analisis pengaruh kualitas hubungan bisnis dengan outlet dan ...
Transcript of analisis pengaruh kualitas hubungan bisnis dengan outlet dan ...
ANALISIS PENGARUH KUALITAS HUBUNGAN BISNIS DENGAN OUTLET DAN STRATEGI
PELAYANAN OUTLET TERHADAP KINERJA PENJUALAN DALAM MENINGKATKAN
LOYALITAS OUTLET (Studi Kasus PT. Indosat Semarang)
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Pasca Sarjana
Pada Program Magister Manajemen Universitas Diponegoro
Disusun Oleh:
DENNY HENDRATMAN C4A006269
Angkatan XXVIII/Malam
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG 2009
Sertifikasi
Saya, Denny Hendratman, yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa
tesis yang saya ajukan ini adalah hasil karya saya sendiri yang belum pernah
disampaikan untuk mendapatkan gelar pada program Magister Manajemen ini
ataupun pada program lainnya. Karya ini adalah milik saya, karena itu
pertanggungjawabannya sepenuhnya berada di pundak saya
Denny Hendratman
31 Maret 2009
PENGESAHAN TESIS
Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa tesis berjudul:
ANALISIS PENGARUH KUALITAS HUBUNGAN BISNIS DENGAN OUTLET DAN STRATEGI
PELAYANAN OUTLET TERHADAP KINERJA PENJUALAN DALAM MENINGKATKAN
LOYALITAS OUTLET (Studi Kasus PT. Indosat Semarang)
yang disusun oleh Denny Hendratman, NIM C4A006269 Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
pada tanggal 31 Maret 2009
Pembimbing Pertama Pembimbing Kedua Dra. Yoestini, MSi Drs. J. Bagio Mudakir, MSP
Semarang, 31 Maret 2009 Universitas Diponegoro Program Pasca Sarjana
Program Studi Magister Manajemen Ketua Program
Prof. Dr. Augusty Tae Ferdinand, MBA
ABSTRACT
The purpose of this research is to test the influences of quality relationship and outlet service strategic on sales performance to increase outlet loyalty.
The samples size of this research is 100 outlets of PT. Indosat. Using the Structural Equation Modeling (SEM), the results show that the quality relationship and outlet service strategic on sales performance are likely to increase outlet loyalty.
The effect of quality relationship on sales performance is 0,35, the effect outlet service strategic on sales performance is 0,25, the effect sales performance on outlet loyalty is 0,35, The effect of quality relationship on outlet loyalty is 0,35, the effect outlet service strategic on outlet loyalty is 0,22,
Keywords: quality relationship, outlet service strategic, sales performance, and outlet loyalty.
ABSTRAKSI
Penelitian ini ditujukan untuk menguji pengaruh kualitas hubungan dan
strategi pelayanan outlet terhadap kinerja penjualan dalam meningkatkan loyalitas outlet.
Sampel penelitian ini adalah outlet PT. Indosat, sejumlah 100 responden. Structural Equation Modeling (SEM) yang dijalankan dengan perangkat lunak AMOS, digunakan untuk menganalisis data, Hasil analisis menunjukkan bahwa kualitas hubungan dan strategi pelayanan outlet berpengaruh terhadap kinerja penjualan dan meningkatkan loyalitas outlet.
Temuan empiris tersebut mengindikasikan bahwa pengaruh kualitas hubungan terhadap kinerja penjualan adalah signifikan dengan nilai regressi sebesar 0,35; pengaruh strategi pelayanan outlet terhadap kinerja penjualan adalah signifikan dengan nilai regressi sebesar 0,25; pengaruh kinerja penjualan terhadap loyalitas outlet adalah signifikan dengan nilai regressi sebesar 0,35, pengaruh kualitas hubungan terhadap loyalitas outlet adalah signifikan dengan nilai regressi sebesar 0,35; pengaruh strategi pelayanan outlet terhadap loyalitas outlet adalah signifikan dengan nilai regressi sebesar 0,22; Kata Kunci: kualitas hubungan, strategi pelayanan outlet, kinerja penjualan, dan
loyalitas outlet
KATA PENGANTAR
Penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas karunia dan
rahmat yang telah dilimpahkan-Nya, Khususnya dalam penyusunan laporan
penelitian ini. Penulisan tesis ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian dari
persyaratan-persyaratan guna memperoleh derajad sarjana S-2 Magister
Manajemen pada Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Semarang.
Penulis menyadari bahwa baik dalam pengungkapan, penyajian dan
pemilihan kata-kata maupun pembahasan materi tesis ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu dengan penuh kerendahan hati penulis mengharapkan saran, kritik
dan segala bentuk pengarahan dari semua pihak untuk perbaikan tesis ini.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih pada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan tesis ini, khususnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Augusty Tae Ferdinand, MBA, selaku Direktur Program Studi
Magister Manajemen Universitas Diponegoro
2. Dra. Yoestini, MSi, selaku dosen pembimbing utama yang telah mencurahkan
perhatian dan tenaga serta dorongan kepada penulis hingga selesainya tesis ini.
3. Drs. J Bagio Mudakir, MSP, selaku dosen pembimbing anggota yang telah
membantu dan memberikan saran-saran serta perhatian sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis ini.
4. Para staff pengajar Program Pasca Sarjana Magister Manajemen Universitas
Diponegoro yang telah memberikan ilmu-ilmu melalui suatu kegiatan belajar
mengajar dengan dasar pemikiran analitis dan pengetahuan yang lebih baik.
5. Para staff administrasi Program Pasca Sarjana Magister Manajemen Universitas
Diponegoro yang telah banyak membantu dan mempermudah penulis dalam
menyelesaikan studi di Program Pasca Sarjana Magister Manajemen
Universitas Diponegoro.
6. Responden, Outlet-outlet PT. Indosat yang telah mengisi kuesioner dengan
sungguh-sungguh..
7. Dedicated to My Family, yang telah memberikan segala curahan kasih sayang
dan perhatiannya yang begitu besar sehingga penulis merasa terdorong untuk
menyelesaikan cita-cita dan memenuhi harapan keluarga
8. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan tesis ini.
Hanya doa yang dapat penulis panjatkan semoga Allah SWT berkenan
membalas semua kebaikan Bapak, Ibu, Saudara dan teman-teman sekalian. Akhir
kata, semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan.
Semoga tesis ini bisa bermanfaat terutama bagi diri pribadi penulis serta
pihak-pihak yang berkepentingan dengan topik yang sama. Segala kritik dan saran
atas tesis ini tentunya akan sangat bermanfaat untuk penyempurnaan selanjutnya.
Semarang, 31 Maret 2009
Denny Hendratman
DAFTAR ISI
Halaman Judul ................................................................................................................i
Sertifikasi ........................................................................................................................ii
Halaman Persetujuan Draft Tesis....................................................................................iii
Abstract ...........................................................................................................................iv
Abstraksi .........................................................................................................................v
Kata Pengantar ................................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian ............................................................................1
1.2. Perumusan Masalah......................................................................................7
1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian..................................................................8
BAB II TELAAH PUSTAKA IDENTIFIKASI KEBIJAKAN DAN MODEL
PENELITIAN EMPIRIS
2.1. Pendahuluan .................................................................................................10
2.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja Penjualan .................................12
2.3. Loyalitas Outlet ............................................................................................21
2.4. Ringkasan Penelitian Terdahulu...................................................................22
2.5. Pengembangan Model dan Kerangka Pemikiran Teoritis............................31
2.6. Dimensionalisasi Variabel............................................................................32
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Populasi dan Sampel ....................................................................................37
3.2. Jenis dan Sumber Data .................................................................................38
3.3. Metode Pengumpulan Data ..........................................................................39
3.4. Teknik Analisis Data ....................................................................................39
3.5. Uji Instrumen................................................................................................41
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Responden ......................................................................46
4.2. Analisis data .................................................................................................50
4.3. Pengujian Hipotesis......................................................................................63
BAB V SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN
5.1. Simpulan.......................................................................................................67
5.2. Kesimpulan Masalah Penelitian ...................................................................70
5.3. Implikasi Teoritis .........................................................................................71
5.4. Implikasi Kebijakan .....................................................................................71
5.5. Keterbatasan Penelitian ................................................................................74
5.6. Agenda Penelitian Mendatang .....................................................................75
Daftar Pustaka .................................................................................................................76
Riwayat Hidup ................................................................................................................80
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Telepon seluler atau yang biasa dikenal juga dengan sebutan telepon
genggam merupakan alat komunikasi yang sedang booming di baik Indonesia
maupun di dunia internasional. Telepon genggam adalah jenis telepon bergerak
tanpa kabel yang menggunakan teknologi sel sebagai akses komunikasinya
sehingga alat ini dapat memudahkan penggunanya untuk berkomunikasi dimana
saja dan dalam kondisi apapun.
Bisnis penyedia jaringan telekomunikasi (selanjutnya disebut sebagai
operator) seluler di Indonesia khususnya GSM (Global System Module) ternyata
mengalami pertumbuhan yang pesat, termasuk pada masa-masa terjadinya krisis
ekonomi yang dimulai pada tahun 1996 yang belum sepenuhnya pulih hingga
pertengahan tahun 2004 ini. Pada saat industri lain mengalami penurunan drastis,
industri seluler justru mengalami pertumbuhan yang tinggi dan konsisten.
Permintaan jasa selular di Indonesia terus meningkat mengalahkan
pertumbuhan telepon tetap. Telepon seluler tumbuh rata-rata 57% per tahun,
sedangkan telepon tetap berkisar 15-20% per tahun. Jika pada tahun 1996 jumlah
pelanggan seluler yang dilayani tujuh operator baru sekitar 570.000 orang, maka
akhir tahun 2001 sudah mencapai 6,58 juta dengan dilayani sembilan operator.
(Suara Merdeka, Agustus 2002)
Sebagai gambaran, sampai akhir tahun 2001, jumlah pelanggan telepon
seluler di pulau Bali dan Batam sanggup menyamai jumlah pelanggan fixed line
telephone atau PSTN (Public Switching Telephone Network), telepon konvensional
yang selama ini diselenggarakan oleh PT Telkom. Bahkan berdasarkan perkiraan
realistis dari ATSI (Asosisasi Telepon Seluler Indonesia), sebelum akhir tahun
2002, jumlah pelanggan telepon seluler di seluruh Indonesia sudah melampaui
telpon PSTN dari PT Telkom.
Melihat angka penetrasinya yang baru 3,6 % pada tahun 2003 dari jumlah
penduduk sekitar 221 juta jiwa, tampak betapa masih sangat luas pasar yang bisa
digarap para operator layanan seluler (Goldman Sachs Report, 2004). Jumlah
pelanggan diperkirakan akan terus tumbuh. Tahun ini proyeksi pertumbuhan pasar
seluler antara 40% dan 50%. Bahkan, ada kemungkinan bisa lebih tinggi bila
didukung beberapa faktor. Antara lain kondisi perekonomian nasional yang
tergambar pada angka pertumbuhan ekonomi, serta nilai tukar rupiah terhadap
dolar AS yang membaik.
Saat ini jumlah pelanggan ponsel seluler yang berbasiskan teknologi GSM
tercatat sebanyak 20,65 juta atau telah jauh melampui angka pelanggan fixed line
(telepon tetap) yang mencapai sekitar 9 juta. Ini berarti, pelanggan selular di
Indonesia baru sekitar 10 persen dari 220 juta penduduk di Indonesia yang
potensial memakai ponsel. Padahal, penetrasi ponsel di negara maju saat ini,
berkisar 60 persen – 70 persen. Dengan tingkat densitas yang masih rendah ini,
mengindikasikan bahwa masih sangat terbuka peluang bagi perusahaan untuk
berbisnis pada industri ini.
Peluang pasar seluler yang masih sangat terbuka, terutama dikaitkan
dengan jumlah penduduk, menyebabkan cukup banyak investor yang berniat
menanamkan modalnya. Apalagi setelah UU No 36/ 1999 tentang Telekomunikasi
diberlakukan. UU tersebut memberi peluang pada liberalisasi bisnis
telekomunikasi, meski ada upaya melindungi pelaku dari BUMN.
Sentimen positif yang terjadi pada bisnis operator seluler ini bisa dilihat
dari dua hal, yaitu (Swaplus, Mei 2004):
• Maraknya produk baru yang dipasarkan di bisnis telekomunikasi. Produk
baru yang dimaksud, bisa hanya variannya yang baru, seperti Satelindo yang
memunculkan Mentari Gemilang atau Telkomsel yang meluncurkan Simpati
Hoki, Kartu As atau bisa pula produk yang benar-benar baru, misalnya Frend
dan Esia.
• Amat aktif dan agresifnya para pemain menggarap pasar, baik mereka yang
bergerak di lini vendor, operator, distribusi, maupun penyedia jaringan. Hal
ini dapat dilihat dari kegiatan yang dilakukan di mal-mal atau pusat
perbelanjaan. Setiap Sabtu dan Minggu tak pernah absen pameran yang
diselenggarakan para pemasar di bisnis ini. Demikian juga promosi above the
line melalui TV dan media cetak, tidak pernah ada putusnya.
Akibatnya adalah jumlah masyarakat yang memakai telepon bergerak ini
terus bertambah. Saat ini pelanggan Telkomsel sudah mencapai sekitar 9,6 juta,
sedangkan pelanggan Satelindo sekitar 6,5 juta orang, belum lagi para pelanggan
IM3, Excelcom, dan pelanggan TelkomFlexi (Telekomunikasi, November 2003).
Dalam sehari Tekomsel saja sudah bisa mengatifasi 10 ribu pelanggan, belum lagi
operator yang lain seperti Satelindo, IM3, Exelcom dan lainnya. Ini menunjukan
bahwa industri seluler di Indonesia saat ini sedang berada pada posisi bertumbuh
(growth).
PT Indosat Multi Media Mobile atau lebih dikenal dengan IM3, mulai
beroperasi Agustus 2001. IM3 merupakan operator pertama di Indonesia
yang menggunakan teknologi GSM 1800 berskala nasional. Teknologi GSM
1800 memungkinkan IM3 melayani lebih banyak pelanggan, karena
kapasitasnya yang lebih besar. Selain itu lebih mudah tersambung, dengan
GSM 1800 kemungkinan drop call, blank spot atau network busy bisa
diminimalkan.
