Analisis Determinan Alih Fungsi Lahan Tanaman Kakao ...

17
Seminar Nasional Pengembangan Agribisnis Perkebunan dalam Menghadapi Persaingan Global 04-05 April 2018 DOI: https://doi.org/10.31289/snpapmpg.v1i1.77 http://proceeding.uma.ac.id/index.php/semnasagribisnis 39 Analisis Determinan Alih Fungsi Lahan Tanaman Kakao Menjadi Tanaman Kelapa Sawit Terhadap Pendapatan Petani di Kabupaten Asahan Sarmin, Yusniar Lubis & Syaifuddin Universitas Medan Area, Indonesia Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis pengaruh biaya, tenaga kerja, produksi dan harga terhadap pendapatan petani dengan konversi lahan kakao menjadi tanaman kelapa sawit di Kabupaten Asahan. Metode penelitian ini metode nonprobability sampling adalah purposive sampling. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh melalui kuesioner dan wawancara langsung dengan responden dan data sekunder yang diperoleh dari studi literatur, pusat penelitian, jurnal ilmiah, lembaga statistik, hasil penelitian atau studi sebelumnya dan sumber lain. Data dianalisis menggunakan regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biaya produksi, tenaga kerja, total produksi, dan harga secara simultan berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani baik pada kelapa sawit dan tanaman kakao. Koefisien determinasi pada tanaman kelapa sawit sebesar 0,733 dan tanaman kakao adalah 0,596. Ini menunjukkan bahwa variabel lebih efisien pada kelapa sawit dibandingkan dengan tanaman kakao. Secara parsial, tanaman kelapa sawit hanya variabel tenaga kerja yang berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pendapatan petani, sedangkan tanaman kakao biaya produksi dan variabel tenaga kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani. Berdasarkan analisis, faktor penentu yang menyebabkan konversi lahan kakao menjadi tanaman kelapa sawit adalah biaya produksi, tenaga kerja, total produksi dan harga yang lebih efisien pada tanaman kelapa sawit. Kata kunci: Biaya Produksi; Konversi Lahan; Pendapatan; Produksi; Tenaga Kerja. PENDAHULUAN Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia, peran tersebut antara lain adalah bahwa sektor pertanian masih menyumbang sekitar 14,44 % dari Produk Domestik Bruto (PDB) serta sektor pertanian masih mampu menyediakan sekitar 52,28 % dari angkatan kerja yang ada, dan bahkan di provinsi tertentu kontribusinya melebihi angka tersebut (Anonimus, 2013). Salah satu sub-sektor pertanian yang memberikan sumbangan cukup besar bagi perekonomian nasional dan menjadi makin penting adalah sub- sektor perkebunan. Keunggulan komparatif dari sub-sektor perkebunan dibandingkan dengan sektor non-migas lainnya disebabkan antara lain oleh adanya lahan yang belum dimanfaatkan secara optimal dan berada di kawasan dengan iklim yang menunjang serta adanya tenaga kerja yang cukup tersedia dan melimpah sehingga bisa secara kompetitif dimanfaatkan. Kondisi tersebut merupakan suatu hal yang dapat memperkuat daya saing harga produk- produk perkebunan Indonesia di pasaran dunia (Franskennedy, 2013). Perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu pondasi bagi tumbuh dan berkembangnya sistem agribisnis kelapa sawit. Sistem agribisnis kelapa sawit merupakan gabungan subsistem sarana produksi pertanian (agroindustri hulu), pertanian, industri

Transcript of Analisis Determinan Alih Fungsi Lahan Tanaman Kakao ...

Page 1: Analisis Determinan Alih Fungsi Lahan Tanaman Kakao ...

Seminar Nasional Pengembangan Agribisnis Perkebunan dalam Menghadapi Persaingan Global 04-05 April 2018 DOI: https://doi.org/10.31289/snpapmpg.v1i1.77 http://proceeding.uma.ac.id/index.php/semnasagribisnis

39

Analisis Determinan Alih Fungsi Lahan Tanaman Kakao Menjadi Tanaman Kelapa Sawit Terhadap Pendapatan Petani di Kabupaten

Asahan

Sarmin, Yusniar Lubis & Syaifuddin

Universitas Medan Area, Indonesia

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis pengaruh biaya, tenaga kerja, produksi dan harga terhadap pendapatan petani dengan konversi lahan kakao menjadi tanaman kelapa sawit di Kabupaten Asahan. Metode penelitian ini metode nonprobability sampling adalah purposive sampling. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh melalui kuesioner dan wawancara langsung dengan responden dan data sekunder yang diperoleh dari studi literatur, pusat penelitian, jurnal ilmiah, lembaga statistik, hasil penelitian atau studi sebelumnya dan sumber lain. Data dianalisis menggunakan regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biaya produksi, tenaga kerja, total produksi, dan harga secara simultan berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani baik pada kelapa sawit dan tanaman kakao. Koefisien determinasi pada tanaman kelapa sawit sebesar 0,733 dan tanaman kakao adalah 0,596. Ini menunjukkan bahwa variabel lebih efisien pada kelapa sawit dibandingkan dengan tanaman kakao. Secara parsial, tanaman kelapa sawit hanya variabel tenaga kerja yang berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pendapatan petani, sedangkan tanaman kakao biaya produksi dan variabel tenaga kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani. Berdasarkan analisis, faktor penentu yang menyebabkan konversi lahan kakao menjadi tanaman kelapa sawit adalah biaya produksi, tenaga kerja, total produksi dan harga yang lebih efisien pada tanaman kelapa sawit.

Kata kunci: Biaya Produksi; Konversi Lahan; Pendapatan; Produksi; Tenaga Kerja.

PENDAHULUAN

Sektor pertanian mempunyai

peranan yang sangat penting bagi

perekonomian Indonesia, peran tersebut

antara lain adalah bahwa sektor

pertanian masih menyumbang sekitar

14,44 % dari Produk Domestik Bruto

(PDB) serta sektor pertanian masih

mampu menyediakan sekitar 52,28 %

dari angkatan kerja yang ada, dan bahkan

di provinsi tertentu kontribusinya

melebihi angka tersebut (Anonimus,

2013).

Salah satu sub-sektor

pertanian yang memberikan sumbangan

cukup besar bagi perekonomian nasional

dan menjadi makin penting adalah sub-

sektor perkebunan. Keunggulan

komparatif dari sub-sektor perkebunan

dibandingkan dengan sektor non-migas

lainnya disebabkan antara lain oleh

adanya lahan yang belum dimanfaatkan

secara optimal dan berada di kawasan

dengan iklim yang menunjang serta

adanya tenaga kerja yang cukup tersedia

dan melimpah sehingga bisa secara

kompetitif dimanfaatkan. Kondisi

tersebut merupakan suatu hal yang dapat

memperkuat daya saing harga produk-

produk perkebunan Indonesia di pasaran

dunia (Franskennedy, 2013).

Perkebunan kelapa sawit

merupakan salah satu pondasi bagi

tumbuh dan berkembangnya sistem

agribisnis kelapa sawit. Sistem agribisnis

kelapa sawit merupakan gabungan

subsistem sarana produksi pertanian

(agroindustri hulu), pertanian, industri

Page 2: Analisis Determinan Alih Fungsi Lahan Tanaman Kakao ...

Seminar Nasional Pengembangan Agribisnis Perkebunan dalam Menghadapi Persaingan Global 04-05 April 2018 DOI: https://doi.org/10.31289/snpapmpg.v1i1.77 http://proceeding.uma.ac.id/index.php/semnasagribisnis

40

hilir, dan pemasaran yang dengan cepat

akan merangkaikan seluruh subsistem

untuk mencapai skala ekonomi (Pahan,

2008).

Komoditi kelapa sawit salah satu

sub sektor pertanian yang turut

menyumbang pertumbuhan ekonomi

Nasional, baik sisi pendapatan maupun

kontribusi pendapatan devisa dari sektor

non migas melalui kegiatan ekspor.

Devisa ekspor komoditi kelapa sawit

umumnya berasal dari produk primer

berupa crude palm oil (CPO) , inti sawit

dan bungkil sawit, sedangkan sisanya

berasal dari produk hilir seperti bahan

baku industri farmasi, palm, biodiesel dan

sebagainya (Pahan, 2008).

Dalam 10 tahun terakhir, industri

kelapa sawit mengalami booming dan

mampu menyerap tenaga kerja serta

menghasilkan devisa Negara dan pajak.

Akibat ekspansi perkebunan kelapa sawit

di Indonesia yang mencapai rata-rata

315.000 Ha/tahun menyebabkan banyak

lahan pertanian banyak yang beralih

fungsi ke lahan perkebunan kelapa sawit

karena keuntungan yang didapat lebih

besar dan nilai ekonomi yang tinggi

(Pahan, 2008).

Dari data sensus pertanian periode

2003 – 2013 pemerintah telah mencatat

bahwa telah terjadi konversi lahan

pertanian menjadi lahan lain terutama

menjadi lahan perkebunan kelapa sawit

sebesar 100.000 ha tiap tahun (BPS,

2013). Penanganan alih fungsi lahan telah

dilakukan pemerintah dengan

mengeluarkan Undang-Undang Nomor 41

Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan

Pertanian Pangan Berkelajutan, serta

Peraturan Menteri Pertanian Nomor 81

Tahun 2013 tentang pedoman teknis tata

cara alih fungsi lahan pertanian pangan

yang berkelanjutan, namum

pelaksanaannya cenderung lambat

bahkan alih fungsi lahan pertanian

sampai saat ini terus berlanjut.

Menurut Isa (2006), faktor-faktor

yang mendorong konversi lahan

pertanian adalah : a) pertumbuhan

penduduk, b) kebutuhan lahan untuk

kegiatan non pertanian, c) nilai land rent

yang lebih tinggi pada aktivitas pertanian

non pangan, d) sosial budaya, e)

degradasi lingkungan, f) otonomi daerah

yang mengutamakan pembangunan pada

sektor yang lebih menguntungkan untuk

peningkatan Pendapatan Asli Daerah, dan

g) lemahnya sistem perundang-undangan

dan penegakan hukum dari peraturan

yang ada.

Land rent adalah pendapatan

bersih atau benefit yang diterima suatu

bidang lahan tiap meter persegi tiap

tahun akibat dilakukannya suatu kegiatan

pada lahan tersebut. Nilai land rent pada

masing-masing komoditas berbeda satu

sama lain (Rustiadi, dkk. 2006).

Sumatera Utara sebagai salah satu

sentra perkebunan kelapa sawit di

Indonesia pada tahun 2012

menghasilkan CPO sebanyak 4.182.052

ton. Jumlah ini mencapai 16,08 % dari

total produksi CPO Nasional yaitu

26.015.518 ton. Luas perkebunan kelapa

sawit di Sumatera Utara setiap tahunnya

mengalami peningkatan. Peningkatan luas

ini terjadi karena konversi (alih fungsi)

Page 3: Analisis Determinan Alih Fungsi Lahan Tanaman Kakao ...

Seminar Nasional Pengembangan Agribisnis Perkebunan dalam Menghadapi Persaingan Global 04-05 April 2018 DOI: https://doi.org/10.31289/snpapmpg.v1i1.77 http://proceeding.uma.ac.id/index.php/semnasagribisnis

41

lahan pertanian ke kebun kelapa sawit

(DirjenPerkebunan, 2013).

Luas lahan pertanian di Sumatera

Utara terus menurun khususnya pada

lahan pertanian yang beralih fungsi

(konversi) ke tanaman perkebunan

terutaman tanaman kelapa sawit.

Penyusutan lahan pertanian ini mencapai

20.168 hektar, dilihat dari tahun 2012

mencapai 484.995 hektar turun menjadi

464.827 hektar lebih rendah. Alih fungsi

lahan ke perkebunan kelapa sawit, seperti

yang terjadi di Labuhanbatu Utara,

Asahan, Palas, Padang Lawas Utara dan

Nias (Anonimous, 2014).

Komoditas kelapa sawit di

Kabupaten Asahan merupakan komoditas

andalan yang memberikan pendapatan

masyarakat petani yang lebih baik dan

terjamin dibandingkan dengan komoditas

pertanian lain seperti karet, padi dan juga

tanaman kakao (BPS, 2013).

Perkembangan luas lahan

perkebunan dan produksi kelapa sawit

rakyat di Kabupaten Asahan pada kurun

waktu lima tahun terahir ini terus

mengalami peningkatan. Peningkatan

tersebut disebabkan para petani di

Kabupaten Asahan melakukan konversi

lahan pertaniannya menjadi tanaman

kelapa sawit. Perkembangan luas lahan

dan produksi kelapa sawit rakyat di

Kabupaten Asahan sebagai mana

ditunjukkan pada Tabel berikut.

Tabel 1. Perkembangan Luas Lahan dan Produksi Kelapa Sawit di Kabupaten Asahan Tahun 2008 – 2012

No Tahu Luas lahan Produksi

n Ha

+/-

(%) Ton

+/-

(%)

1 2008 61.087,70 83.887,64

2 2009 69.161,48 13,22 213.049,00 153,97

3 2010 70.455,47 1,87 939.305,91 340,89

4 2011 72.046,39 2,26 1.015.157,

86

8,08

5 2012 72.046,39 0 1.015.157,

86

0

Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Asahan, 2013

Dari Tabel 1. di atas menunjukkan

adanya peningkatan luas lahan

perkebunan kelapa sawit rakyat di

Kabupaten Asahan setiap tahunnya, yaitu

61.087,70 Ha pada tahun 2008 menjadi

72.046,39 Ha pada tahun 2012 dengan

rata-rata peningkatan luas lahan 4,34 %

per tahun. Hal ini diikuti peningkatan

hasil produksi kelapa sawit pada tahun

2008 sebanyak 83.887,64 ton meningkat

menjadi 1.015.157,86 ton pada tahun

2012 dengan rata-rata peningkatan

produksi 125,74 % per tahun (BPS

Asahan, 2013).

Namun pada tanaman Kakao

terjadi sebaliknya dalam kurun waktu

lima tahun terahir terjadi penurunan luas

lahan dan produksi Kakao rakyat di

Kabupaten Asahan hal ini disebabkan

para petani Kakao telah mengkonversikan

lahannya menjadi tanaman kelapa sawit.

Perkembangan luas lahan dan produksi

tanaman Kakao rakyat di Kabupaten

Asahan seperti pada Tabel berikut.

Page 4: Analisis Determinan Alih Fungsi Lahan Tanaman Kakao ...

Seminar Nasional Pengembangan Agribisnis Perkebunan dalam Menghadapi Persaingan Global 04-05 April 2018 DOI: https://doi.org/10.31289/snpapmpg.v1i1.77 http://proceeding.uma.ac.id/index.php/semnasagribisnis

42

Tabel 2. Perkembangan Luas Lahan dan Produksi Kakao di Kabupaten Asahan Tahun 2008 – 2012.

N

o

Tahu

n

Luas lahan Produksi

Ha +/-

(%) Ton

+/-

(%)

1 2008 9.333,1

8

7.457,2

1

2 2009 7.221,6

5

-

22,6

3

5.770,1

0

-

22,6

3

3 2010 7.288,1

6

0,92

5.823,2

4

0,92

4 2011 3.040,9

1

-

58,2

8

2.429,6

9

-

58,2

8

5 2012 2.920,2

4

-

3,97

1.534,2

7

-

38,8

5

Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Asahan, 2013

Dari Tabel 2. di atas menunjukkan

adanya pengurangan luas lahan

perkebunan Kakao rakyat di Kabupaten

Asahan setiap tahunnya, yaitu 9.333,18

Ha pada tahun 2008 menjadi 2.920,24 Ha

pada tahun 2012 dengan rata-rata

pengurangan luas lahan 20,99 % per

tahun. Hal ini diikuti penurunan hasil

produksi Kakao pada tahun 2008, dari

7.457,21 ton turun menjadi 1.534,27 ton

pada tahun 2012, penurunan tersebut

sebesar 5.922,97 ton dalam kurun waktu

5 tahun dengan rata-rata penurunan

produksi 1.187,59 ton (29,71 %) per

tahun (BPS Asahan, 2013).

Menurunnya produksi Kakao ini

disebabkan adanya serangan organisme

pengganggu tanaman (OPT). Dari

berbagai hasil pengamatan, serangan

hama Penggerek Buah Kakao (PBK) dapat

menurunkan produksi hingga 60 % - 80

% dan menurunkan kualitas biji Kakao

yang dihasilkan sehingga mempengaruhi

pendapatan petani (World Bank, 2005).

Serangan PBK mengakibatkan

kualitas biji Kakao yang dihasilkan rendah

hal ini berpengaruh pada harga jual yang

diterima petani juga rendah. Harga Kakao

juga dipengaruhi haga pasar di dunia

yang berpengaruh pada penawaran dan

permintaan di pasar dalam negeri dan

ekspor keadaan akan mempengaruhi

perilaku petani dalam berusahatani.

Apabila ekspor menurun ini akan

berakibat menurunnya harga Kakao yang

diterima petani.

Sempurnajaya (2012), mengatakan

beberapa penyebab konversi lahan Kakao

ke kelapa sawit adalah penurunan

kualitas dan kwantitas produksi Kakao

dikarenakan penuaan pohon, serangan

hama dan penyakit yang telah

mengurangi pendapatan para petani

kakao. Keinginan petani untuk

meningkatkan pendapatannya ini

menyebabkan sebagian petani mengalih-

fungsikan lahan kakaonya menjadi kelapa

sawit yang dianggap lebih

menguntungkan.

Dari uraian diatas, maka penulis

tertarik untuk manganalisis alih fungsi

lahan tanaman kakao menjadi tanaman

Page 5: Analisis Determinan Alih Fungsi Lahan Tanaman Kakao ...

Seminar Nasional Pengembangan Agribisnis Perkebunan dalam Menghadapi Persaingan Global 04-05 April 2018 DOI: https://doi.org/10.31289/snpapmpg.v1i1.77 http://proceeding.uma.ac.id/index.php/semnasagribisnis

43

kelapa sawit terhadap pendapatan petani

di Kabupaten Asahan.

Kajian Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian Suhendry

dkk(2002), mengatakan bahwa akhir-

akhir ini persaingan penggunaan lahan

basah semakin kuat, sejumlah lahan karet

telah dikonversikan menjadi perkebunan

kelapa sawit. Evaluasi baru-baru ini

delapan perusahaan perkebunan

menunjukkan 14.031 ha lahan karet telah

dikonversi menjadi perkebunan kelapa

sawit, kemungkinan jumlah konversi yang

sebenarnya jauh lebih besar diyakini

tidak semua perusahaan mengkonfirmasi

data tersebut. Konversi ini akan terus

berlanjut baik di Sumatera dan

Kalimantan karena beberapa perusahaan

perkebunan merencanakan

mengkonversi lahan karet dalam jumlah

ribuan hektar.

Hasil studi Asni (2005), bahwa alih

fungsi lahan pertanian padi sawah ke

tanaman kelapa sawit di Kabupaten

Labuhan Batu memberikan pengaruh

yang positif terhadap pendapatan

masyarakat. Penerimaan (revenue) yang

diperoleh petani padi sawah adalah Rp

1.387.577,-/ha lebih rendah dari pada

petani kelapa sawit sebesar Rp.

5.735.202.47,-/ha.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah

diatas, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan

menganalisi pengaruh biaya

terhadap pendapatan petani.

2. Untuk mengetahui dan

menganalisis pengaruh tenaga

kerja terhadap pendapatan petani.

3. Untuk mengetahui dan

menganalisi pengaruh produksi

terhadap pendapatan petani.

4. Untuk mengetahui dan

menganalisis pengaruh harga

terhadap pendapatan petani.

5. Untuk mengetahui dan

menganalisis pengaruh biaya,

tenaga kerja, produksi dan harga

terhadap pendapatan petani.

METODE PENELITIAN

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di

Kecamatan Air Joman dan Kecamatan

Silau Laut.

Waktu penelitian dilaksanakan

selama 6 (enam) bulan, mulai bulan

februari tahun 2014 sampai dengan

bulan Juni tahun 2014.

Metode Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini

meliputi para petani yang sudah

melakukan alih fungsi lahan tanaman

kakao menjadi tanaman kelapa sawit

yang terdapat di Kecamatan Air Joman

(tiga desa) dan Kecamatan Silau Laut (tiga

desa).

Sampel penelitian ditetapkan

secara matematis menurut rumus Solvin

adalah 86,15 responden digenapkan

menjadi 87 orang sampel responden.

Teknik Pengumpulan Data

Page 6: Analisis Determinan Alih Fungsi Lahan Tanaman Kakao ...

Seminar Nasional Pengembangan Agribisnis Perkebunan dalam Menghadapi Persaingan Global 04-05 April 2018 DOI: https://doi.org/10.31289/snpapmpg.v1i1.77 http://proceeding.uma.ac.id/index.php/semnasagribisnis

44

Data yang akan digunakan dalam

penelitian ini terdiri dari:

a. DataPrimer

Data primer diperoleh melalui

kuisioner dan wawancara langsung

dengan para responden yaitu para

petani yang mengkonversikan

lahannya sebagai

objek penelitian.

b. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari studi

pustaka, pusat penelitian, jurnal

ilmiah, badan statistik, hasil riset atau

penelitian terdahulu dan sumber data

lainnya.

Teknik Analisa Data

Hipotesis diatas diuji dengan

menggunakan analisis regresi linier

berganda. Pendapatan petani sebagai

variabel terikat, sedangkan biaya, jumlah

tenaga kerja, produksi dan hargasebagai

variabel bebas. Model regresi yang

digunakan adalah:

Ŷ = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + b4x4 + e

Dimana:

Ŷ = Pendapatan petani

a = parameter intercept

b1,…,b4 = parameter koefisien regresi

X1 = biaya produksi

X2 = tenaga kerja

X3 = total produksi

X4 = harga

e = error

Untuk menguji pengaruh variabel

bebas secara serempak terhadap

Pendapatan petani, digunakan uji F

dengan criteria uji sebagai berikut:

Jika Fhitung ≤ Ftabel : maka terima H1 atau

tolak H0

Jika Fhitung ≥ Ftabel : maka terima H0 atau

tolak H1

Untuk menguji pengaruh variabel

bebas secara parsial terhadap Pendapatan

petani, digunakan uji t dengan criteria uji

sebagai berikut:

Jika thitung ≤ ttabel : maka terima H1 atau

tolak H0

Jika thitung ≥ ttabel : maka terima H0 atau

tolak H1(Hasan, 2002).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

1. Analisis Deskriptif

Tabel 3. Analisis Deskriptif

Variabel Kelapa Sawit Kakao

Mean Std.

Deviasi Mean

Std. Deviasi

Y 3,7165 .31734 3,6705 .30802 X1 3,8046 .48238 3,6341 .50376 X2 3,7356 .50462 3,7192 .52937 X3 3,9507 .49670 3,7783 .42899 X4 3,6916 .42265 3,6648 .51244

Sumber : Data Primer, 2014 (diolah)

- Uji Normalitas

Suatu regresi yang baik adalah

apabila data tersebut berdistribusi

dengan normal. Hal tersebut dapat dilihat

dengan beberapa grafik uji yaitu :

Page 7: Analisis Determinan Alih Fungsi Lahan Tanaman Kakao ...

Seminar Nasional Pengembangan Agribisnis Perkebunan dalam Menghadapi Persaingan Global 04-05 April 2018 DOI: https://doi.org/10.31289/snpapmpg.v1i1.77 http://proceeding.uma.ac.id/index.php/semnasagribisnis

45

Gambar 1. Gambar Histogram Variabel Penelitian (atas: K. Sawit, bawah: Kakao)

Berdasarkan gambar di atas dapat

dilihat bahwa histogram menunjukkan

pola distribusi mendekati normal.

Gambar 2. Uji Normalitas Variabel Penelitian (atas: K. Sawit; bawah: Kakao)

Berdasarkan gambar 2. di tas

dapat dilihat bahwa grafik normal pola

menunjukkan penyebaran titik-titik di

sekitar garis diagonal dan mengikuti arah

garis diagonal, yang mengindikasikan

model regresi memenuhi asumsi

normalitas.

- Uji Multikolinearitas

Pengujian Multikolinearitas

dilakukan dengan menggunakan nilai

tabel VIF (Variance Inflation Factor),

sebagai berikut:

Tabel 4. Hasil Uji Multikolinearitas

Variabel Komoditi Kelapa

Sawit Komoditi

Kakao

Page 8: Analisis Determinan Alih Fungsi Lahan Tanaman Kakao ...

Seminar Nasional Pengembangan Agribisnis Perkebunan dalam Menghadapi Persaingan Global 04-05 April 2018 DOI: https://doi.org/10.31289/snpapmpg.v1i1.77 http://proceeding.uma.ac.id/index.php/semnasagribisnis

46

Tolerance VIF

Tolerance VIF

X1 .347 2.878 .311 3.212

X2 .236 4.238 .304 3.286

X3 .444 2.254 .408 2.450

X4 .217 4.602 .585 1.709

Sumber : Data Primer, 2014 (diolah)

- Pengujian Model Uji

(Pengujian Kefisien

Determinasi)

Hasil analisis data secara regresi

dengan program SPSS diperoleh nilai

statistik sebagai berikut:

Tabel 5. Hasil Regresi Uji R2 (Koefesien

Determinasi)

Tanaman R R

Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate

K. Sawit .8

56a

.733 .720 .16800

Kakao .7

72a

.596 .576 .20056

a. Predictors: (Constant), X4, X3, X2, X1

b. Dependent Variable: Y

Sumber : Data Primer Diolah, 2014

Dari tabel di atas dijelaskan

bahwa nilai R2 (Koefisien Determinasi)

sebesar 0,733 untuk tanaman kelapa

sawit, artinya bahwa variabel bebas yaitu

: biaya produksi (X1), tenaga kerja (X2),

total produksi (X3) dan harga (X4) dapat

menjelaskan variabel terikat pendapatan

petani kelapa sawit (Y) sebesar 73,3 % di

daerah penelitian. Selebihnya 26,7 %

dijelaskan oleh faktor lain yang tidak

dimasukkan dalam model regresi

penelitian ini. Selanjutnya diperoleh nilai

R2 (Koefisien Determinasi) sebesar 0,596

untuk tanaman kakao, artinya bahwa

variabel bebas yaitu : biaya produksi (X1),

tenaga kerja (X2), total produksi (X3) dan

harga (X4) dapat menjelaskan variabel

terikat pendapatan petani kakao (Y)

sebesar 59,6 % di daerah penelitian.

Selebihnya 40,4 % dijelaskan oleh faktor

lain yang tidak dimasukkan dalam model

regresi penelitian ini.

- Uji F (Uji Simultan)

Tamanan Kelapa Sawit

Terima hipotesis jika F hitung lebih

besar dari F tabel dengan dk = n-k-1

Derajat kebebasan 95%. Berdasarkan

hasil analisis dengan SPSS maka dapat

diperoleh Nilai F statistik sebagai berikut.

Tabel 6. Uji F Tanaman Kelapa Sawit

Model

Sum of Square

s df Mean

Square F Sig.

1 Regression

6.346 4 1.587 56.218

.000a

Residual

2.314 82 .028

Total 8.661 86 a. Predictors: (Constant), X4, X3, X1, X2 b. Dependent Variable: Y

Sumber : Data Primer, diolah 2014

Berdasarkan tabel di atas

diperoleh Nilai F sebesar 56,218 dengan

nilai signifikasi sebesar 0,000< alpha 0,05.

Artinya secara serempak variabel bebas

berpengaruh signifikan terhadap variabel

terikat pada taraf alpha 5 persen. Dengan

demikian:

- H0 hipotesis yang menyatakan

bahwa secara serempak biaya produksi

(X1), tenaga kerja (X2), total produksi

(X3) dan harga (X4) tidak berpengaruh

signifikan terhadap pendapatan

Page 9: Analisis Determinan Alih Fungsi Lahan Tanaman Kakao ...

Seminar Nasional Pengembangan Agribisnis Perkebunan dalam Menghadapi Persaingan Global 04-05 April 2018 DOI: https://doi.org/10.31289/snpapmpg.v1i1.77 http://proceeding.uma.ac.id/index.php/semnasagribisnis

47

petanikelapa sawit (Y) di daerah

penelitian, ditolak ( ditolak)

- H1 hipotesis yang menyatakan

bahwa secara serempak biaya produksi

(X1), tenaga kerja (X2), total produksi

(X3) dan harga (X4) berpengaruh

signifikan terhadap pendapatan

petanikelapa sawit (Y), di daerah

penelitian, diterima (H1 diterima).

Tamanan Kakao

Berdasarkan hasil analisis dengan

SPSS maka dapat diperoleh Nilai F

statistik sebagai berikut.

Tabel 7. Uji F Tanaman Kakao

Model

Sum of Square

s df Mean

Square F Sig.

1 Regression

4.861 4 1.215 30.208

.000a

Residual

3.299 82 .040

Total 8.159 86 a. Predictors: (Constant), X4, X3, X1, X2 b. Dependent Variable: Y

Sumber : Data Primer, diolah 2014

Berdasarkan tabel di atas

diperoleh Nilai F sebesar 30,208 dengan

nilai signifikasi sebesar 0,000< alpha 0,05.

Artinya secara serempak variabel bebas

berpengaruh signifikan terhadap variabel

terikat pada taraf alpha 5 persen. Dengan

demikian:

- H0 hipotesis yang menyatakan

bahwa secara serempak biaya produksi

(X1), tenaga kerja (X2), total produksi

(X3) dan harga (X4) tidak berpengaruh

signifikan terhadap pendapatan petani

kakao (Y) di daerah penelitian, ditolak

( ditolak)

- H1 hipotesis yang menyatakan

bahwa secara serempak biaya produksi

(X1), tenaga kerja (X2), total produksi

(X3) dan harga (X4) berpengaruh

signifikan terhadap pendapatan petani

kakao (Y), di daerah penelitian, diterima

(H1 diterima).

- Uji t (Uji Parsial)

Tamanan Kelapa Sawit

Hasil analisis data secara statistik

dengan program SPSS diperoleh nilai t

statistik masing-masing variabel bebas

sebagai berikut.

Tabel 8. Uji t Tanaman Kelapa Sawit

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B

Std. Erro

r Beta

1 (Constant) 1.217 .168 7.256 .000

X1 .189 .064 .287 2.968 .004

X2 -.092 .074 -.146 -1.245

.217

X3 .177 .055 .278 3.239 .002

X4 .386 .092 .513 4.193 .000

Sumber : Data Primer Diolah 2014

Dari tabel di atas dapat dibuat

persamaan regresi linier berganda

sebagai berikut :

Y = 1,217 + 0,189 X1– 0,092X2 +

0,177 X3 + 0,386X4

Berdasarkan persamaan regresi di

atas dapat diketahui bahwa variabel biaya

produksi ( ), total produksi (X3) dan

harga (X4) berpengaruh positif terhadap

pendapatan petani kelapa sawit (Y),

sedangkan tenaga kerja (X2) berpengaruh

negatif terhadap pendapatan petani

kelapa sawit (Y). Koefisien regresi

Page 10: Analisis Determinan Alih Fungsi Lahan Tanaman Kakao ...

Seminar Nasional Pengembangan Agribisnis Perkebunan dalam Menghadapi Persaingan Global 04-05 April 2018 DOI: https://doi.org/10.31289/snpapmpg.v1i1.77 http://proceeding.uma.ac.id/index.php/semnasagribisnis

48

variabel-variabel bebas tersebut

memberikan arti sebagai berikut :

1. Koefisien regresi X1 bertanda positif

berarti bahwa penambahan biaya

produksi akan meningkatkan

pendapatan petani kelapa sawit,

sebaliknya jika biaya produksi

berkurang, maka pendapatan petani

kelapa sawit juga akan berkurang.

Nilai t sebesar 2,968 dengan

signifikansi 0,004, berarti bahwa

variabel biaya produksi berpengaruh

signifikan terhadap pendapatan

petani kelapa sawit.

2. Koefisien regresi X2 bertanda negatif

berarti bahwa penambahan tenaga

kerja akan menurunkan pendapatan

petani kelapa sawit, sebaliknya jika

tenaga kerja berkurang, maka

pendapatan petani kelapa sawit juga

akan meningkat. Nilai t sebesar 1,245

dengan signifikansi 0,217, berarti

bahwa variabel tenaga kerja

berpengaruh tidak signifikan terhadap

pendapatan petani kelapa sawit

3. Koefisien regresi X3 bertanda positif

berarti bahwa bila total produksi

meningkat, maka pendapatan petani

kelapa sawit juga akan meningkat,

sebaliknya jika total produksi

berkurang, maka pendapatan petani

kelapa sawit juga akan berkurang. Nilai

t sebesar 3,239 dengan signifikansi

0,002, berarti bahwa variabel total

produksi berpengaruh signifikan

terhadap pendapatan petani kelapa

sawit.

4. Koefisien regresi X4 bertanda positif

berarti bahwa bila harga jual

meningkat, maka pendapatan petani

kelapa sawit juga akan meningkat,

sebaliknya jika harga jual menurun,

maka pendapatan petani kelapa sawit

juga akan berkurang. Nilai t sebesar

4,193 dengan signifikansi 0,000,

berarti bahwa variabel harga jual

berpengaruh signifikan terhadap

pendapatan petani kelapa sawit.

Tamanan Kakao

Hasil analisis data secara statistik

dengan program SPSS diperoleh nilai t

statistik masing-masing variabel bebas

sebagai berikut.

Tabel 9. Uji t Tanaman Kakao

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std.

Error Beta

1 (Constant)

1.500 .199

7.530

.000

X1 .033 .077 .054 .433 .666

X2 .045 .074 .077 .602 .549

X3 .350 .079 .488 4.439

.000

X4 .153 .055 .254 2.771

.007

Sumber : Data Primer Diolah 2014

Dari tabel di atas dapat dibuat

persamaan regresi linier berganda

sebagai berikut :

Y = 1,500 + 0,033 X1+ 0,045X2 +

0,350 X3 + 0,153 X4

Berdasarkan persamaan regresi di

atas dapat diketahui bahwa semua

variabel, yaitu biaya produksi (X1),

tenaga kerja (X2), total produksi (X3) dan

harga (X4) berpengaruh positif terhadap

pendapatan petani kakao (Y). Koefisien

Page 11: Analisis Determinan Alih Fungsi Lahan Tanaman Kakao ...

Seminar Nasional Pengembangan Agribisnis Perkebunan dalam Menghadapi Persaingan Global 04-05 April 2018 DOI: https://doi.org/10.31289/snpapmpg.v1i1.77 http://proceeding.uma.ac.id/index.php/semnasagribisnis

49

regresi variabel-variabel bebas tersebut

memberikan arti sebagai berikut :

1. Koefisien regresi X1 bertanda positif

berarti bahwa penambahan biaya

produksi akan meningkatkan

pendapatan petani kakao, sebaliknya

jika biaya produksi berkurang, maka

pendapatan petani kakao juga akan

berkurang. Nilai t sebesar 0,433

dengan signifikansi 0,666, berarti

bahwa variabel biaya produksi

berpengaruh tidak signifikan terhadap

pendapatan petani kakao.

2. Koefisien regresi X2 bertanda positif

berarti bahwa penambahan tenaga

kerja akan meningkatkan pendapatan

petani kakao, sebaliknya jika tenaga

kerja berkurang, maka pendapatan

petani kakao juga akan berkurang.

Nilai t sebesar 0,602 dengan

signifikansi 0,549, berarti bahwa

variabel tenaga kerja berpengaruh

tidak signifikan terhadap pendapatan

petani kakao.

3. Koefisien regresi X3 bertanda positif

berarti bahwa bila total produksi

meningkat, maka pendapatan petani

kakao juga akan meningkat, sebaliknya

jika total produksi berkurang, maka

pendapatan petani kakao juga akan

berkurang. Nilai t sebesar 4,439

dengan signifikansi 0,000, berarti

bahwa variabel total produksi

berpengaruh signifikan terhadap

pendapatan petani kakao.

4. Koefisien regresi X4 bertanda positif

berarti bahwa bila harga jual

meningkat, maka pendapatan petani

kakao juga akan meningkat, sebaliknya

jika harga jual menurun, maka

pendapatan petani kakao juga akan

berkurang. Nilai t sebesar 2,771

dengan signifikansi 0,007, berarti

bahwa variabel harga jual berpengaruh

signifikan terhadap pendapatan petani

kakao.

2. Uji Intercrosing (Hubungan

antar Variabel)

- Kelapa Sawit

Berdasarkan hasil analisis juga diperoleh

intercrosing variabel penelitian pada

tanaman kelapa sawit sebagaimana

disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Intercrosing Variabel untuk Tanaman Kelapa Sawit

Pendapatan

B.Produksi

T.Kerja

Produksi Harga

Pearson Correlation

Pendapatan

1.000 .742 .703 .736 .814

B.Produksi

.742 1.000 .781 .628 .769

T.Kerja .703 .781 1.000

.682 .849

Produksi .736 .628 .682 1.000 .735

Harga .814 .769 .849 .735 1.000

Sig. (1-tailed)

Pendapatan

. .000 .000 .000 .000

B.Produksi

.000 . .000 .000 .000

T.Kerja .000 .000 . .000 .000

Produksi .000 .000 .000 . .000

Harga .000 .000 .000 .000 .

Dapat dilihat pada bahwa tanaman

kelapa sawit, variabel harga mempunyai

hubungan yang lebih tinggi dengan

variabel lain, kecuali dengan biaya

produksi. Hal ini berarti bahwa variabel

harga dapat memberikan pengaruh yang

Page 12: Analisis Determinan Alih Fungsi Lahan Tanaman Kakao ...

Seminar Nasional Pengembangan Agribisnis Perkebunan dalam Menghadapi Persaingan Global 04-05 April 2018 DOI: https://doi.org/10.31289/snpapmpg.v1i1.77 http://proceeding.uma.ac.id/index.php/semnasagribisnis

50

lebih besar terhadap variabel yang lain,

dibandingkan dengan variabel lainnya.

Hasil analisis juga menunjukkan bahwa

intercrosing variabel-variabel tersebut

adalah signifikan.

- Kakao

Berdasarkan hasil analisis juga

diperoleh intercrosing variabel penelitian

pada tanaman kakao sebagaimana

disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11. Intercrosing Variabel untuk Tanaman Kakao

Pendapata

n

B.Produk

si T.Kerja

Produksi Harga

Pearson Correlation

Pendapatan

1.000 .607 .616 .733 .621

B.Produksi

.607 1.000

.804 .704 .580

T.Kerja

.616 .804 1.000

.716 .573

Produksi

.733 .704 .716 1.000 .596

Harga

.621 .580 .573 .596 1.000

Sig. (1-tailed)

Pendapatan

. .000 .000 .000 .000

B.Produksi

.000 . .000 .000 .000

T.Kerja

.000 .000 . .000 .000

Produksi

.000 .000 .000 . .000

Harga

.000 .000 .000 .000 .

Dapat dilihat pada bahwa tanaman

kakao, variabel produksi mempunyai

hubungan yang lebih tinggi dengan

variabel lain, kecuali dengan tenaga kerja.

Hal ini berarti bahwa variabel produksi

dapat memberikan pengaruh yang lebih

besar terhadap variabel yang lain,

dibandingkan dengan variabel lainnya.

Hasil analisis juga menunjukkan bahwa

intercrosing variabel-variabel tersebut

adalah signifikan. Variabel yang

berkorelasi paling tinggi terhadap tenaga

kerja adalah biaya produksi.

Pembahasan

Untuk mengetahui faktor-faktor

determinan alih fungsi lahan tanaman

kakao menjadi tanaman kelapa sawit

dilakukan interprestasi terhadap

variabel-variabel penelitian, sebagai

berikut:

- Pengaruh biaya produksi (X1)

terhadap pendapatan petani (Y)

Berdasarkan hasil analisis regresi

linier berganda dapat ditentukan bahwa

variabel biaya produksi (X1) berpengaruh

positif terhadap pendapatan petani (Y),

baik pada tanaman kelapa sawit maupun

pada tanaman kakao.Namun

perbedaannya, pada tanaman kakao biaya

produksi tidak berpengaruh signifikan,

sedangkan pada tanaman kelapa sawit

berpengaruh signifikan. Dilihat dari

pengalokasian biaya produksi tersebut,

maka dapat diinterpretasikan bahwa

penggunaan biaya produksi pada

tanaman kelapa sawit lebih efisien

dibandingkan dengan tanaman kakao. Hal

ini juga sejalan dengan hasil analisis

deskriptif yang menunjukkan bahwa

penggunaan biaya produksi lebih baik

pada tanaman kelapa sawit daripada

tanaman kakao.

Page 13: Analisis Determinan Alih Fungsi Lahan Tanaman Kakao ...

Seminar Nasional Pengembangan Agribisnis Perkebunan dalam Menghadapi Persaingan Global 04-05 April 2018 DOI: https://doi.org/10.31289/snpapmpg.v1i1.77 http://proceeding.uma.ac.id/index.php/semnasagribisnis

51

Dari hasil di atas menunjukkan

bahwa biaya produksi di daerah

penelitian memberikan pengaruh yang

nyata terhadap pendapatan petani kelapa

sawit. Penggunaan biaya produksi secara

optimal oleh petani yang disesuaikan

dengan kebutuhan tanaman dampaknya

tanaman mampu meningkatkan jumlah

produksi yang signifikan sehingga

pendapatan petani juga meningkat.

Menurut Suratiyah (2008), biaya

produksi sebagai penunjang segala

aktifitas yang ada karena menyangkut

produktivitas tanaman dan keuntungan

bagi petani. Pengeluaran biaya produksi

yang optimal untuk tanaman mampu

meningkatkan hasil produksi tanaman

sehingga pendapatan petani juga

meningkat.

- Pengaruh tenaga kerja (X2)

terhadap pendapatan petani (Y)

Berdasarkan hasil analisis regresi

linier berganda dapat ditentukan bahwa

variabel tenaga (X2) tidak berpengaruh

signifikan terhadap pendapatan petani

(Y), baik pada tanaman kelapa sawit

maupun pada tanaman kakao. Namun

perbedaannya, pada tanaman kakao

tenaga kerja berpengaruh positif,

sedangkan pada tanaman kelapa sawit

berpengaruh negatif. Dilihat dari

pengalokasian tenaga kerja tersebut,

maka dapat diinterpretasikan bahwa

penggunaan tenaga pada tanaman kelapa

sawit saat ini sudah melebihi dari yang

dibutuhkan, sehingga berpengaruh

negative terhadap pendapatan petani.

Sebaliknya pada tanaman kakao bahwa

penggunaan tenaga kerja masih kurang

untuk mendukung peningkatan produksi.

Hasil analisis deskriptif menunjukkan

bahwa penggunaan tenaga kerja lebih

baik pada tanaman kelapa sawit daripada

tanaman kakao.

Dalam usahatanianya, para petani

pada umumnya menggunakan tenaga

kerja sendiri bersama keluarga. Menurut

Mubyarto (2002), penggunaan tenaga

kerja sendiri bersama anggota keluarga

dalam menjalankan usahataninya dapat

mengurangi biaya yang dikeluarkan

sehingga pendapatan petani dapat

meningkat.

Menurut Balai Besar Pengkajian dan

Pengembangan Teknologi Pertanian

(2008) untuk perkebunan kakao rakyat

(Tanaman Menghasilkan/TM), kebutuhan

tenaga kerja per hektar adalah 105 – 120

HOK. Sumber tenaga kerja ini pada

umumnya adalah tenaga kerja dalam

keluarga. Sedangkan untuk perkebunan

kelapa sawit rakyat (TM), menurut

Sarwani (2008) kebutuhan tenaga kerja

per hektar adalah 80 – 90 HOK, yang pada

umumnya merupakan tenaga kerja dalam

keluarga.

Dengan demikian kebutuhan tenaga

kerja untuk tanaman kakao lebih banyak

dibandingkan dengan perkebunan kelapa

sawit. Perbedaan jumlah tenaga kerja

tersebut pada umumnya karena pada

tanaman kakao dibutuhkan tenaga kerja

pemeliharaan dan pasca panen yang lebih

banyak. Pada perkebunan kelapa sawit,

tenaga kerja pemeliharaan relatif sangat

sedikit dan tenaga kerja pasca panen

tidak ada.

Page 14: Analisis Determinan Alih Fungsi Lahan Tanaman Kakao ...

Seminar Nasional Pengembangan Agribisnis Perkebunan dalam Menghadapi Persaingan Global 04-05 April 2018 DOI: https://doi.org/10.31289/snpapmpg.v1i1.77 http://proceeding.uma.ac.id/index.php/semnasagribisnis

52

- Pengaruh total produksi (X3)

terhadap pendapatan petani (Y)

Berdasarkan hasil analisis regresi

linier berganda dapat ditentukan bahwa

variabel total produksi (X3) berpengaruh

positif dan signifikan terhadap

pendapatan petani (Y), baik pada

tanaman kelapa sawit maupun pada

tanaman kakao. Dilihat dari hasil analisis

deskriptif menunjukkan bahwa

penggunaan total produksi lebih baik

pada tanaman kelapa sawit daripada

tanaman kakao. Menurut Soekartawi

(2002) bahwa produksi merupakan unsur

utama pendapatan petani, dimana

penggunaan faktor-faktor produksi

merupakan upaya untuk peningkatan

produksi, karena semakin tinggi produksi,

maka pendapatan petani juga akan

semakin tinggi. Hal ini juga diperjelas oleh

Suratiyah (2008), bahwa tujuan usahatani

adalah untuk memperoleh produksi yang

maksimal, karena produksi inilah yang

akan menjadi determinan pendapatan

petani. Oleh karena itu semakin tinggi

produksi (pada harga yang tetap), maka

pendapatan petani juga akan semakin

meningkat.

- Pengaruh harga (X4) terhadap

pendapatan petani (Y)

Berdasarkan hasil analisis regresi

linier berganda dapat ditentukan bahwa

variabel harga (X4) berpengaruh positif

dan signifikan terhadap pendapatan

petani (Y), baik pada tanaman kelapa

sawit maupun pada tanaman kakao. Hasil

analisis deskriptif menunjukkan bahwa

harga jual lebih baik pada tanaman kelapa

sawit daripada tanaman kakao. Harga

merupakan faktor penentu pendapatan

petani yang berada di luar kendali petani.

Menurut Soekartawi (2002), petani

mengharapkan harga jual komoditas

pertaniannya meningkat agar

pendapatannya juga meningkat. Semakin

tinggi harga jual produk, maka

pendapatan petani juga akan semakin

meningkat. Hal yang sama juga

dinyatakan oleh Suratiyah (2008), bahwa

pada tingkat produksi yang sama, harga

jual menjadi faktor penentu naik

turunnya pendapatan usahatani.

- Variabel yang berpengaruh lebih

dominan terhadap pendapatan

petani

Dilihat dari besarnya nilai

koefisien regresi, variabel yang lebih

dominan mempengaruhi pendapatan

petani pada tanaman kelapa sawit adalah

harga (X4), sedangkan pada tanaman

kakao adalah total produksi (X3).

Berdasarkan hal ini dapat

diinterpretasikan bahwa total produksi

pada tanaman kelapa sawit oleh petani

sudah mencapai optimal, sehingga faktor

yang lebih mempengaruhi terhadap

pendapatan adalah harga. Sedangkan

pada tanaman kakao, produksi masih

belum optimal sehingga untuk

meningkatkan pendapatan petani, masih

harus diupayakan peningkatan produksi.

- Koefisien determinasi

Dilihat dari besarnya nilai

koefisien determinasi pada masing-

masing, jenis tanaman, yaitu 0,733 pada

tanaman kelapa sawit dan 0,596 pada

tanaman kakao.Berdasarkan hal ini dapat

diinterpretasikan bahwa variabel-

Page 15: Analisis Determinan Alih Fungsi Lahan Tanaman Kakao ...

Seminar Nasional Pengembangan Agribisnis Perkebunan dalam Menghadapi Persaingan Global 04-05 April 2018 DOI: https://doi.org/10.31289/snpapmpg.v1i1.77 http://proceeding.uma.ac.id/index.php/semnasagribisnis

53

variabel biaya produksi, tenaga kerja,

total produksi dan harga lebih efisien

pada tanaman kelapa sawit dibandingkan

dengan tanaman kakao. Menurut

Soekartawi (2002), bahwa usahatani

dilakukan dengan mengalokasikan

sumberdaya yang ada secara efektif dan

efisien dengan tujuan untuk memperoleh

keuntungan yang tinggi pada waktu

tertentu. Dikatakan efektif bila petani

dapat mengalokasikan sumber daya yang

mereka miliki dengan sebaik-baiknya, dan

efisien bila pemanfaatan sumber daya

tersebut menghasilkan pengeluaran

(output) yang melebihi pemasukan

(input).

Berdasarkan perbedaan koefisien

determinasi tersebut, maka faktor

determinan yang menyebabkan

terjadinya alih fungsi lahan kakao

menjadi tanaman kelapa sawit adalah

biaya produksi, tenaga kerja, total

produksi dan harga yang lebih efisien

pada tanaman kelapa sawit. Dilihat dari

nilai koefisien determinasi yang lebih

tinggi pada tanaman kelapa sawit, berarti

bahwa variabel biaya produksi, tenaga

kerja, total produksi dan harga lebih

besar pengaruhnya terhadap pendapatan

petani. Hal ini selanjutnya menyebabkan

pendapatan petani dari usahatani kelapa

sawit lebih tinggi dari usahatani kakao.

Hasil penelitian Bhaskara, dkk (2012)

menunjukkan bahwa faktor utama

penyebab transformasi lahan pertanian

menjadi perkebunan kelapa sawit adalah

pendapatan yang lebih tinggi dari

perkebunan kelapa sawit dibandingkan

dengan usahatani lainnya. Setelah

mengusahakan perkebunan kelapa sawit,

pendapatan petani meningkat hampir dua

kali lipat (98%). Peningkatan pendapatan

ini selanjutnya terbukti meningkatkan

kesejahteraan petani.

KESIMPULAN

Hasil analisis menunjukkan bahwa secara

simultan biaya produksi, tenaga kerja,

total produksi dan harga berpengaruh

signifikan terhadap pendapatan petani

baik pada tanaman kelapa sawit maupun

pada tanaman kakao. Nilai koefisien

determinasi pada tanaman kelapa sawit

sebesar 0,733 dan pada tanaman kakao

sebesar 0,596. Hal ini menunjukkan

bahwa variabel-variabel penelitian lebih

efisien pada tanaman kelapa sawit

dibandingkan pada tanaman kakao.

Secara parsial, pada tanaman kelapa sawit

hanya variabel tenaga kerja yang

berpengaruh negatif tetapi tidak

signifikan terhadap pendapatan petani,

sedangkan pada tanama kakao variabel

biaya produksi, tenaga kerja berpengaruh

tidak signifikan terhadap pendapatan

petani. Hasil analisis menunjukkan bahwa

faktor determinan yang menyebabkan

terjadinya alih fungsi lahan kakao

menjadi tanaman kelapa sawit adalah

biaya produksi, tenaga kerja, total

produksi dan harga yang lebih efisien

pada tanaman kelapa sawit.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous, 2005. Standar Manajemen Kerja Kebun Kelapa Sawit. Incasi Raya Group. Padang.

Page 16: Analisis Determinan Alih Fungsi Lahan Tanaman Kakao ...

Seminar Nasional Pengembangan Agribisnis Perkebunan dalam Menghadapi Persaingan Global 04-05 April 2018 DOI: https://doi.org/10.31289/snpapmpg.v1i1.77 http://proceeding.uma.ac.id/index.php/semnasagribisnis

54

Anonimous,2012.http://mariaonmarketing.blogspot.com/2012/01/definisi- harga-html.

Anonimous,

2012.http://ilmugreen.blogspot.com/2012/07/pengertian-produksi. Html.

Anonimous, 2013. Analisis PDB Sektor Pertanian

Tahun 2013. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian. Jakarta.

Anonimous, 2014.

Ikaberita.com/2014/05/sumut-news/item/2775-lahan-petanian-di-sumut-terus-menyusut.html.

Antariksa, Yodhia. 2009. Strategi Pemasaran dan

Bauran Pemasaran. http://rajapresentasi.com/2009/04/strategi-pemasaran-dan-bauran- pemasaran/.

Asni, 2005. Analisis Produksi, Pendapatan dan

Alih Fungsi Lahan di Kabupaten Labuhan Batu, Tesis. Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Medan. (Tidak dipublikasikan).

Asni, Sya’ad Afifuddin, H.B. Tarmizi, Wahyu Ario

Pratomo, 2010. Analisis Produksi, Pendapatan dan Alih Fungsi Lahan di Kabupaten Labuhan Batu. http://jurnalmepaekonomi.blogspot.com/2010/05/analisis-produksi-pendapatan-dan-alih.html.

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan

Teknologi Pertanian, 2008. Teknologi Budidaya Kakao. Seri Buku Inovasi: BUN/13/2008. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, Jakarta.

Bhaskara, Adhi Yudha; Kistiyanto, Marhadi

Slamet; dan Juniarti, 2012. Pengaruh Transformasi Lahan Pertanian Menjadi Perkebunan Kelapa Sawit terhadap Tingkat Kesejahteraan Petani di Kecamatan Babulu Kabupaten Penajam Paser Utara Provinsi Kalimantan Timur. Universitas Negeri Malang.

Bappenas dan PSE-KP, 2006. Penyusunan Strategi Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian. Kerjasama Direktorat Pangan dan Pertanian-Kantor Menteri Negara Perencanaan Nasional dengan Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Jakarta.

Badan Pusat Statistik,2013. Air Joman Dalam

Angka 2013 Badan Pusat Statistik, 2013. Kabupaten Asahan

dalam Angka 2013. Badan Pusat Statistik, 2013. Sumatera Utara

dalam Angka 2013. Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten

Asahan, 2013. Data Statistik Perkebunan Rakyat dan Perkebunan Besar Kabupaten Asahan.

Fadjarajani, Siti. 2001. Pengaruh Alih Fungsi

Lahan Pertanian Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Petani di Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung (Implikasi pada Perencanaan Pengembangan Wilayah Bandung). Digital Library KMR GITB, Bandung.

Franskennedy, Rio. 2013. Dampak Negatif di Balik

Keuntungan Berkebun Kelapa Sawit. http://riofrans.blogspot.com/2013/11/dampak-negatif-dibalik-keuntungan.html.

Hasan, M, 2002. Metodologi Penelitian dan

Aplikasinya. Ghalia Indonesia. Jakarta. Irawan, B. 2005. Konversi Lahan Sawah : Potensi

Dampak, Pola Pemanfaatannya dan Faktor Determinan. Forum Penelitian Agro Ekonomi Volume 23, Nomor 1, Juni 2005. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Bogor.

Isa, I. 2006. Strategi Pengendalian Alih Fungsi

Lahan Pertanian. Prosiding Seminar Multifungsi dan Revitalisasi Pertanian. Badan Litbang Departemen Pertanian. Ministry of Agriculture, Forestry and Fisheries Japan dan ASEAN Secretariat. Jakarta.

Page 17: Analisis Determinan Alih Fungsi Lahan Tanaman Kakao ...

Seminar Nasional Pengembangan Agribisnis Perkebunan dalam Menghadapi Persaingan Global 04-05 April 2018 DOI: https://doi.org/10.31289/snpapmpg.v1i1.77 http://proceeding.uma.ac.id/index.php/semnasagribisnis

55

Mubyarto, 2001. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta.

________, 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Edisi

Ketiga. LP3ES. Jakarta. Pahan, Iyung. 2008. Kelapa Sawit : Manajemen

Agribisnis dari Hulu hingga Akhir. Jakarta. Penebar Swadaya.

Rustiadi, E.,S. Saefulhakim dan D.R. Panuju. 2006.

Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. IPB. Bogor.

Sarwani, M. 2008. Teknologi Budidaya Kelapa

Sawit. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.

Sempurnajaya, S.R. 2012.Selama Lima Tahun ke

Depan, Produksi Kakao Dipediksi Turun 11 %. http://www.neraca.co.id/article/11590/Selama-Lima-Tahun-ke-Depan-Produksi-Kakao-Diprediksi-Turun-11.

Siregar T.H.S. Slamet R. Dan Laeli N. 2011. Budi

Daya Cokelat. Penebar Swadaya. Jakarta Soekartawi, 2002.Prinsip Dasar Ekonomi

Pertanian: Teori dan Aplikasi, Rajagrafindo Persada, Jakarta.

Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Kuantitatif,

Kualitatif dan R & D. Alfabet. Bandung. Suhendry I, Darussamin A. Dan Karyudi, 2002. The

Possibility of Natural Rubber Development to Word dry areas in Indonesia. Indonesia Rubber Research Medan Institute.

Sunarko, 2009. Budidaya dan Pengelolaan Kebun

Kelapa Sawit dengan Sistem Kemitraan. Cetakan Pertama. Penerbit PT. Agro Media Pustaka. Jakarta.

Suratiyah, Ken, 2008. Ilmu Usaha Tani. Cetakan Kedua. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.

Todaro, Michael P. 2006. Pembangunan Ekonomi

di Dunia Ketiga. Edisi Ketujuh, Erlangga. Jakarta.

Umar H., 2004. Metode Penelitian untuk Skripsi

dan Tesis Bisnis. Cetakan ke-6. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Wahid A, Jhon Tafbu Ritonga, Sya’ad Afifuddin,

Irsyad Lubis. 2010. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Masyarakat Mengkonversi Lahan Karet Menjadi Lahan Kelapa Sawit di Kebupaten Asahan. http://jurnalmepaekonomi.blospot.com/2010/05/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-masyarakat-mengkonversi-lahan-html.

Wahyunto, M. Z. Abidin, A. Priyono dan

Sunaryanto. 2001. Studi Perubahan Penggunaan Lahan DAS Citarik, Jawa Barat dan DAS Garang Jawa Timur. Makalah Seminar Nasional Multifungsi Lahan Sawah. Asean Secretariate Maff Japan & Puslitbang Tanah dan Agroklimat. Bogor.

World Bank. 2005. Public Private Partnership for

Agriculture in Eastern Indonesia : Comparetives study of the Beef, Coffee and Cocoa.