Analisa Semiotik Dalam Lukisan Katirin Yang Bertemakan Meringkus Waktu Dalam 6 Karya Katirin

19
ANALISA SEMIOTIK DALAM LUKISAN KATIRIN YANG BERTEMAKAN MERINGKUS WAKTU DALAM 6 KARYA KATIRIN Tugas Akhir Sejarah Kesenian Muhammad Bayu Hadi Erlangga – 1006693773 Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Program Studi Ilmu Sejarah Universitas Indonesia

description

Analisa Semiotik Dalam Lukisan Katirin Yang Bertemakan Meringkus Waktu Dalam 6 Karya Katirin

Transcript of Analisa Semiotik Dalam Lukisan Katirin Yang Bertemakan Meringkus Waktu Dalam 6 Karya Katirin

ANALISA SEMIOTIK DALAM LUKISAN KATIRIN YANG BERTEMAKAN MERINGKUS WAKTU DALAM 6 KARYA KATIRINTugas Akhir

Sejarah Kesenian

Muhammad Bayu Hadi Erlangga 1006693773

Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya

Program Studi Ilmu Sejarah

Universitas Indonesia

Depok

Desember 2012

A. Pendahuluan

Katirin adalah seorang seniman pelukis yang berasal dari Yogyakarta. Sebelum menjadi pelukis, Katirin merupakan seorang pemahat dan pembuat patung. Karya-karya seni yang diciptakan oleh Katirin baik itu berupa patung atau lukisan cenderung bertema kehidupan dan kegiatan masyarakat sehari-hari. Namun dari karya seninya yang bertema sederhana, selalu diselingi dengan pesan-pesan serta nilai kehidupan. Aliran seni lukis yang dianut oleh Katirin adalah lukisan kontemporer. Karena hasil lukisannya menggambarkan objek yang jelas. Seperti halnya bentuk tubuh manusia dan benda-benda yang tidak asing di kehidupan manusia. Walaupun wujud dari lukisannya sederhana, sebenarnya memiliki arti yang dalam. Tak jarang seseorang merasa heran dan terkadang tidak mengerti apa arti dari karya seni Katirin. Karena sering kali Katirin membumbui judul seni lukisnya tersebut dengan kata-kata yang nyeleneh. Seperti salah satu karyanya yang diberi judul Menikmati Rasa Sakit. Warna dari lukisan yang sering digunakan oleh Katirin cenderung berkesan galak. Katirin merupakan salah satu pelukis muda yang sukses di bidangnya. Dalam kedudukannya, Katirin lebih sering mengikuti pameran bersama di Yogyakarta. Alasan Saya memilih untuk mengulas profil lengkap dar Katirin adalah ingin mengetahui lebih dalam bagaimana proses perjalanan seorang pelukis muda yang mencurahkan karyanya dalam obyek-obyek yang cenderung memgacu pada bahasa tubuh. Katirin dalam karya lukisnya terkadang menggambarkan sebuah kritik kehidupan masyarakat. Namun terkadang juga karya seninya menggambarkan kehidupan yang cenderung vulgar misalkan menggambarkan orang tanpa busana, adegan-adegan yang bersifat dewasa dan sebagainya namun semua di sampaikannya dengan bahasa tubuh. Namun dalam bidang kesenian hal tersebut sangatlah wajar. Karena terkadang menggambarkan sebuah sifat yang natural atau bahkan alami. Tergantung dari sudut pandang pelukisnya.

Katirin juga tidak jarang menggambarkan tentang ekspresi masyarakat baik itu rasa senang, sedih, marah atau sebagainya. Walaupun tema-tema yang dipakai dalam karya lukisnya, tetap saja diberikan pesan-pesan baik berupa kritik maupun opini dibalik karya tulis tersebut. Sulit sekali menemukan pelukis yang karyanya amat sederhana namun memiliki makna yang sangat dalam. Ini yang menjadi dari karya-karya yang diciptakan oleh Katirin. Karya-karya yang diciptakan oleh Katirin dapat dijadikan sumber pembelajaran serta inspirasi kehidupan masyarakat sehari-hari. Dari pesan-pesan yang ditinggalkan itulah yang bisa menjadi pedoman seseorang dalam belajar seni.

