ANAFILAKTIK SYOK

14
ANAFILAKTIK SYOK Fredy Lukiawan (01.12.021) Yunita Krisnawati H. (01.12.055) Yustin Miftahul J. (01.12.056)

Transcript of ANAFILAKTIK SYOK

ANAFILAKTIK SYOKFredy Lukiawan (01.12.021)Yunita Krisnawati H. (01.12.055)Yustin Miftahul J. (01.12.056)

 Anafilaksis adalah suatu reaksi alergi yang bersifat akut,menyeluruh dan bisa menjadi berat. Anafilaksis terjadi pada seseorang yang sebelumnya telah mengalami sensitisasi akibat pemaparan terhadap suatu alergen. ( Brunner dan Suddarth.2001).

Anafilaksis adalah reaksi sistemik yang mengancam jiwa dan mendadak terjadi pada pemajanan substansi tertentu. Anafilaksis diakibatkan oleh reaksi hipersensitivitas tipe I , dimana terjadi pelepasan mediator kimia dari sel mast yang mengakibatkanvasodilatasi massif, peningkatan permeabilitas kapiler, dan penurunan peristaltic

DEFINISI

 Anafilaksis bisa tejadi sebagai respon terhadap berbagai alergen.Penyebab yang sering ditemukan adalah:

1. 1. Gigitan/sengatan serangga.2. 2. Serum kuda (digunakan pada beberapa jenis vaksin).3. 3. Alergi makanan4. 4. Alergi obat Serbuk sari dan alergen lainnya jarang

menyebabkan anafilaksis. Anafilaksis mulai terjadi ketika alergen masuk ke dalam

alirandarah dan bereaksi dengan antibodi IgE. Reaksi ini merangsangsel-sel untuk melepaskan histamin dan zat lainnya yang terlibatdalam reaksi peradangan kekebalan. Beberapa jenis obat-obatan(misalnya polymyxin, morfin, zat warna untuk rontgen), padapemaparan pertama bisa menyebabkan reaksi anafilaktoid (reaksiyang menyerupai anafilaksis).

ETIOLOGI

1.      Gatal di seluruh tubuh 2.      Hidung tersumbat 3.      Kesulitan dalam bernafas 4.      Batuk 5.      Kulit kebiruan, juga bibir dan kuku 6.      Pusing, berbicara tidak jelas 7.      denyut nadi yang berubah-ubah 8.      jantung berdebar-debar (palpitasi) 9.      mual, muntah dan kulit kemerahan.

MANIFESTASI KLINIS

.      Komplikasi 1.    Henti jantung (cardiac arrest) dan

nafas. 2.    Bronkospasme persisten. 3.    Oedema Larynx (dapat mengakibatkan

kematian). 4.    Relaps jantung dan pembuluh darah

(kardiovaskuler). 5.    Kerusakan otak permanen akibat syok. 6.    Urtikaria dan angoioedema menetap

sampai beberapa bulan

.      Patofisiologi  Sistem kekebalan melepaskan antibodi. Jaringan

melepaskanhistamin dan zat lainnya. Hal ini menyebabkan penyempitan saluranudara, sehingga terdengar bunyi mengi (bengek), gangguan pernafasan;dan timbul gejala-gejala saluran pencernaan berupa nyeri perut, kram,muntah dan diare.Histamin menyebabkan pelebaran pembuluh darah(yang akan menyebabkan penurunan tekanan darah) dan perembesancairan dari pembuluh darah ke dalam jaringan (yang akan menyebabkanpenurunan volume darah), sehingga terjadi syok. Cairan bisa merembeske dalam kantung udara di paru-paru dan menyebabkan edema pulmoner.

Seringkali terjadi kaligata (urtikaria) dan angioedema. Angioedemabisa cukup berat sehingga menyebabkan penyumbatan saluranpernafasan. Anafilaksis yang berlangsung lama bisa menyebabkanaritimia jantung. Pada kepekaan yang ekstrim, penyuntikan allergendapat mengakibatkan kematian atau reaksi subletal.

