Analisis Kualitas Tablet Anti Diabetes dengan Kromatografi Kertas dan Spektrofotometri Ultraviolet
-
Upload
natalia-debora-panggabean -
Category
Documents
-
view
2.648 -
download
4
description
Transcript of Analisis Kualitas Tablet Anti Diabetes dengan Kromatografi Kertas dan Spektrofotometri Ultraviolet
ANALISIS KUALITAS TABLET ANTIDIABETES
DENGAN METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET
NATALIA DEBORA PANGGABEAN
PROGRAM KEAHLIAN ANALISIS KIMIA PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
2011
ABSTRAK
NATALIA DEBORA PANGGABEAN. Analisis Kualitas Tablet Antidiabetes dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis dan Spektrofotometri Ultraviolet. Dibimbing oleh ADI SANTOSO dan NIKE KUSUMAWATI
Analisis kualitas tablet glikuidon dilakukan sebagai salah satu syarat pelulusan produk yang meliputi analisis kondisi fisik dan kimia tablet. Analisis kondisi fisik meliputi bau, warna, ciri, dimensi, kekerasan tablet dan Loss on Drying (LOD). Identifikasi zat aktif dan senyawa degradasinya dalam tablet dilakukan dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) sedangkan penentuan kadar bahan aktif (glikuidon) dalam tablet dilakukan dengan Spektrofotometri Ultraviolet. Sampel produk yang diuji ternyata sesuai dengan seluruh spesifikasi yang ditetapkan baik secara fisik maupun kimia. Identifikasi dengan KLT didapatkan spot standar glikuidon identik dengan spot sampel dan tidak terbentuk spot AR-DF 26-Sulfonamida pada plat KLT yang dideteksi di bawah sinar lampu ultraviolet. Glikuidon yang terkandung dalam sampel tablet A sebesar 30,48 mg/tablet dan 30,69 mg/tablet pada sampel tablet B. Kata Kunci : Glikuidon, antidiabetes, kromatografi lapis tipis, spektrofotometri
ultraviolet
ABSTRACT
NATALIA DEBORA PANGGABEAN. Quality analysis of Antidiabetic Tablets by Thin Layer Chromatography and Ultraviolet Spectrophotometry Method. Under direction by ADI SANTOSO and NIKE KUSUMAWATI
Quality analysis of gliquidone tablet performed as a condition of release products that include physical and chemical analysis of tablets. Analysis of physical conditions includes odor, color, features, dimensions, hardness and Loss on Drying (LOD) of tablets. Identification of active substances and compounds degradation products in tablets using Thin Layer Chromatography (TLC) method while the determination of the active ingredient (gliquidone) in tablets using Ultraviolet Spectrophotometry method. Samples were tested in accordance with all specifications set out both physically and chemically. Identification by TLC spot obtained gliquidone standard is identical with the sample spot and no spot AR-DF 26-sulfonamide were formed on TLC plates were detected under ultraviolet light. Gliquidone contained in the tablet sample A was 30.48 mg/tablet and 30.69 mg/tablet in sample B. Kata Kunci : Gliquidone, antidiabetic, thin layer chromatography, ultraviolet
spectrophotometry
ANALISIS KUALITAS TABLET ANTIDIABETES DENGAN METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS
DAN SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET
NATALIA DEBORA PANGGABEAN
Laporan Praktik Kerja Lapangan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Ahli Madya pada Program Keahlian Analisis Kimia
PROGRAM KEAHLIAN ANALISIS KIMIA PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
2011
Judul : Analisis Kualitas Tablet Antidiabetes dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis dan Spektrofotometri Ultraviolet
Nama : Natalia Debora Panggabean NIM : J3L108022 Program Keahlian : Analisis Kimia
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Pembimbing Lapangan
Dr. Drs. Adi Santoso, M.Si Nike Kusumawati, S.Farm, Apt. NIP. 19580705 198903 1 007
Mengetahui,
Direktur Program Diploma
Koordinator Program Keahlian
Prof. Dr. Ir. M. Zairin Junior, M.Sc Armi Wulanawati, S.Si, M.Si NIP. 19590218 198601 1 001 NIP. 19690725 200003 2 001
Tanggal Lulus :
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat,
karunia dan penyertaan-Nya sehingga laporan PKL mengenai “Analisis Kualitas
Tablet Antidiabetes dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis dan
Spektrofotometri Ultraviolet” dapat diselesaikan dengan baik. Kegiatan PKL
dilaksanakan dari tanggal 1 Maret sampai 29 April 2011 di Laboratorium
Pengawas Mutu (Quality Control) PT.Boehringer Ingelheim Indonesia (BII),
jalan Lawang Gintung 89 Bogor, Jawa Barat.
Laporan PKL ini merupakan salah satu syarat kelulusan untuk mendapatkan
gelar A.Md (Ahli Madya) pada program keahlian Analisis Kimia. Penyusunan
laporan PKL berhasil karena adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak.
Terima kasih kepada Bapak Dr.Drs.Adi Santoso,M.Si., selaku pembimbing
Instansi dan Ibu Nike Kusumawati, S.Farm, Apt., selaku pembimbing lapangan,
yang telah membantu mengarahkan dan membimbing penulis dalam
menyelesaikan laporan PKL ini, juga terlebih pada kedua orang tua Rommel
Sotardodo Panggabean dan Evelina Siregar serta keluarga terkasih, Irene, Putri,
Rafael, dan Sarah, yang dengan luar biasa selalu mendukung serta mendoakan.
Terima kasih penulis sampaikan teruntuk rekan-rekan Analisis Kimia
angkatan 45 serta sahabat-sahabat Matahari dan PPNH HKBP Cibinong yang
selalu mendukung dan membantu baik fisik maupun moril dalam penyusunan
laporan ini. Serta kepada para analis Laboratorium Pengawas Mutu PT.Boehringer
Ingelheim Indonesia yang mendampingi dan membimbing penulis selama PKL.
Penulis memahami ada banyak kesalahan yang terdapat dalam laporan PKL ini.
Oleh sebab itu, penulis mengharapkan adanya masukan yang sifatnya membangun
demi kesempurnaan dan perbaikan laporan PKL ini.
Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis dan
bagi semua pembacanya.
Bogor, Juni 2011
Natalia Debora Panggabean
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Natalia Debora Panggabean. Lahir di Bogor pada tanggal
26 Desember 1990 dari pasangan Rommel Sotardodo Panggabean dan Evelina
Siregar. Penulis merupakan anak pertama dari 5 bersaudara. Penulis
menyelesaikan pendidikan menengahnya di SMA Negeri 1 Cibinong pada tahun
2008 dan melanjutkan studinya setelah diterima di Diploma IPB Bogor dengan
mengambil Program Keahlian Analisis Kimia angkatan 45 lewat jalur USMI
(Undangan Seleksi Masuk IPB) pada tahun 2008. Penulis ikut serta dalam
Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) Tahun 2010 yang di laksanakan oleh
Direktorat Perguruan Tinggi (DIKTI) dan mendapat kesempatan melaksanakan
PKM yang didanai DIKTI ini dalam bidang Penerapan Teknologi dengan judul
“Aplikasi dan Modifikasi Elektroda Presipitator Sebagai Solusi Pengurangan
Intensitas Polusi dan Efek Rumah Kaca”
DAFTAR ISI Halaman
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... v
DAFTAR TABEL......................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. v
I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1 1.2 Tujuan ............................................................................................ 2 1.3 Waktu dan Tempat ......................................................................... 2
II KEADAAN UMUM PT BOEHRINGER INGELHEIM INDONESIA (PT.BII) .................................................................................................... 3
2.1 Sejarah dan Perkembangan ............................................................. 3 2.2 Visi dan Misi .................................................................................. 4 2.3 Tugas dan Fungsi Laboratorium Pengawasan Mutu ........................ 5 2.4 Kegiatan Laboratorium ................................................................... 5 2.5 Struktur Organisasi ......................................................................... 6
III TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 7 3.1 Diabetes ......................................................................................... 7 3.2 Antidiabetika Oral .......................................................................... 8 3.3 Glikuidon sebagai Zat Antidiabetik Oral ......................................... 8 3.4 Kromatografi Lapis Tipis.............................................................. 10 3.5 Spektrofotometri Ultraviolet ......................................................... 10
IV BAHAN DAN METODE ...................................................................... 12 4.1 Alat dan Bahan ............................................................................. 12 4.2 Prosedur ....................................................................................... 12
4.2.1 Penentuan Dimensi dan Kekerasan Tablet .......................... 12 4.2.2 Pengukuran Keseragaman Bobot ........................................ 12 4.2.3 Penentuan LOD (Loss on Drying) ...................................... 13 4.2.4 Identifikasi Glikuidon dan AR-DF 26-Sulfonamida dengan
KLT ................................................................................... 13 4.2.5 Pengukuran Kandungan Glikuidon dalam Tablet dengan
Spektrofotometri Ultraviolet (UV) ..................................... 15
V HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................ 16 5.1 Analisis Kondisi Fisik Tablet ....................................................... 16 5.2 Analisis LOD (Loss on Drying) Tablet ........................................ 19 5.3 Identifikasi Glikuidon dan AR-DF 26-Sulfonamida dengan KLT 20 5.4 Penentuan Kadar Glikuidon dengan Spektrofotometri UV ........... 22
VI SIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 26 6.1 Simpulan ...................................................................................... 26 6.2 Saran ............................................................................................ 26
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 27
LAMPIRAN ............................................................................................... 29
DAFTAR GAMBAR Halaman
1 Logo PT.Boehringer Ingelheim ....................................................................... 4
2 Struktur kimia glikuidon .................................................................................. 9
3 Skema spektrofotometer UV-Vis berkas rangkap........................................... 11
4 Plat KLT untuk identifikasi senyawa dalam tablet antidiabetik ...................... 14
5 Hasil identifikasi glikuidon dengan KLT ....................................................... 22
6 Kurva standar glikuidon pada panjang gelombang 310 nm ............................ 24
DAFTAR TABEL Halaman
1 Hasil pengamatan kondisi fisik antidiabetes tablet ......................................... 16
2 Hasil pengukuran dimensi dan kekerasan tablet antidiabetes .......................... 17
3 Hasil pengukuran keseragaman bobot tablet antidiabetes ............................... 18
4 Hasil penentuan LOD (Lost on Drying) tablet antidiabetes ............................ 19
5 Identifikasi glikuidon dalam tablet antidiabetes dengan KLT ......................... 21
6 Pengukuran absorbansi standar AR-DF 26-SE (Glikuidon) ............................ 24
7 Penentuan kandungan glikuidon dalam sampel tablet antidiabetes ................. 24
DAFTAR LAMPIRAN Halaman
1 Struktur organisasi laboratorium QC PT.BII .................................................. 30
2 Spektrum absorbansi glikuidon pada 280-360 nm ....................................... 31
3 Perhitungan uji keseragaman bobot tablet antidiabetes .................................. 32
4 Perhitungan penentuan LOD tablet antidiabetes ............................................. 33
5 Perhitungan nilai Rf identifikasi glikuidon dengan KLT ................................ 34
6 Perhitungan penentuan glikuidon dengan spektrofotometri UV ..................... 35
1
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Perkembangan pesat dalam berbagai bidang kehidupan menuntut
masyarakat untuk bertindak serba praktis untuk efisiensi waktu dan kerja,
termasuk dalam memilih makanan. Masyarakat cenderung memilih makanan yang
praktis, cepat dan mudah di dapat akibatnya timbul pola makan yang tidak sehat
yang memicu berbagai jenis penyakit, salah satunya diabetes mellitus (DM).
