ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI...
-
Upload
vuongnguyet -
Category
Documents
-
view
220 -
download
0
Transcript of ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI...
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN
BMT BERKAH MADANI CIMANGGIS
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Gelar
Sarjana Ekonomi Islam (SEI)
Oleh :
LIA SYUKRIYAH SA'RONI NIM : 106046101646
K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H
PROGRAM STUDI MUAMALAT(EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1432H/2010M
ii
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN
BMT BERKAH MADANI CIMANGGIS
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum
Untuk memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Ekonomi Islam (SEI)
Oleh:
LIA SYUKRIYAH SA’RONI NIM. 106046101646
Pembimbing
Ir. M. Nadratuzzaman Hosen, MS, MEC, PhD NIP. 1961062441985121001
K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H
PROGRAM STUDI MUAMALAT ( EKONOMI ISLAM )
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
J A K A R T A
1431H/2010M
iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan BMT Berkah Madani Cimanggis, telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal . Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam)
Jakarta, 10 Desember 2010 Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum
Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM NIP. 195505051982031012
Panitia Ujian Munaqasyah
Ketua : Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, MA, MM (......................................) NIP. 195505051982031012 Sekretaris : Mu’min Rauf, M.A (......................................) NIP. 150281979000000000 Pembimbing : Ir. M. Nadratuzzaman Hosen, MS, MEC, Ph.D (......................................)
NIP. 1961062441985121001 Penguji I : Drs. H. Zainul ArifinYusuf, M.Pd (......................................)
NIP. 195607121981031003
Penguji II : Ir. Ela Patriana, MM, AAAIJ (......................................) NIP. 196905282008012010
iv
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI) di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, Muharram 1432 H Desember 2010 M
LIA SYUKRIYAH SA’RONI
v
ABSTRAK LIA SYUKRIYAH SA’RONI. NIM 106046101646. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan BMT Berkah Madani Cimanggis. Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam), Kosentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 1431 H / 2010 M. Isi: xiv + 124 halaman + 12 lampiran, 46 literatur (1993 – 2010).
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan BMT Berkah Madani Cimanggis. Berawal dengan keadaan masyarakat yang unbankable menutup jalan mereka untuk memperoleh modal melalui akses bank. Maka tidak heran jika mereka lebih memilih untuk memperoleh dana melalui renternir, namun jasa kredit informal (rentenir) tidak dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat karena tidak mampu meningkatkan kapitalisasi usaha kecil. Dengan hadirnya BMT yang memenuhi ciri-ciri dari lembaga pelayanan kredit yang ideal, menuai reaksi positif dan meraih keberhasilan. Begitu pula BMT Berkah Madani Cimanggis yang mengalami peningkatan SHU, kinerja BMT, asset, outstanding pembiayaan dan simpanan anggota. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif kuantitatif dengan jenis analisis statistik, yakni statistik induktif tepatnya statistik nonparametrik dengan skala pengukuran skala ordinal. Pengumpulan data melalui observasi ke lapangan, wawancara dan studi dokumentasi terhadap laporan keuangan BMT. Dengan menggunakan analisis kolerasi (koefisien kolerasi Spearman) untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antar variabel independent (rasa memiliki, manajerial yang baik dan jaringan). Selain itu juga menggunakan model regresi (regresi linear berganda) untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independent terhadap variabel dependent. Sedangkan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan BMT Berkah Madani Cimanggis, penelitian ini menggunakan Analisis Laporan Keuangan, Analisis Karakteristik, Analisis Risiko, Analisis Value and Attitude Anggota terhadap Usaha, Analisis Support Bisnis BMT dan Analisis SWOT. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara rasa memiliki BMT dengan manajerial yang baik, tidak ada hubungan yang signifikan antara rasa memiliki BMT dengan jaringan yang dimiliki dan ada hubungan yang signifikan antara manajerial BMT yang baik dengan jaringannya. Dan diketahui bahwa 65% Keberhasilan BMT dapat dijelaskan oleh variabel Rasa memiliki, Manajerial yang baik dan Jaringan. Sedangkan sisanya (100% - 65% = 35%) dijelaskan oleh sebab-sebab lain. Dan beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan BMT Berkah Madani Cimanggis diantaranya kemampuan mengelola keuangan, karakteristik nasabah pembiayaan, kemampuaan BMT Berkah Madani Cimanggis untuk mengolah beberapa risiko (risiko pasar, risiko operasional, risiko likuiditas, risiko reputasi, risiko strategis dan risiko kepatuhan), kedekatan antara nasabah dengan pengelola dan Information Technology (IT) serta network yang mendukung. Kata Kunci: Faktor-Faktor Keberhasilan, BMT Berkah Madani Cimanggis. Pembimbing : Ir. M. Nadratuzzaman Hosen, MS, MEC, Ph.D
NIP. 1961062441985121001
vi
KATA PENGANTAR
Syukur tiada henti pada Illahi Rabbi atas keindahan ilmu lentera ‘aqlu wa qalbu,
shalawat dan salam semoga selalu melimpah ke hadirat Rasul tauladan ummat, Muhammad
SAW. Di balik terselesaikannya skripsi dengan judul “Analisis Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Keberhasilan BMT Berkah Madani Cimanggis” ini, penulis ingin mengucapkan
terima kasih terutama kepada :
1. Bapak Prof. DR. H. M. Amin Suma, SH, MA, MM., Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu DR. Euis Amalia, M.Ag, dan Bapak H. Ah. Azharudin Lathif, M.Ag, MH, Ketua dan
Sekretaris Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Ir. M. Nadratuzzaman Hosen, MS, M.EC, Ph.D, Dosen Pembimbing atas segenap
ilmu, waktu, kesempatan dan bimbingan yang diberikan hingga akhir penulisan skripsi ini,
semoga keindahan ilmu senantiasa melimpah berkah disetiap langkah.
4. Segenap dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
atas ilmu yang diberikan kepada penulis, semoga ilmu ini dapat bermanfaat dunia dan akhirat.
5. Segenap pimpinan dan staf Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
atas pelayanannya dalam melengkapi literatur penelitian.
6. Segenap pimpinan dan staf perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum, atas kemudahan yang
penulis rasakan selama pengumpulan literatur.
vii
7. Bapak Ir. H. Zainal Zayadi dan keluarga besar BMT Berkah Madani Cimanggis yang telah
memberikan kesempatan, waktu, pengalaman dan bantuan guna melengkapi data penelitian
yang dibutuhkan.
8. Ayahanda Drs. H. Sa’ronih Amin yang senantiasa beri motivasi tiada henti tuk cerdaskan diri
ini, Ibunda Hj. Nunung Nurhayati yang selalu sebut namaku disetiap isak tangis dan air mata
dalam sujud malamnya dan adik-adikku (E. Humaydi Sa’roni dan W. Mudrikah Sa’roni) yang
buatku tersenyum saat lemah dan lelah.
9. Teman-teman di Program Studi Muamalat Perbankan Syariah angkatan 2006, terutama PSC
2006, yang telah menemani penulis selama menimba ilmu di perkuliahan.
10. Semua pihak yang telah memberikan kontribusi terhadap penyelesaian skripsi ini yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu. Jazakumullahu Khairul Jaza.
Ciputat, Dzulhijah 1431 H November 2010 M
LIA SYUKRIYAH SA’RONI
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................. I
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN PANITIA UJIAN ................................................. iii
LEMBAR PENYATAAN ..................................................................................... iv
ABSTRAK ............................................................................................................ v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii
DAFTAR BAGAN, GRAFIK DAN GAMBAR .................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ........................................... 9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian …………...……..………………. 9
D. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu ……………………………. 11
E. Sistematika Penulisan ………………………...…………………. 20
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Ruang Lingkup Baitul Maal wat Tamwil (BMT) .........................
1. Pengertian Baitul Maal wat Tamwil (BMT) .........................
2. Peran Baitul Maal wat Tamwil (BMT) ...............................
3. Organisasi Baitul Maal wat Tamwil (BMT) ........................
4. Prinsip Operasi Baitul Maal wat Tamwil (BMT) .................
5. Penghimpunan Dana ...............................................................
6. Karakteristik Baitul Maal wat Tamwil (BMT) ....................
22
22
22
24
26
28
31
ix
B. Tingkat Kesehatan Baitul Maal wat Tamwil (BMT) ...................
1. Capital (Permodalan) ............................................................
2. Asset (Aktiva Produktif) ……………………………………
3. Efesiensi .................................................................................
4. Earning ...................................................................................
5. Likuiditas ................................................................................
C. Perbedaan BMT dengan Lembaga Keuangan Lainnya .................
D. Analisis Laporan Keuangan ..........................................................
E. Analisis Karakteristik ....................................................................
F. Analisis Risiko ..............................................................................
G. Analisis SWOT .............................................................................
32
33
34
35
35
36
36
38
41
42
45
H. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 47
I. Tinjauan Teoritis Variabel-variabel yang Berpengaruh terhadap Keberhasilan Baitul Maal wat Tamwil (BMT) ............................
1. Keberhasilan ............................................................................
2. Rasa Memiliki .........................................................................
3. Manajerial yang Baik ..............................................................
4. Assosiasi Jaringan ...................................................................
J. Hipotesis .........................................................................................
51
51
52
52
54
55
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian .......................................................................... 57
B. Data dan Teknik Pengumpulan Data ............................................. 1. Jenis Data ....................................................................................
2. Teknik Pengumpulan Data .........................................................
3. Sumber Data ................................................................................
57
57
58
59
C. Variabel dan Pengukuran Variabel ................................................ 1. Jenis Variabel ..............................................................................
2. Pengukuran Variabel ...................................................................
59
59
60
x
D. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................. 61
E. Metode Analisis Data .....................................................................
1. Instrument dan Uji Instrument Penelitian ..............................
a. Uji Validitas ......................................................................
b. Uji Reliabilitas ..................................................................
2. Teknik Analisis Data ...............................................................
a. Analisis Kolerasi ..... .........................................................
b. Analisis Regresi ...............................................................
c. Koefisien Determinasi .......................................................
3. Interpetasi Hasil Regresi .........................................................
a. Adjusted R. Squered .........................................................
b. Koefisien Variabel ............................................................
61
61
62
62
63
63
64
65
66
66
66
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Laporan Keuangan .......................................................... 67
1. Likuiditas ................................................................................
2. Solvabilitas .............................................................................
3. Rentabilitas .............................................................................
4. Profitabilitas ............................................................................
5. Aktivitas ..................................................................................
68
71
72
75
76
B. Analisis Karakteristik ....................................................................
C. Analisis Risiko ..............................................................................
77
86
1. Risiko Pasar ............................................................................
2. Risiko Kredit .........................................................................
3. Risiko Operasional ................................................................
4. Risiko Likuiditas .....................................................................
5. Risiko Hukum .........................................................................
6. Risiko Reputasi .......................................................................
86
87
91
92
92
94
xi
7. Risiko Strategis .......................................................................
8. Risiko Kepatuhan ....................................................................
96
97
D. Analisis Value and Attitude Anggota Terhadap Bisnis ..............
E. Analisis Sistem Support Bisnis ...................................................
99
101
1. Information Technology (IT) ................................................
2. Kerjasama dan Jaringan (Network) ........................................
F. Analisis SWOT ..........................................................................
G. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan
BMT Berkah Madani Cimanggis ...............................................
1. Validitas dan Reabilitas .........................................................
2. Analisis Kolerasi Spearman ........................ ........................
3. Analisis Regresi Linier .........................................................
101
103
105
107
107
110
112
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................... 115
B. Saran .............................................................................................. 118
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 121
LAMPIRAN ......................................................................................................... 125
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Pembiayaan BMT Berkah Madani Cimaggis tahun 2007, 2008
dan 2009 ………………………………………………………...
6
Tabel 1.2 Tabungan BMT Berkah Madani Cimanggis tahun 2007, 2008
dan 2009 ………………………………………………………...
7
Tabel 1.3 Investasi BMT Berkah Madani Cimanggis tahun 2007, 2008
dan 2009 ………………………………………………………...
8
Tabel 1.4 Analisis SWOT terhadap Penguatan Baitul Maal wat Tamwil ... 13
Tabel 1.5 Daftar Tinjauan Pustaka ………………………………………... 18
Tabel 2.1 Analisis Perbedaan Bank, Rentenir dan BMT …………………. 37
Tabel 3.1 Skala Likert …………………………………………………….. 62
Tabel 3.2 Kaidah Reliabilitas Guilford …………………………………… 63
Tabel 3.3 Pedoman Untuk Mengintepretasikan Koefisien Kolerasi ……… 64
Tabel 4.1 Rasio Keuangan BMT Berkah Madani Cimanggis tahun 2007,
2008 dan 2009 ………………………………………………….
67
Tabel 4.2 Perbandingan Nilai Tukar dan Porsi Nisbah ……...…………… 86
Tabel 4.3 Risiko BMT Berkah Madani Cimanggis ………………………. 97
Tabel 4.4 Analisis SWOT BMT Berkah Madani Cimaggis ……………… 105
Tabel 4.5 Item Total Statistic ……………………………………………... 108
Tabel 4.6 Analisis Kolerasi Spearman ……………………………………. 110
Tabel 4.7 Ringkasan Analisis Regresi Linier Berganda ………………….. 112
xiii
DAFTAR BAGAN, GRAFIK DAN GAMBAR
Bagan 2.1 Struktur Organisasi BMT Standar PINBUK …………………... 25
Bagan 2.2 Analisis Laporan Keuangan ……………………………………. 38
Bagan 2.3 Analisis SWOT ………………………………………………… 45
Bagan 2.4 Skema Alur Pikir ………………………………………………. 50
Grafik 4.1 Pertumbuhan Likuiditas BMT Berkah Madani Cimanggis ……. 68
Grafik 4.2 Pertumbuhan Solvabilitas BMT Berkah Madani Cimanggis ….. 71
Grafik 4.3 Pertumbuhan Rentabilitas BMT Berkah Madani Cimanggis ….. 72
Grafik 4.4 Pertumbuhan Profitabilitas BMT Berkah Madani Cimanggis …. 75
Grafik 4.5 Pertumbuhan Aktifitas BMT Berkah Madani Cimanggis ……... 76
Grafik 4.6 Kualitas Pembiayaan BMT berkah Madani Cimanggis Periode
2007, 2008 dan 2009 …………………………………………....
88
Grafik 4.7 Pertumbuhan Nasabah BMT Berkah Madani Cimanggis tahun
2007, 2008 dan 2009 ……………………………………………
94
Grafik 4.8 Pertumbuhan Tabungan Investasi dan Pembiayaan ……………. 95
Gambar 4.1 Keadaan Responden Berdasarkan Usia …... …………………... 78
Gambar 4.2 Keadaan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin …………...…. 79
Gambar 4.3 Keadaan Responden Berdasarkan Status Pernikahan …….....…. 80
Gambar 4.4 Keadaan Responden Berdasarkan Penndidikan Terakhir …....… 81
Gambar 4.4 Keadaan Responden Berdasarkan Lama Usaha ...…………...…. 82
Gambar 4.4 Keadaan Responden Berdasarkan Jenis Usaha ……………...…. 83
Gambar 4.4 Keadaan Responden Berdasarkan Letak Usaha …...………...…. 84
Gambar 4.4 Keadaan Responden Berdasarkan Pelatihan Usaha ………....…. 84
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Output SPSS ……………………………………………... …………………... 125
Wawancara I ………………………………………………………………....... 128
Wawancara II ………………………………………………………………….. 138
Kuesioner………………………………………………………………………. 142
Data Kuesioner ………………………………………………………………... 145
Tipologi Nasabah BMT Berkah Madani Cimanggis ………………………….. 148
Laporan Keuangan BMT Berkah Madani Cimanggis ………………………… 155
Laporan Kinerja Tahun 2009 BMT Berkah Madani Cimanggis ……………… 167
Surat Kesediaan Menjadi Pembimbing Skripsi ……………………………….. 183
Surat Penelitian/ Wawancara ke BMT Berkah Madani Cimanggis …………... 184
Surat Keterangan Riset dari Berkah Madani Cimanggis ……………………… 185
Tabel Critical Values of The F Distribution (α = 0.5) …………...…………..... 186
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada hakikatnya kemiskinan timbul bukan dikarenakan tidak adanya
keterampilan, tetapi karena tidak adanya ketersediaan modal yang cukup. Karena
untuk meningkatkan produktivitas, ketersediaan modal yang cukup merupakan salah
satu faktor penunjang yang penting. Pada umumnya hal ini menjadi masalah bagi
masyarakat kecil. Keadaan mereka yang unbankable menutup jalan mereka untuk
memperoleh modal melalui akses bank, itu karena bank berpegang pada asas
bankable dalam memutuskan kreditnya.
Maka tidak heran jika mereka lebih memilih untuk memperoleh dana dengan
akses mudah melalui renternir, walau mereka harus menanggung suku bunga yang
sangat tinggi yang lambat laun akan mematikan usahanya. Jasa kredit informal
(rentenir) tidak mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, karena tidak mampu
meningkatkan kapitalisasi usaha kecil. Jasa kredit informal ini umumnya hanya
bersifat jangka pendek, akibatnya tidak mampu menciptakan akumulasi permodalan.
Pelayanan kredit tersebut hanya sekedar untuk membantu mempertahankan
kehidupan, tetapi tidak mampu meningkatkan standar kehidupan dan kesejahteraan
penerima kredit secara nyata, bahkan tidak sedikit yang mengalami kemiskinan. Atau
2
dengan kata lain, jasa kredit informal ini dapat berdampak sebagai pola kemiskinan
yang baru1.
Pada dataran idealitas, pemberian pinjaman atau kredit harus diartikan
sebagai suntikan modal yang bersifat sementara dan rangsangan. Selain itu
pemberian pinjaman harus dihindarkan dari terjadinya dampak ketergantungan yang
berkepanjangan. Karena pemberian pinjaman harus mampu mendorong produksi
yang pada akhirnya akan meningkatkan kapitalitas usaha kecil dan meningkatnya
produksi, dengan meningkatnya pendapatan dapat diartikan meningkatnya
kesejahteraan. Atas dasar peningkatan produksi tersebut, maka tabungan juga akan
mengalami peningkatan. Inilah titik awal kapitalisasi permodalan usaha kecil. Untuk
itu, berikut ini adalah beberapa ciri dari lembaga pelayanan kredit yang ideal:
1. Mencerminkan prinsip sosial dan ekonomi.
2. Lembaga tersebut harus mudah dikontrol dan diawasi.
3. Lembaga tersebut harus mampu menciptakan distribusi aset atau kekayaan
secara merata dan adil.
4. Lembaga tersebut harus mendapatkan keuntungan.
5. Lembaga tersebut harus konsisten dengan visi dan misinya.
6. Lembaga tersebut memiliki prosedur yang sederhana dan praktis.
1 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal watamwil. Jogjakarta: UII Press, 2004. h. 26-
27.
3
Berbagai bentuk lembaga yang memiliki keenam ciri tersebut secara ideal sudah
cukup banyak. Pendirian BKK (Badan Kredit Kecamatan), BUKP (Badan Usaha
Kredit Pedesaan), BPR (Bank Perkreditan Rakyat), P2KP (Program Penanggulangan
Kemiskinan Perkotaan) dan sejenisnya dimaksudkan untuk memberikan pelayanan
kepada kelompok mikro. Namun, karena pembentukannya bernuansa proyek, maka
perkembangannya sangat lamban, bahkan banyak yang bermasalah dengan kredit
macet2. Maupun masalah lainnya seperti adanya kebocoran dalam penyaluran dana.
Sesuai dengan pendapat Muhammad Yunus (1975) bahwa bila sebuah program
pengentasan kemiskinan mengizinkan mereka yang relatif tidak miskin untuk turut
serta, maka kaum miskin dengan segera akan tersikut keluar dari program oleh
mereka yang keadaannya lebih baik3.
BPR sesungguhnya lebih profesional dibandingkan dengan badan kredit
proyek tetapi karena berbentuk bank, maka prosedurnya sering terjebak dengan
prosedur perbankan yang kaku dan rumit. Sehingga banyak pengusaha kecil dan
mikro tidak mampu menjangkaunya. Kehadiran BMT (Baitul Maal wat Tamwil)
diharapkan dapat menjadi alternatif yang lebih inovatif dalam jasa keuangan. Dari
segi namanya Baitul Maal berarti lembaga sosial sejenis BAZIS (Badan Amil Zakat)
2 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal watamwil, h. 29. 3 Muhammad Yunus, Bank Kaum Miskin: Kisah Yunus dan Grameen Bank Memerangi
Kemiskinan. Penerjemah, Irfan Nasution Cet.4. Depok: Marjin Kiri, 2007 h. 43.
4
sedangkan Baitul Tamwil berarti lembaga bisnis. Oleh karenanya, BMT secara segi
nama telah melekat dua ciri sosial dan bisnis4.
Dalam menciptakan dan menumbuhkan wirausaha-wirausaha yang tangguh
dibutuhkan sebuah inkubator bisnis yang merupakan suatu model pendekatan yang
diterapkan untuk mempercepat penciptaan calon pengusaha baru (tenant) atau
peningkatan kualitas pengusaha kecil yang tangguh dan profesional. Terbukti dengan
hasil penelitian di Amerika Serikat (AS) menyatakan bahwa pengusaha pemula di AS
yang tidak melalui program inkubator bisnis, 80 persen usahanya gagal sebelum lima
tahun. Sedangkan pengusaha yang tumbuh melalui inkubator bisnis, hanya 20 persen
yang gagal usahanya dalam periode waktu yang sama5. Untuk itu dibentuklah
PINBUK (Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil) yang merupakan lembaga yang
membantu menyempurnakan konsep, mensosialisasikan, membina dan
mengembangkan BMT (pendamping)6. Keberhasilan PINBUK pun nampak dari
jumlah BMT yang telah bergabung, tercatat hingga saat ini ada lebih dari 3.000 unit
yang bergabung. Diantaranya adalah 106 BMT bekerjasama dengan Departemen
Sosial, 82 BMT Nagari di Kabupaten Agam, 30 BMT bekerjasama dengan
Depnakertrans yang ditempatkan di unit pemukiman transmigrasi, serta 500 BMT
4 Muhammad Ridwan Manajemen Baitul Maal watamwil, h. 31. 5 Hendra Kholid, "Lembaga Pengembangan Ekonomi Swadaya Masyarakat (Pinbuk dan
Ikopontern)", artikel ini diakses pada tanggal 08 April 2010 dari http://hendrakholid.net/bog/2009/05/26/pinbuk-dan-inkopontren-2/
6 Skripsi ini diambil dari Abdullah Marhazi (2007) Peranan Pusat Inkubasi Bisnis Usaha
Kecil (PINBUK) Dalam Mengembangkan Lembaga Keuangan Mikro Baitul Maal wa Tamwil (BMT) hal. 61
5
Shar-E dengan Bank Muamalat7. Tentunya keberhasilan PINBUK beriringan dengan
keberhasilan BMT. Seperti salah satunya Baitul Maal wat-tamwil Maslahah
Mursalah lil-Ummah (BMT-MMU) Sidogiri yang terus mengalami pertumbuhan
modal, omzet, asset dan Sisa Hasil Usaha (SHU) yang terus bertambah tiap
tahunnya8. Keberhasilan kredit mikro juga nampak dengan keadaan yang membaik
pada penyaluran pembiayaan kredit BRI dengan BRI unit-nya yang dianggap paling
menonjol diantara perbankan konvensional dalam layanan terhadap UMKM dan
masyarakat miskin. Di mana pada priode 31 Desember 2000 hanya menyalurkan
kredit sebesar 37% tercatat membaik pada periode 31 Desember 2004 dengan
menyalurkan kredit sebesar 71%9.
Kesuksesan menjalankan micro finance ini juga telah dialami oleh negara-
negara di belahan dunia lainnya, salah satunya adalah Bangladesh. Muhammad
Yunus dengan pola Grameen Bank nya telah berhasil memberi solusi pengentasan
kemiskinan, bahkan telah memperoleh Penghargaan Perdamaian Nobel pada tahun
2006. Dan telah menjadi inspirasi bagi banyak negara yang mengadopsinya, yaitu
hampir 130 negara di dunia (kebanyakan Negara Asia dan Afrika)10. Indonesia juga
merupakan salah satu negara yang turut mengadopsi Pola Grameen Bank ini. Konsep
7 Kholid, "Lembaga Pengembangan Ekonomi Swadaya Masyarakat (Pinbuk dan Ikopontern)" 8 Mokh. Syaiful Bakhri. "BMT-MMU Sidogiri: Sukses Memasuki Dunia Lain", artikel ini
diakses pada 08 April 2010 dari http://www.pnm.co.id/content.asp?id=740&mid=54 9 Awalil Rizky BMT Fakta dan Prospek Baitul Maal wat Tamwil Yogyakarta: Penerbit UCY
Press, 2007, h.183 10 Kamus Wikipedia Indonesia diakses pada 14 Februari 2010 dari http://www.wikipedia.org
6
yang menginspirasi banyak pihak itu tak kecuali mengilhami berdirinya BMT Berkah
Madani yang melakukan upaya penyaluran pembiayaan dengan konsep serupa.
