ANALISIS PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM PELAYANAN ...
Transcript of ANALISIS PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM PELAYANAN ...
JAPB : Volume 3 Nomor 1, 2020 226
ANALISIS PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM
PELAYANAN ADMINISTRASI TERPADU KECAMATAN
(PATEN) DILIHAT DARI ASPEK TRANSPARANSI DI
KANTOR KECAMATAN TANJUNG KABUPATEN
TABALONG
Mahrita, Budi Setiawati)*; Yuzan Noor)**
[email protected]; [email protected])*;
Departemen Administrasi Publik-Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Tabalong
Komplek Stadion Olah Raga Saraba Kawa, Pembataan, Murung Pudak, Kabupaten
Tabalong, Provinsi Kalimantan Selatan
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis tingkat transparansi
yang diterapkan dalam pelayanan administrasi terpadu kecamatan (PATEN).
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan deskriptif dengan teknik kuantitatif. Teknik dalam pengumpulan data melalui proses angket. Sumber data pada penelitian
ini adalah masyarakat yang telah melakukan proses pelayanan yakni sebanyak 33
responden yang dipilih acak dengan menggunakan teknik sampling aksidental. Dalam
penelitian ini untuk keperluan analisis data, peneliti tidak menggunakan teknik analisis
statistik dalam arti tidak terikat kepada skor dan skala tetapi hanya menggunakan presentase (%) dan kemudian data yang diperoleh dari responden dianalisis atau diolah
deskriptif kuantitatif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan prinsip good governance dalam pelayanan administrasi terpadu kecamatan (PATEN) dilihat dari aspek transparansi di
Kantor Kecamatan Tanjung Kabupaten Tabalong hasilnya transparan, hal ini dapat
terlihat dari hasil rekapitulasi dengan persentase 67,0%.
Kata Kunci: Good Governance, Transparansi, Pelayanan, PATEN
JAPB : Volume 3 Nomor 1, 2020 227
ANALYSIS OF GOOD GOVERNANCE APPLICATION IN
INTEGRATED ADMINISTRATION SERVICES (PATENT)
SEEN FROM TRANSPARENCY ASPECT IN TANJUNG
DISTRICT OFFICE, TABALONG REGENCY
ABSTRACT
The purpose of this study is to find out and analyze the level of transparency applied in the
integrated district administration service (PATEN). This research uses a descriptive approach with quantitative techniques.
The technique in collecting data through a questionnaire process. The data source in this
study is the community that has conducted a service process that is as many as 33 respondents selected randomly using accidental sampling techniques. In this study for the
purpose of data analysis, researchers do not use statistical analysis techniques in the sense
of not being tied to scores and scales but only using percentages (%) and then the data obtained from respondents are analyzed or processed in quantitative descriptive terms.
The results of this study indicate that the application of the principle of good governance in integrated district administration services (PATEN) seen from the aspect of transparency in
the Tanjung District Office of Tabalong District the results are transparent, this can be seen
from the recapitulation results with a percentage of 67.0%.
Keywords: Good Governance, Transparency, Service, PATENT
PENDAHULUAN
Berdasarkan isi dari UUD 1945 pasal
18 ayat (1) bahwa dalam menjalankan
pemerintahan, setiap daerah memiliki
kewenangan. Sebagaimana terkandung
dalam pasal 18 ayat (2) dan ayat (5) UUD
1945 menjelaskan bahwa pemerintah
daerah provinsi, daerah kabupaten, dan
kota mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahan menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan dan
pemerintah daerah diberikan otonomi
yang seluas-luasnya. Kewenangan
pemerintahan daerah yang di amanatkan
dalam UUD 1945 kemudian di tuangkan
dalam UU No. 23 tahun 2014 tentang
pemerintahan daerah. Dengan adanya
UU tentang pemerintahan daerah
tersebut maka setiap pemerintahan
daerah memiliki otonomi atau
JAPB : Volume 3 Nomor 1, 2020 228
kewenangan dalam mengatur dan
mengurus daerahnya sendiri. Tujuan dari
otonomi daerah tidak lain adalah untuk
menciptakan suatu sistem pembagian
kekuasaan antar daerah yang mapan
dimana pemerintah pusat dapat
meningkatkan kapasitas, memperoleh
dukungan masyarakat, dan mengawasi
pembagian sumber daya secara adil.
Diantara filosofi dari otonomi daerah
yaitu untuk memaksimalkan pelayanan
kepada publik. Oleh karenanya
pelayanan publik (publik services)
merupakan suatu hal yang utama dari
otonomi daerah.
Pelayanan publik merupakan suatu
tanggung jawab pemerintah beserta
aparaturnya kepada masyarakat dalam
rangka menciptakan dan mewujudkan
kondisi masyarakat yang adil, makmur,
dan sejahtera. Pelayanan publik sebagai
bentuk komitmen pemerintah dalam
mensejahterakan masyarakatnya. Salah
satu esiensi dari kepemerintahan yang
baik adalah terciptanya suatu produk
pelayanan yang efektif, efisien, dan
akuntabel dari pemerintah yang
diarahkan kepada masyarakat. Sesuai
dengan UU Nomor 25 Tahun 2009,
pelayanan publik adalah kegiatan atau
rangkaian kegiatan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan
bagi setiap warga negara dan penduduk
atas barang, jasa, dan/atau pelayanan
administratif yang disediakan oleh
penyelenggara pelayanan publik.
