ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO...

87
ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA DENGAN PRODUKTIVITAS PERAIRAN DI PULAU LIRANG, MALUKU SKRIPSI PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN Oleh: IMAS ADI YUWONO NIM. 135080601111004 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017

Transcript of ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO...

Page 1: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA DENGAN PRODUKTIVITAS PERAIRAN DI PULAU LIRANG, MALUKU

SKRIPSI PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN

Oleh: IMAS ADI YUWONO

NIM. 135080601111004

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG 2017

Page 2: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

2

ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA DENGAN PRODUKTIVITAS PERAIRAN DI PULAU LIRANG, MALUKU

SKRIPSI PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Kelautan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Brawijaya

Oleh : IMAS ADI YUWONO

NIM. 135080601111004

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG 2017

Page 3: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

3

Page 4: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

i

PERNYATAAN ORISINILITAS

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Imas Adi Yuwono

NIM : 135080601111004

Prodi : Ilmu Kelautan

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi yang saya tulis ini benar-

benar merupakan hasil karya saya sendiri, dan sepanjang pengetahuan saya juga

tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain

kecuali yang tertulis dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil

penjiplakan (plagiasi), maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut,

sesuai dengan hukum yang berlaku di Indonesia.

Malang, 24 Mei 2017 Mahasiswa

Imas Adi Yuwono NIM 135080601111004

Page 5: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

ii

UCAPAN TERIMAKASIH

Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada beberapa pihak atas

dukungan dalam penyusunan laporan Penelitian Skripsi, sehingga penulisan laporan

ini diberi kelancaran dan kemudahan. Melalui kesempatan ini, penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Allah SWT, atas segala rahmat yang telah di berikan-Nya kepada kita semua

sehingga selama penyusunan laporan Penelitian Skripsi ini diberi kemudahan,

kelancaran dan selalu dalam lindungan-Nya.

2. Kedua orangtua saya yakni Yon Mulyono dan Sukarsih yang telah mendoakan,

memberi motivasi serta dukungan moril selama melakukan kegiatan laporan

Penelitian Skripsi ini.

3. Defri Yona, S.Pi., M.Sc. Stud., D.Sc selaku dosen pembimbing 1 yang telah

banyak meluangkan waktunya dalam memberikan pengarahan, bimbingan serta

ilmu selama penyusunan Laporan Penelitian Skripsi ini.

4. Dr. Dessy Berlianty, S.Si., M.Si selaku pembimbing pembimbing 2 yang telah

banyak meluangkan waktunya dalam memberikan pengarahan, bimbingan serta

ilmu selama penyusunan Laporan Penelitian Skripsi ini.

5. Prof. Dr. Ir Diana Arfiati, MS selaku Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,

Universitas Brawijaya, Malang.

6. Dr. Ir. Daduk Setyohadi, MP selaku Ketua Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya

Perikanan dan Ilmu Kelautan.

7. Feni Iranawati, S.Pi., M.Si., PhD selaku Ketua Program Studi Ilmu Kelautan.

Page 6: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

iii

8. Teguh Agustiadi, ST selaku Chief Scientist

Penelitian dan Obsevasi Laut di Pulau Lirang, Kabupaten Maluku Barat Daya.

9. Faradis, Firdaus, Wahyu, Supriyadi, Davitra, Zaki, Tino, Tomi, Naufal yang telah

memberikan kritik, saran dan dukungan moril dalam proses Penelitian Skripsi.

10. Teman-teman Atlantik 2013, Asisten Oseanografi, Asisten Zoologi, Asisten

Akustik Kelautan, MECPro (Marine Ecocultural Project), Marine Physiology (Mrs.

Dwi Chandra Pratiwi, S.Pi., M.Sc project 2015), JUVO (Java Upwelling Variation

Observation) tim 2015, Ekspedisi Maluku Barat Daya tim 2016.

11. Serta seluruh pihak yang ikut membantu, baik secara langsung maupun tidak

langsung dalam proses pelaksanaan Penelitian Skripsi ini.

Page 7: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

iv

RINGKASAN

IMAS ADI YUWONO (135080601111004). Analisis Distribusi Horizontal Nutrien Kaitannya dengan Produktivitas Perairan di Pulau Lirang, Maluku (di bawah bimbingan Defri Yona dan Dessy Berlianty).

Penelitian ini dilakukan di perairan Pulau Lirang, Maluku dan berfokus pada kajian mengenai analisis distribusi horizontal nutrien dan kaitannya dengan produktivitas perairan. Pulau Lirang yang terletak di Maluku ini merupakan pulau terluar yang tidak memiliki muara sungai sebagai sumber terbesar masukan nutrien ke laut. Adanya perbedaan di lokasi ini dapat mencirikan karakteristik sebaran nutrien yang berbeda. Keberadaan nutrien di perairan berpotensi dimanfaatkan bagi pertumbuhan fitoplankton. Oleh karenanya, keberadaan nutrien sangat penting bagi keberlangsungan proses ekologi di perairan Pulau Lirang, Maluku. Tujuan dari penelitian ini antara lain adalah (1) mengetahui karakteristik perairan (2) menganalisis pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas perairan menggunakan pendekatan rasio (N/P) dan rasio (N/Si) di perairan Pulau Lirang, Kabupaten Maluku Barat Daya, Maluku, Indonesia. Penelitian ini dilakukan pada 30 stasiun pengamatan menggunakan metode purposive sampling.

Berdasarkan penelitian ini, diperoleh hasil pengukuran karakteristik perairan di Pulau Lirang dari 30 titik stasiun pengamatan dimana nilai rata-rata suhu sebesar 29,8 ± 0,6 °C, nilai rata-rata salinitas 32,5 ± 0,4 o/oo dan nilai kecepatan arus yakni < 0,3 m/detik. Hasil tersebut memiliki kecenderungan yang sama dengan karakteristik massa air yang dibawa oleh Arus Lintas Indonesia (ARLINDO). Karakteristik perairan yang lain seperti sebaran pH sebesar 7,91 ± 0,65 serta DO sebesar 5,16 ± 1,19 mg/L masih berada dalam kisaran normal air laut. Hasil pengukuran nutrien diperoleh nilai rata-rata nitrat sebesar 0,015 ± 0,017 mg/L, fosfat sebesar 0,003 ± 0,004 mg/L dan silikat sebesar 0,084 ± 0,038 mg/L. Distribusi nitrat dan silikat cenderung tinggi di bagian selatan, berbeda dengan distribusi fosfat yang memiliki kecenderungan tinggi di bagian utara Pulau Lirang.

Hasil dari redfield ratio menunjukkan nilai rata-rata rasio N/P sebesar 13,45 sedangkan nilai rata-rata rasio N/Si sebesar 0,203. Secara umum rasio nutrien membentuk tiga kelompok persebaran yakni di atas garis ideal, mendekati garis ideal dan dibawah garis ideal. Hasil yang ditemukan pada rasio N/P menunjukkan konsentrasi nitrat mendominasi di sebagian besar stasiun pengamatan, sedangkan pada rasio N/Si menunjukkan konsentrasi silikat mendominasi di sebagian besar stasiun pengamatan. Penyebab variabilitas rasio N/P maupun N/Si dipengaruhi oleh tinggi rendahnya pemanfaatan dan sumber utama dari unsur nutrien sehingga kondisi rasio ideal di perairan Pulau Lirang hanya tercapai pada beberapa titik stasiun pengamatan. Penelitian ini menemukan bahwa adanya hubungan yang berbanding lurus antara nutrien dan produktivitas primer. Secara umum meningkatnya nilai nutrien sejalan dengan peningkatan produktivitas primer. Kondisi nutrien cenderung tinggi di bagian selatan menunjukkan kondisi produktivitas primer yang cenderung sama pada daerah tersebut. Hasil tersebut dibuktikan dengan persebaran di bagian selatan perairan Pulau Lirang menunjukkan produktivitas primer yang cukup tinggi berkisar antara 29,19-63,76 mgC/m3/jam.

Page 8: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada atas rahmat dan

karunianya, sehingga Laporan Skripsi yang berjudul Analisis Distribusi Horizontal

Nutrien Kaitannya Dengan Produktivitas Perairan Di Pulau Lirang, Maluku .

Penyusunan laporan ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh

gelar Sarjana Kelautan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas

Brawijaya.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penelitian, tidak terlepas dari peran

Balai Penelitian dan Observasi Laut (BPOL) dalam memfasilitasi segala kebutuhan

selama survei di Pulau Lirang, Maluku. Selain itu, dalam penyusunan Laporan Skripsi

masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan

saran yang membangun sehingga dapat menyempurnakan Laporan Skripsi ini.

Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Malang, 24 Mei 2017 Mahasiswa

Imas Adi Yuwono NIM. 135080601111004

Page 9: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

vi

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ORISINILITAS ................................................................................. i UCAPAN TERIMAKASIH ......................................................................................... ii RINGKASAN ........................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ................................................................................................ v

DAFTAR ISI ............................................................................................................ vi DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... viii DAFTAR TABEL ..................................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... x

1. PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 2

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 4

1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................................... 4

2. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 5

2.1 Nutrien ........................................................................................................ 5

2.1.1 Nitrogen ............................................................................................... 5

2.1.2 Fosfor .................................................................................................. 6

2.1.3 Silikon .................................................................................................. 8

2.2 Distribusi Nutrien ........................................................................................ 9

2.3 Karakteristik Perairan ............................................................................... 10

2.3.1 Suhu .................................................................................................. 11

2.3.2 Salinitas ............................................................................................. 11

2.3.3 Arus ................................................................................................... 12

2.3.4 Oksigen terlarut ................................................................................. 13

2.3.5 Derajat keasaman (pH) ...................................................................... 13

2.4 Produktivitas Perairan ............................................................................... 14

2.5 Arus Lintas Indonesia (ARLINDO) ............................................................ 15

2.6 Redfield Ratio Nutrien ............................................................................... 16

2.7 Penelitian Terdahulu ................................................................................. 18

3. MATERI DAN METODE PENELITIAN ............................................................... 20

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian ..................................................................... 20

Page 10: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

vii

3.2 Alat dan Bahan Penelitian ........................................................................ 23

3.2.1 Alat Penelitian ................................................................................... 23

3.2.2 Bahan Penelitian ............................................................................... 24

3.3 Materi Penelitian ....................................................................................... 25

3.4 Metode Penelitian ..................................................................................... 25

3.5 Teknik Pengambilan Data ......................................................................... 26

3.6 Diagram Alir Penelitian ............................................................................. 31

3.7 Analisis Data ............................................................................................ 32

3.8 Analisis Redfield Ratio .............................................................................. 33

3.9 Analisis Spasial ........................................................................................ 34

4. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................................. 35

4.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian............................................................... 35

4.2 Distribusi Parameter Oseanografi dan Arus Permukaan ........................... 37

4.2.1 Parameter Oseanografi ..................................................................... 38

4.2.2 Sebaran Arus Permukaan ................................................................. 43

4.3 Distribusi Horizontal Nutrien ..................................................................... 48

4.3.1 Sebaran Nitrat ................................................................................... 48

4.3.2 Sebaran Fosfat .................................................................................. 51

4.3.3 Sebaran Silikat .................................................................................. 54

4.4 Hubungan Rasio Nutrien .......................................................................... 59

4.4.1 Rasio N/P .......................................................................................... 59

4.4.2 Rasio N/Si ......................................................................................... 64

4.5 Hubungan antara Klorofil-a dan Produktivitas Primer................................ 68

5. PENUTUP .......................................................................................................... 71

5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 71

5.2 Saran ........................................................................................................ 71

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 72

LAMPIRAN ............................................................................................................. 76

Page 11: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Skema perumusan masalah .................................................................... 3

Gambar 2. Lokasi Penelitian di Pulau Lirang, Maluku ............................................. 20

Gambar 3. Pengambilan data primer dan sekunder ................................................ 27

Gambar 4. Diagram Alir Penelitian .......................................................................... 31

Gambar 5. Konsep diagram alir pengolahan data ................................................... 32

Gambar 6. Distribusi horizontal kualitas perairan di Pulau Lirang ........................... 38

Gambar 7. Pola sirkulasi arus permukaan pada 16 April 2016 ................................ 44

Gambar 8. Pola sirkulasi arus permukaan pada 17 April 2016 ................................ 45

Gambar 9. Pola sirkulasi arus permukaan pada 21 April 2016 ................................ 46

Gambar 10. Sebaran nitrat (mg/L) di perairan Pulau Lirang Maluku........................ 49

Gambar 11. Sebaran fosfat (mg/L) di perairan Pulau Lirang Maluku ....................... 52

Gambar 12. Sebaran silikat (mg/L) di perairan Pulau Lirang Maluku ...................... 55

Gambar 13. Sebaran Klorofil-a di perairan Pulau Lirang ......................................... 57

Gambar 14. Rasio nitrat dan fosfat (N/P) di Pulau Lirang Maluku ........................... 60

Gambar 15. Rasio nitrat dan Silikat (N/Si) di Pulau Lirang Maluku .......................... 64

Gambar 16. Sebaran produktivitas primer fitoplankton di perairan Pulau Lirang ..... 70

Page 12: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Koordinat Pengambilan Data Lapang ........................................................ 21

Tabel 2. Alat yang digunakan dalam penelitian ....................................................... 23

Tabel 3. Bahan yang digunakan dalam penelitian ................................................... 24

Tabel 4. Perangkat lunak yang digunakan dalam penelitian ................................... 25

Tabel 5. Parameter Fisika dan Kimia ...................................................................... 30

Tabel 6. Parameter Arus Permukaan ...................................................................... 30

Tabel 7. Kondisi umum perairan Pulau Lirang Maluku ............................................ 37

Page 13: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

1

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perairan Pulau Lirang merupakan perairan yang berada diantara Pulau Wetar

dan Pulau Alor. Secara administratif wilayah perairan bagian utara dibatasi dengan

Laut Banda, Pulau Wetar berada pada bagian Timur, di bagian selatan berhadapan

dengan Laut Timor, dan pada bagian barat dengan Pulau Flores. Wilayah tersebut

secara umum dipengaruhi oleh Arus Lintas Indonesia (ARLINDO). Masuknya

ARLINDO di perairan Pulau Lirang menyebabkan terbawanya massa air yang

mengandung nutrien sehingga berdampak pada sebaran nutrien di perairan. Perairan

Pulau Lirang dan sekitarnya memiliki beberapa kegunaan yaitu sebagai daerah

perikanan tangkap dan budidaya, pelabuhan kapal antar pulau serta permukiman

penduduk. Semua aktivitas tersebut berperan dalam menyumbangkan nutrien ke

dalam perairan.

Nutrien adalah unsur atau senyawa kimia yang digunakan untuk metabolisme

dan proses fisiologi organisme. Nutrien merupakan bahan makanan bagi fitoplankton,

dimana fitoplankton merupakan komponen utama rantai makanan bagi organisme

laut. Keberadaan nutrien dan fitoplankton merupakan salah satu indikator

produktivitas perairan (Simanjuntak, 2009). Sumber utama nutrien berasal dari

perairan itu sendiri yaitu melalui proses penguraian ataupun dekomposisi tumbuhan

dan organisme mati, serta sumbangan dari daratan melalui aliran sungai berupa

limbah industri yang mengandung senyawa organik (Simanjuntak, 2012).

Sirkulasi perairan di Pulau Lirang menyebabkan terbawanya massa air yang

mengandung klorofil-a dan nutrien. Hal tersebut berdampak pada sebaran nutrien di

perairan. Massa air ini mempunyai salinitas yang tinggi, suhu yang rendah dan kaya

Page 14: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

2

nutrien sehingga memberikan dampak posistif terhadap tingkat kesuburan perairan.

Kondisi ini memicu peningkatkan produktivitas primer. Sebaran nutrien pada perairan

juga dipengaruhi oleh intensitas cahaya. Nutrien dan intensitas cahaya akan

mempengaruhi tingkat klorofil-a dalam suatu perairan dan kelimpahan dari

fitoplankton. Produktivitas primer itu sendiri merupakan deskripsi kualitatif yang

menyatakan konsentrasi unsur hara yang terdapat di dalam suatu badan air dimana

jumlah bahan organik yang dihasilkan oleh organisme autotrof. Tingginya zat hara

akan memicu perkembangan fitoplankton di permukaan karena perkembangan

fitoplankton sangat erat kaitannya dengan tingkat kesuburan perairan (Abigail et al.,

2015).

Berdasarkan urairan diatas, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui

kondisi terkini dari konsentrasi nitrat, fosfat dan silikat yang terkandung dalam perairan

Pulau Lirang. Penelitian ini bertujuan untuk memahami pola distribusi nutrien dengan

menggunakan perbandingan (redfield ratio) antar nutrien karena diduga terjadi proses

pemanfaatan, regenerasi maupun remineralisasi nutrien di sepanjang kolom perairan.

Hal ini tentu dapat dijadikan sebagai informasi dan acuan dalam upaya monitoring

kesuburan perairan.

1.2 Rumusan Masalah

Pulau Lirang yang terletak di Maluku ini merupakan pulau terluar yang tidak

memiliki muara sungai, dimana lokasi ini dapat mencirikan karakteristik sebaran

nutrien yang berbeda. Masukan unsur hara ke dalam suatu perairan berasal dari

proses alami berupa erosi, fiksasi dari atmosfer, buangan sisa metabolisme

organisme dan dekomposisi bahan organik oleh bakteri. Proses non-alami, yakni

kegiatan manusia seperti industri, kegiatan rumah tangga, pertanian, perikanan dan

Page 15: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

3

pariwisata dari waktu ke waktu dimana meningkatkan nutrien N, P dan Si. Selain itu,

pengayaan nutrien ini disebabkan oleh adanya dekomposisi bahan organik menjadi

bahan anorganik (unsur hara atau nutrien) oleh detritivor. Secara sederhana,

perumusan masalah distribusi nutrien (N, P dan Si) di Pulau Lirang, Maluku dikaitkan

dengan indikator kesuburan berupa produktivitas perairan dengan pendekatan nilai

rasio nutrien di perairan seperti yang ditampilkan pada Gambar 1.

Keberadaan nutrien di perairan berpotensi dimanfaatkan untuk pertumbuhan

fitoplankton. Proses pemanfaatan ini mempengaruhi keberadaan unsur hara. Faktor

fisika perairan seperti arus memiliki potensi mempengaruhi keberadaan nutrien di

perairan. Keberadaan nutrien yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya

eutrofikasi atau peningkatan kesuburan perairan sehingga kualitas perairan menurun.

Demikian pula jika perairan mengalami kekurangan nutrien, hal tersebut akan

mengakibatkan terganggunya keseimbangan ekosistem dalam suatu perairan. Oleh

Masukan nutrien Parameter Oseanografi

Keberadaan Nutrien

Sebaran N, P dan Si

Indikator kesuburan

Kondisi Perairan

Gambar 1. Skema perumusan masalah

Page 16: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

4

karenanya, keberadaan nutrien sangat penting bagi keberlangsungan proses ekologi

di perairan Pulau Lirang, Kabupaten Maluku Barat Daya, Maluku, Indonesia.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang sudah dirumuskan, maka tujuan dilaksanakannya

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui karakteristik perairan Pulau Lirang, Maluku, Indonesia.

2. Menganalisis pola distribusi nutrien di perairan Pulau Lirang, Maluku, Indonesia.

3. Menganalisis kondisi produktivitas perairan menggunakan pendekatan rasio

(N/P) dan rasio (N/Si) di perairan Pulau Lirang, Maluku, Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat seperti

memberikan tambahan ilmu pengetahuan, wawasan dan informasi mengenai analisis

distribusi spasial nutrien dan kaitannya dengan produktivitas perairan di Pulau Lirang

Kabupaten Maluku Barat Daya, Provinsi Maluku. Selain itu, penelitian ini akan

berguna dalam memberikan informasi dasar kepada masyarakat di Pulau Lirang

bahwa kesuburan perairannya dapat dijadikan sebagai acuan dalam upaya

pengelolaan dan pelestarian sumberdaya perikanan dan kelautan. Guna mendukung

informasi dasar kepada masyarakat Pulau Lirang maka dalam penelitian ini, penulis

merumuskan hasil penelitian ke dalam poster infografik.

