tugas metpen SEMIOTIK

30
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sebagai makhluk yang hidup di dalam masyarakat dan selalu melakukan interaksi dengan masyarakat lainnya tentu membutuhkan suatu alat komunikasi agar bisa saling memahami tentang suatu hal. Dan ada banyak hal yang perlu dipahami salah satunya adalah tanda. Supaya tanda itu bisa dipahami secara benar dan sama membutuhkan konsep yang sama supaya tidak terjadi misunderstanding atau salah pengertian. Namun pada kenyataannya tanda itu tidak selamanya bisa dipahami secara benar dan sama di antara masyarakat. Setiap orang memiliki interpretasi makna tersendiri dan tentu saja dengan berbagai alasan yang melatarbelakanginya. Ilmu yang membahas tentang tanda disebut semiotik ( the study of signs). Masyarakat perlu mengetahui maksud dari tanda tersebut. Banyak tanda dalam kehidupan sehari-hari kita seperti tanda-tanda lalu lintas, tanda-tanda adanya suatu peristiwa atau tanda-tanda lainnya. Semiotik meliputi studi seluruh tanda-tanda tersebut sehingga masyarakat berasumsi bahwa semiotik hanya meliputi tanda- tanda visual (visual sign). Di samping itu sebenarnya masih Eka Hardiyanti

description

tugas metode penelitian hari seniin.. selama kurang lebih 5 jam kerja dan ndk tidak tidur hanya untuk mengerjakannya.... ckckckck

Transcript of tugas metpen SEMIOTIK

Page 1: tugas metpen SEMIOTIK

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Sebagai makhluk yang hidup di dalam masyarakat dan selalu

melakukan interaksi dengan masyarakat lainnya tentu membutuhkan suatu

alat komunikasi agar bisa saling memahami tentang suatu hal. Dan ada

banyak hal yang perlu dipahami salah satunya adalah tanda. Supaya tanda

itu bisa dipahami secara benar dan sama membutuhkan konsep yang sama

supaya tidak terjadi misunderstanding atau salah pengertian. Namun pada

kenyataannya tanda itu tidak selamanya bisa dipahami secara benar dan

sama di antara masyarakat. Setiap orang memiliki interpretasi makna

tersendiri dan tentu saja dengan berbagai alasan yang melatarbelakanginya.

Ilmu yang membahas tentang tanda disebut semiotik ( the study of

signs). Masyarakat perlu mengetahui maksud dari tanda tersebut. Banyak

tanda dalam kehidupan sehari-hari kita seperti tanda-tanda lalu lintas, tanda-

tanda adanya suatu peristiwa atau tanda-tanda lainnya. Semiotik meliputi

studi seluruh tanda-tanda tersebut sehingga masyarakat berasumsi bahwa

semiotik hanya meliputi tanda-tanda visual (visual sign). Di samping itu

sebenarnya masih banyak hal lain yang dapat kita jelaskan seperti tanda

yang dapat berupa gambaran, lukisan dan foto sehingga tanda juga termasuk

dalam seni dan fotografi. Atau tanda juga bisa mengacu pada kata-kata,

bunyi-bunyi dan bahasa tubuh (body language).

Untuk memahami semiotik lebih jauh ada baiknya kita perlu

membahas pengertian dari semiotik itu sendiri, beberapa tokoh semiotik dan

pemikiran -pemikirannya dalam semiotik, macam-macam semiotik,

pengertian tanda, dan langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam

melakukan penelitian dengan metode semiotik.

Eka Hardiyanti

Page 2: tugas metpen SEMIOTIK

BAB II

PEMBAHASAN

II.1 PENGERTIAN SEMIOTIK

Semiotik (semiotics) berasal dari bahasa Yunani “semeion” yang

berarti tanda atau sign. Tanda tersebut menyampaikan suatu informasi

sehingga bersifat komunikatif, mampu menggantikan suatu yang lain (stand

for something else) yang dapat dipikirkan atau dibayangkan. Semiotik adalah

ilmu yang mempelajari sistem tanda atau teori tentang pemberian tanda.

Dalam bahasa Inggris semiotik didefinisikan sebagai berikut.(1)

“Semiotics is usually definde as a general philosophical theory dealing

with the production of signs and symbols as part of code systems which are

used to communicate information. Semiotics includes visual and verbal as

well as tactile and olfactory signs (all signs or signals which are accessible to

and can be perceived by all our senses) as they form code systems which

systematically communicate information or massages in literary every field of

human behaviour and enterprise.” (Semiotik biasanya didefinisikan sebagi

teori filsafat umum yang berkenaan dengan produksi tanda-tanda dan simbol-

simbol sebagai bagian dari sistem kode yang digunakan untuk

mengkomunikasikan informasi. Semiotik meliputi tanda-tanda visual dan

verbal serta tactile dan olfactory [semua tanda atau sinyal yang bisa diakses

dan bisa diterima oleh seluruh indera yang kita miliki] ketika tanda-tanda

tersebut membentuk sistem kode yang secara sistematis menyampaikan

informasi atau pesan secara tertulis di setiap kegiatan dan perilaku manusia).