Amanat Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 25 tahun 2009 menjadi
acuan bagi penyelenggara negara untuk
memberikan pelayanan secara optimal
dan maksimal yang menjadi rujukan bagi
masyarakat dalam menerima pelayanan.
Masyarakat akan merasa puas dengan
pelayanan yang diberikan jika pelayanan
yang dilakukan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Kepuasan
masyarakat terhadap pelayanan pada
dasarnya adalah tergantung seperti apa
pelayanannya dan bagaimana pelayanan
diberikan. Masalah pelayanan publik
yang terjadi selama ini belum
sepenuhnya sesuai dengan harapan.
Realita beberapa birokrasi pelayanan
publik masih ditandai dengan terjadinya
berbagai pelanggaran terhadap landasan
konstitusi, peraturan perundang-
undangan, dan etika pemerintahan.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut
perlu suatu perubahan diantaranya
melalui penerapan tata kelola
pemerintahan yang baik (good
governance).
Menurut Kooiman (1993), good
governance merupakan serangkaian
kegiatan (proses) interaksi sosial politik
antara pemerintah dengan masyarakat
dalam berbagai bidang yang berkaitan
JAPB : Volume 3 Nomor 1, 2020 229
dengan kepentingan masyarakat dan
intervensi pemerintah atas kepentingan-
kepentingan tersebut. Menurut UNDP
(1994) terdapat 9 prinsip dalam Good
Governance yaitu Participation
(partisipasi), Rule of Law (kerangka
hukum), Transparency (transparansi),
Equality (kesetaraan), Responsive (daya
tanggap), Strategic Vision (wawasan ke
depan), Accountability (akuntabilitas),
Efficiency and Effectiveness (efisiensi
dan efektifitas), dan Consensus
Orientation (berorientasi pada
persetujuan umum) (H.Muhammad Irfan
2006: 1).
Maka dalam rangka merespon
dinamika perkembangan
penyelenggaraan pemerintahan daerah
menuju tata kelola pemerintahan yang
baik, dengan memperhatikan kebutuhan
dan tuntutan masyarakat dalam
pelayanan publik dikeluarkanlah
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
4 Tahun 2010 Tentang Pedoman
Penyelenggaraan Administrasi Terpadu
Kecamatan (PATEN) pada tanggal 15
Januari 2010, serta Keputusan Menteri
Dalam Negeri Nomor 138-270 Tahun
2010 Tentang Petunjuk Teknis Pedoman
Pelayanan Administrasi Terpadu
Kecamatan (PATEN), dimana seluruh
kecamatan sudah harus menetapkan
program tersebut. Hal ini agar
terwujudnya pelayanan publik yang
berkualitas menjadi salah satu ciri tata
pemerintahan yang baik (good
governance).
Pelayanan Administrasi Terpadu
Kecamatan (PATEN) adalah
Penyelenggaraan pelayanan publik di
kecamatan yang proses pengelolaannya,
mulai dari permohonan sampai ke tahap
terbitnya dokumen dilakukan dalam satu
tempat. Satu tempat ini berarti cukup
melalui satu meja/ loket pelayanan.
Sistem ini memposisikan warga
masyarakat hanya berhubungan dengan
petugas meja/loket pelayanan di
kecamatan. Ketika warga masyarakat
datang ke kantor kecamatan untuk
melakukan pengurusan pelayanan
administrasi, tidak perlu lagi mendatangi
setiap petugas yang berkepentingan,
seperti kepala seksi, sekretaris
kecamatan, dan camat. Warga cukup
menyerahkan berkas ke petugas
meja/loket pelayanan, duduk menunggu
sejenak, dipanggil untuk menerima
dokumen yang sudah selesai. Setelah itu
melakukan pembayaran (bila ada tarif
yang harus dibayar). Pembayaran biaya
pelayanan pun dilakukan dan dicatat
secara transparan. Warga tidak lagi harus
terbebani dengan pertanyaan apakah
uang yang dibayarkan akan sampai
kepada khas daerah atau hilang
diperjalanan, karena semuanya tercatat
dan dilaporkan. Selain itu, persyaratan
JAPB : Volume 3 Nomor 1, 2020 230
untuk memperoleh pelayanan, besarnya
biaya dan waktu, untuk memproses pun
ada standarnya dan diumumkan kepada
masyarakat. Jika pelayanan yang
diberikan petugas tidak sesuai dengan
standar, warga dapat mengadukan
kepada pengambil kebijakan diatasnya.
Sebagai upaya untuk mencapai cita-cita
pemerintah yaitu membentuk
pemerintahan yang baik (good
governance) terutama di tingkat
kecamatan, harus menggunakan azas
penyelenggaraan pelayanan publik salah
satunya transparansi. Menurut Abdul
Hafiz Tanjung (2011), transparansi
adalah keterbukaan dan kejujuran kepada
masyarakat berdasarkan pertimbangan
bahwa masyarakat memiliki hak untuk
mengetahui secara terbuka dan
menyeluruh atas pertanggung jawaban
pemerintahan dalam sumber daya yang
dipercayakan kepadanya dan ketaatannya
pada peraturan perundang-undangan.