B. Perspektif

Dalam memahami dan memaknai visualisasi lukisan Katirin, Saya akan menggunakan pendekatan semiotik. Pendekatan semiotik ini memudahkan Saya dalam melakukan analisis atau pembacaan dalam enam karya lukis Katirin. Selain itu, dengan menggunakan pendekatan semiotik karya Katirin yang sarat akan makna filosfis, akan dengan mudah di analisis.

Semiotik berasal dari bahasa yunani yaitu semeion yang berarti tanda. Secara umum semiotik adalah salah satu cabang ilmu yang berkaitan dengan pengkajian tanda dan segala sesuatu yang berhubung dengan tanda, seperti sistem tanda dan proses yang berlaku bagi penggunaan tanda (Aart van Zoest, 1993: 152).

Banyak tokoh-tokoh terkemuka semiotik, namun ada beberapa tokoh yang menonjol yaitu Fredinand de Saussure, Charles Sanders Peirce dan Roland Barthes. Kali Saya dalam mengkaji lukisan Katirin menggunakan pendekatan semiotik menurut Charles Sanders Peirce.

Charles Sanders Peirce adalah seorang filsuf keturunan Amerika yang mempunyai teori semiotik. Tanda menurut Peirce adalah sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap oleh panca indera dan sesuatu yang merujuk pada hal lain di luar tanda. Peirce membagai tanda menjadi tiga, yaitu simbol (tanda yang muncul berdasarkan kesepakatan bersama), ikon (tanda yang memiliki kemiripan dengan suatu tanda), indeks (tanda yang muncul dari hubungan sebab akibat).

Dalam semiotik Peirce, tanda dapat dikenal melalui tiga proses semiosis dalam tiga kategori, yaitu: 1. Representamen, 2. Objek atau Object, 3. Interpretant. Hal ini terwujud dalam segitu semiotik peirce. Berikut adalah segitiga semiotik peirce:

Interpretant

Representamen

objek

Representamen adalah segala sesuatu yang dapat ditangkap panca indera manusia. Objek atau object merupakan sebuah konsep yang dikenal oleh pemakai tanda sebagai realitas atau sesuatu yang dianggap ada. Interpretant atau pengguna tanda adalah konsep pemikiran dari orang yang menggunakan tanda dan menurunkannya ke suatu makna tertentu atau makna yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda.C. Analisis Enam Karya Katirin yang Bertemakan Merigkus Waktu

Pendekatan perspektif semiotik akan menjadi metode yang akan digunakan untuk menganalisa enam karya Katirin. Keenam karya tersebut memiliki kesamaan sehingga dalam penentuan temanya, yaitu Meringkus Waktu atau lukisan yang bertemakan sebuah kegiatan yang identik dengan menunggu. Berikut karya-karya Katirin tersebut :

noJudul LukisanLukisan

1Ibu dan Anak, 2000

2Waiting for President Call, 2009

3Waiting #1, 2009

4Waiting #2, 2009

5Waiting for Your Love, 2009

6Coming Home, 2009

1. Ibu dan Anak

Pada tahun 2000, Katirin menciptakan lukisan yang diberi judul Ibu dan Anak, yang dibuat dengan cat minyak dan kanvas. Lukisan tersebut menggambarkan seorang ibu yang sedang menyusui anaknya sembari duduk di sebuah bangku atau kursi. Sang ibu hanya duduk di sebuah bangku atau kursi kecil berwarna hijau. Ibu tersebut seakan-akan sedang memberikan harapan yang sangat baik kepada anak yang digendongnya dan sambil menunggu harapan tersebut sang ibu memberikan ASI agar anaknya tersebut cepat tumbuh. Hal ini menjelaskan bahwa, seorang ibu pastilah menginginkan hal yang baik kepada anak-anaknya. tak pernah ibu seorang ibu merasa mengeluh atas penantian atas kebaikan yang diterima oleh anaknya nanti. Bahkan seorang ibu malah memberikan bekal kepada anaknya berupa ASI agar terus tumbuh sehat dan menjadi apa yang diharapkan ibu tersebut.

