ANALISIS KINERJA REKSADANA SAHAM PERIODE...
Transcript of ANALISIS KINERJA REKSADANA SAHAM PERIODE...
ANALISIS KINERJA REKSADANA SAHAM PERIODE 2009-2011
ABSTRAK
Oleh:
AGNES LISDIANI
NPM : 0811031019
Tlpn : 085380250699
Email : [email protected]
Pembimbing I : Yuliansyah, S.E., M.S.A., Ph.D., Akt
Pembimbing II : Retno Yuni Nur S, S.E., M.Sc., Akt
Reksadana menjadi solusi bagi masyarakat yang ingin menjadi investor
namun minim kemampuan dalam mengelola investasi. Dalam memilih reksadana,
calon investor harus mengetahui kinerja reksadana yang dipilih agar investasinya
prospektif. Untuk itu diperlukan pengukuran terhadap kinerja reksadana. Dalam
menentukan baik atau tidak baiknya kinerja reksadana, diperlukan suatu
pembanding atau benchmark.
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris mengenai kinerja
reksadana saham periode 2009-2011 dengan menggunakan model Sharpe,
Treynor, dan Jensen. Reksadana saham yang menjadi sampel dalam penelitian ini
adalah reksadana saham yang terdaftar di BAPEPAM pada periode 2009-2011.
Berdasarkan kriteria yang ada diperoleh sampel penelitian sebanyak 37 reksadana
saham. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji beda one sample
t-test.
Hasil dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang signifikan antara
kinerja reksadana saham dengan kinerja saham menggunakan model Sharpe dan
Jensen serta tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja reksadana
saham dibandingkan dengan kinerja pasar dengan model Treynor.
Kata kunci: Kinerja Reksadana saham, kinerja pasar, Sharpe, Treynor, Jensen.
STOCK MUTUAL FUND PERFORMANCE ANALYSIS IN 2009-2011
PERIODS
ABSTRACT
By
AGNES LISDIANI
NPM : 0811031019
Tlpn : 085380250699
Email : [email protected]
Pembimbing I : Yuliansyah, S.E., M.S.A., Ph.D., Akt
Pembimbing II : Retno Yuni Nur S, S.E., M.Sc., Akt
Mutual fund become solution for the people who want to be investor but
not capable to make the investment. To make choice for mutul funds, its necessary
for the investor to find out about mutual funds performance which choosen so that
the investment can be prospective. For those reason, its needed performance
measurement for mutual fund. To decide whether good or not the mutual fund
performance, its needed a benchmark.
The purpose of this research is to give empirical evidence about mutul
fund performance 2009-2011 periods by using sharpe, Treynor and Jensen
models. The sample for this research are mutual funds listed in BAPEPAM in
2009-2011 periodes. Based on criteria, obtained 37 samples of stock mutual
funds.
The result showed that there was significally difference between stock
mutual funds performance and market performance by using Sharpe and Jensen
models. Furthermore, the result also showed that there was not significally
difference between mutual funds performance and market share performance by
using Treynor Model
Key words: Stock Mutual fund performance, market performance, Sharpe,
Treynor, Jensen.
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemajuan teknologi membuat masyarakat mudah mengakses informasi mengenai
pasar modal. Meningkatnya jumlah kelas menengah yang memiliki pendapatan
lebih juga membuat banyak bermunculan investor baru. Hal ini berpengaruh
positif terhadap pertumbuhan perekonomian Indonesia. Namun minimnya
kemampuan mengelola investasi menjadi kendala bagi calon investor yang ingin
berinvestasi di pasar modal.
Reksadana menjadi solusi bagi masyarakat yang ingin menjadi investor namun
minim kemampuan dalam mengelola investasi. Pengelolaan invetasi reksadana
dilakukan oleh manajer investasi sedangkan administrasi investasi dilakukan oleh
bank kustodian. Dengan berinvestasi pada reksadana, investor terbebas dari
pekerjaan menganalisa, memonitor serta pekerjaan administrasi lainnya.
Reksadana sendiri muncul karena umumnya pemodal merasa kesulitan untuk
melakukan investasi sendiri pada surat surat berharga lain seperti saham dan
obligasi. Kesulitannya dapat berupa perlunya waktu , tenaga dan informasi untuk
melakukan berbagai analisa dan memonitor kondisi pasar secara terus menerus
dan juga dana relatif besar untuk dapat melakukan investasi pada surat-surat
berharga (Pratomo, 2007).
Adanya reksadana memberikan banyak manfaat khususnya bagi masyarakat
pemodal. Investasi di pasar modal menjadi lebih mudah dengan adanya pilihan
investasi pada reksadana. Modal yang dibutuhkan untuk berinvestasi relatif kecil.
Reksadana juga bermanfaat bagi emiten, pemerintah maupun perusahaan yang
memerlukan dana investasi melalui penerbitan surat berharga.
Dalam memilih reksadana, calon investor harus mengetahui kinerja reksadana
yang dipilih agar investasinya prospektif. Untuk itu diperlukan pengukuran
terhadap kinerja reksadana. Dalam menentukan baik atau tidak baiknya kinerja
reksadana, diperlukan suatu pembanding atau benchmark.
Untuk reksadana saham, benchmark yang relevan digunakan adalah Indeks Harga
Saham Gabungan. IHSG digunakan sebagai benchmark karena memiliki jenis
portofolio yang sama dengan reksadana saham yang menginvestasikan 80 %
asetnya untuk berinvestasi pada saham. Kinerja reksadana saham dikatan baik jika
return reksadana saham lebih tinggi dibandingkan return IHSG.
Dalam melakukan pengukuran kinerja reksadana, terdapat dua metode yang bisa
dilakukan yaitu dengan mempertimbangkan return serta dengan menggunakan
return dan risiko secara bersama-sama atau disebut dengan composite measure
(Fabozzi, 2000). Pengukuran dengan mempertimbangkan return serta resiko dapat
dilakukan dengan berapa model yang menghasilkan suatu indeks kinerja.
Indeks kinerja menyajikan suatu metode pembandingan dana dengan sifat dan
return yang berbeda. Pengukuran kinerja dengan mempertimbangkan risiko dan
return yang populer dan juga digunakan dalam penelitian ini adalah model
Sharpe, Treynor, dan Jensen.