Istilah semiotik lazim dipakai oleh ilmuwan Amerika sedangkan di

Eropa lebih banyak menggunakan istilah semiologi. Semiotik adalah cabang

ilmu yang berurusan dengan pengkajian tanda dan segala sesuatu yang

berhubungan dengan tanda, seperti sistem tanda dan proses yang berlaku

Eka Hardiyanti

Page 3: tugas metpen SEMIOTIK

bagi tanda. A. Teew mendefinisikan semiotik adalah tanda sebagai tindak

komunikasi dan kemudian disempurnakan menjadi model sastra yang

mempertanggungjawabkan semua faktor dan aspek hakiki untuk pemahaman

gejala susastra sebagai alat komunikasi yang khas di dalam masyarakat

mana pun.

Pada mulanya, istilah semiotik (semieon) digunakan oleh orang

Yunani untuk merujuk pada sains yang mengkaji sistem perlambangan atau

sistem tanda dalam kehidupan manusia. Dari akar kata inilah terbentuknya

istilah semiotik, yaitu kajian sastra yang bersifat saintifik yang meneliti sistem

perlambangan yang berhubung dengan tanggapan dalam karya. Bukan saja

merangkumi sistem bahasa, tetapi juga merangkumi lukisan, ukiran, fotografi

atau lainnya yang bersifat visual. Perhatian semiotik adalah mengkaji dan

mencari tanda-tanda dalam wacana serta menerangkan maksud dari tanda-

tanda tersebut dan mencari hubungannya dengan ciri-ciri tanda itu untuk

mendapatkan makna signifikasinya.

Bahasa sebagai sistem tanda seringkali mengandung ‘sesuatu’ yang

misterius. Sesuatu yang terlihat terkadang tidak sesuai dengan realita yang

sesungguhnya. Oleh karena itu, pengguna bahasalah – manusia – yang

mempunyai otoritas untuk melihat dan mencari seperti apa ‘sesuatu’ yang

tidak tampak pada bahasa.

Teori semiotik adalah teori kritikan pascamodern, ia memahami karya

sastra melalui tanda-tanda atau perlambangan yang ditemui di dalam teks.

Teori ini berpendapat bahwa dalam sebuah teks terdapat banyak tanda dan

pembaca atau penganalisis harus memahami apa yang dimaksudkan dengan

tanda-tanda tersebut. Secara garis besar, Pierce menggolongkan semiotik

menjadi tiga konsep dasar. (2:1)

a. Pertama, semiotik pragmatik, yaitu yang menguraikan tentang asal usul

tanda, kegunaan tanda oleh yang menggunakannya, dan efek tanda bagi

yang menginterpretasikannya dalam batas perilaku subjek atau yang

Eka Hardiyanti

Page 4: tugas metpen SEMIOTIK

mempelajari hubungan antara tanda, pemakai tanda, dan pemakaian

tanda.

b. Kedua, semiotik sintaktik yang menguraikan tentang kombinasi tanda

tanpa memperhatikan ‘makna’nya atau hubungannya dengan perilaku

subjek atau secara singkat adalah yang mempelajari hubungan

antartanda. Semiotik ini mengabaikan pengaruh akibat bagi subjek yang

menginterpretasikan.

c. Ketiga, semiotik semantik yang menguraikan tentang pengertian suatu

tanda sesuai dengan ‘arti’ yang disampaikan atau dengan kata lain yaitu

yang mempelajari hubungan antara tanda, objek, dan interpretannya.

Metode yang telah diacu oleh banyak ahli semiotik adalah metode

struturalisme. Hal itu berdasarkan pada model linguistik de Saussure.

Strukturalis mencoba mendeskripsikan sistem tanda sebagai bahasa-bahasa.

Strauss dengan Mith dalam teori kinship dan totemisme, Lacan dengan

unconcious, Barthes dan Greimas dengan grammer of narrative. Mereka

bekerja mencari struktur dalam (deep structure) dari bentuk struktur luar

(surface structure) sebuah fenomena. Strukturalisme dan semiotik dinamakan

oleh Ferdinand de Saussure dengan semiologi. (3:1)

Pengertian strukturalisme sendiri masih sulit ditemukan secara pasti

karena kata ‘struktur’ dan ‘strukturalisme’ banyak digunakan dalam pelbagai

bidang seperti matematika, logika, fisika, antropologi, linguistik, sastra, dan

lain-lain. Kata ‘struktur’ sendiri bisa diartikan sebagai kaitan-kaitan yang tetap

dan teratur antara kelompok-kelompok gejala. Sedangkan ‘strukturalisme’

diartikan sebagai gerakan pemikiran atau metodologi yang memberikan

implikasi ideologi. Pengertian lain strukturalisme adalah suatu cara berfikir

yang memandang seluruh realitas sebagai keseluruhan yang terdiri dari

struktur-struktur yang saling berkaitan. Atau dengan kata lain, strukturalisme

adalah salah satu cara pandang yang menekankan pada persepsi dan

Eka Hardiyanti

Page 5: tugas metpen SEMIOTIK

deskripsi tentang struktur yang mencakup keutuhan, transformasi, dan

pengaturan diri.

Fokus utama strukturalis adalah bahwa alam dunia dapat dipahami

selama kita mampu mengungkap adanya struktur yang menjamin

keteraturan, atau pola sistematika benda, kejadian, kata-kata, dan fenomena.

Strukturalisme adalah teori yang menyatakan bahwa seluruh organisasi

manusia ditentukan secara luas oleh struktur sosial atau psikologi yang

mempunyai logika independen yang menarik, berkaitan dengan maksud,

keinginan, maupun tujuan manusia. Bagi Freud, mungkin struktur itu adalah

psyche (psikis), bagi Marx, struktur itu adalah economy, dan bagi Saussure,

struktur itu adalah language (bahasa).

