Analisis Kebijakan Publik Manajemen Kepegawaian
-
Upload
muhammad-sharip -
Category
Government & Nonprofit
-
view
226 -
download
0
Transcript of Analisis Kebijakan Publik Manajemen Kepegawaian
ANALISIS KEBIJAKAN MANAJEMEN KEPEGAWAIAN
(Isu Tentang Implementasi Otonomi Daerah yang mendasarkan pada
Undang-Undang No 32 Tahun 2004 dibidang manajemen kepegawaian telah
membatasi mobilitas pegawai negeri sipil (PNS) dalam meniti kariernya )
Dosen Pengampu : Drs. Sudarmo, Ph. D
Oleh :
Muhammad Syarif
D0112063
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Isu tentang implementasi otonomi daerah yang mendasarkan pada UU No
32 tahun 2004 dibidang manajemen kepegawaian telah membatasi mobilitas PNS
dalam meniti kariernya. Di era serba modern ini administrasi yang baik adalah
kunci utama untuk mencapai tujuan suatu lembaga, jika suatu lembaga tersebut
memiliki pengadministrasian yang baik maka sudah tentu lembaga tersebut dapat
dikatakan sukses dalam mengatur rumah tangganya. Demikian pula seluruh
birokrasi pemerintahan dan terutama segi kepegawaian. Karena merekalah yang
pada akhirnya menjadi pelaksana dari kegiatan-kegiatan pemerintah, baik
Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah.
Namun memang harus diakui bahwa pada sebagian besar negara-negara
berkembang, terdapat kelemahan-kelemahan dan hambatan-hambatan dibidang
administrasi kepegawaian ini. Salah satu diantaranya adalah orientasi dan kondisi
kepegawaian yang diwarisi dari jaman penjajahan yang lebih ditujukan untuk
kepentingan negara jajahannya dan kepentingan pemeliharaan keamanan dan
ketertiban belaka. Itulah ciri-ciri tradisionil masyarakat negara –negara yang
belum maju seringkali menunjukkan, bahwa birokrasi pemerintahan memberikan
gambaran sebagai pengganti kekuasaan feodal atau masih bersifat feodal, selain
itu sifat kepegawaian lebih legalitas dari pada inovatif ataupun dipengaruhi oleh
kepentingan-kepentingan politik dari sang penguasa.
Dewasa ini, Pegawai negeri sipil sebagai alat / aparatur pemerintah
dengan keberadaannya jelas membawa kebijaksanaan atau peraturan pemerintah
guna mewujudkan tujuan nasional. Hal ini terakumulasi dari pendistribusian
tugas,fungsi,dan kewajiban Pegawai Negeri sipil juga spesifikasi per departemen.
Didalam tugas penyelenggaraan negara memerlukan pegawai negeri sipil
yang profesional, bertanggung jawab, jujur, adil, melalui pembinaan, yang
dilaksanakan berdasarkan pada sistem prestasi kerja dan sistem karier yang
dititikberatkan pada sistem prestasi kerja.
Berdasarkan pada implementasi otonomi daerah yang mendasarkan pada
UU No 32 tahun 2004 dibidang manajemen kepegawaian telah membatasi
mobilitas PNS dalam meniti kariernya. Analis menemukan meta masalah,
masalah substansif dan masalah formal yang muncul dari kebijakan yang terkait
otonomi daerah dibidang manajemen kepegawain PNS
Kota Surakarta sebagai kota yang memiliki potensi di bidang pariwisata
dan industri tentu membutuhkan pengelolaan lingkungan yang bijak sehingga
dibutuhkan pula campur tangan kaum perempuan. Oleh karena itu, penelitian ini
ingin menganalisis mengenai Partisipasi Perempuan dalam Pengelolaan
Lingkungan Hidup di Surakarta.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana posisis manajemen PNS sebaiknya berada pada otoritas siapa?
Apakah manajemen PNS berada pada pemerintah pusat, pemerintah propinsi
atau pemerintah kabupaten/kota?