Penyelenggaraan pemerintah yang
menetapkan prinsip transparansi seperti
informasi yang mudah di pahami dan
dapat langsung diakses oleh penerima,
merupakan hal yang penting dalam
keterbukaan mengenai persyaratan yang
harus di penuhi dalam kegiatan proses
pelayanan administrasi, hal ini juga
merupakan prasyarat utama mewujudkan
kebutuhan masyarakat yang prima dalam
kegiatan pelayanan. Sehingga aparatur
pemerintah haruslah memberikan sebuah
pelayanan yang maksimal dan sesuai
dengan prinsip transparansi dalam
melaksanakan fungsi kepemerintahan
yang baik, jujur, bersih dan profesional
sesuai dengan tugas yang diembannya
dalam artian tidak melakukan praktek
KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme),
selain itu pemerintah yang baik harus
bertindak objektif dan tidak
diskriminatif.
Kantor Kecamatan Tanjung
merupakan salah satu organisasi publik
yang menerapkan Pelayanan
Administrasi Terpadu Kecamatan
(PATEN) tersebut. Sistem pelayanan
terpadu pada hakikatnya adalah
menyederhanakan mekanisme pelayanan
sehingga kemanfaatannya benar-benar
dirasakan oleh masyarakat. Artinya,
sistem ini diadakan bukan hanya karena
adanya peraturan perundang-undangan
yang mewajibkan, tetapi lebih kepada
seberapa jauh sistem pelayanan terpadu
tersebut dapat menghasilkan pelayanan
yang lebih mudah, sederhana, cepat,
murah, dan tertib dalam administrasi
pelayanan. Pelayanan yang diberikan
oleh aparatur pemerintah kepada
masyarakat harus sesuai dengan apa yang
menjadi kewenangannya. Kenyataan
yang terjadi sampai dengan saat ini pada
sistem pelayanan administrasi terpadu
kecamatan Tanjung masih ada keluhan
JAPB : Volume 3 Nomor 1, 2020 231
dari masyarakat seperti pada persyaratan
yang masih belum diketahui masyarakat,
prosedur yang masih kurang dipahami,
dan juga masih lambannya pelayanan
yang diberikan oleh aparatur. Dengan hal
yang demikian maka akan menimbulkan
citra yang buruk kepada aparatur
pemerintah.
Meneliti dan mengungkapkan
sebuah masalah tentu peneliti memiliki
tujuan terhadap penelitian, dalam hal
tujuan penelitian adalah untuk
mengetahui dan menganalisis
penerapan prinsip good governance
dalam pelayanan administrasi terpadu
kecamatan (PATEN) dilihat dari aspek
transparansi di Kantor Kecamatan
Tanjung Kabupaten Tabalong.
Adapun penelitian ini di harapkan
dapat memberikan manfaat secara
teoritis yakni mendukung hasil
penelitian Fidyah Nida Ramadani
(2017) di Kantor Kecamatan Rappocini
Kota Makassar. Hasil penelitian ini
menyatakan penerapan prinsip good
governance dari aspek transparansi
dapat dikatakan sudah cukup baik.
Selanjutnya penelitian ini diharapkan
mendukung teori UNDP (United Nation
Development Program) yang
menggunakan indikator transparansi
dalam tata kelola pemerintahan yang
baik. Dan diharapkan menolak hasil
penelitian Martina Gloria Sitorus (2015)
di Kantor Kecamatan Pinggir yang
menyatakan bahwa kurangnya
transparansi yang dilakukan oleh aparat.
Adapun dari manfaat praktis
penelitian ini diharapkan dapat sebagai
bahan rujukan bagi peneliti-peneliti
selanjutnya dan diharapkan dapat
menjadi acuan bagi peneliti-peneliti lain
yang ingin meneliti mengenai
permasalahan yang sama. Serta sebagai
masukan dan bahan pertimbangan
dalam memberikan pelayanan publik
yang prima kepada masyarakat sehingga
kedepannya dapat dijadikan tolak ukur
bagi kepuasan masyarakat terhadap
pelayanan Kantor Kecamatan Tanjung
Kabupaten Tabalong. Dan dapat
memberikan gambaran mengenai sikap
transparansi petugas dalam
melaksanakan pelayanan publik kepada
masyarakat.
LANDASAN TEORI
Good Governance
Ganie Rochman (Widodo, 2001: 18)
menyatakan bahwa konsep
“governance“ tidak sekedar melibatkan
pemerintah dan negara, tetapi juga
melibatkan peran dari berbagai aktor
diluar pemerintah dan negarasehingga
pihak-pihak yang terlibat juga sangat
luas. Governance merupakan mekanisme
pengelolaan sumber daya ekonomi dan
sosial yang berpengaruh terhadap sektor
JAPB : Volume 3 Nomor 1, 2020 232
negara dan sektor non pemerintah dalam
kegiatan kolektif. (Pinto dalam Nisjar
(1997:119)).
