periode tahun 2014-2018 memiliki nilai minimal sebesar 0.01%
dan nilai maksimal sebesar 8.00%. Sedangkan untuk rata-rata return on
assets (ROA) pada Bank Umum Syariah di Indonesia periode tahun 2014-
2018 yaitu sebesar 1.34%. Selanjutnya nilai standar deviasi return on
assets (ROA) periode tahun 2014-2018 yaitu sebesar 2.060% yang
menunjukkan bahwa variasi return on assets (ROA) dalam penelitian ini
relatif tinggi. Grafik return on assets (ROA) Bank Umum Syariah (BUS)
di Indonesia periode tahun 2014-2018 adalah sebagai berikut :
Grafik 4.2
Return On Assets (ROA) Bank Umum Syariah di Indonesia
Periode tahun 2014-2018
0
5
10
15
20
2014 2015 2016 2017 2018
Bank Bukopin Syariah Bank Mega Syariah
BCA Syariah BJB Syariah
BNI Syariah BRI Syariah
Bank Syariah Mandiri BTPN Syariah
Bank Muamalat
Sumber : Laporan Keuangan Tahunan Bank Umum Syariah
68
Dari grafik di atas dapat dijelaskan bahwa nilai return on assets
(ROA) yang tertinggi pada Bank Umum Syariah di Indonesia selama
periode tahun 2014-2018 adalah BTPN Syariah sebesar 8.00% pada tahun
2018 dan return on assets (ROA) yang paling rendah adalah BRI Syariah
pada tahun 2014 sebesar 0.01%.
3. Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif
Penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) dapat dilihat dari
tabel diatas menunjukkan bahwa data penyisihan penghapusan aktiva
produktif (PPAP) pada 9 Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia periode
tahun 2014-2018 memiliki nilai minimal sebesar 0.01 dan nilai maksimal
sebesar 0.22. Sedangkan untuk rata-rata penyisihan penghapusan aktiva
produktif (PPAP) pada 9 Bank Umum Syariah di Indonesia periode tahun
2014-2018 yaitu sebesar 0.035. Selanjutnya nilai standar deviasi
penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) periode tahun 2014-
2018 yaitu sebesar 0.0416 yang menunjukkan bahwa variasi penyisihan
penghapusan aktiva produktif (PPAP) dalam penelitian ini relatif tinggi.
Grafik penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) 9 Bank Umum
Syariah (BUS) di Indonesia periode tahun 2014-2018 adalah sebagai
berikut :
69
Grafik 4.3
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) Bank Umum
Syariah di Indonesia Periode Tahun 2014-2018
Sumber : Laporan Keuangan Tahunan Bank Umum Syariah
Dari grafik di atas dapat dijelaskan bahwa nilai penyisihan
penghapusan aktiva produktif yang tertinggi pada Bank Umum Syariah di
Indonesia selama periode tahun 2014-2018 adalah BNI Syariah sebesar
0.22 pada tahun 2015 dan penyisihan penghapusan aktiva produktif
(PPAP) yang paling rendah adalah Bank Mega Syariah pada tahun 2017
dan 2018 sebesar 0.005.
D. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan bertujuan untuk mengetahui kelayakan
penggunaan model regresi dalam penelitian ini. Pengujian ini dilakukan
dengan menguji heteroskedastisitas, uji normalitas, uji multikolinieritas, dan
uji autokorelasi dengan hasil sebagai berikut :
70
1. Uji Normalitas
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan
metode statistika parametrik dimana secara umum skala datanya
menggunakan interval atau rasio dan distribusi data populasinya harus
memenhi asumsi normal. Uji normalitas dilakukan bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi nilai residual yang dihasilkan dari
regresi terdistribusi secara normal atau tidak. Model regresi yang baik
adalah nilai residual yang dihasilkan terdistribusi secara normal. Adapun
Uji Normalitas yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :
Tabel 4.6
Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Standardized
Residual
N 45
Normal Parametersa,b
Mean .0000000
Std. Deviation .97700842
Most Extreme
Differences
Absolute .225
Positive .225
Negative -.179
Kolmogorov-Smirnov Z 1.507
Asymp. Sig. (2-tailed) .021
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data. Data diolah 2020
Pada tabel 4.6 di atas dapat dijelaskan bahwa hasil uji normalitas pada
tabel one-sample kolmogorov-smirnov test diperoleh nilai Asymp sig
0.021<0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data tidak berdistribusi
normal. Karena uji normalitas mengalami masalah, maka peneliti
melakukan penyembuhan masalah uji normalitas dengan trasformasi data
dalam bentuk Ln sehingga hasilnya sebagai berikut :
71
Tabel 4.7
Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Standardized
Residual
N 45
Normal Parametersa,b
Mean .0000000
Std.
Deviation
.97700842
Most Extreme
Differences
Absolute .165
Positive .165
Negative -.111
Kolmogorov-Smirnov Z 1.108
Asymp. Sig. (2-tailed) .171
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Data diolah 2020
Pada tabel 4.7 di atas dapat dijelaskan bahwa hasil uji normalitas
setelah disembuhkan dari masalah pada tabel one-sample kolmogorov-
smirnov test diperoleh nilai Asymp sig 0.171>0,05. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. Oleh karena data penelitian
telah terdistribusi normal, maka data dapat digunakan dalam pengujian
dengan model regresi berganda.
