CSS Kejang Demam Imas Vivih Faradillah

25
BAB I DEFINISI DAN ETIOLOGI KEJANG 1.1. Definisi Kejang bukan merupakan suatu penyakit, tetapi gejala dari suatu atau beberapa penyakit, yang merupakan manifestasi dari lepasnya muatan listrik yang berlebihan di sel-sel neuron otak oleh karena terganggu fungsinya. 1.2. Etiologi 1. Ekstrakranial : Infeksi : sepsis, diare Gangguan metabolic : hipoglikemia Gangguan keseimbangan asam-basa : hiponatremia, hiponatremia Kejang demam 2. Intrakranial : Infeksi : meningitis, encephalitis Neoplasma 1

description

nbgjbv

Transcript of CSS Kejang Demam Imas Vivih Faradillah

Page 1: CSS Kejang Demam Imas Vivih Faradillah

BAB IDEFINISI DAN ETIOLOGI KEJANG

1.1. Definisi

Kejang bukan merupakan suatu penyakit, tetapi gejala dari suatu atau

beberapa penyakit, yang merupakan manifestasi dari lepasnya muatan listrik yang

berlebihan di sel-sel neuron otak oleh karena terganggu fungsinya.

1.2. Etiologi

1. Ekstrakranial :

Infeksi : sepsis, diare

Gangguan metabolic : hipoglikemia

Gangguan keseimbangan asam-basa : hiponatremia, hiponatremia

Kejang demam

2. Intrakranial :

Infeksi : meningitis, encephalitis

Neoplasma

Trauma

Epilepsi

1

Page 2: CSS Kejang Demam Imas Vivih Faradillah

BAB II

DEFINISI, ETIOLOGI, EPIDEMIOLOGI, KLASIFIKASI,

MEKANISME DAN PATOFISIOLOGI

KEJANG DEMAM

2.1. Definisi

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu

tubuh ( suhu reektal > 38˚C) yang disebabkan oleh suatu proses ektrakranium.

Catatan :

Biasanya kejang terjadi pada anak usia 6 bulan-5 tahun

Bila usia anak < 6 bulan atau >5 tahun mengalami kejang didahului oleh

demam, pikirkan kemungkinan lain, misalnya infeksi SSP atau epilepsy

yang kebetulan terjadi bersama demam

Anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam kemudian kejang

demam kembali tidak termasuk kejang demam

Kejang disertai demam pada bayi usia < 1 bulan tidak termasuk dalam

kejang demam

2.2. Etiologi

Semua jenis infeksi yang bersumber di luar susunan saraf pusat yang

menimbulkan demam dapat menyebabkan kejang demam. Penyakit yang paling

sering menimbulkan kejang demam adalah infeksi saluran pernafasan atas, otitis

media akut, pneumonia, gastroenteritis akut, exantema subitum, bronchitis, dan

infeksi saluran kemih. Selain itu juga infeksi diluar susunan saraf pusat seperti

2

Page 3: CSS Kejang Demam Imas Vivih Faradillah

tonsillitis, faringitis, forunkulosis serta pasca imunisasi DPT (pertusis) dan

campak (morbili) dapat menyebabkan kejang demam.

Faktor lain yang mungkin berperan terhadap terjadinya kejang demam adalah :

Produk toksik mikroorganisme terhadap otak (shigellosis, salmonellosis)

Respon alergi atau keadaan imun yang abnormal oleh karena infeksi.

Perubahan keseimbangan cairan atau elektrolit.

Gabungan dari faktor-faktor diatas.

2.3. Klasifikasi

Kejang demam sederhana (simple febrile seizure)

Kejang demam kompleks (complex febrile seizure)

1. Kejang demam sederhana ( simple febrile seizure )

Kejang demam yang berlangsung singkat < 15 menit

Umumnya tonik atau klonik

Berhenti sendiri

Tanpa gerakan fokal (melibatkan seluruh bagian tubuh)

Tidak berulang dalam waktu 24 jam

2. Kejang Demam Kompleks (complex febrile seizure)

Kejang demam dengan ciri-ciri (salah satu dibawah ini):

Lamanya kejang >15 menit

3

Page 4: CSS Kejang Demam Imas Vivih Faradillah

Kejang fokal atau partial pada satu sisi, atau kejang umum didahului

kejang partial

Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam

2.4. Epidemiologi

Kejang demam terjadi pada 2-4% populasi anak usia 6 bulan-5 tahun

Kejang demam sederhana: 80-90%

Kejang demam komplek : 20%

Lama berlangsung > 15 menit: 8% kasus

Berulang dalam 24 jam : 16% kasus

2.4. Mekanisme dan Patofisiologi

Untuk mempertahankan hidupnya, sel otak membutuhkan energi yaitu

senyawa glukosa yang didapat dari proses metabolisme. Sel-sel otak dikelilingi

oleh membran yang dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui

dengan mudah oleh ion Kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion Natrium

(Na+) dan elektrolit lain kecuali Clorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi ion K di

dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi ion Na rendah. Keadaan sebaliknya

terjadi di luar sel neuron. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam

dan di luar sel tersebut maka terjadi beda potensial yang disebut ‘Potensial

Membran Sel Neuron’.

