ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …

89
ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT DESA ITTERUNG KECAMATAN TELLU SIATTINGE KABUPATEN BONE SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar Oleh A MUTMAINNA NIM. 10538328915 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI 2019

Transcript of ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …

Page 1: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …

ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT DESA ITTERUNG KECAMATAN TELLU SIATTINGE KABUPATEN BONE

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Sosiologi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh

A MUTMAINNA NIM. 10538328915

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

2019

Page 2: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …
Page 3: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …
Page 4: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …

MOTTO

Penakut tak perna memulai.

Pecundang tak perna menyelesaikan.

Pemenang tak perna berhenti

-jack ma-

Apabila sesuatu yang kau senangi tidak terjadi,

maka senangilah apa yang tejadi

-Ali bin talib-

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, atas rahmat dan hidayah-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Karya sederhana ini kupersembahkan untuk:

Kedua orang tuaku, saudara dan sahabat yang telah memberiku semangat, motivasi serta doa dan keikhlasannya dalam mendukung penulisan mewujudkan harapan menjadi kenyataan.

Page 5: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …

ABSTRAK

Andi Mutmainah. 2019. Analisis Paradigma Masyarakat Terhadap Pendidikan Di Desa Itterung Kecamatan Tellu Siattinge Kabupaten Bone. Pembimbing I: Nama Pembimbing I dan Pembimbing II: Nama Pembimbing II.

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui paradigma masyarakat Desa Itterung Kecamatan Tellu Siattinge Kabupaten Bone terhadap pendidikan formal; dan (2) mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi paradigma masyarakat Desa Itterung Kecamatan Tellu Siattinge Kabupaten Bone terhadap pendidikan formal.

Jenis penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif Penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik observasi dan wawancara. Informan penelitian Terhadap Pendidikan Formal antara lain: (1) kemiskinan; (2) tingkat pendidikan yang rendah; (3) orientasi pada harta benda saja; (4) minat ornagtua terhadap pendidikan yang kurang; dan (5) minat anak terhadap pendidikan yang kurang.

Kata kunci:

Paradigma Masyarakat, Pendidikan, Desa

Page 6: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil’alamin. Untaian rasa syukur penulis panjatkan

kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala atas segala rahmat, hidayah dan anugerah-

Nya sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam tak

lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah shallallahu‘alaihi wa sallam, beserta

orang-orang yang tetap setia meniti jalannya sampai akhir zaman.

Skripsi dengan judul Implikasi Lembaga Kemahasiswaan FKIP Terhadap

Iklim Akademik Universitas Muhammadiyah Makassar Pada Mahasiswa

Pendidikan Sosiologi, disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan

program sarjana strata satu (S1) pada Prodi Pendidikan Sosiologi Fakultas

keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhamadiyah Makassar.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis mengalami banyak hambatan dan

kesulitan, namun atas bantuan dan bimbingan serta kerja sama yang ikhlas dari

berbagai pihak, akhirnya skripsi ini dapat penulis rampungkan. Karenanya dari

lubuk hati terdalam perkenankanlah penulis menghanturkan rasa hormat dan

ucapan terima kasih yang setingi-tingginya kepada kedua orang tua saya

Ayahanda Andi Zainal dan Ibunda Andi St. Hasni kepada beliau sembah

sujudku yang tak terhingga atas segala jerih payahnya selama ini yang telah

membesarkan, mencurahkan, mendoakan dan berupaya membiayai pendidikan

penulis untuk menyelesaikan studinya. Semoga Allah Subhanahu

wa ta’ala selalu melindungi dan memberi kesehatan kepada Ayah dan Ibu, rasa

bangga kupersembahkan untuk kedua orang tuaku tercinta.

Page 7: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan

dengan baik tanpa adanya bantuan, bimbingan, dorongan serta saran-saran dari

berbagai pihak, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis

menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang

senantiasa memberikan dukungannya dari awal hingga akhir.

Ucapan terima kasih penulis haturkan dari lubuk hati terdalam kepada

bapak Drs. H.Nurdin M.Pd Pembimbing I dan Jamaluddin Arifin S.Pd.,

M.Pd. pembimbing II. Terima kasih karena telah membantu penulis dalam

memberikan bimbingan dan arahan dengan penuh kesabaran dan keikhlasan

dalam penyusunan skripsi ini. Penulis juga ingin menyampaikan terima kasih

kepada yang terhormat:

Prof. Dr. H. Abdul Rahman Rahim, SE.,MM., Rektor Universitas Muhammadiyah

Makassar, Erwin Akib M.Pd., Ph.D.,Dekan Fakultas Keguruan Dan Ilmu

Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberi

kesempatan kepada penyusun untuk menuntut ilmu di Fakultas Keguruan Dan

Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Dr. H.Nurdin M.Pd Ketua Prodi Pendidikan Sosiologi dan Kaharuddin, S.Pd.,

M.Pd., Ph.D Sekretaris Prodi Pendidikan Sosiologi Fakultas keguruan Dan Ilmu

Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.Seluruh Bapak dan Ibu Dosen

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan yang telah mendidik penulis sehingga

penulis dapat menyelesaikan studi dengan baik.

Seluruh Staf Akademik Prodi Pendidikan Sosiologi yang telah

memberikan bantuan jasa dalam bidang keadministrasian kepada penulis selama

Page 8: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …

menjadi mahasiswa seluruh informan yang telah bersedia meluangkan waktunya

kepada penulis untuk memberikan informasi dan data sampai pada penyelesaian

skripsi ini.

Kepada sepupu saya Randi saya ucapkan terima kasih telah membantu

saya dalam proses penelitian.

Untuk teman saya Sidar, Omil, Hikma dan yang lainnya yang tidak mampu saya

sebutkan satu persatu terimakasih dorongan yang sudah diberikan kepada saya

selama ini hingga saya mampu bangkit kembali untuk semangat menjalankan

tugas kuliah.

HMJ Pendidikan Sosiologi Universitas Muhammadiyah Makassar yang

telah memberi ruang dalam mengenal panggung keorganisasian meskipun penulis

sadar bahwa tak banyak jasa yang kami torehkan. Semua pihak yang tidak dapat

disebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan dan bantuan sehingga

skripsi ini dapat terselesaikan. Semoga amal baik yang diberikan kepada penyusun

mendapat imbalan dari Allah Subhanahu wa ta’ala.

Akhirnya dengan segala hormat dan kerendahan hati, penulis

mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari masih banyak

kekurangan dalam penulisan skripsi ini, kritik dan saran yang bersifat membangun

sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis

berharap semoga skripsi ini memiliki guna dan manfaat bagi penulis khususnnya

dan semua yang membutuhkan.

Makassar,14 September 2019

Page 9: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................................................

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ iii

SURAT PERNYATAAN ..................................................................................... iv

SURAT PERJANJIAN ........................................................................................ v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ....................................................................... vi

ABSTRAK ........................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ x

DAFTAR ISI ................................................................................................... .... xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................. 4

C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 5

Page 10: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …

D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 5

E. Definisi Operasional.......................................................................... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Konsep ................................................................................... 6

1. Pengertian Pendidikan Formal .................................................... 6

2. Kompenen Pendidikan ............................................................... 13

B. Dinamika Sosial ............................................................................... 18

C. Penelitian Terdahulu ........................................................................ 20

D. Kerangka Pikir ................................................................................. 24

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ................................................................................. 25

B. Lokasi Penelitian .............................................................................. 25

C. Metode Pengumpulan Data .............................................................. 26

D. Instrumen Penelitian......................................................................... 28

E. Teknik Analisis Data ........................................................................ 28

F. Keabsahan Data ................................................................................ 31

G. Etika Penelitian ................................................................................ 36

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Lokasi Penelitian ................................................................. 43

BAB V HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian ................................................................................ .45

Page 11: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …

B. Kesimpulan dan Saran ..................................................................... 72

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 73

Page 12: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME,

berkahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga

Negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Hukama, 2017).

Pendidikan sebagaimana tertera dalam UU Sistem Pendidikan Nasional

nomor 20 tahun 2003: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara” (UU

sisdiknas no 20 th 2003). Pengertian pendidikan menurut Riva‟i dan Murni, yang

dikutip oleh Syukur (2014), adalah proses secara sistematis untuk mengubah

tingkah laku seseorang ke arah yang lebih baik. sehingga untuk menunjang

keberhasilan seorang dalam dunia pendidikan maupun dunia kehidupan yang

layak, sudah seharusnya pendidikan diajarkan orang tuanya dimulai ketika anak

masih kecil.

Jadi, secara sederhana, pendidikan dapat diartikan sebagai proses

pembelajaran peserta didik dari yang tidak diketahui menjadi mengetahui yang

Page 13: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …

nantinya diharapkan agar peserta didik mewujudkan dan mengembangkan potensi

yang dimilikinya serta membentuk kepribadian yang sesuai.

Telah diketahui bahwa pendidikan dibagi menjadi tiga macam, yaitu

Pendidikan Formal, Pendidikan Non Formal, dan Pendidikan Informal. Dalam UU

Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa:

a) Pendidikan Formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang

yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan

tinggi.

b) Pendidikan Non Formal adalah jalur pendidikan diluar pendidikan formal

yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.

c) Pendidikan Informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan (UU

Sisdiknas No 20 Th 2003).

Melalui beberapa pengertian pendidikan diatas dapat disimpulkan bahwa:

a) Pendidikan Formal adalah pendidikan yang mengacu pada program yang

terencana, terstruktur, dan berjenjang mulai dari tingkat pendidikan dasar,

pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Di Indonesia, pendidikan ini

dimulai dari Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah

Atas, dan Perguruan Tinggi.

b) Pendidikan Non formal adalah pendidikan terstruktur dan berjenjang yang ada

diluar pendidikan formal. Pendidikan ini berfungsi sebagai penambah,

pengganti, dan pelengkap pendidikan formal, misalnya Pondok Pesantren, Les

Privat, Bimbingan Belajar, dan sebagainya.

Page 14: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …

c) Pendidikan informal adalah pendidikan yang terjadi di dalam keluarga dan

lingkungan. Ini adalah pendidikan tingkat pertama yang sangat mendasar yang

dialami oleh semua orang. Dimana dalam pendidikan informal ini karakter

anak akan terbentuk. Pola asuh orang tua sangat mempengaruhi baik buruknya

sikap anak. Oleh karena itu, pendidikan informal seharusnya menjadi

pendidikan yang sangat diperhatikan oleh orang tua.

Keyakinan bahwa pendidikan merupakan wahana ampuh untuk membawa

bangsa dan negara menjadi maju dan terpandang dalam pergaulan bangsa-bangsa

dan dunia Internasional, boleh dikatakan tidak ada keraguan lagi. Jhon Naisbitt

dan Patricia Aburdence dalam Megatrend 2000 sebagai dikutip Hukama (2017),

mengatakan, “tepi Asia Pasifik telah memperlihatkan, negara miskin pun bangkit,

tanpa sumber daya alam melimpah asalkan negara melakukan investasinya yang

cukup dalam hal sumber daya manusia”. Oleh karena itu katanya lebih lanjut,

“terobosan yang paling menggairahkan dari abad ke21 bukan karena teknologi,

melainkan karena konsep yang luas tentang apa artinya manusia itu.”

Tingkat pendidikan masyarakat pedesaan pada umumnya masih rendah

dimana mayoritas pendidikannya sampai tingkat Sekolah Mengah Pertama (SMP)

sehingga pengetahuan pendidikan yang mereka ketahui juga terbatas, karena

tingkat kesadaran masyarakat di komunitas pedesaan terhadap pendidikan formal

masih rendah. Hal ini tentunya dipengaruhi banyak faktor, salah satunya adalah

keadaan ekonomi. Fenomena seperti ini terjadi di Desa Itterung, Kecamatan Tellu

Siattinge, Kabupaten Bone, di mana mayoritas masyarakat di Desa ini memiliki

tingkat pendidikan yang masih rendah, pendidikan terakhir masyarakat disana

Page 15: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …

adalah mayoritas tingkat SLTA, sedangkan yang melanjutkan ke perguruan tinggi

sangatlah minim. Setelah tamat dari jenjang SLTA mereka membantu orang

tuanya bekerja di sawah, ada juga yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga

dan bekerja di perusahaan swasta. Setelah peneliti meninjau tingkat pendapatan

masyarakat di Desa Itterung ternyata tidak semua pendapatan mereka rendah,

terdapat warga yang berpendapatan tinggi namun mereka enggan menyekolahkan

putra putrinya sampai jenjang perguruan tinggi, hal ini disebabkan karena orientasi

mereka kepada pekerjaan, sehingga mereka berasumsi bahwa buat apa

menyekolahkan putra putrinya sampai ke perguruan tinggi jika pada akhirnya akan

melanjutkan pekerjaan atau profesi orang tua. Dari sinilah terlihat adanya

kesenjangan antar tingkat ekonomi dengan tingkat pendidikan masyarakat di Desa

Itterung.

Maka dari itu dibutuhkannya penjelasan atau sosialisasi tentang pendidikan

tinggi melalui tindakan sosial, dalam bentuk yang paling mendasar, sebuah tindak

sosial melibatkan sebuah hubungan dari tiga bagian: gerak tubuh awal dari salah

satu individu, respons dari orang lain terhadap gerak tubuh tersebut dan sebuah

hasil.

Berangkat dari fenomena dan konsep teori yang ada peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul: “Analisis Paradigma Masyarakat Terhadap

Pendidikan Di Desa Itterung Kecamatan Tellu Siattinge Kabupaten Bone.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka yang menjadi rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Page 16: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …

1. Bagaimana paradigma masyarakat Desa Itterung Kecamatan Tellu Siattinge

Kabupaten Bone terhadap pendidikan formal?

2. Faktor – faktor yang mempengaruhi paradigma masyarakat Desa Itterung

Kecamatan Tellu Siattinge Kabupaten Bone terhadap pendidikan formal?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai beriku:

1. Untuk mengetahui paradigma masyarakat Desa Itterung Kecamatan Tellu

Siattinge Kabupaten Bone terhadap pendidikan formal.

2. Untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi paradigma masyarakat

Desa Itterung Kecamatan Tellu Siattinge Kabupaten Bone terhadap pendidikan

formal.

D. Manfaat Penelitian

1. Manafaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pemahaman ilmu sosiologi,

khusunya tentang paradigma masyarakat desa tentang pendidikan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti penelitian ini diharapkan menambah pengalaman peneliti

tentang hal – hal yang berkaitan dengan paradigma masyarakat terhadap

perguruan tinggi di Desa Itterung Kecamatan Tellu Siattinge Kabupaten

Bone.

b. Bagi masyarakat Desa Itterung diharapkan penelitian ini dapat menjadi

solusi untuk meningkatkan minat melanjutkan ke pendidikan tinggil.

