Analisis Kuantitatif Dari Intracranial Hypostasis

5
Analisis kuantitatif dari intracranial hypostasis : perbandingan antara hasil CT dari Early PostMortem dan Antemortem Otopsi merupakan standar yang dilakukan untuk menentukan sebab mati, meskipun banyak dilakukan,banyak dari hasil otopsi ditolak. Pencitraan seperti MDCT dan MRI dari orang yang sudah meninggal mungkin dapat banyak membantu skrining pada pemeriksaan forensic dalam pencarian sebab mati dan secara klinikal. Seperti pencitraan postmortem juga memainkan peran yang sangat penting dalam manajemen resiko dalam rumah sakit. Hasil dari CT-Scan pada normal postmortem dan perubahan-perubahan yang disebabkan oleh resusitasi jantung paru , seperti perubahan difusi alveolar pada paru-paru, variasi dari bentuk tubuh,dan lebam pada organ-organ visceral, dapat diperhitungkan menjadi sesuatu yang tidak normal pada hidup. Sangat diperlukan untuk pemahaman mengenai cara ini sebelum menentukan diagnosis dati kondisi patologis yang mendukung dari penyebab kematian. Hypostasis merupakan salah satu dari penemuan postmortem yang sering di laporkan pada pemeriksaan CT Postmortem berupa sedimentasi pada jantung atau pada pembulu darah besar. Hypostasis pada daerah daerajh kepala bagian bawah terkandang keliru dengan perdarahan subarachnoid pada hasil CTPM.Meskipun sangat penting untuk waspada pada hypostatis intracranial postmortem,untuk pengetahuan kita , analisis kuantitatif dari hasil CTPM belum dapat di deskripsikan (dimenegerti).Tujuan dari studi ini adalah untuk secara kuantitatif menilai bagian belakang dari pembuluh darah vena sinus intracranial pada pencitraan CT-scan kepala Postmortem yang dibandingakan dengan hasil CT-Scan antemortem pada pasien yang sama yang bertujuan untuk menganalisa sedimentasi pada jantung dan pembuluh dara besar. Cara dan Bahan PMCT dilakukan pada Januari 2006 dan desember 2009. 52 pasien melakukan non helical CT Kepala konvensional sebelum mereka meninggal,dan pemeriksaannya meliputi pada waktu mereka meninggal.kami menggeluarkan anak dengan usia 6 tahun yang memiliki

description

buat koas

Transcript of Analisis Kuantitatif Dari Intracranial Hypostasis

Page 1: Analisis Kuantitatif Dari Intracranial Hypostasis

Analisis kuantitatif dari intracranial hypostasis : perbandingan antara hasil CT dari Early PostMortem dan Antemortem

Otopsi merupakan standar yang dilakukan untuk menentukan sebab mati, meskipun banyak dilakukan,banyak dari hasil otopsi ditolak. Pencitraan seperti MDCT dan MRI dari orang yang sudah meninggal mungkin dapat banyak membantu skrining pada pemeriksaan forensic dalam pencarian sebab mati dan secara klinikal. Seperti pencitraan postmortem juga memainkan peran yang sangat penting dalam manajemen resiko dalam rumah sakit. Hasil dari CT-Scan pada normal postmortem dan perubahan-perubahan yang disebabkan oleh resusitasi jantung paru , seperti perubahan difusi alveolar pada paru-paru, variasi dari bentuk tubuh,dan lebam pada organ-organ visceral, dapat diperhitungkan menjadi sesuatu yang tidak normal pada hidup. Sangat diperlukan untuk pemahaman mengenai cara ini sebelum menentukan diagnosis dati kondisi patologis yang mendukung dari penyebab kematian.

Hypostasis merupakan salah satu dari penemuan postmortem yang sering di laporkan pada pemeriksaan CT Postmortem berupa sedimentasi pada jantung atau pada pembulu darah besar. Hypostasis pada daerah daerajh kepala bagian bawah terkandang keliru dengan perdarahan subarachnoid pada hasil CTPM.Meskipun sangat penting untuk waspada pada hypostatis intracranial postmortem,untuk pengetahuan kita , analisis kuantitatif dari hasil CTPM belum dapat di deskripsikan (dimenegerti).Tujuan dari studi ini adalah untuk secara kuantitatif menilai bagian belakang dari pembuluh darah vena sinus intracranial pada pencitraan CT-scan kepala Postmortem yang dibandingakan dengan hasil CT-Scan antemortem pada pasien yang sama yang bertujuan untuk menganalisa sedimentasi pada jantung dan pembuluh dara besar.