Metode Sharpe dan Treynor didasarkan pada risk premium yaitu selisih antara
rata-rata kinerja yang dihasilkan oleh reksadana dengan rata-rata kinerja investasi
yang bebas risiko.
Sedangkan metode Jensen pengukurannya didasarkan atas pengembangan Capital
Asset Pricing Model (CAPM) dan menggunakan data setiap periode dari waktu ke
waktu. Ketiga model memiliki resiko yang berbeda-beda. Oleh Karena itu perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai konsistensi ketiga model sehingga
diperoleh metode pengukuran yang akurat dalam menentukan keputusan
melakukan investasi pada reksadana.
Beberapa penelitian sebelumnya tentang pengukuran kinerja reksadana
menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Mondigliani (1999) memperoleh hasil
penelitian bahwa jika reksa dikelola oleh manajer investasi secara profesional
akan menghasilkan kinerja yang lebih baik dibandingkan kinerja pasar. Penelitian
dilakukan dengan menggunakan metode Risk Adjusted Performance. Penelitian
yang dilakukan oleh Jauharry Arifin (2011) terhadap reksadana saham di
Indonesia juga menunjukkan hasil yang sama dengan penelitian Mondigliani.
Reka dana saham periode 2001-2010 yang diteliti menunjukkan kinerja yanng
tidak lebih buruk dibandingkan kinerja IHSG.Hal ini berbeda dengan penelitian
yang dilakukan oleh Malkiel (1994) yang memperoleh hasil bahwa kinerja
reksadana saham tidak secara meyakinkan mengungguli kinerja portofolio acuan
atau benchmarknya.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk menguji kembali penelitian
ini dengan judul “Analisis Kinerja Reksadana Saham Periode 2009-2011.”
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja reksadana
saham dengan kinerja saham di BEI dengan menggunakan metode Sharpe?
2. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja reksadana
saham dengan kinerja saham di BEI dengan menggunakan metode
Treynor?
3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja reksadana
saham dengan kinerja saham di BEI dengan menggunakan metode Jensen?
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah yang ditentukan oleh penulis agar penelitian memiliki ruang
lingkup dan arah yang jelas adalah penulis hanya akan meneliti tentang reksadana
saham dan mengukur kinerja berdasarkan nilai aset bersih menggunakan model
Sharpe, Treynor, dan Jensen.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris mengenai perbandingan
antara kinerja reksadana saham dibandingkan kinerja saham pada periode 2009-
2011.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:
1. Bagi akademisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
bahan penambah wawasan, pengetahuan, dan referensi penulisan karya
ilmiah mengenai kinerja reksadana saham
2. Bagi investor dan calon investor, penelitian ini diharapkan menjadi bahan
pertimbangan dalam menentukan pilihan investasi reksadana dan sebagai
referensi untuk melakukan pemilaian terhadap kinerja reksadananya.
3. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
tambahan untuk referensi ilmiah bagi peneliti lain yang melakukan
penelitian sejenis maupun penelitian yang lebih luas.
2. LANDASAN TEORI, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1 Definisi Reksadana
Menurut Undang-Undang (UU) Nomor 8 tentang Pasar Modal, reksadana adalah
wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal
untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi.
Sedangkan menurut kamus keuangan, reksadana diidentifikasikan sebagai
portofolio aset keuangan yang terdivesifikasi, dicatatkan sebagai perusahaan
investasi yang terbuka, yang menjual saham kepada masyarakat dengan harga
penawaran dan penarikannya pada harga nilai aset bersihnya.
Menurut Reily dan Brown (2000:1207), reksadana adalah lembaga yang
menghimpun uang dari pemegang unit dan kemudian menginvestasikannya pada
berbagai surat berharga, seperti saham, obligasi, dan instrumen pasar uang
lainnya.
Reksadana dibentuk oleh manajer investasi dan bank kustodian melalui akta
kontrak investasi kolektif (KIK) yang dibuat notaris. Manajer investasi akan
berperan sebagai pengelola dana investasi yang terkumpuldari sekian banyak
investor untuk diinvestasikan ke dalam portofolio efek, sepertiT/D, SBI, obligasi,
dan saham. Sementara, bank kustodian akan berperan dalam penyimpanan dana
atau portofolio milik investor serta melakukan penyelesaian transaksi dan
administrasi reksadana.
Reksadana merupakan sarana investasi bagi investor untuk dapat berinvestasi ke
berbagai instrumen investasi yang tersedia di pasar. Melalui reksadana, investor
sudah tidak perlu repot mengelola portofolio investasinya sendiri.
2.2 Return Reksadana
Salah satu hal yang menjadi pertimbangan penting dalam melakukan investasi
adalah return. Investasi berkaitan dengan pengujian bagaimana pasar modal
menetapkan harga sekuritas dengan mempelajari bagaimana investor individu
memilih diantara berbagai macam aset keuangan berdasarkan tingkat kesukaannya
pada risiko dan return.
Apabila investasi diartikan sebagai pemilikan suatu aset maka tingkat
pengembalian disebut rate of return. Untuk mengetahui rate of return, hal yang
perlu diketahui adalah nilai awal investasi modal dan proceeds atau pendapatan
dari investasi bersih dari nilai awal investasi. Perubahan dalam nila investasi
apabila positif disebut capital gain, apabila negatif disebut capital loss atas
investasi yang terdiri dari aliran kas ditambah dengan setiap perubahan dalam
nilai investasi (Gumanti, 2011).
Menurut Van Horne (1992) apabila investor menginvestasikan dana yang
dimilikinya ke dalam suatu saham pada periode tertentu, maka investor akan
memperoleh pengembalian atau return yang terdiri dari dua jenis yaitu
(Ambarwati, 2007):
1. Yield adalah return yang merupakan komponen dasar dari investasi,
berupa cash flow (income) yang diterima secara periodik, biasamya
dinamakan deviden.
2. Capital Gain adalah return yang diperoleh investor dari perubahan
harga saham-saham yang dimiliki. Apabila perubahan harga tersebut
positif atau harga jual lebih tinggi dari harga beli maka disebut capital
gain. Sedangkan apabila harga jual lebih rendah dibandingkan harga
beli disebut capital loss.