Pengertian good governance
menurut Mardiasmo (2002:24) diartikan
sebagai kepemerintahan yang baik.
Lembaga Administrasi Negara (dalam
Sedarmayanti, 2004:3) menyimpulkan
bahwa wujud good governance adalah
penyelenggaraan pemerintahan negara
yang solid dan bertanggung jawab serta
efisien dan efektif dengan menjaga
"kesinergian" interaksi yang konstruktif
diantara domain-domain negara, sektor
swasta dan masyarakat. Dwiyanto (2014:
20) mengemukakan bahwa, “Salah satu
pilihan strategis untuk mengembangkan
good governance di Indonesia adalah
melalui pengembangan penyelenggaraan
pelayanan publik yang mencirikan nilai-
nilai yang selama ini melekat pada good
governance”. Menurut Utomo (2012:
186) terdapat 5 (lima) unsur utama atau
indikator yang harus dipenuhi dan
dituntut untuk terbentuknya good
governance yaitu “rule of law,
akuntabilitas, transparan atau
keterbukaan, profesionalisme, dan
partisipasi”. Dari indikator tersebut akan
dijelaskan secara rinci, sebagai berikut:
1) Rule of law
Berarti terjamin adanya kepastian
hukum dan rasa keadilan bagi
masyarakat maupun pihak swasta
terhadap setiap kebijakan publik yang
dibuat dan dilaksanakan.
2) Akuntabilitas
Bermakna mampu bertanggung
jawab dan mempertanggung
jawabkan segala aktivitas yang
dilakukakannya. Terutama dalam
pemerintahan yang demokratis atau
governance ini, bertanggung jawab
dan mempertanggungjawabkan
kepada masyarakat.
3) Transparan atau keterbukaan
Berarti tidak saja mengarah adanya
kejelasan mekanisme formulasi,
implementasi dan evaluasi terhadap
kebijakan, program atau aktivitas,
tetapi juga terbukanya kesempatan
bagi masyarakat untuk mengajukan
tanggapan, usul, maupun kritik.
4) Profesionalisme
Mengarah kepada baik skill,
kemampuan maupun kompetensi
yang harus dimiliki oleh semua
komponen atas tanggung jawab dan
tugas yang dibebankan kepadanya.
5) Partisipasi
Memiliki makna, terbentuknya
akses bagi seluruh komponen atau
lapisan untuk ikut serta atau terlibat
dalam pembuatan keputusan atau
kebijakan.
Pelayanan Publik
Pelayanan Publik adalah suatu
kegiatan yang dilakukan oleh aparatur
JAPB : Volume 3 Nomor 1, 2020 233
pemerintah (sebagai pemberi layanan)
kepada masyarakat (sebagai penerima
layanan) dalam rangka untuk memenuhi
kebutuhan akan pelayanan tersebut yang
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Istilah pelayanan berasal dari kata
“layan” yang artinya menolong atau
menyediakan segala apa yang diperlukan
oleh orang lain untuk perbuatan
melayani. Pada dasarnya setiap manusia
membutuhkan pelayanan bahkan secara
ekstrim dapat dikatakan bahwa
pelayanan tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia (Sinambela, 2010:3).
Sedangkan menurut AG. Subarsono
(Agus Dwiyanto, 2005: 141) pelayanan
publik didefinisikan sebagai serangkaian
aktivitas yang dilakukan oleh birokrasi
publik untuk memenuhi kebutuhan
warga pengguna. Pengguna tersebut
adalah warga negara yang sedang
membutuhkan pelayanan publik,
diantaranya seperti pembuatan KTP,
pembuatan akta kelahiran, akta nikah,
akta kematian, ataupun sertifikat.
Berdasarkan pengertian dari
Departemen Dalam Negeri (2004)
menyatakan bahwa pelayanan publik
adalah pelayanan umum sedangkan
pelayanan umum itu sendiri adalah suatu
proses bantuan kepada orang lain dengan
cara-cara tertentu yang memerlukan
kepekaan dan hubungan interpersonal
tercipta kepuasan dan keberhasilan. Pada
dasarnya setiap pelayanan menghasilkan
produk, baik itu berupa barang maupun
jasa”.
Dari beberapa pengertian diatas
maka dapat disimpulkan bahwa
pelayanan publik adalah kegiatan
pemberian pelayanan yang dilakukan
oleh aparatur pemerintah untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat
seperti barang, jasa, dan/atau
administratif sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
Menurut Mahmudi (2005:234)
dalam memberikan pelayanan publik,
instansi penyedia pelayanan publik harus
memperhatikan asas pelayanan publik
yaitu:
a. Transparansi
Dalam memberikan pelayanan
publik haruslah bersifat transparan,
mudah serta dapat diakses oleh
semua pihak yang membutuhkan dan
disediakan secara memadai serta
mudah dimengerti.
b. Akuntabilitas
Pelayanan publik harus dapat
dipertanggungjawabkan sesuai
dengan ketentuan perundang-
undangan.
c. Kondisional
Pemberian pelayanan publik harus
sesuai dengan kondisi dan
kemampuan pemberi dan penerima
JAPB : Volume 3 Nomor 1, 2020 234
pelayanan dengan tetap berpegang
pada prinsip efisiensi dan efektifitas.
d. Partisipasi
Mendorong peran serta masyarakat
dalam menyelenggarakan pelayanan
publik dengan memperhatikan
aspirasi, kebutuhan dan harapan
masyarakat.
e. Tidak Diskriminatif
Pemberian pelayanan publik tidak
membedakan suku, ras, agama,
golongan, gender, status sosial dan
ekonomi.
f. Keseimbangan Hak dan Kewajiban
Pemberian pelayanan publik
harus memenuhi hak dan kewajiban
masing-masing pihak.