Page 17: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Pendidikan Formal

1. Pengertian Pendidikan Formal

Seringkali masyarakat mendengar istilah pendidikan. Bahkan,

masyarakat yang tidak pernah mengenyam pendidikan sama sekali pun

mengetahui kata pendidikan. Bagi masyarakat awam, pendidikan

diidentikkan dengan sekolah. Akan tetapi, sebenarnya pendidikan tidak hanya

terbatas pada sekolah saja. Mengacu pada UU Sisdiknas nomor 20 tahun

2003 (UU Sisdiknas nomor 20 tahun 2003), pendidikan sendiri dapat

dikatakan sebagai “usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.”

Telah diketahui bahwa pendidikan dibagi menjadi tiga macam, yaitu

Pendidikan Formal, Pendidikan Nonformal, dan Pendidikan Informal. Tiga

macam pendidikan ini mencakup semua sektor bidang pendidikan.

Pendidikan formal dalam perspektif masyarakat biasanya sering disebut

dengan pendidikan yang ada di sekolah, pendidikan non formal meliputi

pendidikan di pondok pesantren, dan pendidikan informal mencakup

pendidikan dalam keluarga. Semua persepsi masyarakat tentang pendidikan

tidak sepenuhnya salah, karena jika melihat pada UU Sistem Pendidikan

Page 18: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …

Nasional No 20 Tahun 2003 (UU Sisdiknas No 20 Th 2003), telah disebutkan

bahwa:

a. Pendidikan Formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan

berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan

pendidikan tinggi.

b. Pendidikan Nonformal adalah jalur pendidikan diluar pendidikan formal

yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.

c. Pendidikan Informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.

Dilihat dari pengertian diatas, dapat diketahui bahwa pendidikan tidak

terbatas pada pendidikan di lingkungan sekolah saja, yang dalam bahasa

akademik disebut dengan pendidikan formal. Lingkungan keluarga pun bisa

dikategorikan sebagai tempat berlangsungnya pendidikan. Pondok-pondok

pesantren juga bisa dikategorikan sebagai tempat berlangsungya pendidikan.

Akan tetapi dalam skripsi ini yang lebih dibahas khususnya adalah

pendidikan formal yang berarti jalur pendidikan yang terstruktur dan

berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan

pendidikan tinggi.

Pendidikan adalah sebenarnya proses pembudayaan. Tidak ada suatu

proses pendidikan tanpa kebudayaan dan tanpa masyarakat, dan sebaliknya

tidak ada suatu proses kebudayaan tanpa pendidikan. Proses pendidikan

hanya dapat terjadi di dalam hubungan antar manusia didalam suatu

masyarakat. Proses pendidikan merupakan suatu proses dan sekaligus suatu

kata benda. Pendidikan sebagai suatu proses merupakan suatu interaksi antara

Page 19: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …

pendidik dan peserta didik di dalam suatu masyarakat. Pendidikan adalah

suatu proses menaburkan benih-benih budaya dan peradaban manusia yang

hidup dan dihidupi oleh nilai-nilai atau visi yang berkembang dan

dikembangkan di dalam suatu masyarakat. Inilah pendidikan sebagai suatu

proses pembudayaan (Tilaar, 1999).

Proses pendidikan senantiasa berlangsung bagi setiap manusia, baik

yang masih bersekolah maupun tidak, yang berusia muda maupun tidak, yang

perempuan maupun tidak. Menurut Yustina Rostiawati (dalam Andriani,

2015) adalah suatu proses mendidik seseorang manusia menjadi manusia

yang dapat menghargai martabat setiap manusia baik perempuan maupun

laki-laki. Implikasinya, seseorang manusia yang terdidik akan berusaha untuk

senantiasa memperluas cakrawala wawasannya, memperdalam

pengetahuannya, dan berisikan adil terhadap manusia lain tanpa

memperhatikan jender, ras maupun etnis. Pendidikan bukan suatu proses

pengolahan masukan (input) menjadi luaran (output) yang efektif, efisien,

dan sikap pakai untuk dunia kerja dan kebutuhan pasar. Dengan kata lain,

sistem pendidikan dan proses pendidikan tidak sama dengan sistem dan

proses produksi dalam pabrik.

Pendidikan adalah suatu proses mendidik seseorang agar menjadi

pribadi yang lebih baik. Seseorang yang berpendidikan bukan hanya saja

lebih memperdalam ilmu pengetahuannya, akan tetapi juga harus lebih bisa

menghargai orang lain. Pendidikan tidak seperti pabrik produksi yang

mengolah dari barang mentah menjadi barang jadi/siap pakai. Pendidikan

Page 20: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …

belum tentu menjamin seseorang akan mendapatkan pekerjaan kalau tidak

diimbangi dengan keterampilan.

Pendidikan membantu dan memberdayakan manusia untuk

membangun daya kekuatan yang kreatif, dan mampu melakukan sesuatu.

Salah satu aspek individual dari pemberdayaan adalah agar manusia memiliki

kemampuan berpikir, menguasai ilmu penegetahuan dan tekhnologi,

mengambil keputusan, memecahkan masalah, dan membangun berbagai

keterampilan. Pendidikan juga membantu dan memberdayakan manusia

untuk membangun kekuatan bersama, solidaritas atas dasar komitmen pada

tujuan dan pengertian yang sama, untuk memecahkan persoalan yang

dihadapi guna menciptakan kesejahteraan bersama. Dengan kata lain,

pendidikan juga memberdayakan manusia untuk membangun komunitas,

memperkuat hubungan antar manusia (Widiastono, 2004).

Pendidikan merupakan sarana paling strategis untuk meningkatkan

kualitas manusia. Artinya, melalui pendidikan, kualitas manusia dapat

ditingkatkan. Dengan kualitas meningkat, produktivitas individual manusia

pun akan meningkat pula. Selanjutnya, jika secara individual produktivitas

manusia meningkat maka secara komunal produktivitas bangsa akan

meningkat. Bahwa untuk meningkatkan produktivitas bangsa, diperlukan

dana besar memang demikian hukum ekonominya.

Sejalan dengan itu, kalangan antropolog dan ilmuwan sosial lainnya

melihat bahwa pendidikan merupakan upaya untuk membudayakan dan

mensosialisasikan manusia sebagaimana yang kita kenal dengan proses

Page 21: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …

enkulturasi (pembudayaan) dan sosialisasi (proses membentuk kepribadian

dan perilaku seorang anak menjadi anggota masyarakat sehingga anak

tersebut diakui keberadaanya oleh masyarakat yang bersangkutan). Dalam

pengertian ini, pendidikan bertujuan membentuk agar manusia dapat

menunjukkan perilakunya sebagai makhluk yang berbudaya yang mampu

bersosialisasi dalam masyarakatnya dan menyesuaikan diri dengan

lingkungan dalam upaya mempertahankan kelangsungan hidup, baik secara

pribadi, kelompok, maupun masyarakat secara keseluruhan.

Daoed Joesoef (dalam Andriani, 2015), memandang pendidikan

sebagai bagian dari kebudayaan karena pendidikan adalah upaya memberikan

pengetahuan dasar sebagai bekal hidup. Pengetahuan dasar untuk bekal hidup

yang dimaksudkan di sini adalah kebudayaan. Dikatakan demikian karena

kehidupan adalah keseluruhan dari keadaan diri kita, totalitas dari apa yang

kita lakukan sebagai manusia, yaitu sikap, usaha, dan kerja yang harus

dilakukan oleh setiap orang, menetapkan suatu pendirian dalam tatanan

kehidupan bermasyarakat yang menjadi ciri kehidupan manusia sebagai

makhluk bio-sosial.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

susasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk meiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan

yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Page 22: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …

Selanjutnya menurut Poerbakawatja Harahap (1981) dalam

Muhibbinsyah (2010), pendidikan adalah usaha secara sengaja dari orang

dewasa untuk dengan pengaruhnya meningkatkan si anak ke kedewasaan

yang selalu diartikan mampu menimbulkan tanggung jawab moril dari segala

perbuatannya…orang dewasa itu adalah orang tua si anak atau orang tua yang

atas dasar tugas dan kedudukannya mempunyai kewajiban untuk mendidik

misalnya guru sekolah, pendeta atau kiai dalam lingkungan keagamaan,

kepala-kepala asrama dan sebagainya.

Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik,

luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Karena itu tujuan

pendidikan memiliki dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap

kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap

kegiatan pendidikan (Tirtarahardja dan Sulo, 2005).

Makna dan tujuan dari pendidikan adalah untuk memerdekakan,

membudayakan, dan memanusiakan manusia termasuk di dalamnya proses

sosialisasi nilai-nilai transenden dan kultural yang diharapkan dapat

senantiasa membantu manusia dalam proses menjadi manusia (on the process

of becoming human), seperti diungkapkan oleh Sastrapratedja. Fuad Hassan

(dalam Andriani, 2015), lebih lanjut mengungkapkan, manusia tidak akan

pernah berhenti berproses melalui pendidikan yang bukan hanya terbatas

sebagai sistem persekolahan dalam pendidikan formal, melainkan juga di

dalam arti dan makna yang lebih luas.

Page 23: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …

Secara tradisional, pendidikan dipandang sebagai kegiatan yang

bertujuan, sebagai jalan menuju pencapaian tujuan yang terletak di luar

proses pendidikan adalah untuk membantu mencapai kehidupan yang baik,

kebahagiaan, keadaan yang final. Bukan hanya pendidikan yang menjadi

penopang upaya mencapai tujuan itu. Anggapan bahwa pendidikan adalah

cara atau alat menyebabkan diaturnya unsur-unsur pendidikan mengikuti arus

zaman dan tempat ini, seperti kini pendidikan dianggap sebagai cara

mencapai penyesuaian sosial, mencapai profesi yang memadai, atau

mencapai kepemimpinan dalam masyarakat (Freire, 1998).

Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, non formal, dan

informal. Pendidikan formal (PF) yang sering disebut pendidikan

persekolahan berupa jenjang pendidikan yang telah baku. Mulai dari jenjang

sekolah dasar (SD) sampai dengan perguruan tinggi (PT). Pendidikan taman

kanak-kanak masih dipandang sebagai pengelompokkan belajar yang

menjembatani anak dalam suasana hidup dalam keluarga dan di sekolah

dasar. Biasa juga disebut pendidikan prasekolah dasar (Pra-Elementary

School). Menurut UU No. 2 Tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional,

dinyatakan setiap warga Negara diwajibkan mengikuti pendidikan formal

minimal sampai tamat SMP (Tirtarahardja dan Sulo, 2005). Pendidikan

nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang

dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan informal adalah

jalur keluarga dan lingkungan.

Page 24: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …

Sekolah adalah salah satu saluran atau media dari proses pembudayaan

media lainnya adalah keluarga dan institusi lainnya yang ada di masyarakat.

Sekolah adalah media sosialisasi yang lebih luas dari keluarga. Sekolah

mempunyai potensi yang pengaruhnya cukup besar dalam pembentukan

sikap dan perilaku seorang anak, serta mempersiapkannya untuk penguasaan

peranan-peranan baru di kemudian hari di kala anak atau orang tidak lagi

menggantungkan hidupnya pada orang tua atau keluarganya (Narwoko dan

Suyanto, 2010).

2. Komponen Pendidikan

Dalam pendidikan, baik formal, non formal, maupun informal

mempunyai komponen pendidikan. Adapun komponen pendidikan dalam

pendidikan formal meliputi:

a. Kurikulum

Kurikulum merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan

dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Teori yang dikembangkan

dalam komponen ini meliputi tujuan pendidikan, organisasi kurikulum,

isi kurikulum, dan modul pengembangan kurikulum.

b. Belajar

Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan

proses pelaksanaan interaksi ditinjau dari sudut peserta didik. Teori yang

dikembangan meliputi karakteristik peserta didik, jenis belajar, cara

belajar, hirarki, jenis, dan kondisi belajar.

c. Mendidik dan mengajar

Page 25: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …

Mendidik dan mengajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang

berkaitan dengan proses pelaksanaan interaksi ditinjau dari sudut pndang

pendidik. Teori yang dikembangkan dalam komponen ini meliputi

karakteristik pendidik, karakteristik kegiatan pendidikan dan mengajar,

metode dan teknik mengajar, sistem pengelolaan kelas.

d. Lingkungan pendidikan

Lingkungan pendidikan berkenaan dengan situasi ketika interaksi belajar

mengajar berlangsung, teori ini meliputi perencanaan pendidikan,

manajemen pendidikan, bimbingan konseling, kebijakan pendidikan, dan

ekonomi pendidikan.

e. Evaluasi pendidikan

Evaluasi berkenaan dengan prinsip, mental, teknik, dan prosedur dengan

cara-cara bagaimana pencapaian tujuan pendidikan. Teori yang

dikembangkan dalam komponen ini adalah model-model penilaian,

metode, teknik, instrumen penilaian (Mulyono, 2010).

Umar Tirtarahardja dan La Sula (2000), menyebutkan bahwa unsur

pendidikan mempunyai tujuh bagian, yaitu: Subjek yang dibimbing (peserta

didik), Orang yang membimbing (pendidik), Interaksi antara peserta didik

dengan pendidik (interaksi edukatif), Ke arah mana bimbingan ditujukan

(tujuan pendidik), Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi

pendidikan), Cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode),

Tempat dimana peristiwa bimbingan berlangsung (lingkungan pendidikan).

a. Subjek yang dibimbing (Peserta didik)

Page 26: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …

Unsur ini merupakan unsur yang sangat vital dalam dunia pendidikan.

Peserta didik mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap

keberhasilan dunia pendidikan. Kualitas dari pribadi peserta didik ini

yang akan menjadi tolok ukur pendidikan. Pendidikan dianggap gagal

jika apa yang dilakukan peserta didik tidak sesuai dengan apa yang

diharapkan oleh lembaga pendidikan.

b. Orang yang membimbing (Pendidik)

Pendidik juga mempunyai peran yang sangat penting dalam dunia

pendidikan. Keberhasilan peserta didik tergantung bagaimana cara

mendidik yang dilakukan oleh pendidik. Kepribadian seorang pendidik

juga tak lepas dari perhatian agar peserta didik mencapai keberhasilan

sesuai yang diinginkan. Oleh karena itu pantaslah bahwa pendidik harus

mempunyai syarat-syarat seperti kompetensi paedagogik, kompetensi

sosial, kompetensi profesional, dan kompetensi kepribadian.

c. Interaksi antara pendidik dan peserta didik (Interaksi Edukatif).

Pendidikan bisa dikatakan kondusif bila ada interaksi yang baik antara

pendidik dengan peserta didik. Interaksi antara peserta didik dengan

pendidik sangat diperlukan untuk menjaga hubungan yang harmonis

yang tentunya dalam hubungan ini harus ada batas-batas tertentu.

d. Ke arah mana bimbingan ditujukan (Tujuan Pendidik)

Setiap individu maupun organisasi pasti mempunyai tujuan tertentu.