Saat ini untuk menunjang semua kecanggihan yang ditawarkan, IM3
tengah giat melakukan pembangunan jaringan. Saat ini IM3 telah memiliki
1300 BTS yang terdapat di Jabotabek, Bandung, Jogja, Solo, Semarang,
Surabaya, Malang, Denpasar dan Batam. Selain menambah BTS, IM3 juga
akan menambah sejumlah Mobile Switching Center (MSC) dan Base Station
Control (BSC) di beberapa wilayah yang memiliki traffic tinggi seperti
Semarang, Bali dan Bandung. IM3 termasuk yang berhasil dalam
mengembangkan jasa telepon seluler di dalam negeri. Meskipun perusahaan
baru namun telah mampu meraih pelanggan sebanyak 500.000. Market Share
industri telekomunikasi untuk Tahun 2008 dapat dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 1.1: Market Share Industri Telekomunikasi Tahun 2008
No Kartu
Telepon
Jan Febr Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des
1 Indosat 41,21 41,46 42,05 42,53 42,97 44,12 45,36 44,78 44,21 43,44 43,02 41,17
2 Telkomsel 42,19 44,09 45,79 46,38 46,99 47,29 43,71 47,79 48,09 49,12 50,09 52,77
3 XL 11,98 12,05 12,45 12,85 13,21 13,65 13,96 14,01 14,26 14,52 14,87 15,03
Sumber: PT. Indosat, 2009
Saat ini PT IM3 telah digabungkan dengan PT Satelindo menjadi anak
perusahaan PT Indosat. Penggabungan ini merupakan langkah strategis bagi
Indosat untuk terus meningkatkan daya saingnya di sektor ini. Market share untuk
perusahaan jasa telekomunikasi masih dikuasai oleh PT. Telkomsel yaitu sebesar
52,77% kemudian PT. Indosat sebesar 41,17% dan XL sebesar 15,03% (data bulan
Desember 2008). Berdasarkan data tersebut maka PT. Indosat perlu meningkatkan
lagi kinerja penjualan untuk meningkatkan loyalitas outlet.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan (research problem) dan
kesenjangan penelitian yang ada (research gap) , penelitian ini mencoba melihat
permasalahan yang terjadi pada PT. Indosat dari faktor externalnya, yaitu
kemampuan manajemen distribusi outlet. Ini dikarenakan keadaan external
merupakan hal yang sulit untuk dikontrol karena diluar kendali manajemen
perusahaan. Hal ini juga didukung adanya data yang menunjukkan bahwa
penguasaan pangsa pasar untuk industri telekomunikasi masih dikuasai oleh PT.
Telkomsel, sehingga perlu ditingkatkan kinerja penjualan PT. Indosat guna
meningkatkan loyalitas outlet.
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka dapat dirumuskan pertanyaan
penelitian ini yaitu :
1. Apakah terdapat pengaruh signifikan kualitas hubungan bisnis dengan
outlet terhadap kinerja penjualan?
2. Apakah terdapat pengaruh signifikan strategi pelayanan dengan outlet
terhadap kinerja penjualan?
3. Apakah terdapat pengaruh signifikan kualitas hubungan bisnis dengan
outlet terhadap loyalitas outlet?
4. Apakah terdapat pengaruh signifikan strategi pelayanan outlet terhadap
loyalitas outlet?
5. Apakah terdapat pengaruh signifikan kinerja penjualan terhadap loyalitas
outlet?
1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menganalisis pengaruh signifikan kualitas hubungan bisnis dengan outlet
terhadap kinerja penjualan.
2. Menganalisis pengaruh signifikan strategi pelayanan dengan outlet terhadap
kinerja penjualan.
3. Menganalisis pengaruh signifikan kualitas hubungan bisnis dengan outlet
terhadap loyalitas outlet.
4. Menganalisis pengaruh signifikan strategi pelayanan outlet terhadap
loyalitas outlet.
5. Menganalisis pengaruh signifikan kinerja penjualan terhadap loyalitas
outlet.
1.3.2. Kegunaan Penelitian
1. Memberikan kontribusi terhadap ilmu pengetahuan dan arahan
selanjutnya khususnya mengenai bidang manajemen pemasaran dari
faktor-faktor variabel yang mempengaruhi terhadap kinerja penjualan
dan mempertegas penelitian bahwa variabel kinerja penjualan benar-
benar berpengaruh terhadap loyalitas outlet.
2. Memberikan masukan bagi para PT. Indosat sehingga dapat digunakan
untuk memperbaiki, mengembangkan dan meningkatkan dalam
menjalankan aktivitas bisnis perusahaan.
BAB II
TELAAH PUSTAKA, IDENTIFIKASI KEBIJAKAN, DAN MODEL PENELITIAN EMPIRIS
2.1. Pendahuluan
Kinerja penjualan merupakan salah satu dimensi kinerja penjualan, dimana
kinerja penjualan sebagai hasil dari serangkaian kegiatan perusahaan merupakan
dampak dari peran seluruh bagian dalam organisasi. Kualitas hubungan adalah
suatu konstruk yang mencerminkan ukuran secara keseluruhan iklim hubungan di
dalam perusahaan (Johnson, 1999). Kemampuan Tenaga Penjualan adalah sebagai
penilaian terhadap kualitas perilaku dalam bekerja, konsep kualitas perilaku ini
merefleksikan aktivitas tenaga penjualan yang menunjukkan hasil yang berbeda-
beda (Plank dan Reid, 1994). Distribusi Selling-In adalah semua kegiatan yang
dilakukan oleh produsen dalam menjual barang atau layanan kepada perantara
(intermediate) yang mana untuk dibisniskan kembali (Ferdinand, 2000). Kinerja
penjualan adalah suatu yang ingin dicapai oleh perusahaan yaitu kemampuan
perusahaan dalam mengefektitkan perusahaan, meningkatkan pangsa pasar serta
profitabilitas.
2.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Penjualan
2.2.1 Pengaruh Kualitas Hubungan Bisnis Dengan Outlet Terhadap Kinerja
Penjualan.
Sebagai modal hubungan baik perusahaan adalah jumlah dari seluruh
pengetahuan, pengalaman, dan kepercayaan (trust) yang dimiliki oleh sebuah
perusahaan dengan para pelanggannya, para pegawai, pemasok, dan partner-
partner distribusinya. Kualitas dari hubungan-hubungan baik tersebut seringkali
jauh lebih berharga dari pada aset fisik perusahaan. Kualitas hubungan yang baik
akan menentukan nilai masa depan perusahaan tersebut. Pemasaran berdasarkan
pada hubungan baik mengakui pentingnya berbagai pihak diantaranya pemasok,
pegawai, distributor, agen, pengecer dalam bekerja sama untuk memberikan nilai-
nilai yang terbaik bagi sasaran pelanggan (Kotler, 2004).
Menurut Johnson (1999), kualitas hubungan antara produsen dengan
distributor atau intermediate perlu diperhitungkan dalam membina hubungan
dengan perusahaan. Kualitas hubungan meliputi kepercayaan (trust), komitmen
(commitment) maupun kejujuran (fairness). Heide dan John (1992) dengan tegas
mendefinisikan norma hubungan disyaratkan sebagai kelanjutan dari suatu tipe
norma yang saling melengkapi. Tiga dimensi yang dapat diidentifikasi yaitu
fleksibelitas (flexibility), solidaritas (solidarity), dan saling tukar informasi
(information exchange).
• Fleksibelitas didefinisikan bahwa harapan kedua belah pihak dapat
menyesuaikan keadaan yang berubah. .
• Solidaritas didefinisikan bahwa kedua belah pihak mengharapkan nilai
yang
tinggi dari hubungan tersebut.
• Saling tukar informasi didefinisikan bahwa harapan kedua belah pihak akan
proaktif dalarn menyediakan layanan informasi kepada partnernya. Dengan
demikian baik produsen maupun intermediate hendaknya saling memberi
dan mengisi sehingga terjalin suatu hubungan yang saling menguntungkan.
Siguaw dkk (1998) dalam penelitiannya menyatakan ada beberapa ukuran
yang dapat dipakai untuk mengetahui kedekatan hubungan dengan pelanggan,
seperti : kelancaran komunikasi dan keakraban, sikap dan penerimaan perusahaan
oleh pelanggan, kepercayaan (trust), loyalitas dan komitmen pelanggan (customer
commitment). Tugas utama pemasok adalah bagaimana menjaga dan membentuk
hubungan baik dengan pelanggan agar mendatangkan penjualan yang optimal.
Penelitian Sujoko (2002) memperkuat penelitian sebelumnya bahwa
kualitas hubungan berpengaruh positif terhadap distribusi selling-in, kualitas
hubungan ditunjukan dengan lima indikator diantaranya ; komitmen
(commitment), kepercayaan (trust), solidaritas (solidarity), fleksibelitas
(flexibility), dan saling tukar informasi (information exchange). Wahyudi (2002)
menyatakan bahwa kualitas hubungan dipengaruhi oleh tiga indikator yaitu;
komitmen (commitment), kepercayaan (trust), solidaritas (solidarity). Sementara
Arif (2004) dalam penelitiannya memperlihatkan bahwa tiga indikator
kepercayaan (trust), komitmen (commitment), dan kelancaran komunikasi adalah
faktor yang mendukung hubungan dengan outlet.
Ketika pengecer (retailer) menerima pemasok mereka bersepakat untuk
berhubungan bisnis, mereka mengetahui bahwa pemasok akan bekerja keras untuk
membuat hubungan kerja. Kerjasama antara pemasok dan pengecer untuk
meningkatkan keuntungan antara keduanya perlu dievaluasi sebagai kinerja, Jap
dan Ganesan (2000).
Anderson dan Weitz (1992) menjelaskan bahwa komitmen suatu hubungan
dilakukan sangat sederhana, penilaian yang positif dari kegiatan dasar dengan
pertimbangan dari benefit saat ini. Hal ini diimplementasikan pada orientasi
hubungan jangka panjang. Jab dan Ganesan (2000) menegaskan bahwa komitmen
adalah cerminan untuk melihat kedepan dan refleksi dari keinginan untuk
memiliki dan manfaat dari hubungan jangka panjang. Dalam penelitiannya
ditemukan bahwa begitu lemahnya pengecer, sehingga diilustrasikan komitmen
pemasok dari perpektif pengecer. Oleh karena itu persepsi pengecer terhadap
komitmen pemasok mempunyai hubungan yang kuat dengan kenyataan bahwa
tingkat komitmen pemasok berpengaruh secara kritis terhadap pengecer. Persepsi
pengecer terhadap komitmen pemasok akan terjadi perubahan evaluasi pengecer
terhadap kinerja pemasok, tingkat konflik dan kepuasan hubungan. Semakin
bertambah komitmen pemasok akan mempunyai dampak positif terhadap
pengecer.
Morgan dan Hunt (1994) membangun sebuah model teori yaitu
relationship marketing yang mana difokuskan pada relational exchange dan
hubungan komitmen dan trust. Dalam penelitiannya dikemukakan bahwa untuk
membangun kepercayaan (trust), kualitas hubungan dapat dibentuk melalui
komitment (commitment) dan trust.
• Relationships commitment didefinisikan sebagai pertukaran sesuatu
dimana mitra akan percaya bahwa hubungan yang telah berjalan dengan
yang lainnya merupakan hal penting dan memberikan jaminan yang
maksimum dan berusaha merawatnya. Komitmen merupakan hubungan
saling percaya dalam melakukan pekerjaan dan memastikannya untuk
jangka waktu tidak terbatas.
Berry dan Prasuraman (1991) dalam pelayanan relationship marketing,
menekankan bahwa memelihara suatu hubungan adalah dibangun dengan dasar
saling percaya. Seperti halnya dengan konsumen loyal terhadap merek, merupakan
proses yang harus dilalui. Moorman, Deshpane dan Zaltman (1993)
mendefinisikan trust sebagai kemauan untuk percaya terhadap perubahan mitra
bisnis terhadap suatu hal yaitu kepercayaan. Anderson dan Narus (1990)
menyatakan bahwa trust adalah perusahaan percaya pada kinerja dan aktifitas
perusahaan lain yang menghasilkan hal positif bagi perusahaan, tetapi tidak
mengharapkan suatu hasil yang negatif. Sedangkan Anderson dan Narus (1990)
menyatakan bahwa kepercayaan merupakan masalah penting dalam menjalin
hubungan kerja sama dan menjadi dasar bagi kelanjutan sebuah hubungan.
Kepercayaan diartikan sebagai kemauan outlet untuk mengandalkan perusahaan
sebagai akibat dari kredibilitas dan kepedulian yang ditunjukkan oleh perusahaan
tersebut, Moorman dkk (1993). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Morgan dan
Hunt (1994) membuktikan bahwa kepercayaan merupakan salah. satu faktor yang
mendukung terciptanya kooperasi dengan para mitra. Anderson dan Narus (1990)
mengemukakan bahwa kepercayaan pada pemasok dapat mengurangi konflik dan
memperkuat kepuasan saluran distribusi. Doney dan Cannon (1997) menambahkan
bahwa pada konteks saluran distribusi, penelitian telah menunjukan bahwa saluran
distribusi ke bawah yang percaya kepada pemasoknya menunjukan tingkat
kooperatif yang lebih tinggi, dan melakukan upaya yang lebih baik bagi
kepentingan prinsipal.
Jab dan Ganesan (2000) mengatakan bahwa kepuasan adalah hasil
pengaruh yang tetap dari penilaian terhadap semua aspek dari hubungan kerja
perusahaan dengan perusahaan lain. Menurut penelitiannya kepuasan hubungan,
dapat diukur dengan secara luas terhadap rasa puas pengecer dengan kembalinya
biaya finansial dari hubungan tersebut, kualitas produk pemasok dan servis serta
dorongan penawaran oleh perwakilan penjualan pemasok. Pada akhirnya, sebagai
ketergantungan pemasok dan pengecer semakin meningkat, mempertinggi
kepuasan. Ketergantungan asimetri untuk kepentingan pengecer berdampak
langsung terhadap kinerja hubungan, hasil evaluasinya dalam hal ini, kinerja
pemasok lebih banyak positif dan memuaskan serta tingkat konflik semakin
berkurang.
Cannon & Homburg (2001) berpendapat bahwa kualitas hubungan yang
tinggi berpengaruh terhadap meningkatnya pembelian dari pelanggan.