Page 17: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

5

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nutrien

Nutrien hanya bisa dimanfaatkan pada zona fotik namun beberapa faktor fisik

tertentu menghambat pemanfaatan zat hara ini. Proses terjadinya pencampuran yang

disebabkan oleh angin berupa turbulensi sehingga air yang kaya nutrien berpindah ke

arah zona eufotik. Proses tersebut diperlukan agar nutrien yang terdapat jauh di

bawah permukaan dapat dimanfaatkan (Hani, 2006). Zat hara merupakan zat-zat

yang diperlukan dan mempunyai pengaruh terhadap proses dan perkembangan hidup

organisme. Zat hara yang menjadi fokus perhatian di lingkungan perairan adalah nitrat

dan fosfat. Kedua unsur ini memiliki peran yang vital bagi pertumbuhan fitoplankton

atau alga yang biasa digunakan sebagai bioindikator kualitas air dan tingkat

kesuburan suatu perairan (Utami et al., 2016). Hal ini sejalan dengan penelitian

terdahulu oleh Nybakken (1992), menyatakan bahwa nutrien anorganik utama yang

diperlukan fitoplankton untuk tumbuh dan berkembang biak adalah nitrogen dalam

bentuk nitrat (NO3) dan fosfor dalam bentuk fosfat (PO4), sehingga dapat dikatakan

unsur nitrat dan fosfat merupakan faktor pembatas bagi produktivitas fitoplankton.

2.1.1 Nitrogen

Nitrogen yang terdapat di laut terdiri dari beberapa bentuk, antara lain nitrat,

amonia dan nitrit. Senyawa nitrogen ini sangat dipengaruhi kandungan oksigen bebas

dalam air. Kadar oksigen yang rendah mengakibatkan nitrogen bergeser ke arah

amonia sedangkan saat kadar oksigen tinggi maka nitrogen bergeser ke arah nitrat.

Distribusi horizontal nitrat menunjukkan nilai yang semakin tinggi ke arah pantai.

Namun, konsentrasi nitrat pada lapisan eufotik ditentukan oleh transfer advektif dari

Page 18: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

6

nitrat ke lapisan permukaan, oksidasi amonia oleh mikroba dan pemanfaatan oleh

produsen primer (Hutagalung and Rozak, 1997). Konsentrasi nitrat di suatu perairan

diatur dalam proses nitrifikasi. Nitrifikasi adalah proses oksidasi amonia yang

berlangsung dalam kondisi aerob menjadi nitrit dan nitrat yang merupakan proses

penting dalam siklus nitrogen. Oksidasi amonia (NH3) menjadi nitrit (NO2) dilakukan

oleh bakteri Nitrosomonas dan oksidasi nitrit (NO2) menjadi nitrat (NO3) dilakukan oleh

bakteri Nitrobacter. Kedua jenis bakteri ini adalah bakteri kemotrofik yaitu bakteri yang

mendapatkan energi dari proses kimiawi (Effendi, 2003).

Nitrat adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami dan merupakan nutrien

utama bagi pertumbuhan tanaman dan algae. Kadar nitrat di perairan yang tidak

tercemar biasanya lebih tinggi daripada kadar amonia. Kadar nitrat pada perairan

alami hampir tidak pernah lebih dari 0,1 mg/L. Kadar nitrat yang melebihi 0,2 mg/L

dapat mengakibatkan terjadinya eutrofikasi perairan (Effendi, 2003). Senyawa nitrat

pada umumnya berada dalam kondisi terlarut sebagai hasil metabolisme organisme

laut dan hasil pembusukan. Bentuk nitrat yang berupa molekul-molekul protein

terdapat pada organisme mati kemudian diuraikan menjadi bahan organik oleh bakteri

pengurai. Menurut Hani (2006), nitrat merupakan salah satu nutrien di laut yang

digunakan sebagai penyusun jaringan lunak plankton dan pembentukan protoplasma.

2.1.2 Fosfor

Fosfat yang terkandung dalam air laut baik dalam bentuk terlarut maupun

tersuspensi, keduanya berada dalam bentuk anorganik dan organik. Fosfat anorganik

yang terkandung dalam air laut umumnya berbentuk ion asam fosfat (H3PO4). Berkisar

10% dari fosfat anorganik dalam bentuk ion PO43- dan sebagian besar (90%) dalam

bentuk HPO42-. Secara umum kandungan fosfat meningkat terhadap kedalaman.

Page 19: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

7

Kandungan fosfat yang rendah dijumpai di permukaan air sedangkan kandungan

fosfat yang lebih tinggi ditemui pada kolom perairan yang lebih dalam (Hutagalung

and Rozak, 1997). Menurut Saeni (1989), senyawa fosfor organik terdapat dalam

bentuk asam nukleat, fosfolipid, gula fosfat dan senyawa lainnya. Fosfat adalah salah

satu unsur penting yang dibutuhkan untuk mendukung kehidupan di perairan. Fosfat

bersumber dari erosi tanah, buangan limbah industri, buangan kotoran hewan serta

pelapukan batuan. Sebagian besar pencemaran yang disebabkan oleh fosfor berasal

dari adanya senyawa deterjen di perairan (Bakti, 1991).

Fosfat dimanfaatkan oleh fitoplankton selama proses fotosintesis. Ketika

fitoplankton mati, fosfor organik dengan cepat berubah menjadi fosfat melalui proses

fosforilases. Proses dekomposisi fitoplankton yang mati juga berperan dengan

bantuan bakteri untuk menghasilkan fosfor anorganik. Orthofosfat merupakan bentuk

fosfor yang dapat dimanfaatkan secara langsung oleh tumbuhan akuatik, sedangkan

polifosfat harus mengalami hidrolisis membentuk orthofosfat terlebih dahulu, sebelum

dapat dimanfaatkan sebagai sumber fosfor. Setelah masuk ke dalam tumbuhan,

misalnya fitoplankton, maka fosfat organik mengalami perubahan menjadi bentuk

organofosfat (Effendi, 2003). Menurut Goldman (1983), secara umum kandungan

ortofosfat di perairan alami tidak lebih dari 0,1 mg/L dimana apabila terdapat

kandungan yang cukup tinggi atau melebihi kebutuhan normal organisme maka terjadi

eutrofikasi. Hal ini memungkinkan terjadinya keadaan air yang anaerob sehingga

menyebabkan kematian massal organisme perairan seperti contohnya adalah ikan.

Tinggi rendahnya kandungan fosfor dalam perairan, sering menjadi pendorong

dominasi fitoplakton tertentu. Elemen fosfor bila dibandingkan dengan nitrogen

merupakan elemen yang paling langka, hal didasari karena perbandingan N:P

diasimilasi laut sekitar 16:1 untuk mendukung pertumbuhan fitoplankton.

Page 20: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

8

2.1.3 Silikon

Silikon atau silika (Si) adalah salah satu unsur yang tidak ditemukan dalam

bentuk elemen bebas di alam tetapi berikatan dengan oksigen dan elemen lain

(Effendi, 2000). Silikon di laut sebesar 50 % terdapat dalam bentuk silikat (SiO3). Zat

organik dalam diatom mengandung lebih dari 60% SiO3. Distribusi silikat tergantung

dari lokasi dan kedalaman perairan. Distribusi silikat di perairan pantai biasanya lebih

tinggi daripada di laut terbuka. Silikat yang berasal dari sungai nantinya mengalami

penurunan konsentrasi di muara sebelum menuju ke laut. Konsentrasi silikat semakin

besar dengan bertambahnya kedalaman (Millero and Sohn, 1992). Keberadaan silikat

dalam suatu perairan erat kaitannya dengan kehadiran fitoplankton (Indra, 2002).

Menurut Hani (2006), fitoplankton dari kelas Bacillariophyceae (diatom) sangat

membutuhkan silikat untuk membentuk cangkang tubuhnya.

Lokasi dan kedalaman suatu perairan menjadi faktor penyebaran unsur silikat.

Secara umum perairan pantai memiliki kadar silikat yang lebih tinggi bila dibandingkan

dengan perairan lepas pantai karena akibat dari aktivitas dari daratan (Sidjabat, 1973).

Kandungan silikat di permukaan diakibatkan karena adanya aktivitas biologi dari

diatom dan beberapa radiolaria. Kandungan silikat yang berasal dari sungai turun

menuju ke laut terbuka sehingga terjadi pertumbuhan diatom, interaksi dengan bahan-

bahan lain hingga kandungan silikat mengendap berupa partikel silikat di aliran sungai

(Millero and Sohn, 1992). Penurunan kadar silikat di laut dapat disebabkan oleh

cepatnya pemanfaatan silikat oleh diatom untuk membentuk cangkang (Indra, 2002).

Menurut Raymont (1980), menyatakan bahwa kadar silikat yang tinggi di lepas pantai

terjadi akibat adanya turbulensi air ke lapisan permukaan sehingga kadarnya dapat

berkisar antara 1-1,5 mg/L. Konsentrasi rata-rata dari silikat terlarut di laut kurang lebih

Page 21: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

9

1 mg/L, tetapi kandungan silikat dapat berubah dari rendah di permukaan atau laut

dangkal hingga sekitar 4 mg/L di laut dalam.

2.2 Distribusi Nutrien

Pola distribusi horizontal nutrien di permukaan pada daerah dekat dengan

pantai mengalami penurunan ke arah lepas pantai. Kondisi ini kaitannya dengan

limbah yang berasal dari daratan yang mengandung nutrien seperti nitrat, fosfat dan

silikat. Kecenderungan nilai nutrien yang semakin tinggi kearah dekat pantai

memperlihatkan pengaruh daratan yang lebih kuat. Kondisi nutrien di perairan tidak

terpola dengan teratur yang disebabkan adanya pengaruh pola dan arah arus berbeda

tiap waktu dan kedalaman (Simanjuntak, 2009).

Pengaruh dari daratan (human anthropogenic) diduga meningkatkan

konsentrasi nitrat di pesisir. Selain dari daratan, ada mekanisme lain dimana nutrien

di pesisir seperti nitrat, fosfat dan silikat meningkat yaitu melalui submarine

groundwater discharge (SGD). Mekanisme ini terjadi melalui aliran air tawar, air payau

dan air laut dari daratan menuju laut dan sebaliknya hingga beberapa puluh meter dari

permukaan. Secara umum distribusi horizontal nitrat, fosfat dan silikat pada

kedalaman 25 m masing-masing berkisar 0,05-0,5 µg at/l, 0,025-0,30 µg at/l dan 0,05-

0,65 µg at/l (Hamzah et al., 2015).

Menurut Zhang et al., (2014), sedimen merupakan tempat penyimpanan dan

pelepas material ke kolom air di perairan muara dan pantai. Senyawa fosfor yang

terikat di sedimen mengalami dekomposisi dengan bantuan bakteri melalui proses

abiotik menghasilkan senyawa fosfat terlarut dapat mengalami difusi kembali ke dalam

kolom air. Menurut Utami et al., (2016), selain berkaitan dengan kecepatan arus yang

tinggi, tingginya konsentrasi fosfat juga berkaitan dengan adanya pergerakan arus

Page 22: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

10

yang menjauhi daratan. Arus laut memiliki peran, pada proses penyebaran zat hara

diantaranya adalah nitrat dan fosfat. Hal ini dikarenakan arus laut membawa partikel

massa air dari satu tempat ke tempat lainnya (Latief, 2002). Menurut Aziz and Muchtar

(2001), estuari merupakan sumber nutrien di perairan laut. Secara umum konsentrasi

nutrien di muara akan lebih tinggi dan akan menjadi lebih rendah ketika menuju arah

laut lepas.

Nitrat merupakan bentuk utama terlarut dari senyawa nitrogen yang banyak

ditemukan di estuari. Konsentrasi nitrat di sepanjang sungai sampai estuari lebih tinggi

dibandingkan dengan di laut. Hal tersebut lebih dikarenakan oleh sumber nitrat yang

berasal dari daratan (Burton and Liss, 1976). Menurut Hamzah and Saputro (2013),

bahwa tinggi rendahnya nitrat juga sangat tergantung pada kandungan oksigen

terlarut. Apabila kadar oksigen rendah, maka keseimbangan bergerak menuju

ammonia, sedangkan pada saat kadar oksigen tinggi keseimbangan bergerak menuju

nitrat. Adanya konsentrasi nitrat yang berada di bawah TDL (Theoritical Dilution Line)

mengindikasikan tidak terjadinya proses denitrifikasi di estuari. Pengaruh musim juga

sangat menentukan konsentrasi nitrat. Pengambilan sampel pada musim kemarau

memiliki potensi hasil yang berbeda dengan yang didapatkan jika pengambilan

sampel dilakukan pada musim penghujan, dimana input daratan lebih besar sehingga

konsentrasi nutrien juga lebih besar.

2.3 Karakteristik Perairan

Perairan Pulau Lirang memiliki karakteristik perairan tersendiri apabila ditinjau

dari letak geografis yang berada di wilayah Indonesia bagian timur. Selain itu, perairan

ini memiliki batas wilayah diantaranya Laut Banda pada bagian utara, Laut Timor pada

bagian selatan, Pulau Romang pada bagian timur dan Pulau Flores pada bagian barat.

Page 23: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

11

Karakteristik perairan yang dimaksud dalam penelitan ini antara lain suhu, salinitas,

arus, oksigen terlarut dan derajat keasaman (pH). Secara keseluruhan parameter

oseanografi yang tersebut diatas memiliki pengaruh secara langsung dan tidak

langsung terhadap nilai nutrien yang terdapat di dalam suatu perairan.

2.3.1 Suhu

Suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam mengatur

proses kehidupan dan penyebaran organisme termasuk fitoplankton. Tinggi

rendahnya suhu air berkaitan dengan besarnya intensitas cahaya matahari yang

masuk ke perairan, karena intensitas cahaya yang masuk menentukan derajat panas

dalam suatu perairan. Semakin banyak sinar matahari yang masuk maka suhu

semakin tinggi, sehingga dengan bertambahnya kedalaman mengakibatkan suhu

menurun (Welch, 1980).

Effendi and Susilo (1998), menyatakan bahwa pengaruh suhu sebagai

pembatas terjadinya fotosintesis secara langsung menentukan konsentrasi dan

distribusi klorofil-a. Secara umum tinggi rendahnya suhu pada suatu perairan terutama

pada lapisan permukaan dipengaruhi oleh radiasi matahari.

2.3.2 Salinitas

Menurut Nybakken (1992), salinitas adalah jumlah gram garam terlarut di

dalam satu kilogram air. Hal ini menggambarkan garam garam terlarut dalam satu

kilogram air laut dan dinyatakan dalam satuan perseribu (ppt). Menurut Indra (2002),

pola sirkulasi, penguapan, curah hujan dan aliran sungai mempengaruhi sebaran

salinitas perairan. Salinitas air laut mempunyai hubungan yang erat dengan proses

evaporasi, bila proses evaporasi tinggi maka salinitas di perairan juga tinggi karena

Page 24: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

12

adanya garam-garam yang terkonsentrasi. Namun, berbanding sebaliknya jika curah

hujan tinggi maka konsentrasi salinitas dalam air laut pada umumnya menurun.

Distribusi salinitas di perairan pantai atau muara dipengaruhi oleh masukan air

tawar yang berasal dari sungai. Daerah pantai mengalami penurunan salinitas dapat

terjadi akibat adanya masukan air tawar yang masuk dari muara sungai. Apabila pada

bagian hulu sungai di sekitar pantai mendapatkan banyak bahan organik (limbah)

maka masukan air sungai ini juga mengindikasikan adanya masukan hara. Salinitas

juga dapat memperlihatkan pola arus yang bergerak menuju suatu daerah perairan,

sehingga salinitas diduga dapat mempengaruhi pola penyebaran terhadap kandungan

unsur hara di laut (Indra, 2002).

2.3.3 Arus

Menurut Wibisono (2011), secara umum arus laut merupakan gerakan massa

air laut ke arah horizontal dalam skala besar. Namun, terdapat juga arus yang

bergerak secara vertikal. Arus laut dipengaruhi banyak faktor salah satu faktor yang

mempengaruhi yakni tiupan angin musim. Selain itu, faktor suhu permukaan air laut

yang selalu berubah ubah juga dapat mempengaruhi arus laut. Perubahan tekanan

udara yang terjadi tiap musimnya selalu berubah ubah, sehingga menimbulkan arah

tiupan angin yang berbeda beda dimana Indonesia terdapat dua musim antara angin

musim barat dan musim timur.

Secara sederhana arus dapat diartikan sebagai sirkulasi massa air dari satu

tempat ke tempat lain. Arus berperan aktif dalam mempengaruhi proses-proses

biologi, kimia serta fisika dalam spektrum ruangan dan waktu yang terjadi di lautan.

Sebagai salah satu pengaruh proses kimia yakni persebaran nutrien yang terjadi di

laut (Latief, 2002).

Page 25: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

13

2.3.4 Oksigen terlarut

Oksigen terlarut dalam suatu perairan laut dibedakan dalam bentuk dua

senyawa yaitu senyawa terikat dan sebagai molekul bebas. Senyawa terikat oksigen

di dalam laut meliputi NO3-, NO2

-, PO43-, CO2, CO3

2- dan senyawa-senyawa lainnya,

sedangkan molekul bebas di dalam perairan laut adalah O2 (Indra, 2002). Sumber

oksigen terlarut diperairan berasal dari difusi udara dan hasil fotosintesis oleh

organisme nabati yaitu fitoplankton dan tumbuhan air. Oksigen dikonsumsi oleh

tumbuhan akuatik dan hewan secara terus-menerus pada aktivitas respirasi

(Goldman, 1983).

Penurunan kadar oksigen dalam air laut diakibatkan oleh faktor faktor seperti

kenaikan suhu, proses respirasi, masuknya limbah organik, meningkatnya salinitas

dan proses dekomposisi bahan organik oleh mikroorganisme. Adanya dekomposisi

bahan organik akibat masuknya limbah oraganik dapat menghasilkan dan

meningkatkan unsur hara di perairan, sehingga secara tidak langsung oksigen terlarut

mempengaruhi proses regenerasi unsur hara di dalam air (Wardoyo, 1975).

2.3.5 Derajat keasaman (pH)

Derajat keasaman (pH) merupakan faktor lingkungan yang mengendalikan

fitoplankton terutama pada proses pengambilan nutrien, kesetimbangan nutrien (CO2,

P, dan N) serta kesetimbangan logam beracun. Air laut merupakan penyangga yang

baik terhadap perubahan pH (asam basa) yang disebabkan oleh aliran air tawar dari

sungai (Susanti, 2001).

Keberadaan unsur hara di laut secara tidak langsung dapat dipengaruhi oleh

perubahan nilai pH. Seperti hubungan dengan tinggi dan rendanya kandungan

oksigen terlarut di laut. Hal ini tentunya mempengaruhi kegiatan mikroorganisme

Page 26: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

14

dalam proses dekomposisi bahan organik, salah satunya yaitu terjadi proses

denitrifikasi berupa proses mikrobiologi dimana ion nitrat dan nitrit diubah menjadi

molekul nitrogen (N2). Produksi akhir dari proses tersebut menghasilkan gas inert

yang tidak dapat digunakan secara langsung, akibatnya kandungan unsur hara yang

dapat dimanfaatkan menurun (Odum, 1993).

