ANALISIS KADAR TSS, pH, COD DAN LOGAM Fe, Mn, Zn.docx

36
ANALISIS KADAR TSS, pH, COD DAN LOGAM Fe, Mn, Zn DALAM AIR SUNGAI DAN AIR LIMBAH DI LABORATORIUM LINGKUNGAN BALAI RISET DAN STANDARISASI INDUSTRI BANJARBARU 1 Vote BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sebagai sumber daya manusia kita dituntut untuk mempunyai keahlian, pengalaman dan kepekaan dalam mengatasi dan menghadapi berbagai permasalahan dan tantangan yang terjadi di dunia kerja. Untuk dapat terjun ke dunia kerja setelah lulus kuliah, setiap mahasiswa harus memiliki kesiapan dalam menghadapi keprofesionalan pekerjaannya yang sesuai dengan bidang yang digelutinya. Banyak sekali hal yang menjadi hambatan bagi seseorang yang belum mengalami pengalaman kerja untuk terjun ke dunia pekerjaan, seperti halnya ilmu pengetahuan yang diperoleh di kampus bersifat statis (pada kenyataannya masih kurang adaptif atau kaku terhadap kegiatan kegiatan dalam dunia kerja yang nyata), teori yang diperoleh belum tentu sama dengan praktek kerja di lapangan, dan keterbatasan waktu dan ruang yang mengakibatkan ilmu pengetahuan yang diperoleh masih terbatas. 1

Transcript of ANALISIS KADAR TSS, pH, COD DAN LOGAM Fe, Mn, Zn.docx

Page 1: ANALISIS KADAR TSS, pH, COD DAN LOGAM Fe, Mn, Zn.docx

ANALISIS KADAR TSS, pH, COD DAN LOGAM Fe, Mn, Zn DALAM AIR SUNGAI DAN AIR LIMBAH DI LABORATORIUM LINGKUNGAN BALAI RISET DAN STANDARISASI INDUSTRI BANJARBARU

 

 

 

 

 

 

1 Vote

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Sebagai sumber daya manusia kita dituntut untuk mempunyai keahlian, pengalaman dan kepekaan dalam mengatasi dan menghadapi berbagai permasalahan dan tantangan yang terjadi di dunia kerja. Untuk dapat terjun ke dunia kerja setelah lulus kuliah, setiap mahasiswa harus memiliki kesiapan dalam menghadapi keprofesionalan pekerjaannya yang sesuai dengan bidang yang digelutinya. Banyak sekali hal yang menjadi hambatan bagi seseorang yang belum mengalami pengalaman kerja untuk terjun ke dunia pekerjaan, seperti halnya ilmu pengetahuan yang diperoleh di kampus bersifat statis (pada kenyataannya masih kurang adaptif atau kaku terhadap kegiatan kegiatan dalam dunia kerja yang nyata), teori yang diperoleh belum tentu sama dengan praktek kerja di lapangan, dan keterbatasan waktu dan ruang yang mengakibatkan ilmu pengetahuan yang diperoleh masih terbatas.

1

Program studi D3 Analis Farmasi dan Makanan FMIPA UNLAM berusaha menghasilkan lulusan yang dapat bersaing dengan dunia kerja. Agar dapat menghasilkan lulusan yang dapat bersaing di dunia kerja maka mahasiswa perlu dibekali dengan ilmu-ilmu yang nantinya dapat diterapkan di dunia kerja, namun keterampilan dan keahlian dalam suatu bidang tertentu hanya bisa diperoleh apabila seseorang mempunnyai pengalaman dalam bidang tersebut. Oleh karena itu, mahasiswa dapat memperoleh pengalaman mengenai dunia kerja melalui program praktek kerja lapangan yang ditawarkan oleh program studi D3 Analis Farmasi dan Makanan FMIPA UNLAM.

Balai Riset dan Standardisasi Banjarbaru merupakan unit pelaksana teknis di lingkungan Kementerian Perindustrian berada di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri yang mana di dalamnya terdapat laboratorium lingkungan yang berfungsi 

Page 2: ANALISIS KADAR TSS, pH, COD DAN LOGAM Fe, Mn, Zn.docx

sebagai instalasi pengujian kandungan kimia seperti pengujian logam berat pada suatu sampel air yang dikirim oleh suatu perusahaan misalkan perusahaan batu bara ataupun perusahaan kelapa sawit. Tetapi sampel yang ada di Balai Riset dan Standardisasi Banjarbaru adalah sampel yang berasal dari limbah pertambangan batu bara.

Industri pertambangan batu bara adalah salah satu industri yang berpotensi menghasilkan air asam tambang. Batu bara biasanya berasosiasi dengan mineral sulfida seperti pirit, pirotit dan kalkopirit, sehingga apabila lapisan tersebut disingkap untuk mengambil batubara, maka senyawa tersebut akan teroksidasi oleh air dan udara sehingga terbentuklah air asam tambang yang mengandung asam sulfat yang diakselerasi mikroorganisme yang hidup pada pH rendah. Sifat asam dapat memicu terbentuknya logam-logam reaktif yaitu dalam bentuk ionnya, dengan demikian akan menimbulkan pencemaran logam pada lingkungan perairan.

1. Tujuan

Tujuan dari kerja praktek ini adalah :

1. Secara umum, untuk mendapat pengalaman secara langsung aplikasi ilmu dalam skala industri dan menambah pengetahuan mengenai proses-proses standarisasi pada suatu industri.

2. Secara khusus, untuk melakukan analisis kualitas air sungai dan air limbah yang ada di tempat magang, yang meliputi uji TSS, pH, COD dan cemaran logam (Fe, Mn dan Zn).

3. Manfaat

Manfaat yang diperoleh dari kerja praktek ini antara lain :

1. Bagi mahasiswa yaitu dapat mengetahui cara pengujian sampel air sungai dan air limbah dengan berbagai parameter serta pengujian sampel yang ada di Balai Riset dan Standardisasi Industri Banjarbaru.

2. Bagi Instansi Balai Riset dan Standardisasi Industri Banjarbaru, yaitu adanya tempat untuk sharingmengenai metode-metode yang diterapkan di sana dengan metode yang dilakukan di kampus pada saat praktikum ataupun penelitian.

3. Bagi Program Studi dan Fakultas, yaitu terbukanya jaringan kemitraan yang harapannya dapat bekerja sama dalam hal riset dan teknologi yang dimiliki.

BAB II

 

GAMBARAN UMUM INSTANSI BARISTAND INDUSTRI

1. Sejarah Dan Perkembangannya

Balai Riset dan Standardisasi Industri ini berlokasi di Jalan Panglima Batur Barat Nomor 2, Banjarbaru Kalimantan Selatan. Bangunan tersebut didirikan di atas tanah seluas 7.916 m2. Selain di Kalimantan Selatan, balai ini juga ditemui di Aceh, Medan, Padang, Palembang, Lampung, Manado, Ambon, 

Page 3: ANALISIS KADAR TSS, pH, COD DAN LOGAM Fe, Mn, Zn.docx

Pontianak, Samarinda, dan Surabaya. Sebelum akhirnya menjadi Baristand Industri Banjarbaru, balai ini telah mengalami beberapa kali pergantian nama. Pada tahun 1961, balai ini dinamakan Balai Penyelidikan Kimia Perwakilan Bogor di Banjarmasin, kemudian mengalami perubahan nama pada tahun 1973 menjadi Balai Penelitian Kimia Banjarbaru, dan berlanjut pada tahun 1980 berganti nama kembali menjadi Balai Penelitian dan Pengembangan Industri (Balai Industri) Banjarbaru, hingga kemudian menjadi Balai Riset dan Standardisasi Industri dan Perdagangan (Baristand Indag) Banjarbaru pada tahun 2002, dan pada tahun 2006 melalui peraturan Menteri Perindustrian R.I. No. 49/M-IND/PER/6/2006, dengan nama Balai Riset dan Standardisasi Industri (Baristand Industri) Banjarbaru sampai sekarang.

Balai Riset dan Standardisasi Industri Banjarbaru merupakan balai yang memiliki tugas pokok untuk melaksanakan riset dan standardisasi serta sertifikasi di bidang industri. Selain itu, balai ini berfungsi juga sebagai :

4

Pemasaran, promosi, pelayanan informasi, penyebarluasan, dan pendayagunaan hasil riset/litbang.

2. Perumusan dan penerapan standar, pengujian, dan sertifikasi dalam bidang bahan baku, bahan penolong proses peralatan/mesin, dan hasil produk.

