Analisis Mutu Mikrobiologi dan Organoleptik Ikan Teri ...

8
OPEN ACCES Vol. 13 No. 2: 214-221 Oktober 2020 Peer-Reviewed AGRIKAN Jurnal AgribisnisPerikanan(E-ISSN 2598-8298/P-ISSN 1979-6072) URL: https:https://ejournal.stipwunaraha.ac.id/index.php/AGRIKAN/ DOI: 10.29239/j.agrikan.13.2.214-221 Analisis Mutu Mikrobiologi dan Organoleptik Ikan Teri (Stolephorus sp.) dengan Perlakuan Perebusan di Desa Toniku Halmahera Barat (Quality Analysis of Microbiological and Organoleptic of Anchovy (Stolephorus sp.) with Boiling Treatment in Toniku, West Halmahera) Martini Djamhur 1 , M. Janib Achmad 2 dan Rian Hidayat 2 1 Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan FPK UNKHAIR,. Ternate. Indonesia, Email : [email protected] 2 Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan FPK UNKHAIR. Ternate. Indonesia, Email : [email protected] Info Artikel: Diterima: 08 Sept. 2020 Disetujui: 13 Okt. 2020 Dipublikasi: 19 Okt. 2020 Reserch Article Keyword: Total Plate Count, Stolephorus sp, Bacteria, Organoleptic. Korespondensi: M. Janib Achmad Universitas Khairun. Ternate, Indonesia Email: [email protected] Copyright© Oktober 2020 AGRIKAN Abstrak. Mutu ikan teri sangat tergantung pada penanganan dan pengolahan, tahapan penanganan ikan teri yang baik adalah, ikan ditangkap, ikan dicuci dengan air tawar yang bersih, ikan ditiriskan, ikan dikeringkan di bawah sinar matahari pada suhu 37-40oC, ikan dikemas dan ikan dipasarkan. Proses penanganan dan pengolahan yang baik akan menghasilkan kalitas ikan teri yang bermutu. Tujuan penelitian yaitu: Untuk mengetahui kualitas ikan teri dengan uji mikroorganisme dan uji organoleptik. Manfaat penelitian adalah memperoleh kualitas ikan teri yang diharapkan dapat memberi pengaruh ekonomi pada nelayan. Penelitian ini menggunakan metode eksploratif dengan tehnik pengambilan sampel dilakukan secara langsung terhadap hasil penangkapan ikan teri pada alat tangkap bagan perahu di Toniku Halmahera Barat. Hasil penelitian menunjukan jumlah total kepadatan Hasil uji mikroorganisme dari 3 (tiga) sampel, nilai TPC tertinggi pada sampel teri masyarakat (TM), hasil identifikasi diperoleh tiga jenis bakteri yaitu Micrococus, Bacillus, dan Stapylococus dan hasil uji organoleptik dari 3 (tiga) sampel menunjukkan bahwa nilai rata-rata tingkat kesukaan tertinggi pada sampel teri rebus dengan garam (TRG). Abstract. The quality of anchovy is very dependent on handling and processing, the stages of good anchovy handling are caught fish, washed with clean fresh water, drained fish, dried fish in the sun at 37-40oC, packaged fish and marketed fish. Good handling and processing will produce high quality anchovy. The research objectives were: To determine the quality of anchovy by microorganism and organoleptic tests. The research benefit is to obtain the quality of anchovy which is expected to have an economic effect on fishermen. This study used an exploratory method with direct sampling techniques on the results of catching anchovies on the boat chart fishing gear in Toniku, West Halmahera. The results showed the total density. The test results of microorganisms from 3 (three) samples, the highest TPC value in community anchovy samples (TM), the identification results obtained by three types of bacteria, namely Micrococus, Bacillus, and Stapylococus and organoleptic test results from 3 (three) samples. shows that the average value of the highest level of preference in samples of boiled anchovies with salt (TRG). I. PENDAHULUAN Desa Toniku merupakan perkampungan yang terletak di daerah pesisir Halmahera Barat, Desa ini merupakan salah satu desa yang memiliki potensi perikanan di Kabupaten Halmahera Barat, tertutama ikan teri. Sebagian besar masyarakat Toniku adalah nelayan bagan perahu. Menurut data BPS tahun 2019 hasil tangkapan ikan pelagis di Halmahera Barat adalah 16.635.584 ton/tahun, hasil tangkapan ini sebagian besar di pasarkan dalam bentuk segar, ada juga yang dipasarkan dalam bentuk olahan seperti ikan asing dan ikan teri. Hasil olahan ikan teri desa Toniku telah dipasarkan baik lokal maupun nasional, tetapi salah satu kendala pemasaran adalah kualitas produk yang masih rendah dan mudah rusak. Menurut Winorno (2004), ada tiga (3) penyebab keruskan pada produk perikanan yaitu, keruskan fisik, kerusakan kimia dan kurusakan mikroorganisme. Sebagian besar penyebab utama kerusakan yang terjadi pada ikan teri adalah kerusakan akibat aktivitas mikroorganisme. Tingginya kandungan protein pada ikan yang berkisar 24% dan kandungan air yang diperkirakan 76%, merupakan media yang cocok untuk kehidupan bakteri pembusuk atau mikroorganisme lain, sehingga ikan sangat cepat mengalami pembusukan jika ikan tidak segera di