Dengan berinvestasi melalui reksadana, para investor tentu juga harus
mempertimbangkan tingkat return yang diperoleh. Return reksadana merupakan
return harian perunit penyertaan masing-masinmg reksadana saham dimana akan
dihitung dengan rumus sebagai berikut:
yang dalam hal ini,
R p,t : Return harian reksadana saham pada hari t
NAVt : Nilai aset bersih pada hari t
NAVt-1 : Nilai aset bersih pada hari t-1
2.3 Risiko Reksadana
Risiko diartikan sebagai kemungkinan mengalami kerugian yang biasanya diukur
dalam bentuk kemungkinan(probability) bahwa beberapa hasil akan muncul yang
bergerak dalam kisaran sangat baik atau sangat buruk (Gumanti, 2011).
Dalam investasi oleh Prof Dr.Ir. Soemarno,M.S. risiko didefinisikan sebagai
”Suatu kondisi yang timbul karena ketidak pastian dengan seluruh konsekuensi
tidak menguntungkan yang mungkin terjadi disebut risiko”.
Hal-hal yang perlu diketahui para investor tentang beberapa risiko investasi yang
dimiliki reksadana (Ambarwati, 2007) antara lain:
1. Risiko berkurangnya nilai Unit Penyertaan (UP)
2. Risiko perubahan kondisi ekonomi dan politik
3. Risiko likuiditas reksadana terbuka
4. Risiko wanprestasi
5. Risiko berkaitan dengan peraturan
2.4 IHSG
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) atau Composite Stock Prize indeks
pertama kali diperkenalkan pada tanggal 1 April sebagai indikator pergerakan
saham yang tercatat di bursa efek baik saham biasa maupun saham preferen. Hari
dasar perhitungan indeks adalah tanggal 10 Agustus 1982 dengan nilai 100,
sedangkan jumlah saham yang tercatat pada waktu itu adalah sebanyak 13 saham.
IHSG biasa digunakan sebagai proksi dalam pengukuran risiko pasar dalam model
analisis harga pasar. IHSG mencerminkan perubahan harga pasar haria seluruh
saham yang tercatat di Bursa saham Indonesia.
Untuk menghitung Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dapat digunakan
rumus sebagai berikut:
atau
2.5 Bentuk Reksadana
Berdasarkan strutur lembaga, reksadana dibedakan menjadi reksadana
berbentuk perusahaan dan reksadana berbentuk kontrak investasi kolektif. Untuk
reksadana berbentuk perusahaan di Indonesia masih dibedakan lagi menjadi reksa
dana tertutup (close-end funds) dan reksadana terbuka (open-end funds).
Sedangkan reksadana berbentuk kontrak investasi kolektif hanya terdiri dari atas
reksadana terbuka saja (open-end funds) saja. Di dalam reksadana tertutup
pengelola dalam hal ini perusahaan reksadana juga melakukan emisi saham dan
hasil emisi tersebut kemudian digunakan untuk membeli saham, obligasi, ataupun
sekuritas lainnya. Investor yang membeli sahamperusahaan reksadana ini depat
memperjualbelikan saham tersebut di pasar sekunder dengan harga sesuai dengan
permintaan dan penawaran saat transaksi, sehingga dapat terjadi harga saham
reksadana tertutup tidak sama dengan nilai aset bersih atau net asset value.
Perbedaan lain antara reksadana berbentuk perusahaan dengan reksadana
berbentuk kontrak investasi kolektif adalah investor tidak akan mendapatkan
saham atas reksadana yang mereka beli melainkan unit penyertaan dan reksadana
tersebuttidak diperjualbelikan di pasar sekunder. Sedangkan untuk reksadana
berbentukperusahaan, investor akan memperoleh saham yang dapat
diperjualbelikan di pasar sekunder.
2.6 Analisis Kinerja Reksadana Menggunakan Model Sharpe
Untuk mengetahui apakah reksadana yang dimiliki memberikan keuntungan
sesuai yang diharapkan maka perlu dilakukan analisis kinerja dengan
menggunakan indeks kerja. Salah satu indeks kerja yang banyak digunakan ialah
dengan metode Sharpe. Metode ini menghitung ukuran kinerja yang disesuaikan
dengan risiko yang menggunakan acuan Capital Market Line. Metode Sharpe
mengukur imbal hasil dibanding risiko total portofolio, dimana risiko total adalah
deviasi standar imbal hasil portofolio itu.
Pengukuran dengan metode Sharpe dihitung berdasarkan premium atas risiko (risk
premium) yang merupakan selisih antara rata-rata kinerja yang dihasilkan
reksadana dengan rata-rata kinerja investasi yang bebas risiko (risk free asset).
Dalam penelitian ini, investasi tanpa risiko diasumsikan merupakan tingkat bunga
rata-rata dari Sertifikat Bank Indonesia. Pengukuran Sharpe dirumuskan sebagai
ratio risk premium terhadap standar deviasinya (Ambarwati, 2007):
yang dalam hal ini,
SRD : Nilai ratio Sharpe
KinerjaRD : rata-rata kinerja reksadana sub periode tertentu
KinerjaRD : rata-rata kinerja investasi bebas risiko sub periode tertentu
σ : Standart deviasi reksadana untuk sub periode tertentu
Rumus untuk menghitung standar deviasi yaitu :
: Standart deviasi
: return ke i
: rata-rata return
: probabilitas ke i
Dengan membagi risk premium dengan standar deviasi, Sharpe mengukur risk
premium yang dihasilkan per unit risiko yang diambil. Investasi pada SBI tidak
mengandung risiko, dengan kinerja investasi tertentu. Investasi pada reksadana
mengandung risiko, sehingga diharapkan memberikan hasil investasi lebih besar
daripada kinerja investasi bebas risiko. Semakin tinggi nilai ratio Sharpe makin
baik kinerja reksadana (Ambarwati, 2007).
2.7 Analisis Kinerja Reksadana Menggunakan Model Treynor
Seperti halnya Metode Sharpe, pengukuran dengan Metode Treynor juga
didasarkan atas risk premium. Namun dalam metode Treynor digunakan pembagi
beta (β) yang merupakan risiko fluktuasi relatif terhadap risiko pasar.