Tahun 2000 jumlah penderita DM di Indonesia meningkat cukup signifikan dan
diperkirakan pada tahun 2030 mencapai 21,3 juta orang, umumnya terjadi pada
masyarakat yang gaya hidupnya tidak sehat (BPOM 2010).
Penderita diabetes seringkali mengalami kondisi hiperglikemia (kadar gula
dalam darah meningkat) dan hipoglikemia (kadar gula darah menurun). Penyakit
ini dapat terjadi pada semua lapisan umur dan bersifat menahun atau kronik,
namun lebih dari 50% penderita tidak menyadari bahwa ia mengidap DM dan
tidak mendapatkan penanganan medis yang tepat sehingga timbul berbagai
komplikasi kronik yang dapat berakibat fatal (Zuhrotun 2007).
Diabetes merupakan penyakit kronik yang tidak menyebabkan kematian
secara langsung, tetapi dapat berakibat fatal apabila pengelolaannya tidak tepat.
Pengelolaan diabetes meliputi penanganan secara multidisiplin dan terapi dengan
obat maupun non obat (Wulandari 2009). Terapi yang paling banyak digunakan
adalah terapi obat secara oral. Namun dalam penanggulangan diabetes, obat hanya
merupakan pelengkap dari diet dan hanya perlu diberikan bila pengaturan diet
secara maksimal tidak berkhasiat mengendalikan kadar gula darah. Obat
antidiabetes oral mungkin berguna untuk penderita yang alergi terhadap insulin
atau yang tidak menggunakan suntikan insulin, namun penggunaannya harus
dipahami, agar ada kesesuaian dosis dengan indikasinya, tanpa menimbulkan
hipoglikemia (Studiawan 2005).
Obat antidiabetes yang diuji merupakan salah satu obat antidiabetika oral
produksi PT.Boehringer Ingelheim Indonesia, yang banyak digunakan di
Indonesia dengan kandungan glikuidon sebesar 30 mg sebagai bahan aktif obat
tersebut (Boehringer Ingelheim 2006). Antidiabetika oral terbagi menjadi
beberapa golongan salah satunya yaitu golongan sulfonilurea meliputi
2
klorpropamida, glikazida, glibenklamida, glipizida, glikuidon dan tolbutamida.
Golongan obat ini bekerja dengan menstimulasi sel beta pankreas untuk
melepaskan insulin yang tersimpan (BPOM 2010).
Proses produksi obat antidiabetik tablet ini di PT.Boehringer Ingelheim
Indonesia mencakup beberapa tahap salah satunya adalah analisis kualitas sediaan
tablet secara fisik maupun kimia sebagai salah satu syarat penting dalam pelulusan
produk untuk dipasarkan. Analisis kualitas yang dilakukan oleh unit Laboratorium
Pengawas Mutu (Quality Control) meliputi analisis kondisi fisik dan kimia tablet.
Analisis kondisi fisik meliputi bau, warna, ciri, dimensi, kekerasan tablet dan Loss
on Drying (LOD). Analisis sifat kimia tablet meliputi identifikasi zat aktif dan
senyawa degradasinya dalam tablet dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan
penentuan kadar bahan aktif obat (glikuidon) dalam sediaan tablet dengan
Spektrofotometri Ultraviolet (Boehringer Ingelheim 2006).
Hasil uji yang didapatkan akan dibandingkan dengan spesifikasi yang telah
ditetapkan oleh Departemen Penelitian dan Pengembangan (Research and
Development) Boehringer Ingelheim di Jerman. Produk yang sesuai dengan
seluruh spesifikasi obat selanjutnya akan di kemas dan dipasarkan. Keseluruhan
uji tersebut dilakukan untuk memastikan kualitas produk yang akan dipasarkan ke
konsumen.
1.2 Tujuan
Kegiatan bertujuan menentukan kualitas obat antidiabetes produksi
PT.Boehringer Ingelheim Indonesia meliputi analisis kondisi fisik tablet,
identifikasi glikuidon dalam tablet dengan metode Kromatografi Lapis Tipis dan
penentuan kadar glikuidon dengan metode Spektrofotometri Ultraviolet.
1.3 Waktu dan Tempat
Kegiatan dilaksanakan tanggal 1 Maret 2011 sampai 29 April 2011 di
Laboratorium Pengawas Mutu (Quality Control) PT. Boehringer Ingelheim
Indonesia yang berlokasi di jalan Lawang Gintung No.89 Bogor, Jawa Barat.
II KEADAAN UMUM PT BOEHRINGER INGELHEIM INDONESIA (PT.BII)
2.1 Sejarah dan Perkembangan
PT.Boehringer Ingelheim merupakan perusahaan keluarga yang didirikan
oleh Albert Boehringer di Ingelheim am Rhein pada tahun 1885 dengan jumlah
karyawan 20 orang. Sepuluh tahun kemudian pada tahun 1895, Boehringer
berhasil menemukan terobosan baru bahwa bakteri dapat digunakan untuk
memproduksi asam laktat dalam jumlah komersil dan PT. Boehringer Ingelheim
menjadi pioneer dalam skala besar produksi bioteknologi. Seiring dengan
berjalannya waktu, saat ini PT. Boehringer Ingelheim menjadi sebuah perusahaan
multinasional dengan 144 perusahaan dan 36.000 karyawan yang tersebar di
seluruh dunia.
Produksi dan pemasaran obat-obatan PT.Boehringer Ingelheim Indonesia
dirintis sejak tahun 1969, produk-produk PT.Boehringer Ingelheim Indonesia
mulai memasuki pasar Indonesia dan juga dunia kedokteran. Sekitar tahun 1974
dimulai kegiatan produksi dan pemasaran yang berada di bawah payung
kerjasama antara PT. Boehringer Ingelheim Indonesia dengan PT.Schering
Indonesia. Kantor pusat PT. Boehringer Ingelheim dan PT. Schering AG di
Berlin setuju untuk saling mengakhiri kerjasama di Indonesia pada tahun 1997
dan berlaku efektif pada akhir tahun 2002.
Kantor pusat PT.Boehringer Ingelheim menyetujui dibentuknya
PT.Boehringer Ingelheim Indonesia dengan 100% kepemilikan pada tahun 1997.
Presiden direktur yang pertama adalah Bapak Ron Scobie. Tahun 2001 kantor
pusat PT.Boehringer Ingelheim menyetujui pembelian pabrik Rhone Pholenc
Rorer dan persetujuan ”toll manufacturing” dengan PT. Aventis Pharma. PT.
Boehringer Ingelheim Indonesia menempati lahan seluas 26.035 m2, yang
berlokasi di Jalan Lawang Gintung 89 Bogor. Proyek renovasi dimulai pada bulan
September 2001 yang meliputi pembangunan fasilitas produksi sediaan cair, padat
dan setengah padat. Juga dibangun sistem pergudangan, laboratorium untuk
kontrol kualitas dan kantor administrasi. Gedung dan fasilitasnya di desain
sedemikian rupa untuk memenuhi persyaratan Cara Pembuatan Obat yang Baik
(CPOB) dengan standar keamanan internasional dan tingkat pelayanan yang
4
berkualitas yang dibutuhkan untuk suatu industri farmasi modern. Proses
produksi mengikuti petunjuk yang dipersyaratkan menurut standar CPOB.
Fasilitas dan proses produksi telah diperiksa oleh Badan Pengawasan Obat dan
Makanan (BPOM) dan di audit secara resmi oleh Departemen “Safety Quality and
Enviromental” dari kantor pusat perusahaan di Jerman.
Bagian produksi sediaan padat dihasilkan berbagai jenis sediaan yang
meliputi tablet, tablet salut gula, tablet salut film. Bagian produksi sediaan cair di
produksi berbagai macam sediaan cair seperti sirup, obat tetes dan larutan,
diantaranya merek dagang Bisolvon yang banyak dikenal di pasaran. Bagian
produksi setengah padat dihasilkan beberapa jenis produk seperti Dulcolax
Suppositoria dan Movicox Suppositoria. Selain proses produksi ada pula proses
pengemasan lalu penyimpanan di gudang dan juga fasilitas yang lengkap untuk
melakukan pengujian mutu obat dan komponen-komponennya. Bagian ini
bertanggung jawab untuk menyetujui suatu hasil produksi sebelum beredar di
pasaran.