2.4 Produktivitas Perairan

Informasi mengenai produktivitas primer perairan penting diketahui

sehubungan dengan peranannya sebagai penyedia makanan (produser) dalam

ekosistem perairan, serta perannya sebagai pemasok kandungan oksigen terlarut di

perairan. Tingkat produktivitas primer suatu perairan memberikan gambaran apakah

suatu perairan cukup produktif dalam menghasilkan biomassa tumbuhan, terutama

fitoplankton, termasuk pasokan oksigen yang dihasilkan dari proses fotosintesis yang

terjadi, sehingga mendukung perkembangan ekosistem perairan. Produktivitas

perairan yang terlalu tinggi dapat mengindikasikan telah terjadi eutrofikasi, sedangkan

yang terlalu rendah dapat memberikan indikasi bahwa perairan tidak produktif

(Hariyadi et al., 2010).

Produktivitas primer adalah laju penyimpanan energi sinar matahari oleh

aktivitas fotosintetik (terutama tumbuhan hijau atau fitoplankton) ke bentuk bahan

organik yang dapat digunakan sebagai bahan makanan. Kesuburan suatu perairan

pada hakekatnya ditentukan oleh besamya produktivitas perimer perairan tersebut.

Sementara itu yang memegang peran penting dalam produktivitas primer adalah

fitoplankton sebagai produsen primer (Odum, 1993). Menurut Erlina (2006),

produktivitas perairan ditentukan oleh laju proses dan tingkat produksi perairan yang

dihasilkan. Dalam kaitan tersebut, kualitas air berguna untuk menentukan tingkat

Page 27: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

15

kelayakan bagi kelangsungan hidup ikan dan biota air makanannya serta tingkat

produktivitas perairan yang dapat didukungnya. Sesuai dengan peranan tersebut di

atas, maka untuk setiap sifat fisika-kimia air akan mempunyai batas-batas kelayakan

serta tingkat kemampuannya dalam mendukung tingkat produktivitas perairannya.

Fitoplankton berperan penting dalam mengontrol siklus karbon dan bioelemen

lainnya di perairan. Bioelemen terpenting terdiri dari nitrogen dan fosfat dimana kedua

unsur bioelemen ini ketersediaannya di perairan bervariasi dan saling mempengaruhi

dalam memberikan kontribusi bagi produktivitas primer fitoplankton (Adiwilaga et al.,

2008). Selain itu, dalam menentukan produktivitas perairan klorifl-a dapat menjadi

petunjuk dari produktivitas perairan itu sendiri. Hal ini sejalan dengan yang

disampaikan oleh Trisakti et al., (2003), bahwa kandungan klorofil-a dapat digunakan

sebagai ukuran banyaknya fitoplankton pada suatu perairan tertentu dan dapat

digunakan juga sebagai petunjuk produktivitas perairan.

2.5 Arus Lintas Indonesia (ARLINDO)

Arus lintas Indonesia (Arlindo) adalah aliran massa air yang berbentuk arus

laut dari Samudera Pasifik menuju Samudera Hindia dan mengalir menuju kawasan

timur kepulauan Indonesia. Hal ini disebabkan perairan Indonesia yang terletak di

perairan Asia Tenggara, merupakan perairan yang relatif terbuka ke arah Samudera

Pasifik namun tertutup terhadap perairan Samudera Hindia. Kondisi tersebut

memungkinkan massa air dari Samudera Pasifik secara bebas masuk ke perairan

Indonesia dibandingkan dengan massa air Samudera Hindia (Cahyaningrum, 2009).

Menurut Ilahude and Gordon (1996), terdapat dua kemungkinan jalur lintasan masuk

Arlindo ke perairan Indonesia, yaitu melalui jalur barat (utama) dan jalur timur

(sekunder). Jalur utama Arlindo dimulai dari sebelah Mindanau, bergerak ke laut

Page 28: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

16

sulawesi, kemudian ke Selat Makassar, masuk ke Laut Flores dan Laut Banda. Pintu

masuk Arlindo lainnya adalah dari Laut Maluku dan Laut Halmahera. Aliran Arlindo

pada kedua perairan ini kemudian memasuki Laut Seram dan Masuk ke Laut Banda.

Perairan Indonesia tak dapat dipisahkan dari pengaruh dinamika regional di

Samudera Pasifik dan Samudera India. Akibat dari pengaruh ini aliran Arlindo

mengalami variasi mulai dari periode musiman, antar musiman sampai antar tahunan.

Fenomena Iklim seperti ENSO (El-Nino Southern Oscillation) yang terjadi di barat

Pasifik juga memegang peranan penting dalam variabilitas Arlindo. Sementara itu di

Samudera India berasosiasi dengan sistem muson dan fenomena Dipole Mode (Saji

et al., 1999). Variabilitas musiman maupun tahunan diakibatkan oleh arah angin yang

berubah mengikuti sistem muson Australia-Asia (Australasia). Transpor maksimum

pada berbagai lokasi seperti Selat Makassar, Selat Lombok, Selat Ombai, Laut Sawu

dan dari Laut Banda ke Samudera India terjadi pada saat bertiupnya angin muson

tenggara antara Juli September dan minimum saat muson barat laut antara

November Februari (Umasangaji, 2006).

2.6 Redfield Ratio Nutrien

Menurut Hamzah et al., (2015), menyatakan bahwa untuk mengetahui

produktivitas perairan, maka digunakan pendekatan rasio nitrat dan fosfat (N/P) serta

nitrat dan silikat (N/Si). Redfield ratio adalah salah satu prinsip akuatik biogeokimia

yang berdasar pada hubungan antara komposisi organisme dan kandungan kimia

dalam air. Menurut Redfield (1958), menyimpulkan bahwa komposisi unsur dari

plankton dengan variasi anorganik seperti C, N dan P dalam air laut dimana hampir

seluruhnya bersumber dari sintesis atau dekomposisi bahan organik. Ahli geokimia

dan ahli biologi menentukan nilai numerik dari redfield ratio secara berbeda. Ahli

Page 29: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

17

geokimia menggunakan stoikiometri C: N: P dengan nilai 105: 15: 1 yang berdasar

pada kovarians nitrat, fosfat dan kontribusi non kalsit terhadap total anorganik C di

perairan laut dalam, sedangkan ahli biologi menggunakan rasio 106: 16: 1

berdasarkan pada analisis fleming dari rata-rata komposisi unsur organisme laut

(Geider and La Roche, 2002).

Awalnya rasio Redfield hanya memperhatikan perbandingan antara karbon:

nitrogen: fosfor (C: N: P) yaitu 106: 16: 1, kemudian Brzenzinski (1985),

menambahkan silikon dalam perhitungannya sehingga perbandingan keempat unsur

C: N: Si: P tersebut adalah 106:16:15:1. Tingginya nilai rasio C menunjukkan bahwa

unsur C menjadi kebutuhan utama sedangkan nilai nutrien yakni N: Si: P bervariasi

dengan unsur N memiliki nilai tertinggi karena dibutuhkan dalam jumlah yang besar

oleh fitoplankton. Geider and La Roche (2002), rasio redfield C: N yang digunakan

dalam oseanografi untuk perhitungan dari produksi nutrien serta digunakan untuk

perhitungan produktivitas berdasar elemen zat hara. Rasio Redfield N: P yakni 16: 1

sering digunakan sebagai patokan untuk membedakan batasan N dari batasan P, dan

diperkirakan menetapkan batas atas rasio nitrat: fosfat dalam lautan. Hal ini

mengasumsikan bahwa fitoplankton dalam suatu perairan akan memiliki N terbatas

jika nilai rasio N: P < 16 sedangkan P terbatas pada nilai rasio N: P > 16. Batas 16: 1

sering dikaitkan dengan terbatasnya unsur P dari terjadinya proses fiksasi oleh gas

N2, seperti yang pertama dihipotesiskan Oleh Redfield (1934). Menurut Giovannoni

and Stingl (2005), meskipun rasio Redfield sangat stabil di laut dalam, fitoplankton

memiliki variasi yang besar dari komposisi unsur C: N: P serta strategi hidup mereka

memainkan peran dalam rasio C: N: P. Hal ini telah membuat beberapa peneliti

berspekulasi bahwa Rasio Redfield mungkin merupakan persyaratan umum rata-rata

daripada spesifik untuk pertumbuhan fitoplankton

Page 30: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

18

2.7 Penelitian Terdahulu

Penelitian ini dilakukan tidak terlepas dari penelitian-penelitian terdahulu yang

pernah dilakukan sebagai bahan perbandingan dan kajian. Metode pengambilan dan

analisa sampel air dalam penelitian ini menggunakan Niskin Water Sampler volume 3

L secara horizontal dan spektofometer SPUV-26 dengan panjang gelombang tertentu

untuk mendapatkan nilai aborbansinya. Hal ini sejalan dengan apa yang dilakukan

oleh Hamzah et al., (2015), bahwa metode pengambilan sampel air dengan

menggunakan rossette bottle volume 8 L yang terangkai dalam alat CTD

(Conductivity, Temperature, Depth). Prinsip kerja dari alat tersebut adalah sama,

namun pada Rossette bottle penggunaannya secara otomatis bersamaan dengan

CTD sedangkan Niskin Water Sampler penggunaannya secara manual. Kemudian,

analisa sampel juga dilakukan di laboratorium dengan mengukur konsentrasi nutrien

menggunakan spektrofotometer SPUV-26 untuk mendapatkan nilai absorbansinya.

Menurut penelitian Sonnekus et al., (2016), bahwa dalam penyajian data

nutrien dengan membuat plot antara nitrat dan fosfat dengan menampilkan garis lurus

yang merupakan garis ideal N:P = 16:1 (Redfield ratio) sedangkan titik yang tersebar

pada grafik merupakan keseluruhan data dari kedua unsur tersebut. Software yang

digunakan yakni SigmaPlot 12.0 (Systat Software, Inc. 2011). Hal tersebut sejalan

dimana penyajian data dalam penelitian ini menggunakan Ocean Data View Software

(ODV). Menurut Hamzah et al., (2015), analisa data yang tersaji nantinya berupa profil

Redfield Ratio dengan menghitung rasio (N/P) dan rasio (N/Si) dimana hasil yang

diperoleh berupa grafik sumbu X dan Y sesuai dengan perbadingan diantaranya rasio

(N/P) dan rasio (N/Si). Hasil analisa menunjukan bahwa nitrat merupakan nutrien

dominan dibandingkan nutrien lainnya dengan nilai rasio N/P=3,83-37,99 dan

N/Si=0,12-10,98.

Page 31: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

19

Menurut penelitian Muchtar (2012), penelitian distribusi fosfat, nitrat dan silikat

di perairan kepulauan Natuna dengan menggunakan KR Baruna Jaya VIII, dilakukan

pada bulan April 2011. Kadar fosfat, nitrat dan silikat diukur dengan metode

spektrofotometri. Tujuan penelitian adalah untuk mengkaji distribusi zat hara fosfat

nitrat dan silikat yang merupakan indikator kesuburan untuk kehidupan biota laut.

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kadar fosfat dilapisan permukaan perairan

Pulau Subi, Bunguran dan Pulau Laut masing-masing berkisar antara 0,04-0,22 µg

A/l, 0,04- 0,18 µg A/l dan 0,04-0,13 µg A/l, dengan rata-rata 0,11 µgA/l, 0,08 µgA/l dan

0,07 µg A/l. Kadar nitrat berkisar antara 0,31-4,90 µg A/l, 0,23-2,29 µg A/l dan 0,14-

0,32 µg A/l dengan rata-rata 1,90 µgA/l, 0,78 µg A/l dan 0,22 µg A/l dan kadar silikat

berkisar antara 2,97-5,35µg A/l, 2,28-4,85 µg A/l dan 2,28-3,57 µg A/l degan rata-rata

4,49 µgA/l, 3,62 µg A/l dan 3,02 µg A/l.

Menurut penelitian Simanjuntak (2012), penelitian kualitas air laut di perairan

Banggai, Sulawesi Tengah telah dilakukan pada bulan Juni-Juli 2011 dengan

menggunakan kapal riset Baruna Jaya VIII. Tujuan penelitian ini untuk meneliti

kualitas air ditinjau dari kandungan zat hara yang merupakan indikator kesuburan

perairan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya di perairan Banggai, Sulawesi

Tengah. Metode penelitian yang digunakan adalah pengambilan air laut dari lapisan

permukaan (0-1 m), tengah (20-100 m) dan dekat dasar (100-200 m) pada 14 stasiun

penelitian. Kadar fosfat, nitrat dan silikat dianalisis menurut metode Strickland dan

Parsons. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kadar zat hara pada umumnya

lebih tinggi di sebelah selatan perairan ini. Kadar fosfat berkisar 0,53 5,93 µg A/l;

nitrat 0,34 28,31 µg A/l, dan silikat 0,69 44,60 µg A/l. Kadar oksigen terlarut berkisar

2,30 4,90 ml/l, dan nilai pH 7,85 8,21.

Page 32: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

20

3. MATERI DAN METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 3 hari yakni pada tanggal 16, 17 dan 21

April 2016. Pengambilan data didapatkan dari hasil survei dan observasi (Ekspedisi

Serambi Tanah Air 2016) yang pernah dilakukan oleh mahasiswa bersama Balai

Penelitian Observasi Laut (BPOL) di Pulau Lirang, Desa Ustutun, Kecamatan Wetar

Barat, Kabupaten Maluku Barat Daya, Provinsi Maluku. Setelah dilakukan

pengambilan sampel air maka dilanjutkan dengan analisa laboratorium pada bulan

Mei 2016 di Laboratorium Kualitas Air milik Balai Penelitian Observasi Laut (BPOL) -

Bali. Pada bulan Januari 2017 dilakukan validasi dan permohonan data kualitas

perairan. Titik lokasi penelitian di Pulau Lirang, Maluku ditampilkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Lokasi Penelitian di Pulau Lirang, Maluku

Page 33: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

21

Data penelitian ini bersumber dari 30 titik koordinat pengambilan sampel yang

tesebar di sekeliling Pulau Lirang, Maluku. Penentuan lokasi pengambilan sampel

dilakukan dengan metode purposive sampling, dimana menentukan lokasi

pengambilan sampel berdasarkan tujuan dan sasaran penelitian (Sugiyono, 2012).

Penentuan lokasi sampel dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi daerah

penelitian, sehingga lokasi pengambilan sampel dapat mewakili daerah penelitian

secara keseluruhan (representatif). Stasiun pengamatan serta arah stasiun tersebut

dari Pulau Lirang disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Koordinat Pengambilan Data Lapang

Stasiun Pengamatan Longitude Latitude Arah dari Pulau

Lirang

LR-1 125.767 -7.9923 Timur Laut LR-2 125.78 -7.9945 Timur Laut LR-3 125.784 -8.0225 Timur LR-4 125.77 -8.0236 Timur LR-5 125.759 -8.0403 Tenggara LR-6 125.744 -8.0482 Tenggara LR-7 125.767 -8.0668 Tenggara LR-8 125.751 -8.05 Tenggara LR-9 125.744 -8.0597 Selatan

LR-10 125.746 -8.0929 Selatan LR-11 125.708 -8.0802 Selatan LR-12 125.69 -8.0447 Barat Daya LR-13 125.722 -8.0418 Barat Daya LR-14 125.721 -8.0155 Barat LR-15 125.683 -8.0027 Barat LR-16 125.664 -8.0028 Barat Laut LR-17 125.719 -7.9956 Barat Laut LR-18 125.71 -7.9721 Utara LR-19 125.684 -7.952 Barat Laut LR-20 125.74 -7.9513 Utara LR-21 125.771 -7.9615 Utara LR-22 125.766 -7.9735 Utara LR-23 125.762 -7.9923 Timur Laut

Page 34: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

22

Stasiun Pengamatan Longitude Latitude Arah dari Pulau

Lirang

LR-24 125.762 -8.0176 Timur LR-25 125.751 -8.0365 Tenggara LR-26 125.733 -8.0579 Selatan LR-27 125.731 -8.04 Barat Daya LR-28 125.728 -8.0165 Barat LR-29 125.727 -7.991 Barat Laut LR-30 125.742 -7.9707 Utara

Stasiun pengamatan pada waktu ke-1 yakni 16 April 2016 meliputi LR-1, LR-

14, LR-15, LR-16, LR-17, LR-18, LR-19, LR-20, LR-21 dan LR-22. Berbeda dengan

stasiun pengamatan pada waktu ke-2 yakni 17 April 2016 meliputi LR-2, LR-3, LR-4,

LR-5, LR-6, LR-7, LR-8, LR-9, LR-10, LR-11, LR-12 dan LR-13. Titik stasiun

pengamatan yang lain pada waktu ke-3 yakni 21 April 2016 meliputi LR-23, LR-24,

LR-25, LR-26, LR-27, LR-28, LR-29 dan LR-30. Secara keseluruhan stasiun

pengamatan yang disebutkan yakni berjumlah 30 titik lokasi penelitian. Seluruh lokasi

tersebut tersebar di sekeliling kawasan Pulau Lirang. Secara umum titik lokasi berada

pada arah mata angin seperti utara, selatan, timur dan barat. Stasiun pengamatan

perairan Pulau Lirang pada bagian utara meliputi LR-18, LR-19, LR-20, LR-21, LR-22

dan LR-30.

Namun, pada stasiun pengamatan yang lain bagian selatan Pulau Lirang yakni

LR-7, LR-9, LR-10, LR-11 dan LR-26. Kemudian, stasiun pengamatan perairan Pulau

Lirang pada bagian timur meliputi LR-1, LR-2, LR-3, LR-4, LR-5, LR-6, LR-8, LR-23,

LR-24 dan LR-25, sedangkan stasiun pengamatan perairan Pulau Lirang pada bagian

selatan antara lain LR-12, LR-13, LR-14, LR-15, LR-16, LR-17, LR-26, LR-27, LR-28

dan LR-29. Keseluruhan titik lokasi dipilih berdasarkan kondisi daerah penelitian yakni

Page 35: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

23

perairan laut Pulau Lirang yang memiliki strata berdasarkan kedalaman laut berupa

zona pesisir atau intertidal, zona laut dangkal serta zona laut lepas. Kondisi Pulau

Lirang yang memiliki bentuk Pulau memanjang dari utara ke selatan dan dikelilingi

perairan yang kondisinya bervariasi karena dipengaruhi oleh arah angin, jenis

gelombang dan pengaruh daratan yang berbeda menyebabkan perlunya pengambilan

sampel dengan mempertimbangkan kondisi fisik tersebut. Pengukuran parameter

kualitas air dilakukan pada 30 titik stasiun pengamatan dengan menggunakan alat

berupa Water Quality Checker (WQC-24) yang mencakup beberapa parameter

meliputi parameter fisika dan parameter kimia. Alat ini menggunakan sensor digital

yang diaplikasikan pada sampel air sehingga akan membaca karakteristik dari kualitas

air tersebut.

3.2 Alat dan Bahan Penelitian

3.2.1 Alat Penelitian

Terdapat beberapa alat yang digunakan selama penelitian ini berlangsung.

Alat-alat yang dimaksud merupakan alat milik mahasiswa dan Balai Penelitian dan

Observasi Laut (BPOL) dimana berfungsi untuk mempermudah proses penelitian

seperti yang ditampilkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Alat yang digunakan dalam penelitian

No Alat Fungsi

1 Water quality cheker (WQC-24)

Digunakan untuk mengukur suhu, pH, DO, salinitas

2 Niskin water sampler (kapasitas 3 liter)

Digunakan untuk mengambil sampel air secara horizontal

3 Spektrofotometer (SPUV-26)

Digunakan untuk mengukur absorbansi nutrien

4 Botol polietilen Digunakan untuk menyimpan sampel air 5 Cool box Digunakan untuk mendinginkan sampel air

Page 36: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

24

No Alat Fungsi

6 Kamera Digital (Canon IXUS 115 HS) Digunakan untuk dokumentasi kegiatan

7 GPSmap 60CSx Digunakan untuk mengetahui koordinat dan lokasi penelitian

8 Rubber boat Digunakan sebagai alat transportasi pengambilan data

9 Laptop (HP pavilion g4, Prosesor AMD Athlon) Digunakan untuk pengolahan data

3.2.2 Bahan Penelitian

Tedapat beberapa bahan yang digunakan selama penelitian ini berlangsung.