Begitu juga dengan dunia pendidikan. Pendidik harus mempunyai tujuan

yang jelas dalam mendidik peserta didik. Mendidik dengan tanpa tujuan

Page 27: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …

bisa diibaratkan orang dengan berjalan ditengah hutan yang mana orang

tersebut tidak mengetahui arah mata angin. Jika pendidik tidak

mempunyai tujuan yang jelas, maka hampir bisa dipastikan bahwa apa

yang diajarkan pendidik kepada peserta didik tidak akan pernah

membekas di dalam diri peserta didik.

e. Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (Materi Pendidikan)

Materi pendidikan menyumbang peran yang besar terhadap keberhasilan

pendidikan. Jika pendidik tidak mempunyai ataupun menguasai materi

yang akan diberikan kepada peserta didik, maka tujuan dari pendidikan

tidak akan tercapai dalam kegiatan tersebut.

f. Cara yang digunakan dalam bimbingan (Alat dan Metode)

Alat dan metode dalam pendidikan mempunyai peran yang tak kalah

pentingnya dalam menunjang keberhasilan pendidikan. Metode dalam

pendidikan bisa sebagai solusi yang jitu bagaimana cara menghadapi

keanekaragaman peserta didik. Mengenai alat dalam pendidikan

memang sangat penting, tapi ada alat yang bisa dialihkan. Misalkan, jika

dalam sekolah tidak mempunyai ruang yang layak bisa dialihkan ke luar

ruangan yang dekat dengan pohon.

g. Tempat dimana peristiwa bimbingan berlangsung (Lingkungan

Pendidikan)

Lingkungan pendidikan sangat mempengaruhi keberhasilan pendidikan.

Jika lingkungan mendukung pendidikan, maka kualitas peserta didik

akan lebih baik. Tingkat pendidikan peserta didik juga lebih tinggi

Page 28: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …

dibandingkan dengan yang lainnya. Apalagi jika membahas tentang

kepribadian individu. Lingkungan akan sangat mempengaruhi

kepribadian dari individu tersebut. Semakin masyarakat sadar akan

pentingnya pendidikan, maka biasanya kualitas lingkungan semakin

baik. Pemikiran masyarakat juga semakin beragam. Selain itu,

keterbukaan serta toleransi masyarakat juga akan semakin besar.

3. Dampak Pendidikan

Dampak yang sangat kelihatan dari tingkat pendidikan seseorang

adalah (Hukuma, 2017):

1) Pengetahuan secara Intelektual

Secara umum, tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi tingkat

intelektual manusia dalam masing-masing bidang yang dipelajarinya.

Hal ini dikarenakan semakin tinggi pendidikan, maka semakin dalam

pula materi yang disampaikan. Misalnya, lulusan SMA dengan lulusan

SMP tentunya akan berbeda dalam menguasai pelajaran dengan materi

yang sama.

2) Moral secara Umum

Secara umum, tingkat pendidikan akan mempengaruhi moral seseorang.

Misalnya, dalam hal sopan santun, anak yang hanya lulus SD dengan

anak yang lulus SMP lebih sopan anak yang lulus SMP. Hal ini bisa

dimungkinkan hanya karena ketidaktahuan penerapan anak yang lulus

SD tersebut.

3) Kedewasaan dalam menghadapi masalah

Page 29: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …

Secara umum, tingkat pendidikan juga mempengaruhi seseorang dalam

menghadapi masalah. Seseorang yang mempunyai pendidikan yang

lebih tinggi mempunyai solusi yang lebih baik dan lebih matang

dibandingkan seseorang yang tingkat pendidikannya rendah.

B. Dinamika Sosial Budaya Masyarakat Desa

Masyarakat dan pedesaan atau desa, menurut Shadily (1993) dalam

Huzaini (2014), memiliki dua kata yang mempunya arti tersendiri. Untuk

mendapatkan pengertian dari dua kata ini harus diartikan terlebih dahulu kata

perkata. Misalnya, Masyarakat diartikan golongan besar atau kecil yang terdiri

dari beberapa manusia dengan atau karena sendirinya bertalian secara golongan

dan pengaruh-mempengaruhi satu sama lain. Sementara menurut Koentjaraningrat

(2009), masyarakat dapat juga diartikan sebagai sekumpulan manusia yang saling

berinteraksi.

Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling “bergaul” atau

dengan istilah ilmiah, saling “berinteraksi”. Ciri-ciri masyarakat adalah (1)

interaksi antar warga-warganya; (2) adat-istiadat, norma, hukum, dan aturan-

aturan khas yang mengatur seluruh pola tingkah laku warga Negara kota atau

desa; (3) kontinuitas waktu; (4) dan rasa identitas kuat yang mengikat semua

warga. Dengan memeperhatikan ciri-ciri tersebut maka secara khusus dapat

dirumuskan definisi mengenai masyarakat yaitu masyarakat adalah kesatuan

hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat tertentu yang

bersifat kontinu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama

(Koentjaraningrat, 2009).

Page 30: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …

Dari pemaparan diatas sudah di jelaskan bahwasanya masyarakat

pedesaan adalah dua kata yang terpisah atau mempunyai arti tersendiri, untuk bisa

mendapatkan pengertian dari dua kata tersebut maka harus diartikan terlebih

dahulu dari kata perkata sehingga dari dua kata tersebut bisa di jadikan satu arti

yang seperti di harapkan.

Paul H. Landis seorang sarjana sosiologi perdesaan dari Amerika Serikat,

sebagaimana dikutip Huzaini (2014), mengemukakan definisi tentang desa dengan

cara membuat tiga pemilahan berdasarkan pada tujuan analisis. Untuk tujuan

analisis statistik, desa didefinisikan sebagai suatu lingkungan yang penduduknya

kurang dari 2500 orang. Untuk tujuan analisa sosial psikologi, desa didefinisikan

sebagai suatu lingkungan yang penduduknya memiliki hubungan yang akrab dan

serba informal di antara sesama warganya. Sedangkan untuk tujuan analisa

ekonomi, desa di definisikan sebagai suatu lingkungan yang penduduknya

tergantung kepada pertanian.

Pandangan tentang kedua kata diatas yaitu masyarakat pedesaan atau

desa dapat diartikan sebagai masyarakat yang memiliki hubungan yang lebih

mendalam dan erat dan sistem kehidupan umumnya berkelompok dengan dasar

kekeluargaan. Sebagian besar warga masyarakat hidup dari pertanian. Masyarakat

tersebut homogen, seperti dalam hal mata pencaharian, agama, adat-istiadat dan

sebagainya. Dengan kata lain masyarakat pedesaan identik dengan istilah gotong

royong yang merupakan kerja sama untuk mencapai kepentingan kepentingan

mereka.

Page 31: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …

Masyarakat desa selalu memiliki ciri-ciri atau dalam hidup

bermasyarakat, biasanya tanpak dalam perilaku keseharian mereka. Pada situasi

dan kondisi tertentu, sebagian karakteristik dapat digeneralisasikan pada

kehidupan masyarakat desa di daerah tertentu. Masyarakat desa juga ditandai

dengan pemilikan ikatan perasaan batin yang kuat sesama warga desa, yaitu

perasaan setiap warga/anggota masyarakat yang amat kuat dan pada hakekatnya

bahwa seseorang merasa merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

masyarakat itu sendiri dimanapun ia hidup dicintainya serta mempunyai perasaan

bersedia untuk berkorban setiap waktu demi masyarakatnya atau anggota-anggota

masyarakat, karena beranggapan sama-sama sebgai masyarakat yang saling

mencintai saling menghormati, mempunyai hak tanggung jawab yang sama

terhadap keselamatan dan kebahagiaan bersama di dalam masyarakat.

C. Penelitian Terdahulu

Penelitian Makhsus (2013), dengan judul Persepsi Masyarakat Tentang

Pentingnya Pendidikan Formal 12 Tahun (Studi Kasus Kampung Pejamuran,

Desa Pasilian, Kecamatan Kronjo, Kabupaten Tangerang), memperoleh temuan

di lapangan melalui observasi memperlihatkan bahwa masyarakat pejamuran

memiliki kehidupan yang membudaya dan memiliki alam yang asri, serta

memiliki keadaan ekonomi dengan hirarki yang beragam. Selain itu dari hasil

wawancara ditemukan terdapat persepsi negatif yang ditunjukan oleh masyarakat

kampung pejamuran. Bahkan lebih beragam lagi hasil temuannya ketika

dilapangan setelah menyebar angket yang menunjukan bahwa terdapat 47,5%

persepsi positif, 52,5% persepsi negatif yang ditunjukan oleh masyarakat

Page 32: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …

kampung pejamuran. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa terdapat persepsi

persepsi negatif 52,5% dan persepsi positif 47,5% yang berkembang didalam

persepsi dan polapikir masyarakat kampung pejamuran. Diindikasi terdapat

persepsi negatif dan positif yang ditemukan oleh peneliti didalam pola pikir

masyarakat kampung pejamuran tentang pentingnya pendidikan formal 12 tahun

dikampung pejamuran, desa pasilian, kecamatan kronjo.

Penelitian Gustian (2016), dengan judul Persepsi Masyarakat Terhadap

Pendidikan Perguruan Tinggi (Studi Deskriptif Tentang Kurangnya Minat

Pendidikan Ke Jenjang Perguruan Tinggi Pada Pemuda dan Pemudi Kampung

Pungkur Loji Desa Cicalengka Kulon Kecamatan Cicalengka Kabupaten

Bandung), menemukan bahwa kurangnya minat terhadap pendidikan perguruan

tinggi pada pemuda dan pemudi dikarenakan oleh himpitan ekonomi, serta faktor

lingkungan yang dimana banyaknya pengangguran, penggunaan minuman keras

di kalangan masyarakat dan pemuda, dan banyaknya pernikahan diusia dini yang

mengharuskan masyarakat untuk bekerja sehingga lupa akan kewajibannya untuk

terus belajar. Untuk peran pemerintah penulis merasa bahwa pemerintah kurang

dalam penanggunangan terhadap permasalahan pendidikan, Pemerintah desa

khususnya tidak menyikapi permasalahan di pungkur loji dengan sungguh-

sungguh.

Penelitian Irwan (2017), dengan judul Persepsi Keluarga Petani Terhadap

Pendidikan Formal Anak Di Desa Sungai Toman Kecamatan Salatiga Kabupaten

Sambas, menemukan bahwa: (1) keluarga petani di Desa Sungai Toman masih

memiliki persepsi/pandangan yang terbelakang terhadap pendidikan. Banyak

Page 33: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …

keluarga petani memiliki persepsi bahwa pendidikan kurang penting, banyak dari

mereka menganggap pendidikan yang didapatkan sudah cukup serta lebih

menginginkan anaknya bekerja mencari uang dan kurang mementingkan

pendidikan. (2) banyak anak-anak petani yang tidak meneruskan pendidikan

mereka ke tingkat disebabkan oleh beberapa faktor yang melatar belakangi

pendidikan mereka sehingga menyebabkan mereka berhenti sekolah dan lebih

memilih untuk bekerja. Adapun faktor yang melatar belakangi anak di Desa

Sungai Toman putus/tidak sekolah yaitu: Latar belakang pendidikan orangtua,

lemahnya ekonomi keluarga, kurangnya perhatian orangtua terhadap pendidikan,

kurangnya minat anak untuk sekolah dan Kondisi tempat tinggal.

Penelitian Andriani (2017), dengan judul Persepsi Masyarakat Desa

Parbutaran Terhadap Pendidikan Formal (Studi Etnografi Mengenai Persepsi

Masyarakat Terhadap Pendidikan Formal di Desa Parbutaran Kec. Bosar

Maligas Kab. Simalungun), menemukan bahwa masalah ekonomi adalah satu

penghambat untuk anak Parbutaran bisa sekolah. Selain masalah ekonomi, faktor

yang lain yang menyebabkan banyaknya anak tidak melanjutkan sekolah ke

jenjang yang lebih tinggi lagi adalah pandangan orang tua yang menganggap

pendidikan bukanlah sesuatu yang di nomorsatukan. Menurut sebagian orang tua

pendidikan itu belum tentu bisa menjamin masa depan dalam arti mendapat

pekerjaan dan gaji yang sesuai nantinya.

Penelitian Hukuma (2017), dengan judul Persepsi Masyarakat Pedesaa

terhadap Pendidikan Tinggi di Kabupaten Nganjuk (Studi Analsisi Teori George

herbert Mead), menemukan bahwa: (1) tingkat pendidikan formal masyarakat

Page 34: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …

Desa Banjarsari masih rendah, dimana pendidikan SD sebanyak 612 orang dengan

prosentase 22,18%, SMP sebanyak 739 orang dengan prosentase 26,78%, SMA

sebanyak 1094 orang dengan prosentase 39,65%, Perguruan Tinggi sebanyak 142

orang dengan prosentase 5,14%, dan tidak sekolah sebanyak 172 dengan

prosentase 6,23%. (2) persepi masyarakat pedesaan di Desa Banjarsari terhadap

pendidikan tinggi cukup baik, namun untuk merealisasikan anaknya melanjutkan

ke perguruan tinggi kurang. (3) keterkaitan makna persepsi masyarakat pedesaan

pada pendidikan tinggi dan konsep teori George Herbert Mead, dapat di lihat dari

faktor internal yaitu tingkat ekonomi dan latar belakang pendidikan orang tua,

sedangkan faktor eksternal yaitu lingkungan.

Page 35: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …

D. Kerangka Pikir

Gambar.1 Kerangka Pikir

Desa

Dinamika Pendidikan

Pendidikan Informal

Pendidikan Formal Pendidikan Nonformal

Paradigma Masyarakat

Tingkat Pendidikan Masyarakat

Page 36: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

deskriptif. Sementara jenis penelitian ini adalah

penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu

pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada

manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang- orang

tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya (Moleong, 2010).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Desa Itterung Kecamatan Tellu Siattinge

Kabupaten Bone. Waktu penelitian dimulai pada Mei 2019 sampai dengan Juli

2019.

C. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari dua yaitu, data primer dan

data sekunder.

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung (dari

tangan pertama). Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari hasil

wawancara dengan informan penelitian terntang permasalahan penelitian.

Page 37: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang

sudah ada. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari hasil

dokumentasi. Dalam penelitian ini data sekunder seperti profil desa, data

jumlah anak yang bersekolah, dan lain sebagainya.

D. Metode Pengumpulan Data

1. Observasi

Menurut Joko Subagyo dalam Hukama (2017), observasi adalah

pengamatan yang dilakukan secara sengaja, sistematis mengenai fenomena

social dengan gejala-gejala psikis untuk kemmudian dilakukan pencatatan.

Observasi sebagai alat pengumpulan data dapat dilakukan secara

spontan dapat pula dengan daftar isian yang telah disiapkan sebelumnya. Pada

dasarnya teknik observasi digunakan untuk melihat atau mengamati

perubahan fenomena sosial yang tumbuh dan berkembang yang kemudia

dapat dilakukan penilaian atau perubahan tersebut. Dalam melakukan

observasi terhadap fenomena atau peristiwa yang terjadi dalam situasi sosial,

penelitian melakukan pencatatan data menjadi database kualitatif. Dalam hal

ini, seorang dituntut untuk sebanyak-banyaknya mengumpulkan informasi

yang berhubungan dengan fokus masalah yang diteliti (Iskandar, 2009).