Transparansi
Menurut Sukrisno Agoes dan I Cenik
Ardana (2009:104) transparansi adalah
kewajiban bagi para pengelola untuk
menjalankan prinsip keterbukaan dalam
proses keputusan dan penyampaian
informasi. keterbukaan dalam
menyampaikan informasi juga
mengandung arti bahwa informasi yang
disampaikan harus lengkap, benar, dan
tepat waktu kepada semua pemangku
kepentingan. Tidak boleh ada hal-hal
yang dirahasiakan, disembunyikan,
ditutup-tutupi, atau ditunda-tunda
pengungkapannya.
Ketebukaan dalam informasi
mengenai pelaksanaan pemerintahaan
dapat memberikan pengaruh untuk
menwujudkan berbagai indikator
lainnya. Seperti yang dikemukakan oleh
Dwiyanto (2006:242), yang
menyatakan ada 3 indikator dalam
transparansi, antara lain:
a. Mengukur tingkat keterbukaan proses
penyelenggaraan pelayanan publik.
Persyaratan, biaya, waktu, dan
prosedur yang ditempuh harus
dipublikasikan secara terbuka dan
mudah diketahui oleh yang
membutuhkan, serta berusaha
menjelaskan usahanya.
b.Seberapa mudah peraturan dan
prosedur pelayanan dapat dipahami
oleh pengguna dan stakeholders yang
lain. Aturan dan prosedur tersebut
bersifat “sederhana, langsung, dan
mudah diterapkan” untuk mengurangi
perbedaan dalam interpretasi.
c.Kemudahan memperoleh informasi
mengenai berbagai aspek
penyelenggaraan pelayanan publik.
Informasi tersebut bebas didapat dan
siap tersedia.
PATEN
Pelayanan Administrasi Terpadu
Kecamatan (PATEN) adalah semua
penyelenggaran pelayanan publik di
tingkat Kecamatan yang proses
pengelolaannya mulai dari tahap
permohonan hingga ke tahap terbitnya
dokumen dilaksanakan dalam satu
JAPB : Volume 3 Nomor 1, 2020 235
tempat atau satu pintu. Dimana proses
penyelenggaraannya hanya melalui satu
meja atau loket pelayanan. Selain itu
warga masyarakat hanya berhubungan
dengan satu petugas meja atau loket
pelayanan di kecamatan.
Penyelenggaraan PATEN
merupakan salah satu program dalam
pelayanan yang dilaksanakan di kantor
kecamatan dimana ketika masyarakat
datang ke kantor kecamatan untuk
melakukan pengurusan administrasi
tidak perlu lagi mendatangi setiap
petugas yang berkaitan, seperti kepala
seksi, sekretaris kecamatan dan camat.
Selain itu juga, persyaratan dalam
memperoleh pelayanan, biaya, dan waktu
untuk memproses telah ditetapkannya
standard an diumumkan kepada
masyarakat secara terbuka, dan jika
pelayanan yang diberikan petugas
ternyata tidak sesuai dengan standar
warga dapat melakukan pengaduan
kepada yang terkait sebagai bahan dalam
pengambilan kebijakan.
Berdasarkan Permendagri No. 4
Tahun 2010, bahwa seluruh kecamatan
telah ditetapkan sebagai penyelenggara
PATEN selambat-lambatnya 5 (lima)
tahun sejak ditetapkannya peraturan
tersebut. Penetapan program PATEN
dilaksanakan dalam rangka untuk
merespon dinamika perkembangan
penyelenggaraan pemerintahan daerah
menuju tata kelola pemerintahan yang
baik, perlu memperhatikan kebutuhan
dan tuntutan masyarakat dalam
pelayanan serta dalam rangka
meningkatkan kualitas dan mendekatkan
pelayanan kepada masyarakat serta
memperhatikan kondisi geografis daerah,
perlu mengoptimalkan peran kecamatan
sebagai perangkat daerah terdepan dalam
memberikan pelayanan publik.
PATEN diselenggarakan dengan
tujuan untuk meningkatkan kualitas
pelayanan. Peningkatan kualitas tersebut
dapat dilihat dari aspek informasi, waktu
dan biaya pelayanan. Dimana
sebelumnya warga sulit untuk
memperoleh informasi seperti mengenai
persyaratan karena tidak adanya papan
pemberitahuan mengenai persyaratan
yang harus dilengkapi selain itu tidak
adanya keterbukaan waktu yang
dibutuhkan dalam pelayanan membuat
warga harus menunggu cukup lama.