3. Pengembangan teknologi, dan penanggulangan pencemaran industri.

4. Penyusunan program dan pengembangan kompetensi di bidang jasa riset/litbang.

5. Pelaksanaan urusan kepegawaian, keuangan, tata persuratan, perlengkapan, kearsipan, rumah tangga, koordinasi penyusunan bahan rencana dan program, penyiapan bahan evaluasi dan pelaporan Baristand Industri.

6. Kelompok Jabatan Fungsional

Page 4: ANALISIS KADAR TSS, pH, COD DAN LOGAM Fe, Mn, Zn.docx

 

Gambar 1. Struktur Organisasi Balai Riset Dan Standarisasi Industri Banjarbaru

1. Visi dan Misi Tempat Kerja Praktek

Visi

Menjadi pusat riset yang unggul dan terpercaya dalam memperkuat industri pengolahan sumber daya alam, khususnya kayu, rotan, bambu, dan hasil hutan lainnya.

Misi

1. Menghasilkan penelitian, perekayasaan, testing, standardisasi dan pelatihan teknologi pengolahan sumber daya alam (kayu, rotan, bambu) yang memiliki nilai tanggung jawab sosial serta ramah lingkungan.

2. Mendorong terwujudnya penguasaan teknologi yang bermanfaat bagi industri khususnya IKM, dalam meningkatkan nilai tambah dan daya saing.

3. Memberikan jasa layanan yang berkualitas di bidang pengujian, konsultasi, teknologi produk/proses, standardisasi, sertifikasi, penganggulangan pencemaran industri dan inkubasi bisnis serta informasi teknologi.

4. Menjamin kemitraan dengan industri, lembaga litbang, perguruan tinggi, dan lembaga lain di dalam maupun di luar negeri.

5. Kegiatan Unit Tempat Kerja

6. Personil

Baristand Industri Banjarbaru didukung oleh personil sebanyak 69 orang PNS dan 6 orang kontrak dari berbagai tingkatan pendidikan dan disiplin ilmu. Peningkatan kemampuan personil dilakukan melalui berbagai jenjang pendidikan dan diklat di bidang teknologi

 

 

1. Fasilitas

Fasilitas yang terdapat di Baristand Industri meliputi fasilitas fisik berupa :

1. Gedung

Balai memiliki luas lantai 1.837 m2 dan berada di atas tanah seluasnya kira kira 7.916 m2.

Page 5: ANALISIS KADAR TSS, pH, COD DAN LOGAM Fe, Mn, Zn.docx

A.1 Laboratorium Pengujian

1. Laboratorium Pengujian Kayu dan Rotan

2. Laboratorium Pengujian Makanan dan Minuman

3. Laboratorium Pengujian Lingkungan

4. Laboratorium Pengujian Pupuk dan Bahan Galian

5. Laboratorium Pengujian Mikrobiologi

6. Laboratorium Proses

A.2 Perpustakaan

Untuk mendukung kegiatannya, Balai memiliki perpustakaan yang dilengkapi dengan ± 6.079 meliputi buku-buku ilmiah, laporan hasil penelitian, dan majalah ilmiah, Warung Informasi Teknologi (Warintek).

1. Peralatan laboratorium, di antaranya :

Peralatan yang digunakan untuk mendukung kegiatan adalah :

1. Bidang Kimia : AAS, Spectrophotometer, Flamephotometer, Bomb Calorimeter; dll.

2. Bidang Fisika/Bangunan/Kayu : UTM, Mesin Aus, Moisture Tester, Humidifer Chamber, Veneer, Lathe, Hot Press,

3. Bidang Gas Emisi : Gas Imfinger, Automatic Gas Portable Analyzer, High Volume Sampler,

1. Jasa Pelayanan Teknis (JPT)

Jasa pelayanan teknis yang dapat diberikan oleh balai kepada masyarakat adalah :

1. Penelitian dan Pengembangan

Mampu memberikan jasa pelayanan teknis di bidang penelitian dan pengembangan (bahan baku, proses, produk, peralatan, dan pencemaran) untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dunia usaha.

2. Pelayanan Teknis Operasional

Dapat memberikan pelatihan dalam bidang :

1. Teknologi Proses

2. Teknik Sampling

3. Pengujian (bahan, produk dan limbah)

4. Pengujian

5. Bahan dan produk makanan dan minuman

6. Kayu, produk kayu dan bahan bangunan non logam lainnya.

7. Limbah Industri (padat, cair, gas emisi dan ambient)

Page 6: ANALISIS KADAR TSS, pH, COD DAN LOGAM Fe, Mn, Zn.docx

8. Aneka komoditi

9. Mikrobiologi ( coli, coliform, TPC, salmonella, kapang, dll)

10. Konsultasi

Memberikan konsultasi di bidang :

1. Teknologi

2. Sistem Manajemen Mutu

3. Standardisasi

4. Sampling dan Pengawasan Mutu

5. Perekayasaan Peralatan (TTG).

6. Standardisasi dan pengawasan mutu produk

7. Penyiapan Rancangan SNI

8. Penerapan dan Pengawasan SNI

9. Sampling Produk

10. Perekayasaan

Perekayasaan peralatan teknologi tepat guna untuk meningkatkan produktivitas IKM (alat pengering pellet ikan, pengering hortikultura, mesin pembelah batu aji, pencetak amplang, dll).

7. Akreditasi Laboratorium

Laboratorium Penguji Balai Riset dan Standardisasi Industri Banjarbaru telah menerapkan ISO Guide 25 dan mendapatkan akreditasi dari Komite Akreditasi Nasional (KAN) terhitung sejak tanggal 20 Oktober 2011 dengan No. Akreditasi LP – 543 IDN. Untuk meningkatkan mutu uji dan memberikan kepuasan bagi pelanggan, maka laboratorium menerapkan ISO 17025-2008

 

BAB III

METODE KERJA PRAKTEK

1. Waktu Pelaksanaan

Kerja praktek ini dilakukan selama minimal 50 hari kerja mulai tanggal 20 Januari–05 April 2014 dan bertempat di Laboratorium Balai Riset Dan Standardisasi Industri Banjarbaru dengan alamat Jl. Panglima Batur Barat No. 2, Banjarbaru. Kerja Praktek dimulai dari pukul 07.30-16.00 WITA pada hari kerja Senin sampai Jum’at.

Page 7: ANALISIS KADAR TSS, pH, COD DAN LOGAM Fe, Mn, Zn.docx

1. Bentuk Kerja Praktek

Bentuk kerja praktek yang dilakukan oleh mahasiswa adalah magang, dimana mahasiswa ikut melakukan pekerjaan yang biasa dilakukan staf di laboratorium khususnya dalam analisis sampel. Kegiatan kerja praktek mahasiswa meliputi pemeriksaan sampel di laboratorium, namun lebih menekankan pada pemeriksaan kandungan kimia terhadap sampel. Hasil pemeriksaan ini digunakan sebagai evaluasi terhadap pengendalian mutu laboratorium yang dilakukan secara berkala.

10

Bentuk kerja praktek magang mahasiswa untuk memperoleh berbagai informasi dan analisa kualitas sampel dari berbagai sumber serta merasakan kondisi suasana dunia kerja, sehingga dalam kegiatannya mahasiswa tidak bisa lepas dari staf laboratorium yang membantu mahasiswa dalam melakukan pemeriksaan sampel di laboratorium. Dalam melakukan praktek, mahasiswa dibimbing sehingga bisa mengetahui apa yang harus dilakukan dalam melakukan praktek.

1. Prosedur Kerja

C.1. Uji padatan tersuspensi total (total suspended solid/TSS) (SNI 06-6989.3:2004)

1. Prinsip

Contoh uji yang telah homogen disaring dengan kertas saring yang telah ditimbang. Residu yang tertahan pada saringan dikeringkan sampai mencapai berat konstan pada suhu 103°C sampai dengan 105°C. Kenaikan berat saringan mewakili padatan tersuspensi total (TSS). Jika padatan tersuspensi mengahambat saringan dan memperlama penyaringan, diameter pori-pori saringan perlu diperbesar atau mengurangi volume contoh uji. Untuk memperoleh estimasi TSS, dihitung perbedaan antara padatan terlarut total dan padatan total.

1. Bahan

2. Kertas saring

3. Air suling.

4. Peralatan

5. a) Desikator yang berisi silika gel.

6. b) Oven, untuk pengoperasian pada suhu 103°C sampai dengan 105°

7. c) Timbangan analitik dengan ketelitian 0,1 mg.

8. d) Pengaduk magnetik.