Strukturalisme berkembang sejak Levy Strauss mengungkapkan

bahwa hubungan antara bahasa dan mitos menjadi posisi sentral. Pemikiran

primitif menampakkan dirinya dalam struktur-struktur mitosnya sebanyak

struktur bahasanya. Menurutnya, mitos memiliki hubungan dengan bahasa

karena merupakan suatu bentuk pengucapan manusia sehingga analisisnya

bisa diperluas ke bidang linguistik struktural. Sebuah mitos, secara individual

melahirkan parole yang memberikan kontribusi terhadap struktur langue-nya.

II.2 TEORI SEMIOTIK

A. C.S Peirce

Peirce mengemukakan teori segitiga makna atau triangle meaning

yang terdiri dari tiga elemen utama, yakni tanda (sign), object, dan

interpretant. Tanda adalah sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat

ditangkap oleh panca indera manusia dan merupakan sesuatu yang merujuk

(merepresentasikan) hal lain di luar tanda itu sendiri. Tanda menurut Peirce

terdiri dari Simbol (tanda yang muncul dari kesepakatan), Ikon (tanda yang

muncul dari perwakilan fisik) dan Indeks (tanda yang muncul dari hubungan

sebab-akibat). Sedangkan acuan tanda ini disebut objek.Objek atau acuan

Eka Hardiyanti

Page 6: tugas metpen SEMIOTIK

tanda adalah konteks sosial yang menjadi referensi dari tanda atau sesuatu

yang dirujuk tanda. Interpretant atau pengguna tanda adalah konsep

pemikiran dari orang yang menggunakan tanda dan menurunkannya ke suatu

makna tertentu atau makna yang ada dalam benak seseorang tentang objek

yang dirujuk sebuah tanda.Hal yang terpenting dalam proses semiosis adalah

bagaimana makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu digunakan

orang saat berkomunikasi.

Contoh: Saat seorang gadis mengenakan rok mini, maka gadis itu

sedang mengomunikasi mengenai dirinya kepada orang lain yang bisa jadi

memaknainya sebagai simbol keseksian. Begitu pula ketika Nadia Saphira

muncul di film Coklat Strowberi dengan akting dan penampilan fisiknya yang

memikat, para penonton bisa saja memaknainya sebagai icon wanita muda

cantik dan menggairahkan.(4:1)

B. Ferdinand De Saussure

Teori Semiotik ini dikemukakan oleh Ferdinand De Saussure (1857-

1913). Dalam teori ini semiotik dibagi menjadi dua bagian (dikotomi) yaitu

penanda (signifier) dan pertanda (signified). Penanda dilihat sebagai

bentuk/wujud fisik dapat dikenal melalui wujud karya arsitektur, sedang

pertanda dilihat sebagai makna yang terungkap melalui konsep, fungsi

dan/atau nilai-nlai yang terkandung didalam karya arsitektur. Eksistensi

semiotika Saussure adalah relasi antara penanda dan petanda berdasarkan

konvensi, biasa disebut dengan signifikasi. Semiotika signifikasi adalah

sistem tanda yang mempelajari relasi elemen tanda dalam sebuah sistem

berdasarkan aturan atau konvensi tertentu. Kesepakatan sosial diperlukan

untuk dapat memaknai tanda tersebut. Menurut Saussure, tanda terdiri dari:

Bunyi-bunyian dan gambar, disebut signifier atau penanda, dan konsep-

konsep dari bunyi-bunyian dan gambar, disebut signified.

Dalam berkomunikasi, seseorang menggunakan tanda untuk mengirim

makna tentang objek dan orang lain akan menginterpretasikan tanda

Eka Hardiyanti

Page 7: tugas metpen SEMIOTIK

tersebut. Objek bagi Saussure disebut “referent”. Hampir serupa dengan

Peirce yang mengistilahkan interpretant untuk signified dan object untuk

signifier, bedanya Saussure memaknai “objek” sebagai referent dan

menyebutkannya sebagai unsur tambahan dalam proses penandaan.

Contoh: ketika orang menyebut kata “anjing” (signifier) dengan nada

mengumpat maka hal tersebut merupakan tanda kesialan (signified).

Begitulah, menurut Saussure, “Signifier dan signified merupakan kesatuan,

tak dapat dipisahkan, seperti dua sisi dari sehelai kertas.” (4:1-2)

C. Roland Barthes

Teori ini dikemukakan oleh Roland Barthes (1915-1980), dalam

teorinya tersebut Barthes mengembangkan semiotika menjadi 2 tingkatan

pertandaan, yaitu tingkat denotasi dan konotasi. Denotasi adalah tingkat

pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda pada realitas,

menghasilkan makna eksplisit, langsung, dan pasti. Konotasi adalah tingkat

pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda yang di

dalamnya beroperasi makna yang tidak eksplisit, tidak langsung, dan tidak

pasti.

Roland Barthes adalah penerus pemikiran Saussure. Saussure tertarik

pada cara kompleks pembentukan kalimat dan cara bentuk-bentuk kalimat

menentukan makna, tetapi kurang tertarik pada kenyataan bahwa kalimat

yang sama bisa saja menyampaikan makna yang berbeda pada orang yang

berbeda situasinya.