2. Uji AutoKorelasi
Uji autokorelasi digunakan bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi linear terdapat korelasi antara data pengamatan. Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi autokorelasi. Metode pengujian
menggunakan uji Durbin-Watson (DW test). Jika terjadi kolerasi, maka
dinamakan ada masalah atau problem autokolerasi. Autokolerasi muncul
karena observasi yang kurang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu
sama lainnya. Berikut hasil uji autokorelasi dalam penelitian ini :
72
Tabel 4.8
Uji AutoKorelasi
Data diolah 2020
Pada tabel 4.8 di atas dapat dijelaskan bahwa hasil uji autokorelasi
pada tabel model summary diperoleh nilai dW = 1.192 kemudian dicari
nilai dU dan dL pada nilai n = 45 dan k = 2. Diperoleh nilai dU = 1,617
dL = 1,429 Sehingga nilai dW ≤ dL ⟺ 1,192 ≤ 1,429. Jadi dapat
disimpulkan bahwa ada autokorelasi positif. Karena uji autokorelasi
mengalami masalah, maka peneliti melakukan penyembuhan masalah
autokorelasi dengan cara melakukan transformasi persamaan regresi
menjadi data Lag. Hasil dari perbaikan masalah autokorelasi adalah
sebagai berikut :
Tabel 4.9
Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
1 .398a .158 .118 .62639 1.837
a. Predictors: (Constant), ROA, CAR
b. Dependent Variable: PPAP
Data diolah 2020
Pada tabel 4.9 di atas dapat dijelaskan bahwa hasil uji autokorelasi
setelah perbaikan pada tabel model summary diperoleh nilai dW =
1,837, kemudian dicari nilai dU dan dL pada nilai n = 45 dan k = 2.
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
1 .379a .144 .103 .67702 1.192
a. Predictors: (Constant), ROA, CAR
b. Dependent Variable: PPAP
73
Diperoleh nilai dU = 1,617 dan dL = 1,429. Sehingga nilai dU ≤ dW ≤ (4-
dU) ⟺ 1,617 ≤ 1,837 ≤ (4-1,617 = 2,383). Jadi dapat disimpulkan
bahwa sudah tidak ada masalah autokorelasi dalam penelitian ini.
3. Uji Multikolinieritas
Multikolinearitas artinya antar variabel independen yang terdapat
dalam model regresi memiliki hubungan linear yang sempurna atau
mendekati sempurna (koefisien korelasinya tinggi atau bahkan 1). Uji
multikolonieritas bertujuan untuk menguji model regresi yang ditemukan
apakah terdapat korelasi. Model regresi yang seharusnya tidak terjadi
korelasi di antara variabel independen.13
Berikut hasil uji multikolinieritas
dalam penelitian ini :
Tabel 4.10
Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1
(Constant) -.495 .645 -.768 .447
CAR -.947 .348 -.411 -2.722 .009 .880 1.137
ROA .116 .072 .242 1.603 .116 .880 1.137
a. Dependent Variable: PPAP
Data diolah 2020
Pada Tabel 4.10 diatas dapat dijelaskan bahwa hasil uji
multikolonieritas pada tabel coefficients diperoleh data capital adequacy
ratio (CAR) memiliki nilai VIF sebesar 1.137 dan Tolerance sebesar
0.880. Sedangkan return on assets (ROA) memiliki nilai VIF sebesar
1.137 dan Tolerance sebesar 0.880. Seluruh variabel dalam penelitian ini
13
Rochmat Aldy Purnomo, Analisis Statistik Ekonomi Dan Bisnis Dengan SPSS
(Ponorogo: WADE Group, 2016), 116.
74
memiliki nilai VIF < 10 dan nilai Tolerance > 0,1 sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolonieritas.
4. Uji Heteroskedasitas
Heterokedastisitas adalah varian residual yang tidak sama pada semua
pengamatan di dalam model regresi. Dalam penelitian ini Uji
heteroskedastisitas dilakukan dengan metode glejser. Apabila nilai
signifikansi lebih dari 0,05 antara variabel independent dengan nilai
absolut residual, maka tidak terjadi masalah heteroskedatisitas. Berikut
hasil uji heteroskedasitas dalam penelitian ini :
Tabel 4.11
Uji Heteroskedasitas
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) .484 .460 1.054 .298
CAR -.025 .248 -.016 -.099 .922
ROA .044 .052 .138 .845 .403
a Dependent Variable: ABRES Data diolah 2020
Pada tabel 4.11 di atas dapat dijelaskan bahwa hasil uji
heterokedastisitas pada tabel coefficients diperoleh data capital adequacy
ratio (CAR) memiliki nilai sig sebesar 0,922 dan return on assets (ROA)
memiliki nilai sig sebesar 0,403. Seluruh variabel dalam penelitian ini
memiliki nilai sig > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
heterokedastisitas.