Observasi akan dilakukan di desa Itterung Kecamatan Tellu Siattinge

Kabupaten Bone.

2. Wawancara

Page 38: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …

Menurut Joko Subagyo dalam Hukama (2017), wawancara adalah suatu

kegiatan dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan

mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan pada responden. Wawancara

bermakna berhadapan langsung antara interviewer dengan responden,

kegiatannya dilakukan secara lisan. Adapun model wawancara yang dapat

digunakan oleh peneliti kualitatif dalam melakukan penelitian, sebagai

berikut:

a. Wawancara terstruktur

Wawancara terstruktur adalah seseorang pewawancara atau peneliti

telah menentukan format masalah yang akan diwawancarai, yang

berdasarkan masalah yang akan diteliti.

b. Wawancara tidak terstruktur

Wawancara tidak terstruktur merupakan seseorang peneliti bebas

menentukan fokus masalah wawancara, kegiatan wawancara mengalir

seperti dalam percakapan biasa, yaitu mengikuti dan menyelesaikan

dengan situasi dan kondisi responden (Iskandar, 2009).

Hal-hal yang hendak diungkapkan dalam penelitian ini akan sulit

dicapai bila keterangan-keterangan yang akan dikumpulkan hanya

melalui survei. Oleh karena itu, teknik pengumpulan data yang akan

digunakan adalah wawancara mendalam. Dalam hal ini peneliti akan

menggunakan pedoman wawancara, sehingga para masyarakat pedesaan

yang akan bersedia membuka diri dan menyampaikan berbagai

informasi. Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini ditujukan

Page 39: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …

kepada informan, dengan kriteria: seorang masyarakat Desa yang sudah

berkeluarga dan mempunyai anak yang sudah lulus SD. Informan

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Kepala Desa Itterung Kecamatan Tellu Siattinge Kabupaten Bone

2) Masyarakat desa yang sudah berkeluarga dan mempunyai anak yang

sudah lulus SD

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan penelaahan terhadap refrensi-refrensi yang

berhubungan dengan fokus permasalahan penelitian. Dokumen- dokumen

yang di maksud adalah dokumen pribadi, dokumen resmi, referensi-referensi,

foto-foto, rekaman kaset. Data ini dapat bermanfaat bagi peneliti untuk

penguji, menafsirkan bahkan utnuk meramalkan jawaban dari fokus

permasalahan penelitian (Iskandar, 2009).

Metode atau teknik dokumenter adalah teknik pengumpulan data dan

informasi melalui pencarian dan penemuan bukti-bukti. Metode dokumenter

ini merupakan metode pengumpulan data yang berasal dari sumber non

manusia. Sumber-sumber informasi non manusia ini seringkali di abaikan

dalam penelitian kualitatif, padahal sumber ini kebanyakan sudah tersedia

akan siap pakai. Dokumen berguna karena dapat memberikan latar belakang

yang lebih luas mengenai pokok penelitian (Sofa dalam Hukuma, 2017).

E. Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif menurut Miles dan Hiberman dalam Sugiyono,

(2012), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan

Page 40: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …

secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga

datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data

display, dan consclusion drawing/verification.

Gambar 2 Model Analisis Data

Proses analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan empat tahap yaitu:

1. Pengumpulan Data

Data yang didapat dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi dicatat

pada catatan lapangan yang terdiri atas 2 bagian yaitu bagian deskriptif dan

bagian reflektif. Pengertian catatan deskriptif yaitu catatan alami, (merupakan

catatan mengenai apa yang disaksikan, didengar, dilihat dan dialammmi

sendiri oleh peneliti tanpa adanya penafsiran dan pendapat dari peneliti

terhadap fenomena yang dialaminya). Catatan reflektif adalah catatan yang

isinya kesan, pendapat, komentar serta tafsiran peneliti mengenai apa

penemuan yang dijumpai. Selain itu merupakan bahan rencana pengumpulan

data untuk tahap selanjutnya.

2. Reduksi Data

Page 41: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …

Selanjutnya sesudah data terkumpul dibuat reduksi data, untuk menentukan

data yang relevan dan mempunyai maka, memfokuskan data yang mengarah

pada pemecahan masalah, penemuan, pemaknaan atau untuk menjawab

pertanyaan penelitian. Selanjutnya melakukan penyederhanaan serta

menyususn secara sistematis dan menjabarkan hal-hal penting mengenai hasil

penemuan dan maknanya. Dalam proses reduksi data, hanya temuan data atau

temuan yang berkaitan dengan permasalahan penelitian yang direduksi.

Sedangkan untuk data yang tidak ada kaitannya dengan masalah penelitian

dibuang. Atau dengan kata lain reduksi data dipakai untuk analisis yang

mengarahkan, menggolongkan, menajamkan dan membuang yang tidak

penting danmengorganisasikan data. Dengan begitu maka akan

mempermudahkan peneliti untuk menarik sebuah kesimpulan.

3. Penyajian Data

Penyajian data bisa berbentuk tulisan, gambar, tabel dan grafik. Tujuan

penyajian data untuk menggabungkan informasi sehingga bisa memberikan

gambaran terhadap keadaan yang terjadi. Dalam hal ini, supaya peneliti tidak

mengalami kesulitan dalam penguasaan informasi secara baik dan menyeluruh

dan juga bagian-bagian tertentu dari hasil peneltian. Maka dari itulah peneliti

harus membuat naratif, grafik atau matrik untuk mempermudah penguasaan

data atau informasi tersebut. Dengan cara seperti itu maka peneliti bisa tetap

menguasai data dan tidak tenggelam dalam kesimpulan informasi yang bisa

membosankan. Hal seperti ini dilakukan karena data yang tersususun kurang

baik dapat mempengaruhi peneliti dalam mengambil kesimpulan yang

Page 42: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …

memihak dan dalam bertindak secara ceroboh, dan tidak mendasar. Mengenai

display data harus dissadari sebagai bagian di dalam analisis data.

4. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan dilakukan selama berlangsungnya penelitian, seperti

halnya proses reduksi data, sesudah data telah terkummpul memadai maka

akan dapat diperoleh kesimpulan sementara, dan sesudah data benar-benar

lengkap maka dapat diperoleh kesimpulan akhir.

F. Teknik Keabsahan Data

Pemeriksaan terhadap keabsahan data pada dasarnya, selain digunakan

untuk menyanggah balik yang dituduhkan kepada penelitian kualitatif yang

mengatakan tidak ilmiah, juga merupakan sebagai unsur yang tidak terpisahkan

dari tubuh pengetahuan penelitian kualitatif (Moleong, 2010). Keabsahan data

dilakukan untuk membuktikan apakah penelitian yang dilakukan benar-benar

merupakan penelitian ilmiah sekaligus untuk menguji data yang diperoleh. Uji

keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji, credibility, transferability,

dependability, dan confirmability (Sugiyono, 2012).

Agar data dalam penelitian kualitatif dapat dipertanggungjawabkan

sebagai penelitian ilmiah perlu dilakukan uji keabsahan data. Adapun uji

keabsahan data yang dapat dilaksanakan.

1. Credibility

Uji credibility (kredibilitas) atau uji kepercayaan terhadap data hasil

penelitian yang disajikan oleh peneliti agar hasil penelitian yang dilakukan

tidak meragukan sebagai sebuah karya ilmiah dilakukan.

Page 43: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …

a. Perpanjangan Pengamatan

Perpanjangan pengamatan dapat meningkatkan kredibilitas/

kepercayaan data. Dengan perpanjangan pengamatan berarti peneliti

kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan

sumber data yang ditemui maupun sumber data yang lebih baru.

Perpanjangan pengamatan berarti hubungan antara peneliti dengan

sumber akan semakin terjalin, semakin akrab, semakin terbuka, saling

timbul kepercayaan, sehingga informasi yang diperoleh semakin banyak

dan lengkap.

Perpanjangan pengamatan untuk menguji kredibilitas data

penelitian difokuskan pada pengujian terhadap data yang telah diperoleh.

Data yang diperoleh setelah dicek kembali ke lapangan benar atau tidak,

ada perubahan atau masih tetap. Setelah dicek kembali ke lapangan data

yang telah diperoleh sudah dapat dipertanggungjawabkan/benar berarti

kredibel, maka perpanjangan pengamatan perlu diakhiri.

b. Meningkatkan kecermatan dalam penelitian

Meningkatkan kecermatan atau ketekunan secara berkelanjutan

maka kepastian data dan urutan kronologis peristiwa dapat dicatat atau

direkam dengan baik, sistematis. Meningkatkan kecermatan merupakan

salah satu cara mengontrol/mengecek pekerjaan apakah data yang telah

dikumpulkan, dibuat, dan disajikan sudah benar atau belum.

Untuk meningkatkan ketekunan peneliti dapat dilakukan dengan

cara membaca berbagai referensi, buku, hasil penelitian terdahulu, dan

Page 44: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …

dokumen-dokumen terkait dengan membandingkan hasil penelitian yang

telah diperoleh. Dengan cara demikian, maka peneliti akan semakin

cermat dalam membuat laporan yang pada akhirnya laporan yang dibuat

akan smakin berkualitas.

c. Triangulasi

Wiliam Wiersma (1986) mengatakan triangulasi dalam pengujian

kredibilitas diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber

dengan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber,

triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu (Sugiyono, 2007:273).

1) Triangulasi Sumber Untuk menguji kredibilitas data dilakukan

dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa

sumber. Data yang diperoleh dianalisis oleh peneliti sehingga

menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan

(member check) dengan tiga sumber data (Sugiyono, 2012).

2) Triangulasi Teknik Untuk menguji kredibilitas data dilakukan

dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik

yang berbeda. Misalnya untuk mengecek data bisa melalui

wawancara, observasi, dokumentasi. Bila dengan teknik pengujian

kredibilitas data tersebut menghasilkan data yang berbeda, maka

peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang

bersangkutan untuk memastikan data mana yang dianggap benar

(Sugiyono, 2012).

Page 45: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …

3) Triangulasi Waktu Data yang dikumpulkan dengan teknik

wawancara di pagi hari pada saat narasumber masih segar, akan

memberikan data lebih valid sehingga lebih kredibel. Selanjutnya

dapat dilakukan dengan pengecekan dengan wawancara, observasi

atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji

menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-

ulang sehingga sampai ditemukan kepastian datanya (Sugiyono,

2012).

d. Analisis Kasus Negatif

Melakukan analisis kasus negatif berarti peneliti mencari data

yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan data yang telah

ditemukan. Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau bertentangan

dengan temuan, berarti masih mendapatkan data-data yang bertentangan

dengan data yang ditemukan, maka peneliti mungkin akan mengubah

temuannya (Sugiyono, 2012).

e. Menggunakan Bahan Referensi

Yang dimaksud referensi adalah pendukung untuk membuktikan

data yang telah ditemukan oleh peneliti. Dalam laporan penelitian,

sebaiknya data-data yang dikemukakan perlu dilengkapi dengan foto-foto

atau dokumen autentik, sehingga menjadi lebih dapat dipercaya

(Sugiyono, 2012).

Page 46: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …

f. Mengadakan Membercheck

Tujuan membercheck adalah untuk mengetahui seberapa jauh data

yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Jadi

tujuan membercheck adalah agar informasi yang diperoleh dan akan

digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud

sumber data atau informan (Sugiyono, 2012).

2. Transferability

Transferability merupakan validitas eksternal dalam penelitian

kualitatif. Validitas eksternal menunjukkan derajat ketepatan atau dapat

diterapkannya hasil penelitian ke populasi di mana sampel tersebut diambil

(Sugiyono, 2012).

Pertanyaan yang berkaitan dengan nilai transfer sampai saat ini masih

dapat diterapkan/dipakai dalam situasi lain. Bagi peneliti nilai transfer sangat

bergantung pada si pemakai, sehingga ketika penelitian dapat digunakan

dalam konteks yang berbeda di situasi sosial yang berbeda validitas nilai

transfer masih dapat dipertanggungjawabkan.

3. Dependability

Reliabilitas atau penelitian yang dapat dipercaya, dengan kata lain

beberapa percobaan yang dilakukan selalu mendapatkan hasil yang sama.

Penelitian yang dependability atau reliabilitas adalah penelitian apabila

penelitian yang dilakukan oleh orang lain dengan proses penelitian yang sama

akan memperoleh hasil yang sama pula.

Page 47: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …

Pengujian dependability dilakukan dengan cara melakukan audit

terhadap keseluruhan proses penelitian. Dengan cara auditor yang independen

atau pembimbing yang independen mengaudit keseluruhan aktivitas yang

dilakukan oleh peneliti dalam melakukan penelitian. Misalnya bisa dimulai

ketika bagaimana peneliti mulai menentukan masalah, terjun ke lapangan,

memilih sumber data, melaksanakan analisis data, melakukan uji keabsahan

data, sampai pada pembuatan laporan hasil pengamatan.

4. Confirmability

Objektivitas pengujian kualitatif disebut juga dengan uji

confirmability penelitian. Penelitian bisa dikatakan objektif apabila hasil

penelitian telah disepakati oleh lebih banyak orang. Penelitian kualitatif uji

confirmability berarti menguji hasil penelitian yang dikaitkan dengan proses

yang telah dilakukan. Apabila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses

penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar

confirmability.

Validitas atau keabsahan data adalah data yang tidak berbeda antara

data yang diperoleh oleh peneliti dengan data yang terjadi sesungguhnya pada

objek penelitian sehingga keabsahan data yang telah disajikan dapat

dipertanggungjawabkan.

G. Etika Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti mendapatkan rekomendasi dari institusi

tempat penelitian. Penelitian menggunakan etika sebagai berikut (Loiselle et al.,

(2004) dalam Sanyoto (2012):

Page 48: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …

1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)

Peneliti mempertimbangkan hak-hak subyek untuk mendapatkan

informasi yang terbuka berkaitan dengan jalannya penelitian serta memiliki

kebebasan menentukan pilihan dan bebas dari paksaan untuk berpartisipasi

dalam kegiatan penelitian (autonomy). Beberapa tindakan yang terkait dengan

prinsip menghormati harkat dan martabat manusia, adalah: peneliti

mempersiapkan formulir persetujuan subyek (informed consent).

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian (respect for privacy

and confidentiality)

Pada dasarnya penelitian akan memberikan akibat terbukanya

informasi individu termasuk informasi yang bersifat pribadi, sehingga peneliti

memperhatikan hak-hak dasar individu tersebut.

3. Keadilan dan inklusivitas (respect for justice and inclusiveness)

Penelitian dilakukan secara jujur, hati-hati, profesional,

berperikemanusiaan, dan memperhatikan faktor-faktor ketepatan,

keseksamaan, kecermatan, intimitas, psikologis serta perasaan religius subyek

penelitian. Menekankan kebijakan penelitian, membagikan keuntungan dan

beban secara merata atau menurut kebutuhan, kemampuan, kontribusi dan

pilihan bebas masyarakat. Peneliti mempertimbangkan aspek keadilan gender

dan hak subyek untuk mendapatkan perlakuan yang sama baik sebelum,

selama, maupun sesudah berpartisipasi dalam penelitian.