Meningkat atau menurunnya jarak sosial antara tenaga penjualan dengan
pelanggannya (retailer) akan memberikan pengaruh pada kualitas hubungan
bisnis. Tenaga penjualan yang memberikan layanan aktif, misal : tenaga penjualan
berinisiatif untuk selalu mengadakan kontak personal agar dapat mengikuti
perubahan kebutuhan retailer yang menjadi pelanggannya, atau tenaga penjualan
selalu mengadakan kontak personal untuk menjelaskan adanya produk-produk
baru, akan menuju pada tercapainya kualitas hubungan yang lebih tinggi. Tipe
perilaku seperti ini adalah intisari atau pokok dari relationship marketing. Kontak
personal yang aktif oleh tenaga penjualan akan membuat perusahaan penyedia
barang atau jasa (supplier) menjadi makin mengenal kebutuhan dan permintaan
perusahaan retailer pelanggannya dengan makin baik. Retailer yang menerima
layanan aktif dari seorang tenaga penjualan akan mencapai tingkat kualitas
hubungan yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang menerima layanan
dari tenaga penjualan yang pasif (Frankwick, Porter, dan Crosby, 2001).
Menurut penelitian Day (2000) menyatakan perlunya perusahaan untuk
menjalin hubungan dengan para mitranya. Kemampuan perusahaan untuk
melakukan hal ini akan berdampak pada peningkatan kemampuan perusahaan
dalam menghadapi persaingan yang ada. Hubungan dengan outlet dapat dipandang
sebagai bentuk kerjasama yang terjalin antara perusahaan dengan outlet. Morgan
dan Hunt (1994) menyatakan bahwa bentuk kerjasama antar jaringan perusahaan
dapat meningkatkan kemampuan perusahaan untuk bertahan dan memenangkan
persaingan.
Johnson (1999) dalam penelitiannya menyatakan bahwa dalam sebuah
kualitas hubungan antar perusahaan yang baik, kepercayaan (trust) dan kejujuran
(fairness) lebih mendominasi dalam berinteraksi dan berassosiasi antara orang-
orang yang terlibat dalam perusahaan. Beberapa karakteristik seperti kepercayaan
(trust) dan kejujuran (fairness) dapat menjadi ciri khas dalam hubungan yang baik
antara perusahaan. Ketika sebuah perusahaan percaya dalam aktifitasnya menjalin
hubungan dengan mitranya dan dapat melakukanya dengan jujur (fair) dalam
menjalankan hubungannya tersebut, maka perusahaan akan lebih cenderung untuk
menunjukan hubungannya sebagai sebuah asset yang strategik dan sebagai alat
strategi perusahaan. Semua yang terlibat dalam perusahaan akan melihat hal ini dan
berusaha melakukan untuk mengoptimalkan potensi strategi dari kualitas hubungan
yang baik.
Michael Treacy (1996) mengatakan bahwa salah satu strategi
mempertahankan pasar yang dilakukan para pemimpin pasar adalah kedekatan
hubungan dengan pelanggan (Consumer Intimacy). Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa hubungan distributor dengan pelanggan akan berpengaruh
positif terhadap penjualan (selling-in) perusahaan. Oleh karena itu, hipotesis yang
diajukan adalah :
Hipotesis 1 :
Semakin tinggi kualitas hubungan bisnis perusahaan dengan outletnya
maka akan semakin tinggi kinerja penjualan.
Hipotesis 3 :
Semakin tinggi kualitas hubungan bisnis perusahaan dengan outletnya
maka akan semakin tinggi loyalitas outlet.
2.2.2 Pengaruh Strategi Pelayanan Outlet Terhadap Kinerja Penjualan.
Strategi pelayanan outlet adalah strategi yang diambil oleh manajemen
dalam menjawab pertanyaan : bagaimana suatu outlet itu dikelola guna
mendatangkan manfaat yang paling optimal bagi perusahaan (Yochanan, 2005).
Sebagai perusahaan yang pelanggannya adalah para outlet, maka strategi
pelayanan outlet sendiri merupakan salah satu penentu keberhasilan penjualan bagi
perusahaan tersebut. Efektifitas keputusan manajemen atas pelayanan outlet akan
sangat tergantung dari strategi yang digunakan untuk memadukan kemampuan
tenaga penjualan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya yang menyangkut
ketepatan kunjungan (call), penjualan yang tercipta (sales), sistem pembayaran
penjualan (term of payment) yang tepat, dan kebijakan retur (return policy) yang
dipakai. Hal ini sejalan dengan pendapat Ferdinand (2000) dalam proposisinya
menyatakan bahwa pada cakupan kerja manajemen selling-in, kinerja penjualan
(kinerja selling-in) akan bergantung pada efektifitas fungsi call, contract (buy and
sales), new open account serta account receivables dengan memperhatikan faktor-
faktor di luar kendali yaitu perilaku membeli dari pelanggan atau outlet.
Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Moore (1992) terhadap agen dan
distributor di Jerman dan Inggris menunjukkan bahwa kunjungan, kebijakan kredit,
dan insentif finansial yang dilakukan oleh perusahaan akan meningkatkan motivasi
agen dan distributor untuk melanjutkan kerjasama dengan perusahaan tersebut.
Motivasi ini memegang peran penting dalam mendongkrak penjualan produk
perusahaan kepada para pelanggan atau konsumen akhir. Disisi lain hal ini
merupakan keuntungan bagi perusahaan karena akan meningkatkan volume
penjualan produk perusahaan kepada para outlet rekanannya.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Sunaryo (2002)
membuktikan bahwa memadukan seluruh kebijakan manajemen dilapangan
melalui tenaga penjualan serta mengoptimalkan seluruh kemampuan yang dimiliki
tenaga penjualannya merupakan sebuah strategi dalam melayani pelanggan (outlet)
yang strategis. Untuk itu maka, semakin terpadunya kemampuan tenaga penjualan
melaksanakan fungsi kunjungan (call), penjualan (sales), termin pembayaran (term
of payment), dan kebijakan retur maka akan semakin baik kinerja manajemen
selling-in yang dihasilkannya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Doney dan
Cannon (1997) juga menunjukkan bahwa frekuensi kontak bisnis atau kunjungan
yang dilakukan oleh perusahaan melalui para tenaga penjualannya akan mampu
mempengaruhi keputusan perusahaan pembeli (outlet rekanan) untuk membeli
produk perusahaan. Lebih jauh dijelaskan bahwa melalui kontak bisnis yang
dilakukan perusahaan maka sebenamya perusahaan menjalin kedekatan hubungan
(interpersonal) dan akan mempercepat pemahaman perusahaan akan kebutuhan
outlet rekanan. Dengan memahami kebutuhan outlet rekanan tersebut maka
perusahaan dapat mengambil kebijakan tepat yang mendukung efektifitas
manajemen selling-in-nya. Oleh karena itu, hipotesis yang diajukan adalah :
Hipotesis 2 :
Semakin terpadunya fungsi-fungsi strategi pelayanan outlet, maka akan
semakin baik kinerja penjualan.
Hipotesis 4 :
Semakin terpadunya fungsi-fungsi strategi pelayanan outlet, maka akan
semakin baik loyalitas outlet.
2.3. Loyalitas Outlet
Baru sekarang ini terdapat peneliti yang tertarik dalam penelitian
hubungan pemasaran dan loyalitas outlet yang memusatkan perhatian pada kontek
outlet (Reynolds dan Arnold, 2000). Loyalitas outlet di tunjukkan oleh 1) porsi
bisnis yang diberikan ke produsen; 2) Pemberian kesempatan pertama dan 3)
pemberian waktu yang luas untuk menyediakan calon yang berkualitas sebelum
memanggil kompetitor (Jackson, 1985 dalam Liu dan Leach, 2001).
Dick dan Basu (1994) dalam Reynold dan Arnold (2000) menyarankan
bahwa hasil akhir loyalitas outlet meliputi positive word of mouth ( pernyataan
positif), resistance to counter-persuasion (ketahanan terhadap bujukan) dan
search motivation ( pencarian motivasi). Para peneliti juga telah menetapkan
bahwa cakupan dari loyalitas dijelaskan secara luas melalui hubungan antara
perilaku loyal dan intensitas .Dimensi dari loyalitas outlet meliputi positive word of
mouth (pernyataan positif), share of purchase (porsi bisnis) dan competitive
resistance (ketahanan terhadap bujukan) menurut (Jones dan Sasser, 1995;
Zeithaml, Berry dan Parasuraman, 1996; Berry dan Parasuraman, 1991; Jarvis dan
Wilcox 1977; Dick dan Basu , 1994 semua dalam Reynold dan Arnold, 2000).
Oleh karena itu, hipotesis yang diajukan adalah: :
Hipotesis 5 :
Semakin tinggi kinerja penjualan, maka akan semakin tinggi loyalitas
outlet
2.4. Ringkasan Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang Kinerja Selling-In sudah banyak dilakukan oleh peneliti
sebelumnya dan diantaranya yang digunakan sebagai referensi utama penelitian ini
adalah seperti yang nampak pada beberapa tabel sebagai berikut :
Tabel 2.2.
Ringkasan Penelitian Terdahulu Penulis Variabel yang diuji Dimensi Variabel Metode Analisis Hipotesis &
Kesimpulan Sujoko (2002)
Variabel Independen (exogen) : Kualitas Hubungan dan Kinerja Tenaga Penjualan Variabel Dependen (endogen) :
Kualitas Hubungan 1.Komitmen 2.Kepercayaan 3.Solidaritas 4.Fleksibelitas 5.Saling Tukar Informasi Distribusi Selling-in:
Teknik Pengambilan Sampel : Cluster random sampling dan proposional random sampling (populasi 300 outlet, 171 sample)
Pengujian hipotesis: Dari 3 hipotesis yang diajukan hasilnya positif. (1). Variabel kualitas hubungan berpengaruh positif terhadap distribusi
Distribusi Selling-In dan Kinerja penjualan
1.Menambah jumlah distribusi 2. Menambah area coverage 3. Menciptakan pasar baru Kinerja penjualan : 1.Efektifitas perusahaan 2.Pertumbuhan market share 3. Kemampulabaan
Alat analisis : The Structural Equation Model (SEM) dari paket AMOS.
selling-in. (2). Variabel kinerja tenaga penjualan berpengaruh positif terhadap distribusi selling-in. (3). Variabel distribusi selling-in berpengaruh positif terhadap kinerja penjualan.
Penulis Variabel yang diuji Dimensi Variabel Metode Analisis Hipotesis & Kesimpulan
Bambang B. Sunaryo (2002)
Variabel Independen (exogen) : Strategi pelayanan outlet, Hubungan dengan outlet, citra perusahaan, dukungan prinsipal, dan aktivitas kompetitor. Variabel Dependen (endogen) : Selling-In, ketersediaan & kelengkapan produk , selling-out, dan kinerja penjualan
Dimensi Variabel : Strategi pelayanan outlet 1. Kunjungan (call) 2. Penjualan (sales) 3. Periode bayar 4. Kebijakan retur Hubungan dengan outlet : 1. Intensitas kontak 2. Lama hubungan 3. Tingkat kepercayaan Dukungan prinsipal 1.Periklanan 2.Promosi dagang 3.Promosi konsumen
Teknik Pengambilan Sampel : Area sampling, (populasi 160 outlet, sample 94%) Alat analisis : The Structural Equation Model (SEM) dari paket AMOS.
Pengujian hipotesis: Dari 10 hipotesis yang diajukan hasilnya dapat diterima (positif). (1). Variabel kemampuan tenaga penjualan berpengaruh positif terhadap kinerja selling-in. (2). Variabel hubungan dengan outlet berpengaruh positif terhadap selling-in. (3). Variabel dukungan prinsipal berpengaruh positif
Kualitas Hubungan
Distribusi Selling-in
Kinerja penjualan
Model Penelitian
Kinerja Tenaga Penjualan
H1
H2
H3
Selling-In : 1. Nilai penjualan ke outlet 2. Penjualan unit ke outlet 3. Nilai retur dari outlet Kinerja penjualan : 1. Volume Penjualan 2. Pertumbuhan penjualan (sales growth) 3.Porsi pasar (market share)
terhadap selling-in. (4) Variabel Strategi pelayanan outlet berpengaruh positif terhadap selling-in.
Penulis Variabel yang diuji Dimensi Variabel Metode Analisis Hipotesis & Kesimpulan
Muhamad Ali Akbar (2003)
Variabel Independen (exogen) : Hubungan distributor dengan outlet, citra perusahaan, dan kemampuan tenaga pemasaran. Variabel Dependen (endogen) : Selling-In dan Kinerja penjualan
Dimensi Variabel : Hubungan distributor dengan outlet 1.Komitmen 2.Kepercayaan 3.Fleksibelitas Kemampuan tenaga pemasaran : 1.Tingkat ketrampilan 2.Tingkat profesionalitas 3.Ketanggapan Selling-in : 1.Nilai penjualan ke outlet 2.Penjualan unit ke outlet 3.Nilai retur dari outlet Kinerja penjualan : 1.Volume penjualan
Teknik Pengambilan Sampel : Random sampling, (populasi 387 outlet, sampel 105 outlet) Alat analisis : The Structural Equation Model (SEM) dari paket AMOS.
Pengujian hipotesis: Dari 4 hipotesis yang diajukan hasilnya dapat diterima (positif). (1). Variabel Hubungan distributor dengan outlet berpengaruh positif terhadap selling-in (2). Variabel kemampuan tenaga pemasaran berpengaruh positif terhadap selling-in. (3). Variabel Selling-in berpengaruh positif terhadap kinerja penjualan.
Hubungan Distributor
H6
H9
H8
2.Pertumbuhan penjualan 3.Pertumbuhan pelanggan
Penulis Variabel yang diuji Dimensi Variabel Metode Analisis Hipotesis & Kesimpulan
Fredrich Gamaliel S. (2004)
Variabel Independen (exogen) : Kemampuan Tenaga Penjualan, Strategi Pelayanan Outlet, dan Hubungan Dengan Outlet. Variabel Dependen (endogen) : Kinerja Selling-In, dan Kinerja Pemasara
Dimensi Variabel : Kemampuan Tenaga Penjualan : 1.Kemampuan presentasi 2.Kemampuan menyediakan informasi 3.Kemampuan menyelesaikan masalah Strategi Pelayanan Outlet : 1.Kunjungan (call) 2.Kebijakan pembayaran 3.Kebijakan retur Hubungan Dengan Outlet : 1.Kepercayaan 2.Intensitas komunikasi 3.Kepuasan Kinerja Selling-In, : 1.Nilai penjualan ke outlet 2.Penjualan unit ke
Teknik Pengambilan Sampel : Kuota sampling, (populasi 113 outlet) Alat analisis : The Structural Equation Model (SEM) dari paket AMOS.