Bahan-bahan yang dimaksud merupakan bahan yang disediakan oleh Balai Penelitian

dan Observasi Laut (BPOL) dimana befungsi sebagai material pendukung yang

ditampilkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Bahan yang digunakan dalam penelitian

No Bahan Fungsi 1 Aquades Digunakan untuk mengkalibrasi alat 2 Air tawar Digunakan untuk membersihkan alat 3 Kertas label Digunakan untuk menandai sampel setiap stasiun 4 Es batu Digunakan untuk menjaga kondisi suhu sampel air 5 Plastik hitam Digunakan untuk membukus botol polietilen

6 Tissu Digunakan untuk membersihkan dan mengeringkan alat

Perangkat lunak yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari beberapa

portal data yang bersifat open access. Perangkat lunak yang dimaksud antara lain

adalah seperti yang ditampilkan pada Tabel 4.

Page 37: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

25

Tabel 4. Perangkat lunak yang digunakan dalam penelitian

No Bahan Fungsi

1 Ferret (NOAA/ PMEL)

Perangkat lunak dari NOAA (open access) yang digunakan untuk menampilkan pola sirkulasi arus permukaan

2 ODV (Ocean Data View)

Perangkat lunak yang digunakan untuk mengekstrak data .nc

3 Surfer versi 10 (32-bit)

Perangkat lunak yang digunakan untuk menampilkan pola distribusi kualitas air dan nutrien

4 ArcMAP 10.1 Perangkat lunak yang digunakan untuk menampilkan peta stasiun pengamatan

5 Minitab versi 17 Perangkat lunak yang digunakan untuk menampilkan rasio redfield nutrien

6 Microsoft Word dan Excel

Perangkat lunakan sebafi media dalam pengolahan data dan penulisan laporan penelitian

3.3 Materi Penelitian

Materi yang digunakan dalam penelitian ini berupa sampel air laut yang diambil

dari perairan Pulau Lirang, Maluku. Sampel air laut tersebut kemudian dibawa ke

Laboratorium Kualitas Air - BPOL untuk di analisa konsentrasi nitrat, fosfat dan silikat.

Parameter lingkungan yang diukur meliputi suhu, salinitas, oksigen terlarut dan pH.

Data lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Physical Ocean Model berupa

output model arus permukaan dari produk INDESO dan Biogeochemical Ocean Model

berupa output model persebaran nutrien.

3.4 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik

dengan pendekatan kualitatif, yaitu dengan mendeskripsikan atau memaparkan suatu

kondisi yang sesungguhnya dengan menganalisis hasil dari pengolahan data.

Penggunaan pendekatan ini disesuaikan dengan tujuan pokok penelitian yaitu

Page 38: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

26

menganalisis distribusi spasial nutrien kaitannya dengan produktivitas perairan di

Pulau Lirang, Maluku.

3.5 Teknik Pengambilan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data

sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari hasil pengukuran di

lapangan (in-situ) dan hasil analisa laboratorium (ex-situ). Data primer yang diperoleh

dari hasil pengukuran lapangan (in-situ) meliputi 4 parameter oseanografi diantaranya

suhu, salinitas, oksigen terlarut dan pH dengan menggunakan alat WQC (Water

Quality Checker) seperti yang ditampilkan pada Gambar 3a dan Tabel 5. Water

Quality Checker merupakan alat pengukur kualitas air digital digunakan untuk

mengukur beberapa parameter kualitas air laut seperti suhu, pH, oksigen terlarut,

salinitas, TDS (Total Dissolved Solid), dan Konduktivitas. Nilai-nilai tersebut

didapatkan dengan menyelupkan probe atau sensor dari WQC ke dalam permukaan

air laut pada kedalaman antara 0-1 meter. Alat WQC yang digunakan memiliki merek

TOA-DKK, SERI WQC-24 dimana sebelum penggunaan dilakukan kalibarasi untuk

menghindari kesalahan pengukuran akibat pengaruh dari pengukuran sebelumnya.

Kalibrasi yang dilakukan menggunakan aquades yakni larutan air yang memiliki

ukuran kualitas air yang netral atau normal.

Pengambilan sampel air dilakukan di permukaan air laut yang berada pada

zona eufotik yang masih terpapar sinar matahari. Sampel air diambil pada kedalaman

0-1 meter menggunakan Niskin Water Sampler. Alat ini digunakan untuk

mendapatkan sampel air secara vertikal dan horizontal. Namun, pada penelitian ini

sampel air yang diperoleh hanya secara horizontal pada bagian permukaan perairan.

Air sampel yang telah diambil di lapangan kemudian dimasukkan ke dalam botol

Page 39: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

27

Gambar 3. Pengambilan data primer dan sekunder

polietilen. Hal ini dimaksudkan untuk menghindarkan sampel air dari kontaminasi.

Botol sampel kemudian disimpan ke dalam cool box yang telah diberi es batu dengan

estimasi suhu 4°C sebelum dilakukan pengujian di laboratorium. Sampel nutrien

kemudian di analisa di laboratorium (ex-situ) diantaranya nitrat, fosfat dan silikat

menggunakan alat spektrofotometer SPUV-26 seperti yang ditampilkan pada Gambar

3b dan Tabel 5.

Keterangan: a) WQC-24 (Water Quality Checker) b) Spektrofotometer type SPUV-26 c) Website data sekunder arus permukaan http://www.indeso.web.id.

Analisis nutrien terdiri dari konsentrasi nitrat, fosfat dan silikat. Pengukuran

kandungan nitrat dalam air laut mengacu pada SNI 06-6989.31-2005, sedangkan

kandungan fosfat merujuk berdasarkan SNI 06-6989.31-2005. Analisis kandungan

silikat mengacu berdasarkan SNI 06-2477-1991 dan Grasshoff et al., (1999), dimana

seluruh analisis tersebut menggunakan alat berupa spektrofotometer SPUV-26

dengan data hasil terdapat pada Lampiran 5 dan Lampiran 6.

c)

a) b)

Page 40: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

28

Menurut SNI 6989.79:2011, senyawa nitrat dalam contoh uji direduksi menjadi

nitrit oleh kadmium (Cd) yang dilapisi dengan tembaga (Cu) dalam suatu kolom. Nitrit

total yang terbentuk bereaksi dengan sulfanilamid dalam suasana asam

menghasilkan senyawa diazonium. Senyawa diazonium kemudian bereaksi dengan

N-(1-naphthyl)-ethylenediamine dihydrochloride (NED) yang berwarna merah muda.

Senyawa azo ini ekivalen dengan senyawa diazonium yang ekivalen dengan nitrit

total. Warna merah diukur absorbansinya dengan spektrofotometer pada panjang

gelombang disekitar 543 nm. Pengujian ini digunakan untuk menentukan kadar nitrat

(NO3--N) dalam air secara spektrofotometri menggunakan kolom reduksi kadmium

dengan kisaran pengukuran 0,01 mg sampai 1,0 mg NO3--N/L dengan tebal kuvet

(path length) 1 cm atau lebih, pada panjang gelombang 543 nm. Kadar nitrat diperoleh

dengan mengkoreksi hasil total nitrit yang didapat dari hasil reduksi dengan hasil nitrit

yang diperoleh tanpa melewati kolom reduksi kadmium.

Menurut SNI 06-6989.31-2005, dalam suasana asam senyawa amonium

molibdat dan kalium antimonil tartrat bereaksi dengan ortofosfat membentuk senyawa

asam fosfomolibdat kemudian direduksi oleh asam askorbat menjadi kompleks biru

molibden. Pengujian ini digunakan dalam menentukan kadar fosfat dengan

spektrofotometer secara asam askorbat dalam contoh air dan air limbah pada kisaran

kadar 0,01 mg P/L sampai dengan 1,0 mg P/L pada panjang gelombang 880 nm.

Berbeda halnya dengan pengukuran silika menggunkan metode untuk mengetahui

besarnya kadar silika dalam air secara molibdat silikat dengan alat spektrofotometer

pada panjang gelombang 410 nm. Metode tersebut berdasar pada SNI 06-2477-1991

dan Grasshoff et al., (1999) dimana pengujian berupa air sampel yang menggunakan

metode pengujian kadar silika dengan alat spektrofotometer secara molibdat silikat.

Page 41: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

29

Selain itu, data sekunder dalam peneltian ini diperoleh melalui website data

yakni INDESO (Infrastructure Development of Space Oceanography) milik Balai

Penelitian dan Observasi Laut (BPOL) Bali seperti yang ditampilkan pada Gambar 3c

dan Tabel 6. Data yang dimaksud adalah Physical Ocean Model, dimana data model

fisika yang digunakan meliputi komponen U (Eastward Velocity) dan V (Nortward

Velocity) pada layer 1 (0,494 m) di bulan April 2016 yang berupa data mentah terdapat

pada Lampiran 8, Lampiran 9 dan Lampiran 10. Format file yang dihasilkan oleh

INDESO (Infrastructure Development of Space Oceanography) adalah NetCDF file

(.nc) dengan ukuran 236 megabytes. File tersebut memiliki data ruang dan waktu,

data ruang yang dimaksud adalah batasan longitude dan latitude yang meliputi area

penelitian ini sedangkan untuk waktu adalah tersedianya data selama 30 hari pada

bulan April 2016.

Penggunaan data arus permukaan yang diolah menggunakan software Ferret

mendukung dalam mengkaji pola distribusi nutrien (Hankin et al., 2007). Berbeda

dengan distribusi nutrien dan parameter oseanografi dalam menyajikan data berupa

kontur 2 dimensi dengan menggunakan software Surfer versi 10 (32-bit) (Keckler,

1995). Produktivitas perairan dalam penelitian ini ditinjau dengan membuat rasio

pembanding antara rasio nitrat dan fosfat (N/P) serta rasio nitrat dan silikat (N/Si)

(Hamzah et al., 2015). Penyajian data tersebut berupa grafik rasio dengan plot syntax

X dan Y dari masing-masing nutrien. Rasio redfield (kondisi ideal) di suatu perairan

digunakan berdasarkan molar nutrien seperti nitrat, fosfat dan silikat. Penyajian data

rasio menggunakan software Minitab versi 17 (Sonnekus et al., 2016).

Page 42: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

30

Tabel 5. Parameter Fisika dan Kimia

No Parameter Satuan Alat Metode Ket. Parameter Fisika Perairan

1 Suhu °C WQC-24 Pemuaian In-situ Parameter Kimia Perairan

2 Salinitas o/oo WQC-24

Konduktometri In-situ 3 pH - Potensiometri In-situ 4 DO mg/L Elektrometri In-situ

5 Silikat mg/L

Spektrofotometer SPUV-26

Molibdat Silikat Ex-situ

6 Nitrat mg/L Reduksi Kadmium Ex-situ

7 Fosfat mg/L Asam Askorbat Ex-situ

Tabel 6. Parameter Arus Permukaan

No Parameter Sumber Data Arus Permukaan

INDESO (Infrastructure Development of Space Oceanography)

1 U (Eastward Velocity) dan V (Nortward Velocity)

Nutrien 2 Nitrat, Fosfat dan Silikat

Page 43: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

31

3.6 Diagram Alir Penelitian

Langkah langkah yang harus dilalui dalam melakukan penelitian ini

digambarkan dalam diagram alir. Adapun diagram alir dari penelitian ini dapat dilihat

pada Gambar 4.

Analisis Distribusi Horizontal Nutrien Kaitannya Dengan Produktivitas Perairan

Di Pulau Lirang, Maluku Hasil

Penelitian

Teknik Pengambilan Data

Data Primer Data Sekunder

EX-SITU : - Nitrat (mg/L) - Fosfat (mg/L) - Silikat (mg/L)

Analisis Laboratorium

- U (Eastward Velocity) (m/detik) - V (Nortward Velocity) (m/detik)

Profil Horizontal Karakteristik Perairan

Gambar 4. Diagram Alir Penelitian

Profil Horizontal Nutrien

Profil Redfield Ratio

IN-SITU : - Suhu (°C) - Salinitas (o/oo) - pH

- DO (mg/L)

Data Lapangan

- Nitrat (mmol m-3) - Fosfat (mmol m-3) - Silikat (mmol m-3)

Analisis data sekunder

Analisis

Page 44: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

32

3.7 Analisis Data

Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa program untuk

mendukung penyajian pola distribusi nutrien di Pulau Lirang. Diagram pengolahan

data yang dimaksud tersaji pada Gambar 5.

Gambar 5. Konsep diagram alir pengolahan data

Mulai

Profil Horizontal

Karakteristik Perairan

Ferret (NOAA/PMEL)

Kontur 2 Dimensi dengan Metode Inverse

Distance Weighted (IDW)

Vektor (arah, kec)

Pola Distribusi Nutrien

Data Model INDESO Nutrien

Surfer versi 10 (32-bit)

Nitrat, Fosfat dan

Silikat

Data Insitu

Profil Horizontal

Nutrien

Input X (long), Y (lat),

Z (nilai)

Data Insitu

Surfer versi 10 (32-bit)

Redfield Ratio Nutrien

Data Model INDESO

Arus

Input X (long), Y (lat), Z

(konsentrasi)

Ferret (NOAA/PMEL)

Ratio N/P dan N/Si

Minitab versi 17

Plot syntax X

dan Y

Support analyzing

Sebaran rasio

nutrien Support analyzing

Page 45: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

33

3.8 Analisis Redfield Ratio

Analisis yang digunakan yaitu Refield Ratio, analisis ini memiliki fungsi dalam

mengetahui hubungan nutrien terhadap produktivitas perairan dengan menggunakan

rasio (perbandingan). Analisis nutrien menggunakan pendekatan rasio nitrit dan fosfat

(N/P) serta rasio nitrit dan silikat (N/Si). Menurut Hamzah et al., (2015), menyatakan

bahwa redfield hanya memperhatikan perbandingan antara karbon: nitrogen: fosfor

(C:N:P) yaitu 106:16:1, kemudian penelitian yang dilakukan oleh Brzenzinski (1985)

menambahkan silikon dalam perhitungannya sehingga perbandingan keempat unsur

(C:N:Si:P) tersebut adalah 106:16:15:1.

Menurut Hamzah et al., (2015), menyebutkan dalam penelitiannya bahwa rasio

terbagi menjadi 3 kelompok yaitu dibawah garis redfield ratio, mendekati garis redfield

ratio dan di atas garis redfield ratio. Berdasarkan teori tersebut maka dalam penelitian

ini secara umum rasio N/Si dibagi menjadi tiga kelompok yakni di atas garis ideal

(16:15) atau (1:1), mendekati garis ideal (16:15) atau (1:1) dan dibawah garis ideal

(16:15) atau (1:1). Rasio yang berada di atas garis (16:15) atau (1:1) menunjukkan

konsentrasi nitrat lebih besar daripada konsentrasi silikat atau dengan kata lain silikat

menjadi faktor pembatas. Rasio yang mendekati garis (16:15) atau (1:1) menunjukkan

rasio ideal dimana sesuai dengan redfield ratio bahwa N/Si adalah (16:15) atau (1:1)

dan rasio dibawah (16:15) atau (1:1) menunjukkan konsentrasi silikat yang lebih tinggi

dari konsentrasi nitrat atau dapat dikatakan nitrat sebagai faktor pembatas. Kondisi

rasio yang lain yakni rasio N/P memiliki pola persebaran nitrat yang sama dimana

terbagi menjadi 3 kelompok persebaran. Namun, yang menjadi pembeda yakni

redfield ratio N/P yaitu senilai 16:1.

Page 46: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

34

3.9 Analisis Spasial

Analisis spasial dalam penelitian ini menggunakan data yang berorientasi

geografis berupa X (lintang), Y (bujur) dan Z (konsentrasi nutrien). Penelitian ini

bertujuan untuk memperoleh 2 pola distribusi horizontal yakni karakteristik perairan

dan nutrien di perairan Pulau Lirang, Maluku. Karakteristik perairan yang dimaksud

antara lain seperti suhu, salinitas, oksigen terlarut, pH dan arus permukaan. Analisis

spasial karakteristik perairan dan nutrien dilakukan dengan interpolasi data dari

Sistem Informasi Geografis (SIG). Metode interpolasi yang digunakan adalah Inverse

Distance Wighted (IDW) mengacu berdasarkan SNI 7644:2010. Penelitian ini

menggunakan software Surfer versi 10 (32-bit) dalam mendukung penyajian basis

data spasial oseanografi berupa pola distribusi horizontal karakteristik perairan dan

nutrien.

Data spasial yaitu sebuah data yang berorientasi geografis, memiliki sistem

koordinat tertentu sebagai dasar referensinya dan mempunyai bagian penting

sehingga berbeda dengan data lain, yaitu informasi lokasi (spasial) dan informasi

deskriptif (attribut). Berdasarkan SNI 7644:2010 berkaitan dengan basis data spasial

oseanografi dimana metode Inverse Distance Wighted (IDW) pada perangkat lunak

Surfer versi 10 (32-bit) difungsikan sebagai interpolator dalam mengestimasi hasil

dengan bergantung pada parameter yang digunakan. Keuntungan menggunakan

metode ini adalah nilai hasil interpolasi terbatas pada nilai yang ada pada data sampel,

sehingga tidak akan ditemui nilai yang salah dari suatu data oseanografis. Hasil akhir

dari analisis ini adalah pola distribusi karakteristik perairan dan nutrien berupa kontur

berwarna dengan skala yang diperoleh dari nilai masing-masing data sampel.

Page 47: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

35

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian terletak di Pulau Lirang, Desa Ustutun, Kecamatan Wetar

Barat, Kabupaten Maluku Barat Daya, Provinsi Maluku seperti yang terdapat pada

Lampiran 1. Pulau Lirang satu diantara empat pulau di Kecamatan Wetar, Kabupaten

Maluku Barat Daya, Provinsi Maluku yang terletak di sebelah barat Pulau Wetar

- -batas wilayah Pulau Lirang diantaranya pada

bagian utara di batasi dengan Laut Banda, sedangkan pada bagian selatan di batasi

dengan Laut Timor dan pada bagian timur dibatasi dengan Pulau Romang sedangkan

pada bagian Barat di batasi degan Pulau Flores (KKP, 2017). Akses menuju Pulau Lirang tergolong ke dalam akses yang sulit, karena jalur

yang bisa dilalui adalah jalur udara dan jalur laut. Akses udara ditempuh dengan

menggunakan pesawat dari Kupang menuju Pulau Kisar, kemudian menggunakan

Speed Boat atau Kapal Perintis menuju Pulau Lirang. Akses melalui jalur laut

ditempuh menggunakan KM Sabuk Nusantara 43 yang merupakan kapal perintis

dengan jalur pelayaran Ambon-Kupang (2 kali dalam sebulan) dan KM Maumere II

dengan rute Kupang-Tepa (2 kali sebulan). Aksesibilitas Pulau Lirang yang terbatas

merupakan salah satu kendala perkembangan masyarakat Pulau Lirang terutama

dalam bidang ekonomi. Namun, akses pada saat penelitian menggunakan kapal riset

dan rubber boat digunakan dalam menjangkau titik-titik pengambilan sampel yang

tersebar di Pulau Lirang, Maluku.

Lokasi sampel dikunjungi dengan menggunakan alat transportasi yakni kapal.