4

Page 5: CSS Kejang Demam Imas Vivih Faradillah

Untuk menjaga keseimbangan potensial membran sel diperlukan energi

dan enzim Na-K-ATP ase yang terdapat di permukaan sel.

Keseimbangan potensial membran sel dipengaruhi oleh:

1. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler.

2. Rangsangan yang datangnya mendadak baik rangsangan mekanis, kimiawi

atau aliran listrik dari sekitarnya.

3. Perubahan patofisiologi dari membran karena penyakit atau faktor

keturunan.

Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1˚C akan mengakibatkan kenaikan

metabolisme basal 10-15% dan peningkatan kebutuhan oksigen sampai 20%. Jadi

pada kenaikan suhu tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari membran

dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi ion Kalium dan Natrium melalui

membran sel, dengan akibat lepasnya muatan listrik yang demikian besar sehingga

dapat meluas keseluruh sel maupun ke membrane sel sekitar dengan bantuan

neurotransmitter dan terjadilah kejang.

Pada anak dengan ambang kejang yang rendah kenaikan suhu sampai 38 C

sudah terjadi kejang, namun pada anak dengan ambang kejang yang tinggi, kejang

baru terjadi pada suhu diatas 40˚C. Terulangnya kejang demam lebih sering

terjadi pada anak dengan ambang kejang rendah.

Kejang demam yang berlangsung singkat umumnya tidak berbahaya dan tidak

meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang demam yang berlangsung lama (>15

menit) biasanya disertai dengan apneu, meningkatnya kebutuhan oksigen dan

5

Page 6: CSS Kejang Demam Imas Vivih Faradillah

energi untuk kontraksi otot skelet yang mengakibatkan hipoksemia, hiperkapnea,

dan asidosis laktat.

Hipotensi arterial disertai dengan aritmia jantung dan kenaikan suhu tubuh

disebabkan meningkatnya aktivitas berakibat meningkatnya metabolisme otak.

Rangkaian kejadian di atas adalah faktor penyebab terjadinya kerusakan neuron

otak pada kejang yang lama.

Faktor yang terpenting adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan

hipoksia sehingga berakibat meningkatnya permeabilitas vascular dan edema otak

serta kerusakan sel neuron. Kerusakan anatomi dan fisiologi yang bersifat

menetap bisa terjadi di daerah medial lobus temporalis setelah ada serangan

kejang yang berlangsung lama. Hal ini diduga kuat sebagai faktor yang

bertanggung jawab terhadap terjadinya epilepsi.

6

Page 7: CSS Kejang Demam Imas Vivih Faradillah

BAB IIIGEJALA DAN TANDA, PEMERIKSAAN, DIFERENTIAL

DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS KEJANG DEMAM

3. 1. Gejala dan Tanda

Terjadinya bangkitan kejang demam pada bayi dan anak kebanyakan

bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat, yang disebabkan

oleh infeksi diluar sistem saraf pusat misalnya tonsillitis, bronchitis atau otitis

media akut.

Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam,

berlangsung singkat, dengan sifat bangkitan kejang berbentuk tonik, klonik, tonik-

klonik, fokal atau akinetik.

Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti untuk sesaat

anak tidak memberikan reaksi apapun, tetapi setelah beberapa detik atau menit

anak akan terbangun dan sadar kembali tanpa ada kelainan neurologi

3.2. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium.

Tidak dianjurkan pemeriksaan laboratorium rutin

Dapat diperiksa untuk mengevaluasi sumber infeksi atau mencari

penyebab seperti darah perifer, elektrolit dan gula darah

Foto x-ray kepala dan neuropencitraan seperti Computed tomography

(CT) atau magnetic resonance imaging (MRI) jarang dikerjakan, tidak

rutin dan atas indikasi.

7

Page 8: CSS Kejang Demam Imas Vivih Faradillah

2. Pungsi lumbal

Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau

menyingkirkan kemungkinan meningitis. Risiko terjadinya meningitis

bakterialis ialah 0,6%-6,7%.