9. e) Pipet volume.

10. f) Gelas ukur.

11. g) Cawan aluminium.

12. h) cawan porselen/cawan Gooch.

Page 8: ANALISIS KADAR TSS, pH, COD DAN LOGAM Fe, Mn, Zn.docx

13. i)

14. j) Kaca arloji.

15. k) Pompa vacum.

16. Persiapan dan pengawetan contoh uji

17. Persiapan contoh uji

Gunakan wadah gelas atau botol plastik polietilen atau yang setara.

1. Pengawetan contoh

Awetkan contoh pada suhu 4°C untuk meminimalkan dekomposisi mikrobiologikal terhadap padatan. Contoh uji sebaiknya disimpan tidak lebih dari 24 jam.

1. Prosedur

2. a) Lakukan penyaringan dengan peralatan vakum. Basahi saringan dengan sedikit air suling.

3. b) Aduk contoh uji dengan pengaduk magnetik untuk memperoleh contoh uji yang lebih homogen.

4. c) Pipet contoh uji dengan volume tertentu, pada waktu contoh diaduk dengan pengaduk magnetik.

5. d) Cuci kertas saring atau saringan dengan 3 x 10 mL air suling, biarkan kering sempurna dan lanjutkan pengeringan dengan vakum selama 3 menit agar diperoleh penyaringan sempurna.

6. e) Pindahkan kertas saring secara hati-hati dari peralatan penyaring dan pindahkan ke wadah timbangan aluminium sebagai penyangga.

7. f) Keringkan dalam oven selama 1 jam pada suhu 103°C-105°C, dinginkan dalam desikator untuk menyeimbangkan suhu dan timbang.

8. g) Ulangi tahapan pengeringan, pendinginan dalam desikator dan lakukan penimbangan sampai diperoleh berat konstan atau sampai perubahan berat lebih kecil dari 4% terhadap penimbangan sebelumnya atau lebih kecil dari   0,5 g.

C.2. Uji derajat keasaman (pH) (SNI 06-6989.11:2004)

1. Prinsip

Metode pengukuran pH berdasarkan pengukuran aktifitas ion hidrogen secara potensiometri/elektrometri dengan menggunakan pH meter.

1. Bahan

Larutan penyangga (buffer) 4, buffer 7, dan buffer 10.

1. Peralatan

2. a) pH meter dengan perlengkapannya.

Page 9: ANALISIS KADAR TSS, pH, COD DAN LOGAM Fe, Mn, Zn.docx

3. b) Pengaduk gelas atau magnetik.

4. c) Gelas piala 250 mL.

5. d) Kertas tissue.

6. e) Timbangan analitik.

7. f)

8. Persiapan pengujian

Lakukan kalibrasi alat pH meter dengan larutan penyangga sesuai instruksi kerja alat. Untuk contoh uji yang mempunyai suhu tinggi, kondisikan contoh uji sampai suhu kamar.

1. Prosedur

2. a) Keringkan dengan kertas tissue selanjutnya bilas elektroda dengan air suling.

3. b) Bilas elektroda dengan contoh uji.

4. c) Celupkan elektroda ke dalam contoh uji sampai pH meter menunjukan pembacaan yang tetap.

5. d) Catat hasil pembacaan skala atau angka pada tampilan dari pH meter.

C.3. Analisis COD

1. Prinsip

Senyawa organik dan anorganik, terutama organik dalam contoh uji dioksidasi oleh Cr2O72- dalam refluks 

tertutup menghasilkan Cr3+. Jumlah oksidan yang dibutuhkan dinyatakan dalam ekuivalen oksigen (O2mg/L) diukur secara spektrofotometri sinar tampak. Cr2O7

2- kuat mengabsorpsi pada panjang gelombang 420 nm dan Cr3+ kuat mengabsorpsi pada panjang gelombang 600 nm.

Untuk nilai COD 100 mg/L sampai dengan 900 mg/L kenaikan Cr3+ ditentukan pada panjang gelombang 600 nm. Pada contoh uji dengan nilai COD yang lebih tinggi, dilakukan pengenceran terlebih dahulu sebelum pengujian. Untuk nilai COD lebih kecil atau sama dengan 90 mg/L penurunan konsentrasi Cr2O7

2-ditentukan pada panjang gelombang 420 nm.

1. Bahan

2. Air bebas organik;

3. Digestion solution pada kisaran konsentrasi tinggi.

Tambahkan 10,216 g  yang K2Cr2O7 telah dikeringkan pada suhu 150 °C selama 2 jam ke dalam 500 mL air suling. Tambahkan 167 mL H2SO4 pekat dan 33,3 g HgSO4. Larutkan dan dinginkan pada suhu ruang dan encerkan sampai 1000 mL.

1. Larutan pereaksi asam sulfat

Larutkan 10,12 g serbuk atau kristal Ag2SO4 ke dalam 1000 mL H2SO4 pekat. Aduk hingga larut.

Page 10: ANALISIS KADAR TSS, pH, COD DAN LOGAM Fe, Mn, Zn.docx

1. Asam sulfamat (NH2SO3H)

Digunakan jika ada gangguan nitrit. Tambahkan 10 mg asam sulfamat untuk setiap mg NO2-N yang ada dalam contoh uji.

1. Larutan baku Kalium Hidrogen Ftalat (HOOCC6H4COOK, KHP) ≈ COD 500 mg O2/L

Gerus perlahan KHP, lalu keringkan sampai berat konstan pada suhu 110 °C. Larutkan 425 mg KHP ke dalam air bebas organik dan tepatkan sampai 1000 mL. Larutan ini stabil bila disimpan dalam kondisi dingin pada temperatur 4 °C ± 2 °C dan dapat digunakan sampai 1 minggu selama tidak ada pertumbuhan mikroba.

1. Alat

A. Spektrofotometer sinar tampak (400 nm sampai dengan 700 nm);

B. Kuvet;

C. Digestion vessel, lebih baik gunakan kultur tabung borosilikat dengan ukuran 16 mm x 100 mm; 20 mm x 150 mm atau 25 mm x 150 mm bertutup ulir. Atau alternatif lain, gunakan ampul borosilikat dengan kapasitas 10 mL (diameter 19 mm sampai dengan 20 mm);

D. Pemanas dengan lubang-lubang penyangga tabung (heating block)

E. Buret;

F. Labu ukur 50,0 ; 100,0 ; 250,0 ; 500,0 dan 1000,0 mL;

G. Pipet volumetrik 5,0; 10,0; 15,0; 20,0 dan 25,0 mL;

H. Gelas piala;

I. Magnetic stirrer; dan

J. Timbangan analitik dengan ketelitian 0,1 mg.

2. Persiapan dan pengawetan contoh uji

3. Persiapan contoh uji

4. homogenkan contoh uji;

5. cuci digestion vessel dan tutupnya dengan H2SO4 20 % sebelum digunakan;

6. Pengawetan contoh uji

Bila contoh uji tidak dapat segera diuji, maka contoh uji diawetkan dengan menambahkan H2SO4 pekat sampai pH lebih kecil dari 2 dan disimpan dalam pendingin pada temperatur 4 °C ± 2 °C dengan waktu simpan maksimum yang direkomendasikan 7 hari.

1. Pembuatan larutan kerja

Page 11: ANALISIS KADAR TSS, pH, COD DAN LOGAM Fe, Mn, Zn.docx

Buat deret larutan kerja dari larutan induk KHP dengan 1 (satu) blanko dan minimal 3 kadar yang berbeda secara proporsional yang berada pada rentang pengukuran.

1. Prosedur Kerja

2. proses digestion

pipet volume contoh uji atau larutan kerja, tambahkan digestion solution dan    tambahkan larutan pereaksi asam sulfat yang memadai ke dalam tabung atau ampul, seperti yang dinyatakan dalam tabel berikut:

Tabel 1 – Contoh uji dan larutan pereaksi untuk bermacam-macam digestion vessel

 

Digestion VesselContohuji (mL)

Digestionsolution (mL)

Larutanpereaksi asamsulfat (mL)

Total volume(mL)

Tabung kultur

16 x 100 mm 2,50 1,50 3,5 7,5

20 x 150 mm 5,00 3,00 7,0 15,0

25 x 150 mm 10,00 6,00 14,0 30,0

Standar Ampul:

10 Ml 2,50 1,50 3,5 7,5

tutup tabung dan kocok perlahan sampai homogen;

letakkan tabung pada pemanas yang telah dipanaskan pada suhu 150 °C, lakukan refluks selama 2 jam.