Roland Barthes meneruskan pemikiran tersebut dengan menekankan

interaksi antara teks dengan pengalaman personal dan kultural

penggunanya, interaksi antara konvensi dalam teks dengan konvensi yang

dialami dan diharapkan oleh penggunanya. Gagasan Barthes ini dikenal

dengan “order of signification”, mencakup denotasi (makna sebenarnya

sesuai kamus) dan konotasi (makna ganda yang lahir dari pengalaman

kultural dan personal). Di sinilah titik perbedaan Saussure dan Barthes

Eka Hardiyanti

Page 8: tugas metpen SEMIOTIK

meskipun Barthes tetap mempergunakan istilah signifier-signified yang

diusung Saussure.

Barthes juga melihat aspek lain dari penandaan yaitu “mitos” yang

menandai suatu masyarakat. “Mitos” menurut Barthes terletak pada tingkat

kedua penandaan, jadi setelah terbentuk sistem sign-signifier-signified, tanda

tersebut akan menjadi penanda baru yang kemudian memiliki petanda kedua

dan membentuk tanda baru. Jadi, ketika suatu tanda yang memiliki makna

konotasi kemudian berkembang menjadi makna denotasi, maka makna

denotasi tersebut akan menjadi mitos.

Misalnya: Pohon beringin yang rindang dan lebat menimbulkan

konotasi “keramat” karena dianggap sebagai hunian para makhluk halus.

Konotasi “keramat” ini kemudian berkembang menjadi asumsi umum yang

melekat pada simbol pohon beringin, sehingga pohon beringin yang keramat

bukan lagi menjadi sebuah konotasi tapi berubah menjadi denotasi pada

pemaknaan tingkat kedua. Pada tahap ini, “pohon beringin yang keramat”

akhirnya dianggap sebagai sebuah Mitos. (4:2-3)

D. Baudrillard

Baudrillard memperkenalkan teori simulasi. Di mana peristiwa yang

tampil tidak mempunyai asal-usul yang jelas, tidak merujuk pada realitas

yang sudah ada, tidak mempunyai sumber otoritas yang diketahui.

Konsekuensinya, kata Baudrillard, kita hidup dalam apa yang disebutnya

hiperrealitas (hyper-reality). Segala sesuatu merupakan tiruan, tepatnya

tiruan dari tiruan, dan yang palsu tampaknya lebih nyata dari kenyataannya.

Sebuah iklan menampilkan seorang pria lemah yang kemudian

menenggak sebutir pil multivitamin, seketika pria tersebut memiliki energi

yang luar biasa, mampu mengerek sebuah truk, tentu hanya ‘mengada-ada’.

Karena, mana mungkin hanya karena sebutir pil seseorang dapat berubah

kuat luar biasa. Padahal iklan tersebut hanya ingin menyampaikan pesan

produk sebagai multivitamin yang memberi asupan energi tambahan untuk

Eka Hardiyanti

Page 9: tugas metpen SEMIOTIK

beraktivitas sehari-hari agar tidak mudah capek. Namun, cerita iklan dibuat

‘luar biasa’ agar konsumen percaya. Inilah tipuan realitas atau hiperealitas

yang merupakan hasil konstruksi pembuat iklan. Barangkali kita masih

teringat dengan pengalaman masa kecil (entah sekarang masih ada atau

sudah lenyap) di pasar-pasar tradisional melihat atraksi seorang penjual obat

yang memamerkan hiburan sulap kemudian mendemokan khasiat obat di

hadapan penonton? Padahal sesungguhnya atraksi tersebut telah

‘direkayasa’ agar terlihat benar-benar manjur di hadapan penonton dan

penonton tertarik untuk beramai-ramai membeli obatnya. (5:100)

E. J. Derrida

Derrida terkenal dengan model semiotika Dekonstruksi-nya.

Dekonstruksi, menurut Derrida, adalah sebagai alternatif untuk menolak

segala keterbatasan penafsiran ataupun bentuk kesimpulan yang baku.

Konsep Dekonstruksi –yang dimulai dengan konsep demistifikasi,

pembongkaran produk pikiran rasional yang percaya kepada kemurnian

realitas—pada dasarnya dimaksudkan menghilangkan struktur pemahaman

tanda-tanda (siginifier) melalui penyusunan konsep (signified). Dalam teori

Grammatology, Derrida menemukan konsepsi tak pernah membangun arti

tanda-tanda secara murni, karena semua tanda senantiasa sudah

mengandung artikulasi lain (6:100). Dekonstruksi, pertama sekali, adalah

usaha membalik secara terus-menerus hirarki oposisi biner dengan

mempertaruhkan bahasa sebagai medannya. Dengan demikian, yang semula

pusat, fondasi, prinsip, diplesetkan sehingga berada di pinggir, tidak lagi

fondasi, dan tidak lagi prinsip. Strategi pembalikan ini dijalankan dalam

kesementaraan dan ketidakstabilan yang permanen sehingga bisa

dilanjutkan tanpa batas.

Sebuah gereja tua dengan arsitektur gothic di depan Istiqlal bisa

merefleksikan banyak hal. Ke-gothic-annya bisa merefleksikan ideologi abad

pertengahan yang dikenal sebagai abad kegelapan. Seseorang bisa

Eka Hardiyanti

Page 10: tugas metpen SEMIOTIK

menafsirkan bahwa ajaran yang dihantarkan dalam gereja tersebut

cenderung ‘sesat’ atau menggiring jemaatnya pada hal-hal yang justru

bertentangan dari moral-moral keagamaan yang seharusnya, misalnya

mengadakan persembahan-persembahan berbau mistis di altar gereja, dan

sebagainya.