75
E. Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi linier berganda bertujuan untuk mengetahui pengaruh atau
hubungan secara linear antara dua atau lebih variabel independen dengan satu
variabel dependen. Analisis regresi digunakan untuk mengetahui pengaruh
rasio kecukupan modal dan return on assets terhadap penyisihan
penghapusan aktiva produktif, serta untuk menguji kebenaran hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini. Model regresi dalam penelitian ini yaitu
sebagai berikut:
Yit = ait + b1X1it + b2X2it + e
Keterangan :
Yit : Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif
a : Konstanta
b1, b2 : Koefisien regresi variabel X1 dan X2
X1 : Rasio kecukupan modal
X2 : Return on assets
Hasil analisis regresi linier berganda dalam penelitian ini yaitu sebagai
berikut :
Tabel 4.12
Analisis Regresi Berganda
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -.495 .645 -.768 .447
CAR -.947 .348 -.411 -2.722 .009
ROA .116 .072 .242 1.603 .116
a. Dependent Variable: PPAP Data diolah 2020
76
Berdasarkan hasil analisis regresi berganda pada tabel 4.12 di atas maka
diperoleh model regresi berganda sebagai berikut :
Yit = ait + b1X1it + b2X2it + e
Y = -0,495 – 0,947 + 0.116
Berdasarkan model regresi diatas maka dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Konstanta sebesar -0.495 menunjukkan bahwa jika variabel rasio
kecukupan modal yang diproksi dengan capital adequacy ratio (CAR) dan
return on assets (ROA) nilainya adalah 0, maka pembentukan penyisihan
penghapusan aktiva produktif (PPAP) pada Bank Umum Syariah (BUS) di
Indonesia sebesar -0,495 satuan dengan asumsi faktor-faktor lain dianggap
tetap (ceteris paribus).
2. Koefisien regresi capital adequacy ratio (CAR) sebesar -0,947
menunjukkan bahwa jika capital adequacy ratio (CAR) mengalami
kenaikan sebesar 1 satuan maka penyisihan penghapusan aktiva produktif
mengalami penurunan sebesar 0.947 satuan. Koefisien bernilai negatif
sehingga terjadi hubungan terbalik antara capital adequacy ratio (CAR)
dengan penyisihan penghapusan aktiva produktiif. Semakin besar capital
adequacy ratio (CAR) maka akan menurunkan penyisihan penghapusan
aktiva produktif (PPAP).
3. Koefisien regresi return on assets (ROA) sebesar 0,166 menunjukkan
bahwa jika return on assets (ROA) mengalami kenaikan sebesar 1 satuan
maka penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) mengalami
peningkatan sebesar 0,166 satuan. Koefisien bernilai positif sehingga
77
terjadi hubungan yang searah antara return on assets (ROA) dengan
penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP). Semakin besar return
on assets (ROA) maka akan semakin besar penyisihan penghapusan aktiva
produktif.
F. Uji Hipotesis
Hasil uji hipotesis dalam penelitian ini ada dua yaitu uji t dan uji F dengan
hasil sebagai berikut :
1. Uji t
Uji statistik t digunakan untuk mengukur seberapa jauh pengaruh
variabel independen atau bebas secara individual dalam menerangkan
variabel dependen terkait. Apabila nilai probabilitas signifikansinya lebih
kecil dari 0.05 maka suatu variabel independen berpengaruh terhadap
variabel dependen. Jika nilai t hitung > dari t tabel maka dapat dinyatakan
bahwa variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Hasil
uji t dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel 4.13
Uji t
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -.495 .645 -.768 .447
CAR -.947 .348 -.411 -2.722 .009
ROA .116 .072 .242 1.603 .116
a. Dependent Variable: PPAP
Data diolah 2020
78
a. Pengaruh rasio kecukupan modal terhadap penyisihan penghapusan
aktiva produktif
Pengaruh rasio kecukupan modal yang diproksi capital adequacy ratio
(CAR) terhadap penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) dilihat
pada tabel 4.13 coefficients di atas diperoleh nilai t hitung untuk capital
adequacy ratio (CAR) sebesar -2.722 dengan sig sebesar 0,009. Pada α=
5% (karena pengujian dua sisi sehingga 0,05 : 2 = 0,025) maka diperoleh
nilai derajat kebebasan (df) n-k-1 atau 45-2-1 = 42 (dimana k merupkan
jumlah variabel independen). Dengan nilai df sebesar 42 maka diperoleh
nilai t tabel sebesar 2,018. Oleh karena nilai t hitung sebesar -2.722 < t
tabel sebesar -2,018 atau nilai sig 0,009 < 0,05, maka Ho1 ditolak dan
Ha1 diterima. Sehingga rasio kecukupan modal berpengaruh signifikan
terhadap penyisihan penghapusan aktiva produktif di Bank Umum
Syariah di Indonesia. Grafik uji hipotesis adalah sebagai berikut :
Gambar 4.1
Uji t capital adequacy ratio (CAR)
-2,722 -2.018 2.018
Berdasarkan grafik diketahui bahwa nilai t hitung sebesar -2.722 < t
tabel sebesar -2,018 atau nilai sig 0,009 < 0,05, maka Ho1 ditolak dan
Ha1 diterima. Sehingga rasio kecukupan modal berpengaruh signifikan
79
terhadap penyisihan penghapusan aktiva produktif di Bank Umum
Syariah di Indonesia.
