ANALISIS HASIL PEMERIKSAAN KARDIOTOKOGRAFI...

download ANALISIS HASIL PEMERIKSAAN KARDIOTOKOGRAFI …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/2d8939ef7b5e9d853e7861c39cc55e6e.pdf · oligohidramnion, dan penggunaan obat-obat oleh ibu, terutama tembakau

If you can't read please download the document

Transcript of ANALISIS HASIL PEMERIKSAAN KARDIOTOKOGRAFI...

  • 1

    ANALISIS HASIL PEMERIKSAAN KARDIOTOKOGRAFI INTRAPARTUM DAN KADAR MEKONIUM DALAM CAIRAN AMNION DIBANDINGKAN DENGAN

    KADAR ASAM LAKTAT ARTERI UMBILIKALIS BAYI BARU LAHIR

    (ANALYSIS OF INTRAPARTUM CARDIOTOCOGRAPHY AND MECONIUM CONTENT IN AMNIOTIC FLUID ACCORDING TO LACTIC ACID LEVEL IN

    ARTERIAL CORD BLOOD)

    Ellen Wewengkang

    ABSTRAK

    Tujuan mengetahui adanya hubungan antara hasil pemeriksaan kardiotokografi intrapartum dan kadar mekonium dalam cairan amnion dibandingkan dengan kadar asam laktat arteri umbilikalis bayi baru lahir. Metode yang digunakan adalah observasional dengan design cross sectional dan diuji dengan uji Spearman rho. Sampel sebanyak 50 ibu inpartu dengan kehamilan aterm. Hasil penelitian Uji statistik menunjukkan bahwa (1) hasil pemeriksaan kardiotokografi intrapartum yang normal menunjukkan kadar asam laktat arteri umbilikalis bayi baru lahir yang normal, (2) semakin tebal warna cairan amnion, semakin tinggi kadar asam lakat arteri umbilikalis bayi baru lahir, (3) semakin tinggi kadar mekonium dalam cairan amnion, semakin tinggi kadar asam laktat arteri umbilikalis bayi baru lahir.

    Kata kunci: kardiotokografi, kadar mekonium, kadar asam laktat

    ABSTRACT

    Objective: This study aims to determinate the correlation of intrapartum cardiotocography and meconium content in amniotic fluid according to lactic acid level in arterial cord blood. Methode: This is an obsevational study with cross sectional design. The data analysis was conduted by using Spearman rho test. The samples are 50 in labour women in term gestational age. Results: The results show that (1) normal result of cardiotocography examination significantly correlate with normolaktemia, (2) the thicker the amniotic fluid color, the higher the lactic acid level in arterial cord blood, (3) the higher the level of meconium content in amniotic fluid, the higher the lactic acid level in arterial cord blood. Keywords: cardiotocography, meconium content, lactic acid level PENDAHULUAN

    Berdasarkan WHO, setiap tahun terdapat kira-kira 3% (3,6 juta) dari 120 juta

    bayi lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini kemudian meninggal. Di

    Indonesia, dari seluruh kematian bayi, sebanyak 57% meninggal pada masa bayi

  • 2

    baru lahir (usia di bawah 1 bulan). Setiap 6 menit terdapat satu bayi baru lahir yang

    meninggal. Penyebab kematian bayi baru lahir di Indonesia adalah bayi berat lahir

    rendah (29%), asfiksia (27%), trauma lahir, tetanus neonatorum, infeksi lain dan

    kelainan kongenital. Asfiksia intrapartum merupakan 1% dari komplikasi kehamilan,

    mengakibatkan kematian janin pada 0,5 per 1000 kehamilan dan cerebral palsy

    pada 1 per 1000 kehamilan.(Anonym, 2008, James D, 2001)

    Pengawasan janin saat kelahiran bertujuan untuk memprediksi dan

    mendiagnosis asfiksia janin sebelum terjadinya kerusakan otak akibat terjadi

    gangguan pertukaran gas darah. Modalitas yang tersedia saat ini adalah berupa

    auskultasi intermiten, kardiotokografi (KTG), penilaian warna dan kuantitas cairan

    amnion, fetal blood sampling, penilaian profil biofisik, terbentuknya caput pada

    kepala janin dan lain-lain. (Ojha R et al., 2006, Dastur A, 2005, Wijayanegara H,