Cara dan Bahan

PMCT dilakukan pada Januari 2006 dan desember 2009. 52 pasien melakukan non helical CT Kepala konvensional sebelum mereka meninggal,dan pemeriksaannya meliputi pada waktu mereka meninggal.kami menggeluarkan anak dengan usia 6 tahun yang memiliki hipotensi sekitar 20 jam karena edema kepala berat yang di dapatkan pada PMCT.Kami juga mengeluarkan pasien berumur 78 tahun yang meninggal setelah kecelakaan lalulintas karena medium kontras telah dimasukan sekitar 4 jam pada waktu meninggal.Pada kasus yang lain , tidak ada cedera kepala berat yang didapatkan dalam periode antemortem terakhir dan dengan pemeriksaan PMCT.

Teknik CT

Semua pencitraan dilakukan dengan a6,16-,atau 64- MDCT scanet.Periode antara penentuan kematian dan pemeriksaan PMCT sekitar 5-111 menit (mean,23 menit). Pemeriksaan antemortem CT dilakuakn sekitar 0-1357 hari (mean 270 hari) sebelum mati. KEduanya pemeriksan antemortem dan postmortem dilakaukan dengan posisi supine sebagaimana yang dianjurkan ole manufaktur. Tidak ada material kontras yang dimasukan pada setiap pemeriksaan antemortem dan postmortem.

Page 2: Analisis Kuantitatif Dari Intracranial Hypostasis

Gambaran kepala didapatkan dari potongan setipis 5mm dalam mode sequence dari foramen magnum sampai pada vertek parallel kepala .

Pencitraan dan analisis klinis

Gambaran di interpretasikan pada ruang kerja dengan 2dimensi transversal ,coronal,oblik,dan sagittal.PMCT di bandingakan dengan scaning dari waktu akhir pemeriksaan antemortem head CT. Pengurusan bagian belakang dari sinus sagittal superior yang telah diukur setidaknya 10mm 2 bagian oval yang merupakan tempat dari basal ganglia.Peningakatan pengaturan pada sinus transversus atau pada tentorium celebral dan sedimentasi pada jantung dan pembuluh darah besar dievaluasi secara visual oleh dua orang radiologis yang tersertifikasi.Interpretasi akhir akan disesuaikan dengan hasil consensus.

Hasil

Penyebab kematian diklasifikasikan menjadi non-traumatik 47 kasus dan traumatic 3 kasus,yang meliputi 2 kasus gantung diri dan satu kasus dari multiple trauma yang disebabkan olehh jatuh. Otopsi tradisional mengungkapkan penyebab kematian dalam 5 kasus nontraumatik adalah 2 kasus akut kardia failure yang disebabkan oleh kadia amiloidisis dan kardia infak kronis,satu kasus perdarahan kronis celebral yang disebabkan oleh fistula celebral dural arteiovenosus.satu kasis adalah nekrosis usus yang disebabkan oleh iskemia dan obstruksi,dan satu kasus meningitis.Perdarahan intracranial akut tidak ditemukan pada dua kasus dimana dikakuakn diseksi intrekranial. Penyebab kematian dati nontraumatik lainnya ditentukan dari data informasi klinis yang tersedia.15 kasus kematian mendadak karena jantung, lima kasus rupture thoracic aorta yang meliputi 4 aorta diseksi akut dan satu anurisma aorta. lima kasus tenggelam, lima kematian mendadak tidak diketahui penyebabnya, empat kasus pernapasan kegagalan, tiga neoplasma ganas (paru-paru karsinoma, karsinoma kandung kemih, dan karsinoma sel ginjal), dua kasus tersedak,dan satu kasus masing-masing batang otak perdarahan,diabetes, dan keracunan.

Redaman di bagian dorsal dari sinus sagital superior meningkat setelah kematian pada 40 pasien (80%). Atenuasi rata di bagian dorsal dari sinus sagital superior adalah 42,77 ± 6.23 (SD) HU pada antemortem CT dan 49,72 ± 10,58 HU di postmortem CT, peningkatan yang signifikan pada postmortem CT.

Peningkatan redaman dari sinus melintang atau tentorium serebelum ditemukan di 24 kasus (48%) dan sedimentasi dijantung atau pembuluh darah besar di 31 kasus (62%). Dalam hal itu intrakranial yang luar biasa perdarahan diamati antara dua pemeriksaan. Dalam enam pasien dengan perdarahan fatal,sedimentasi terlihat hanya dalam dua kasus toraks ruptur aorta karena akut diseksi aorta

Attenuation di bagian dorsal dari atasan sinus sagital tidak berbeda secara signifikan antara pasien dengan mereka yang tidak sedimentasi di jantung atau pembuluh darah besar sebelum kematian . Pada postmortem CT scan, Namun, pelemahan secara signifikan lebih besar pada pasien dengan sedimentasi dibandingkan mereka yang tidak memiliki tanda-tanda sedimentasi. Pada