b. Pengaruh return on assets (ROA) terhadap penyisihan penghapusan
aktiva produktif
Return on assets (ROA) terhadap penyisihan penghapusan aktiva
produktif (PPAP) dilihat pada tabel 4.12 coefficients di atas diperoleh
nilai t hitung untuk return on assets (ROA) sebesar 1.603 dengan sig
sebesar 0,116. Pada α= 5% (karena pengujian dua sisi sehingga 0,05 : 2 =
0,025) maka diperoleh nilai derajat kebebasan (df) n-k-1 atau 45-2-1 = 42
(dimana k merupkan jumlah variabel independen). Dengan nilai df
sebesar 42 maka diperoleh nilai t tabel sebesar 2,018. Oleh karena nilai t
hitung sebesar 1.603< t tabel sebesar 2,018 atau nilai sig 0,116> 0,05,
maka Ho2 diterima dan Ha2 ditolak. Sehingga return on assets (ROA)
tidak berpengaruh signifikan terhadap penyisihan penghapusan aktiva
produktif di Bank Umum Syariah di Indonesia. Gambar uji hipotesis
adalah sebagai berikut :
Gambar 4.2
Uji t return on assets (ROA)
-2.018 1.603 2.018
Berdasarkan grafik diketahui bahwa nilai t hitung sebesar 1.603< t
tabel sebesar 2,018 atau nilai sig 0,116> 0,05, maka Ho2 diterima dan
Ha2 ditolak. Sehingga return on assets (ROA) tidak berpengaruh
80
signifikan terhadap penyisihan penghapusan aktiva produktif di Bank
Umum Syariah di Indonesia.
2. Uji F
Uji simultan digunakan untuk mengukur pengaruh variabel bebas
secara bersama terhadap variabel terikat. Signifikasi model regresi secara
simultan diuji dengan melihat nilai sig, jika nilai sig dibawah 0.05 maka
variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen dan jika F
hitung > F tabel maka ada pengaruh secara simultan antara variabel
independen dengan variabel dependen. Berikut hasil uji F pada penelitian
ini yaitu :
Tabel 4.14
Uji F
Berdasarkan tabel 4.14 di atas hasil uji F pada tabel anova diperoleh nilai
F hitung sebesar 3,952 dengan nilai sig sebesar 0,027 pada α = 5% dengan
derajat kebebasan (df1) sebesar 2 dan derajat kebebasan (df2) sebesar n-k-
1 atau 45-2-1 = 42 (dimana k merupkan jumlah variabel independen),
maka diperoleh nilai F tabel sebesar 3,22. Oleh karena nilai F hitung
sebesar 3,952> F tabel sebesar 3,22 atau nilai sig 0,027< 0,05 maka Ho3
ditolak dan Ha3 diterima. Jadi artinya rasio kecukupan modal dan return
ANOVAa
Model Sum of
Squares
Df Mean Square F Sig.
1
Regression 3.102 2 1.551 3.952 .027b
Residual 16.479 42 .392
Total 19.581 44
a. Dependent Variable: PPAP
b. Predictors: (Constant), ROA, CAR Sumber : Data diolah 2020
81
on assets (ROA) secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap
penyisihan penghapusan aktiva produktif pada Bank Umum Syariah di
Indonesia. Grafik uji F dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Gambar 4.3
Uji F
3.22 3.925
Berdasarkan grafik diketahui bahwa nilai F hitung>F tabel atau
3.952>3.22 dan nilai sig 0.027< 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa Ho3
ditolak dan Ha3 diterima. Kesimpulannya rasio kecukupan modal dan
return on assets (ROA) secara bersama-sama berpengaruh terhadap
penyisihan penghapusan aktiva produktif.
3. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi sebagai suatu alat untuk mengetahui sejauh
mana tingkat hubungan atau pengaruh antara variabel X dan Y.14
Koefisien determinasi dinotasikan dengan R2 yang merupakan suatu
ukuran yang penting dalam suatu regresi. Tujuan dari analisis ini untuk
menghitung besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen. Nilai R2 menunjukkan seberapa besar proporsi dari total variasi
14
Noegroho Boedijoewono, Pengantar Statistika Ekonomi dan Bisnis (Yogyakarta: UPP
STIM YKPN, 2016), 247.
82
variabel independen sebagai penjelas variabel dependen. Hasil dari
koefisien determinasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel 4.15
Koefisien determinasi
Model Summary
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 .398a .158 .118 .62639
a. Predictors: (Constant), ROA, CAR Data diolah 2020
Berdasarkan tabel 4.15 di atas hasil koefisien determinasi pada tabel
model summary diperoleh nilai R2 sebesar 0,158 atau 15.8%. Sehingga
presentase kontribusi pengaruh rasio kecukupan modal yang diproksikan
dengan capital adequacy ratio (CAR) dan return on assets (ROA)
terhadap penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) sebesar 15.8%.
Sedangkan untuk sisanya 84,2% dipengaruhi oleh variabel lainnya yang
tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.