4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing harms

and benefits)

Page 49: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …

Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian

guna mendapatkan hasil yang bennanfaat semaksimal mungkin bagi subyek

penelitian dan dapat digeneralisasikan di tingkat populasi (beneficence).

Peneliti meminimalisasi dampak yang merugikan bagi subyek

(nonmaleficence).

Page 50: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Gambaran Umum Kecamatan Tellu Siatingge

Kecamatan Tellusiattinge merupakan salah satu dari 27 kecamatan yang

ada di Kabupaten Bone dan merupakan salah satu kecamatan yang memiliki

banyak Desa dengan jumlah 17 dengan luas wilayah 146,88 Km. Kecamatan

Tellusiattinge berjarak 16 km dari ibukota Kabupaten, sedangkan jarak dengan

ibukota provinsi 173 km. Adapun batas-batas wilayah kecamatan Tellusiatinge

sebagai berikut:

Sebelah utara : Berbatasan dengan Kecamatan Cenrana dan Teluk Bone

Sebelah timur : Berbatasan dengan Kecamatan Awangpone dan Palakka

Sebelah barat : Berbatasan dengan Kecamatan Amali dan Dua Boccoe

Sebelah selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Ulaweng

Luas wilayah yang dimiliki suatu daerah merupakan salah satu faktor

penentu dalam meningkatkan produksi dan produktivitas dari wilayah tersebut.

Adanya lahan yang luas serta di dukung oleh kondisi tanah yang subur merupakan

faktor pendukung dalam pengembangan serta peningkatan produksi disekitar

pertanian/peternakan. Adapun luas wilayah kecamatan Tellusiattinge per Desanya

dapat dilihat pada tabel berikut.

Page 51: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …

Tabel 1

Luas Wilayah Desa di Kecamatan Tellu Siattinge Kabupaten Bone Kelurahan/Desa Luas (km2)

Tokaseng 4,92 km2 Otting 7,00 km2 Sijelling 8,39 km2 Ajjalireng 5,00 km2 Waji 15,32 km2 Patanga 7,00 km2 Mattoanging 7,30 km2 Pongka 4,00 km2 Lea 7,00 km2 Itterung 14,02 km2 Padaidi 7,00 km2 Lanca 6,82 km2 Lappae 6,00 km2 Ulo 12,00 km2 Tajong 11,00 km2 Palongki 14,50 km2 Lamuru 9,61 km2

Sumber: BPS Kab. Bone, 2013

Penduduk merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan

suatu daerah, penduduk dengan jumlah tinggi disuatu daerah padat, diimbangi

dengan kualitas sumber daya manusia yang handal diberbagai bidang akan

mempercepat kemajuan suatu daerah dan sebaliknya, tak terkecuali di Kecamatan

Tellusiattinge. Oleh karena itu pengembangan dan peningkatan kualitas sumber

daya manusia sangat penting untuk dapat meningkatkan persaingan hingga

menjadi sumber daya yang handal dalam pembangunan daerah. Adapun kondisi

penduduk kecamatan Tellusiattinge Kabupaten Bone berdasarkan data sensus

2012 dan penyebarannya di 17 kelurahan/desa yaitu sebanyak 49.236 jiwa dengan

jumlah kepala keluarga yakni 10.075.

Page 52: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …

Tabel 2

Jumlah Penduduk dan Kepala Keluarga per Desa di Kecamatan Tellu Siattinge Kabupaten Bone

Kelurahan/Desa Penduduk Kepala Keluarga Tokaseng 2.365 jiwa 495 Otting 2.632 jiwa 502 Sijelling 3.594 jiwa 776 Ajjalireng 1.744 jiwa 412 Waji 3.574 jiwa 877 Patanga 2.158 jiwa 426 Mattoanging 2.540jiwa 516 Pongka 1.840 jiwa 501 Lea 2.228 jiwa 480 Itterung 3.367 jiwa 604 Padaidi 1.788 jiwa 351 Lanca 2.375 jiwa 510 Lappae 1.386 jiwa 332 Ulo 6.302 jiwa 1.078 Tajong 2.420 jiwa 459 Palongki 2.457 jiwa 522 Lamuru 6.464 jiwa 1234 Jumlah 49.236 jiwa 10.075

Sumber: BPS Kab. Bone, 2013

Ketersediaan sarana pendidikan dallam suatu wilayah sangat diperlukan.

Hal ini bertujuan dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia. Sarana

pendidikan berupa sekolah akan membantu masyarakat dalam menuntut ilmu serta

memperlancar proses belajar mengajar dalam upaya peningkatan kecerdasan

bangsa dan negara. pendapat ini senada dengan pendapat Mubyarto (1986) bahwa

tingkat pendidikan peternak akan mempengaruhi pola berpikir, kemampuan

belajar, dan taraf intelektual. Dengan pendidikan formal maupun informal maka

peternak akan memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas sehingga lebih

mudah merespon suatu inovasi yang menguntungkan bagi usahanya.

Page 53: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …

Tabel 3

Jumlah Sarana Pendidikan di Kecamatan Tellu Siattinge Kabupaten Bone Sarana Pendidikan Jumlah (Unit) Persentase (%)

TK 12 22% SD/Sederajat 34 63% SMP/Sederajat 6/ 11% SMA/Sederajat 2 4% Jumlah 54 100%

Sumber: BPS Kab. Bone, 2013

Tabel di atas menunjukkan bahwa sarana pendidikan yang terdapat di

Kecamatan Tellusiattinge Kabupaten Bone sudah cukup tersedia. Hal ini dapat

dilihat dari sarana pendidikan yang tersedia yaitu ada taman kanak-kanak (TK)

sampai dengan sekolah menengah atas (SMA). Jumlah sarana pendidikan yang

terbanyak yaitu sekolah dasar (SD)/ sederajat sebanyak 34 buah dengan

persentase 63% sedangkan yang paling sedikit yaitu sekolah menengah atas

(SMA)/ sederajat sebanyak 2 buah dengan persentase 4%.

Demi kelancaran masyarakat dalam beribadah, maka ketersedian sarana

dan prasarana ibadah sangat diperlukan. Sarana peribadatan yang terdapat di

Kecamatan Tellusiattinge Kabupaten Bone dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 4 Jumlah Sarana Peribadatan di Kecamatan Tellu Siattinge Kabupaten Bone

Sarana Peribadatan Jumlah (Unit) Persentase (%) Masjid 23 45% Mushollah 28 55% Jumlah 51 100%

Sumber: BPS Kab. Bone, 2013

Tabel di atas menunjukkan bahwa total sarana peribadatan yang terdapat

di Kecamatan Tellusiattinge Kabupaten Bone yaitu sebanyak 51 buah yang

dimana dari 51 buah sarana peribadatan itu semuanya tempat ibadah bagi orang

Page 54: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …

muslim yaitu berupa mesjid dan mushollah, masing masing sebanyak 23 mesjid

dengan persentase 45% dan mushollah 28 buah dengan persentase 55%. Hal ini

disebabkan karena sebagian besar masyarakat di Kecamatan Tellusiattinge

Kabupaten Bone beragama Islam.

Untuk menjaga dan meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat maka

ketersediaan sarana kesehatan sangat diperlukan. Pelayanan kesehatan pada

masyarakat akan membantu menciptakan masyarakat yang sehat dan berkualitas.

Adapun sarana kesehatan yang terdapat di Kecamatan Tellusiattinge Kabupaten

Bone dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 5

Jumlah Sarana Kesehatan di Kecamatan Tellu Siattinge Kabupaten Bone Sarana Kesehatan Jumlah (Unit) Persentase (%)

Puskesmas 1 6% Puskesmas Pembantu (Pustu) 6 33% Puskesdes 11 61% Jumlah 18 100% Sumber: BPS Kab. Bone, 2013

Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah sarana kesehatan yang terdapat

di Kecamatan Tellusiattinge Kabupaten Bone sudah cukup tersedia hampir setiap

desa memiliki sarana kesehatan. Hal ini terlihat pada sarana kesehatan yang

tersedia mulai dari puskesmas sampai puskesdes.

B. Gambaran Umum Desa Itterung

Desa Itterung adalah salah satu desa Itterung Kecamatan Tellu Siattinge

Kabupaten Bone dengan luas wilayah 14,02km2 dan berada di ketinggian 35

mdpl. Desa Itterung memiliki 4 dusun. Desa Itterung memiliki jumlah penduduk

Page 55: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …

sebanyak 2.568 jiwa. 1.157 jiwa di antaranya adalah laki – laki dan 1.411 jiwa

adalah perempuan. Berikut akan disajikan data pendidikan di desa Itterung.

Tabel 6 Data Rasio Murid dan Guru di Desa Itterung Kecamatan Tellu Siattinge

Kabupaten Bone Jenjang Jumlah Murid Guru Rasio

L P L P SD 1 64 63 5 2 18,14 MI 1 59 75 1 10 12,18

SMP - - - - - -

MTs 1 30 27 12 - 4,75 SMA - - - - - -

SMK - - - - - -

MA - - - - - -

Sumber: BPS Kab. Bone, 2017

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa di desa Itterung terdapat 3

unit sekolah yaitu SD, MI dan MTs. Di desa Itterung tidak terdapat SMP,

SMA, SMK dan MA.

Page 56: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Desa Itterung merupakan sebuah desa yang secara umum masyarakat masih

belum begitu menganggap penting akan dunia pendidikan. Ini diketahui dari

kesadaran masyarakat akan dunia pendidikan, yang mana masih banyak

ditemukan anak yang hanya sekedar lulus Sekolah Dasar, dan sangat sedikit yang

meneruskan ke jenjang yang lebih tinggi. Fakta ini didapat dari hasil survey ke

sekolah dasar berdasarkan lulusan lima tahun yang lalu sebagaimana tabel

dibawah ini.

Tabel 3 Jumlah Anak SD yang Melanjutkan Sekolah

Tahun Jumlah Lulusan Jumlah yang Melanjutkan Sekolah 2013 24 7

2014 27 12 2015 25 10

2016 23 8

2017 25 11

Sumber: data primer diolah

Data diatas menunjukkan bahwa kepedulian masyarakat terhadap

pendidikan formal masih minim. Terbukti dari 124 siswa kelas enam selama lima

tahun lalu hanya 48 siswa yang melanjutkan sekolah ke sekolah menengah

pertama. Hal ini menunjukkan betapa rendahnya minat masyarakat dalam

pendidikan formal. Masyarakat pun kurang begitu mengetahui.

Page 57: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …

Dalam penelitian yang dilakukan kurang lebih 14 hari bisa diambil

kesimpulan dalam penemuan data bahwa masyarakat masih kurang peduli

terhadap pendidikan formal. Masyarakat belum sepenuhnya mengerti akan arti

dari pendidikan, utamanya pendidikan formal. Ini dibuktikan dengan hasil

wawancara peneliti dengan beberapa warga yang umumnya mereka mengatakan

bahwa:

Nama Inisial Pak (AY), kepala desa Itterung mengatakan bahwa:

“begini nak, masyarakat di desa Itterung ini, masih banyak yang ndak teruskang sekolahna ke jenjang yang lebih tinggi. Kebanyakan masyarakat di sini hanya lulusan SD saja. Habis SD bantu orang tua di sawah. Orang tua di sini pikirannya kalua lulusan SMP atau SMA belum tentu dapat pekerjaan, jadi untuk apa lanjut tinggi tinggi, cukup SD saja, atau untungmi kalua sampai SMP, setelah itu jadi petani.”

Nama Inisial (AR), warga desa Itterung mengatakan bahwa:

“Anak anak di sini yang kulihat mereka mauji sekolah tinggi tinggi, tapi kembali lagi ke orang tuana. Yang kulihat itu anak anak di sini kalua pulang langsung langsung dikasih kerjaan, jadi waktu untuk belajar tidak ada. Ada juga karena masalah ekonomi to, biaya kurang.” Nama Inisial (ZR), warga desa Itterung mengatakan bahwa:

“karena saya tidak punya sapi dan sawah yang saya kelola jadi tidak bisa menyekolahkan anakku sampai ke perguruan tinggi

Melalui perbincangan diatas dapat diambil gambaran bahwa dalam

mendidik anak, masyarakat desa Itterung masih kurang mempedulikan pola

pendidikan anak. Anak terlalu dibiarkan bebas ketika waktu siang hari, sehingga

untuk masalah kebersihan dirinya sendiri pun anak kurang memperhatikan,

bahkan, banyak ditemukan setelah sekolah anak hanya berganti pakaian,

kemudian bermain sampai terlalu larut sore. Semua ini mempengaruhi minat

Page 58: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …

inisial nama (ZL) warga desa itterung mengatakan bahwa : bahwa pendidikan itu

tidak penting karna dia berpendapat buat apa kuliah mengabiskan uang dan

belum tentu juga mendapatkan pekerjaan sesuai dengan ke inginan cukup SD

atau SMP itu sudah cukup karna cukup pintar membaca menerutnya sudah

.cukup belajar anak. Selain itu juga minat anak sendiri untuk melanjutkan ke

jenjang sekolah yang lebih tinggi juga masih minim. Terbukti dari lima tahun

berlalu yang meneruskan sekolah ke Sekolah Menengah Pertama selama lima

tahun lalu selalu kurang dari 50%. Hal ini menunjukkan semangat dan kesadaran

akan pendidikan formal dari anak maupun orang tua masih sangat kurang.

Sementara itu, banyak persepsi anak dalam memandang dunia

pendidikan. Untuk saat ini, kebanyakan anak masih ingin melanjutkan pendidikan

minimal sampai SMP. Setelah SMP banyak dari mereka yang ingin ke pondok

pesantren, ada juga yang ingin bekerja membantu orang tua mereka. Pemikiran

anak-anak desa Itterung tentang pentingnya pendidikan formal sedikit banya

dipengaruhi oleh pemikiran orang tua yang masih memandang bahwa pendidikan

formal tidak begitu penting. Bisa membaca, menulis, dan menghitung bagi

masyarakat desa Itterung sudah dianggap cukup untuk bekal hidup dalam

masyarakat. Ada kemungkinan pemikiran seperti inilah yang membuat anak-anak

desa Itterung kurang bersemangat dalam belajar di sekolah. Hal ini terlihat saat

peneliti mengajar anak-anak desa Itterung, ketika peneliti bertanya tentang

sekolah, apakah mereka suka sekolah atau tidak, banyak jawaban mereka tentang

hal ini.

Page 59: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …

Informan Nama (YK)

YK Merupakan kepala di desa itterung YK mempunyai anak 3 dan semuanya melanjutkan sekolah keperguruan tinggi.

Wawancara: pendidikan menurut saya itu sangat penting karena pendidikan merupakan salah satu cara untuk mengubah status sosial dan keluar dari kemiskinan.