1. Pembuatan kurva kalibrasi

Kurva kalibrasi dibuat dengan tahapan sebagai berikut:

1. hidupkan alat dan optimalkan alat uji spektrofotometer sesuai petunjuk penggunaan alat untuk pengujian COD. Atur panjang gelombangnya pada 600 nm atau 420 nm;

2. ukur serapan masing-masing larutan kerja kemudian catat dan plotkan terhadap kadar COD;

C.4. Analisis logam Mn (mangan) (SNI 6989.5:2009)

1. Prinsip

Analit logam mangan dalam nyala udara-asetilen diubah menjadi bentuk atomnya, menyerap energi radiasi elektromegnetik yang berasal dari lampu katoda dan besarnya serapan berbanding lurus dengan kadar analit.

1. Bahan

Page 12: ANALISIS KADAR TSS, pH, COD DAN LOGAM Fe, Mn, Zn.docx

2. Air bebas mineral.

3. Asam nitrat (HNO3) pekat.

4. Logam mangan (Mn) dengan kemurnian minimum 99,5%.

5. Gas asetilen (C2H2) HP dengan tekanan minimum 100 psi.

6. Larutan pengencer HNO3 0,05 M.

Larutkan 3,5 mL HNO3 pekat ke dalam 1000 mL air bebas mineral dalam gelas piala.

1. Larutan pencuci HNO3 5% (v/v).

Tambahkan 50 mL asam nitrat pekat ke dalam 800 mL air bebas mineral ke dalam gelas piala 1000 mL, lalu tambahkan air bebas mineral hingga 1000 mL dan homogenkan.

1. Larutan kalsium

Larutkan 630 mg kalsium karbonat (CaCO3) dalam 50 mL HCl (1+5). Bila perlu larutan didihkan untuk menyempurnakan larutan. Dinginkan dan encerkan dengan air bebas mineral hingga 1 liter.

1. Udara tekan.

2. Peralatan

3. Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)-nyala.

4. Lampu katoda berongga (Hollow Cathode Lamp/HCL) mangan.

5. Gelas piala 100 dan 250 mL.

6. Pipet volumetrik 10,0 dan 50,0 mL.

7. Labu ukur 50,0; 100,0; dan 1000 mL.

8. Erlenmeyer 100 mL.

9. Corong gelas.

10. Kaca arloji.

11. Pemanas listrik.

12. Seperangkat alat saring vakum.

13. Kertas saring whatman 40; dengan ukuran pori 0,45 μ

14. Timbangan analitik dengan ketelitian 0,0001 g.

15. Labu semprot.

16. Pengawetan contoh uji

Bila contoh uji tidak dapat segera diuji, maka contoh uji diawetkan dengan penambahan HNO3 sampai pH kurang dari 2 dengan waktu simpan maksimal 6 bulan.

Page 13: ANALISIS KADAR TSS, pH, COD DAN LOGAM Fe, Mn, Zn.docx

1. Persiapan pengujian

2. Persiapan contoh uji mangan terlarut

Siapkan contoh uji yang telah disaring dengan saringan membran berpori 0,45 μm dan diawetkan. Contoh uji siap diukur.

1. Persiapan contoh uji mangan total

A. Masukkan 50,0 mL contoh uji yang sudah dikocok sampai homogen ke dalam gelas piala 100 mL atau erlenmeyer 100 mL.

B. Tambahkan 5 mL HNO3 pekat, bila menggunakan gelas piala, tutup dengan kaca arloji dan bila dengan erlenmeyer gunakan corong sebagai penutup.

C. Panaskan perlahan-lahan sampai sisa volumenya 15 mL sampai dengan 20 mL.

D. Ditambahkan 50,0 mL air suling.

E. Contoh uji siap diukur serapannya.

 

1. Pembuatan larutan induk logam mangan 100 mg/L

Timbang ± 0,100 g logam mangan, masukan ke dalam labu ukur 1000,0 mL.

Tambahkan 10 mL HCl pekat dan 1 mL HNO3 pekat hingga larut.

Tambahkan air bebas mineral hingga tepat tanda tera dan homogenkan.

Hitung kembali kadar sesungguhnya berdasarkan hasil penimbangan.

1. Pembuatan larutan baku logam mangan 10 mg/L

Pipet 10,0 mL larutan induk Mn 100 mg/L, masukan ke dalam labu ukur 100,0 mL.

Tepatkan dengan larutan pengencer sampai tanda batas dan homogenkan.

1. Pembuatan larutan kerja logam mangan

Buat deret larutan kerja dengan satu blanko dan minimal 3 kadar yang berbeda secara proporsional dan berada pada rentang pengukuran.

1. Prosedur dan pembuatan kurva kalibrasi

2. Optimasikan alat SSA sesuai petunjuk pengguanaan alat.

3. Ukur masing-masing larutan kerja yang telah dibuat pada panjang gelombang 279,5 nm.

4. Lakukan pembilasan pada selang aspirator dengan larutan pengencer.

5. Buat kurva kalibrasi untuk mendapatkan persamaan garis regresi.

6. Lanjutkan dengan pengukuran contoh uji yang sudah dipersiapkan.

Page 14: ANALISIS KADAR TSS, pH, COD DAN LOGAM Fe, Mn, Zn.docx

C.5. Analisis logam Fe (SNI 6989.4:2009)

1. Prinsip

Analit logam besi dalam nyala udara-asetilen diubah menjadi bentuk atomnya, menyerap energi radiasi elektromegnetik yang berasal dari lampu katoda dan besarnya serapan berbanding lurus dengan kadar analit.

1. Bahan

A. Air bebas mineral.

B. Asam nitrat (HNO3) pekat.

C. Larutan standar logam besi (Fe).

D. Gas asetilen (C2H2) HP dengan tekanan minimum 100 psi.

E. Larutan pengencer HNO3 5% (v/v).

Tambahkan 50 mL asam nitrat pekat ke dalam 800 mL air bebas mineral ke dalam gelas piala 1000 mL, lalu tambahkan air bebas mineral hingga 1000 mL dan homogenkan.

6. Larutan pencuci HNO3 5% (v/v).

Tambahkan 50 mL asam nitrat pekat ke dalam 800 mL air bebas mineral ke dalam gelas piala 1000 mL, lalu tambahkan air bebas mineral hingga 1000 mL dan homogenkan.

7. Larutan kalsium

Larutkan 630 mg kalsium karbonat (CaCO3) dalam 50 mL HCl (1+5). Bila perlu larutan didihkan untuk menyempurnakan larutan. Dinginkan dan encerkan dengan air bebas mineral hingga 1 liter.

8. Udara tekan.

9. Peralatan

1. Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)-nyala.

2. Lampu katoda berongga (Hollow Cathode Lamp/HCL) besi.

3. Gelas piala 100 mL dan 250 mL.

4. Pipet volumetrik 10,0 mL dan 50,0 mL.

5. Labu ukur 50,0; 100,0; dan 1000 mL.

6. Erlenmeyer 100 mL.

7. Corong gelas.

8. Kaca arloji.

9. Pemanas listrik.

Page 15: ANALISIS KADAR TSS, pH, COD DAN LOGAM Fe, Mn, Zn.docx

10. Seperangkat alat saring vakum.

11. Kertas saring whatman 40; dengan ukuran pori 0,45 μ

12. Timbangan analitik dengan ketelitian 0,0001 g.

13. Labu semprot.

14. Pengawetan contoh uji

Bila contoh uji tidak dapat segera diuji, maka contoh uji diawetkan dengan penambahan HNO3 sampai pH kurang dari 2 dengan waktu simpan maksimal 6 bulan.

1. Persiapan pengujian

2. Persiapan contoh uji besi terlarut

Siapkan contoh uji yang telah disaring dengan saringan membran berpori 0,45 μm dan diawetkan. Contoh uji siap diukur.

1. Persiapan contoh uji besi total

Masukkan 50,0 mL contoh uji yang sudah dikocok sampai homogen ke dalam gelas piala 100 mL atau erlenmeyer 100 mL.

Tambahkan 5 mL HNO3 pekat, bila menggunakan gelas piala, tutup dengan kaca arloji dan bila dengan erlenmeyer gunakan corong sebagai penutup.

Panaskan perlahan-lahan sampai sisa volumenya 15 mL sampai dengan 20 mL.

Ditambahkan 50,0 mL air suling.

Contoh uji siap diukur serapannya.

1. Pembuatan larutan induk logam besi 100 mg/L

Timbang ± 0,100 g logam besi, masukan ke dalam labu ukur 1000,0 mL.