G. Pembahasan
Hasil uji statistik pengaruh rasio kecukupan modal yang diproksikan
dengan capital adequacy ratio (CAR) dan return on assets (ROA) terhadap
penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) pada Bank Umum Syariah
(BUS) di Indonesia periode tahun 2014-2018 dapat disimpulkan sebagai
berikut :
83
Tabel 4.16
Rekapitulasi Hasil Penelitian
Hipotesis Hasil Regresi Uji t Ket
Pengaruh
Rasio
Kecukupan
Modal
Terhadap
Penyisihan
Penghapusan
Aktiva
Produktif
Koefisien regresi rasio
kecukupan modal yang
diproksikan dengan capital
adequacy ratio (CAR) sebesar
-0,947. Koefisien regresi
tersebut bernilai negatif
sehingga terjadi hubungan
tidak searah antara capital
adequacy ratio (CAR) dengan
penyisihan penghapusan
aktiva produktif. Jadi semakin
menurunnya capital adequacy
ratio (CAR) maka akan
semakin meningkatkan
penyisihan penghapusan
aktiva produktif.
Hasil capital
adequacy ratio
(CAR) nilai t
hitung sebesar -
2.722 < t tabel
sebesar -2,018
atau nilai sig
0,009 < 0,05,
maka Ho1
ditolak dan Ha1
diterima.
Rasio
kecukupan
modal
berpengaruh
signifikan
terhadap
penyisihan
penghapusan
aktiva
produktif
pada Bank
Umum
Syariah di
Indonesia.
Pengaruh
Return on
assets
Terhadap
Penyisihan
Penghapusan
Aktiva
Produktif
Koefisien regresi return on
assets (ROA) sebesar 0,166.
Koefisien bernilai positif
sehingga terjadi hubungan
yang searah antara return on
assets (ROA) dengan
penyisihan penghapusan
aktiva produktif. jadi semakin
besar return on assets (ROA)
maka akan semakin besar
penyisihan penghapusan
aktiva produktif.
Hasil return on
assets (ROA)
nilai t hitung
sebesar 1.603< t
tabel sebesar
2,018 atau nilai
sig 0,116> 0,05,
maka Ho2
diterima dan
Ha2 ditolak.
Return on
assets(ROA)
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
penyisihan
penghapusan
aktiva
produktif
pada Bank
Umum
Syariah di
Indonesia
Pengaruh
Rasio
Kecukupan
Modal dan
Return on
assets
Terhadap
Penyisihan
Penghapusan
Aktiva
Produktif
Nilai F hitung sebesar 3,952> F tabel sebesar 3,22 atau nilai sig
0,027< 0,05 maka H03 ditolak dan Ha3 diterima. Jadi artinya
rasio kecukupan modal dan return on assets (ROA) secara
bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap penyisihan
penghapusan aktiva produktif pada Bank Umum Syariah di
Indonesia.
84
Koefisien
Determinasi
(R2)
Koefisien determinasi diperoleh nilai R2 sebesar 0,158 atau
15.8%. Sehingga Presentase rasio kecukupan modal dan return
on assets (ROA) terhadap penyisihan penghapusan aktiva
produktif sebesar 15,8%. Sedangkan untuk sisanya 84,2%
dipengaruhi oleh variabel lainnya yang tidak dimasukkan dalam
model penelitian ini.
1. Pengaruh rasio kecukupan modal terhadap penyisihan penghapusan
aktiva produktif
Koefisien regresi rasio kecukupan modal yang diproksi dengan capital
adequacy ratio (CAR) sebesar -0,947. Koefisien regresi tersebut bernilai
negatif sehingga terjadi hubungan terbalik antara capital adequacy ratio
(CAR) dengan penyisihan penghapusan aktiva produktif. Jadi semakin
menurunnya capital adequacy ratio (CAR) maka akan semakin
meningkatkan penyisihan penghapusan aktiva produktif. Sedangkan
berdasarkan uji t memiliki nilai t hitung sebesar -2.722 > t tabel sebesar -
2,018 atau nilai sig 0,009 < 0,05, maka Ho1 ditolak dan Ha1 diterima
sehingga capital adequacy ratio (CAR) berpengaruh signifikan terhadap
penyisihan penghapusan aktiva produktif pada Bank Umum Syariah di
Indonesia.
Capital adequacy ratio (CAR) berpengaruh terhadap penyisihan
penghapusan aktiva produktif karena menurut data rill total rata-rata
capital adequacy ratio (CAR) periode tahun 2014-2018 mengalami
kenaikan, hal ini ditunjukan dengan kenaikan capital adequacy ratio
(CAR) pada tahun 2017 sebesar 20.63 dan naik menjadi 22.12 pada tahun
2018. Kenaikan capital adequacy ratio (CAR) Bank Umum Syariah
85
(BUS) juga sejalan dengan menurunya penyisihan penghapusan aktiva
produktif periode tahun 2014-2018 yang mengalami penurunan, dari tahun
2017 sebesar 4.52 menjadi 2.64 pada tahun 2018. Hal inilah yang
membuktikan bahwa naik atau turunnya capital adequacy ratio (CAR)
berpengaruh terhadap besar atau kecilnya penyisihan penghapusan aktiva
produktif (PPAP).