Melalui penyelenggaraan PATEN, warga
dapat menerima pelayanan yang lebih
cepat jika dibandingkan sebelum adanya
penyelenggaraan PATEN, dimana
sebelumnya untuk mengurus salah satu
jenis pelayanan warga harus menunggu
cukup lama yang bisa membutuhkan 1
jam sampai beberapa jam atau beberapa
hari, hal tersebut karena camat atau
petugas yang berwenang tidak ada di
tempat. Namun, adanya pelenggaraan
JAPB : Volume 3 Nomor 1, 2020 236
PATEN warga akan mendapat jaminan
pelayanan yang cepat dan jelas sesuai
dengan standar pelayanan. Pada standar
pelayanan tersebut telah ditentukan
dalam waktu penyelesaian satu jenis
pelayanan yakni apakah itu 15 menit, 30
menit atau 1 jam jika berkas persyaratan
sudah dilengkapi. Jika petugas yang
berwenag tidak ada di tempat, maka
tugas tersebut akan didelegasikan kepada
petugas lain yang ditunjuk dengan begitu
kepastiaan pelayanan kepada warga tetap
terjaga.
Selain itu, tujuan diselenggarakan
PATEN untuk mendekatkan pelayanan
terhadap masyarakat. Lokasi kecamatan
yang lebih dekat dan mudah untuk
dijangkau masyarakat bila dibandingkan
dengan ibu kota (kabupaten/kota) selain
itu juga waktu yang dibutuhkan juga
lebih sedikit.
Kerangka Berpikir
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah
Deskriptif – Kuanlitatif. Penelitian
deskriptif menurut Muhammad Ali
(1984:120) mengemukakan metode
penelitian deskriptif digunakan untuk
memecahkan masalah yang sedang
dihadapi pada masa sekarang, yang akan
Indikator Transparansi (Dwiyanto
(2006:242)) :
1. Tingkat keterbukaan proses penyelenggaraan pelayanan
publik
2. Kemudahan peraturan
pelayanan
3. Kemudahan prosedur pelayanan
4. Kemudahan memperoleh
informasi
Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 4 Tahun 2010 Tentang
Pedoman Pelayanan Administrasi
Terpadu Kecamatan (PATEN)
Indikator Standar Pelayanan PATEN (Permendagri
No.4/2010):
1.Jenis Pelayanan
2.Persyaratan Pelayanan
3.Proses/Prosedur Pelayanan
4. Pejabat Yang Bertanggungjawab Terhadap
Pelayanan
5. Waktu Pelayanan
6.Biaya Pelayanan
Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2009 Tentang Pelayanan
Publik
Penerapan Prinsip-Prinsip Good
Governance
Good Governance Menjadi Baik
Melalui Transparansi
JAPB : Volume 3 Nomor 1, 2020 237
datang, dilakukan dengan langkah
pengumpulan/pengelolaan data,
membuat gambaran tentang sesuatu
dengan cara obyektif dengan
mengadakan perbaikan-perbaikan.
Sumber Data
Data merupakan sekumpulan
informasi, yang berupa informasi atau
angka hasil pencatatan suatu kejadian
atau sekumpulan informasi yang
digunakan untuk menjawab masalah
penelitian. Sumber dalam penelitian ini
yaitu data primer dan data sekunder
adalah sebagai berikut :
1. Data Primer
Data primer merupakan data
yang diperoleh atau dikumpulkan
langsung oleh orang yang melakukan
penelitian. Data primer dalam
penelitian ini diperoleh
menggunakan angket yang disebar
kepada responden yang berjumlah
33 responden.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang
diperoleh atau dikumpulkan oleh
orang yang melakukan penelitian
dari sumber-sumber yang ada. Data
ini diperoleh dari data yang berupa
tulisan atau dokumentasi serta
laporan-laporan peneliti terdahulu
untuk dapat digunakan oleh peneliti.
Data sekunder dalam penelitian ini
adalah Undang-Undang No. 25
Tahun 2009 tentang Pelayanan
Publik dan Peraturan Menteri Dalam
Negeri No. 4 Tahun 2010 tentang
Pedoman Pelayanan Administrasi
Terpadu Kecamatan (PATEN).
Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dalam
penelitian ini digunakan prosedur
pengumpulan data dengan
menggunakan angket. Angket
(Kuensioner) yaitu teknik pengumpulan
data yang dilakukan dengan cara
memberikanseperangkat pertanyaan
tertulis kepada responden untuk
dijawab. (Sugiono, 2012:162).
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang peneliti
gunakan dalam penelitian ini adalah
teknik deskriptif kuantitatif.
Dalam penelitian ini untuk
keperluan analisis data, peneliti tidak
menggunakan teknik analisis statistik
dalam arti tidak terikat kepada skor dan
skala tetapi hanya menggunakan
presentase (%) dan kemudian data yang
diperoleh dari responden dianalisis atau
diolah deskriptif kuantitatif. Data yang
peneliti peroleh dari hasil penelitian
akan diolah dan disajikan dalam bentuk
tabulasi distribusi frekuensi. Tabulasi
adalah proses penempatan atau
meletakkan data dalam bentuk tabel
atau grafik tertentu dengan cara
JAPB : Volume 3 Nomor 1, 2020 238
membuat tabel yang berisikan data
sesuai dengan kebutuhan analisis, tabel
yang dibuat sebaiknya mampu
meringkas semua data yang akan
dianalisis sehingga dapat dihitung
jumlah kasus dalam berbagai kategori
(Asep Kartiwa, 2015:142).