Produk-produk PT.Boehringer Ingelheim Indonesia antara lain yaitu
Bisolvon (sirup/tablet), Kiddi (sirup), Dulcolax (suppositoria/tablet), Pharmaton
formula, Catapres, Glurenorm, Alupent (tablet), Bisoltusin, Combivent,
Dulcolactol (sirup), Mucopect (tablet/kapsul/drop/sirup), Buscopan (tablet).
2.2 Visi dan Misi
PT.Boehringer Ingelheim Indonesia memiliki visi yaitu “Value through
Innovation”. Visi inilah yang menjadikan penelitian sebagai nafas bagi
PT.Boehringer Ingelheim Corporation. Visi ini menunjukkan kesungguhan
PT.Boehringer Ingelheim untuk terus berinovasi dalam menciptakan produk-
produk yang berkualitas dalam bidang farmasi khususnya. Logo PT.Boehringer
Ingelheim yaitu sebagai berikut :
Gambar 1 Logo PT.Boehringer Ingelheim
5
2.3 Tugas dan Fungsi Laboratorium Pengawasan Mutu
Laboratorium Pengawasan Mutu PT.Boehringer Ingelheim Indonesia bertugas mengendalikan dan mengawasi produk yang dihasilkan oleh
PT.Boehringer Ingelheim Indonesia dari bahan baku sampai produk jadi dengan
mengontrol kemantapan kualitas produk.
Pemeriksaan dibagian pengawasan mutu (Quality Control) dilakukan
berdasarkan standardisasi atau spesifikasi yang telah ditentukan untuk setiap
bahan yang dianalisis. Bagian pengawasan mutu mempunyai aturan dan tugas
yang telah digariskan untuk menjamin kualitas produk. Tugas tersebut antara lain
mempersiapkan instruksi yang telah tertulis dalam pelaksanaan uji analisis,
mengontrol dan memeriksa mutu bahan baku, menilai kondisi penyimpanan bahan
baku dan produk jadi, mengevaluasi produk yang meliputi pemeriksaan fisik,
kimia, mikrobiologi, serta membuat keputusan terakhir sebelum dipasarkan,
mengontrol mutu produk selama proses dan setelah jadi (stabilitas produk selama
penyimpanan). Tujuan pemeriksaan yang dilakukan di laboratorium pengendalian
mutu adalah menjamin kualitas hasil produksi secara keseluruhan termasuk
kadaluarsa dan kestabilan obat selama masa distribusi dan penyimpanan demi
menjaga nama baik perusahaan.
2.4 Kegiatan Laboratorium
PT. Boehringer Ingelheim Indonesia menetapkan Bagian Kendali Mutu,
untuk menunjang CPOB yang berarti mengikutsertakan semua unsur yang terlibat
dalam suatu produksi, yaitu: material, metode, alat, dan lingkungan kerja. Formula
yang digunakan agar didapat obat yang sesuai dengan CPOB yaitu, master
formula yang merupakan suatu catatan yang berisi tentang spesifikasi formula
tetap, identifikasi komposisi produksi, cara pembuatan, sistem pemeliharaan, dan
prosedur pengambilan contoh atau sampling.
Karyawan PT. Boehringer Ingelheim Indonesia umumnya dan analis pada
Laboratorium Pengawas Mutu khususnya, secara berkala menjalani pelatihan
antara lain mengenai manajemen, pengoperasian instrumen analisis, pengelolaan
limbah farma dan kebersihan lingkungan maupun mengenai CPOB sehingga
diharapkan dapat menjamin mutu kerja dan produk yang dihasilkan.
6
Laboratorium Pengawas Mutu PT. Boehringer Ingelheim Indonesia setiap
harinya melalukan analisis kualitatif dan kuantitatif baik untuk bahan baku,
produk antara, produk jadi siap edar hingga produk yang sengaja di simpan untuk
uji stabilitasnya. Analisis dilakukan dengan berbagai cara baik instrumental
maupun konvensional. Instrumen KCKT (Kromatografi Cair Kinerja Tinggi)
sebanyak 11 unit digunakan setiap harinya untuk analisis rutin produk. Instrumen
lainnya yaitu Spektrofotometer UV-Vis, Spektrofotometer Infra Merah
Transformasi Fourier, Dissolution Tester, Disintegration Tester dan KFT (Karl
Fisher Titrator), Viskometer Anton Paar, Densitometer Anton Paar, Hardness
Dimention Tester, Polarimeter, KG (Kromatografi Gas), SSA (Spektrofotometer
Serapan Atom), Spectroquant KIT dan instrumen-instrumen lainnya.
2.5 Struktur Organisasi
Organisasi yang ada di PT. PT.Boehringer Ingelheim Indonesia dipimpin
oleh Presiden Direktur yang membawahi salah satunya Direktur pabrik yang
terdiri dari 4 (empat) departemen, antara lain: Depatemen Produksi, Departemen
Teknik, Departemen Manajemen Supply Chain, dan Departemen Manajemen
Mutu dimana masing-masing dikepalai oleh satu kepala departemen. Struktur
organisasi Departemen Manajemen Mutu, terdiri dari: Jaminan Mutu (Quality
Assurance), Pengendalian Mutu (Quality Control) dan EHS (Environmental
Health and Safety). Bagian Jaminan Mutu terdiri dari Administrasi Manajemen
Mutu, pendokumentasian, pelatihan, dan pengeluhan obat kualifikasi, validasi,
stabilitas. Sedangkan pada bagian Pengendalian Mutu terdiri dari kepala bagian,
QC area leader, analis – analis di laboratorium, serta pengendali bahan kemasan.
Struktur organisasi Departemen Pengawasan Mutu PT.Boehringer Ingelheim
Indonesia secara umum dapat dilihat pada Lampiran 1.
7
III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Diabetes
Diabetes melitus secara umum digambarkan sebagai suatu kondisi kronis
ketika tubuh tidak mampu mengubah makanan menjadi energi sebagaimana
mestinya. Penyakit metabolik diabetes ditandai dengan kadar glukosa darah yang
melebihi normal (hiperglikemia) karena kelainan sekresi insulin (kekurangan
insulin atau tidak adanya insulin), kelainan kerja insulin, atau kedua-duanya
(DEPKES RI 2005). Pankreas penderita diabetes melitus biasanya hanya
menghasilkan sedikit insulin atau bahkan tidak sama sekali. Insulin merupakan
suatu zat atau hormon yang dihasilkan pankreas dan bertugas untuk memasukkan
glukosa ke dalam sel, sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar (energi) oleh
sel tubuh (BPOM 2010).
Glukosa darah dapat diedarkan ke dalam sel melalui reseptor insulin, namun
pada kondisi terjadi gangguan pada reseptor, glukosa darah gagal diantarkan ke
dalam sel tubuh dan menetap di pembuluh darah. Sel tubuh akan merespon hal
tersebut dengan mengirimkan tanda bahwa sel belum memperoleh glukosa,
akibatnya glukosa terus di produksi untuk dapat memenuhi kebutuhan sel, namun
karena glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel maka lama kelamaan terjadi
peningkatan glukosa dalam darah (DEPKES RI 2005).
The American Diabetic Association membedakan diabetes melitus (DM)
menjadi DM-1 untuk kekurangan insulin yang mutlak, DM-2 yang bercirikan
resistensi insulin dan kekurangan sekresi insulin, DM-3 yang disebabkan oleh
gangguan endokrin dan DM-4 yaitu diabetes gestasional (Adnyana 2004). DM-1
terjadi karena tubuh mutlak membutuhkan insulin dan terapi yang diberikan
biasanya berupa injeksi insulin karena tubuh tidak dapat memproduksi insulin,
biasanya disebabkan faktor keturunan, sedangkan DM-2 adalah penyakit
hiperglikemia akibat insensitivitas sel terhadap insulin dan sekresi insulin yang
abnormal (DEPKES RI 2005), yang ditandai dengan berkurangnya sekresi insulin,
produksi glukosa yang berlebihan di hepar, dan metabolisme lemak yang
abnormal. Insulin tetap dihasilkan oleh sel-sel beta pankreas karena itu DM-2
dianggap sebagai noninsulin dependent diabetes mellitus-NIDDM (Indari 2010).
8
Penyakit ini dapat disebabkan faktor keturunan, infeksi yang disebabkan
virus tertentu, pola makan yang tidak sehat, stres, makan obat-obatan yang dapat
meningkatkan kadar gula darah dan sebagainya. Gejala yang sering ditemukan
yaitu rasa haus yang berlebihan, berat badan turun dengan cepat, cepat merasa
lapar, kesemutan pada jari tangan dan kaki, gatal-gatal, penglihatan jadi kabur,
luka atau bisul yang sukar sembuh dan keputihan (BPOM 2010).
3.2 Antidiabetika Oral
Obat antidiabetes oral mungkin berguna untuk penderita yang alergi
terhadap insulin atau yang tidak menggunakan suntikan insulin. Penggunaan
glikuidon harus dipahami, agar ada kesesuaian dosis dengan indikasinya, tanpa
menimbulkan hipoglikemia (Studiawan 2005). Obat antidiabetika oral digunakan
untuk pengobatan DM-2. Obat-obat ini hanya digunakan jika pasien gagal
memberikan respon terhadap setidaknya 3 bulan diet rendah karbohidrat dan
energi disertai aktivitas fisik yang dianjurkan, dan apabila setelah upaya
perubahan pola hidup, kadar gula darah tetap di atas 200 mg% dan HbAc1 di atas
8% (BPOM 2010).
Antidiabetika oral terbagi menjadi beberapa golongan salah satunya yaitu
golongan sulfonilurea. Obat golongan ini adalah klorpropamida, glikazida,
glibenklamida, glipizida, glikuidon dan tolbutamida. Golongan obat ini bekerja
dengan menstimulasi sel beta pankreas untuk melepaskan insulin yang tersimpan,
karena itu obat golongan ini hanya bermanfaat pada pasien yang masih
mempunyai kemampuan untuk mensekresi insulin (BPOM 2010).