Bersama dengan UKM Center Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, BMT Berkah
Madani mengembangkan konsep tersebut khusus pembiayaan produktif yang
disalurkan bagi perempuan miskin11.
Keberhasilan juga dirasakan oleh BMT Berkah Madani Cimanggis, hal itu
ditunjukkan dengan peningkatan kinerja yang signifikan. Beberapa peningkatan yang
terjadi diantaranya adalah:
1. Peningkatan Aktiva Produktif
Aktiva produktif BMT Berkah Madani Cimanggis berupa piutang murabahah
dan pembiayaan yang disalurkan. Selama tahun 2008 BMT Berkah Madani
Cimanggis telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp 2.008.750.000,- dengan
outstanding pembiayaan pada 31 Desember 2008 sebesar Rp 531.123.618,-.
Perincian jumlah pembiayaan per jenis produk disajikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 1.1
Pembiayaan BMT Berkah Madani Cimanggis Tahun 2007, 2008, 2009
Jenis Pembiayaan 2007 2008 2009 trend %
Piutang Murabahah Rp 433.164.442,- Rp 421.934.113,- Rp 606.367.606,- ↑ 43,71%
Piutang Mudharabah Rp 28.506.117,- Rp 27.687.300,- Rp 304.687.300,- ↑ 1.000%
Piutang Ijarah Rp 69.658.686,- Rp 82.729.634,- Rp 124.456.717,- ↑ 50,44%
Piutang Al Qard Rp 11.841.778,- Rp 10.630.000,- Rp 6.358.500,- ↓ -40,18%
Total Rp 542.811.023,- Rp 542.981.056,- Rp 1.041.870.123,- ↑ 91,88% Sumber : Laporan Kinerja Tahun 2009 BMT Berkah Madani Cimanggis
11 "Terinspirasi oleh Grameen Bank." Republika. 02 September 2009
7
2. Sumber Pendanaan
Sumber pendanaan BMT Berkah Madani Cimanggis bersumber dari dana
simpanan anggota dan simpanan berupa tabungan, investasi berjangka
mudharabah dan investasi terikat (mudharabah muqayyadah). Penghimpunan
dana dari anggota (modal) yang dicapai selama tahun 2009 turun dari Rp
36.200.000,- menjadi Rp 31.200.000,- mengalami penurunan sebesar Rp
5.000.000,-. Sedangkan dana tabungan dan investasi terus meningkat setiap
tahunnya. Adapun rincian jumlah tabungan dan investasi dapat dilihat dari
tabel berikut ini:
Tabel 1.2
Tabungan BMT Berkah Madani Cimanggis Tahun 2007, 2008, 2009
Jenis Simpanan 2007 2008 2009 trend %
Tabungan Berkah Rp 257.399.878,- Rp 238.330.095,- Rp 250.648.582,47 ↑ 5,17%
Tabungan Berkah Hasil Rp 170.580.237,- Rp 148.910.388,- Rp 166.868.486,25 ↑ 12,06%
Tabungan Berkah Amanah Rp 13.268.635,- Rp 13.717.609,- Rp 45.074.597,53 ↑ 228,59%
Tabungan Berkah Siswa Rp 68.270.467,- Rp 69.689.933,- Rp 33.290.529,39 ↓ -52,23%
Tabungan Berkah Talbiyah Rp 1.099.534,- Rp 2.697.134,- Rp 2.165.666,09 ↓ -19,70%
Tabungan Berkah Qurban Rp 3.934.859,- Rp 3.082.510,- Rp 3.144.978,20 ↑ 2,02%
Tabungan Berkah Fitri Rp 237.146,- Rp 118.556,- Rp 91.260,80 ↓ -23,02%
Tabungan Berkah Walimah - Rp 113.965,- Rp 13.064,21 ↓ -88,54%
Sumber : Laporan Kinerja Tahun 2009 BMT Berkah Madani Cimanggis
8
Tabel 1.3 Investasi BMT Berkah Madani Cimanggis Tahun 2007, 2008, 2009
Jenis Simpanan 2007 2008 2009 trend %
Investasi Berjangka Berkah Invest
Rp 615.687.771,- Rp 669.987.876,- Rp 957.427.530,- ↑ 42,90%
Berkah Invest 1 Bulan Rp 311.882.000,- Rp 122.137.101,- Rp 215.943.775,- ↑ 76,80%
Berkah Invest 3 Bulan Rp 47.525.980,- Rp 36.500.000,- Rp 45.840.156,- ↑ 25,59%
Berkah Invest 6 Bulan Rp 152.579.791,- Rp 197.700.000,- Rp 222.312.608,- ↑ 12,45%
Berkah Invest 12 Bulan Rp 103.700.000,- Rp 313.650.775- Rp 473.330.514,- ↑ 50,91%
Sumber : Laporan Kinerja Tahun 2009 BMT Berkah Madani Cimanggis
Keberhasilan BMT Berkah Madani Cimanggis merupakan suatu hal yang
menarik untuk diteliti lebih jauh guna mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan sebuah BMT pada umumnya dan BMT Berkah Madani pada khususnya.
Oleh karena itu, penulis mengangkat sebuah judul skripsi:
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN
BMT BERKAH MADANI CIMANGGIS
9
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Permasalahan yang ingin diteliti pada penelitian ini dibatasi pada
faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan sebuah BMT, khususnya BMT
Berkah Madani.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka untuk mempermudah
pembahasan, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana koefisien korelasi antar variabel bebas (rasa memiliki,
manajerial yang baik dan jaringan)?
b. Seberapa besar pengaruh variabel rasa memiliki, manajerial yang baik
dan jaringan terhadap keberhasilan BMT, baik secara simultan maupun
parsial?
c. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan BMT Berkah Madani
Cimanggis?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan perumusan dan pembatasan masalah diatas, maka
yang akan menjadi tujuan penelitian adalah:
a. Mengetahui bagaimana koefisien korelasi antar variabel bebas (rasa
memiliki, manajerial yang baik dan jaringan).
10
b. Mengetahui seberapa besar pengaruh variabel memiliki, manajerial yang
baik dan jaringan terhadap keberhasilan BMT.
c. Untuk menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan BMT
Berkah Madani.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari hasil penelitian ini bisa dilihat dari beberapa
aspek, yaitu:
a. Bagi penulis, diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
khususnya dalam hal BMT.
b. Bagi BMT Berkah Madani, diharapkan dapat mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi keberhasilannya, sehingga dapat menjadi tolak
ukur pencapaian keberhasilan untuk menjadi lebih baik ke depannya.
c. Bagi akademisi, diharapkan penelitian ini dapat memberikan wawasan
dan bahan untuk pengembangan dan penelitian tentang keberhasilan
BMT untuk lebih lanjut.
d. Bagi masyarakat, diharapkan penelitian ini dapat menambah khasanah
ilmu pengetahuan.
11
D. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu
1. Analisis Faktor-Faktor Penyebab Keberhasilan dan Kegagalan BMT (Studi
Kasus pada Beberapa BMT Masjid Jakarta)12.
Indriyati dalam membahas tingkat keberhasilan pada penelitiannya
menggunakan dua BMT Masjid, yaitu BMT Masjid Al-Azhar dan BMT At-
Taqwa Mandiri. Faktor-faktor penyebab kedua BMT ini dapat berhasil
menjalankan usahanya dengan baik antara lain sebagai berikut:
a. Kinerja Keuangan yang Baik
b. Kelembagaan dan Manajemen yang Baik
c. Tingkat Kepercayaan Masyarakat
d. Adanya Dukungan dan Partisipasi dari Banyak Pihak
Sedangkan kegagalan-kegagalan yang BMT At-Taqwa Mandiri dan BMT
Karsa Cendikia alami dalam menjalankan usahanya tak luput dari faktor-faktor
penyebab kegagalannya. Berikut faktor-faktor penyebab kegagalannya:
a. Kredit Macet
b. Sumber Daya Manusia (SDM)
c. Kesulitan Modal
d. Kurangnya rasa memiliki (peduli) pengurus BMT terhadap BMT
12Indriyati, Analisis Faktor-Faktor Penyebab Keberhasilan dan Kegagalan BMT (Studi Kasus
pada Beberapa BMT Masjid Jakarta). (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum Univesitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007).
12
2. Profil Koperasi: KOPPONTREN Sidogiri: "Kemandirian Ekonomi Pola
Syariah"13
Faisal dalam jurnal ini bahwa keberhasilan Baitul Maal wat-tamwil
Maslahah Mursalah lil-Ummah (BMT-MMU) Sidogiri tidak lepas dari
kepercayaan masyarakat dengan mengembangkan beberapa pola, diantaranya:
a. Kosistensi dengan sistem syariah dalam pengelolaan bidang usahanya.
b. BMT-MMU terus berusaha menguatkan profit.
c. Menerapkan Manajemen Rasul, yakni siddiq (jujur), amanah (dapat
dipercaya) dan fathonah (profesional).
d. BMT-UGT menekankan dalam pemberian pelayanan yang adil, mudah dan
maslahah atau memberikan manfaat.
3. Peranan Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK) Dalam
Pengembangan Lembaga Keuangan Mikro Baitul Maal wat Tamwil (BMT)14
Abdullah Maharazi menganalisa kelemahan dan keunggulan BMT sebagai
acuan bahwasanya BMT memiliki prospek yang baik dan lebih fleksibel. Dan
13 Faisal. "Profil Koperasi: KOPPONTREN Sidogiri: Kemandirian Ekonomi Pola Syariah",
ini diakses pada 08 April 2010 dari http://jurnal.diskopjatim.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=58:profil-koperasi-koppontren-sidogiri-kemandirian-ekonomi-pola-syariah&catid=37:edisi-april-2008
14 Abdullah Maharazi, "Peranan Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK) dalam
Pengembangan Lembaga Keuangan Mikro Baitul Maal wat Tamwil (BMT)" (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum Univesitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007)
13
untuk memaksimalkan konsep Abdullah menganalisisnya berdasarkan analisis
SWOT.
Tabel 1.4 Analisis SWOT terhadap Penguatan Baitul Maal wat Tamwil
KEKUATAN (S) KELEMAHAN (W) PELUANG (O) TANTANGAN (T) Akad-akad lebih inovatif Didirikannya BMT dilandasi niat untuk ibadan Mampu memberikan pembiayaan pada berbagai lapisan masyarakat Mampu memelihara kepercayaan masyarakat Prinsip bagi hasil Pengajian rutin yang dilaksanakan pengurus BMT terhadap nasabahnya
Jeringan komputerisasi masih lemah Kurang sosialisasi sehingga banyak BMT yang tidak berkembang Modal terbatas Peraturan khusus mengenai BMT belum ada Pelayanan terhadap kebutuhan nasabah masih terbatas SDM masih terbatas
Dukungan pemerintah saat ini sangat besar terhadap sektor UKM ICMI menargetkan mendirikan 10 ribu BMT tahun 2010 dan mendirikan LAZNAS BMT tahun 2012 Mayoritas masyarakat muslim Pengusaha kecil sangat membutuhkan pembiayaan yang cepat
Maraknya praktek rentenir Pemahaman masyarakat masih kurang Penguatan ruhiyan pengelola masih lemah
STRATEGI S-O STRATEGI W-O STRATEGI S-T STRATEGI W-T Mengadakan pembinaan terhadap nasabah secara berkesinambungan Meluaskan dukungan dari aghnia, tokoh masyarakat dan pemerintah setempat Meningkatkan pelayanan terhadap nasabah agar kepercayaan terjaga Menjaga komitmen bersama sehingga target 10 ribu BMT tercapai
Giatkan sosialisasi melalui ceramah di masjid Harus memahami terlebih dahulu literatuir pedoman pendirian BMT Memperbaiki infrastruktur BMT Training SDM BMT bisa agar lebih profesional
BMT jangan menunggu nasabah tapi menjemputnya Merekrut sebanyak mungkin karyawan baru tapi disesuaikan dengan asset Mengadakan penguatan ruhiyah pengurus dan pengelola secara berkesinambungan
Seorang pengurus/ pengelola harus fokus, jujur dan ulet Meningkatkan SDM yang profesional Usahakan produk-produk BMT disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat Mengadakan ceramah rutin ekonomi syariah
(Sumber: Abdullah, 2007)
14
4. Jaringan Kerjasama Kegiatan Usaha Kecil Menengah Dalam Organisasi
Koperasi15.
Titik Sartika mengemukakan tentang hasil analisis data yang menghasilkan
penemuan-penemuan yang menarik, diantaranya yaitu:
a. Analisis koefisien korelasi membuktikan adanya hubungan antara variabel-
variabel jaringan kerja sama (kerja sama, harapan sama, saling membantu dan
interaksi) para anggota UKM dalam anggota koperasi dengan kemajuan dan
efisiensi kegiatan usaha mereka.
b. Analisis regresi untuk penelitian Hipotesis 1 menyatakan bahwa kerja sama,
harapan sama dan interaksi para anggota dalam organisasi koperasi
mempengaruhi secara signifikan dan positif terhadap kemajuan kegiatan usaha
mereka. Sedangkan saling membantu diantara mereka tidak ada pengaruhnya
terhadap kemajuan kegiatan usaha mereka.
c. Pengujian Hipotesis 2 dengan mempergunakan analisis regresi membuktikan
bahwa kerja sama, harapan sama, saling membantu dan interaksi para anggota
UKM dalam organisasi koperasi mempengaruhi efisiensi kegiatan usaha
mereka.
15 Titik Sartika, "Jaringan Kerjasama Usaha Kecil Menengah dalam Organisasi Koperasi"
(Jurnal Media Ekonomi IX. NO.2 (Agustus 2003): h. 137-151)
15
5. Peranan BMT Dalam Upaya Meningkatkan Pendapatan Pengusaha Kecil
(Studi Kasus Pada BMT Al-Karim – Pondok Indah Jakarta Selatan)16.
Dini Vidyawati dalam skripsi ini menyebutkan bahwa terdapat beberapa
masalah yang dihadapi BMT Al-Karim – Pondok Indah Jakarta Selatan dan
pemecahannya dalam upaya meningkatkan pendapatan pengusaha kecil. Berikut
ini beberapa masalah dan pemecahannya:
a. Kurangnya komunikasi antara nasabah dan staf BMT.
Pemecahannya adalah mengadakan pembinaan kepada anggota BMT secara
personal mengenai manajemen usaha, pengajian dan acara ceremonial seperti
maulid Nabi Muhammad SAW. Dalam acara ceremonial tersebut diberikan
pembekalan mengenai usaha dengan sistem ekonomi syariah. Para staf
marketing BMT Al-Karim terjun langsung ke lapangan setiap hari mengambil
tabungan dan angsuran pinjaman nasabah. Disamping itu para staf marketing
tersebut mengadakan komunikasi dengan nasabah mengenai usaha yang
mereka kelola. Dalam komunikasi tersebut merupakan kesempatan bagi para
nasabah untuk menyampaikan keluhan-keluhan maupun permasalahan yang
mereka hadapi dalam usahanya.
16 Dini Vidyawati, "Peranan BMT Dalam Upaya Meningkatkan Pendapatan Pengusaha Kecil
(Studi Kasus pada BMT Al-Karim – Pondok Indah Jakarta Selatan)", (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2004).
16
b. Terbatasnya dana yang dimiliki oleh BMT Al-Karim
Untuk mengatasinya pihak BMT Al-Karim melakukan kerjasama dengan
bank dan lembaga di luar bank seperti PNB, dan lembaga amil zakat seperti
Dompet Dhuafa dan BAZIS.
c. Terkadang timbulnya kredit macet
Diatasi dengan cara memberikan penyuluhan tentang manajemen dasar
pengembangan usaha sehingga resiko terjadinya kredit macet dapat diperkecil,
disamping itu pula melalui tindakan persuasif serta kebijakan keringanan
misalnya waktu angsuran diperpanjang dan bagi hasil diperkecil.
6. Analisis Rasio Likuiditas, Rasio Solvabilitas, Rasio Profitabilitas sebagai alat
evaluasi kinerja koperasi : Suatu Tinjauan Aspek Keuangan Pada BMT-
MMU Sidogiri-Pasuruan.17
Berdasarkan hasil analisis rasio keuangan dapat disimpulkan bahwa Rasio
Likuiditas yang terdiri dari current ratio dan quick ratio dari tahun 2003- 2005
mengalami peningkatan pada current ratio , namun apabila dibandingkan dengan
rasio standarnya, rasio keungan, quick ratio masih berada dibawahnya, hal ini
berarti kemampuan koperasi dalam memenuhi kewajiban lancarnya lebih rendah.
Untuk Rasio Solvabilitas yang terbentuk Debt Ratio dan Debt to equity ratio,
terus mengalami penurunan dibandingkan dengan rasio standarnya, Hal ini berarti
17 Haidir. “Analisis Rasio Likuiditas, Rasio Solvabilitas, Rasio Profitabilitas sebagai alat
evaluasi kinerja koperasi : Suatu Tinjauan Aspek Keuangan Pada BMT-MMU Sidogiri-Pasuruan”. 2007.
17
bahwa total aktiva yang dimiliki koperasi lebih besar jika digunakanmemenuhi
hutang koperasi. Untuk Rasio Profitabilitas yang terdiri dari Net Profit Margin,
Ratio Total Assets Turnover, Return on Total Assets, dan Return on Equity,
walaupun mengalami penurunan semuanya masih berada diatas rasio standarnnya
kecuali Return on Total Assets, hal ini berarti tidak maksimalnya koperasi dalam
menghasilkan laba/profit melalui total aktiva.
6. Mendayagunakan Pembiayaan Mikro Islam18
Penelitian ini menemukan keadaan yang lebih beragam sehubungan dengan
eksistensi BMT (beberapa BMT berkembang pesat dan terus memperluas bisnisnya
sementara beberapa BMT terancam bangkrut karena kegagalan pada nasabah untuk
membayar kembali pinjamannya. Beberapa poin utama hasil penemuan penelitian:
1. Sebagian besar BMT dijalankan oleh para pengusha social dan komitmen
kuat untuk membangun keadaan social berdasaran prinsip-prinsip Islam.
Kepemimpinan dan komitmen ini sangat mempengaruhi keberhasilan
operasi, sama halnya dengan keberadaan peraturan
2. Kurang promosi terhadap jasa-jasa yang ditawarkan BMT secara umum
menghambat perkembangan BMT. Hal ini menciptakan persepsi seakan-
akan BMT adalah organisasi pemberi sumbangan. Persepsi seperti ini
18 Minako Sakai, “Mendayagunakan Pembiayaan Mikro Islam”. Australia Indonesia Governance Research Partnership, 2008.
18
menyebabkan timbulnya permasalahan bagi BMT ketika harus menagih
pembayaran kembali pinjaman-pinjaman yang diberikan.
3. Beberapa BMT menjalankan kegiatn bisnis sampingan. Keberhasilan dan
kegagalan bisnis sampingan ini sering kali member keuangan terhadap
operasi BMT.
Tabel 1.5 Daftar Tinjauan Pustaka
No Nama Penulis/ Tahun/ Judul Isi Skripsi Beda dengan Penulis 01 Indriyati/ 2007/ Analisis
Faktor-Faktor Penyebab Keberhasilan dan Kegagalan BMT (Studi Kasus pada Beberapa BMT Masjid Jakarta).
Pada skripsi ini analisis yang dilakukan hanya analisis laporan keuangan dan menggunakan metode diskriptif analisis faktor keberhasilan dan kegagalan.
Sedangkan pada penelitian yang penulis lakukan dengan melaksanakan beberapa analisis, diantaranya analisis laporan keuangan, analisis karakteristik, analisis risiko, analisis value and attitude nasabah BMT terhadap bisnis, analisis sistem support bisnis dan analisis SWOT. Dan pada penelitian ini pula dijelaskan hubungan beberapa variabel yang mempengaruhi keberhasilan BMT. Dan lokus penelitian yang berbeda.
02 Faisal / 2010/ Jurnal Profil Koperasi: KOPPONTREN Sidogiri: "Kemandirian Ekonomi Pola Syariah".
Pada jurnal ini menjelaskan bahwa keberhasilan BMT MMU tidak lepas dari kepercayaan yang diberikan masyarakat serta mngemukakan beberapa faktor yang mendukung.
Sedangkan pada penelitian ini penulis meneliti beberapa variabel (rasa memiliki, manajerial yang baik dan jaringan) yang merupakan faktor yang mempengaruhi keberhasilan BMT Berkah Madani Cimanggis
19
03 Abdullah Maharazi/ 2007/ "Peranan Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK) dalam Pengembangan Lembaga Keuangan Mikro Baitul Maal wat Tamwil (BMT)"
Pada skripsi terdapat analisis SWOT terhadap penguatan BMT
Sedangkan pada penelitian ini analisis SWOT yang dilaksanakan lebih spesifik, yakni terhadap BMT Berkah Mandani Cimanggis.
04 Titik Sartika/ 2003/ Jaringan Kerjasama Usaha Kecil Menengah dalam Organisasi Koperasi
Pada jurnal ini menjelaskan hubungan antara variabel-variabel jaringan kerja sama para anggota UKM dalam anggota koperasi dengan kemajuan dan efisiensi kegiatan usaha mereka.
Sedangkan pada penelitian penulis menjelaskan hubungan antara variabel keberhasilan BMT dengan variabel rasa memiliki, manajerial yang baik dan jaringan kerja sama.
05 Dini Vidyawati/ 2004/ Peranan BMT Dalam Upaya Meningkatkan Pendapatan Pengusaha Kecil (Studi Kasus pada BMT Al-Karim – Pondok Indah Jakarta Selatan)
Dalam skripsinya Dini membahas beberapa kendala yang dihadapi BMT Al-Karim dengan menganalisis secara global.
Sedangkan penulis menggunakan analisis laporan keuangan, analisis karakteristik, analisis risiko, analisis value and attitude nasabah BMT terhadap bisnis, analisis sistem support bisnis dan analisis SWOT untuk menemukan kendala yang dihadapi BMT Berkah Madani Cimanggis.
06 Haidir/ 2007/ Analisis Rasio Likuiditas, Rasio Solvabilitas, Rasio Profitabilitas sebagai alat evaluasi kinerja koperasi : Suatu Tinjauan Aspek Keuangan Pada BMT-MMU Sidogiri-Pasuruan.
Haidir menggunakan 3 Rasio Analisis Laporan Keuangan diantaranya Rasio Likuiditas, Rasio Solvabilitas dan Rasio Profitabilitas untuk mengevaluasi kinerja koperasi BMT-MMU Sidogiri
Sedangkan dalam penelitian ini menggunakan analisis laporan keuangan dengan menggunakan 5 rasio keuangan (Likuiditas, Solvabilitas, Rentabilitas, Profitabilias dan Aktivitas) untuk mengetahui keberhasilan BMT.
07 Minako Sakai/ 2008/ Mendayagunakan Pembiayaan Mikro Islam
Dalam penelitiannya Minako menemukan beberapa faktor kegagalan BMT di Indonesia
Dalam penelitian ini akan membahas beberapa faktor yang mendukung keberhasilan BMT Berkah Madani Cimanggis.
20
E. Sistematika Penulisan
Dalam membahas skripsi ini penulis membagi ke dalam lima bab. Pada setiap
babnya terdapat sub-sub bab. Maka dari itu, dalam penulisan skripsi ini penulis
menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan, berisi latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan (review)
kajian terdahulu dan sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan Pustaka, berisi penelitian terdahulu, landasan teori dan
kerangka pemikiran.
BAB III Metodologi Penelitian, berisi metode penelitian, data dan teknik
pengumpulan data, penjelasan mengenai variabel - variabel penelitian,
ruang lingkup penelitian, serta metode analisis data dengan mengunakan
instrumen dan teknik uji instrumen penelitian, teknik analisa data dan
interpretasi hasil regresi.
BAB IV Hasil Penelitian, berisi analisis yang dilakukan untuk memperhitungkan
kolerasi antar variabel independent, dilanjutkan dengan analisis regresi
linier berganda terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
baitulmaal wat tamwil (BMT). Selanjutnya melihat seberapa kuat
hubungan variable independent terhadap variable dependent dengan
21
melihat koefisien determinannya. Kemudian menginterpretasikan hasil
analisis dan model yang telah terbentuk.
Lalu dilanjutkan dengan analisis keuangan BMT Berkah Madani
Cimanggis, analisis karakteristik, analisis resiko (risk analysis), analisis
value dan attitude anggota BMT Berkah Madani Cimanggis terhadap
bisnis, analisis support bisnis BMT Berkah Madani Cimanggis dan
terakhir analisis SWOT. Setelah itu tahap terakhir yaitu menyimpulkan
faktor-faktor keberhasilan BMT Berkah Madani Cimanggis.