Pengukuran dengan metode Treynor diformulasikan sebagai berikut (Ambarwati,
2007) :
yang dalam hal ini,
: nilai rasio Treynor
: rata-rata kinerja reksadana sub periode tertentu
: rata-rata kinerja investasi bebas risiko sub periode
tertentu
: slope persamaan garis hasil regresi linear
Pengukuran kinerja dengan model Sharpe dan Treynor bersifat komplementer,
karena memberikan informasi yang berbeda. Portofolio reksadana yang tidak
terdiversifikasi akan mendapat peringkat yang tinggi untuk Treynor namun
peringkatnya lebih rendah untuk pengukuran Sharpe. Perbedaan peringkat pada
kedua pengukuran menunjukkan perbedaan baik buruknya diversifikasi portofolio
tersebut relatif terhadap portofolio sejenis (Ambarwati, 2007)
2.8 Analisis Kinerja Reksadana Menggunakan Model Jensen
Model pengukuran kinerja Jensen bertujuan untuk mengukur perbedaan premi
risiko portofolio (portofolio risk premium) pada tingkat beta portofolio tertentu
yang dirumuskan sebagai berikut:
Dimana :
: Alpha Indeks model Jensen
: Return portofolio
: Return pasar
: Risk Free
: Beta portofolio
Premi risiko portofolio merupakan tingkat kelebihan return portofolio
dibandingkan tingkat suku bunga bebas risiko, sedangkan premi risiko pasar
merupakan tingkat kelebihan return pasar dibandingkan tingkat suku bunga bebas
risiko, sedangkan beta merupakan risiko sistematis CML (Reilly dan Brown,
2000). Alat ukur model Jensen adalah α yang merupakan selisih dari premi risiko
portofolio (portofolio risk premium) dari premi risiko pasar (market risk
premium) pada tingkat beta portofolio tertentu.
Kinerja resadana saham yang baik ditunjukkan dengan nilai α yang lebih besar
dari nol, sedangkan kinerja portofolio yang buruk ditunjukkan dengan nilai α yang
lebih kecil dari nol.
2.9 Model Penelitian dan Pengembangan Hipotesis
2.9.1 Model Penelitian
Model penelitian digambarkan sebagai berikut
Sumber: Diolah untuk penelitian ini
2.9.2 Pengembangan Hipotesis
Untuk dapat mengetahui kinerja suatu reksadana maka dapat dilakukan dengan
membandingkan kinerja portofolio reksadana dengan kinerja portofolio acuan
(bencmark). Dalam penelitian ini digunakan reksadana saham yang terdaftar di
BAPEPAM-LK . Portofolio acuan reksadana saham adalah portofolio saham yang
terdapat pada Bursa Efek Indonesia yang kinerjanya dapat dilihat melalui Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG).
Metode pengukuran kinerja portofolio yang cukup banyak dikenal dan juga
digunakan pada penelitian ini adalah metode Sharpe, Treynor dan Jensen.
Model Sharpe
Kinerja Reksadana
Saham
Model Jensen
Model Treynor
Beberapa penelitian terdahulu banyak menggunakan ketiga model ini untuk
mengukur kinerja reksadana. Ketiga model ini memiliki jenis risiko yang berbeda-
beda. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk
membandingkan konsistensi hasil pengukuran antara ketiga model sehingga
investor dapat menentukan model yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam
mengukur kinerja reksadana saham. Malkiel (2006) melakukan penelitian
terhadap kinerja reksadana asing dari tahun 1971 hingga 1991 dengan hasil
penelitian return reksadana tidak secara meyakinkan mengungguli portofolio
acuannya. Sedangkan Mondigliani (1999) memperoleh hasil penelitian bahwa
jika reksa dikelola oleh manajer investasi secara profesional akan menghasilkan
kinerja yang lebih baik dibandingkan kinerja pasar. Penelitian dilakukan dengan
menggunakan metode Risk Adjusted Performance. Berdasarkan penelitian-
penelitian sebelumnya pada penjelasan di atas, maka hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini adalah:
H1: Ada perbedaan yang signifikan antara kinerja reksadana saham dengan
kinerja pasar (IHSG) di BEI dengan metode Sharpe
H2: Ada perbedaan yang signifikan antara kinerja reksadana saham dengan
kinerja pasar (IHSG) di BEI dengan metode Treynor
H3: Ada perbedaan yang signifikan antara kinerja reksadana saham dengan
kinerja pasar (IHSG) di BEI dengan metode Jensen.
3. METODA PENELITIAN
3.1 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder
yaitu sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui
media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain) berupa bukti, catatan atau
laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang
dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan (Indriantoro dan Supomo, 2002).
Data yang digunakan dalam penelitian ialah nilai aset bersih (NAB) bulanan dari
reksadana saham yang diperoleh dari website Bapepam yaitu www.bapepam.go.id
periode 2009-2011. Data tentang perkembangan Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) yang diperoleh dari website yahoo.finance.com selama periode
pengamatan 2009-2011. Data tingkat suku bunga bulanan Sertifikat Bank
Indonesia periode 2009-2011 yang diperoleh dari website Bank Indonesia yaitu
www.bi.go.id
3.2 Populasi dan Sampel
Dalam penulisan ini, peneliti menggunakan metode purposive random sampling
yaitu pengambilan sampel atas dasar kriteria tertentu. Jadi, peneliti tidak
mengambil semua produk reksadana sebagai objek penulisan tetapi hanya yang
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Sampel yang diambil merupakan reksadana yang ditawarkan pada periode
2008 sampai dengan 2011 dan masih aktif hingga saat ini.
2. Sampel yang diambil merupakan produk dari perusahaan reksadana
yang aktif selama tahun 2008 sampai dengan 2011 dan memiliki nilai
aset bersih (NAB) yang dipublikasikan di website Bapepam.
3. Data nilai aset bersih (NAB) reksadana yang akan diambil sebagai sampel
penulisan ini adalah data bulanan untuk tahun yang bersangkutan.
Berdasarkan kriteria diatas, maka diperoleh 37 sampel yang layak digunakan
dalam penelitian ini
3.3 Definisi Operasional Variabel
1. Kinerja Reksadana Saham
Kinerja reksadana saham merupakan nilai dari kinerja reksadana saham
pada periode tertentu yang diperoleh dengan menghitung return reksadana
saham. Return ini berasal dari dividen, capital gain, dan peningkatan
harga. Return reksadana saham diperoleh dari selisih antara NAB pada
periode tertentu dengan NAB pada periode sebelumnya, dibagi dengan
NAB pada periode sebelumnya (Ambarwati, 2007).