Transcript of Analisis Mutu Mikrobiologi dan Organoleptik Ikan Teri ...

OPEN ACCES

Vol. 13 No. 2: 214-221 Oktober 2020

Peer-Reviewed

AGRIKAN

Jurnal AgribisnisPerikanan(E-ISSN 2598-8298/P-ISSN 1979-6072)

URL: https:https://ejournal.stipwunaraha.ac.id/index.php/AGRIKAN/

DOI: 10.29239/j.agrikan.13.2.214-221

Analisis Mutu Mikrobiologi dan Organoleptik Ikan Teri (Stolephorus sp.) dengan Perlakuan Perebusan di Desa Toniku Halmahera Barat

(Quality Analysis of Microbiological and Organoleptic of Anchovy

(Stolephorus sp.) with Boiling Treatment in Toniku, West Halmahera)

Martini Djamhur1, M. Janib Achmad2 dan Rian Hidayat2

1 Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan FPK UNKHAIR,. Ternate. Indonesia,

Email : [email protected] 2 Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan FPK UNKHAIR. Ternate. Indonesia,

Email : [email protected] Info Artikel:

Diterima: 08 Sept. 2020

Disetujui: 13 Okt. 2020

Dipublikasi: 19 Okt. 2020

Reserch Article

Keyword:

Total Plate Count, Stolephorus

sp, Bacteria, Organoleptic.

Korespondensi:

M. Janib Achmad

Universitas Khairun. Ternate,

Indonesia

Email: [email protected]

Copyright© Oktober 2020

AGRIKAN

Abstrak. Mutu ikan teri sangat tergantung pada penanganan dan pengolahan, tahapan penanganan ikan teri

yang baik adalah, ikan ditangkap, ikan dicuci dengan air tawar yang bersih, ikan ditiriskan, ikan dikeringkan

di bawah sinar matahari pada suhu 37-40oC, ikan dikemas dan ikan dipasarkan. Proses penanganan dan

pengolahan yang baik akan menghasilkan kalitas ikan teri yang bermutu. Tujuan penelitian yaitu: Untuk

mengetahui kualitas ikan teri dengan uji mikroorganisme dan uji organoleptik. Manfaat penelitian adalah

memperoleh kualitas ikan teri yang diharapkan dapat memberi pengaruh ekonomi pada nelayan. Penelitian ini

menggunakan metode eksploratif dengan tehnik pengambilan sampel dilakukan secara langsung terhadap hasil

penangkapan ikan teri pada alat tangkap bagan perahu di Toniku Halmahera Barat. Hasil penelitian

menunjukan jumlah total kepadatan Hasil uji mikroorganisme dari 3 (tiga) sampel, nilai TPC tertinggi pada

sampel teri masyarakat (TM), hasil identifikasi diperoleh tiga jenis bakteri yaitu Micrococus, Bacillus, dan

Stapylococus dan hasil uji organoleptik dari 3 (tiga) sampel menunjukkan bahwa nilai rata-rata tingkat

kesukaan tertinggi pada sampel teri rebus dengan garam (TRG).

Abstract. The quality of anchovy is very dependent on handling and processing, the stages of good anchovy

handling are caught fish, washed with clean fresh water, drained fish, dried fish in the sun at 37-40oC,

packaged fish and marketed fish. Good handling and processing will produce high quality anchovy. The

research objectives were: To determine the quality of anchovy by microorganism and organoleptic tests. The

research benefit is to obtain the quality of anchovy which is expected to have an economic effect on fishermen.

This study used an exploratory method with direct sampling techniques on the results of catching anchovies on

the boat chart fishing gear in Toniku, West Halmahera. The results showed the total density. The test results of

microorganisms from 3 (three) samples, the highest TPC value in community anchovy samples (TM), the

identification results obtained by three types of bacteria, namely Micrococus, Bacillus, and Stapylococus and

organoleptic test results from 3 (three) samples. shows that the average value of the highest level of preference

in samples of boiled anchovies with salt (TRG).