BAB V Penutup, berisi kesimpulan dan jawaban atas segala permasalah yang
telah diangkat, serta saran-saran yang dianggap perlu untuk peningkatan
pengetahuan pihak-pihak tertentu.
22
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Ruang Lingkup Baitul Maal wat Tamwil (BMT)
1. Pengertian Baitul Maal wat Tamwil (BMT)
Baitul maal wattamwil (BMT) terdiri dari dua istilah, yaitu baitul maal dan
baitut tamwil. Baitul maal lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan
penyaluran dana yang non-profit, seperti zakat, infaq dan shadaqah. Sedangkan
baitut tamwil sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersial. Usaha-
usaha tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari BMT sebagai lembaga
pendukung kegiatan ekonomi masyarakat kecil dengan berlandaskan syariah.1
2. Peran Baitul Maal wat Tamwil (BMT)
Secara umum peran BMT adalah melakukan pembinaan dan pendanaan yang
berdasarkan sistem syariah. Peran ini menegaskan arti penting prinsip-prinsip
syariah dalam kehidupan ekonomi masyarakat. Sebagai lembaga keuangan
syariah yang bersentuhan langsung dengan kehidupan masyarakat kecil yang
serba cukup dalam hal ilmu pengetahuan dan materi, maka BMT mempunyai
tugas penting dalam mengemban misi keislaman dalam segala aspek kehidupan
masyarakat.
1 Heri Sudarsono Bank dan Lembaga keuangan Syariah. Yogyakarta: EKONISIA, 2007. h. 96
23
Maraknya rentenir atau lintah darat di tengah-tengah masyarakat juga
mengakibatkan masyarakat semakin terjerumus pada masalah ekonomi yang tidak
menentu. Besarnya pengaruh rentenir terhadap perekonomian masyarakat tidak
lain karena tidak adanya unsur-unsur yang cukup akomodatif dalam
menyelesaikan masalah yang masyarakat hadapi. Oleh karena itu, BMT
diharapkan mampu berperan lebih aktif dalam memperbaiki kondisi ini. Dengan
keadaan tersebut keberadaan BMT setidaknya memiliki beberapa peran,
diantaranya yaitu:
a. Menjauhkan masyarakat dari praktek ekonomi non-syariah. Aktif melakukan
sosialisasi di tengah masyarakat tentang arti penting system ekonomi Islami.
Hal ini bisa dilakukan dengan pelatihan-pelatihan mengenai cara-cara
bertransaksi yang Islami, misalnya supaya ada bukti dalam transaksi, dilarang
curang dalam menimbang barang, jujur terhadap konsumen dan sebagainya.
b. Melakukan pembinaan dan pendanaan usaha kecil. BMT harus bersikap aktif
menjalankan fungsi sebagai lembaga keuangan mikro, misalnya dengan jalan
pendampingan, pembinaan, penyuluhan dan pengawasan terhadap usaha-
usaha nasabah atau masyarakat umum.
c. Melepaskan ketergantungan pada rentenir, masyarakat yang masih tergantung
rentenir disebabkan rentenir mampu memenuhi keinginan masyarakat dalam
memenuhi dana dengan segera. Maka BMT harus mampu melayani
masyarakat lebih baik, misalnya selalu tersedia dana setiap saat, birokrasi
yang sederhana dan lain sebagainya.
24
d. Menjaga keadilan ekonomi masyarakat dengan distribusi yang merata. Fungsi
BMT langsung berhadapan dengan masyarakat yang kompleks dituntut harus
pandai bersikap, oleh karena itu langkah-langkah untuk melakukan evaluasi
dalam rangka pemetaan skala prioritas yang harus diperhatikan, misalnya
dalam masalah pembiayaan, BMT harus memperhatikan kelayakan nasabah
dalam hal golongan nasabah dan jenis pembiayaan.
3. Organisasi Baitul Maal wat Tamwil (BMT)
Untuk memperlancar tugas BMT, maka diperlukan struktur yang
mendeskripsikan alur kerja yang harus dilakukan oleh personil yang ada di dalam
BMT tersebut. Struktur organisasi BMT dan tugas dari masing-masing struktur
adalah sebagai berikut:
a. Musyawarah Anggota Pemegang Simpanan Pokok memegang kekuasaan
tertinggi didalam memutuskan kebijakan-kebijakan makro BMT.
b. Dewan Syariah, bertugas mengawasi dan menilai operasionalisasi BMT.
c. Pembina Manajemen, bertugas untuk membina jalannya BMT dalam
merealisasikan programnya.
d. Manajer, bertugas menjalankan amanat musyawarah anggota BMT dan
memimpin BMT dalam merealisasikan programnya.
e. Pemasaran bertugas untuk mensosialisasikan dan mengelola produk-produk
BMT.
f. Kasir bertugas melayani nasabah
25
g. Pembukuan bertugas untuk melakukan pembukuan atas aset dan omzet BMT.
Dalam struktur organisasi standar dari PINBUK, musyawarah anggota pemegang
simpanan pokok melakukan koordinasi dengan Dewan Syariah dan pembina
manajemen dalam mengambil kebijakan-kebijakan yang akan dilakukan oleh
manajer. Manajer memimpin keberlangsungan maal dan tamwil. Tamwil terdiri dari
dari pemasaran, kasir, dan pembukuan. Sedangkan anggota dan nasabah berhubungan
koordinatif dengan maal, pemasaran, kasir dan pembukuan.
Bagan 2.1
Struktur Organisasi BMT Standar PINBUK
Musyawarah Anggota Pemegang Simpanan Pokok
Dewan Syariah Pembina Manajemen
Manajer
Tamwil Maal
Pemasaran Kasir Pembukuan
Anggota dan Nasabah
26
Keterangan:
Garis Koordinasi
Garis Komando
Tetapi dalam kenyataannya setiap BMT memiliki bentuk struktur organisasi yang
berbeda-beda, hal ini dipengaruhi oleh:
a. Ruang lingkup atau wilayah operasi BMT
b. Efektivitas dalam pengelolaan organisasi BMT
c. Orientasi program kerja yang akan direalisasikan dalam jangka pendek dan
jangka panjang
d. Jumlah sumber daya manusia yang diperlukan dalam menjalankan operasi
BMT.
4. Prinsip Operasi Baitul Maal wat Tamwil (BMT)
Dalam menjalankan usahanya BMT tidak jauh dengan BPR syariah yakni
menggunakan:
1) Prinsip bagi hasil
Dengan prinsip ini ada pembagian hasil dari pemberian pinjaman dengan
BMT. Dengan menggunakan beberapa pilihan akad diantaranya al-
mudharabah, al-musyarakah, al-muzara'ah dan al-musaqah.
27
2) Sistem jual beli
Sistem jual beli merupakan suatu tata cara jual beli yang dalam
pelaksanaannya BMT mengangkat nasabah sebagai agen yang diberi kuasa
melakukan pembelian barang atas nama BMT, dan kemudian bertindak
sebagai penjual, dengan menjual barang yang telah dibelinya tersebut dengan
ditambah mark-up. Keuntungan BMT nantinya akan dibagi kepada penyedia
dana. Dengan menggunakan pilihan akad, yaitu: bai' al-murabahah, bai' al-
salam, bai'al-istishna dan bai' bitsaman ajil
3) Sistem non-profit
Sistem yang sering disebut sebagai pelayanan kebajikan ini merupakan
pembiayaan yang bersifat social dan non-komersial. Nasaba cukup
mengembalikan pokok pinjamannya saja. Sistem ini menggunakan akad al-
qordhul hasan.
4) Akad bersyarikat
Akad bersyarikat adalah kerjasama antara dua pihak atau lebih dan masing-
masing pihak mengikutsertakan modal (dalam berbagai bentuk) dengan
perjanjian pembagian keuntungan/ kerugian yang disepakati. Akad bersyarikat
ini terdapat dalam akad al-mudharabah dan al-musyarakah.
5) Produk Pembiayaan
Penyediaan uang dan tagihan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
pinjam-meminjam diantara BMT dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
peminjam untuk melunasi utangnya beserta bagi hasil estela jangka waktu
28
tertentu. Bentuk pembiayaan itu sendiri, diantaranya: Pembiayaan al-
murabahah (MBA), pembiayaan al-bai' bitsaman ajil (BBA), pembiayaan al-
mudharabah (MDA) dan pembiyaan al-musyarakah (MSA).
Untuk meningkatkan peran BMT dalam kehidupan ekonomi mayarakat, maka
BMT terbuka untuk menciptakan produk baru. Tetapi produk tersebut harus
memenuhi syarat:
a. Sesuai dengan syariat dan disetujui oleh Dewan Syariah
b. Dapat ditangani oleh sistem operasi BMT bersangkutan
c. Membawa kemaslahatan bagi masyarakat.
5. Penghimpunan Dana
1) Penyimpanan Dana
a) Sumber dana BMT
(1) Dana masyarakat
(2) Simpanan biasa
(3) Simpanan berjangka atau deposito
(4) Lewat kerja antara lembaga atau institusi
b) Kebiasaan penggalangan dana
(1) Penyandang dana rutin dan tetap, besarnya dana biasanya variatif.
(2) Penyandang dana rutin tapi tidak tetap, besarnya dana biasanya
variatif.
29
(3) Penyandang dana rutin temporal-deposito minimal Rp 1.000.000,-
sampai Rp 5.000.000,-
c) Pengambilan dana
(1) Pengambilan dana rutin tertentu yang tetap
(2) Pengambilan dana tidak tetapi tertentu
(3) Pengambilan dana tidak tentu
(4) Pengampilan dana sejumlah tertentu tapi pasti.
d) Penyimpanan dan penggalangan dalam masyarakat dipengaruhi
(1) Memperhatikan momentum
(2) Mampu memberikan keuntungan
(3) Memberikan rasa aman
(4) Pelayanan optimal
(5) Profesionalisme
2) Penggunaan Dana
a) Penggalangan dana digunakan untuk:
(1) Penyaluran melalui pembiayaan
(2) Kas tangan
(3) Ditabungkan di BPRS atau di bank syariah
b) Penggunaan dana masyarakat yang harus disalurkan kepada:
(1) Penggunaan dana BMT yang rutin dan tetap
(2) Penggunaan dana BMT yang rutin tapi tidak tetap
(3) Penggunaan dan BMT yang tidak tentu tapi tetap
30
(4) Penggunaan dana BMT tidak tentu
c) Sistem pengangsuran atau pengembalian dana
(1) Pengangsuran yang rutin dan tetap
(2) Pengangsuran yang tidak rutin dan tetap
(3) Pengangsuran yang jatuh tempo
(4) Pengangsuran yang tidk tentu (kredit macet)
d) Klasifikasi pembiayaan
(1) Perdagangan
(2) Industri rumah tangga
(3) Pertanian/ peternakan/ perikanan
(4) Konveksi
(5) Kontruksi
(6) Percetakan
(7) Jasa-jasa/ lain.
e) Jenis angsuran
(1) Harian
(2) Mingguan
(3) 2 mingguan
(4) Bulanan
(5) Jatuh tempo
f) Antisipasi kemacetan dalam pembiayaan BMT
(1) Evaluasi terhadap kegiatan pembiayaan
31
(2) Merevisi segala kegiatan pembiayaan
(3) Pemindahan akad baru
(4) Mencarikan donatur yang bisa menutup pembiayaan
3) Penyaluran Zakat dan Shadaqoh
a) Penggalan dana zakat, infaq dan shadaqoh (ZIS)
(1) ZIS masyarakat
(2) Lewat kerjasama anatara BMT dengan lembaga Badan Amil Zakat,
Infaq dan Shadaqoh (BAZIS)
b) Dalam penyaluran dana ZIS
(1) Digunakan untuk pemberian pembiayaan yang sifatnya hanya
membantu
(2) Pemberian beasiswa bagi peserta yang berprestasi atau kurang mampu
dalam membayar SPP
(3) Penutupan terhdap pembiayaan yang macet karena factor kesulitan
pelunasan
6. Karakteristik Baitul Maal wat Tamwil (BMT)
Membantu masyarakat yang perlu pengobatan Menurut PINBUK karakteristik
BMT, yaitu:
1) Mandiri, yakni swadaya dan mampu membiayai usahanya sendiri
2) Profesional
a) Dikelola dengan penuh waktu, bukan pekerjaan sambilan.
32
b) Adanya fasilitasi pendampingan dan pelatihan berjenjan dilengkapi
modul-modul aplikatif.
c) Produk simpanan dan pembiayaan disesuaikan dengan kebutuhan
masyarakat.
d) Menerapkan sistem, prosedur, administrasi dan akuntansi estándar
Lembaga Keuangan yang dirancang sedemikian rupa sehingga sederhana,
efisien dan efektif.
e) Pengelolaan dan laboran keuangan secara terbuka.
3) Mengakar di Masyarakat
Dinisiasi, dimiliki dan dikelola oleh masyarakat setempat sehingga tumbuh
rasa memiliki dan tanggung jawab.
4) Berkelanjutan
Mampu meningkatkan asset dan menghasilkan laba sehingga tumbuh dan
berkembang. 2
B. Tingkat Kesehatan Baitul Maal wat Tamwil (BMT)
Tingkat kesehatan BMT dapat diukur dengan beberapa analisis rasio
keuangan yang diterapkan oleh PINBUK (Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil)
sebagai criteria penilaian kesehatan BMT:
2 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syari'ah Yogyakarta: EKONISIA, 2007.
33
a. Capital (Permodalan)
Permodalan (Capital) adalah kriteria kecukupan permodalan, digunakan untuk
mengetahui kemampuan kecukupan modal BMT dalam mendukung kegiatan
secara efisien. Komponen yang diukur adalah total modal dibagi dengan
simpanannya. Dengan kecukupan modal ini menunjukkan kemampuan BMT
mempertahankan modal, mencukupi dan kemampuan manajemen BMT dalam
mengidentifikasi, mengukur, mengawasi dan mengontrol resiko-resiko yang
timbul dan mempengaruhi besarnya modal BMT.
Dengan kata lain, permodalan (capital) sebagai salah satu tolak ukur yang
digunakan untuk mengetahui tingkat kesehatan sebuah BMT berfungsi untuk:
1) Ukuran kemampuan BMT untuk menyerap kerugian-kerugian yang tidak
dapat dihindarkan.
2) Sumber daya yang diperlukan untuk membiayai kegiatan usahanya sampai
batas tertentu, karena sumber-sumber dana dapat juga berasal dari hutang,
penjualan asset yang tidak terpakai, dan lain-lain.
3) Dengan modal yang mencukupi, memungkinkan manajemen bank yang
bersangkutan untuk bekerja dengan efisien tinggi, seperti yang dikehendaki
oleh para pemilik modal pada bank tersebut.
Faktor yang menentukan tingkat kesehatan struktur permodalan BMT antara
lain partisipasi pendiri dalam memberikan modal, penciptaan laba, pemupukan
dana cadangan, yang semuanya akan menambah kemampuan penyediaan modal
sendiri.
34
b. Asset (Aktiva Produktif)
Kelangsungan usaha BMT tergantung pada kesiapan untuk menghadapi resiko
kerugian. Oleh karena itu BMT berkewajiban menjaga kualitas aktiva
produktifnya. Penilaian asset harus sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia yaitu
dengan membandingkan antara aktiva produktif yang diklasifikasikan dengan
aktiva produktif (cadangan).
Pengukuran dilakukan dengan mengukur kualitas aktiva produktif yang
substansinya didominasi oleh komponen pembiayaan aktiva yang produktif
(productive asset) atau yang lebih dikenal dengan aktiva menghasilkan (earning
asset), karena penempatan dana BMT adalah untuk mencapai tingkat penghasilan
yang diharapkan. Jadi kualitas dari aktiva produktif adalah kualitas dari aktiva
yang memberikan penghasilan.
Kredit biasanya merupakan bagian dari asset BMT, selain merupakan
pendapatan utama BMT sekaligus merupakan sumber kerugian karena kredit
macet. Kredit yang dikeluarkan harus disalurkan pada orang atau nasabah yang
tepat. Tepat berarti tepat jumlah dan waktu, tepat orang, tepat penggunaan, dan
tepat pengembaliannya, sehingga tidak menimbulkan masalah di kemudian hari.
Kualitas aktiva produktif juga diartikan sebagai sejumlah pembiayaan yang dapat
menghasilkan pendapatan atau bagi hasil dengan sedikit kemungkinan
menimbulkan kredit macet. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persyaratan
jaminan hanya diberikan kepada peminjam skala besar.
35
c. Efesiensi
Efisiensi dapat diartikan sebagai kemampuan BMT mengendalikan biaya
operasional tertentu. Biaya operasional meliputi biaya bagi hasil simpanan,
overhead cost dan lain-lain. Pendapatan operasional terdiri dari pendapatan bagi
hasil, mark up dan hasil pendanaan suatu usaha nasabah. Efisiensi usa BMT dapat
diukur dengan menghitung rasio antara biaya operasional dengan pendapatan
operasional. Pengukuran efisiensi dilakukan untuk mengetahui kinerja
manajemen dalam menggunakan semua asset secara efisien. Componen yang
diukur meliputi biaya operacional dan total asset yang dimiliki.
d. Earning
BMT dapat menurunkan biaya transaksi dengan jangkauan pelayanan. Peran
BMT sebagai broker adalah mempertemukan antara pemilik modal dengan
pengguna modal. Rentabilitas merupakan ukuran kemampuan BMT dalam
menghasilkan laba. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia rasio rentabilitas yang
menjadi acuan dalam penilaian tingkat kesehatan keuangan. Selain itu tingkat
kemampuan BMT dalam menganalisis profit melalui operasional BMT, juga
dapat diukur dengan menggunakan analisis rentabilitas. Yaitu kemampuan BMT
untuk menghasilkan keuntungan secara relatif dibanding total asset (ROA) dan
total modal sendirinya (ROE).
36
e. Likuiditas
Penilaian likuiditas terhadap kemampuan BMT memelihara tingkat likuiditas
yang memadai dan kecukupan manajemen resiko likuiditas. Likuiditas dapat
digunakan untuk mengukur kemampuan BMT dalam menyelesaikan kewajiban
jangka pendek. Pengendalian likuiditas BMT dilakukan setiap hari agar semua
alat-alat likuid yang dapat dikuasai oleh BMT (uang tunai, kas, saldo giro pada
Bank Sentral) dapat dipergunakan untuk memenuhi munculnya tagihan dari
nasabah atau masyarakat yang datang setiap saat atau sewaktu-waktu.3
C. Perbedaan BMT dengan Lembaga Keuangan Lainnya
Jika dilihat dari nominal, total dana yang berhasil dihimpun BMT memang
sangat jauh lebih kecil dibandingkan dengan perbankan konvensional, bahkan jika
dibandingkan dengan total dana yang dihimpun BPR saja. Akan tetapi jika dilihat dari
siapa saja dana tersebut dihimpun, maka BMT memberi kontribusi amat besar,
apalagi dengan memperhitungkan perkembangan yang tidak mengesankan dari
lembaga keuangan mikro lainnya. Dengan kata lain, BMT berperan meningkatkan
kemampuan masyarakat dalam menabung. Untuk mengenal BMT lebih jauh dan
mengetahui secara lebih detail perbedaan BMT dengan lembaga keuangan lainnya
akan dipaparkan dalam tabel berikut:
3 Muhamad Iqbal Gifari, "Analisis Kesehatan BMT", artikel ini diakses pada tanggal 08 April
2010 dari http://www.mitrariset.com/2009/baitul-maal-wat-tamwil-bmt.html
37
Tabel 2.1
Analisis Perbedaan Bank, Renternir dan BMT4 Pokok Masalah Bank Konvensional Renternir BMT Yang Dibiayai Pengusaha besar,
menengah dan kecil atas
Pengusaha kecil, menengah dan bawah
Pengusaha kecil dan sangay kecil
Jasa Pinjaman Bunga Bunga mencekik Bagi hasil Jaminan Ada jaminan Secara formal tidak ada
jaminan Tidak ada jaminan
Penentuan Keuntungan
Ditetapkan pada waktu akad pinjaman, sebelum memulai usaha, berdasarkan prestasi pada pokok pinjaman
Ditetapkan pada waktu akad pinjaman, sebelum memulai usaha, beerdasarkan pada pokok pinjaman
Waktu akad hanya menyepakati pembagian Porsi (nisbah) bagi hasil, sedang jumlah keuntungan diketahui estela berusaha
Besarnya Keuntungan
Sudah pasti dan jelas jumlah rupiahnya
Sudah pasti dan jelas jumlah rupiahnya
Belum pasti, tergantung keuntungan usaha
Kerugian Bank tidak akan rugi karena ada jaminan, walaupun usaha merugi, bank dapat menyita jaminan
Rentenir tidak akan merugi, walaupun tidak ada jaminan, rentenir dapat menyita barang berharga milik pengusaha
Bila usaha merugi, BMT ikut menanggung kerugian
Pelayanan Formal dan resma Ramah tapi tidak toleran
Bersahabat dan penuh tenggang rasa
Prosedur Panjang dan asing, sesuai aturan dan kebiasaan
Gampang dan mudah tanpa formulir yang bermacam-macam
Sederhana dengan beberapa formulir yang sederhana
Kelayakan Usaha Harus ada kelayakan usaha yang dibuat oleh pengusaha
Tidak perlu kelayakan usaha
BMT bersama pengusaha membuat kelayakan usaha bersama
Pembinaan Pengusaha
Hampir tidak jelas Tidak ada Ada
Pemilik Pemegang saham Pribadi Anggota/ Masyarakat
4 Skripsi ini diambil dari Abdullah Marhazi (2007) Peranan Pusat Inkubasi Bisnis Usaha
Kecil (PINBUK) Dalam Mengembangkan Lembaga Keuangan Mikro Baitul Maal wa Tamwil (BMT) hal. 85
38
D. Analisis Laporan Keuangan
Pada analisis laporan keuangan dapat dilakukan tiga jenis analisis, yaitu
analisis rasio, analisis perbandingan (comparative) serta analisis sumber dan
penggunaan dana. Untuk lebih jelas pembagiannya akan ditunjukkan pada bagan
berikut:
Bagan 2.2
Analisis Laporan Keuangan
Namun pada penelitian ini analisis yang digunakan adalah analisis rasio.
Karena dengan analisis rasio kita dapat memperoleh gambaran yang lebih jernih
tentang kondisi keuangan bisnis BMT Berkah Madani dan kita dapat mengetahui
kekuatan dan kelemahan dari BMT tersebut.
Analisis Lap. Keuangan
Analisis Rasio
Analisis Comparative
Analisis Sumber & Penggunaan Dana
Likuiditas
Solvabilitas
Rentabilitas
Profitabilitas
Aktivitas
Vertikal
Horizontal
39
Secara umum rasio keuangan dibagi menjadi lima golongan, yaitu:
1. Rasio Likuiditas, yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan preusan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya (termasuk bagian jangka panjang yang
telah berubah menjadi kewajiban jangka pendek). Ada beberapa rasio yang
digunakan dalam mengukur likuiditas, diantaranya
a. Current Ratio, digunakan untuk menunjukkan sejauh mana kewajiban
lancar (current liabilities) dijamin pembayarannya oleh aktiva lancar
(current asset).
b. Loan Deposit Ratio (LDR), digunakan untuk menunjukkan kesehatan bank
dalam memberikan pembiayaan.
c. Quick Ratio, adalah ukuran untuk mengetahui kemampuan bank dalam
membayar utang jangka pendeknya dengan aktiva lancar yang lebih likuid
Tetapi dari ketiga jenis rasio tersebut yang lebih sering digunakan untuk
mengukur likuiditas adalah current ratio.
d. Financing Deposit Ratio (FDR), adalah menunjukkan kesehatan bank dalam
memberikan pembiayaan.
40
2. Solvabilitas atau rasio leverage ini digunakan untuk menunjukkan sejauh mana
modal sendiri menjamin seluruh utang. Untuk itu dalam perhitungan
menggunakan DER (Debt to Equity Ratio).
3. Rentabilitas, rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan
dalam mencetak laba. Dalam hal ini ada dua rumus yang dapat digunakan yaitu
ROA (Return On Asset) untuk mengetahui pengembalian bisnis atas seluruh
investasi yang dilakukan, dan ROE (Return On Equity) digunakan untuk
mengukur keberhasilan bisnis dalam "memperkaya" pemegang saham.5
4. Profitabilitas, rasio yang menunjukkan tingkat efektivitas yang dicapai melalui
usaha operasional bank. Untuk itu dapat menggunakan profit margin, yaitu
gambaran efisiensi suatu bank dalam menghasilkan laba.