    2004)

    Beberapa penelitian tentang asam laktat untuk menilai kejadian asfiksia janin

    telah dilakukan di Makassar 2006 2009. Di antaranya, penelitian oleh Mandang D

    (2006) menyimpulkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara peningkatan

    asam laktat dengan nilai Apgar yang rendah. Pada penelitian yang dilakukan oleh

    Giri NMA (2007) didapatkan hubungan bermakna antara hasil pemeriksaan pola

    denyut jantung janin dengan kadar asam laktat arteri umbilikalis bayi baru lahir pada

    kasus preeklamsia berat (p

  • 3

    yang padat yaitu sekresi intestinal, sel mukosa, dan elemen padat cairan amnion,

    dan 85-95% air. Intrauterine distress dapat menyebabkan pengeluaran mekonium

    ke cairan amnion. Faktor-faktor yang meningkatkan terjadinya pengeluaran

    mekonium in utero yaitu insufisiensi plasenta, hipertensi maternal, preeklamsia,

    oligohidramnion, dan penggunaan obat-obat oleh ibu, terutama tembakau dan

    kokain. Cairan amnion yang mengandung mekonium dapat teraspirasi saat

    kelahiran dan persalinan dan menyebabkan terjadinya neonatal respiratory distress.

    Mekonium jarang ditemukan dalam cairan amnion pada kehamilan kurang dari 34

    minggu, sehingga aspirasi mekonium utamanya terjadi pada bayi aterm dan

    postterm.(Clark M and Clark D, 2008, Cunningham F et al., 2005c)

    Metode penilaian yang umum digunakan untuk menilai kepekatan dari cairan

    amnion tergantung dari observasi visual klinisi saat persalinan. Namun metode yang

    lebih akurat dalam menilai kepekatan cairan amnion adalah dengan menggunakan

    spektrofotometer.(Sanlialp C et al., 2004)

    Kardiotokografi memungkinkan dilakukannya pengawasan janin saat

    kelahiran dengan cara menganalisis denyut jantung janin dan kontraksi miometrium

    secara kontinyu. Dengan cara ini diharapkan dapat mendeteksi tanda-tanda yang

    menunjukkan kejadian potensial merugikan sehingga dapat dilakukan intervensi

    tepat waktu. Kardiotokografi diindikasikan bila ditemukan denyut jantung janin dan

    kontraksi uterus yang abnormal pada pemeriksaan secara intermiten.(Gibb D and

    Arulkumaran S, 2001, Spong C, 2003, Tucker S, 2005)

    Rekomendasi yang diberikan oleh perkumpulan dokter ahli kebidanan di luar

    negeri terhadap penggunaan kardiotokografi adalah tidak menggunakan

    kardiotokografi untuk pemantauan janin secara rutin pada wanita-wanita hamil tanpa

    komplikasi. Alasan yang diajukan adalah kecenderungan persalinan yang dipantau

  • 4

    dengan kardiotokografi untuk berakhir dengan penggunaan alat (forseps, ekstraksi

    vakum) atau seksio sesarea. (Alfirevic Z et al., 2006, Cunningham F et al., 2005c)

    Berdasarkan hal tersebut di atas, diperlukan penelitian untuk mencari

    hubungan antara kadar mekonium dalam cairan amnion dan hasil pemeriksaan

    kardiotokografi intrapartum dibandingkan dengan kadar asam laktat arteri umbilikalis

    bayi baru lahir.

    METODE PENELITIAN

    Penelitian ini dilakukan di RSIA Siti Fatimah Makassar pada 50 ibu inpartu

    pada kehamilan aterm. Pemeriksaan sampel cairan amnion dilakukan di Balai Besar

    Laboratorium Kesehatan (LABKES) Makassar.

    Kriteria inklusinya adalah kehamilan tunggal, hidup, presentasi kepala, yang

    bersedia menandatangani informed consent. Kriteria eksklusinya adalah kematian

    janin intrapartum, kelainan kongenital, penumbungan tali pusat.

    Penelitian ini dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kardiotokografi pada

    saat inpartu kala I fase aktif, pengambilan sampel cairan amnion dan pemeriksaan

    kadar asam laktat arteri umbilikalis bayi baru lahir setelah diklem dan digunting.