Pada bayi kecil sering manifestasi meningitis tidak jelas secara klinis, oleh

karena itu pungsi lumbal dianjurkan pada:

bayi < 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan

bayi antara 12-18 bulan dianjurkan

bayi > 18 tidak rutin

Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi

lumbal.

3. Elektroensefalografi

Pemeriksaan elektroensefagrafi (EEG) tidak dapat memprediksi

berulangnya kejang, atau memperkirakan kemungkinan terjadinya epilepsy

pada pasien kejang demam. Oleh karenanya tidak direkomendasikan.

4. Pencitraan

Foto x-ray kepala dan pencitraan neuropencitraan seperti Computed

tomography (CT) atau magnetic resonance imaging (MRI) jarang sekali

dikerjakan, tidak rutin dan atas indikasi.

3.3. Diferensial Diagnosa

Kejang dengan suhu badan yang tinggi dapat terjadi karena kelainan lain,

misalnya radang selaput otak (meningitis), radang otak (ensefalitis), dan abses

8

Page 9: CSS Kejang Demam Imas Vivih Faradillah

otak. Menegakkan diagnosa meningitis tidak selalu mudah terutama pada bayi dan

anak yang masih muda. Pada kelompok ini gejala meningitis sering tidak khas dan

gangguan neurologisnya kurang nyata. Oleh karena itu agar tidak terjadi

kekhilafan yang berakibat fatal harus dilakukan pemeriksaan cairan serebrospinal

yang umumnya diambil melalui fungsi lumbal.

3.4. Diagnosis

Diagnosis kejang tidak selalu mudah. Ensefalopati tanpa sebab yang jelas

kadang memberi gejala kejang yang hebat. Sinkop atau kejang sebagai refleksi

anoksia juga dapat terpacu oleh demam. Demam menggigil pada bayi juga dapat

keliru dengan kejang demam. Sering orang tua menyangka anak gemetar karena

suhu yang tinggi sebagai kejang.

Diagnosis didasarkan atas gejala dan tanda menurut kriteria Livingstone

sebagai berikut :

1. Umur anak kejang pertama antara 6 bulan sampai 4 tahun

2. Kejang terjadi dalam 16 jam pertama setelah mulai panas.

3. Kejang bersifat umum

4. Kejang berlangsung tak lebih dari 15 menit

5. Frekuensi bangkitan tak lebih dari 4 kali dalam setahun

6. Pemeriksaan EEG yang dibuat 10-14 hari setelah bebas panas tidak

menunjukkan kelainan

7. Tidak didapatkan kelainan neurologik

9

Page 10: CSS Kejang Demam Imas Vivih Faradillah

10

Page 11: CSS Kejang Demam Imas Vivih Faradillah

BAB IV

PENATALAKSANAAN KEJANG DEMAM

4.1. PENATALAKSANAAN

4.1.1 Penatalaksanaan pada saat Kejang

Biasanya kejang berlangsung singkat dan pada waktu pasien datang,

kejang sudah berhenti. Apabila datang dalam keadaan kejang, obat yang paling

cepat untuk menghentikan kejang adalah diazepam intra vena (dosis 0,3-0,5

mg/KgBB) perlahan-lahan dengan kecepatan 1-2 mg/ menit atau dalam waktu 3-5

menit dengan dosis maksimal 20 mg. Obat yang dapat diberikan di rumah atau

orang tua yaitu diazepam per rektal (0,5-0,75mg/KgBB) atau 5mg untuk anak

dengan berat badan < 10 Kg dan 10 mg untuk anak berat badan >10 Kg. Atau

diazepam rektal dengan dosis 5 mg untuk anak di bawah usia 3 tahun atau dosis

7,5 mg untuk anak di atas usia 3 tahun. Bila kejang masih berlangsung setelah

pemberian diazepam per rektal, maka dapat diulangi lagi pemberian diazepam

dengan cara dan dosis yang sama dengan interval 5 menit.

Bila setelah dua kali pemberian diazepam per rektal kejang masih

berlangsung, anak langsung dibawa ke rumah sakit dan diberikan diazepam intra

vena dengan dosis 0,3-0,5 mg/Kg BB.

Bila setelah pemberian intravena kejang masih berlangsung maka

diberikan fenitoin dengan dosis awal 10-20 mg/KgBB/kali dengan kecepatan 1

mg/ KgBB/menit atau kurang dari 50 mg/menit.2,6

11

Page 12: CSS Kejang Demam Imas Vivih Faradillah

Bila kejang telah berhenti maka dosis fenitoin diturunkan menjadi 4-8

mg/KgBB/hari, dimulai 12 jam setelah dosis awal. Bila dengan fenitoin kejang

belum berhenti, maka pasien harus dirawat di ruang intensif.