3.3 Glikuidon sebagai Zat Antidiabetik Oral
Glikuidon adalah generasi kedua derivatif sulfonilurea dengan nama kimia
berdasarkan IUPAC yaitu [1-sikloheksil-3-[[p-[2-(3,4-dihidro-7-metoksi-4,4-
dimetil-1,3-diokso-2(1H)-isokuinolil)etil]fenil]sulfonil]urea], atau biasa disebut
dengan AR-DF 26-SE (Arayne 2010). Struktur kimia glikuidon adalah sebagai
berikut :
9
Gambar 2 Struktur kimia glikuidon (Arayne 2006)
Glikuidon termasuk dalam kelas sulfonilurea dan secara praktis tidak larut
dalam air dan lingkungan asam tetapi sangat permeabel sesuai dengan klasifikasi
Biopharmaceutical System (BCS). Penyerapan secara oral diketahui lebih
seragam, cepat dan lengkap dengan bioavaibilitas yang sangat baik. Dosis
glikuidon adalah 15 mg sehari diberikan sebagai dosis tunggal sampai 30 menit
sebelum sarapan. Farmakokinetik, jadwal dan dosis glikuidon berpengaruh dalam
mengontrol kadar glukosa darah untuk mencegah hipoglikemia (Hindustan 2010).
Cincin benzena dan gugus sulfonilurea merupakan bagian yang memberikan sifat
bioaktif pada glikuidon sebagai hormon stimulasi pada sel beta pankreas.
Glikuidon dapat diminum sebagai dosis tunggal sebelum makan pagi
(Boehringer Ingelheim 2006). Tetapi pengendalian kadar gula darah yang lebih
baik akan tercapai kalau glikuidon diberikan dua kali atau tiga kali sehari dan
harus diminum sebelum makan. Hampir seluruh glikuidon diekskresi melalui
empedu dan usus karena itu glikuidon dapat diberikan pada pasien dengan
gangguan fungsi hati dan ginjal yang agak berat (BPOM 2010). Konsumsi tablet
glikuidon harus disertai petunjuk dokter mengenai dosis dan diet, yang
disesuaikan dengan metabolisme pasien secara individu (dosis berdasarkan tingkat
glukosa pada darah dan urine) dan harus dipatuhi dengan ketat. Pasien tidak boleh
berhenti minum obat tanpa berkonsultasi dengan dokter (Boehringer Ingelheim
2006).
10
3.4 Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi lapis tipis dikembangkan oleh Ismailoff dan Schraiber pada
tahun 1938. Adsorben dilapiskan pada lempeng kaca atau alumunium yang
bertindak sebagai penunjang fase diam (Khopkar 1990). KLT merupakan
kromatografi adsorbsi dan adsorben bertindak sebagai fase stasioner. Dua sifat
yang penting dari penjerap adalah besar partikel dan homogenitasnya, karena
adhesi terhadap penyokong sangat bergantung pada dua sifat tersebut
(Sastrohamidjojo 2002). Kromatografi adsorpsi didasarkan pada retensi zat
terlarut oleh adsorpsi permukaan. Teknik ini berguna dalam pemisahan senyawa-
senyawa non polar dan konstituen-konstituen yang sulit menguap (Khopkar
1990).
Pelarut organik yang kuat dapat digunakan untuk efisiensi ekstraksi
senyawa dalam sampel. Perbedaan migrasi merupakan dasar pemisahan
kromatografi, tanpa perbedaan dalam kecepatan migrasi dari 2 senyawa, tidak
mungkin terjadi pemisahan. Deteksi senyawa-senyawa yang telah terpisahkan
oleh KLT dapat berupa penambahan pereaksi pewarna (dengan penyemprotan
atau pencelupan pada zat warna) dan di daerah UV gelombang pendek (radiasi
utama pada kira-kira 254 nm) atau gelombang panjang 365 nm (Hastomo 2008).
3.5 Spektrofotometri Ultraviolet
Spektrofotometri merupakan metode analisis yang didasarkan pada serapan
atau emisi radiasi elektromagnetik sebagai fungsi dari panjang gelombang
(Khopkar 1990). Spektrofotometri ultraviolet memanfaatkan sinar dengan panjang
gelombang 200-400 nm untuk daerah ultraviolet. Instrumen spektrofotometer UV
yang digunakan pada prinsipnya terdiri dari sumber radiasi, monokromator, sel,
fotosel, dan detektor. Sumber radiasi pada daerah ultraviolet adalah lampu
deuterium yang memberikan energi radiasi pada daerah yang tepat untuk
pengukuran dan mempertahankan intensitas sinar yang tetap selama pengukuran.
Monokromator berfungsi untuk melewatkan sinar monokromatis ke zat yang di
ukur (Underwood 2002).
Eksitasi molekul yang disebabkan oleh radiasi ultraviolet melibatkan transisi
elektron dan proses ini dipengaruhi oleh distribusi elektron dalam molekul
11
keseluruhan. Posisi puncak serapan berkaitan dengan gugus fungsi dan
dipengaruhi oleh struktur molekul (Sastrohamidjojo 2001). Hukum Lambert-Beer
menyatakan bila cahaya monokromatik melewati medium tembus cahaya, maka
intensitas sinar yang diteruskan berkurang dengan bertambahnya ketebalan
medium yang mengabsorpsi, dan intensitas cahaya monokromatik berkurang
secara eksponensial dengan bertambahnya konsentrasi zat penyerap secara liniear
(Underwood 2002). Berikut merupakan skema pada spektrofotometer ultraviolet
berkas rangkap :
Gambar 3 Skema Spektrofotometer UV-Vis Berkas Rangkap (Harvey 2000)
12
IV BAHAN DAN METODE 4.1 Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan ialah neraca analitik, mortar dan vestle, cawan
petri, gegep besi, desikator, oven, bejana KLT dan tutupnya, gelas ukur 100 ml,
gelas ukur 50 ml, tabung sentrifusa, sentrifusa, gelas piala 100 ml, microsyringe
25 L, pensil, gunting, penggaris, kuvet gelas 1 cm, labu takar 100 ml, labu takar
50 ml, pipet volumetrik 10 ml, pipet Mohr 5 ml, bulb, ultrasonic cleaner, rak
tabung, dan spektrofotometer UV-Vis.
Bahan-bahan yang digunakan ialah sampel tablet antidiabetes, petroleum
eter, dikloroetana, etanol, metanol, metilena klorida, silika Gel G60F254, standar
Glikuidon (AR-DF 26-SE), standar AR-DF 26-sulfonamida.
4.2 Prosedur
4.2.1 Penentuan Dimensi dan Kekerasan Tablet
Instrumen yang digunakan untuk mengukur dimensi (ketebalan dan
diameter) dan kekerasan tablet adalah “Erweka Dimension and Hardness Tester”,
sebanyak 10 sampel tablet antidiabetik di ukur dimensi dan kekerasannya dengan
instrumen ini. Instrumen dihubungkan dengan arus listrik 220 V dan dinyalakan,
kemudian dipilih metode “CarryOutMethod”, di masukkan jumlah sampel yang
akan di ukur dimensi dan kekerasannya, lalu alat dijalankan dengan menekan
tombol “Enter” pada alat, hasil yang terlihat pada monitor dicatat dan dihitung
rerata dan kisaran pengukuran, dibandingkan dengan standar dimensi dan
kekerasan yang tercantum pada lembar spesifikasi produk.
4.2.2 Pengukuran Keseragaman Bobot
Sampel tablet disiapkan sebanyak 20 tablet, sementara itu neraca di
nyalakan dan di atur untuk dapat sesuai program yang di tetapkan untuk tablet
antidiabetik yang diuji. Sampel tablet di timbang satu per satu kemudian
ditimbang pula bobot keseluruhan tablet uji (20 tablet) dan di hitung rerata bobot
tablet, ditentukan bobot maksimum dan minimun tablet beserta persentasenya,
standar deviasi pengukuran serta %RSD, dengan persamaan sebagai berikut :
13
푥 = ∑ ( )
%푀푎푥 = 푏표푏표푡max 푡푎푏푙푒푡 (푔)
푥̅ 푡푎푏푙푒푡 (푔) 푥 100
%푀푖푛 = 푏표푏표푡min 푡푎푏푙푒푡 (푔)
푥̅ 푡푎푏푙푒푡 (푔) 푥 100
푆퐷 = ∑ (푋 − 푥̅)
푛 − 1
%푅푆퐷 = 푆퐷푥̅ 푥 100
4.2.3 Penentuan LOD (Loss on Drying)
Cawan petri yang bersih di timbang dan di catat bobot kosongnya. Sampel
tablet antidiabetes sebanyak 10 tablet di gerus halus dengan mortar, kemudian
sebanyak 2 gram sampel serbuk tersebut di timbang ke dalam cawan petri dan di
catat bobotnya. Cawan yang berisi sampel lalu dipanaskan dalam oven dengan
suhu 105oC selama 3 jam, setelah itu cawan di keluarkan dan di biarkan dingin
dalam desikator. Bobot cawan dan sampel setelah di panaskan kemudian di
timbang dan di hitung bobot yang hilang selama pemanasan (Loss in Drying)
dengan persamaan berikut :
퐿푂퐷 = 푏표푏표푡 푠푎푚푝푒푙 푦푎푛푔 ℎ푖푙푎푛푔 푠푒푙푎푚푎 푝푒푚푎푛푎푠푎푛 (푔)
푏표푏표푡 푎푤푎푙 푠푎푚푝푒푙 (푔) 푥 100
퐿푂퐷 = 푏표푏표푡 푠푎푚푝푒푙 푎푤푎푙 (푔)− (푏표푏표푡 푎푘ℎ푖푟 − 푏표푏표푡 푘표푠표푛푔)
푏표푏표푡 푎푤푎푙 푠푎푚푝푒푙 (푔) 푥 100
4.2.4 Identifikasi Glikuidon dan AR-DF 26-Sulfonamida dengan KLT
Identifikasi dengan kromatografi lapis tipis dilakukan untuk hasil
kualitatif. Pelarut yang digunakan adalah campuran metanol dan metilena klorida
(1:1) disiapkan sebanyak 50 ml. Eluen (fasa gerak) yang digunakan adalah
petroleum eter:dikloroetana:etanol (50:35:15) disiapkan dengan mencampurkan
50 ml petroleum eter, 35 ml dikloroetana dan 15 ml etanol ke dalam gelas piala
100 ml, lalu di homogenkan dengan stirrer selama 5 menit. Eluen dimasukkan ke
dalam bejana kromatografi dan bejana ditutup, dijenuhkan dengan uap eluen.