Namun, Ke-gothic-an itu juga dapat ditafsirkan sebagai ‘klasik’ yang

menandakan kemurnian dan kemuliaan ajarannya. Sesuatu yang klasik

biasanya dianggap bernilai tinggi, ‘berpengalaman’, teruji zaman, sehingga

lebih dipercaya daripada sesuatu yang sifatnya temporer.Di lain pihak, bentuk

gereja yang menjulang langsing ke langit bisa ditafsirkan sebagai ‘fokus ke

atas’ yang memiliki nilai spiritual yang amat tinggi. Gereja tersebut

menawarkan kekhidmatan yang indah yang ‘mempertemukan’ jemaat dan

Tuhan-nya secara khusuk, semata-mata demi Tuhan. Sebuah persembahan

jiwa yang utuh dan istimewa.

Dekonstruksi membuka luas pemaknaan sebuah tanda, sehingga

makna-makna dan ideologi baru mengalir tanpa henti dari tanda tersebut.

Munculnya ideologi baru bersifat menyingkirkan (“menghancurkan” atau

mendestruksi) makna sebelumnya, terus-menerus tanpa henti hingga

menghasilkan puing-puing makna dan ideologi yang tak terbatas.Berbeda

dari Baudrillard yang melihat tanda sebagai hasil konstruksi simulatif suatu

realitas, Derrida lebih melihat tanda sebagai gunungan realitas yang

menyembunyikan sejumlah ideologi yang membentuk atau dibentuk oleh

makna tertentu. Makna-makna dan ideologi itu dibongkar melalui teknik

dekonstruksi. Namun, baik Baurillard maupun Derrida sepakat bahwa di balik

tanda tersembunyi ideologi yang membentuk makna tanda tersebut. (5:100)

F. Umberto Eco

Stephen W. Littlejohn (1996) menyebut Umberto Eco sebagai ahli

semiotikan yang menghasilkan salah satu teori mengenai tanda yang paling

komprehensif dan kontemporer. Menurut Littlejohn, teori Eco penting karena

Eka Hardiyanti

Page 11: tugas metpen SEMIOTIK

ia mengintegrasikan teori-teori semiotika sebelumnya dan membawa

semiotika secara lebih mendalam.

Eco menganggap tugas ahli semiotika bagaikan menjelajahi hutan,

dan ingin memusatkan perhatian pada modifikasi sistem tanda. Eco

kemudian mengubah konsep tanda menjadi konsep fungsi tanda. Eco

menyimbulkan bahwa “satu tanda bukanlah entitas semiotik yang dapat

ditawar, melainkan suatu tempat pertemuan bagi unsur-unsur independen

(yang berasal dari dua sistem berbeda dari dua tingkat yang berbeda yakni

ungkapan dan isi, dan bertemu atas dasar hubungan pengkodean”. Eco

menggunakan “kode-s” untuk menunjukkan kode yang dipakai sesuai struktur

bahasa. Tanpa kode, tanda-tanda suara atau grafis tidak memiliki arti

apapun, dan dalam pengertian yang paling radikal tidak berfungsi secara

linguistik. Kode-s bisa bersifat “denotatif” (bila suatu pernyataan bisa

dipahami secara harfiah), atau “konotatif” (bila tampak kode lain dalam

pernyataan yang sama). Penggunaan istilah ini hampir serupa dengan karya

Saussure, namun Eco ingin memperkenalkan pemahaman tentang suatu

kode-s yang lebih bersifat dinamis daripada yang ditemukan dalam teori

Saussure, di samping itu sangat terkait dengan teori linguistik masa kini.

(5:100)

G. Ogden & Richard

Teori Semiotika C. K. Ogden dan I. A. Richard merupakan teori

semiotika trikotomi yang dikembangkan dari Teori Saussure dan Teori

Barthes yang didalamnya terdapat perkembangan hubungan antara Petanda

(signified) dengan Penanda (signifier) dimana Penanda kemudian dibagi

menjadi dua yaitu Peranti (Actual Function/Object Properties) dan Penanda

(signifier) itu sendiri. Petanda merupakan Konotasi dari Penanda, sedangkan

Peranti merupakan Denotasi dari Penanda. Pada teori ini Petanda

merupakan makna, konsep, gagasan, sedang Penanda merupakan

gambaran yang menjelaskan peranti, penjelasan fisik obyek benda, kondisi

Eka Hardiyanti

Page 12: tugas metpen SEMIOTIK

obyek/benda, dan cenderung (tetapi tidak selalu) berupa ciri-ciri bentuk,

ruang, permukaan dan volume yang memiliki suprasegmen tertentu (irama,

warna, tekstur, dsb) dan Peranti merupakan wujud obyek/benda/fungsi aktual

(Christian). (5:100)

II.3 MACAM-MACAM SEMIOTIK

Sampai saat ini, sekurang-kurangnya terdapat sembilan macam

semiotik yang kita kenal sekarang. Jenis -jenis semiotik ini antara lain: (6:7)

1. Semiotik Analitik. Semiotik analitik adalah semiotik yang menganalisis

sistem tanda. Peirce mengatakanbahwa semiotik berobjekkan tanda dan

menganalisisnya menjadi ide, obyek dan makna. Ide dapat dikatakan

sebagai lambang, sedangkan makna adalah beban yang terdapat dalam

lambang yang mengacu pada obyek tertentu.