Diterimanya uji hipotesis pertama dalam penelitian ini menunjukkan
besar kecilnya capital adequacy ratio (CAR) yang dimiliki oleh bank
syariah berpengaruh terhadap besar kecilnya penyisihan penghapusan
aktiva produktif (PPAP). Hal tersebut disebabkan karena rasio kecukupan
modal atau capital adequacy ratio (CAR) merupakan factor yang akan
mempengaruhi manajemen laba melalui penyisihan penghapusan aktiva
produktif. Penurunan capital adequacy ratio (CAR) mendorong manajer
bertindak opportunistic melakukan manajemen laba dengan membentuk
jumlah penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) yang tinggi untuk
memenuhi ketentuan regulasi permodalan.
Hasil penelitian ini relevan dengan penelitian sebelumnya yaitu
penelitian yang dilakukan oleh Slamet Haryono (2008) yang menunjukkan
bahwa capital adequacy ratio (CAR) berpengaruh terhadap penyisihan
penghapusan aktiva produktif.15
15
Slamet Haryono, “Pengaruh Motif Opportunistic, Signaling Dan Capital Regulation
Terhadap Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif,” Disertai (Semarang: Universitas
Diponegoro, 2008), 103.
86
2. Pengaruh Return On Assets (ROA) Terhadap Penyisihan
Penghapusan Aktiva Produktif
Koefisien regresi return on assets (ROA) sebesar 0,166. Koefisien
bernilai positif sehingga terjadi hubungan yang searah antara return on
assets (ROA) dengan penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP).
Jadi semakin tinggi return on assets (ROA) maka akan meningkatkan
penyisihan penghapusan aktiva produktif. Sedangkan berdasarkan uji t
memiliki nilai t hitung sebesar 1.603< t tabel sebesar 2,018 atau nilai sig
0,116> 0,05, maka Ho2 diterima dan Ha2 ditolak. Sehingga return on
assets (ROA) tidak berpengaruh signifikan terhadap penyisihan
penghapusan aktiva produktif di Bank Umum Syariah di Indonesia.
Return on assets (ROA) tidak berpengaruh signifikan terhadap
penyisihan penghapusan aktiva produktif karena terdapat beberapa sampel
yang memiliki pergerakan data return on assets (ROA) dengan data
penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) yang tidak searah selama
periode tahun 2014-2018. Bank-bank yang memiliki data tidak searah
adalah pada saat return on assets (ROA) mengalami peningkatan justru
penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) mengalami penurunan.
Kondisi tersebut dialami misalnya oleh Bank Mega Syariah dan Bank
Syariah Mandiri. Hal ini yang membuktikan bahwa return on assets
(ROA) tidak berpengaruh terhadap penyisihan penghapusan pada Bank
Umum Syariah di Indonesia.
87
Penelitian ini menunjukkan besar kecilnya return on assets (ROA)
yang dimiliki oleh bank syariah tidak berpengaruh terhadap besar kecilnya
penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP). Hal tersebut
menunjukkan bahwa return on assets (ROA) tidak selalu dapat memicu
manajer bertindak opportunis melakukan manajemen laba melalui
pembentukan penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) karena
menurut Jian dalam Slamet Haryono (2008)16
manajer melakukan
manajemen laba dipengaruhi bukan hanya motif opportunistic tapi dapat
juga dipengaruhi oleh beberapa motif lainnya, seperti motif signaling.
Hasil penelitian ini tidak relevan dengan penelitian sebelumnya yaitu
penelitian yang dilakukan oleh Sariati dan Marlinah (2015) yang
menunjukkan bahwa return on assets (ROA) berpengaruh terhadap
penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP).
3. Pengaruh Rasio Kecukupan Modal Dan Return On Assets (ROA)
Terhadap Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif
Hasil uji F pada tabel anova diperoleh nilai F hitung sebesar 3,952
dengan nilai sig sebesar 0,027. Nilai F hitung sebesar 3,952> F tabel
sebesar 3,22 atau nilai sig 0,027< 0,05 maka Ho3 ditolak dan Ha3
diterima. Jadi disimpulkan bahwa rasio kecukupan modal dan return on
assets (ROA) secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap
penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) pada Bank Umum
Syariah di Indonesia.
16
Slamet Haryono, “Pengaruh Motif Opportunistic, Signaling Dan Capital Regulation
Terhadap Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif,” 103.
88
Diterimanya hipotesis ketiga menunjukkan bahwa jika capital
adequacy ratio (CAR) dan return on assets (ROA) secara bersama-sama
dapat mempengaruhi manajer melakukan manajemen laba melalui
pembentukan penyisihan penghapusan aktiva produktif. Karena, aturan
tentang capital adequacay ratio (CAR) jika manajemen merasa tidak
memiliki kesiapan untuk memenuhi aturan tersebut maka manajemen
tergoda melakukan manajemen laba dengan pembentukan penyisihan
penghapusan aktiva produktif (PPAP). Begitupun juga dalam kondisi
usaha yang tidak diharapkan sesuai dengan ekspetasi manajemen maka
manajemen melakukan segala cara untuk menunjukkan kinerjanya baik
dengan cara melakukan manajemen laba melalui penyisihan penghapusan
aktiva produktif (PPAP).
Selain itu, berpengaruhnya capital adequacy ratio (CAR) dan return
on assets (ROA) secara bersama-sama terhadap penyisihan penghapusan
aktiva produktif (PPAP) didukung oleh nilai koefisien determinasi
diperoleh nilai R2 sebesar sebesar 15,8%. Sehingga presentase kontribusi
pengaruh capital adequacy ratio (CAR) dan return on assets (ROA)
terhadap penyisihan penghapusan aktiva produktif sebesar 15,8%.