Makna dari lukisan ini adalah bagaimana seorang ibu yang rela menunggu sesuatu kebaikan kepada anaknya tapi disela-sela menunggunya itu pasti seorang ibu akan selalu memberikan bekal hidup untuk anak-anaknya. Meskipun dalam situasi yang tidak kondusif, pastinya seorang ibu tidak akan membiarkan anakanya tersesat ke jalan yang salah. Tanpa rasa malu dan risih, mau tidak mau seorang ibu harus melakukan hal tersebut kepada anaknya. Karena kasih Sayang seorang ibu tidak pernah ada batasnya.

2. Waiting for The President Call

Pada tahun 2009, Katirin menciptakan lukisan yang diberi judul Waiting President Call, ukuran 180x150 cm, dibuat dengan bahan cat minyak dan kanvas. Lukisan tersebut berisi pesan seperti menyindir ritual lima tahunan, ketika banyak orang yang merasa penting dan mampu, menunggu telpon dari Istana, siapa tahu ditunjuk menjadi pembantu Presiden. Dalam lukisan tersebut digambarkan sesosok perempuan, duduk dengan gestur seronok, jari-jari tangan kanan menjepit sebatang rokok, tangan kiri menopang dagu, tetapi seluruh kepalanya berbentuk pesawat telepon. Katirin memberikan sebuah pesan sosial seakan-akan sejumlah orang yang merasa penting dan mampu, dan akhirnya benar-benar menerima telepon dari Presiden, tak lebih hanya mereka yang sesungguhnya seronok kualitasnya? Dapat dibayangkan, betapa sepanjang waktu, isi kepala seseorang itu hanya tentang telepon.

Makna dari lukisan ini adalah sebuah sindiran dari Katirin yang sebenarnya nyata. Karena dalam negara kita, setiap lima tahun sekali diadakan pemilihan presiden. Banyak sekali orang yang berlomba-lomba untuk menjadi presiden tersebut. Orang-orang tersebut mucul dari latar belakang dan karakter yang berbeda-beda. Salah satu contohnya adalah orang yang berkarakter seperti lukisan Katirin diatas. Banyak memang yang menurut masyarakat kebanyakan orang yang berkarakter seperti itu, tidaklah dijadikan pemimpin. Namun dengan tekad dan percaya diri yang tinggi tetap saja orang tersebut terus memperjuangkan untuk mendapatkan sebuah gelar presiden walaupun pendukungnya tidaklah banyak.

3. Waiting #1

Karya lukisannya yang bertajuk Waiting I, sesosok dalam pose duduk, tangan kanannya memegang sebatang rokok, dan pada kepalanya sudah bermetamorfosa menjadi jendela kayu, tampak kuno, catnya mengelupas, dan jerujinya sebagian lepas dan bolong. Warna dalam lukisan itu, termasuk figur yang menjadi jendela itu kemerahan. Jendela tua itu juga tertutup, gestur tubuhnya seperti menyerah pasrah. Dominasi kemerahan itu seperti akumulasi dari marah dan menyerah. Karya ini menguatkan sebuah isyarat tentang batas kesabaran, dan berujung pada kesia-siaan.

Makna dari lukisan ini adalah jika seseorang telah menunggu terlalu lama (ditandai dengan jendela yang sudah rusak), dapat menimbulkan perasaan kecewa, marah dan kesal pada seseorang tersebut. Terlihatdari latar belakang warna yang berwarna merah menunjukkan kekesalan atau amarah yang sudah memuncak karena kegiatannya selama ini bisa dianggap sebuah hal yang sia-sia. Terkadang menunggu terlalu lama juga membosankan. Terlihat dari lukisan ini seseorang tersebut sedang memegang sebatang rokok terbukti seseorang tersebut sedang berusaha menghilangkan kebosanannya.