14
Sementara itu sampel dan standar disiapkan. Tablet antidiabetik yang telah
digerus halus ditimbang sebanyak 160 mg ke dalam tabung sentrifusa,
ditambahkan 10 ml pelarut dan diaduk kuat. Standar glikuidon (AR-DF 26-SE)
ditimbang sebanyak 20 mg kemudian ditambahkan 10 ml pelarut dan di aduk
kuat, larutan digunakan sebagai standar A. Sebanyak 1 ml larutan standar A
dipipet ke dalam tabung sentrifusa yang baru dan ditambahkan 10 ml pelarut lalu
diaduk kuat, larutan ini digunakan sebagai standar B. Standar degradan glikuidon
disiapkan dengan dilarutkan 20 mg standar AR-DF 26-Sulfonamida ke dalam 10
ml pelarut kemudian dipipet 0,1 ml ke dalam tabung yang berbeda lalu
ditambahkan 10 ml pelarut, diaduk kuat dan digunakan sebagai standar AR-DF
26-Sulfonamida. Plat KLT (silika gel) disiapkan seperti gambar berikut :
Gambar 4 Plat KLT untuk identifikasi senyawa dalam tablet antidiabetik
Larutan standar dan sampel masing-masing ditotolkan sebanyak 25L
dengan mycrosyringe pada garis start yang dibuat pada silika G60F254. Plat lalu
dikeringkan dan dimasukkan ke dalam bejana kromatografi lalu dibiarkan sampai
eluen mencapai garis akhir. Plat KLT di kering udarakan kemudian di lihat spot
yang terbentuk di bawah lampu UV 254 nm, dihitung dan dibandingkan nilai Rf
standar dan sampel.
arah elusi akhir awal
0,5cm 16 cm 1 cm
std A
std B
Sulfonamida
sampel A
sampel B .
15
4.2.5 Pengukuran Kandungan Glikuidon dalam Tablet dengan
Spektrofotometri Ultraviolet (UV)
Larutan stok standar dibuat dengan dilarutkan 50,48 mg AR-DF 26-SE ke
dalam 100 ml metanol kemudian dihomogenkan. Deret standar dibuat dengan di
pipet 5, 10, 15, 20 dan 25 ml larutan stok ke dalam labu takar 50 ml dilarutkan
dengan metanol. Sampel sebanyak 20 tablet di gerus halus. Larutan sampel dibuat
dua ulangan masing-masing ditimbang sekitar 400 mg serbuk tablet glikuidon ke
dalam labu takar 100 ml dan di tambahkan sekitar 70 ml metanol. Labu takar
tersebut lalu diletakkan di atas ultrasonic cleaner selama 15 menit pada suhu
kamar, setelah itu larutan ditera dengan metanol. Larutan ditempatkan dalam
tabung-tabung dan disentrifugasi selama 15 menit dengan kecepatan 4000 rpm.
Larutan yang telah terpisahkan dari endapannya, masing-masing di pipet sebanyak
10 ml ke dalam labu takar 50 ml kemudian ditera dengan metanol dan
dihomogenkan.
Larutan standar diukur panjang gelombang maksimumnya dengan
mengukur spektrum absorbansinya dari panjang gelombang 280 nm sampai 360
nm, panjang gelombang maksimum yang di dapat digunakan untuk mengukur
absorbansi deret standar dan sampel. Kurva standar dibuat dan ditentukan regresi
linearnya, kemudian persamaan tersebut digunakan untuk menentukan konsentrasi
glikuidon dalam tablet glikuidon (sampel uji).
V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Analisis Kondisi Fisik Tablet
Tablet antidiabetes yang dianalisis adalah tablet dengan bahan aktif
glikuidon dan kode produksi A dan B. Parameter yang diperhatikan pada produksi
tablet antidiabetes dengan bahan aktif glikuidon yaitu kondisi fisik tablet.
Parameter fisik yang selalu diuji dalam analisis kualitas untuk pelulusan produk
ialah bentuk dan penandaan tablet, bau, warna, diameter, ketebalan, kekerasan dan
keseragaman bobot tablet. Standar yang telah di tentukan serta hasil pemeriksaan
kondisi fisik tablet yang di dapatkan tercantum pada Tabel 1.
Tabel 1 Hasil Pengamatan Kondisi Fisik Antidiabetes Tablet
No. Parameter Standar Sampel.A Sampel.B 1 Bentuk Datar, tablet bulat Standar
terpenuhi Standar
terpenuhi 2 Penandaan “57 C” tercetak di
satu sisi dan simbol pada sisi lainnya
Simbol tercetak Standar
terpenuhi
Simbol tercetak Standar
terpenuhi
3 Bau Hampir tidak berbau
Standar terpenuhi
Standar terpenuhi
4 Warna Putih Standar terpenuhi
Standar terpenuhi
5 Diameter Sekitar 9,0 mm 9,06-9,07 mm Standar
terpenuhi
9,06-9,07 mm Standar
terpenuhi 6 Ketebalan Sekitar 3,0 mm 2,99-3,02 mm
Standar terpenuhi
2,97-3,01 mm Standar
terpenuhi 7 Berat rata-
rata Sekitar 240 mg 237,70 mg
Standar terpenuhi
239,85 mg Standar
terpenuhi 8 Kekerasan
Tablet Tidak kurang dari 20 Newton
48-62 Newton Standar
terpenuhi
61-75 Newton Standar
terpenuhi
Bentuk dan penandaan tablet antidiabetes yang didapat ternyata sesuai
dengan spesifikasi yang ada yaitu bulat datar dengan logo Boehringer Ingelheim
pada salah satu sisinya dan kode “57C” sebagai kode untuk tablet glikuidon. Bau
17
dan warna tablet yang di dapatkan juga sesuai spesifikasi. Bentuk, penandaan, bau
dan warna diuji secara kualitatif secara visual, sedangkan diameter, ketebalan,
kekerasan dan keseragaman bobot tablet diukur secara kuantitatif dengan
menggunakan instrumen khusus.
Pengukuran kekerasan tablet dilakukan dengan memberikan sejumlah gaya
(dalam satuan Newton) pada tablet, jumlah gaya yang mampu menghancurkan
tablet ialah ukuran kekerasan untuk tablet tersebut. Percobaan dilakukan pada 10
tablet glikuidon dengan hasil pada Tabel 2.
Tabel 2 Hasil Pengukuran Dimensi dan Kekerasan Tablet Antidiabetes
Sampel Ulangan Ketebalan (mm) Diameter (mm) Kekerasan (Newton) A 1 2,990 9,060 60,0
2 3,020 9,060 51,0 3 3,010 9,060 55,0 4 3,010 9,060 48,0 5 2,990 9,060 62,0 6 3,020 9,060 52,0 7 3,000 9,060 60,0 8 3,000 9,060 62,0 9 2,990 9,060 49,0 10 2,990 9,070 58,0
푥̅ 3,002 9.061 55,7 kisaran 2,99-3,02 9,06-9,07 48,0-62,0 B 1 2,980 9,060 62,0
2 3,010 9,060 69,0 3 3,010 9,060 64,0 4 2,980 9,060 73,0 5 2,990 9,060 67,0 6 2,990 9,070 61,0 7 2,990 9,060 73,0 8 2,970 9,060 75,0 9 3,000 9,060 67,0 10 2,970 9,060 71,0
푥̅ 2,989 9,061 68,2 kisaran 2,97-3,01 9,06-9,07 61,0-75,0
Diameter dan ketebalan tablet diharuskan sebesar 9,0 mm dan 3,0 mm
dengan kekerasan sebesar 20 Newton sesuai spesifikasi produk (Boehringer
Ingelheim 1983). Berdasarkan percobaan didapatkan bahwa dimensi dan
kekerasan tablet sesuai dengan spesifikasi yang ada yaitu diameter tablet berkisar
antara 9,06-9,07 mm, ketebalan 2,97-3,02 mm dan kekerasan tablet 48-75
Newton. Pengujian ini diperlukan sebagai parameter keseragaman bentuk visual
18
tablet. Tablet yang baik tentunya harus memiliki bentuk dan ukuran yang sesuai
sehingga mudah dikonsumsi pasien, dengan kata lain, tablet tidak terlalu besar dan
tidak terlalu tebal untuk di telan oleh pasien serta tidak terlalu keras sehingga
dapat hancur, larut dan diserap dengan baik oleh tubuh.
Parameter fisik lainnya adalah keseragaman bobot tablet. Pengukuran
keseragaman bobot tablet dilakukan untuk mengetahui secara kualitatif bahwa
dosis bahan aktif (glikuidon) yang ada pada tablet sama. Proses produksi tablet
mencakup tahapan pencampuran bahan dan pencetakan tablet. Homogenitas
dalam proses pencampuran sangat menentukan dosis tablet nantinya, diharapkan
dalam setiap 1 gram campuran terdapat 125 mg glikuidon sehingga saat
pencetakan dengan bobot 0,2400 gram (240 mg) setiap tabletnya terdapat sekitar
30 mg glikuidon. Hasil pengukuran keseragaman bobot tablet tercantum pada
Tabel 3.
