analisis masalah Skenario A Blok 20

download analisis masalah Skenario A Blok 20

of 8

description

Analisis Masalah blok integumen 20 tahun 2015

Transcript of analisis masalah Skenario A Blok 20

ANALISIS MASALAH

1. Bagaimana fisiologi dari kulit kepala?Terlampir di sintesis masalah.2. Apa etiologi dan mekanisme kulit kepala bersisik? Infeksi ektorik(Infeksi masuk ke stratum corneum perifolikular(Menyebar secara sporadik (sentrifugasi)(Antigen masuk ke folikel rambut(Korteks rambut(Meninggalkan korteks tanpa kelainan(Hifa intrapylari turun ke batas keratin (berhenti di Adamsons finge)(Hifa tumbuh di intrapylari(Menggantikan keratin intrapylari(Excessive development of keratin in hair follicles (hiperkeratotik/ bersisik)3. Apa etiologi dan mekanisme rambut rontok?

Dermatofit ektotrik (diluar rambut) infeksinya khas di stratum korneum perifolikulitis, menyebar sekitar batang rambut dan dibatang rambut bawak kutikula dari pertengahan sampai akhir anagen saja sebelum turun ke folikel rambut untuk menembus kortek rambut. Hifa-hifa intrapilari kemudian turun ke batas daerah keratin, dimana rambut tumbuh dalam keseimbangan dengan proses keratinisasi, tidak pernah memasuki daerah berinti. Ujung-ujung hifa-hifa pada daerah batas ini disebut Adamsons fringe, dan dari sini hifa-hifa berpolifrasi dan membagi menjadi artrokonidia yang mencapai kortek rambut dan dibawa keatas pada permukaan rambut. Rambut-rambut akan patah tepat diatas fringe tersebut, dimana rambutnya sekarang menjadi sangat rapuh sekali. Secara mikroskop hanya artrokonidia ektotrik yang tampak pada rambut yang patah, walaupun hifa intrapilari ada juga.

Patogenesis infeksi endotrik (didalam rambut) sama kecuali kutikula tidak terkena dan artrokonidia hanya tinggal dalam batang rambut menggantikan keratin intrapilari dan meninggalkan kortek yang intak. Akibatnya rambutnya sangat rapuh dan patah pada permukaan kepala.4. Apa etiologi dan mekanisme kulit kepala terasa gatal? Infeksi ektorik(Infeksi masuk ke stratum corneum perifolikular(Menyebar secara sporadik (sentrifugasi)(Antigen masuk ke folikel rambut(peningkatan respon inflamasi lokal( IL-1(Aktivasi T Limfosit(histamin(pruritis (gatal)5. Apa diagnosis banding pada kasus?

GejalaTinea capitisAllopecia AreataTrikotilomaniaDermatitis Seboroik

Allopecia+

(pd kepala)+

(Pd kepala, alis, janggut)++

BatasTegas, eromatousTegas, bulat/lonjongTidak tegasTegas, tidak erimatous

RambutKusam, mudah patahpatahputus tidak tepat pd kulit kepalaTidak patah

Skuama+--Berminyak dan kekuningan

Nyeri-/+---

Gatal +---

Papul eritem+--eritema

a) Allopecia Areata( kebotakan rambut yang penyebabnya belum diketahui. Dengan gejala adanya bercak kerontokan/kebotakan rambut pada daerah kulit kepala, alis, janggut. Batasnya tegas bulat/lonjong, tapi tidak ada sisik/skuama.

b) Trikotilomania ( kelainan berupa keinginan atau kesenangan menarik rambut sendiri sehingga terjadi kebotakan rambut. Hal ini diduga dipengaruhi oleh faktor psikis.

c) Dermatitis Seboroik ( peradangan kulit pada daerah yang banyak terdapat kelenjar sebasea. Gejalanya dapat berupa eritema, skuama yang berminyak berwarna kekuningan, dan batasnya tidak tegas6. Bagaimana epidemiologi pada kasus?

Insiden tinea kapitis masih belum diketahui pasti, tersering di jumpai pada anak-anak 3-14 tahun jarang pada dewasa, kasus pada dewasa karena infeksi T. Tonsurans dapat dijumpai misalkan pada pada pasien AIDS dewasa. Transmisi meningkat dengan berkurangnya hiegiene sanitasi individu, padatnya penduduk, dan status ekonomi rendah.7. Bagaimana prognosis pada kasus?