Persentase data yang digunakan
untuk melihat perbandingan besar
kecilnya frekuensi jawaban dalam
angket yang dihitung dalam jumlah
persentase, karena jumlah jawaban pada
setiap angket berbeda. Sesuai dengan
pendapat yang dikemukakan oleh
Muhammad Ali (1998:184), bahwa
rumus untuk menghitung persentase
adalah sebagai berikut:
Rumus persentase :
P = Persentase
F = Frekuensi Data
N = Jumlah Responden
Dengan nilai :
80% - 100% = Sangat Transparan
60% - 79% = Transparan
40% - 59% = Cukup Transparan
20% - 39% = Tidak Transparan
0%-19% = Sangat Tidak Transparan
Hasil Penelitian
Berdasarkan tabel rekapitulasi
tingkat keterbukaan proses
penyelenggaraan pelayanan publik
terlihat 20,2% responden menjawab
sangat setuju, 71,2% responden
menjawab setuju, 7,6% menjawab
cukup setuju, 1,0% menjawab tidak
setuju, dan 0% menjawab sangat tidak
setuju. Berdasarkan analisis tersebut
dapat disimpulkan penerapan prinsip
good governance dalam pelayanan
administrasi terpadu kecamatan
(PATEN) dilihat dari aspek transparansi
pada Kantor Kecamatan Tanjung dari
tingkat keterbukaan proses
penyelenggaran pelayanan dapat
dikategorikan transparan.
Berdasarkan tabel rekapitulasi
kemudahan dalam peraturan pelayanan
terlihat 13,8% responden menjawab
sangat setuju, 67,8% responden
menjawab setuju, 17,9% menjawab
cukup setuju, 0,3% menjawab tidak
setuju, dan 0,2% menjawab sangat tidak
setuju. Berdasarkan analisis tabel
tersebut dapat disimpulkan penerapan
prinsip good governance dalam
pelayanan administrasi terpadu
kecamatan (PATEN) dilihat dari aspek
transparansi pada Kantor Kecamatan
Tanjung dari kemudahan dalam
peraturan pelayanan dapat
dikategorikan transparan.
N
x 100% P =
F
JAPB : Volume 3 Nomor 1, 2020 239
Berdasarkan tabel rekapitulasi
kemudahan dalam prosedur pelayanan
terlihat 24,4% responden menjawab
sangat setuju, 67,9% responden
menjawab setuju, 7,7% menjawab
cukup setuju, 0% menjawab tidak
setuju, dan 0% menjawab sangat tidak
setuju. Berdasarkan analisis tabel
tersebut dapat disimpulkan penerapan
prinsip good governance dalam
pelayanan administrasi terpadu
kecamatan (PATEN) dilihat dari aspek
transparansi pada Kantor Kecamatan
Tanjung dari kemudahan dalam
prosedur pelayanan dapat dikategorikan
transparan.
Berdasarkan tabel rekapitulasi
kemudahan memperoleh informasi
terlihat 28,3% responden menjawab
sangat setuju, 62,6% responden
menjawab setuju, 9,1% menjawab
cukup setuju, 0% menjawab tidak
setuju, dan 0% menjawab sangat tidak
setuju. Berdasarkan analisis tabel
tersebut dapat disimpulkan penerapan
prinsip good governance dalam
pelayanan administrasi terpadu
kecamatan (PATEN) dilihat dari aspek
transparansi pada Kantor Kecamatan
Tanjung dari kemudahan dalam
memperoleh informasi dapat
dikategorikan transparan.
Dari hasil rekapitulasi tabel diatas
menunjukkan penerapan prinsip good
governance dalam pelayanan
administrasi terpadu kecamatan
(PATEN) dilihat dari aspek transparansi
di Kantor Kecamatan Tanjung yaitu
21,3% responden menjawab sangat
setuju, 67,0% responden menjawab
setuju, 11,4% responden menjawab
cukup setuju, 0,2% responden
menjawab tidak setuju, dan 0,1%
responden menjawab sangat tidak
setuju. Berdasarkan analisis tabel
tersebut dapat disimpulkan penerapan
prinsip good governance dalam
pelayanan administrasi terpadu
kecamatan (PATEN) dilihat dari aspek
transparansi pada Kantor Kecamatan
Tanjung dapat dikategorikan
transparan.
Pembahasan
Meskipun berdasarkan pengamatan
peneliti masih ada kekurangan dalam
pelaksanaan pelayanan administrasi
terpadu di Kecamatan Tanjung yang
dirasakan masyarakat, namun pihak
Kecamatan Tanjung telah melaksnakan
pelayanan sesuai dengan Standar
Pelayanan Administrasi Terpadu
Kecamatan Tanjung yang terdiri dari
jenis pelayanan, persyaratan pelayanan,
proses/prosedur pelayanan, pejabat yang
bertanggung jawab terhadap pelayanan,
waktu pelayanan, dan biaya pelayanan.