Pengujian hipotesis: Dari 4 hipotesis yang diajukan hasilnya dapat diterima (positif). (1). Variabel kemampuan tenaga penjualan berpengaruh positif terhadap kinerja selling-in (2). Variabel strategi pelayanan outlet berpengaruh positif terhadap kinerja selling-in. (3). Variabel hubungan dengan outlet berpengaruh positif terhadap kinerja selling-in. (4) Variabel kinerja selling-in berpengaruh positif terhadap kinarja pemasaran.
Model Penelitian
Selling-In
H3
H4
outlet 3.Kemauan melanjutkan hubungan Kinerja penjualan : 1.Volume penjualan 2.Pertumbuhan penjualan 3.Porsi pasar
Penulis Variabel yang diuji Dimensi Variabel Metode Analisis Hipotesis & Kesimpulan
M.Idris Arif (2004)
Variabel Independen (exogen) : Strategi pelayanan outlet, Hubungan outlet, dan citra perusahaan. Variabel Dependen (endogen) : Kinerja selling-in, dan kinerja penjualan
Dimensi Variabel : Strategi pelayanan outlet : 1.Ketepatan kunjungan 2.Sistem pembayaran 3.Kebijakan retur Hubungan dengan outlet : 1.Kelancaran komunikasi 2.Kepercayaan 3.Komitmen Kinerja Selling-in : 1.Penjualan ke outlet 2.Perputaran produk 3.Minimalisasi biaya penyimpanan Kinerja penjualan: 1.Porsi pasar 2.Pertumbuhan penjualan 3.Keuntungan
Teknik Pengambilan Sampel : Purposive sampling, (populasi 515 supplier, sampel 100 supplier) Alat analisis : The Structural Equation Model (SEM) dari paket AMOS.
Pengujian hipotesis: Dari 4 hipotesis yang diajukan hasilnya dapat diterima (positif). (1). Variabel strategi pelayanan outlet berpengaruh positif terhadap kinerja selling-in. (2). Variabel Hubungan outlet berpengaruh positif terhadap kinerja selling-in. (3). Variabel Kinerja selling-in berpengaruh positif terhadap kinerja penjualan.
Model Penelitian Strategi Pelayanan
Outlet
Model Penelitian Kemampuan Tenaga
Penjualan
Strategi Pelayanan
Outlet
Kinerja Selling-in
Hubungan Dengan Outlet
Kinerja Pemasaran
H4
H1
H3
H2
H1
Penulis Variabel yang diuji Dimensi Variabel Metode Analisis Hipotesis & Kesimpulan
Ahmad Hanfan (2005)
Variabel Independen (exogen) : Hubungan dengan outlet, citra perusahaan, dan kemampuan tenaga penjualan. Variabel Dependen (endogen) : Selling-in dan Kinerja penjualan
Dimensi Variabel: Hubungan dengan outlet : 1.Intensitas komunikasi 2.Lama hubungan 3.Tingkat kepercayaan Kemampuan tenaga penjualan : 1.Ketrampilan 2.Ketepatan 3.Profesionalisme Selling-in : 1.Ketersediaan produk 2.Kelengkapan produk 3.Nilai retur dsri outlet Kinerja penjualan: 1.Volume Penjualan 2.Pertumbuhan penjualan 3.Pertumbuhan pelanggan
Teknik Pengambilan Sampel : Area Sampling, 115 sampel dari 130 populasi Alat analisis : The Structural Equation Model (SEM) dari paket AMOS.
Pengujian hipotesis: Dari 4 hipotesis yang diajukan hasilnya dapat diterima (positif). (1). Variabel hubungan dengan outlet berpengaruh positif terhadap selling-in. (2). Variabel kemampuan tenaga penjualan berpengaruh positif terhadap selling-in. (3). Variabel selling-in berpengaruh positif terhadap kinerja penjualan.
Citra Perusahaan
Kinerja Selling-In
Kinerja Pemasaran
Model Penelitian Hubungan
Dengan Outlet
Kemampuan Tenaga
Penjualan
Selling-In
Kinerja Pemasaran
Hubungan Outlet
H4
H3
H2
H4 Citra Perusahaan
H2
H3
H1
Penulis Variabel yang diuji Dimensi Variabel Metode Analisis Hipotesis & Kesimpulan
Didik Yochanan (2005)
Variabel Independen (exogen) : Strategi pelayanan outlet, Strategi supervisi salesforce, Dukungan promosi prinsipal, Aktifitas promosi kompetitor. Variabel Dependen (endogen) : Kinerja selling-in, Kinerja selling-out
Dimensi Variabel : Strategi Pelayanan Outlet : 1.Kunjungan (call) 2.Contract (Buy dan Sales) 3.New open account 4.Periode bayar (term of payment) Dukungan Promosi Prinsipal : 1.Periklanan 2.Promosi dagang 3.Promosi konsumen Kinerja Selling-in : 1.Ketersediaan produk 2.Keragaman produk 3.Kemenarikan produk
Teknik Pengambilan Sampel : Area sampling Alat analisis : The Structural Equation Model (SEM) dari paket AMOS.
Kesimpulan penelitian: Semakin tinggi dukungan promosi prinsipal dan strategi pelayanan outlet yang di terapkan maka akan semakin tinggi kinerja selling-in yang dihasilkan.
Model Penelitian
Strategi Pelayanan
Outlet
Strategi Supervisi Salesforce
Kinerja Selling-in
Aktivitas Promosi
Kompetitor
Dukungan Promosi Prinsipal
Kinerja Selling-out
H4
H2 H5
H6
H7
H1 H3
Penulis Variabel yang diuji Dimensi Variabel Metode Analisis Hipotesis & Kesimpulan
Novi Febriyanto Yudith. (2005)
Variabel Independen (exogen) : Hubungan distributor dengan outlet, strategi pelayanan outlet, kemampuan tenaga pemasaran, dan citra perusahaan. Variabel Dependen (endogen) : Selling-in dan Kinerja penjualan
Dimensi Variabel Hubungan distributor dengan outlet : 1.Intensitas komunikasi 2.Lama hubungan 3.Tingkat kepercayaan Strategi pelayanan outlet : 1.Kunjungan (call) 2.Periode pembayaran 3.Kebijakan retur Kemampuan tenaga pemasaran : 1.Tingkat ketrampilan 2.Ketanggapan 3.Tingkat profesionalitas Selling-in : 1.Kelengkapan barang 2.Tingkat pelayanan 3.Tingkat persediaan Kinerja penjualan: 1.Volume penjualan 2.Pertumbuhan penjualan 3.Porsi pasar
Teknik Pengambilan Sampel : Purposive sampling, (100 sampel dari 907 populasi) Alat analisis : The Structural Equation Model (SEM) dari paket AMOS.
Pengujian hipotesis: Dari 5 hipotesis yang diajukan hasilnya dapat diterima (positif). (1). Variabel hubungan distributor dengan outlet berpengaruh positif terhadap selling-in (2). Variabel strategi pelayanan outlet berpengaruh positif terhadap selling-in. (3). Variabel kemampuan tenaga pemasaran berpengaruh positif terhadap selling-in. (4) Variabel selling-in berpengaruh positif terhadap kinarja pemasaran.
Model Penelitian Hubungan Distributor Dgn. Outlet
Strategi Pelayanan
Outlet
Kemampuan Tenaga
Pemasaran
Selling-In
Kinerja Pemasaran
Kemampuan Tenaga
Pemasaran
H1
H2
H3
H4
H5
Penulis Variabel yang diuji Dimensi Variabel Metode Analisis Hipotesis & Kesimpulan
Bagus Rahman Jaya (2006)
Variabel Independen (exogen) : Kepercayaan dan komitmen Variabel Dependen (endogen) : Kualitas hubungan, Distribusi Selling-in dan Kinerja penjualan
Dimensi Variabel Kualitas hubungan : 1.Kelenturan hubungan (fleksibelitas) 2.Solidaritas hubungan 3.Informasi yang seimbang Distribusi Selling-in: 1.Nilai penjualan ke outlet 2.Penjualan dalam unit ke outlet 3.Frekuensi repeat order Kinerja penjualan: 1.Pertumbuhan penjualan 2.Pertumbuhan pelanggan 3.Kesuksesan produk
Teknik Pengambilan Sampel : Purposive sampling Alat analisis : The Structural Equation Model (SEM) dari paket AMOS.
Kesimpulan penelitian: Semakin tnggi kepercayaan dan semakin kuatnya komitmen maka akan meningkatkan kualitas hubungan antara prinsipal dengan distributor. Semakin tinggi kualitas hubungan yang dibangun akan meningkatkan distribusi selling-in, dan distribusi selling-in yang tinggi akan mendukung kinerja penjualan perusahaan.
Sumber : Berbagai jurnal dan tesis
2.5. Pengembangan Model dan Kerangka Pemikiran Teoritis
Berdasarkan telaah pustaka dan hipotesis yang disampaikan, model
kerangka pemikiran teoritis yang diajukan tampak dalam gambar 2.2. Terlihat
Model Penelitian
Kualitas Hubungan Distribusi
Selling-In
Kinerja Pemasaran
Kepercayaan (trust)
Komitment (commitment)
Citra Perusahaan
bahwa kinerja selling-in dipengaruhi oleh variabel dukungan promosi perusahaan
prinsipal, kualitas hubungan bisnis dengan outlet, kemampuan tenaga penjualan
dan strategi pelayanan outlet, sedangkan kinerja selling-in mempengaruhi kinerja
penjualan perusahaan.
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Teoritis
Sumber : Dikembangkan untuk penelitian 2009 2.6. Dimensional Variabel 2.6.1. Indikator Kualitas Hubungan Bisnis dengan Outlet
Variabel kualitas hubungan bisnis dengan outlet dibentuk oleh lima
indikator, yaitu : komitmen (commitment), kepercayaan (trust), kejujuran
(fairness), fleksibelitas (flexibility), dan solidaritas (solidarity) seperti dalam
gambar 2.3 sebagai berikut :
Kinerja Penjualan
Strategi Pelayanan
Outlet
Kualitas Hub. Bisnis
Dengan Outlet
Loyalitas Outlet
H1
H5
H2
H3
H4
Gambar 2.3
Indikator Kualitas Hubungan Bisnis dengan Outlet
Sumber : Johnson (1999), Arif (2004), Rahman (2006)
Keterangan :
X1: Komitmen (Commitment)
X2: Kepercayaan (Trust)
X3: Kejujuran (Fairness)
X4: Fleksibelitas (Flexibility)
X5: Solidaritas (Solidarity)
2.6.2. Indikator Strategi Pelayanan Outlet
X1
X2
X3 Kualitas
Hubungan Bisnis dengan
Outlet X4
X5
Variabel strategi pelayanan outlet dibentuk oleh empat indikator,
yaitu: kunjungan(call), sistem pembayaran(term of payment), dan monitor
produk, seperti dalam gambar 2.4 sebagai berikut :
Gambar 2.4
Indikator Strategi Pelayanan Outlet
Sumber : Ferdinand (2000), Sunaryo (2002), Fredrich (2004),Yochanan(2005)
Keterangan :
X6 : Kunjungan (call)
X7 : Sistem pembayaran (term of payment)
X8 : Monitor produk
2.6.3. Indikator Kinerja penjualan
X6
X7
X8
Strategi Pelayanan
Outlet
Variabel kinerja penjualan dibentuk oleh satu indikator :
pertumbuhan omset penjualan netto, return on invesment (ROI), dan tingkat
keuntungan (profitabilitas) seperti dalam gambar 2.5 sebagai berikut :
Gambar 2.5 Indikator Kinerja penjualan
Sumber : Kurniawan (2004), Ferdinand (2002), Sujoko (2002), Arif (2004)
Keterangan :
X9: Pertumbuhan omset penjualan netto
X10: Return On Invesment (ROI)
X11: Tingkat keuntungan (profitabilitas)
2.6.4. Indikator Loyalitas Outlet
Gambar 2.6
X9
X11
Kinerja Penjualan X10
I. Model dari Variabel Loyalitas Outlet
Variabel Loyalitas Outlet dibentuk dari 3 indikator, yaitu :
Keterangan :
X12= Positive Word of mouth/pernyataan positif
X13= Share of Puchases/porsi pembelian
X14= Competitive Resistance/ketahanan kompetisi
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Populasi dan Sampel
Loyalitas Influencer
X12
X14
X13 Loyalitas Outlet
X14
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari atas obyek
atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan
(Sugiyono, 1999). Populasi dalam penelitian ini adalah semua distributor
PT.Indosat cabang Semarang sejumlah 253.
Hair et al (1995) menyarankan bahwa ukuran sampel minimum
adalah sebanyak 5 observasi untuk setiap indikator dan sampel maksimum
sebanyak 10 observasi untuk setiap indikator. Dalam penelitian ini indikator
yang digunakan sebanyak 14, maka jumlah sampel minimum adalah 70 dan
jumlah sampel maksimum 140. Teknik sampling yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Area Random Sampling dengan cara diundi dari no: 1-
253 melalui komputer untuk mendapatkan sampel sejumlah 100 responden,
hal ini dilakukan agar setiap elemen dalam populasi mempunyai kesempatan
yang sama untuk dipilih (Mas’ud, 2004). Untuk mendapat sampel sebanyak
100 responden dari seluruh populasi yaitu sejumlah 253 responden
didapatkan dengan bantuan komputer untuk membuat tabel nomor responden
secara acak, kemudian dilakukan pemilihan sampel terhadap no.1-253
tersebut secara acak. Sehingga sampel sejumlah 100 responden terpenuhi.
Adapun proporsi sampel dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1
dibawah ini:
Tabel 3.1:
Proporsi Sampel
Area Outlet Jumlah Outlet Sampel
Semarang Tengah dan Utara 97 38
Semarang Selatan 41 16 Semarang Barat 49 20 Semarang Timur 66 26 Total 253 100
Sumber: PT Indosat
3.2. Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini sebagian besar menggunakan data primer yang
diperoleh di lapangan. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan
daftar pertanyaan (kuesioner) yang dipersiapkan.
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini berisi dua bagian
utama. Bagian yang pertama adalah tentang profil sosial responden, berisi
data responden yang berhubungan dengan identitas responden dan keadaan
sosial seperti : usia, jenis kelamin, dan pendidikan terakhir. Sedangkan bagian
kedua menyangkut tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja selling-
in dalam meningkatkan kinerja penjualan.