Tambahkan 10 mL HCl (1+1) pekat dan 3 mL HNO3 pekat hingga larut.

Tambahkan 5 mL HNO3 pekat lalu encerkan dengan air bebas mineral hingga tepat tanda tera.

Hitung kembali kadar sesungguhnya berdasarkan hasil penimbangan.

1. Pembuatan larutan baku logam besi 10 mg/L

A. Pipet 10,0 mL larutan induk 100 mg Fe/L, masukan ke dalam labu ukur 100,0 mL.

B. Tepatkan dengan larutan pengencer sampai tanda batas dan homogenkan.

2. Pembuatan larutan kerja logam besi

Buat deret larutan kerja dengan satu blanko dan minimal 3 kadar yang berbeda secara proporsional dan berada pada rentang pengukuran.

Page 16: ANALISIS KADAR TSS, pH, COD DAN LOGAM Fe, Mn, Zn.docx

1. Prosedur dan pembuatan kurva kalibrasi

Optimasikan alat SSA sesuai petunjuk pengguanaan alat.

Ukur masing-masing larutan kerja yang telah dibuat pada panjang gelombang 248,3 nm.

Lakukan pembilasan pada selang aspirator dengan larutan pengencer.

Buat kurva kalibrasi untuk mendapatkan persamaan garis regresi.

Lanjutkan dengan pengukuran contoh uji yang sudah dipersiapkan.

C.6. Analisis Logam Zn (SNI 6989.7:2009)

1. Prinsip

Analit logam seng dalam nyala udara-asetilen diubah menjadi bentuk atomnya, menyerap energi radiasi elektromagnetik yang berasaldari lampu katoda dan besarnya serapan berbanding lurus dengan kadar analit. .

1. Bahan

2. a) air bebas mineral;

3. b) asam nitrat (HNO3) pekat p.a;

4. c) logam seng (Zn) dengan kemurnian 99,9%;

5. d) gas asetilen (C2H2) HP dengan tekanan minimum 100 psi;

6. e) larutan pengencer HNO3 0,05 M;

Larutkan 3,5 mL HNO3 pekat ke dalam 1000 mL air bebas mineral dalam gelas

piala.

1. f) larutan pencuci HNO3 5% (v/v).

Tambahkan 50 mL asam nitrat pekat ke dalam 800 mL air bebas mineral dalam

gelas piala 1000 mL, lalu tambahkan air bebas mineral hingga 1000 mL dan

homogenkan.

1. g) Larutan kalsium

Larutkan 630 mg kalsium karbonat (CaCO3) dalam 50 mL HCl (1+5). Bila

Page 17: ANALISIS KADAR TSS, pH, COD DAN LOGAM Fe, Mn, Zn.docx

perlu larutan dididihkan untuk menyempurnakan larutan. Dinginkan dan

encerkan dengan air bebas mineral hingga 1 liter.

1. h) udara tekan.

2. Peralatan

3. a) Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)-nyala;

4. b) lampu katoda berongga (Hollow Cathode Lamp, HCL) seng;

5. c) gelas piala 100 mL dan 250 mL;

6. d) pipet volumetrik 10,0 mL dan 50,0 mL;

7. e) labu ukur 50,0; 100,0 dan 1000,0 mL;

8. f) Erlenmeyer100 mL;

9. g) corong gelas;

10. h) kaca arloji;

11. i) pemanas listrik;

12. j) seperangkat alat saring vakum;

13. k) saringan membran dengan ukuran pori 0,45 µm;

14. l) timbangan analitik dengan ketelitian 0,0001 g; dan

15. m) labu semprot.

16. Pengawetan contoh uji

Bila contoh uji tidak dapat segera diuji, maka contoh uji diawetkan dengan penambahan HNO3 sampai pH kurang dari 2 dengan waktu simpan maksimal 6 bulan.

1. Persiapan pengujian

2. Persiapan contoh uji seng terlarut

Siapkan contoh uji yang telah disaring dengan saringan membran berpori 0,45 μm dan diawetkan. Contoh uji siap diukur.

1. Persiapan contoh uji seng total

Siapkan contoh uji untuk pengujian seng total, dengan tahapan sebagai berikut:

1. homogenkan contoh uji, pipet 50,0 mL contoh uji dan masukkan ke dalam gelas piala 100 mL atau erlenmeyer100 mL;

2. tambahkan 5 mL HNO3 pekat, bila menggunakan gelas piala, tutup dengan kaca arloji dan bila dengan erlenmeyer gunakan corong sebagai penutup;

Page 18: ANALISIS KADAR TSS, pH, COD DAN LOGAM Fe, Mn, Zn.docx

3. panaskan perlahan-lahan sampai sisa volumenya 15 – 20 mL;

4. jika destruksi belum sempurna (tidak jernih), maka tambahkan lagi 5 mL HNO3 pekat, kemudian tutup gelas piala dengan kaca arloji atau tutup Erlenmeyer dengan corong dan panaskan lagi (tidak mendidih). Lakukan proses ini secara berulang sampai semua logam larut, yang terlihat dari warna endapan dalam contoh uji menjadi agak putih atau contoh uji menjadi jernih;

5. bilas kaca arloji dan masukkan air bilasannya ke dalam gelas piala;

6. pindahkan contoh uji ke dalam labu ukur 50,0 mL (saring bila perlu) dan tambahkan air bebas mineral sampai tepat tanda tera dan dihomogenkan;

7. contoh uji siap diukur serapannya.

8. Pembuatan larutan induk logam seng 100 mg/L

9. timbang ±0,100 g logam seng, masukkan ke dalam labu ukur 1000,0 mL;

10. tambahkan 20 mL HCl (1+1) hingga larut (≈100 mg Zn/L);

11. tambahkan air bebas mineral hingga tepat tanda tera, lalu homogenkan;

12. hitung kadar seng berdasarkan hasil penimbangan.

13. Pembuatan larutan baku logam seng 10 mg/L

14. pipet 10,0 mL larutan induk seng 100 mg/L, masukkan ke dalam labu ukur 100,0 mL;

15. tepatkan dengan larutan pengencer sampai tanda tera dan homogenkan.

16. Pembuatan larutan kerja logam seng

Buat deret larutan kerja dengan 1 (satu) blanko dan minimal 3 (tiga) kadar yang berbeda secara proporsional dan berada pada rentang pengukuran.

1. Pembuatan kurva kalibrasi dan pengukuran contoh uji

2. Pembuatan kurva kalibrasi

Kurva kalibrasi dibuat dengan tahapan sebagai berikut:

1. operasikan alat dan optimasikan sesuai dengan petunjuk penggunaan alat untuk pengukuran seng;

2. aspirasikan larutan blanko ke dalam SSA-nyala kemudian atur serapan hingga nol;

3. aspirasikan larutan kerja satu persatu kedalam SSA-nyala, lalu ukur serapannya pada panjang gelombang 213,9 nm, kemudian catat;

4. lakukan pembilasan pada selang aspirator dengan larutan pengencer;

5. buat kurva kalibrasi dari data pada butir 3.6.1.c) di atas, dan tentukan persamaan garis lurusnya;

6. jika koefisien korelasi regresi linier (r) < 0,995, periksa kondisi alat dan ulangi langkah pada butir 3.6.1 b) sampai dengan c) hingga diperoleh nilai koefisien r ≥0,995.

Page 19: ANALISIS KADAR TSS, pH, COD DAN LOGAM Fe, Mn, Zn.docx

A. Pengukuran contoh uji

Uji kadar seng dengan tahapan sebagai berikut:

1. aspirasikan contoh uji ke dalam SSA-nyala lalu ukur serapannya pada panjang gelombang 213,9 nm. Bila diperlukan, lakukan pengenceran;

2. catat hasil pengukuran.

 

BAB IV

 

PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

1. Evaluasi Pelaksanaan Kerja Praktek

Kerja praktek yang dilaksanakan selama 50 hari kerja di Balai Riset dan Standardisasi Industri mulai dari tanggal 20 Januari – 05 April 2014 berjalan dengan lancar dan banyak memberikan pengalaman kerja yang berharga bagi mahasiswa sehingga dapat dijadikan acuan apabila sudah memasuki dunia kerja yang sesungguhnya. Mahasiswa mampu berinteraksi dan terlibat langsung dalam kerja sama tim yang diterapkan pada perusahaan tersebut. Kerjasama tim menunjukkan profesionalisme karyawan sebagai bentuk koordinasi yang baik dan terstruktur. Pembagian tugas kerja pun mutlak dilakukan karena banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Mahasiswa ikut terlibat sehingga mahasiswa banyak mendapatkan keterampilan dalam bekerja. Selama kerja praktek hingga selesai telah terjalin kerja sama yang baik antara mahasiswa dengan pihak instansi tersebut. Diharapkan hubungan ini dapat berlanjut dan memberi manfaat bagi kedua belah pihak. Harapan selanjutnya, berkat adanya kerja praktek ini tidak menutup kemungkinan alumni FMIPA Unlam untuk dapat bekerja di instansi tersebut karena sudah terjalin hubungan yang baik antara FMIPA Unlam dengan instansi tersebut.