Informan Nama Inisial: VD

VD merupakan aparat desa mempunyai anak 2 semuanya juga melanjutkan sekolah

Wawancara: kalau berbicara soal hambatan hambatan yang saya hadapi hanya faktor ekonomi makanya saya selalu bekerja keras bagaimana bisa menyekolahkan anak saya sampai selesai, walaupun itu berat tapi saya sebagai orang tua harus tetap berusaha agar anak saya bisa jauh lebih baik masa depannya.

Wawancara dengan P iswa kelas 6, mengatakan “Kalau saya ingin

meneruskan sekolah lagi ke SMP, tapi setelah itu ndak tahu kah.” Memang si

anak mengatakan akan ke SMP, akan tetapi setelahnya belum mempunyai tujuan

yang pasti. Hal ini dikarenakan orang tua si anak tidak begitu memberikan

perhatian tentang pendidikan anaknya, sehingga, anak tidak begitu mengetahui

apa yang akan dilakukannya. Sikap orang tua yang seperti itu juga mempengaruhi

pola belajar anak. Anak menjadi tidak mengetahui cara belajar yang efektif.

Keadaan seperti ini menjadikan anak tidak begitu bersemangat dalam mengikuti

pembelajaran, ketika anak kurang bersemangat dalam belajar secara otomatis apa

yang diajarkan guru juga kurang begitu terserap dalam pikiran anak. Jika hal ini

terjadi terus-menerus, maka pandangan anak tentang dunia pendidikan tidak akan

berkembang. Anak akan selalu menganggap bahwa pendidikan formal hanya

pelajaran pelajaran yang hanya butuh pemikiran yang menggunakan kecerdasan

Page 60: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …

otak saja. Keadaan ini akan berlanjut pada pemikiran negatif tentang pendidikan

formal yang menganggap bahwa pendidikan formal tidak begitu penting.

Pandangan AF mengatakan bahwa: “Kan saya masih kecil, jadi sekolahka dulu.” Pandangan seperti itu bagus. Ketika anak masih kecil, yang dilakukan adalah belajar untuk masa depan. Pandangan seperti ini terjadi karena dalam hal sekolah mendapat dukungan dari orang tuanya.

Pandangan siswa tentang dunia sekolah yang patut ditiru adalah IS.

Meskipun kurang mendapat dukungan dari orang tua, tetapi tetap mempunyai

prinsip akan melanjutkan sekolah. “orang tua saya mau saya bantu mereka di

sawah, tapi saya ingin sekolah dulu”. Prinsip untuk maju kedepan menghadapi

tantangan ini jarang dimiliki oleh anak usia SD, dimana kebanyakan anak usia SD

biasanya lebih cenderung pada menuruti segala perintah orang tua, termasuk

dalam hal pendidikan yang akan dilakukan dimasa yang akan datang. Prinsip ini

yang akan dapat merubah pandangan masyarakat tentang pendidikan formal.

Prinsip yang sejalan dengan pemikiran kepala desa Itterung adalah AM.

Dia berpikiran, kelak jika sekolah akan dibutuhkan oleh siapapun, “karena kalo

sekolah maka bisa jadi orang yang dibutuhkan.” Pemikiran seperti ini memang

seperti apa yang digambarkan Pak S, selaku guru SD, bahwa implikasi dari

pendidikan di Sekolah yaitu anak mempunyai kepercayaan diri ketika bertemu

dengan orang yang penting, seperti pejabat. Dan juga ketika bermusyawarah antar

warga bisa menyampaikan ide-ide yang berguna bagi masyarakat desa. Pemikiran

umum masyarakat tentang pendidikan formal yang masih belum menganggap

penting juga tercermin juga pada informan Inisial (KB).

“Saya ingin bekerja membantu orang tua saya.” “Kalau orang tua saya lebih suka bahwa saya di rumah saja, lalu membantu orang tua bekerja.”

Page 61: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …

Pemikiran ini masih banyak dimiliki masyarakat yang secara umum

“mendewakan” harta merupakan segala galanya. Pandangan Informan KB bukan

tanpa alasan, orang tuanya juga lebih suka anaknya dirumah membantu orang tua,

sebagaimana ungkapnya Pandangan seperti inilah yang memerlukan waktu yang

tidak singkat untuk merubahnya. Pandangan yang cenderung apatis dalam hal

pendidikan formal juga ada di dalam masyarakat desa Itterung. Salah satunya

adalah tercermin pada Informan (FR), yang bahkan dia sendiri tidak mengetahui

apa yang akan dilakukan.

“ndak tahu mau kerja atau sekolah, karena orang tua saya juga ndak paksakan kerja atau sekolah.”

Jika orang tuanya membiarkan terus-menerus, dan anak juga tidak

mempuyai inisiatif sendiri, maka yang terjadi adalah anak hanya di rumah, tidak

melanjutka sekolah, tidak juga ke pondok pesantren. Ini sangat mengkhawatirkan,

mengingat masa-masa setelah usia SD sudah memasuki masa puber yangmana

anak memiliki gejolak yang sangat besar. Dan jika tidak segera ada perubahan

sikap orang tua, besar kemungkinan anak akan menjadi “remaja nakal” yang

hanya akan menjadi perbincangan buruk di masyarakat.

informan Nama Inisial: (SK)

SK merupakan warga desa itterung yang mempunyai anak 2 yang tidak melanjutkan sekolah

Wawancara: karena anak saya tidak melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi karena melanjutkan ke perguruan tinggi menghabiskan biaya dan belum tentu menjamin masih depan karena menurut saya sudah pintar membaca dan menulis sudah cukup jadi anak saya semua hanya lulusan SMP lebih baik pergi berkebun.

Informan Nama Inisial : (ID)

Page 62: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …

ID merupakan warga desa itterung yang bekerja sebagai tukang masak dan dia mempunyai anak 3 dia sendiri menjadi tulang punggung keluarga

Wawancara: Adapun Informan ID menambahkan bahwa saya tidak bisa melanjutkan sekolah anakku karna saya tidak puny aka uang kasihan baru saya sendiriji yang biayai anakku jadi saya suruh anakku pergi merantau supaya bisa membantu prekonomian keluargaku.

Persepsi anak yang menganggap pendidikan formal tidak penting adalah

DS, meski orang tuanya mendukung ke pendidikan, anaknya juga tetap tidak mau

melanjutkan sekolah, dan memilih bekerja, sebagaimana ucapannya “mau kerja

saja karena sudah malas sekolah.” Keinginan anak untuk tidak melanjutkan

sekolah ini merupakan hal yang sangat perlu diperhatikan sekolah, mengingat

masa-masa setelah SD belum masanya untuk bekerja sebagaimana orang tuanya.

1. Paradigma Masyarakat Terhadap Pendidikan Formal Di Desa Itterung

Kecamatan Tellu Siattinge Kabupaten Bone.

Pendidikan membantu dan memberdayakan manusia untuk membangun daya

kekuatan yang kreatif, dan mampu melakukan sesuatu. Salah satu aspek

individual dari pemberdayaan adalah agar manusia memiliki kemampuan berpikir,

menguasai ilmu penegetahuan dan tekhnologi, mengambil keputusan,

memecahkan masalah, dan membangun berbagai keterampilan. Pendidikan juga

membantu dan memberdayakan manusia untuk membangun kekuatan bersama,

solidaritas atas dasar komitmen pada tujuan dan pengertian yang sama, untuk

memecahkan persoalan yang dihadapi guna menciptakan kesejahteraan bersama.

Dengan kata lain, pendidikan juga memberdayakan manusia untuk membangun

komunitas, memperkuat hubungan antar manusia (Widiastono, 2004).

Page 63: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …

Pendidikan merupakan sarana paling strategis untuk meningkatkan kualitas

manusia. Artinya, melalui pendidikan, kualitas manusia dapat ditingkatkan.

Dengan kualitas meningkat, produktivitas individual manusia pun akan meningkat

pula. Selanjutnya, jika secara individual produktivitas manusia meningkat maka

secara komunal produktivitas bangsa akan meningkat. Bahwa untuk

meningkatkan produktivitas bangsa, diperlukan dana besar memang demikian

hukum ekonominya.

Sejalan dengan itu, kalangan antropolog dan ilmuwan sosial lainnya melihat

bahwa pendidikan merupakan upaya untuk membudayakan dan mensosialisasikan

manusia sebagaimana yang kita kenal dengan proses enkulturasi (pembudayaan)

dan sosialisasi (proses membentuk kepribadian dan perilaku seorang anak menjadi

anggota masyarakat sehingga anak tersebut diakui keberadaanya oleh masyarakat

yang bersangkutan). Dalam pengertian ini, pendidikan bertujuan membentuk agar

manusia dapat menunjukkan perilakunya sebagai makhluk yang berbudaya yang

mampu bersosialisasi dalam masyarakatnya dan menyesuaikan diri dengan

lingkungan dalam upaya mempertahankan kelangsungan hidup, baik secara

pribadi, kelompok, maupun masyarakat secara keseluruhan.

Daoed Joesoef (dalam Andriani, 2015), memandang pendidikan sebagai

bagian dari kebudayaan karena pendidikan adalah upaya memberikan

pengetahuan dasar sebagai bekal hidup. Pengetahuan dasar untuk bekal hidup

yang dimaksudkan di sini adalah kebudayaan. Dikatakan demikian karena

kehidupan adalah keseluruhan dari keadaan diri kita, totalitas dari apa yang kita

lakukan sebagai manusia, yaitu sikap, usaha, dan kerja yang harus dilakukan oleh

Page 64: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …

setiap orang, menetapkan suatu pendirian dalam tatanan kehidupan bermasyarakat

yang menjadi ciri kehidupan manusia sebagai makhluk bio-sosial.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan susasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk meiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Selanjutnya menurut Poerbakawatja Harahap (1981) dalam Muhibbinsyah

(2010), pendidikan adalah usaha secara sengaja dari orang dewasa untuk dengan

pengaruhnya meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu diartikan mampu

menimbulkan tanggung jawab moril dari segala perbuatannya…orang dewasa itu

adalah orang tua si anak atau orang tua yang atas dasar tugas dan kedudukannya

mempunyai kewajiban untuk mendidik misalnya guru sekolah, pendeta atau kiai

dalam lingkungan keagamaan, kepala-kepala asrama dan sebagainya.

Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur,

pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Karena itu tujuan pendidikan memiliki

dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan

merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan

(Tirtarahardja dan Sulo, 2005).

Makna dan tujuan dari pendidikan adalah untuk memerdekakan,

membudayakan, dan memanusiakan manusia termasuk di dalamnya proses

sosialisasi nilai-nilai transenden dan kultural yang diharapkan dapat senantiasa

Page 65: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …

membantu manusia dalam proses menjadi manusia (on the process of becoming

human), seperti diungkapkan oleh Sastrapratedja. Fuad Hassan (dalam Andriani,

2015), lebih lanjut mengungkapkan, manusia tidak akan pernah berhenti berproses

melalui pendidikan yang bukan hanya terbatas sebagai sistem persekolahan dalam

pendidikan formal, melainkan juga di dalam arti dan makna yang lebih luas.

Masyarakat desa Itterung pada dasarnya sadar bahwa pendidikan berdampak

pada kontribusi masyarakat ketika dihadapkan pada permasalahan-permasalahan

yang ada di masyarakat, serta kedewasaan anak dalam kehidupan sehari-hari.

Hanya saja tidak sedikit juga warga masyarakat masih banyak yang mengeluhkan

masalah-masalah dalam pendidikan. Ini dikarenakan pemikiran masyarakat desa

Itterung yang masih bisa dibilang terbelakang dalam memahami pendidikan

formal.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi paradigm masyarakat desa itterung

kecamatan tellusiattinge kabupaten Bone Terhadap pendidikan formal

1) Kemiskinan

Kendala utama masyarakat dalam hal pendidikan secara umum adalah

karena kemiskinan. Sebagian masyarakat miskin desa secara umum mampu

membiayai kegiatan pembiayaan pendidikan yang dalam hal pembayaran

dilakukan secara berkala, seperti membayar LKS, pembelian alat tulis,

pembelian alat sekolah. Akan tetapi kebanyakan dari para orang tua

mengeluhkan masalah pembiayaan sehari-hari anak mereka, seperti uang

saku, uang transportasi, dan lain-lain. Pembiayaan sehari-hari inilah yang

seringkali menjadi kendala masyarakat di desa Itterung.karna sekolah di Desa

Page 66: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …

itterung itu jarak nya lumayan jauh dan kendaraan umum pun masih kurang

sekali jadi itu juga salah satu kurang anak yang kurang .

2) Tingkat pendidikan yang rendah

Kebanyakan tingkat pendidikan masyarakat desa Itterung masih sebatas

sekolah dasar, sedikit orang tua dari masyarakat desa Itterung yang sampai

sekolah menengah. Rendahnya pendidikan ini yang kadang dari setiap

menusia mempunyai pemikiran bahwa sekolah hanya membuat beban bagi

keluarga saja, dan menganggap bahwa sekolah tidak terlalu penting, yang

penting bisa membaca,menutulis, dan menghitung. Itu sudah sangat bagus,

sehingga sebagian warga dalam membeli sepatu untuk anak saja kadang

ditangguhkan iya karna sekolah itu menurutnya sangat banyak mengeluarkan

biaya sehingga masyrakat desa kurang melanjutkan pendidikan

3) Orientasi pada harta benda saja

Sikap masyarakat yang hanya berorientasi pada kekayaan secara materi

juga menghambat kemajuan pendidikan di desa Itterung. Banyak warga desa

Itterung yang beranggapan bahwa harta kekayaan seperti sawah, tegal, hewan

ternak, dijadikan ukuran kekayaan bagi warga desa Itterung. Masyarakat

menganggap seorang warga dianggap kaya jika ia memiliki sapi yang

banyak, atau sawah yang luas. Mereka menganggap hanya orang yang seperti

itulah orang yang bisa menyekolahkan anak ke tingkat yang setinggi-

tingginya. Adapun orang yang memiliki sawah, sapi yang banyak biasanya

juga beranggapan bahwa sekolah tidak penting.

4) Minat orangtua terhadap pendidikan yang kurang

Page 67: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …

Minat orang tua dalam masalah pendidikan juga masih bisa dibilang

rendah. Ini terbukti dalam keseharian anak-anak yang ada di desa Itterung.

Setiap pagi, terutama bagi anak yang masih kecil, jarang mandi sebelum

berangkat sekolah karena setiap pagi seringkali orang tua mereka sudah

berangkat ke sawah. Setelah pulang sekolah, anak mulai kelas empat banyak

yang ke sawah membantu orang tua mereka, ada yang membantu membawa

pupuk kandang, ada yang membantu menanam cabai, ada juga juga yang

mencari rumput untuk sapi-sapi yang mereka pelihara. Ketika peneliti

menanyakan, kebanyakan dari mereka mengaku disuruh oleh kedua orang

tuanya. Ada juga yang mengaku dimarahi jika sepulang sekolah tidak

membantu orang tua ke sawah. Selain itu ada juga orang tua yang sekan-akan

“tidak mau tahu” dengan anaknya. Anaknya dibiarkan bermain sepuasnya,

jika waktu dzuhur disuruh makan, setelah itu bermain lagi sampai sore.