4. Waiting #2

Lukisan ini menggambarkan seorang perempuan yang dibagian kepalanya berbentuk arloji/jam duduk dengan dua alarm di bagian atasnya, berbalut baju terusan kekuningan, duduk di bangku panjang berwarna merah. Sesosok itu duduk tepat di ujung bangku sebelah kanan, sementara arah bangku ke kiri seperti tak berujung (karena langsung habis di tepi kanvas). Bidang lukisan itu didominasi warna kebiruan.

Absurditas dalam karya ini dibangun oleh kode yang berlapis-lapis; arloji kepala itu masih menunjukkan pukul 06.25. Gestur perempuan itu masih tampak semangat (mungkin baru saja duduk). Suasana tampak cerah; biru cerah, bangku merah yang cerah, juga baju kuning yang tampak terang. Saya berkesimpulan berdasarkan tafsir atas kode-kode itu, peristiwa itu terjadi pada pagi hari. Tapi Saya tak yakin, seberapa pendek atau seberapa lama perempuan itu akan menunggu di sana.

Makna yang tersirat dalam lukisan ini adalah jika benar lukisan ini berlatar belakang pagi hari, kegiatan menunggu akan lebih terasa nyaman daripada jika dilakukan di sore hari atau malam hari. Karena biasanya semangat seseorang diwaktu pagi sangatlah tinggi, namun juka sudah menjelang sore semangat tersebut akan hilang karena terkuras oleh kegiatan sehari-hari. Semangat seseorang juga bisa diukur dari gestur tubuh seseorang tersebut. Terlihat dalam lukisan ini tubuh seseorang tersebut digambarkan sedang duduk tegak tanpa terlihat lesu. Hal tersebut menunjukkan bahwa seseorang tersebut sedang tidak merasa lelah. Terlebih lagi ditambah aksen warna-warna yang cerah dari lukisan ini.5. Waiting for Your Love

Dalam lukisan yang bertajuk Waiting for Your Love (120x145 cm, acrylic on canvas, 2009), Katirin memilih visualisasi sosok seorang perempuan yang sedang duduk di kursi. Kedua tangan perempuan tersebut menelungkup, menutup posisi pangkal paha. Sementara itu posisi kepalanya adalah miring ke arah kiri. Yang menarik, Katirin menggambarkan sosok seorang perempuan tersebut secara hablur, tetapi tampak jelas pesan visual yang ditawarkan setidaknya jika diseret dalam kemungkinan pendekatan soal pengorbanan. Mugkin saja, karena Katirin memaksudkan sosok perempuan itu telah cukup lama menunggu, maka kedua kakinya pun sampai menyatu dengan kaki kursi. Secara visual, yang tampak di dalam kanvas adalah kedua kaki asli milik perempuan itu menjadi tidak ada, yang ada hanyalah kaki-kaki kursi.

Latar belakang dari lukisan ini berwarna coklat kehijauan dan kursi yang diduduki oleh perempuan tersebut berwarna merah. Dapat diartikan lukisan tersebut menjelaskan bahwa perempuan tersebut sedang menunggu seseorang/sesuatu yang dicintainya. Dapat diartikan juga perempuan tersebut sudah terlalu lama menunggu dan merasa jenuh. Terlihat dari kepalanya yang seakan-akan menunduk dan miring ke kiri yang menunjukkan tingkat kejenuhan perempuan tersebut. Namun disisi lain perempuan tersebut mennyimpan harapan yang sangat besar dari apa yang ditunggunya. Digambarkan melalui kursi yang berwarna merah yang seakan-akan panas atau menggambarkan perasaan gairah yang tinggi. Namun walaupun sudah menunggu terlalu lama, tak membuat perempuan tersebut putus asa. Bahkan dari ketidak putus asaannya tersebut, seakan-akan perempuan tersebut sudah menyatu dengan latar belakang hiduonya sehari-hari. Terlihat dari kedua kaki perempuan tersebut telah menyatu dengan dua dari empat kaki kursi yang didudukinya. 6. Coming Home