1. Hasil Analisis dan Pembahasan

28

Hasil Pengamatan terhadap sampel air sungai dan air limbah dengan parameter TSS, derajat keasaman (pH), COD, dan cemaran logam (Mn, Fe dan Zn) di Laboratorium Lingkungan Balai dan Riset Standardisasi Industri Banjarbaru.

Tabel 1. Data Hasil Analisis Air Sungai

No Parameter Uji

Hasil Uji

SatuanSyarat Mutu Menurut PP RI No. 82 Thn 2001

Sampel Air Sungai 1

Sampel Air Sungai 2

1 TSS 268 67 mg/L 400

2 pH 6,88 6,84 – 5-9

3 COD 161,26 9,6724 mg/L 100

Page 20: ANALISIS KADAR TSS, pH, COD DAN LOGAM Fe, Mn, Zn.docx

4 Besi (Fe) 0,174 0,582 mg/L –

5 Mangan (Mn) 0,881 0,008 mg/L –

6 Seng (Zn) ND* ND* mg/L 2

Keterangan: * ND = Not Detection

Tabel 2. Data Hasil Analisis Air Limbah

No Parameter Uji Hasil Uji Air Limbah Sawit

 

Syarat Mutu Menurut PerGub Kal-Sel No. 4 Thn 2007

1 TSS 434 200 mg/L

2 pH 7,78 6-9

3 COD 275,6 100 mg/L

4 Besi (Fe) 1,476 5 mg/L

5 Mangan (Mn) 0,195 2 mg/L

6 Seng (Zn) 0,010 2 mg/L

 

Air merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki fungsi sangat penting bagi kehidupan dan perikehidupan manusia, serta untuk memajukan kesejahteraan umum, sehingga merupakan modal dasar dan faktor utama pembangunan. Klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas :

1. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau peruntukan lain yang memper-syaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

2. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

3. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

4. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

Air limbah adalah sisa dari suatu hasil usaha dan/atau kegiatan yang berwujud cair. Pembuangan air limbah baik yang bersumber dari kegiatan domestik (rumah tangga) maupun industri ke badan air dapat menyebabkan pencemaran lingkungan apabila kualitas air limbah tidak memenuhi baku mutu limbah sehingga menyebabkan terjadinanya penurunan mutu atau kualitas pada badan air.

B.1 Analisis TSS

Page 21: ANALISIS KADAR TSS, pH, COD DAN LOGAM Fe, Mn, Zn.docx

Total Suspended Solid (TSS) atau padatan tersuspensi adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan air, tidak terlarut, dan tidak dapat mengendap. Padatan tersuspensi terdiri dan partikel-partikel yang ukuran maupun beratnya lebih kecil dari pada sedimen, seperti bahan-bahan Organik tertentu, tanah liat dan lainnya. Partikel menurunkan intensitas cahaya yang tersuspensi dalam air umumnya terdiri dari fitoplankton, zooplatkton, kotoran hewan, sisa tanaman dan hewan, kotoran manusia dan limbah industri (Azwir, 2006).

TSS merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi kimia yang heterogen, dan berfungsi sebagai bahan pembentuk endapan yang paling awal dan dapat menghalangi kemampuan produksi zat organik di suatu perairan. TSS umumnya dihilangkan dengan flokulasi dan penyaringan. TSS memberikan kontribusi untuk kekeruhan dengan membatasi penetrasi cahaya untuk fotosintesis dan visibilitas di perairan. Oleh karena itu nilai kekeruhan tidak dapat dikonversi ke nilai TSS. TSS berhubungan erat dengan erosi tanah dan erosi dari saluran sungai. TSS sangat bervariasi, mulai kurang dari 5 mgL-1 yang yang paling ekstrem 30.000 mgL-1 di beberapa sungai. TSS ini menjadi ukuran penting erosi di alur sungai. Estimasi nilai TSS diperoleh dengan cara menghitung perbedaan antara padatan terlarut total dan padatan total.

Hasil yang diperoleh dari analisis TSS yaitu untuk sampel air sungai 1 yaitu sebesar 268 mg/L dari hasil air sungai tersebut memenuhi syarat mutu. Untuk sampel air sungai 2 hasil yang diperoleh yaitu sebesar 67 mg/L dari hasil air sungai tersebut memenuhi syarat mutu, sedangkan untuk sampel air limbah yaitu sebesar 434 mg/L hasil analisis tersebut melebihi syarat mutu yang diperbolehkan yaitu 200 mg/L.

B.2. Analisis pH

Derajat keasaman adalah ukuran untuk menentukan sifat asam dan basa. Perubahan pH di suatu air sangat berpengaruh terhadap proses fisika, kimia, maupun biologi dari organisme yang hidup di dalamnya. Derajat keasaman diduga sangat berpengaruh terhadap daya racun bahan pencemaran dan kelarutan beberapa gas, serta menentukan bentuk zat didalam air. Nilai pH air digunakan untuk mengekpresikan kondisi keasaman (kosentrasi ion hidrogen) air limbah. Skala pH berkisarantara 1-14. Kisaran nilai pH 1-7 termasuk kondisi asam, pH 7-14 termasuk kondisi basa, dan pH 7 adalah kondisi netral (Azwir, 2006).

Hasil yang diperoleh dari analisis pH yaitu untuk sampel air sungai 1 yaitu sebesar 6,88, untuk sampel air sungai 2 yaitu sebesar 6,84 dan untuk sampel air limbah yaitu sebesar 7,78. Dari hasil analisis tersebut pada pengukuran pH semua sampel baik air sungai maupun air limbah memenuhi syarat mutu yang diperbolehkan.

B.3. Analisis COD

Kebutuhan oksigen kimiawi atau COD menggambarkan jumlah total oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik secara kimiawi, baik yang dapat didegradasi secara biologis maupun yang sukar didegradasi secara biologis menjadi CO2dan H2O. Keberadaan bahan organik dapat berasal dari alam ataupun dari aktivitas rumah tangga dan industri. Perairan yang memiliki nilai COD tinggi tidak diinginkan bagi kepentingan perikanan dan petanian. Nilai COD pada perairan yang tidak tercemar biasanya kurang dari 29 mg/liter. Sedangkan pada perairan yang tercemar dapat lebih dari 200 mg/liter pada limbah industri dapat mencapai 60.000 mg/liter (Azwir, 2006).

Page 22: ANALISIS KADAR TSS, pH, COD DAN LOGAM Fe, Mn, Zn.docx

Kandungan COD tinggi baik itu untuk air sungai maupun untuk sedimen karena nilainya sangat jauh berada di atas ambang batas maksimum. COD nilainya harus lebih tinggi dari nilai BOD karena pada BOD hanya sebagian saja bahan organik yang diuraikan. Konsentrasi COD di air lebih rendah dibandingkan dengan konsentrasi COD di sedimen. Namun keberadaan COD di perairan tersebut cukup dominan. Tingginya COD pada air dan sedimen kemungkinan di perairan terdapat buangan yang mengandung logam berat sehingga buangan tersebut bersifat toksik dan sulit untuk diuraikan (Meilawati dkk, 2006).

Hasil analisis COD memperoleh hasil untuk sampel air sungai 1 yaitu sebesar 161,26 mg/L, menurut syarat mutu sampel tersebut melebihi ambang batas yang diperbolehkan, ambang batas yang diperbolehkan yaitu sebesar 100 mg/L. Hasil untuk sampel air sungai 2 yaitu sebesar 9,6724 mg/L sampel ini memenuhi syarat mutu. Sedangkan untuk sampel air limbah hasil analisis yang diperoleh yaitu sebesar 275,6 mg/L sampel tersebut tidak memenuhi syarat mutu yang diperbolehkan yaitu 100 mg/L. Nilai COD ini akan mempengaruhi seberapa besar pencemaran yang terjadi pada lingkungan atau kawasan tersebut terjadi. Bukan hanya diliat dari nilai COD namun dari parameter yang lain pun harus di liat seberapa besar pencemaran air sungai dan limbah tersebut.