Berdasarkan dari hasil penelitian
yang diperoleh maka dapat ditarik
JAPB : Volume 3 Nomor 1, 2020 240
kesimpulan bahwa Penerapan Prinsip
Good Governance Pada Pelayanan
Administrasi Terpadu Kecamatan
(PATEN) dilihat dari aspek transparansi
Di Kantor Kecamatan Tanjung hasilnya
termasuk dalam kategori transparan.
Hasil penelitian ini mendukung
penelitian terdahulu yaitu hasil
penelitian Fidya Nida Ramadani (2017)
yang menyatakan penerapan prinsip
good governance dari aspek
transparansi dapat dikatakan sudah
cukup baik. Serta mendukung penelitian
Eka Robert Chandra. A (2016), yang
menunjukkan bahwa pada aspek
transparansi pelayanan publik sudah
terlaksana dengan baik terutama melalui
pemberian informasi yang berkenaan
dengan prosedur, persyaratan,
pengurusan surat-menyurat. Selain itu
juga menolak hasil penelitian Martina
Gloria Sitorus (2015) yang menyatakan
kurangnya transparansi yang dilakukan
oleh aparat kecamatan.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan, maka dapat ditarik
kesimpulan :
Penerapan prinsip good governance
dalam pelayanan administrasi terpadu
kecamatan (PATEN) dilihat dari aspek
transparansi di Kantor Kecamatan
Tanjung Kabupaten Tabalong hasilnya
transparan dengan hasil sebesar 67,0%.
DAFTAR PUSTAKA
Anggara, Sahya. 2012. Ilmu
Administrasi Negara. CV Pustaka
Setia.
Dwiyanto, Agus. 2014. Mewujudkan Good Governance Melalui
Pelayanan Publik. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press
Ganie, Rochman. 2000. Good
Governance, Prinsip, Komponen,
dan Penerapannya dalam Hak Asasi Manusia (Penyelenggaraan
Negara Yang Baik). Jakarta:
Penerbit Komnas HAM.
Hayat. 2017. Manajemen Pelayanan
Publik. Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada
Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial.
Yogyakarta: Erlangga.
Martono, Nanang. 2015. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Rajawali
Pers.
Moenir. 2006. Manajemen Pelayanan
Umum Di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
Mulyadi, Deddy dkk. 2016. Administrasi Publik untuk
Pelayanan Publik. Bandung:
Alfabeta
Pasolong, Harbani. 2007. Teori
Administrasi Publik. Bandung: CV Alfabeta.
Pasolong, Harbani. 2016. Metode
Penelitian Administrasi Publik. Bandung: Alfabeta
JAPB : Volume 3 Nomor 1, 2020 241
Ratminto & Winarsih. 2005.
Manajemen Pelayanan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Syafiie, Inu Kencana. 2003. Sistem
Administrasi Negara Republik
Indonesia (SANRI). Jakarta: Bumi
Aksara.
Sampara, Lukman. 2000. Manajemen
Kualitas Pelayanan. Jakarta: STIE
LAN Press.
Santosa, Pandji. 2008. Administrasi
Publik (Teori dan Aplikasi Good
Governance). Bandung: PT. Refika
Aditama.
Silalahi, Ulber. 2012. Metode Penelitian
Sosial. Bandung: Reflika Adimata.
Sinambela, Lijan Potlak dkk, 2006.
Reformasi Pelayanan Publik Teori,
Kebijakan Dan Implementasi.
Jakarta: PT. Bumi Aksara
Dokumen-Dokumen
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2010 Tentang Pedoman
Pelayanan Administrasi Terpadu
Kecamatan.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009
Tentang Pelayanan Publik.
Jurnal Cahyadi, Arif. 2016. Penerapan Good
Governance Dalam Pelayanan
Publik (Studi Tentang Kualitas
Pelayanan Elektronik Kartu Tanda Penduduk Berbasis Good
Governance Di Kecamatan Sukolilo
Surabaya). Jurnal Penelitian
Administrasi Publik Halaman 479- 494.
Ramadani, Fidya Nita. 2018. Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance
Dalam Pelayanan Administrasi
Terpadu Kecamatan (PATEN) (Studi Kasus Pada Kantor Kecamatan
Rappocini Kota Makasar).
Robert Chandra A, Eka. 2016. Penerapan Prinsip Good
Governance Dalam Pelaksanaan
Pelayanan Publik Di Kantor Camat Siluq Ngurai Kabupaten Kutai
Barat. eJournal Ilmu Pemerintahan
Halaman 570-583.
Skripsi
Avivantoro, Dayu. 2016. Efektivitas
Pelaksanaan Pelayanan
Administrasi Terpadu Kecamatan Di Kecamatan Puger kabupaten
Jember. Skripsi. Jember: Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jember
Septiano Mulia Muhammad. 2017. Penerapan Prinsip Good
Governance dalam Mewujudkan
Pelayanan Prima Pada Pelayanan
Administrasi Terpadu Kecamatan di Kecamatan Wonogiri Kabupaten
Wonogiri. Skripsi. Surakarta:
Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta