Analisis Kualitas Tablet Anti Diabetes dengan Kromatografi Kertas dan Spektrofotometri Ultraviolet

44
ANALISIS KUALITAS TABLET ANTIDIABETES DENGAN METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET NATALIA DEBORA PANGGABEAN PROGRAM KEAHLIAN ANALISIS KIMIA PROGRAM DIPLOMA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

description

Laporan Akhir Natalia D Panggabean,

Transcript of Analisis Kualitas Tablet Anti Diabetes dengan Kromatografi Kertas dan Spektrofotometri Ultraviolet

Page 1: Analisis Kualitas Tablet Anti Diabetes dengan Kromatografi Kertas dan Spektrofotometri Ultraviolet

ANALISIS KUALITAS TABLET ANTIDIABETES

DENGAN METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS DAN SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET

NATALIA DEBORA PANGGABEAN

PROGRAM KEAHLIAN ANALISIS KIMIA PROGRAM DIPLOMA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2011

Page 2: Analisis Kualitas Tablet Anti Diabetes dengan Kromatografi Kertas dan Spektrofotometri Ultraviolet

ABSTRAK

NATALIA DEBORA PANGGABEAN. Analisis Kualitas Tablet Antidiabetes dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis dan Spektrofotometri Ultraviolet. Dibimbing oleh ADI SANTOSO dan NIKE KUSUMAWATI

Analisis kualitas tablet glikuidon dilakukan sebagai salah satu syarat pelulusan produk yang meliputi analisis kondisi fisik dan kimia tablet. Analisis kondisi fisik meliputi bau, warna, ciri, dimensi, kekerasan tablet dan Loss on Drying (LOD). Identifikasi zat aktif dan senyawa degradasinya dalam tablet dilakukan dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) sedangkan penentuan kadar bahan aktif (glikuidon) dalam tablet dilakukan dengan Spektrofotometri Ultraviolet. Sampel produk yang diuji ternyata sesuai dengan seluruh spesifikasi yang ditetapkan baik secara fisik maupun kimia. Identifikasi dengan KLT didapatkan spot standar glikuidon identik dengan spot sampel dan tidak terbentuk spot AR-DF 26-Sulfonamida pada plat KLT yang dideteksi di bawah sinar lampu ultraviolet. Glikuidon yang terkandung dalam sampel tablet A sebesar 30,48 mg/tablet dan 30,69 mg/tablet pada sampel tablet B. Kata Kunci : Glikuidon, antidiabetes, kromatografi lapis tipis, spektrofotometri

ultraviolet

ABSTRACT

NATALIA DEBORA PANGGABEAN. Quality analysis of Antidiabetic Tablets by Thin Layer Chromatography and Ultraviolet Spectrophotometry Method. Under direction by ADI SANTOSO and NIKE KUSUMAWATI

Quality analysis of gliquidone tablet performed as a condition of release products that include physical and chemical analysis of tablets. Analysis of physical conditions includes odor, color, features, dimensions, hardness and Loss on Drying (LOD) of tablets. Identification of active substances and compounds degradation products in tablets using Thin Layer Chromatography (TLC) method while the determination of the active ingredient (gliquidone) in tablets using Ultraviolet Spectrophotometry method. Samples were tested in accordance with all specifications set out both physically and chemically. Identification by TLC spot obtained gliquidone standard is identical with the sample spot and no spot AR-DF 26-sulfonamide were formed on TLC plates were detected under ultraviolet light. Gliquidone contained in the tablet sample A was 30.48 mg/tablet and 30.69 mg/tablet in sample B. Kata Kunci : Gliquidone, antidiabetic, thin layer chromatography, ultraviolet

spectrophotometry

Page 3: Analisis Kualitas Tablet Anti Diabetes dengan Kromatografi Kertas dan Spektrofotometri Ultraviolet

ANALISIS KUALITAS TABLET ANTIDIABETES DENGAN METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

DAN SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET

NATALIA DEBORA PANGGABEAN

Laporan Praktik Kerja Lapangan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Ahli Madya pada Program Keahlian Analisis Kimia

PROGRAM KEAHLIAN ANALISIS KIMIA PROGRAM DIPLOMA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2011

Page 4: Analisis Kualitas Tablet Anti Diabetes dengan Kromatografi Kertas dan Spektrofotometri Ultraviolet

Judul : Analisis Kualitas Tablet Antidiabetes dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis dan Spektrofotometri Ultraviolet

Nama : Natalia Debora Panggabean NIM : J3L108022 Program Keahlian : Analisis Kimia

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Pembimbing Lapangan

Dr. Drs. Adi Santoso, M.Si Nike Kusumawati, S.Farm, Apt. NIP. 19580705 198903 1 007

Mengetahui,

Direktur Program Diploma

Koordinator Program Keahlian

Prof. Dr. Ir. M. Zairin Junior, M.Sc Armi Wulanawati, S.Si, M.Si NIP. 19590218 198601 1 001 NIP. 19690725 200003 2 001

Tanggal Lulus :

Page 5: Analisis Kualitas Tablet Anti Diabetes dengan Kromatografi Kertas dan Spektrofotometri Ultraviolet

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat,

karunia dan penyertaan-Nya sehingga laporan PKL mengenai “Analisis Kualitas

Tablet Antidiabetes dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis dan

Spektrofotometri Ultraviolet” dapat diselesaikan dengan baik. Kegiatan PKL

dilaksanakan dari tanggal 1 Maret sampai 29 April 2011 di Laboratorium

Pengawas Mutu (Quality Control) PT.Boehringer Ingelheim Indonesia (BII),

jalan Lawang Gintung 89 Bogor, Jawa Barat.

Laporan PKL ini merupakan salah satu syarat kelulusan untuk mendapatkan

gelar A.Md (Ahli Madya) pada program keahlian Analisis Kimia. Penyusunan

laporan PKL berhasil karena adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak.

Terima kasih kepada Bapak Dr.Drs.Adi Santoso,M.Si., selaku pembimbing

Instansi dan Ibu Nike Kusumawati, S.Farm, Apt., selaku pembimbing lapangan,

yang telah membantu mengarahkan dan membimbing penulis dalam

menyelesaikan laporan PKL ini, juga terlebih pada kedua orang tua Rommel

Sotardodo Panggabean dan Evelina Siregar serta keluarga terkasih, Irene, Putri,

Rafael, dan Sarah, yang dengan luar biasa selalu mendukung serta mendoakan.

Terima kasih penulis sampaikan teruntuk rekan-rekan Analisis Kimia

angkatan 45 serta sahabat-sahabat Matahari dan PPNH HKBP Cibinong yang

selalu mendukung dan membantu baik fisik maupun moril dalam penyusunan

laporan ini. Serta kepada para analis Laboratorium Pengawas Mutu PT.Boehringer

Ingelheim Indonesia yang mendampingi dan membimbing penulis selama PKL.

Penulis memahami ada banyak kesalahan yang terdapat dalam laporan PKL ini.

Oleh sebab itu, penulis mengharapkan adanya masukan yang sifatnya membangun

demi kesempurnaan dan perbaikan laporan PKL ini.

Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis dan

bagi semua pembacanya.

Bogor, Juni 2011

Natalia Debora Panggabean

Page 6: Analisis Kualitas Tablet Anti Diabetes dengan Kromatografi Kertas dan Spektrofotometri Ultraviolet

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Natalia Debora Panggabean. Lahir di Bogor pada tanggal

26 Desember 1990 dari pasangan Rommel Sotardodo Panggabean dan Evelina

Siregar. Penulis merupakan anak pertama dari 5 bersaudara. Penulis

menyelesaikan pendidikan menengahnya di SMA Negeri 1 Cibinong pada tahun

2008 dan melanjutkan studinya setelah diterima di Diploma IPB Bogor dengan

mengambil Program Keahlian Analisis Kimia angkatan 45 lewat jalur USMI

(Undangan Seleksi Masuk IPB) pada tahun 2008. Penulis ikut serta dalam

Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) Tahun 2010 yang di laksanakan oleh

Direktorat Perguruan Tinggi (DIKTI) dan mendapat kesempatan melaksanakan

PKM yang didanai DIKTI ini dalam bidang Penerapan Teknologi dengan judul

“Aplikasi dan Modifikasi Elektroda Presipitator Sebagai Solusi Pengurangan

Intensitas Polusi dan Efek Rumah Kaca”

Page 7: Analisis Kualitas Tablet Anti Diabetes dengan Kromatografi Kertas dan Spektrofotometri Ultraviolet

DAFTAR ISI Halaman

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... v

DAFTAR TABEL......................................................................................... v

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. v

I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1 1.2 Tujuan ............................................................................................ 2 1.3 Waktu dan Tempat ......................................................................... 2

II KEADAAN UMUM PT BOEHRINGER INGELHEIM INDONESIA (PT.BII) .................................................................................................... 3

2.1 Sejarah dan Perkembangan ............................................................. 3 2.2 Visi dan Misi .................................................................................. 4 2.3 Tugas dan Fungsi Laboratorium Pengawasan Mutu ........................ 5 2.4 Kegiatan Laboratorium ................................................................... 5 2.5 Struktur Organisasi ......................................................................... 6

III TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 7 3.1 Diabetes ......................................................................................... 7 3.2 Antidiabetika Oral .......................................................................... 8 3.3 Glikuidon sebagai Zat Antidiabetik Oral ......................................... 8 3.4 Kromatografi Lapis Tipis.............................................................. 10 3.5 Spektrofotometri Ultraviolet ......................................................... 10

IV BAHAN DAN METODE ...................................................................... 12 4.1 Alat dan Bahan ............................................................................. 12 4.2 Prosedur ....................................................................................... 12

4.2.1 Penentuan Dimensi dan Kekerasan Tablet .......................... 12 4.2.2 Pengukuran Keseragaman Bobot ........................................ 12 4.2.3 Penentuan LOD (Loss on Drying) ...................................... 13 4.2.4 Identifikasi Glikuidon dan AR-DF 26-Sulfonamida dengan

KLT ................................................................................... 13 4.2.5 Pengukuran Kandungan Glikuidon dalam Tablet dengan

Spektrofotometri Ultraviolet (UV) ..................................... 15

V HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................ 16 5.1 Analisis Kondisi Fisik Tablet ....................................................... 16 5.2 Analisis LOD (Loss on Drying) Tablet ........................................ 19 5.3 Identifikasi Glikuidon dan AR-DF 26-Sulfonamida dengan KLT 20 5.4 Penentuan Kadar Glikuidon dengan Spektrofotometri UV ........... 22

VI SIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 26 6.1 Simpulan ...................................................................................... 26 6.2 Saran ............................................................................................ 26

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 27

LAMPIRAN ............................................................................................... 29

Page 8: Analisis Kualitas Tablet Anti Diabetes dengan Kromatografi Kertas dan Spektrofotometri Ultraviolet

DAFTAR GAMBAR Halaman

1 Logo PT.Boehringer Ingelheim ....................................................................... 4

2 Struktur kimia glikuidon .................................................................................. 9

3 Skema spektrofotometer UV-Vis berkas rangkap........................................... 11

4 Plat KLT untuk identifikasi senyawa dalam tablet antidiabetik ...................... 14

5 Hasil identifikasi glikuidon dengan KLT ....................................................... 22

6 Kurva standar glikuidon pada panjang gelombang 310 nm ............................ 24

DAFTAR TABEL Halaman

1 Hasil pengamatan kondisi fisik antidiabetes tablet ......................................... 16

2 Hasil pengukuran dimensi dan kekerasan tablet antidiabetes .......................... 17

3 Hasil pengukuran keseragaman bobot tablet antidiabetes ............................... 18

4 Hasil penentuan LOD (Lost on Drying) tablet antidiabetes ............................ 19

5 Identifikasi glikuidon dalam tablet antidiabetes dengan KLT ......................... 21

6 Pengukuran absorbansi standar AR-DF 26-SE (Glikuidon) ............................ 24

7 Penentuan kandungan glikuidon dalam sampel tablet antidiabetes ................. 24

DAFTAR LAMPIRAN Halaman

1 Struktur organisasi laboratorium QC PT.BII .................................................. 30

2 Spektrum absorbansi glikuidon pada 280-360 nm ....................................... 31

3 Perhitungan uji keseragaman bobot tablet antidiabetes .................................. 32

4 Perhitungan penentuan LOD tablet antidiabetes ............................................. 33

5 Perhitungan nilai Rf identifikasi glikuidon dengan KLT ................................ 34

6 Perhitungan penentuan glikuidon dengan spektrofotometri UV ..................... 35

Page 9: Analisis Kualitas Tablet Anti Diabetes dengan Kromatografi Kertas dan Spektrofotometri Ultraviolet

1

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perkembangan pesat dalam berbagai bidang kehidupan menuntut

masyarakat untuk bertindak serba praktis untuk efisiensi waktu dan kerja,

termasuk dalam memilih makanan. Masyarakat cenderung memilih makanan yang

praktis, cepat dan mudah di dapat akibatnya timbul pola makan yang tidak sehat

yang memicu berbagai jenis penyakit, salah satunya diabetes mellitus (DM).

Tahun 2000 jumlah penderita DM di Indonesia meningkat cukup signifikan dan

diperkirakan pada tahun 2030 mencapai 21,3 juta orang, umumnya terjadi pada

masyarakat yang gaya hidupnya tidak sehat (BPOM 2010).

Penderita diabetes seringkali mengalami kondisi hiperglikemia (kadar gula

dalam darah meningkat) dan hipoglikemia (kadar gula darah menurun). Penyakit

ini dapat terjadi pada semua lapisan umur dan bersifat menahun atau kronik,

namun lebih dari 50% penderita tidak menyadari bahwa ia mengidap DM dan

tidak mendapatkan penanganan medis yang tepat sehingga timbul berbagai

komplikasi kronik yang dapat berakibat fatal (Zuhrotun 2007).

Diabetes merupakan penyakit kronik yang tidak menyebabkan kematian

secara langsung, tetapi dapat berakibat fatal apabila pengelolaannya tidak tepat.

Pengelolaan diabetes meliputi penanganan secara multidisiplin dan terapi dengan

obat maupun non obat (Wulandari 2009). Terapi yang paling banyak digunakan

adalah terapi obat secara oral. Namun dalam penanggulangan diabetes, obat hanya

merupakan pelengkap dari diet dan hanya perlu diberikan bila pengaturan diet

secara maksimal tidak berkhasiat mengendalikan kadar gula darah. Obat

antidiabetes oral mungkin berguna untuk penderita yang alergi terhadap insulin

atau yang tidak menggunakan suntikan insulin, namun penggunaannya harus

dipahami, agar ada kesesuaian dosis dengan indikasinya, tanpa menimbulkan

hipoglikemia (Studiawan 2005).

Obat antidiabetes yang diuji merupakan salah satu obat antidiabetika oral

produksi PT.Boehringer Ingelheim Indonesia, yang banyak digunakan di

Indonesia dengan kandungan glikuidon sebesar 30 mg sebagai bahan aktif obat

tersebut (Boehringer Ingelheim 2006). Antidiabetika oral terbagi menjadi

beberapa golongan salah satunya yaitu golongan sulfonilurea meliputi

Page 10: Analisis Kualitas Tablet Anti Diabetes dengan Kromatografi Kertas dan Spektrofotometri Ultraviolet

2

klorpropamida, glikazida, glibenklamida, glipizida, glikuidon dan tolbutamida.

Golongan obat ini bekerja dengan menstimulasi sel beta pankreas untuk

melepaskan insulin yang tersimpan (BPOM 2010).

Proses produksi obat antidiabetik tablet ini di PT.Boehringer Ingelheim

Indonesia mencakup beberapa tahap salah satunya adalah analisis kualitas sediaan

tablet secara fisik maupun kimia sebagai salah satu syarat penting dalam pelulusan

produk untuk dipasarkan. Analisis kualitas yang dilakukan oleh unit Laboratorium

Pengawas Mutu (Quality Control) meliputi analisis kondisi fisik dan kimia tablet.

Analisis kondisi fisik meliputi bau, warna, ciri, dimensi, kekerasan tablet dan Loss

on Drying (LOD). Analisis sifat kimia tablet meliputi identifikasi zat aktif dan

senyawa degradasinya dalam tablet dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan

penentuan kadar bahan aktif obat (glikuidon) dalam sediaan tablet dengan

Spektrofotometri Ultraviolet (Boehringer Ingelheim 2006).

Hasil uji yang didapatkan akan dibandingkan dengan spesifikasi yang telah

ditetapkan oleh Departemen Penelitian dan Pengembangan (Research and

Development) Boehringer Ingelheim di Jerman. Produk yang sesuai dengan

seluruh spesifikasi obat selanjutnya akan di kemas dan dipasarkan. Keseluruhan

uji tersebut dilakukan untuk memastikan kualitas produk yang akan dipasarkan ke

konsumen.

1.2 Tujuan

Kegiatan bertujuan menentukan kualitas obat antidiabetes produksi

PT.Boehringer Ingelheim Indonesia meliputi analisis kondisi fisik tablet,

identifikasi glikuidon dalam tablet dengan metode Kromatografi Lapis Tipis dan

penentuan kadar glikuidon dengan metode Spektrofotometri Ultraviolet.

1.3 Waktu dan Tempat

Kegiatan dilaksanakan tanggal 1 Maret 2011 sampai 29 April 2011 di

Laboratorium Pengawas Mutu (Quality Control) PT. Boehringer Ingelheim

Indonesia yang berlokasi di jalan Lawang Gintung No.89 Bogor, Jawa Barat.

Page 11: Analisis Kualitas Tablet Anti Diabetes dengan Kromatografi Kertas dan Spektrofotometri Ultraviolet

II KEADAAN UMUM PT BOEHRINGER INGELHEIM INDONESIA (PT.BII)

2.1 Sejarah dan Perkembangan

PT.Boehringer Ingelheim merupakan perusahaan keluarga yang didirikan

oleh Albert Boehringer di Ingelheim am Rhein pada tahun 1885 dengan jumlah

karyawan 20 orang. Sepuluh tahun kemudian pada tahun 1895, Boehringer

berhasil menemukan terobosan baru bahwa bakteri dapat digunakan untuk

memproduksi asam laktat dalam jumlah komersil dan PT. Boehringer Ingelheim

menjadi pioneer dalam skala besar produksi bioteknologi. Seiring dengan

berjalannya waktu, saat ini PT. Boehringer Ingelheim menjadi sebuah perusahaan

multinasional dengan 144 perusahaan dan 36.000 karyawan yang tersebar di

seluruh dunia.

Produksi dan pemasaran obat-obatan PT.Boehringer Ingelheim Indonesia

dirintis sejak tahun 1969, produk-produk PT.Boehringer Ingelheim Indonesia

mulai memasuki pasar Indonesia dan juga dunia kedokteran. Sekitar tahun 1974

dimulai kegiatan produksi dan pemasaran yang berada di bawah payung

kerjasama antara PT. Boehringer Ingelheim Indonesia dengan PT.Schering

Indonesia. Kantor pusat PT. Boehringer Ingelheim dan PT. Schering AG di

Berlin setuju untuk saling mengakhiri kerjasama di Indonesia pada tahun 1997

dan berlaku efektif pada akhir tahun 2002.

Kantor pusat PT.Boehringer Ingelheim menyetujui dibentuknya

PT.Boehringer Ingelheim Indonesia dengan 100% kepemilikan pada tahun 1997.

Presiden direktur yang pertama adalah Bapak Ron Scobie. Tahun 2001 kantor

pusat PT.Boehringer Ingelheim menyetujui pembelian pabrik Rhone Pholenc

Rorer dan persetujuan ”toll manufacturing” dengan PT. Aventis Pharma. PT.

Boehringer Ingelheim Indonesia menempati lahan seluas 26.035 m2, yang

berlokasi di Jalan Lawang Gintung 89 Bogor. Proyek renovasi dimulai pada bulan

September 2001 yang meliputi pembangunan fasilitas produksi sediaan cair, padat

dan setengah padat. Juga dibangun sistem pergudangan, laboratorium untuk

kontrol kualitas dan kantor administrasi. Gedung dan fasilitasnya di desain

sedemikian rupa untuk memenuhi persyaratan Cara Pembuatan Obat yang Baik

(CPOB) dengan standar keamanan internasional dan tingkat pelayanan yang

Page 12: Analisis Kualitas Tablet Anti Diabetes dengan Kromatografi Kertas dan Spektrofotometri Ultraviolet

4

berkualitas yang dibutuhkan untuk suatu industri farmasi modern. Proses

produksi mengikuti petunjuk yang dipersyaratkan menurut standar CPOB.

Fasilitas dan proses produksi telah diperiksa oleh Badan Pengawasan Obat dan

Makanan (BPOM) dan di audit secara resmi oleh Departemen “Safety Quality and

Enviromental” dari kantor pusat perusahaan di Jerman.

Bagian produksi sediaan padat dihasilkan berbagai jenis sediaan yang

meliputi tablet, tablet salut gula, tablet salut film. Bagian produksi sediaan cair di

produksi berbagai macam sediaan cair seperti sirup, obat tetes dan larutan,

diantaranya merek dagang Bisolvon yang banyak dikenal di pasaran. Bagian

produksi setengah padat dihasilkan beberapa jenis produk seperti Dulcolax

Suppositoria dan Movicox Suppositoria. Selain proses produksi ada pula proses

pengemasan lalu penyimpanan di gudang dan juga fasilitas yang lengkap untuk

melakukan pengujian mutu obat dan komponen-komponennya. Bagian ini

bertanggung jawab untuk menyetujui suatu hasil produksi sebelum beredar di

pasaran.

Produk-produk PT.Boehringer Ingelheim Indonesia antara lain yaitu

Bisolvon (sirup/tablet), Kiddi (sirup), Dulcolax (suppositoria/tablet), Pharmaton

formula, Catapres, Glurenorm, Alupent (tablet), Bisoltusin, Combivent,

Dulcolactol (sirup), Mucopect (tablet/kapsul/drop/sirup), Buscopan (tablet).

2.2 Visi dan Misi

PT.Boehringer Ingelheim Indonesia memiliki visi yaitu “Value through

Innovation”. Visi inilah yang menjadikan penelitian sebagai nafas bagi

PT.Boehringer Ingelheim Corporation. Visi ini menunjukkan kesungguhan

PT.Boehringer Ingelheim untuk terus berinovasi dalam menciptakan produk-

produk yang berkualitas dalam bidang farmasi khususnya. Logo PT.Boehringer

Ingelheim yaitu sebagai berikut :

Gambar 1 Logo PT.Boehringer Ingelheim

Page 13: Analisis Kualitas Tablet Anti Diabetes dengan Kromatografi Kertas dan Spektrofotometri Ultraviolet

5

2.3 Tugas dan Fungsi Laboratorium Pengawasan Mutu

Laboratorium Pengawasan Mutu PT.Boehringer Ingelheim Indonesia bertugas mengendalikan dan mengawasi produk yang dihasilkan oleh

PT.Boehringer Ingelheim Indonesia dari bahan baku sampai produk jadi dengan

mengontrol kemantapan kualitas produk.

Pemeriksaan dibagian pengawasan mutu (Quality Control) dilakukan

berdasarkan standardisasi atau spesifikasi yang telah ditentukan untuk setiap

bahan yang dianalisis. Bagian pengawasan mutu mempunyai aturan dan tugas

yang telah digariskan untuk menjamin kualitas produk. Tugas tersebut antara lain

mempersiapkan instruksi yang telah tertulis dalam pelaksanaan uji analisis,

mengontrol dan memeriksa mutu bahan baku, menilai kondisi penyimpanan bahan

baku dan produk jadi, mengevaluasi produk yang meliputi pemeriksaan fisik,

kimia, mikrobiologi, serta membuat keputusan terakhir sebelum dipasarkan,

mengontrol mutu produk selama proses dan setelah jadi (stabilitas produk selama

penyimpanan). Tujuan pemeriksaan yang dilakukan di laboratorium pengendalian

mutu adalah menjamin kualitas hasil produksi secara keseluruhan termasuk

kadaluarsa dan kestabilan obat selama masa distribusi dan penyimpanan demi

menjaga nama baik perusahaan.

2.4 Kegiatan Laboratorium

PT. Boehringer Ingelheim Indonesia menetapkan Bagian Kendali Mutu,

untuk menunjang CPOB yang berarti mengikutsertakan semua unsur yang terlibat

dalam suatu produksi, yaitu: material, metode, alat, dan lingkungan kerja. Formula

yang digunakan agar didapat obat yang sesuai dengan CPOB yaitu, master

formula yang merupakan suatu catatan yang berisi tentang spesifikasi formula

tetap, identifikasi komposisi produksi, cara pembuatan, sistem pemeliharaan, dan

prosedur pengambilan contoh atau sampling.

Karyawan PT. Boehringer Ingelheim Indonesia umumnya dan analis pada

Laboratorium Pengawas Mutu khususnya, secara berkala menjalani pelatihan

antara lain mengenai manajemen, pengoperasian instrumen analisis, pengelolaan

limbah farma dan kebersihan lingkungan maupun mengenai CPOB sehingga

diharapkan dapat menjamin mutu kerja dan produk yang dihasilkan.

Page 14: Analisis Kualitas Tablet Anti Diabetes dengan Kromatografi Kertas dan Spektrofotometri Ultraviolet

6

Laboratorium Pengawas Mutu PT. Boehringer Ingelheim Indonesia setiap

harinya melalukan analisis kualitatif dan kuantitatif baik untuk bahan baku,

produk antara, produk jadi siap edar hingga produk yang sengaja di simpan untuk

uji stabilitasnya. Analisis dilakukan dengan berbagai cara baik instrumental

maupun konvensional. Instrumen KCKT (Kromatografi Cair Kinerja Tinggi)

sebanyak 11 unit digunakan setiap harinya untuk analisis rutin produk. Instrumen

lainnya yaitu Spektrofotometer UV-Vis, Spektrofotometer Infra Merah

Transformasi Fourier, Dissolution Tester, Disintegration Tester dan KFT (Karl

Fisher Titrator), Viskometer Anton Paar, Densitometer Anton Paar, Hardness

Dimention Tester, Polarimeter, KG (Kromatografi Gas), SSA (Spektrofotometer

Serapan Atom), Spectroquant KIT dan instrumen-instrumen lainnya.

2.5 Struktur Organisasi

Organisasi yang ada di PT. PT.Boehringer Ingelheim Indonesia dipimpin

oleh Presiden Direktur yang membawahi salah satunya Direktur pabrik yang

terdiri dari 4 (empat) departemen, antara lain: Depatemen Produksi, Departemen

Teknik, Departemen Manajemen Supply Chain, dan Departemen Manajemen

Mutu dimana masing-masing dikepalai oleh satu kepala departemen. Struktur

organisasi Departemen Manajemen Mutu, terdiri dari: Jaminan Mutu (Quality

Assurance), Pengendalian Mutu (Quality Control) dan EHS (Environmental

Health and Safety). Bagian Jaminan Mutu terdiri dari Administrasi Manajemen

Mutu, pendokumentasian, pelatihan, dan pengeluhan obat kualifikasi, validasi,

stabilitas. Sedangkan pada bagian Pengendalian Mutu terdiri dari kepala bagian,

QC area leader, analis – analis di laboratorium, serta pengendali bahan kemasan.

Struktur organisasi Departemen Pengawasan Mutu PT.Boehringer Ingelheim

Indonesia secara umum dapat dilihat pada Lampiran 1.

Page 15: Analisis Kualitas Tablet Anti Diabetes dengan Kromatografi Kertas dan Spektrofotometri Ultraviolet

7

III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Diabetes

Diabetes melitus secara umum digambarkan sebagai suatu kondisi kronis

ketika tubuh tidak mampu mengubah makanan menjadi energi sebagaimana

mestinya. Penyakit metabolik diabetes ditandai dengan kadar glukosa darah yang

melebihi normal (hiperglikemia) karena kelainan sekresi insulin (kekurangan

insulin atau tidak adanya insulin), kelainan kerja insulin, atau kedua-duanya

(DEPKES RI 2005). Pankreas penderita diabetes melitus biasanya hanya

menghasilkan sedikit insulin atau bahkan tidak sama sekali. Insulin merupakan

suatu zat atau hormon yang dihasilkan pankreas dan bertugas untuk memasukkan

glukosa ke dalam sel, sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar (energi) oleh

sel tubuh (BPOM 2010).

Glukosa darah dapat diedarkan ke dalam sel melalui reseptor insulin, namun

pada kondisi terjadi gangguan pada reseptor, glukosa darah gagal diantarkan ke

dalam sel tubuh dan menetap di pembuluh darah. Sel tubuh akan merespon hal

tersebut dengan mengirimkan tanda bahwa sel belum memperoleh glukosa,

akibatnya glukosa terus di produksi untuk dapat memenuhi kebutuhan sel, namun

karena glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel maka lama kelamaan terjadi

peningkatan glukosa dalam darah (DEPKES RI 2005).

The American Diabetic Association membedakan diabetes melitus (DM)

menjadi DM-1 untuk kekurangan insulin yang mutlak, DM-2 yang bercirikan

resistensi insulin dan kekurangan sekresi insulin, DM-3 yang disebabkan oleh

gangguan endokrin dan DM-4 yaitu diabetes gestasional (Adnyana 2004). DM-1

terjadi karena tubuh mutlak membutuhkan insulin dan terapi yang diberikan

biasanya berupa injeksi insulin karena tubuh tidak dapat memproduksi insulin,

biasanya disebabkan faktor keturunan, sedangkan DM-2 adalah penyakit

hiperglikemia akibat insensitivitas sel terhadap insulin dan sekresi insulin yang

abnormal (DEPKES RI 2005), yang ditandai dengan berkurangnya sekresi insulin,

produksi glukosa yang berlebihan di hepar, dan metabolisme lemak yang

abnormal. Insulin tetap dihasilkan oleh sel-sel beta pankreas karena itu DM-2

dianggap sebagai noninsulin dependent diabetes mellitus-NIDDM (Indari 2010).

Page 16: Analisis Kualitas Tablet Anti Diabetes dengan Kromatografi Kertas dan Spektrofotometri Ultraviolet

8

Penyakit ini dapat disebabkan faktor keturunan, infeksi yang disebabkan

virus tertentu, pola makan yang tidak sehat, stres, makan obat-obatan yang dapat

meningkatkan kadar gula darah dan sebagainya. Gejala yang sering ditemukan

yaitu rasa haus yang berlebihan, berat badan turun dengan cepat, cepat merasa

lapar, kesemutan pada jari tangan dan kaki, gatal-gatal, penglihatan jadi kabur,

luka atau bisul yang sukar sembuh dan keputihan (BPOM 2010).

3.2 Antidiabetika Oral

Obat antidiabetes oral mungkin berguna untuk penderita yang alergi

terhadap insulin atau yang tidak menggunakan suntikan insulin. Penggunaan

glikuidon harus dipahami, agar ada kesesuaian dosis dengan indikasinya, tanpa

menimbulkan hipoglikemia (Studiawan 2005). Obat antidiabetika oral digunakan

untuk pengobatan DM-2. Obat-obat ini hanya digunakan jika pasien gagal

memberikan respon terhadap setidaknya 3 bulan diet rendah karbohidrat dan

energi disertai aktivitas fisik yang dianjurkan, dan apabila setelah upaya

perubahan pola hidup, kadar gula darah tetap di atas 200 mg% dan HbAc1 di atas

8% (BPOM 2010).

Antidiabetika oral terbagi menjadi beberapa golongan salah satunya yaitu

golongan sulfonilurea. Obat golongan ini adalah klorpropamida, glikazida,

glibenklamida, glipizida, glikuidon dan tolbutamida. Golongan obat ini bekerja

dengan menstimulasi sel beta pankreas untuk melepaskan insulin yang tersimpan,

karena itu obat golongan ini hanya bermanfaat pada pasien yang masih

mempunyai kemampuan untuk mensekresi insulin (BPOM 2010).

3.3 Glikuidon sebagai Zat Antidiabetik Oral

Glikuidon adalah generasi kedua derivatif sulfonilurea dengan nama kimia

berdasarkan IUPAC yaitu [1-sikloheksil-3-[[p-[2-(3,4-dihidro-7-metoksi-4,4-

dimetil-1,3-diokso-2(1H)-isokuinolil)etil]fenil]sulfonil]urea], atau biasa disebut

dengan AR-DF 26-SE (Arayne 2010). Struktur kimia glikuidon adalah sebagai

berikut :

Page 17: Analisis Kualitas Tablet Anti Diabetes dengan Kromatografi Kertas dan Spektrofotometri Ultraviolet

9

Gambar 2 Struktur kimia glikuidon (Arayne 2006)

Glikuidon termasuk dalam kelas sulfonilurea dan secara praktis tidak larut

dalam air dan lingkungan asam tetapi sangat permeabel sesuai dengan klasifikasi

Biopharmaceutical System (BCS). Penyerapan secara oral diketahui lebih

seragam, cepat dan lengkap dengan bioavaibilitas yang sangat baik. Dosis

glikuidon adalah 15 mg sehari diberikan sebagai dosis tunggal sampai 30 menit

sebelum sarapan. Farmakokinetik, jadwal dan dosis glikuidon berpengaruh dalam

mengontrol kadar glukosa darah untuk mencegah hipoglikemia (Hindustan 2010).

Cincin benzena dan gugus sulfonilurea merupakan bagian yang memberikan sifat

bioaktif pada glikuidon sebagai hormon stimulasi pada sel beta pankreas.

Glikuidon dapat diminum sebagai dosis tunggal sebelum makan pagi

(Boehringer Ingelheim 2006). Tetapi pengendalian kadar gula darah yang lebih

baik akan tercapai kalau glikuidon diberikan dua kali atau tiga kali sehari dan

harus diminum sebelum makan. Hampir seluruh glikuidon diekskresi melalui

empedu dan usus karena itu glikuidon dapat diberikan pada pasien dengan

gangguan fungsi hati dan ginjal yang agak berat (BPOM 2010). Konsumsi tablet

glikuidon harus disertai petunjuk dokter mengenai dosis dan diet, yang

disesuaikan dengan metabolisme pasien secara individu (dosis berdasarkan tingkat

glukosa pada darah dan urine) dan harus dipatuhi dengan ketat. Pasien tidak boleh

berhenti minum obat tanpa berkonsultasi dengan dokter (Boehringer Ingelheim

2006).

Page 18: Analisis Kualitas Tablet Anti Diabetes dengan Kromatografi Kertas dan Spektrofotometri Ultraviolet

10

3.4 Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi lapis tipis dikembangkan oleh Ismailoff dan Schraiber pada

tahun 1938. Adsorben dilapiskan pada lempeng kaca atau alumunium yang

bertindak sebagai penunjang fase diam (Khopkar 1990). KLT merupakan

kromatografi adsorbsi dan adsorben bertindak sebagai fase stasioner. Dua sifat

yang penting dari penjerap adalah besar partikel dan homogenitasnya, karena

adhesi terhadap penyokong sangat bergantung pada dua sifat tersebut

(Sastrohamidjojo 2002). Kromatografi adsorpsi didasarkan pada retensi zat

terlarut oleh adsorpsi permukaan. Teknik ini berguna dalam pemisahan senyawa-

senyawa non polar dan konstituen-konstituen yang sulit menguap (Khopkar

1990).

Pelarut organik yang kuat dapat digunakan untuk efisiensi ekstraksi

senyawa dalam sampel. Perbedaan migrasi merupakan dasar pemisahan

kromatografi, tanpa perbedaan dalam kecepatan migrasi dari 2 senyawa, tidak

mungkin terjadi pemisahan. Deteksi senyawa-senyawa yang telah terpisahkan

oleh KLT dapat berupa penambahan pereaksi pewarna (dengan penyemprotan

atau pencelupan pada zat warna) dan di daerah UV gelombang pendek (radiasi

utama pada kira-kira 254 nm) atau gelombang panjang 365 nm (Hastomo 2008).

3.5 Spektrofotometri Ultraviolet

Spektrofotometri merupakan metode analisis yang didasarkan pada serapan

atau emisi radiasi elektromagnetik sebagai fungsi dari panjang gelombang

(Khopkar 1990). Spektrofotometri ultraviolet memanfaatkan sinar dengan panjang

gelombang 200-400 nm untuk daerah ultraviolet. Instrumen spektrofotometer UV

yang digunakan pada prinsipnya terdiri dari sumber radiasi, monokromator, sel,

fotosel, dan detektor. Sumber radiasi pada daerah ultraviolet adalah lampu

deuterium yang memberikan energi radiasi pada daerah yang tepat untuk

pengukuran dan mempertahankan intensitas sinar yang tetap selama pengukuran.

Monokromator berfungsi untuk melewatkan sinar monokromatis ke zat yang di

ukur (Underwood 2002).

Eksitasi molekul yang disebabkan oleh radiasi ultraviolet melibatkan transisi

elektron dan proses ini dipengaruhi oleh distribusi elektron dalam molekul

Page 19: Analisis Kualitas Tablet Anti Diabetes dengan Kromatografi Kertas dan Spektrofotometri Ultraviolet

11

keseluruhan. Posisi puncak serapan berkaitan dengan gugus fungsi dan

dipengaruhi oleh struktur molekul (Sastrohamidjojo 2001). Hukum Lambert-Beer

menyatakan bila cahaya monokromatik melewati medium tembus cahaya, maka

intensitas sinar yang diteruskan berkurang dengan bertambahnya ketebalan

medium yang mengabsorpsi, dan intensitas cahaya monokromatik berkurang

secara eksponensial dengan bertambahnya konsentrasi zat penyerap secara liniear

(Underwood 2002). Berikut merupakan skema pada spektrofotometer ultraviolet

berkas rangkap :

Gambar 3 Skema Spektrofotometer UV-Vis Berkas Rangkap (Harvey 2000)

Page 20: Analisis Kualitas Tablet Anti Diabetes dengan Kromatografi Kertas dan Spektrofotometri Ultraviolet

12

IV BAHAN DAN METODE 4.1 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan ialah neraca analitik, mortar dan vestle, cawan

petri, gegep besi, desikator, oven, bejana KLT dan tutupnya, gelas ukur 100 ml,

gelas ukur 50 ml, tabung sentrifusa, sentrifusa, gelas piala 100 ml, microsyringe

25 L, pensil, gunting, penggaris, kuvet gelas 1 cm, labu takar 100 ml, labu takar

50 ml, pipet volumetrik 10 ml, pipet Mohr 5 ml, bulb, ultrasonic cleaner, rak

tabung, dan spektrofotometer UV-Vis.

Bahan-bahan yang digunakan ialah sampel tablet antidiabetes, petroleum

eter, dikloroetana, etanol, metanol, metilena klorida, silika Gel G60F254, standar

Glikuidon (AR-DF 26-SE), standar AR-DF 26-sulfonamida.

4.2 Prosedur

4.2.1 Penentuan Dimensi dan Kekerasan Tablet

Instrumen yang digunakan untuk mengukur dimensi (ketebalan dan

diameter) dan kekerasan tablet adalah “Erweka Dimension and Hardness Tester”,

sebanyak 10 sampel tablet antidiabetik di ukur dimensi dan kekerasannya dengan

instrumen ini. Instrumen dihubungkan dengan arus listrik 220 V dan dinyalakan,

kemudian dipilih metode “CarryOutMethod”, di masukkan jumlah sampel yang

akan di ukur dimensi dan kekerasannya, lalu alat dijalankan dengan menekan

tombol “Enter” pada alat, hasil yang terlihat pada monitor dicatat dan dihitung

rerata dan kisaran pengukuran, dibandingkan dengan standar dimensi dan

kekerasan yang tercantum pada lembar spesifikasi produk.

4.2.2 Pengukuran Keseragaman Bobot

Sampel tablet disiapkan sebanyak 20 tablet, sementara itu neraca di

nyalakan dan di atur untuk dapat sesuai program yang di tetapkan untuk tablet

antidiabetik yang diuji. Sampel tablet di timbang satu per satu kemudian

ditimbang pula bobot keseluruhan tablet uji (20 tablet) dan di hitung rerata bobot

tablet, ditentukan bobot maksimum dan minimun tablet beserta persentasenya,

standar deviasi pengukuran serta %RSD, dengan persamaan sebagai berikut :

Page 21: Analisis Kualitas Tablet Anti Diabetes dengan Kromatografi Kertas dan Spektrofotometri Ultraviolet

13

푥 = ∑ ( )

%푀푎푥 = 푏표푏표푡max 푡푎푏푙푒푡 (푔)

푥̅ 푡푎푏푙푒푡 (푔) 푥 100

%푀푖푛 = 푏표푏표푡min 푡푎푏푙푒푡 (푔)

푥̅ 푡푎푏푙푒푡 (푔) 푥 100

푆퐷 = ∑ (푋 − 푥̅)

푛 − 1

%푅푆퐷 = 푆퐷푥̅ 푥 100

4.2.3 Penentuan LOD (Loss on Drying)

Cawan petri yang bersih di timbang dan di catat bobot kosongnya. Sampel

tablet antidiabetes sebanyak 10 tablet di gerus halus dengan mortar, kemudian

sebanyak 2 gram sampel serbuk tersebut di timbang ke dalam cawan petri dan di

catat bobotnya. Cawan yang berisi sampel lalu dipanaskan dalam oven dengan

suhu 105oC selama 3 jam, setelah itu cawan di keluarkan dan di biarkan dingin

dalam desikator. Bobot cawan dan sampel setelah di panaskan kemudian di

timbang dan di hitung bobot yang hilang selama pemanasan (Loss in Drying)

dengan persamaan berikut :

퐿푂퐷 = 푏표푏표푡 푠푎푚푝푒푙 푦푎푛푔 ℎ푖푙푎푛푔 푠푒푙푎푚푎 푝푒푚푎푛푎푠푎푛 (푔)

푏표푏표푡 푎푤푎푙 푠푎푚푝푒푙 (푔) 푥 100

퐿푂퐷 = 푏표푏표푡 푠푎푚푝푒푙 푎푤푎푙 (푔)− (푏표푏표푡 푎푘ℎ푖푟 − 푏표푏표푡 푘표푠표푛푔)

푏표푏표푡 푎푤푎푙 푠푎푚푝푒푙 (푔) 푥 100

4.2.4 Identifikasi Glikuidon dan AR-DF 26-Sulfonamida dengan KLT

Identifikasi dengan kromatografi lapis tipis dilakukan untuk hasil

kualitatif. Pelarut yang digunakan adalah campuran metanol dan metilena klorida

(1:1) disiapkan sebanyak 50 ml. Eluen (fasa gerak) yang digunakan adalah

petroleum eter:dikloroetana:etanol (50:35:15) disiapkan dengan mencampurkan

50 ml petroleum eter, 35 ml dikloroetana dan 15 ml etanol ke dalam gelas piala

100 ml, lalu di homogenkan dengan stirrer selama 5 menit. Eluen dimasukkan ke

dalam bejana kromatografi dan bejana ditutup, dijenuhkan dengan uap eluen.

Page 22: Analisis Kualitas Tablet Anti Diabetes dengan Kromatografi Kertas dan Spektrofotometri Ultraviolet

14

Sementara itu sampel dan standar disiapkan. Tablet antidiabetik yang telah

digerus halus ditimbang sebanyak 160 mg ke dalam tabung sentrifusa,

ditambahkan 10 ml pelarut dan diaduk kuat. Standar glikuidon (AR-DF 26-SE)

ditimbang sebanyak 20 mg kemudian ditambahkan 10 ml pelarut dan di aduk

kuat, larutan digunakan sebagai standar A. Sebanyak 1 ml larutan standar A

dipipet ke dalam tabung sentrifusa yang baru dan ditambahkan 10 ml pelarut lalu

diaduk kuat, larutan ini digunakan sebagai standar B. Standar degradan glikuidon

disiapkan dengan dilarutkan 20 mg standar AR-DF 26-Sulfonamida ke dalam 10

ml pelarut kemudian dipipet 0,1 ml ke dalam tabung yang berbeda lalu

ditambahkan 10 ml pelarut, diaduk kuat dan digunakan sebagai standar AR-DF

26-Sulfonamida. Plat KLT (silika gel) disiapkan seperti gambar berikut :

Gambar 4 Plat KLT untuk identifikasi senyawa dalam tablet antidiabetik

Larutan standar dan sampel masing-masing ditotolkan sebanyak 25L

dengan mycrosyringe pada garis start yang dibuat pada silika G60F254. Plat lalu

dikeringkan dan dimasukkan ke dalam bejana kromatografi lalu dibiarkan sampai

eluen mencapai garis akhir. Plat KLT di kering udarakan kemudian di lihat spot

yang terbentuk di bawah lampu UV 254 nm, dihitung dan dibandingkan nilai Rf

standar dan sampel.

arah elusi akhir awal

0,5cm 16 cm 1 cm

std A

std B

Sulfonamida

sampel A

sampel B .

Page 23: Analisis Kualitas Tablet Anti Diabetes dengan Kromatografi Kertas dan Spektrofotometri Ultraviolet

15

4.2.5 Pengukuran Kandungan Glikuidon dalam Tablet dengan

Spektrofotometri Ultraviolet (UV)

Larutan stok standar dibuat dengan dilarutkan 50,48 mg AR-DF 26-SE ke

dalam 100 ml metanol kemudian dihomogenkan. Deret standar dibuat dengan di

pipet 5, 10, 15, 20 dan 25 ml larutan stok ke dalam labu takar 50 ml dilarutkan

dengan metanol. Sampel sebanyak 20 tablet di gerus halus. Larutan sampel dibuat

dua ulangan masing-masing ditimbang sekitar 400 mg serbuk tablet glikuidon ke

dalam labu takar 100 ml dan di tambahkan sekitar 70 ml metanol. Labu takar

tersebut lalu diletakkan di atas ultrasonic cleaner selama 15 menit pada suhu

kamar, setelah itu larutan ditera dengan metanol. Larutan ditempatkan dalam

tabung-tabung dan disentrifugasi selama 15 menit dengan kecepatan 4000 rpm.

Larutan yang telah terpisahkan dari endapannya, masing-masing di pipet sebanyak

10 ml ke dalam labu takar 50 ml kemudian ditera dengan metanol dan

dihomogenkan.

Larutan standar diukur panjang gelombang maksimumnya dengan

mengukur spektrum absorbansinya dari panjang gelombang 280 nm sampai 360

nm, panjang gelombang maksimum yang di dapat digunakan untuk mengukur

absorbansi deret standar dan sampel. Kurva standar dibuat dan ditentukan regresi

linearnya, kemudian persamaan tersebut digunakan untuk menentukan konsentrasi

glikuidon dalam tablet glikuidon (sampel uji).

Page 24: Analisis Kualitas Tablet Anti Diabetes dengan Kromatografi Kertas dan Spektrofotometri Ultraviolet

V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisis Kondisi Fisik Tablet

Tablet antidiabetes yang dianalisis adalah tablet dengan bahan aktif

glikuidon dan kode produksi A dan B. Parameter yang diperhatikan pada produksi

tablet antidiabetes dengan bahan aktif glikuidon yaitu kondisi fisik tablet.

Parameter fisik yang selalu diuji dalam analisis kualitas untuk pelulusan produk

ialah bentuk dan penandaan tablet, bau, warna, diameter, ketebalan, kekerasan dan

keseragaman bobot tablet. Standar yang telah di tentukan serta hasil pemeriksaan

kondisi fisik tablet yang di dapatkan tercantum pada Tabel 1.

Tabel 1 Hasil Pengamatan Kondisi Fisik Antidiabetes Tablet

No. Parameter Standar Sampel.A Sampel.B 1 Bentuk Datar, tablet bulat Standar

terpenuhi Standar

terpenuhi 2 Penandaan “57 C” tercetak di

satu sisi dan simbol pada sisi lainnya

Simbol tercetak Standar

terpenuhi

Simbol tercetak Standar

terpenuhi

3 Bau Hampir tidak berbau

Standar terpenuhi

Standar terpenuhi

4 Warna Putih Standar terpenuhi

Standar terpenuhi

5 Diameter Sekitar 9,0 mm 9,06-9,07 mm Standar

terpenuhi

9,06-9,07 mm Standar

terpenuhi 6 Ketebalan Sekitar 3,0 mm 2,99-3,02 mm

Standar terpenuhi

2,97-3,01 mm Standar

terpenuhi 7 Berat rata-

rata Sekitar 240 mg 237,70 mg

Standar terpenuhi

239,85 mg Standar

terpenuhi 8 Kekerasan

Tablet Tidak kurang dari 20 Newton

48-62 Newton Standar

terpenuhi

61-75 Newton Standar

terpenuhi

Bentuk dan penandaan tablet antidiabetes yang didapat ternyata sesuai

dengan spesifikasi yang ada yaitu bulat datar dengan logo Boehringer Ingelheim

pada salah satu sisinya dan kode “57C” sebagai kode untuk tablet glikuidon. Bau

Page 25: Analisis Kualitas Tablet Anti Diabetes dengan Kromatografi Kertas dan Spektrofotometri Ultraviolet

17

dan warna tablet yang di dapatkan juga sesuai spesifikasi. Bentuk, penandaan, bau

dan warna diuji secara kualitatif secara visual, sedangkan diameter, ketebalan,

kekerasan dan keseragaman bobot tablet diukur secara kuantitatif dengan

menggunakan instrumen khusus.

Pengukuran kekerasan tablet dilakukan dengan memberikan sejumlah gaya

(dalam satuan Newton) pada tablet, jumlah gaya yang mampu menghancurkan

tablet ialah ukuran kekerasan untuk tablet tersebut. Percobaan dilakukan pada 10

tablet glikuidon dengan hasil pada Tabel 2.

Tabel 2 Hasil Pengukuran Dimensi dan Kekerasan Tablet Antidiabetes

Sampel Ulangan Ketebalan (mm) Diameter (mm) Kekerasan (Newton) A 1 2,990 9,060 60,0

2 3,020 9,060 51,0 3 3,010 9,060 55,0 4 3,010 9,060 48,0 5 2,990 9,060 62,0 6 3,020 9,060 52,0 7 3,000 9,060 60,0 8 3,000 9,060 62,0 9 2,990 9,060 49,0 10 2,990 9,070 58,0

푥̅ 3,002 9.061 55,7 kisaran 2,99-3,02 9,06-9,07 48,0-62,0 B 1 2,980 9,060 62,0

2 3,010 9,060 69,0 3 3,010 9,060 64,0 4 2,980 9,060 73,0 5 2,990 9,060 67,0 6 2,990 9,070 61,0 7 2,990 9,060 73,0 8 2,970 9,060 75,0 9 3,000 9,060 67,0 10 2,970 9,060 71,0

푥̅ 2,989 9,061 68,2 kisaran 2,97-3,01 9,06-9,07 61,0-75,0

Diameter dan ketebalan tablet diharuskan sebesar 9,0 mm dan 3,0 mm

dengan kekerasan sebesar 20 Newton sesuai spesifikasi produk (Boehringer

Ingelheim 1983). Berdasarkan percobaan didapatkan bahwa dimensi dan

kekerasan tablet sesuai dengan spesifikasi yang ada yaitu diameter tablet berkisar

antara 9,06-9,07 mm, ketebalan 2,97-3,02 mm dan kekerasan tablet 48-75

Newton. Pengujian ini diperlukan sebagai parameter keseragaman bentuk visual

Page 26: Analisis Kualitas Tablet Anti Diabetes dengan Kromatografi Kertas dan Spektrofotometri Ultraviolet

18

tablet. Tablet yang baik tentunya harus memiliki bentuk dan ukuran yang sesuai

sehingga mudah dikonsumsi pasien, dengan kata lain, tablet tidak terlalu besar dan

tidak terlalu tebal untuk di telan oleh pasien serta tidak terlalu keras sehingga

dapat hancur, larut dan diserap dengan baik oleh tubuh.

Parameter fisik lainnya adalah keseragaman bobot tablet. Pengukuran

keseragaman bobot tablet dilakukan untuk mengetahui secara kualitatif bahwa

dosis bahan aktif (glikuidon) yang ada pada tablet sama. Proses produksi tablet

mencakup tahapan pencampuran bahan dan pencetakan tablet. Homogenitas

dalam proses pencampuran sangat menentukan dosis tablet nantinya, diharapkan

dalam setiap 1 gram campuran terdapat 125 mg glikuidon sehingga saat

pencetakan dengan bobot 0,2400 gram (240 mg) setiap tabletnya terdapat sekitar

30 mg glikuidon. Hasil pengukuran keseragaman bobot tablet tercantum pada

Tabel 3.

Tabel 3 Hasil Pengukuran Keseragaman Bobot Tablet Antidiabetes Tablet A (gram) Tablet B (gram)

1 0,2390 1 0,2400 2 0,2370 2 0,2430 3 0,2350 3 0,2400 4 0,2430 4 0,2400 5 0,2410 5 0,2380 6 0,2390 6 0,2400 7 0,2400 7 0,2380 8 0,2290 8 0,2420 9 0,2380 9 0,2400 10 0,2300 10 0,2370 11 0,2370 11 0,2400 12 0,2380 12 0,2390 13 0,2400 13 0,2390 14 0,2390 14 0,2400 15 0,2330 15 0,2420 16 0,2410 16 0,2410 17 0,2390 17 0,2390 18 0,2380 18 0,2410 19 0,2350 19 0,2400 20 0,2420 20 0,2390 n 20 n 20 4,7530 4,7980 푥̅ 0,2377 푥̅ 0,2399

Maks. 102,23 % 0,2430 Maks. 101,29 % 0,2430 Min. 96,34 % 0,2290 Min. 98,79 % 0,2370 SD 0,0037 SD 0,0014

% RSD 1,56 % % RSD 0,58 %

Page 27: Analisis Kualitas Tablet Anti Diabetes dengan Kromatografi Kertas dan Spektrofotometri Ultraviolet

19

Deviasi bobot yang diijinkan untuk tablet glikuidon ini yaitu sebesar 7,5%

untuk pengujian terhadap 18 tablet dan 15% untuk pengujian terhadap 20 tablet.

Berdasarkan percobaan terhadap 20 tablet glikuidon, didapatkan bahwa

keseragaman bobot tablet baik dengan bobot tablet rata-rata sekitar 237,70 mg -

239,85 mg dan %RSD hanya berkisar 0,001% sampai 0,004% saja, dengan

demikian secara kualitatif disimpulkan bahwa glikuidon yang terdapat dalam

tablet juga dengan dosis yang seragam (dengan anggapan bahwa homogenitas saat

pencampuran bahan baku baik).

5.2 Analisis LOD (Loss on Drying) Tablet

Analisis lainnya yaitu penentuan bobot yang hilang saat pemanasan (Loss

on Drying), prosedur analisis ini sama dengan prosedur penentuan kadar air dalam

suatu bahan, yaitu dilakukan dengan mengeringkan bahan dalam oven pada suhu

105oC selama 3 jam (Winarno 1997). Selisih berat sebelum dan sesudah

pengeringan adalah banyaknya air yang diuapkan. Bobot yang hilang selama

pemanasan ini diharuskan kurang dari 7% (Boehringer Ingelheim 1983).

Keberadaan air dan senyawa yang volatil pada suhu tersebut berhubungan dengan

daya tahan obat, kadar air yang tinggi dapat memicu kelembaban dan menjadi

tempat tumbuh bakteri atau mikroorganisme lainnya. Percobaan diawali dengan

menggerus tablet menjadi bentuk serbuk, hal ini dilakukan agar luas permukaan

sampel meningkat sehingga proses penguapan yang terjadi selama pemanasan

lebih maksimal. Berdasarkan percobaan didapatkan bahwa LOD sampel baik

yaitu 1,1775% untuk sampel A dan 1,7975% untuk sampel B seperti yang

dicantumkan pada Tabel 4.

Tabel 4 Hasil Penentuan LOD (Lost on Drying) tablet Antidiabetes

Kode Produksi

Bobot (g) LOD Cawan Kosong Sampel Awal Cawan dan sampel

Setelah Pemanasan A 12,9439 2,0043 14,9246 1,1775 % B 18,5114 2,0028 20,4782 1,7975 %

Page 28: Analisis Kualitas Tablet Anti Diabetes dengan Kromatografi Kertas dan Spektrofotometri Ultraviolet

20

5.3 Identifikasi Glikuidon dan AR-DF 26-Sulfonamida dengan KLT

Analisis kualitatif glikuidon dilakukan dengan metode kromatografi lapis

tipis untuk mengidentifikasi dan memastikan bahwa zat yang terkandung dalam

tablet antidiabetes tersebut adalah glikuidon. Hal ini dibuktikan dengan kesamaan

jarak tempuh spot sampel dengan spot standar yang terlihat pada nilai Rf yang

dihasilkan. Faktor yang mempengaruhi pergerakan noda dalam KLT yang juga

mempengaruhi nilai Rf yaitu struktur kimia dari senyawa yang dipisahkan, sifat

dari penyerap dan derajat aktifitasnya, pelarut dan kemurniannya, kejenuhan

bejana, jumlah pencuplikan sampel, suhu dan kesetimbangan.

Berdasarkan struktur kimianya glikuidon diketahui cenderung bersifat

nonpolar. Keberadaan gugus karbonil dalam struktur glikuidon membuat

glikuidon dapat larut dalam air (senyawa polar lainnya) walaupun dalam nisbi

yang sedikit. Gugus karboksil keton (dalam gugus kuinolil glikuidon) memiliki

ikatan yang bersifat polar karena interaksi dipol-dipol sehingga sifatnya hidrofilik.

Namun struktur kimia glikuidon yang didominasi oleh cincin heterosiklik yang

mengandung gugus amina dan rantai karbon yang panjang membuat glikuidon

cenderung bersifat nonpolar dan larut dalam suasana basa (karena keberadaan

basa dari nitrogen pada gugus amina dalam struktur glikuidon).

Pelarut yang digunakan adalah campuran metanol dan metilena klorida

(1:1) Campuran tersebut digunakan untuk mengekstrak karena metanol diketahui

merupakan pelarut organik yang kuat yang mampu melarutkan unsur-unsur

bioaktif (Lazuardi 2006) sehingga baik untuk digunakan sebagai pengekstrak

glikuidon dari sampel tablet antidiabetes. Alasan lain digunakan campuran

metanol-metilena klorida sebagai pelarut yaitu agar pelarut mudah menguap saat

pencuplikan sampel berlangsung sehingga spot yang terdapat pada fasa stasioner

didominasi oleh sampel. Sampel yang telah ditimbang dan ditambahkan pelarut

kemudian diaduk kuat untuk membantu mempercepat proses pelarutan glikuidon

pada campuran pelarut yang dibuat.

Fasa gerak yang digunakan adalah petroleum eter : dikloroetana : etanol

dengan perbandingan 50:35:15 yang sifatnya cenderung nonpolar. Kemurnian

eluen harus diperhatikan untuk menghindari kemungkinan berinteraksinya

pengotor dengan sampel saat proses elusi berlangsung. Fasa diam yang digunakan

Page 29: Analisis Kualitas Tablet Anti Diabetes dengan Kromatografi Kertas dan Spektrofotometri Ultraviolet

21

adalah plat silika G60F254 yang sifatnya cenderung lebih polar. Senyawa yang

sifatnya nonpolar akan memiliki nilai Rf tinggi karena interaksinya dengan eluen

(nonpolar) akan lebih banyak dibandingkan dengan fasa diamnya, begitu pula

sebaliknya, senyawa yang sifatnya lebih polar akan terikat lebih lama pada fasa

diam sehingga nilai Rf-nya menjadi lebih kecil. Eluen yang telah dibuat kemudian

dimasukkan ke dalam bejana kromatografi dan dijenuhkan dengan uap eluen.

Penjenuhan dilakukan untuk memastikan bahwa atmosfer dalam bejana penuh

dengan uap eluen sehingga proses elusi berjalan lebih cepat.

Senyawa yang dicuplikan (ditotolkan) pada plat KLT yaitu standar

glikuidon (AR-DF 26-SE), standar AR-DF 26-Sulfonamida dan larutan sampel

yang telah disiapkan sebelumnya. Pencuplikan sampel dan standar dilakukan

dengan perlahan agar spot yang terbentuk cukup tebal namun tidak terlalu lebar.

Pencuplikan spot pada garis awal yang berlebihan dapat memberikan tendensi

penyebaran noda-noda dengan kemungkinan terbentuknya ekor dan efek tak

setimbang lainnya sehingga nilai Rf yang dihasilkan pun tidak sesuai (salah).

Elusi dijalankan dengan memasukkan plat KLT ke dalam bejana, setelah

selesai plat KLT dikeringudarakan kemudian dilihat spot yang terbentuk di bawah

lampu UV 254 nm karena kemampuan glikuidon menyerap sinar ultraviolet

karena adanya gugus aromatik dan organik dalam struktur kimianya. Berdasarkan

percobaan dibuktikan bahwa senyawa yang terdapat dalam tablet antidiabetes

adalah glikuidon, terlihat dari kesamaan spot standar glikuidon dengan spot

sampel yang terbentuk pada plat KLT di bawah lampu UV. Nilai Rf sampel sama

dengan nilai Rf standar glikuidon (AR-DF 26-SE), seperti yang terdapat pada

Tabel 5.

Tabel 5 Identifikasi Glikuidon dalam Tablet Antidiabetes dengan KLT

Larutan Jarak Eluen (cm)

Jarak Spot (cm) Rf

Standar A (AR-DF 26-SE) 16,00 11,80 0,74

Standar B (AR-DF 26-SE) 16,00 11,70 0,73

Standar AR-DF 26-Sulfonamida 16,00 10,25 0,64

Sampel A 16,00 11,80 0,73

Sampel B 16,00 11,75 0,73

Page 30: Analisis Kualitas Tablet Anti Diabetes dengan Kromatografi Kertas dan Spektrofotometri Ultraviolet

22

(a) (b)

Gambar 5 Hasil Identifikasi Glikuidon dengan KLT

(a) Lempeng KLT hasil identifikasi

(b) Hasil di bawah lampu UV

Spot yang terlihat pada Gambar 5a menunjukkan bahwa di bawah lampu

UV, spot glikuidon berpendar keunguan dan spot senyawa degradasi glikuidon

yaitu AR-DF 26-Sulfonamida berada sedikit di bawah spot glikuidon. Interaksi

glikuidon dengan fasa gerak lebih banyak daripada AR-DF 26-Sulfonamida. Hal

tersebut menunjukkan bahwa sifat AR-DF 26-sulfonamida cenderung lebih polar

daripada glikuidon karena AR-DF 26-sulfonamida lebih terikat kuat pada silika

(polar) dibanding glikuidon. Secara kualitatif hasil ini baik karena tidak terbentuk

spot AR-DF 26-Sulfonamida pada sampel.

5.4 Penentuan Kadar Glikuidon dengan Spektrofotometri UV

Analisis kuantitatif glikuidon dalam tablet antidiabetes digunakan

instrumen spektrofotometer ultraviolet berkas ganda yang memanfaatkan panjang

gelombang 200-400 nm. Glikuidon merupakan senyawa sulfonilurea yang

mempunyai gugus fungsi organik didalam struktur kimianya yaitu gugus karbonil,

selain itu juga terdapat gugus aromatik, yang keduanya memiliki serapan pada

daerah panjang gelombang ultraviolet. Serapan UV di daerah yang lebih besar

dari 200 nm terjadi bila ada eksitasi molekul yang disebabkan oleh radiasi

ultraviolet melibatkan transisi elektron dan proses ini dipengaruhi oleh distribusi

Page 31: Analisis Kualitas Tablet Anti Diabetes dengan Kromatografi Kertas dan Spektrofotometri Ultraviolet

23

elektron dalam molekul glikuidon keseluruhan sehingga glikuidon dapat dianalisis

secara kualitatif dan kuantitatif dengan metode spektrofotometri UV.