I. PENDAHULUAN

Desa Toniku merupakan perkampungan

yang terletak di daerah pesisir Halmahera Barat,

Desa ini merupakan salah satu desa yang memiliki

potensi perikanan di Kabupaten Halmahera Barat,

tertutama ikan teri. Sebagian besar masyarakat

Toniku adalah nelayan bagan perahu. Menurut

data BPS tahun 2019 hasil tangkapan ikan pelagis

di Halmahera Barat adalah 16.635.584 ton/tahun,

hasil tangkapan ini sebagian besar di pasarkan

dalam bentuk segar, ada juga yang dipasarkan

dalam bentuk olahan seperti ikan asing dan ikan

teri. Hasil olahan ikan teri desa Toniku telah

dipasarkan baik lokal maupun nasional, tetapi

salah satu kendala pemasaran adalah kualitas

produk yang masih rendah dan mudah rusak.

Menurut Winorno (2004), ada tiga (3)

penyebab keruskan pada produk perikanan yaitu,

keruskan fisik, kerusakan kimia dan kurusakan

mikroorganisme. Sebagian besar penyebab utama

kerusakan yang terjadi pada ikan teri adalah

kerusakan akibat aktivitas mikroorganisme.

Tingginya kandungan protein pada ikan yang

berkisar 24% dan kandungan air yang

diperkirakan 76%, merupakan media yang cocok

untuk kehidupan bakteri pembusuk atau

mikroorganisme lain, sehingga ikan sangat cepat

mengalami pembusukan jika ikan tidak segera di

Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)

215

tangani atau diolah (Winarno, 2004; Zulfahmi et

al., 2014; Marpaung, 2015; Yuliani et al., 2018;

Achmad et al., 2020; Tamuu et al., 2014).

Kerusakan produk olahan akibat

mikroorganisme merupakan salah satu penyebab

timbulnya kerugian bagi nelayan, mikroorganisme

dapat mengakibatkan menurunnya kualitas

daging ikan, dengan minimbulkan bau dan rasa

gatal pada hasil olahan (Winarno, 2004; Zulfahmi

et al., 2014; Yuliani et al., 2018; Achmad et al.,

2020). Penanganan yang baik sangat penting untuk

memperoleh ikan teri yang memiliki nilai gizi dan

bernilai ekonomi tinggi. Pengolahan ikan perlu

diketahui semua lapisan masyarakat, pengolahan

ikan secara tradisional bertujuan untuk

mengurangi kadar air didalam tubuh ikan, salah

satu caranya adalah dengan pembuatan ikan asin

(Winarno, 2004; Zulfahmi et al., 2014; Yuliani et al.,

2018; Achmad et al., 2020).

Pengolahan ikan secara tradisional

memegang peranan penting di Indonesia

khususnya bagi nelayan tradisional. Hampir 50%

hasil tangkapan ikan diolah secara tradisional dan

ikan teri merupakan salah satu produk olahan

ikan secara tradisional yang dalam pengolahan

dilakukan dengan pengeringan di bawah sinar

matahari, agar tidak mengalami kebusukan oleh

bakteri pembusuk (Rahmadian et al., 2018).

Penelitian ini bertujuan, mengetahui kualitas ikan

teri dengan uji mikroorganisme dan mengetahui

kualitas ikan teri dengan uji organoleptik.

II. METODE

2.1. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian

adalah; Ikan teri toniku, alkohol 70%, masker,

sarung tangan, tissue, media NACL, media TSA,

media SIM dan MIO, media O/F, media Natrium

Gelatin NACL larutan Gram A, B, C, D dan

paraffin cair steril, Alkohol teknis, larutan H2O2

3%, larutan kovack reagent, KOH 40%. Alat yang

digunakan dalam penelitian adalah; wadah tempat

perebusan, pemanas (kompor), oven, cawan petri,

pinset, petridisle, timbangan digital, auades, gelas

ukur, vortex, jarum bengkok, jaru ose, tabung

reaksi, kamera, inkubator, autoklaf, erlenmeyer,

hotplate, water bath, dan alumunium foil.

2.2. Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di desa Toniku

kecamatan Jailolo Selatan kabupaten Halmahera

Barat. Sedangkang untuk analisis laboratorium

dilakukan di Laboratorium Universitas

mikrobiologi Jurusan Perikanan Fakultas

Pertanian Universitas Gadja Mada. Waktu

penelitian adalah 4 (Bulan) dari Oktober 2019

sampai dengan Januari 2020.

2.3. Prosedur Penelitian

2.3.1. Perebusan Ikan Teri

Ikan teri derebus dengan garam dan tanpa

garam selama 10 menit pada suhu 1000C,

selanjutnya ikan teri di jemur selama 3-4jam pada

suhu 37-400C. Hasil jemuran di ambil masing

masing- masing 5 (lima) ekor ikan dimasukan

pada plastik sample.