Lukisan ini menggambarkan seseorang tengah pulang dengan mengayuh sampan dan ingin segera menemui seseorang yang memeluk rindu dalam pose yang sedang menunggu di balkon rumahnya. Dengan dilatar belakangi warna biru lukisan ini menunjukkan sebuah kesetiaan. Sosok seorang lelaki yang sedang menghampiri rumahnya dengan sebuah sampan berwarna merah dan kuning yang menandakan sebuah kehidupan seseorang yang berbagai macam rasanya. Terlihat juga sosok seorang perempuan sedang menunggu lelaki yang mengayuh sampan itu duduk dibalkon rumahnya. Menunjukkan bahwa perempuan tersebut merasa senang dan damai karena seorang yang telah ditunggunya kembali kehadapannya. Perasaan senang beserta hati yang damai ini ditandai dengan warna putih yang mewarnai tubuh wanita tersebut. Rumah minimalis yang digambarkan menunjukkan arti bahwa sebuah tempat yang sangat damai dan suci. Karena di setiap rumah tersebut tersimpan kedamaina bagi siapapun penghuninya.

Makna dari lukisan ini adalah, seseorang yang menunggu sesuatu/seseorang yang dicintainya atau yang diharapkannya pastinya akan merasa senang, damai di hati dan perasaan lega setelah bertemu dengan yang ditunggunya tersebut. Walaupun dalam keadaan tidak kondusif, pertemuan dengan orang yang dicintai merupakan sesuatu yang sangat berharga dan sangat diidam-idamkan. Bahkan hal tersebut bisa melupakan kondisi atau situasi yang dirasakan sebelumnya. Dari sekian banyak carut-marut kehidupan, jika seseorang bertemu dengan orang yang dicintainya, perasaan carut-marut tersebut seakan-akan hilang ditelan perasaan bahagia yang tiada tara.

D. Kesimpulan

Walaupun dikenal sebagai seniman yang terkesan nyeleneh dan tidak seperti lukisan kebanyakan, Katirin dalam karyanya ternyata tidak seburuk seperti anggapan-anggapan tersebut. Dari enam karya lukis Katirin yang Saya kaji dengan pendekatan semiotik menurut Peirce, karya lukis Katirin ini ternyata sarat akan kritik dan pesan sosial yang terkandung dalam tanda-tanda yang dibuatnya dalam ke enam lukisan tersebut.

Pada lukisan pertama yang bertajuk Ibu dan Anak Katirin memberikan tanda-tanda berupa warna dan latar belakang hijau. Menandakan bagaimana seorang ibu yang rela menunggu sesuatu kebaikan kepada anaknya tapi disela-sela menunggunya itu pasti seorang ibu akan selalu memberikan bekal hidup untuk anak-anaknya. Hal ini menjadi sebuah pesan moral bahwa kasih sayang seorang ibu tidak pernah ada batasnya.

Pada lukisan kedua yang bertajuk Waiting for the The President Call Katirin memberikan kritik sosial berupa sebuah sindiran tentang pemilihan presiden. Karena pada masa itu pastilah banyak sekali orang yang berlomba-lomba untuk menjadi presiden di negara kita. Katirin juga menyindir sosok seseorang yang tidak berkompeten untuk menjadi seorang presiden negara padahal dia tidak memiliki kemampuan apa-apa dan tidak memiliki pendukung yang banyak namun tetap saja percaya diri untuk terus melaju berlomba-lomba menjadi presiden.

Pada lukisan ketiga yang bertajuk Waiting#1 Katirin memberikan pesan bahwa jangan membiarkan seseorang menunggu terlalu lama. Karena itu akan membuat seseorang tersebut merasa marah, kecewa dan sakit ahati dengan apa yang dilakukannya. Pesan dari Katirin dari lukisan ini adalah belajar mengatur waktu untuk seseorang. Karena tidak semua orang memiliki waktu yang banyak apalagi jika harus menunggu terlalu lama.

