Analisis Dari Differential Diagnosis-skenario 4

5
ANALISIS DARI DIFFERENTIAL DIAGNOSIS I. Fraktur Nasal Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar daripada yang diabsorpsinya. Jadi, fraktur nasal merupakan rusak atau terganggunya kesatuan dari tulang-tulang hidung. Fraktur nasal disebabkan oleh trauma dengan kecepatan rendah. Sedangkan jika disebabkan oleh trauma kecepatan tinggi biasanya berhubungan dengan fraktur wajah biasanya Le Fort tipe 1 dan 2. Selain itu, injury nasal juga berhubungan dengan cedera leher atau kepala. A. Gejala Klinis Bentuk hidung berubah Epiktasis/keluar darah dari hidung Krepitasi yaitu teraba tulang yang pecah Hidung serta daerah sekitarnya bengkak B. Pemeriksaan Fisik Pada fraktur nasal pada pemeriksaannya didapatkan epistaksis, deformitas hidung, obstruksi hidung ,dan anosmia. Serta, pada palpasi ditemukan krepitasi akibat emfisema sukutan, teraba lekukan tulang hidung dan tulang menjadi irregular.

Transcript of Analisis Dari Differential Diagnosis-skenario 4

ANALISIS DARI DIFFERENTIAL DIAGNOSIS

I. Fraktur Nasal

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan

luasnya. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar daripada yang

diabsorpsinya. Jadi, fraktur nasal merupakan rusak atau terganggunya kesatuan dari tulang-

tulang hidung.

Fraktur nasal disebabkan oleh trauma dengan kecepatan rendah. Sedangkan jika

disebabkan oleh trauma kecepatan tinggi biasanya berhubungan dengan fraktur wajah

biasanya Le Fort tipe 1 dan 2. Selain itu, injury nasal juga berhubungan dengan cedera leher

atau kepala.

A. Gejala Klinis

Bentuk hidung berubah

Epiktasis/keluar darah dari hidung

Krepitasi yaitu teraba tulang yang pecah

Hidung serta daerah sekitarnya bengkak

B. Pemeriksaan Fisik

Pada fraktur nasal pada pemeriksaannya didapatkan epistaksis, deformitas hidung,

obstruksi hidung ,dan anosmia. Serta, pada palpasi ditemukan krepitasi akibat emfisema

sukutan, teraba lekukan tulang hidung dan tulang menjadi irregular.

C. Pemeriksaan Penunjang

a. Rhinoskopi Anterior

Pada rhinoskopi anterior didapatkan deformitas pada hidung, deviasi septum nasi dan

nyeri tekan hidung.

b. Water Positions

dari pemeriksaan water positions, pada foto anteroposterior, foto nasale lateral

didapatkan kesan fraktur os nasal dengan aposisi et alignment baik dan tidak tampak

pembesaran chonca nasalis bilateral.

c. Radiologi

Pemeriksaan radiologis diindikasikan jika ditemukan keraguan dalam mendiagnosa.

Radiografi tidak mampu untuk mengidentifikasi kelainan pada kartilago dan ahli

klinis sering salah dalam mengintrepretasikan sutura normal sebagai fraktur yang

disertai dengan pemindahan posisi. Bagaimanapun, ketika ditemukan gejala klinis

seperti rhinorrhea cerebrospinalis, gangguan pergerakan ekstraokular atau maloklusi

dapat mengindikasikan adanya fraktur nasal.

II. Fraktur Basis Cranii

Suatu fraktur basis cranii adalah suatu fraktur linear yang terjadi pada dasar tulang

tengkorak yang tebal. Fraktur ini seringkali disertai dengan robekan pada duramater. Fraktur

basis cranii dapat dibagi berdasarkan letak anatomis fossa-nya menjadi fraktur fossa anterior,

fraktur fossa media, dan fraktur fossa posterior.