C. Tujuan Penelitian
Menganalisis mengenai manajemen PNS dalam implementasi otonomi daerah
dibidang manajemen kepegawaian di Kota Surakarta
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan mampu digunakan sebagai sumbangan bagi
pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya memberi gambaran yang
jelas mengenai kebijakan kepegawaian PNS di Kota Surakarta dalam
kaitannya manajemen kepegawaian
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu digunakan sebagai bahan
pertimbangan bagi pemerintah daerah, khususnya Kota Surakarta
dalam menetapkan kebijakan operasional di sektor kepegawaian PNS
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Analisis Kebijakan Publik
Analisis kebijakan publik merupakan bagian dari studi Ilmu
Administrasi Negara, tetapi bersifat multidisipliner karena mengadopsi teori
dari disiplin ilmu lain, seperti ilmu sosial, ilmu ekonomi, ilmu politik,
maupun ilmu psikologi. Studi kebijakan publik mulai berkembang pada awal
tahun 1970an terutama dengan terbitnya tulisan Harold D. Lasswell tentang
Policy Sciences. Fokus dari studi analisis kebijakan publik adalah pada
penyusunan agenda kebijakan, formulasi kebijakan, adopsi kebijakan,
implementasi kebijakan, dan evaluasi kebijakan (Subarsono, 2005: 1).
Kebijakan publik menurut Thomas Dye (1981: 1) yaitu apapun pilihan
pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan (public policy is whatever
governments choose to do or not to do). Konsep ini sangat luas karena
kebijakan publik mencakup sesuatu yang tidak dilakukan oleh pemerintah di
samping kebijakan yang dilakukan pemerintah dalam menghadapi suatu
masalah publik. Konsep kebijakan publik lainnya dikemukakan oleh James E.
Anderson (1979: 3) yang mendefinisikan kebijakan publik sebagai kebijakan
yang ditetapkan oleh badan-badan dan aparat pemerintah. Walaupun disadari
bahwa kebijakan publik sangat dipengaruhi oleh para aktor dari luar
pemerintah.
Tahap analisis kebijakan publik merupakan serangkaian aktivitas
intelektual yang dilakukan dalam proses kebijakan yang bersifat politis.
Aktivitas politis tersebut nampak dalam serangkaian kegiatan yang mencakup
hal-hal sebagai berikut :
1. Perumusan masalah
Tahap ini merupakan tahap penyusunan agenda yang memberikan
informasi mengenai kondisi-kondisi yang menimbulkan masalah.
2. Forecasting
Tahap ini memberikan informasi mengenai konsekuensi yang ditimbulkan
oleh kebijakan pada masa mendatang. Tahap ini sama halnya dengan tahap
penyusunan atau formulasi kebijakan.
3. Rekomendasi Kebijakan (Adopsi Kebijakan)
Rekomendasi kebijakan akan memunculkan suatu alternatif kebijakan
yang akan diadopsi serta memberikan informasi mengenai kelebihan dan
kekurangan dari setiap kebijakan sehingga dapat direkomendasikan
alternatif kebijakan yang memberikan manfaat ketika dilaksanakan.
4. Monitoring (Implementasi Kebijakan)
Kebijakan yang telah dipilih dan diadopsi kemudian diimplementasikan.
Kebijakan yang telah diimplementasikan akan dimonitoring untuk
memberikan informasi mengenai konsekuensi sekarang dan masa lalu dari
diterapkannya alternatif kebijakan termasuk kendala-kendala yang
dihadapi.
5. Evaluasi Kebijakan (Penilaian Kebijakan)
Tahap evaluasi kebijakan memberikan informasi mengenai kinerja, hasil,
maupun dampak dari suatu kebijakan yang telah diimplementasikan.