Kegiatan terlalu banyak bermain bagi anak juga tidak baik. Ini berdampak

pada kegiatan pembelajaran anak di sekolah. Anak yang kesehariannya

bermain saja ketika di sekolah cenderung lebih sulit diatur. Sedangkan anak

yang kesehariannya terlalu banyak di sawah dalam pembelajaran di sekolah

cenderung pasif dalam pelajaran. Mereka hanya diam memperhatikan, tidak

banyak inisiatif dengan pertanyaan yang ia belum mengetahuinya.

5) Minat anak terhadap pendidikan yang kurang

Factor ini disebabkan oleh factor sebelumnya, yaitu kurnagnya minat

orang tua terhadap pendidikan. Hal tersebut mengakibatkan para orang tua

tidak terlalu menaruh perhatian kepada anak. Kurangnya perhatian orang tua

Page 68: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …

dalam hal pendidikan bisa menyebabkan minat anak dalam belajar juga

berkurang. Karna orang tua sekarang di kampung ingin menyamakan dirinya

yang duluh tidak sekolah karna sekolah iu menurutnya menghabiskan uang

dan waktu jadi dia juga ingin anak nya kayak nya tidak sekolah dan langsung

kerja atau menika cepat karna fikiran orang tua yang sekarang di kampong

kasih menikah anaknya adalah jalan satu-satunya menyelesaikan masalah

karna sudah ada biaya iii Anaknya jadi itu lah kurang sekarang orang Desa

melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi karna pemekiran orang tua

masih pemekiran duluh yang dia terapkan jadi tingakt pendidikan di

masyrakat desa masih kurang sekali.

1) Paradigma masyarakat Desa Itterung

Masyarakat desa selalu memiliki ciri-ciri atau dalam hidup

bermasyarakat, biasanya tanpak dalam perilaku keseharian mereka. Pada

situasi dan kondisi tertentu, sebagian karakteristik dapat digeneralisasikan

pada kehidupan masyarakat desa di daerah tertentu. Masyarakat desa juga

ditandai dengan pemilikan ikatan perasaan batin yang kuat sesama warga

desa, yaitu perasaan setiap warga/anggota masyarakat yang amat kuat dan

pada hakekatnya bahwa seseorang merasa merupakan bagian yang tidak

dapat dipisahkan dari masyarakat itu sendiri dimanapun ia hidup

dicintainya serta mempunyai perasaan bersedia untuk berkorban setiap

waktu demi masyarakatnya atau anggota-anggota masyarakat, karena

beranggapan sama-sama sebgai masyarakat yang saling mencintai saling

Page 69: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …

menghormati, mempunyai hak tanggung jawab yang sama terhadap

keselamatan dan kebahagiaan bersama di dalam masyarakat.

Tingkat pendidikan masyarakat pedesaan pada umumnya masih rendah

dimana mayoritas pendidikannya sampai tingkat Sekolah Mengah Pertama (SMP)

sehingga pengetahuan pendidikan yang mereka ketahui juga terbatas, karena

tingkat kesadaran masyarakat di komunitas pedesaan terhadap pendidikan formal

masih rendah. Hal ini tentunya dipengaruhi banyak faktor, salah satunya adalah

keadaan ekonomi. Fenomena seperti ini terjadi di Desa Itterung, Kecamatan Tellu

Siattinge, Kabupaten Bone, di mana mayoritas masyarakat di Desa ini memiliki

tingkat pendidikan yang masih rendah, pendidikan terakhir masyarakat disana

adalah mayoritas tingkat SLTA, sedangkan yang melanjutkan ke perguruan tinggi

sangatlah minim. Setelah tamat dari jenjang SLTA mereka membantu orang

tuanya bekerja di sawah, ada juga yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga

dan bekerja di perusahaan swasta. Setelah peneliti meninjau tingkat pendapatan

masyarakat di Desa Itterung ternyata tidak semua pendapatan mereka rendah,

terdapat warga yang berpendapatan tinggi namun mereka enggan menyekolahkan

putra putrinya sampai jenjang perguruan tinggi,di tamba lagi dorongan dari teman

sebaya yang mayoritas setelah SLTA langsyng mencari pekerjaan di luar kota hal

itu di sebabkan melanjutkan putra-putrinya sampai pada tingkat SLTA dan tidak

mampu masyrakat sudah banyak yang menyuruh anak nya ke luar kota untuk

mencari pekerjaan karna menerut masyrakat pekerjaan di luar kota lebih

menjamin dari pada melenjutkan ke perguruan tinggi menurut masyarakat desa

karna masyrakat ,masih masih kurang pengatauan tentang pendidikan masih

Page 70: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …

kurang karna masyrakat mementingkan pekerjaan daripada pendidikan. hal ini

disebabkan karena orientasi mereka kepada pekerjaan, sehingga mereka berasumsi

bahwa buat apa menyekolahkan putra putrinya sampai ke perguruan tinggi jika

pada akhirnya akan melanjutkan pekerjaan atau profesi orang tua. Dari sinilah

terlihat adanya kesenjangan antar tingkat ekonomi dengan tingkat pendidikan

masyarakat di Desa Itterung..

Persepsi suatu masyarakat di pengaruhi dari latar belakang keadaan atau

lingkungan yang ada di daerah tersebut. Seperti halnya desa itterung sebagian

masyarakatnya mayoritas berpendidikan di tingkat SLTA dan ada tak banyak

sampai lulusan perguruan tinggi sedangkan mata pencaharian mereka hanya

bersumber pada hasil tani akan tetapi juga sebagai guru, TNI, Swasta dan dsb.

Alat teknologi juga dapat masuk ke desa misalnya telepone, televisi,

antenaparabola, kendaraan bermotor dan alat transportasi jadi persepsi masyrakat

desa itterung terhadap pendidikan tinggi pada dasarnya persepsi mereka baik

namun karena adanya faktor –faktor yang mempengaruhi misalnya anggapan

negatif terhadap pada lulusan pernguruan tinggi dan kurang nya biaya yang di

miliki menyebabkan minat anakmelanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi juga

mudah di peroleh. Pandangan masyarakat pedesaan terhadap pendidikan tinggi

dan mereka tidak memiliki kesamaan pandangan antara keluarga satu dengan

keluarga lainnya dalam menghadapi masalah tentang pendidikan tinggi

Persepsi atau pandangan masyarakat pedesaan yang bermata pencaharian

petani, wirausaha,swasta pegawai negeri terhadap pendidikan formal bagi

putra putri mereka mempunyai persepsi yang berbeda-beda. Semua

Page 71: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …

tergantung factor-faktor yang melatarbelakangi persepsi mereka sehingga

nantinya akan membentuk image positif ataupun ngatif terhadap pendidikan

tinggi. Jika dilihat dari pernyataan diatas maka ekonomi merupakan factor

dominan dalam merubah atau mejadi pembeda terhadap persepsi atau

paradigm merek selain itu pengaruh dari luar atau masyarakat sekitar juga

yang menjadi faktor pendorong dalam membentuk persepsi masyarakat

pedesaan tersebut.

Persepsi secara umum di berlakukan sebagai satu variable campur tangan

(iterening variable) bergantung pada factor-faktor perangsang. Cara

belajar,perangkat dan keadaaan jiwa atau suasana hati dan factor-faktor

motuvasional untuk itu persepsi mengenai dunia oleh pribadi-pribadi yang

berbeda. Karna setiap individu menanggapinya berkenaan dengan aspek-

aspek situasi yang mengundang arti khusus sekali dengan dirinya pertanyaan

diatas sesuai dengan hasil peneliti terhadap masyarakat pedesaan bahwa

persepsi masyarakat desa itterung latar belakang pendidikan keluarga ada

beberapa warga yang menyatakan bahwa persepsi mereka kurang baik

terhadap tinggi. Hal ini disebabkan karena pendidikan tinggi belum

menjamin pekerjaan untuk mahasiswa ke perguruan tinggi tujuannya untuk

mencari pekerjaan bukan untuk mencari ilmu hal inilah yang menjadi

kesalahpahaman persepsi masyarakat terhadap pendidikan tinggi yang tejadi

selama ini pada dasarnya peranan perguruan tinggi menciptakan sumber

daya manusia berkualitas, di pandang potensial dan sangat mementukan

masalah yag perlu di cermati adalah sudah sejauhmana perguruan tinggi

Page 72: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …

dapat di ukur atau lebih di tentukan oleh kemampuan menciptakan

mahasiswa sebagai pencari kerja.

Menanggapi masalah persepsi masyarakat desa itterung terhadap pendidikan

tinggi pada dasarnya persepsi mereka baik,namun karna adanya factor-faktor

yang mempengaruhi misalnya anggapan negative terhadap para lulusan

perguruan tinggi dan kurangnya biaya yang dimiliki menyebabkan minat

anak untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi kurang,

sehingga mereka memilih untuk langsung terjun dalam dunia pekerjaan

ketimbang melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi di tambah lagi dengan

dorongan dari teman sebaya yang mayoritas setelah lulus SLTA.

Page 73: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …

B. Pembahasan

Tingkat pendidikan masyarakat pedesaan pada umumnya masih rendah

dimana mayoritas pendidikannya sampai tingkat Sekolah Mengah Pertama (SMP)

sehingga pengetahuan pendidikan yang mereka ketahui juga terbatas, karena

tingkat kesadaran masyarakat di komunitas pedesaan terhadap pendidikan formal

masih rendah. Hal ini tentunya dipengaruhi banyak faktor, salah satunya adalah

keadaan ekonomi. Fenomena seperti ini terjadi di Desa Itterung, Kecamatan Tellu

Siattinge, Kabupaten Bone, di mana mayoritas masyarakat di Desa ini memiliki

tingkat pendidikan yang masih rendah, pendidikan terakhir masyarakat disana

adalah mayoritas tingkat SLTA, sedangkan yang melanjutkan ke perguruan tinggi

sangatlah minim. Setelah tamat dari jenjang SLTA mereka membantu orang

tuanya bekerja di sawah, ada juga yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga

dan bekerja di perusahaan swasta. Setelah peneliti meninjau tingkat pendapatan

masyarakat di Desa Itterung ternyata tidak semua pendapatan mereka rendah,

terdapat warga yang berpendapatan tinggi namun mereka enggan menyekolahkan

putra putrinya sampai jenjang perguruan tinggi, hal ini disebabkan karena orientasi

mereka kepada pekerjaan, sehingga mereka berasumsi bahwa buat apa

menyekolahkan putra putrinya sampai ke perguruan tinggi jika pada akhirnya akan

melanjutkan pekerjaan atau profesi orang tua. Dari sinilah terlihat adanya

kesenjangan antar tingkat ekonomi dengan tingkat pendidikan masyarakat di Desa

Itterung.

Maka dari itu dibutuhkannya penjelasan atau sosialisasi tentang

pendidikan tinggi melalui tindakan sosial, dalam bentuk yang paling

Page 74: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …

mendasar, sebuah tindak sosial melibatkan sebuah hubungan dari tiga bagian:

g Telah diketahui bahwa pendidikan dibagi menjadi tiga macam, yaitu

Pendidikan Formal, Pendidikan Nonformal, dan Pendidikan Informal. Tiga

macam pendidikan ini mencakup semua sektor bidang pendidikan.

Pendidikan formal dalam perspektif masyarakat biasanya sering disebut

dengan pendidikan yang ada di sekolah, pendidikan non formal meliputi

pendidikan di pondok pesantren, dan pendidikan informal mencakup

pendidikan dalam keluarga. Semua persepsi masyarakat tentang pendidikan

tidak sepenuhnya salah, karena jika melihat pada UU Sistem Pendidikan

Nasional No 20 Tahun 2003 (UU Sisdiknas No 20 Th 2003), telah disebutkan

bahwa:

a. Pendidikan Formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan

berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan

pendidikan tinggi.

b. Pendidikan Nonformal adalah jalur pendidikan diluar pendidikan formal

yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.

c. Pendidikan Informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.

Dilihat dari pengertian diatas, dapat diketahui bahwa pendidikan tidak

terbatas pada pendidikan di lingkungan sekolah saja, yang dalam bahasa

akademik disebut dengan pendidikan formal. Lingkungan keluarga pun bisa

dikategorikan sebagai tempat berlangsungnya pendidikan. Pondok-pondok

pesantren juga bisa dikategorikan sebagai tempat berlangsungya pendidikan.

Akan tetapi dalam skripsi ini yang lebih dibahas khususnya adalah

Page 75: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …

pendidikan formal yang berarti jalur pendidikan yang terstruktur dan

berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan

pendidikan tinggi.

Pendidikan adalah sebenarnya proses pembudayaan. Tidak ada suatu

proses pendidikan tanpa kebudayaan dan tanpa masyarakat, dan sebaliknya

tidak ada suatu proses kebudayaan tanpa pendidikan. Proses pendidikan

hanya dapat terjadi di dalam hubungan antar manusia didalam suatu

masyarakat. Proses pendidikan merupakan suatu proses dan sekaligus suatu

kata benda. Pendidikan sebagai suatu proses merupakan suatu interaksi antara

pendidik dan peserta didik di dalam suatu masyarakat. Pendidikan adalah

suatu proses menaburkan benih-benih budaya dan peradaban manusia yang

hidup dan dihidupi oleh nilai-nilai atau visi yang berkembang dan

dikembangkan di dalam suatu masyarakat. Inilah pendidikan sebagai suatu

proses pembudayaan (Tilaar, 1999).

Proses pendidikan senantiasa berlangsung bagi setiap manusia, baik

yang masih bersekolah maupun tidak, yang berusia muda maupun tidak, yang

perempuan maupun tidak. Menurut Yustina Rostiawati (dalam Andriani,

2015) adalah suatu proses mendidik seseorang manusia menjadi manusia

yang dapat menghargai martabat setiap manusia baik perempuan maupun

laki-laki. Implikasinya, seseorang manusia yang terdidik akan berusaha untuk

senantiasa memperluas cakrawala wawasannya, memperdalam

pengetahuannya, dan berisikan adil terhadap manusia lain tanpa

memperhatikan jender, ras maupun etnis. Pendidikan bukan suatu proses

Page 76: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …

pengolahan masukan (input) menjadi luaran (output) yang efektif, efisien,

dan sikap pakai untuk dunia kerja dan kebutuhan pasar. Dengan kata lain,

sistem pendidikan dan proses pendidikan tidak sama dengan sistem dan

proses produksi dalam pabrik.

Pendidikan adalah suatu proses mendidik seseorang agar menjadi

pribadi yang lebih baik. Seseorang yang berpendidikan bukan hanya saja

lebih memperdalam ilmu pengetahuannya, akan tetapi juga harus lebih bisa

menghargai orang lain. Pendidikan tidak seperti pabrik produksi yang

mengolah dari barang mentah menjadi barang jadi/siap pakai. Pendidikan

belum tentu menjamin seseorang akan mendapatkan pekerjaan kalau tidak

diimbangi dengan keterampilan.