A. Gejala Klinis

Gambaran klinis dari fraktur basis cranii yaitu hemotimpanum, ekimosis periorbita

(racoon eyes), ekimosis retroauricular ( Battle’s sign), dan kebocoran cairan serebrospinal

(dapat diidentifikasi dari kandungan glukosanya) dari telinga dan hidung. Parese nervus

cranialis (nervus I, II, III, IV, VII dan VIII dalam berbagai kombinasi) juga dapat terjadi.

B. Pemeriksaan Fisik

Diagnosa cedera kepala dibuat melalui suatu pemeriksaan fisis dan pemeriksaan

diagnostik. Selama pemeriksaan, bisa didapatkan riwayat medis yang lengkap dan

mekanisme trauma. Trauma pada kepala dapat menyebabkan gangguan neurologis dan

mungkin memerlukan tindak lanjut medis yang lebih jauh. Alasan kecurigaan adanya

suatu fraktur cranium atau cedera penetrasi antara lain :

Keluar cairan jernih (CSF) dari hidung

Keluar darah atau cairan jernih dari telinga

Adanya luka memar di sekeliling mata tanpa adanya trauma pada mata (panda eyes)

Adanya luka memar di belakang telinga (Battle’s sign)

Adanya ketulian unilateral yang baru terjadi

Luka yang signifikan pada kulit kepala atau tulang tengkorak.

C. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Laboratorium

Sebagai tambahan pada suatu pemeriksaan neurologis lengkap, pemeriksaan

darah rutin, dan pemberian tetanus toxoid (yang sesuai seperti pada fraktur terbuka

tulang tengkorak), pemeriksaan yang paling menunjang untuk diagnosa satu fraktur

adalah pemeriksaan radiologi.

b. Pemeriksaan Radiologi

1) Foto Rontgen

Sejak ditemukannya CT-scan, maka penggunaan foto Rontgen cranium

dianggap kurang optimal. Dengan pengecualian untuk kasus-kasus tertentu seperti

fraktur pada vertex yang mungkin lolos dari CT-can dan dapat dideteksi dengan

foto polos maka CT-scan dianggap lebih menguntungkan daripada foto Rontgen

kepala.

Di daerah pedalaman dimana CT-scan tidak tersedia, maka foto polos x-ray

dapat memberikan informasi yang bermanfaat. Diperlukan foto posisi AP, lateral,

Towne’s view dan tangensial terhadap bagian yang mengalami benturan untuk

menunjukkan suatu fraktur depresi. Foto polos cranium dapat menunjukkan

adanya fraktur, lesi osteolitik atau osteoblastik, atau pneumosefal. Foto polos

tulang belakang digunakan untuk menilai adanya fraktur, pembengkakan jaringan

lunak, deformitas tulang belakang, dan proses-proses osteolitik atau osteoblastik.

2) CT-Scan

CT-Scan adalah kriteria modalitas standar untuk menunjang diagnosa

fraktur pada cranium. Potongan slice tipis pada bone windows hingga ketebalan 1-

1,5 mm, dengan rekonstruksi sagital berguna dalam menilai cedera yang terjadi.

CT scan Helical sangat membantu untuk penilaian fraktur condylar occipital,

tetapi biasanya rekonstruksi tiga dimensi tidak diperlukan.

3) MRI (Magnetic Resonance Angiography)

bernilai sebagai pemeriksaan penunjang tambahan terutama untuk

kecurigaan adanya cedera ligamentum dan vaskular. Cedera pada tulang jauh

lebih baik diperiksa dengan menggunakan CT scan. MRI memberikan pencitraan

jaringan lunak yang lebih baik dibanding CT scan.

c. Pemeriksaan Lainnya

Perdarahan dari telinga atau hidung pada kasus dicurigai terjadinya kebocoran

CSF, dapat dipastikan dengan salah satu pemeriksaan suatu tehnik dengan

mengoleskan darah tersebut pada kertas tisu, maka akan menunjukkan gambaran

seperti cincin yang jelas yang melingkari darah, maka disebut “halo” atau “ring” sign.

Kebocoran dari CSF juga dapat dibuktikan dengan menganalisa kadar glukosa dan

dengan mengukur transferrin