3.3. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian harus
tepat dan mempunyai dasar yang beralasan, artinya dapat mengumpulkan
data sesuai dengan tujuan penelitian. Data didapat langsung dari responden
dengan bantuan seperangkat kuesioner. Data dikumpulkan dengan
memberikan daftar pertanyaan atau kuesioner kepada para personel bagian
penjualan pada departemen pemasaran. Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan satu macam angket yaitu angkat tertutup. Angket tertutup
digunakan untuk mendapatkan data tentang dimensi – dimensi dari konstruk
– konstruk yang sedang dikembangkan dalam penelitian ini. Pertanyaan –
pertanyaan dalam angket tertutup dibuat dengan menggunakan skala 1 – 10
untuk mendapatkan data yang bersifat interval dan diberi skor atau nilai
sebagai berikut :
Untuk kategori pertanyaan dengan jawaban sangat tidak setuju / sangat
setuju :
Sangat tidak setuju Sangat setuju
3.4. Teknik Analisis Data
Suatu penelitian membutuhkan analisis data dan interpretasinya
dengan tujuan menjawab pertanyaan – pertanyaan penelitian dalam rangka
mengungkap fenomena sosial tertentu. Analisis data adalah proses
penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan
diinterpretasikan. Metode yang dipilih untuk menganalisis data harus sesuai
dengan pola penelitian dan variabel yang akan diteliti.
Untuk menguji H1 hingga H5 alat analisis data yang dipakai adalah
Structural Equation Model dari paket statistik AMOS. Sebagai sebuah model
persamaan struktur, AMOS sering digunakan dalam penelitian – penelitian
pemasaran dan manajemen strategic (Bacon, dalam Ferdinand, 1999). Model
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
kausal AMOS menunjukkan pengukuran dan masalah yang struktural, dan
digunakan untuk menganalisa dan menguji model hipotesis.
Menurut Arbuckle dan Bacon (Dalam Ferdinand, 1999) AMOS
mempunyai keistimewaan dalam :
- memperkirakan koefisien yang tidak diketahui dari persamaan linear
structural
- Mengakomodasi model yang meliputi latent variabel
- Mengakomodasi kesalahan pengukuran pada variabel dependen dan
independen
- Mengakomodasi peringatan yang timbal balik, simultan dan saling
ketergantungan.
Penelitian ini akan menggunakan dua macam teknik analisis
yaitu :
- Confirmatory Factor Analysis pada SEM yang digunakan untuk
mengkonfirmasikan faktor – faktor yang paling dominan dalam satu
kelompok variabel.
- Regression Weight pada SEM yang digunakan untuk meneliti seberapa
besar hubungan antar variabel.
Menurut Hair, Anderson, Tatham dan Black (1995) terdapat tujuh
langkah yang harus dilakukan apabila menggunakan Structural Equation
Model yaitu :
1. Pengembangan Model Teoritis
Dalam langkah pengembangan model teoritis, hal yang harus dilakukan
adalah melakukan serangkaian eksploitasi ilmiah melalui telaah pustaka
guna mendapatkan justifikasi atas model teoritis yang akan
dikembangkan. SEM digunakan bukan untuk menghasilkan sebuah
model, tetapi digunakan untuk mengkonfirmasi model teoritis tersebut
melalui data empirik.
2. Pengembangan Path Diagram
Dalam langkah kedua ini, model teoritis yang telah dibangun pada tahap
pertama akan digambarkan dalam sebuah path diagram, yang akan
mempermudah untuk melihat hubungan – hubungan kausalitas yang ingin
diuji. Dalam path diagram, hubungan antar konstruk akan dinyatakan
melalui anak panah. Anak panah yang lurus menunjukkan sebuah
hubungan kausal yang langsung antara satu konstruk dengan konstruk
lainnya. Sedangkan garis – garis lengkung antara konstruk dengan anak
panah pada setiap ujungnya menunjukkan korelasi antara konstruk –
konstruk yang dibangun dalam path diagram yang dapat dibedakan dalam
dua kelompok, yaitu :
- Exogenous constructs yang dikenal juga sebagai source variables
atau independent variables yang tidak diprediksi oleh variabel yang
lain dalam model.
- Endogenous constructs yang merupakan faktor – faktor yang
diprediksi oleh satu atau beberapa konstruk. Konstruk endogen
dapat memprediksi satu atau beberapa konstruk endogen lainnya,
tetapi konstruk eksogen hanya dapat berhubungan kausal dengan
konstruk endogen.
3. Konversi Path Diagram ke dalam persamaan
Persamaan yang didapat dari path diagram yang dikonversikan terdiri
dari :
- Structural equation yang dirumuskan untuk menyatakan hubungan
kausalitas antara berbagai konstruk.
- Persamaan spesifikasi model pengukuran (measurement model)
dimana harus serangkaian matriks yang menunjukkan korelasi yang
dihipotesisikan antar konstruk atau variabel. Komponen – komponen
ukuran mengidentifikasi latent variables dan komponen – komponen
structural mengevaluasi hipotesis hubungan kausal, antara latent
variables pada model kausal dan menunjukkan sebuah pengujian
seluruh hipotesis dari model sebagai satu keseluruhan (Hayduk,
Kline, dalam Ferdinand, 2000).
4. Memilih matriks input dan estimasi model
SEM menggunakan input data yang hanya menggunakan matriks varians
/ kovarians atau matrik korelasi untuk keseluruhan estimasi yang
dilakukan. Matriks kovarian digunakan karena SEM memiliki
keunggulan dalam menyajikan perbandingan yang valid antara populasi
yang berbeda atau sampel yang berbeda, yang tidak dapat disajikan oleh
korelasi. Hair (dalam Ferdinand, 2000) menganjurkan agar menggunakan
matriks varians / kovarians pada saat pengujian teori sebab lebih
memenuhi asumsi – asumsi metodologi dimana standard error yang
dilaporkan akan menunjukkan angka yang lebih akurat dibanding
menggunakan matriks korelasi. Untuk ukuran sampel Hair (1995)
Variabel Endogen = Variabel Eksogen + Variabel Eksogen Endogen + error
menemukan bahwa ukuran sampel yang sesuai untuk SEM adalah sebesar
100 – 200. Sedangkan untuk ukuran sampel minimum sebanyak 5
observasi untuk setiap estimate parameter. Bila estimated parameter nya
berjumlah 20, maka jumlah sampel minimal sejumlah 100.
5. Kemungkinan munculnya masalah identifikasi
Problem identifikasi pada prinsipnya adalah problem mengenai
ketidakmampuan dari model yang dikembangkan untuk menghasilkan
estimasi yang unik. Bila setiap kali estimasi dilakukan muncul problem
identifikasi, maka sebaiknya model dipertimbangkan ulang dengan
mengembangkan lebih banyak konstruk.
6. Evaluasi kriteria goodness of fit
Pada langkah ini dilakukan pengujian terhadap kesesuaian model
melalui telaah terhadap berbagai kriteria goodness of fit. Berikut ini disajikan
beberapa indeks kesesuaian dan cut off value untuk menguji apakah sebuah model
dapat diterima atau ditolak.
Sebuah model dinyatakan layak jika masing-masing indeks tersebut
mempunyai cut of value seperti ditunjukkan pada tabel 3.1 berikut:
Tabel 3.1 Indikator Justifikasi Statistik dalam AMOS
Goodness of Fit Index Cut – off Value
χ2 Sekecil mungkin
II. Significance Probability > 0.05
III. RMSEA < 0.08
IV. GFI > 0.90
V. AGFI > 0.90
VI. CMIN / DF < 2.00
VII. TLI > 0.95
VIII. CFI > 0.95
Sumber: Dikembangkan untuk penelitian ini
7. Interpretasi dan Modifikasi Model
Langkah terakhir adalah menginterpretasikan model dan memodifikasi
model bagi model – model yang tidak memenuhi syarat pengujian yang
dilakukan. Hair (dalam Ferdinand, 2000) memberikan pedoman untuk
mempertimbangkan perlu tidaknya memodifikasi sebuah model dengan
melihat jumlah residual yang dihasilkan oleh model. Batas keamanan
untuk jumlah residual yang dihasilkan oleh model, maka sebuah
modifikasi mulai perlu dipertimbangkan. Bila ditemukan bahwa nilai
residual yang dihasilkan model cukup besar (yaitu > 2.58) maka cara lain
dalam memodifikasi adalah dengan mempertimbangkan untuk menambah
sebuah alur baru terhadap model yang diestimasi itu. Nilai residual value
yang lebih besar atau sama dengan 2.58 (kurang lebih) diinterpretasikan
sebagai signifikan secara statistik pada tingkat 5%.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab IV ini disajikan gambaran data penelitian yang diperoleh dari
hasil jawaban reponden, proses pengolahan data dan analisis hasil pengolahan data
tersebut. Hasil pengolahan data selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk
analisis dan menjawab hipotesis penelitian yang diajukan.
Analisis data diskriptif digunakan untuk menggambarkan kondisi jawaban
responden untuk masing-masing variabel. Hasil jawaban tersebut selanjutnya
digunakan untuk mendapatkan tendensi jawaban responden mengenai kondisi
masing-masing variabel penelitian.
Analisis data yang adalah digunakan dalam penelitian ini adalah Structural
Equation Modeling (SEM) dengan terlebih dahulu melakukan pengujian dimensi-
dimensinya dengan confirmatory factor analysis. Evaluasi terhadap model SEM
juga akan dianalisis mendapatkan dan mengevaluasi kecocokan model yang
diajukan. Setelah diketahui semua hasil pengolahan data, selanjutnya akan dibahas
dan yang terakhir adalah menarik kesimpulan yang didasarkan pada hasil analisis
hasil tersebut.
4.1. Gambaran Umum Responden
Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai data-data deskriptif yang
diperoleh dari responden. Data deskriptif penelitian disajikan agar dapat dilihat
profil dari data penelitian dan hubungan yang ada antar variabel yang digunakan
dalam penelitian (Hair et al, 1995). Data deskriptif yang menggambarkan keadaan
atau kondisi responden perlu diperhatikan sebagai informasi tambahan untuk
memahami hasil-hasil penelitian.
Responden dalam penelitian ini distributor PT.Indosat cabang Semarang
sejumlah 100 responden. Dari 100 responden yang berpartisipasi dalam penelitian
ini selanjutnya dapat diperinci berdasarkan coverage sales, area coverage, dan lama
kerjasama. Keempat aspek demografi tersebut mempunyai peran penting dalam
menilai keberhasilan kinerja penjualan dalam meningkatkan loyalitas outlet.
4.1.1. Responden Menurut Coverage Sales
Berdasarkan data primer yang dikumpulkan melalui penyebaran
kuesioner, diperoleh profil responden menurut coverage sales sebagaimana
nampak dalam tabel 4.1.
Tabel 4.1. Responden Menurut Coverage Sales
Usia (Tahun) Frekuensi Persentase < 1 4 4 1-5 21 21 5-10 19 19 > 10 56 56
Jumlah 100 100
Berdasarkan Tabel 4.1. diatas nampak bahwa outlet dengan coverage
area diatas 10 milyar adalah yang terbesar yaitu sebesar 56% dari total 100 outlet
yang berpartisipasi dalam penelitian ini.
4.1.2. Responden Menurut Area Coverage
Komposisi responden berdasarkan aspek area coverage dapat dilihat
pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Responden Menurut Area Coverage
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase Dibawah 500 71 71
Diatas 500 29 29 Jumlah 100 100
Berdasarkan Tabel 4.2. diatas nampak bahwa outlet dibawah 500 area
coverage merupakan responden mayoritas yaitu sebesar 71% dari total 100 outlet
yang berpartisipasi dalam penelitian ini.
4.1.3. Responden Menurut Lama Kerja Sama
Apabila dilihat aspek lama kerja sama, maka komposisi responden
berdasarkan lama kerja sama dapat dilihat pada Tabel 4.4 sebagai berikut:
Tabel 4.4. Responden Menurut Masa Kerja
Masa Kerja Frekuensi Frekuensi <5 31 31
5-10 56 56 > 10 13 13
Jumlah 100 100
Berdasarkan Tabel 4.4. diatas nampak bahwa mayoritas responden
mempunyai lama kerja sama antara 5-10 tahun yaitu sebesar 56% responden dari
total 100 responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini.
4.2. Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis Structural Equation Modelling (SEM).
Model teoritis yang telah digambarkan pada diagram jalur sebelumnya akan
dilakukan analisis berdasarkan data yang telah diperoleh.
Metode analisis SEM akan menggunakan input matriks kovarians dan
menggunakan metode estimasi maximum likelihood. Pemilihan input dengan
matriks kovarian adalah karena matriks kovarian memiliki keuntungan dalam
memberikan perbandingan yang valid antar populasi atau sampel yang berbeda,
yang kadang tidak memungkinkan jika menggunakan model matriks korelasi.
Sebelum membentuk suatu full model SEM, terlebih dahulu akan dilakukan
pengujian terhadap faktor-faktor yang membentuk masing-masing variabel.
Pengujian akan dilakukan dengan menggunakan model confirmatory factor
analysis. Kecocokan model (goodness of fit), untuk confirmatory factor analysis
juga akan diuji. Dengan program AMOS, ukuran-ukuran goodness of fit tersebut
akan nampak dalam outputnya. Selanjutnya kesimpulan atas kecocokan model
yang dibangun akan dapat dilihat dari hasil ukuran-ukuran goodness of fit yang
diperoleh. Pengujian goodness of fit terlebih dahulu dilakukan terhadap model
confirmatory factor analysis. Berikut ini merupakan bentuk analisis goodness of fit
tersebut.
Pengujian dengan menggunakan model SEM dilakukan secara bertahap.
Jika belum diperoleh model yang tepat (fit), maka model yang diajukan semula
perlu direvisi. Perlunya revisi dari model SEM muncul dari adanya masalah yang
muncul dari hasil analisis. Masalah yang mungkin muncul adalah masalah
mengenai ketidakmampuan model yang dikembangkan untuk menghasilkan
estimasi yang unik. Apabila masalah-masalah tersebut muncul dalam analisis SEM,
maka mengindikasikan bahwa data penelitian tidak mendukung model struktural
yang dibentuk. Dengan demikian model perlu direvisi dengan mengembangkan
teori yang ada untuk membentuk model yang baru.