Tabel 3 Hasil Pengukuran Keseragaman Bobot Tablet Antidiabetes Tablet A (gram) Tablet B (gram)
1 0,2390 1 0,2400 2 0,2370 2 0,2430 3 0,2350 3 0,2400 4 0,2430 4 0,2400 5 0,2410 5 0,2380 6 0,2390 6 0,2400 7 0,2400 7 0,2380 8 0,2290 8 0,2420 9 0,2380 9 0,2400 10 0,2300 10 0,2370 11 0,2370 11 0,2400 12 0,2380 12 0,2390 13 0,2400 13 0,2390 14 0,2390 14 0,2400 15 0,2330 15 0,2420 16 0,2410 16 0,2410 17 0,2390 17 0,2390 18 0,2380 18 0,2410 19 0,2350 19 0,2400 20 0,2420 20 0,2390 n 20 n 20 4,7530 4,7980 푥̅ 0,2377 푥̅ 0,2399
Maks. 102,23 % 0,2430 Maks. 101,29 % 0,2430 Min. 96,34 % 0,2290 Min. 98,79 % 0,2370 SD 0,0037 SD 0,0014
% RSD 1,56 % % RSD 0,58 %
19
Deviasi bobot yang diijinkan untuk tablet glikuidon ini yaitu sebesar 7,5%
untuk pengujian terhadap 18 tablet dan 15% untuk pengujian terhadap 20 tablet.
Berdasarkan percobaan terhadap 20 tablet glikuidon, didapatkan bahwa
keseragaman bobot tablet baik dengan bobot tablet rata-rata sekitar 237,70 mg -
239,85 mg dan %RSD hanya berkisar 0,001% sampai 0,004% saja, dengan
demikian secara kualitatif disimpulkan bahwa glikuidon yang terdapat dalam
tablet juga dengan dosis yang seragam (dengan anggapan bahwa homogenitas saat
pencampuran bahan baku baik).
5.2 Analisis LOD (Loss on Drying) Tablet
Analisis lainnya yaitu penentuan bobot yang hilang saat pemanasan (Loss
on Drying), prosedur analisis ini sama dengan prosedur penentuan kadar air dalam
suatu bahan, yaitu dilakukan dengan mengeringkan bahan dalam oven pada suhu
105oC selama 3 jam (Winarno 1997). Selisih berat sebelum dan sesudah
pengeringan adalah banyaknya air yang diuapkan. Bobot yang hilang selama
pemanasan ini diharuskan kurang dari 7% (Boehringer Ingelheim 1983).
Keberadaan air dan senyawa yang volatil pada suhu tersebut berhubungan dengan
daya tahan obat, kadar air yang tinggi dapat memicu kelembaban dan menjadi
tempat tumbuh bakteri atau mikroorganisme lainnya. Percobaan diawali dengan
menggerus tablet menjadi bentuk serbuk, hal ini dilakukan agar luas permukaan
sampel meningkat sehingga proses penguapan yang terjadi selama pemanasan
lebih maksimal. Berdasarkan percobaan didapatkan bahwa LOD sampel baik
yaitu 1,1775% untuk sampel A dan 1,7975% untuk sampel B seperti yang
dicantumkan pada Tabel 4.
Tabel 4 Hasil Penentuan LOD (Lost on Drying) tablet Antidiabetes
Kode Produksi
Bobot (g) LOD Cawan Kosong Sampel Awal Cawan dan sampel
Setelah Pemanasan A 12,9439 2,0043 14,9246 1,1775 % B 18,5114 2,0028 20,4782 1,7975 %
20
5.3 Identifikasi Glikuidon dan AR-DF 26-Sulfonamida dengan KLT
Analisis kualitatif glikuidon dilakukan dengan metode kromatografi lapis
tipis untuk mengidentifikasi dan memastikan bahwa zat yang terkandung dalam
tablet antidiabetes tersebut adalah glikuidon. Hal ini dibuktikan dengan kesamaan
jarak tempuh spot sampel dengan spot standar yang terlihat pada nilai Rf yang
dihasilkan. Faktor yang mempengaruhi pergerakan noda dalam KLT yang juga
mempengaruhi nilai Rf yaitu struktur kimia dari senyawa yang dipisahkan, sifat
dari penyerap dan derajat aktifitasnya, pelarut dan kemurniannya, kejenuhan
bejana, jumlah pencuplikan sampel, suhu dan kesetimbangan.
Berdasarkan struktur kimianya glikuidon diketahui cenderung bersifat
nonpolar. Keberadaan gugus karbonil dalam struktur glikuidon membuat
glikuidon dapat larut dalam air (senyawa polar lainnya) walaupun dalam nisbi
yang sedikit. Gugus karboksil keton (dalam gugus kuinolil glikuidon) memiliki
ikatan yang bersifat polar karena interaksi dipol-dipol sehingga sifatnya hidrofilik.
Namun struktur kimia glikuidon yang didominasi oleh cincin heterosiklik yang
mengandung gugus amina dan rantai karbon yang panjang membuat glikuidon
cenderung bersifat nonpolar dan larut dalam suasana basa (karena keberadaan
basa dari nitrogen pada gugus amina dalam struktur glikuidon).
Pelarut yang digunakan adalah campuran metanol dan metilena klorida
(1:1) Campuran tersebut digunakan untuk mengekstrak karena metanol diketahui
merupakan pelarut organik yang kuat yang mampu melarutkan unsur-unsur
bioaktif (Lazuardi 2006) sehingga baik untuk digunakan sebagai pengekstrak
glikuidon dari sampel tablet antidiabetes. Alasan lain digunakan campuran
metanol-metilena klorida sebagai pelarut yaitu agar pelarut mudah menguap saat
pencuplikan sampel berlangsung sehingga spot yang terdapat pada fasa stasioner
didominasi oleh sampel. Sampel yang telah ditimbang dan ditambahkan pelarut
kemudian diaduk kuat untuk membantu mempercepat proses pelarutan glikuidon
pada campuran pelarut yang dibuat.
Fasa gerak yang digunakan adalah petroleum eter : dikloroetana : etanol
dengan perbandingan 50:35:15 yang sifatnya cenderung nonpolar. Kemurnian
eluen harus diperhatikan untuk menghindari kemungkinan berinteraksinya
pengotor dengan sampel saat proses elusi berlangsung. Fasa diam yang digunakan
21
adalah plat silika G60F254 yang sifatnya cenderung lebih polar. Senyawa yang
sifatnya nonpolar akan memiliki nilai Rf tinggi karena interaksinya dengan eluen
(nonpolar) akan lebih banyak dibandingkan dengan fasa diamnya, begitu pula
sebaliknya, senyawa yang sifatnya lebih polar akan terikat lebih lama pada fasa
diam sehingga nilai Rf-nya menjadi lebih kecil. Eluen yang telah dibuat kemudian
dimasukkan ke dalam bejana kromatografi dan dijenuhkan dengan uap eluen.
Penjenuhan dilakukan untuk memastikan bahwa atmosfer dalam bejana penuh
dengan uap eluen sehingga proses elusi berjalan lebih cepat.
Senyawa yang dicuplikan (ditotolkan) pada plat KLT yaitu standar
glikuidon (AR-DF 26-SE), standar AR-DF 26-Sulfonamida dan larutan sampel
yang telah disiapkan sebelumnya. Pencuplikan sampel dan standar dilakukan
dengan perlahan agar spot yang terbentuk cukup tebal namun tidak terlalu lebar.
Pencuplikan spot pada garis awal yang berlebihan dapat memberikan tendensi
penyebaran noda-noda dengan kemungkinan terbentuknya ekor dan efek tak
setimbang lainnya sehingga nilai Rf yang dihasilkan pun tidak sesuai (salah).
Elusi dijalankan dengan memasukkan plat KLT ke dalam bejana, setelah
selesai plat KLT dikeringudarakan kemudian dilihat spot yang terbentuk di bawah
lampu UV 254 nm karena kemampuan glikuidon menyerap sinar ultraviolet
karena adanya gugus aromatik dan organik dalam struktur kimianya. Berdasarkan
percobaan dibuktikan bahwa senyawa yang terdapat dalam tablet antidiabetes
adalah glikuidon, terlihat dari kesamaan spot standar glikuidon dengan spot
sampel yang terbentuk pada plat KLT di bawah lampu UV. Nilai Rf sampel sama
dengan nilai Rf standar glikuidon (AR-DF 26-SE), seperti yang terdapat pada
Tabel 5.
Tabel 5 Identifikasi Glikuidon dalam Tablet Antidiabetes dengan KLT
Larutan Jarak Eluen (cm)
Jarak Spot (cm) Rf
Standar A (AR-DF 26-SE) 16,00 11,80 0,74
Standar B (AR-DF 26-SE) 16,00 11,70 0,73
Standar AR-DF 26-Sulfonamida 16,00 10,25 0,64
Sampel A 16,00 11,80 0,73
Sampel B 16,00 11,75 0,73
22
(a) (b)
Gambar 5 Hasil Identifikasi Glikuidon dengan KLT
(a) Lempeng KLT hasil identifikasi
(b) Hasil di bawah lampu UV
Spot yang terlihat pada Gambar 5a menunjukkan bahwa di bawah lampu
UV, spot glikuidon berpendar keunguan dan spot senyawa degradasi glikuidon
yaitu AR-DF 26-Sulfonamida berada sedikit di bawah spot glikuidon. Interaksi
glikuidon dengan fasa gerak lebih banyak daripada AR-DF 26-Sulfonamida. Hal
tersebut menunjukkan bahwa sifat AR-DF 26-sulfonamida cenderung lebih polar
daripada glikuidon karena AR-DF 26-sulfonamida lebih terikat kuat pada silika
(polar) dibanding glikuidon. Secara kualitatif hasil ini baik karena tidak terbentuk
spot AR-DF 26-Sulfonamida pada sampel.