Page 3: Analisis Kuantitatif Dari Intracranial Hypostasis

pasien dengan sedimentasi di jantung atau pembuluh darah besar, redaman di bagian dorsal dari atasan sinus sagital meningkat secara signifikan setelahkematian . meskipun redaman sedikit meningkat pada pasien tanpa sedimentasi, tidak ada yang signifikan secara statistic Perbedaan antara antemortem dan postmortem pada pencitraan dengan CT-scan

Diskusi

Hypostasis merupakan perubahan pada postmortem pada umumnya.Setelah penghentian sirkulasi ,komponen plasma dan selular adalah subjek gravitasi yang awalnya tenggelam dan akhirnya menjadi sedimen dalam pembuluh darah.Proses ini membentuk livor pada kulit dan organ dalam oleh hemokonsentrasi.komponen komponen darah terbagi kerena gravitasi, yangmenyebabkan tingkat cairan yang khas di rongga darah-diisi,seperti pembuluh darah besar dan rongga jantung. Tingginya kadar katekolamin dan meningkatnya pelepasan aktivator plasminogen oleh endotelium, seperti yang sering terjadi pada kematian secara tiba-tiba, mengintensifkan trombolisis, dan darah mungkin menjadi cair pada otopsi. Hypostasis dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti usia, anemia klinis, volume darah , posisi setelah kematian, dan suhu.Wktu untuk munculnya hypoststis sangat bervariasi sehingga tidak terlalu penting dipakai untuk menentukan waktu kematian.

Hematokrit meningkat 80% di bagian bawah mayat, dan sebagai hasilnya, sel darah terkonsentrasi menunjukkan tingkat cairan pada neuroimaging postmortem. Telah dilaporkan bahwa sedimentasi di jantung dan pembuluh besar hadir di 52% dari kasus di pos mortem CT dan dalam semua kasus di MRI postmortem. Postmortem MRI menggambarkan hypostasis dengan kontras yang lebih tinggi, lebih tepatnya, dan dengan lebih detail daripada CT. Peningkatan pelemahan atau intensitas sinyal dari lobus bawah paru-paru dan hati pada postmortem CT atau gambar MR sebagai akibat dari lividity dalam karena postmortem hypostasis telah dilaporkan. Dalam penelitian kami, sedimentasi di jantung atau pembuluh besar diamati di pos mortem CT di 62% kasus. Peningkatan pelemahan dalam sinus sagital superior terlihat pada 80% kasus dan jelas terlihat pada pasien dengan sedimentasi di jantung atau pembuluh darah besar dibandingkan dengan temuan pada pasien tanpa tanda-tanda sedimentasi Neuroimaging postmortem dengan CT atau MRI telah dilaporkan untuk menunjukkan temuan positif palsu dalam evaluasi hematoma extraaxial, terutama perdarahan subarachnoid. Temuan positif palsu akibat salah tafsir pembuluh darah yang membesar atau perdarahan di tentorium serebelum sebagai perdarahan subarachnoid di postmortem CT Otopsi mengungkapkan hypostasis postmortem karena gravitasi di pembuluh tentorium, meledak selanjutnya menyebabkan perdarahan dural. Dalam penelitian kami saat ini, pelemahan tinggi dari tentorium serebelum dan sinus vena membesar diamati pada postmortem CT di 48% kasus. Tidak ada temuan lain menunjukkan adanya perdarahan subarachnoid, yaitu, redaman tinggi di sulci korteks, celah Sylvian, atau sisterns CSF, hadir. Itu tidak sulit untuk membedakan hypostasis intrakranial dari perdarahan extraaxial.

Our study had limitations. First, the examinations were performed with four CT scanners with several protocols. Attenuation is affected by tube voltage, and image noise increases and the signal-to-noise ratio decreases with lower tube current. Dalam penelitian kami, pelemahan di bagian dorsal

Page 4: Analisis Kuantitatif Dari Intracranial Hypostasis

dari sinus sagital superior tidak berbeda antara pasien dengan dan mereka yang tidak sedimentasi pada antemortem CT scan. Kami menganggap perbedaan antara scanner yang mungkin telah dipengaruhi pelemahan menjadi minimal. Kedua, temuan intrakranial dievaluasi secara visual gambar dalam banyak kasus. Diseksi intrakranial dilakukan dalam dua kasus. Kami tidak histologis mengkonfirmasi adanya perdarahan intrakranial akut atau keadaan tentorium serebelum dalam kasus lain. Studi histologis lebih lanjut diperlukan untuk membuktikan bahwa peningkatan atenuasi dalam sinus dan cerebellar tentorium disebabkan hypostasis. Kami menemukan bahwa hypostasis intrakranial adalah perubahan postmortem umum diamati pada postmortem kepala CT scan dan yang jelas pada pasien dengan sedimentasi di hati dan pembuluh darah besar. Ahli radiologi dan dokter yang menafsirkan gambar neurologis postmortem harus menyadari fenomena dan membedakan dari perdarahan intracranial.