2. Semiotik Deskriptif. Semiotik deskriptif adalah semiotk yang

memeperhatikan sistem tanda yang adapat kita alami sekarang, meskipun

ada tanda yang sejak dahulu tetap seperti yang disaksiskan sekarang.

3. Semiotik Faunal Zoo semiotic. Semiotik Faunal adalah semiotik yang

khusus memperhatikan sistem tanda yang dihasilkan oleh hewan.

4. Semiotik Kultural. Semiotik kultural adalah semiotik yang khusus

menelaah sistem tanda yang berlaku dalam kebudayaan masyarakat

tertentu.

5. Semiotik Naratif. Semiotik Naratif adalah semiotik yang menelaah sistem

tanda dalam narasi yang berwujud mitos dan cerita lisan (Folkkore).

6. Semiotik Natural. Semiotik natural adalah semiotik yang khusus menelaah

sistem tanda yang dihasilkan oleh alam.

7. Semiotik Normatif. Semiotik normatif adalah semiotik yang khusus

menelaah sistem tanda yang di buat oleh manusia yang berwujud norma-

norma, misalnya rambu-rambu lalu lintas.

Eka Hardiyanti

Page 13: tugas metpen SEMIOTIK

8. Semiotik Sosial. Semiotik sosial adalah semiotik yang khusus menelaah

sistem tanda yang dihasilkan oleh manusia yang berupa lambang.

9. Semiotik Struktural. Semiotik struktural adalah semiotik yang khusus

menelaah sistem tanda yag dimanifestasikan melalui struktur bahasa.

II.4. PENGERTIAN TANDA

Peirce mengungkapkan bahwa tanda adalah sesuatu yang berbentuk

fisik yang dapat ditangkap oleh panca indera manusia dan merupakan

sesuatu yang merujuk (merepresentasikan) hal lain di luar tanda itu sendiri.

Objek acuan tanda adalah konteks sosial yang menjadi referensi dari tanda

atau sesuatu yang dirujuk tanda. Tanda menurut Peirce terdiri dari simbol

(tanda yang muncul dari kesepakatan), ikon (tanda yang muncul dari

perwakilan fisik), dan indeks (tanda yang muncul dari hubungan sebab

akibat). Bagi Peirce, tanda “is something which stands to some body for

something in some respect or capacity.” Sesuatu yang digunakan agar bisa

berfungsi sebagai ground. Ia mengklasifikasikan tanda yang dikaitkan dengan

ground sebagai berikut: (1)

a. Qualisign, adalah kualitas yang ada pada tanda; kata ‘keras’ menunjukkan

kualitas tanda. Misalnya, ‘suaranya keras’ yang menandakan orang itu

marah atau ada sesuatu yang diinginkan.

b. Sinsign, adalah eksistensi aktual benda atau peristiwa yang ada pada

tanda.

c. Iconic sinsign, yakni tanda yang memperlihatkan kemiripan. Contohnya

adalah foto, diagram, peta, dan tanda baca. (5:42)

d. Rhematic indexical sinsign, yakni tanda berdasarkan pengalaman

langsung yang menarik perhatian karena kehadirannya disebabkan oleh

sesuatu.

e. Dicent sinsign, yakni tanda yang memberikan informasi tentang sesuatu

f. Legisign, adalah norma yang dikandung oleh tanda.

Eka Hardiyanti

Page 14: tugas metpen SEMIOTIK

g. Iconic legisign, yakni tanda yang menginformasikan norma atau hukum,

misalnya rambu lalu lintas. (5:42)

h. Rhematic indexical legisign, yakni tanda yang mengacu kepada objek

tertentu, misalnya kata ganti penunjuk.

i. Dicent indexical legisign, yakni tanda yang bermakna informasi dan

menunjuk subjek informasi, misalnya tanda lampu merah di mobil

ambulan menandakan ada orang sakit atau orang yang meninggal dunia.

j. Rhematic symbol atau symbolic rheme, yaitu tanda yang dihubungkan

dengan objeknya melalui asosiasi ide umum.

k. Dicent symbol atau proposistion (proposisi) adalah tanda yang langsung

menghubungkan dengan objek melalui asosiasi dalam otak. Misalnya,

ada seseorang yang berkata ‘pergi!’ maka otak akan mengasosiasikan

pendengarnya dan sertamerta ia pun akan pergi.

l. Argument, yakni tanda yang merupakan iferens seseorang terhadap

sesuatu berdasarkan alasan tertentu. Misalnya, seseorang mengatakan

‘gelap’ berdasarkan penilaian terhadap tempat yang cocok dikatakan

gelap.

Van Zoest (1993), memberikan lima ciri dari tanda, yakni sebagai

berikut: (1)

a. Tanda harus dapat diamati agar dapat berfungsi sebagai tanda.

b. Harus bisa ‘ditangkap’ merupakan syarat mutlak.

c. Merujuk pada sesutau yang lain, sesuatu yang tidak hadir.

d. Tanda memiliki sifat representatif dan sifat ini mempunyai hubungan

langsung dengan sifat inter-pretatif.

e. Sesuatu hanya dapat berupa tanda atas dasar satu dan lain.