.       Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan laboratorium diperlukan karena

sangat membantu menentukan diagnosis, memantau keadaan awal, dan beberapa pemeriksaan digunakan untuk memonitor hasil pengbatan serta mendeteksi komplikasi lanjut. Hitung eosinofil darah tepi dapat normal atau meningkat, demikian halnya dengan IgE total sering kali menunjukkan nilai normal. Pemeriksaan ini berguna untuk prediksi kemungkinan alergi pada bayi atau anak kecil dari suatu keluarga dengan derajat alergi yang tinggi.

Pemeriksaan lain yang lebih bermakna yaitu IgE spesifik dengan RAST (radio-immunosorbent test) atau ELISA (Enzym Linked Immunosorbent Assay test), namun memerlukan biaya yang mahal.

Pemeriksaan secara invivo dengan uji kulit untuk mencari alergen penyebab yaitu dengan uji cukit (prick test), uji gores (scratch test), dan uji intrakutan atau intradermal yang tunggal atau berseri (skin end-point titration/SET). Uji cukit paling sesuai karena mudah dilakukan dan dapat ditoleransi oleh sebagian penderita termasuk anak, meskipun uji intradermal (SET) akan lebih ideal. Pemeriksaan lain sperti analisa gas darah, elektrolit, dan gula darah, tes fungsi hati, tes fungsi ginjal, feses lengkap, elektrokardiografi, rontgen thorak, dan lain-lain

1. Terapi medikamentosaPrognosis suatu syok anafilaktik amat tergantung dari kecepatan diagnose dan pengelolaannya.1.Adrenalin merupakan drug of choice dari syok anafilaktik. Hal ini disebabkan 3 faktor yaitu :

Adrenalin merupakan bronkodilator yang kuat , sehingga penderita dengan cepat terhindar dari hipoksia yang merupakan pembunuh utama.

Adrenalin merupakan vasokonstriktor pembuluh darah dan inotropik yang kuat sehingga tekanan darah dengan cepat naik kembali.

Adrenalin merupakan histamin bloker, melalui peningkatan produksi cyclic AMP sehingga produksi dan pelepasan chemical mediator dapat berkurang atau berhenti.

Penanganan Syok Anafilaktik

Dosis dan cara pemberiannya.0,3 – 0,5 ml adrenalin dari larutan 1 : 1000 diberikan secara intramuskuler yang dapat diulangi 5 – 10 menit. Dosis ulangan umumnya diperlukan, mengingat lama kerja adrenalin cukup singkat. Jika respon pemberian secara intramuskuler kurang efektif, dapat diberi secara intravenous setelah 0,1 – 0,2 ml adrenalin dilarutkan dalam spoit 10 ml dengan NaCl fisiologis, diberikan perlahan-lahan. Pemberian subkutan, sebaiknya dihindari pada syok anafilaktik karena efeknya lambat bahkan mungkin tidak ada akibat vasokonstriksi pada kulit, sehingga absorbsi obat tidak terjadi.

2.Aminofilin Dapat diberikan dengan sangat hati-hati apabila

bronkospasme belum hilang dengan pemberian adrenalin. 250 mg aminofilin diberikan perlahan-lahan selama 10 menit intravena. Dapat dilanjutkan 250 mg lagi melalui drips infus bila dianggap perlu.

3. Antihistamin dan kortikosteroid. Merupakan pilihan kedua setelah adrenalin. Kedua obat

tersebut kurang manfaatnya pada tingkat syok anafilaktik, sebab keduanya hanya mampu menetralkan chemical mediators yang lepas dan tidak menghentikan produksinya. Dapat diberikan setelah gejala klinik mulai membaik guna mencegah komplikasi selanjutnya berupa serum sickness atau prolonged effect. Antihistamin yang biasa digunakan adalah difenhidramin HCl 5 – 20 mg IV dan untuk golongan kortikosteroid dapat digunakan deksametason 5 – 10 mg IV atau hidrocortison 100 – 250 mg IV.

Pemberian Oksigen Posisi Trendelenburg (kursi) Pemberian infus Resusitasi Kardio Pulmoner

2. Terapi supportif

Kewaspadaan Tes kulit Pemberian antihistamin dan kortikosteroid Pengetahuan, keterampilan, dan peralatan

yg memadai dari tim medis.

PENCEGAHAN

TERIMAKASIH