    Cairan amnion diambil pada saat bayi lahir dengan semprit steril sebanyak 5

    cc. lalu disimpan pada suhu 2-8 C untuk dibawa ke LABKES. Sampel disentrifus

    dengan kecepatan 1500 rpm selama 30 menit, kemudian diencerkan dengan NaCl

    0,9%, homogenkan dan segera dituangkan ke dalam kuvet. Absorbansi sampel

    dibaca pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 420 nm.

    Untuk pemeriksaan kadar asam laktat arteri umbilikalis dilakukan dengan

    mengambil sampel darah arteri tali pusat janin sebanyak 5 L dengan semprit 1

    cc. Keluarkan sampel darah sedikit pada ujung semprit, lalu sentuhkan pada ujung

  • 5

    test strip Lactate. Dalam 60 detik hasil akan ditampilkan pada layar monitor alat

    Lactate Pro.

    Data diuji dengan menggunakan uji korelasi Spearman Rho dengan tingkat

    kemaknaan 0,05. Hasil analisis disajikan dalam tabel disertai dengan penjelasan.

    HASIL PENELITIAN

    Pada tabel 1 diketahui bahwa rerata umur ibu pada penelitian ini adalah

    26,77,1 tahun, terbanyak pada kelompok umur 20-35 tahun yaitu sebanyak 33

    (66%) pasien dengan latar belakang pendidikan terbanyak pada kelompok SMA

    yaitu 26 (52%) pasien. Paritas ibu dibagi menjadi 2 kelompok yaitu primipara 34

    (68%) pasien dan multipara 16 (32%). Rerata berat badan lahir bayi adalah

    3083401,7 gram, sebanyak 46 (92%) bayi pada kelompok 2500-4000 gram. Hasil

    skor APGAR menit pertama terbanyak pada kelompok dengan skor APGAR 7,

    yaitu 43 (86%) bayi.

    Tabel 1. Karakteristik sampel penelitian Jumlah pasien 50 Umur-tahun (meanSD)

    < 20 tahun 20 35 tahun > 35 tahun

    26,7 7,1 9 (18%)

    33 (66%) 8 (16%)

    Pendidikan SD SMP SMA Perguruan Tinggi

    6 (12%)

    15 (30%) 26 (52%)

    3 (6%) Paritas

    Primipara Multipara

    34 (68%) 16 (32%)

    Berat Badan Lahir gram (meanSD)

    < 2500 gram 2500 4000 gram > 4000 gram

    3083 401,73 3 (6%)

    46 (92%) 1 (2%)

    Skor APGAR menit pertama (meanSD)

    < 7 7

    7,46 0,86 7 (14%)

    43 (86%)

    Tabel 2 menunjukkan terdapat 10 (20%) pasien yang mengalami CST

    indeterminate. Secara subyektif, penolong mengelompokkan warna visual cairan

  • 6

    amnion yang mengandung mekonium, terbanyak pada kelompok jernih yaitu 24

    (48%) pasien. Pemeriksaan kadar mekonium dalam cairan amnion dengan

    spektrofotometer pada panjang gelombang 420 nm memperoleh rerata 3,39 1,68

    gr/l dan terbanyak adalah pada kadar mekonium 4,8 mmol/l. Hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan yang bermakna

    antara hasil pemeriksaan kardiotokografi intrapartum dan kadar asam laktat arteri

    umbilikalis.

  • 7

    Tabel 3. Analisis hasil pemeriksaan kardiotokografi dibandingkan dengan kadar asam laktat arteri umbilikalis bayi baru lahir

    Kadar Asam Laktat

    Kardiotokografi

    P CST normal CST indeterminate N % n %

    Normal 31 77,5 3 30 0,003

    * Prelaktemia 3 7,5 2 20 Laktemia 6 15 5 50

    *Spearman rho

    Tabel 4 menunjukkan pada warna cairan amnion yang dinilai secara visual oleh

    penolong sebagai jernih, terdapat 21 (87,5%) pasien dengan kadar asam laktat arteri

    umbilikalis normal. Sebanyak 3 (12,5%) pasien dengan warna cairan amnion yang

    dinilai secara visual oleh penolong sebagai jernih yang kadar asam laktat arteri

    umbilikalis bayi baru lahir >4,8 mmol/l. Hasil uji statistik menunjukkan adanya

    hubungan yang bermakna antara warna cairan amnion dan kadar asam laktat arteri

    pusat bayi baru lahir.