Identifikasikasi Bakteri

Metode yang digunakan untuk identifikasi

bakteri pada ikan teri adalah metode konvensional

dengan uji biokimia. Uji biokimia adalah suatu

cara untuk mengidentifikasi bakteri melalui sifat-

sifat fisiologinya. Pada Uji Biokimia

menggunakan beberapa media diantaranya media

karbohidrat, Of, citrat, nitrat, ornithin, lysin, SIM

motility, indol, gelatin, urea, MRVP, TSIA dan

TCBS. Adapun langkah-langkah identifikasi

bakteri yaitu pertama dilakukan isolasi dengan

organ target yaitu insang, kemudian dilakukan

diinkubasi selama 24 jam dengan suhu 28o

C.

Pemurnian dengan menggunakan media TSA 3%

dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu 28o

C.

Setelah itu dilakukan uji biokimia dan diinkubasi

selama 24 jam dengan suhu 28o

C, untuk

selanjutnya dilakukan pengamatan hasil uji

biokimia, hasil yang diperoleh diidentifikasi

dengan metode konvensional (Holt et al., 1994).

2.3.2. Analisis Uji Organoleptik

Uji organoleptik dilakukan dengan

menggunakan uji skoring. Skor atau penilaian

diberikan pada 2 sampel ikan teri sampel.

Menurut (SNI 01 – 2729 – 2006), parameter yang

diuji yaitu aroma, rasa, tekstur dan warna.

Kesegaran ikan atau produk perikanan dapat

dilihat dengan kriteria, bagus nilai organoleptic

berkisar 7-9, kurang bagus nilai organoleptik

berkisar 4-6 dan tidak bagus nilai organoleptik

berkisar 1-3. Rumus perhitungan yang digunakan

adalah:

P(X – 1.95 X S/√n -µ - x + 1.95 x s/√n)=95%

Keterangan:

P = Selang nilai mutu rata-rata

X = Nilai mutu rata-rata

S = Simpangan baku nilai mutu

N = Jumlah panelis

Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)

216

1.95 = koefisien standar deviasi pada taraf

95%

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Total Kepadatan Koloni Bakteri Pada Ikan

Analisis Total Place Count terdapat 3 (tiga)

sampel dengan menggunakan masing-masing

pengenceran yaitu 101, 102, 103, 105, dan 106 secara

duplo, media yang dipakai adalah natrien agar

(NA) dan NaCI. Hasil analisis TPC pada ketiga

sampel adalah pada teri masyarakat (TM) TBUD

pada pengenceran 10-1 dan 10-2 dan nilai TPC

tertinggi adalah 6.5x105 CFU/gram pada

pengenceran 10-3, sedangkan nilai TPC terendah

adalah 0,02x106 pada pengenceran 10-6. Pada

sampel teri rebus dengan garam (TRG) nilai TBUD

pada pengenceran 10-1 dan 10-2 dan nilai kepadatan

terendah adalah 0,01x106 pada pengenceran 10-6

Sedangkan pada sampel teri rebus (TR) nilai

TBUD pada pengenceran 10-1 dan 10-2 dan nilai

kepadatan terendah adalah 0,01x106, hasil ini

menunjukan bahwa teri masyarakat dengan teri

yang di beri perlakuan nilai dengan perebusan

garam dan tanpa garam memiliki nilai TPC lebih

rendah dibanding dengan teri masyarakat yang

tanpa perlakuan. Nilai TPC ketiga sampel dapat

dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Nilai TPC Pada Teri Masyarakat, Teri Rebus dengan Garam dan Teri Rebus

Keterangan:

TM : Teri Masyarakat

TRG : Teri Rebus Garam

TR : Teri Rebus

Gambar 1. Koloni Bakteri

Tingginya jumlah koloni, pada 10-1-10-3

diduga karena motode pengolahan pembuatan

ikan teri yang belum maksimal dan juga kondisi

lingkungan pengolahan yang tidak saniter

sehingga memudahkan terjadi kontaminasi

bakteri, walaupun demikian hasil olahan ikan teri

desa Toniku masih aman dikonsumsi, karena

sesuai standar SNI 2017 jumlah TPC pada 10-6

masih menunjukan batas normal. Menurut

Winarno (2004) dan Esterlina et al, (2014) agar

terhindar dari kontaminan bakteri produk harus

ditangani dan diolah dengan baik, karena faktor

pengolahan dan kondisi lingkungan sangat

menentukan kualitas produk olahan. Jenis bakteri

bakteri-bakteri yang dominan pada produk olahan

hasil perikanan adalah bakteri halofilik

Pseudomas, Vibrio, Micrococus, Bacillus

Staphylococcus dan Streptococcus (Winarno, 2004;

Esterlina et al., 2014). Gambar koloni bakteri dapat

dilihat pada Gambar 1.