4.2.1. Analisis Faktor Konfirmatori (Confirmatory Faktor Analysis)
Analisis faktor konfirmatori ini merupakan tahap pengukuran terhadap
dimensi-dimensi yang membentuk variabel laten dalam model penelitian. Tujuan
dari analisis faktor konfirmatori adalah untuk menguji unidimensionalitas dari
dimensi-dimensi pembentuk masing-masing variabel laten. Hasil analisis faktor
konfirmatori dari masing-masing model selanjutnya akan dibahas.
1) Analisis Faktor Konfirmatori - Konstruk Eksogen
Tahap analisis faktor konfirmatori konstruk eksogen ini adalah tahap
pengukuran terhadap dimensi – dimensi yang membentuk variabel laten pada
kontruk eksogen. Hasil pengolahan data untuk confirmatory factor analysis
construct Exogen dapat dilihat pada Gambar 4.1 dan hasilnya disajikan pada
Tabel 4.5 dan Tabel 4.6
Gambar 4.1 Analisis Faktor Konfirmatori – Konstruk Eksogen
KualitasHub. Bisnis
Dengan Outlet
StrategiPelayanan
Outlet
UJI MODELChi Square = 29.303df = 19Prob. = .061RMSEA = .074Cmin / df = 1.542GFI = .931AGFI = .870TLI = .962CFI = .974
Confirmatory Factor Analysis - 1
.68
x1
e1
.82
.59
x2
e2
.77
.62
x3
e3
.79
.56
x4
e4
.75
.59
x5
e5
.77
.65
x8
e8
.81
.67
x7
e7
.82
.73
x6
e6
.85
.31
Berdasarkan Gambar 4.1 diatas mengindikasikan bahwa model
konfirmatori eksogen mempunyai goodness of fit yang baik, sehingga model layak
diterima. Pengujian kesesuaian model diringkas dalam tabel berikut ini..
Tabel 4.5 Hasil Pengujian Kelayakan Model
Pada Analisis Faktor Konfirmatori Konstruk Eksogen
Goodness of Fit Indeks
Cut-off Value
Hasil
Evaluasi Model
Chi – Square Kecil (< 43.116 ) 29,303 Baik Probability ≥ 0.05 0,061 Baik RMSEA ≤ 0.08 0,074 Baik GFI ≥ 0.90 0,931 Baik
AGFI ≥ 0.90 0,870 Marginal
CMIN / DF ≤ 2.00 1,542 Baik
TLI ≥ 0.95 0,962 Baik
CFI ≥ 0.95 0,974 Baik
Hasil analisis pengolahan data terlihat bahwa konstruk yang digunakan
untuk membentuk sebuah model penelitian, pada proses analisis faktor
konfirmatori telah memenuhi kriteria goodness of fit yang telah ditetapkan.
Nilai probability pengujian goodness of fit menunjukkan nilai 0,061, dengan
ukuran-ukuran kelayakan model yang berada dalam kategori baik. Dengan
demikian kecocokan model yang diprediksikan dengan nilai-nilai pengamatan
cukup memenuhi syarat.
Pengujian kemaknaan dari dimensi-dimensi yang terekstraksi dalam
membentuk variabel laten, dapat diperoleh dari nilai standardized loading
factor dari masing-masing dimensi. Jika diperoleh adanya nilai pengujian yang
sangat signifikan maka hal ini mengindikasikan bahwa dimensi tersebut cukup
baik untuk terekstraksi membentuk variabel laten. Hasil berikut merupakan
pengujian kemaknaan masing-masing dimensi dalam membentuk variabel
laten.
Tabel 4.6 Regression Weight Pada Analisis Faktor Konfirmatori - Konstruk Eksogen
Estimate x1 <--- Kualitas_Hub. Bisnis_Dengan Outlet .825x2 <--- Kualitas_Hub. Bisnis_Dengan Outlet .765x3 <--- Kualitas_Hub. Bisnis_Dengan Outlet .789x4 <--- Kualitas_Hub. Bisnis_Dengan Outlet .751x5 <--- Kualitas_Hub. Bisnis_Dengan Outlet .769x8 <--- Strategi_Pelayanan_Outlet .806x7 <--- Strategi_Pelayanan_Outlet .820x6 <--- Strategi_Pelayanan_Outlet .852
Analisis faktor tersebut juga menunjukkan nilai pengujian dari masing-
masing pembentuk suatu konstruk. Hasil menunjukkan bahwa setiap indikator-
indikator atau dimensi pembentuk masing-masing variabel laten menunjukkkan
hasil baik, yaitu nilai dengan CR diatas 2,58 atau dengan probabilitas yang
lebih kecil dari 0,05. Selain itu nilai loading factor dari semua dimensi berada
lebih besar dari 0,4. Dengan hasil ini, maka dapat dikatakan bahwa indikator-
indikator pembentuk variabel laten eksogen telah menunjukkan
unidimensionalitas. Selanjutnya berdasarkan analisis faktor konfirmatori
konstruk eksogen ini, maka model penelitian dapat digunakan untuk analisis
selanjutnya tanpa modifikasi atau penyesuaian-penyesuaian.
2) Analisis Faktor Konfirmatori - Konstruk Endogen
Tahap analisis faktor konfirmatori konstruk endogen ini sama dengan
tahap analisis faktor konfirmatori konstruk endogen. Hasil pengolahan data
untuk confirmatory fantor analysis construct Endogen dapat dilihat pada
Gambar 4.6 dan hasilnya disajikan pada Tabel 4.7 dan Tabel 4.8
Gambar 4.2 Analisis Faktor Konfirmatori – Konstruk Endogen
KinerjaPenjualan
UJI MODELChi Square = 8.316df = 8Prob. = .403RMSEA = .020Cmin / df = 1.039GFI = .973AGFI = .930TLI = .998CFI = .999
Confirmatory Factor Analysis - 2
.71
x9e9
.84
.63
x10e10.80
.53
x11e11 .73
Loyalitas Outlet
.79
x12 e12.68
x13 e13.58
x14 e14
.89
.83
.76
.53
Berdasarkan Gambar 4.1 diatas mengindikasikan bahwa model
konfirmatori endogen mempunyai goodness of fit yang baik, sehingga model layak
diterima. Pengujian kesesuaian model diringkas dalam tabel berikut ini.
Tabel 4.7 Hasil Pengujian Kelayakan Model
Pada Analisis Faktor Konfirmatori Konstruk Endogen
Goodness of Fit Indeks
Cut-off Value
Hasil
Evaluasi Model
Chi – Square Kecil (< 27.366 ) 8,316 Baik Probability ≥ 0.05 0,403 Baik
RMSEA ≤ 0.08 0,020 Baik GFI ≥ 0.90 0,973 Baik
AGFI ≥ 0.90 0,930 Baik
CMIN / DF ≤ 2.00 1,039 Baik
TLI ≥ 0.95 0,998 Baik
CFI ≥ 0.95 0,999 Baik
Sumber : Data primer yang diolah
Hasil analisis pengolahan data terlihat bahwa konstruk yang digunakan
untuk membentuk sebuah model penelitian, pada proses analisis faktor
konfirmatori telah memenuhi kriteria goodness of fit yang telah ditetapkan.
Nilai probability pengujian goodness of fit menunjukkan nilai 0,403, dengan
ukuran-ukuran kelayakan model yang berada dalam kategori baik. Dengan
demikian kecocokan model yang diprediksikan dengan nilai-nilai pengamatan
memenuhi syarat.
Pengujian kemaknaan dari dimensi-dimensi yang terekstraksi dalam
membentuk variabel laten, dapat diperoleh dari nilai standardized loading
factor dari masing-masing dimensi. Jika diperoleh adanya nilai pengujian yang
sangat signifikan maka hal ini mengindikasikan bahwa dimensi tersebut cukup
baik untuk terekstraksi membentuk variabel laten. Hasil berikut merupakan
pengujian kemaknaan masing-masing dimensi dalam membentuk variabel
laten.
Tabel 4.8 Regression Weight Pada Analisis Faktor Konfirmatori - Konstruk Endogen Estimate
x9 <--- Kinerja_Penjualan .841x10 <--- Kinerja_Penjualan .796x11 <--- Kinerja_Penjualan .728x12 <--- Loyalitas_ Outlet .891x13 <--- Loyalitas_ Outlet .825x14 <--- Loyalitas_ Outlet .758
Analisis faktor tersebut juga menunjukkan nilai pengujian dari masing-
masing pembentuk suatu konstruk. Hasil menunjukkan bahwa setiap indikator-
indikator atau dimensi pembentuk masing-masing variabel laten menunjukkkan
hasil baik, yaitu nilai dengan CR diatas 2,58 atau dengan probabiltas yang lebih
kecil dari 0,05. Selain itu nilai loading factor dari semua dimensi berada lebih
besar dari 0,4. Dengan hasil ini, maka dapat dikatakan bahwa indikator-
indikator pembentuk variabel laten eksogen telah menunjukkan
unidimensionalitas. Selanjutnya berdasarkan analisis faktor konfirmatori
konstruk endogen ini, maka model penelitian dapat digunakan untuk analisis
selanjutnya tanpa modifikasi atau penyesuaian-penyesuaian.
4.2.2. Analisis Structural Equation Modelling (SEM)
Analisis selanjutnya adalah analisis Structural Equation Model (SEM)
secara full model, setelah dilakukan analisis terhadap tingkat unidimensionalitas
dari indikator-indikator pembentuk variabel laten yang diuji dengan confirmatory
factor analysis. Analisis hasil pengolahan data pada tahap full model SEM
dilakukan dengan melakukan uji kesesuaian dan uji statistik. Hasil pengolahan data
untuk analisis full model SEM ditampilkan pada Gambar 4.3, Tabel 4.9 dan Tabel
4.10
Gambar 4.3 Hasil Pengujian Structural Equation Model (SEM)
KualitasHub. Bisnis
Dengan Outlet
StrategiPelayanan
Outlet
.24
KinerjaPenjualan
UJI MODELChi Square = 82.232df = 71Prob. = .170RMSEA = .040Cmin / df = 1.158GFI = .902AGFI = .855TLI = .980CFI = .984
Full Model Structural Equation Model (SEM)
.69
x1
e1
.83
.59
x2
e2
.77
.62
x3
e3
.79
.56
x4
e4
.75
.58
x5
e5
.76
.65
x8
e8
.81
.66
x7
e7
.81
.74
x6
e6
.86
.71
x9e9
.84
.63
x10e10.79
.53
x11e11 .73
.38
Loyalitas Outlet
.82
x12 e12.66
x13 e13.57
x14 e14
.91
.81
.76
.35
.25
.22
.22
.35
.32
z1 z2
Sumber : Data primer yang diolah
Uji terhadap kelayakan full model SEM ini diuji dengan menggunakan Chi
square, CFI, TLI, CMIN/DF, RMSEA, GFI dan AGFI berada dalam rentang nilai
yang diharapkan. Besarnya hasil pengujian kelayakan model structural equation
model sebagaimana dalam tabel 4.9 , berikut :
Tabel 4.9 Hasil Pengujian Kelayakan Model Structural Equation Model (SEM)
Goodness of Fit Indeks
Cut-off Value
Hasil Analisis
Evaluasi Model
Chi – Square Kecil (<104.144 ) 82,232 Baik
Probability ≥ 0.05 0,170 Baik RMSEA ≤ 0.08 0,040 Baik GFI ≥ 0.90 0,902 Baik
AGFI ≥ 0.90 0,855 Marginal
CMIN / DF ≤ 2.00 1,158 Baik
TLI ≥ 0.95 0,980 Baik
CFI ≥ 0.95 0,984 Baik
Sumber : Data primer yang diolah
Hasil tersebut menunjukkan bahwa model yang digunakan dapat diterima.
Tingkat signifikansi sebesar 0,170 menunjukkan sebagai suatu model persamaan
struktural yang baik. Indeks pengukuran TLI, CFI, CMIN/DF, GFI, AGFI, dan
RMSEA berada dalam rentang nilai yang diharapkan. Dengan demikian uji
kelayakan model SEM sudah memenuhi syarat penerimaan.
4.2.3. Pengujian Asumsi SEM
4.2.3.1. Normalitas Data
Pengujian selanjutnya adalah melihat tingkat normalitas data yang
digunakan dalam penelitian ini. Pengujian ini adalah dengan mengamati nilai
skewness data yang digunakan, apabila nilai CR pada skewness data berada pada
rentang antara + 2.58 atau berada pada tingkat signifikansi 0.05. Hasil pengujian
normalitas data ditampilkan pada Tabel 4.10
Tabel 4.10 Normalitas Data
Variable min max Skew c.r. kurtosis c.r. x14 4.000 10.000 .089 .363 -1.044 -2.130 x13 4.000 10.000 -.032 -.129 -.444 -.907 x12 4.000 10.000 -.087 -.356 -.711 -1.450 x11 4.000 10.000 .165 .675 -.609 -1.243 x10 4.000 10.000 .401 1.639 -.763 -1.557 x9 4.000 10.000 .300 1.224 -.910 -1.858 x6 4.000 10.000 -.137 -.558 -.760 -1.551 x7 4.000 10.000 -.081 -.330 -.816 -1.665 x8 4.000 10.000 -.167 -.682 -.702 -1.433 x5 4.000 10.000 .118 .482 -1.031 -2.105
Variable min max Skew c.r. kurtosis c.r. x4 4.000 10.000 -.292 -1.192 -.946 -1.931 x3 4.000 10.000 -.296 -1.207 -.348 -.709 x2 4.000 10.000 .062 .254 -.306 -.625 x1 4.000 10.000 -.036 -.149 -.914 -1.866 Multivariate -2.258 -.770
Evaluasi normalitas dilakukan dengan menggunakan kriteria critical ratio
skewness value dan kurtosis value., dimana nilai kedua ratio yang memiliki nilai
yang lebih besar dari nilai mutlak 2,58, berarti data tersebut berdistribusi tidak
normal. Dari hasil pengolahan data yang ditampilkan pada Tabel 4.10. terlihat
bahwa tidak terdapat nilai C.R. untuk skewness yang berada diluar rentang +2.58.
Dengan demikian maka data penelitian yang digunakan telah memenuhi
persyaratan normalitas data, atau dapat dikatakan bahwa data penelitian telah
terdistribusi normal.