    Tabel 4. Analisis warna cairan amnion dibandingkan dengan kadar asam laktat arteri umbilikalis bayi baru lahir

    Kadar Asam Laktat

    Kardiotokografi

    P CST normal CST indeterminate N % n %

    Normal 31 77,5 3 30 0,003

    * Prelaktemia 3 7,5 2 20

    Laktemia 6 15 5 50 *Spearman rho

    Pada tabel 5, tampak 32 (78%) pasien dengan kadar mekonium dalam cairan

    amnion tipis menunjukkan kadar asam laktat normal. Sebanyak 5 (12,2%) pasien

    dengan kadar mekonium dalam cairan amnion yang tipis menunjukkan kadar asam

    laktat arteri umbilikalis bayi baru lahir >4,8 mmol/l. Hasil uji statistik menunjukkan

  • 8

    adanya hubungan yang bermakna antara kadar mekonium dalam cairan amnion

    dengan kadar asam laktat arteri umbilikalis.

    Tabel 5. Analisis kadar mekonium dalam cairan amnion dibandingkan dengan kadar asam laktat arteri umbilikalis bayi baru lahir

    Kadar Asam Laktat

    Kadar Mekonium P Tipis Sedang

    n % n % Normal 32 78 2 22,2

    0,001*

    Prelaktemia 4 9,8 1 11,1 Laktemia 5 12,2 6 66,7

    *Spearman rho

    Tabel 6 menunjukkan pada hasil pemeriksaan kardiotokografi CST normal,

    terdapat 35 (87,5%) pasien dengan kadar mekonium dalam cairan amnion tipis.

    Sebanyak 6 (60%) pasien dengan hasil pemeriksaan kardiotokografi CST

    indeterminate menunjukkan kadar mekonium yang tipis. Hasil uji statistik

    menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara hasil pemeriksaan

    kardiotokografi intrapartum dan kadar mekonium dalam cairan amnion.

    Tabel 6. Analisis hasil pemeriksaan kardiotokografi dibandingkan dengan kadar mekonium dalam cairan amnion

    Kadar Mekoniu

    m

    Kardiotokografi

    P CST normal CST indeterminate n % n %

    Tipis 35 87,5 6 60 0,044* Sedang 5 12,5 4 40 *Spearman rho

    PEMBAHASAN

    Penelitian ini dilakukan dengan melakukan pemeriksaan kardiotokografi pada

    saat inpartu kala I fase aktif, pengambilan sampel cairan amnion dan pemeriksaan

    kadar asam laktat arteri umbilikalis bayi baru lahir setelah diklem dan digunting.

    Distribusi karakteristik subyek penelitian yang terlihat pada tabel 1 menunjukkan

    66% merupakan kelompok umur 20 sampai 35 tahun. Pada penelitian yang

  • 9

    dilakukan oleh Farid IA, Mandang D, Khosal L di Makassar juga diperoleh kelompok

    umur 20 sampai 35 tahun yang terbanyak. Umur 20 sampai 35 tahun merupakan

    usia reproduksi perempuan yang aman untuk kehamilan dan persalinan.

    Berdasarkan paritasnya subyek penelitian terdiri dari 68% primipara dan 32%

    multipara. (Farid IA, 2006, Mandang D et al., 2006, Khosal L et al., 2009)

    Karakteristik subyek penelitian berdasarkan hasil luaran persalinan

    menunjukkan 86% bayi lahir dengan nilai skor APGAR menit pertama >7. Rerata

    berat badan bayi lahir adalah 3083+401,73 gram menunjukkan hasil luaran yang

    sesuai untuk umur kehamilan aterm. Williams Obstetric mencantumkan bahwa

    kriteria berat badan bayi aterm (umur kehamilan 38 minggu) adalah sekitar 2900

    gram. (Cunningham F et al., 2005a)

    Hasil pemeriksaan kardiotokografi intrapartum pada penelitian ini menunjukkan

    77% persalinan dengan CST normal yang mempunyai kadar asam laktat normal.

