ANALISIS DINAMIKA KETERLIBATAN HIZBULLAH DALAM...

104
i ANALISIS DINAMIKA KETERLIBATAN HIZBULLAH DALAM KONFLIK SURIAH PASCA PEMILU PARLEMEN LEBANON 2018 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: Muhammad Jayakarta 11141130000066 PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H/ 2020 M

Transcript of ANALISIS DINAMIKA KETERLIBATAN HIZBULLAH DALAM...

i

ANALISIS DINAMIKA KETERLIBATAN HIZBULLAH

DALAM KONFLIK SURIAH PASCA PEMILU

PARLEMEN LEBANON 2018

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Muhammad Jayakarta

11141130000066

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H/ 2020 M

v

ABSTRAK

Penelitian ini memahami dan menjelaskan dinamika keterlibatan Hizbullah

dalam Konflik Suriah setelah kemenangan mereka dalam pemilihan parlemen di

Lebanon pada tahun 2018. Hezbollah adalah organisasi Islam berafiliasi Syiah yang

berbasis di Lebanon Selatan. Semenjak pertempuran Qusayr pada 2013, Hizbullah

memiliki peran penting dalam mempertahankan rezim al-Assad dan mencegah

jatuhnya Suriah menjadi negara gagal, atau dikendalikan oleh kelompok-kelompok

ekstremis. Hizbullah memiliki 7.000 sampai 10.000 pejuang di Suriah, penempatan

terbesar mereka di dunia di luar Lebanon. Selain memiliki misi menjaga stabilnya

pemerintahan Bashar al-Assad, Hizbullah menggunakan propaganda dan kampanye

media intensif untuk menggambarkan dirinya sebagai pelindung komunitas Syiah

yang di perbatasan Lebanon-Suriah. Hizbullah juga berjanji untuk melindungi situs-

situs suci Syiah di Suriah, seperti makam Sayyidah Zainab di Damaskus selatan.

Hizbullah juga telah melatih, menasehati, dan membantu komunitas, dan proksi Syiah

lainnya di Suriah.

Pada Mei 2018 di tengah keterlibatan mereka dalam konflik Suriah, Hizbullah

dan partai koalisinya, 8 Maret, berpartisipasi dalam pemilihan di Lebanon dan

memenangkan mayoritas kursi di parlemen. Juga pada bulan Mei, Putin mengangkat

wacana tentang penarikan semua pasukan asing dari Suriah, termasuk Hizbullah dan

aliansi Iran. Wacana penarikan pasukan ini mewarnai dinamika keterlibatan Hizbullah

di Suriah, di tengah kondisi pemerintahan Bashar al-Assad yang semakin stabil, dan

kemenangan Hizbullah dalam politik domestik mereka, ditambah ancaman keamanan

oleh meningkatnya kehadiran Israel di Suriah. Hal ini menimbulkan pertanyaan faktor

apa yang membuat Hizbullah masih memlanjutkan kehadirannya di tengah konflik

Suriah. Penelitian ini dapat dikategorikan sebagai penelitian kualitatif dan data

dikumpulkan dengan studi literatur. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

keputusan Hizbullah tetap terlibat dalam Konflik Suriah dilatarbelakangi faktor

hubungan geopolitik antara Hizbullah, Iran, dan Suriah yang tergabung dalam Poros

Perlawanan di Timur Tengah. Selain itu faktor kesetiaan Hizbullah terhadap Iran

dalam sistem Wilayatul Faqih juga menjadi faktor penguat diambilnya keputusan

tersebut.

Kata kunci: Hizbullah, Konflik Suriah, Wilayatul Faqih, Iran, Poros Perlawanan,

Koalisi 8 Maret

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat

dan karunia yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Analisis Dinamika Keterlibatan Hizbullah Dalam Konflik Suriah Pasca

Pemilu Parlemen Lebanon 2018” ini. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada

baginda Nabi Muhammad SAWW beserta Keluarga sucinya, juga Sahabat- sahabatnya

yang setia. Seiring dengan perjalanan penulis dalam menyusun skripsi ini, tiada henti-

hentinya penulis menerima banyak dukungan dari berbagai pihak dalam berbagai

macam bentuk. Maka dari itu, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih sedalam-

dalamnya kepada :

1. Keluarga penulis selaku pendukung utama bagi penulis sehingga dapat

bertahan menyelesaikan karya Skripsi ini. Untuk Bapak, Mamah, dan Zaka

terima kasih banyak, terkhusus doa- doa yang senantiasa dipanjatkan demi

kebaikan penulis.

2. Bapak Ahmad Alfajri, M.A, selaku Ketua Program Studi Hubungan

Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Eva Mushoffa, MHSPS, selaku Dosen Pembimbing yang selalu

memberikan arahan serta bimbingan agar skripsi ini dapat selesai tanpa

kendala yang berarti. Mohon maaf terlalu banyak menyusahkan ibu baik waktu

maupun tenaga, Terima kasih banyak ibu, atas kesabarannya selama ini.

4. Segenap jajaran dosen dan staf Program Studi HI UIN Jakarta serta FISIP UIN

Jakarta yang telah memberikan segudang ilmu serta wawasan yang baru

vii

kepada penulis, terima kasih atas segala ilmu yang telah diberikan selama masa

perkuliahan.

5. Sahabat- sahabat penulis yakni; Fatin, Topan, Earvin, Tebo, Shonyo, Bisri,

Faruq, Chusnul, Reni, Reza Rizki, Ryanta, Eja Baraqbah, Robith, Maco,

Risfiana, Fulki, Aji, Pale, dan Adit, yang atas pertemanan ini membuat penulis

dapat bertahan selama masa perkuliahan selama ini. Terima kasih banyak,

senantiasa ikhlas tetap hadir di setiap titik dan momen yang penulis alami

selama enam tahun terakhir.

6. Kepada anak- anak Bangsat Hijrah (re: Leviathan FC) Oby, Alif, Aqil, Aria,

Apip, Beben, Ajis, Arkan, Dika, Bimo, Akbar, Imtiyaz, Unggul. Terima kasih

atas dukungan dan waktunya menemani di kala penulis mencari pelarian di

sela- sela penulisan skripsi ini.

7. Sahabat- Sahabati PMII Komisariat FISIP UIN Jakarta. Kepada Abang dan

Kakak; Labib, Tio, Cena, Pasto, Fikri, Kholid, Azmi, Ruly, Kadir, Juple, Irma,

Irzal, Padlan, Shidki, Malik, Sarah, Upang, Tami, Karim yang senantiasa

menasehati penulis sampai detik ini. Juga kepada adik- adik di Komisariat;

Ncu, Muhsin, Agoy, Raden, Kai, Sarah, Pece, Nisaul, Rixza, Anwar, Salsa,

Gaby, Widhis, Adnan, Alrahman, Kate, Fitara, Bojong, Ludi, Apip Tufail,

Hafiz, yang mewarnai kehidupan berorganisasi selama di Ciputat.

8. Teman- teman penghuni kelas HI- C 2014; Yuni, Leha, Ola, Diah, Rhinanda,

Hana, Tirana, Nada, Andam, Yuana, Fira, Thifa, Dea, Atun, Sasa, Mayang,

Hanin, Yusti, Messayu, Yaqub, Jaka, Rifda Terima kasih atas perjalanan

viii

menuntut ilmu selama ini, berkat bantuan mereka penulis dapat melewati

setiap mata kuliah sampai tahap akhir ini.

9. Teman-teman angkatan 2014 serta kakak- kakak senior baik Jurusan Hubungan

Internasional, Sosiologi, maupun Ilmu Politik. Terima kasih atas semua saran,

masukan, dan diskusi sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan

perkuliahan.

Penulis berharap semoga Allah SWT membalas semua dukungan dan bantuan

yang diberikan dengan kebaikan yang berlipat ganda. Terakhir, penulis menyadari

bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Semoga dengan segala kekurangan

yang dimiliki, skripsi ini dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan bagi

setiap pembacanya dan bagi perkembangan studi Hubungan Internasional kedepannya.

Jakarta, 13 Januari 2020

Muhammad Jayakarta

ix

DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi

DAFTAR ISI………. ............................................................................................. ix

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi

DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………...……………..........1

A. Pernyataan Masalah............................................................................1

B. Pertanyaan Penelitian..........................................................................8

C. Tujuan dan Manfaat………………....……………………………....8

D. Tinjauan Pustaka………………………………………………........9

E. Kerangka Pemikiran..……………………………………………...14

a. Foreign Policy Analysis…………………………………….....14

b. Geopolitik…….………………………………..........................17

F. Metode Penelitian……………………………..……………..……...20

G. Sistematika Penulisan…………………………………...………… 22

BAB II KETERLIBATAN HIZBULLAH DALAM KONFLIK SURIAH DAN

PEMILU PARLEMEN LEBANON

2018…..............................................................................………………………..24

A. Profil Hizbullah...................................................................................24

B. Kiprah Militer dan Politik Hizbullah………..………………...........28

a. Hizbullah sebagai Gerakan Milisi...................................................28

a. Keterlibatan Hizbullah dalam Konflik Suriah............................30

b. Keterlibatan Hizbullah dalam Konflik Suriah Periode 2014 –

2018……………………………………………………..……….33

b. Hizbullah sebagai Partai Politik......................................................39

a. Hizbullah dalam Pemilu Parlemen Lebanon 2018..................42

BAB III DINAMIKA HIZBULLAH PASCA PEMILU PARLEMEN LEBANON

2018.........................................………………………………….........................48

A. Dinamika Internal (Kemenangan Politik Hizbullah: Penguasaan Parlemen

dan Kabinet)……………………………………………............................48

a. Koalisi 8 Maret Menguasai Kabinet Baru..........................................48

B. Dinamika Eksternal (Pembatalan Wacana Penarikan Pasukan dan

Menguatnya Israel di Suriah)………………….........................................52

a. Pembatalan Wacana Penarikan Milisi Hizbullah dari Suriah.............52

b. Hizbullah dan Iran Menempati Perbatasan Suriah- Israel…….…......55

c. Menguatnya Posisi Israel di Suriah....................................................57

.

x

BAB IV ANALISIS KETERLIBATAN HIZBULLAH DALAM KONFLIK

SURIAH PASCA PEMILU PARLEMEN LEBANON 2018 ..…....................62

A. Faktor- faktor di balik keputusan Hizbullah tetap bertahan dalam

Konflik Suriah pasca Pemilu Parlemen Lebanon 2018.....................63

a Faktor Internal....................................................................................64

a Faktor Psikologis: Kesetiaan pada Wilayatul Faqih dan

Prinsip Perlawanan terhadap Zionis Israel......................................64

b. Situasi Politik Domestik...............................................................72

b. Faktor Eksternal................................................................................74

a. Penguatan Posisi Israel dalam Konflik Suriah............................75

b. Faktor Geopolitik: Poros Perlawanan (Axis of Resistance)

di Regional....................................................................................78

BAB V PENUTUP ……………………………………........………………...…81

5.1 Kesimpulan ………………......……………………………………………...81

5.2 Saran ……………………………………………..…………………………..84

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1. Bagan Struktural Organisasi Hizbullah ……….24

xii

DAFTAR SINGKATAN

AMAL Afwaj al-Mouqawma Al-Lubnaniyya

FM Future Movement

FPA Foreign Policy Analysis

FPM Free Patriotic Movement

FSA Free Syrian Army

IDF Israel Defense Forces

IRGC Islamic Revolutionary Guard Corps

ISIS Islamic State of Iraq and Syria

NDF National Defence Force

PLO Palestine Liberation Organization

PMF Popular Mobilization Forces

PSP Progressive Socialist Party

SDF Syrian Democratic Forces

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. PERNYATAAN MASALAH

Skripsi ini bertujuan untuk memahami dan menjelaskan dinamika

keterlibatan Hizbullah di dalam konflik Suriah pasca pemilu parlemen Lebanon

tahun 2018. Hizbullah menjadi layak dibahas dikarenakan sepak terjangnya

selama ini yang independen, yakni lepas dari campur tangan pemerintah Lebanon.

Hizbullah adalah salah satu aktor non- negara yang sejak 2012 konsisten ikut

terjun ke dalam pusaran konflik Suriah dan tergabung dalam aliansi pemerintah

mempertahankan rezim Bashar al-Assad. Namun pada Mei 2018 muncul wacana

penarikan seluruh pasukan asing dari wilayah Suriah, termasuk Hizbullah.

Selanjutnya di bulan yang sama juga Hizbullah bersama koalisinya, 8 Maret,

meraih kemenangan dan kursi mayoritas di pemilu parlemen Lebanon. Penilitian

ini akan membahas dinamika keterlibatan Hizbullah pada konflik Suriah pasca

pemilu parlemen Lebanon 2018.

Konflik Suriah adalah salah satu dari rangkaian peristiwa revolusi yang

melanda Timur Tengah dan Afrika, yang seringkali disebut dengan istilah Arab

Spring. Fenomena Arab Spring dimulai pada Desember 2010 yakni saat terjadinya

demonstrasi di Tunisia memprotes kediktatoran pemerintahan Presiden Ben Ali.

Fenomena ini menyebar sampai ke Mesir, dan kemudian ke Libya, Yaman,

Bahrain, dan Suriah, lalu ke beberapa negara lain dengan intensitas yang

2

bervariasi.1 Arab Spring melahirkan perubahan baru pada pemerintahan di negara

seperti Tunisia, Mesir, dan Libya. Sedangkan di Suriah rezim al Assad masih

berkuasa dan bertahan ditengah pemberontakan dan perang saudara yang masih

berlangsung.2

Suriah telah berada dalam pemerintahan rezim keluarga al-Assad sejak

Hafez Al-Assad berhasil menjadi Presiden Suriah pada tahun 1970.3 Hafez Al-

Assad meninggal pada tahun 2000, yang sekaligus menjadi tanda akhir dari

kepemimpinannya. Pasca Hafez Al-Assad, kepemimpinan Suriah dilanjutkan oleh

putranya yaitu Bashar Al- Assad. Bashar Al-Assad diharapkan mampu membawa

Suriah menjadi Negara yang lebih terbuka dan demokratis.4 Namun,

kepemimpinan Bashar Al-Assad menunjukkan bahwa rezimnya tidak jauh

berbeda dari rezim ayahnya Hafez Al-Assad. Upaya-upaya pembaruan yang

pernah dijanjikan sebelumnya tidak pernah terealisasi.

Ketidakpuasaan dan kekecewaan yang dirasakan rakyat Suriah mendapatkan

momentum dengan berlangsungnya fenomena Arab Spring yang melanda negara-

negara Timur Tengah. Gejolak politik Suriah hadir pertama kali pada tanggal 18

Maret 2011 di Kota Dara‘a. Para demonstran melakukan protes terhadap tindakan

aparat keamanan yang melakukan penangkapan terhadap para pelajar di kota

1 Lynch, M. (2012) The Arab Uprising: The Unfinished Revolutions of the New Middle

East. New York: Public Affairs. 2 Çakmak C., Ustaoğlu M. (2015) The Arab Spring and the Emergence of the Syrian Crisis.

In: Post-Conflict Syrian State and Nation Building: Economic and Political Development.

Palgrave Pivot, New York. 3 Sri Mulyati, Analisis Kegagalan Implementasi Amman Plan 2012 Di Suriah (Skripsi,

Universitas Indonesia, 2013), Hlm 36. 4 Sri Mulyati, Analisis Kegagalan Implementasi Amman Plan 2012 Di Suriah

3

tersebut.5 Demonstrasi yang terjadi di kota tersebut mengakibatkan jatuhnya

korban jiwa di kalangan para demonstran. Pada 29 Juli 2011, para perwira tentara

yang membelot mengumumkan pembentukan Free Syrian Army (FSA), dan

menjadi pasukan oposisi dalam melawan rezim al-Assad. Pada titik inilah

gelombang demonstrasi sipil meningkat menjadi perang sipil.6

Gejolak politik Suriah yang berkepanjangan menimbulkan perhatian dari

berbagai aktor internasional. Kelompok oposisi yang di kemudian hari semakin

membesar, mendapat bantuan dari negara lain seperti Amerika Serikat, Arab

Saudi, Qatar, dan Turki. Selain itu muncul pula kelompok perlawanan lain yang

memiliki agenda tersendiri, seperti para Jihadis Islam, dan Pasukan Kurdi, hal ini

membuat gejolak konflik di Suriah semakin tidak terkendali. Israel juga ikut

terlibat di dalam konflik dikarenakan semakin membesarnya keberadaan milisi

Hizbullah dan pasukan Quds Iran di perbatasan mereka dengan Suriah. Di sisi lain

rezim al-Assad bisa bertahan dikarenakan dukungan dari Rusia, Iran. Salah satu

aktor non-negara yang tergabung di dalam aliansi pemerintah adalah kelompok

Hizbullah. Hizbullah merupakan kelompok gerakan sosial politik Islam

bermazhab Syiah yang berbasis di Lebanon.7

Hizbullah berdiri pada tahun 1982 dan berbasis di wilayah Lebanon selatan

yang mayoritas populasinya bermazhab Syiah Imamiyah (Syiah Dua Belas

Imam). Hizbullah memiliki sayap politik dan militer yang tumbuh besar dengan

5 Trias Kuncahyono, Musim Semi Di Suriah: Anak- Anak Sekolah Penyulut Revolusi

(Jakarta: Kompas, 2013), Hlm 62. 6 Alan Axelrod, The Middle East Conflict. (New York: Alpha Books, 2014), Hlm 291.

7 Arnav Mariwala, The Syrian Civil War. Stanford University. Dipublikasikan pada 2014,

bisa didapatkan di https://web.stanford.edu/group/sias/cgi-bin/smunc/wp-

content/uploads/2014/10/Syria-Govt.pdf Diakses pada 9 Januari 2019 pukul 15.21 WIB.

4

cepat di kancah internasional, khususnya Timur Tengah. Hizbullah mengukuhkan

kapasitasnya sebagai aktor non-negara yang semakin disegani dan diperhitungkan

berkat kemampuannya mengelola gerakan berideologi jihad yang militan di dalam

sebuah negara yang pluralistik.8

Terbentuknya Hizbullah sangat erat kaitannya dengan beberapa faktor,

yakni: Pertama, ketimpangan dalam aspek sosial, ekonomi, maupun politik yang

dialami oleh masyarakat Syiah di Lebanon.9 Kedua, Revolusi Islam Iran pada

1979. Ideologi revolusioner yang digaungkan ulama syiah Imam Khomaini

membawa kepercayaan diri bagi mayoritas Syiah Lebanon yang menginginkan

gerakan yang lebih autentik, lebih revolusioner, dan lebih Islam, demi perubahan

di negara mereka.10

Ketiga, perpecahan di dalam kelompok Afwaj Al-Muqawah

Al-Lubnaniyyah atau Amal (Harapan). Pada 1982, tubuh Amal terpecah dalam

beberapa kelompok baru yang menentang kompromi terhadap invasi Israel atas

Lebanon selatan dan Beirut. Mereka juga memilih untuk mengedepankan strategi

wilayah al-faqh yang berpijak pada ideologi jihad yang lebih revolusioner.

Mereka lantas bergabung dengan kelompok-kelompok Syiah lain untuk

membentuk gerakan dengan nama Hizbullah dan resmi berdiri pada 1982.11

Terakhir, dan ini menjadi faktor paling utama terbentuknya Hizbullah,

yakni invasi Israel terhadap Lebanon pada 1982. Invasi tersebut bertujuan

mengusir pejuang Palestina dari wilayah Lebanon selatan, yang mayoritas

berisikan masyarakat Syiah. Invasi yang dilakukan Israel dengan mengerahkan

8 Musa Kazhim, Hizbullah, Sebuah Gerakan Perlawanan ataukah Terorisme?. (Jakarta:

Noura Books, 2012), Hlm 1. 9 Musa Kazhim, Hizbullah, Sebuah Gerakan Perlawanan ataukah Terorisme?. Hlm. 16

10 Musa Kazhim, Hizbullah, Sebuah Gerakan Perlawanan ataukah Terorisme?. Hlm. 21

11 Musa Kazhim, Hizbullah, Sebuah Gerakan Perlawanan ataukah Terorisme?. Hlm. 33

5

60.000 tentara paa saat itu memaksa 140.000 masyarakat mengungsi dari wilayah

selatan Lebanon12

Berkat invasi tersebut, selain menjadi trigger dalam proses

kemunculan Hizbullah, juga menanamkan secara tegas apa yang menjadi tujuan

dibentuknya Hizbullah sampai saat ini; Menentang segala bentuk penjajahan oleh

Zionis Israel.

Hizbullah tergabung dalam ‗Poros Perlawanan‘ atau The Axis of

Resistance yang merupakan aliansi pimpinan negara dan non-negara yang

dipimpin Iran di Timur Tengah. aliansi ini berusaha untuk menghadapi

kepentingan Barat di kawasan ini, yaitu Amerika Serikat dan Israel. Secara

historis, aliansi ini termasuk rezim Assad di Suriah, Milisi syiah di Irak, Hizbullah

Lebanon. Selain memiliki tujuan regional bersama, pilar lain dari poros ini adalah

dukungan bersama dengan saling memberikan bantuan material, keuangan,

pelatihan, dan logistik yang ekstensif kepada mitra regionalnya.13

Sebagian besar

dukungan ini telah mengalir melalui Suriah, menjadikannya pusat utama dalam

proyeksi kekuatan Iran di wilayah Syam. Oleh karenanya perang di Suriah

menghadirkan ancaman yang signifikan, bahkan eksistensial, terhadap aliansi

strategis ini dengan membahayakan salah satu anggota utamanya, sekaligus jalur

utama untuk dukungan Iran kepada Hizbullah.

Keterlibatan Hizbullah di Suriah mencapai klimaksnya pada April 2013

dengan keputusan untuk memimpin dan berhasil memenangkan serangan darat

terhadap al-Qusayr, sebuah kota di provinsi Homs yang tidak jauh dari perbatasan

12

Fadhlan Nur Hakiem, Keterlibatan Hizbullah dalam Konflik Suriah. (Tesis, Universitas

Indonesia: 2015), Hlm 74. 13

Marisa Sullivan, Hezbollah in Syria, in Middle East Security Report 19. New York:

Institute for the Study of War, 2014. Hlm 9.

6

Lebanon. Kota ini adalah rute strategis yang menghubungkan Damaskus ke

provinsi-provinsi pesisir Suriah serta yang menuju Lembah Bekaa di Lebanon.

Pasukan pemberontak telah menguasai daerah itu sejak pertengahan 2012 dan ini

mengancam jalur komunikasi utama rezim al-Assad.14

Oleh karena itu, kota ini

tidak hanya menjadi prioritas bagi rezim Assad tetapi juga bagi Hizbullah untuk

melindungi wilayah perbatasan Lebanon dari kelompok oposisi.

Dengan hadirnya Hizbullah dan pasukan al-Quds dari Iran memang

berperan dalam memperpanjang ‗nafas‘ pemerintahan al-Assad, namun tidak

dapat dipungkiri jalannya konflik justru berkembang kearah yang jauh lebih

kompleks. Pihak oposisi yang secara berkala terus konsisten menyerang dan

berupaya merebut wilayah dari pemerintah, seperti Homs, Aleppo, Ghouta dan

Damaskus, telah menarik simpati dan mendapat dukungan dari para pendukung

internasionalnya, seperti; Turki, Arab Saudi, Qatar dan Yordania, bersama dengan

AS, Inggris dan Perancis. Konflik yang awalnya dimulai oleh rakyat yang

memberontak demi merebut kekuasaan dari pemerintahan yang otoriter, menyebar

dan berkembang menjadi konflik proksi yang menarik kekuatan regional dan

dunia.15

Di tengah keterlibatan mereka di dalam konflik Suriah, pada 6 Mei,

Hizbullah mengikuti pemilu parlemen pertama mereka setelah sembilan tahun.

Hizbullah tergabung dalam koalisi politik bernama 8 Maret yang terdiri dari

14

Nicholas Blanford, Why Hezbollah has openly joined the Syrian fight. The Christian

Science Monitor, June 23, 2013, http://www.csmonitor.com/World/Middle-East/2013/0623/Why-

Hezbollah-has-openly-joined-the-Syrian-fight. 15

Lucy Rodgers, David Gritten, etc. Syria: The Story of the Conflict. BBC News. March

11th

2016. https://www.bbc.com/news/world-middle-east-26116868 Diakses pada 7 Juni 2018,

06.48 WIB.

7

Gerakan Syiah, Amal, Gerakan Kristen Maronit, Free Patriotic Movement (FPM),

dan partai lainnya. Koalisi 8 Maret memenangkan 68 dari total 128 kursi di

Parlemen Lebanon, Hal ini cukup untuk menunjukkan mereka menguasai kursi

mayoritas di Parlemen. Koalisi Hizbullah mengalahkan rival politik mereka yakni

Koalisi 14 Maret pimpinan Saad Hariri (yang berisikan Gerakan Sunni, Sunni

Future Movement, dan Maronite Lebanese Forces).16

Hasil pemilu tersebut juga

menandai kemenangan pertama Hizbullah di dalam kiprah politik domestik

mereka.

Di tengah situasi tersebut, Hizbullah kembali memunculkan wacana untuk

menarik pasukan mereka dari wilayah Suriah. Wacana yang sempat dilakukan

pada Mei 2017 yakni saat mereka menarik pasukan dari perbatasan Lebanon –

Suriah.17

Pada 27 Mei 2018, beberapa hari setelah pemilu parlemen Lebanon

terlaksana, Hizbullah kembali menarik pasukan mereka dari wilayah selatan

Suriah, tepatnya kota Dar‘a.18

Wacana penarikan pasukan ini mewarnai dinamika

keterlibatan mereka di Suriah, ditengah kondisi pemerintahan Bashar al-Assad

yang semakin stabil, serta kemenangan Hizbullah dalam politik domestik mereka,

memunculkan petanyaan apakah kehadiran Hizbullah masih relevan di dalam

Konflik Suriah.

16

Carla E. Humud. Lebanon's 2018 Elections. CRS Insights. May 11, 2018. Bisa Didapat

di https://fas.org/sgp/crs/mideast/IN10900.pdf Diakses pada 21 Desember 2018, 15.03 WIB. 17

Diana Moukalled, Has Hezbollah withdrawn from Syria?. Arab News. Dipublikasikan

pada 15 Mei 2017. http://www.arabnews.com/node/1100196 Diakses pada 10 Januari 2019 pukul

16.10 WIB. 18

Middle East Monitor, Hezbollah withdraws from south Syria. Dipublikasikan pada 23

Mei 2018. https://www.middleeastmonitor.com/20180523-hezbollah-withdraws-from-south-syria/

Diakes pada 10 Januari 2019 pukul 16.13 WIB.

8

a. PERNYATAAN MASALAH

Di tengah keterlibatan mereka di dalam Konflik Suriah, kemenangan partai

koalisi Hizbullah di dalam Pemilu Parlemen Lebanon 2018 menjadi momentum

kebangkitan Hizbullah dalam perpolitikan domestik. Dengan kursi mayoritas yang

Hizbullah miliki, meningkatkan kemungkinan mengatur perundang-undangan

yang akan menguntungkan di kemudian hari, khususnya untuk operasi milisi

mereka di Suriah. Namun di sisi lain kemenangan politik ini membawa tanggung

jawab baru bagi Hizbullah terkait kepentingan bersama masyarakat Lebanon

untuk membangun pemerintahan yang baik. Untuk itu penting untuk melihat

dinamika yang terjadi dalam keterlibatan Hizbullah pada Konflik Suriah pasca

pemilu parlemen Lebanon 2018.

1.2 PERTANYAAN PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti akan mengangkat

masalah mengenai Faktor Apa yang melatarbelakangi Dinamika Keterlibatan

Hizbullah dalam Konflik Suriah pasca Pemilihan Umum Parlemen Lebanon

2018?

1.3 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

a. Memperoleh informasi tentang bagaimana dinamika kawasan Timur

Tengah pasca fenomena Arab Spring, terkhusus Konflik Suriah.

9

b. Mengidentifikasi tentang bagaimana respon Organisasi Hizbullah terkait

dengan pecahnya konflik bersaudara di Suriah.

c. Memberikan informasi tentang proses pemilihan umum Parlemen Lebanon

pada 2018.

d. Mampu memberikan kontribusi dalam perkembangan ilmu pengetahuan

terutama dalam disiplin Ilmu Hubungan Internasional, dalam masalah

dinamika Arab Spring di Suriah khususnya terkait keterlibatan Hizbullah

disana.

e. Menjadi sumber informasi publik, kalangan penstudi ilmu hubungan

internasional khususnya dan semua kalangan secara umum, serta sumber

informasi bagi pemerintah, dalam masalah dinamika Arab Spring di Suriah

khususnya terkait keterlibatan Hizbullah disana.

1.4 Tinjauan Pustaka

Skripsi ini membagi tinjauan pustaka dengan menyesuaikan tema- tema

besar yang terkait dengan keterlibatan Hizbulloh di dalam konflik Suriah. Karena

itu, Tinjauan Pustaka ini di mulai dengan studi-studi yang terkait dengan

transformasi Hizbullah sejak pendiriannya, sampai pada keterlibatannya di dalam

politik regional.

A. Transformasi Organisasi Hizbullah

Literatur yang memuat sejarah terkait Hizbullah biasanya terfokus kepada

salah satu aspek organisasi, sering kali hanya sebagai kelompok agama, sehingga

luput akan peran Hizbullah lainnya yang tak kalah penting dalam sejarah

10

transformasi salah satu Organisasi Agama terbesar di Lebanon tersebut. Menurut

Musa Kazhim19

di dalam bukunya yang berisikan latar belakang dan transformasi

organisasi Hizbullah menuturkan bahwa; Hizbullah dalam sejarahnya terbentuk

dari ekspresi kekecewaan dan perlawanan kelompok Syiah Lebanon akan

ketimpangan sosial yang mereka alami di masa kepemimpinan kelompok Kristen

Maronit dan lemahnya respon organisasi Amal saat Israel menginvasi wilayah

Lebanon selatan pada 1982. Sehingga kemudian lahirlah kelompok-kelompok

perlawanan yang cenderung radikal dan revolusioner yang di satukan oleh

Manifesto 1985 dan memainkan peranan penting dalam Perang Sipil Lebanon

1975- 1990 serta perlawanan terhadap Invasi Israel saat itu.

Sementara Shmuel Bar,20

menuturkan di dalam jurnalnya yang berisikan

ringkasan mengenai ideologi politik Hizbullah: bahwa Hizbullah juga terbentuk

atas semangat revolusi Islam yang ditularkan oleh rezim Syiah di Iran. Iran pasca

revolusi memiliki misi menyebarkan pesan ‗revolusi Islam‘ termasuk ke Lebanon.

Organisasi Amal yang dinilai terlalu sekuler memicu kemunculan kelompok-

kelompok ‗radikal‘ yang kemudian dimanfaatkan oleh Iran dengan mengirimkan

pasukan al-Quds guna menyebarkan ideologi revolusi dan sistem kepemimpinan

wilayatul faqih, serta melatih milisi di sana. Iran berhasil mencapai misi- nya

untuk menaungi organisasi Syiah di Lebanon yang akan beroperasi dan menerima

perlindungan dari Iran saat Hizbullah resmi didirikan pada 1985.

19

Musa Kazhim, Hizbullah, Sebuah Gerakan Perlawanan ataukah Terorisme?. (Jakarta:

Noura Books, 2012), Hlm 16. 20

Dr. Shmuel Bar, 2006 Lebanese Hizballah – Political, Ideological and Organizational

Highlights. PRISM National Defense University. Hlm. 2.

11

Augustus Norton21

di dalam jurnalnya yang berisikan peran Hizbullah

dalam sosial politik Lebanon menjelaskan bahwa; Hizbullah menjalankan banyak

peranan di dalam komunitas Syiah Lebanon. Hizbullah bukan hanya sekedar

milisi bersenjata, mereka memainkan peran sebagai gerakan politik yang

memberikan pelayanan sosial. Selanjutnya peningkatan peran Hizbullah di dalam

ranah politik praktis mulai terjadi pada tahun 1992, saat Hizbullah mengikuti

Pemilu Parlemen Lebanon sebagai sebuah partai politik. Berti22

di dalam

artikelnya yang membahas perubahan manifesto organisasi Hizbullah

menjelaskan; Hizbullah yang di awal terbentuknya mendorong pendirian negara

Islam Lebanon, kemudian dalam Manifesto 2009 mengakui bergabungnya mereka

ke dalam sistem perpolitikan Lebanon dan menghilangkan seruan Negara Islam.

Kemudian Musa Kazhim23

Kazhim menuturkan bahwa Hizbullah sadar bahwa

sebuah organisasi perlawanan membutuhkan kekuatan politik sekaligus

kepercayaan publik untuk bertahan. Transformasi ini dianggap sebuah prestasi

tersendiri dikarenakan Hizbullah berhasil meningkatkan pengaruh mereka dalam

ranah politik praktis, tanpa meninggalkan dimensi perlawanan agama di tengah

kondisi Lebanon yang heterogen dan multikultur.

B. Hizbullah sebagai Aktor non- Negara di Regional

Melanjutkan tinjauan literatur yang pertama, skripsi ini juga menemukan

bahwa transformasi Hizbullah sebagai organisasi tidak hanya terjadi dalam ranah

21

Augustus Richard Norton (2007) The Role of Hezbollah in Lebanese Domestic

Politics, The International Spectator, 42:4, Hlm. 480. 22

Benedetta Berti, The "Rebirth" of Hizbollah: Analyzing the 2009 Manifesto.

INSS,Strategic Assessment, Volume 12, No. 4, February 2010. Hlm. 96. 23

Musa Kazhim, Hizbullah, Sebuah Gerakan Perlawanan ataukah Terorisme?. (Jakarta:

Noura Books, 2012), Hlm .8

12

domestik, tetapi juga regional. Jonathan Gelbart misalnya24

, berpendapat bahwa

Hizbullah memang sejak pendiriannya tidak terlepas dari pengaruh dinamika

geopolitik di regional Timur Tengah. Sejak perang sipil Lebanon 1975- 1990 yang

melibatkan intervensi banyak negara dari Amerika Serikat, Perancis, Israel,

Suriah, dan Iran. Kemudian invasi Israel ke wilayah Lebanon selatan pada 1978

dan 1982 yang menanamkan narasi perlawanan Hizbullah terhadap zionis Israel

dan terus menguat dari masa ke masa. Juga keterlibatan Suriah dan Iran

memobilisasi perlawanan kelompok Syiah Lebanon dalam misi mereka

menghalau pengaruh negara Barat di Timur Tengah.

Sejalan dengan Gelbart, Samantha May25

menyebutkan bahwa Hak

Persenjataan Hizbullah yang dimiliki pasca Perjanjian Thaif 1990 menjadi faktor

penting penguatan Hizbullah di regional. Pasca berakhirnya Perang Sipil Lebanon

melalui perjanjian Taif pada 1990, kepemilikan senjata Hizbullah tetap diizinkan

karena dianggap lebih siap membendung invasi Israel di Lebanon selatan. Hak

istimewa tersebut kemudian memuluskan ambisi Hizbullah, yang memang

mengadopsi ideologi kepemimpinan wilayatul faqih kemudian bertransformasi

menjadi salah satu aktor regional yang tergabung dalam poros perlawanan

bersama Iran dan Suriah. Poros perlawanan adalah kelompok negara atau

organisasi yang menolak pengaruh Barat di Timur Tengah khususnya Amerika

Serikat, Israel dan sekutu mereka.

24

Jonathan Gelbart, 2010. The Iran-Syria Axis: A Critical Investigation. Stanford Journal of

Internasional Relations. Vol. XII. Hlm. 37. 25

Samantha May (2019), The Rise of the “Resistance Axis”: Hezbollah

and the Legacy of the Taif Agreement, Nationalism and Ethnic Politics, 25:1, Hlm.115-132

13

Meski Hizbullah menyatakan diri tergabung ke dalam sistem pemerintahan

Lebanon pasca Perjanjian Taif, namun tidak mencegah Hizbullah untuk bertindak

tanpa izin atau pemberitahuan kepada pemerintah Lebanon, seperti yang terjadi

pada penculikan tentara Israel yang berujung Perang 33 hari pada 2006; juga

keterlibatan Hizbullah dalam Konflik Suriah yang masih berlangsung sampai saat

ini. ―Lebanonisasi Hizbullah‖ atau Integrasi mereka ke dalam sistem

pemerintahan tidak lebih dari sekadar pelapis yang menyamarkan kekuatan nyata

dan pembuat keputusan kelompok itu, yakni Iran.26

Di sisi lain, Fadhlan27

menambahkan bahwa selain kedekatan politik di

antara Hizbullah dengan anggota Poros Perlawanan, aspek ideologis juga menjadi

faktor penting dalam transisi Hizbullah di regional. Sepak terjang Hizbullah

memang sejak awal dibungkus oleh ideologi mazhab Syiah yang memang kental

akan narasi perlawanan di dalamnya, khususnya Peristiwa Karbala dan Peringatan

Asyura. Sebagaimana Husein bin Ali melawan penindasan dalam sosok Yazid bin

Muawiyah, begitu pula Hizbullah menarasikan perlawanan mereka terhadap Israel

dan negara Barat. Aspek ideologis pula yang menjadi justifikasi dimulainya

keterlibatan Hizbullah dalam Konflik Suriah pada 2012, saat itu Hizbullah

beralasan motif dari keterlibatan Hizbullah dalam konflik Suriah adalah;

Melindungi wilayah selatan Lebanon dari Kelompok ekstrimis seperti Jabhat Al-

Nusra dan Islamic State of Syria and Iraq (ISIS) yang bertentangan dengan

26

Samantha May (2019), The Rise of the “Resistance Axis”: Hezbollah

and the Legacy of the Taif Agreement 27

Fadhlan Nur Hakiem, Keterlibatan Hizbullah dalam Konflik Suriah. (Tesis, Universitas

Indonesia: 2015). Hlm 121- 122.

14

ideologi Syiah, juga mengancam keberadaan situs-situs suci ajaran Syiah baik di

Lebanon maupun Suriah.

Apa yang membedakan skripsi ini dengan setia tinjauan pustaka di atas

adalah skripsi ini berfokus pada analisis Hizbullah dalam konteks Konflik Suriah

pasca Pemilu Parlemen Lebanon 2018 yang akan menjadi objek kajian utama,

terutama untuk mengeksplorasi tindakan dan kebijakan yang dikeluarkan oleh

Hizbullah ketika dihadapkan kepada benturan kondisi dari peran mereka yang

beragam, baik sebagai pasukan milisi, dan partai politik. Berdasarkan literatur di

atas skripsi ini berasumsi bahwa Hizbullah yang dalam perkembangannya juga

menjadi aktor regional, yang didukung oleh aliansi yang sudah lama terbangun

antara Hizbullah dan the Axis of Resistence.

1.5 KERANGKA PEMIKIRAN

Skripsi ini bertujuan untuk menganalisa mengapa Hizbullah masih

mempertahankan kehadirannya di dalam konflik Suriah. Untuk itu, skripsi ini

menggunakan pendekatan Analisa Kebijakan Luar Negeri (Foreign Policy

Analysis), dan konsep Geopolitik, yang sering dirujuk dalam menjelaskan faktor-

faktor yang mempengaruhi perilaku aktor di level internasional.

1.5.1 Foreign Policy Analysis

Skripsi ini menerapkan paradigma yang ada dalam konsep Kebijakan Luar

Negeri, untuk menganalisis manuver- manuver yang dilakukan Hizbullah pasca

Pemilu Parlemen Lebanon 2018. Konsep Kebijakan Luar Negeri yang ada

15

sebelumnya memang cenderung ‗state- centric‘ namun skripsi ini berpegang pada

definisi Kebijakan Luar Negeri yang dikemukakan oleh D.J. Gerner yakni;

―Analisis Kebijakan Luar Negeri adalah „niat, pernyataan, dan tindakan

aktor - seringkali, tetapi tidak selalu, negara - diarahkan ke dunia luar dan

respons aktor lain terhadap niat, pernyataan, dan tindakan ini‖28

Di dalam skripsi ini transformasi yang dilakukan Hizbullah menjadi salah

satu contoh berkembangnya aktor non- negara yang mempengaruhi dinamika

hubungan internasional saat ini, khususnya di Timur Tengah. Berge,29

mengkhususkan kasus pada aktor-aktor non- negara bersenjata ini muncul dalam

masa yang dinamis di mana otoritas negara berkurang, mereka juga memiliki

milisi yang tersedia, sekaligus mengendalikan wilayah tertentu, dan dipercaya

dapat menjalankan Kebijakan Luar Negeri- nya sendiri. Namun, teori atau konsep

Foreign Policy Analysis (FPA) yang ada sebelumnya sangat ‗state-centric‘ dan

tidak cocok bagi aktor- aktor tersebut.

Untuk itu di dalam penelitian ini perlu adanya perluasan makna dari FPA itu

sendiri. Hill30

berpendapat untuk studi ini FPA dapat dipahami secara luas dengan

merujuk pada definisi yang tepat yakni "jumlah hubungan eksternal resmi yang

dilakukan oleh aktor independen (biasanya tetapi tidak secara eksklusif sebuah

negara) dalam hubungan internasional". Sejalan dengan itu Baumann dan

28

Gerner, D.J. 1995. The Evolution of the Study of Foreign Policy. In Foreign Policy

Analysis: Continuity and Change in Its Second Generation, edited by L. Neack, J.A.K. Hey, and

P.K. Haney. Englewood Cliffs: Prentice-Hall. Hlm. 18 29

Wietse van den Berge, Analyzing Middle Eastern Armed Non-State Actors' Foreign

Policy. Leiden University. Global Security Studies, Summer 2016, Volume 7, Issue 3. Hlm. 13. 30

Hill, C. (2016). Foreign policy in the twenty-first century (2d ed.). Basingstoke, U.K.:

Palgrave Macmillan. Hlm. 4.

16

Stengel31

berpendapat bahwa konsep- konsep teoritis dari perangkat FPA seperti

keyakinan, dan pendekatan kognitif, dapat diterapkan untuk menganalisis

pengambilan keputusan aktor non- negara, baik tersendiri, maupun kebijakan

yang melibatkan aktor negara lain. Definisi tersebut membuka peluang

diterapkannya konsep Kebijakan Luar Negeri di dalam menganalisis aktor non-

negara. Aktor non negara di sini khususnya yang bersenjata, memiliki milisi/

pasukan tersedia, dan menguasai teritorial tertentu, sehingga memiliki kapasitas

untuk menjalankan kebijakan otonomi mereka sendiri.32

Konsep Foreign Policy

Analysis yang akan dipakai adalah dari karya Alex Mintz dan Karl DeRouen.

Hinnebusch juga berpendapat bahwa memang aktor non- negara di Timur

Tengah memiliki pengaruh yang berbeda dibandingkan regional lain. Hal ini

didasari asumsi zero-sum yang menandai peningkatan pengaruh aktor non-Negara

bersenjata dan menyiratkan berkurangnya pengaruh aktor Negara, yakni rezim-

rezim negara Timur Tengah ‗diuji‘ dengan penggunaan kekerasan serta kontrol

mereka atas wilayah tertentu.33

Aktor non- Negara yang memenuhi asumsi

tersebut di antaranya Islamic State of Iraq and Syria (ISIS), Kurdistan di Irak dan

Suriah, serta yang menjadi objek penelitian kali ini, Hizbullah.

Hinnebusch juga menambahkan bahwa Kebijakan Luar Negeri regional

Timur Tengah memang kompleks, dikarenakan tingginya ketidaksesuaian antara

Negara dengan Identitas, di mana negara bukan entitas kesatuan, tetapi terdiri dari

31

Frank A. Stengel and Rainer Baumann, (2017). Non-State Actors and Foreign Policy.

Oxford Research Encyclopedia of Politics. Hlm. 13. 32

Wietse van den Berge, Analyzing Middle Eastern Armed Non-State Actors' Foreign

Policy. Leiden University. Global Security Studies, Summer 2016, Volume 7, Issue 3. Hlm. 13 33

Hinnebusch, Raymond. 2014. Foreign Policy in the Middle East. In The Foreign Policies

of Middle East States, Hlm. 26 doi:10.1017/s002074380639126x

17

beberapa sub-kelompok. Hal ini tidak hanya terjadi dalam tatanan politik

kekuasaan regional di antara negara- negara, tetapi juga faktor trans-nasional

seperti identitas lintas batas yang punya pengaruh kuat pada Kebijakan Luar

Negeri Timur Tengah.34

Faktor identitas inilah yang sering kali mendasari setiap

kebijakan Hizbullah, baik dalam tatanan domestik, maupun internasional.

Alex Mintz dan Karl DeRouen berpendapat bahwa Keputusan kebijakan

luar negeri dibentuk oleh banyak faktor. Dinamika politik internasional memiliki

banyak variabel yang mesti diperhitungkan ketika suatu keputusan dibuat. Mereka

membagi faktor-faktor penentu kebijakan tersebut ke dalam tiga kelompok besar

yakni; Faktor Psikologis (di antaranya Emosi, Konsistensi Kognitif, Images,

Kepribadian Pemimpin, Gaya Kepemimpinan, Analogies and Learning, Evoked

Set, dan Belief System and Schema); Faktor Domestik (di antaranya Kondisi

Ekonomi, Kepentingan Ekonomi, Opini Publik, Electoral Cycles, dan Two-Level

Games); Faktor Internasional (di antaranya Deterrence, Perlombaan Senjata,

Strategic Suprises, Aliansi, dan Jenis Rezim Lawan).

1.5.2 Geopolitik

Konsep teoritis Geopolitik awalnya dianggap usang oleh para pemikir

konstruktifis/ post modernis dikarenakan kurangnya deskriptif, preskriptif, dan

prediktif utama, sehingga tidak dapat menghasilkan karya ilmiah yang

bermakna.35

Namun masih ada beberapa sarjana yang mencantumkan penjelasan

Geopolitik di dalam penelitian mereka tentang Hubungan Internasional; Michael

Klare, misalnya, berfokus pada permintaan, persediaan, karakteristik spasial

34

Hinnebusch, Raymond. 2014. Foreign Policy in the Middle East. Hlm. 1- 9 35

Christopher J. Fettweis, On Heartlands and Chessboards: Classical Geopolitics, Then

and Now, Orbis, vol. 59, no. 2 (2015), Hlm. 233–48.

18

sumber daya untuk menjelaskan konflik antar negara.36

Klare berpendapat bahwa

kekuatan nasional di abad ke-21 ditentukan oleh luasnya sumber daya suatu

negara dan kemampuannya untuk menghasilkan sumber kekayaan lain untuk

membeli sumber daya, terutama minyak.37

Hal ini yang mendominasi sebagian

besar sejarah modern di Timur Tengah, sejak awal abad 19 kekuatan Eropa telah

berkompetisi untuk menjajah wilayah Timur Tengah dalam upaya untuk

mengendalikan sumber daya alam dan lokasi geostrategisnya.

Negara dengan sumber daya geostrategis adalah mereka yang menikmati

lokasi geografis startegis sekaligus populasi yang cukup berpendidikan dan punya

kekuatan ekonomi sehingga memainkan peran yang luas dalam dinamika politik

regional. Turki dan Iran adalah salah satu contoh negara yang berhasil

memobilisasi sumber daya dan memperluas pengaruh mereka di era pasca Arab

Spring.38

Untuk Iran, wilayah pegunungan yang mereka miliki telah melindungi

mereka dari invasi asing dalam sebagian sejarahnya, namun di sisi lain juga

membatasi kemampuan mereka untuk memproyeksikan kekuatan dan pengaruh ke

wilayah lain di regional. Secara historis, Iran lebih berpengaruh ketika negara-

negara tetangganya mengalami krisis politik.39

Hal ini menjelaskan peningkatan

pengaruh Iran di Irak pasca invasi Amerika Serikat, juga di Suriah pasca Arab

36

Sören Scholvin, 2016. Geopolitics: An Overview of Concepts and Empirical Examples

From International Relations. FIIA Working Paper Hlm. 5. 37

Michael T. Klare, Rising Powers, Shrinking Planet: The New Geopolitics of Energy

(New York:

Holt, 2009) 38

Dina Rashed, 2019. Geography, Resources and the Geopolitics of Middle East Conflicts.

E-International Relations. Artikel, tersedia di: https://www.e-ir.info/2019/05/24/geography-

resources-and-the-geopolitics-of-middle-east-conflicts Diakses pada 13 Januari 2020. 39

Dina Rashed, 2019. Geography, Resources and the Geopolitics of Middle East Conflicts.

19

Spring, kemudian lebih awal dari itu saat pendirian proksi Hizbullah di masa

Konflik Sipil Lebanon 1975- 1990.

Arab Spring yang melanda beberapa negara di regional Timur Tengah

mengundang intervensi asing dari negara- negara kuat di regional seperti Arab

Saudi, Qatar, Uni Emirat Arab, Turki, dan Iran ikut campur dalam politik

domestik enam negara yang berkonflik, karena lebih kuat secara ekonomi. Selain

itu kondisi demografis dan geografis negara yang berkonflik juga berdampak

penting dalam membatasi dan membentuk intervensi regional dan Internasional.40

Misalnya, di dalam kasus skripsi ini; intervensi asing dalam Konflik Suriah

berakibat pada munculnya kelompok- kelompok milisi, Arab saudi mendukung

kubu oposisi FSA atau Free Syrian Army, dan kelompok jihadis yang mayoritas

bermazhab salafi, sementara Turki mengintervensi konflik Suriah dengan tujuan

menekan perkembangan milisi YPG (Yekîneyên Parastina Gel) suku Kurdi, Iran

di sisi lain meningkatkan pengaruhnya terhadap rezim Suriah dan Hizbullah

Lebanon yang kuat untuk memberikan aliran tentara, senjata, dan dukungan

logistik yang mantap kepada rezim Assad dikarenakan kedekatan ideologis, dan

historis di antara mereka.

Geopolitik dewasa ini, sudah berkembang jauh dari sekedar persoalan

geografis atau sumber daya alam semata, namun sudah pada sumber daya

demografis dan sumber- sumber ideasional, khususnya retorika agama di Timur

Tengah. Arab Spring mengungkap sejauh mana sumber ideasional tersebut

40

Dina Rashed, 2019. Geography, Resources and the Geopolitics of Middle East Conflicts.

20

berpengaruh atas kelompok- kelompok demografis suatu negara.41

Arab Spring

memunculkan aktor- aktor ‗kekerasan‘ baru yang dilindungi oleh negara- negara

kuat di regional, seperti: Hizbullah di Lebanon, dan Popular Mobilization Forces

di Irak yang didukung oleh Iran; ISIS dan Jabhat al Nusra di Suriah yang didanai

oleh Turki, Arab saudi, dan Amerika serikat

Nantinya keputusan Hizbullah tetap melanjutkan keterlibatan mereka

dalam Konflik Suriah pasca Pemilu Parlemen Lebanon 2018 akan dianalisis

menggunakan konsep di atas. Faktor internal dan eksternal dari keputusan

Hizbullah tersebut akan dijabarkan masing- masing, dan akan disimpulkan faktor

mana yang paling berpengaruh dalam keputusan tersebut. Juga pengaruh dimensi

geopolitik regional timur tengah terhadap keputusan Hizbullah, terkait kondisi

politik terkini pasca Arab Spring dan kelanjutan hubungan mereka dengan Iran

dan Suriah.

1.6 METODE PENELITIAN

Skripsi ini menggunakan tipe penelitian deskriptif- analitik, yaitu suatu

bentuk penelitian yang menggambarkan dan menjelaskan secara sistematis

mengenai kasus atau fenomena yang terjadi, dimana hal tersebut relevan dengan

masalah yang diteliti. Hasil dari uraian tersebut selanjutnya akan dianalisis,

sehingga akan berujung pada kesimpulan yang bersifat analitik.

Skripsi ini juga menggunakan jenis data teoritis yang berhubungan dengan

masalah yang diteliti, dengan sumber data primer dan sekunder. Terkait hal ini,

41

Dina Rashed, 2019. Geography, Resources and the Geopolitics of Middle East Conflicts.

21

sumber data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti

secara langsung dari sumber asli, contoh sumber data primer ini misalnya seperti

dokumen terkait, serta wawancara dari pejabat terkait, data resmi dari website

Hizbullah seperti al-Manar. Sedangkan, sumber data sekunder merupakan sumber

data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung, contoh sumber data

sekunder ini seperti melalui media perantara, seperti buku, jurnal, koran, dan

penelitian yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti.

Skripsi ini mengumpulkan data dengan menggunakan metode studi pustaka

(library research), yaitu pengumpulan data dengan cara menelaah sejumlah

literatur yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Literatur tersebut berupa

buku, jurnal, koran, artikel, serta situs-situs pendukung yang berhubungan dengan

permasalahan yang diteliti. Data-data yang diperoleh kemudian digunakan untuk

mengkaji fenomena-fenomena yang dibahas dalam penelitian.

Skripsi ini menggunakan teknik analisis data yang bersifat kualitatif. Data

kualitatif disini memiliki arti sebagai data informasi yang berbentuk kalimat

verbal, bukan berupa simbol angka atau bilangan. Data yang diperoleh dari

berbagai literatur dan wawancara tersebut kemudian dihubungkan dengan

permasalahan yang ada yang selanjutnya dijelaskan dan dianalisis berdasarkan

fakta-fakta yang ada dan akhirnya dapat disusun dalam suatu tulisan serta ditarik

suatu kesimpulan.

22

1.7 SISTEMATIKA PENULISAN

BAB 1: PENDAHULUAN. Pada bab ini, akan dijabarkan latar belakang

masalah beserta rumusan masalah sehingga memunculkan pertanyaan penelitian

yang menjadi fokus skripsi ini. Selanjutnya akan dijabarkan pula tujuan dan

manfaat penelitian ini, selanjutnya ada kerangka konseptual yang menjadi alat

bantu dalam menganalisa pertanyaan penelitian. Kemudian ditutup dengan

metode penulisan yang dipakai, serta sistematika penulisan skripsi ini.

BAB 2: KETERLIBATAN HIZBULLAH DALAM KONFLIK

SURIAH DAN PEMILU PARLEMEN LEBANON 2018. Bab dua akan

menjabarkan sejarah Hizbullah sejak pendiriannya dan perkembangan mereka

hingga saat ini. Pembahasan di dalam Bab ini terbagi ke dalam dua fokus yakni

Hizbullah sebagai gerakan milisi, perlawanan mereka terhadap Israel sampai pada

keterlibatan Hizbullah dalam Konflik Suriah; dan Hizbullah sebagai partai politik,

awal keikutsertaan mereka ke dalam sistem politik Lebanon, terbentuknya Koalisi

Politik 8 Maret, sampai pada kemenangan pertama mereka dalam Pemilu

Parlemen Lebanon.

BAB 3: DINAMIKA HIZBULLAH PASCA PEMILU PARLEMEN

LEBANON 2018. Pada Bab ini akan dijabarkan dinamika yang dialami Hizbullah

pasca kemenangan politik mereka pada Pemilu Parlemen 2018. Bab ini dibagi ke

dalam dua sub bab besar yakni dinamika internal dan eksternal. Dinamika internal

berisikan manuver Hizbullah dalam proses bargaining politik di Lebanon, apa

saja yang mereka dapatkan pasca kemenangan ini, dan apa manfaatnya. Dinamika

eksternal berfokus pada keadaan yang terjadi dalam Konflik Suriah, di antaranya

23

menguatnya kehadiran Israel di pusaran konflik, serta peralihan fokus koalisi

Hizbullah dari upaya menstabilkan Rezim al- Assad kepada potensi konflik baru

dengan Israel.

BAB 4: ANALISIS KETERLIBATAN HIZBULLAH DALAM

KONFLIK SURIAH PASCA PEMILU PARLEMEN LEBANON 2018. Di

dalam Bab ini akan menganalisis tentang mengapa Hizbullah memutuskan tetap

terlibat dalam Konflik Suriah pasca Pemilu Parlemen Lebanon 2018. Di dalamnya

akan dijabarkan mengenai faktor- faktor penentu yang mempengaruhi Hizbullah

mengambil keputusan tersebut, baik itu faktor psikologis, situasi domestik,

maupun internasional.

BAB 5: PENUTUP. Merupakan bab penutup dari penelitian ini, yang berisi

kesimpulan dari rumusan masalah serta analisa yang dihasilkan dari bab-bab

sebelumnya. Bab ini menyimpulkan hasil temuan terhadap rumusan masalah

dalam penelitian ini. Bab ini kemudian ditutup oleh penyampaian saran khususnya

kepada peneliti yang akan mendalami studi serupa

24

BAB 2

KETERLIBATAN HIZBULLAH DALAM KONFLIK SURIAH DAN

PEMILU PARLEMEN LEBANON 2018

Bab 2 berisikan tentang keterlibatan Hizbullah di dalam Konflik Suriah sampai

pada keikutsertaan mereka pada Pemilu Parlemen Lebanon 2018. Bab ini dimulai

dengan profil organisasi Hizbullah, dilanjutkan sejarah Hizbullah baik sebagai

organisasi perlawanan dan sebagai partai politik, lalu keterlibatan Hizbullah di

Suriah, dan ditutup oleh penjabaran tentang Pemilu Parlemen Lebanon 2018

A. Profil Hizbullah

Organisasi Hizbullah merupakan sebuah Partai politik, Gerakan milisi Syiah,

dan sekaligus kelompok Proxy Iran di Lebanon. Hizbullah berasal dari bahasa

arab حزب هللا yang artinya adalah ‗Golongan Allah‘ atau Party of God. Hizbullah

berdiri di masa perang sipil Lebanon tahun 1975-1990 tepatnya saat terjadi invasi

oleh Israel pada 1982.42

Invasi tersebut selain menjadi pemicu dalam proses

kemunculan Hizbullah, juga menanamkan secara tegas apa yang menjadi tujuan

dibentuknya Hizbullah, yakni salah satunya menentang segala bentuk penjajahan

oleh Zionis Israel. Hal tersebut tertulis jelas di dalam manifesto pendirian mereka

yang dimuat pada 1985;

―Asumsi utama dalam perjuangan kami melawan Israel menyatakan bahwa entitas

Zionis agresif sejak awal, dan dibangun di atas tanah yang direbut dari pemiliknya,

dengan mengorbankan hak-hak rakyat Muslim. Karena itu perjuangan kita akan berakhir

42

Jonathan Masters, and Zachary Laub, Hezbollah. Council on Foreign Relations.

Dipublish pada 3 Januari 2014. https://www.cfr.org/backgrounder/Hezbollah Diakses pada 10

September 2019, pukul 11.59 WIB.

25

hanya ketika entitas ini dilenyapkan. Kami tidak mengakui akan perjanjian dengan itu,

tidak ada gencatan senjata, dan tidak ada perjanjian damai, baik terpisah atau

konsolidasi.‖43

Selain sebagai bentuk gerakan perlawanan terhadap invasi Israel, Hizbullah

juga merupakan produk kebangkitan golongan Syiah di Lebanon. Kebangkitan ini

dipicu oleh peristiwa hilangnya tokoh intelektual dan pergerakan mereka, Sayyid

Musa al- Sadr pada 1978, dan juga terjadinya Revolusi Islam di Iran pada 1979.44

Iran dan Suriah juga berjasa dalam pendirian organisasi ini, Iran dengan senang

hati membantu terbentuknya prospek proxy baru di Lebanon, yang dapat

mencegah Israel dan sekutunya menguasai negara tersebut, sekaligus melebur

faksi- faksi Syiah Lebanon ke dalam satu entitas. Bantuan Iran adalah berupa

dukungan keuangan serta berperan dalam melatih para milisi dengan mengirim

pasukan Quds atau IRGC (Islamic Revolutionary Guard Corps) yang difasilitasi

oleh pemerintah Suriah.45

Pasukan Quds pula yang berjasa membentuk ideologi

Islam Revolusioner yang menjadi manifesto pergerakan Hizbullah yang bertahan

sampai saat ini.

Hizbullah memiliki basis di wilayah-wilayah yang didominasi oleh warga

Syiah Lebanon, seperti selatan Beirut, wilayah selatan Lebanon, dan Lembah

43

Nass al-Risala al-Maftuha allati wajahaha Hizballah ila-l-Mustad'afin fi Lubnan wa-l-

Alam. Centrum Informatie en Documentatie Israel.

https://www.cidi.nl/dossiers/li/Hezbollah/programmaHA_eng.html Diakses pada 10 September

2019, pukul 12.07 WIB. 44

Musa Kazhim, Hizbullah: Sebuah Gerakan Perlawanan ataukah Terorisme?. (Jakarta:

Noura Books, 2012), Hlm. 21 45

Matthew Levitt, The Origins of Hezbollah. The Atlantic. Dipublikasikan pada 23 Oktober

2013. https://www.theatlantic.com/international/archive/2013/10/the-origins-of-hezbollah/280809/

Diaskes pada 10 September 2019, pukul 12.14 WIB.

26

Bekaa di timur. Melalui dukungan yang signifikan dari Suriah dan Iran, Hizbullah

mempertahankan pasukan keamanan yang luas, organisasi politik, dan jaringan

pelayanan sosial di Lebanon.46

Hizbullah sering kali digambarkan sebagai

―gerakan politik tunggal paling kuat di Lebanon‖.47

Gambar II.1. Bagan Struktural Organisasi Hizbullah

Sumber: Dr. Shmuel Bar, Lebanese Hizballah – Political, Ideological and

Organizational Highlights. PRISM National Defense University. 2006, tersedia di:

https://cco.ndu.edu/Portals/96/Documents/Articles/Lebanese-Hizballah-Ideological-and-

Organizational-Highlights_Shmuel_Bar.pdf

46

Jonathan Masters, and Zachary Laub, Hezbollah. Council on Foreign Relations. 47

Daniel L. Byman. Hezbollah: Most Powerful Political Movement in Lebanon. Interviewed by

Bernard Gwertzman. Council on Foreign Relations. 29 Mei 2008.

https://www.cfr.org/interview/hezbollah-most-powerful-political-movement-

lebanon?breadcrumb=%252F Diakses pada 10 September 2019, pukul 12.19 WIB.

27

Hizbullah dijalankan oleh sembilan anggota Majlis Shura al-Qarar (Dewan

Syura‘). Dewan Syura‘ adalah yang bertanggung jawab mengontrol

kepemimpinan Hizbullah, mengontrol kebijakan militer, politik dan sosial

Hizbullah,48

dengan pemilihan anggota dewan diselenggarakan setiap 2 atau 3

tahun sekali. Dewan eksekutif yang membawahi unit- unit kerja Hizbullah dalam

kapasitasnya sebagai lembaga sosial; Dewan politik, yang bertanggung jawab

dalam urusan partai Hizbullah di antaranya relasi dengan partai- partai politik

anggota Koalisi Politik 8 Maret; kemudian dua unit Internasional yakni,

Organisasi Jihad Islam yang bertanggung jawab dalam setiap aksi Internasional

milisi Hizbullah, dan Dewan Hubungan Luar Negeri yang bertugas dalam operasi

rahasia Hizbullah di seluruh dunia, meliputi perekrutan, penggalangan dana, dan

pengumpulan intelijen. Selanjutnya ada para mujahidin dan pasukan gerilyawan.

Sayyid Hasan Nasrallah memimpin Hizbullah sejak 1992, menjabat sebagai ketua

Dewan Syura‘ sekaligus memimpin Hizbullah sebagai Sekretaris Jenderal.49

48

Dr. Shmuel Bar, Lebanese Hizballah – Political, Ideological and Organizational

Highlights. PRISM National Defense University. 29 Oktober 2006.

https://cco.ndu.edu/Portals/96/Documents/Articles/Lebanese-Hizballah-Ideological-and-

Organizational-Highlights_Shmuel_Bar.pdf Diakses pada 10 September 2019, pukul 12.46 WIB. 49

Dr. Col. (Res.) Eitan Azani, Hezbollah – A Global Terrorist Organization – Situational

Report as of September 2006. Israel: Institute for Counter-Terrorism, 2006.

http://www.investigativeproject.org/documents/testimony/260.pdf Diakses pada 10 September

2019, pukul 12.54 WIB.

28

B. Kiprah Militer dan Politik Hizbullah

a. Hizbullah sebagai Gerakan Milisi

Hizbullah di awal terbentuknya masih beroperasi secara bebas dan kurang

terorganisir sebagai gerakan perlawanan agama. Hal ini berlanjut sampai 1985 di

mana saat itu Hizbullah di bawah kepemimpinan Sayyid Abbas al-Musawi

mengeluarkan manifesto pertamanya yang berisikan platform tentang militansi,

relijiusitas, dan anti-imperialisme dalam organisasi.50

Manifesto ini menjadi

pedoman ideologi pergerakan organisasi Hizbullah dalam politik dan sosial

khususnya selama perang saudara Lebanon, dan Invasi Israel.

Di masa perang saudara Lebanon 1975- 1990 Hizbullah bersaing dengan

organisasi Syiah lain yakni Amal memperebutkan simpati masyarakat Syiah

Lebanon dan saling mengklaim diri paling berjasa mengusir Israel dari tanah

Lebanon. Memanfaatkan dukungan langsung dari pasukan Quds Iran, Hizbullah

berhasil berkembang pesat dan memperluas basis operasinya dari lembah Beeka

di timur ke pinggiran Beirut dan kota kota Syiah di bukit selatan Lebanon.

Gelombang serangan mereka terhadap target militer dan diplomatik AS, serta

Israel Defences Forces (IDF) membuat mereka dianggap sebagai pemimpin

perlawanan terhadap invasi asing, ditambah kegiatan sosial dan amal mereka

menambah simpatik dan dukungan lebih besar dari komunitas Syiah lainnya.51

Pada 1990 diadakan perjanjian Thaif yang mengakhiri perang saudara

Lebanon, dan menuntut pihak -pihak yang terlibat untuk membubarkan diri dan

50

Augustus Richard Norton, Hezbollah: A Short History, Princeton University Press,

Princeton, 2007. 51

Casey L. Addis, and Christopher M. Blanchard, 2011. Hizbullah: Background and Issues

for Congress. Hlm. 7. Tersedia di https://fas.org/sgp/crs/mideast/R41446.pdf Diunduh pada 10

September 2019, pukul 13.13 WIB.

29

melucuti senjata mereka. Hizbullah mem‘branding‘ ulang elemen bersenjata

mereka menjadi label al-Muqawamah al-Islamiyyah atau ‗perlawanan Islam‘ yang

didedikasikan untuk mengakhiri pendudukan Israel, sehingga menjadi satu

satunya organisasi yang kepemilikan senjatanya dibolehkan oleh pemerintah

Lebanon pasca perjanjian Thaif.52

Hizbullah dianggap jauh lebih siap untuk

bertahan dari akibat perang tersebut dibandingkan Pemerintahan Lebanon yang

baru terbentuk.

Invasi Israel tetap bertahan dan jumlah serangan Hizbullah juga meningkat

sepanjang medio 1990-an. Ada 4.928 dari total 6.058 operasi yang terjadi antara

tahun 1996 dan 2000; dan 1.528 serangan terjadi pada tahun 1999 saja. Lebih dari

4000 Roket Katyusha diluncurkan menarget kota-kota di utara Israel pada 1990-

2000. Hizbullah menyebut tahun 1990-2000 sebagai ‗Tahun Perlawanan paling

Gemilang‘, puncaknya adalah penarikan diri pasukan IDF dari wilayah Lebanon

pada 24 Mei 2000.53

Aktivitas militer Hizbullah selanjutnya cenderung mereda sampai pada 12

Juli 2006, Hizbullah melancarkan operasi militer terhadap Israel, menewaskan

sejumlah tentara Israel dan menculik dua orang sebagai tawanan perang. Hal ini

adalah upaya mereka menekan Israel agar membebaskan tiga orang pasukan milisi

yang dipenjara di penjara Israel. Tindakan ini menyebabkan Israel melancarkan

serangan militer besar-besaran terhadap Hizbullah. Perang 34 hari antara

Hizbullah dan Israel mengakibatkan kematian lebih dari 1.000 orang Lebanon dan

52

Casey L. Addis, and Christopher M. Blanchard, Hezbollah: Background and Issues for

Congress. Hlm. 8 53

Ahmad Hamzeh, (2004). In the Path of Hezbollah. In Modern Intellectual and Political

History of the Middle East. Syracuse University Press. Hlm. 89- 90

30

pengungsi sekitar 1.000.000 orang. Hizbullah membunuh 119 tentara IDF dan 44

warga sipil Israel.54

Berhasil berperang dan bertahan melawan Israel adalah suatu

prestasi yang tidak pernah dilakukan oleh milisi Arab sebelumnya, karenanya

Hizbullah dan pemimpinnya, Hassan Nasrallah, dianggap sebagai pahlawan di

sebagian besar dunia Arab saat itu.

a. Keterlibatan Hizbullah dalam Konflik Suriah

Fenomena Arab Spring yang melanda negara- negara di Timur Tengah

akhirnya terasa pengaruhnya di Suriah pada Maret 2011. Gelombang demonstrasi

semakin meningkat, menuntut demokratisasi pemerintahan, serta turunnya rezim

al- Assad yang terlah berkuasa hampir 40 tahun di Suriah.55

Demonstrasi sipil

akhirnya berkembang menjadi perang sipil saat terbentuknya pasukan Free Syrian

Army pada Juli 2011 menjadi pasukan pemberontak melawan pemerintahan

Bashar al-Assad.56

Hizbullah berada dalam posisi dilema yang sulit, setelah memuji

keberhasilan gerakan revolusioner di Tunisia, Mesir, Libya, dan Bahrain.

Hizbullah terancam kepentingannya oleh gerakan serupa terhadap sekutu kunci

mereka, Presiden Bashar al-Assad di Suriah. Ketika protes menyebar ke seluruh

Suriah dan jumlah korban sipil meningkat, Nasrallah berbicara mendukung Assad,

juga menggemakan penurunan al-Assad sebagai konspirasi Barat.

Para petinggi Hizbullah tidak mengkonfirmasi kegiatan mereka di Suriah

sampai pada 2013, ketika Sekretaris Jenderal Hizbullah, Sayyid Hasan Nasrallah,

54

Hezbollah, Britannica. Dipublikasikan pada 23 Agustus 2018.

https://www.britannica.com/topic/Hezbollah Diakses pada 10 September 2019, pukul 13.31 WIB 55

Trias Kuncahyono, Musim Semi Di Suriah: Anak-Anak Penyulut Revolusi (Jakarta:

Kompas, 2013), Hlm 62. 56

Alan Axelrod, The Middle East Conflict. (New York: Alpha Books, 2014), Hlm 291

31

dengan tegas mengumumkan bahwa Hizbullah mengirim pasukan untuk

membantu mempertahankan pemerintahan Bashar al-Assad di Suriah. Terhitung

sampai Juni 2018, Hizbullah memiliki 7000- 10000 milisi di wilayah Suriah,

menjadikannya sebagai persebaran terbesar Hizbullah di seluruh dunia, di luar

Lebanon.57

Akhir tahun 2012 sampai pertengahan 2013 adalah titik terendah bagi rezim

al-Assad. Laju pertempuran akhirnya mulai melemahkan kemampuan militer

rezim al-Assad dan menumbuhkan pesimisme akan kemungkinan bertahannya

rezim tersebut. Di lain sisi kubu pemberontak berkembang dengan pesat,

menguasai wilayah utara Suriah, dan kota Aleppo.58

Konflik juga berkembang ke

arah isu sektarian setelah kelompok jihadis islam Jabhat al-Nusra yang berafiliasi

dengan al-Qaeda mulai terasa perannya di Suriah. Setelah tertangkapnya 48

pasukan Quds oleh pembetontak pada Agustus 2012, serta terbunuhnya Jenderal

senior mereka Hassan Shateri pada Februari 2013.59

Iran mulai meningkatkan

komitmen mereka membantu rezim al-Assad, demi membalikkan situasi di masa

kritis tersebut.

Seiring dengan peningkatan komitmen Iran di Suriah, Hizbullah juga

melakukan hal yang sama atas nama rezim al-Assad. Hal ini disinyalir berkat

57

Seth G. Jones and Maxwell B. Markusen, The Escalating Conflict with Hezbollah in

Syria, Center for Strategic and International Studies, June 20, 2018,

https://www.csis.org/analysis/escalating-conflict-hezbollah-syria Diakses pada 10 September

2019, pukul 13.41 WIB. 58

Karin Laub and Ben Hubbard, Syria Crisis: Rebels Make Major Advances in Aleppo,

Associated Press, October 25, 2012, http://www.huffingtonpost.com/2012/10/25/syria-crisis-

aleppo-_n_2016992.html Diakses pada 10 September 2019, pukul 13.53 WIB 59

Will Fulton, The Assassination of Iranian Quds Force General Hassan Shateri in Syria,

Iran Tracker, Critical Threats Project, February 28, 2013,

http://www.irantracker.org/analysis/fulton-assassination-iranian-quds-force-general-hassan-

shateri-syria-february-28-2013 Diakses pada 10 September 2019, 13.55 WIB.

32

dorongan dari Iran serta adanya kepentingan bersama. Peran Hizbullah meningkat

dari misi penasihat, menjadi terjun langsung ke medan pertempuran, beroperasi

dengan jumlah besar dan berjuang bersama pasukan pemerintah al-Assad. Salah

satu buktinya adalah peran Hizbullah dalam membuat dan melatih National

Defense Force (NDF), pasukan paramiliter nasional Suriah di Latakia, Homs,

Damaskus, dan Aleppo.60

Hizbullah juga bermitra bersama NDF di medan

pertempuran, yang kemudian terjadi saat merebut kota- kota dari tangan

pemberontak.

Keterlibatan Hizbullah mencapai puncaknya saat memimpin langsung

operasi perebutan kota al-Qusayr pada April 2013. Al-Qusayr adalah kota di

provinsi Homs dekat perbatasan Lebanon, kota tersebut adalah rute strategis yang

menghubungkan Damaskus dengan kota- kota di pesisir Suriah dan lembah Beeka

di Lebanon. Al-Qusayr sejak 2012 dikuasai oleh pemberontak dan mengancam

jalur komunikasi bagi rezim al-Assad.61

Mengusir pemberontak dari al-Qusayr

bukan hanya prioritas militer bagi rezim Assad, tetapi juga untuk Hezbollah,

karena kehadiran pemberontak juga merupakan ancaman bagi desa-desa Syiah

Lebanon di kedua sisi perbatasan dan dekat al-Qusayr.62

Operasi al-Qusayr berujung pada keberhasilan bagi Hizbullah dan

pemerintah Suriah. Kemenangan ini menjadi titik balik penting dalam konflik

60

Dominic Evans, Analysis: Hezbollah takes Syrian centre-stage, yet remains in shadows,

Reuters, June 18, 2013, http://www.reuters.com/article/2013/06/18/us-syria-crisis-hezbollah-

analysis-idUSBRESBRESBRESBRE95H10Y2013061 Diakses pada 10 September 2019, pukul

13.57 WIB 61

Nicholas Blanford, Why Hezbollah has openly joined the Syrian fight, The Christian

Science Monitor, June 23, 2013, http://www.csmonitor.com/World/Middle-East/2013/0623/Why-

Hezbollah-has-openly-joined-the-Syrian-fight Diakses pada 10 September 2019, pukul 13.59 WIB 62

Marisa Sullivan, Hezbollah in Syria, Middle East Security Report 19, Institute for the

Study of War (Apr. 1, 2014), Hlm 15. Diunduh di https://www.jstor.org/stable/resrep07896

33

Suriah, selain sebagai pukulan besar bagi pasukan pemberontak baik secara

militer dan psikologis, al-Qusayr juga menandai fase baru keterlibatan Hizbullah

yang jelas dan substansial dalam konflik Suriah.63

Hizbullah tidak lagi membela

keterlibatannya semata-mata untuk membela komunitas Syiah Lebanon, tetapi

secara terbuka berkomitmen untuk memastikan Assad tetap berkuasa. Nasrallah

menggambarkan perjuangan di Suriah bukan saja perpanjangan dari perlawanan

terhadap Israel dan Barat, tetapi juga melawan ancaman takfiri (ekstrimis

Sunni).64

Penggambaran ini digunakan demi mendapatkan dukungan dari

kalangan syiah Lebanon yang khawatir keterlibatan Hizbullah di Suriah

menyimpang dari misi perlawanan mereka dengan Israel, dan akan mengancam

stabilitas Lebanon.

b. Keterlibatan Hizbullah dalam Konflik Suriah Periode

2014 - 2018

Pasca keterlibatan Hizbullah di al-Qusayr, peran Hizbullah semakin

meningkat dalam konflik Suriah. Pasca al-Qusayr, Hizbullah terlibat dalam

operasi pembebasan beberapa wilayah di Homs, Aleppo, Damaskus, Qalamoun

dan Yabroud. Namun, berbeda dengan peran Hizbullah yang terlibat langsung

dalam operasi militer di Al-Qusayr, dalam beberapa operasi militer pasca Al-

Qusayr, Hizbullah tidak terlibat secara langsung. Dalam upaya perebutan kembali

63

Nicholas Blanford, Hezbollah marks major triumph as Qusayr tips back to Assad camp,

The Christian Science Monitor, June 5, 2013, http://www.csmonitor.com/World/Middle-

East/2013/0605/Hezbollah-marks-major-triumph-as-Qusayr-tips-back-into-Assad-camp Diakses

pada 10 September 2019, pukul 14.05 WIB. 64

Anne Barnard, Hezbollah Commits to an All-Out Fight to Save Assad, The New York

Times, May 25, 2013, http://www.nytimes.com/2013/05/26/world/middleeast/syrian-army-and-

hezbollah-step-up-raids-on-rebels.html Diakses pada 10 September 2019, pukul 14.07 WIB

34

Aleppo, Hizbullah lebih memposisikan diri untuk memberikan pertimbangan-

pertimbangan strategis kepada pasukan rezim Assad dan NDF.65

Hizbullah juga kemudian terlibat dalam operasi militer di Damaskus.

Sejak awal konflik, mempertahankan Damaskus merupakan prioritas Hizbullah

karena keberadaan tempat suci Sayyida Siti Zainab. Beberapa pejuang Hizbullah

telah tewas di Damaskus dari bulan Juni sampai Agustus 2013, termasuk salah

satu adalah komandan seniornya yaitu Ayman Said Tahini.66

Sejak tahun 2014 Hizbullah memulai perjuangan mereka melawan

gelombang milisi ekstrimis sunni atau takfiri. Para jihadis islam ini mayoritas

berasal dari organisasi Jabhat al_Nusra dan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS)

yang bertujuan mendirikan negara kekhalifahan Islam di wilayah Irak dan Suriah.

Serangan yang dilancarkan para jihadis ini tidak hanya menarget kota- kota di Irak

dan Suriah, tetapi juga situs- situs lokal bersejarah di sana, bahkan beberapa

serangan juga menarget kota kota di perbatasan Lebanon, dekat dengan markas

militer Hizbullah.

Pada Agustus 2014, terjadi kerja sama unik diantara ISIS dan al-Nusra

yang melancarkan serangan gabungan menarget kota Arsal di Lebanon, walaupun

secara singkat bisa ditumpas oleh operasi pasukan militer nasional Lebanon. Pada

Mei 2015 milisi Hizbullah terlibat dalam perlawanan sengit dengan para

pemberontak (Free Syrian Army dan ISIS) di wilayah Qalamoun di Suriah, dekat

perbatasan Lebanon.

65

Marisa Sullivan, Hezbollah in Syria, Hlm 16- 17. 66

Marisa Sullivan, Hezbollah in Syria, Hlm 19- 20.

35

Pada Juli 2017, Hizbullah melancarkan serangan militer ke markas al-

Nusra di wilayah Baalbek, Lebanon, dekat perbatasan Suriah.67

Hizbullah

menggunakan rangkaian kampanye militer tersebut untuk menggalang dukungan

domestik Lebanon terhadap keterlibatan mereka di Suriah. Hizbullah berusaha

menumbuhkan citra sebagai pelindung komunitas Syiah terhadap ekstrimis Sunni.

Hizbullah juga membentuk, membimbing, dan melatih milisi perlawanan

Syiah lainnya di Suriah. Salah satunya bernama Al-Muqawama al-Islamiyah fi

Suria atau ‗Perlawanan Islam di Suriah‘. Milisi ini hampir sama dengan milisi-

milisi lain yang pernah dilatih oleh Hizbullah, seperti contohnya unit Asaib Ahl

al-Haq di Irak. Beberapa contoh milisi yang dilatih Hizbullah di Suriah adalah;

Quwat al Ridha, yang beroperasi di beberapa provinsi di Suriah seperti Homs. Al-

Ghaliboun: Saraya al-Muqawama al-Islamiyah fi Suria, yang beroperasi di Daraa

dan Quneitra. Liwa al-Imam al-Baqir, yang beroperasi di beberapa wilayah seperti

Aleppo.68

Setidaknya ada sekitar 8000 sampai 12000 total pejuang asing syiah di

Suriah dari negara- negara seperti Afghanistan, Yaman, dan Irak. Para milisi ini

secara sistemik diorganisir oleh departemen eksternal pasukan Quds dari Iran.69

67

Tom Perry and Angus McDowall, Lebanese Army, Hezbollah Announce Offensive

against Islamic State on Syrian Border, Reuters, August 18, 2017,

https://www.reuters.com/article/us-mideast-crisis-lebanon-syria/lebanese-army-hezbollah-

announce-offensives-against-islamic-state-on-syrian-border-idUSKCN1AZ03G Diakses pada 24

Januari 2019, pukul 14.05 WIB. 68

Phillip Smyth, Lebanese Hezbollah‟s Islamic Resistance in Syria, Washington Institute

for Near East Policy, April 26, 2018, http://www.washingtoninstitute.org/policy-

analysis/view/lebanese-hezbollahs-islamic-resistance-in-syria Diakses pada 24 Januari 2019, pukul

14.19 WIB. 69

Phillip Smyth, Iran Is Outpacing Assad for Control of Syria‟s Shia Militias, Washington

Institute for Near East Policy, April 12, 2018, https://www.washingtoninstitute.org/policy-

analysis/view/iran-is-outpacing-assad-for-control-of-syrias-shia-militias Diakses pada 24 Januari

2019, pukul 14.34 WIB.

36

Milisi Hizbullah di Suriah telah meningkatkan keterampilan tempur

operasional dan taktis mereka, melatih dan memperlengkapi ribuan gerilyawan

sebagai bagian dari jaringan milisi Syiah yang sedang tumbuh, dan menimbun

gudang persenjataan lengkap berupa senjata-senjata seperti rudal balistik jarak

pendek Fateh-110 / M-600, Shahab-1 dan rudal balistik jarak pendek Shahab-2,

rudal berpandu anti-tank Toophan, 9M133 Kornet rudal jinjing, pengangkut

personel lapis baja M113, tank tempur utama T-72, kendaraan udara tak berawak

Karrar, dan roket Katyusha.70

Sampai dengan 2018 sebagian besar milisi Hizbullah dan pasukan proksi

mereka tersebar di sepanjang perbatasan Lebanon- Suriah, dimana ada kantong

besar komunitas syiah dan situs- situs suci mereka disana, tentunya juga

berdekatan dengan markas utama Hizbullah di selatan Lebanon. Hizbullah juga

mengerahkan milisi mereka jauh lebih dalam ke wilayah Suriah sampai pada

sekitar kota Damaskus dan Homs, bahkan ada laporan yang menyebutkan

keberadaan milisi Hizbullah sejauh wilayah Deir al-Zour di Sungai Eufrat Tengah,

Suriah timur.71

Perkembangan terbaru pada pertengahan 2018 menunjukkan

dimulainya peningkatan kehadiran Hizbullah di pos- pos militer Suriah dekat

perbatasan Israel- Suriah.

Perkembangan situasi tersebut tentunya merugikan bagi Israel, yang juga

ikut andil -meski tidak masif- dalam membantu perjuangan pihak oposisi

70

Seth G. Jones and Maxwell B. Markusen, The Escalating Conflict with Hezbollah in

Syria, Center for Strategic and International Studies, June 20, 2018,

https://www.csis.org/analysis/escalating-conflict-hezbollah-syria Di akses pada 27 Januari 2020,

pukul 12.46 WIB. 71

Yaakov Lappin, Israeli Military Chief Outlines Hizbullah‟s Syria Commitment, HIS

Jane‘s Defence Weekly, January 4, 2018, http://www.janes.com/article/76795/israeli-military-

chief-outlines-hizbullah-s-syria-commitment Diakses pada 24 Januari 2019, pukul 14.59 WIB.

37

melawan pemerintahan Bashar al-Assad.72

Militer Israel diyakini berada di

belakang puluhan serangan udara dalam beberapa tahun terakhir terhadap posisi

Hizbullah, Iran, dan Suriah. Pemerintah AS dan Israel memandang peran Iran di

Suriah sebagai ancaman terhadap Israel.

Salah satu serangan Israel terjadi pada 9 April 2018, ketika Israel

menempatkan diri dalam konfrontasi langsung dengan Iran, mengacu pada

serangan rudal yang menargetkan lokasi militer mereka di Suriah. Dua pesawat

tempur Israel, menggunakan wilayah udara Lebanon, menembakkan delapan rudal

di pangkalan militer T-4. Serangan terhadap pangkalan udara itu, yang terletak 40

km di barat Palmyra, menewaskan sekitar 14 orang, setidaknya empat di

antaranya adalah pasukan Iran dari Korps Pengawal Revolusi Islam Iran.73

Di tengah situasi tersebut, Hizbullah kembali memunculkan wacana untuk

menarik pasukan mereka dari wilayah Suriah. Wacana yang sempat dilakukan

pada Mei 2017, yakni saat mereka menarik pasukan dari perbatasan Lebanon –

Suriah.74

Pada 27 Mei 2018, beberapa hari setelah pemilu parlemen Lebanon

terlaksana, Hizbullah kembali menarik pasukan mereka dari wilayah selatan

Suriah, tepatnya kota Dar‘a.75

72

Anoosha Boralessa, Israel‟s involvement in the war against Syria, Voltaire Network, 7

September 2018, https://www.voltairenet.org/article202825.html Diakses pada 27 Januari 2019,

pukul 21.03 WIB. 73

Hezbollah's Nasrallah: Israel made 'historic mistake' in Syria, Al Jazeera News. April

14, 2018. https://www.aljazeera.com/news/2018/04/hezbollah-nasrallah-israel-historic-mistake-

syria-180413192231157.html Diakses pada 27 Januari 2019, pukul 21.15 WIB. 74

Diana Moukalled, Has Hezbollah withdrawn from Syria ?. Arab News. Dipublikasikan

pada 15 Mei 2017. http://www.arabnews.com/node/1100196 Diakses pada 10 Januari 2019 pukul

16.10 WIB. 75

Middle East Monitor, Hezbollah withdraws from south Syria. Dipublikasikan pada 23

Mei 2018. https://www.middleeastmonitor.com/20180523-hezbollah-withdraws-from-south-syria/

Diakes pada 10 Januari 2019 pukul 16.13 WIB.

38

Di tengah kondisi tersebut muncul anggapan bahwa Hizbullah menarik diri

dari Konflik Suriah. Hal ini bersamaan dengan keikutsertaan Hizbullah dalam

Pemilu Parlemen di negara mereka, Lebanon. Pada 27 Mei 2018, beberapa hari

setelah pemilu parlemen Lebanon terlaksana, Hizbullah kembali menarik pasukan

mereka dari wilayah selatan Suriah, tepatnya kota Dar‘a.76

Anggapan ini semakin

menguat saat Presiden Rusia, Vladimir Putin bertemu dengan Presiden Suriah,

Bashar al-Assad di Sochi, Rusia, di mana ia menghembuskan wacana penarikan

diri bagi setiap pasukan asing di Suriah.77

Wacana ini berlaku untuk seluruh

pasukan asing, seperti Iran, Hizbullah, Amerika Serikat, Turki, dan negara lain

yang memiliki pasukan di wilayah Suriah.

Wacana penarikan pasukan ini menambah dinamika keterlibatan Hizbullah

di Konflik Suriah. Kondisi perang Suriah terkini menjadi dua sisi mata uang bagi

Hizbullah. Di satu sisi kehadiran milisi Hizbullah dipertanyakan setelah

perkembangan situasi kini memihak rezim al-Assad dengan kondisi yang semakin

stabil, namun di sisi lain kehadiran Israel yang menguat juga menjadi ancaman

bagi Hizbullah melihat sejarah di antara keduanya. Kondisi Hizbullah di dalam

perpolitikan domestik Lebanon juga membutuhkan perhatian pasca kemenangan

mereka dalam Pemilu Parlemen Lebanon 2018.

76

Middle East Monitor, Hezbollah withdraws from south Syria. Dipublikasikan pada 23

Mei 2018. https://www.middleeastmonitor.com/20180523-hezbollah-withdraws-from-south-syria/

Diakes pada 10 Januari 2019 pukul 16.13 WIB. 77

Russia calls for foreign troop pull out from Syria including Iran, Hezbollah. Al Arabiya,

19 May 2018. http://english.alarabiya.net/en/News/middle-east/2018/05/19/Russia-calls-for-

foreign-troops-pullout-from-Syria-including-Iran-Hezbollah-.html Diakses pada 10 September

2019, pukul 14.31 WIB.

39

b. Hizbullah sebagai Partai Politik

Sejak pendiriannya pada medio 1980-an Hizbullah telah memiliki banyak

label, baik dari mereka sendiri maupun orang lain di antaranya; Milisi, Kelompok

teroris, Perlawanan Islam, Organisasi layanan sosial, dan Partai Politik. Eksistensi

Hizbullah menuai kritik dikarenakan status mereka sebagai kelompok teroris yang

merujuk pada Resolusi Dewan Keamanan PBB 1559. Meski demikian, terlepas

dari seruan untuk melucuti senjata dan klasifikasi Hizbullah sebagai kelompok

teroris oleh beberapa negara, Hizbullah diakui sebagai partai politik yang sah di

Lebanon, di seluruh dunia Arab, dan bahkan di beberapa pemerintahan Barat,

seperti Inggris dan banyak negara Eropa lainnya.78

Terlepas dari stereotip tadi, Hizbullah sejak awal memang bukan hanya

sekedar milisi bersenjata, mereka memainkan peran sebagai gerakan politik yang

memberikan pelayanan sosial. Pada awal 1983, Hizbullah menciptakan jaringan

layanan sosial yang luas yang tidak dapat disediakan oleh pemerintah Lebanon,

termasuk layanan kesehatan kepada masyarakat, distribusi air, listrik, dan

pembuangan sampah.79

Inilah peran politik paling pertama bagi Hizbullah, yakni

memberikan pelayanan sosial sebagai bentuk dakwah dengan misi utama

memperluas pengaruh Syiah di Lebanon.

Hizbullah saat itu mulai dianggap sebagai ‗organisasi yang paling efektif

dan efisien‘, mereka menyediakan tingkat layanan sosial yang sangat efisien

78

Wiegand, Krista E. (2009), Reformation of a Terrorist Group: Hezbollah as a Lebanese

Political Party. Studies in Conflict & Terrorism, London: Routledge. Hlm. 670. 79

Wiegand, Krista E. (2009), Reformation of a Terrorist Group: Hezbollah as a Lebanese

Political Party. Hlm. 673.

40

seperti; rumah sakit, sekolah, sekolah kejuruan untuk anak laki-laki dan

perempuan, pusat budaya, tidak seperti organisasi lainnya di Lebanon. Bahkan

dalam banyak kasus, warga Syiah Lebanon terbukti lebih dahulu mencari layanan

sosial Hizbullah dibandingkan pergi mencari bantuan ke pemerintah

(kesejahteraan, pendidikan, dan kebutuhan medis), di tengah kondisi pendudukan

oleh Israel.80

Sejak berakhirnya perang sipil Lebanon pada 1990 melalui Perjanjian Thaif,

yang menetapkan pelucutan senjata seluruh milisi kecuali milik Hizbullah,

membuka jendela bagi transformasi sikap mereka terhadap negara. Hizbullah

perlahan mengubah dirinya untuk dapat bekerja di dalam sistem politik, tanpa

adanya upaya bersenjata. Hizbullah mengembangkan sayap politiknya menjadi

partai politik non- bersenjata. Langkah besar pertama Hizbullah sebagai sebuah

partai politik adalah keputusannya berpartisipasi dalam pemilihan parlemen pada

1992. Dalam waktu kurang dari lima puluh hari semenjak pengumuman

keikutsertaan Hizbullah dalam pemilu parlemen Lebanon 1992, mereka berhasil

memobilisasi dukungan publik dengan menghadirkan program politik dan sosial

yang komprehensif, menghasilkan perolehan delapan kursi dari total 128 kursi.

Salah satu faktor penting adalah terciptanya koalisi dengan sekte-sekte lain seperti

Sunni dan Kristen. Sejak itu, Hizbullah telah berpartisipasi dalam pemilihan

parlemen tahun 1996, 2000, dan 2005 dan pemilihan kota tahun 1998 dan 2004.

80

Wiegand, Krista E. (2009), Reformation of a Terrorist Group: Hezbollah as a Lebanese

Political Party. Hlm. 673

41

Dalam pemilihan parlemen 2000, perolehan kursi Hizbullah di parlemen Lebanon

naik dari 9 menjadi 12.81

Dukungan pemerintah yang terang-terangan untuk Hizbullah tiba-tiba

terhenti setelah pembunuhan mantan Perdana Menteri Rafiq Hariri pada Februari

2005. Setelah Suriah dituduh melakukan pembunuhan, Hizbullah dan kelompok

pro-Suriah lainnya mengadakan demonstrasi besar-besaran pada 8 Maret untuk

mendukung Suriah. Sebagai tanggapan, kelompok-kelompok anti-Suriah dipimpin

oleh Future Movement mengerakkan ribuan orang dalam protes pada 14 Maret,

menuntut penarikan pasukan Suriah dari Lebanon dan mengakhiri campur tangan

Suriah dalam politik internal Lebanon. Pada Maret 2005, dengan protes anti-

Suriah dan tekanan internasional yang kuat menyebabkan Suriah akhirnya

menarik pasukannya dari Lebanon.

Setelah peristiwa tersebut kontestasi politik Lebanon terbelah ke dalam dua

kelompok besar yakni Koalisi 8 Maret, dan Koalisi 14 Maret. Nantinya kedua

aliansi ini selalu bersaing di setiap momentum politik Lebanon. Bagaimana

nantinya kelompok ini terbentuk dan apa saja dinamika politik yang terjadi

sampai 2018 yang menentukan hasil Pemilu Parlemen akan dijelaskan dalam sub

bab berikut

a. Hizbullah dalam Pemilu Parlemen Lebanon 2018

Semenjak masa penjajahan Perancis pada 1920, Lebanon mulai mengenal

sistem pembagian kekuasaan berdasarkan agama dan sekte yang dikenal dengan

81

S. Simon and J. Stevenson, Declawing the „Organization of God‟ Toward Normalization

in Lebanon, World Policy Journal (Summer 2001), Hlm. 39.

42

sistem Confessional. Saat itu dikarenakan kedekatan penjajah Perancis dengan

komunitas Kristen Maronit, maka Maronit memperoleh kekuasaan terbesar

hampir di semua sektor pemerintahan. Presiden sebagai jabatan tertinggi negara

dipegang komunitas Kristen Maronit, Perdana Menteri sebagai pimpinan

eksekutif dipegang komunitas Sunni, Speaker of Parliament sebagai pimpinan

lembaga legislatif dipegang komunitas Syiah.

Semenjak peristiwa terbunuhnya Perdana Menteri Rafiq Hariri pada 2005,

dan Suriah dicurigai memiliki peran. Demonstrasi massa Lebanon terbelah dua,

yakni mereka yang menolak pengaruh Suriah dalam Pemerintahan Lebanon serta

menuntut pemulangan pasukan Suriah, dan mereka yang mendukung pengaruh

Suriah di Lebanon. Hal ini kemudian melatarbelakangi terciptanya dua blok

politik yang berlawanan secara ideologis dalam politik Lebanon, yakni Koalisi 8

Maret, dan Koalisi 14 Maret

- Aliansi 14 Maret

Aliansi ini dinamai berdasarkan tanggal 14 Maret 2005 yang dipercaya

sebagai awal dari Revolusi Cedar yakni demonstrasi menuntut penarikan pasukan

Suriah dari Lebanon. Aliansi ini didominasi oleh golongan Sunni dari partai

Future Movement pimpinan Hariri, kemudian bergabung partai dari golongan

Maronit dan Druze dengan satu tujuan untuk melihat akhir pendudukan Suriah di

Lebanon. Dipimpin oleh putra Rafiq Hariri, Saad Hariri, Aliansi 14 Maret terdiri

43

dari partai golongan Druze, Progressive Socialist Party pimpinan Walid Jumblatt,

lalu Lebanese Forces pimpinan Samir Geagea82

Meskipun di kemudian hari menang dalam pemilu 2005 dan 2009, aliansi

ini kurang efektif dan menderita konflik internal. Meski awalnya bersatu di bawah

tujuan membebaskan Lebanon dari kontrol Suriah, selanjutnya justru berbagai

kelompok politik tersebut tidak memiliki landasan bersama yang kuat. Keluarnya

Michel Aoun dan Free Patriotic Movement pada 2006 menjadi pukulan telak bagi

aliansi tersebut. Hal ini disebabkan tidak adanya dukungan dari pimpinan Aliansi

14 Maret terhadap pencalonan Aoun menjadi Presiden Lebanon untuk pemilihan

presiden 2009, akibatnya Aliansi 14 Maret kehilangan mayoritas dukungan dari

komunitas Kristen, dan sejak saat itu aliansi semakin didominasi oleh golongan

Sunni dan Future Movement pimpinan Saad Hariri.83

- Aliansi 8 Maret

Aliansi ini dinamai berdasarkan tanggal peristiwa demonstrasi mendukung

keberadaan Suriah di Lebanon pada 8 Maret 2005. Aliansi ini pada awalnya

berisikan Hizbullah dan Amal sebagai partai yang menjadi sekutu Suriah.

Hizbullah mendominasi aliansi dikarenakan kekuatan organisasi dan kemampuan

militer mereka. Dalam pemilihan umum 2005 Aliansi 8 Maret memenangkan 57

dari 128 kursi di Parlemen. Aliansi ini semakin kuat setelah bergabungnya partai

Kristen Maronit Free Patriotic Movement pimpinan Michel Aoun pada 2006.84

82

Governance & Politics of Lebanon, fanack.com. Diperbarui pada 18 Oktober 2018,

https://fanack.com/Lebanon/governance-and-politcs-of-Lebanon/ 83

Governance & Politics of Lebanon, fanack.com. 84

Governance & Politics of Lebanon, fanack.com.

44

Sejak pecahnya Arab Spring di wilayah timur tengah pada 2010 khususnya

perang sipil yang terjadi di negara tetangga mereka Suriah pada 2011, menambah

ketegangan politik di antara Hizbullah dan Future Movement serta beberapa

golongan Sunni dan Salafi. Hizbullah yang memihak rezim Bashar al-Assad di

Suriah, sementara golongan Sunni Future Movement mendukung pasukan oposisi

Suriah. Pada April 2013, pemimpin Hizbullah Sayyid Hassan Nasrallah secara

terbuka mengakui bahwa pasukannya telah terlibat langsung dalam operasi militer

terhadap pejuang oposisi Suriah dan mendukung pemerintahan Bashar al-Assad.

Di tengah kondisi tersebut, pada Mei 2018 Lebanon kembali mengadakan

pemilihan umum parlemen yang sempat tertunda sejak 2009. Pemungutan suara di

parlemen terjadi di masa pergolakan dan ketegangan yang luar biasa, baik secara

regional maupun di dalam domestik Lebanon. Pemilu parlemen Lebanon menjadi

persaingan dua kekuatan besar di timur tengah, yakni Arab Saudi (yang menjadi

patron Future Movement-nya Saad Hariri) dan Iran (pelindung dari milisi Syiah

Lebanon, Hizbullah).

Menjelang diselenggarakannya pemilihan parlemen 2018 memperlihatkan

keadaan yang berbeda signifikan di antara Aliansi utama perpolitikan Lebanon.

Aliansi 14 Maret yang sempat menang dalam pemilihan umum 2005 dan 2009

mulai kehilangan partai pengusung utamanya. Setelah keluarnya partai Free

Patriotic Movement pada 2006, kemudian pada 2009 partai Progressive Socialist

Party pimpinan Walid Jumblatt juga keluar dari aliansi. Selanjutnya pasca

terpilihnya Michel Aoun dari Aliansi 8 Maret sebagai presiden pada 2016, posisi

Aliansi 14 Maret semakin genting di dalam pemerintahan, meskipun masih

45

memiliki Saad Hariri sebagai Perdana Menteri. Perkembangan terakhir setelah

peran Arab Saudi dalam pengunduran diri Saad Hariri yang ambigu pada 2017,

kemudian pembatalannya di kemudian hari, telah lebih jauh memisahkan partai

Future Movement dari sisa Aliansi 14 Maret, baik itu perorangan atau partai, juga

menurunkan elektabilitas mereka di mata masyarakat Lebanon.85

Di sisi lain, Aliansi 8 Maret tampaknya lebih stabil, karena, sejauh ini,

Hizbullah telah mampu mempertahankan kohesi dan menjaga hubungan dekatnya

dengan partai Free Patriotic Movement. Kedua partai tersebut menjadi semakin

dominan ketika konflik Suriah menempa Hizbullah baik secara politis maupun

militer, dan Michel Aoun dari Free Patriotic Movement terpilih sebagai Presiden

Lebanon pada 2016.

Keterlibatan Hizbullah di Suriah juga telah memainkan peran kunci dalam

perjanjian dua aliansi yang saling bertentangan untuk menunda pemilihan

parlemen. Parlemen memperpanjang mandatnya sendiri dua kali pada tahun 2013

dan 2014, dengan demikian melanggar prinsip-prinsip rotasi kekuasaan dan

periode pemilu. Pada 2017, Parlemen memutuskan untuk menunda pemilihan

untuk ketiga kalinya secara teknis selama enam bulan bersamaan dengan

diberlakukannya undang-undang pemilihan yang baru, yang saat ini berlaku.86

- Hasil Pemilu Parlemen Lebanon 2018

Hasil pemilihan umum parlemen pada 6 Mei 2018 memperlihatkan partai-

partai yang bersekutu dengan Hizbullah peningkatan dalam porsi kursi mereka

85

Political Party Mapping in Lebanon Ahead of the 2018 Elections, Konrad Adenauer

Stiftung. https://www.kas.de/c/document_library/get_file?uuid=d5efc091-a9b8-4357-36f6-

7717164c277e&groupId=252038 Diakses pada 10 September 2019, pukul 15.20 WIB 86

Political Party Mapping in Lebanon Ahead of the 2018 Elections, Konrad Adenauer

Stiftung.

46

dari sekitar 44% menjadi 53%. Aliansi Politik 8 Maret yang beranggotakan

Hizbullah, Gerakan Syiah Amal, Gerakan Maronit Free Patriotic Movement, dan

partai sekutu lainnya, memenangkan penghitungan suara dengan 68 kursi

parlemen Lebanon. Ini cukup untuk mengamankan jumlah kursi mayoritas di

parlemen Lebanon (68 dari total 128 kursi). Hizbullah sendiri tidak mendapat

kursi tambahan, tetap dengan 13 kursi.87

Aliansi 8 Maret tetap memegang kursi

yang cukup untuk mencegah pembentukan kuorum dua pertiga, yang dalam

praktiknya dapat menentukan keputusan tertentu seperti pemilihan presiden (yang

menjadi tugas parlemen Lebanon).

Aliansi politik saingan mereka, 14 Maret yang terdiri dari partai Sunni

Future Movement, partai Maronit Lebanese Forces, dan sekutu parlemen lainnya,

kehilangan 10 kursi. Future Movement pimpinan Perdana Menteri Saad Hariri

mengalami kerugian terbesar (kehilangan sepertiga kursinya) namun tetap

menjadi golongan Sunni terbesar di Parlemen. Partai Lebanese Forces termasuk

pemenang terbesar dengan meningkatkan kursi mereka dari 8 menjadi 14 kursi.88

Dengan hasil ini, Aliansi 8 Maret yang terdiri dari Hizbullah dan sekutunya

menerima mayoritas kursi, sehingga membuat Hizbullah dominan secara politik

untuk pertama kalinya. Banyak pengamat internasional menyimpulkan pemilu ini

sebagai kemenangan politik besar bagi Hizbullah.89

Di sisi lain, kemenangan

87

Carla E. Humud, Lebanon's 2018 Elections. Congressional Research Service Insight.

Dipublikasikan pada 11 Mei 2018. https://fas.org/sgp/crs/mideast/IN10900.pdf Diakses pada 10

September 2019, pukul 15.29 WIB 88

Carla E. Humud, Lebanon's 2018 Elections. Congressional Research Service Insight. 89

Dan Williams, Israeli minister says 'Lebanon equals Hezbollah' after election. reuters.

Dipublikasikan pada 7 Mei 2018. https://www.reuters.com/article/us-lebanon-election-

israel/israeli-minister-says-lebanon-equals-hezbollah-after-election-idUSKBN1I80FW Diakses

pada 10 September 2019, 15.34 WIB

47

politik tersebut juga memberikan risiko kepada Hizbullah sebagai sebuah partai.

Setelah selama ini membingkai dirinya dengan label gerakan milisi yang

beroperasi di luar sistem politik Lebanon, perolehan suara pemilihan Hizbullah

sekarang mendorong partai untuk mengambil lebih banyak tanggung jawab untuk

mengatasi tantangan sosial ekonomi dan infrastruktur domestik.

Lalu dengan kondisi sosial politik tersebut, bagaimana dinamika yang akan

terjadi dengan perjuangan milisi Hizbullah di luar Lebanon, khususnya

keberlangsungan milisi mereka di dalam Konflik Suriah. Juga bagaimana posisi

dominan Hizbullah secara politik domestik dapat memberikan dampak terhadap

keberlangsungan organisasi ini sebagai kekuatan yang patut diperhitungkan dalam

kancah internasional, khususnya Timur Tengah akan dijabarkan di dalam Bab

selanjutnya.

48

BAB 3

DINAMIKA HIZBULLAH PASCA PEMILU PARLEMEN LEBANON 2018

Bab 3 berisikan dinamika yang dialami Hizbullah pasca kemenangan politik

mereka dalam Pemilu Parlemen Lebanon 2018. Dibuka dengan penjabaran

mengenai peningkatan pengaruh Hizbullah di dalam Pemerintahan Lebanon, di

antaranya penguasaan Parlemen dan Kabinet Menteri. Kemudian akan dijabarkan

mengenai dinamika Hizbullah di Konflik Suriah, di antaranya pembatalan wacana

penarikan pasukan mereka, dan potensi konflik baru dengan Israel.

A. Dinamika Internal (Kemenangan Politik Hizbullah: Penguasaan

Parlemen dan Kabinet)

a. Koalisi 8 Maret Menguasai Kabinet Baru

Seperti yang telah dijabarkan di bab sebelumnya mengenai hasil pemilu

parlemen Lebanon 2018, Hizbullah dan sekutu politiknya, Koalisi 8 Maret,

memenangi kursi mayoritas di parlemen. Hasil pemilihan umum parlemen pada 6

Mei 2018 menunjukkan peningkatan dalam porsi kursi partai-partai yang

bersekutu dengan Hizbullah menjadi 53% (68 dari total 128 kursi). Ini cukup

untuk mengamankan jumlah kursi mayoritas di parlemen Lebanon, Hizbullah

sendiri meraih 13 kursi. Sementara koalisi politik pesaing mereka, Koalisi 14

49

Maret, yang terdiri dari partai Sunni Future Movement, partai Maronit Lebanese

Forces, dan sekutu parlemen lainnya, kehilangan 10 kursi.90

Hasil ini membuka jalan bagi pembentukan pemerintahan yang baru, dalam

bentuk Kabinet baru. Dikenal secara resmi sebagai Dewan Menteri, Kabinet

terdiri dari 30 jabatan menteri, saat ini didistribusikan di antara 10 partai.

Pemimpin Amal, Nabih Berri, yang telah menjabat sebagai pembicara parlemen

sejak tahun 1992 kembali terpilih pada 23 Mei 2018.91

Selanjutnya pada 24 Mei

2018, Presiden Aoun kembali menunjuk Saad Hariri sebagai Perdana Menteri.92

Hariri kemudian bertanggung jawab terhadap pembentukan kabinet kerja baru

untuk pemerintahan selanjutnya. Di dalam proses inilah Hizbullah menunjukkan

dominasinya khususnya dalam penunjukan beberapa Menteri.

Semenjak kemenangan mereka pada pemilu parlemen Mei 2018, Hizbullah

mulai ikut andil mengatur pembentukan pemerintahan baru. Sejak awal tuntutan

utama mereka kepada Saad Hariri yang tidak dapat dinegosiasikan adalah

penguasaan terhadap Kementerian Kesehatan. Tuntutan ini kemudian berhasil

setelah Jamil Jabak terpilih sebagai Menteri Kesehatan yang baru. Meski bukan

anggota Hizbullah, Jamil Jabak adalah mantan dokter pribadi Hasan Nasrullah,

90

Carla E. Humud, Lebanon's 2018 Elections. CRS Insight. Dipublikasikan pada 11 Mei

2018. https://fas.org/sgp/crs/mideast/IN10900.pdf Diakses pada 29 Mei 2019, pukul 10.46 WIB. 91

Ellen Francis and Laila Bassam, Lebanese parliament re-elects Shi'ite Berri as speaker.

reuters. Dipublikasikan pada 23 Mei 2018. https://www.reuters.com/article/us-lebanon-

election/lebanese-parliament-re-elects-shiite-berri-as-speaker-idUSKCN1IO195 Diakses pada 12

Maret 2019 pukul 21.42 WIB. 92

Carla E. Humud, Lebanon. Congressional Research Service Report. Dipublikasikan pada

19 Juni 2018. https://fas.org/sgp/crs/mideast/R44759.pdf Diakses pada 12 Maret 2019 pukul 21.46

WIB.

50

Sekretaris Jenderal Hizbullah.93

Dengan memilih menteri kesehatan, Hizbullah

akan bergerak melampaui peran marginal yang dimainkannya di pemerintahan

sebelumnya: kementerian ini memiliki anggaran terbesar keempat di negara

Lebanon. Bantuan luar negeri terbaru kepada kementerian ini termasuk $ 120 juta

dari Bank Dunia untuk dihabiskan selama lima tahun sejak 2019. Kementerian

juga menerima banyak obat dari Organisasi Kesehatan Dunia dan Uni Eropa.94

Hizbullah juga memiliki dua kursi menteri tambahan yakni; Muhammad Fneish

sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga, dan Mahmoud Kmati sebagai Menteri

Negara untuk Urusan Parlemen (Merupakan sektor penting, karena berwenang

mengatur anggaran Parlemen).95

Hizbullah juga mengatur saham politik partai lain. Contohnya, partai

Kristen Lebanese Forces, yang meski meningkatkan kursi mereka pasca pemilu

parlemen, Hizbullah ‗mengasingkan‘ mereka dalam proses pembentukan

pemerintah. Alih- alih mendapatkan posisi menteri pertahanan yang dijanjikan,

posisi tersebut justru menjadi milik sekutu Hizbullah, Elias Bou Saab, dari partai

Free Patriotic Movement. Hizbullah juga mengatur saham politik sekte Druze,

dengan memaksa Walid Jumblatt -pemimpin Progressive Socialist Party- untuk

93

Tony Badran, New Government Demonstrates Hezbollah‟s Dominance of Lebanon.

Foudation for Defense of Democracies. 1 Februari 2019.

https://www.fdd.org/analysis/2019/02/01/new-government-demonstrates-hezbollahs-dominance-

of-lebanon/ Diakses pada 20 Juli 2019, pukul 21.56 WIB. 94

Laila Bassam, Health ministry pick to widen Hezbollah role in Lebanese state. Reuters,

December 20, 2018. https://www.reuters.com/article/us-lebanon-government-hezbollah/health-

ministry-pick-to-widen-hezbollah-role-in-lebanese-state-idUSKCN1OJ1PD Diakses pada 29 Mei

2019. pukul 11.18 WIB. 95

Tom Perry, and Laila Bassam. Lebanon agrees new government, PM vows bold reforms.

Reuters, Januari 31, 2019. https://www.reuters.com/article/us-lebanon-government/lebanon-

agrees-new-government-pm-vows-bold-reforms-idUSKCN1PP26I Diakses pada 29 Mei 2019,

pukul 11.46 WIB.

51

menyerahkan salah satu dari tiga kursi mereka kepada partai Druze aliansi

Hizbullah, Lebanese Democratic Party. Hizbullah juga menuntut agar Hariri

memberikan bagian kepada sosok sunni yang pro- Hizbullah dan menjadikannya

menteri. Hizbullah selanjutnya memaksa sekutu Kristen mereka, Presiden Michael

Aoun dari partai Free Patriotic Movement untuk mengosongkan slot mereka.

Dengan melakukan hal tersebut maka Hizbullah telah menanggalkan setiap pihak,

bahkan aliansinya sendiri, kemampuan untuk mem-veto keputusan pemerintah

secara mandiri.96

Di dalam kabinet pemerintahan baru, koalisi 8 Maret memiliki

18 menteri dari total 30 kursi menteri, yang mendominasi hampir semua

kementerian penting (termasuk pertahanan, urusan luar negeri, kesehatan, hukum,

ekonomi, energi, dan pertanian), dengan hanya 12 menteri dari koalisi Hariri.97

Koalisi 8 Maret kini mengatur koalisi mayoritas semua sekte di Lebanon.

Proses pembentukan pemerintah menunjukkan dengan jelas dominasi Hizbullah

yang menjalankan seluruh tatanan politik, menguatkan anggapan bahwa Lebanon

saat ini identik dengan Hizbullah. Hizbullah dan koalisinya dari berbagai

spektrum sektarian kini menguasai lebih dari setengah komposisi kabinet, benar-

benar mencerminkan kemenangan mereka pada pemilu Mei lalu.

96

Tony Badran, New Government Demonstrates Hezbollah‟s Dominance of Lebanon.

Foudation for Defense of Democracies. 97

Orna Mizrahi, Challenges Facing the New Government in Lebanon, and Implications for

Israel. The Institute for National Security Studies, 13 Februari 2019.

https://www.inss.org.il/publication/challenges-facing-new-government-lebanon-implications-

israel/ Diakses pada 20 Juli 2019, pukul 21.52 WIB.

52

B. Dinamika Eksternal (Pembatalan Wacana Penarikan Pasukan dan

Menguatnya Israel di Suriah)

a. Pembatalan Wacana Penarikan Milisi Hizbullah dari Suriah

Wacana ini pertama kali dikemukakan oleh Presiden Rusia, Vladimir Putin,

saat pertemuan dengan Presiden Suriah, Bashar al-Assad, di Sochi, Rusia pada 17

Mei 2018.98

Wacana ini berlaku untuk seluruh pasukan asing, seperti Iran,

Hizbullah, Amerika Serikat, Turki, dan negara lain yang memiliki pasukan di

wilayah Suriah. Putin beralasan bahwa dengan kemenangan tentara Suriah dalam

perang melawan terorisme, maka ‗fase militer‘ segera berakhir dan akan

memasuki ‗fase politik‘ dan perdamaian, yang ditandai dengan penarikan seluruh

pasukan asing dari wilayah Suriah.

Selanjutnya pada Desember 2018, Presiden Amerika Serikat, Donald

Trump, memutuskan menarik pasukan sebagian besar mereka dari wilayah Suriah,

karena yakin bahwa ISIS telah dikalahkan.99

Penarikan pasukan AS ini berimbas

pada beberapa aspek, di antaranya mengancam keutuhan aliansi oposisi Syrian

Democratic Forces (SDF) yang terdiri dari pasukan Kurdi dan milisi Arab.

Dukungan AS kepada SDF memang menjadikan milisi Kurdi dan sekutu mereka

sebagai salah satu kekuatan utama di Suriah, namun juga meninggalkan mereka

dengan musuh yang kuat. Perginya AS membuat pasukan Kurdi semakin

98

Russia calls for foreign troop pull out from Syria including Iran, Hezbollah. Al Arabiya,

19 May 2018. http://english.alarabiya.net/en/News/middle-east/2018/05/19/Russia-calls-for-

foreign-troops-pullout-from-Syria-including-Iran-Hezbollah-.html Diakses pada 24 Juni 2019,

pukul 21.25 WIB. 99

Syria conflict: US officials withdraw troops after IS 'defeat'. BBC News, 19 December

2018. https://www.bbc.com/news/world-middle-east-46623617 Diakses pada 24 Juni 2019, pukul

22.26 WIB.

53

terancam oleh kehadiran militer Turki. Hal ini juga berdampak positif bagi

Pemerintah al-Assad karena dengan kepergian militer AS maka akan melemahkan

kekuatan pasukan oposisi, terlebih SDF yang menguasai 30% wilayah Suriah di

bagian timur.

Sementara itu respon dari Iran melalui juru bicara Menteri Luar Negeri-

nya, Bahram Qassemi, menolak seruan Presiden Putin terkait wacana penarikan

mundur pasukan asing dari Suriah setelah proses perdamaian intra-Suriah

dimulai.100

Ia menegaskan bahwa Iran adalah negara merdeka, yang menentukan

kebijakannya sendiri. Tidak ada yang bisa memaksa Iran melakukan apa pun.

Kehadiran Iran didasari undangan dari Damaskus dan bertujuan untuk memerangi

terorisme dan menjaga integritas wilayah Suriah, dan akan terus begitu selama

Suriah masih membutuhkan bantuan mereka.

Pernyataan senada juga dilontarkan oleh Sekretaris Jenderal Hizbullah,

Sayyid Hasan Nasrallah, Ia menegaskan meski seluruh dunia bersatu tidak akan

bisa memaksa Hizbullah menarik diri dari Suriah. Hanya ada satu cara;

permintaan langsung dari pemerintah Suriah.101

Nasrallah menambahkan bahwa

sebagian besar wilayah Suriah telah aman. Penarikan pasukan Hizbullah dari

selatan Suriah pada 27 Mei 2018102

, pun bukan atas dasar wacana yang

dikemukakan Putin, penarikan tersebut semata- mata hanya taktik militer. Milisi

100

Ahmad Majidyar, Tehran rejects Putin‟s call for troop withdrawal from Syria. Middle

East Institute, May 21 2018. https://www.mei.edu/publications/tehran-rejects-putins-call-troop-

withdrawal-syria Diakses pada 25 Juni 2019, pukul 14.42 WIB. 101

Nasrallah: Entire World Can't Force Us to Withdraw from Syria. Naharnet, 8 June

2018. http://www.naharnet.com/stories/en/247112 Diakses pada 25 Juni 2019, pukul 14.49 WIB. 102

Hezbollah withdraws from south Syria. Middle East Monitor, 23 May 2018.

Dipublikasikan pada 23 Mei 2018. https://www.middleeastmonitor.com/20180523-hezbollah-

withdraws-from-south-syria/ Diakses pada 25 Juni, pukul 15.40 WIB.

54

Hizbullah yang dievakuasi dari kota Dara‘a, Etman, dan Khirbet Ghazala

dipindahkan ke utara dekat Damaskus, digantikan oleh militer Suriah.

Dapat disimpulkan bahwa Hizbullah tetap melanjutkan keterlibatan mereka

dalam Konflik Suriah. Hizbullah yang dibentuk Iran pada 1982, sampai saat ini

diakui sebagai kelompok terkuat di Lebanon. Hizbullah juga berevolusi lebih

lanjut menjadi aktor regional yang harus diperhitungkan. Ekspansi perang

mengajarkannya bagaimana mengerahkan dan mempertahankan pasukan di luar

negeri. Dalam prosesnya, kelompok itu ikut membangun poros yang membentang

dari Iran melalui Irak dan Suriah ke Lebanon. Hasilnya bukan hanya peningkatan

hubungan militer tetapi juga ikatan ideologis antara mereka yang kini memahami

diri sebagai saudara seperjuangan melawan Israel, Amerika Serikat, Arab Saudi,

dan sekutu Teluk. Bahkan Milisi Syiah, seperti Houthi di Yaman dan milisi syiah

Popular Mobilization Forces di Irak, memandang pemimpin Hizbullah, Nasrallah

sebagai inspirasi dan kematangan Hizbullah dalam militer, politik, dan kelas

ekonomi sosial sebagai model untuk ditiru.103

Dengan keunggulan di medan

perang di Suriah, kepemilikan persenjataan yang luas di Lebanon, sekutu politik

domestik yang berkuasa, dan sekutu yang berkomitmen di seluruh kawasan,

Hizbullah berada pada posisi terkuatnya semenjak pendirian mereka pada medio

1980.

103

Brian Katz, Will Hezbollah‟s Rise Be Its Downfall?. Foreign Affairs, March 8, 2019.

https://www.foreignaffairs.com/articles/israel/2019-03-08/will-hezbollahs-rise-be-its-downfall

Diakses pada 29 Mei 2019, pukul 12.38 WIB.

55

b. Hizbullah dan Iran Menempati Perbatasan Suriah- Israel

Seperti yang telah dijabarkan dalam sub-bab sebelumnya bahwa

perkembangan terakhir Konflik Suriah kini memihak kubu al-Assad termasuk

Hizbullah di dalamnya. Hizbullah dan Iran mulai menancapkan pengaruh mereka

di wilayah perbatasan Suriah- Israel dengan mendirikan pos- pos militer di sana.

Selain karena mayoritas penduduk di sana berideologi Syiah, dan terdapat situs-

situs suci, ini juga sebagai taktik selanjutnya dalam menanggulangi konflik

lanjutan dengan Israel.

Kini Hizbullah yang ditempa peperangan selama kurang lebih 7 tahun

dalam Konflik Suriah, telah berkembang menjadi salah satu kekuatan yang patut

diperhitungkan. Selain kapabilitas militer yang meningkat, Hizbullah juga

menancapkan pengaruhnya di wilayah selatan Suriah, tepatnya di perbatasan

Suriah- Lebanon, dan Suriah- Israel. Setelah pemerintah Suriah berhasil bertahan

melawan kubu oposisi dan kelompok ekstrimis, Hizbullah secara intensif mulai

melakukan propaganda dan agitasi media dengan menyatakan diri sebagai

pelindung komunitas Syiah di Suriah. Hal ini terjadi di perbatasan Suriah-

Lebanon, seperti al-Qusayr, Lembah Bekaa, dan wilayah sekitar makam cucu

Rasulullah, Sayyidah Zainab binti Ali di selatan Damaskus. Wilayah itu dijadikan

basis oleh Hizbullah karena tipologinya mirip dengan selatan Lebanon; mayoritas

56

warganya Syiah, banyak situs- situs sakral Syiah di sana, dan tentunya berdekatan

dengan Israel.104

Hizbullah juga beroperasi secara rahasia di wilayah Hawran, yang

berbatasan dengan Dataran Golan, Israel. Pangkalan itu berisikan ratusan pasukan

dari Lebanon dan Suriah yang mayoritas berasal dari Hawran, yang berkat

kemiskinan di sana akibat perang, Hizbullah mudah untuk merekrut milisi baru.

Selain itu Iran juga menjadikan pangkalan militer di selatan Damaskus, seperti

Lapangan udara al-Shayrat di Homs, dan pangkalan al-Kiswah, sebagai salah satu

pusat strategi 105

Perkembangan situasi yang terjadi memperbarui hubungan Hizbullah dan

Israel yang dalam sejarahnya adalah dua kubu yang selalu berseberangan, sejak

Hizbullah berdiri konflik di antara keduanya selalu diperbaharui, seiring dengan

dinamika regional di sana. Keterlibatan Israel yang meningkat di Suriah dan

secara spesifik menarget pos militer Iran dan Hizbullah, akan mengancam

eksistensi mereka di Suriah, dan bukan tidak mungkin mengancam keamanan

markas Hizbullah di Lebanon selatan. Eskalasi konflik yang membesar pun akan

mengancam posisi Hizbullah di dalam Pemerintahan Lebanon yang mereka raih

pasca pemilu parlemen 2018. Jika wilayah Lebanon sampai terdampak oleh

eskalasi konflik tentunya akan mempengaruhi kepercayaan publik yang telah

diraih oleh Hizbullah, yang tidak hanya terdiri oleh komunitas Syiah, tetapi juga

104

Seth G. Jones dan Maxwell B. Markusen, The Escalating Conflict with Hezbollah in

Syria. CSIS Briefs, 20 Juni 2018. https://www.csis.org/analysis/escalating-conflict-hezbollah-syria

Diakses pada 27 Juni 2019, pukul 17.02 WIB. 105

Avi Issacharoff, Hezbollah is now giving orders to Syria‟s army – and using it to spy on

Israel. The Times of Israel, 24 Juni 2019. https://www.timesofisrael.com/hezbollah-is-now-giving-

orders-to-syrias-army-and-using-it-to-spy-on-israel/ Diakses pada 27 Juni 2019, pukul 17.10 WIB.

57

Sunni dan Kristen Maronit. Di satu sisi Hizbullah yang ‗berinduk‘ kepada Iran

akan mengikuti setiap taktik dan manuver mereka di Suriah, termasuk

mengalihkan fokus dari misi mempertahankan Pemerintahan al-Assad kepada

kemungkinan konflik lanjutan dengan Israel.

c. Menguatnya Posisi Israel di Suriah

Israel pada awalnya memutuskan tidak terlibat, baik langsung ataupun tidak

langsung, di dalam Konflik Suriah yang dimulai pada 2011. Israel dalam dua

tahun pertama pemberontakan, mempertahankan kebijakan non-intervensi dalam

peristiwa yang terjadi di Suriah. Kebijakan ini didasarkan pada pandangan bahwa

pemberontakan dan perang saudara berikutnya adalah urusan rumah tangga, tidak

mungkin memiliki efek langsung pada keamanan Israel.106

Hal ini didasari oleh

pengalaman mereka sebelumnya mengintervensi konflik bersaudara di Lebanon,

namun gagal mendapatkan tujuan mereka.

Pada 2013, ketika dampak pertempuran mulai mendekati Dataran Tinggi

Golan yang diduduki Israel, mereka memberikan peringatan berupa ‗batasan-

batasan‘ yang jika dilanggar, dapat memicu keterlibatan mereka di Suriah, di

antaranya; Pertempuran yang melanggar batas wilayah di Dataran Tinggi Golan

dan Israel; Pembangunan infrastruktur ofensif oleh rezim al-Assad maupun

sekutunya di sepanjang perbatasan Dataran Tinggi Golan; dan Pengiriman

106

Nir Boms, (2018): Israel‟s Policy on the Syrian Civil War: Risks and Opportunities,

Israel Journal of Foreign Affairs, DOI: 10.1080/23739770.2017.1430006.

58

bersenjata untuk Hizbullah di Lebanon, seperti precision-guided missiles, anti-

aircraft weapons, dan senjata kimia.107

Pada 2017, Israel yang merasa bahwa Rusia dan Amerika Serikat tidak

melindungi kepentingan mereka di Suriah, yakni mencegah kehadiran pasukan

Iran dan sekutunya di Suriah selatan, Israel memutuskan untuk mengintervensi

lebih jauh ke dalam Konflik Suriah. Intervensi tersebut berupa penyerangan

terhadap Iran dengan frekuensi yang lebih besar.108

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengunjungi Putin di

Moskow, Rusia pada 9 Mei 2018.109

Saat itu Netanyahu membahas situasi konflik

di Suriah terkait meningkatnya tensi di antara Israel dengan Iran. Setelah

sebelumnya terjadi saling balas serangan di antara kedua negara di wilayah

Suriah. Serangan Israel secara spesifik menarget pasukan revolusi Iran di

beberapa pangkalan militer Suriah. Israel beralasan bahwa serangan mereka

menarget kiriman senjata dari Iran ke Hizbullah karena mengancam keamanan

mereka. Tensi konflik di Suriah kini bergeser dari yang sebelumnya menarget

kelompok teroris sebagai musuh bersama, kini ketegangan terjadi di antara Israel

dan aliansi Iran di Suriah.

107

International Crisis Group, Israel, Hizbollah and Iran: Preventing Another War in Syria,

February 2018. Accessible online: https://www.crisisgroup.org/middle-east-north-africa/eastern-

mediterranean/syria/182-israel-hizbollah-and-iran-preventing-another-war-syria Diakses pada 18

September 2019, pukul 0.00 WIB. 108

Elizabeth Tsurkov, Israel‟s Deepening Involvement with Syria‟s Rebels, War on the

Rocks, February 14, 2018. https://warontherocks.com/2018/02/israels-deepening-involvement-

syrias-rebels/ Diakses pada 18 September 2019, pukul 0.37 WIB. 109

Benjamin Netanyahu and Vladimir Putin talk Syria in Moscow. DW.com, 9 May 2018.

https://p.dw.com/p/2xPGA Diakses pada 24 Juni 2019, pukul 21.52 WIB.

59

Para petinggi Israel menggambarkan peningkatan militer Iran dan Hizbullah

di barat daya Suriah, tepatnya di perbatasan utara Israel sebagai ancaman yang

signifikan terhadap keamanan mereka. Pada Januari 2019, Perdana Menteri Israel

Benyamin Netanyahu mengatakan bahwa Israel telah menyerang Iran dan

Hizbullah di Suriah "ratusan kali." Pada tahun 2018, pasukan Israel dan Iran

berulang kali menargetkan satu sama lain di dalam dan di wilayah yang dikuasai

Suriah dan Israel. Sementara Israel telah melakukan banyak serangan udara di

Suriah sejak 2012 — sebagian besar pada target yang terkait dengan pengiriman

senjata ke Hizbullah Lebanon — serangan 2018 muncul untuk pertama kalinya

secara langsung menargetkan infrastruktur Iran di Suriah, dan dilaporkan

menewaskan puluhan personel Iran.110

Pada 9 April 2018, misalnya, pesawat Israel menyerang lapangan udara T-4

Suriah di provinsi Homs, menewaskan tujuh personil militer Iran.111

Pada 9 dan

10 Mei, pesawat tempur F-35 Israel, F-15I, F-16I, dan pesawat lain menyerang

lebih dari 20 target Iran di Suriah — termasuk pangkalan logistik Iran dan pos

terdepan — dengan lebih dari 70 rudal jelajah dan bom berpemandu presisi.112

Pada 24 Mei, pejuang Angkatan Udara Israel menyerang depot amunisi dan target

110

Carla E. Humud, dkk. Iran and Israel: Tension Over Syria. CRS In Focus. 5 Juni 2019.

Bisa didapat di https://fas.org/sgp/crs/mideast/IF10858.pdf Diakses pada 2 Juni 2019 pukul 20.43

WIB. 111

Judah Ari Gross, Satellite Captures Destruction on Syrian Base after Alleged Israeli

Strike, Times of Israel, May 1, 2018, Diakses pada 11 Oktober 2019.

https://www.timesofisrael.com/satellite-captures-destruction-on-syrian-base-after-alleged-israeli-

strike/ 112

Amos Harel et al., Israel Launches Most Extensive Strike in Syria in Decades after

Iranian Rocket Barrage, Haaretz, May 11, 2018, Diakses pada 11 Oktober 2019

https://www.haaretz.com/israel-news/israel-launches-extensive-syria-strike-after-iranian-rocket-

barrage-1.6073938

60

lainnya di pangkalan udara al-Qusayr (atau Daba'a) di sektor barat dari provinsi

Homs, yang diduga membunuh seorang komandan senior Hizbullah.113

Situasi konflik antara Israel dengan Hizbullah juga diperbaharui dengan

penemuan terowongan- terowongan bersenjata di wilayah Israel. Israel

melancarkan Operasi Perisai Utara pada 4 Desember 2018 untuk menemukan dan

menghancurkan terowongan serangan lintas-perbatasan Hizbullah, dan pada 13

Januari, militer mengumumkan telah menemukan semua bagian dan sedang

berupaya menghancurkannya.114

IDF mengatakan terowongan itu dilengkapi

dengan infrastruktur canggih untuk listrik, ventilasi dan sistem komunikasi. IDF

percaya bahwa terowongan ini dibangun dengan tujuan khusus untuk

memungkinkan ribuan milisi Hizbullah untuk melakukan serangan infiltrasi

terhadap sasaran militer dan sipil di Israel utara sebagai manuver pembuka yang

mengejutkan dalam kemungkinan perang di masa mendatang.

Keputusan Presiden Trump untuk melepaskan diri dari konflik Suriah, yang

diwujudkan dalam keputusan untuk menarik pasukan Amerika pada akhir 2018,

mengurangi ruang Israel untuk bermanuver lebih jauh dalam Konflik Suriah.

Kemungkinan yang terjadi adalah, keterlibatan Israel di Suriah pasca perang

terbatas pada serangan terhadap aset Iran dan keterlibatan diplomatik dengan

113

Hezbollah Men, Including Commander, Said Killed in Syria Strike Blamed on Israel,

Times of Israel, May 29, 2018, Diakses pada 11 Oktober 2019

https://www.timesofisrael.com/hezbollah-men-including-commander-said-killed-in-syria-strike-

blamed-on-israel/ 114

TOI Staff dan Judah Ari Gross, IDF reveals „longest, most significant‟ Hezbollah tunnel

on northern border. The Times of Israel, 30 Mei 2019. Diakses pada 11 Oktober 2019

https://www.timesofisrael.com/idf-reveals-longest-most-significant-hezbollah-tunnel-yet-on-

northern-border/

61

Rusia.115

Melalui serangkaian serangan yang menarget Iran, yang dilakukan

dalam lingkungan operasional yang semakin terbatas, Israel berusaha

menghalangi Iran untuk berinvestasi dalam pembangunan pangkalan permanen di

Suriah dan pemeliharaan rute pasokan persenjataan aktif yang berjalan melalui

Suriah. Selain itu, Israel terlibat dengan Moskow dengan harapan bahwa Rusia

akan tertarik dan mampu meyakinkan rezim Assad untuk mengurangi pijakan Iran

di Suriah. Di tengah setiap upaya tersebut, Israel juga akan menghadapi Hizbullah

yang telah berkembang pesat, baik secara militer dan secara politik.

115

Tsurkov, Elizabeth. Israeli Policy Toward Syria (2011 - 2019). Center for Middle East

Studies, Occasional Paper Series. June 2019. Josef Korbel School of International Studies,

University of Denver. Hlm. 11. Bisa didapat di

https://www.du.edu/korbel/middleeast/media/documents/tsurkov_occasional_paper_2019.pdf

62

BAB IV

ANALISIS KETERLIBATAN HIZBULLAH DALAM KONFLIK SURIAH

PASCA PEMILU PARLEMEN LEBANON 2018

Bab ini berisikan analisa terkait dinamika yang terjadi kepada Hizbullah

pasca kemenangan politik mereka di Pemilu Parlemen Lebanon 2018, khususnya

mengenai keterlibatan mereka dalam Konflik Suriah. Keputusan melanjutkan

keterlibatan di dalam Konflik Suriah yang diambil oleh Hizbullah dianalisis sesuai

dengan asumsi- asumsi dasar yang terdapat di dalam konsep Foreign Policy

Analysis. Berpedoman pada definisi Analisis Kebijakan Luar Negeri dari D.J.

Gerner:

―Analisis Kebijakan Luar Negeri adalah ‗niat, pernyataan, dan tindakan aktor – sering

kali, tetapi tidak selalu negara - diarahkan ke dunia luar dan respons aktor lain terhadap

niat, pernyataan, dan tindakan ini‖116

Definisi tersebut membuka peluang diterapkannya konsep Kebijakan Luar

Negeri yang sebelumnya cenderung ‗state centric‟ untuk dipakai menganalisis

aktor non-negara. Berge, di dalam karyanya menambahkan bahwa aktor non-

negara di sini, khususnya yang bersenjata, memiliki milisi/ pasukan tersedia,

menguasai teritorial tertentu, sehingga memiliki kapasitas untuk menjalankan

kebijakan luar negeri otonomi mereka sendiri.117

Hinnebusch juga berpendapat

116

Gerner, D.J. 1995. The Evolution of the Study of Foreign Policy. In Foreign Policy

Analysis: Continuity and Change in Its Second Generation, edited by L. Neack, J.A.K. Hey, and

P.K. Haney. Englewood Cliffs: Prentice-Hall. Hlm. 18 117

Wietse van den Berge, Analyzing Middle Eastern Armed Non-State Actors' Foreign

Policy. Leiden University. Global Security Studies, Summer 2016, Volume 7, Issue 3. Hlm. 13

63

bahwa memang aktor non-negara di Timur Tengah memiliki pengaruh yang

berbeda dibandingkan regional lain. Hal ini didasari asumsi zero-sum yang

menandai peningkatan pengaruh aktor non-Negara bersenjata dan menyiratkan

berkurangnya pengaruh aktor Negara, dengan kata lain rezim-rezim negara Timur

Tengah diuji dengan penggunaan kekerasan serta kontrol mereka atas wilayah

tertentu.118

Aktor non- Negara yang memenuhi asumsi tersebut di antaranya

Islamic State of Iraq and Syria (ISIS), Kurdistan di perbatasan Irak- Turki_Suriah,

serta yang menjadi objek penelitian kali ini, Hizbullah.

Seperti yang telah dijabarkan pada bab- bab sebelumnya, bahwa Hizbullah

memutuskan untuk tetap melanjutkan keterlibatan mereka dalam Konflik Suriah

pasca Pemilu Parlemen Lebanon 2018. Keputusan tersebut di ambil ketika

Hizbullah dihadapkan oleh benturan kondisi atas peran mereka yang beragam

sebagai organisasi. Pada bab ini keputusan Hizbullah tersebut dianalisis dengan

kaidah yang tercantum dalam Foreign Policy Analysis dalam karya Alex Mintz

dan Karl DeRouen, yang meyakini bahwa kebijakan luar negeri dipengaruhi oleh

beberapa faktor kunci.

A. Faktor- faktor di balik keputusan Hizbullah tetap bertahan dalam

Konflik Suriah pasca Pemilu Parlemen Lebanon 2018

Keputusan Hizbullah untuk tetap melanjutkan keterlibatan di Suriah pasca

kemenangan politik dalam pemilu parlemen Lebanon di dasari oleh beberapa

faktor. Menurut Alex Mintz terdapat beberapa faktor yang memengaruhi

118

Hinnebusch, Raymond. 2014. Foreign Policy in the Middle East. In The Foreign

Policies of Middle East States, Hlm. 26 doi:10.1017/s002074380639126x

64

pengambilan keputusan dalam Foreign Policy Decision Making. Faktor-faktor

tersebut dibagi menjadi dua; Internal (Psikologis, dan Situasi politik domestik);

dan Eksternal (Geopolitik, atau situasi Internasional).119

a. Faktor Internal

Faktor internal adalah variabel- variabel berpengaruh terhadap kebijakan

yang berasal dari kondisi domestik atau dalam negeri, juga kondisi pribadi si

pemangku kebijakan. Terkait penelitian ini, kondisi Hizbullah di dalam

perpolitikan domestik Lebanon mempengaruhi Sekretaris Jenderal Sayyid Hasan

Nasrallah dalam proses pengambilan keputusan. Skripsi ini menemukan dua

faktor internal yang memiliki pengaruh dalam kebijakan tersebut yakni Faktor

Psikologis, dan Situasi politik domestik.

a. Faktor Psikologis (Kesetiaan pada Wilayatul Faqih dan

Prinsip Perlawanan terhadap Zionis Israel)

Di dalam proses perumusan kebijakan sampai kepada keputusan yang

diambil, sering kali hanya melibatkan kelompok kecil penguasa, bahkan hanya

bergantung pada seorang individu kunci. Hal ini menjadikan faktor psikologis

berpotensi berdampak besar pada keputusan yang dibuat oleh unit kecil ini.120

Faktor Psikologis ini di antaranya kepribadian, kepercayaan yang dianut, emosi,

ideologi, serta pengalaman yang membentuk pengambilan keputusan dalam

119

Alex Mintz dan Karl DeRouen, 2010, Understanding Foreign Policy Decision Making,

Cambridge University Press, Cambridge, Hlm. 3 120

Alex Mintz dan Karl DeRouen, 2010, Understanding Foreign Policy Decision Making,

Hlm. 97.

65

kebijakan luar negeri. Keputusan yang diambil oleh Nasrallah dalam merespon

dinamika Konflik Suriah dipengaruhi oleh faktor- faktor tersebut.

Ideologi politik yang dianut oleh Nasrallah kental kaitannya dengan ajaran

Syiah Imamiyah, dengan sistem Wilayatul Faqih sebagai implementasinya, juga

narasi ‗perlawanan‘ melawan Zionis Israel. Sejarah hubungan dan kesetiaan

Hizbullah terhadap sistem Wilayatul Faqih menjadi faktor penting dalam

keputusan ini. Seperti yang telah dijabarkan pada bab- bab sebelumnya Hizbullah

tergabung ke dalam sistem Wilayatul Faqih yang dipimpin oleh Ayatullah Sayyid

Ali Khamenei yang diimplementasikan oleh kesetiaan mereka terhadap Iran.

Sejarah di antara Hizbullah dan Israel juga menjadi faktor psikologis tersendiri

dalam keputusan ini. Pun telah dijabarkan dalam bab- bab sebelumnya bahwa kini

kehadiran Israel terhadap Hizbullah dan Iran semakin menguat di Suriah. Hal ini

menjadi justifikasi berlanjutnya keterlibatan Hizbullah di Suriah, manifesto

perlawanan terhadap Israel kini kembali diperbaharui setelah sempat usang di

awal keterlibatan mereka di Suriah.

a. Kesetiaan pada sistem Wilayatul Faqih

Di dalam manifesto organisasi yang diperbaharui pada 2009, Hizbullah

menegaskan evolusi politik dan militer organisasi mereka sejak Surat terbuka

pada 1985, dan menjelaskan visi strategis kelompok untuk masa depan. Di

dalamnya terdiri beberapa visi Hizbullah terkait dengan berbagai macam isu, baik

domestik maupun regional. Namun perubahan besar terjadi pada visi mereka

terkait pendirian negara Islam Lebanon, Manifesto Hizbullah 2009

66

menghilangkan referensi terkait Wilayatul Faqih dan negara Islam. Hal ini

memunculkan pertanyaan ideologi apa yang dipegang oleh Hizbullah untuk masa

depan.

Di awal kemunculannya, lewat Surat Terbuka 1985 Hizbullah dengan

bangga secara terbuka memegang gagasan Wilayatul Faqih, yang membuat

mereka tunduk kepada otoritas supreme leader Iran saat itu, Ayatullah Khomaini.

Namun dengan berjalannya waktu dan berbagai alasan, (seperti meninggalnya

Khomaini, masuknya Hizbullah ke dalam sistem politik Lebanon, dan tantangan

dari Fadlallah121

) membuat Hizbullah mengurangi gagasan ini di dalam

pernyataan publiknya, sehingga relatif jarang dikemukakan ke publik.122

Meskipun demikian di dalam publikasi internal mereka, dan peringatan

periodik kultural mereka, ekspresi kesetiaan absolut kepada pemimpin wilayatul

faqih kerap hadir. Ketaatan pada prinsip ini disajikan sebagai prinsip dasar

kepercayaan yang menjadi kewajiban semua penganut Syiah. Di sisi lain,

kesetiaan anggota Hizbullah kepada sistem ini, tak dapat dipungkiri berpotensi

mendiskreditkan pemimpin organisasi, karena menuntut mereka untuk patuh

kepada pemimpin asing di luar organisasi dalam hal Agama dan Politik. Namun,

hal ini tidak terjadi di masa kepemimpinan Hasan Nasrallah, sebab ia menjadi

121

Ayatullah Sayyid Muhammad Husein Fadlallah adalah seorang Marja‘ atau ahli hukum

Islam dalam mazhab Syiah dan menjadi ‗mentor spiritual‘ bagi organisasi Hizbullah. Selama

hidupnya, Fadlallah menentang posisi Ayatullah Ali Khamenei sebagai wali faqih, serta menolak

ketergantungan Hizbullah terhadap sistem wilayatul faqih dikarenakan menurutnya Hizbullah

harus tetap pada identitasnya sebagai aktor non- negara yang otonom dan tidak bergantung pada

sistem negara- bangsa. 122

Samantha May (2019) The Rise of the “Resistance Axis”: Hezbollah

and the Legacy of the Taif Agreement, Nationalism and Ethnic Politics, 25:1, Hlm. 124.

67

simbol keberhasilan bahkan di luar Lebanon dan salah satu tokoh yang paling

dikagumi di dunia Arab.123

Alasan utama untuk ini adalah kenyataan bahwa Nasrallah memimpin suatu

gerakan dan bukan kepala negara. Dengan demikian, dukungan kekuatan regional

sebenarnya memperkuat dan bukannya melemahkannya. Selain itu, meski dalam

berbagai pidatonya Nasrallah sering kali membicarakan tentang topik- topik

keagamaan dan memadukan motif hukum- agama dalam pidatonya. Ia tidak

menampilkan diri sebagai marja‟ atau otoritas tertinggi dalam masalah hukum

Islam, tetap sebagai seorang pemimpin gerakan politik dan militer.

Sehingga subordinasi Nasrallah dengan Wali Faqih Iran dalam konteks

Agama tidak dapat membahayakan status kepemimpinannya. Ditambah dengan

kharisma dirinya, memungkinkan Nasrallah untuk menunjukkan kesetiaan kepada

pemimpin wilayatul faqih tanpa kehilangan independensinya. Kesimpulannya,

Hizbullah kini berhasil menikmati dua peran; beroperasi sebagai gerakan milisi

dan partai politik yang sah di Lebanon, sambil terus setia kepada supreme leader

di Iran sebagai otoritas tertinggi sehingga menerima dukungan Agama, Politik,

Ekonomi, dan Militer dari salah satu kekuatan terkuat di regional.

Meski wilayatul faqih memang tidak tercantum secara terbuka di dalam

Manifesto Organisasi Hizbullah, tidak dapat dipungkiri manuver-manuver yang

mereka lakukan di kemudian hari secara jelas melambangkan kesetiaan mereka di

dalam sistem tersebut. Contoh paling jelas tentunya keputusan mereka terlibat

123

Dr. Uri Rosset (2011), Hizballah and Wilayat al-Faqih. Working Paper at Herzliya 11th

Annual Conference. Dapat diakses di

https://www.idc.ac.il/he/research/ips/Documents/2011/%D7%A0%D7%99%D7%99%D7%A8%D

7%95%D7%AA/Rosset-2011.pdf Diakses pada 5 Desember 2019,pukul 15.54 WIB.

68

dalam konflik Suriah pada 2013, yang menunjukkan kesetiaan mereka kepada

Iran dalam kepentingannya membela Pemerintah Bashar al-Assad.

b. Narasi Perlawanan dengan Israel

Hizbullah mengkapitalisasi prinsip tradisional Syiah yakni ‗kesyahidan‘ dan

‗penindasan‘. Hizbullah mendefinisikan perjuangannya sebagai perlawanan abadi

menolak penindasan. ‗Kesyahidan‘ memiliki tempat khusus di dalam narasi ajaran

Syiah. ‗Kesyahidan‘ adalah implementasi dari ekspresi pamungkas di dalam sosok

Imam Husain bin Ali, Sayyid al-Syuhada, Pangeran Para Martir. Husain adalah

cucu Rasulullah yang melawan kekhalifahan Umayyah dalam Peristiwa Karbala

pada 61H/ 680M. Kerangka ‗kesyahidan‘ mereka didasarkan oleh perlawanan dan

penderitaan beliau, sebab di balik peristiwa yang tragis, perlawanan yang

dilakukan al- Husein dianggap pro-aktif dan inspiratif, karena tidak diam dan

melawan segala bentuk penindasan.124

Kepercayaan ini menjadi inspirasi bagi

Hizbullah dan kebanyakan milisi Syiah lain di dalam perjuangan mereka. Mereka

memposisikan diri sebagai al-Husein yang tertindas, dan akan selalu ada pihak

Yazid bin Muawiyah, penindas bagi masing-masing mereka. Bagi kaum Mullah

Iran di masa Revolusi 1979, ada Shah Pahlevi, bagi milisi Syiah di Irak, ada

Rezim Saddam Husein, dan bagi Hizbullah tentunya Israel.

Di dalam konteks terkini prinsip suci ‗kesyahidan‘ ini oleh Hizbullah

dikorelasikan dengan narasi perlawanan dengan Israel. Sejak invasi Israel yang

menginspirasi terbentuknya Hizbullah pada 1982 terhadap Lebanon, Israel selalu

dinarasikan sebagai ‗musuh‘, dan ‗penindas‘. Hal ini diakumulasikan oleh

124

Simon Engelkes, A Blood Wedding: Hezbollah‟s shuhada and its Culture of Martyrdom.

Paper. American University of Beirut, 2015. Bisa didapatkan di http://www.intelligence-and-

investigations.com/media/uploads/63_Hezbollah_s_Culture_of_Martyrdom.pdf

69

komitmen lain mereka terkait kemerdekaan Palestina dari okupansi Zionis Israel,

sehingga narasi perlawanan ini menjadi prinsip istimewa bagi organisasi. Sejak

surat terbuka 1985 sampai kepada manifesto 2009, komitmen mereka terkait

Israel, dan Palestina tidak pernah berubah. Memanfaatkan tema-tema tradisional

Syiah seperti kesyahidan dan penindasan, Hizbullah mendefinisikan

perjuangannya melawan Israel dalam istilah perlawanan abadi.

Alex Mintz, dan Karl DeRouen di dalam bukunya menyebut hal ini dengan

istilah Images atau Persepsi. Hal ini berperan sebagai komponen pembentuk

Belief Systems atau sistem kepercayaan. Images adalah stereotip yang digunakan

pikiran untuk meng-kategorikan suatu peristiwa atau aktor, persepsi ini terbentuk

dari proses kognitif. Images berguna untuk menyederhanakan realitas yang rumit,

tetapi terkadang menempatkan pembuat keputusan pada risiko bias dan

generalisasi berlebihan. Images dibentuk oleh interaksi tiga penilaian yang dibuat

oleh masing-masing aktor: keseimbangan strategis, peluang atau ancaman yang

dirasakan, dan budaya yang dipersepsikan.125

Sebagai contoh sederhana, di masa

perang dingin Pemerintah Amerika Serikat akan selalu dipersepsikan oleh Uni

Soviet sebagai ‗musuh‘, dan ‗rival abadi‘, hal ini kemudian berpengaruh dalam

beberapa kebijakan luar negeri mereka. Hal ini berlaku pula di dalam organisasi

Hizbullah, di mana Israel akan selalu dipersepsikan sebagai ‗musuh‘, sementara

Iran sebagai ‗teman‘.

Bagi pribadi Nasrallah sendiri, invasi Israel sangat berpengaruh dalam

karir politik dan jalan hidupnya. Nasrallah yang lahir pada 1960 sudah terhitung

125

Alex Mintz dan Karl DeRouen, 2010, Understanding Foreign Policy Decision Making,

Hlm. 101

70

lima kali merasakan dampak invasi Israel. Semasa perang saudara terhitung dua

kali Lebanon selatan diinvasi oleh Israel, pada 1978 dan 1982. Invasi Israel tidak

berhenti saat perdamaian Lebanon diteken pada 1990 lewat Perjanjian Thaif,

Israel tetap melancarkan operasi militer ke Lebanon pada 1993 dan 1996.

Hizbullah di bawah kepemimpinan Nasrallah menjadi garda terdepan menahan

serangan tersebut sampai akhirnya Israel menarik diri di tahun 2000. Nasrallah

sendiri mesti kehilangan putra tertuanya, Hadi Nasrallah yang terbunuh oleh

pasukan Israel pada 1997.126

Terakhir pada 2006 Hizbullah dan Israel terlibat

konflik yang dipicu oleh tuntutan Hizbullah terkait pembebasan milisi mereka

oleh Israel. Kedua pihak mengklaim kemenangan, namun di mata dunia Arab dan

Islam, Hizbullah dipuji akan prestasinya bertahan dari serangan Israel, meski

kapasitas mereka yang ‗sekadar‘ organisasi milisi.

Manifesto perlawanan Hizbullah inilah yang berpengaruh besar dalam

ideologi politik seorang Hasan Nasrallah juga kebijakan yang di ambil oleh

Hizbullah. Faktor agama khususnya ajaran mazhab Syiah yang Ia anut juga

menjadi faktor penting di setiap aksi juga orasi dalam kehidupan politik Nasrallah.

Terakhir, faktor sejarah dan pengalaman dirinya dengan Israel, sejak sebagai

pasukan gerilyawan sampai kini menjabat sebagai Sekretaris Jenderal juga

membentuk diri dan pandangan politik Nasrallah. Kebijakan- kebijakan yang

diambil Hizbullah nantinya tidak bisa dilepaskan dari prinsip- prinsip tadi.

126

World News Briefs; Hezbollah Leader Loses Son in Lebanon Clash. New York Times.

14 September 1997. Diakses pada 30 September 2019, pukul 9.42 WIB

https://www.nytimes.com/1997/09/14/world/world-news-briefs-hezbollah-leader-loses-son-in-

lebanon-clash.html

71

Sebagai pembanding, sejak awal keterlibatan Hizbullah dalam Konflik

Suriah tepatnya pada 2013 langsung mendapat banyak kecaman dari dalam publik

Lebanon. Hal ini didasari oleh sejarah yang terjadi di antara Lebanon dengan

rezim al- Assad di Suriah. Seperti yang dijabarkan pada bab 2, Suriah di bawah

kepemimpinan rezim al- Assad berusaha menguasai Lebanon dan terlibat dalam

konflik sipil 1975- 1990. Setelah perjanjian Taif ditandatangani pun Suriah tetap

memiliki pengaruh di dalam Pemerintahan Lebanon, sampai terjadinya peristiwa

pembunuhan Rafiq Hariri pada 2005, yang memaksa Suriah untuk menarik diri

dari wilayah Lebanon, baik secara militer maupun politik. Terbelahnya publik

Lebanon saat itu, antara yang menolak, dan yang mendukung intervensi Suriah di

Lebanon, menandai terbentuknya dua koalisi politik besar yakni, Koalisi 8 Maret,

dan Koalisi 14 Maret. Dua koalisi politik tersebut kemudian mewarnai dinamika

perpolitikan domestik Lebanon sampai saat ini.

Lebih lanjut di dalam komunitas Syiah Lebanon sendiri keterlibatan

Hizbullah dalam Konflik Suriah mendapat kecaman. Beberapa di antara mereka

jengah dengan kondisi di mana Hizbullah terlalu ‗mendominasi‘ kehidupan

komunitas Syiah di Lebanon, dan merasa bahwa rasionalitas ‗perlawanan‘

semakin usang dan tidak relevan. Bagaimanapun, Israel menarik diri dari wilayah

Lebanon lebih dari 19 tahun yang lalu, dan kedua musuh belum saling bertarung

dalam pertempuran berkelanjutan selama lebih dari 13 tahun.

Seperti yang dijabarkan pada bab 2, Hizbullah didirikan salah satunya

dengan prinsip ‗perlawanan‘ terhadap Israel yang saat itu menginvasi Lebanon

pada 1982, khususnya wilayah selatan yang didominasi komunitas Syiah. Setelah

72

berhasil mengusir Israel pada 2000, dan memukul mundur Israel pada Perang

2006, Hizbullah dan Nasrallah, mendapatkan perhatian dunia Internasional,

khususnya penghormatan dari dunia Arab dan Muslim. Namun, keterlibatan

Hizbullah dalam Konflik Suriah di kubu Pemerintahan al- Assad oleh beberapa

kalangan dianggap merusak citra Hizbullah sebagai pahlawan kaum tertindas.

Skripsi ini menemukan bahwa faktor ideologis menjadi penting karena

meski sejak awal keterlibatan mereka di Suriah mendapat preseden buruk di mata

publik Lebanon, bahkan di komunitas Syiah sendiri. Namun, Hizbullah tetap pada

keputusannya untuk terlibat dalam Konflik Suriah, membantu Iran dan poros

perlawanan (axis of resistance) menstabilkan Pemerintahan Rezim al-Assad.

b. Situasi Politik Domestik

Situasi politik, terlebih pada masa- masa elektoral terbukti memiliki peran

penting dalam kalkulus pengambilan keputusan oleh para pemimpin. Masa

pemilu, upaya bertahan dalam arena politis, serta persaingan politik, memiliki

pengaruh dalam keputusan terkait penggunaan kekuatan, penurunan eskalasi

konflik, serta usaha perundingan damai.127

Secara sederhana, para pemimpin atau

entitas politik yang keberlangsungan politiknya bergantung pada persetujuan

pemilih maka mereka akan memilih kebijakan yang menyenangkan hati publik.

Faktor ini menjadi penting pasca Pemilu Parlemen Lebanon 2018. Namun

dalam kasus ini, Hizbullah telah menyelesaikan masa- masa penting elektoral

mereka dan bersama koalisinya berhasil memenangkan pertarungan politik

tersebut. Hizbullah bersama koalisi 8 Maret kini dalam posisi terkuat mereka

127

Alex Mintz dan Karl DeRouen, 2010, Understanding Foreign Policy Decision Making,

Hlm. 132

73

setelah memenangkan kursi mayoritas di Parlemen, kemenangan ini melengkapi

keberhasilan mereka menjadikan Michel Aoun dari partai Free Patriotic

Movement sebagai Presiden Lebanon pada 2016 lalu. Hizbullah kini dapat

dianggap menguasai Lebanon, baik secara eksekutif maupun legislatif.

Skripsi ini berpendapat bahwa situasi pasca pemilu di Lebanon sangat

menguntungkan Hizbullah dari berbagai sisi. Seperti yang dijabarkan pada bab 3,

Hizbullah berhasil mendominasi dinamika politik domestik dengan mengatur

saham politis partai lain di Lebanon. Hizbullah juga berhasil memasukkan partai-

partai Sunni koalisi mereka ke dalam Pemerintahan, yang juga semakin

melemahkan kubu Saad Hariri, Koalisi 14 Maret. Selain menguasai kursi

mayoritas di parlemen Lebanon bersama koalisi 8 Maret, Hizbullah juga berhasil

mendapatkan tiga kursi Kementerian, di antaranya bahkan Kementerian

Kesehatan dengan anggaran keempat terbesar di Lebanon. Ini adalah kemenangan

pertama Hizbullah dalam konteks politik praktis setelah sebelumnya parlemen

selalu dikuasai oleh koalisi lawan, 14 Maret. Kemenangan ini juga secara de jure

memantapkan posisi mereka sebagai entitas terkuat di Lebanon, setelah

sebelumnya secara de facto diakui karena hak istimewa persenjataan mereka.

Kemenangan ini berarti banyak hal bagi Hizbullah, salah satu keuntungan

terbesar adalah hak istimewa mereka atas kepemilikan persenjataan dipastikan

akan terus berlanjut. Hak istimewa ini sempat dipertanyakan relevansinya di

periode- periode sebelumnya saat Parlemen dikuasai oleh Saad Hariri dan

koalisinya. Selain itu secara legislasi dengan kursi mayoritas yang mereka miliki,

Hizbullah dapat mendorong disahkannya perundang-undangan yang

74

menguntungkan operasi mereka di Lebanon, dan menjauhkan segala potensi

pencabutan hak bersenjata yang mereka miliki.

Situasi ini tentunya berdampak pada berkurangnya ‗sekat- sekat‘ atau

‗kendala‘ yang sebelumnya secara politis mencegah Hizbullah dalam mengambil

sebuah keputusan. Kemenangan ini juga menjadi ‗pelumas‘ bagi koalisi eksternal

mereka, yakni Poros Perlawanan, melengkapi keberhasilan koalisi ini

menstabilkan Pemerintahan al- Assad di Suriah. Koalisi yang terbentang dari Iran-

Irak- Suriah, bahkan sampai Lebanon dan Yaman kini semakin kuat.

Meski sempat dikecam di awal keterlibatan mereka di Suriah, Hizbullah

membuktikan dengan kemenangan politik ini bahwa kepercayaan publik masih

memihak mereka. Sehingga penguatan posisi Hizbullah di dalam pemerintahan

Lebanon ini menambah kepercayaan diri mereka untuk tetap melanjutkan

keterlibatan di dalam Konflik Suriah, sekaligus mengimbangi tanggung jawab

baru di dalam tubuh pemerintahan.

b. Faktor Eksternal

Keputusan kebijakan luar negeri biasanya dibuat dalam pengaturan strategis.

Dengan demikian, perilaku musuh dan sekutu mempengaruhi keputusan kebijakan

luar negeri dalam pengaturan sekuensial interaktif. Faktor-faktor seperti

perlombaan senjata, pencegahan, jenis rezim musuh, strategic surprise, dan

aliansi memengaruhi keputusan kebijakan luar negeri.128

Di dalam keputusan

Hizbullah melanjutkan keterlibatan mereka dalam Konflik Suriah terdapat

128

Alex Mintz dan Karl DeRouen, 2010, Understanding Foreign Policy Decision Making,

Hlm. 121

75

beberapa faktor eksternal (atau internasional) yang memiliki pengaruh, yakni

ancaman Israel yang semakin meningkat, dan loyalitas mereka kepada Aliansi

Perlawanan (The Axis of Resistance) di kawasan Timur Tengah.

a. Penguatan Posisi Israel dalam Konflik Suriah

Salah satu faktor berpengaruh di dalam suatu keputusan luar negeri erat

kaitannya dengan keamanan. Para pemikir realis bersepakat bahwa untuk bertahan

di dalam sistem internasional, suatu entitas dituntut meningkatkan pertahanannya

demi mencegah invasi terhadap wilayah mereka, dikenal dengan istilah detterance

atau pencegahan.129

Namun di dalam praktiknya detterance sering kali berujung

kepada security dilemma, di mana ketika setiap entitas membangun pertahanannya

demi kelangsungan hidup mereka sendiri, entitas- entitas lain -terlebih para

tetangga- melihat ini sebagai ancaman, sehingga melakukan hal yang sama dan

melahirkan perlombaan senjata. Perlombaan senjata sederhananya adalah

pertarungan kompetitif dari pengeluaran pertahanan dan pembangunan

kemampuan militer antara dua negara atau blok. Beberapa negara menjadi contoh

dari rivalitas dari persaingan senjata dan keamanan ini, seperti India-Pakistan,

Korea Utara-Korea Selatan, juga Poros Perlawanan (Hizbullah, Suriah, dan Iran)

dengan Israel, Amerika Serikat, dan Koalisi Arab Saudi di Timur Tengah.

Seperti yang telah dijabarkan sebelumnya bahwa salah satu dinamika yang

terjadi dalam konflik Suriah kini adalah menguatnya kehadiran Israel di sana yang

secara spesifik menarget operasi militer Hizbullah dan Iran, serta transfer senjata

di antara mereka. Sejak awal 2018 rangkaian serangan Israel meningkat pesat

129

Alex Mintz dan Karl DeRouen, 2010, Understanding Foreign Policy Decision Making,

Hlm. 122

76

dibandingkan tahun- tahun sebelumnya. Salah satu serangan terbesar dari Israel

terjadi pada 9 April 2018, IDF melancarkan serangan udara terhadap pangkalan

udara T-4 Palmyra di Suriah Tengah. Serangan ini menewaskan 14 milisi yang 7

di antaranya adalah tentara Quds Iran.130

Selanjutnya hampir di setiap bulannya

Israel melancarkan serangan militer kepada pangkalan militer Iran, Suriah, dan

Hizbullah di berbagai wilayah di Suriah, juga menarget suplai bersenjata yang

dikirimkan ke wilayah Lebanon.131

Salah satu yang paling baru adalah serangan

IDF terhadap beberapa sasaran militer Iran dan Suriah di luar Damaskus dan

Homs, menewaskan 16 orang (termasuk 9 milisi asing) dan melukai 21 lainnya.132

Israel merasa dengan semakin stabilnya Pemerintahan Bashar al-Assad di

Suriah bersamaan dengan kokohnya hubungan militer mereka dengan Iran dan

Hizbullah, adalah ancaman bagi Israel. Israel sadar betul bahwa setelah operasi

militer Poros Perlawanan di Suriah menemukan keberhasilannya, maka hanya

menunggu waktu saja Israel akan menjadi target mereka. Hal ini berkaitan dengan

kesadaran bersama di antara anggota ini yang menentang kepentingan Barat,

khususnya Amerika Serikat dan Israel, serta kemerdekaan Palestina yang belum

tercapai.

Fakta ini bagi Hizbullah yang tergabung dalam Poros Perlawanan tentunya

menjadi ancaman baru dalam operasi mereka di Konflik Suriah, setelah kelompok

130

TOI Staff, IDF official said to confirm attack in Syria: „First strike on Iranian targets‟.

16 April 2018. The Times of Israel. https://www.timesofisrael.com/idf-official-confirms-attack-in-

syria-first-strike-on-live-iranian-targets/ Diakses pada 22 Oktober 2018, pukul 17.11 WIB. 131

Judah Ari Gross, IDF says it has bombed over 200 Iranian targets in Syria since 2017. 4

September 2018, The Times of Israel. https://www.timesofisrael.com/idf-says-it-has-carried-out-

over-200-strikes-in-syria-since-2017/ Diakses pada 22 Oktober 2019, pukul 17.19 WIB. 132

Reuters, dan Jack Khoury. Israel Strikes Iranian Targets in Syria, Report Says; 16

Killed, 21 Wounded. 1 Juli 2019. Haaretz. https://www.haaretz.com/middle-east-news/israel-

strikes-iran-hezbollah-targets-in-syria-four-killed-21-wounded-1.7425013 Diakses pada 22

Oktober 2019, pukul 17.25 WIB.

77

ekstrimis seperti ISIS, dan al-Nusra mulai menelan kekalahan mereka. Selain itu

dengan fakta sejarah yang terjadi di antara Hizbullah dan Israel, kondisi ini tentu

saja menjadi ancaman khusus bagi mereka. Seperti yang kita ketahui, Israel

menempati posisi khusus di dalam manifesto perlawanan organisasi ini. Apalagi

pasca kemenangan politik mereka pada 2018, Israel kini menganggap Lebanon

sama dengan Hizbullah, bahkan Israel kembali menyerang markas Hizbullah di

wilayah Lebanon, dengan dalih menyerang pabrik pusat pembuatan teknologi

militer Hizbullah.133

Hal ini tidak pernah mereka lakukan semenjak Perang 30

Hari pada 2006, sekaligus melanggar ‗red line‘ di antara mereka. Manuver Israel

menambah ancaman baru terhadap peran Hizbullah yang beragam, sebab selain

berperan sebagai milisi perlawanan Syiah yang berkiblat pada sistem wilayatul

faqih, Hizbullah juga berperan sebagai pelindung wilayah Lebanon dalam

kapasitas mereka sebagai entitas politik yang tergabung di dalam Pemerintahan

Lebanon.

Sehingga skripsi ini berargumen bahwa manuver Israel tersebut menjadi

salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan Hizbullah tetap bertahan dalam

Konflik Suriah. Hampir mirip seperti alasan awal mereka terlibat di Suriah yakni

salah satunya mencegah gelombang Islam Ekstrimis dari wilayah Lebanon.

Bahwa dengan tetap berada di wilayah Suriah, serta menguatkan kapabilitas

mereka di sana terlebih di wilayah- wilayah yang berbatasan langsung dengan

Israel, seperti Dataran Golan, maka Hizbullah dapat mencegah (detterence) dan

menjauhkan potensi konflik dari wilayah Lebanon (sebagai pelindung warga dan

133

Kersten Knipp, Emad Hassan. Israel on edge after Syria strikes, Lebanon 'drone attack'.

dw.com. 26 Agustus 2019. https://www.dw.com/en/israel-on-edge-after-syria-strikes-lebanon-

drone-attack/a-50175246 Diakses pada 15 Desember 2019, pukul 23.54 WIB.

78

masyarakat Lebanon) sambil terus memberikan ancaman kepada wilayah Israel

dari Suriah (sebagai mitra aliansi Poros Perlawanan).

b.Faktor Geopolitik: Poros Perlawanan (Axis of Resistance) di

Regional

Salah satu faktor penting dalam keputusan luar negeri biasanya terkait

dengan Aliansi. Pembentukan aliansi adalah perpanjangan cara lain dari kebijakan

luar negeri. Dengan demikian, itu mempengaruhi pengambilan keputusan dalam

urusan luar negeri. Aliansi dapat menyulut persenjataan, serta berseteru dengan

aliansi/ entitas lain. Faktor aliansi di sini adalah terkait komitmen Hizbullah di

dalam aliansi ―Axis of Resistance‖ atau Poros Perlawanan yang dipimpin oleh

Iran.

Poros Perlawanan adalah gabungan dari beberapa entitas di Timur Tengah

yang dipersatukan oleh kesamaan ‗nasib‘ dan ‗cita-cita‘ yakni menolak setiap

kepentingan Barat di regional Timur Tengah. Poros ini berisikan Iran, Suriah,

Hizbullah, milisi Syiah Popular Mobilization Forces di Irak, dan milisi Syiah

Houthi di Yaman. Dasar dari terbentuknya poros ini dapat ditarik ‗benang

merah‘nya semenjak berdirinya Negara Islam Iran pasca Revolusi Islam 1979.134

Revolusi tersebut secara instan mengubah permusuhan Iran dengan Suriah,

mereka berbagi pemahaman yang sama tentang musuh utama regional, Blok

Barat. Suriah kemudian menjadi satu- satunya negara Arab yang memihak Iran

dalam Perang Irak-Iran pada 1980-1988.

134

Jonathan Gelbart, The Iran-Syria Axis: A Critical Investigation. Stanford Journal of

Internasional Relations. Vol. XII. 2010.

79

Selanjutnya hubungan ini semakin berkembang saat mereka bersepakat

membantu milisi Syiah melawan Invasi Israel terhadap Lebanon pada 1982, yang

di kemudian hari menjadi cikal bakal terbentuknya organisasi Hizbullah. Poros ini

kemudian semakin berkembang dengan bergabungnya beberapa entitas lain,

seperti Hamas di Palestina (dengan kesamaan misi terkait Zionis Israel, menjadi

bukti poros ini tidak hanya didasari narasi sektarian), kemudian milisi Syiah di

Irak yang menguat setelah tumbangnya rezim Saddam Husein, serta milisi Syiah

Houthi di Yaman saat gelombang Arab Spring melanda Timur Tengah.

Keutuhan Poros Perlawanan ini sempat goyah di saat gelombang revolusi

Arab Spring mengancam Pemerintahan Bashar al- Assad di Suriah yang kemudian

berkembang menjadi perang sipil pada 2011. Konflik di Suriah diperburuk oleh

intervensi internasional yang terjadi dengan kepentingan yang beragam, termasuk

Iran dan Hizbullah yang mencoba menstabilkan Pemerintahan al-Assad demi

keberlangsungan Poros Perlawanan di kawasan. Setelah sempat berada pada

kondisi terburuknya pada medio 2011-2014 dikarenakan gempuran dari berbagai

pihak di antaranya yakni pihak oposisi, juga kelompok ekstrimis. Koalisi

Pemerintah al-Assad kembali bangkit saat Pemerintah Rusia ikut terlibat di dalam

kubu Pemerintah pada 2015, dan secara perlahan mulai merebut kembali wilayah-

wilayah yang sempat dikuasai kelompok lawan.

Situasi konflik Suriah yang telah berjalan kurang lebih 8 tahun kini mulai

berpihak kepada aliansi perlawanan yang dipimpin Iran. Setelah kalahnya

kelompok ekstrimis seperti ISIS, dan Jabhat al- Nusra, serta melemahnya

kelompok oposisi setelah Amerika Serikat menarik diri, kini kepemimpinan

80

Bashar al-Assad semakin stabil. Hizbullah dan Iran yang sejak awal melibatkan

diri dalam membantu mempertahankan rezim al-Assad kini mulai memperkuat

posisi militer mereka di Dataran tinggi Golan yang berbatasan langsung dengan

wilayah Israel. Arah kebijakan aliansi di dalam konflik Suriah yang kini mulai

mengubah fokus mereka dari menstabilkan rezim al-Assad di Suriah kepada

potensi konflik baru dengan Israel. Hal ini memicu meningkatnya kehadiran Israel

di konflik Suriah setelah sebelumnya hanya menyerang arakan suplai bersenjata

Hizbullah dan markas militer mereka.

Melihat situasi yang dialami oleh aliansi ‗perlawanan‘, Hizbullah dituntut

untuk tetap hadir dan melanjutkan keterlibatan mereka dalam Konflik Suriah.

Situasi Israel ini menandai ancaman baru terhadap kekuatan aliansi ‗perlawanan‘

yang baru saja selesai dari konflik Suriah. Eskalasi konflik nantinya memang

tidak dapat diprediksi, namun dengan tetap terlibat dalam Konflik Suriah,

Hizbullah bisa tetap menjaga loyalitas mereka dengan aliansi.

Skripsi ini berargumen bahwa aliansi menjadi faktor penting di balik

keputusan Hizbullah tetap terlibat di Suriah pasca Pemilu. Sebab hampir semua

manuver serta prestasi yang Hizbullah raih sampai saat ini adalah salah satunya

berkat sokongan tanpa henti dari Poros Perlawanan ini. Kapabilitas militer mereka

yang terus meningkat (bahkan dikatakan melebihi kapasitas militer Negara

Lebanon itu sendiri), serta Kemenangan politis terbaru mereka tidak dapat

dipungkiri adalah hasil dari relasi yang baik dengan Iran dan Suriah. Sehingga

meski kini dihadapkan oleh tanggung jawab baru pasca pemilu, namun loyalitas

terhadap Poros Perlawanan tetap jadi prioritas utama mereka.

81

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Hizbullah adalah sebuah organisasi sosial politik Islam bermazhab Syiah

yang berbasis di Lebanon. Organisasi ini berdiri pada medio 1980-an di tengah

situasi perang sipil di Lebanon dan Invasi Israel ke wilayah Lebanon selatan pada

1982. Berdirinya Hizbullah sendiri sedikit banyak dibantu oleh pasukan Quds Iran

dan Rezim al- Assad di Suriah yang saat itu mempunyai misi mencegah pengaruh

Israel di Lebanon dengan memperkuat milisi Syiah di Lebanon Selatan. Kerja

sama ini yang di kemudian hari membentuk suatu poros politik regional di Timur

Tengah yang dikenal dengan nama Poros Perlawanan atau The Axis of Resistance.

Hizbullah tetap diizinkan mempertahankan hak kepemilikan senjata

mereka pasca Perjanjian Taif yang mengakhiri Perang Sipil di Lebanon pada

1990. Hizbullah juga bertransformasi mengikuti perkembangan Negara Lebanon

yang sedang berbenah, setelah diberikan keistimewaan dengan hak kepemilikan

senjata, Hizbullah melebarkan sayap organisasinya ke dalam arena politik praktis

dan memasuki sistem Pemerintahan Lebanon. Hizbullah secara rutin mengikuti

pemilihan umum yang diadakan sejak 1992, sekaligus mengirimkan wakil partai

mereka dalam kursi Parlemen Lebanon hingga saat ini.

Hizbullah kemudian tergabung di dalam koalisi politik 8 Maret; bersama

dengan Partai Kristen Maronit, Free Patriotic Movement; dan Partai Syiah

lainnya, Amal Movement. Koalisi ini kemudian berhasil memenangkan kursi

Presiden Lebanon atas nama Michel Aoun pada Pemilu 2016. Sepak terjang

82

Hizbullah dalam arena politik Lebanon semakin lengkap setelah koalisinya

berhasil meraih kursi mayoritas dalam Pemilu Parlemen Lebanon 2018. Hal ini

tentunya semakin memantapkan Hizbullah sebagai aktor paling berpengaruh di

Lebanon berkat kepemilikan persenjataan mereka dan kemenangan politik saat

ini.

Dominasi Hizbullah akan perpolitikan domestik diiringi oleh penguatan

posisi mereka di regional Timur Tengah. Hizbullah tergabung ke dalam poros

politik dan militer yang terbentang dari Iran, Suriah, sampai Lebanon yang

dikenal dengan nama Poros Perlawanan. Poros ini memiliki kesamaan visi dan

misi yakni perlawanan atas dominasi Barat khususnya Amerika Serikat dan Israel

di Timur Tengah. Keutuhan Poros Perlawanan sempat mengalami ancaman saat

gelombang Arab Spring menimpa Rezim al- Assad di Suriah. Hizbullah kemudian

memutuskan ikut terlibat langsung bersama Iran dalam upaya mempertahankan

Pemerintahan al- Assad di Suriah. Faksi al- Assad kemudian mendapat dukungan

militer tambahan dari Rusia pada 2015 yang menjadi titik balik keberhasilan

koalisi ini di dalam Perang sipil tersebut.

Pada 2018 koalisi al- Assad mulai menemukan titik keberhasilan mereka

setelah merebut wilayah-wilayah yang sebelumnya dikuasai oleh Faksi Oposisi

ataupun Faksi Jihadis. Tahun 2018 pun ditandai oleh munculnya wacana

penarikan pasukan asing dari wilayah Suriah yang diusulkan oleh Presiden Rusia,

Vladimir Putin. Pada Mei 2018, Putin menyerukan penarikan pasukan asing dari

wilayah Suriah menandai berakhirnya fase militer dan dimulainya fase

perdamaian di Suriah. Hizbullah pada saat itu pun menarik milisi mereka dari

83

beberapa wilayah Suriah, bersamaan dengan masa pemilu mereka di Lebanon dan

menguatkan isu berakhirnya keterlibatan Hizbullah dalam Konflik Suriah. Namun

beberapa bulan kemudian tepatnya September 2018, Pemimpin Hizbullah, Sayyid

Hasan Nasrallah menegaskan Hizbullah akan terus bertahan di Suriah selama

diperlukan, dan tidak ada yang bisa memaksa Hizbullah meninggalkan Suriah

kecuali permintaan langsung dari Pemerintah Suriah.

Skripsi ini menganalisis keputusan Hizbullah melanjutkan keterlibatan

mereka di dalam Konflik Suriah pasca Pemilu Parlemen Lebanon 2018

menggunakan konsep Foreign Policy Analysis yang kemudian memperlihatkan

faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan tersebut diambil. Faktor tersebut

terdiri dari faktor internal di antaranya kesetiaan Hizbullah terhadap sistem

kepemimpinan wilayatul faqih; narasi perlawanan terhadap Israel; serta situasi

perpolitikan Lebanon yang kini membuat mereka lebih leluasa mengambil

kebijakan. Sementara itu faktor eksternal terdiri dari isu keamanan Lebanon pasca

menguatnya kehadiran Israel di Suriah yang secara spesifik menarget militer

Hizbullah dan Iran; dan faktor koalisi Hizbullah dengan Poros Perlawanan

menuntut kesetiaan mereka dan tetap terlibat dalam Konflik Suriah.

Skripsi ini berargumen bahwa faktor geopolitik yakni kesetiaan Hizbullah

terhadap Poros Perlawanan menjadi faktor utama dalam kebijakan ini. Keputusan

Hizbullah tetap melanjutkan keterlibatan dalam Konflik Suriah, di tengah

tanggung jawab baru pasca kemenangan politik domestik, menunjukkan sisi

utama Hizbullah sebagai organisasi milisi mitra Iran di regional Timur Tengah.

Hizbullah memiliki prinsip utama yakni perlawanan agamis dengan doktrin Ahlul

84

Bait (atau Syiah Imammiyah). Hal ini diimplementasikan dengan kesetiaan

mereka terhadap negara Iran sebagai representasi dari sistem Wilayatul Faqih.

Sehingga ketika dihadapkan kepada benturan kondisi dari peran mereka yang

beragam sebagai organisasi, prinsip tadi menjadi pijakan.

5.2 Saran

Skripsi ini tentunya dibuat dengan semaksimal mungkin, namun tentu saja

masih banyak kekurangan dan kelemahan baik dari sisi penulisan maupun analisa,

karena hanya mengandalkan studi pustaka tidak ditambah data pendukung seperti

wawancara. Hal ini dikarenakan terbatasnya waktu maupun kemampuan penulis

dalam mencari dan mengelaborasikan data demi melahirkan suatu analisa yang

mumpuni. Untuk itu penulis memohon maaf sebesar- sebesarnya terlebih kepada

pembaca yang menjadikan skripsi ini sebagai rujukan

Penulis juga menyarankan untuk para peneliti yang ingin meneliti studi

serupa, baik itu regional Timur Tengah, ataupun spesifik tentang Hizbullah.

Sebagaimana narasi ideologis mendapat tempat istimewa bagi aktor- aktor di

regional Timur Tengah. Skripsi ini melihat sisi ideologis Hizbullah masih kurang

mendapat perhatian yang layak terlebih dalam menjelaskan perkembangan

Hizbullah sampai pada posisi sekarang ini. Seperti yang tertulis di dalam banyak

literatur ilmiah bahwa kalkulasi cost-benefit yang berorientasi material berbasis

Barat sulit untuk menjelaskan perilaku aktor di Timur Tengah secara

komprehensif, karena dinamika politik yang terjadi kental akan narasi ideologis

85

ataupun budaya. Untuk itu penulis menyarankan untuk lebih luas dalam melihat

sebuah peristiwa politik, terlebih pada hal-hal yang bersifat non- material tadi.

xiii

DAFTAR PUSTAKA

Buku, dan Jurnal

Axelrod, Alan. The Middle East Conflict. New York: Alpha Books, 2014.

Berti, Benedetta. “The "Rebirth" of Hizbollah: Analyzing the 2009 Manifesto”. INSS,

Strategic Assessment, Volume 12, No. 4, (2010)

Boms, Nir. “Israel‟s Policy on the Syrian Civil War: Risks and Opportunities”, Israel

Journal of Foreign Affairs, (2018)

C, Hill. Foreign Policy in the Twenty- First Century (2d ed.). Basingstoke, U.K.:

Palgrave Macmillan, 2016.

Gelbart, Jonathan. “The Iran-Syria Axis: A Critical Investigation”. Stanford Journal of

Internasional Relations. Vol. XII, (2010).

Hakiem, Fadhlan Nur. Keterlibatan Hizbullah dalam Konflik Suriah. Tesis,

Universitas Indonesia, 2015.

Kazhim, Musa. Hizbullah, Sebuah Gerakan Perlawanan ataukah Terorisme?. Jakarta:

Noura Books, 2012.

Kuncahyono, Trias. Musim Semi Di Suriah: Anak- Anak Sekolah Penyulut Revolusi.

Jakarta: Kompas, 2013.

Lynch, M. The Arab Uprising: The Unfinished Revolutions of the New Middle East.

New York: Public Affairs, 2012.

Mintz, Alex dan Karl DeRouen. Understanding Foreign Policy Decision Making.

Cambridge: Cambridge University Press, 2010.

Mulyati, Sri. Analisis Kegagalan Implementasi Amman Plan 2012 di Suriah. Skripsi,

Universitas Indonesia, 2013.

Norton, Augustus Richard. Hezbollah: A Short History. Princeton: Princeton

University Press, 2007.

Simon, S. dan J. Stevenson. “Declawing the „Organization of God‟ Toward

Normalization in Lebanon”, World Policy Journal, (2001)

Stengel, Frank A. dan Rainer Baumann. “Non-State Actors and Foreign Policy”.

Oxford Research Encyclopedia of Politics, (2017)

xiv

Situs Berita dan Artikel Online

Addis, Casey L. dan Christopher M. Blanchard. “Hizbullah: Background and Issues

for Congress”. FAS.org, 2011. Tersedia di https://fas.org/sgp/crs/mideast/R41446.pdf

Diunduh pada 10 September 2019.

Al Arabiya, Russia calls for foreign troop pull out from Syria including Iran,

Hezbollah. Tersedia di http://english.alarabiya.net/en/News/middle-

east/2018/05/19/Russia-calls-for-foreign-troops-pullout-from-Syria-including-Iran-

Hezbollah-.html Diakses pada 10 September 2019.

Al Jazeera News, Hezbollah's Nasrallah: Israel made 'historic mistake' in Syria.

Tersedia di https://www.aljazeera.com/news/2018/04/hezbollah-nasrallah-israel-

historic-mistake-syria-180413192231157.html Diakses pada 27 Januari 2019.

Amos Harel et al. “Israel Launches Most Extensive Strike in Syria in Decades after

Iranian Rocket Barrage”, Haaretz. Tersedia di https://www.haaretz.com/israel-

news/israel-launches-extensive-syria-strike-after-iranian-rocket-barrage-1.6073938

Diakses pada 11 Oktober 2019.

Azani, Dr. Col. (Res.) Eitan. “Hezbollah – A Global Terrorist Organization –

Situational Report as of September 2006”. Israel: Institute for Counter-Terrorism,

2016. Tersedia di http://www.investigativeproject.org/documents/testimony/260.pdf

Diunduh pada 10 September 2019.

Badran, Tony. “New Government Demonstrates Hezbollah‟s Dominance of Lebanon”.

Foudation for Defense of Democracies. Tersedia di

https://www.fdd.org/analysis/2019/02/01/new-government-demonstrates-hezbollahs-

dominance-of-lebanon/ Diakses pada 20 Juli 2019.

Bar, Dr. Shmuel. “Lebanese Hizballah – Political, Ideological and Organizational

Highlights”. PRISM National Defense University, 2006. Tersedia di

https://cco.ndu.edu/Portals/96/Documents/Articles/Lebanese-Hizballah-Ideological-

and-Organizational-Highlights_Shmuel_Bar.pdf Diunduh pada 10 September 2019.

Barnard, Anne. “Hezbollah Commits to an All-Out Fight to Save Assad”, The

New York Times. Tersedia di

http://www.nytimes.com/2013/05/26/world/middleeast/syrian-army-and-

hezbollah-step-up-raids-on-rebels.html Diakses pada 10 September 2019.

Bassam, Laila. “Health ministry pick to widen Hezbollah role in Lebanese state”.

Reuters. Tersedia di https://www.reuters.com/article/us-lebanon-government-

hezbollah/health-ministry-pick-to-widen-hezbollah-role-in-lebanese-state-

idUSKCN1OJ1PD Diakses pada 29 Mei 2019.

xv

BBC News, Syria conflict: US officials withdraw troops after IS 'defeat'. Tersedia di

https://www.bbc.com/news/world-middle-east-46623617 Diakses pada 24 Juni 2019.

Blanford, Nicholas. “Why Hezbollah has openly joined the Syrian fight.” The

Christian Science Monitor. Tersedia di http://www.csmonitor.com/World/Middle-

East/2013/0623/Why-Hezbollah-has-openly-joined-the-Syrian-fight Diakses pada 10

September 2019.

Britannica, Hezbollah. Tersedia di https://www.britannica.com/topic/Hezbollah

Diakses pada 10 September 2019.

Byman, Daniel L. “Hezbollah: Most Powerful Political Movement in Lebanon”.

Interviewed by Bernard Gwertzman. Council on Foreign Relations. Tersedia di

https://www.cfr.org/interview/hezbollah-most-powerful-political-movement-

lebanon?breadcrumb=%252F Diakses pada 10 September 2019.

Centrum Informatie en Documentatie Israel, Nass al-Risala al-Maftuha allati

wajahaha Hizballah ila-l-Mustad'afin fi Lubnan wa-l-Alam. Tersedia di

https://www.cidi.nl/dossiers/li/Hezbollah/programmaHA_eng.html Diakses pada 10

September 2019.

DW.com, Benjamin Netanyahu and Vladimir Putin talk Syria in Moscow. Tersedia di

https://p.dw.com/p/2xPGA Diakses pada 24 Juni 2019.

Evans, Dominic. “Analysis: Hezbollah takes Syrian centre-stage, yet remains in

shadows”, Reuters. Tersedia di http://www.reuters.com/article/2013/06/18/us-syria-

crisis-hezbollah-analysis-idUSBRESBRESBRESBRE95H10Y2013061 Diakses pada

10 September 2019.

fanack.com, Governance & Politics of Lebanon. Tersedia di

https://fanack.com/Lebanon/governance-and-politcs-of-Lebanon/ Diakses pada 18

Oktober 2018.

Francis, Ellen dan Laila Bassam, “Lebanese parliament re-elects Shi'ite Berri as

speaker”. Reuters. Tersedia di https://www.reuters.com/article/us-lebanon-

election/lebanese-parliament-re-elects-shiite-berri-as-speaker-idUSKCN1IO195

Diakses pada 12 Maret 2019.

Fulton, Will. “The Assassination of Iranian Quds Force General Hassan Shateri in

Syria”, Iran Tracker, Critical Threats Project. Tersedia di

http://www.irantracker.org/analysis/fulton-assassination-iranian-quds-force-general-

hassan-shateri-syria-february-28-2013 Diakses pada 10 September 2019.

Gross, Judah Ari. “IDF reveals „longest, most significant‟ Hezbollah tunnel on

northern border”. The Times of Israel. Tersedia di https://www.timesofisrael.com/idf-

reveals-longest-most-significant-hezbollah-tunnel-yet-on-northern-border/ Diakses

pada 11 Oktober 2019.

xvi

Gross, Judah Ari. “IDF says it has bombed over 200 Iranian targets in Syria since

2017”. The Times of Israel. Tersedia di https://www.timesofisrael.com/idf-says-it-has-

carried-out-over-200-strikes-in-syria-since-2017/ Diakses pada 22 Oktober 2019.

Gross, Judah Ari. “Satellite Captures Destruction on Syrian Base after Alleged Israeli

Strike”, Times of Israel. Tersedia di https://www.timesofisrael.com/satellite-captures-

destruction-on-syrian-base-after-alleged-israeli-strike/ Diakses pada 11 Oktober 2019.

Humud, Carla E. “Lebanon's 2018 Elections”. CRS Insights. Tersedia di

https://fas.org/sgp/crs/mideast/IN10900.pdf Diunduh pada 21 Desember 2018.

Humud, Carla E. et al. “Iran and Israel: Tension Over Syria”. CRS In Focus, 2019.

Tersedia di https://fas.org/sgp/crs/mideast/IF10858.pdf Diunduh pada 2 Juni 2019.

Internasional Crisis Group, Israel, Hizbollah and Iran: Preventing Another War in

Syria”. Tersedia di https://www.crisisgroup.org/middle-east-north-africa/eastern-

mediterranean/syria/182-israel-hizbollah-and-iran-preventing-another-war-syria

Diakses pada 18 September 2019.

Issacharoff, Avi. “Hezbollah is now giving orders to Syria‟s army – and using it to spy

on Israel”. The Times of Israel. Tersedia di https://www.timesofisrael.com/hezbollah-

is-now-giving-orders-to-syrias-army-and-using-it-to-spy-on-israel/ Diakses pada 27

Juni 2019.

Jones, Seth G. dan Maxwell B. Markusen, “The Escalating Conflict with Hezbollah in

Syria”, Center for Strategic and International Studies. Tersedia di

https://www.csis.org/analysis/escalating-conflict-hezbollah-syria Diakses pada 27 Juni

2019.

Katz, Brian. “Will Hezbollah‟s Rise Be Its Downfall?”. Foreign Affairs, 2019.

Tersedia di https://www.foreignaffairs.com/articles/israel/2019-03-08/will-hezbollahs-

rise-be-its-downfall Diunduh pada 29 Mei 2019.

Khoury, Jack. “Israel Strikes Iranian Targets in Syria, Report Says; 16 Killed, 21

Wounded”. Haaretz. Tersedia di https://www.haaretz.com/middle-east-news/israel-

strikes-iran-hezbollah-targets-in-syria-four-killed-21-wounded-1.7425013 Diakses

pada 22 Oktober 2019.

Knipp, Kersten dan Emad Hassan. “Israel on edge after Syria strikes, Lebanon 'drone

attack'”. dw.com. Tersedia di https://www.dw.com/en/israel-on-edge-after-syria-

strikes-lebanon-drone-attack/a-50175246 Diakses pada 15 Desember 2019.

Konrad Adenauer Stiftung, Political Party Mapping in Lebanon

Ahead of the 2018 Elections. Tersedia di

https://www.kas.de/c/document_library/get_file?uuid=d5efc091-

a9b8-4357-36f6-7717164c277e&groupId=252038 Diakses pada 10

September 2019.

xvii

Lappin, Yaakov. “Israeli Military Chief Outlines Hizbullah‟s Syria Commitment”, HIS

Jane’s Defence Weekly. Tersedia di http://www.janes.com/article/76795/israeli-

military-chief-outlines-hizbullah-s-syria-commitment Diakses pada 24 Januari 2019.

Laub, Karin dan Ben Hubbard, “Syria Crisis: Rebels Make Major Advances in

Aleppo”, Associated Press. Tersedia di

http://www.huffingtonpost.com/2012/10/25/syria-crisis-aleppo-_n_2016992.html

Diakses pada 10 September 2019.

Levitt, Matthew. “The Origins of Hezbollah”. The Atlantic. Tersedia di

https://www.theatlantic.com/international/archive/2013/10/the-origins-of-

hezbollah/280809/ Diakses pada 10 September 2019.

Majidyar, Ahmad. “Tehran rejects Putin‟s call for troop withdrawal from Syria”.

Middle East Institute. Tersedia di https://www.mei.edu/publications/tehran-rejects-

putins-call-troop-withdrawal-syria Diakses pada 25 Juni 2019.

Mariwala, Arnav. “The Syrian Civil War”. Stanford University. 2014. Tersedia di

https://web.stanford.edu/group/sias/cgi-bin/smunc/wp-content/uploads/2014/10/Syria-

Govt.pdf Diunduh pada 9 Januari 2019.

Masters, Jonathan dan Zachary Laub, “Hezbollah”. Council on Foreign Relations.

Tersedia di https://www.cfr.org/backgrounder/Hezbollah Diakses pada 10 September

2019.

Middle East Monitor, Hezbollah withdraws from south Syria. Tersedia di

https://www.middleeastmonitor.com/20180523-hezbollah-withdraws-from-south-

syria/ Diakses pada 10 Januari 2019.

Mizrahi, Orna. “Challenges Facing the New Government in Lebanon, and

Implications for Israel”. The Institute for National Security Studies. Tersedia di

https://www.inss.org.il/publication/challenges-facing-new-government-lebanon-

implications-israel/ Diakses pada 20 Juli 2019.

Moukalled, Diana. “Has Hezbollah withdrawn from Syria?”. Arab News. Tersedia di

http://www.arabnews.com/node/1100196 Diakses pada 10 Januari 2019.

Naharnet, Nasrallah: Entire World Can't Force Us to Withdraw from Syria. Tersedia

di http://www.naharnet.com/stories/en/247112 Diakses pada 25 Juni 2019.

New York Times, World News Briefs; Hezbollah Leader Loses Son in Lebanon

Clash”. Tersedia di https://www.nytimes.com/1997/09/14/world/world-news-briefs-

hezbollah-leader-loses-son-in-lebanon-clash.html Diakses pada 30 September 2019.

Perry, Tom dan Laila Bassam. “Lebanon agrees new government, PM vows bold

reforms”. Reuters. Tersedia di https://www.reuters.com/article/us-lebanon-

government/lebanon-agrees-new-government-pm-vows-bold-reforms-

idUSKCN1PP26I Diakses pada 29 Mei 2019.

xviii

Rodgers, Lucy, David Gritten, etc. “Syria: The Story of the Conflict”. BBC News.

Tersedia di https://www.bbc.com/news/world-middle-east-26116868 Diakses pada 7

Juni 2018.

Rosset, Dr. Uri. “Hizballah and Wilayat al-Faqih”. Working Paper at Herzliya 11th

Annual Conference (2011). Tersedia di

https://www.idc.ac.il/he/research/ips/Documents/2011/%D7%A0%D7%99%D7%99%

D7%A8%D7%95%D7%AA/Rosset-2011.pdf Diunduh pada 5 Desember 2019.

Smyth, Phillip. “Iran Is Outpacing Assad for Control of Syria‟s Shia Militias”,

Washington Institute for Near East Policy, Tersedia di

https://www.washingtoninstitute.org/policy-analysis/view/iran-is-outpacing-assad-for-

control-of-syrias-shia-militias Diakses pada 24 Januari 2019.

Smyth, Phillip. “Lebanese Hezbollah‟s Islamic Resistance in Syria”, Washington

Institute for Near East Policy. Tersedia d http://www.washingtoninstitute.org/policy-

analysis/view/lebanese-hezbollahs-islamic-resistance-in-syria Diakses pada 24 Januari

2019.

The Times of Israel, IDF official said to confirm attack in Syria: ‘First strike on

Iranian targets. Tersedia di https://www.timesofisrael.com/idf-official-confirms-

attack-in-syria-first-strike-on-live-iranian-targets/ Diakses pada 22 Oktober 2018.

Times of Israel, Hezbollah Men, Including Commander, Said Killed in Syria Strike

Blamed on Israel. Tersedia di https://www.timesofisrael.com/hezbollah-men-

including-commander-said-killed-in-syria-strike-blamed-on-israel/ Diakses pada 11

Oktober 2019.

Tsurkov, Elizabeth. “Israel‟s Deepening Involvement with Syria‟s Rebels”, War on

the Rocks. Tersedia di https://warontherocks.com/2018/02/israels-deepening-

involvement-syrias-rebels/ Diakses pada 18 September 2019.

Williams, Dan. “Israeli minister says 'Lebanon equals Hezbollah' after election”.

Reuters. Tersedia di https://www.reuters.com/article/us-lebanon-election-israel/israeli-

minister-says-lebanon-equals-hezbollah-after-election-idUSKBN1I80FW Diakses

pada 10 September 2019.

xix

Artikel, Laporan, Working Paper, dll.

Berge, Wietse van den. “Analyzing Middle Eastern Armed Non-State Actors' Foreign

Policy”. Global Security Studies, Volume 7, Issue 3. Leiden University (2016).

Çakmak, C. dan M. Ustaoğlu. “The Arab Spring and the Emergence of the Syrian

Crisis”. Post-Conflict Syrian State and Nation Building: Economic and Political

Development. Palgrave Pivot, New York (2015).

Engelkes, Simon. “A Blood Wedding: Hezbollah‟s Shuhada and its Culture of

Martyrdom”. Paper, American University of Beirut (2015)

Gerner, D.J. “The Evolution of the Study of Foreign Policy”. Foreign Policy Analysis:

Continuity and Change in Its Second Generation. Englewood Cliffs: Prentice-Hall

(1995).

Hamzeh, Ahmad. “In the Path of Hezbollah”. Modern Intellectual and Political

History of the Middle East. Syracuse University Press (2004)

Hinnebusch, Raymond. “Foreign Policy in the Middle East”. The Foreign Policies of

Middle East States (2014).

May, Samantha. “The Rise of the “Resistance Axis”: Hezbollah and the Legacy of the

Taif Agreement”. Nationalism and Ethnic Politics (2019).

Sullivan, Marisa. “Hezbollah in Syria”, Middle East Security Report 19. New York:

Institute for the Study of War (2014).

Tsurkov, Elizabeth. “Israeli Policy Toward Syria (2011 - 2019)”. Center for Middle

East Studies, Occasional Paper Series. Josef Korbel School of International Studies,

University of Denver (2019)

Wiegand, Krista E. 2009. “Reformation of a Terrorist Group: Hezbollah as a Lebanese

Political Party”. Studies in Conflict & Terrorism, London: Routledge (2009).