Peirce menyebutnya ground (dasar, latar) dari tanda. Berbeda dengan

Peirce, Saussure mengungkapkan bahwa tanda adalah kesatuan dari suatu

bentuk penanda (signifier) dengan sebuah ide atau petanda (signified).

Eka Hardiyanti

Page 15: tugas metpen SEMIOTIK

Dengan kata lain, penanda adalah bunyi yang bermakna atau coretan yang

bermakna. Jadi, penanda adalah aspek material dari bahasa yaitu apa yang

dikatakan atau didengar dan apa yang ditulis atau dibaca. Petanda adalah

gambaran mental, pikiran, atau konsep. Menurut Saussure, tanda terdiri dari

bunyi-bunyian dan gambar, disebut signifier atau penanda, dan konsep-

konsep dari bunyi-bunyian dan gambar, disebut signified. (1)

Menurut Saussure, bahasa sebagai sistem tanda diindikatori oleh

adanya hubungan erat antara signifiant, signifie, form, dan substance (7:77).

a. Signifiant, yakni gambaran tatanan bunyi secara abstrak dalam kesadaran

batin para pemakainya;

b. Signifie, yakni gambaran makna secara abstrak sehubungan dengan

adanya kemungkinan hubungan antara abstraksi bunyi dengan dunia luar;

c. Form, yakni kaidah abstrak yang mengatur hubungan antara butir-butir

absraksi bunyi sehingga memungkinkan digunakan untuk berekspresi;

d. Substance, yakni perwujudan bunyi ujaran khas ‘manusia’.

Mengembangkan teori tanda yang digunakan oleh Saussure, Barthes

merambah studi tentang tanda adalah peran pembaca (the reader). Ia juga

mengulas sistem penandaan tingkat kedua. Sistem ini ia dinamakan dengan

konotatif, yang secara tegas berbeda dari sistem penandaan tingkat pertama

atau denotatif (8:22). Tanda denotatif menurut Barthes terdiri dari penanda

(signifier) dan petanda (signified). Pada saat yang bersaman tanda denotatif

juga merupakan penanda konotatif. Jadi, menurut Barthes, tandakonotatif

tidak sekedar memiliki makna tambahan namun juga mengandung kedua

bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaannya.

a. Signifier (penanda)

b. Signified (petanda)

c. Denotative sign (tanda denotatif)

d. Connotative signifier (penanda konotatif)

e. Connotative signified (petanda konotatif)

Eka Hardiyanti

Page 16: tugas metpen SEMIOTIK

f. Connotative sign (tanda konotatif).

Ditinjau dari hubungan antara tanda dengan interpretannya, maka

tanda dibagi menjadi tiga, yaitu:

a. Rheme, bilamana lambang tersebut interpretannya adalah sebuah first

dan makna tanda tersebut masih dapat dikembangkan,

b. Decisign (dicentsign) bilamana antara lambang itu dan interpretannya

terdapat hubungan yang benar adanya (merupakan secondness),

c. Argument, bilamana suatu tanda dan interpretannya mempunyai sifat

yang berlaku umum (merupakan thirdness).

Barthes berupaya untuk mengeksplisitkan kode-kode narasi yang

berlaku dalam suatu naskah realis. Lima kode yang ditinjau Barthes adalah

kode hermeneutik (kode teka-teki), kode semik (makna konotatif), kode

simbolik, kode proaretik (logika tindakan), dan kode gnomik atau kode

kultural yang membangkitkan badan pengetahuan tertentu (6:65).

Kode hermeneutik berkisar pada harapan pembaca mendapatkan

‘kebenaran’ bagi pertanyaan yang muncul dalam teks. Kode semik

menawarkan banyak sisi dalam proses pembacaan, dalam menyusun tema

atau teks. Kode simbolik merupakan aspek pengkodean fiksi yang paling

khas bersifat struktural atap pascastruktural. Kode proaretik adalah

pelengkap utama teks yang dibaca orang, artinya semua teks bersifat naratif.

Kode gnomik merupakan acuan teks ke benda-benda yang sudah diketahui

dan dikodifikasikan oleh budaya (5:65-66).

Ada dua pendekatan terhadap tanda-tanda yang biasanya menjadi

ukuran para ahli (5:31-35).

a. Pertama, pendekatan yang berdasarkan pada pandangan Saussure yang

mengatakan bahwa tanda disusun dari dua elemen, yaitu aspek citra

bunyi (semacam kata atau representasi visual) dan sebuah konsep di

mana citra bunyi disandarkan.

Eka Hardiyanti

Page 17: tugas metpen SEMIOTIK

b. Kedua, adalah pendekatan yang didasarkan pada pandangan Peirce. Ia

menegaskan bahwa tanda-tanda berkaitan dengan objek-objek yang

menyerupainya, keberadaannya memiliki hubungan sebab akibat dengan

tanda-tanda atau karena ikatan konvensional dengan tanda-tanda

tersebut. Ia menggunakan istilah ikon untuk kesamaannya, indeks untuk

hubungan sebab akibat, dan simbol untuk asosiasi konvensional.