Kondisi perairan Pulau Lirang yang memiliki kedalaman yang bervariasi terutama

pada bagian pesisir hingga laut lepas yang menyebabkan penggunaan kapal

Page 48: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

36

dibedakan berdasarkan kedalaman air lautnya. Kapal besar tidak bisa digunakan

melaui kawasan perairan yang dangkal sehingga digunakan rubber boat yang

terdapat pada Lampiran 2. Kondisi lingkungan pada saat pengambilan sampel air dan

data parameter lingkungan terpantau cerah dan berangin pada hampir seluruh stasiun

pengamatan. Kondisi laut pada saat pengamatan terpantau bergelombang dan arus

yang sedang hingga kuat, hal ini terlihat pada stasiun pengamatan yang terletak di

Selat Wetar meliputi LR-1, LR-2, LR-3, LR-21, LR-22 dan LR-23. Kondisi tersebut

dapat terlihat pada saat dilakukan penurunan Niskin Water Sampler yang terbawa

oleh arus permukaan. Namun, kondisi laut pada stasiun pengamatan yang lain

terpantau bergelombang dengan arus tenang hingga sedang seperti yang disajikan

pada Tabel 7.

Kondisi oseanografi pesisir dan laut di Pulau Lirang memiliki tipe umum yang

sama dengan daerah lainnya di Maluku. Menurut Rahmayani (2016), bahwa

kecepatan arus permukaan di perairan Pulau Lirang berkisar antara 0,04-0,24 m/detik

dengan rata-rata 0,13 m/detik berdasarkan hasil survei lapangan di Pulau Lirang oleh

Tim BPOL. Tinggi muka air laut di Pulau Lirang dapat mencapai 2,5 m di atas

permukaan datum 14 dm dan muka laut terendah hanya mencapai 0,1 m di atas

permukaan datum 14 dm. Rata-rata tidal range berkisar antara 0,9-2,4 meter.

Berdasarkan data BPOL tahun 2015, kondisi oseanografi di perairan Pulau Lirang

memiliki kondisi pasang surut tipe pasang campuran cenderung harian ganda

(predominantly semi diurnal tide). Ciri dari pasang surut ini adalah terjadi dua kali

pasang dan dua kali surut dimana pasang pertamanya selalu lebih besar dari pasang

kedua.

Page 49: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

37

Tabel 7. Kondisi umum perairan Pulau Lirang Maluku

Kode Stasiun Waktu Kondisi

Tanggal Jam Laut Meteorologi

LR-1, LR-14 s/d LR-16 dan LR-20

16-Apr-2016

09:56 WIT s/d 15:58

WIT

Gelombang dan arus terpantau

tenang hingga sedang

Kondisi cerah dan angin terpantau

tenang hingga sedang

LR-17 s/d LR-19 dan LR-21 s/d LR-22

Gelombang dan arus terpantau

sedang hingga kuat

Kondisi cerah dan angin terpantau

sedang hingga kencang

LR-2, LR-4 s/d LR-5, LR-7 s/d LR-9 dan LR-13

17-Apr-2016

07:14 WIT s/d 13:43

WIT

Gelombang dan arus terpantau

tenang

Kondisi cerah dan angin

terpantau tidak terlalu kencang

LR-3, LR-6, LR-10 s/d LR-12

Gelombang dan arus terpantau

sedang hingga kuat

Kondisi cerah dan angin terpantau kencang

LR-25 dan LR-28

21-Apr-2016

09:45 WIT s/d 15:11

WIT

Gelombang dan arus terpantau

tenang

Kondisi cerah dan angin terpantau

tenang hingga sedang

LR-23 s/d LR-24, LR-26 s/d LR-27 dan LR-29 s/d

LR-30

Gelombang dan arus

terpantau kuat

Kondisi cerah dan angin terpantau kencang

Keterangan: LR = Lirang ; 1-30 = Titik Lokasi ; WIT = Waktu Indonesia Bagian Timur

4.2 Distribusi Parameter Oseanografi dan Arus Permukaan

Penelitian ini menyajikan data berupa sebaran parameter oseanografi dalam

bentuk kontur secara horizontal. Pola distribusi yang di hasilkan oleh kontur berasal

dari data mentah dimana terdiri dari stasiun pengamatan yang berjumlah 30 titik pada

Lampiran 7. Data distribusi parameter oseanografi dalam penelitian ini diantaranya

sebaran suhu, salinitas, pH, oksigen terlarut dan arus permukaan.

Page 50: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

38

Gambar 6. Distribusi horizontal kualitas perairan di Pulau Lirang

4.2.1 Parameter Oseanografi

Analisis distribusi parameter oseanografi diolah dengan menggunakan data

pengukuran lapangan yang menghasilkan pola distribusi sehingga dapat digunakan

untuk mengetahui pola distribusinya seperti pada Gambar 6. Hasil pola distribusi pada

bulan April tahun 2016 adalah sebagai berikut :

a) b)

c) d)

Keterangan: a) Sebaran suhu (°C) b) Sebaran salinitas (o/oo) c) Sebaran DO (mg/L) d) Sebaran pH

Page 51: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

39

a) Sebaran Suhu

Rata-rata keseluruhan nilai suhu di perairan Pulau Lirang, Maluku yakni

sebesar 29,8 ± 0,6 °C. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Waileruny et al., (2014), rata-rata suhu permukaan pada bulan April 2014 di perairan

Maluku senilai 30,5°C. Berdasarkan sebaran suhu secara horizontal terlihat bahwa

suhu permukaan yang terdapat di perairan Pulau Lirang berkisar antara 28,8-31,5°C.

Secara umum sebaran suhu di perairan Pulau Lirang, Maluku terbagi menjadi dua

pattern yakni pada bagian utara dan bagian selatan seperti yang ditampilkan pada

Gambar 6a. Bagian utara di perairan Pulau Lirang memiliki suhu yang lebih tinggi bila

dibandingkan dengan bagian selatan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Tubalawony et al., (2012), dimana suhu permukaan laut pada bagian utara

perairan Flores, Lamakera dan Alor cenderung lebih tinggi bila dibandingkan dengan

bagian selatan perairan. Stasiun pengamatan yang terletak dibagian selatan

berhubungan dengan Laut Sawu. Karakteristik perairan tersebut cenderung sama

dengan perbedaan suhu pada penelitian ini. Hal ini diduga karena kedua lokasi ini

berada pada daerah lintasan Arlindo.

Menurut Gordon (2005), Arlindo yang mengalir melalui Selat Makassar

selanjutnya mengalami percabangan dimana sebagian masuk ke Samudera Hindia

melalui Selat Lombok dan sebagian lagi dibelokan ke arah timur menuju Laut Flores

dan Laut Banda sebagian masuk ke Laut Timor dan Selat Ombai kemudian menuju

ke Laut Sawu (Samudera Hindia). Menurut Ilahude and Gordon, (1996), suhu

permukaan di Laut Flores meningkat menjadi 28,2-29,0°C dan di Laut Banda menjadi

28,4-30,3°C. Hal ini menunjukkan bahwa persebaran suhu berada pada kisaran

karakteristik massa air yang dibawa Arlindo. Berdasarkan pemaparan di atas maka

Page 52: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

40

sebaran suhu di perairan Pulau Lirang memiliki keterkaitan dengan karakteristik

massa air yang berada pada perairan lintasan Arlindo.

b) Sebaran Salinitas

Rata-rata keseluruhan nilai salinitas di perairan Pulau Lirang, Maluku yakni

32,5 ± 0,4 o/oo. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Manembu

(2013), dimana rata-rata salinitas permukaan di perairan Maluku senilai 32 33o/oo.

Berdasarkan sebaran suhu secara horizontal bahwa salinitas yang terdapat di

perairan Pulau Lirang berkisar antara 31,7-33,6o/oo. Secara umum sebaran salinitas di

perairan Pulau Lirang, Maluku terbagi menjadi dua pattern yakni pada bagian timur

dan barat Gambar 6b. Sebaran salinitas pada bagian timur perairan Pulau Lirang lebih

rendah bila dibandingkan dengan bagian barat. Hal ini terjadi karena pada bagian

timur perairan Pulau Lirang berhadapan dengan Pulau Wetar yang membentuk suatu

Selat yakni Selat Wetar. Hal lain yang bisa di analisa karena adanya pengaruh dari

kedua daratan yakni Pulau Lirang dan Pulau Wetar sehingga salinitas yang ditemukan

cenderung lebih rendah.

Menurut Horhoruw et al., (2015), salinitas permukaan yang tinggi apabila

semakin memasuki perairan selat maka nilai salinitas dan densitas akan mengalami

penurunan. Namun, pada kondisi lain sebaran salinitas pada bagian barat Pulau

Lirang lebih tinggi bila dibandingkan dengan bagian timur. Hal ini terjadi karena

perairan Pulau Lirang di bagian barat berhadapan langsung dengan laut terbuka

sehingga indikasi kuat karena tingginya tingkat penguapan dan adanya sirkulasi arus

pemukaan menimbulkan kadar salinitas yang tinggi. Menurut Ilahude and Gordon

(1996), adanya perubahan kekuatan Arlindo mempengaruhi karakteristik massa air

yang dibawa oleh Arlindo. Sirkulasi lapisan permukaan pada bagian barat Laut Banda

Page 53: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

41

memiliki nilai salinitas permukaan perairan berkisar antara 34,2-34,6o/oo. Berdasarkan

pemaparan di atas maka sebaran salinitas di perairan Pulau Lirang memiliki

keterkaitan dengan karakteristik massa air yang berada pada perairan lintasan

Arlindo.

c) Sebaran Oksigen Terlarut

Rata-rata keseluruhan nilai DO di perairan Pulau Lirang, Maluku yakni sebesar

5,16 ± 1,19 mg/L. Hasil tersebut cenderung memiliki nilai yang tidak jauh berbeda

dengan data KKP (2017), bahwa rata-rata DO permukaan di perairan Maluku senilai

4,21 mg/L. Hal ini sama halnya dengan penelitian Simanjuntak and Kamlasi (2012),

bahwa nilai rata-rata DO di perairan Lamalera pada bagian permukaan (<5 meter)

sebesar 4,60 ± 0,18 sehingga menunjukkan nilai yang mendekati nilai DO di perairan

Pulau Lirang. Kisaran oksigen terlarut secara horizontal terlihat bahwa oksigen terlarut

yang terdapat di perairan Pulau Lirang berkisar antara 3,07-7,70 mg/L seperti yang

ditampilkan pada Gambar 6c. Secara umum sebaran DO di perairan Pulau Lirang,

Maluku terbagi menjadi dua pattern yakni pada sekitar Pulau (dekat daratan) dan

menjauhi Pulau (laut terbuka). Sebaran DO di sekitar Pulau Lirang menunjukkan nilai

yang lebih rendah, namun bila menjauhi Pulau cenderung lebih tinggi. Berdasarkan

pengamatan lapangan zona intertidal Pulau Lirang hampir secara keseluruhan di

tumbuhi oleh lamun dengan luasan ± 2 km menuju lepas pantai.

Tingginya vegetasi lamun di Pulau Lirang diduga menyimpan bahan-bahan

organik yang menyebabkan meningkatnya proses penguraian bahan-bahan organik

tersebut oleh kegiatan jazad renik yang banyak menggunakan oksigen. Menurut

Rochyatun and Tjutju (1998), bahwa nilai DO yang terendah umumnya diduga karena

kegiatan jazad renik dalam proses penguraian bahan-bahan organik. Hal ini sejalan

Page 54: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

42

dengan pernyataan Elfinurfajri (2009), dekomposisi bahan organik dan oksidasi bahan

anorganik dapat mengurangi kadar oksigen terlarut hingga mencapai nol (anaerob)

sehingga diduga menurunnya kadar oksigen dikarenakan adanya proses nitrifikasi.

Nitrifikasi yang merupakan proses oksidasi amonia menjadi nitrit dan nitrat adalah

proses yang penting dalam siklus nitrogen dan berlangsung pada kondisi aerob.

Oksidasi amonia menjadi nitrit dilakukan oleh bakteri Nitrosomonas dan oksidasi nitrit

menjadi nitrat dilakukan oleh bakteri Nitrobacter. Menurut Effendi (2003), aktivitas

fotosintesis dari fitoplankton atau jenis tumbuhan air, respirasi, dan limbah (effluent)

yang masuk kedalam badan air mempengaruhi ketersediaan oksigen terlarut di dalam

badan perairan. Namun, pada kondisi lain di laut terbuka memiliki pencampuran dan

pergerakan massa air yang tinggi, sehingga proses difusi antara air dan atmosfer di

udara juga semakin besar.

d) Sebaran pH

Rata-rata keseluruhan nilai pH di perairan Pulau Lirang, Maluku yakni 7,91 ±

0,65. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmayani (2016),

dimana pH permukaan di Pulau Lirang berada pada kisaran 6,69-8,5. Hal ini

menunjukkan bahwa nilai pH pada penelitian ini berada pada rentang nilai pH di

perairan Pulau Lirang, Maluku. Selain itu, penelitian lain yakni Simanjuntak and

Kamlasi (2012), menyebutkan bahwa nilai rata-rata pH di perairan Lamalera pada

bagian permukaan (<5 meter) sebesar 8,19 ± 0,02 sehingga menunjukkan nilai yang

mendekati nilai pH di perairan Pulau Lirang. Menurut Simanjuntak (2012), Derajat

keasaman (pH) dalam suatu perairan merupakan salah satu parameter kimia yang

penting dalam memantau kestabilan perairan. Perubahan nilai pH suatu perairan

terhadap organisme aquatik mempunyai batasan tertentu dengan nilai pH yang

Page 55: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

43

bervariasi. Berdasarkan sebaran pH secara horizontal terlihat bahwa pH yang

terdapat di perairan Pulau Lirang berkisar antara 4,77-8,41 seperti yang ditampilkan

pada Gambar 6d.

Secara umum sebaran pH di perairan Pulau Lirang cenderung memiliki nilai

yang stabil dengan pH normal yang berada dalam kisaran air laut. Hal ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Simanjuntak (2012), dimana pola sebaran pH

pada lapisan permukaan (0 1 m) di perairan ini menunjukkan bahwa nilai pH yang

diperoleh tidak jauh berbeda (>8,10) pada stasiun penelitian baik dekat pantai maupun

di lepas pantai. Namun, pada kondisi lain terdapat kondisi dimana sebagian nilai pH

relatif rendah. Menurut Hamzah and Saputro (2013), rendahnya nilai pH dalam suatu

perairan dapat juga diakibatkan oleh respiratory activity. Proses respirasi organisme

perairan melepas CO2 dalam suatu ekosistem perairan sehingga menyumbangkan

ion OH- serta proses oksidasi oleh tumbuhan mikro berdampak terhadap penurunan

nilai pH (Triyulianti et al., 2012). Selain itu, penurunan pH diduga terjadi akibat

banyaknya sampah di sekitar kawasan Pulau yakni Pulau Flores yang terbawa oleh

sirkulasi arus. Menurut Harley (2005), menyatakan bahwa pencemaran yang

disebabkan oleh zat organik mengakibatkan terjadinya proses pembusukan bakteri.

Bakteri akan menghasilkan asam organik sebagai hasil sampingan proses tersebut.

Asam yang dihasilkan mempengaruhi penurunan kondisi pH perairan. Hal ini dapat

menjadi dugaan mengapa nilai pada suatu lokasi di perairan Pulau Lirang mengalami

penurunan yang cukup signifikan.

4.2.2 Sebaran Arus Permukaan

Analisa hasil pola sirkulasi arus di perairan sekitar Pulau Lirang, Maluku diolah

dengan menggunakan data INDESO berupa nilai kecepatan dan arah arus.

Page 56: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

44

Kecepatan dan arah arus ini diuraikan komponennya menjadi komponen U (Timur-

Barat) dan V (Utara-Selatan) pada layer 1 (0,494 m) pada bulan April 2016. Hasil

perhitungan komponen U dan V ini disajikan dalam bentuk pola sebaran arus. Data

arus yang digunakan berdasarkan waktu pengambilan sampel yakni 16, 17 dan 21

April 2016. Hasil pola pergerakan dan kecepatan arus pada bulan April 2016 seperti

yang disajikan pada Gambar 7.

Gambar 7. Pola sirkulasi arus permukaan pada 16 April 2016

Keterangan: a) Sirkulasi arus perairan timur Indonesia b) Sirkulasi arus sekitar Pulau Lirang c) Current rose (arah arus permukaan). Sumber : INDESO (2016)

Hasil pola sirkulasi arus permukaan di sekitar perairan Pulau Lirang pada 16

April 2016 menunjukkan adanya dominasi pergerakan arus dari arah barat laut menuju

barat daya seperti yang ditampilkan pada Gambar 7a dan Gambar 7c. Kemudian

dapat dilihat dari utara Pulau Lirang pergerakan arus bergerak dari arah barat laut

dimana arus dibelokkan sebagian menuju timur laut dan sebagian lagi menuju ke

tenggara. Selat Wetar yang memisahkan Pulau Lirang dan Pulau Wetar juga

a) b)

c)

Page 57: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

45

menunjukkan arah arus dominan yang bergerak dari selatan menuju ke utara dan

timur laut tepatnya pada bagian tenggara Pulau Lirang.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Putranto (2016), dimana

arah arus permukaan Pulau Lirang yakni pada kedalaman 1,5 m, 2,5 m dan 3,5 m

memiliki arah dominan menuju utara dan timur laut. Berdasarkan pola sirkulasi di atas

didapatkan kecepatan minimum 0,016 m/detik dan kecepatan maksimum berkisar

antara 0,2-0,3 m/detik seperti yang ditampilkan pada Gambar 7b. Menurut Putranto

(2016), hal ini menunjukkan adanya gaya dorong angin di Perairan Pulau Lirang yang

dominan dari arah barat daya yang mempengaruhi arah arus di perairan ini. Angin

yang dominan dari arah barat daya mendorong air laut menuju arah timur, timur laut

dan utara.

Gambar 8. Pola sirkulasi arus permukaan pada 17 April 2016

Keterangan: a) Sirkulasi arus perairan timur Indonesia b) Sirkulasi arus sekitar Pulau Lirang c) Current rose (arah arus permukaan). Sumber : INDESO (2016)

a) b)

c)

Page 58: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

46

Pola sirkulasi arus permukaan di atas menunjukkan di sekitar perairan Pulau

Lirang pada 17 April 2016 memiliki dominasi pergerakan arus dari arah barat laut

menuju tenggara seperti yang ditampilkan pada Gambar 8a dan Gambar 8c.

Kemudian bila diperhatikan dari utara Pulau Lirang pergerakan arus bergerak dari

arah barat laut sebagian berbelok ke arah timur laut dan sebagian menuju ke arah

selatan dan ke arah tenggara sehingga diperoleh kecepatan minimum berkisar 0,012

m/detik, sedangkan kecepatan maksimum yang dihasilkan berkisar antara 0,012-0,1

m/detik seperti yang ditampilkan pada Gambar 8b. Hal ini menunjukkan bahwa arus

pada 17 April di perairan Pulau Lirang lebih rendah bila dibandingkan dengan arus

pada 16 April 2016.

Gambar 9. Pola sirkulasi arus permukaan pada 21 April 2016

Keterangan: a) Sirkulasi arus perairan timur Indonesia b) Sirkulasi arus sekitar Pulau Lirang c) Current rose (arah arus permukaan). Sumber : INDESO (2016)

Pola sirkulasi arus permukaan di atas menunjukkan di sekitar perairan Pulau

Lirang pada 21 April 2016 dimana adanya dominasi pergerakan arus dari arah barat

a) b)

c)

Page 59: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

47

laut menuju tenggara seperti yang ditampilkan pada Gambar 9a dan Gambar 9c. Hal

ini menunjukkan kesamaan arah arus dominan pada 17 April 2016 yang juga

mengarah ke tenggara. Apabila diperhatikan pada bagian utara Pulau Lirang,

pergerakan arus bergerak dari arah barat laut, kemudian sebagian berbelok ke arah

timur laut serta sebagian menuju ke selatan dan ke tenggara sehingga di dapatkan

kecepatan minimum berkisar 0,006 m/detik. Kecepatan maksimum yang dihasilkan

berkisar antara 0,006-0,2 m/detik seperti yang ditampilkan pada Gambar 9b. Hal ini

menunjukkan bahwa arus pada 21 April di perairan Pulau Lirang tidak jauh berbeda

bila dibandingkan dengan arus pada 17 April 2016.