B. UNDANG-UNDANG NO 32 TAHUN 2004 TENTANG
KEPEGAWAIAN
Dalam sistem kepegawaian secara nasional. Pegawai Negeri Sipil memiliki
posisi penting untuk menyelengarakan pemerintahan dan difungsikan sebagai alat
pemersatu bangsa. Sejalan dengan kebijakan desentralisasi dalam
penyelenggaraan pemerintahan, maka ada sebagian kewenangan dibidang
kepegawaian untuk diserahkan pada daerah yang dikelola dalam sistem
kepegawaian daerah
Kepegawaian daerah adalah suatu sistem dan prosedur yang diatur dalam
peraturan perundang-undangan sekurangnya-kurangnya meliputi perencanaan,
persyaratan, pengangkatan, penempatan, pendidikan, dan pelatihan, penggajian,
pemberhentian, pensiun, pembinaan, kedudukan, hak, kewajiban, tanggung jawab,
larangan, sanksi, dan penghargaan merupakan sub-sistem kepegawaian secara
nasional. Dengan demikian kepegawaian daerah merupakan suatu kesatuan
jaringan birokrasi dalam kepegawaian nasional,
Sistem manajemen pegawai yang sesuai dengan kondisi pemerintahan saat
ini, tidak murni menggunakan unified system namun sebagai konsekuensinya
digunakannya kebijakan desentralisasi maka dalam hal ini mengguakan gabungan
antara unified system an separated system, artinya ada bagian-bagian kewenangan
yang tetap meenjadi kewenangan yang diserahkan kepada daerah untuk
selanjutnya dilaksanakan oleh pembina kepegawaian daerah. Prinsip lain yang
dianut adalah memberikan suatu ketegasan dan kejelasan bahwa ada pemisahan
antara pejabat politik dan pejabat karier baik mengenai tatacara rekruitmentnya
maupun kedudukan, tugas, fungsi, wewenang, dan pembinaannya. Berdasarkan
prinsip dimaksud maka pembina kepegawaia daerah adalah pejabat karier
tertinggi pada pemerintah daerah
Penempatan pegawai untuk mengisi jabatan dengan kualifikasi umum
menjadi kewenangan masing-masing tingkatan pemerintahan sesuai dengan
perauran perundang-undangan, sedangkan untuk pengisian jabatann tertentu yang
memerlukan kualifikasi khusus seperti tenaga ahli dibidang tertentu pengalam
kerja tertentu di kabupaten atau kota, maka pembina kepegawaian tingkat provinsi
dan atau pemerintah dapat memberikan fasilitasi. Hal ini dalam rangka melakukan
pemerataan tenaga-tenaga pegawai tertent dan penempatan pegawai yang tepat
serta sesuai dengan kualifikasi jabatan yang diperlukan diseluruh daerah
Gaji dan tunjangan PNS daerah disediakan dengan menggunakan Dana
Alokasi Dasar yang ditetapkan secara nasional, merupakan bagian dalam Dana
Alokasi Umum (DAU) yang dinyatkan secara tegas
Hal ini dimaksudkan untuk lebih mempermudah apabila terjadi mutasi pegawai
antar daerah atau dari daerah ke pusat, dan atau sebaliknya serta untuk menjamin
kepastian penghasila yang berhak diterima oleh setiap pegawai
Pemberhentian pegawai negeri sipil daerah pada prinsipnya menjadi kewenangan
Presiden namun mengingat bahwa jumlah pegawai sangat besar maka agar
tercipta efisiensi dan efektivitas maka sebagian kewenangan tersebut diserahkan
kepada pembina kepegawaian daerah.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Sugiyono
(2008) mengemukakan bahwa metode kualitatif ialah metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat post positivisme, digunakan untuk meneliti pada
obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci,
pengambilan sampel sumber data dilakukan secara dan snowball, teknik
penelitian trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif,
dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.
Selain definisi diatas ada definisi penelitian kualitatif lainnya yang
dikemukakan oleh David Williams (dalam Muleong, 2006) bahwa penelitian
kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar alamiah dengan
menggunakan metode alamiah, dan dilakukan oleh peneliti yang tertarik
secara alamiah.
Alasan penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif karena
masalah yang dibahas dalam penelitian ini sangatlah kompleks dan fleksibel.
Sehingga data yang diperoleh dari narasumber ataupun responden merupakan
data yang berasal dari model naturalistik, yakni jawaban yang diperoleh dari
pihak narasumber ataupun responden merupakan jawaban yang bersifat apa
adanya sesuai dengan tanggapan mereka terhadap kenyataan di lapangan.
Penelitian kualitatif tidak bisa lepas dari analisis fenomenologi, dalam
pandangan ini peneliti berusaha untuk menyesuaikan keterkaitan antara
persepsi orang-orang dengan situasi yang sedang terjadi di suatu tempat.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di sekitar wilayah Kota Surakarta. Dalam kaitannya
dengan kebijakan otonomi daerah tentang kepegawaian PNS, peneliti
melakukan penelitian di Komplek Balaikota. Penelitian di Komplek Balaikota
dilakukan DI Badan Kepegawaian Daerah
C. Sumber Data
Penelitian ini menggunakan dua sumber data, yaitu data primer dan data
sekunder.