5 Jopie Jusuf, Analisis Kredit untuk Account Officer. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,
2008. h.50-60
41
5. Aktivitas (Debt to Asset), adalah ukuran untuk menilai tingkat efisiensi bank
dalam memanfaatkan sumber dana yang dimilikinya. Rasio ini meliputi:
a. Fixed Asset Turnover (FAT), adalah kemampuan aktivitas (efisiensi) dana
yang tertanam dalam keseluruhan aktiva tetap bank dalam suatu periode
tertentu dengan jumlah keseluruhan aktiva.
b. Total Asset Turnover, adalah rasio yang menunjukan kemampuan dana
yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam suatu priode
tertentu atau kemampuan bank dalam mengelola sumber dana dalam
menghasilkan pendapatan (revenue).6
E. Analisis Karakteristik
1. Usia
Hurlock (1991) berpendapat bahwa perkembangan karier berjalan seiring dengan
proses perkembangan manusia. Ia mengelompokkan perkembangan karier manusia
menjadi tiga kelompok usia, yaitu usia dewasa awal, dewasa madya, dan dewasa
akhir. Setiap kelompok memiliki ciri-ciri khas bila dikaitkan dengan perkembangan
karier. Usia dewasa awal (usia 18-40 tahun), masa ini sangat terkait dengan tugas
perkembangan dalam hal membentuk keluarga dan pekerjaan. Sedangkan usia
6 Muhammad, Manajemen Dana Bank Syari'ah. Yogyakarta: Penerbit Ekonisia Kampus
Fakultas Ekonomi UII, 2004. h.159
42
dewasa madya (usia 40-60 tahun) bercirikan keberhasilan dalam pekerjaan. Dan usia
dewasa akhir (usia diatas 60 tahun), pada masa ini orang mulai mengurangi kegiatan
kariernya atau berhenti sama sekali (masa pensiun).7
2. Pendidikan Terakhir
Untuk menjadi wirausaha pertama-tama yang harus dimiliki adalah modal dasar
berupa ide atau visi yang jelas, kemampuan dan komitmen yang kuat, kecukupan
modal baik uang maupun waktu, kecukupan tenaga dan pikiran. Modal-modal
tersebut sebenarnya tidak cukup apabila tidak dilengkapi dengan beberapa
kemampuan (ability). Menurut Casson ada beberapa yang harus dimiliki oleh
wirausaha yaitu, Self knowledge, Imagination, Practical knowledge, Search skill,
Foresight, Computation skill dan Communication skill.8
3. Lama Usaha (Pengalaman)
Menurut Hisrich & Brush (1991), wirausaha yang maju saat ini bukanlah usaha
yang pertama kali yang dimiliki. Wirausaha yang berpengalaman mengelola usaha
sebelumnya, mampu melihat lebih banyak jalan untuk membuka bisnis baru.9
7 Benedicta Prihatin Dwi Riyanti Kewirausahaan dari Sudut Pandang Psikologi Kepribadian Jakarta: Penerbit PT Grasindo, 2003.
8 Benedicta Prihatin Dwi Riyanti Kewirausahaan dari Sudut Pandang Psikologi Kepribadian 9 Suryana Kewirausahaan: Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju Sukses Edisi Pertama, Jakarta: Salemba Empat, 2003.
43
F. Analisis Risiko
Sebagian besar orang berpandangan bahwa risiko hanya membawa kerugian,
bahkan tidak sedikit manager risiko cenderung menganggap bahwa risiko adalah
sumber masalah, pandangan tersebut memaksa para manager untuk membuang dan
menghindari risiko. Namun sebenarnya penghindaran risiko adalah salah satu
alternatif dari sekian banyak alternatif yang dapat dikembangan, yaitu bagaimana
risiko dapat dialihkan menjadi potensi perusahaan.
Oleh karena itu pengetahuan akan pengidentifikasian, pemetaan, pengukuran
dan pengelolaan risiko sangat penting bagi pihak terkait dalam perusahaan,
kemampuan mengelola risiko dengan baik justru meningkatkan keunggulan bersaing
dan keunggulan kinerja dengan perusahaan pesaing.
Maka dapat disimpulkan fungsi risiko adalah sebagai alat yang dapat
digunakan dalam kinerja perusahaan dalam pengembangannya. Jika risiko tesebut
dapat diatasi maka risiko tersebut dapat dijadikan alat yang potensial bagi
perusahaan, maka perusahaan akan mendapat nilai lebih dari risiko dan tidak hanya
menganggap risiko adalah masalah. Namun jika dalam kinerjanya perusahaan tidak
dapat mengolah dan mengatasi risiko tersebut dapat berdampak kerugian maupun
kehilangan.10
Macam-macam risiko yang Bank Indonesia (BI) wajibkan untuk dikelola bagi
seluruh bank di Indonesia (PBI NOMOR: 5/8/PBI/2003. Tentang Penerapan
10 Bramantyo Djohanputro, Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi. Jakarta: Penerbit PPM, 2006. h.19
44
Manajemen Risiko Bagi Bank Umum), memungkinkan untuk dikelola oleh BMT.
Begitu pula oleh BMT Berkah Madani Cimanggis dan macam-macam risiko tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Risiko Pasar adalah risiko yang timbul karena adanya pergerakan variable pasar
(adverse moment) dari portofolio yang dimiliki oleh bank yang merugikan bank,
variable pasar antara lain adalah suku bunga dan nilai tukar.
2. Risiko Kredit adalah risiko yang timbul sebagai akibat kegagalan debitur dan/
atau lawan transaksi (counterparty) dalam memenuhi kewajibannya.
3. Risiko Operasional adalah risiko yang antara lain disebabkan adanya ketidak
cukupan dan/ atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia,
kegagalan sistem, atau adanya problem eksternal yang mempengaruhi
operasional bank.
4. Risiko Likuiditas adalah risiko yang antara lain disebabkan bank tidak
memenuhi kewajibannya yang telah jatuh tempo.
5. Risiko Hukum adalah risiko yang disebabkan oleh adanya kelemahan aspek
yuridis. Kelemahan aspek yuridis antara lain disebabkan oleh adanya tuntutan
hukum, ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendukung atau
kelemahan perikatan seperti tidak dipenuhinya syarat sahnya suatu kontrak.
6. Risiko Reputasi adalah resiko yang antara lain disebabkan adanya publikasi
negatif yang terkait dengan kegiatan usaha bank atau persepsi negatif terhadap
bank.
45
7. Risiko Strategis adalah risiko yang antara lain disebabkan adanya penetapan dan
pelaksanaan strategi bank yang tidak tepat atau kurang responsifnya bank
terhadap perubahan eksternal.
8. Risiko Kepatuhan adalah risiko yang disebabkan bank tidak memenuhi atau
tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang
berlaku.
G. Analisis SWOT
Penelitian menunjukkan bahwa kinerja organisasi dapat ditentukan oleh
kombinasi faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut harus dipertimbangkan
dalam analisis SWOT. SWOT adalah singkatan dari lingkungan internal (strenght dan
weakness) dan lingkungan eksternal (opportunity dan threats) yang dihadapi sebuah
organisasi. Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal (peluang dan
ancaman) dengan faktor internal (kekuatan dan kelemahan).11
Bagan 2.3 Analisis SWOT
11 Chen Blochar dan Lin, Manajemen Biaya. Jakarta: Salemba Empat, 2000. h. 19
BERBAGAI PELUANG
KEKUATAN INTERNAL KELEMAHAN INTERNAL
BERBAGAI ANCAMAN
SEL A 1. Mendukung Strategi Agresif
SEL C 3. Medukung Strategi Turn Around
SEL D 4. Mendukung Strategi Defensif
SEL B 2. Mendukung Strategi Diversifikasi
46
Sel A memberi kemungkinan bagi organisasi untuk berkembang lebih cepat,
namun harus senantiasa waspada terhadap perubahan yang tidak menentu dalam
lingkungannya. Dengan demikian kita harus dapat menentukan bagaimana
memanfaatkan peluang yang ada pada kita untuk meningkatkan posisi kompetitifnya.
Sel B menghadapkan organisasi pada isu strategis mobilization, yaitu kotak
interaksi dan pertemuan antara ancaman dari luar yang diindentifikasi dengan
kekuatan organisasi. Disini harus dilakukan mobilisasi sumber daya yang kekuatan
organisasinya untuk memperlunak ancaman dari luar tersebut bahkan jika mungkin
mengubahnya supaya menjadi peluang.
Sel C menampilkan isu pilihan strategis investasi atau divestasi yang
memberikan pilihan dengan situasi yang kabur. Peluang yang tersedia sangat
meyakinkan, namun kemampuan untuk menggarapnya tidak dimiliki. Kalau
dipaksakan, dapat memakan biaya yang cukup besar, sehingga dapat merugikan
organisasi. Jika memang demikian lebih baik ditinggalkan dan diserahkan kepada
organisasi lain yang menggarapnya, atau bisa juga mengambil keputusan tidak
berbuat apa-apa.
Sel D adalah kotak yang paling lemah dari semua sel karena merupakan kotak
atau titik temu dua sisi yang masing-masing lemah. Karenanya keputusan yang salah
akan membawa bencana bagi organisasi. Strategi yang harus diambil adalah damage
control (mengendalikan kerugian), sehingga tidak menjadi lebih parah dari yang
diperkirakan.
47
H. Kerangka Pemikiran
Suhadji Lestiadi (2000) menyatakan bahwa BMT sebagai lembaga keuangan
dapat berkembang karena beberapa kekuatan yang dimilikinya antara lain: Pertama,
mandiri dan mengakar di masyarakat; Kedua, bentuk organisasinya sederhana;
Ketiga, sistem dan prosedur pembiayaannya mudah dan; Kempat, memiliki jaringan
pelayanan. Dan persoalan klasik yang dihadapi oleh lembaga keuangan seperti BMT
dan koperasi adalah adanya kelemahan yang mendasar dan tantangan utamanya
(umumnya koperasi simpan pinjam konvensional) dari sisi internal berupa kualitas
SDM yang kurang memadai, lemahnya permodalan dan internal control yang lemah
berupa belum bakunya sistem dan prosedur.
M. Amin Aziz (2001) berpendapat dari lebih 3.000 BMT yang tersebar di
seluruh Nusantara, ada yang berhasil dan tentu ada pula yang kurang bahkan tidak
berhasil. BMT-BMT yang berhasil antara lain adalah karena:
1. Secara operasional mampu melaksanakan prinsip-prinsip syariah secara
berkesinambungan, yang dilandasi oleh kekuatan ruhiyah yang memadai dari
pengurus dan pengelolalanya;
2. Adanya komitmen dan ghirah yang tinggi dari pendiri & pengelolanya, yang
itupun berpangkal dari kesadaran ruhiyah yang cukup baik;
3. Didirikannya berorientasi pada landasan niat untuk beribadah pada Allah swt
melalui penguatan ekonomi dan perbaikan kualitas kehidupan ummat;
4. Meluasnya dukungan dari para aghnia dan tokoh-tokoh masyarakat setempat
termasuk perusahaan-perusahaan yang ada disekitarnya;
48
5. Kemampuan manajemen dan keterampilan teknis lembaga keuangan pengurus
dan pengelolanya yang didukung oleh pelatihan yang cukup dan lengkap
meliputi teori, praktek dan MMQ (metoda memahami dan mengamalkan al
Qur'an);
6. Mampu memelihara kepercayaan masyarakat yang tinggi melalui hubungan
emosional yang islami;
7. Pendiriannya dilakukan sesuai dengan petunjuk yang antara lain tercermin
dalam buku “ Pedoman Cara Pendirian BMT” ;
8. Kemampuan menghimpun dana dengan pendekatan pendekatan islami dan
manusiawi;
9. Berusaha secara terus menerus menjadi lembaga penyambung dan pemelihara
ukhuwwah islamiyah diantara pengurus, pengelola, pokusma (Kelompok Usaha
Muamalah) dan anggotanya.
Jika terdapat BMT yang kurang bahkan gagal beroperasi antara lain adalah karena
tidak mengikuti atau menyimpang dari persyaratan atau faktor-faktor keberhasilan
yang disebutkan di atas. Mereka tidak memahami ruhnya BMT, mendirikan dan
menjalankannya dengan hanya bermodal semangat dan keinginan semata tanpa
penguasaan ruh, ilmu dan pengetahuan teknis serta manajemen BMT.
Dan secara terperinci M. Amin Aziz menyebutkan indikator-indikator
keberhasilan BMT adalah sebagai berikut:
1. Memiliki kinerja keuangan yang baik, dalam hal ini BMT memiliki kemampuan
dalam melakukan penataan, pengaturan, pembagian dan penempatan dana
49
(uang) dengan baik, teliti, cerdik dan benar. Sehingga keberlangsungan
lancarnya arus dana di dalam mengelola kegiatan simpan pinjam BMT dan terus
meningkatkan keuntungan baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang.
2. Memiliki kelembagaan dan manajemen yang baik, dalam hal ini BMT memiliki
kesiapan dalam melakukan operasinya dilihat dari sisi kelengkapan aturan-
aturan dan mekanisme organisasi dalam perencanaan, pelaksanaan, pembinaan
dan pengawasan yang baik, SDM yang berkualitas, permodalan yang
mencukupi, dan memiliki sarana dan prasarana yang memadai.
3. Adanya rasa memiliki dan perhatian yang besar terhadap maju mundurnya BMT
dari para pendiri, pengurus, pengelola dan seluruh anggota.
4. Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap BMT semakin besar.
Euis Amalia (2008) menyatakan bahwa penyebab BMT besar di Yogyakarta
di antaranya melalui asosiasi jaringan, memiliki manajerial yang kuat, memiliki visi
dan misi yang jelas, serta di miliki oleh masyarakat. Dan terdapat lima aspek yang
menyebabkan organisasi besar ”high nobility dan hight profitibility” yaitu dengan:
1. Memberikan kepuasan kepada pelanggan dan pegawai.
2. Leadership mampu merealiasikan visi dan misinya yang dapat mempraktekkan
dalam kehidupan sehari-hari.
3. Melalui sosial program masyarakat sehingga masyarakat dapat memperoleh
manfaat hadirnya BMT.
4. Assosiasi yang kuat dan kultur masyarakat setempat menjadi besar.
50
Bagan 2.4
Skema Alur Pikir
BMT
Masalah-Masalah System Support Analisis Laporan Keuangan Analisis
Karakteristik Analisis Resiko Analisis value and
attitude anggota BMT terhadap bisnis Analisis System
Support Bisnis BMT Analisis SWOT
Penanggulangan
Faktor Keberhasilan
Keberhasilan BMT
Rasa memiliki Manajerial yang
baik Assosiasi Jaringan
Analisis Kolerasi
Uji F
Analisis Regresi Uji F
51
I. Tinjauan Teoritis Variabel-Variabel yang Berpengaruh terhadap
Keberhasilan Baitul Maal wat Tamwil (BMT)
1. Keberhasilan
Konsep keberhasilan senantiasa dikaitkan dengan nilai-nilai moral. Monzer
Kahf mengutip pendapat M. N. Siddiqi mengatakan:
"Keberhasilan terletak dalam kebaikan. Dengan prilaku manusia yang semakin sesuai dengan pembakuan-pembakuan moral dan semakin tinggi kebaikannya, maka dia semakin berhasil selama hidupnya, pada setiap fase keberadaan, pada setiap langkah, individu muslim berusaha berbuat selaras dengan nilai-nilai moral."12 Dan dalam sebuah artikel yang memperoleh data dari milis mendukung
pendapat tersebut, dimana dinyatakan bahwa dipercaya yang menjadi modal dalam
bekerja dan berusaha dalam meraih keberhasilan diantaranya kerja keras (98%),
pengetahuan (96%), pendekatan atau lobi (86%), keberuntungan (47%) dan yang
terpenting dari hal itu semua adalah sikap/ tingkah laku (100%).13
Sedangkan bisnis yang merugi dalam Islam menurut DR. Mustaq Ahmad
disebabkab oleh tiga faktor, yaitu:
a. Investasi modal yang jelek, maksudnya adalah menanamkan modal pada bisnis
bisnis yang bertolak belakang dengan syariat agama, seperti menjual diri mereka
untuk hal-hal yang bersifat sihir.
12 Monzer Kahf, Ekonomi Islam (Telaah Analitik terhadap Fungsi Sistem Ekonomi Islam)
Terjemahan Machnun Husein (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 1995) h. 18 13Citrus, "Faktor Keberhasilan", artikel ini diakses pada 22 Juli 2010 dari
http://www.emfajar.net/chit-chat/faktor-keberhasilan/
52
b. Keputusan yang tidak sehat, diartikan keputusan yang hanya mementingkan
dunia, menyukai hal-hal yang khabits, menyandarkan pada harta dan kekuasaan
bukan kepada kebenaran dan keadilan.
c. Perilaku jahat, yang dimaksudkan adalah mempraktekkan riba, melibatkan diri
dalam minuman keras dan judi, mengkhianati amanah dan kepercayaan.14
2. Rasa Memiliki
Adanya rasa memiliki dan perhatian yang besar terhadap maju mundurnya
BMT dari para pendiri, pengurus, pengelola dan seluruh anggota merupakan salah
satu variabel yang mempengaruhi keberhasilan BMT. Karena dengan rasa memiliki
BMT oleh para pendiri, pengurus dan pengelola akan memberikan hasil yang optimal
dalam usaha mereka mengembangkan BMT. Dan dengan rasa memiliki BMT yang
dimiliki anggota akan membuat para anggota menaruh kepercayaan lebih terhadap
BMT dan meningkatkan loyalitas mereka. Selain itu dengan rasa memiliki yang
dimiliki oleh seluruh komponen BMT akan menciptakan suasana kekeluargaan,
bukan sekedar mitra kerja. Oleh karena itu rasa memiliki ini memiliki peranan yang
penting dalam keberhasilan sebuah BMT.
3. Manajerial yang baik
Sebagai lembaga keuangan yang dikelola secara profesional, maka BMT
harus menganut prinsip-prinsip manajemen. Oleh karena itu BMT tidak bisa dikelola
hanya dengan berbekal semangat saja. Aspek ekonomi dan manajemen keuangannya
harus dikuasai secara maksimal. Setiap insan BMT harus mampu mengikuti trend
14 Toto Tasmara, Etos Kerja Pribadi Muslim. Yogyakarta: DEW, 1995. h. 52
53
perkembangan lingkungan bisnisnya, sehingga tidak ketinggalan inovasi produknya
terus dilakukan dalam rangka merebut pasar.
Secara garis besar, fungsi manajemen itu dibedakan menjadi empat, yajni
planning (perencanaan), actuating (pelaksanaan), organizing (pengorganisasian) dan
controling (kontrol/ pengawasan). Berbagai fungsi manajemen itu dimaksudkan
untuk:
a. Mencapai tujuan organisasi
Manajemen merupakan tindakan menata setiap elemen organisasi supaya
tujuan organisasi dan individu dapat dengan mudah dicapai.
b. Menjaga keseimbangan antara tujuan-tujuan yang saling bertentangan.
Manajemen berguna untuk menyelaraskan berbagai kepentingan yang berbeda
dalam satu organisasi. Seperti kepentingan karyawan berbeda dengan
kepentingan pemilik, pemilik berbeda dengan kepetingan masyarakat dan
lingkungan dan lain-lain. Juga untuk menyelaraskan konflik yang mungkin
muncul atau bahkan menciptakan 'konflik' supaya organisasi tetap dinamis.
c. Mencapai tingkat efektifitas dan efisiensi.
Yakni ukuran kualitatif dan kuantitatif keberhasilan sebuah organisasi.
Manajemen berguna untuk meningkatkan apakah organisasi tersebut telah
efektif dan efisien. Efektif berarti kemampuan untuk menetapkan tujuan yang
benar. Sedangkan efisien berarti kemampuan untuk mencapai pekerjaan
dengan cara yang tepat. Dengan demikian, efisien itu berkaitan dengan
54
perhitungan matematis jika output (hasil) lebih besar dibanding dengan input
(masukan/ biaya), berarti manajemen telah efisien.
BMT sebagai organisasi bisnis yang juga berfungsi sosial, harus dikelola
dengan mengacu pada prinsip manajemen tersebut, yang tentu saja dapat
dikembangkan sesuai dengan kebutuhan organisasi.
Beberapa prinsip atau kaidah dan teknik manajemen yang ada relevansinya
dengan kaidah Islam adalah prinsip amar ma'ruf dan nahi mungkar, kewajiban
menyampaikan amanah, kewajiban menegakkan kebenaran dan kewajiban
menegakkan keadilan.15
4. Assosiasi Jaringan
Menurut Robert M. Z. Lawang (2004) jaringan (network) dimengert sebagai:
a Ada ikatan antar simpul (orang atau kelompok) yang dihubungkan dengan
media (hubungan sosial). Hubungan sosial ini diikat dengan kepercayaan.
Kepercayaan itu dipertahankan oleh norma yang mengikat kedua belah pihak.
b. Ada kerja simpul (orang atau kelompok) yang melalui media hubungan sosial
menjadi satu kerjasama, buka kerja bersama-sama.
c. Seperti halnya sebuah jaring (yang tidak putus) kerja yang terjalin antar
simpul itu pasti kuat menahan beban bersama, dan malah dapat "menangkap
ikan" lebih banyak.
15 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal wat Tamwil. Yogyakarta: UII Press, 2004. h.
135-137
55
d. Dalam kerja jaring itu ada ikatan (simpul) yang tidak dapat berdiri sendiri.
Malah kalau satu simpul saja putus, maka keseluruhan jaring itu tidak dapat
berfungsi lagi, sampai simpul itu diperbaiki. Semua simpul menjadi satu
kesatuan dan ikatan yang kuat. Dalam hal ini, analogi tidak seluruhnya tepat
terutama kalau orang yang membentuk jaring itu hanya dua saja.
e. Media (benang atau kawat) dan simpul tidak dapat dipisahkan, atau antara
orang-orang dan hubungannya tidak dapat dipisahkan.
f. Ikatan atau pengikat (simpul) adalah norma yang mengatur dan menjaga
bagaimana ikatan dan medianya itu dipelihara dan dipertahankan.
Sedangkan Powell dan Smith-Doer (1994) berpendapat bahwa jaringan sosial
(social network) biasanya dikaitkan dengan bagaimana pribadi-pribadi berhubungan
antara satu sama lain dan bagaimana ikatan afiliasi melayani dengan baik sebagai
pelicin dalam memperoleh sesuatu yang dikerjakan, sebagai jembatan untuk
memudahkan hubungan antara satu pihak dengan pihak lainnya, maupun sebagai
perekat yang memberikan tatanan dan makna pada kehidupan sosial.
J. Hipotesis
Berdasarkan landasan teori diatas penulis akan mengajukan hipótesis atau
pendugaan sementara dari penelitian ini, adalah sebagai berikut:
56
Hipotesis (1)
Ho : bi = 0 Variabel rasa memiliki tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
keberhasilan BMT (dengan asumsi variabel lain diabaikan dan
konstan).
Ha : bi ≠ 0 Variabel rasa memiliki berpengaruh secara signifikan terhadap
keberhasilan BMT (dengan asumsi variabel lain diabaikan dan
konstan).
Hipotesis (2)
Ho : bi = 0 Variabel manajerial yang baik tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap keberhasilan BMT (dengan asumsi variabel lain diabaikan
dan konstan).
Ha : bi ≠ 0 Variabel manajerial yang baik berpengaruh secara signifikan terhadap
keberhasilan BMT (dengan asumsi variabel lain diabaikan dan
konstan).
Hipotesis (3)
Ho : bi = 0 Variabel assosiasi jaringan tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap keberhasilan BMT (dengan asumsi variabel lain diabaikan
dan konstan).
Ha : bi ≠ 0 Variabel assosiasi jaringan berpengaruh secara signifikan terhadap
keberhasilan BMT (dengan asumsi variabel lain diabaikan dan
konstan).
57
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif kualitatif.
Penelitian kuantitatif yakni penelitian yang menekankan pada pengujian teori-teori
melalui variabel-variabel penelitian dalam angka dan melalui analisis data dengan
menggunakan statistic atau permodelan matematis.1 Kemudian setelah pengujian
variabel-variabel dilaksanakan, berdasarkan data kualitatif yang diperoleh dari hasil
penelitian yaitu mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan BMT, data
dikumpulkan, dianalisa dan diterapkan dengan teori yang ada kemudian akan diambil
suatu kesimpulan.
B. Data dan Teknik Pengumpulan Data
1. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Data primer, merupakan data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara
dengan orang atau lembaga terkait dalam hal faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan BMT.