Berdasarkan pola sirkulasi arus permukaan didapatkan bahwa nilai arus

permukaan di sekitar perairan Pulau Lirang berkisar antara 0-1.4 m/detik seperti yang

ditampilkan pada Gambar 7a, Gambar 8a dan 9a. Hal ini dipengaruhi oleh adanya

hembusan angin di permukaan perairan, sehingga sejalan dengan hasil penelitian

Tarhadi et al., (2014), bahwa menyatakan kecepatan arus di permukaan lebih besar

dibandingkan dengan kecepatan arus pada lapisan tengah ataupun dasar. Faktor lain

tingginya kecepatan arus di sekitar perairan Pulau Lirang yakni karena pada bagian

utara Pulau Lirang merupakan lintasan Arlindo yang berasal dari Selat Makasar di

belokkan ke timur menuju Laut Flores dan Laut Banda. Namun, sebagian massa air

dibelokkan ke arah selatan melewati Selat Ombai dan sebagian melewati Selat Wetar.

Hal ini sejalan dengan apa yang diterangkan oleh Gordon and Fine (1995),

bahwa massa air (Arlindo) ini masuk melalui Laut Sulawesi menuju Selat Makasar lalu

ke Selat Lombok menuju Samudera Hindia. Sebagian lagi, massa air dibelokkan ke

arah timur (Laut Flores dan Laut Banda) dan dari arah timur, aliran arus terbagi

melewati Pintasan Timor serta Selat Ombai lalu ke Laut Sawu. Kedua aliran ini

bersama-sama keluar menuju Samudera Hindia. Apabila diperhatikan, pola sirkulasi

Page 60: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

48

di atas menunjukkan bahwa perairan Pulau Lirang dipengaruhi oleh Arlindo. Selain

itu, perairan Pulau Lirang pada bagian selatan juga terkena dampak massa air yang

terbawa oleh Arlindo yang datang dari jalur timur dimana aliran ini melewati Pintasan

Timor serta Selat Ombai dan terus menuju ke Laut Sawu.

Berdasarkan pola sirkulasi di atas maka perairan Pulau Lirang pada 16 April,

17 April dan 21 April memiliki pola pergerakan yang tidak jauh berbeda. Perairan

Pulau Lirang sendiri memiliki nilai kecepatan arus berkisar antara 0,1-1 m/detik. Hal

ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Putranto, 2016), bahwa kecepatan

arus terbesar di perairan Pulau Lirang terjadi pada musim peralihan, dengan

kecepatan maksimal mencapai 0,896 - 0,994 m/detik dengan arah dominan ke arah

timur, timur laut, hingga tenggara.

4.3 Distribusi Horizontal Nutrien

Penelitian ini menyajikan data berupa sebaran nutrien dalam bentuk kontur

secara horizontal. Data yang diperoleh merupakan data primer yang diambil langsung

di perairan Pulau Lirang, Maluku dengan melalui analisa laboratorium. Hasil yang

diperoleh dari analisa laboratorium yaitu nilai masing-masing nutrien yang diamati

dengan satuan mg/L. Nilai yang diperoleh di interpolasi hingga membentuk pola yang

dihasilkan oleh kontur. Data nutrien dalam penelitian ini diantaranya sebaran nitrat,

sebaran fosfat dan sebaran silikat seperti yang disajikan berupa data mentah pada

Lampiran 6.

4.3.1 Sebaran Nitrat

Berdasarkan output model nitrat dari INDESO (Infrastructure Development of

Space Oceanography) dimana diperoleh konsentrasi nitrat yang cenderung tinggi di

bagian selatan Pulau Lirang yakni pada tanggal 16, 17 dan 21 April 2016. Konsentrasi

Page 61: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

49

nitrat dari hasil model menunjukkan hasil yang cenderung tinggi dimana konsentrasi

nitrat di bagian selatan Pulau Lirang terindikasi tinggi berkisar pada nilai <3,6 mmol

m-3 atau <0,2 mg/L seperti yang ditampilkan pada Gambar 10b. Hasil sebaran nitrat

secara horizontal dalam penelitian ini terlihat bahwa nitrat yang terdapat di perairan

Pulau Lirang, Maluku berkisar antara 0,001-0,071 mg/L seperti yang ditampilkan pada

Gambar 10a. Nilai rata-rata nitrat keseluruhan di titik pengambilan sampel perairan

Pulau Lirang, Maluku adalah sebesar 0,015 ± 0,017 mg/L.

Gambar 10. Sebaran nitrat (mg/L) di perairan Pulau Lirang, Maluku Keterangan: a) Sebaran model nitrat (Letak perairan Pulau Lirang ditandai dengan kotak berwarna

merah) b) sebaran nitrat. Sumber : INDESO (2016)

Rata-rata nitrat di Pulau Lirang terbilang jauh lebih rendah dibandingkan

dengan hasil penelitian Utami et al., (2016), dimana rata-rata nitrat di perairan

Karangsong Indramayu yakni senilai 0,89 mg/L. Hal ini terjadi karena perairan Pulau

Lirang tidak memiliki sumber masukan nutrien yang tinggi seperti aliran sungai.

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Utami et al., (2016), yang terletak di

perairan Karangsong Indramayu mendapat pengaruh sangat besar dari daratan

a) b)

Page 62: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

50

berupa aktivitas manusia seperti aktivitas rumah tangga, industri, tambak dan aliran

sungai.

Secara umum sebaran nitrat di perairan Pulau Lirang, Maluku terbagi menjadi

dua pattern yakni pada bagian utara dan bagian selatan. Bagian utara di perairan

Pulau Lirang memiliki nilai nitrat yang cenderung lebih rendah bila dibandingkan

dengan bagian selatan seperti yang ditampilkan pada Gambar 10a. Hal ini diduga

terjadi karena aktivitas manusia cenderung lebih tinggi di bagian selatan Pulau

daripada di bagian utara. Aktivitas manusia baik yang dihasilkan dari permukiman

penduduk maupun dari aktivitas perikanan seperti misalnya tambak dan perkapalan.

Faktor lain yang memungkinkan terjadinya perbedaan distribusi nitrat di bagian

utara dan selatan yakni adanya pola sirkulasi arus permukaan dari Arlindo. Maslukah

et al., (2014), menyatakan bahwa pergerakan arus berperan dalam penyebaran suatu

nutrien. Menurut Gordon (2005), Arlindo yang mengalir melalui Selat Makassar

selanjutnya mengalami percabangan dimana sebagian masuk ke Samudera Hindia

melalui Selat Lombok dan sebagian lagi dibelokan ke arah timur menuju Laut Flores

dan Laut Banda sebelum masuk ke Samudera Hindia melalui Laut Timor dan Selat

Ombai. Arlindo yang dibawa melalui jalur barat ini mempengaruhi distribusi nitrat pada

bagian utara perairan Pulau Lirang.

Sirkulasi arus permukaan Arlindo yang melintasi jalur timur dimana berasal dari

Laut Halmahera dan Laut Maluku menuju Laut Banda sebagian melewati Pintasan

Timor serta sebelum masuk ke Selat Ombai melalui Selat Wetar. Arlindo yang dibawa

melalui jalur timur terindikasi kuat mempengaruhi distribusi nitrat di bagian selatan

Pulau Lirang. Menurut Haikal et al., (2012), massa air di perairan Maluku Utara

berbeda dengan di perairan lainnya, ditandai dengan menjadi salah satu lokasi

masuknya Arlindo. Hasil pengukuran nitrat permukaan pada perairan ini memiliki rata-

Page 63: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

51

02 mg/L). Nilai tersebut terbilang mendekati konsentrasi

nitrat di perairan Pulau Lirang.

Data KKP (2017), menyebutkan dimana nilai nitrat yang berlokasi di lintasan

Arlindo yakni Pulau Romang senilai 1,27 mg/L. Pulau Romang berlokasi disebelah

timur Pulau Wetar. Hal tersebut mengindikasikan bahwa perairan Pulau Romang yang

kaya akan nitrat terbawa oleh sirkulasi arus permukaan Arlindo menuju Selat Wetar.

Letak Selat Wetar yang berada tepat di bagian selatan perairan Pulau Lirang

mengakibatkan nutrien yang terbawa arus mempengaruhi ketersediaan nitrat pada

lokasi tersebut sehingga nilai nitrat yang ditemukan cenderung lebih tinggi. Hasil ini

menunjukkan bahwa ketersediaan nitrat di perairan Pulau Lirang dipengaruhi oleh

Arlindo sehingga konsentrasi nitrat yang ditemukan memiliki kecenderungan

mendekati karakteristik massa air yang dibawa oleh Arlindo.

4.3.2 Sebaran Fosfat

Berdasarkan output model fosfat dari INDESO (Infrastructure Development of

Space Oceanography) dimana diperoleh konsentrasi fosfat yang cenderung tinggi di

bagian utara Pulau Lirang yakni pada tanggal 16, 17 dan 21 April 2016. Konsentrasi

fosfat dari hasil model fosfat menunjukkan hasil yang cenderung tinggi dimana

konsentrasi fosfat di bagian utara Pulau Lirang terindikasi tinggi dengan kisaran nilai

<0,36 mmol m-3 atau <0,03 mg/L seperti yang ditampilkan pada Gambar 11b. Sebaran

fosfat secara horizontal dalam penelitian ini terlihat bahwa fosfat yang terdapat di

perairan Pulau Lirang, Maluku berkisar antara 0,001- 0,015 mg/L seperti yang

ditampilkan pada Gambar 11a. Nilai rata-rata fosfat keseluruhan di titik pengambilan

sampel perairan Pulau Lirang, Maluku sebesar 0,003 ± 0,004 mg/L.

Page 64: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

52

Gambar 11. Sebaran fosfat (mg/L) di perairan Pulau Lirang, Maluku

Seperti halnya dengan distribusi nitrat rata-rata fosfat di Pulau Lirang terbilang

jauh lebih rendah dibandingkan dengan penelitian Utami et al., (2016), dimana rata-

rata fosfat senilai 0,18 mg/L. Hal ini terjadi karena perairan Pulau Lirang tidak memiliki

sumber masukan nutrien yang tinggi seperti aliran sungai. Menurut Aziz and Muchtar

(2001), estuari merupakan sumber nutrien di perairan laut. Secara umum sebaran

fosfat di perairan Pulau Lirang, Maluku terbagi menjadi dua pattern yakni pada bagian

utara dan bagian selatan seperti halnya dengan sebaran nitrat. Namun, pola sebaran

fosfat menunjukkan hal yang berbeda dengan pola persebaran nitrat. Pola persebaran

fosfat pada bagian utara di perairan Pulau Lirang memiliki nilai fosfat yang cenderung

lebih tinggi bila dibandingkan dengan bagian selatan seperti yang ditampilkan pada

Gambar 11a.

Keterangan: a) Sebaran model fosfat (Letak perairan Pulau Lirang ditandai dengan kotak berwarna merah) b) sebaran fosfat. Sumber : INDESO (2016)

Hal ini terjadi diduga karena tingginya difusi fosfat dari sedimen. Sedimen

merupakan tempat penyimpanan utama fosfor dalam siklus yang terjadi di laut.

Senyawa fosfor yang terikat di sedimen dapat mengalami dekomposisi dengan

a) b)

Page 65: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

53

bantuan bakteri maupun melalui proses abiotik sehingga menghasilkan senyawa

fosfat terlarut yang dapat mengalami difusi kembali ke dalam kolom perairan (Patty,

2015). Namun, pada kondisi lain rendahnya nilai fosfat dibagian selatan Pulau Lirang

dapat terjadi karena aktivitas organisme seperti fitoplankton. Tingginya aktvitas

organisme yang menggunakan fosfat dalam mendukung pertumbuhannya dapat

mempengaruhi ketersediaan fosfat di dalam perairan.

Menurut Dzialowski et al., (2008), arus tinggi dapat menyebabkan unsur kimia

termasuk fosfat juga ikut terangkat ke kolom perairan. Proses resuspensi dapat

menyebabkan sedimen yang berada di dasar laut naik ke kolom perairan sehingga

menyebabkan unsur kimia termasuk fosfat ikut terangkat menuju kolom permukaan

air. Resuspensi sedimen adalah salah satu proses yang berpotensi memberikan

kontribusi masukan nutrien seperti nitrat dan fosfat yang berasal dari sedimen

terangkat menuju kolom permukaan air. Maslukah et al., (2014), menyatakan bahwa

pergerakan arus berperan dalam penyebaran suatu nutrien. Faktor lain yang

memungkinkan terjadinya perbedaan distribusi fosfat di bagian utara dan selatan

yakni adanya pola sirkulasi arus permukaan dari Arlindo. Pola sirkulasi arus Arlindo

menunjukkan karakteristik yang sama dimana menurut Gordon (2005), Arlindo yang

mengalir melalui Laut Flores dan Laut Banda sebelum masuk ke Samudera Hindia

melalui Laut Timor dan Selat Ombai. Hal ini diduga berdampak pada ketersediaan

nutrien khususnya fosfat di perairan Pulau Lirang karena bagian utara maupun selatan

merupakan lintasan dari Arlindo.

Menurut Haikal et al., (2012), dalam penelitian yang dilakukan di perairan

Maluku Utara yang berada pada lintasan Arlindo diperoleh bahwa rata-rata fosfat

senilai 0,20 02 mg/L). Nilai tersebut terbilang mendekati konsentrasi fosfat

di perairan Pulau Lirang. Data KKP (2017), menyebutkan bahwa nilai fosfat yang

Page 66: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

54

berlokasi di lintasan Arlindo yakni Pulau Romang senilai 0,24 mg/L. Pulau Romang

berlokasi disebelah timur Pulau Wetar. Hal tersebut mengindikasikan bahwa perairan

Pulau Romang yang memiliki konsentrasi yang cukup tinggi terbawa oleh sirkulasi

arus permukaan Arlindo menuju Selat Wetar. Letak Selat Wetar yang berada tepat di

bagian selatan perairan Pulau Lirang mengakibatkan nutrien yang terbawa arus

mempengaruhi ketersediaan fosfat pada lokasi tersebut sehingga nilai nitrat yang

ditemukan cenderung lebih tinggi. Hasil ini menunjukkan bahwa ketersediaan fosfat di

perairan Pulau Lirang dipengaruhi oleh Arlindo sehingga konsentrasi fosfat yang

ditemukan memiliki kecenderungan mendekati karakteristik massa air yang dibawa

oleh Arlindo.

4.3.3 Sebaran Silikat

Berdasarkan output model silikat dari INDESO (Infrastructure Development of

Space Oceanography) dimana diperoleh konsentrasi silikat yang cenderung tinggi di

bagian selatan Pulau Lirang yakni pada tanggal 16, 17 dan 21 April 2016. Konsentrasi

silikat dari hasil model silikat menunjukkan hasil yang cenderung tinggi dimana

konsentrasi silikat di bagian selatan Pulau lirang terindikasi tinggi dengan kisaran nilai

<10,5 mmol m-3 atau <0,8 mg/L seperti yang ditampilkan pada Gambar 12b. Dalam

penelitian ini, nilai rata-rata silikat keseluruhan di titik pengambilan sampel perairan

Pulau Lirang adalah sebesar 0,084 ± 0,038 mg/L. Rata-rata di perairan Pulau Lirang

lebih tinggi bila dibandingkan dengan penelitian Hamzah et al., (2015), bahwa rata-

rata silikat di perairan Maluku tepatnya di Teluk Weda berkisar antara 0,00004-

0,00124 mg/L. Hal ini diduga karena Teluk Weda merupakan perairan semi tertutup

berbeda halnya dengan perairan Pulau Lirang berhadapan langsung dengan laut

terbuka sehingga potensi terbawanya nutrien semakin tinggi.

Page 67: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

55

Sebaran silikat secara horizontal terlihat bahwa silikat yang terdapat di

perairan Pulau Lirang, Maluku berkisar antara 0,041-0,223 mg/L. Secara umum

sebaran silikat di perairan Pulau Lirang, Maluku terbagi menjadi dua pattern yakni

pada bagian utara dan bagian selatan. Bagian utara di perairan Pulau Lirang memiliki

silikat yang cenderung lebih rendah bila dibandingkan dengan bagian selatan seperti

yang ditampilkan pada Gambar 12a. Hal ini diduga terjadi karena tingginya populasi

diatom pada bagian utara Pulau Lirang sehingga ketersediaan silikat pada daerah

tersebut cenderung rendah. Menurut Prayitno and Suherman (2012), rendahnya

konsentrasi silikat tersebut diasumsikan karena efektifnya tingkat konsumsi silikat oleh

diatom. Dominasi diatom berpotensi meningkatkan populasi zooplankton berukuran

besar seperti copepoda sebagai pakan alami larva ikan.

Gambar 12. Sebaran silikat (mg/L) di perairan Pulau Lirang, Maluku Keterangan: a) Sebaran model silikat (Letak perairan Pulau Lirang ditandai dengan kotak berwarna

merah) b) sebaran silikat. Sumber : INDESO (2016)

Menurut Rintaka et al., (2016), kandungan silika dalam perairan seringkali

dikaitkan dengan kelimpahan fitoplankton karena peranan silika dalam penyusunan

dinding selnya. Kadar silika digunakan sebagai penentu tinggi rendahnya populasi

a) b)

Page 68: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

56

fitoplankton yang berhubungan erat dengan klorofil-a sehingga dapat dikatakan silikat

berkorelasi positif dengan konsentrasi klorofi-a. Semakin tinggi kadar silikat maka

kandungan klorofil-a juga akan semakin tinggi. Hasil analisis diskriminan

menunjukkan bahwa kadar silikat dan ketebalan lapisan tercampur sangat berperan

besar dalam memisahkan tinggi rendahnya kandungan klorofil-a di permukaan. Silika

berkaitan dengan klorofil-a dan produktivitas primer karena silika merupakan salah

satu nutrien yang di butuhkan fitoplankton sehingga apabila nilai silika tinggi maka

produktivitas primer di bagian selatan perairan Pulau Lirang tinggi. Hal ini dibuktikan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmayani (2016), dimana konsentrasi

klorofil-a berpusat di bagian selatan Pulau Lirang berkisar antara 0,118-0,266 mg/m3

seperti yang ditampilkan pada Gambar 13. Hasil ini berkaitan dengan sebaran silikat

yang cenderung lebih tinggi di bagian selatan Pulau Lirang. Hal ini diduga terjadi

karena kelimpahan fitoplankton yang bukan tergolong jenis diatom dan kelimpahan

fitoplankton yang tergolong jenis diatom cenderung sedikit sehingga nilai silikat

cenderung lebih tinggi pada bagian selatan Pulau Lirang.

Page 69: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

57

Gambar 13. Sebaran Klorofil-a di perairan Pulau Lirang

Sumber: (Rahmayani, 2016)

Page 70: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

58

Sebaran silikat pada bagian utara menunjukkan nilai yang lebih rendah bila

dibandingkan dengan bagian selatan. Hal ini terjadi karena lebih banyak organisme

yang memanfaatkan silika seperti misalnya diatom sehingga konsentrasi silika

berkurang pada bagian utara. Rendahnya konsentrasi silikat tersebut diasumsikan

karena efektifnya tingkat konsumsi silikat oleh diatom. Menurut (Effendi, 2003),

rendahnya konsentrasi silika di permukaan perairan disebabkan lebih banyak

organisme yang memanfaatkan silika di lapisan ini, seperti dari golongan diatom

(Bacillariophyceae) yang lebih banyak membutuhkan silika untuk membentuk dinding

selnya. Menurut Prayitno and Suherman (2012), diatom dapat tumbuh optimal apabila

mampu menyerap secara efektif silikat yang tersedia. Semakin tinggi efektifitas

penyerapan silikat oleh diatom maka konsentrasi silikat di suatu perairan semakin

rendah.