2. Kinerja Pasar
Kinerja pasar merupakan nilai dari kinerja Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) pada periode tertentu yang diperoleh dengan menghitung selisih
antara Indeks Harga Saham Gabungan akhir dengan Indeks Harga Saham
Gabungan awal, kemudian hasilnya dibagi dengan nilai awal Indeks Harga
Saham Gabungan (Ambarwati, 2007).
3. Kinerja Reksadana Saham dengan Metode Sharpe
Kinerja Reksadana Saham dengan Metode Sharpe merupakan selisih
antara rata-rata kinerja yang dihasilkan reksadana dengan rata-rata kinerja
investasi yang bebas risiko, selanjutnya hasil yang diperoleh dibagi dengan
standar deviasi (Gumanti, 2011)
4. Kinerja Reksadana Saham dengan Metode Treynor
Kinerja Reksadana Saham dengan Metode Treynor merupakan selisih
antara rata-rata kinerja yang dihasilkan oleh reksadana dengan rata-rata
kinerja investasi yang bebas risiko (risk free asset) selanjuntnya hasilnya
dibagi dengan beta (Gumanti, 2011).
5. Kinerja Reksadana Saham dengan Metode Jansen
Kinerja Reksadana Saham dengan Metode Jansen merupakan selisih
antara premi risiko reksadana saham dengan premi risiko pasar (Gumanti,
2011)
3.4. Teknik Analisis
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan melalui beberapa
tahap, antara lain :
1. Menganalisis perbedaan kinerja reksadana saham dengan kinerja pasar
(IHSG).
Perbedaan kinerja reksadana saham dengan kinerja pasar (IHSG) dapat
diperoleh dengan menghitung return reksadana saham kemudian
membandingkannya dengan return pasar (IHSG). Selanjutnya dilakukan
perhitungan untuk menganalisis perbedaan kinerja reksadana saham
dengan kinerja pasar dengan menggunakan ketiga metode yaitu Sharpe,
Treynor, dan Jansen.
Kesimpulan hasil analisis penelitian ini diarahkan pada nilai (P-value).
Bila nilai p lebih besar dari batas toleransi 5% berarti hasil analisis
menerima hipotesis null. Tetapi bila nilai p lebih kecil dari batas toleransi
5% berarti hasil penelitian menolak hipotesis null.
2. Analisis Statistik Uji Beda Dua Rata-rata
Analisis perbandingan rata-rata digunakan untuk membandingkan rata-
rata sampel independen ataupun sampel berpasangan dengan menghitung
t-student dan menampilkan probabilitas dua arah selisih dua rata-rata.
Pada bagian ini dilakukan pengujian terhadap reksadana saham dengan
return pasar dengan menggunakan program Microsoft Excel dipadukan
dengan program SPSS yang menggunakan metode One sample t-test.
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengevaluasi suatu nilai tertentu
(yang diberikan sebagai pembanding) berbeda sacara nyata dengan rata-
rata sebuah sample. Selanjutnya juga dilakukan uji One Way ANOVA
(Kruskall-Wallis) untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang
signifikan diantara pengukuran kinerja reksadana saham dengan ketiga
model yaitu Sharpe, Treynor, dan Jensen.
4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Data Penelitian
4.1 Statistik Deskriptif
Analisis deskriptif meliputi nilai minimun, maksimum, rata-rata dan deviasi
standar ( standard deviation) yang menggunakan statistik deskriptif. Tujuan dari
analisis ini adalah untuk menjelaskan nilai rata-rata (mean) dan deviasi standar
perbandingan antara variabel-variabel independen pada variabel dependen.
Statistik deskriptif dari masing-masing variabel tersebut disajikan dalam tabel di
bawah ini:
Tabel 4.1
Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
Return Reksadana 36 .0151 .0482 .030516 .0058676
Return Pasar 36 -.0795 .2013 .030809 .0640292
Return Risk Free
Rate 36 .0050 .0073 .005619 .0004550
Valid N (listwise) 36
Pada tabel 4, rata-rata return reksadana saham dari 37 sampel penelitian dari tahun
2009-2011 adalah sebesar 0.0305 dengan standar deviasi 0.0058. Nilai minimum
return reksadana saham adalah 0.0151 dan nilai maksimum sebesar 0.0482.
Return pasar yang merupakan return Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang
juga dijadikan tolak ukur pengukuran kinerja reksadana saham memiliki nilai rata-
rata sebesar 0.0308 dengan nilai minum -0.0795 dan nilai maksimum sebesar
0.2013 serta standar deviasi sebesar 0.064.
Return risk free rate yang merupakan investasi bebas resiko yang dalam penelitian
ini menggunakan suku bungan bulanan Bank Indonesia menunjukkan rata-rata
sebesar 0.056 dengan nilai minimum 0.005, nilai maksimum sebesar 0.073 dengan
standar deviasi 0.0045.
4.2 Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan
kinerja saham dengan kinerja pasar (IHSG) melalui metode Sharpe, Treynor, dan
Jensen untuk menjawab hipotesis yang diajukan antara lain:
1. Analisis perbandingan kinerja reksadana saham dengan kinerja pasar
dengan model Sharpe, Treynor, dan Jensen
2. Pengujian Hipotesis
4.2.1 Analisis Kinerja Reksadana saham dengan Kinerja Pasar
Dalam menentukan kinerja reksadana saham dilakukam dengan menggunakan
data NAB bulanan masing-masing reksadana saham untuk menghitung return
reksadana saham. Setelah diperoleh rata-rata return reksadana saham selajutnya
dilakukan pengukuran kinerja dengan menggunakan model Sharpe, Treynor dan
Jensen. Pengukuran kinerja tersebut ditunjukkan pada tabel di bawah ini
Tabel 4. 2
Statistik Deskriptif Analisis Kinerja Reksadana Saham
De scr iptive Statis tics
37 .1088 .5511 .328643 .0713246
37 .0098 .6577 .039482 .1045566
37 -.0158 .0234 -.002547 .0068280
37
Sharpe
Treynor
Jensen
Valid N (listw ise)
N Minimum Maximum Mean Std. Dev iation
Pengukuran kinerja reksadana saham secara individual yang dilakukan dengan
menggunakan model Sharpe diperoleh rata-rata kinerja Sharpe sebesar 0,328643
dengan standar deviasi sebesar 0,0713246. Kinerja reksadana dengan model
Sharpe memiliki kinerja positif yang menunjukkan bahwa reksadana memiliki
kinerja di atas tingkat suku bunga bebas risiko (risk free). Reksadana Panin Dana
Maksima merupakan reksadana saham yang memiliki kinerja dengan model
Sharpe tertinggi yaitu sebesar 0,5511. Reksadana Millenium Equity dengan
indeks kinerja 0,1088 adalah reksadana saham dengan kinerja terburuk menurut
model Sharpe.