    Persalinan yang menunjukkan hasil pemeriksaan kardiotokografi CST indeterminate

    dengan kadar asam laktat yang laktemia sebesar 50%. Persalinan dengan hasil

    pemeriksaan kardiotokografi CST indeterminate ini mendapatkan tindakan resusitasi

    intrauterin dan pada pemeriksaan ulangannya didapatkan hasil CST normal. Hasil-

    hasil pemeriksaan kardiotokografi yang dinilai sebagai CST indeterminate di

    antaranya didapatkan adanya baseline di atas 160 dpm, deselerasi variabel ataupun

    variabilitas minimal. Hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan yang

    bermakna.

    Pada pemeriksaan kardiotokografi dengan CST normal ditemukan 15%

    mengalami laktemia. Kemungkinan, setelah dilakukannya pemeriksaan

    kardiotokografi, terjadi proses inpartu kala I atau kala II yang memanjang yang

    selanjutnya menimbulkan stress pada janin.

  • 10

    Hipoksia yang dialami janin dapat menyebabkan perubahan pola denyut

    jantung janin. Perubahan pola denyut jantung inilah yang terbaca oleh

    kardiotokografi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Low JA dan Victory R

    (1999) di Kanada menemukan kemampuan kardiotokografi untuk mendeteksi

    asfiksia adalah 93% dengan nilai prediksi positif 18,1% dan nilai prediksi negatif

    98,3% pada kehamilan aterm inpartu. Ini berarti bahwa gambaran kardiotokografi

    yang abnormal dapat memprediksi asidosis dan asfiksia pada janin. Giri NMA

    (2007) di Makassar mendapatkan sensitivitas asidosis dan asfiksia adalah 43,5%

    dan 60%, sedangkan spesifisitasnya adalah 100% dan 97,8%, dengan demikian

    dapat dikatakan bahwa kardiotokografi dapat dipakai sebagai skrining adanya

    asfiksia intrapartum. (Giri NMA et al., 2007, Low J et al., 1999)

    Hasil pengukuran kadar mekonium dalam cairan amnion dengan spektometer

    dengan panjang gelombang 420 nm diperoleh rerata 3,39+1,68 gr/dl. Penelitian ini

    tidak mendapatkan kadar mekonium yang dikategorikan sebagai tebal. Terdapat

    66,7% cairan amnion dengan kadar mekonium sedang yang kadar asam laktat arteri

    umbilikalisnya > 4,8 mmol/l. Berdasarkan warna cairan amnion yang dinilai secara

    visual oleh penolong, terdapat 41,7% cairan amnion yang dinilai sebagai tebal yang

    kadar asam laktatnya > 4,8 mmol/l. Analisis kadar mekonium dalam cairan amnion

    dan analisis warna cairan amnion dibandingkan dengan kadar asam laktat arteri

    umbilikalis bayi baru lahir, keduanya menunjukkan hubungan yang bermakna.

    Penelitian yang dilakukan oleh Sanlialp et al (2003) yang menilai kadar

    mekonium melalui pengamatan visual dibandingkan dengan kadar mekonium melalui

    pengukuran dengan spektrofotometer menyimpulkan bahwa akurasi penilaian secara

    visual bermakna secara statistik. Dengan demikian, penilaian secara visual dapat

  • 11

    menjadi modalitas tambahan yang praktis untuk pemantauan kesejahteraan janin.

    (Sanlialp C et al., 2004)

    Pada kadar mekonium dalam cairan amnion yang tipis ditemukan 12,2% yang

    ternyata menunjukkan keadaan laktemia. Hal ini bisa terjadi akibat proses

    penekanan kepala pada kala II yang dapat menyebabkan stress pada janin namun

    tidak sampai menstimulasi kelenjar hipofise untuk mengeluarkan arginin vasopresin

    sehingga tidak terjadi kontraksi otot polos usus janin.

    Salah satu kelemahan dari penelitian ini adalah pengambilan sampel cairan

    ketuban tidak dilakukan dengan aspirasi menggunakan spoit sebelum ketuban

    pecah. Hal ini dapat menerangkan ditemukannya 22,2% sampel dengan kadar

    mekonium dalam cairan amnion sedang, namun normolaktemia. Keadaan ini dapat

    terjadi pada pengambilan cairan amnion pada saat kala II, ketika cairan amnion

    mengadung mekonium akibat proses kompresi abdomen janin saat kelahiran.

