Analisa Kasus Swot

download Analisa Kasus Swot

of 3

description

Analisa Kasus Swot

Transcript of Analisa Kasus Swot

  • 5/24/2018 Analisa Kasus Swot

    1/3

    ANALISA KASUS

    Strength

    - Sistem pendaftaran pasien yang memadai sehingga dapat menampung lonjakanpendaftaran peserta mandiri melalui website. Atau Prosedur Pendaftaran Cepat (PPC)dalam rangka mengurangi antrean pendaftaran bagi masyarakat.

    - Pelayanan yang diberikan cukup maksimal untuk mengatasi kebutuhan masyarakattentang masalah kesehatan, terlihat dari kebijakan Formularium Nasional mengenai

    obat agar masyarakat tidak megeluarkan uang untuk memperoleh obat.

    - Adanya dukungan dari Kementerian Kesehata untuk mengatasi persoalan melaluiSurat Edaran (SE) Menkes Nomor HK/Menkes 32/1/2014 tentang Pelaksanaan

    Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama (Puskesmas) dan Fasilitas Kesehatan Tingkat

    Lanjutan (Rumah Sakit).

    - Ketersediaan dana yang cukup dari pemerintah untuk mendukung sistem yang baru.Weakness

    - Memerlukan waktu yang lebih panjang

    - Masih kurangnya sosialisasi kepada masyarakat mengenai prosedur sistem yang baru

    menjadikan masyarakat tidak paham dan sering terbiasa mengikuti sistem yang lama

    pada masa Askes

    Opportunities

    - Adanya kebijakan Formularium Nasional- Meningkatkan derajat kesehatan masyaraka- Menciptakan keadaan bahwa Rumah Sakit pro terhadap kesembuhan pasien dengan

    menyiasati bagaimana obat yang dibutuhkan pasien tersebut bisa masuk dalam harga

    INA-CBGs

    - Meningkatkan kesadaran bagi masyarakat bahwa fasilitas kesehatan tidak selalumahal

    Treat

    - Informasi yang rendah mengenai sistem yang baru dapat mengakibatkan pandanganyang buruk pada sistem tersebut.

  • 5/24/2018 Analisa Kasus Swot

    2/3

    PNS dan Tentara Keluhkan BPJS

    Posted on February 9 2014 by SH/IM

    Prosedur pelayananan BPJS dinilai berbelit-belit dan merugikan peserta.

    JAKARTAPelaksanaan program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan

    banyak dikeluhkan pegawai negeri sipil (PNS) dan tentara.

    Mereka sebelumnya menggunakan pelayanan Asuransi Kesehatan (Askes) sehingga bisa

    langsung ke rumah sakit (RS) ketika sakit. Namun, dengan BPJS mereka harus mondar-

    mandir ke puskesmas sehingga waktu yang dibutuhkan lebih panjang.

    Menurut pengakuan sejumlah pegawai di Kementerian Pertahanan (Kemenhan), pelaksanaan

    BPJS justru mempersulit mereka.

    Kami dulu kalau sakit, cukup datang ke RSPAD (Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat),

    menunjukkan kartu tanda anggota. Sekarang itu tidak berlaku lagi, kata Ratna kepada SH, di

    Jakarta, Jumat (7/2).

    Direktur Hukum Komunikasi dan Hubungan Antarlembaga BPJS Kesehatan, Purnawarman

    Basundoro mengakui, pihaknya banyak mendapatkan keluhan masyarakat terkait pelaksanaan

    Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Umumnya, masyarakat mengeluhkan pelayanan obat,

    khususnya obat kronis dan kemoterapi.

    Ia mengatakan, untuk mengatasi persoalan itu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah

    menerbitkan Surat Edaran (SE) Menkes Nomor HK/Menkes 32/1/2014 tentang PelaksanaanPelayanan Kesehatan Tingkat Pertama (Puskesmas) dan Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan

    (Rumah Sakit). Surat edaran itu diharapkan menjadi solusi terhadap peresepan obat kronis

    dan kemoterapi.

    Purnawarman menyatakan, sosialisasi yang kurang menjadikan masyarakat tidak paham dan

    sering terbiasa mengikuti sistem yang lama pada masa Askes.

    Dulu, PT Askes menggunakan pola Daftar Plafon Harga Obat (DPHO) dan bila rumah sakit

    kehabisan obat, pasien bisa membeli resep obat tersebut di apotik luar, kemudian di ganti

    (reimburse) ke PT Askes.

    Padahal, sistem pada JKN sekarang berbeda dengan Askes. Dalam paket Indonesia Case

    Based Groups (INA-CBGs), pelayanan medik dan obat mengacu pada Formularium Nasional

    (Fornas). Fornas adalah daftar obat yang disusun Kemenkes berdasarkan bukti ilmiah.

    Jika obat yang dibutuhkan pasien tidak termasuk dalam Fornas, rumah sakit harus memutar

    otak dan menyiasati bagaimana obat yang dibutuhkan pasien tersebut bisa masuk dalam harga

    INA-CBGs. Pasien seharusnya tidak mengeluarkan biaya untuk berobat, tuturnya.

    Dalam surat edaran menkes tersebut disebutkan, obat untuk penyakit kronis dapat langsung

    diberikan untuk kebutuhan 30 hari. Jika kondisinya dinyatakan telah stabil, pasien dapat

    mengikuti program rujuk balik.

  • 5/24/2018 Analisa Kasus Swot

    3/3

    Sementara itu, obat kemoterapi, thalassemia dan hemophilia, dapat diberikan di fasilitas

    kesehatan tingkat III atau II dengan mempertimbangkan kemampuan fasilitas kesehatan dan

    kompetensi SDM kesehatan. Obat kemoterapi, thalassemia dan hemophilia, juga dapat

    diberikan dalam pelayanan rawat jalan maupun rawat inap. Pelayanan ini ditagihkan secara

    fee for service, di luar paket INA-CBGs.

    Terkait kepesertaan, BPJS Kesehatan mencatat telah memiliki peserta peralihan sebanyak

    116.603.174. Peserta dan masyarakat yang mendaftar secara mandiri untuk kelompok Pekerja

    Bukan Penerima Upah (PBPU) dan Bukan Pekerja (BP) sebanyak 474.117 peserta.

    Untuk menampung lonjakan pendaftaran peserta mandiri, telah beroperasi pendaftaran

    peserta melalui website. Kami juga membuat Prosedur Pendaftaran Cepat (PPC) dalam

    rangka mengurangi antrean pendaftaran bagi masyarakat, katanya.

    Menurutnya, PPC dapat dilakukan di beberapa kantor cabang BPJS Kesehatan dengan jumlah

    pendaftar lebih dari 200 per hari.

    Informasi utama yang diinput pada aplikasi ini hanya memasukan nomor induk

    kependudukan pada e-KTP atau kartu keluarga dan kelas perawatan. Sebanyak 18.764

    fasilitas kesehatan (faskes), baik di tingkat pertama maupun tingkat lanjutan, telah bekerja

    sama dengan BPJS Kesehatan. (CR-40)

    http://www.indonesiamedia.com/2014/02/09/pns-dan-tentara-keluhkan-bpjs/