Pengukuran kinerja reksadana saham dengan model Treynor menunjukkan rata-
rata sebesar 0,039482 dengan standar deviasi sebesar 0,1045566. Hasil
pengukuran kinerja dengan model Treynor ini juga menunjukkan rata-rata kinerja
yang positif. Kinerja tertinggi diperoleh reksadana First State Indoequity Sectoral
Fund dengan indeks Treynor sebesar 0,6577. Reksadana Reksadana Millenium
Equity juga merupakan reksadana dengan indeks Treynor yang terendah yaitu
sebesar 0,0098.
Sementara itu, pengukuran kinerja reksadana dengan model Jensen menunjukkan
rata-rata kinerja yang negatif yaitu sebesar -0,002547 dengan standar deviasi
0,0068280.
Reksadana Batavia Dana Saham Agro merupakan reksadana yang memiliki
indeks Treynor terkecil yaitu sebesar -0,015. Hal ini menunjukkan bahwa
berdasarkan model Treynor, reksadana Batavia Dana Saham Agro adalah
reksadana dengan kinerja terburuk. Sementara itu reksadana First State Indoequity
Sectoral Fund memiliki indeks terbesar yaitu 0,0234 hal ini menunjukkan bahwa
dengan model Treynor reksadana First State Indoequity Sectoral Fund merupakan
reksadana dengan kinerja terbaik.
4.2.2 Pengujian Hipotesis
Uji ini bertujuan untuk membuktikan ada tidaknya perbedaan yang signifikan
antara kinerja reksadana saham dengan kinerja pasar menggunakan model Sharpe.
Untuk mengetahui perbedaan kinerja reksadana dengan kinerja pasar (IHSG),
digunakan One Sample T-Test yaitu uji beda untuk mengevaluasi suatu nilai
tertentu (yang diberikan sebagai pembanding) berbeda secara nyata dengan rata-
rata sebuah sampel. Langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Mencari indeks kinerja model Sharpe, Treynor, dan Jensen
Hasil perhitungan indeks kinerja model Sharpe, Treynor, dan Jensen dapat
dilihat pada Lampiran.
2. Menentukan nilai pembanding yaitu nilai indeks pasar (IHSG) dilakukan
dengan menghitung nilai indeks sesuai rumus yang ditentukan. Dari hasil
perhitungan, nilai indeks kinerja IHSG yang diperoleh adalah sebagai
berikut
Tabel 4.3
Indeks Kinerja IHSG
Sumber : Data yang diolah (Perhitungan ada pada lampiran)
Jenis Model Indeks
Kinerja
Sharpe 0,393708
Treynor 0,025209
Jensen 0
3. Uji analisis dengan One Sample T-test
1. Analisis Perbedaan Antara Kinerja Reksadana dengan IHSG dengan
menggunakan Model Pengukuran Kinerja Sharpe
Untuk mengetahui perbedaan kinerja reksadana dengan IHSG dengan
menggunakan model kinerja Treynor hipotesisnya adalah
H01 : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara kinerja reksadana
saham dengan kinerja IHSG dengan menggunakan model
Sharpe.
Ha2 : Ada perbedaan yang signifikan antara kinerja reksadana saham
dengan kinerja IHSG dengan menggunakan model Sharpe.
Pengambilan keputusan :
a. Berdasarkan perbandingan t hitung dengan t Tabel
H0 diterima jika -t tabel t hitung t tabel
H0 ditolak jika -t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel
T tabel (0,05; 36) = 2,028
b. Berdasarkan nilai probabilitas
H0 diterima jika P value > 0,05
H0 ditolak jika P value < 0,05
Tabel 4.4
Hasil One sample t-test untuk Model Sharpe
Test Value = 0.3937
T df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Differenc
e
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Sharpe -5.548 36 .000 -.065057 -.088838 -.041276
Berdasarkan tabel diatas, analisis kinerja reksadana saham dibandingkan
dengan kinerja IHSG menunjukkan nilai t hitung sebesar -5,548 sedangkan
t tabelmya sebesar 2,028. Dengan demikian H01 ditolak. Dari hasil
perhitungan diperoleh P value sebesar 0,000. Karena nilai P value lebih
kecil dari 0,005 maka H01 ditolak.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan antara kinerja reksadana saham dengan kinerja paar berdasarkan
model Sharpe.
Perhitungan dengan Model Sharpe menunjukkan bahwa kinerja IHSG
masih lebih tinggi dibandingkan dengan kinerja reksadana saham pada
periode 2009-2011. Kondisi ini menunjukkan bahwa para Manajer
Investasi belum optimal dalam mengelola portofolionya. Hal ini dapat
menimbulkan implikasi bagi investor untuk memilih berinvestasi pada
saham dibandingkan dengan reksadana saham karena kinerja reksadana
saham tidak mampu mengungguli kinerja pasar.
2. Analisis Perbedaan Antara Kinerja Reksadana dengan IHSG dengan
menggunakan Model Pengukuran Kinerja Treynor
Untuk mengetahui perbedaan kinerja reksadana dengan IHSG dengan
menggunakan model kinerja Treynor, maka hipotesisnya adalah
H02 :Tidak ada perbedaan yang signifikan antara kinerja reksadana
saham dengan kinerja IHSG dengan menggunakan model
Treynor.
Ha2 : Ada perbedaan yang signifikan antara kinerja reksadana saham
IHSG dengan menggunakan model Treynor.
Pengambilan keputusan :
a. Berdasarkan perbandingan t hitung dengan t Tabel
H0 diterima jika -t tabel t hitung t tabel
H0 ditolak jika -t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel
T tabel (0,05; 36) = 2,028
b. Berdasarkan nilai probabilitas
H0 diterima jika P value > 0,05
H0 ditolak jika P value < 0,05
Tabel 4.5
Hasil One sample t-test untuk Model Treynor
Test Value = 0.0252
T df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Differenc
e
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Treyno
r .831 36 .412 .014282 -.020579 .049142
Berdasarkan tabel perhitungan diperoleh nilai t hitung sebesar 0,831 yang
lebih kecil dibandingkan dengan nilai t tabel yaitu sebesar 2,028. Dengan
demikian H02 diterima. Nilai P value sebesar 0,412 lebih besar daripada
0,05 maka H02 diterima.