Kode

Sampel

Nilai TPC (CFU/g)

10-1 10-2 10-3 10-4 10-5 10-6

TM TBUD TBUD 1x101 0,8x105 0,02x106 0,02x106

TRG TBUD TBUD 4.1 x106 0,09x106 0,01x106 0,01x106

TR TBUD TBUD 6,5 x 106 2,5 x 106 0,01x106 0,01x106

Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)

217

3.2. Jenis Bakteri Pada Ikan Teri

Berdasarkan hasil uji biokima dan pewarna

garam, diperoleh tiga (3) jenis bakteri yaitu

Micrococus, Bacillus dan Staphylococcus. Bakteri

Micrococcus ditemukan pada sampel TM, bakteri

Staphylococcu pada sampel TRG dan bakteri

Bacillus pada sampel TR. Ketiga bakteri ini adalah

golongan bakteri halofilik yang dapat hidup pada

kondisi kadar garam yang tinggi (Winarno, 2004;

Esterlina et al., 2014). Hasil analisis uji biokimia

dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Analisis Uji Biokimia

Keterangan:

+ = Positif

- = Negatif

O = Oksidatif

OF = Oksidatif Fermentatif

.

3.2.1. Staphylococcus

Ciri fisiolagi dari bakteri Staphylococcus,

dapat diketahui pada hasil uji biokimia yang

diperoleh yaitu Gram- positif, ornithin positif

sedangkan oksidasi, motility, H2S, O/F, glukosa

indol, fermentative yang bersifat negatif. Bentuk

koloni berwarna kuning dan oranye pada saat

tumbuh berbentuk batang. Famili bakteri ini

adalah Micrococcaceae ciri utama morfologi adalah

Gram positif, non-motil, oksedase negatif,

heterofermentatif aerob, suhu optimum 25-30ºc.

(Austin and Austin 2007; Rahmadian et al., 2018;

Karimela et al., 2018).

Staphylococcus mengandung polisakarida

dan protein yang bersifat antigenik dan

merupakan substansi penting di dalam struktur

dinding sel. Peptidoglikan merupakan suatu

polimer polisakarida yang mengandung subunit-

subunit yang tergabung dan merupakan

eksoskeleton yang kaku pada dinding sel (Buller,

2004; Karimela et al., 2018).

3.2.2. Micrococcus

Famili bakteri ini adalah Micrococcaceae,

dengan ciri fisiolagi dari bakteri yang dapat

diketahui pada hasil uji biokimia yang diperoleh

yaitu Gram-positif, ornithin positif sedangkan

oksidasi, motility, H2S, O/F, glukosa indol,

fermentatif yang bersifat negatif. Bakteri

Micrococcus memiliki ciri-ciri sel berwarna ungu,

berbentuk bulat (coccus), tidak teratur posisinya.

Menurut Harrow and Feltham (2003), bakteri

Micrococcus tersebar luas di berbagai lingkungan

baik perairan maupun daratan, dengan ciri

morfologi adalah sel berwarna ungu dan tidak

teratur posisinya memiliki ukuran ± 0,5-2,5 ¼m.

3.2.3. Bacillus

Ciri-ciri morfologi bakteri Bacillus yaitu

gram positif, fermentative, orinitin, dan oksidase

positif sedangkan uji indol, uji motility, uji H2S,

uji O/F yang bersifat negaif dan TSIA memiliki

warna permukaan dan bawah kuning, berbentu

batang. Menurut Hatmanti (2000), Bacillus

merupakan bakteri gram positif, motil dengan

flagel peritrik, endospora oval, kadang-kadang

bundar atau silinder dan sangat resisten pada

kondisi yang tidak menguntungkan. Warna koloni

putih susu sampai kekuningan dengan tepian

berombak. Bakteri ini bersifat aerobik. oksidase

positif. Indol negatif dan mampu memfermentasi

glukosa serta laktosa dan sukrosa. Bakteri ini

tersebar luas pada bermacam-macam habitat dan

sedikit spesies yang patogen, suhu tumbuh

optimum pada 28 ºC-35 ºC (Buller, 2004; Austin and

Austin 2007).