5.4 Penentuan Kadar Glikuidon dengan Spektrofotometri UV
Analisis kuantitatif glikuidon dalam tablet antidiabetes digunakan
instrumen spektrofotometer ultraviolet berkas ganda yang memanfaatkan panjang
gelombang 200-400 nm. Glikuidon merupakan senyawa sulfonilurea yang
mempunyai gugus fungsi organik didalam struktur kimianya yaitu gugus karbonil,
selain itu juga terdapat gugus aromatik, yang keduanya memiliki serapan pada
daerah panjang gelombang ultraviolet. Serapan UV di daerah yang lebih besar
dari 200 nm terjadi bila ada eksitasi molekul yang disebabkan oleh radiasi
ultraviolet melibatkan transisi elektron dan proses ini dipengaruhi oleh distribusi
23
elektron dalam molekul glikuidon keseluruhan sehingga glikuidon dapat dianalisis
secara kualitatif dan kuantitatif dengan metode spektrofotometri UV.
Spektrum absorbansi standar glikuidon pada panjang gelombang 280
sampai 360 nm (pada Lampiran 2), digunakan untuk mendapatkan panjang
gelombang maksimum dari glikuidon. Spektrum absorpsi merupakan gambaran
hubungan antara panjang gelombang sinar yang mengenai glikuidon dengan
besarnya serapan sinar oleh glikuidon. Berdasarkan spektrum absorbansi tersebut
didapatkan bahwa panjang gelombang maksimum untuk pengukuran glikuidon
yaitu 310 nm, selanjutnya pengukuran kuantitatif glikuidon akan dilakukan pada
panjang gelombang tersebut. Pengukuran dengan panjang gelombang maksimum
tersebut diharapkan dapat memberikan kepekaan dan ketelitian pengukuran yang
tinggi. Pengukuran larutan glikuidon melibatkan standar, sampel dan blanko.
Standar dan sampel dibuat dengan perlakuan yang sama, namun konsentrasi
standar diketahui dengan pasti dan dibuat dalam variasi konsentrasi yaitu 50,48
ppm, 100,96 ppm, 151,44 ppm, 201,92 ppm dan 252,40 ppm.
Blanko yang digunakan adalah metanol karena pelarut yang digunakan
adalah metanol. Pemilihan metanol sebagai pelarut dalam analisis ini selain
karena metanol merupakan pelarut organik yang kuat (seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya), metanol juga relatif transparan terhadap daerah spektrum
radiasi yang digunakan untuk pengukuran dengan nilai cut off 210 nm jauh di
bawah panjang gelombang pengukuran (310 nm). Larutan deret standar digunakan
untuk membuat kurva standar yang merupakan hubungan antara konsentrasi
glikuidon dengan besarnya serapan glikuidon pada panjang gelombang 310 nm
sehingga didapatkan regresi linear yang akan digunakan dalam perhitungan untuk
mendapatkan konsentrasi glikuidon dalam sampel. Kurva standar ialah gambaran
yang menunjukkan hubungan antara serapan suatu sinar tertentu dengan
konsentrasi zat yang menyerap sinar tersebut. Hasil pengukuran serapan standar
glikuidon pada panjang gelombang 310 nm ditampilkan pada Tabel 6 dan plot
serapan dan konsentrasinya pada kurva standar ditampilkan pada Gambar 6.
24
Tabel 6 Pengukuran Absorbansi Standar AR-DF 26-SE (Glikuidon) V standar (ml) Konsentrasi (ppm) Absorbansi
5 50,48 0,252 10 100,96 0,514 16 151,44 0,760 20 201,92 1,011 25 252,40 1,258
Gambar 6 Kurva Standar Glikuidon pada panjang gelombang 310 nm
Berdasarkan kurva standar pada Gambar 6, didapatkan persamaan regresi
linear y = 0,0063 + 0,005x dengan nilai r2=0,9999 yang menunjukkan bahwa
kurva standar dan kelinearan yang didapat baik karena nilai simpangannya yang
sangat kecil. Nilai koefisien determinasi (r2) yang >0,9995 dikategorikan baik
berdasarkan Association of Official Analitical Chemist (AOAC 2002). Masing-
masing sampel dianalisis duplo (dua ulangan) dengan hasil ditampilkan pada
Tabel 7.
Tabel 7 Penentuan kandungan Glikuidon dalam sampel Tablet Antidiabetes
Sampel Bobot sampel (mg) Abs [glikuidon]
(ppm) %b/b mg glikuidon/tablet
A-1 400,4 0,537 106,14 13,28 31,58 A-2 400,2 0,501 98,94 12,26 29,38
Rerata : 30,48 B-1 401,8 0,503 99,34 12,26 29,65 B-2 400,3 0,536 105,94 13,23 31,74
Rerata : 30,69
y = 0.005x + 0.006r² = 0.9999
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
0 50 100 150 200 250 300
Abs
orba
nsi
Konsentrasi Standar (ppm)
25
Berdasarkan percobaan didapatkan bahwa pada sampel A terdapat
glikuidon sebesar 30,48 mg dalam setiap tablet antidiabetes yang diuji sedangkan
pada sampel B terdapat glikuidon sebesar 30,69 mg/tablet. Hasil analisis yang
diperoleh sangat baik karena masuk dalam spesifikasi kadar glikuidon yang
ditetapkan per tabletnya yaitu 27,9-32,1 mg/tablet (Boehringer Ingelhem 1983).
VI SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Berdasarkan hasil percobaan dapat didapatkan bahwa keseluruhan
parameter yang diuji meliputi analisis kondisi visual (bentuk, warna, bau,
penandaan), ketebalan, diameter, kekerasan, keseragaman bobot tablet, LOD,
identifikasi tablet KLT dan penentuan kadar glikuidon dalam tablet dengan
spektrosfotometri UV, semuanya memenuhi spesifikasi yang ditetapkan, dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa produk tersebut baik dan layak untuk
dipasarkan.
6.2 Saran
Analisa sediaan obat khususnya tablet antidiabetes glikuidon sebaiknya
dilakukan secara keseluruhan secara kualitatif dan kuantitatif meliputi
keseluruhan kondisi fisik dan kimia tablet untuk menjamin kualitasnya sebelum
dipasarkan. Konsumen disarankan mengkonsumsi produk yang telah teruji
kualitasnya secara klinis.
DAFTAR PUSTAKA Adnyana IK, et.al. 2004. Uji Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Etanol Buah
Mengkudu (Morinda citrifolia L.). Bandung : Acta Pharmaceutica Indonesia, Vol. XXIX, No. 2, 2004 – 43
[AOAC]. Association of Official Analytical Chemist. 2002. Official Methods of Analysis of AOAC International. Ed ke-18. Maryland : AOAC International.
Arayne MS, et.al. 2006. Spectrophotometric Method for Quantitative Determination of Gliquidone in Bulk Drug, Pharmaceutical Formulations and Human Serum. Pakistan : Pak. J. Pharm. Sci., 2006, Vol.19(3), 182-185
Arayne MS, et.al. 2010. Validated RP-HPLC Method for Quantitation of Gliquidone in Pharmaceutical Formulation and Human Serum. Pakistan : Journal Chil. Chem. Soc., 55, No.2, 156-158
Boehringer Ingelheim. 1983. Test Spesification of Finish Product. Jerman : Boehringer GmbH
Boehringer Ingelheim. 2006. Leaflet of Gliquidone Tablet. Jerman : Boehringer GmbH
BPOM. 2010. Antidiabetika Oral dalam InfoPOM Volume XI No.5. Jakarta : BPOMRI
DEPKES RI. 2005. Pharmaceuticalcare untuk Penyakit Diabetes Mellitus. Jakarta : Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI
Harvey D. 2000. Modern Analytical Chemistry. USA : McGraw-Hill Companies Hastomo, AE. 2008. Analisis Rhodamin B dan Metanil Yellow Dalam Jelly di
Pasar Kecamatan Jebres Kotamadya Surakarta dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis [skripsi] Surakarta : Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Hindustan A, et.al. 2010. Preparation and evaluation of sustained release matrix tablets of gliquidone based on combination of natural and synthetic polymers. India : Journal of Advanced Pharmaceutical Research 2010, 1(2), 108-114.
Indari. 2010. Peranan Asam Lipoat pada Diabetes Mellitus Tipe 2 [skripsi] Manado : Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi
Khopkar, SM. 2007. Konsep Dasar Kimia Analitik. Saptorahardjo, Penerjemah. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press). Terjemahan dari: Basic Concepts of Analytical Chemistry.
Lazuardi M, 2006. Aktifitas Antiproliferatif Ekstrak Metanol Daun Benalu Duku (Dendrophtoe Sp) Terhadap Sel Mieloma secara In Vitro. Surabaya : Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga
Sastrohamidjojo, H. 2001. Spektroskopi. Yogyakarta : Liberty Yogyakarta.
28
Sastrohamidjojo, H. 2002. Kromatografi. Yogyakarta : Liberty Yogyakarta.
Studiawan H, Santosa MH. 2005. Uji Aktivitas Penurun Kadar Glukosa Darah Ekstrak Daun Eugenia polyantha pada Mencit yang Diinduksi Aloksan. Surabaya : Media Kedokteran Hewan Vol. 21, No. 2, Mei 2005, 62:65
Underwood AL, Day RA. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Ed.ke-6. Sopyan I; penerjemah. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Quantitative Analysis, sixth edition.