4.2.3.2. Evaluasi atas Outlier
Outlier adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik unik yang
terlihat sangat berbeda dengan data lainnya dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim,
baik untuk variabel tunggal maupun kombinasi (Hair, et al, 1995, p. 57). Evaluasi
atas outlier multivariat disajikan pada bagian berikut ini:
Evaluasi terhadap multivariate outliers perlu dilakukan karena walaupun
data yang dianalisis menunjukkan tidak ada outliers pada tingkat univariate, tetapi
observasi-observasi itu dapat menjadi outliers bila sudah dikombinasikan, Jarak
Mahalonobis (Mahalonobis Distance) untuk tiap-tiap observasi dapat dihitung dan
akan menunjukkan jarak sebuah observasi dari rata-rata semua variabel dalam
sebuah ruang multidimensional.
Untuk menghitung mahalonobis distance berdasarkan nilai chi-square pada
jumlah responden sejumlah 100 dikurangi derajad bebas sebesar 14 (jumlah
indikator) yaitu 86 pada tingkat p<0.001 adalah x2(86, 0.001) = 55,609 (berdasarkan
tabel distribusi x2 ). Dari hasil pengolahan data dapat diketahui bahwa jarak
Mahalanobis maksimal adalah 25.055. yang masih berada di bawah batas maksimal
outlier multivariate.
4.2.3.3. Evaluasi atas Multicollinearity dan singularity
Pengujian data selanjutnya adalah untuk melihat apakah terdapat
multikolinearitas dan singularitas dalam sebuah kombinasi variabel. Indikasi
adanya multikolinearitas dan singularitas dapat diketahui melalui nilai determinan
matriks kovarians yang benar-benar kecil, atau mendekati nol. Dari hasil
pengolahan data nilai determinan matriks kovarians sample adalah :
Determinant of sample covariance matrix = 146.595 Dari hasil pengolahan data tersebut dapat diketahui nilai determinant of
sample covariance matrix berada jauh dari nol. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa data penelitian yang digunakan tidak terdapat multikolinearitas dan
singularitas.
4.2.3.5. Uji Reliability dan Variance Extract
Uji reliabilitas menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur yang dapat
memberikan hasil yang relatif sama apabila dilakukan pengukuran kembali pada
obyek yang sama. Nilai reliabilitas minimum dari dimensi pembentuk variabel
laten yang dapat diterima adalah sebesar adalah 0.60.
Pengukuran variance extract menunjukkan jumlah varians dari indikator
yang diekstraksi oleh konstruk/variabel laten yang dikembangkan. Nilai variance
extract yang dapat diterima adalah minimum 0,40. Untuk menilai tingkat variance
extract dari masing-masing variabel laten, dari persamaan diatas dituangkan dalam
bentuk tabel, yang menunjukkan hasil pengolahan data. Hasil pengolahan data
Reliability dan Variance Extract tersebut ditampilkan pada Tabel 4.13.
Tabel 4.13
Reliability dan Variance Extract Variabel Reliability Variance Extract
Kualitas Hub.Bisnis dengan Outlet 0.815 0.639
Strategi Pelayanan Outlet 0.871 0.551
Kinerja Penjualan 0.869 0.558
Loyalitas Outlet 0.911 0.636
Hasil pengujian reliability dan variance extract terhadap masing-masing
variabel laten atas dimensi-dimensi pembentuknya menunjukkan bahwa semua
variabel menunjukkan sebagai suatu ukuran yang reliabel karena masing-masing
memiliki reliability yang lebih besar dari 0,6
Hasil pengujian variance extract juga sudah menunjukkan bahwa masing-
masing variabel laten merupakan hasil ekstraksi yang cukup besar dari dimensi-
dimensinya. Hal ini ditunjukkan dari nilai variance extract dari masing-masing
variabel adalah lebih dari 0,4.
4.3. Pengujian Hipotesis
Setelah semua asumsi dapat dipenuhi, selanjutnya akan dilakukan pengujian
hipotesis sebagaimana diajukan pada bab sebelumnya. Pengujian 5 hipotesis
penelitian ini dilakukan berdasarkan nilai Critical Ratio (CR) dari suatu hubungan
kausalitas dari hasil pengolahan SEM sebagaimana pada tabel 4.14 berikut.
Tabel 4.14 Regression Weight Structural Equational Model
Estimate S.E. C.R. P
Kinerja_Penjualan <--- Kualitas_Hub. Bisnis_Dengan Outlet .399 .133 3.010 .003
Kinerja_Penjualan <--- Strategi_Pelayanan_Outlet .292 .134 2.182 .029
Loyalitas_ Outlet <--- Kualitas_Hub. Bisnis_Dengan Outlet .260 .130 1.991 .047
Loyalitas_ Outlet <--- Strategi_Pelayanan_Outlet .264 .129 2.048 .041 Loyalitas_ Outlet <--- Kinerja_Penjualan .359 .123 2.916 .004
Sumber : Data primer yang diolah
4.3.1. Pengujian Hipotesis 1
H1 : Semakin tinggi kualitas hubungan bisnis perusahaan dengan outletnya maka
akan semakin tinggi kinerja penjualan.
Parameter estimasi untuk pengujian pengaruh kualitas hubungan bisnis
perusahaan dengan outletnya terhadap kinerja penjualan menunjukkan nilai CR
sebesar 3,010 dan dengan probabilitas sebesar 0,003. Kedua nilai tersebut diperoleh
memenuhi syarat untuk penerimaan H1 yaitu nilai CR yang lebih besar dari 1,96
dan probabilitas yang lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan
dimensi-dimensi kualitas hubungan bisnis perusahaan dengan outletnya akan
berpengaruh terhadap kinerja penjualan.
4.3.2. Pengujian Hipotesis 2
H2 : Semakin terpadunya fungsi-fungsi strategi pelayanan outlet, maka akan
semakin baik kinerja penjualan
Parameter estimasi untuk pengujian pengaruh strategi pelayanan outlet
terhadap kinerja penjualan menunjukkan nilai CR sebesar 2,182 dan dengan
probabilitas sebesar 0,029. Nilai probablitas tersebut diperoleh memenuhi syarat
untuk penerimaan H2 yaitu probabilitas yang lebih kecil dari 0,05. Dengan
demikian dapat disimpulkan dimensi-dimensi strategi pelayanan outlet akan
berpengaruh terhadap kinerja penjualan.
4.3.3. Pengujian Hipotesis 3
H3 : Semakin tinggi kualitas hubungan bisnis perusahaan dengan outletnya maka
akan semakin tinggi loyalitas outlet
Parameter estimasi untuk pengujian kualitas hubungan bisnis perusahaan
dengan outlet terhadap loyalitas outlet menunjukkan nilai CR sebesar 1,991 dan
dengan probabilitas sebesar 0,047. Nilai probabilitas tersebut diperoleh memenuhi
syarat untuk penerimaan H3 yaitu probabilitas yang lebih kecil dari 0,05. Dengan
demikian dapat disimpulkan dimensi-dimensi kualitas hubungan bisnis perusahaan
dengan outlet akan berpengaruh terhadap loyalitas outlet.
4.3.4. Pengujian Hipotesis 4
H4 : Semakin terpadunya fungsi-fungsi strategi pelayanan outlet, maka akan
semakin baik loyalitas outlet
Parameter estimasi untuk pengujian pengaruh strategi pelayanan outlet
terhadap loyalitas outlet menunjukkan nilai CR sebesar 2,048 dan dengan
probabilitas sebesar 0,041. Kedua nilai tersebut diperoleh memenuhi syarat untuk
penerimaan H4 yaitu nilai CR yang lebih besar dari 1,96 dan probabilitas yang
lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan dimensi-dimensi strategi
pelayanan outlet akan berpengaruh terhadap loyalitas outlet.
4.3.5. Pengujian Hipotesis 5
H5 : Semakin tinggi kinerja penjualan maka akan semakin tinggi loyalitas outlet
Parameter estimasi untuk pengujian pengaruh kinerja penjualan terhadap
loyalitas outlet menunjukkan nilai CR sebesar 2,916 dan dengan probabilitas
sebesar 0,004. Kedua nilai tersebut diperoleh memenuhi syarat untuk penerimaan
H5 yaitu nilai CR yang lebih besar dari 1,96 dan probabilitas yang lebih kecil dari
0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan dimensi-dimensi kinerja penjualan akan
berpengaruh terhadap loyalitas outlet.
BAB V
SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 5.1. Simpulan
5.1.1 Ringkasan Penelitian
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh turunnya kinerja penjualan PT. Indosat.
Penurunan kinerja penjualan ini juga didukung adanya data yang menunjukkan
bahwa penguasaan pangsa pasar untuk industri telekomunikasi masih dikuasai oleh
PT. Telkomsel. Sehingga PT. Indosat mengharapkan dukungan outlet yang
maksimal. Kemudian bagaimana PT. Indosat untuk mengatasi masalah tersebut.
Penelitian ini secara khusus menguji pengaruh kualitas hubungan dengan outlet dan
strategi pelayanan outlet terhadap kinerja penjualan dan dampaknya pada loyalitas
outlet.
Dari hasil perhitungan perhitungan yang di peroleh nilai probabilitas 0,003
yang berarti bahwa kualitas hubungan dengan outlet memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap kinerja penjualan. Semakin baik kualitas hubungan dengan
outlet akan meningkatkan kinerja penjualan.
Hasil perhitungan yang di peroleh nilai probabilitas 0,029 yang berarti
bahwa strategi pelayanan outlet memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kinerja penjualan. Semakin tepat strategi pelayanan yang dilakukan outlet maka
kinerja penjualan PT. Indosat akan semakin meningkat.
Hasil perhitungan yang di peroleh nilai probabilitas 0,047 yang berarti
bahwa kualitas hubungan dengan outlet memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap loyalitas outlet. Semakin berkualitas hubungan outlet dengan PT. Indosat
maka outlet akan semakin loyal.
Hasil perhitungan yang di peroleh nilai probabilitas 0,041 yang berarti
bahwa strategi pelayanan outlet memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
loyalitas outlet. Semakin tepat strategi pelayanan yang dilakukan outlet maka akan
meningkatkan loyalitasnya.
Hasil perhitungan yang di peroleh nilai probabilitas 0,004 yang berarti
bahwa kinerja penjualan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap loyalitas
outlet. Semakin meningkat kinerja penjualan maka akan meningkatkan loyalitas
outlet.
5.1.2 Kesimpulan Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini sebanyak lima hipotesis.
Simpulan dari lima hipotesis tersebut adalah sebagai berikut:
5.1.2.1. Simpulan mengenai Hipotesis 1
H1 : Semakin tinggi kualitas hubungan bisnis perusahaan dengan outletnya maka
akan semakin tinggi kinerja penjualan
Pengujian hipotesis yang dilakukan membuktikan bahwa ada pengaruh yang
searah antara kualitas hubungan bisnis PT. Indosat dengan outlet terhadap kinerja
penjualan. Hal ini mendukung penelitian Johnson (1999) yang menyatakan bahwa
hubungan terjadi jika perusahaan mampu memberikan perhatian yang tinggi
kepada outletnya tentunya akan kinerja penjualannya.
5.1.2.2. Simpulan mengenai Hipotesis 2
H 2 : Semakin terpadunya fungsi-fungsi strategi pelayanan outlet, maka akan
semakin baik kinerja penjualan.
Pengujian hipotesis yang dilakukan membuktikan bahwa ada pengaruh yang searah
antara strategi pelayanan outlet terhadap kinerja penjualan. Sehingga dapat
sisimpulkan bahwa strategi yang tepat terhadap pelayanan outlet akan
menimbulkan kinerja penjualan yang meningkat.
5.1.2.3. Simpulan mengenai Hipotesis 3
H3 : Semakin tinggi kualitas hubungan bisnis perusahaan dengan outletnya maka
akan semakin tinggi loyalitas outlet.
Pengujian hipotesis yang dilakukan membuktikan bahwa ada pengaruh yang searah
antara kualitas hubungan bisnis perusahaan terhadap loyalitas outlet. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa bahwa kinerja penjualan outlet yang yang dihasilkan
mampu meningkatkan loyalitas outlet.
5.1.2.4. Simpulan mengenai Hipotesis 4
H4 : Semakin terpadunya fungsi-fungsi strategi pelayanan outlet, maka akan
semakin baik loyalitas outlet
Pengujian hipotesis yang dilakukan membuktikan bahwa ada pengaruh yang searah
antara strategi pelayanan outlet terhadap loyalitas outlet. Hal ini mendukung
penelitian Donney dan Cannon (1997) yang menyatakan bahwa strategi yang tepat
terhadap pelayanan outlet mampu meningkatkan loyalitas outlet.
5.1.2.5. Simpulan mengenai Hipotesis 5
H 5 : Semakin tinggi kinerja penjualan, maka akan semakin tinggi loyalitas outlet.
Pengujian hipotesis yang dilakukan membuktikan bahwa ada pengaruh yang searah
antara kinerja penjualan terhadap loyalitas outlet. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa kinerja penjualan yang meningkat akan menimbulkan loyalitas outlet.
5.2. Kesimpulan Masalah Penelitian
Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa adanya kualitas hubungan yang
baik antara PT. Indosat dan outlet mampu meningkatkan kinerja penjualan PT.
Indosat, mengingat outlet mempunyai peran yang penting dalam
mengkomunikasikan produk-produk Indosat kepada konsumen secara langsung di
seluruh wilayah Indonesia, dan PT. Indosat memberikan dukungan dalam menjaga
kualitas hubungan dengan outlet melalui promosi penjualan yang tepat melalui
Above The Line (ATL) dan Below The Line (BTL).
Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa strategi pelayanan yang tepat
dari outlet mampu meningkatkan kinerja penjualan PT. Indosat. Pelayanan yang
diberikan outlet dengan melakukan monitor produk secara periodik yang bertujuan
untuk menjaga keberadaan produk-produk Indosat di pasar. Selain itu frekuensi
kunjungan yang meningkat dan sistem pembayaran yang fleksibel akan
memberikan suatu strategi pelayanan yang tepat dalam meningkatkan kinerja
penjualan.
Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa hubungan terjadi jika antara
PT. Indosat dan pelaku distribusinya mampu memberikan komitmen yang tinggi,
yang tentunya akan memberikan kepuasan dan kepercayaan yang tinggi terhadap
hubungan yang dibina, karena komitmen secara umum dipandang sebagai suatu
kekuatan dari tali hubungan diantara perusahaan dan mitra kerjanya. PT. Indosat
harus mengawali memegang teguh terhadap komitmen bersama dengan para
distributornya terhadap perjanjian, kebijakan kerjasama, penyusunan dan
implementasi strategi dalam mempertahankan loyalitas outlet. Seringnya terjadi
perubahan kebijakan atau strategi terutama dalam operasional akan mengakibatkan
nilai komitmen para outlet turun.