Bila kejang telah berhenti pemberian obat selanjutnya dilakukan sesuai

dengan jenis demam kejang apakah kejang demam kompleks maupun sederhana

dan faktor risiko.

4.1.2 Pemberian obat pada saat Demam

Anti piretik

Tidak ditemukan bahwa pemberian antipiretik dapat menurunkan risiko

terjadinya kejang demam. Namun para ahli Indonesia sepakat bahwa antipiretik

tetap dapat diberikan yaitu parasetamol dengan dosis 10-15 mg/KgBB/kali

diberikan 4 kali sehari dan tidak lebih dari 5 kali. Dosis ibuprofen yaitu 5-10

mg/KgBB/kali, 3-4 kali sehari. Pemberiaan asam asetil salisilat tidak dianjurkan

karena dapat menimbulkan Reye Sindrom pada anak 18 bulan (walaupun jarang).6

Anti konvulsan

Pemakaian diazepam per oral dengan dosis 0,3 mg/KgBB setiap 8 jam

pada saat demam menurunkan risiko berulangnya kejang pada 30-60% kasus,

begitu pula pemberiaan diazepam per rektal dosis 0,5 mg/KgBB setiap 8 jam pada

suhu >38,5 C. Dosis tersebut cukup tinggi dan menyebabkan ataksia, iritabel, dan

sedasi yang cukup berat pada 25-39% kasus.6

Fenobarbital, karbainazepin, dan fenitoin pada saat demam tidak berguna

untuk mencegah kejang demam.

12

Page 13: CSS Kejang Demam Imas Vivih Faradillah

4.1.3 Pemberian Obat Rumat

Indikasi pemberian obat rumat yaitu :

1. Kejang lama > 15 menit.

2. Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum ataupun sesudah kejang,

misalnya hemiparesis.

3. Kejang fokal

4. Pengobatan rumat dipertimbangkanjika:

Kejang berulang 2 kali atau lebih dalam 24 jam

Kejang demam terjadi pada bayi <12 bulan

Kejang > 4 kali per tahun

Jenis anti konvulsan untuk pengobatan rumat

Pemberian fenobarbital atau asam valproat setiap hari efektif menurunkan

risiko berulangnya kejang. Pemberian fenobarbital (dosis 3-4 mg/KgBB/hari

dalam 1-2 dosis) setiap hari dapat menimbulkan gangguan perilaku dan kognitif

pada 40-50% kasus. Obat pilihan saat ini adalah asam valproat (dosis 1 5-40

mg/KgBB/ hari dalam 2-3 dosis) pada sebagian kecil kasus terutama pada yang

berusia < 2 tahun asam valproat dapat menimbulkan gangguan fungsi hati.

Lama pengobatan aural yaitu selama 1 tahun bebas kejang kemudian

dihentikan secara bertahap selama 1 -2 bulan.

13

Page 14: CSS Kejang Demam Imas Vivih Faradillah

Bersamaan dengan mengatasi kejang dilakukan:

Bebaskan jalan nafas, pakaian penderita dilonggarkan kalau perlu

dilepaskan

Tidurkan penderita pada posisi terlentang, hindari dari trauma

Cegah trauma pada bibir dan lidah dengan pemberian spatel lidah atau

sapu tangan diantara gigi

Pemberian oksigen untuk mencegah kerusakan otak karena hipoksia

Segera turunkan suhu badan dengan pemberian antipiretika

(asetaminofen/parasetamol) atau dapat diberikan kompres es

Cari penyebab kenaikan suhu badan dan berikan antibiotik yang sesuai

Apabila kejang berlangsung lebih dari 30 menit dapat diberikan

kortikosteroid untuk mencegah edema otak dengan menggunakan

cortisone 20-30 mg/kgBB atau dexametason 0,5-0,6 mg/kgBB

14

Page 15: CSS Kejang Demam Imas Vivih Faradillah

Kejang

KejangDiazepam rektal

5 menit

Di Rumah Sakit

Kejang Diazepam IV Kecepatan 0,5-1 mg/menit(3-5 menit) (depresi pernafasan dapat terjadi)

Kejang Fenitoin bolus IV 10-20 mg/kg BBKecepatan 0,5-1 mg/kg Menit (pastikan ventilasi adekuat)

Kejang Transfer ke ICU

diazepam rectal 0,5 mg/kgBB atau Berat badan < 10 kg; 5 mgDiazepam IV 0,3-0,5 mg/kg/BB