Berdasarkan uji hipotesis dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara kinerja reksadana saham dengan kinerja
IHSG berdasarkan model Treynor. Hal ini menunjukkan kinerja IHSG
tidak berbeda jauh dibandingkan dengan kinerja reksadana saham.
3. Analisis Perbedaan Antara Kinerja Reksadana dengan IHSG dengan
menggunakan Model Pengukuran Kinerja Jensen
Untuk mengetahui perbedaan kinerja reksadana dengan IHSG dengan
menggunakan model kinerja Treynor, maka hipotesisnya adalah
H03 : Tidak ada perbedaan yang signifikan antara kinerja reksadana
saham dengan kinerja IHSG dengan menggunakan model Jensen.
Ha3 : Ada perbedaan yang signifikan antara kinerja reksadana saham
dengan kinerja IHSG dengan menggunakan model Jensen.
Pengambilan keputusan :
a. Berdasarkan perbandingan t hitung dengan t Tabel
H0 diterima jika -t tabel t hitung t tabel
H0 ditolak jika -t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel
T tabel (0,05; 36) = 2,028
b. Berdasarkan nilai probabilitas
H0 diterima jika P value > 0,05
H0 ditolak jika P value < 0,05
Tabel 4.6
Hasil One sample t-test untuk Model Jensen
Test Value = 0
T df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Differenc
e
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Jensen -2.281 35 .029 -.002626 -.004963 -.000289
Berdasarkan tabel diatas nilai t hitung untuk model Jensen adalah sebesar -2,281
sedangkan nilai t tabel adalah 2,028. Dengan demikian H03 ditolak. Sedangkan
berdasarkan P value diperoleh hasil 0,029 yang lebih kecil dari 0,05 sehingga H03
ditolak.
Dengan analisis kinerja reksadana saham berdasarkan model Jensen dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja reksadana
saham dengan kinerja IHSG pada periode 2009-2011.
Serupa dengan Model Sharpe, hasil analisis kinerja reksadana saham berdasarkan
model Jensen juga menunjukkan bahwa kinerja IHSG masih lebih tinggi
dibandingkan dengan kinerja reksadana saham. Hal ini menunjukkan bahwa
Manajer investasi tidak melakukan portofolio investasi secara maksimal.
4.3 Pembahasan
Berdasarkan analisis kinerja reksadana saham dengan menggunakan model
Sharpe diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja
reksadana saham dengan kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Rata-
rata kinerja IHSG lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata kinerja reksadana
saham. Hal ini menunjukkan berinvestasi pada saham lebih menguntungkan
karena memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan berinvestasi pada reksadana
saham.
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Ambarwati yang
menunjukkan bahwa analisis kinerja reksadana saham berdasarkan model Sharpe
tidak terdapat perbedaan yang signifikan dengan kinerja saham. Hal ini
disebabkan rentang periode penelitian yang berbeda sehinggan reksadana saham
juga memiliki return yang berbeda.
Berdasarkan perhitungan dengan Model Treynor diperoleh hasil yang
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja
reksadana saham dengan kinerja IHSG. Rata- rata kinerja menunjukkan bahwa
reksadana saham memiliki rata-rata kinerja yang lebih rendah dibandingkan
reksadana saham. Sedangkan menurut Model Jensen, tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara kinerja reksadana saham dengan kinerja IHSG. Jika dilihat
dari rata-rata perhitungan, kinerja IHSG memiliki rata-rata kinerja yang lebih
tinggi dibandingkan dengan kinerja reksadana saham. Hal ini dapat disebabkan
karena Mnajer Investasi tidak melakukan portofolio investasi reksadana saham
secara optimal sehingga kinerja reksadana saham tidak lebih baik dari kinerja
pasar.
5. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 SIMPULAN
Penelitian ini bertujuan menganalisis kinerja reksadana saham periode 2009-2011
dibandingkan dengan kinerja IHSG. Berdasarkan pembahasan yang diuraikan
pada BAB IV, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja reksadana saham dengan
kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada periode 2009-2011
dengan menggunakan model Sharpe. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa
rata-rata kinerja IHSG lebih tinggi dibandingkan rata-rata kinerja reksadana
saham.Hasil perhitungan menunjukkan bahwa kinerja portofolio manajer
investasi dalam mengelola portofolio reksadana saham belum maksimal
karena belum mampu menyaingi kinerja pasar.
2. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja reksadana saham dan
kinerja IHSG dengan menggunakan model Treynor. Hasil analisis ini berbeda
dengan hasil analisis dengan menggunakan model Sharpe. Hal ini disebabkan
karena analisis kinerja dengan model Treynor menggunakan beta sedangkan
model Sharpe menggunakan deviasi standar. Menurut perhitungan dengan
model Treynor kinerja manajer investasi dalam mengelola portofolio
reksadana saham sudah maksimal.
3. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja reksadana saham dengan
kinerja IHSG dengan menggunakan model Jensen. Hasil analisis ini sama
dengan hasil analisis dengan menggunakan model Sharpe namun berbeda
dengan hasil analisis dengan menggunakan model Jensen.
Dari hasil perhitungan secara keseluruhan dapat diambil kesimpulan bahwa
analisis kinerja reksadana saham tidak lebih baik dibandingkan dengan
kinerja pasar. Hal ini ditunjukkan dengan hasil analisis ketiga model. Dua
model yaitu Sharpe dan Jensen menunjukkan hasil bahwa kinerja reksadana
saham tidak lebih baik dari kinerja pasar. Sedangkan hanya satu model yaitu
Jensen yang menunjukkan hasil bahwa kinerja reksadana saham mampu
menyaingi kinerja pasar.
5.2 Keterbatasan
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu sebagai berikut:
1. Data nilai aset bersih (NAB) yang digunakan untuk menghitung return
reksadana saham adalah data bulanan sedangkan untuk memperoleh hasil
analisis yang lebih akurat dapat digunakan data NAB harian.