Hal ini juga diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Raymont (1980)

and Paasche (1980), bahwa beberapa fitoplankton jenis diatom dan silicoflagelata

menggunakan silikat untuk pembentuk dinding selnya. Kadar silikat disuatu perairan

akan menurun drastis bila terjadi ledakan populasi diatom. Menurut Gabric dan

Parslow (1989), kandungan silikat dalam perairan seringkali dikaitkan dengan

kelimpahan fitoplankton karena silikat berperan dalam penyusunan dinding selnya.

Kadar silikat digunakan sebagai penentu tinggi rendahnya populasi fitoplankton yang

berkorelasi kuat dengan klorofil-a. Menurut Rintaka et al., (2016), pola distribusi silika

bergantung pada pola pergerakan massa air dan suplai silika terlarut. Selain itu,

absorpsi organisme mempengaruhi konsentrasi dan distribusi silika. Sumber silika

yang berasal dari pelapukan bebatuan dimana dibawa oleh sungai dan angin menuju

ke lautan, serta pada kondisi lain ditemukan mengendap dalam sedimen. Distribusi

Page 71: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

59

silika di perairan pantai pada umumnya lebih tinggi dibandingkan di lautan lepas

karena adanya pengaruh daratan (run-off).

Faktor lain yang memungkinkan terjadinya perbedaan distribusi silikat di

bagian utara dan selatan yakni adanya pola sirkulasi arus permukaan dari Arlindo.

Menurut Latief (2002), arus laut memiliki peran dalam proses penyebaran nutrien

diantaranya fosfat. Hal ini karena arus membawa partikel massa air dari satu tempat

ke tempat lainnya. Menurut Gordon (2005), Arlindo yang mengalir melalui Laut Flores

dan Laut Banda sebelum masuk ke Samudera Hindia melalui Laut Timor dan Selat

Ombai. Hal ini diduga berdampak pada ketersediaan nutrien khususnya silikat di

perairan Pulau Lirang karena bagian utara maupun selatan merupakan lintasan dari

Arlindo. Hasil ini menunjukkan bahwa ketersediaan silikat di perairan Pulau Lirang

dipengaruhi oleh Arlindo sehingga konsentrasi silikat yang ditemukan memiliki

kecenderungan mendekati karakteristik massa air yang dibawa oleh Arlindo.

4.4 Hubungan Rasio Nutrien

Rasio nutrien digunakan sebagai pendekatan untuk mengetahui produktivitas

perairan di Pulau Lirang, Maluku. Penelitian ini menggunakan perbandingan tiga

unsur yakni nitrat, fosfat dan silikat. Menurut Hamzah et al., (2015), bahwa

pendekatan yang digunakan yakni menggunakan rasio nitrat dan fosfat (N/P) serta

nitrat dan silikat (N/Si).

4.4.1 Rasio N/P

Rasio N/P di perairan Pulau Lirang berkisar antara 0,07-72 dengan nilai rata-

rata rasio yakni sebesar 13,45. Nilai tersebut tidak terlalu jauh berbeda dibandingkan

dengan rasio N/P di Teluk Weda Maluku yakni berkisar antara 3,83-37,99 dengan nilai

rata-rata 14,3 (Hamzah et al., 2015).

Page 72: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

60

Gambar 14. Rasio nitrat dan fosfat (N/P) di Pulau Lirang, Maluku

Selain itu, menurut penelitian yang dilakukan oleh Han et al., (2012), bahwa

nilai rasio N/P yang diperoleh di Utara Laut China selatan yakni senilai 14,1. Hal

tersebut menunjukkan bahwa nilai rasio N/P di Utara Laut China Selatan tidak berbeda

jauh bila dibandingkan dengan nilai rasio N/P di Pulau Lirang, Maluku. Berdasarkan

rasio N/P di atas bahwa garis lurus merupakan rasio redfield atau rasio N/P ideal

(16:1) di perairan Pulau Lirang. Titik yang tersebar berwana biru merupakan rasio N/P

yang terdapat di perairan Pulau Lirang dimana ditampilkan pada Gambar 14. Secara

umum rasio N/P di perairan Pulau Lirang terbagi menjadi tiga kelompok yakni di atas

garis 16:1, mendekati garis 16:1 dan dibawah garis 16:1. Rasio yang berada di atas

garis 16:1 menunjukkan konsentrasi nitrat lebih besar daripada konsentrasi fosfat atau

dengan kata lain fosfat menjadi faktor pembatas. Rasio yang mendekati garis 16:1

menunjukkan rasio ideal dimana sesuai dengan redfield ratio bahwa N/P adalah 16:1

Page 73: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

61

dan rasio dibawah 16:1 menunjukkan konsentrasi fosfat yang lebih tinggi dari

konsentrasi nitrat atau dapat dikatakan nitrat sebagai faktor pembatas.

Apabila diperhatikan sebaran rasio N/P untuk daerah penelitian Pulau Lirang

yang berada di atas garis 16:1 menunjukkan sebagian besar stasiun penelitian di

Pulau Lirang memiliki konsentrasi nitrat yang lebih besar dibandingkan dengan

konsentrasi fosfat dimana terdapat pada beberapa stasiun yang memiliki rasio ideal.

Hal ini menunjukkan bahwa rasio N/P di sebagian besar stasiun pengamatan yang

mendominasi adalah nitrat. Dominasi nitrat terlihat pada daerah dekat dengan daratan

dimana terdapat pengaruh dari vegetasi lamun menjadi sumber utama dalam

ketersediaan nitrat di perairan Pulau Lirang. Stasiun pengamatan yang dimaksud

seperti halnya pada LR-1, LR-4, LR-5, LR-25, LR-19, LR-14, LR-29 (utara) dan LR-6,

LR-9, LR-13, LR-26 (selatan). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Muchtar (2012), menyebutkan bahwa sumbangan dekomposisi detritus, serasah

lamun dan mangrove yang ada di sekitar perairan menjadi salah satu fenomena

meningkatnya nilai nutrien pada suatu perairan.

Nilai nitrat yang lebih mendominasi mengakibatkan terbatasnya fosfat pada

rasio N/P di perairan Pulau Lirang. Hasil persebaran ini ditampilkan pada Gambar 14

bahwa sebagian persebaran titik rasio berada di atas garis ideal. Selain itu,

persebaran kondisi di atas garis 16:1 atau konsentrasi nitrat yang tinggi dibuktikan

dengan persebaran unsur N yang ditampilkan pada Gambar 10a. Hasil ini

menunjukkan bahwa kondisi rasio nitrat yang mendominasi pada titik stasiun

pengamatan di bagian selatan sama halnya dengan persebaran nitrat yang cenderung

tinggi di bagian selatan perairan Pulau Lirang. Hal ini menunjukkan bahwa rendahnya

konsumsi nitrat dapat mengakibatkan tingginya ketersediaan konsentrasi nitrat di

perairan Pulau Lirang. Hasil tersebut juga sejalan dengan penelitian yang telah

Page 74: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

62

dilakukan oleh Hamzah et al., (2015), bahwa perairan yang memiliki nilai rasio di atas

garis 16:1 menandakan perairan tersebut memiliki konsentrasi nitrat yang tinggi.

Selain itu, hanya terdapat beberapa titik stasiun pengamatan yang memiliki

kondisi ideal dimana rasio N/P mendekati garis 16:1. Garis ideal menunjukkan bahwa

nitrat dan fosfat sama-sama tidak saling membatasi dimana ketersediaannya cukup

untuk kebutuhan organisme seperti misalnya fitoplankton. Secara umum, rasio ideal

ini ditemukan pada beberapa titik stasiun pengamatan yang masih berada di daerah

dekat dengan darat diantaranya LR-27, LR-10 (selatan) dan LR-2, LR-23 (utara).

Persebaran kondisi ideal ini dibuktikan dengan persebaran unsur N dan P yang

ditampilkan pada Gambar 10a dan Gambar 11a. Hasil ini menunjukkan bahwa kondisi

rasio ideal tercapai pada titik stasiun pengamatan tersebut karena ketersediaan unsur

N dan P cukup untuk pemanfaatan organisme seperti misalnya fitoplankton.

Kemudian pada kondisi lain, pola persebaran titik rasio N/P yang berada

dibawah garis ideal adalah fosfat. Kondisi dibawah garis ideal menunjukkan bahwa

konsentrasi fosfat yang lebih tinggi sehingga mengakibatkan konsentrasi nitrat

menjadi faktor pembatas. Menurut Prayitno and Suherman (2012), apabila tidak

terjadi pengkayaan unsur nitrogen dalam suatu perairan maka diduga unsur N yang

akan menjadi unsur pembatas pertumbuhan fitoplankton. Namun, berbeda halnya

dengan konsentrasi nitrat untuk dominasi fosfat berada pada laut terbuka dan

menjauhi daratan seperti misalnya LR-11, LR-7 (selatan) dan LR-22, LR-21, LR-18,

LR-17, LR-20 (utara). Hal ini diduga terjadi karena input fosfat yang disebabkan

proses kenaikan massa air. Menurut Rintaka et al., (2016), penambahan terbesar

konsentrasi fosfat dari lapisan dalam melalui proses kenaikan massa air. Hal ini

sejalan dengan pernyataan dari Patty (2013), dimana tingginya kadar fosfat di lepas

pantai disebabkan oleh arus dan pengadukan (turbulence) massa air yang

Page 75: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

63

mengakibatkan terangkatnya kandungan fosfat yang tinggi dari dasar ke lapisan

permukaan. Persebaran kondisi dibawah garis 16:1 atau konsentrasi fosfat yang tinggi

dibuktikan dengan persebaran unsur P yang ditampilkan pada Gambar 11a. Hasil ini

menunjukkan bahwa kondisi rasio fosfat yang mendominasi pada titik stasiun

pengamatan di bagian utara sama halnya dengan persebaran fosfat yang cenderung

tinggi di bagian utara perairan Pulau Lirang. Secara umum hampir sebagian besar

organisme membutuhkan konsentrasi nitrat dan fosfat seperti misalnya fitoplankton

dan zooplankton sehingga mengindikasikan adanya pemanfaatan unsur tersebut.

Namun, ketersediaan konsentrasi fosfat yang dibuktikan pada Gambar 15

menunjukkan bahwa pemanfaatan fosfat yang cenderung rendah sehingga

konsentrasi fosfat di beberapa titik stasiun pengamatan menjadi cenderung lebih

tinggi. Menurut Erlina (2006), secara umum pemanfaatan dilakukan oleh genera

Dinoflagellata yang melimpah di perairan Jepara diantaranya Gymnodinium,

Gonyaulax, Peridinium dan Ceratium.

Berdasarkan Gambar 14 dapat disimpulkan bahwa rasio N/P di perairan Pulau

lirang cenderung menjauhi garis ideal. Persebaran yang menjauhi garis ideal terjadi

baik itu dibawah maupun di atas garis 16:1 namun cenderung mengarah ke bagian

atas. Persebaran tersebut menunjukkan bahwa nitrat mendominasi hampir diseluruh

stasiun pengamatan bila dibandingkan dengan nilai fosfat yang terdapat di perairan

Pulau Lirang. Hasil tersebut juga sejalan dengan penelitian Prayitno and Suherman

(2012), bahwa dengan meningkatnya konsentrasi nitrogen maka rasio N/P menjadi

semakin besar sehingga keberadaan unsur P menjadi semakin terbatas untuk

pertumbuhan fitoplankton. Peran unsur P sebagai faktor pembatas pertumbuhan

fitoplankton tidak terlepas dari faktor pengkayaan unsur nitrogen. Hal ini dapat

Page 76: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

64

memberikan pengaruh kurang baik terhadap pertumbuhan fitoplankton. Penyebab

variabilitas rasio N/P dipengaruhi oleh tinggi rendahnya pemanfaatan dan sumber

utama dari kedua unsur tersebut yakni N dan P sehingga kondisi ideal di perairan

Pulau Lirang hanya tercapai pada beberapa titik stasiun pengamatan.

4.4.2 Rasio N/Si

Rasio N/Si di perairan Pulau Lirang berkisar antara 0,009-1,384 dengan nilai

rata-rata rasio yakni sebesar 0,203. Nilai tersebut jauh lebih rendah bila dibandingkan

dengan rasio N/Si di Teluk Weda Maluku yakni berkisar antara 0,12-10,98 (Hamzah

et al., 2015). Koike et al., (2001), menemukan nilai rasio yang hampir sama di Gulf

Alaska sebesar 1,8-2,0 sehingga menunjukkan bahwa nilai rasio tidak jauh berbeda

dibandingkan dengan nilai rasio di perairan Pulau Lirang.

Gambar 15. Rasio nitrat dan Silikat (N/Si) di Pulau Lirang, Maluku

Rasio N/Si di atas bahwa garis lurus merupakan rasio redfield atau rasio N/Si

ideal (16:15) atau (1:1). Titik yang tersebar berwana biru merupakan rasio N/Si yang

terdapat di perairan Pulau Lirang. Secara umum rasio N/Si dibagi menjadi tiga

Page 77: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

65

kelompok yakni di atas garis ideal (16:15) atau (1:1), mendekati garis ideal (16:15)

atau (1:1) dan dibawah garis ideal (16:15) atau (1:1). Rasio yang berada di atas garis

(16:15) atau (1:1) menunjukkan konsentrasi nitrat lebih besar daripada konsentrasi

silikat atau dengan kata lain silikat menjadi faktor pembatas. Rasio yang mendekati

garis (16:15) atau (1:1) menunjukkan rasio ideal dimana sesuai dengan redfield ratio

bahwa N/Si adalah (16:15) atau (1:1) dan rasio dibawah (16:15) atau (1:1)

menunjukkan konsentrasi silikat yang lebih tinggi dari konsentrasi nitrat atau dapat

dikatakan nitrat sebagai faktor pembatas yang ditampilkan pada Gambar 15.

Apabila diperhatikan sebaran rasio N/Si untuk daerah penelitian Pulau Lirang

yang berada dibawah garis (16:15) atau (1:1) menunjukkan sebagian besar stasiun

penelitian di Pulau Lirang memiliki konsentrasi silikat yang lebih besar dibandingkan

dengan konsentrasi nitrat. Namun, hanya ada beberapa stasiun yang memiliki rasio

ideal. Hal ini menunjukkan bahwa rasio N/Si di sebagian besar stasiun pengamatan

yang mendominasi adalah silikat. Nilai silikat yang lebih mendominasi mengakibatkan

terbatasnya nitrat pada rasio N/Si di perairan Pulau Lirang seperti halnya pada LR-2,

LR-24, LR-18, LR-17, LR-20, LR-21, LR-22, LR-16, LR-23, LR-19 (utara) dan LR-10,

LR-7, LR-12, LR-3, LR-28, LR-27, LR-9 (selatan). Hasil persebaran yang ditampilkan

pada Gambar 15 menunjukkan bahwa sebagian besar persebaran titik rasio berada

bawah garis ideal. Selain itu, persebaran kondisi bawah garis (16:15) atau (1:1)

memiliki konsentrasi silikat yang tinggi dibuktikan dengan persebaran unsur Si yang

ditampilkan pada Gambar 12a. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kondisi

rasio silikat yang mendominasi tersebar pada titik stasiun pengamatan secara

menyeluruh sehingga tidak didapatkan pola seperti halnya dengan rasio N/P.

Hal ini diduga terjadi karena kelimpahan fitoplankton yang tergolong jenis

diatom cenderung sedikit sehingga nilai silikat cenderung lebih tinggi pada bagian

Page 78: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

66

selatan Pulau Lirang. Menurut Han et al., (2012), bahwa nilai rasio dibawah garis

regresi menunjukan adanya pemanfaatan silikat terutama oleh diatom yakni radiolaria

(biological uptake). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Prayitno and

Suherman (2012), bahwa variabilitas konsentrasi silikat juga kemungkinan

dipengaruhi oleh tinggi rendahnya pemanfaatan silikat oleh organisme bersilikat

lainnya selain diatom seperti misalnya radiolaria, bahkan antar sesama fitoplankton

memungkinkan terjadinya perbedaan pemanfaatan silikat. Menurut oleh Erlina (2006),

fitoplankton jenis diatom yang mendominasi di perairan Jepara dari kelas

Bacillariophyceae antara lain Chaetoceros, Bacteriastrum, Rhizosolenia, Nitzschia

dan Eucamphia. Selain itu, dugaan lain karena kontribusi bioakumulasi unsur silikat

pada kolom perairan. Distribusi silikat yang tinggi di bagian selatan Pulau Lirang

diakibatkan oleh karakteristik perairan berupa arus yang menyebabkan terjadinya

resuspensi sedimen sehingga mempengaruhi ketersediaan silikat.

Selain itu, hanya terdapat beberapa titik stasiun pengamatan yang memiliki

kondisi ideal dimana rasio N/Si mendekati garis (16:15) atau (1:1). Garis ideal

menunjukkan bahwa nitrat dan silikat sama-sama tidak saling membatasi dimana

ketersediaannya cukup untuk kebutuhan organisme seperti misalnya fitoplankton dan

diatom. Kondisi ini ditemukan pada beberapa titik stasiun pengamatan yang berada di

dekat dengan daratan seperti misalnya pada LR-29, LR-14, LR-1 (utara) dan LR-5,

LR-13, LR-8, LR-11 (selatan). Persebaran kondisi ideal ini dibuktikan dengan

persebaran unsur N dan Si yang ditampilkan pada Gambar 10a dan Gambar 12a.

Hasil ini menunjukkan bahwa kondisi rasio ideal tercapai pada titik stasiun

pengamatan tersebut karena ketersediaan unsur N dan Si cukup untuk pemanfaatan

organisme seperti misalnya fitoplankton dan diatom.

Page 79: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

67

Kemudian pada kondisi lain, pola persebaran titik rasio N/P yang berada di

atas garis ideal adalah nitrat. Kondisi di atas garis ideal menunjukkan bahwa

konsentrasi nitrat yang lebih tinggi sehingga mengakibatkan konsentrasi silikat

menjadi faktor pembatas. Hal ini sejalan dengan pernyataan Hamzah et al., (2015),

bahwa rasio N/Si di atas garis regresi mengindikasikan adanya keterbatasan silikat

dalam suatu perairan. Persebaran kondisi dibawah garis (16:15) atau (1:1) dimana

konsentrasi nitrat yang tinggi dibuktikan dengan persebaran unsur N yang ditampilkan

pada Gambar 10a. Kondisi ini sama halnya dengan rasio N/P dimana nitrat terlihat

pada daerah dekat dengan daratan pengaruh dari vegetasi lamun menjadi sumber

utama dalam ketersediaan nitrat di perairan Pulau Lirang seperti misalnya pada LR-

30 (Utara) dan LR-6, LR-26, LR-4, LR-25 (Selatan). Hal ini sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Muchtar (2012), menyebutkan bahwa sumbangan dekomposisi

detritus, serasah lamun dan mangrove yang ada di sekitar perairan menjadi salah satu

fenomena meningkatnya nilai nutrien pada suatu perairan.

Berdasarkan Gambar 15 dapat disimpulkan bahwa rasio N/Si di perairan Pulau

lirang cenderung berada dibawah garis ideal. Hasil penelitian ini berbeda dengan

penelitian yang dilakukan oleh Hamzah et al., (2015), bahwa rasio N/Si secara umum

hampir sama yakni mendekati 1 (N/Si = 16/15). Secara keseluruhan persebaran rasio

N/Si dalam penelitian ini menunjukkan bahwa silikat mendominasi hampir diseluruh

stasiun pengamatan bila dibandingkan dengan nilai nitrat. Namun, berbeda dengan

rasio N/P yang dapat memberikan pola persebaran yang cukup jelas pada N/Si

memiliki rasio yang tersebar artinya tidak ada yang bisa digunakan untuk menyatakan

nitrat akan lebih tinggi dari pada silikat pada titik-titik tertentu. Penyebab variabilitas

rasio N/Si dipengaruhi oleh tinggi rendahnya pemanfaatan serta sumber utama kedua

Page 80: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

68

unsur tersebut yakni N dan Si sehingga kondisi ideal di perairan Pulau Lirang hanya

tercapai pada beberapa titik stasiun pengamatan.