Sedangkan untuk sisanya 84,2% dipengaruhi oleh variabel lainnya yang
tidak dimasukkan dalam model penelitian ini.
89
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari penjelasan hasil penelitian mengenai Pengaruh Rasio
Kecukupan Modal dan Return On Assets (ROA) Terhadap Penyisihan
Penghapusan Aktiva Produktif Pada Bank Umum Syariah di Indonesia
Periode Tahun 2014-2018 yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka
peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Rasio kecukupan modal berpengaruh signifikan terhadap penyisihan
penghapusan aktiva profuktif (PPAP) pada Bank Umum Syariah di
Indonesia tahun 2014-2018. Hal ini terjadi karena capital adequacy ratio
(CAR) merupakan faktor yang mempengaruhi manajemen laba melalui
pembentukan penyisihan penghapusan aktiva produktif. Aturan Capital
adequacy ratio (CAR) mendorong manajer bertindak opportunistic
melakukan manajemen laba dengan membentuk penyisihan penghapusan
aktiva produktif untuk memenuhi ketentuan regulasi permodalan.
2. Return on assets (ROA) tidak berpengaruh signifikan terhadap penyisihan
penghapusan aktiva produktif pada Bank Umum Syariah di Indonesia tahun
2014-2018. Hal ini berarti Return on assets (ROA) tidak selalu dapat
memicu manajer bertindak opportunistic melakukan manajemen laba
melalui penyisihan penghapusan aktiva produktif. Hal tersebut karena
faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen laba bukan hanya motif
opportunistic namun ada faktor lain yaitu motif signaling.
90
3. Rasio kecukupan modal dan return on assets (ROA) berpengaruh secara
bersama-sama terhadap penyisihan pennghapusan aktiva produktif di Bank
Umum Syariah di Indonesia tahun 2014-2018. Presentase kontribusi
pengaruh rasio kecukupan modal dan return on assets (ROA) terhadap
penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) sebesar 15.8%. Sedangkan
untuk sisanya 84,2% dipengaruhi oleh variabel lainnya yang tidak
dimasukkan dalam model penelitian ini.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas dapat diberikan saran-saran sebagai
berikut :
1. Diharapkan perbankan syariah sebaiknya tidak melakukan manajemen laba
dalam laporan keuangan karena dapat merugikan investor maupun pengguna
laporan keuangan lainnya.
2. Seharusnya bank umum syariah (BUS) lebih menjaga kecukupan modal
(CAR) agar sesuai dengan ketentuan BI sehingga tidak memicu terjadinya
manajemen laba.
3. Bank umum syariah seharusnya menggunakan faktor lain yang lebih
berpengaruh terhadap penyisihan penghapusan aktiva produktif yaitu
earnings before taxes and provisions (EBTP).
4. Bank umum syariah lebih menjaga rasio kecukupan modal dan return on
assets secara bersama-sama agar dapat meminimalisir manajemen laba
melalui penyisihan penghapusan aktiva produktif.
DAFTAR PUSTAKA
Barlian, Eri. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantiitatif. Padang: Sukabina
Press, 2016.
Boedijoewono, Noegroho. Pengantar Statistika Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta:
UPP STIM YKPN, 2016.
Dendawijaya, Lukman. Manajemen Perbankan Edisi Kedua. Bogor: Ghalia
Indonesia, 2003.
Harmono. Manajemen Keuangan Berbasis Balanced Scorecard. Jakarta: Bumi
Aksara, 2017.
Hasan, Zubairi. Undang-Undang Perbankan Syariah: Titik Temu Hukum Islam.
Jakarta: Rajawali Pers, 2009.
Mamhud dan Abdul. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: UPP AMP YKPN,
2005.
Purnomo, Aldy Rochmat. Analisis Statistik Ekonomi Dan Bisnis Dengan SPSS.
Ponorogo: WADE Group, 2016.
Setyadharma, Ardyan. Uji Asumsi Klasik dengan SPSS 16.0. Semarang: Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Semarang, 2010.
Siyoto, Sandu dan Sodik, Ali. Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Literasi
Media Publishing, 2015.
Soemitra, Andri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Kencana, 2009.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
ALFABETA CV, 2016.
Sujarweni, V. Wiratna. Metodologi Penelitian: Bisnis & Ekonomi. Yogjakarta:
PUSTAKABARU PRESS , 2015.
Sulistiawan, Dedhy dan Januarsi, Yeni. Dan Creative Accounting:
Mengungkapkan Manajemen Laba dan Skandal Akuntnasi. Jakarta:
Salemba Empat, 2011.
Sulistyanto, Sri. Manajemen Laba: Teori Dan Model Empiris. Jakarta: PT
Grasindo, 2008.
Supramono, Gotot. Perbankan dan Masalah Kredit. Jakarta: PT Rineka Cipta,
2009.
DAFTAR JURNAL
Arwindo, Irawan Wisnu. “Analisis Pengaruh Kepemilikan Institusional, Leverage,
Ukuran Perusahaan Dan Profitabilitas Terhadap Manajemen Laba.” Skripsi.