1 Singgih Santoso, Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: PT. Elek Media Komutindo, 2004,. H.34
58
b. Data sekunder, merupakan data yang diperoleh dari literatur-literatur
kepustakaan seperti buku-buku serta sumber lain yang berkaitan dengan
materi pada masalah penelitian ini. Dan dalam ini penulisan ini, data sekunder
yang diperoleh berupa Hasil Rapat Akhir Tahunan (RAT) tahun 2009 dan
Laporan Keuangan BMT Berkah Madani Cimanggis.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan melalui:
a. Data primer, merupakan data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara
dengan orang atau lembaga terkait mengenai berbagai upaya dan faktor yang
mendukung dalam mencapai keberhasilan BMT.
b. Pengumpulan data melalui penyebaran kuesioner (angket) terhadap nasabah
BMT Berkah Madani Cimanggis. Dalam penelitian ini kuesioner
mengumpulkan data dari 80 responden.
c. Studi kepustakaan yaitu telaah terhadap sumber-sumber teks, melalui buku-
buku, penelitian-penelitian terdahulu yang terkait baik skripsi, thesis, jurnal
maupun majalah dan koran, serta artikel-artikel yang terkait penelitian ini.
d. Men-Download data-data yang terkati dari berbagai website dan blog, dan
jurnal-jurnal, serta informasi yang terkait dengan penelitian ini, melaui search
engine www.google.com.
59
3. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah sebagi berikut:
a. Hasil wawancara dengan pihak yang mengetahui tentang berbagai hal yang
berkaitan dengan keberhasilan BMT Berkah Madani Cimanggis, dalam hal ini
pihak BMT Berkah Madani Cimanggis dan nasabah pembiayaannya untuk
memperoleh gambaran jelas mengenai permasalahan yang dibahas.
b. Laporan keuangan publikasi, adalah laporan yang menggambarkan posisi
keuangan BMT, yang terdiri dari neraca dan laporan laba rugi yang didapat
dari laporan RAT (Rapat Anggota Tahunan) tahun 2009.
c. Buku-buku, literatur-literatur, artikel-artikel serta data-data dari instansi
terkait seperti BMT Berkah Madani Cimanggis, Inkopsyah dan instansi
lainnya yang bersangkutan dengan permasalahan yang dibahas.
C. Variabel dan Pengukuran Variabel
1. Jenis variabel
Dalam penulisan skripsi ini jelas variabel yang digunakan adalah:
a. Variabel bebas (Independen)
Variabel bebas adalah variabel stimulus atau variabel yang mempengaruhi
variabel lain. Variabel ini merupakan variabel yang diukur, dimanipulasi atau
dipilih oleh peneliti untuk menentukan hubungannya dengan suatu gejala yang
60
diobservasikan.2 Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen
adalah rasa memiliki, manajerial yang baik, dan assosiasi jaringan.
b. Variabel terikat (Dependen)
Variabel terikat adalah variabel yang memberikan reaksi atau respon jika
dihubungkan dengan variabel bebas. Variabel terikat merupakan variabel yang
diamati dan diukur untuk menentukan pengaruh yang disebabkan oleh
variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah
keberhasilan BMT Berkah Madani Cimanggis.
2. Pengukuran Variabel
Dalam sebuah penelitian kuantitatif, variabel independen atau variabel bebas
dilambangkan dengan huruf (X). Karena memiliki tiga variabel bebas, maka variabel-
variabel tersebut bisa dilambangkan X1, X2, X3 dimana:
X1 = adalah rasa memiliki
X2 = adalah manajerial yang baik
X3 = adalah assosiasi jaringan
Sedangkan variable dependen atau variable terikat yang memiliki satu
variable dilambangkan dengan huruf (Y), dimana Y = keberhasilan BMT
2 Ety Rochaety, dkk., Metodologi Penelitian Bisnis dengan Aplikasi SPSS. Jakarta: Mitra Wacana Media, 2007,. h.11
61
D. Ruang Lingkup Penelitian
Dalam mendapatkan data dan informasi peneliti melakukan penelitian pada
BMT Berkah Madani Cimanggis, dengan mendapatkan data berupa laporan
keuangan, laporan RAT (Rapat Anggota Tahunan) yang terdiri dari laporan neraca
dan laboran laba rugi. Penelitian ini dilakukan di BMT Berkah Madani Cimanggis,
khususnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan BMT.
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian mengenai factor-faktor
yang mempengaruhi keberhasilan BMT, data dikumpulkan, dianalisa dan diterapkan
dengan teori yang ada kemudian akan diambil suatu kesimpulan.
E. Metode Analisa Data
1. Instrument dan Uji Instrumen Penelitian
Dalam studi ini instrument yang digunakan adalah kuesioner dengan didesain
berdasarkan skala likert yang berisikan sejumlah pernyataan yang menyatakan objek
yang hendak diungkap. Skala likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur
sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena
sosial. Data ini diukur dengan menggunakan skala likert dengan 5 kategori penelitian
dan masing-masing kategori tersebut diberi bobot sebagai berikut :
62
Tabel 3.1
Skala Likert
Pilihan Sangat Tidak Setuju (STS)
Tidak Setuju (TS)
Ragu-Ragu (RR)
Setuju (S)
Sangat Setuju (SS)
Fav 1 2 3 4 5 Un Fav 5 4 3 2 1
a. Uji Validitas
Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang
ingin diukur. Apabila peneliti menggunakan kuesioner da dalam pengumpulan data
penelitian, maka kuesioner yang disusunnya harus mengukur apa yang ingin
diukurnya. Setelah kuesioner tersebut tersusun dan teruji validitasnya, dalam
prekteknya belum tentu data yang terkumpulkan adalah data yang valid. Validitas
data yang akan ditentukan oleh keadaan responden sewaktu diwawancara. Bila
sewaktu menjawab semua pertanyaan responden merasa bebas tanpa ada rasa malu
atau rasa takut, maka data yang diperoleh akan valid dan reliabel, tetapi bila si
responden merasa malu, takut, dan cemasakan jawabannya,maka besar kemungkinan
dia akan memberikan jawaban yang tidak benar.
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah suatu angka indeks yang menunjukkan konsistensi suatu alat
pengukur di dalam mengukur gejala yang sama. Setiappengukur seharusnya memiliki
kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran yang konsisten. Semakin kecil
63
kesalahan pengukuran,maka reliabel alat pengukur. Sebaliknya makin besar
kesalahan pengukur,makin tidak reliabel alat pengukur tersebut.untuk mengetahui
tingkat reliabelitas adalah besarnya nilai Cronbach’s Alpha. Nilai Cronbach’s Alpha
semakin mendekati 1 berarti semakin tinggi konsistensi internal reliabilitasnya. Nilai
Cronbach’s Alpha lebih kecil dari 0,60 dikategorikan reliabilitasnya kurang baik.
Adapun reliabilitas suatu konstruk variabel dikatakan reliabel jika memiliki nilai
Alpha Cronbach lebih besar dari 0.7 – 0.89, standarisasi reliabilitas ini didasarkan
pada kaidah reliabilitas Guilford.
Tabel 3.2
Kaidah Reliabilitas Guilford
Koefisien Kriteria < 0.2 Tidak Reliabel
0.2 – 0.39 Kurang Reliabel 0.4 – 0.69 Cukup Reliabel 0.7 – 0.89 Reliabel
> 0.9 Sangat Reliabel
2. Teknik Analisa Data
Analisa data yang digunakan adalah analisis kolerasi, analisis regresi serta
mengintepretasikan hasil kolerasi.
a. Analisis Kolerasi
Analisis kolerasi digunakan untuk menguji tentang ada tidaknya hubungan
antar variabel satu dengan yang lain. Dalam analisis kolerasi yang diperhatikan
adalah arah (positif atau negatif) dan besarnya hubungan atau kekuatan.
Koefisien kolerasi mempunyai harga -1 hingga +1 (bergerak dari nol hingga
64
satu dan memiliki nilai positif atau negatif). Semakin mendekati nilai 1 maka
semakin besar atau kuat hubungan variabel atau sempurna, sebaliknya semakin
mendekati 0 maka semakin lemah atau kecil hubungannya. Analisis kolerasi
dalam penelitian ini menggunakan koefisien korelasi Spearman, karna
digunakan untuk menganalisis kolerasi non parametrik yang variabelnya
bersifat ordinal.3 Untuk menentukan keeratan hubungan atau korelasi antar
variabel tersebut berikut ini diberikan nilai-nilai dari koefisien kolerasi sebagai
patokan :
Tabel 3.3
Pedoman untuk Mengintepretasikan Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0.00 – 0.199 Sangat Rendah 0.20 – 0.399 Rendah 0.40 – 0.599 Sedang 0.60 – 0.799 Kuat 0.80 – 1.000 Sangat Kuat
Sumber: Sugiono (2002:183)
b. Analisis Regresi
Analisis regresi berguna untuk menganalisis besarnya pengaruh variabel bebas
(independent) terhadap variabel terikat (dependent). Dalam penelitian ini
menggunakan analisis regresi linear berganda, karena menggunakan lebih dari
satu variabel bebas (independent). Selain itu penggunaan model regresi linier
berganda dimaksudkan agar banyaknya variabel independen yang diduga akan
mempengaruhi variabel dependen dapat terakomodir serta dapat secara jelas
pola hubungan yang terbentuk antar variabelnya. Model persamaan regresi
3 Tony Wijaya. Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS. Yogyakarta: Penerbit
Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 2009. h. 81-82
65
linier berganda digunakan untuk meramalkan Y. Apabila semua nilai variabel
independen diketahui, maka kita dapat menggunakan persamaan regresi linier
berganda. Model regresi linier berganda dirumuskan sebagai berikut:
Y = α + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 + ε i
Dimana:
Y = Keberhasilan BMT
α = Elemen Konstanta
β1 sd n = Koefisien regresi variabel independen
X1 = Rasa Memiliki
X2 = Manajerial yang baik
X3 = Jaringan
ε i = Suku kesalahan untuk tujuan perhitungan εi , diasumsikan 0
c. Koefisien Determinasi
Dalam regresi linier berganda terdapat nilai koefisien determinasi. Koefisien
determinasi (R2) dalam regresi linier berganda bertujuan untuk mengetahui
berapa besar peran atau kontribusi dari beberapa variabel yang terdapat dalam
persamaan regresi tersebut dalam menjelaskan nilai variabel dependen.
Besarnya determinasi dari 0 sampai dengan 1.4
4 Tony Wijaya. Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS. h. 92
66
3. Interpretasi Hasil Regresi
a. Adjusted R-squared
Nilai R-Squared besarnya antara 0 (nol) sampai 100 (seratus) persen (0% < R2
< 100%). Jika perhitungannya semakin mendekati nilai 100%, maka model
tersebut semakin baik, karena perubahan pada variable-variable independen yang
dimaksud memang benar-benar memberikan pengaruh atau kontribusi terhadap
perubahan yang terjadi pada variabel dependen.
b. Koefisien Variabel
Analisis terhadap koefisien variabel, bertujuan untuk mengetahui seberapa
besar perubahan yang terjadi terhadap variabel dependent, sebagai akibat adanya
perubahan dari masing-masing variable independen. Analisis dilakukan dengan
asumsi variabel lain diabaikan dan konstan (ceteris paribus).
67
BAB IV
ANALISIS HASIL PENEMUAN PENELITIAN
A. ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
Berikut ini adalah hasil dari analisis laporan keuangan BMT Berkah Madani
Cimanggis dilihat dari berbagai aspek rasio keuangan, diantaranya likuiditas,
solvabilitas, rentabilitas, profitabilitas dan aktivitas.
Tabel 4.1
Rasio Keuangan BMT Berkah Madani Cimanggis 2007, 2008 dan 2009
ASPEK RASIO 2007 2008 2009
LIKUIDITAS Current Ratio 1.10 1.06 1.16 Cash Ratio 0.05 0.05 0.06 Quick Ratio 1.09 1.05 1.15 FDR 0.62 0.59 0.86 SOLVABILITAS DER 1.24 1.14 1.17 RENTABILITAS ROA 3.74 0.025 0.02 ROE 0.02 0.20 0.19 BOPO 0.89 0.89 1.18 PROFITABILITAS Profit Margin 0.016 0.103 0.07 AKTIVITAS Fixed Asset Turnover 0.01 0.07 0.01 Total Asset Turnover 0.01 0.07 0.05
Sumber: Hasil Olahan 2010
68
1. Likuiditas
Grafik 4.1
Pertumbuhan Likuiditas BMT Berkah Madani Cimanggis
1.1 1.061.16
0.05 0.05 0.06
1.09 1.051.15
0.62 0.59
0.86
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
2007 2008 2009
LIKUIDITAS
Current Ratio
Cash Ratio
Quick Ratio
FDR
Sumber: Hasil Olahan 2010
Rasio likuiditas yang banyak digunakan untuk mengukur likuiditas
perusahaan adalah current ratio.1 Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa pada tahun
2007 current ratio BMT Berkah Madani Cimanggis berada pada nilai 1,10 kemudian
menurun pada tahun 2008 menjadi 1,06 dan meningkat pada tahun 2009 menjadi
1,16. Hal ini mengindikasikan bahwa keadaan BMT Berkah Madani Cimanggis pada
periode tersebut adalah likuid. Karena suatu perusahaan dikatakan likuid apabila
current ratio lebih besar dari satu ( > 1), ini terjadi bila Aktiva Lancar lebih besar
daripada Kewajiban Lancar. Penurunan yang BMT Berkah Madani Cimanggis alami
pada tahun 2008 disebabkan pada tahun tersebut BMT Berkah Madani Cimanggis
1 Jopie Yusuf , Analisis Kredit Untuk Account Officer. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008. h.51
69
mengalami penurunan modal. Yaitu dimana pada tahun 2007 BMT memiliki modal
sebesar Rp 86.200.000,- turun menjadi Rp 36.200.000,- pada tahun 2008. Peristiwa
menurunnya nilai current ratio pada tahun 2008 menjadi pelajaran untuk lebih baik di
tahun 2009, dan terbukti dengan meningkatnya nilai current ratio pada tahun
tersebut.
Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa nilai cash ratio BMT Berkah Madani
pada tahun 2007 sebesar 0,05 dan tetap pada nilai 0,05 di tahun 2008. Kemudian
meningkat menjadi 0,06 di tahun 2009. Ini menunjukkan bahwa tidak besar nilai uang
tunai BMT Berkah Madani Cimanggis yang menjamin kewajiban lancar BMT
Berkah Madani Cimanggis. Dan posisi cash ratio yang tetap pada tahun 2008
disebabkan karena kas yang dimiliki BMT Berkah Madani Cimanggis tidak
mengalami perubahan yang terlalu jauh dari tahun 2007, tepatnya hanya bertambah
sebesar Rp 125.525,63 atau 0,14%. Dimana kas BMT Berkah Madani Cimanggis
pada tahun 2007 sebesar Rp 44.841.875,30 dan pada tahun 2008 sebesar Rp
44.967.400,93.
Dari grafik diatas menunjukkan bahwa pada tahun 2007 BMT Berkah Madani
Cimanggis memiliki nilai quick ratio sebesar 1,09 kemudian mengalami penurunan
menjadi 1,05 pada tahun 2008 dan pada tahun 2009 meningkat kembali menjadi 1,15.
Kenaikan dan penurunan nilai pada quick ratio ini disebabkan oleh besar kecilnya
persediaan yang dikeluarkan dari aktiva lancar. Dengan semakin besarnya persediaan
yang dikeluarkan dari aktiva lancar maka akan semakin kecil quick ratio dan
sebaliknya. Pada tahun 2007 BMT Berkah Madani Cimanggis memiliki persediaan
70
sebesar 0,17% dari aktiva lancar dan pada tahun 2008 persediaan yang dimiliki BMT
Bekah Madani Cimanggis jauh lebih besar yaitu 0,31% dari aktiva lancar, hal ini
yang menyebabkan quick ratio pada tahun 2008 menurun. Sedangkan pada tahun
2009 persediaan yang dimiliki BMT Berkah Madani Cimanggis kembali menurun
yaitu 0,16%, sehingga nilai quick ratio kembali meningkat pada tahun ini.
Nampak pada grafik pada tahun 2007 BMT Berkah Madani Cimanggis
memiliki FDR sebesar 0,62, pada tahun 2008 menurun menjadi 0,59 dan meningkat
kembali pada tahun 2009 dengan FDR sebesar 0,86. Yang mempengaruhi besar
kecilnya FDR adalah Total Pembiayaan yang diberikan dan Dana Pihak Ketiga
(DPK) yang dimiliki BMT Berkah Madani Cimanggis. Pada tahun 2007 BMT Berkah
Madani Cimanggis memiliki jumlah pembiayaan sebesar Rp 542.811.023,- dengan
jumlah DPK sebesar Rp 873.087.649,-. Sedangkan pada tahun 2008 BMT Berkah
Madani Cimanggis memilki jumlah pembiayaan sebesar Rp 542.981.056,- dengan
jumlah DPK sebesar Rp 908.317.971,-. Dan pada tahun 2009 jumlah pembiayaan
sebesar Rp 1.041.870.123 dengan DPK sebesar Rp 1.208.075.635,-. Dengan
demikian dapat diketahui bahwa presentase peningkatan pembiayaan dari tahun 2007
ke tahun 2008 sebesar 0,03% dengan peningkatan DPK sebesar 4%. Oleh karena
peningkatan DPK yang jauh lebih besar daripada jumlah pembiayaan maka
menyebabkan nilai FDR pada tahun 2008 menurun.
71
2. Solvabilitas
Grafik 4.2
Grafik Pertumbuhan Solvabilitas BMT Berkah Madani Cimanggis
1.24
1.14
1.17
1.081.1
1.121.141.161.18
1.21.221.241.26
2007 2008 2009
SOLVABILITAS
DER
Sumber: Hasil Olahan 2010
Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa pada tahun 2007, 2008, dan 2009
keadaan solvabilitas BMT Berkah Madani Cimanggis tergolong solvabel. Karena
BMT Berkah Madani Cimanggis memiliki solvabilitas diatas 100% dan selisih
(positif) yang merupakan kelebihan aktiva diatas utang atau nilai lebih (excess value).
Tepatnya pada tahun 2007 BMT Berkah Madani Cimanggis memiliki nilai DER
sebesar 1,24 atau 124%. Dan terjadi penurunan menjadi 1,14 atau 114% pada tahun
2008 yang merupakan dampak dari penurunan Total Aktiva pada tahun 2008 tersebut,
yaitu berkurang sebesar Rp 50.000.000,- atau 58% dari tahun sebelumnya. Dan pada
tahun 2009 terjadi peningkatan menjadi 1,17 atau 117%.
72
3. Rentabilitas
Grafik 4.3
Grafik Pertumbuhan Rentabilitas BMT Berkah Madani Cimanggis
3.74
0.025 0.020.020.2 0.19
0.89
0.19
1.18
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
2007 2008 2009
RENTABILITAS
ROA
ROE
BOPO
Sumber: Hasil Olahan 2010
Pada grafik diatas menunjukkan nilai ROA pada tahun 2007 sebesar 3,47 atau
347%, kemudian menurun menjadi 0,025 atau 2,5% di tahun 2008 dan pada tahun
2009 menurun kembali menjadi 0,02 atau 2%. Seperti yang kita ketahui besar
kecilnya ROA ditentukan oleh besar kecilnya laba bersih dan total aktiva. Begitu pula
dengan penurunan nilai ROA pada tahun 2008 diakibatkan dengan menurunnya total
aktiva pada tahun tersebut yaitu sebesar Rp 47.995.052,- atau 4,37% dari tahun
sebelumnya. Sedangkan penurunan ROA yang terjadi pada tahun 2009 sebesar 0,5%
dari tahun sebelumnya disebabkan oleh peningkatan laba bersih yang lebih rendah
73
daripada peningkatan total aktiva dari tahun 2008 ke tahun 2009. Yaitu untuk laba
bersih meningkat sebesar Rp 13.364.230,64 atau 50,25% dari tahun sebelumnya.
Sedangkan untuk total aktiva meningkat sebesar Rp 830.745.516,- atau 79% dari
tahun sebelumnya.
Nilai ROE BMT Berkah Madani Cimanggis pada tahun 2007 sebesar 0,02
atau 2%, pada tahun 2008 meningkat menjadi 0,20 atau 20% dan di tahun berikutnya,
tahun 2009 menurun kembali menjadi 0,19 atau 19%. Seperti yang dipaparkan dalam
teori pembahasan bahwa yang mempengaruhi nilai ROE adalah laba bersih dan
modal sendiri. Posisi laba bersih pada periode 2007, 2008 dan 2009 adalah terus
meningkat, yaitu secara urut sebesar Rp 4.112.561,79 , Rp 26.595.329,24 , dan Rp
39.959.559,88. Berbeda dengan laba bersih posisi modal sendiri pada tahun 2008
mengalami penurunan, dengan rinci disebutkan pada periode tahun 2007, 2008 dan
2009 memiliki modal sendiri sebesar Rp 213.052.789,3 , Rp 129.328.173,7 dan Rp
211.923.030. Dengan demikian dapat kita ketahui bahwa saat modal sendiri
mengalami penurunan dan laba bersih terus meningkat, ROE mengalami peningkatan
yaitu yang terjadi pada tahun 2008. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun dengan
kondisi modal yang rendah namun mampu menghasilkan profit yang terus bertambah
akan meningkatkan nilai ROE.
BOPO merupakan perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan
operasional BMT Berkah Madani Cimanggis. BOPO menunjukkan tingkat efisiensi
kinerja operasional BMT Berkah Madani. Pada tahun 2007 maupun 2008 nilai BOPO
BMT Berkah Madani Cimanggis adalah sama, yaitu sebesar 0,89. Sedangkan pada
74
tahun 2009 BOPO BMT Berkah Madani Cimanggis mengalami peningkatan 0,29
menjadi 1,18. Sama besarnya nilai BOPO BMT Berkah Madani Cimanggis pada
tahun 2007 dan 2008 disebabkan oleh perubahan pada Biaya Operasional dan
Pendapatan Operasional dari tahun 2007 ke tahun 2008 sama besar, yaitu sebesar
546,68%. Dimana biaya operasional pada tahun 2007 sebesar Rp 10.160.144,61
menjadi Rp 65.704.153,48 pada tahun 2008. Dan Pendapatan Operasional pada tahun
2007 sebesar Rp 11.415.534,23 menjadi Rp 73.822.572,5 pada tahun 2008.
Sedangkan peningkatan yang terjadi pada tahun 2009 disebabkan oleh meningkatnya
pula Biaya Operasional dan Pendapatan operasional, yaitu sebesar Rp 131.582.930,14
dan Rp 110.918.631,00.
Jadi secara keseluruhan rentabilitas BMT Berkah Madani Cimanggis
walaupun mengalami kenaikan dan penurunan, namun masih berada dalam nilai
positif. Hal ini menunjukkan bahwa selama periode tersebut BMT Berkah Madani
Cimanggis memiliki kemampuan menciptakan laba dan tidak mengalami kerugian.
75
4. Profitabilitas
Grafik 4.4 Grafik Pertumbuhan Profitabilitas BMT Berkah Madani Cimanggis
0.016
0.103
0.07
0
0.02
0.04
0.06
0.08
0.1
0.12
2007 2008 2009
PROFITABILITAS
Sumber: Hasil Olahan 2010
Rasio yang digunakan adalah profit margin yang menggambarkan efisiensi
BMT Berkah Madani Cimanggis dalam menghasilkan laba. Nilai profit margin yang
diperoleh dari hasil penelitian menunjukkan perolehan laba yang diperoleh BMT
Berkah Madani Cimanggis pada tahun 2007 sebesar 0,016, tahun 2008 meningkat
menjadi 0,103 dan 2009 mengalami penurunan kembali menjadi 0,07.
Dilihat dari Profit Margin dan Return On Equity (ROE) adalah baik,
menunjukkan adanya kinerja operasi yang efektif dalam menghasilkan laba.
Sedangkan kinerja perusahaan dalam mengelola aset adalah buruk karena Return On
Assets (ROA) memperlihatkan nilai rasio yang lebih kecil. Hal ini menunjukkan
76
ketidakefisiensian dalam mengelola aset untuk menghasilkan laba secara proportional
meskipun dari Profit Margin dan Return On Equity (ROE) memperlihatkan hasil
yang baik. Untuk itu, maka perusahaan harus meningkatkan kemampuan dalam
mengelola asetnya untuk meningkatkan laba secara proportional.
5. Aktivitas
Grafik 4.5 Grafik Pertumbuhan Aktivitas BMT Berkah Madani Cimanggis
0.010.01
0.07
0.05
00.010.020.030.040.050.060.070.08
2007 2008 2009
AKTIVITAS
FAT
TAT
Sumber: Hasil Olahan 2010
Pada tahun 2007 Fixed Asset Turnover (FAT) bernilai 0,01 kemudian
mengalami kenaikan menjadi 0,07 pada tahun 2008 dan mengalami penurunan
kembali menjadi 0,01 pada tahun 2009. Dan tercatat pada BMT Berkah Madani
bahwa pada tahun 2007 Total Asset Turnover sebesar 0,01, lalu meningkat pada 2008
menjadi 0,07 dan mengalami penurunan menjadi 0,05 pada tahun 2009.