Tinea kapitis tipeGray patchsembuh sendirinya dengan waktu, biasanya permulaan dewasa. Semakin meradang reaksinya, semakin dini selesainya penyakit, yaitu yang zoofilik (M. canis, T. mentagrophytesdanT. verrucosum) . Infeksi ektotrik sembuh selama perjalanan normal penyakit tanpa pengobatan. Namun pasien menyebarkan jamur penyebab kelain anak selama waktu infeksi. Sebaliknya infeksi endotrik menjadi kronis dan berlangsung sampai dewasa.T. violacaum, T. tonsuransmenyebabkan infeksi tetap, pasien menjadi vektor untuk menyebarkan penyakit dalam keluarga dan masyarakat1, pasien seharusnya cepat diobati secara aktif untuk mengakhiri infeksinya dan mencegah penularannya.SINTESIS MASALAHFisiologi Kulit KepalaKulit merupakan organ paling luas permukaannya yang membungkus seluruh bagian luar tubuh sehingga kulit sebagai pelindung tubuh terhadap bahaya bahan kimia, cahaya matahari mengandung sinar ultraviolet dan melindungi terhadap mikroorganisme serta menjaga keseimbangan tubuh terhadap lingkungan. Kulit merupakan indikator bagi seseorang untuk memperoleh kesan umum dengan melihat perubahan yang terjadi pada kulit. Misalnya menjadi pucat, kekuningkuningan, kemerahmerahan atau suhu kulit meningkat, memperlihatkan adanya kelainan yang terjadi pada tubuh gangguan kulit karena penyakit tertentu.

Gangguan psikis juga dapat menyebabkan kelainan atau perubahan pada kulit. Misalnya karena stress, ketakutan atau dalam keadaaan marah, akan terjadi perubahan pada kulit wajah. Perubahan struktur kulit dapat menentukan apakah seseorang telah lanjut usia atau masih muda. Wanita atau pria juga dapat membedakan penampilan kulit. Warna kulit juga dapat menentukan ras atau suku bangsa misalnya kulit hitam suku bangsa negro, kulit kuning bangsa mongol, kulit putih dari eropa dan lain-lain.

Perasaan pada kulit adalah perasaan reseptornya yang berada pada kulit. Pada organ sensorik kulit terdapat 4 perasaan yaitu rasa raba/tekan, dingin, panas, dan sakit. Kulit mengandung berbagai jenis ujung sensorik termasuk ujung saraf telanjang atau tidak bermielin. Pelebaran ujung saraf sensorik terminal dan ujung yang berselubung ditemukan pada jaringan ikat fibrosa dalam. Saraf sensorik berakhir sekitar folikel rambut, tetapi tidak ada ujung yang melebaratau berselubung untuk persarafan kulit.

Penyebaran kulit pada berbagai bagian tubuh berbeda-beda dan dapat dilihat dari keempat jenis perasaan yang dapat ditimbulkan dari daerah-daerah tersebut. Pada pemeriksaan histologi, kulit hanya mengandung saraf telanjang yang berfungsi sebagai mekanoreseptor yang memberikan respon terhadap rangsangan raba. Ujung saraf sekitar folikel rambut menerima rasa raba dan gerakan rambut menimbulkan perasaan (raba taktil). Walaupun reseptor sensorik kulit kurang menunjukkan ciri khas, tetapi secara fisiologis fungsinya spesifik. Satu jenis rangsangan dilayani oleh ujung saraf tertentu dan hanya satu jenis perasaan kulit yang disadari.

Fungsi Kulit

Kulit pada manusia mempunyai fungsi yang sangat penting selain menjalin kelangsungan hidup secara umum yaitu :

1. Proteksi Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau mekanis, misalnya terhadap gesekan, tarikan, gangguan kimiawi yang dapat menimbulkan iritasi (lisol, karbol dan asam kuat). Gangguan panas misalnya radiasi, sinar ultraviolet, gangguan infeksi dari luar misalnya bakteri dan jamur. Karena adanya bantalan lemak, tebalnya lapisan kulit dan serabutserabut jaringan penunjang berperan sebagai pelindung terhadap gangguan fisis. Melanosit turut berperan dalam melindungi kulit terhadap sinar matahari dengan mengadakan tanning (pengobatan dengan asam asetil).