Semarang: Universitas Diponegoro, 2013.
Faradila dan Cahyati. “Analisis Manajemen Laba Pada Perbankan Syariah.”
Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan Vol. 4 No. 1. Februari, 2013.
Gunawan, Ketut dan Dermawan, Surya. “Pengaruh Ukuran Perusahaan,
Profitabilitas, Dan Leverage Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Bei).” Jurnal
Akuntansi Vol. 3 No. 1. 2015.
Hardianti, Dina. “Pengaruh Profitabilitas Dan Risiko Kredit Terhadap Penyisihan
Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) Dalam Praktek Manajemen Laba
Pada Perusahaan Perbankan Di Indonesia.” Tesis. Padang: Universitas
Andalas, 2017.
Haryono, Slamet. “Pengaruh Motif Opportunistic, Signaling Dan Capital
Regulation Terhadap Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif.” Disertasi.
Semarang: Universitas Diponegoro, 2008.
Jasman. “Manajemen Laba: Bukti Empiris pada perusahaan perbankan yang
terdaftar di bursa efek Indonesia”. JRAK Vol.11 No. 01. Februari, 2015.
Koosrini. “Pengaruh Rasio Camel Terhadap Praktik Manajemen Laba di Bank
Umum Syariah.” Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro, 2010.
Muhammad, Abel. “Manajemen Laba Pada Laporan Keuangan PT Bank BNI
Syariah Periode 2013-2014.” Skripsi. Jakarta: Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah, 2017.
Purnama, Dendi. “Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Ukuran Perusahaan,
Kepemilikan Institusional, dan Kepemilikan Manajerial Terhadap
Manajemen Laba”. JRKA Vol. 3. Februari, 2017.
Ramadhan, Riza. “Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Manajemen Laba Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Tercatat Di Bei.” SNAPER-EBIS. ISBN : 978-
602-5617-01-0, 2017.
Rinanti, Risna. “Analisis Factor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyisihan
Penghapusan Aktiva Produktif (Studi Komparasi Bank Konvensional dan
Bank Syariah Di Indonesia).”Jurnal Bisnis Strategi, Vol. 21 No. 2.
Desember, 2012.
Sariati, Putri dan Marlinah, Aan. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi PPAP Pada
Bank Syariah dan Bank Konvensional.” Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol.
17 No. 1. ISSN: 1410-9875, 2015.
Senja, Kartika Sari Novita. “Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Manajemen
Laba pada perusahaan Go Public Tahun 2007-2011.” Jurnal Akuntiansi Vol.
1 No. 1. Agustus, 2012.
Setya, Prasavita Amertha Indra. “Pengaruh Return On Asset Pada Praktik
Manajemen Laba Dengan Moderasi Corporate Governance.” Jurnal
Akuntansi Vol. 4 No. 2. ISSN: 2302-8556, 2013.
Susanti, Ayu. “Pengaruh Asimetri Informasi, Ukuran Perusahaan, Kepemilikan
Manajerial, Dan Capital Adequacy Ratio Terhadap Manajemen Laba.” JOM
Fekon Vol. 3 No. 1. Februari, 2016.
Syahfandi, Rizky. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perataan Laba Penyisihan
Penghapusan Aktiva Produktif: Praktik Manajemen Laba Pada Perbankan
Syariah Di Indonesia.” Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro, 2012.
Yogi, Luh Made Dwi Parama dan Ayu Eka Damayanthi, Gusti. “Pengaruh Arus
Kas Bebas, Capital Adequacy Ratio dan Good Corporate Governance Pada
Manajemen Laba.” Jurnal Akuntansi Vol. 15 No. 2. ISSN: 2302-8556 ,
2016.
Yosephani, Makaombohe Yuliati dan Tirayoh. “Ukuran Perusahaan Terhadap
Manajemen Laba Pada Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Periode 2008-2011.” Jurnal Emba Vol. 2 No. 1. ISSN 2303-1174 , 2014.
DAFTAR WEB
Bank Bukopin Syariah. Annual Report. http://www.syariahbukopin.co.id/. diakses
pada tanggal 14 Desember 2019, 21.00.
Bank Jabar Banten Syariah. Annual Report. www.bjbsyariah.co.id. diakses pada
tanggal 14 Desember 2019, 21.00.
Bank Mega Syariah. Annual Report. www.megasyariah.co.id. diakses pada
tanggal 14 Desember 2019, 21.00.
Bank Muamalat Syariah. Annual Report. www.bankmuamalat.co.id. diakses pada
tanggal 14 Desember 2019, 21.00.
Bank Syariah Mandiri. Annual Report. www.syariahmandiri.co.id. diakses pada
tanggal 14 Desember 2019, 21.00.
BCA Syariah. Annual Report. www.bcasyariah.co.id. diakses pada tanggal 14
Desember 2019, 21.00.
BNI Syariah. Annual Report. www.bnisyariah.co.id. diakses pada tanggal 14
Desember 2019, 21.00.
BRI Syariah. Annual Report. www.brisyariah.co.id. diakses pada tanggal 14
Desember 2019, 21.00.
BTPN Syariah. Annual Report. www.btpnsyariah.co.id. diakses pada tanggal 14
Desember 2019, 21.00.