77
Walaupun aktivitas meningkat pada tahun-tahun sebelumnya, namun karena
diiringi dengan kemampuan mengelola dana menurun (Rasio Rentabilitas) pada tahun
2009 mengakibatkan penurunan aktivitas, sehingga berada pada nilai 0,01 untuk
Fixed Asset Turnover dan 0,05 untuk Total Asset Turnover.
Secara keseluruhan rasio aktivitas BMT Berkah Madani Cimanggis
mengalami kenaikan pada tahun 2008 dan penurunan pada tahun 2009. Hal ini
menunjukkan bahwa aktivitas BMT Berkah Madani belum stabil, namun cukup
efisien dalam memanfaatkan sumber dana yang dimilikinya.
B. ANALISIS KARAKTERISTIK
Secara umum, gambaran responden dalam penelitian ini adalah nasabah
pembiayaan di BMT Berkah Madani Cimanggis. Responden yang digunakan dalam
analisis karakteristik ini adalah jumlah nasabah pembiayaan BMT Berkah Madani
secara keseluruhan, yaitu dengan populasi sebanyak 293 orang. Analisis data
responden ini bertujuan untuk mengetahui keadaan dan latar belakang responden
berdasarkan usia, jenis kelamin, status pernikahan, pendidikan terakhir, lama usaha,
jenis usaha, lokasi usaha dan pelatihan/ kursus usaha. Berikut hasil pengumpulan data
yang diperoleh dari data nasabah BMT Berkah Madani Cimanggis.
78
Gambar 4.1
Keadaan Responden Berdasarkan Usianya
1.37%
7.51%
25.94%
39.93%
25.26%70 s.d 61 thn60 s.d 51 thn50 s.d 41 thn40 s.d 31 thn30 s.d 21 thn
Sumber: Hasil Olahan 2010
Bila dilihat dari bagan karakteristik responden berdasarkan usianya diatas,
menunjukkan bahwa dari 293 orang responden yang berusia 70 s.d. 61 tahun
sebanyak 4 orang atau 1,37%, 60 s.d. 51 tahun sebanyak 22 orang atau 7,51%, 50 s.d.
41 tahun sebanyak 76 orang atau 25,94%, 40 s.d. 31 tahun sebanyak 117 orang atau
39,93% dan 30 s.d. 21 tahun sebanyak 74 orang atau 25,26%. Dalam hal ini paling
banyak responden yang berusia antara 40 s.d 31 tahun, yaitu dengan presentase
sebesar 39,93%.
Dikaitkan dengan pendapat Hunlock, dapat disimpulkan bahwa keberhasilan
BMT Berkah Madani Cimanggis tidak terlepas dari usia para nasabah pembiayaan
yang mayoritas tergolong usia dewasa awal yang bercirikan masa pengembangan
usaha dan usia dewasa madya yang bercirikan keberhasilan dalam pekerjaan.
79
Gambar 4.2 Keadaan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Keadaan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
70.31%
29.69%
Laki-LakiPerempuan
Sumber: Hasil Olahan 2010
Dilihat dari bagan karakteristik responden berdasarkan jenis kelaminnya
diatas, menunjukkan bahwa dari 293 orang responden yang berjenis kelamin laki-laki
sebanyak 206 orang atau 70,31% dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 87
orang atau 29,69%. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa paling banyak
responden berjenis kelamin laki-laki dengan presentase sebesar 70,31%.
Mayoritas nasabah pembiayaan BMT Berkah Madani Cimanggis yang
berjenis kelamin laki-laki juga dapat dijadikan sebagai faktor yang mempengaruhi
keberhasilan BMT. Kultur budaya masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim,
memposisikan kaum lelaki sebagai pemimpin keluarga dan wajib bekerja mencari
nafkah. Hal ini secara tidak langsung menjadi jaminan keberlangsungan usaha
nasabah, karena sebagai kepala keluarga kaum lelaki wajib menjaga keberlangsungan
hidup keluarganya. Dengan begitu, keberlangsungan usaha mendukung keberhasilan
BMT.
80
Gambar 4.3
Keadaan Responden Berdasarkan Status Pernikahan
Keadaan Responden Berdasarkan Status Pernikahan
85.67%
14.33%
MenikahBelum Menikah
Sumber: Hasil Olahan 2010
Dari bagan karakteristik responden berdasarkan status pernikahan diatas,
dapat diketahui bahwa dari 293 orang responden yang berstatus menikah sebanyak
251 orang atau 85,67%. Dan berstatus tidak menikah sebanyak 42 orang atau 14,33%.
Paling banyak responden yaitu yang berstatus menikah, dengan presentase sebesar
85,67%.
Status pernikahan nasabah yang mayoritas telah menikah berpengaruh dalam
pengoptimalisasian usaha karena dengan keberadaan keluarga, motivasi untuk lebih
berhasil akan lebih tinggi. Sehingga usaha yang berhasil akan mendukung
keberhasilan BMT.
81
Gambar 4.4
Keadaan Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Keadaan Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
8.53%
22.53%
56.31%
12.63%SDSLTPSLTASARJANA
Sumber: Hasil Olahan 2010
Bila dilihat dari bagan karakteristik responden berdasarkan pendidikan
terakhirnya diatas, menunjukkan bahwa dari 293 orang responden yang
berpendidikan terakhir Sekolah Dasar (SD) sebanyak 25 orang atau 8,53%, Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) sebanyak 66 orang atau 22,53%, Sekolah Lanjutan
Tingkat Atas (SLTA) sebanyak 165 orang atau 56,31% dan Sarjana 37 orang atau
12,63%. Paling banyak responden berpendidikan terakhir SLTA yaitu dengan
presentase 56,31%.
Secara umum nasabah BMT Berkah Madani Cimanggis dapat dikatakan
berpendidikan, karena mayoritas dari mereka telah menamatkan SLTA. Dan bekal
kewirausahaan yang perlu dimiliki berupa pengetahuan dan bekal keterampilan
82
kewirausahaan.2 Yang sangat besar kemungkinannya didapatkan di dunia pendidikan
(sekolah). Dengan begitu keberhasilan juga dapat dimungkinkan dalam usaha
mereka.
Gambar 4.5
Keadaan Responden Berdasarkan Lama Usaha
Keadaan Responden Berdasarkan Lama Usaha
15.70%
17.06%
24.91%
42.32%1 s.d 2 thn3 s.d 4 thn
5 s.d 6 thn> 7 thn
Sumber: Hasil Olahan 2010
Dari bagan karakteristik responden berdasarkan lama usaha diatas,
menunjukkan bahwa yang lama usahanya 1 s.d. 2 tahun sebanyak 46 orang atau
15,7%, 3 s.d. 4 tahun sebanyak 50 orang atau 17,06%, 5 s.d. 6 tahun sebanyak 73
orang atau 24,91% dan yang lebih atau sama dengan ( ≥ ) 7 tahun sebanyak 124
orang atau 42,32%. Dan lama usaha responden terbanyak adalah ≥ 7 tahun dengan
presentase sebesar 42,32%.
Mayoritas nasabah pembiayaan BMT Berkah Madani Cimanggis telah
memiliki usaha ≥ 7 tahun atau dapat dikatakan berpengalaman dalam bidang
usahanya. Jika dikaitkan dengan pendapat Hisrich & Brush, maka peluang untuk
maju lebih besar.
2 Kewirausahaan dari Sudut Pandang Psikologi Kepribadian
83
Gambar 4.6
Keadaan Responden Berdasarkan Jenis Usaha
Keadaan Responden Berdasarkan Jenis Usaha
48.46%
23.21%
28.33%PerdaganganJasaLainnya
Sumber: Hasil Olahan 2010
Berdasarkan bagan karakteristik responden berdasarkan jenis usaha diatas
dapat diketahui bahwa jenis usaha perdagangan sebanyak 142 orang atau 48,46%,
jasa sebanyak 68 orang atau 23,21% dan jenis usaha lainnya sebanyak 83 orang atau
28,33%. Paling banyak jenis usaha yang digeluti responden adala usaha perdagangan
dengan presentase sebesar 48,46%.
Jika dikaitkan dengan letak usaha nasabah yang mayoritas jauh dari pasar,
usaha perdagangan yang paling banyak digeluti nasabah pembiayaan BMT Berkah
Madani Cimanggis memiliki market share yang cukup besar. Sehingga usaha
perdagangan dapat mendukung keberhasilan usaha mereka, yang turut berperan
dalam keberhasilan BMT Berkah Madani Cimanggis.
84
Gambar 4.7 Keadaan Responden Berdasarkan Letak Usaha
Keadaan Responden Berdasarkan Letak Usaha
47.10%52.90%
Dekat PasarJauh dari Pasar
Sumber: Hasil Olahan 2010
Dari bagan karakteristik diatas menunjukkan bahwa letak usaha responden
yang dekat dengan pasar sebanyak 138 orang atau 47,1% sedangkan yang jauh dari
pasar sebanyak 155 orang atau 52,9%. Dengan demikian responden yang letak
usahanya jauh dari pasar lebih banyak, dengan presentase 52,9%. Seperti yang telah
dibahas sebelumnya bahwa letak usaha para nasabah yang jauh dari pasar mendukung
keberhasilan usaha mereka yang mayoritas pedagang.
Gambar 4.8 Keadaan Responden Berdasarkan Pelatihan Usaha
Keadaan Responden Berdasarkan Pelatihan Usaha
13.65%
86.35%
Pernah
TidakPernah
Sumber: Hasil Olahan, 2010
85
Dari bagan karakteristik responden berdasarkan pelatihan usaha diatas,
menunjukkan bahwa responden yang pernah mengikuti pelatihan atau kursus
berkaitan dengan usahanya sebanyak 40 orang atau 13,65% dan yang tidak pernah
mengikuti pelatihan sebanyak 253 orang atau 86,35%. Paling banyak responden yang
tidak pernah mengikuti pelatihan atau kursus yang berkaitan dengan usahanya yaitu
sebesar 86,35%.
Dengan diperolehnya data bahwa nasabah pembiayaan BMT Berkah Madani
yang tidak pernah mengikuti pelatihan atau kursus lebih banyak daripada yang pernah
menunjukkan bahwa keberhasilan nasabah BMT Berkah Madani dalam menjalankan
usahanya lebih disebabkan karena bakat yang diperoleh dari pengalaman yang
dimilikinya, bukan karena keterampilan hasil kursus atau pelatihan.
Secara keseluruhan analisis karakteristik responden, dalam hal ini nasabah
BMT Berkah Madani Cimanggis dari berbagai karakter yang dimilikinya, diantaranya
yaitu usia, jenis kelamin, status pernikahan, pendidikan terakhir, lama usaha, jenis
usaha, lokasi usaha dan pelatihan/ kursus usaha yang secara keseluruhan mendukung
keberhasilan usaha mereka. Keberhasilan usaha para nasabah pembiayaan akan
memperlancar perputaran uang di BMT, sehingga akan mendukung keberhasilan
BMT. Dengan kata lain karakteristik nasabah pembiayaan BMT Berkah Madani
Cimanggis mempengaruhi keberhasilan BMT Berkah Madani Cimanggis.
86
C. ANALISIS RISIKO
Macam-macam risiko yang Bank Indonesia (BI) wajibkan untuk dikelola bagi
seluruh bank di Indonesia (PBI NOMOR: 5/8/PBI/2003. Tentang Penerapan
Manajemen Risiko Bagi Bank Umum), memungkinkan untuk dikelola oleh BMT.
Begitu pula oleh BMT Berkah Madani Cimanggis dan macam-macam risiko tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Risiko Pasar
BMT Berkah Madani Cimanggis di dalam hal risiko pasar tidak memasukkan
komponen risko tingkat suku bunga ke dalam risiko pasar, dikarenakan BMT Berkah
Madani Cimanggis bukanlah bank konvensional yang menggunakan prinsip bunga.
Komponen yang dimasukkan BMT Berkah Madani Cimanggis ke dalam risiko pasar
hanya risiko nilai tukar (exchange rate risk).
Tabel 4.2
Perbandingan Nilai Tukar dan Porsi Nisbah
Tahun Nilai tukar Rupiah terhadap U$ Dollar
Porsi Nisbah yang Dibebankan Kepada Nasabah
2006 Rp 9,844.00 untuk setiap USD 1 (26 Des 2005 s/d 01 Jan 2006)
3%
2007 Rp 9,043.25 untuk setiap USD 1 (01 Jan 2007 s/d 07 July 2007)
3%
2008 Rp 9,412.20 untuk setiap USD 1 (31 Des 2007 s/d 06 Jan 2008)
3%
2009 Rp 11,062.60 untuk setiap USD 1 (22 Des 2008 s/d 04 Jan 2009)
4%
Sumber: www.beacukai.go.id dan hasil wawancara 2010
87
Dari tabel 4.2 dapat diketahui bahwa perubahan nilai tukar yang terjadi pada
tahun 2006, 2007, 2008 tidak mempengaruhi presentase nisbah yang dibebankan
kepada nasabah. Namun pada tahun 2009 perubahan nilai tukar yang meningkat
tajam sebesar 17,5% dari tahun sebelumnya mempengaruhi peningkatan presentase
nisbah dengan sebesar 1%. Hal ini menunjukkan bahwa nilai tukar mempunyai
pengaruh terhadap penentuan porsi nisbah yang dibebankan kepada nasabah.
Untuk mengolah risiko pasar ini BMT Berkah Madani Cimanggis telah
melakukan beberapa cara yang cukup efektif. Diantaranya yaitu dengan pendekatan
secara personal dan meyakinkan kepada calon nasabah tentang betapa
menguntungkannya sistem yang syariah tetapkan, karena bukan hanya kemaslahatan
dunia yang diperoleh tapi juga akhirat sehingga ada kepuasan batin yang dirasakan.
Selain itu BMT Berkah Madani Cimanggis juga menetapkan pemotongan 25% bagi
nasabah yang membayar lunas sebelum jatuh tempo. Hal ini berdampak baik bukan
hanya untuk menarik minat calon nasabah untuk lebih memilih BMT dengan nisbah
bagi hasilnya, tetapi juga memberikan motivasi bagi nasabah untuk lancar dalam
pelunasan pembiayaannya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa BMT Berkah
Madani telah mengolah risiko pasar menjadi sesuatu yang menguntungkan.
2. Risiko Kredit
Risiko Kredit adalah risiko yang timbul sebagai akibat kegagalan debitur dan/
atau lawan transaksi (counterparty) dalam memenuhi kewajibannya. Untuk
menganalisis risiko kredit pada BMT Berkah Madani Cimanggis, berikut ini adalah
88
grafik kualitas pembiayaan BMT Berkah Madani Cimanggis pada periode tahun
2007, 2008 dan 2009 yang akan mempermudah pemahaman kita.
Grafik 4.6
Kualitas Pembiayaan BMT Berkah Madani Cimanggis
Periode tahun 2007, 2008, 2009
86.85
74.71 75.4
6.31 8.31 6.852.15 4.95 3.054.69
12.03 14.69
0
20
40
60
80
100
2007 2008 2009
PRES
ENTA
SE (%
)
KUALITAS PEMBIAYAAN
LANCAR
KURANG LANCAR
DIRAGUKAN
MACET
Sumber: Laporan Kinerja Tahunan BMT Berkah Madani Cimanggis 2009
Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa setelah golongan lancar golongan yang
terbesar dan terus meningkat adalah golongan macet dengan presentase 4,69% pada
tahun 2007, 12,03% pada 2008 dan 14,69% pada 2009. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa salah satu masalah yang dihadapi BMT Berkah Madani Cimanggis
adalah kredit macet. Dan penyebab kredit macet pada BMT Berkah Madani
Cimanggis, diantaranya:
a. Kenakalan Nasabah (Human Error), seperti kabur, mengajukan pembiayaan
untuk usahanya dengan mengatasnamakan orang lain, maupun dana pinjaman
89
usaha disalah gunakan untuk hal-hal lain, sehingga usaha tidak berjalan seperti
yang diharapkan dan kredit akan macet.
b. Usaha yang dijalani nasabah mengalami kegagalan (bangkrut), sehingga nasabah
tidak mampu membayar angsuran pembiayaan atau dengan kata lain kredit macet.
c. Nasabah pembiayaan yang mengajukan pembiayaan untuk hal-hal konsumtif
seperti untuk dana pendidikan, mereka tidak memiliki usaha tetapi bekerja di
suatu tempat. Dan ketika di PHK dan tidak memiliki pendapatan maka nasabah
tersebut akan sulit dalam pelunasan pembiayaan (kredit macet).
Keterlambatan pembayaran pelunasan pembiayaan yang terjadi pada BMT
Berkah Madani Cimanggis sejauh ini memiliki pengaruh sebatas pada berkurangnya
pendapatan, sehingga bagi hasil yang diberikan kepada nasabah investor menjadi
berkurang. Selain itu, keterlambatan tersebut juga berpengaruh pada kinerja account
officer yang harus lebih ekstra dalam hal penagihan. Dengan demikian keterlambatan
pembayaran pelunasan pembiayaan yang terjadi pada BMT Berkah Madani
Cimanggis merugikan materi, waktu dan tenaga.
Untuk masalah keterlambatan tersebut BMT Berkah Madani Cimanggis
berupaya mengatasinya dengan cara mengalokasikan PPAP yang dimiliki sebaik
mungkin dan berusaha secara optimal untuntuk menekan tingkat kemacetan dibawah
10% dengan cara memberikan pelayanan yang terbaik (service excellent). Namun
dalam hal ini penulis merasa upaya yang dilaksanakan tersebut belumlah cukup.
Karena pihak BMT Berkah Madani Cimanggis menyadari salah satu
penyebab kredit macet adalah belum akuratnya analisis yang dilakukan dalam
90
penentuan kelayakan usaha calon nasabah. Jadi untuk mengolah risiko kredit ini ada
beberapa hal yang dapat dilakukan diantaranya:
a. Pelatihan mendalam bagi para account officer agar dapat menghasilkan analisa
yang akurat dan tepat.
b. Pengawasan usaha nasabah secara langsung dan teratur oleh pihak BMT yang
berkompetensi, sehingga pihak BMT dapat mengetahui secara pasti keadaan
usaha nasabah dan nasabah dapat sharing berbagai kendala yang dihadapi untuk
mendapatkan solusi demi kemajuan usahanya.
c. Kegiatan yang diperuntukkan untuk pengembangan usaha nasabah, seperti
pelatihan usaha atau perkumpulan antara nasabah dan pengelola BMT.
Perkumpulan tersebut dapat berupa pengajian maupun arisan. Dengan kegiatan
kekeluargaan seperti itu diharapkan dapat mempererat hubungan baik antara
nasabah dengan nasabah lainnya maupun antara pengelola dengan nasabah.
Bahkan bukan hanya itu, dalam kegiatan tersebut antara nasabah yang satu
dengan yang lain dapat saling bertukar pengalaman dan pikiran untuk
perkembangan usahanya, serta dapat memperluas jaringan usaha mereka.
Dapat disimpulkan bahwa risiko kredit terjadi pada BMT Berkah Madani
Cimanggis ini dengan adanya keterlambatan pembayaran angsuran pembiayaan
para nasabah peminjam, namun pihak BMT Berkah Madani Cimanggis belum
sepenuhnya mengolahnya dengan baik.
91
3. Risiko Operasional
Dari hasil wawancara yang penulis laksanakan dengan manager BMT Berkah
Madani Cimanggis, Bapak Ir. H. Zainal Zayadi diketahui bahwa dalam menjalankan
kegiatan operasionalnya BMT Berkah Madani Cimanggis pernah menghadapi risiko
operasional dan upaya yang dilaksanakan, diantaranya:
a. Seperti BMT atau Lembaga Keuangan pada umumnya masalah operasional yang
dihadapi pada awal-awal pendirian adalah terjadinya keterbatasan funding.
Namun dengan pengelolaan dana yang baik oleh BMT Berkah Madani Cimanggis
dan support funding dari Inkopsyah, hingga saat ini BMT Berkah Madani
Cimanggis mampu mempertahankan eksistensi pembiayaannya.
b. BMT Berkah Madani Cimanggis pernah mengalami kegagalan sistem, yaitu
terjadinya permasalahan pada IT yang digunakan. Karena seluruh aktivitas
transaksi yang terjadi tersimpanrapi dalam program IT, maka apabila IT
mengalami kerusakan akan berdampak sangat riskan. Untuk itu sebelum
mengalami permasalahan lebih jauh pada IT yang digunakan BMT Berkah
Madani Cimanggis segera mengganti IT tersebut dengan yang lebih baik. Saat ini
IT yang digunakan BMT Berkah Madani Cimanggis adalah aplikasi Bcore! yang
merupakan produk dari Buanatechno, yang diakui keunggulannya dibanding IT
yang digunakan BMT pada umumnya. Sebelumnya BMT Berkah Madani
menggunakan aplikasi IT yaitu MySQL dan Ebase. Dimana permasalahan yang
dihadapi saat itu yaitu seperti kekurang lengkapan program dan hubungan
kerjasama yang kurang baik dengan perusahaan IT.
92
Dari kedua risiko operasional yang dihadapi oleh BMT Berkah Madani
Cimanggis terlihat bahwa BMT tersebut telah mampu mengelola risiko, sehingga
operasional BMT dapat berjalan lebih baik.
4. Risiko Likuiditas
Seperti yang telah dibahas sebelumnya pada analisis keuangan, tepatnya pada
analisis rasio likuiditas dinyatakan bahwa BMT Berkah Madani Cimanggis memiliki
tingkat likuiditas keuangan yang tergolong lancar (likuid) yaitu memiliki nilai lebih
dari satu. Tercatat pada tahun 2007 current ratio BMT Berkah Madani Cimanggis
sebesar 1,10, pada tahun 2008 sebesar 1,06 dan tahun 2009 sebesar 1,16.
Dan dalam menghadapi risiko likuiditas BMT Berkah Madani Cimanggis
memiliki PPAP dan dana ZIS yang akan digunakan sebagai dana qardhul hasan pada
saat terjadi masalah likuiditas. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa BMT
Berkah Madani Cimanggis selalu memenuhi kewajiban jangka pendeknya atau
dengan kata lain risiko likuiditas untuk saat ini tidak dimiliki oleh BMT Berkah
Madani Cimanggis
.
5. Risiko Hukum
Secara Hukum BMT berpayung pada koperasi, sama halnya dengan BMT
Berkah Madani Cimanggis merupakan lembaga keuangan syariah yang berbadan
hukum Koperasi Jasa Keuangan Syariah yang berskala nasional dengan akta
pendirian koperasi dibuat oleh notaris Titiek Soebekti, SH dengan Nomor 03 Tanggal
93
08 Juni 2007 di Kota Depok. Tetapi sistim operasionalnya tidak jauh berbeda dengan
Bank Syari’ah sehingga produk-produk yang berkembang dalam BMT seperti apa
yang ada di Bank Syari’ah.
Oleh karena berbadan hukum koperasi, maka BMT harus tunduk pada
Undang-undang Nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian dan PP Nomor 9 tahun
1995 tentang pelaksanaan usaha simpan pinjam oleh koperasi. Juga dipertegas oleh
KEP.MEN Nomor 91 tahun 2004 tentang Koperasi Jasa keuangan syari’ah. Undang-
undang tersebut sebagai payung berdirinya BMT (Lembaga Keuangan Mikro
Syari’ah).3
Namun bila mengacu pada ketentuan yang berlaku, menghimpun dana dari
masyarakat hanya boleh dilakukan oleh Bank. Dengan demikian, BMT harus tunduk
pada Undang-undang Perbankan dan di bawah pengawasan Bank Indonesia. Maka
hal ini menjadi sebuah permasalahan yang membutuhkan ketentuan hukum tersendiri
yang mengatur kelembagaan, operasionalisasi, dan pengawasan BMT ataupun
Lembaga Keuangan Mikro (LKM) lain yang berbentuk bukan bank.4 Sehingga dapat
disimpulkan bahwa BMT Berkah Madani Cimanggis adalah satu dari ribuan BMT
yang menanggung risiko hukum berupa ketidak pastian ketentuan hukum.