3.3. Uji Organoleptik

Hasil analisis uji organoleptik (warna,

aroma, tekstur dan rasa) pada ketiga sampel TM,

Uji KODE SAMPEL

TR1 TR2 TR3 TRG1 TRG1 TRG1 TR1 TR2 TR3

O/F O O O F F F O O O

H2S - - - + + + + + +

Alkali/Asam + + + Asam Asam Asam Akali Akali Akali

Oksidasi - - - - - + + + +

Indol - - - - - - - - -

Motility - - - + + - + + +

Ornitin - - - + + - - - -

Katalase + + + + + + + + +

Genus Microccus Staphilococcus Bacilus

Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)

218

TRG dan TR, menunjukkan hasil sebagai berikut:

3.3.1. Teri Masyarakat (TM)

Hasil analisis uji organoleptic teri

masyarakat, menunjukan bahwa tingkat kesukaan

warna ikan teri dari 13 penalis adalah 79 atau rata-

rata tingkat kesukaan pada warna adalah 6.08%.

Hasil analisis aroma adalah 66 atau rata-rata

tingkat kesukaan pada aroma adalah 5.08%, hasil

analisis uji tektur adalah 71 atau rata-rata tingkat

kesukaan adalah 5.48 dan hasil analisis uji rasa

adalah 79 atau rata-rata tingkat kesukaan pada rasa

adalah 6.08%. sedangkan hasil analisis

penampakan adalah 79 atau rata-rata tingkat

kesukaan pada aroma adalah 6.08%. Nilai

organoleptik teri masyarakat (TM) dapat dilihat

pada Tabel 3.

Tabel 3. Nilai Organoleptik Teri Masyarakat (TR)

Penalis Nilai Organoleptik

Warna Aroma Tektur Rasa Penampakan

P1 5 6 4 7 5

P2 6 4 7 7 6

P3 6 6 7 7 6

P4 7 5 4 6 7

P5 6 6 6 6 6

P6 6 6 4 5 6

P7 6 4 6 5 6

P8 6 7 6 7 6

P9 7 6 6 5 7

P10 7 6 6 6 7

P11 6 2 5 6 6

P12 6 5 5 6 6

P13 5 3 5 6 5

Jumlah 79 66 71 79 79

Rata-rata 6.08 5.08 5.46 6.08 6.08

3.3.2. Teri Rebus dengan Garam (TRG)

Hasil analisis uji organoleptik teri rebus

dengan garam, menunjukan bahwa tingkat

kesukaan warna ikan teri dari 13 penalis adalah 72

atau rata-rata tingkat kesukaan pada warna adalah

5.54%. Analisis uji aroma adalah 79 atau rata-rata

tingkat kesukaan pada aroma adalah 6.08%,

analisis uji tektur adalah 85 atau rata-rata tingkat

kesukaan adalah 6.54 dan hasil analisis uji rasa

adalah 86 atau rata-rata tingkat kesukaan pada rasa

adalah 6.54%. sedangkan hasil analisis

penampakan adalah 72 atau rata-rata tingkat

kesukaan pada aroma adalah 5.54%. Nilai

organoleptik teri masyarakat (TR) dapat dilihat

pada Tabel 4.

Tabel 4. Nilai Organoleptik Teri Rebus dengan Garam

Penalis Nilai Organoleptik %

Warna Aroma Tektur Rasa Penampakan

P1 7 7 7 7 7

P2 7 7 7 7 7

P3 7 7 6 7 7

P4 5 6 6 7 5

P5 6 5 7 6 6

P6 6 6 5 6 6

P7 6 7 6 7 6

P8 5 7 6 7 5

P9 5 2 7 7 5

P10 5 6 7 7 5

P11 2 6 7 7 2

P12 5 7 7 7 5

P13 6 6 7 4 6

Jumlah 72 79 85 86 72

Rata-rata 5.54 6.08 6.54 6.67 5.54

Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)

219

3.3.3. Teri Rebus (TR)

Hasil analisis uji organoleptik teri rebus

(TR), menunjukan bahwa tingkat kesukaan warna

ikan teri dari 13 penalis adalah 56 atau rata-rata

tingkat kesukaan pada warna adalah 4.31%.

Analisis uji aroma adalah 68 atau rata-rata tingkat

kesukaan pada aroma adalah 5.23%, analisis uji

tektur adalah 77 atau rata-rata tingkat kesukaan

adalah 5.92% dan hasil analisis uji rasa adalah 67

atau rata-rata tingkat kesukaan pada rasa adalah

5.15%. sedangkan hasil analisis penampakan

adalah 77 atau rata-rata tingkat kesukaan pada

aroma adalah 5.92%. Nilai organoleptik teri

masyarakat (TR) dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Nilai Organoleptik Teri Rebus (TR)