1. Data Primer
Data primer merupakan sumber data pokok dalam penelitian. Data primer
yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari wawancara dengan
kepala Badan Kepegawaian Daerah
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data pendukung dari data primer. Data
sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari data
dokumentasi maupun arsip dari dokumen-dokumen terkait, jurnal,
maupun artikel baik dari majalah, koran, serta dari internet.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan metode atau cara yang digunakan
peneliti untuk memperoleh data dan informasi yang berkaitan dengan fokus
penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa teknik,
yaitu:
1. Data Primer
Dalam data primer digunakan teknik wawancara. Wawancara dilakukan
secara mendalam Kepada kepala Badan Kepegawaian Daerah Kota
Surakarta untuk menganalisis mengenai kebijakan otonomi daerah UU 32
tahun 2004 dibidang manajemen kepegawaian telah membatasi mobilitas
PNS dalam meniti kariernya
2. Data Sekunder
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui
dokumentasi. Dokumentasi dilakukan dengan cara mencatat data-data,
dokumen-dokumen dalam rangka mengumpulkan data-data yang
berkaitan dengan objek penelitian yang diambil dari beberapa sumber
demi kesempurnaan penganalisaan. Data tersebut berupa buku-buku,
arsip-arsip, tabel-tabel dan bahan dokumentasi lainnya yang bermanfaat
sebagai sumber penelitian.
E. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak pengumpulan data.
Analisis data yang digunakan adalah analisis interaktif. Peneliti lebih memilih
analisis interaktif dikarenakan analisis ini mudah dilakukan dan mudah
dipahami oleh peneliti.
1. Reduksi data
Reduksi data merupakan komponen pertama dalam analisis data yang
mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal yang tidak
penting dan mengatur data sedemikian rupa sehingga simpulan penelitian
dapat dilakukan.
2. Penyajian data
Merupakan suatu kumpulan informasi, deskripsi dalam bentuk narasi
yang memungkinkan penarikan suatu kesimpulan dapat dilakukan.
Susunan penyajian data yang baik dan jelas sistematikanya akan banyak
membantu peneliti dalam mengumpulkan data. Dalam hal ini, penyajian
data meliputi berbagai matriks, gambar atau skema, jaringan kerja atau
kegiatan dan juga tabel-tabel. Kesemuanya itu dirancang guna merakit
informasi secara teratur supaya mudah dilihat dan dimengerti.
3. Penarikan simpulan
Penarikan simpulan dilakukan setelah semua data berhasil dikumpulkan.
Kemudian setelah menganalisis data-data tersebut, dicari pola, tema,
penjelasan dan kesamaan-kesamaan yang muncul. Dalam proses ini
landasan yang kuat sangat diperlukan agar kesimpulan yang dibuat dapat
dipertanggungjawabkan.
F. Validitas Data
Validitas data dimaksudkan sebagai pembuktian bahwa data yang diperoleh
peneliti sesuai dengan apa yang benar-benar terjadi di lapangan. Untuk
menguji validitas data, peneliti menggunakan metode triangulasi yang mana
untuk mendapatkan data tidak hanya diambil dari satu melainkan dari
beberapa sumber. Menurut H. B. Sutopo (2002: 79) triangulasi data atau
sumber memanfaatkan jenis sumber data yang berbeda-beda untuk menggali
data yang sejenis. Triangulasi data adalah teknik pemeriksaan keabsahan data
yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Dalam
penelitian ini, digunakan triangulasi data atau sumber, yang mana peneliti
bisa memperoleh informasi dan narasumber yang berbeda-beda posisinya
dengan teknik wawancara dan kuesioner yang mendalam sehingga informasi
dari narasumber yang satu bisa dibandingkan dengan yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Hadi, Sutrisno. 2000. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Yogyakarta
Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Subarsono, AG. 2005. Analisis Kebijakan Publik: Konsep, Teori, dan Aplikasi.
Yoyakarta: Pustaka Pelajar
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Sutopo, H.B. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press
Todaro, Michael. 1997. Pembangunan Ekonomi Dunia. Jakarta: Erlangga
Dokumen
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah dibidang
Kepegawaian