Keterangan : Bila kejang berhenti terapi propilaksis intermitten atau rumatan diberiakan berdasarkan kejang demam sederhana atau kompleks dan faktor risikonya.Pemberian fenitoin bolus sebaiknya secara drip intravena dicampur dengan cairan NaCl fisiologis, untuk mengurangi efek samping aritmia dan hipotensi

Bagan Penghentian Kejang Demam

15

Page 16: CSS Kejang Demam Imas Vivih Faradillah

BAB V

PROGNOSIS , VAKSINASI DAN EDUKASI KEJANG DEMAM

5.1. Prognosis

1. Risiko berulang kejang demam

Kejang demam akan terjadi kembali pada sebagian kasus. Factor risiko

berulang kejang demam adalah :

Riwayat kejang demam dalam keluarga

Usia saat kejang demam pertama < 15 bulan

Temperature yang rendah saat kejang

Cepatnya kejang setelah demam

Bila seluruh faktor di atas ada, kemungkinan berulang 80%, sedangkan

bila tidak terdapat faktor tersebut kemungkinan berulang 10-15%.

Kemungkinan berulang paling besar pada tahun pertama

2. Risiko terjadinya epilepsi dikemudian hari

Faktor risiko lainnya adalah terjadinya epilepsi di kemudian hari. Faktor

risiko menjadi epilepsi adalah:

kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum kejang

demam pertama.

kejang demam kompleks

riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung

16

Page 17: CSS Kejang Demam Imas Vivih Faradillah

Masing-masing faktor risiko meningkatkan kemungkinan kejadian epilepsi

4-6%, kombinasi dari faktor risiko tersebut meningkatkan kemungkinan

epilepsi menjadi 10-49%. Kemungkinan epilepsi tidak dapat dicegah

dengan pemberian obat rumat pada kejang demam.

3. Risiko mengalami kecacatan atau kematian

Kemungkinan mengalami kecacatan atau kelainan neurologis

karena kejang demam tidak pernah dilaporkan. Kemungkinan

kematian akibat kejang demam juga tidak pernah dilaporkan.

4. Vaksinasi

Sejauh in tidak ada kontra indikasi untuk melakukan vaksinasi

terhadap anak yang mengalami kejang demam. Kejang setelah

demam karena vaksinasi sangat jarang. Angka kejadian pasca

vaksinasi DPT adalah 6-9 kasus per 100.000 anak yang divaksinasi

sedangkan setelah vaksinasi MMR 25-34 per 100.000. Dianjurkan

untuk memberikan diazepam oral atau rektal bila anak demarn,

terutama setelah vaksinasi DPT atau MMR. Beberapa dokter anak

merekomendasikan parasetamol pada saat vaksinasi hingga 3 hari

kemudian.

5. Edukasi pada orang tua

Kejang selalu merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang

tua. pada saat kejang sebagian orang tua beranggapan bahwa

anaknya telah meninggal. Kecemasan ini harus dikurangi dengan

cara:

17

Page 18: CSS Kejang Demam Imas Vivih Faradillah

Meyakinkan bahwa kejang demam umumnya memiliki

prognosis baik

Memberikan cara penanganan kejang

Memberikan informasi kemungkinan kejang kembali

Terapi memang efektif mencegah rekurensi tetapi memiliki efek

samping

Tidak ada bukti bahwa terapi akan mengurangi kejadian

epilepsy

Beberapa hal yang harus dikerjakan, bila anak kembali kejang:

Tetap tenang dan tidak panik

Kendorkan pakaian ketat terutama disekitar leher

Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala

miring. Bersihkan muntahan atau lender di mulut atau hidung.

Walaupun kemungkinan lidah tergigit, jangan memasukkan

sesuatu ke dalam mulut.

Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang

Tetap bersama pasien selama kejang

Berikan diazepam rectal. Dan jangan diberikan bila kejang telah

berhenti.

Bawa ke dokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5

menit atau lebih.

18

Page 19: CSS Kejang Demam Imas Vivih Faradillah

DAFTAR PUSTAKA

Lumbantobing SM, 1989, Penatalaksanaan Mutakhir Kejang Pada

Anak, Gaya Baru, Jakarta

Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta

Abdurachman sukadi, Adi Utomo suardi, Ahmedz Widiasta, Alex

Chairulfatah, Anggraini Alam, dkk. 1994, Pedoman Diagnosis dan

Terapi, Departemen Ilmu Kesehatan Anak F.K. Universitas Padjadjaran,

Bandung.

19