Penalis Nilai Organoleptik %

Warna Aroma Tektur Rasa Penampakan

P1 5 5 5 5 5

P2 1 2 4 2 4

P3 5 7 7 7 7

P4 2 2 6 2 6

P5 5 6 7 7 7

P6 7 7 5 6 5

P7 4 4 5 5 5

P8 5 6 6 5 6

P9 6 5 7 5 7

P10 2 6 6 2 6

P11 5 6 7 7 7

P12 2 6 7 7 7

P13 7 6 5 7 5

Jumlah 56 68 77 67 77

Rata-rata 4.31 5.23 5.92 5.15 5.92

Hasil uji organoleptik merupakan pengujian

yang sederhana dan cepat, karena hasilnya dapat

segera diketahui sehingga sangat popular

digunakan untuk menguji kemunduran mutu ikan

(Topuz et al., 2014; Sugianto et al., 2017). Hasil

analisis uji organoleptik dari ketiga sampel uji

menunjukan bahwa nilai organoleptik warna

tertinggi adalah 6.08% pada sampel TM dan yang

terendah adalah 4.31% pada sampel TR. Nilai

organoleptik aroma tertinggi adalah 6.08% pada

sampel TRG dan terendah adalah 66 pada sampel

TM. Nilai organoleptik tekstur tertinggih adalah

6.54% pada sampel TRG dan terendah adalah

5.46% pada sampel TM. Nilai organoleptik rasa

tertinggi adalah 6.67% pada sampel TRG dan

terendah adalah 5.15 pada sempel TM.

Tingginya nilai organoleptik pada sampel

TRG menunjukan bahwa ikan teri yang di rebus

dengan garam memiliki tingkat kesukaan yang

lebih baik, hal ini karena kandungan garam dapur

yang berfungsi sebagai pengawet, penambah cita

rasa, maupun untuk memperbaiki penampilan dan

tekstur daging ikan, proses penggaraman

menggunakan garam dapur (natrium klorida)

memiliki tiga tujuan, yaitu menghambat

pertumbuhan mikroorganisme, memberikan rasa

asin dan menjadikan tubuh ikan menjadi kesat

(Dami et al., 2013). Secara umum, garam merujuk

pada suatu senyawa kimia dengan nama Sodium

Klorida atau Natrium Klorida (NaCl). Garam

merupakan salah satu kebutuhan pelengkap untuk

pangan dan sumber elektrolit bagi tubuh manusia

(Purbani, 2000). Garam merupakan satu dari

sembilan jenis bahan kebutuhan pokok

masyarakat menurut keputusan Menteri

Perindustrian dan Perdagangan No.

15/MPP/KEP/2/ 1998 (Assadad dan Utomo, 2011;

Fahmi et al., 2014).

IV. PENUTUP

1. Hasil uji mikroorganisme dari 3 (tiga) sampel,

nilai TPC tertinggi pada teri masyarakat (TM).

2. Hasil identifikasi diperoleh tiga jenis bakteri

yaitu Micrococus, Bacillus, dan Stapylococus.

3. Hasil uji organoleptik dari 3 (tiga) sampel

menunjukkan bahwa nilai rata-rata tingkat

kesukaan tertinggi pada sampel teri rebus

dengan garam (TRG).

UCAPAN TERIMA KASIH

Ketua LPPM Universitas Khairun Ternate,

yang telah membantu dana penilitan, sehingga

penelitian dan artikel ini dapat diselesaikan. Tak

lupa juga penulis mengucapkan terima kasih

kepada para reviewer yang telah banyak

memberikan arahan dan masukan demi

kesempurnaan artikel ini.

REFERENSI

Achmad M.J, Darmawaty, Abdullah N, Samman A dan Tolori I. 2020. Analisis Kualitas Kerupuk Ikan

Tuna dengan Uji Mikroorganisme dan Organoleptik di Kota Ternate. Jurnal Agribisnis

Perikanan. Vol. 13No. 160-68.

Austin B., DA Austin. 2007. Bacterial Fish Pathogens. Fourth Edition. New York Praxis Publishing Ltd. pp

552.

Assadad L dan Utomo B.S. 2011. Pemanfaatan Garam Dalam Industri Pengolahan Produk Perikanan.

Squalen Vol. 6 No.1.

Buller, N.B. 2004. Bacteria from Fish and Other Aquatic: A Practical Identifi- cation Manual. CABI

Publising CAB International Wallingford Oxford shire OX108DE. United Kingdom. pp. 161.

Cowan, S. T. 2003. Cowan and Steel’s Manual for the Identification of Medical Bacteria, 2nd edn. Cam-

bridge University Press, Cam- bridge. hal. 23.

Cappucino Jg, Sherman N. 1992. Microbiology, A Laboratory Manual. New York: The

Benjamin/Cummings Publishing Company. P462.

Dami K, Harmain RM, Mile L. 2013. Pengaruh Konsentrasi Garam Berbeda terhadap Mutu Ikan Tongkol

(Euthynnus affinis) Asap. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Volume 1, Nomor 1.