    Pada analisis hasil pemeriksaan kardiotokografi dibandingkan dengan kadar

    mekonium dalam cairan amnion, ditemukan 87,5% pasien dengan CST normal dan

    kadar mekonium dalam cairan amnion tipis. Uji statistik menunjukkan adanya

    hubungan yang bermakna. Dari hasil ini, tampak adanya kesesuaian dari kedua

    modalitas tersebut.

    Pada pedoman yang dikeluarkan oleh RANZCOG 2006 terdapat catatan

    tentang perlunya fasilitas pemeriksaan Fetal Blood Sampling, baik pengukur pH

    ataupun kadar asam laktat, terutama bila terdapat resiko-resiko, yang di antaranya

    adalah hasil pemeriksaan kardiotokografi abnormal dan cairan ketuban mekoneal.

    (Wallace E et al., 2009)

  • 12

    KESIMPULAN

    A. Kesimpulan

    1. Hasil pemeriksaan kardiotokografi intrapartum yang normal menunjukkan kadar

    asam laktat arteri umbilikalis bayi baru lahir yang normal.

    2. Semakin tebal warna cairan amnion, semakin tinggi kadar asam lakat arteri

    umbilikalis bayi baru lahir.

    3. Semakin tinggi kadar mekonium dalam cairan amnion, semakin tinggi kadar

    asam laktat arteri umbilikalis bayi baru lahir.

    B. Saran

    1. Pengawasan kesejahteraan janin memerlukan modalitas lain selain

    kardiotokografi. Modalitas yang lain yang dapat disediakan adalah larutan

    standar serial kadar mekonium yang digunakan sebagai pembanding untuk

    mengukur kadar mekonium dalam cairan amnion dan alat pengukur kadar asam

    laktat beserta stripnya.

    2. Perlunya penelitian lebih lanjut tentang hubungan hasil pemeriksaan

    kardiotokografi, kadar mekonium dalam cairan amnion dan kadar asam laktat

    arteri umbilikalis bayi baru lahir pada persalinan yang abnormal.

    DAFTAR PUSTAKA

    ABADI, A. (2008) Kardiotokografi janin dan velosimetri doppler dalam ilmu kebidanan, Jakarta, PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.221-34

    ALFIREVIC, Z., DEVANE, D. & GYTE, G. M. (2006) Continuous cardiotocography (CTG) as a form of electronic fetal monitoring (EFM) for fetal assessment during labour. Cochrane Database of Systematic Reviews, (3).

  • 13

    ANONYM (2008) Pelatihan asuhan persalinan normal bahan tambahan inisiasi menyusu dini dalam Buku panduan peserta JNPK-R, Jakarta

    BLAUCH, D. N. (2001) Basic principles spectrophotometry.

    CLARK, M. & CLARK, D. (2008) Meconium aspiration syndrome emedicine. USA, medscape.

    CUNNINGHAM, F., LEVENO, K. & BLOOM, S. (2005a) Fetal growth and development, New York, Mc Graw Hill Medical Publishing Division

    CUNNINGHAM, F., LEVENO, K. & BLOOM, S. (2005b) Fetus and newborn : diseases and injuries of the fetus and newborn, New York, Mc Graw Hill Medical Publishing Division.675-6

    CUNNINGHAM, F., LEVENO, K. & BLOOM, S. (2005c) Labor and delivery : intrapartum assessment New York, Mc Graw Hill Medical Publishing Division.447

    DASTUR, A. (2005) Intrapartum fetal distress. J Obstet Gynecol India, 55(2) 115-117.

    FAHEY, J. (2006) Intrauterine asphyxia : clinical implication for providers of intrapartum care. emedicine. USA, medscape.

    FARID, I. A. (2006) Pengaruh interval waktu antara pengambilan keputusan seksio sesarea dengan lahirnya bayi terhadap kadar asam laktat darah tali pusat. Obstetri dan Ginekologi. Makassar, Universitas Hasanuddin.

    GIBB, D. & ARULKUMARAN, S. (2001) Cardiotocographic interpretation : clinical scenarios, Oxford, Butterworth-Heinemann.120

    GIBB, D. & ARULKUMARAN, S. (2001) Contraction assessment in fetal monitoring on practice, Oxford, Butterworth-Heinemann.138-41

    GIRI, N. M. A., MANOE, I. M. & LUKAS, E. (2007) Hubungan pola denyut jantung janin pada preeklamsia berat dengan hasil luarannya. Obstetri dan Ginekologi. Makassar, Universitas Hasanuddin.