2. Model kinerja portofolio yang digunakan dalam penelitian ini hanya
menggunakan tiga model yaitu Sharpe, Treynor dan Jensen. Sedangkan
untuk mengukur kinerja portofolio masih terdapat banyak model lain.
3. Periode penelitian terbatas hanya tiga tahun
5.3 Saran
Berdasarkan simpulan dan keterbatasan di atas, maka penulis dapat memberikan
Saran yang perlu diperhatikan untuk peneliti selanjutnya, yaitu sebagai berikut:
1. Bagi penelitian selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan
menggunakan data NAB harian sehingga dapat memperoleh hasil analisis
yang lebih akurat.
2. Peneliti selanjutnya hendaknya melakukan penelitian dengan
menggunakan model pengukuran kinerja portofolio yang lain. Hal ini
mengingat masih terdapat banyak model pengukuran kinerja portofolio
yang lain.
5.4 Implikasi
1. Bagi investor perlu dilakukan pengkajian yang lebih khusus untuk
melakukan investasi pada reksadana saham. Hal ini disebabkan
berdasarkan analisis diperoleh kesimpulan bahwa kinerja reskadana saham
belum mampu mengungguli kinerja pasar.
2. Bagi Manajer Investasi, perlu dilakukan pertimbangan kembali mengenai
komposisi portofolio saham yang dapat menghasilkan return yang lebih
memadai.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati. 2007. Analisis Perbandingan Kinerja reksda dana saham dengan
kinerja reksa dana pasar (IHSG) melalui pendekatan Sharpe dan Treynor
periode 2004-2006. Tesis. MM Undip.
Arifin, Jauhary.2011. Evaluating the Performance of Indonesian Equity Mutual
Funds. Jurnal Akuntabilitas. Vol. 10 No. 2, Maret 2011
Bapepam. 1997. Panduan Reksa Dana. Jakarta: Badan Pengawas Pasar Modal
Fabozzi, F. J. 2000. Manajemen Investasi, Buku Dua, Edisi Pertama, Jakarta :
Salemba Empat
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gumanti, Ary Tatang. 2011. Manajemen Investasi, Konsep, Teori, dan Aplikasi,
Jakarta: Mitra Wacana Media
Jogiyanto H.M.1998. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta: BPFE
Universitas Gajah Mada.
Mondiglani, Franco& Leah Mondiglani.1997. Risk Adjusted Performance. The
Journal of Portfolio Management, Vol 23, no. 155.
Nurcahya, Ginting Prasetya E. dan Bandi. 2010. Reksa Dana di Indonesia:
Analisis Kebijakan Alokasi Aset, Pemilihan Saham, dan Tingkat Risiko.
Simposium Nasional Akuntansi XIII. September 2010
Pandji Anoraga dan Piji Pakarti. 2003. Pengantar Pasar Modal. Semarang:
Rineka Cipta.
Pratomo, E. P. dan Ubaidillah N. 2002. Reksa Dana Solusi Perencanaan Investasi
di Era Modern, Edisi Revisi, Cetakan Kedua, Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama.
Pratomo, P. Eko. 2007. Berwisata ke Dunia Reksa Dana, Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama
Reilly, Frank K. dan Brown, Keith C. 2000. Investment Analysis and Portofolio
Management, The Dryden Press, Harcourt College Publishers, Dryden-
USA.
Suharyadi, Purwanto, SK. 2003. Statistika Untuk Ekonomi dan Keuangan
Modern. Jakarta : Salemba Empat.
Supranto. 2004. Statistik Pasar Modal Keuangan dan Perbankan. Jakarta: Rineka
Cipta
LAMPIRAN 1
Reksa Dana Saham yang Menjadi Sample Penelitian
No Nama Reksa Dana Saham No Nama Reksa Dana Saham
1 Panin Dana Prima 20 Reksa Dana Makinta Mantap
2 Panin Dana Maksima 21 Irst State Indoequity Value Select
Fund
3 Reksadana Axa Citra Dinamis 22
First State Indoequity Sectoral
Fund
4
Reksadana Aaa Blue Chip
Value Fund 23
Fs Indoequity Dividend Yield
Fund
6
Reksadana Bnp Paribas
Solaris 24 Reksa Dana Jisawi Saham
7
Reksadana Bnp Paribas
Infrastruktur Plus 25 Reksadana Lautandhana Equity
8 Bnp Paribas Ekuitas 26 Reksa Dana Mega Dana Saham
9
Reksa Dana Dana Ekuitas
Prima 27 Reksa Dana Millenium Equity
10
Reksadana Dana Ekuitas
Andalan 28 Reksa Dana Mnc Dana Ekuitas
11 Bahana Dana Prima 29 Mandiri Investa Ugm
12 Batavia Dana Saham 30
Reksa Dana Mandiri Investa
Atraktif
13 Batavia Dana Saham Optimal 31 Manulife Saham Andalan
14 Batavia Dana Saham Agro 32 Manulife Dana Saham
15
Cimb-Principal Equity
Aggressive 33 Phinisi Dana Saham
16 Rencana Cerdas 34
Reksa Dana Nisp Indeks Saham
Progresif
17 Grow-2-Prosper 35 Pratama Saham
18 Dana Reksa Mawar 36 Reksadana Dana Pratama Ekuitas
19
Reksa Dana Makinta Growth
Fund 37
Reksa Dana Schroder Dana
Istimewa
LAMPIRAN 2
Hasil Uji Hipotesis One-Sample Statistics
N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Sharpe 37 .328643 .0713246 .0117257
One-Sample Test
Test Value = 0.3937
t df Sig. (2-tailed) Mean Difference
95% Confidence Interval of the Difference
Lower Upper
Sharpe -5.548 36 .000 -.065057 -.088838 -.041276
One-Sample Statistics
N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Treynor 37 .039482 .1045566 .0171890
One-Sample Test
Test Value = 0.0252
t df Sig. (2-tailed) Mean Difference
95% Confidence Interval of the Difference
Lower Upper
Treynor .831 36 .412 .014282 -.020579 .049142
One-Sample Statistics
N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Jensen 37 -.002547 .0068280 .0011225
One-Sample Test
Test Value = 0
t df Sig. (2-tailed) Mean Difference
95% Confidence Interval of the Difference
Lower Upper
Jensen -2.269 36 .029 -.002547 -.004824 -.000271