Spektrum absorbansi standar glikuidon pada panjang gelombang 280

sampai 360 nm (pada Lampiran 2), digunakan untuk mendapatkan panjang

gelombang maksimum dari glikuidon. Spektrum absorpsi merupakan gambaran

hubungan antara panjang gelombang sinar yang mengenai glikuidon dengan

besarnya serapan sinar oleh glikuidon. Berdasarkan spektrum absorbansi tersebut

didapatkan bahwa panjang gelombang maksimum untuk pengukuran glikuidon

yaitu 310 nm, selanjutnya pengukuran kuantitatif glikuidon akan dilakukan pada

panjang gelombang tersebut. Pengukuran dengan panjang gelombang maksimum

tersebut diharapkan dapat memberikan kepekaan dan ketelitian pengukuran yang

tinggi. Pengukuran larutan glikuidon melibatkan standar, sampel dan blanko.

Standar dan sampel dibuat dengan perlakuan yang sama, namun konsentrasi

standar diketahui dengan pasti dan dibuat dalam variasi konsentrasi yaitu 50,48

ppm, 100,96 ppm, 151,44 ppm, 201,92 ppm dan 252,40 ppm.

Blanko yang digunakan adalah metanol karena pelarut yang digunakan

adalah metanol. Pemilihan metanol sebagai pelarut dalam analisis ini selain

karena metanol merupakan pelarut organik yang kuat (seperti yang telah

dijelaskan sebelumnya), metanol juga relatif transparan terhadap daerah spektrum

radiasi yang digunakan untuk pengukuran dengan nilai cut off 210 nm jauh di

bawah panjang gelombang pengukuran (310 nm). Larutan deret standar digunakan

untuk membuat kurva standar yang merupakan hubungan antara konsentrasi

glikuidon dengan besarnya serapan glikuidon pada panjang gelombang 310 nm

sehingga didapatkan regresi linear yang akan digunakan dalam perhitungan untuk

mendapatkan konsentrasi glikuidon dalam sampel. Kurva standar ialah gambaran

yang menunjukkan hubungan antara serapan suatu sinar tertentu dengan

konsentrasi zat yang menyerap sinar tersebut. Hasil pengukuran serapan standar

glikuidon pada panjang gelombang 310 nm ditampilkan pada Tabel 6 dan plot

serapan dan konsentrasinya pada kurva standar ditampilkan pada Gambar 6.

Page 32: Analisis Kualitas Tablet Anti Diabetes dengan Kromatografi Kertas dan Spektrofotometri Ultraviolet

24

Tabel 6 Pengukuran Absorbansi Standar AR-DF 26-SE (Glikuidon) V standar (ml) Konsentrasi (ppm) Absorbansi

5 50,48 0,252 10 100,96 0,514 16 151,44 0,760 20 201,92 1,011 25 252,40 1,258

Gambar 6 Kurva Standar Glikuidon pada panjang gelombang 310 nm

Berdasarkan kurva standar pada Gambar 6, didapatkan persamaan regresi

linear y = 0,0063 + 0,005x dengan nilai r2=0,9999 yang menunjukkan bahwa

kurva standar dan kelinearan yang didapat baik karena nilai simpangannya yang

sangat kecil. Nilai koefisien determinasi (r2) yang >0,9995 dikategorikan baik

berdasarkan Association of Official Analitical Chemist (AOAC 2002). Masing-

masing sampel dianalisis duplo (dua ulangan) dengan hasil ditampilkan pada

Tabel 7.

Tabel 7 Penentuan kandungan Glikuidon dalam sampel Tablet Antidiabetes

Sampel Bobot sampel (mg) Abs [glikuidon]

(ppm) %b/b mg glikuidon/tablet

A-1 400,4 0,537 106,14 13,28 31,58 A-2 400,2 0,501 98,94 12,26 29,38

Rerata : 30,48 B-1 401,8 0,503 99,34 12,26 29,65 B-2 400,3 0,536 105,94 13,23 31,74

Rerata : 30,69

y = 0.005x + 0.006r² = 0.9999

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

1.4

0 50 100 150 200 250 300

Abs

orba

nsi

Konsentrasi Standar (ppm)

Page 33: Analisis Kualitas Tablet Anti Diabetes dengan Kromatografi Kertas dan Spektrofotometri Ultraviolet

25

Berdasarkan percobaan didapatkan bahwa pada sampel A terdapat

glikuidon sebesar 30,48 mg dalam setiap tablet antidiabetes yang diuji sedangkan

pada sampel B terdapat glikuidon sebesar 30,69 mg/tablet. Hasil analisis yang

diperoleh sangat baik karena masuk dalam spesifikasi kadar glikuidon yang

ditetapkan per tabletnya yaitu 27,9-32,1 mg/tablet (Boehringer Ingelhem 1983).

Page 34: Analisis Kualitas Tablet Anti Diabetes dengan Kromatografi Kertas dan Spektrofotometri Ultraviolet

VI SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Berdasarkan hasil percobaan dapat didapatkan bahwa keseluruhan

parameter yang diuji meliputi analisis kondisi visual (bentuk, warna, bau,

penandaan), ketebalan, diameter, kekerasan, keseragaman bobot tablet, LOD,

identifikasi tablet KLT dan penentuan kadar glikuidon dalam tablet dengan

spektrosfotometri UV, semuanya memenuhi spesifikasi yang ditetapkan, dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa produk tersebut baik dan layak untuk

dipasarkan.

6.2 Saran

Analisa sediaan obat khususnya tablet antidiabetes glikuidon sebaiknya

dilakukan secara keseluruhan secara kualitatif dan kuantitatif meliputi

keseluruhan kondisi fisik dan kimia tablet untuk menjamin kualitasnya sebelum

dipasarkan. Konsumen disarankan mengkonsumsi produk yang telah teruji

kualitasnya secara klinis.

Page 35: Analisis Kualitas Tablet Anti Diabetes dengan Kromatografi Kertas dan Spektrofotometri Ultraviolet

DAFTAR PUSTAKA Adnyana IK, et.al. 2004. Uji Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Etanol Buah

Mengkudu (Morinda citrifolia L.). Bandung : Acta Pharmaceutica Indonesia, Vol. XXIX, No. 2, 2004 – 43

[AOAC]. Association of Official Analytical Chemist. 2002. Official Methods of Analysis of AOAC International. Ed ke-18. Maryland : AOAC International.

Arayne MS, et.al. 2006. Spectrophotometric Method for Quantitative Determination of Gliquidone in Bulk Drug, Pharmaceutical Formulations and Human Serum. Pakistan : Pak. J. Pharm. Sci., 2006, Vol.19(3), 182-185

Arayne MS, et.al. 2010. Validated RP-HPLC Method for Quantitation of Gliquidone in Pharmaceutical Formulation and Human Serum. Pakistan : Journal Chil. Chem. Soc., 55, No.2, 156-158

Boehringer Ingelheim. 1983. Test Spesification of Finish Product. Jerman : Boehringer GmbH

Boehringer Ingelheim. 2006. Leaflet of Gliquidone Tablet. Jerman : Boehringer GmbH

BPOM. 2010. Antidiabetika Oral dalam InfoPOM Volume XI No.5. Jakarta : BPOMRI

DEPKES RI. 2005. Pharmaceuticalcare untuk Penyakit Diabetes Mellitus. Jakarta : Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI

Harvey D. 2000. Modern Analytical Chemistry. USA : McGraw-Hill Companies Hastomo, AE. 2008. Analisis Rhodamin B dan Metanil Yellow Dalam Jelly di

Pasar Kecamatan Jebres Kotamadya Surakarta dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis [skripsi] Surakarta : Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Hindustan A, et.al. 2010. Preparation and evaluation of sustained release matrix tablets of gliquidone based on combination of natural and synthetic polymers. India : Journal of Advanced Pharmaceutical Research 2010, 1(2), 108-114.

Indari. 2010. Peranan Asam Lipoat pada Diabetes Mellitus Tipe 2 [skripsi] Manado : Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

Khopkar, SM. 2007. Konsep Dasar Kimia Analitik. Saptorahardjo, Penerjemah. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press). Terjemahan dari: Basic Concepts of Analytical Chemistry.

Lazuardi M, 2006. Aktifitas Antiproliferatif Ekstrak Metanol Daun Benalu Duku (Dendrophtoe Sp) Terhadap Sel Mieloma secara In Vitro. Surabaya : Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Sastrohamidjojo, H. 2001. Spektroskopi. Yogyakarta : Liberty Yogyakarta.

Page 36: Analisis Kualitas Tablet Anti Diabetes dengan Kromatografi Kertas dan Spektrofotometri Ultraviolet

28

Sastrohamidjojo, H. 2002. Kromatografi. Yogyakarta : Liberty Yogyakarta.

Studiawan H, Santosa MH. 2005. Uji Aktivitas Penurun Kadar Glukosa Darah Ekstrak Daun Eugenia polyantha pada Mencit yang Diinduksi Aloksan. Surabaya : Media Kedokteran Hewan Vol. 21, No. 2, Mei 2005, 62:65

Underwood AL, Day RA. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif. Ed.ke-6. Sopyan I; penerjemah. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Quantitative Analysis, sixth edition.