3 Hendra Kholid, “BMT” artikel ini diakses pada tanggal 16 Agustus 2010 dari
http://hendrakholid.net/blog/2010/04/06/bmt/ 4 Sri Haryani “Menunggu Ketentuan Hukum BMT” artikel ini diakses pada tanggal 16
Agustus 2010 dari http://bprs-bds.co.id/content/view/57/1/
94
6. Risiko Reputasi
Citra atau reputasi BMT Berkah Madani Cimanggis yang tertanam dalam
benak masyarakat sangat baik. Hal ini terbukti dengan tidak sedikit dari nasabah yang
merasa puas dengan kemudahan persyaratan dan keramahan pelayanan
menyebarluaskan informasi kebaikan BMT Berkah Madani. Sehingga banyak calon
nasabah yang datang setiap harinya untuk mengajukan pembiayaan. Hal ini nampak
dengan bertambahnya setiap tahun juumlah nasabah, khususnya nasabah pembiayaan.
Berikut ini adalah grafik pertumbuhan nasabah pembiayaan BMT Berkah Madani
Cimanggis tahun 2007, 2008 dan 2009:
Grafik 4.7
Pertumbuhan Nasabah Pembiayaan BMT Berkah Madani Cimanggis
Tahun 2007, 2008 dan 2009
239 251
293
0
50
100
150
200
250
300
350
2007 2008 2009
JUM
LAH
NA
SABA
H
TAHUN
PERTUMBUHAN NASABAH PEMBIAYAAN
Nasabah Pembiayaan
Sumber: Laporan Kinerja Tahunan BMT Berkah Madani Cimanggis 2009
95
Dari grafik diatas dapat diketahui peningkatan jumlah nasabah, yaitu pada
tahun 2007 nasabah sebanyak 239 orang, meningkat menjadi 251 orang pada tahun
2008 dan 293 orang di tahun 2009. Selain dari pertumbuhan jumlah nasabah reputasi
baik BMT Berkah Madani Cimanggis juga nampak dari pertumbuhan tabungan,
investasi dan pembiayaan. Berikut ini adalah grafik pertumbuhan tabungan, investasi
dan pembiayaan:
Grafik 4.8
Pertumbuhan Tabungan, Investasi dan Pembiayaan
BMT Berkah Madani Cimanggis
644542 543
1041
270
615 679
957
86
257 238 251
0
200
400
600
800
1000
1200
2006 2007 2008 2009
Dal
am Ju
taan
Rup
iah
TAHUN
PERTUMBUHAN BMT BERKAH MADANI CIMANGGIS
PEMBIAYAAN
INVESTASI
TABUNGAN
Sumber: Laporan Kinerja Tahunan BMT Berkah Madani Cimanggis 2009
Grafik menunjukkan reputasi baik BMT Berkah Madani Cimanggis dengan
terus bertambahnya nilai baik dalam tabungan, investasi maupun pembiayaan. Secara
rinci disebutkan bahwa untuk tabungan di tahun 2006 sebesar Rp 86.000.000, tahun
2007 sebesar Rp 257.000.000, tahun 2008 sebesar Rp 238.000.000 dan tahun 2009
96
sebesar Rp 251.000.000. Sedangkan untuk investasi, pada tahun 2006 sebesar Rp
270.000.000, tahun 2007 sebesar Rp 615.000.000, tahun 2008 sebesar Rp
679.000.000 dan tahun 2009 sebesar Rp 957.000.000. Dan untuk tabungan, pada
tahun 2006 sebesar Rp 644.000.000, tahun 2007 sebesar Rp 542.000.000, tahun 2008
sebesar Rp 543.000.000 dan 2009 sebesar Rp 1.041.000.000.
Dengan persepsi positif dari masyarakat dan prestasi kinerja yang
mencerminkan reputasi baik BMT Berkah Madani Cimanggis ini menunjukkan
bahwa risiko reputasi tidak dimiliki oleh BMT Berkah Madani Cimanggis.
7. Risiko Strategis
Dalam menghadapi kompetitornya yaitu renternir yang memberikan
kemudahan dalam pencairan dana pinjaman tanpa syarat dan cair di tempat, BMT
Berkah Madani Cimanggis bergerak memberikan respon yang baik. Dengan juga
memberikan kemudahan yang berupa kemudahan pembayaran dengan sistem jemput
bola dimana pengelola BMT yang langsung turun ke lapangan mengambil angsuran
pelunasan pembiayaan, pencairan dana yang relatif cepat dalam waktu tiga hari.
Selain itu BMT Berkah Madani Cimanggis juga memanfaatkan kelemahan dari
kompetitornya, yaitu tidak adanya rasa kekeluargaan, pelayanan yang tidak toleran
dalam penagihan pelunasan pinjaman, dan unsur riba dalam bunga yang dilarang
agama. Dari kelemahan kompetitor itu BMT memberikan yang terbaik berupa service
excellent dan penjabaran yang baik mengenai keharamannya riba dalam agama,
sehingga nasabah merasa nyaman dan mendapatkan ketenangan batin.
97
Jadi risiko strategis ini dapat diolah dengan baik oleh BMT Berkah Madani
Cimanggis sehingga bukan kerugian yang diperoleh melainkan keuntungan.
8. Risiko Kepatuhan
Risiko Kepatuhan adalah risiko yang disebabkan bank tidak memenuhi atau
tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang berlaku.
Sejauh sejak berdirinya BMT Berkah Madani telah senantiasa memenuhi dan
melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku. Sehingga
disimpulkan tidak ditemui risiko kepatuhan pada BMT Berkah Madani Cimanggis.
Untuk mempermudah pemahaman risiko yang dihadapi BMT Berkah Madani
Cimanggis dan berhasil atau tidaknya dalam mengolah risiko tersebut sehingga
menghasilkan keuntungan yang mendukung keberhasilan BMT Berkah Madani
Cimanggis dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.3
Risiko BMT Berkah Madani Cimanggis
NO RISIKO SEBAB AKIBAT 1. Risiko Pasar Adanya pergerakan variable
pasar (adverse moment) dari portofolio yang dimiliki oleh BMT yang merugikan BMT, variable pasar yang dimaksud adalah nilai tukar.
Peningkatan nilai tukar yang tajam mempengaruhi penentuan porsi nisbah yang dibebankan pada nasabah. Dan risiko ini dapat dikelola dengan baik oleh pengelola BMT.
2. Risiko Kredit Kredit macet, berupa keterlambatan pembayaran angsuran pelunasan pembiayaan.
Karena belum dikelola dengan baik. Maka risiko ini mengakibatkan kerugian BMT baik
98
materi, waktu dan tenaga. Dalam hal materi yaitu berkurangnya pendapatan yang diperoleh. Dan untuk kerugian waktu dan tenaga dialami account officer dalam penagihan.
3. Risiko Operasional Adanya masalah keuangan di awal-awal masa pendirian dan permasalahan dengan aplikasi IT yang digunakan
Karena risiko ini dapat dikelola dengan baik yaitu dengan cara Mengelola dana
dengan baik dan dengan adanya financial support
Segera mengganti aplikasi IT dengan yang lebih baik.
Maka risiko operasional tidak memiliki dampak buruk bagi operasional BMT Berkah Madani Cimanggis.
4. Risiko Likuiditas Risiko Likuiditas disebabkan BMT tidak memenuhi kewajibannya yang telah jatuh tempo.
Karena risiko ini dapat dikelola dengan baik yaitu BMT dapat memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan baik. Terbukti memiliki rasio likuiditas dengan nilai lebih dari satu. (Seperti pembahasan pada Analisis Laporan Keuangan). Maka risiko likuiditas tidak memiliki dampak buruk bagi BMT Berkah Madani Cimanggis.
5. Risiko Hukum Adanya kelemahan aspek yuridis. Kelemahan aspek yuridis antara lain disebabkan oleh adanya tuntutan hukum, ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendukung atau kelemahan perikatan seperti tidak dipenuhinya syarat sahnya suatu kontrak.
Risiko ini belum dapat diselesaikan oleh BMT, karena diluar kuasanya. Yaitu menantikan ketetapan hukum khusus mengenai BMT. Dengan adanya risiko ini mengakibatkan BMT belum memiliki kekuatan hukum yang pasti.
6. Risiko Reputasi Disebabkan adanya publikasi Risiko ini dapat diolah
99
negatif yang terkait dengan kegiatan usaha bank atau persepsi negatif terhadap BMT.
dengan baik oleh BMT Berkah Madani Cimanggis. Sehingga yang ada hanyalah persepsi positif masyarakat yang berasal dari kinerja BMT Berkah Madani yang baik. Dan persepsi positif itu terlihat dari pertambahan jumlah nasabah setiap tahunnya.
7. Risiko Strategis
Adanya kompetitor (rentenir) yang memiliki strategi dengan pemberian pinjaman cair di tempat.
Risiko Strategis mampu dikelola BMT Berkah Madani Cimanggis dengan baik. Yaitu dengan memanfaatkan kelemahan dari kompetitor (renternir) sebagai keunggulan BMT yang menarik nasabah .
8. Risiko Kepatuhan Disebabkan BMT tidak memenuhi atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang berlaku.
Risiko Kepatuhan tidak ditemui di BMT Berkah Madani Cimanggis, karena BMT menjalankan segala peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan baik.
Sumber: Hasil Olahan, 2010
D. ANALISIS VALUE & ATTITUDE ANGGOTA TERHADAP BISNIS
Sikap kekeluargaan antara nasabah dengan pengelola BMT Berkah Madani
Cimanggis terjalin dengan baik. Terbukti selama penelitian berlangsung, baik di
kantor BMT Berkah Madani Cimanggis maupun di rumah-rumah nasabah saat
pengambilan angsuran pembiayaan suasana kekerabatan sangat terasa. Jarang sekali
kondisi canggung dan kaku tercipta.
100
Penyebab rasa kekeluargaan tersebut tidak lain karena keramahan pelayanan
yang diberikan oleh seluruh pengelola BMT Berkah Madani Cimanggis. Rasa
kekeluargaan itu membentuk sikap nasabah yang baik, yakni adanya keterbukaan dan
kenyamanan untuk berbagi cerita khususnya tentang usaha yang dijalankannya.
Sehingga pihak pengelola BMT mengetahui kondisi usaha dan keuangan nasabah
yang sebenarnya, dan pada kesempatan yang sama pengelola dapat menawarkan
solusi atau pendapat yang dibutuhkan nasabah. Selain itu kedekatan nasabah dengan
pengelola juga menjadi salah satu motivator bagi nasabah untuk memberikan yang
terbaik dalam mengelola usahanya, karena nasabah akan merasa malu dan tidak enak
bila mengecewakan kerabatnya (pengelola BMT Berkah Madani Cimanggis).
Kesempurnaan sikap kedekatan nasabah dengan pengelola akan lebih
sempurna bila diimbangi dengan kedekatan antar nasabah. Hal ini belum terealisasi di
BMT Berkah Madani Cimanggis. Karena dengan kedekatan antar nasabah, mereka
dapat saling berbagi dan bertukar informasi tentang usaha yang mereka kelola, selain
itu secara tidak disadari mereka telah memperluas jaringan kerja. Dengan begitu
diharapkan akan berdampak baik terhadap hasil usaha yang mereka kelola. Seperti
yang telah dibahas sebelumnya, untuk merekatkan kedekatan antar nasabah
hendaknya diadakan sebuah kegiatan, baik berupa pengajian, arisan maupun
pelatihan usaha yang menambah khasanah pengetahuan mereka. Dan kebijakan ini
hendaknya dimasukkan ke dalam peraturan BMT Berkah Madani Cimanggis,
sehingga para nasabah benar-benar menyadari pentingnya kegiatan ini.
101
Secara garis besar dapat kita simpulkan bahwa kekerabatan antara nasabah
dengan pengelola BMT Berkah Madani Cimanggis berdampak baik bagi attitude
nasabah dalam usahanya, yaitu adanya keterbukaan dan kenyamanan dalam
menceritakan keadaan sebenarnya usaha yang dikelola, dan dengan landasan tidak
ingin mengecewakan pengelola BMT Berkah Madani Cimanggis selaku kerabatnya
menjadi motivasi nasabah untuk menjalankan usahanya sebaik mungkin. Dan akan
lebih baik bila disertai dengan kedekatan antar nasabah.
E. ANALISIS SISTEM SUPPORT BISNIS BMT
1. Information Technology (IT)
Salah satu keunggulan yang dimiliki BMT Berkah Madani Cimanggis
dibandingkan dengan BMT pada umumnya adalah IT yang digunakan. BMT Berkah
Madani telah mengalami beberapa pergantian penggunaan aplikasi IT, yang mana
pada awalnya menggunakan MySQL kemudian Ebase Teknologi dan guna mengikuti
kebutuhan saat ini BMT Berkah Madani Cimanggis menggunakan aplikasi Bcore!
yang merupakan produk dari Buanatechno.
Aplikasi BCore! untuk Lembaga Keuangan Mikro/ Syariah (LKM/S)
merupakan paket aplikasi teknologi system informasi microbanking yang terintegrasi.
Aplikasi BCore! telah mengalami pengembangan dari versi awalnya dan saat ini telah
mencapai versi 7.3 merupakan paket aplikasi teknologi system informasi
microbanking yang terintegrasi. Perkembangan BCore! LKM/S versi 7.3
dibandingkan dengan versi sebelumnya adalah adanya penambahan fitur baru yaitu
102
Inventaris, Penghitungan SHU dalam sistem dan Standing Instruction, selain itu
adanya penyempurnaaan pada fitur-fitur yang sudah ada dalam aplikasi system
informasi versi sebelumnya. Adapun aplikasi system informasi tersebut terdiri dari
modul-modul sebagai berikut : Modul Back Office (yang didalamnya terdiri dari
modul Customer Service, Teller, Tabungan, Deposito, Kredit, Akuntansi); Modul
Administrator; Modul Laporan External, dan Modul Electronic Banking yang masih
dalam proses pengembangan dan uji coba.
Buanatechno hadir bersama Bcore! dengan meletakkan landasan awalnya
pada penerapan Management Information System (MIS) sebagai infrastruktur
pengembangan dan dengan rencana kerja, yakni memenuhi kebutuhan penyediaan
SDM berkualitas, implementasi Standar Operating Prosedure (SOP), penguatan
kelembagaan (Capacity Building) dan Manajemen, kontrol & monitoring untuk
peningkatan kualitas/rating Lembaga Keuangan Mikro/Syariah (LKM/S),
pengembangan jaringan strategis LKM/S, peningkatan kapasitas core business dan
fee based income LKM/S, pembangunan linkage dengan perbankan umum dan sektor
riil serta pembangunan databased LKM/S dan UKM.5
Secara jelas telah dikemukakan diatas bahwa Management Information
System, dalam hal ini Buanatechno secara penuh mendukung perkembangan
pelanggannya, yakni Lembaga Keuangan Mikro baik itu berupa BPR, BPRS, KJKS
maupun KSP. Dan BMT Berkah Madani Cimanggis selaku salah satu dari lebih dari
5"Profil Buanatechno" diakses pada tanggal 23 Juli 2010 dari http://buanatechno.com/news/?page_id=2
103
500 pelanggan Buanatechn, perkembangan dan keberhasilannya didukung penuh
melalui keunggulan teknologi informasi, yakni aplikasi Bcore!.
2. Kerjasama dan Jaringan (Network)
Kerjasama dan Network yang BMT Berkah Madani Cimanggis jalin adalah
dengan menjadi salah satu anggota Induk Koperasi Syariah BMT (Inkopsyah PNM
BMT). Inkopsyah BMT merupakan Koperasi Sekunder dimana bagian dari
strateginya adalah menumbuhkembangkan anggotanya yang tersebar di seluruh
Indonesia. Keberadaan Induk ini memiliki fungsi sharing yaitu memberikan
kontribusi yang tinggi kepada anggota terutama untuk mengoptimalkan skala
ekonomi, memperbesar volume usaha melalui mediasi manajemen, keuangan
(sumber dana) dan juga advokasi lainnya.
Salah satu peran Inkopsyah bagi para anggotanya adalah memberikan
pembiayaan modal kerja. Dan pada saat ini, pertumbuhan pembiayaan modal kerja
bagi para anggota Inkopsyah BMT terus meningkat, tepatnya telah mencapai Rp
29,2 milyar. Pembiayaan tersebut didukung dari sumber dana baru sebesar Rp 18,5
milyar diantaranya berasal dari LPDB, Bank Syariah Mandiri, dan Bak DKI Syariah,
sedangkan sisanya dari modal sendiri.
Peran Inkopsyah lainnya adalah dalam penguatan jaringan. Dengan adanya
Apex Nasional BMT yang dikendalikan oleh Inkopsyah BMT, maka akan lebih
banyak peran dalam sistem pelayanan anggota yang menggunakan sistem Teknologi
Informasi dan Komunikasi terpadu dalam ruang lingkup nasional. Dengan demikian,
104
dengan semakin banyak kemudahan bertranskasi, maka semakin tinggi pula tingkat
kepercayaan masayakarakat kepada BMT dan pihak luar lainnya.
Peran untuk memperluas dan memperkokoh jaringan tak luput dari unsur
pembentukan organisasi kebersamaan yang kokoh, setiap anggota yang terlibat secara
tidak langsung akan merapihkan sistem manajemennya, saling memberikan nasihat
dan peluang-peluang untuk peningkatan kesejahteraan.
Semua strategi yang dimiliki Inkopsyah BMT ini, dilakukan hanya untuk
menumbuhkembangkan anggota sehingga menjadi Koperasi (BMT) yang benar-
benar membantu kepentingan rakyat. Secara umum manfaat yang diperoleh BMT
Berkah Madani Cimanggis sebagai anggota Inkopsyah adalah BMT sebagai berikut:6
a. Mendapatkan fasilitas pembiayaan yang diajukan
b. Mendapatkan advokasi dalam otpimalisasi usaha dan legalitas
c. Mengikuti kegiatan acara yang dilakukan oleh Inkopsyah
d. Memperkokoh jaringan dan memperkuat eksistensi kelembagaan.
Dengan manfaat yang diperoleh oleh BMT Berkah Madani Cimanggis selaku
anggota Inkopsyah BMT turut mendukung perkembangan dan keberhasilan BMT
dari segi jaringan (network) maupun dana pendukung (financial support) Berkah
Madani Cimanggis.
6 "Profil Inkopsyah BMT" diakses pada tanggal 29 Mei 2010 dari http://pinbukpress.com/profil-inkopsyah-bmt/
105
F. ANALISIS SWOT
Dan untuk melengkapi penelitian yang berkaitan dengan faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan BMT Berkah Madani Cimanggis ini, penulis
menganalisa berdasarkan analisis SWOT sebagai acuan mengetahui berbagai faktor
keberhasilan BMT Berkah Madani Cimanggis yang harus dipertahankan dan berbagai
faktor yang menjadi penghambat keberhasilan yang harus diperbaiki.
Tabel 4.4
Analisis SWOT BMT Berkah Madani Cimanggis
KEKUATAN (S) KELEMAHAN (W) PELUANG (O) TANTANGAN (T)
Kemampuan mengelola keuangan dengan baik (Pada analisis keuangan yang telah dilaksanakan BMT berada dalam kondisi likuid, solvabel, dan mampu menghasilkan profit) Memiliki nasabah dengan karakter yang mendukung keberhasilan (Pada analisis karakteristik menghasilkan data mayoritas nasabah berusia dewasa madya yang bercirikan keberhasilan kerja,, berjenis kelamin laki-laki amanah sebagai pemimpin keluarga, berstatus menikah bertanggung jawab pada keluarga, berpendidikan
Risiko kredit belum dikelola dengan baik (Dalam tingkatan kualitas pembiayaan yang tertinggi kedua dan terus bertambah pada setiap tahunnya adalah golongan macet) Belum memiliki wadah (kebijakan) yang mempererat hubungan antar nasabah (Pada analisis attitude, hubungan yang baik antara pengelola dengan nasabah menghasilkan dampak yang baik bagi bisnis. Diharapkan hal yang sama dengan terjalinnya hubungan antar nasabah) Keterbatasan sarana operasional yang belum memadai (dari hasil wawancara diketahui bahwa dalam
Persepsi positif dan kepercayaan masyarakat (nampak dengan terus meningkatnya jumlah nasabah tiap tahunnya) Potensi masyarakat di wilayah kota Depok serta wilayah yang dekat dengan daerah perbatasan kota Jakarta-Bogor masih terbuka lebar Sudah mulai terbentuk basis nasabah yang memiliki track record yang baik. (dengan tingkat kualitas pembiayaan tertinggi setiap tahunnya adalah golongan lancar)
Munculnya beberapa pesaing baru di sekitar wilayah kerja BMT Berkah Madani Cimanggis Rentenir sebagai kompetitor terberat dengan strategi kemudahan dalam pencairan dananya. Pemahaman masyarakat yang masih kurang.
106
terakhir SLTA sehingga memiliki bekal pengetahuan dan keterampilan dalam usaha , berpengalaman lebih dari 7 tahun,, sebagai pedagang dengan marke share yang luas karena letaknya jauh dari pasar.) Menjalankan operasional dan peraturan yang berlaku dengan baik. (Dapat mengelola dengan baik risiko operasional dan risiko kepatuhan) Rasa kekeluargaan antara nasabah dan pengelola. (Hubungan yang baik antara BMT dengan nasabah sehingga menghasilkan persepsi positif masyarakat) Support bisnis yang baik (BMT memiliki Inkopsyah sebagai support network and financial serta didukung aplikasi Bcore! sebagai IT yang baik) Lokasi kantor pelayanan sangat strategis dan bentuk tampilan kantor cukup representatif. Pelayanan prima (service excellent) diakui nasabah sangat memuaskan.
rencana anggaran satu tahun ke depan terdapat bagian rencana belanja modal, diantaranya Mesin hitung 1 unit, Scanner 1 unit, Televisi untuk nasabah 1 unit, Mading kaca & accessories, Kursi karyawan 3 unit, Komputer 3 unit untuk marketing, Meja manager 1 unit, Meja slip/ kwitansi. Hal tersebut menunjukkan terbatasnya sarana operasional). Keterbatasan kapasitas SDM pengelola (terutama pada bagian marketing yang merangkap sebagai account officer yang hanya terdiri dua orang) Kurang controlling dan bantuan dari pengurus terhadap pengelola (dari hasil wawancara diketahui bahwa waktu untuk bertemu dengan para pengurus BMT hanya 1 s.d 2 bulan sekali dan hanya dihadiri oleh manager) BMT belum mampu mengembangkan usaha nasabah pembiayaannya, baru sebatas membantu keperluan modal dan pemenuhan kebutuhan nasabah
107
STRATEGI S - O STRATEGI W – O STRATEGI S - T STRATEGI W – T
Membuat berbagai produk yang lebih inovatif dan mempertahankan pelayanan prima, sehingga loyalitas nasabah tetap terjaga. Meningkatkan kegiatan promosi dengan cakupan wilayah yang lebih luas (Bogor – Jakarta) Membuat kegiatan sosial yang ditujukan untuk daerah sekitar dalam rangka beramal baik dan mempertahankan persepsi positif masyarakat.
Membuat kegiatan yang melibatkan seluruh nasabah, sehingga nasabah yang memiliki track record yang baik dapat berbagi solusi keberhasilan usahanya. Mengikutsertakan pengelola khususnya account officer dalam kegiatan pelatihan, sehingga lebih cermat dalam mengelola resiko kredit yang dihadapi Memaksimalkan pemanfaatan waktu yang dimiliki saat pertemuan dengan pengurus dan lebih memperat hubungan. Diharapkan kedekatan yang terjalin, pengurus akan lebih peduli dengan BMT.
Meningkatkan pengelolaan risiko strategis, dengan mempertahankan keunggulan yang dimiliki dan menjadikan kelemahan kompetitor sebagai keunggulan BMT. Melanjutkan promosi dan syi'ar ekonomi Islam yang telah dilakukan (seperti dari pabrik ke pabrik dan sekolah ke sekolah) dengan syi'ar dari majlis ta'lim ke majlis ta'lim. Dan melaksanakan kegiatan sosial yang disertai syi'ar ekonomi Islam.
Meningkatkan kapasitas SDM yang dimiliki dengan menyesuaikan asset yang dimiliki. BMT sebaiknya memperkuat modal anggotanya agar lebih optimal dalam pemberian pinjaman. Karena perolehan dana dari sumber pinjaman luar telah optimal. Dibutuhkan pendampingan usaha (capacity building) berupa manajemen dan pemasaran untuk mengembangkan usaha, selain bantuan modal yang dibutuhkan dan adanya variasi tingkat kebutuhan dan kemampuan UKMK.
Sumber: Data diolah, 2010
G. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEBERHASILAN BMT BERKAH MADANI CIMANGGIS
1. Validitas dan Reliabilitas
Untuk mendapatkan data yang akan dilakukan penyebarannya kepada 80
responden, peneliti terlebih dahulu melakukan try out angket yang dibagikan kepada
30 responden unutk menguji validitas dan reliabilitas dari seluruh pernyataan dalam
angket. Angket dibagi menjadi empat variabel, yaitu variabel keberhasilan, rasa
108
memiliki, manajerial yang baik dan jaringan. Dimana setiap variabel utama tersebut
terdiri dari beberapa kisi-kisi pernyataan / indikator.