2. Proteksi rangsangan kimia Dapat terjadi karena sifat stratum korneum yang impermeable terhadap berbagai zat kimia dan air. Di samping itu terdapat lapisan keasaman kulit yang melindungi kontak zat kimia dengan kulit. Lapisan keasaman kulit terbentuk dari hasil ekskresi keringat dan sebum yang menyebabkan keasaman kulit antara pH 5- 6,5. Ini merupakan perlindungan terhadap infeksi jamur dan selsel kulit yang telah mati melepaskan diri secara teratur. 3. Absorbsi Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda padat, tetapi cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap, begitu juga yang larut dalam lemak. Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2 dan uap air memungkinkan kulit ikut mengambil bagian pada fungsi respirasi. Kemampuan absorbsi kulit dipengaruhi tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembapan dan metabolisme. Penyerapan dapat berlangsung melalui celah di antara sel, menembus selsel epidermis, atau melalui saluran kelenjar dan yang lebih banyak melalui selsel epidermis.4. Pengatur panas Suhu tubuh tetap stabil meskipun terjadi perubahan suhu lingkungan. Hal ini karena adanya penyesuaian antara panas yang dihasilkan oleh pusat pengatur panas, medulla oblongata. Suhu normal dalam tubuh yaitu suhu visceral 36-37,5 derajat untuk suhu kulit lebih rendah. Pengendalian persarafan dan vasomotorik dari arterial kutan ada dua cara yaitu vasodilatasi (kapiler melebar, kulit menjadi panas dan kelebihan panas dipancarkan ke kelenjar keringat sehingga terjadi penguapan cairan pada permukaan tubuh) dan vasokonstriksi (pembuluh darah mengerut, kulit menjadi pucat dan dingin, hilangnya keringat dibatasi, dan panas suhu tubuh tidak dikeluarkan).

5. Ekskresi Kelenjarkelenjar kulit mengeluarkan zatzat yang tidak berguna lagi atau zat sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat, dan amonia. Sebum yang diproduksi oleh kulit berguna untuk melindungi kulit karena lapisan sebum (bahan berminyak yang melindungi kulit) ini menahan air yang berlebihan sehingga kulit tidak menjadi kering. Produksi kelenjar lemak dan keringat menyebabkan keasaman pada kulit. 6. Persepsi Kulit mengandung ujungujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Respons terhadap rangsangan panas diperankan oleh dermis dan subkutis, terhadap dingin diperankan oleh dermis, peradaban diperankan oleh papila dermis dan markel renvier, sedangkan tekanan diperankan oleh epidermis. Serabut saraf sensorik lebih banyak jumlahnya di daerah yang erotik.

7. Pembentukan Pigmen Sel pembentukan pigmen (melanosit) terletak pada lapisan basal dan sel ini berasal dari rigi saraf. Melanosit membentuk warna kulit. Enzim melanosum dibentuk oleh alat golgi dengan bantuan tirosinase, ion Cu, dan O2 terhadap sinar matahari memengaruhi melanosum. Pigmen disebar ke epidermis melalui tangan tangan dendrit sedangkan lapisan di bawahnya dibawa oleh melanofag. Warna kulit tidak selamanya dipengaruhi oleh pigmen kulit melainkan juga oleh tebaltipisnya kulit, reduksi Hb dan karoten.

8. Keratinisasi Keratinosit dimulai dari sel basal yang mengadakan pembelahan. Sel basal yang lain akan berpindah ke atas dan berubah bentuk menjadi sel spinosum. Makin ke atas sel ini semakin gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum. Semakin lama intinya menghilang dan keratinosit ini menjadi sel tanduk yang amorf. Proses ini berlangsung terus menerus seumur hidup. Keratinosit melalui proses sintasis dan degenerasi menjadi lapisan tanduk yang berlangsung kirakira 14-21 hari dan memberikan perlindungan kulit terhadap infeksi secara mekanis fisiologik.9. Pembentukan vitamin D Dengan mengubah dehidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar matahari. Tetapi kebutuhan vitamin D tidak cukup dengan hanya dari proses tersebut. Pemberian vitamin D sistemik masih tetap diperlukan.