5.3. Implikasi Teoritis
Loyalitas outlet sangat dipengaruhi oleh kinerja penjualan (Reynold dan
Arnold, 2000), dimana faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja penjualan adalah:
(1) kualitas hubungan dengan outlet (Johnson, 1999), dan (2) strategi pelayanan
outlet (Donney dan Cannon, 1997). Hasil penelitian ini mempertegas hasil
penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Donney dan Cannon, (1997), Johnson,
(1999); dan Reynold dan Arnold, (2000); yang menunjukkan hasil bahwa kualitas
hubungan dengan outlet dan strategi pelayanan outlet mempengaruhi kinerja
penjualan yang berdampak pada loyalitas outlet. Untuk lebih jelasnya implikasi
teoritis penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5.1 sebagai berikut:
Tabel 5.1:
Implikasi Teoritis
Penelitian Terdahulu Penelitian Sekarang Implikasi Teoritis Reynold dan Arnold (2000) dalam penelitiannya menyatakan bahwa kinerja penjualan mempunyai pengaruh signifikan terhadap loyalitas outlet
Kinerja penjualan berpengaruh secara signifikan positif
terhadap loyalitas outlet
Studi ini memperkuat penelitian riset studi Reynold dan Arnold (2000) yang menyatakan bahwa kinerja penjualan mempunyai pengaruh signifikan terhadap loyalitas outlet
Johnson, (1999) dalam penelitiannya menyatakan bahwa kualitas hubungan dengan outlet mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja penjualan dan berdampak pada loyalitas outlet
Kualitas hubungan dengan outlet
berpengaruh secara signifikan positif terhadap kinerja penjualan dan
berdampak pada loyalitas outlet
Studi ini memperkuat penelitian riset studi Johnson, (1999) yang menyatakan bahwa kualitas hubungan dengan outlet berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja penjualan dan berdampak pada loyalitas outlet
Donney dan Cannon, (1997) dalam penelitiannya menyatakan bahwa strategi pelayanan outlet mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja penjualan dan berdampak pada loyalitas outlet
Strategi pelayanan outlet berpengaruh secara signifikan positif terhadap kinerja penjualan dan
berdampak pada loyalitas outlet
Studi ini memperkuat penelitian riset studi Donney dan Cannon, (1997) yang menyatakan bahwa strategi pelayanan outlet berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja penjualan dan berdampak pada loyalitas outlet
5.4. Implikasi Kebijakan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kinerja
penjualan dalam menciptakan loyalitas outlet. Berdasarkan hasil SEM
mengindikasikan bahwa kualitas hubungan outlet mempunyai pengaruh yang lebih
kuat terhadap kinerja penjualan daripada strategi pelayanan outlet, sehingga PT.
Indosat perlu menekankan kualitas hubungan yang lebih erat dengan outlet agar
tercipta kinerja penjualan yang meningkat. Implikasi kebijakan yang disarankan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Kualitas hubungan menunjukkan perusahaan sebagai individu merasakan
nilai tambah dari hubungan yang terjalin diantara mereka, yang menggambarkan
kedekatan diantara perusahaan mitra. Kualitas hubungan yang tinggi akan
menimbulkan interaksi dan hubungan diantara perusahaan perusahaan yang
bersangkutan, yang akhirnya bisa dipandang sebagai aset strategik. Kualitas
hubungan juga diperhitungkan dalam membina hubungan diantara perusahaan dan
mitra bisnisnya yang sangat diharapkan dalam jangka yang cukup lama dalam
meningkatkan kinerja penjualannya. Berdasarkan standardized regression weights
dapat diketahui bahwa dimensi komitmen yang paling berpengaruh dari variabel
kualitas hubungan outlet dalam meningkatkan kinerja penjualan dengan nilai
estimasi 0,83. Ini menyakinkan bahwa hubungan terjadi jika antara PT. Indosat dan
pelaku distribusinya mampu memberikan komitmen yang tinggi, yang tentunya
akan memberikan kepuasan dan kepercayaan yang tinggi terhadap hubungan yang
dibina, karena komitmen secara umum dipandang sebagai suatu kekuatan dari tali
hubungan diantara perusahaan dan mitra kerjanya. PT. Indosat harus mengawali
memegang teguh terhadap komitmen bersama dengan para distributornya terhadap
perjanjian, kebijakan kerjasama, penyusunan dan implementasi strategi dalam
mempertahankan dan memenangkan pasar. Seringnya terjadi perubahan kebijakan
atau strategi terutama dalam operasional akan mengakibatkan nilai komitmen para
distributor turun.
Strategi pelayanan outlet juga sangat mendukung kinerja penjualan karena
outlet merupakan jembatan utama dalam mempertemukan interaksi langsung antara
produk dan konsumen sehingga image positif dari konsumen akan pelayanan outlet
sangat mempengaruhi penjualan produk. Berdasarkan standardized regression
weights dapat diketahui bahwa dimensi kunjungan yang paling berpengaruh dari
variabel strategi pelayanan outlet dalam meningkatkan kinerja penjualan dengan
nilai estimasi 0,86. Ini menyakinkan bahwa kunjungan kerja yang dilakukan PT.
Indosat dengan mitra kerjanya sangat berpengaruh terhadap kinerja penjualan
karena terkait dengan koordinasi yang diberikan.. Petugas PT. Indosat yang berada
di dalam lingkup operasional distributor harus benar benar mampu menjadi
mediator hubungan untuk memastikan segala bentuk kegiatan operasional, strategi
dan implementasi atas kebijakan, dan perjanjian hubungan kerjasama berjalan
dengan harmonis, penuh dengan koordinasi dan menjadikan distributor sebagai
partner kerja yang bukan sekedar bisnis. Intinya PT. Indosat harus mampu
mengelola hubungan kerjasama.
Kinerja penjualam adalah suatu ukuran yang menunjukkan gambaran
penjualan perusahaan. Berdasarkan standardized regression weights dapat
diketahui bahwa dimensi tingkat keuntungan yang paling berpengaruh dari variabel
kinerja penjualan dalam meningkatkan loyalitas outlet dengan nilai estimasi 0,84.
Ini menyakinkan bahwa Ini berarti PT. Indosat dituntut untuk selalu lebih inovatif
dan customization, intuitive, proactive, communicative untuk mendapatkan
customer valuation yang menjadi dasar bagi perencanaan investasi ke pelanggan.
Selain itu PT. Indosat juga perlu melakukan kontrol pasar yang cermat terhadap
perilaku dan perubahan pasar.
5.5. Keterbatasan Penelitian
Beberapa keterbatasan penelitian yang dapat ditarik dari penelitian ini
adalah hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasi pada kasus lain diluar obyek
penelitian ini yaitu: outlet-outlet PT. Indosat.
5.6. Agenda Penelitian Mendatang
Hasil-hasil penelitian ini dan keterbatasan-keterbatasan yang ditemukan
dalam penelitian dapat dijadikan sumber ide bagi pengembangan penelitian ini
dimasa yang akan datang,maka perluasan penelitian yang disarankan dari penelitian
ini adalah menambah variabel independen yang mempengaruhi kinerja penjualan.
DAFTAR REFERENSI
Ali Akbar, Analisis Faktor-faktor Pengaruh Selling-in yang berdampak pada Kinerja penjualan, Tesis, Undip, 2003.
Anderson, Erin and Anne T. Coughlan (1997): International Market Entry and
Expantion via Independent or Integrated Channels of Distribution ,
Journal Marketing, Vol.51 :pp. 71-78 Anderson, Erin and Barton, Weitz, (1992), The Use of Pledges to Build and Sustain
Commitment in Distributin Channels, Journal of Marketing Research, 29 (February), pp.1 8-34
Boorom, Michael L., et, all, 1998,” Relational Communication Traits and Their Effect on Adaptiveness and Sales Performance “ Journal of The Academy of Marketing Science, vol. 26, p. 16-20
Budiono, Bambang Sunaryo, 2002, ”Dinamika Strategi Pelayanan Outlet dan
Kinerja penjualan” , Journal Sains Pemasaran Indonesia, Vol. 1, No. 1, Mei , hlm. 41-56.
Cooper, D.R., dan Emory C.W., 1995, “ Business Research Methods “, Fifth
Edision, USA, Richard D. Irwin, Inc. Cravens, Brant, Ingram, La Forge, dan Clifford Young, 1992, “ In Search of
Excellent Sales Organization “, Europen Journal of Marketing, pp.6-23 Cravens, D. W., 1995, Pemasaran Strategis, Jilid 1-2, Edisi Terjemahan, Erlangga,
Bandung. Cravens, Dw., Woodruff RB., dan Stamper JC, 1997,” An Analytical Approach for
Evaluating Sales Territory Performance “, Journal of Marketing, pp.3 1-37 Doney, Patricia M. dan Joseph P. Cannon, 1997, “ An Examination of The Nature of
Trust in Buyer-Seller Relationships “, Journal of Marketing vol. 61, p.35-51
Ferdinand, Augusty 1., 2000, “ Manajemen Pemasaran Sebuah Pendekatan Strategik “, Research Paper Series, Program Magister Manajemen, Universitas Diponegoro, Semarang
Ferdinand, Augusty T., 2000, Struktural Equation Modelling Dalan, Penelitian
Manajemen, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. Ferdinand, Augusty, 2004, “ Strategic Selling-In Management”, Research Paper
Series 3, Program MM UNDIP, Semarang. Frankwick, Gary L., Stephen S. Porter., dan Lawrence A. Crosby.
(2001)”Dynamics of Relationship Selling : A Longitudinal Examination of Changes in Salesperson-customer Relationship Status,” Journal of Personal Selling & Sales Management, 2 (Spring), 135-146.
Geisel, Bob, 2001, “ Selling In an Imperfect World “, Sales & Marketing
Management Journal, July, p. 5 Hair, J.F., Anderson, R.E., Tatham, R.L., dan Black, W.C., 1995, “Multivariate
Data Analysis, With Readings “, Fourth Edision, New Jessey, Prentice Hall
Heide, Jan B., dan George John. (1992), “Do Norms Matter in Marketing
Relationship?” Journal of Marketing, 56 (April), 32-44. Heneman L. Robert, Thomas 1. Andrea, 1997, “ Using Strategic Performance
Management To Drive Brand Leadership “, Compensation & Benefit Review, Edisi November-Desember, p. 33-40
Houston, Franklin S., dan Jule B. Gassenheimer (1987), “Marketing and
Exchange,” Journal of Marketing, 51 (Oktober), 3-18. Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo, 1999, “ Metodologi Penelitian Bisnis
untuk Akunlansi dan Manajemen “, BPFE, Yogyakarta Kapalka, Brian A., et, all, 1999, “ Retail Inventory Control With Lost Sales, Service
Constraints, and Fractional Lead Times “, Journal of Production and Operations Management, vol. 8, p. 398-408
Kohli, Ajay K, et, all., 1998, “ Learning and Performance Orientation of Sales
People : The Role of Supervisior “, Journal of Marketing Research, vol. xxxv, p. 263 -274
Liu, Annie H. dan Mark P. Leach, 2001, “Developing Loyal Customers with a
Value-adding Sales Force: Examining Customer Satisfaction and the Perceived Credibility of Consultative Salespeople”, Journal of Personal Selling & Sales Management, Vol. XXI, No. 2, Spring. Hlm. 147-156.
Michael Le Baoeuf, 1992, “ Memenangkan dan Memelihara Pelanggan “, Pustaka
Tangga, Jakarta Michael, Treacy dan Fred Wiersema, 1996,” The Dicipline of Market Leaders “,
Gramedia, Jakarta Moore, Richard A., 1992, “ A Profile of UK Manufacturers and West German
Agents and Distributors, European Journal of marketing, Vol 26, No. 1, hlm. 41-51.
Morgan, Robert M. dan Shelby D. Hunt, 1994, “The Commitment-’T’rust Theory
of Relationship Marketing “, Journal of Marketing, vol. 58, p. 20-3 8 Parasuraman, A., Leonard l., Berry., dan Valarie A. Zeilhaml. (1991),
“Understanding Customer Expectations of Service,” Sloan Management Review, (Spring), 39-48.
Pelham, Alfred M, 1997, “ Mediating Influences On The Relationship Between
Market Orientation and Profitability In Small Industry Firms “, Journal of Marketing Theory and Practice, pp.55-76
Peter, J. Paul dan Jerry C. Olson, 2000, “ Consumer Behavior : Perilaku
Konsumen dan Strategi Pemasaran “, Erlangga, Jakarta Piercy, Nigel F., Katsikeas, dan Creven, 1997, “ Examining The Role of Buyer-
Seller Relationship in Export Performance “, Journal of World Business, vol. 32, p. 73-86
Resnick, Lindsay dan Maureen Lillis, 2001, “ Selling In Senior Market Requires
Education, Commitment, Credibility “, National Underwriter Journal, vol. 105,May28
Rich, Gregory A, 1997, “The Sales Manager As a Role Model : Effects on Trust,
Job Satisfaction, and Performance of Sales People “, Journal of The Academy of Marketing Science, vol. 25, p. 319-327
Sujoko, SH MM, 2002. “Pengaruh Distribusi Selling-in Terhadap Kinerja
penjualan”. Jurnal Sains Pemasaran Indonesia Vol. I no. 3 p.241 -256. Williams, Michael R., dan Jill S. Attaway, (1996), “Exploring Salespersons’
Customer Orientation as a Mediator of Organizational Culture’s Influence on Buyer-Seller Relationships,” Journal of Personal Selling & Sales Management, 4 (Fall), 33-52.
Riyanto, Bambang, 1999, “ Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan “, Edisi 4,
BPFE, Yogyakarta Rock, Justin, 2000, “ Selling Out to Role-Up Companies Can Be a Big Gamble”,
Weekly Corporate Gowth Journal, Dec 25, p. 1105 Snider, Ricard M., 1994, “Building Sales and Company Image “, Tellemarketing
Magazine, vol. 13, p. 86-89 Wulandari, Sutji, 1999,” Customer Relatioship “, John Robert Powers, Denpasar.
BIO DATA Nama : Denny Hendratman
Tempat / Tanggal
Lahir
: Bandung, 18 Februari 1971
Alamat Rumah : Puri Ayodya B/6 Semarang
Pendidikan
Terakhir
: Sarjana Ilmu Kelautan Undip
Pascasarjana MM Undip
Pekerjaan : Karyawan PT. Indosat, Tbk