Winarno, SG. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Wulandari, A. 2009. Evaluasi Pemilihan Obat Antidiabetes pada Penderita

Diabetes Mellitus di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Kota Salatiga Tahun 2008 [Skripsi] SURAKARTA : Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Zuhrotun. 2007. Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Etanol Biji Buah Alpukat (Persea americana Mill.) Bentuk Bulat. [karya ilmiah] Bandung : Universitas Padjadjaran Fakultas Farmasi

Page 37: Analisis Kualitas Tablet Anti Diabetes dengan Kromatografi Kertas dan Spektrofotometri Ultraviolet

LAMPIRAN

Page 38: Analisis Kualitas Tablet Anti Diabetes dengan Kromatografi Kertas dan Spektrofotometri Ultraviolet

29

Lampiran 1 Struktur Organisasi Laboratorium QC PT.Boehringer Ingelheim Indonesia (BII)

Kepala Bagian Quality Control

------

Kepala Bagian Quality Assurance Angreni Damiyanti

Pimpinan Area Quality Control Retna Wulandari

Pimpinan Area Quality Control

Nike Kusumawati

Quality Control Specialist

Debby Transilia

Analis Quality Control

Rina Susanti Sucipto

Agung Fitriyan M.Galih Ekaputra

Etty Sunarti Dika Apriyanto

Visti Ulyani Saparudin

M.Nursyam

Analis Quality Control

Abdul Aziz Ratri Kameswari

Ary Lukmanul Hakim Galih Astirasanggih

Sri Widyaningsih

Pegawai Quality Assurance

Anastasia Miranda D Widi M Zaenal M Cece Kuswandi Farrah Syukriah

Dokumentasi Virgin Dinary DP

Quality Assurance Compliance Officer

Shandy Lilia D

Kepala Departemen Quality Operation

Didik Suyatno

Direktur Pabrik PT.Boehringer Ingelheim Indonesia

Yanto Sihotang

Page 39: Analisis Kualitas Tablet Anti Diabetes dengan Kromatografi Kertas dan Spektrofotometri Ultraviolet

30

Lampiran 2 Spektrum Absorbansi Glikuidon pada 280-360 nm

Page 40: Analisis Kualitas Tablet Anti Diabetes dengan Kromatografi Kertas dan Spektrofotometri Ultraviolet

32

Lampiran 3 Perhitungan Uji Keseragaman Bobot Tablet Antidiabetes

Kode Produksi A :

푥 = ∑ 푏표푏표푡 푡푎푏푙푒푡 (푔)

푛 = 4,7530 푔

20 = 0,2377 푔

%푀푎푥 = 푏표푏표푡max 푡푎푏푙푒푡 (푔)

푥̅ 푡푎푏푙푒푡 (푔) 푥 100 = 0,2430 푔0,2377 푔 = 102,2297 %

%푀푖푛 = 푏표푏표푡min 푡푎푏푙푒푡 (푔)

푥̅ 푡푎푏푙푒푡 (푔) 푥 100 = 0,2290 푔0,2377 푔 = 96,3399 %

푆퐷 = ∑ ( ̅)

= 0,0037

%푅푆퐷 = 푆퐷푥̅ 푥 100 =

0,0037 푔0,2377 푔 = 1,5566 %

Kode Produksi B :

푥 = ∑ 푏표푏표푡 푡푎푏푙푒푡 (푔)

푛 = 4,7980 푔

20 = 0,2399 푔

%푀푎푥 = 푏표푏표푡max 푡푎푏푙푒푡 (푔)

푥̅ 푡푎푏푙푒푡 (푔) 푥 100 = 0,2430 푔0,2399 푔 = 101,2922 %

%푀푖푛 = 푏표푏표푡min 푡푎푏푙푒푡 (푔)

푥̅ 푡푎푏푙푒푡 (푔) 푥 100 = 0,2370 푔0,2399 푔 = 98,7912 %

푆퐷 = ∑ (푋 − 푥̅)

푛 − 1 = 0,0014

%푅푆퐷 = 푆퐷푥̅ 푥 100 =

0,0014 푔0,2399 푔 = 0,5836 %

Page 41: Analisis Kualitas Tablet Anti Diabetes dengan Kromatografi Kertas dan Spektrofotometri Ultraviolet

33

Lampiran 4 Perhitungan Penentuan LOD Tablet Antidiabetes

퐿푂퐷 = 푏표푏표푡 푠푎푚푝푒푙 푦푎푛푔 ℎ푖푙푎푛푔 푠푒푙푎푚푎 푝푒푚푎푛푎푠푎푛 (푔)

푏표푏표푡 푎푤푎푙 푠푎푚푝푒푙 (푔) 푥 100

퐿푂퐷 = 푏표푏표푡 푠푎푚푝푒푙 푎푤푎푙 (푔)− 푏표푏표푡 푠푎푚푝푒푙 푎푘ℎ푖푟 (푔)

푏표푏표푡 푎푤푎푙 푠푎푚푝푒푙 (푔) 푥 100

퐿푂퐷 = 푏표푏표푡 푠푎푚푝푒푙 푎푤푎푙 (푔)− (푏표푏표푡 푎푘ℎ푖푟 − 푏표푏표푡 푘표푠표푛푔)

푏표푏표푡 푎푤푎푙 푠푎푚푝푒푙 (푔) 푥 100

퐿푂퐷 푆푎푚푝푒푙 퐴 = 2,0043 푔− (14,9246 − 12,9439)푔

2,0043 푔 푥 100 = 1,1775 %

퐿푂퐷 푆푎푚푝푒푙 퐵 = 2,0028 푔 − (20,4782 − 18,5114)푔

2,0028 푔 푥 100 = 1,7975 %

Page 42: Analisis Kualitas Tablet Anti Diabetes dengan Kromatografi Kertas dan Spektrofotometri Ultraviolet

34

Lampiran 5 Perhitungan Nilai Rf Identifikasi Glikuidon dengan KLT

푅푓 = 푗푎푟푎푘 푡푒푚푝푢ℎ 푒푙푢푒푛 (푐푚)

푗푎푟푎푘 푠푝표푡 (푐푚)

Standar A (AR-DF 26-SE)

푅푓 = 11,80 푐푚16,00 푐푚 = 0,74

Standar B (AR-DF 26-SE)

푅푓 = 11,70 푐푚16,00 푐푚 = 0,73

Standar Dekomposisi (AR-DF 26-Sulfonamida)

푅푓 = 10,25 푐푚16,00 푐푚 = 0,64

Sampel A

푅푓 = 11,80 푐푚16,00 푐푚 = 0,73

Sampel B

푅푓 = 11,75 푐푚16,00 푐푚 = 0,73

Page 43: Analisis Kualitas Tablet Anti Diabetes dengan Kromatografi Kertas dan Spektrofotometri Ultraviolet

35

Lampiran 6 Perhitungan Penentuan Glikuidon dengan Spektrofotometri UV

Larutan stok :

[푠푡표푘] = 50,48 푚푔

100 푚푙 푥 1000 푚푙

1 퐿 = 504,8푚푔퐿 = 504,8 푝푝푚

Deret Standar :

푉 푥 푁 = 푉 푥푁

[푠푡푎푛푑푎푟1] = 5 푚푙 푥 504,8 푝푝푚

50 푚푙 = 50,48 푝푝푚

[푠푡푎푛푑푎푟2] = 10 푚푙 푥 504,8 푝푝푚

50 푚푙 = 100,96 푝푝푚

[푠푡푎푛푑푎푟3] = 15 푚푙 푥 504,8 푝푝푚

50 푚푙 = 151,44 푝푝푚

[푠푡푎푛푑푎푟4] = 20 푚푙 푥 504,8 푝푝푚

50 푚푙 = 201,92 푝푝푚

[푠푡푎푛푑푎푟5] = 25 푚푙 푥 504,8 푝푝푚

50 푚푙 = 252,4 푝푝푚

Kadar glikuidon dalam sampel : Persamaan garis : y = 0,0063 + 0,005x

[푔푙푖푘푢푖푑표푛] = 푦 − 0,0063

0,005

Sampel A-1 (ulangan 1)

[푔푙푖푘푢푖푑표푛] = 0,537 − 0,0063

0,005 = 106,14 푝푝푚

Sampel A-2 (ulangan 2)

[푔푙푖푘푢푖푑표푛] = 0,501 − 0,0063

0,005 = 98,94 푝푝푚

Sampel B-1 (ulangan 1)

[푔푙푖푘푢푖푑표푛] = 0,503 − 0,0063

0,005 = 99,34 푝푝푚

Sampel B-2 (ulangan 2)

[푔푙푖푘푢푖푑표푛] = 0,536 − 0,0063

0,005 = 105,94 푝푝푚

Page 44: Analisis Kualitas Tablet Anti Diabetes dengan Kromatografi Kertas dan Spektrofotometri Ultraviolet

36

%b/b Glikuidon dalam sampel :

% 푏푏 =

푏표푏표푡 푔푙푖푘푢푖푑표푛 푑푎푙푎푚 푠푎푚푝푒푙 (푔)푏표푏표푡 푠푎푚푝푒푙 (푔) 푥 100

Sampel A-1 (ulangan 1)

% 푏푏 =

106,14 푚푔퐿 푥 50 푚푙10 푚푙 푥 0,1 퐿

400,4 푚푔 푥 100 = 13,28 %

푚푔푡푎푏푙푒푡 =

푚푔 푔푙푖푘푢푖푑표푛푏표푏표푡 푠푎푚푝푒푙 (푚푔) 푥 푏표푏표푡 푟푒푟푎푡푎 푡푎푏푙푒푡 (푚푔)

= 106,14 푚푔퐿 푥 50 푚푙

10 푚푙 푥 0,1 퐿400,4 푥 237,70 푚푔 = 31,58푚푔 푡푎푏푙푒푡

Sampel A-2 (ulangan 2)

% 푏푏 =

98,94 푚푔퐿 푥 50 푚푙10 푚푙 푥 0,1 퐿

400,2 푚푔 푥 100 = 12,36 %

푚푔푡푎푏푙푒푡 =

푚푔 푔푙푖푘푢푖푑표푛푏표푏표푡 푠푎푚푝푒푙 (푚푔) 푥 푏표푏표푡 푟푒푟푎푡푎 푡푎푏푙푒푡 (푚푔)

= 98,94 푚푔퐿 푥 50 푚푙

10 푚푙 푥 0,1 퐿400,2 푥 237,70 푚푔 = 29,38푚푔 푡푎푏푙푒푡

Sampel B-1 (ulangan 1)

% 푏푏 =

99,34 푚푔퐿 푥 50 푚푙10 푚푙 푥 0,1 퐿

401,8 푚푔 푥 100 = 12,36 %

푚푔푡푎푏푙푒푡 =

푚푔 푔푙푖푘푢푖푑표푛푏표푏표푡 푠푎푚푝푒푙 (푚푔) 푥 푏표푏표푡 푟푒푟푎푡푎 푡푎푏푙푒푡 (푚푔)

= 99,34 푚푔퐿 푥 50 푚푙

10 푚푙 푥 0,1 퐿401,8 푥 239,85 푚푔 = 29,65푚푔 푡푎푏푙푒푡

Sampel B-2 (ulangan 2)

% 푏푏 =

105,94 푚푔퐿 푥 50 푚푙10 푚푙 푥 0,1 퐿

400,3 푚푔 푥 100 = 13,23 %

푚푔푡푎푏푙푒푡 =

푚푔 푔푙푖푘푢푖푑표푛푏표푏표푡 푠푎푚푝푒푙 (푚푔) 푥 푏표푏표푡 푟푒푟푎푡푎 푡푎푏푙푒푡 (푚푔)

= 105,94푚푔퐿 푥 50 푚푙

10 푚푙 푥 0,1 퐿400,3 푥 239,85 푚푔 = 31,74푚푔 푡푎푏푙푒푡