 

B.4. Analisis Logam Fe, Mn, dan Zn

Besi adalah salah satu elemen yang dapat ditemui hampir pada setiap tempat di bumi, pada semua lapisan geologis dan semua badan air. Pada umumnya besi yang ada di dalam air dapat bersifat terlarut sebagai Fe2+ atau Fe3+. Kandungan ion Fe (Fe2+, Fe3+) pada air sumur bor berkisar antara 5 – 7 mg/L. Tingginya kandungan Fe (Fe2+,Fe3+) ini berhubungan dengan keadaan struktur tanah. Struktur tanah dibagian atas merupakan tanah gambut, selanjutnya berupa lempung gambut dan bagian dalam merupakan campuran lempung gambut dengan sedikit pasir (Juli, 2014)

Besi dalam air berbentuk ion bervalensi dua (Fe2+) dan bervalensi tiga (Fe3+) . Dalam bentuk ikatan dapat berupa Fe2O3, Fe(OH)2, Fe(OH)3 atau FeSO4 tergantung dari unsur lain yang mengikatnya. Dinyatakan pula bahwa besi dalam air adalah bersumber dari dalam tanah sendiri di sampng dapat pula berasal dari sumber lain, diantaranya dari larutnya pipa besi, reservoir air dari besi atau endapan-endapan buangan industri. Adapun besi terlarut yang berasal dari pipa atau tangki-tangki besi adalah akibat dari beberapa kodisi, di antaranya :

Akibat pengaruh pH yang rendah (bersifat asam), dapat melarutkan logam besi.

Pengaruh akibat adanya CO2 agresif yang menyebabkan larutnya logam besi.

Pengaruh tingginya temperature air akan melarutkan besi-besi dalam air.

Kuatnya daya hantar listrik akan melarutkan besi.

Adanya bakteri besi dalam air akan memakan besi (Juli, 2014).

Besi terlarut dalam air dapat berbentuk kation ferro (Fe2+) atau kation ferri (Fe3+). Hal ini tergantung kondisi pH dan oksigen terlarut dalam air. Besi terlarut dapat berbentuk senyawa tersuspensi, sebagai butir koloidal seperti Fe(OH)3, FeO, Fe2O3 dan lain-Iain. Konsentrasi besi terlarut yang masih diperbolehkan dalam air bersih adalah sampai dengan 0,1 mg/l. Apabila kosentrasi besi terlarut dalam air melebihi batas tersebut akan menyebabkan berbagai masalah, diantaranya :

Page 23: ANALISIS KADAR TSS, pH, COD DAN LOGAM Fe, Mn, Zn.docx

1. Gangguan teknis

Endapan Fe(OH) bersifat korosif terhadap pipa dan akan mengendap pada saluran pipa, sehingga mengakibatkan pembuntuan dan efek-efek yang dapat merugikan seperti Mengotori bak yang terbuat dari seng. Mengotori wastafel dan kloset.

2. Gangguan fisik

Gangguan fisik yang ditimbulkan oleh adanya besi terlarut dalam air adalah timbulnya warna, bau, rasa. Air akan terasa tidak enak bila konsentrasi besi terfarutnya > 1,0 mg/l.

3. Gangguan kesehatan

Senyawa besi dalam jumlah kecil di dalam tubuh manusia berfungsi sebagai pembentuk sel-sel darah merah, dimana tubuh memerlukan 7-35 mg/hari yang sebagian diperoleh dari air. Tetapi zat Fe yang melebihi dosis yang diperlukan oleh tubuh dapat menimbulkan masalah kesehatan. Hal ini dikarenakan tubuh manusia tidak dapat mengsekresi Fe, sehingga bagi mereka yang sering mendapat tranfusi darah warna kulitnya menjadi hitam karena akumulasi Fe. Air minum yang mengandung besi cenderung menimbulkan rasa mual apabila dikonsumsi. Selain itu dalam dosis besar dapat merusak dinding usus. Kematian sering kali disebabkan oleh rusaknya dinding usus ini. Kadar Fe yang lebih dari 1 mg/l akan menyebabkan terjadinya iritasi pada mata dan kulit. Apabila kelarutan besi dalam air melebihi 10 mg/l akan menyebabkan air berbau seperti telur busuk (Juli, 2014).

Dari hasil analisis konsentrasi zat besi tertinggi terdapat pada sampel air sungai 1 yaitu sebesar 0,174 mg/L berdasarkan pada syarat mutu sampel ini memenuhi syarat pada tiap kelas air, sedangkan untuk sampel air sungai 2 konsentrasi besi yang terkandung yaitu sebesar 0,582 mg/L sampel ini melebihi syarat mutu. Pada sampel air limbah zat besi yang terkandung yaitu sebesar 1,476 mg/L berdasarkan pada syarat mutu sampel tersebut masih memenuhi syarat.

Mangan merupakan nutrisi yang esensial bagi tumbuhan dan hewan. Mangan terdapat dalam semua jaringan tubuh, dan level Konsentrasi mangan dalam tubuh dikontrol oleh regulasi   eksresinya dari hati menuju empedu. Selain itu, hati berfungsi dalam penyerapan senyawa kimia dan zat toksik lainnya yang masuk ke dalam tubuh tertinggi ditemukan pada hati, ginjal dan pankreas (Normaningsih, 2009).

Konsentrasi mangan yang meningkat pada sungai kemungkinan tercemar oleh aktivitas pertambangan atau oleh aktivitas alam itu sendiri. Bila tidak dilakukan pengolahan dengan baik sebelum dikonsumsi maka akan menimbulkan berbagai macam penyakit. Ciri air yang mengandung mangan tinggi yaitu rasanya anyir dan berbau, serta akan menimbulkan noda-noda kuning kecoklatan pada peralatan dan pakaian yang di cuci (Antarakalsel, 2014).

Dari hasil analisa tersebut didapatkan kadar mangan pada sampel air sungai 1 0,881 mg/L sampel tersebut melebihi ambang batas dari yang diperbolehkan sedangkan untuk sampel air sungai 2 yaitu sebesar 0,008 mg/L masih memenuhi syarat mutu yang diperbolehkan. Dan untuk sampel air limbah hasil analisis kadar mangan yaitu sebesar 0,195 mg/L sampel tersebut masih memenuhi syarat mutu yang diperbolehkan yaitu sebesar 2 mg/L.

Seng (Zn) merupakan logam berat yang esensial dengan sejumlah fungsi bagi system biologis. Ion seng (Zn2+) berperan penting pada aktivitas enzimatis sebagai ko-faktor maupun terdapat pada gugus aktif (activator) berbagai enzim. Defisiensi seng mengakibatkan substitusi logam lain untuk menggantikan 

Page 24: ANALISIS KADAR TSS, pH, COD DAN LOGAM Fe, Mn, Zn.docx

fungsi seng, terutama pada sistem kerja enzim. Masuknya ion-ion logam lain pada gugus logam yang seharusnya ditempati seng, dapat menyebabkan gangguan aktivitas hingga kerusakan struktur enzim (Dewi dkk, 2012).

Logam seng cenderung membentuk ion jika berada dalam air. Ion seng mudah terserap dalam sedimen dan tanah serta kelarutan logam berat seng dalam air relatif rendah   pada air, logam berat cenderung mengikuti aliran air dan pengaruh pengenceran ketika ada air masuk, seperti air hujan, turut mengakibatkan menurunnya konsentrasi logam berat pada air. Konsentrasi logam berat pada air akan turut mempengaruhi konsentrasi logam berat yang ada pada sedimen. Kecenderungan peningkatan konsentrasi logam berat di sedimen diakibatkan oleh tingginya konsentrasi logam berat tersebut di air. Selain itu, terdapat parameter-parameter lain yang berpengaruh dalam kesetimbangan reaksi di sistem perairan, seperti pH, konsentrasi logam dan tipe senyawanya, kondisi reduksioksidasi perairan, dan bilangan oksidasi dari logam tersebut. Adanya logam berat seng di dalam air yang melampaui batas dapat menyebabkan gangguan kesehatan terhadap manusia yang mengkonsumsinya, walaupun seng merupakan logam yang dibutuhkan oleh tubuh namun berbahaya jika melebihi ambang batas dan dapat menimbulkan rasa kesat pada air dan dapat menimbulkan gejala muntaber (Sunti dkk, 2008).