Pada lukisan keempat yang bertajuk Waiting#2 Katirin menjelaskan bahwa menunggu disaat sedang ceria memang lebih terasa nyaman daripda menunggu saat perasaan sedang tidak kondusif atau banyak pikiran atau bahkan sedang marah. Namun bukan berarti membiarkan seseorang yang sedang ceria untuk menunggu terlalu lama. Terlihat dari tanda warna merah terhadap tempat duduk yang diduduki oleh perempuan yang ada di lukisan ini. Karena sewaktu-waktu bisa saja seseorang akan merasa bosan apabila menunggu terlalu lama. Walaupun awalnya ia merasa senang. Perasaan tersebut dapat berubah dengan sendirinya.

Pada lukisan kelima yang bertajuk Waiting for Your Love Katirin memberikan pesan jika menunggu terlalu lama memang sangatlah membosankan. Tapi cobalah untuk coba membaur dengan sekeliling tempat/latar kita menunggu sesuatu tersebut. Misalkan dengan diselingin dengan kesibukan lain. Meskipun mengharapkan sesuatu yang ditunggu pastinya kejenuhan akan hilang sendirinya dengan adanya kegiatan lain yang diselingi saat menunggu tersebut.

Pada lukisan terakhir yang bertajuk Coming Home Katirin memberikan pesan bahwa seseorang yang menunggu sesuatu/seseorang yang dicintainya atau yang diharapkannya pastinya akan merasa senang, damai di hati dan perasaan lega setelah bertemu dengan yang ditunggunya tersebut. Dari sekian banyaknya cobaan dan rintangan dalam kehidupan, jika seseorang bertemu dengan orang yang dicintainya/diharapkannya, perasaan tersebut pastinya akan hilang ditelan perasaan bahagia yang tiada tara. Namun hal ini bukan berarti melupakan kelanjutan kehidupan kedepannya dan tidak terlena dengan apa yang didapatkannya.

Sumber:

Media Cetak

Tabloid Indoart & Lifestyle Edisi 11/4-11 Juni 2010Media Elektronik

http://anis-n-r-fib09.web.unair.ac.id/artikel_detail-61333-Semiotik TEORI%20CHARLES%20SANDERS%20PIERCE.html (diakses pada 23 desember 2012 pukul 21.30)

http://bambangsukmawijaya.wordpress.com/2008/02/19/teori-teori-semiotika-sebuah-pengantar/(diakses pada 24 desember 2012 pukul 19.40)

http://journalarticle.ukm.my/2997/1/1-Zulkiflee.pdf (dikases pada 21 desember 2012 pukul 17.45)Sumber Gambar

http://www.artvalue.com/auctionresult--katirin-1967-indonesia-ibu-dan-anak-1961127.htm

http://blog.tujuhbintang.com/2010/04/coming-home.html http://blog.tujuhbintang.com/2010/04/waiting-1.html http://blog.tujuhbintang.com/2010/04/waiting-2.html http://blog.tujuhbintang.com/2010/04/waiting-for-president-call.html

http://indonesiaartnews.or.id/newsdetil.php?id=58

Tabloid Indoart & Lifestyle Edisi 11/4-11 Juni 2010

HYPERLINK "http://journalarticle.ukm.my/2997/1/1-Zulkiflee.pdf" http://journalarticle.ukm.my/2997/1/1-Zulkiflee.pdf (dikases pada 21 desember 2012 pukul 17.45)

HYPERLINK "http://bambangsukmawijaya.wordpress.com/2008/02/19/teori-teori-semiotika-sebuah-pengantar/" http://bambangsukmawijaya.wordpress.com/2008/02/19/teori-teori-semiotika-sebuah-pengantar/(diakses pada 24 desember 2012 pukul 19.40)

HYPERLINK "http://anis-n-r-fib09.web.unair.ac.id/artikel_detail-61333-Semiotik%20TEORI%20CHARLES%20SANDERS%20PIERCE.html" http://anis-n-r-fib09.web.unair.ac.id/artikel_detail-61333-Semiotik TEORI%20CHARLES%20SANDERS%20PIERCE.html (diakses pada 23 desember 2012 pukul 21.30)