Tabel 4.5
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Squared Multiple
Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted Saya merasa BMT Berkah Madani Cimanggis telah berhasil untuk membantu menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan produktivitas masyarakat kecil.
47,37 14,171 ,616 . ,827
Saya merasa BMT telah berhasil untuk memberikan keuntungan yang maksimal
47,67 14,851 ,527 . ,834
Saya merasa sebagai mitra yang dekat dengan pengelola BMT Berkah Madani
47,37 14,171 ,616 . ,827
Saya merasa peduli dengan berhasil atau tidaknya BMT Berkah Madani
48,13 12,671 ,433 . ,860
Saya merasa BMT Berkah Madani kedepannya akan berkembang dengan baik.
47,57 14,047 ,595 . ,827
Saya merasa tujuan BMT Berkah Madani Cimanggis untuk meningkatkan permodalan bagi masyarakat kecil telah berhasil
47,37 14,171 ,616 . ,827
Saya merasa peraturan tentang porsi nisbah bagi hasil yang ditetapkan sudah tepat.
47,60 15,559 ,377 . ,853
109
Saya merasa produk-produk yang ditawarkan BMT Berkah Madani memiliki persyaratan yang mudah dan ringan
47,67 14,851 ,527 . ,834
Saya merasa para pengelola BMT Berkah Madani Cimanggis telah optimal dan baik dalam bekerja
47,37 14,171 ,616 . ,827
Saya merasa puas dengan pelayanan BMT Berkah Madani Cimanggis
47,57 14,047 ,595 . ,827
Saya merasa pengawasan BMT Berkah Madani terhadap perkembangan usaha saya telah baik
47,67 14,851 ,527 . ,834
Saya merasa promosi yang telah dilaksanakan BMT Berkah Madani Cimanggis telah baik
47,57 14,047 ,595 . ,827
Dari hasil try out tersebut, diperoleh data yang menyatakan bahwa dari semua
pernyataan dalam angket yang diberikan kepada 30 responden hasilnya adalah valid
dan reliable, ini terbukti dengan nilai corrected item-total correlation masing-masing
item semuanya bernilai > 0,374 dan nilai cronbach’s alpha if item deleted masing-
masing item semuanya bernilai > 0,600.
110
2. Analisis Kolerasi Spearman
Tabel 4.6 Analisis Kolerasi Spearman
Correlations
Keberhasilan Memiliki Manajerial Jaringan
Spearman's rho Keberhasilan Correlation Coefficient 1,000 ,744(**) ,714(**) ,043
Sig. (2-tailed) . ,000 ,000 ,706
N 80 80 80 80
Memiliki Correlation Coefficient ,744(**) 1,000 ,538(**) ,053
Sig. (2-tailed) ,000 . ,000 ,642
N 80 80 80 80
Manajerial Correlation Coefficient ,714(**) ,538(**) 1,000 ,228(*)
Sig. (2-tailed) ,000 ,000 . ,042
N 80 80 80 80
Jaringan Correlation Coefficient ,043 ,053 ,228(*) 1,000
Sig. (2-tailed) ,706 ,642 ,042 .
N 80 80 80 80
a. Hipotesis:
Ho: Tidak ada hubungan (kolerasi) antara dua variabel atau angka kolerasi 0
Ha: Ada hubungan (kolerasi) antara dua variabel atau angka kolerasi tidak 0
Uji dilakukan dua sisi karena akan dicari ada atau tidak ada hubungan/ kolerasi,
bukan lebih besar/ kecil.
b. Pengambilan Keputusan:
Jika probabilitas > 0,05, maka Ho diterima.
Jika probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak.
111
c. Keputusan:
Angka pada output antara "memiliki" dengan "manajerial" adalah + 0,538.
Angka tersebut menunjukkan lemahnya hubungan antara "memiliki" dengan
”manajerial” (dibawah 0,5), sedang tanda '+" menunjukkan bahwa semakin tinggi
rasa memiliki BMT yang dimiliki nasabah, akan semakin tinggi tingkat manajerial
yang baik nya. Demikian sebaliknya, makin rendah rasa memiliki makin rendah pula
tingkat manajerial yang baik nya.
Sedangkan angka yang dihasilkan output antara "memiliki" dengan "jaringan"
adalah + 0,053. Angka tersebut menunjukkan lemahnya hubungan antara "memiliki”
dengan "jaringan" (diatas 0,5), sedangkan tanda '+" menunjukkan bahwa semakin
tinggi rasa memiliki maka semakin tinggi jaringan yang dimiliki. Demikian
sebaliknya, semakin rendah rasa memiliki maka jaringan juga semakin rendah.
Dan angka pada output antara "manajerial" dengan "jaringan" adalah + 0,228.
Angka tersebut menunjukkan lemahnya hubungan antara "keberhasilan dengan
"jaringan" (dibawah 0,5), sedang tanda '+" menunjukkan bahwa semakin baik
manajerial yang dimiliki BMT, akan semakin tinggi jaringan yang dimiliki. Demikian
sebaliknya, makin buruk manajerial BMT, maka makin rendah pula jaringan yang
dimilikinya.
Pada bagian kedua output (kolom Sig. (2-tailed)) pada Spearman, untuk
kolerasi variabel "memiliki" dengan "manajerial" didapat angka probabilitas 0,000.
Oleh karena angka tersebut dibawah 0,05, Maka Ho ditolak atau sebenarnya ada
hubungan yang signifikan antara rasa memiliki BMT dengan manajerial yang baik .
112
Sedangkan kolom Sig. (2-tailed) Spearman, untuk kolerasi variabel
"memiliki" dengan "jaringan" didapat angka probabilitas 0,642. Oleh karena angka
tersebut diatas 0,05, Maka Ho diterima atau sebenarnya tidak ada hubungan yang
signifikan antara rasa memiliki BMT dengan jaringan yang dimiliki.
Dan kolom Sig. (2-tailed) pada Sperman, untuk kolerasi variabel "manajerial"
dengan "jaringan" didapat angka probabilitas 0,042. Oleh karena angka tersebut
diatas 0,05, Maka Ho ditolak atau sebenarnya ada hubungan yang signifikan antara
manajerial BMT yang baik dengan jaringannya.
3. Analisis Regresi Linier Berganda
Tabel 4.7
Ringkasan Analisis Regresi Linier Berganda
Variabel Beta Deviasi Standar Nilai-t Prob
Konstanta (α) 1,372 ,730 1,880 ,064
Rasa memiliki ,187 ,057 3,297 ,001
Manajerian yang Baik ,217 ,025 8,699 ,000
Jaringan -,153 ,074 -2,068 ,042
Adjusted R2 = 0,636 ; R2 = 0,65 ; F = 47,028 ; Sig F = 0.000 Sumber: Data Primer, 2010
Dari hasil pengolahan didapat model persamaan regresi:
Y = 1,372 + 0,187X1 + 0.217X2 - 0,153X3
113
Dimana:
Y = Keberhasilan BMT
X1 = Rasa Memiliki
X2 = Manajerial yang baik
X3 = Jaringan
Dari persamaan regresi tersebut dapat dilihat bahwa variabel rasa memiliki
mempunyai koefisien sebesar 0,187. Besarnya koefisien tersebut menunjukkan
pengaruh positif yang berarti semakin tinggi rasa mamiliki maka semakin tinggi pula
tingkat keberhasilan BMT. Koefisien variabel manajerial yang baik sebesar 0,217
menunjukkan pengaruh positif yang berarti semakin tinggi manajerial yang baik
maka semakin tinggi juga tingkat keberhasilan BMT. Sedangkan koefisien jaringan
sebesar 0,153 menunjukkan pengaruh negatif yng berarti semakin tinggi jaringan
maka akan semakin rendah tingkat keberhasilan BMT.
Besarnya perubahan variabel keberhasilan BMT mampu dijelaskan oleh rasa
memiliki, manajerial yang baik dan jaringan sebesar 65% (R2 = 0,65). Variabel lain
yang menjelaskan variable keberhasilan BMT adalah sebesar 35%. Pengujian
hipotesis dilakukan dengan menggunakan Uji-F yang dibantu dengan program
statistic SPSS for Window Release 13. Pengujian dilakukan dengan taraf signifikasi
0.05 atau tingkat kepercayaan 95% dua sisi (2-tailed).
Analisis berikut merupakan jawaban dari perumusan masalah kedua yang
diformulasikan dalam hipotesis sebagai berikut:
114
Ha : bi ≠ 0 Variabel rasa memiliki, manajerial yang baik dan jaringan
berpengaruh terhadap keberhasilan BMT (dengan asumsi variabel lain
diabaikan dan konstan).
Dari uji F, didapat bahwa Fhitung sebesar 47,028, sedangkan Ftabel dengan
derajat kebebasan 0.05 (5%), dengan ketentuan numerator (pembilang = jumlah
variabel -1) atau 4-1 =3; dan numerator (penyebut = jumlah kasus – jumlah variabel)
atau 80-4 = 76, maka diperoleh Ftabel = 4,08.
Dengan hasil perhitungan angka Fhitung 47,028 > Ftabel sebesar 4,08. Maka
Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya terdapat hubungan linear antara rasa memiliki,
manajerial yang baik, jaringan dengan keberhasilan BMT.
115
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian, baik melalui hasil wawancara mendalam terhadap
pengelola BMT Berkah Madani Cimanggis, pengamatan langsung terhadap objek
penelitian, dan analisis dokumen laporan keuangan, maka penulis dapat
menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Pada bagian kedua output (kolom Sig. (2-tailed)) pada Spearman, untuk kolerasi
variabel "memiliki" dengan "manajerial" didapat angka probabilitas 0,000. Oleh
karena angka tersebut dibawah 0,05, Maka Ho ditolak atau sebenarnya ada
hubungan yang signifikan antara rasa memiliki BMT dengan manajerial yang
baik.. Sedangkan kolom Sig. (2-tailed) Spearman, untuk kolerasi variabel
"memiliki" dengan "jaringan" didapat angka probabilitas 0,642. Oleh karena
angka tersebut diatas 0,05, Maka Ho diterima atau sebenarnya tidak ada
hubungan yang signifikan antara rasa memiliki BMT dengan jaringan yang
dimiliki. Dan kolom Sig. (2-tailed) pada Sperman, untuk kolerasi variabel
"manajerial" dengan "jaringan" didapat angka probabilitas 0,042. Oleh karena
angka tersebut dibawah 0,05, Maka Ho ditolak atau sebenarnya ada hubungan
yang signifikan antara manajerial BMT yang baik dengan jaringannya.
116
2. Dengan angka R2 sebesar 0,650 yang berarti 65% Keberhasilan BMT dapat
dijelaskan oleh variabel Rasa memiliki, Manajerial yang baik dan Jaringan.
Sedangkan sisanya 35% dijelaskan oleh sebab-sebab lain. Secara umum besar
pengaruh variabel rasa memiliki, manajerial yang baik dan jaringan terhadap
keberhasilan BMT (R) sebesar 0.806, berarti mempunyai hubungan dengan
kategori “kuat”.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan BMT Berkah Madani Cimanggis
dapat dilihat dari beberapa analisis. Berikut ini adalah hasil dari masing-masing
analisis yang telah dilakukan:
a. Analisis Laporan Keuangan
Dari hasil analisis laporan keuangan diatas dapat disimpulkan bahwa salah
satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan BMT Berkah Madani Cimanggis
dari sisi ekonomi adalah kemampuannya dalam mengelola keuangan.
Terbukti dengan keadaan keuangan pada tahun 2007, 2008 dan 2009 yang
tergolong likuid dengan nilai rasio 1,10 pada tahun 2007, 1,06 pada tahun
2008 dan 1,16 pada tahun 2009. Tergolong solvabel dengan nilai 1,24 pada
tahun 2007, 1,14 pada tahun 2008 dan 1,17 pada tahun 2009. Dan memiliki
kemampuan menciptakan laba atau dengan rentabilitas yang baik.
b. Analisis Karakteristik
Secara keseluruhan karakteristik yang nasabah miliki mendukung
keberhasilan usaha mereka. Keberhasilan usaha para nasabah pembiayaan
akan memperlancar perputaran uang di BMT. Dengan kata lain faktor
117
selanjutnya yang mempengaruhi keberhasilan adalah karakteristik nasabah
pembiayaan BMT Berkah Madani Cimanggis.
c. Analisis Risiko
Dari hasil analisis risiko yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa salah satu
faktor yang mendukung keberhasilan BMT Berkah Madani Cimanggis adalah
kemampuaan BMT Berkah Madani Cimanggis untuk mengolah beberapa
risiko, diantaranya risiko pasar, risiko operasional, risiko likuiditas, risiko
reputasi, risiko strategis dan risiko kepatuhan. Sedangkan risiko kredit dan
risiko hukum belum dapat olah dengan baik.
d. Analisis Value and Attitude Anggota terhadap Bisnis
Dari hasil analisis diketahui bahwa kedekatan antara nasabah dengan
pengelola BMT Berkah Madani Cimanggis berdampak baik bagi attitude
nasabah dalam perkembangan bisnisnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
kedekatan antara nasabah dengan pengelola merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi keberhasilan BMT Berkah Madani Cimanggis.
e. Analisis Sistem Support Bisnis
Dari analisis ini diketahui bahwa sistem Information Technology (IT) yang
digunakan BMT Berkah Madani Cimanggis dan jalinan kerjasama bersama
Inkopsyah merupakan bagian dari faktor yang mempengaruhi keberhasilan
BMT Berkah Madani Cimanggis.
118
B. Saran
Beberapa saran yang penulis sampaikan berdasarkan hasil penelitian dengan
harapan BMT Berkah Madani Cimanggis dapat meningkatkan keberhasilan yang
telah dicapai, diantaranya dengan:
1. Agar menghasilkan analisa yang akurat dan tepat, dilaksanakan pelatihan
mendalam bagi para account officer.
2. Agar BMT dapat mengetahui secara pasti keadaan usaha nasabah dan nasabah
dapat sharing berbagai kendala yang dihadapi untuk mendapatkan solusi demi
kemajuan usahanya, dilaksanakan pengawasan usaha nasabah secara langsung
dan teratur oleh pihak BMT yang berkompetensi.
3. Agar mempererat hubungan baik antar nasabah dan antar nasabah dapat saling
bertukar pengalaman dan pikiran untuk perkembangan usaha serta memperluas
jaringan usaha. Dilaksanakan kegiatan yang diperuntukkan untuk pengembangan
usaha nasabah, seperti pelatihan usaha atau perkumpulan antara nasabah dan
pengelola BMT (pengajian ataupun arisan).
4. Agar peran BMT Berkah Madani Cimanggis untuk lebih mengembangkan usaha
nasabah, bukan hanya sekedar memberikan bantuan modal. Dibutuhkan
pendampingan usaha (capacity building) berupa manajemen dan pemasaran
untuk mengembangkan usaha, selain bantuan modal yang dibutuhkan. Dan perlu
diadakan variasi tingkat kebutuhan dan kemampuan UKMK. Dengan begitu akan
119
tercipta segmentasi yang menghasilkan ragam sistem pembiayaan yang cocok
untuk setiap kategori segmen UKMK.
5. Agar masalah keterbatasan dana dalam pemenuhan permohonan pembiayaan
dapat teratasi. Dengan kondisi BMT Berkah Madani Cimanggis yang telah
melaksanakan kerjasama keuangan dengan INKOPSYAH maupun instansi
perbankan dirasa telah maksimal sesuai kapasitas BMT yang jika dipaksakan
akan berdampak tidak baik. BMT Berkah Madani Cimanggis lebih memperkuat
permodalan anggotanya. Atau dapat diupayakan degan memberi batasan jumlah
nasabah pembiayaan, sehingga pemberian pinjaman pada nasabah yang ada dapat
dilakukan secara optimal sehingga hasilnya juga akan lebih optimal.
6. Agar mempertahankan persepsi positif masyarakat, diadakan acara sosial yang
ditujukan khususnya untuk masyarakat sekitar (Depok, Bogor dan Jakarta Timur).
7. Agar dapat meningkatkan nilai profitabilitas BMT Berkah Madani Cimanggis
dapat mengoptimalkan asset yang dimiliki.
8. Agar meningkatkan peformance mudharabah BMT Berkah Madani Cimanggis
maupun Lembaga Keuangan Syariah lainnya dapat melakukan beberapa hal
diantaranya:
a. Peningkatan kualitas preferensi Mudharib dalam menerima amanah.
b. Peningkatan kualitas transparansi dalam kontrak seperti penyusunan
kontrak yang lebih terperinci dan pemakaian benchmarking.
120
c. Penerapan standar akuntansi yang memadai, yaitu sistem akuntansi yang
selain sesuai dengan konsep syariah juga harus dapat menentukan level
resiko dari transaksi.
d. Untuk mengurangi resiko ketidakpastian usaha, Lembaga Keuangan Syariah
(LKS) memerlukan Lembaga Penjamin. Lembaga ini menjamin kelayakan
permohonan dan pengunaan dana, kelayakan produksi, kelayakan praktek
pemasaran dan kelayakan pengelolaan keuangan bagi pengusaha yang
mengajukan pembiayaan mudharabah.
121
DAFTAR PUSTAKA Agung Nugroho, Bhuono. Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian Dengan
Menggunakan SPSS. Yogyakarta: CV.Andi Offset, 2005. Baihaqi, Abd. Madjid dan Saifuddin A. Rasyid Paradigma Baru Ekonomi
Kerakyatan Sistem Syari'ah: Perjalanan Gagasan dan Gerakan BMT di Indonesia. Jakarta: Pinbuk, 2000
Bakhri, Mokh. Syaiful "BMT-MMU Sidogiri: Sukses Memasuki Dunia Lain", artikel
ini diakses pada 08 April 2010 dari http://www.pnm.co.id/content.asp?id=740&mid=54
Berkah Madani News diakses pada tanggal 12 Desember 2009 dari
www.berkahmadani.co.id Blochar, Chen dan Lin. Manajemen Biaya. Jakarta: Salemba Empat, 2000. Citrus, "Faktor Keberhasilan", artikel ini diakses pada 22 Juli 2010 dari
http://www.emfajar.net/chit-chat/faktor-keberhasilan/ Damsar, Pengantar Sosiologi Ekonomi. Jakarta: Kencana, 2009. Demodar, Gujarati. Ekonometrika Dasar, Penerjemah Sumarno Zain, PT Gelora
Aksara Pratama 1999 Djohanputro, Bramantyo. Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi. Jakarta: Penerbit
PPM, 2006. Faisal. "Profil Koperasi: KOPPONTREN Sidogiri: Kemandirian Ekonomi Pola
Syariah", artikel ini diakses pada 08 April 2010 dari http://jurnal.diskopjatim.go.id/index.php?option=com_content&view=articl&id=58:profil-koperasi-koppontren-sidogiri-kemandirian-ekonomi-pola-syariah&catid=37:edisi-april-2008
Fitriyani, Yeni. "Peranan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Dalam Permodalan
Usaha Kecil Mengenai Usaha Kecil Menengah (UKM)" Skripsi S1 Fakultas Syari'ah dan Hukum, Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2004.
122
Haidir. “Analisis Rasio Likuiditas, Rasio Solvabilitas, Rasio Profitabilitassebagai alat evaluasi kinerja koperasi : Suatu Tinjauan Aspek Keuangan Pada BMT-MMU Sidogiri-Pasuruan”. 2007
Indradie, Andri. "Kredit Mikro BRI Tambah Rp 1,2 Triliun". Artikel ini diakses pada
11 April 2010 dari http://www.kontan.co.id/index.php/keuangan/news/33528/Kredit-Mikro-BRI-Tambah-Rp-12-Triliun
Iqbal Gifari, Muhammad "Analisis Kesehatan BMT", artikel ini diakses pada tanggal
08 April 2010 dari http://www.mitrariset.com/2009/baitul-maal-wat-tamwil-bmt.html Jawapos.com. "Koperasi Sidogiri Beraset Rp 54 M", artikel ini diakses pada tanggal
08 April 2010 dari http://pasuruan.info/index.php?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=1650
Kahf, Monzer. Ekonomi Islam (Telaah Analitik terhadap Fungsi Sistem Ekonomi
Islam) Terjemahan Machnun Husein (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 1995).
Kamus Wikipedia Indonesia diakses pada 14 Februari 2010 dari http://wikipedia.org Kholid, Hendra "Lembaga Pengembangan Ekonomi Swadaya Masyarakat (Pinbuk
dan Ikopontern)", artikel ini diakses pada tanggal 08 April 2010 dari http://hendrakholid.net/bog/2009/05/26/pinbuk-dan-inkopontren-2/
Kristanto Bachtiar, Andi. "Strategi BMT Dalam Pemasaran dan Penyaluran Ijarah
Murni Menurut Perspektif Islam (Studi Kasus Pada LKS Berkah Madani Kelapa Dua)" Skripsi S1 Fakultas Syari'ah dan Hukum, Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.
Maharazi, Abdullah. "Peranan Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK) Dalam
Pengembangan Lembaga Keuangan Mikro Baitul Maal wat Tamwil (BMT)." Skripsi S1 Fakultas Syari'ah dan Hukum, Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007.
Masrahati. "Pengaruh Rasio Likuiditas, Leverage dan Profitabilitas Terhadap Return
Saham Pada Perusahaan", (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010).
Muhammad. Manajemen Dana Bank Syari'ah. Yogyakarta: EKONISIA, 2004.
123
Nachrowi D, Hardius Usman. Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Jakarta: LP FEUI, 2006.
Nursamsiah. "Konsep Pendistribusian Zakat dan Aplikasinya Pada Lembaga Amil
Zakat (Studi Kasus Baitul Maal Muamalat)" Skripsi S1 Fakultas Syari'ah dan Hukum, Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2005.
Prihatin Dwi Riyanti, Benedicta Kewirausahaan dari Sudut Pandang Psikologi
Kepribadian. Jakarta: Penerbit PT Grasindo, 2003. Rahman H, Maman. "Tinjauan Pendayagunaan Zakat (Studi Kasus Pada BMT BRI)".
Skripsi S1 Fakultas Syari'ah dan Hukum, Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007.
Ridwan, Muhammad . Manajemen Baitul Maal watamwil. Jogjakarta: UII Press,
2004 Rivai,Veithzal dan Andariia Permata. Credit Management Handbook. Jakarta:
Rajawali Pers, 2008. Rizky, Awalil BMT Fakta dan Prospek Baitul Maal wat Tamwil Yogyakarta:
Penerbit UCY Press, 2007 Rochaety, Etty.dkk. Metodologi Penelitian Bisnis dengan Aplikasi SPSS. Jakarta:
Mitra Wacana Media, 2007. Sakai, Minako. “Mendayagunakan Pembiayaan Mikro Islam”. Australia Indonesia
Governance Research Partnership, 2008. Santoso, Singgih. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: PT.Elex Media
Komputindo, 2000. Sartika, Tiktik. "Jaringan Kerjasama Kegiatan Usaha Kecil Menengah Dalam
Organisasi Koperasi". Media Ekonomi IX. NO.2 (Agustus 2003): h. 137-151 Soleh, M. "Peranan BMT Center Dalam Pemberdayaan Masyarakat". Skripsi S1
Fakultas Syari'ah dan Hukum, Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006.
Sudarsono, Heri. Bank dan Lembaga keuangan Syariah. Yogyakarta: EKONISIA,
2007. Sugitono. Metode penelitian bisnis. Bandung: Alvabeta, 2005.
124
Suryana. Kewirausahaan: Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju Sukses Edisi
Pertama, Jakarta: Salemba Empat, 2003. Tasmara, Toto. Etos Kerja Pribadi Muslim. Yogyakarta: DEW, 1995. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus
BesarBahasa Indonesia Edisi Kedua. Jakarta: Balai Pustaka, 1995. Vidyawati, Dini. "Peranan BMT Dalam Upaya Meningkatkan Pendapatan Pengusaha
Kecil (Studi Kasus Pada BMT Al-Karim – Pondok Indah Jakarta Selatan)" Skripsi S1 Fakultas Syari'ah dan Hukum, Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2004.
Wijaya, Toni. Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS. Yogyakarta: Penerbit
Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 2009. Weston, Fred dan Eugene, F.Brigham. Dasar-dasar Manajemen Keuangan Jilid I.
Jakarta: Erlangga, 1993. Yunus, Muhammad Bank Kaum Miskin: Kisah Yunus dan Grameen Bank Memerangi
Kemiskinan. Penerjemah, Irfan Nasution Cet.4. Depok: Marjin Kiri, 2007 Yusuf, Jopie. Analisis Kredit Untuk Account Officer. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 1995. "BMT Shar-e Perlu Ditiru" Republika. 28 Agustus 2009. "Yang Terinspirasi oleh Grameen Bank." Republika. 02 September 2009.