Modalitas Rasa Kulit

Rasa mekanik, rasa suhu dan rasa nyeri berbeda dengan alat indra yang lain. Reseptornya tergabungdalam satu organ tertentu. Masingmasing reseptor modalitas rasa ini berdiri sendiri secara terpisah dan tersebar hampir diseluruh bagian tubuh. Serat aferennya tidak membentuk berkas saraf khusus tetapi tersebar pada banyak saraf perifer dan jaringan saraf di pusat. Dengan demikian modalitas rasa ini tidak membentuk alat indra tertentu yang khas.

1. Rasa mekanik mempunyai beberapa modalitas (kualitas) yaitu rasa tekan, rasa raba, dan rasa geli yang berbeda di setiap bagian tubuh tetentu. Dengan menggunakan aestesiometer dapat diketahui bagian kulit yang paling peka terhadap rangsangan. Pada permukaan kulit yang peka, titik tekan lebih padat dibandingkan dengan kulit lain. Titik rasa tekan tersebut merupakan manifestasi adanya reseptor tekan pada bagian kulit di bawahnya.

2. Rasa suhu mempunyai dua submodalitas yaitu rasa dingin dan rasa panas. Reseptor dingin/panas berfungsi mengindrai rasa dingin/rasa panas dan refleks pengaturan suhu tubuh. Reseptor ini dibantu oleh reseptor yang terdapat di dalam sistem saraf pusat. Dengan pengukuran waktu reaksi, dapat dinyatakan bahwa kecepatan hantaran rasa panas. Dengan anastesi blok rasa dingin/panas dapat diblok sehingga objektif maupun subjektif rasa dingin dan panas dapat dipisahkan.

3. Rasa propriosepsi berasal dari dalam tubuh sendiri atau disebut juga rasa dalam. Reseptor tidak terdapat pada kulit tetapi dibagian lebih dalam yaitu di dalam otot, tendo, dan sendi. Informasi propriosepsi dihantarkan ke medulla spinalis melalui kolom dorsal masuk ke serebelum. Sebagian berjalan kelaminikus medial dan thalamus ke korteks. Impuls berasal dari komparan otot, organ sensorik di dalam, dan sekitar sendi. Neuron dalam korteks sensoris berespons terhadap gerakangerakan tertentu.

4. Rasa nyeri timbul oleh rangsangan yang merusak. Rasa nyeri ini terutama berfungsi untuk pelindungi, mencegah kerusakan lebih lanjut dari jaringan yang terkena. Modalitas rasa nyeri dibagi atas submodalitas nyeri somatik dan nyeri visera. Nyeri somatik dibagi menjadi submodalitas nyeri permukaan dan nyeri dalam. Zat kimia pada kadar tertentu dapat menimbulkan nyeri (misalnya : asetilkoin, serotonin, histamine yang juga menimbulkan rasa gatal). Rasa nyeri terdiri dari nyeri proyeksi. nyeri alih, hiperalgesia, hipalgesia dan nyeri kronis.

5. Rasa gatal merupakan bentuk khusus rasa nyeri yang timbul pada kondisi perangsangan tertentu. Perangsangan yang berurutan dengan rangsangan makin kuat. Suatu saat rasa gatal yang timbul diganti dengan rasa nyeri. Bila rangsangannya mencapai intensitas yang tinggi, rasa gatal yang dialami dapat hilang. Bila jaras spinotalamatik yang sedang dilewati rasa gatal. Rasa nyeri dengan cara tertentu jika titik gatal sama dengan titik nyeri. Reseptor gatal terletak pada bagian kulit permukaan sedangkan reseptor nyeri terdapat lebih dalam dari kulit.DAFTAR PUSTAKAHarahap, LS. 2011. Anatomi dan Fisiologi Kulit. Diunduh dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22744/3/Chapter%20II.pdf pada 6 Oktober 2015 pukul 3.00 WIB

Suyoso, Sunarso. 2012. Tinea Kapitis pada Bayi dan Anak. Diunduh dari file:///C:/Users/User/Downloads/TINEA%20KAPITIS%20PADA%20BAYI%20&%20%20ANAK.pdf pada 6 Oktober 2015 pukul 3.21 WIB

Djuanda. A, Hamzah. M, Aisah. S, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin; edisi kelima, Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2007; 92-104.Fitzpatrick. T.B, Johnson. R.A, Wolff. K, Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology; 3rd edition, Masachusetts: Mc-Graw and Hill, 1997; 688-733.