    JAMES, D. (2001) Cesarean section for fetal distress. BMJ, 3221316-1317.

    KHOSAL, L., MOELJONO, E. & LUKAS, E. (2009) Analisis kadar mekonium cairan amnion dan kadar asam laktat pada persalinan normal. Obstetri dan Ginekologi. Makassar, Universitas Hasanuddin.

  • 14

    LOW, J., VICTORY, R. & DERRICK, E. (1999) Predictive value of electronic fetal monitoring for intrapartum fetal asphyxia with metabolic acidosis. Obstet Gynecol, 93(2) 285-291.

    MANDANG, D., MANOE, I. M. & TIRO, E. (2006) Hubungan KTG abnormal dengan peningkatan kadar asam laktat bayi baru lahir. Obstetri dan Ginekologi. Makassar, Universitas Hasanuddin.

    MOODY, J. (2003) Fetal growth and wellbeing in Antenatal care routine care for the healthy pregnant woman, London, RCOG Press.107

    MOYA, F. & LAUGHORN, M. (2007) Common problems of the newborn in clinical obstetrics the fetus and mother, USA, Blackwell Publishing.1232-59

    MURATA, Y., IKENOUE, T., SAMESHIMA, H. & SUMPAICO, W. W. (2009) Consensus Workshop on Electronic Fetal Surveillance. CTG/EFM Seminar-Workshop. Miyazaki, Asia and Oceania Federation of Obstetrics and Gynecology.

    OJHA, R., SINGH, S., BASTRA, S., SREENIVAS, S. & PULIYER, J. (2006) Lactate : creatinine ratio in babies with the meconium staining of amniotic fluid : a case control study. BMC Pediatrics, 613.

    PARK, S. K. & SHIN, S. H. (2002) Newly developed mecometer method for objective assessment of meconium content. J Korean Med Sci, 1715-17.

    POTTS, G. E. (2001) Beer's Law. South Carolina, College of Charleston.

    PURWAKA, B. T. & ADITIAWARMAN (2008) Diagnosis pranatal dan teknik inovatif pemantauan janin dalam Ilmu kebidanan, Jakarta, PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.747

    SANLIALP, C., CAGLAR, G., TAPISIZ, O. & ARSAR, A. (2004) An assessment of the accuracy of visual diagnosis of meconium stained amniotic fluid. Pak J Med Sci, 20(2) 137-140.

    SPONG, C. (2003) Fetal monitoring in Danforth's obstetrics and gynecology, New York, Williams & Wilkina Publisher

    TUCKER, S. (2005) Instrumen pemantauan denyut jantung janin dan aktivitas uterus dalam Seri pedoman praktis pemantauan dan pengkajian janin, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran.21-61

    VARDHAN, L., BHATTACHARYYA, C., KATHPLAIA, C. & KOCHAR, C. (2006) Intrapartum electronic foetal monitoring; does it lead or mislead? MJAFI, 62(1) 51-55.

  • 15

    WALLACE, E., DOWD, J., ELLWOOD, D., et al. (2009) Intrapartum fetal surveillance - clinical guidelines, Melbourne, The Royal Australian and New Zealand College of Obstetricians and Gynecologysts.11-12

    WIBERG-ITZEL, E., LIPPONER, C., NORMAN, M., et al. (2008) Determination of pH or lactate in fetal scalp blood in management of intrapartum fetal distress: randomized controlled multicenter trial. BMJ, 336(1284) 1-7.

    WIJAYANEGARA, H. (2004) Pergerakan janin dalam ilmu kedokteran fetomaternal surabaya, Surabaya, Himpunan Kedokteran Fetomaternal Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia.256-8

    WIKNJOSASTRO, G. H. (2004) Gawat janin dalam Ilmu kedokteran fetomaternal, Jakarta, Himpunan Kedokteran Fetomaternal Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia.419-25

    WINKJOSASTRO, G. H. (2008) Fisiologi janin dalam Ilmu kebidanan, Jakarta, PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.157-164