Winarno, SG. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Wulandari, A. 2009. Evaluasi Pemilihan Obat Antidiabetes pada Penderita
Diabetes Mellitus di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Kota Salatiga Tahun 2008 [Skripsi] SURAKARTA : Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Zuhrotun. 2007. Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Etanol Biji Buah Alpukat (Persea americana Mill.) Bentuk Bulat. [karya ilmiah] Bandung : Universitas Padjadjaran Fakultas Farmasi
LAMPIRAN
29
Lampiran 1 Struktur Organisasi Laboratorium QC PT.Boehringer Ingelheim Indonesia (BII)
Kepala Bagian Quality Control
------
Kepala Bagian Quality Assurance Angreni Damiyanti
Pimpinan Area Quality Control Retna Wulandari
Pimpinan Area Quality Control
Nike Kusumawati
Quality Control Specialist
Debby Transilia
Analis Quality Control
Rina Susanti Sucipto
Agung Fitriyan M.Galih Ekaputra
Etty Sunarti Dika Apriyanto
Visti Ulyani Saparudin
M.Nursyam
Analis Quality Control
Abdul Aziz Ratri Kameswari
Ary Lukmanul Hakim Galih Astirasanggih
Sri Widyaningsih
Pegawai Quality Assurance
Anastasia Miranda D Widi M Zaenal M Cece Kuswandi Farrah Syukriah
Dokumentasi Virgin Dinary DP
Quality Assurance Compliance Officer
Shandy Lilia D
Kepala Departemen Quality Operation
Didik Suyatno
Direktur Pabrik PT.Boehringer Ingelheim Indonesia
Yanto Sihotang
30
Lampiran 2 Spektrum Absorbansi Glikuidon pada 280-360 nm
32
Lampiran 3 Perhitungan Uji Keseragaman Bobot Tablet Antidiabetes
Kode Produksi A :
푥 = ∑ 푏표푏표푡 푡푎푏푙푒푡 (푔)
푛 = 4,7530 푔
20 = 0,2377 푔
%푀푎푥 = 푏표푏표푡max 푡푎푏푙푒푡 (푔)
푥̅ 푡푎푏푙푒푡 (푔) 푥 100 = 0,2430 푔0,2377 푔 = 102,2297 %
%푀푖푛 = 푏표푏표푡min 푡푎푏푙푒푡 (푔)
푥̅ 푡푎푏푙푒푡 (푔) 푥 100 = 0,2290 푔0,2377 푔 = 96,3399 %
푆퐷 = ∑ ( ̅)
= 0,0037
%푅푆퐷 = 푆퐷푥̅ 푥 100 =
0,0037 푔0,2377 푔 = 1,5566 %
Kode Produksi B :
푥 = ∑ 푏표푏표푡 푡푎푏푙푒푡 (푔)
푛 = 4,7980 푔
20 = 0,2399 푔
%푀푎푥 = 푏표푏표푡max 푡푎푏푙푒푡 (푔)
푥̅ 푡푎푏푙푒푡 (푔) 푥 100 = 0,2430 푔0,2399 푔 = 101,2922 %
%푀푖푛 = 푏표푏표푡min 푡푎푏푙푒푡 (푔)
푥̅ 푡푎푏푙푒푡 (푔) 푥 100 = 0,2370 푔0,2399 푔 = 98,7912 %
푆퐷 = ∑ (푋 − 푥̅)
푛 − 1 = 0,0014
%푅푆퐷 = 푆퐷푥̅ 푥 100 =
0,0014 푔0,2399 푔 = 0,5836 %
33
Lampiran 4 Perhitungan Penentuan LOD Tablet Antidiabetes
퐿푂퐷 = 푏표푏표푡 푠푎푚푝푒푙 푦푎푛푔 ℎ푖푙푎푛푔 푠푒푙푎푚푎 푝푒푚푎푛푎푠푎푛 (푔)
푏표푏표푡 푎푤푎푙 푠푎푚푝푒푙 (푔) 푥 100
퐿푂퐷 = 푏표푏표푡 푠푎푚푝푒푙 푎푤푎푙 (푔)− 푏표푏표푡 푠푎푚푝푒푙 푎푘ℎ푖푟 (푔)
푏표푏표푡 푎푤푎푙 푠푎푚푝푒푙 (푔) 푥 100
퐿푂퐷 = 푏표푏표푡 푠푎푚푝푒푙 푎푤푎푙 (푔)− (푏표푏표푡 푎푘ℎ푖푟 − 푏표푏표푡 푘표푠표푛푔)
푏표푏표푡 푎푤푎푙 푠푎푚푝푒푙 (푔) 푥 100
퐿푂퐷 푆푎푚푝푒푙 퐴 = 2,0043 푔− (14,9246 − 12,9439)푔
2,0043 푔 푥 100 = 1,1775 %
퐿푂퐷 푆푎푚푝푒푙 퐵 = 2,0028 푔 − (20,4782 − 18,5114)푔
2,0028 푔 푥 100 = 1,7975 %
34
Lampiran 5 Perhitungan Nilai Rf Identifikasi Glikuidon dengan KLT
푅푓 = 푗푎푟푎푘 푡푒푚푝푢ℎ 푒푙푢푒푛 (푐푚)
푗푎푟푎푘 푠푝표푡 (푐푚)
Standar A (AR-DF 26-SE)
푅푓 = 11,80 푐푚16,00 푐푚 = 0,74
Standar B (AR-DF 26-SE)
푅푓 = 11,70 푐푚16,00 푐푚 = 0,73
Standar Dekomposisi (AR-DF 26-Sulfonamida)
푅푓 = 10,25 푐푚16,00 푐푚 = 0,64
Sampel A
푅푓 = 11,80 푐푚16,00 푐푚 = 0,73
Sampel B
푅푓 = 11,75 푐푚16,00 푐푚 = 0,73
35
Lampiran 6 Perhitungan Penentuan Glikuidon dengan Spektrofotometri UV
Larutan stok :
[푠푡표푘] = 50,48 푚푔
100 푚푙 푥 1000 푚푙
1 퐿 = 504,8푚푔퐿 = 504,8 푝푝푚
Deret Standar :
푉 푥 푁 = 푉 푥푁
[푠푡푎푛푑푎푟1] = 5 푚푙 푥 504,8 푝푝푚
50 푚푙 = 50,48 푝푝푚
[푠푡푎푛푑푎푟2] = 10 푚푙 푥 504,8 푝푝푚
50 푚푙 = 100,96 푝푝푚
[푠푡푎푛푑푎푟3] = 15 푚푙 푥 504,8 푝푝푚
50 푚푙 = 151,44 푝푝푚
[푠푡푎푛푑푎푟4] = 20 푚푙 푥 504,8 푝푝푚
50 푚푙 = 201,92 푝푝푚
[푠푡푎푛푑푎푟5] = 25 푚푙 푥 504,8 푝푝푚
50 푚푙 = 252,4 푝푝푚
Kadar glikuidon dalam sampel : Persamaan garis : y = 0,0063 + 0,005x
[푔푙푖푘푢푖푑표푛] = 푦 − 0,0063
0,005
Sampel A-1 (ulangan 1)
[푔푙푖푘푢푖푑표푛] = 0,537 − 0,0063
0,005 = 106,14 푝푝푚
Sampel A-2 (ulangan 2)
[푔푙푖푘푢푖푑표푛] = 0,501 − 0,0063
0,005 = 98,94 푝푝푚
Sampel B-1 (ulangan 1)
[푔푙푖푘푢푖푑표푛] = 0,503 − 0,0063
0,005 = 99,34 푝푝푚
Sampel B-2 (ulangan 2)
[푔푙푖푘푢푖푑표푛] = 0,536 − 0,0063
0,005 = 105,94 푝푝푚
36
%b/b Glikuidon dalam sampel :
% 푏푏 =
푏표푏표푡 푔푙푖푘푢푖푑표푛 푑푎푙푎푚 푠푎푚푝푒푙 (푔)푏표푏표푡 푠푎푚푝푒푙 (푔) 푥 100
Sampel A-1 (ulangan 1)
% 푏푏 =
106,14 푚푔퐿 푥 50 푚푙10 푚푙 푥 0,1 퐿
400,4 푚푔 푥 100 = 13,28 %
푚푔푡푎푏푙푒푡 =
푚푔 푔푙푖푘푢푖푑표푛푏표푏표푡 푠푎푚푝푒푙 (푚푔) 푥 푏표푏표푡 푟푒푟푎푡푎 푡푎푏푙푒푡 (푚푔)
= 106,14 푚푔퐿 푥 50 푚푙
10 푚푙 푥 0,1 퐿400,4 푥 237,70 푚푔 = 31,58푚푔 푡푎푏푙푒푡
Sampel A-2 (ulangan 2)
% 푏푏 =
98,94 푚푔퐿 푥 50 푚푙10 푚푙 푥 0,1 퐿
400,2 푚푔 푥 100 = 12,36 %
푚푔푡푎푏푙푒푡 =
푚푔 푔푙푖푘푢푖푑표푛푏표푏표푡 푠푎푚푝푒푙 (푚푔) 푥 푏표푏표푡 푟푒푟푎푡푎 푡푎푏푙푒푡 (푚푔)
= 98,94 푚푔퐿 푥 50 푚푙
10 푚푙 푥 0,1 퐿400,2 푥 237,70 푚푔 = 29,38푚푔 푡푎푏푙푒푡
Sampel B-1 (ulangan 1)
% 푏푏 =
99,34 푚푔퐿 푥 50 푚푙10 푚푙 푥 0,1 퐿
401,8 푚푔 푥 100 = 12,36 %
푚푔푡푎푏푙푒푡 =
푚푔 푔푙푖푘푢푖푑표푛푏표푏표푡 푠푎푚푝푒푙 (푚푔) 푥 푏표푏표푡 푟푒푟푎푡푎 푡푎푏푙푒푡 (푚푔)
= 99,34 푚푔퐿 푥 50 푚푙
10 푚푙 푥 0,1 퐿401,8 푥 239,85 푚푔 = 29,65푚푔 푡푎푏푙푒푡
Sampel B-2 (ulangan 2)
% 푏푏 =
105,94 푚푔퐿 푥 50 푚푙10 푚푙 푥 0,1 퐿
400,3 푚푔 푥 100 = 13,23 %
푚푔푡푎푏푙푒푡 =
푚푔 푔푙푖푘푢푖푑표푛푏표푏표푡 푠푎푚푝푒푙 (푚푔) 푥 푏표푏표푡 푟푒푟푎푡푎 푡푎푏푙푒푡 (푚푔)
= 105,94푚푔퐿 푥 50 푚푙
10 푚푙 푥 0,1 퐿400,3 푥 239,85 푚푔 = 31,74푚푔 푡푎푏푙푒푡