Esterlina E.E. M. Nanlohy, 2014. Analisa Total Bakteri Pada Ikan Tuna Asap Direndam Dengan Asap Cair

Waa Sagu Selama Penyimpanan Pada Suhu Kamar. Majalah Biam Vol. 10, No. 2.

Fahmi, A.S., W. F. Ma’ruf dan T. Surti. 2014. Laju Oksidasi Lemak dan Mutu Organoleptik Ikan Teri Nasi

Kering (Stolephorus spp) Selama Penyimanan Dingin. PENA Jurnal Ilmu Pengetahuan dan

Teknologi, 27(1): 65-77

Holt JG, Krieg NR, Sneath PHA, Staley JT, dan William ST. 1994. Bergey’s manual of Detereminative

Bacterology. Lippicolt William and Wilkins, New York.

Hatmanti, A, 2000. Pengenalan Bacillus spp. Oseana Volume XXV (1):31-41. ISSN 0216-1877.

www.oseanografi.lipi.go.id.

Harrow, G.I., and R.K.A Feltham. 2003. Cowan and Steel’s Manual for The Identification of Medical

Bacterial. 3th ed. Cambrigde Univercity Press, United Kingdom, 331 p.

Marpaung R, 2015. Kajian Mikrobiologi pada Produk Ikan Asin Kering yang Dipasarkan di Pasar

Tradisional dan Pasar Swalayan dalam Upaya Peningkatan Keamanan Pangan di Kota Jambi.

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.15 No..

Setiawan, M. P. G., Herla, R, dan Sentosa, G. 2013. Studi Pengaruh Zat Pengembangan dan Penambahan

Ikan pada Pembuatan Kerupuk Ikan Ubi Jalar. J. Rekayasa Pangan dan Pert, 1 (2): 1-11.

File:///D:/Jurnal%20Pak%20Dekan%20(Referensi)/2499-6427-1-PB.pdf.

Saputri, R. A., Niniek W., dan Pujiono W. P. 2016. Identifikasi dan Kelimpahan Bakteri pada Jenis

Karang Acropora Sp. Di Reff Flat Terumbu Karang Pulau Panjang Jepara. Indonesian

J.ofFisheriesScienceand Tecnology, 12 (1): 35-39.

Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 253 hlm.

Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (agrikan UMMU-Ternate) Volume 13 Nomor 2 (Oktober 2020)

221

Yuliani., Marwati, Hendri, W., Aswita, E., Krishna, P. C. 2018. Karakteristik Kerupuk Ikan dengan

Substitusi Tepung Tulang Ikan Gabus (ChannaStriata) sebagai Fortifikan Kalsium. J.

Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia, 21 (2): 258 – 265.

https://journal.ipb.ac.id/index.php/jphpi/article/view/23042/15101.

Zulfahmi, A. N, Fronthea, S, dan Romadhon. 2014. Pemanfaatan Daging Ikan Tengiri (Scomberomorus

Commersoni) dengan Konsentrasi yang Berbeda pada Pembuatan Kerupuk Ikan. J. Pengolahan

dan Bioteknologi Hasil Perikanan, 3 (4): 133-139.

https://media.neliti.com/media/publition/124620-ID-none.pdf.

Topuz, O. K., P. Yerlikaya, I. Ucak, B. Gumus and H. A. Buyukbenli. 2014. Effects of olive oil and olive

oil- pomegranate juice sauces on chemical, oxidative and sensorial quality of marinated

anchovy. Food Chemistry, 154: 63-70.

Tamuu R, Harmain R. M dan Dali A. F. 2014. Mutu Organoleptik dan Mikrobiologis Ikan Kembung

Segar dengan Penggunaan Larutan Lengkuas Merah. Jurnal Ilmiah Perikanan dan

Kelautan.Volume II, Nomor 4, Desember 2014.

Florensia, Dewi, Utami. 2012. Pengaruh Ekstrak Lengkuas Pada Perendaman Ikan bandeng terhadap

Mutu mirkobiologi. Unnes Journal of Life Science I (2) :113-118Murniyati, A.S,

Sunarman. 2000. Pendinginan, Pembekuan dan Pengawetan Ikan.Penerbit Kanisius.

Sugianto S, Masfiah I, Fairwandari I dan Hidayati SI. 2017. Identifikasi Bakteri Pada Ikan Pengendalian

Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Kelas I Ngura Rai Denpasar. Journal of Aquaculture

and Fish Health Vol 6 No.3.

Rahmadian C. A, Ismail, Abrar M, Erina, Rastina, Yudha Fahrimal. 2018. Isolasi dan Identifikasi

Peseudomanas sp. Pada Ikan Asin di Tempat Pelelangan Ikan Labuhan Haji Aceh Selatan.

JIMVET E-ISSN: 2540-9492.