4.5 Hubungan antara Klorofil-a dan Produktivitas Primer

Berdasarkan hasil persebaran nutrien diperoleh hubungan yang berbanding

lurus terjadi antara nutrien, klorofil-a dan produktivitas primer. Meningkatnya kadar

nutrien berbanding lurus dengan kadar klorofil-a sehingga menghasilkan produktivitas

primer yang tinggi. Secara umum meningkatnya nilai nutrien sejalan dengan

peningkatan produktivitas primer seperti yang ditampilkan pada Gambar 10a dan

Gambar 12a. Hasil sebaran nutrien nitrat dan silikat menunjukkan persebaran yang

cenderung tinggi pada bagian selatan Pulau Lirang. Sebaran nitrat pada umumnya

memiliki nilai yang tinggi dan optimum pada nilai 0,071 mg/L, sedangkan sebaran

silikat secara umum memiliki nilai yang mendominasi yakni 0,22 mg/L di bagian

selatan perairan Pulau Lirang. Kedua unsur nutrien tersebut berbanding lurus dengan

kondisi produktivitas primer yang juga tinggi di bagian selatan Pulau Lirang.

Kondisi nutrien yang tinggi menunjukkan kondisi produktivitas primer yang

tinggi dibuktikan dengan Gambar 16 dimana pada bagian selatan perairan Pulau

Lirang menunjukkan kisaran produktivitas primer antara 29,19-63,76 mgC/m3/jam.

Menurut Paramitha (2014), kandungan nutrien yang tinggi diperairan akan

dimanfaatkan oleh fitoplankton untuk proses fotosintesis. Hal ini dapat membuktikan

kecenderungan persebaran fosfat di bagian selatan cenderung rendah. Penurunan

konsentrasi fosfat terjadi karena diikuti dengan peningkatan kelimpahan fitoplankton

sehingga pemanfaatan yang tinggi mengakibatkan konsentrasi fosfat cenderung

rendah pada bagian selatan Pulau Lirang. Sebaran fosfat pada umumnya tinggi

dibagian utara dengan nilai optimum yang diperoleh sebesar 0,015 mg/L seperti yang

Page 81: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

69

ditampilkan pada Gambar 12a dimana diduga terjadi karena rendahnya pemanfaatan

fosfat oleh fitoplankton sehingga konsentrasi menjadi tinggi.

Menurut Rahmayani (2016), persebaran produktivitas primer fitoplankton

diestimasi berdasarkan 3 parameter kualitas air yang telah didapatkan sebelumnya

berupa suhu, kecerahan dan klorofil-a, serta data lapangan produktivitas primer

fitoplankton di perairan Pulau Lirang. Berdasarkan nilai korelasi antar variabel seperti

produktivitas primer, suhu, klorofil-a dan kecerahan maka diketahui hubungan yang

paling signifikan yakni produktivitas primer dan klorofil-a dengan koefisien korelasi

sebesar 0,598. Hasil ini pada kenyataannya di lapangan dimana nilai produktivitas

primer bergantung pada keberadaan media fotosintesis berupa zat hijau klorofil-a

pada fitoplankton. Hubungan yang terbentuk antara klorofil-a dan produktivitas primer

fitoplankton signifikan dan berbanding lurus sehingga semakin tinggi nilai klorofil-a

maka semakin meningkat tinggi produktivitas primer fitoplankton.

Konsentrasi klorofil-a yang di dapat dalam penelitian yang dilakukan oleh

Rahmayani (2016), menunjukkan tingginya konsentrasi klorofil-a menghasilkan

produktivitas primer yang cenderung tinggi. Hal ini dapat dirujuk dalam peta sebaran

klorofil-a dan produktivitas primer di perairan Pulau Lirang pada Gambar 13 dan

Gambar 16. Hasilnya sebaran klorofil-a terpantau tinggi pada bagian selatan Pulau

Lirang dimana berkisar antara 0,118-0,266 mg/m3. Konsentrasi klorofil-a berbanding

lurus dengan sebaran produktivitas primer di bagian selatan Pulau Lirang dimana

berkisar antara 29,19-63,76 mgC/m3/jam. Menurut Erlina (2006), nilai produktivitas

primer yang tinggi menunjukkan tinggi laju pembentukan senyawa-senyawa organik

yang kaya energi dari senyawa-senyawa anorganik, sedangkan pada bagian utara

sebaran konsentrasi klorofil-a secara keseluruhan cenderung lebih rendah. Namun,

pada bagian utara Pulau Lirang ditemukan nilai klorofil-a tertinggi pada beberapa

Page 82: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

70

lokasi yakni sekitar 0,267-0,341 mg/m3. Hasil ini menunjukkan kondisi yang

berbanding lurus antara konsentrasi klorofil-a dan produktivitas primer pada bagian

utara maupun bagian selatan Pulau Lirang.

Gambar 16. Sebaran produktivitas primer fitoplankton di perairan Pulau Lirang Sumber: (Rahmayani, 2016)

Page 83: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

71

5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah letak geografis Pulau Lirang yang berada

pada lintasan Arlindo memungkinkan adanya pengaruh yang kuat dari Arus Lintas

Indonesia. Hal ini dibuktikan dari hasil output model INDESO dimana pergerakan arus

menunjukkan pola pergerakan Arlindo. Adanya pengaruh dari karakteristik massa air

yang dibawa oleh Arlindo mengakibatkan karakteristik perairan Pulau Lirang memiliki

nilai suhu dan salinitas yang cenderung sama. Karakteristik perairan yang lain seperti

sebaran pH dan DO dimana nilai yang diperoleh masih berada dalam kisaran normal

air laut. Distribusi nitrat dan silikat cenderung tinggi di bagian selatan, berbeda dengan

distribusi fosfat yang memiliki kecenderungan tinggi di bagian utara Pulau Lirang.

Rasio redfield N/P menunjukkan bahwa nitrat lebih mendominasi dan fosfat sebagai

faktor pembatas, berbeda pada rasio redfield N/Si menunjukkan bahwa silikat lebih

mendominasi dan nitrat sebagai faktor pembatas. Selain itu, kondisi nutrien

cenderung tinggi pada bagian selatan menunjukkan kondisi produktivitas primer yang

cenderung sama pada daerah tersebut. Hasil ini dibuktikan dengan peta persebaran

produktivitas primer di bagian selatan perairan Pulau Lirang yang menunjukkan nilai

tinggi.

5.2 Saran

Saran yang dapat penulis berikan dari penelitian ini yakni diharapkan pada

penelitian selanjutnya menghubungkan data nutrien, klorofil-a dan produktivitas

primer dengan data kelimpahan fitoplankton untuk membuktikan pengaruh nilai

nutrien terhadap fitoplankton.

Page 84: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

72

DAFTAR PUSTAKA

Abigail, W., Zainuri, M., Tisiana Dwi Kuswardani, A., Setiyo Pranowo, W., 2015. Sebaran nutrien, intensitas cahaya, klorofil-a dan kualitas air di Selat Badung, Bali pada Monsun Timur. DEPIK 4. doi:10.13170/depik.4.2.2494

Adiwilaga, E.M., Damar, A., Alianto, 2008. Produktivitas Primer Fitoplankton dan Keterkaitannya dengan Unsur Hara dan Cahaya di Perairan Teluk Banten. J. Ilmu-Ilmu Perair. Dan Perikan. Indones. 15, 21 26.

Aziz, A., Muchtar, M., 2001. Karakteristik Beberapa Parameter Kimia, Kaitannya Dengan Tataguna Lahan Perairan Teluk Lampung. Jakarta.

Bakti, Y.M., 1991. Karakteristik Komunitas Makrozoobenthos Di Muara Sungan Citarum Dalam Hubungannya Dengan Pendugaan Pencemaran Perairan Di Teluk Jakarta. Bogor.

Brzenzinski, M., 1985. The SI-C-N Ratio Of Marine Diatoms Inter Spesific Variability And The Effect Of Some Environmental Variables. J. Phycol.

Burton, J.D., Liss, P.S., 1976. Estuarine Chemistry. Academic Press, New York. Cahyaningrum, A., 2009. Karakteristik Massa Air Arlindo Di Pintasan Timor Pada

Musim Barat Dan Musim Timur. Institut Pertanian Bogor (IPB), Bogor. Dzialowski, A.R., Wang, S.-H., Lim, N.-C., Beury, J.H., Huggins, D.G., 2008. Effects

Of Sediment Resuspension on Nutrient Concentrations and Algal Biomass in Reservoirs of The Central Plains. Lake Reserv. Manag. 24, 313 320. doi:10.1080/07438140809354841

Effendi, H., 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan, Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Kanisius, Yogyakarta.

Effendi, H., 2000. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya Dan Lingkungan Perairan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Elfinurfajri, F., 2009. Struktur Komunitas Fitoplankton Serta Keterkaitannya Dengan Kualitas Perairan Di Lingkungan Tambak Udang Intensif. Institut Pertanian Bogor (IPB), Bogor.

Erlina, A., 2006. Kualitas Perairan di Sekitar BBPBAP Jepara Ditinjau dari Aspek Produktivitas Primer Sebagai Landasan Operasional Pengembangan Budidaya Udang dan Ikan. Universitas Diponegoro Semarang.

Geider, R., La Roche, J., 2002. Redfield Revisited: Variability Of C:N:P in Marine Microalgae and Its Biochemical Basis. Eur. J. Phycol. 37, 1 17. doi:10.1017/S0967026201003456

Giovannoni, S.J., Stingl, U., 2005. Molecular diversity and ecology of microbial plankton. Nature 437, 343 348. doi:10.1038/nature04158

Goldman, C., H., 1983. Limnology. Mc. Graw Hill International Book Company, Tokyo. Gordon, A., 2005. Oceanography of The Indonesian Seas and Their Throughflow.

Oceanography 18, 14 27. Gordon, A., Fine, 1995. Pathways and Strenght Of The Indonesian Throughflow.

U.S.A. Haikal, V., Taofiqurohman, A., Riyantini, I., 2012. Analisis Massa Air di Perairan

Maluku Utara. Perikan. Dan Kelaut. 3, 1 9.

Page 85: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

73

Hamzah, F., Basit, A., Iis Triyulianti, 2015. Pola Sebaran Vertikal Nutrien Pada Musim Peralihan Di Teluk Weda, Maluku Utara. J. Ilmu Dan Teknol. Kelaut. Trop. 7, 415 431.

Hamzah, F., Saputro, P.D., 2013. Pola Sebaran Logam Berat Dan Nutrien Pada Musim Kemarau Di Estuari Perancak, Bali. J Segara 9, 117 127.

Han, A., Dai, M., Kao, S., 2012. Nutrient Dynamics And Biological Consumption In A Large Continental Shelf System Under The Influence Of Both A River Plume And Coastal Upwelling 57, 486 502. doi:10.4319/lo.2012.57.2.0486

Hani, D.Y.Q., 2006. Distribusi Vertikal Klorofil-a Dan Hubungannya Dengan Nutrien Di Perairan Laut Bali Dan Selat Lombok. IPB (Bogor Agricultural University).

Hariyadi, S., Enam, M.A., Tri, P., Sudodo, H., Ario, D., 2010. Produktivitas Primer Estuari Sungai Cisadane pada Musim Kemarau. Limnotek 2010 17, 49 57.

Harley, J.P., 2005. Laboratory Exercises In Microbiology, 6 th ed. ed. Mc. Graw Hill International Book Company, Boston.

Horhoruw, S.M., Atmadipoera, A.S., Purba, M., Purwandana, A., 2015. Current Structure and Spatial Variation of Indonesian Throughflow in Makassar Strait Under Ewin 2013 (Struktur Arus dan Variasi Spasial Arlindo di Selat Makassar dari Ewin 2013). ILMU Kelaut. Indones. J. Mar. Sci. 20, 87. doi:10.14710/ik.ijms.20.2.87-100

Hutagalung, H.P., Rozak, A., 1997. Metode Analisis Air Laut, Sedimen dan Biota, Buku 2. ed. LIPI, Jakarta.

Ilahude, A.G., Gordon, A.L., 1996. Thermocline stratification within the Indonesian Seas. J. Geophys. Res. Oceans 101, 12401 12409. doi:10.1029/95JC03798

Indra, J., 2002. Distribusi Horizontal Unsur Hara/Nutrien (N, P Dan Si) Pada Bulan Juli, Oktober, Dan Desember 2001 Di Perairan Teluk Semangka, Lampung. IPB (Bogor Agricultural University).

KKP, 2017. Pulau Romang [WWW Document]. Dir. Pulau-Pulau Kecil Indones. URL http://www.ppk-kp3k.kkp.go.id/direktori-pulau/index.php

Koike, I., Ogawa, H., Nagata, T., Fukuda, R., Fukuda, H., 2001. Silicate to Nitrate Ratio of the Upper Sub-Implication for Phytoplankton Dynamics. J. Oceanogr. 57, 253 260.

Latief, H., 2002. Oseanografi Pantai Volume 1. Departemen Geofisika dan Meteorologi ITB, Bandung.

Maslukah, L., Indrayanti, E., Rifai, A., 2014. Sebaran Material Organik dan Zat Hara Oleh Arus Pasang Surut 19, 189 194.

Millero, J., M.L. Sohn, 1982. Chemical Oceanography. CRC Press, London. Muchtar, M., 2012. Distribusi Zat Hara Fosfat, Nitrat dan Silikat di Perairan Kepulauan

Natuna. J. Ilmu Dan Teknol. Kelaut. Trop. 4, 304 317. Nybakken, J.W., 1992

Utama, Jakarta. Odum, E.., 1993. Dasar-dasar Ekologi, Edisi ke 3. ed. Gajah Mada University Press,

Yogyakarta. Paasche, E., 1980. The Physilogical Ecology Of Phytoplankton. Oxford 259 284. Patty, I.S., 2015. Zat Hara ( Fosfat , Nitrat ), Oksigen Terlarut dan pH Kaitannya

dengan Kesuburan di Perairan Jikumerasa, Pulau Buru. Pesisir Dan Laut Trop. 1, 43 50.

Patty, S.I., 2013. Kadar Fosfat, Nitrat Dan Oksigen Terlarut Di Perairan Pulau Talise , Sulawesi Utara 1, 167 176.

Page 86: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

74

Prayitno, B.H., Suherman, S., 2012. Hubungan Antara Rasio N / P dan Konsentrasi Silikat di Perairan Kepulauan Tambelan dan Kepulauan Serasan. ResearchGate 8, 19 26.

Putranto, E.D., 2016. Studi Pola Arus di Perairan Selat Lirang Kabupaten Maluku Barat Daya. Universitas Jendral Soedirman (UNSOED), Purwokerto.

Rahmayani, W., 2016. Pemanfaatan Citra Landsat 8 Oli Untuk Mengetahui Sebaran Parameter Kualitas Air Laut dan Produktivitas Primer Fitoplankton di Perairan Pulau Lirang, Kabupaten Maluku Barat Daya. Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta.

Raymont, J.E.., 1980. Plankton And Productivity In Oceans Phytoplankton. Oxford 277 275.

Redfield, A.C., 1958. The biological control of chemical factors in the environment. Am. Sci. 46, 230A 221.

Rintaka, W., Hastuti, A., Firmansyah, T., 2016. Distribusi Suhu , Klorofil-a dan Nutrien Perairan Selat Bali pada Saat Muson Tenggara. Prosiding 29. doi:10.13140/RG.2.1.3566.6326

Rochyatun, E., Tjutju, S., 1998. Inventarisasi Dan Evaluasi Potensi Laut-Pesisir III Oseanografi, Lingkungan Dan Biologi., ISBN 979-8205-42-7. Jakarta.

Saeni, M., 1989. Kimia Lingkungan. PAU-IPB, Bogor. Sidjabat, M., 1973. Pengantar Oseanografi. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Simanjuntak, M., 2012. Sea Water Quality Observed From Nutrient Aspect, Dissolved

Oxygen and Ph in The Banggai Waters, Central Sulawesi. J. Ilmu Dan Teknol. Kelaut. Trop. 4.

Simanjuntak, M., 2009. Hubungan Faktor Lingkungan Kimia, Fisika Terhadap Distribusi Plankton di Perairan Belitung Timur, Bangka Belitung. J. Perikan. XI (1), 31 45.

Simanjuntak, M., Kamlasi, Y., 2012. Sebaran Horizontal Zat Hara di Perairan Lamalera , Nusa Tenggara Timur 17, 99 108.

Sonnekus, M.J., Bornman, T.G., Campbell, E.E., 2016. Deep Sea Research II Phytoplankton and nutrient dynamics of six South West Indian Ocean seamounts. Deep-Sea Res. Part II 1 14. doi:10.1016/j.dsr2.2016.12.008

Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung. Susanti, I.I., 2001. Produktivitas Primer Fitoplankton Serta Keterkaitannya dengan

Nutrien dan Intensitas Cahaya di Perairan Teluk Hurun, Bandar Lampung. Tarhadi, Indrayanti, E., Anugroho, A., 2014. Studi Pola Dan Karakteristik Arus Laut Di

Perairan 3, 16 25. Triyulianti, I., Wijaya, D., Era, W., Arief, T., Widagti, N., Dipo, P., 2012. Distribusi

Vertikal pH dan Alkalinitas Perairan Selatan Jawa dan Samudera Hindia. Balai Penelit. Dan Obs. Laut 7.

Tubalawony, S., Kusmanto, E., Perairan, M.S., Perikanan, F., 2012. Suhu dan Salinitas Permukaan Merupakan Indikator Upwelling Sebagai Respon Terhadap Angin Muson Tenggara di Perairan Bagian Utara Laut Sawu 17, 226 239.

Umasangaji, H., 2006. Variabilitas dan Karakteristik Arus Lintas Indonesia Hubungannya dengan Fluktuasi Lapisan Termoklin di Perairan Selat Makassar. Institut Pertanian Bogor (IPB), Bogor.

Utami, R., Maslukah, L., Yusuf, M., 2016. Sebaran Nitrat (NO3) dan Fosfat (PO4) Di Perairan Karangsong Kabupaten Indramayu 5, 31 37.

Page 87: ANALISIS DISTRIBUSI HORIZONTAL NUTRIEN KAITANNYA …repository.ub.ac.id/370/1/IMAS ADI YUWONO .pdf · 2020. 6. 1. · pola distribusi nutrien dan (3) menganalisis kondisi produktivitas

75

Utami, T.M.R., Maslukah, L., Yusuf, M., 2016. Sebaran Nitrat (NO3) dan Fosfat (PO4) Di Perairan Karangsong Kabupaten Indramayu. Bul. OSEANOGRAFI Mar. 5, 31 37.

Waileruny, W., Wiyono, E.S., Wisodo, S.H., Purbayanto, A., Nurani, T.W., 2014. Monsoon and Skipjack Fishing Ground In The Banda Sea and Its Surrounding Moluccas Province. J. Teknol. Perikan. Dan Kelaut. 5.

Wardoyo, S.T., 1975. Pengelolaan Kualitas Air. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Welch, E., 1980. Ecological Effects Of Waste Water. Cambridge. Wibisono, 2011. Pengantar Ilmu Kelautan, Edisi 2. ed. Universitas Indonesia (UI-

Press). Zhang, L., Wang, L., Yin, K., Lü, Y., Yang, Y., Huang, X., 2014. Spatial and Seasonal

Variations of Nutrients in Sediment Profiles and Their Sediment - Water Fluxes in the Pearl River 25, 197 206. doi:10.1007/s12583-014-0413-y