Dari hasil analisis didapatkan hasil konsentrasi seng pada sampel air sungai 1 yaitu tidak terdeteksi, sedangkan untuk sampel air sungai 2 yaitu tidak terdeteksi kedua sampel air sungai tersebut memenuhi syarat mutu air pada tiap kelas. Sedangkan untuk sampel air limbah hasil analisisnya yaitu sebesar 0,010 mg/L sampel air limbah tersebut masih memenuhi syarat mutu yang diperbolehkan yaitu sebesar 2 mg/L.

BAB V

PENUTUP

1. Kesimpulan

Dari analisis yang dilakukan maka dapat diambil kesimpulan bahwa

1. Sampel air sungai 1 beberapa parameter memenuhi syarat mutu yaitu seperti pH dengan hasil 6,88, Zn dengan hasil tidak terdeteksi, Fe dengan hasil 0,174 mg/L dan untuk TSS dengan hasil 268 mg/L memenuhi syarat, sedangkan COD dengan hasil 161,26 mg/L dan Mn dengan hasil 0,881 mg/L yang tidak memenuhi syarat.

2. Sampel air sungai 2 beberapa parameter memenuhi syarat mutu yaitu seperti TSS dengan hasil analisis 67 mg/L, pH dengan hasil 6,84, COD dengan hasil analisis 9,6724 mg/L, Mn dengan hasil 0,008 mg/L dan Zn dengan hasil tidak terdeteksi, sedangkan untuk Fe tidak memenuhi syarat mutu dengan hasil analisis sebesar 0,582 mg/L.

3. Sampel air limbah juga memenuhi syarat beberapa parameter seperti pH dengan hasil analisis sebesar 7,78, logam Fe dengan hasil 1,476 mg/L, Mn dengan hasil 0,195 mg/L, dan Zn dengan hasil 0,010 mg/L, sedangkan untuk TSS dengan hasil 434 mg/L dan COD dengan hasil 275,6 mg/L tidak memenuhi persyaratan baku mutu.

1. Saran

Page 25: ANALISIS KADAR TSS, pH, COD DAN LOGAM Fe, Mn, Zn.docx

Perlu dilakukan analisis lebih lanjut mengenai kriteria uji lainnya mulai dari fisika, kimia dan mikrobiologi untuk mengetahui kualitas dari air sungai dan air limbah tersebut.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Antarakalsel. 2014. Air Sungai Kalsel Sudah Ancam Kesehatan.

http://www.antarakalsel.com

Diakses Pada Tanggal 5 April 2014

 

Azwir. 2006. Analisa Pencemaran Air Sungai Tapung Kiri Oleh Limbah Industri

Kelapa Sawit PT. Peputra Masterindo Di Kabupaten Kampar. Tesis

Magister Ilmu Lingkungan Program Pasca Sarjana Universitas

Diponegoro. Semarang

 

Dewi, N.K. F. F Perdhana. A Yuniastuti. 2012. Paparan Seng Di Perairan

Kaligarang Terhadap Ekspresi Zn-Thionein Dan Konsentrasi Seng Pada Hati Ikan Mas. Jurnal MIPA 35 (2) (2012). ISSN NO 0215-9945

Juli, E. 2014. Mengatasi Zat Besi (Fe) Tinggi Dalam Air.

http://advancebpp.wordpress.com/

Diakses Pada Tanggal 5 April 2014

Meilawati Y. Y. H. Pradiko, Yulianti P. 2006. Analisis Kualitas Air dan Sedimen

di daerah Muara Sungai Cipalabuhan. Skripsi Teknik Lingkungan

Fakultas Teknik – Universitas Pasundan

 

Normaningsih. 2009. Kandungan Mangan Dalam Air Sungai Riam Kanan Dan

Hati Ikan Nila (Oreochromis Niloticusl) Di Kecamatan Karang Intan

Kabupaten Banjar. Jurnal Bioscientiae Volume 6 Nomor 2 Halaman 15-25.

Page 26: ANALISIS KADAR TSS, pH, COD DAN LOGAM Fe, Mn, Zn.docx

 

Sunti, I. A. Daud. S. Manyullei. 2008. Studi Kandungan Logam Berat Seng (Zn)

Dalam Air Dan Kerang Bajabaja(Anodonta Woodiana) Di Sungai

Pangkajene Kabupaten Pangkep. Skripsi Kesehatan Lingkungan Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin. Makasar.

KARAKTERISASI GEOKIMIA BATUAN DAN PREDIKSI KUALITAS AIR TAMBANG PADA PERTAMBANGAN BATUBARA DI WILAYAH TANJUNG ENIM (Studi Kasus : Tambang Banko Barat dan Area Townsite)

-

Master Theses from / 2015-07-06 10:01:35By : RINA REMBAH - 22112002; Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Rudy Sayoga Gautama, S2-Mining Engineering ([email protected])Created : 2015-06-24, with 0 files

Keyword : Karakterisasi geokimia batuan, Pola sebaran dan konsistensi tipe batuan, Prediksi kualitas air

Page 27: ANALISIS KADAR TSS, pH, COD DAN LOGAM Fe, Mn, Zn.docx

tambang, PHREEQC.Subject : TA

Air tambang adalah masalah yang akan dihadapi oleh kegiatan pertambangan baik pada masa aktif operasional maupun pascatambang. Dan yang akan menjadi isu lingkungan dari air tambang ini adalah kualitas air tambang yang terbentuk apakah berpotensi membentuk asam atau tidak berpotensi membentuk asam. PTBA pada blok penambangan Banko Barat dan Townsite, juga akan menghadapi masalah air asam tambang dan hal tersebut telah terindikasi dengan adanya pembentukan air asam tambang yang pertama kali ditemukan pada blok penambangan Banko Barat, akan tetapi belum diketahui pola sebaran dan konsistensi dari lapisan batuan/material pembentuk air asam tersebut. Oleh karena itu, sebagai langkah awal untuk memahami potensi pembentukan air asam tambang maka yang perlu diketahui adalah karakteristik geokimia batuan pada daerah penambangan tersebut melalui pengujian laboratorium meliputi pengujian statik kemudian diverifikasi dengan uji kinetik melalui Free Draining Column Leach Test (FDCLT) melalui pengukuran parameter fisik dan kimia serta uji mineralogi (X-RD) untuk mengetahui komposisi mineral yang terkandung dalam batuan tersebut. Berdasarkan hasil karakteristik geokimia batuan tersebut kemudian dilakukan interpretasi arah dan pola sebaran batuan yang berpotensi membentuk asam (Potentially Acid Forming/PAF) dan tidak berpotensi membentuk asam (Non Acid Forming/NAF) berdasarkan korelasi antar titik lubang bor, selanjutnya dilakukan prediksi potensi pembentukan AAT dengan menggunakan program PHREEQC untuk dapat mengetahui kualitas air tambang yang akan terbentuk apabila batuan PAF dan NAF tersebut terlindi oleh air hujan. Dari penelitian ini, diperoleh adanya kesamaan pola sebaran dan konsistensi tipe batuan pada lapisan interburden (IB) yaitu IB A1-A2 dengan tipe batuan NAF berdasarkan nilai NAPP -65,15 dan pH NAG 2,82, IB A2-B dengan tipe batuan PAF dan NAF dengan PAF kapasitas tinggi berdasarkan nilai NAPP 52,69 dan pH NAG 2,67 sedangkan untuk NAF berdasarkan nilai NAPP -31,38 dan pH NAG 5,15 dan IB B-C dengan tipe batuan PAF dan NAF, dimana PAF kapasitas tinggi berdasarkan nilai NAPP 88,64 dan pH NAG 2,42 sedangkan NAF berdasarkan nilai NAPP -75,41 dan pH NAG 6,26. Dengan hasil kualitas air tambang yang akan terbentuk apabila batuan tersebut terlindi yaitu akan berpotensi membentuk asam dengan pH < 4 yaitu 3,68, 3,41 dan 3,68. Hal-hal tersebut selanjutnya dapat digunakan untuk merancang metode pengelolaan ATT yang terintegrasi.

Description Alternative :

-

Copyrights : Copyright � 2001 by . Verbatim copying and distribution of this entire article is permitted by author in any medium, provided this notice is preserved.

Give Comment ?#(0) | Bookmark

Property Value

Publisher ID

Organization S2-Mining Engineering

Contact Name

Address

City

Region

Country

Phone

Fax

Administrator E-mail

CKO E-mail

Page 28: ANALISIS KADAR TSS, pH, COD DAN LOGAM Fe, Mn, Zn.docx

Print ...

Contributor... Prof. Dr. Ir. Rudy Sayoga Gautama, Editor: admin