Pendidikan membantu dan memberdayakan manusia untuk

membangun daya kekuatan yang kreatif, dan mampu melakukan sesuatu.

Salah satu aspek individual dari pemberdayaan adalah agar manusia memiliki

kemampuan berpikir, menguasai ilmu penegetahuan dan tekhnologi,

mengambil keputusan, memecahkan masalah, dan membangun berbagai

keterampilan. Pendidikan juga membantu dan memberdayakan manusia

untuk membangun kekuatan bersama, solidaritas atas dasar komitmen pada

tujuan dan pengertian yang sama, untuk memecahkan persoalan yang

dihadapi guna menciptakan kesejahteraan bersama. Dengan kata lain,

pendidikan juga memberdayakan manusia untuk membangun komunitas,

memperkuat hubungan antar manusia (Widiastono, 2004).

Page 77: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …

Pendidikan merupakan sarana paling strategis untuk meningkatkan

kualitas manusia. Artinya, melalui pendidikan, kualitas manusia dapat

ditingkatkan. Dengan kualitas meningkat, produktivitas individual manusia

pun akan meningkat pula. Selanjutnya, jika secara individual produktivitas

manusia meningkat maka secara komunal produktivitas bangsa akan

meningkat. Bahwa untuk meningkatkan produktivitas bangsa, diperlukan

dana besar memang demikian hukum ekonominya.

Sejalan dengan itu, kalangan antropolog dan ilmuwan sosial lainnya

melihat bahwa pendidikan merupakan upaya untuk membudayakan dan

mensosialisasikan manusia sebagaimana yang kita kenal dengan proses

enkulturasi (pembudayaan) dan sosialisasi (proses membentuk kepribadian

dan perilaku seorang anak menjadi anggota masyarakat sehingga anak

tersebut diakui keberadaanya oleh masyarakat yang bersangkutan). Dalam

pengertian ini, pendidikan bertujuan membentuk agar manusia dapat

menunjukkan perilakunya sebagai makhluk yang berbudaya yang mampu

bersosialisasi dalam masyarakatnya dan menyesuaikan diri dengan

lingkungan dalam upaya mempertahankan kelangsungan hidup, baik secara

pribadi, kelompok, maupun masyarakat secara keseluruhan.

Daoed Joesoef (dalam Andriani, 2015), memandang pendidikan

sebagai bagian dari kebudayaan karena pendidikan adalah upaya memberikan

pengetahuan dasar sebagai bekal hidup. Pengetahuan dasar untuk bekal hidup

yang dimaksudkan di sini adalah kebudayaan. Dikatakan demikian karena

kehidupan adalah keseluruhan dari keadaan diri kita, totalitas dari apa yang

Page 78: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …

kita lakukan sebagai manusia, yaitu sikap, usaha, dan kerja yang harus

dilakukan oleh setiap orang, menetapkan suatu pendirian dalam tatanan

kehidupan bermasyarakat yang menjadi ciri kehidupan manusia sebagai

makhluk bio-sosial.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

susasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk meiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan

yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Selanjutnya menurut Poerbakawatja Harahap (1981) dalam

Muhibbinsyah (2010), pendidikan adalah usaha secara sengaja dari orang

dewasa untuk dengan pengaruhnya meningkatkan si anak ke kedewasaan

yang selalu diartikan mampu menimbulkan tanggung jawab moril dari segala

perbuatannya…orang dewasa itu adalah orang tua si anak atau orang tua yang

atas dasar tugas dan kedudukannya mempunyai kewajiban untuk mendidik

misalnya guru sekolah, pendeta atau kiai dalam lingkungan keagamaan,

kepala-kepala asrama dan sebagainya.

Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik,

luhur, pantas, benar, dan indah untuk kehidupan. Karena itu tujuan

pendidikan memiliki dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap

kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap

kegiatan pendidikan (Tirtarahardja dan Sulo, 2005).

Page 79: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …

Makna dan tujuan dari pendidikan adalah untuk memerdekakan,

membudayakan, dan memanusiakan manusia termasuk di dalamnya proses

sosialisasi nilai-nilai transenden dan kultural yang diharapkan dapat

senantiasa membantu manusia dalam proses menjadi manusia (on the process

of becoming human), seperti diungkapkan oleh Sastrapratedja. Fuad Hassan

(dalam Andriani, 2015), lebih lanjut mengungkapkan, manusia tidak akan

pernah berhenti berproses melalui pendidikan yang bukan hanya terbatas

sebagai sistem persekolahan dalam pendidikan formal, melainkan juga di

dalam arti dan makna yang lebih luas.

erak tubuh awal dari salah satu individu, respons dari orang lain terhadap

gerak tubuh tersebut dan sebuah hasil.

Berangkat dari fenomena dan konsep teori yang ada peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul: “Analisis Paradigma Masyarakat

Terhadap Pendidikan Di Desa Itterung Kecamatan Tellu Siattinge Kabupaten

Bone.

Page 80: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …

Interpretasi Hasil Penelitian

Teknik Interpretasi data dapat dilakukan dengan cara memperluas hasil

analisis dengan mengajukan pertanyaan berkenan dengan hubungan

perbedaan antara hasil analisi sebelumnnya hubungan teman dan

pengalaman pribadi berilah pandangan kritis dan hasil analisis yang

dilakukan,hubungan hasil-hasil analisis dengan teori-teori pada Bab

sebelumnya, hubungan dan tinjaulah sari teori yang relevan dengan

permasalahan yang di hadapi.

Nama Inisial (AY)

Wawancara: “begini nak, masyarakat di desa Itterung ini, masih

banyak yang ndak teruskan sekolahnya ke jenjang yang lebih tinggi. Kebanyakan masyarakat di sini hanya lulusan SD saja. Habis SD bantu orang tua di sawah. Orang tua di sini pikirannya kalau lulusan SMP atau SMA belum tentu dapat pekerjaan, jadi untuk apa lanjut tinggi tinggi, cukup SD saja, atau untungmi kalau sampai SMP, setelah itu jadi petani.”

Interpretasi: menurut (AY) di desa itterung tidak perlu sekolah tinggi-

tinggi karna setelah lulus SMP atau SMA tetap susah untuk dapat

pekerjaan jadi menurutnya kalau sudah tamat SD SMP sudah lumayan

karna setelah lulus langsung jadi petani karena menurutnya melanjutkan

keperguruan tinggi itu tidak penting karena belum menjamin

mendapatkan pekerjaan layak

Teori: Teori Interaksi George Hebert Mead ketika anak memiliki dalam

dirinya untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi namun dalam

dirinya memberikan arahan kepada untuk mengendalikan dirinya

Page 81: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …

memberikan arahan melihat kondisi orang tuanya yang kurang dalam faktor ekonomi.

Nama Inisial (YK)

Wawancara: pendidikan menurut saya itu sangat penting karena pendidikan merupakan salah satu cara untuk mengubah status sosial dan keluar dari kemiskinan.

Interpretasi: faktor pendorong yang membuat anak semangat untuk melanjutkan pendidikan adalah dorongan dari orang tua.

Teori: Interaksi Simbolik George Hebert Mead.

Page 82: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya maka

keismpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut:

1. Paradigma masyarakat Desa Itterung Kecamatan Tellu Siattinge Kabupaten

Bone memandang pendidikan formal penting. Hanya saja, kepedulian

masyarakat akan pendidikan formal masih kurang. Masyarakat juga sadar

bahwa pendidikan berdampak pada kontribusi masyarakat ketika dihadapkan

pada permasalahan permasalahan yang ada di masyarakat, serta kedewasaan

anak dalam kehidupan sehari-hari. Hanya saja tidak sedikit juga warga

masyarakat masih banyak yang mengeluhkan masalah-masalah dalam

pendidikan. Ini dikarenakan pemikiran masyarakat desa Itterung yang masih

bisa dibilang terbelakang.

2. Faktor – faktor yang mempengaruhi paradigma masyarakat Desa Itterung

Kecamatan Tellu Siattinge Kabupaten Bone Terhadap Pendidikan Formal

antara lain: (1) kemiskinan; (2) tingkat pendidikan yang rendah; (3) orientasi

pada harta benda saja; (4) minat ornagtua terhadap pendidikan yang kurang;

dan (5) minat anak terhadap pendidikan yang kurang

Page 83: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian di atas maka saran dari penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Bagi masyarakat desa Itterung, perlu diadakannya penyuluhan tentang

pentingnya pendidikan formal bagi anak, sehingga kedepan ada kemajuan di

desa Itterung.

2. Perlu adanya perhatian pada anak dalam hal pendidikan formal, misalnya

dalam hal belajar anak perlu didampingi, sehingga orang tua mengetahui

perkembangan belajar anak.

3. Perlu adanya pemberian kesempatan dan keseimbangan pola belajar anak

dengan membantu orang tua ataupun bermain anak, sehingga, anak selain

bisa membantu orang tua juga bisa belajar dengan maksimal.

4. Bagi anak-anak desa Itterung, perlu diadakan kegiatan belajar kelompok di

desa, sehingga anak-anak lain yang belum pandai bias mengikuti pelajaran di

sekolah.

5. Diperlukan pengaturan waktu sendiri agar antara membantu orang tua dan

belajar seimbang, sehingga, selain bisa meringankan beban orang tua juga

bisa tetap belajar dengan baik.

Page 84: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …

DAFTAR PUSTAKA

Andriani, Shelly. 2017. Persepsi Masyarakat Desa Parbutaran Terhadap Pendidikan Formal (Studi Etnografi Mengenai Persepsi Masyarakat Terhadap Pendidikan Formal di Desa Parbutaran Kec. Bosar Maligas Kab. Simalungun). Skripsi. USU. Medan.

Baran, J. Stanley dan Davis, K. Dennis, 2010.Teori Komunikasi Massa: Dasar, Pergolakan, Dan MasaDepan. Jakarta: SalembaHumanika.

Berger, Artur Asa. 2004. Tanda-Tanda Dalam Kebudayaan Kontemporer, trans. M. Dwi Mariyanto and Sunarto, Yogyakarta: Tiara Wacana.

Daniel, Fachrial. 2013. Konsep Diri dalam Iklan A Mild. Skripsi. USU. Medan.

Gustian, Deni. 2016. Persepsi Masyarakat Terhadap Pendidikan Perguruan Tinggi (Studi Deskriptif Tentang Kurangnya Minat Pendidikan Ke Jenjang Perguruan Tinggi Pada Pemuda dan Pemudi Kampung Pungkur Loji Desa Cicalengka Kulon Kecamatan Cicalengka Kabupaten Bandung). Skripsi. UIN Sunan Gunung Djati. Bandung.

Haryanto, Sindung. 2012. SPEKTRUM Teori Sosial Dari Klasik Hingga Postmodern, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Hukama, Ardika Fateh. 2017. Persepsi Masyarakat Pedesaa terhadap Pendidikan Tinggi di Kabupaten Nganjuk (Studi Analsisi Teori George herbert Mead). Skripsi. Uin Maulana Malik Ibrahim, Malang.

Huzaini, Ali. 2014. Interaksi Sosial Masyarakat Dalam Perspektif Sosiologi Pedesaan Pasca Konflik Sunny Syiah Di Desa Lar-Lar Kecamatan Banyuates Kabupaten Sampang. Undergraduate thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya.

Irwan. 2017. Persepsi Keluarga Petani Terhadap Pendidikan Formal Anak Di Desa Sungai Toman Kecamatan Salatiga Kabupaten Sambas. Skripsi. Universitas Tanjungpura. Pontianak.

Iskandar. 2009. Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial (kuantitatif dan kualitatif) Jakarta: Gaung Persada Press

Koentjaraningrat, 2009. Pengantar Ilmu Antropologi: Edisi revisi 2009. Jakarta: Rineka Cipta

Page 85: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …

Littlejohn, Stepehen dan Karen A. Foss. 2009. Teori Komunikasi (Theories of Human Communication, Jakarta: Salemba Humanika.

Makhsus. 2013. Persepsi Masyarakat Tentang Pentingnya Pendidikan Formal 12 Tahun (Studi Kasus Kampung Pejamuran, Desa Pasilian, Kecamatan Kronjo, Kabupaten Tangerang). Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Moleong, J, Lexy. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Muhibbinsyah, 2010. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Rosdakarya

Mulyana, Dedi. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosdakarya

Narwoko, Dwi dan Bagong Suyanto, 2010. Sosiologi Teks Pengantar dan terapan. Jakarta: Kencana.

Ritzer, George. 2011. Sosiologi Ilmu Berparadigma Ganda, Jakarta: CV. Rajawali.

Sanyoto, Iman. 2012. Perbedaan Kepuasan Dan Persepsi Terhadap Kualitas Pelayanan Rawat Inap Pasien Jamkesmas Dan Non Jamkesmas Di Bangsal Mina Kelas Iii Rs. Pku. Muhammadiyah Karanganyar. Skripsi thesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum dalam Lintasan Sejarah, Bandung: CV Pustaka Setia.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Alfabeta.

Tilaar, H.A.R. 2002. Paradigma Baru Pendidikan Nasional, Jakarta: Rineka Cipta

Tirtarahardja, Umar dan S. L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan: Edisi Revisi, Jakarta: Rineka Cipta.

Upe, Ambo. 2010. Tradisi Aliran Dalam Sosiologi Dari Filosofi Positivistik Ke Post Positivistik, Jakarta: Rajagrafindo Persada

Widiastono, Tonny. 2004. Pendidikan Manusia Indonesia. Jakarta: Kompas. 2004.

Wirawan, Ida Bagus. 2014. Teori-Teori Sosial Dalam Tiga Paradigma (Fakta Sosial, Definisi Sosial, & Perilaku Sosial), Jakarta: Kencana

Page 86: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …
Page 87: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …
Page 88: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …
Page 89: ANALISIS PARADIGMA PENDIDIKAN TERHADAP MASYARAKAT …

RIWAYAT HIDUP

A Mutmainna. Lahir pada tanggal 21 April 1996, di Itterung

Kabupaten Bone. Penulis merupakan anak pertama dari empat

bersaudara, dari pasangan A. Zaenal dan A. Siti Hasni. Penulis

pertama kali masuk pendidikan Formal di SDN 12/79 Itterung

pada tahun 2003 dan tamat pada tahun 2009. Pada tahun yang

sama penulis melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 1 Tellu Siatingge

Kabupaten Bone dan tamat pada tahun 20012. Setelah tamat di SMP, penulis

melanjutkan ke SMA Negeri 1 Tellusiatinnge Kabupaten Bone dan tamat pada

tahun 2015. Pada tahun yang sama (2015), penulis melanjutkan pendidikan pada

program Strata Satu (S1) sebagai Mahasiswa di Universitas Muhammadiyah

Makassar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Pendidikan

Sosisologi melalaui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).