II.5 LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN SEMIOTIKA

Berikut ini langkah-langkah umum yang bisa dijadikan pedoman

Penelitian Semiotika / semiotik khususnya dalam kajian Ilmu Komunikasi: (9)

1. Cari topik yang menarik perhatian anda

2. Buat pertanyaan penelitian yang menarik (mengapa, bagaimana, dimana,

apa)

3. Tentukan alasan /rationale dari penelitian anda?

4. Rumuskan penelitian anda dengan mempertimbangkan tiga langkah

sebelumnya (topik, tujuan, dan rationale)

5. Tentukan metode pengolahan data (kualitatif/semiotika)

6. Klasifikasi data : (a) Identifikasi teks; (b) Berikan alasan mengapoa teks

tersebut dipilih dan perlu diidentifikasi; (c) Tentukan pola semiosis yang

umum dengan mempertimbangkan hierarki maupun sekuennya atau, pola

sintagmatik dan paradigmatik; (d) Tentukan kekhasan wacananya dengan

mempertimbangkan elemen semiotika yang ada.

7. Analisis data berdasarkan : (a) Ideologi, interpretan kelompok, frame work

budaya; (b) Pragmatik, aspek sosial, komunikatif; (c) Lapis makna,

intekstualitas, kaitan dengan tanda lain, hukum yang mengaturnya; (d)

Kamus vs ensiklopedi.

8. Kesimpulan.

Eka Hardiyanti

Page 18: tugas metpen SEMIOTIK

BAB III

KESIMPULAN

Semiotik adalah ilmu yang mempelajari sistem tanda atau teori tentang

pemberian tanda. Ilmu semiotik bermula dari ilmu linguistik dengan tokohnya

Ferdinand de de Saussure (1857 - 1913). de Saussure tidak hanya dikenal

sebagai Bapak Linguistik tetapi juga banyak dirujuk sebagai tokoh semiotik

dalam bukunya Course in General Linguistics (1916). Selain itu ada tokoh

yang penting dalam semiotik adalah Charles Sanders Peirce (1839 - 1914)

seorang filsuf Amerika, Charles Williams Morris (1901 - 1979) yang

mengembangkan behaviourist semiotics. Kemudian yang mengembang-kan

teori-teori semiotik modern adalah Roland Barthes (1915 - 1980), Algirdas

Greimas (1917 - 1992), Yuri Lotman (1922 - 1993), Christian Metz (193 -

1993), Umberco Eco (1932),dan Julia Kristeva (1941). Linguis selain de

Saussure yang bekerja dengan semiotics framework adalah Louis Hjlemslev

(1899 - 1966) dan Roman Jakobson (1896 - 1982). Dalam ilmu antropologi

ada Claude Levi Strauss (1980) dan Jacues Lacan (1901 - 1981) dalam

psikoanalisis.

Terdapat sembilan jenis dari semiotik. Jenis -jenis semiotik tersebut

antara lain semiotik analitik, diskriptif, faunal zoosemiotic, kultural, naratif,

natural, normatif, sosial, struktural.

Tanda adalah sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat ditangkap oleh

panca indera manusia dan merupakan sesuatu yang merujuk

(merepresentasikan) hal lain di luar tanda itu sendiri.

Berikut ini langkah-langkah umum yang bisa dijadikan pedoman

Penelitian Semiotika / semiotik khususnya dalam kajian Ilmu Komunikasi: (9)

a. Cari topik yang menarik perhatian anda

b. Buat pertanyaan penelitian yang menarik (mengapa, bagaimana, dimana,

apa)

c. Tentukan alasan /rationale dari penelitian anda?

Eka Hardiyanti

Page 19: tugas metpen SEMIOTIK

d. Rumuskan penelitian anda dengan mempertimbangkan tiga langkah

sebelumnya (topik, tujuan, dan rationale)

e. Tentukan metode pengolahan data (kualitatif/semiotika)

f. Klasifikasi data

g. Analisis data

h. Kesimpulan.

Eka Hardiyanti

Page 20: tugas metpen SEMIOTIK

DAFTAR PUSTAKA

1. Syarifuddin, Dede Ahmad. Available in

http://ode87.blogspot.com/2011/03/ pengertian -semiotik.html/ diakes

tanggal 11 Mei 2013 pukul 21.00 WITA.

2. Zoest, Aart van. Semiotika: Tentang Tanda, Cara Kerjanya, dan Apa yang

Kita Lakukan Dengannya. Jakarta: Yayasan Sumber Agung, 1993.

3. Hoed, Benny H. Strukturalisme, Prag -matik dan Semiotik dalam Kajian

Budaya, dalam Indonesia: Tanda yang Retak. Jakarta: Wedatama Widya

Sastra, 2002.

4. Dewi, Alit Kumala. Semiotika, bagian I. available in pdf.

5. Sobur, Alex, Analisis Teks Media.Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.

6. Sartini, Ni Wayan. Tinjauan Teoritik dari Semiotik. Surabaya: Jurusan

Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Airlangga. Available in pdf.

7. Aminuddin, Semantik: Pengantar Studi tentang Makna. Bandung: Sinar

Baru, 1988.

8. Budiman, Manneke. Indonesia: Perang Tanda, dalam Indonesia: Tanda

yang Retak. Jakarta: Wedatama Widya Sastra, 2002.

9. Adriana, Deni. Avalaible in http://goyangkarawang.com/2010/10/kerangka

-dan-langkah-langkah-penelitian-analisis-semiotika/ diakses tanggal 11

Mei 2013, Pukul 22.00 WITA.

Eka Hardiyanti