amel

24
Kejang Demam Pada Anak Nyimas Amelia Pebrina B7/102012406 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Terusan Arjuna No. 6, Jakarta Barat 11510 Email : [email protected] Pendahuluan Kejang demam merupakan kelainan neurologis akut yang paling sering dijumpai pada anak. Bangkitan kejang ini terjadi karena adanya kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Penyebab demam terbanyak adalah infeksi saluran pernapasan bagian atas disusul infeksi saluran pencernaan. Skenario yang saya dapatkan adalah seorang anak perempuan berusian 4 tahun di bawa ibunya ke UGD RS karena kejang seluruh tubuhnya 30 menit yang lalu. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang kejang deman yang sering terjadi pada anak. Metode yang digunakan termasuk metode kepustakaan dimana buku-buku tersebut didapat dari perpustakaan. Buku-buku tersebut berhubungan dengan kejang demam. Pembahasan Insiden terjadinya kejang demam terutama pada golongan anak umur 6 bulan sampai 4 tahun. Hampir 3 % dari anak yang 1

description

blok 22

Transcript of amel

Page 1: amel

Kejang Demam Pada Anak

Nyimas Amelia Pebrina

B7/102012406

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Terusan Arjuna No. 6, Jakarta Barat 11510

Email : [email protected]

Pendahuluan

Kejang demam merupakan kelainan neurologis akut yang paling sering dijumpai

pada anak. Bangkitan kejang ini terjadi karena adanya kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di

atas 38oC) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Penyebab demam terbanyak adalah

infeksi saluran pernapasan bagian atas disusul infeksi saluran pencernaan.

Skenario yang saya dapatkan adalah seorang anak perempuan berusian 4 tahun di

bawa ibunya ke UGD RS karena kejang seluruh tubuhnya 30 menit yang lalu. Penulisan

makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang kejang deman yang sering terjadi

pada anak. Metode yang digunakan termasuk metode kepustakaan dimana buku-buku

tersebut didapat dari perpustakaan. Buku-buku tersebut berhubungan dengan kejang demam.

Pembahasan

Insiden terjadinya kejang demam terutama pada golongan anak umur 6 bulan sampai

4 tahun. Hampir 3 % dari anak yang berumur di bawah 5 tahun pernah menderita kejang

demam. Kejang demam lebih sering didapatkan pada laki-laki daripada perempuan. Hal

tersebut disebabkan karena pada wanita didapatkan maturasi serebral yang lebih cepat

dibandingkan laki-laki. Untuk itu tenaga paramedis dituntut untuk berperan aktif dalam

mengatasi keadaan tersebut serta mampu memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga

dan penderita, yang meliputi aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif secara terpadu

dan berkesinambungan serta memandang klien sebagai satu kesatuan yang utuh secara bio-

psiko-sosial-spiritual.

Anamnesis

1

Page 2: amel

Anamnesis yang dilakukan secara allo-anamnesis yaitu anamnesis dimana ibu pasien

yang menderita penyakit langsung menjawab pertanyaan dokter.

Anamnesis pada pasien kejang demam yang perlu ditanyakan adalah identitas pasien,

kemudian anamnesis megenai demam dan kejang yang terjadi, apakah ada riwayat penyakit

yang pernah diderita, riwayat obat yang pernah diminum, apakan ada riwayat keluarga yang

menderita kejang, serta riwayat pertumbuhan dan perkembangan anak.1

Demam adalah salah satu keluhan yang paling serinng dikeluhkan, yang terdapat pada

berbagai penyakit baik infeksi maupun non-infeksi. Pada tiap keluhan demam perlu ditanya

berapa lama demam berlangsung. Demam yang telah berlangsung 5 hari kemudian menurun

mungkin mengarah ke demam dengue, demam yang telah berlangsung 7 hari atau lebih pada

demam tifoid. Karakteristik demam juga peru ditanyakan:

Apakah timbulnya mendadak, remiten, intermiten, kontinu

Apakah terutama terjadi pada malam hari, atau berlangsung beberapa hari kemudian

menurun lalu naik lagi.

Apakah pasien mengingil, kejang, kesadaran menurun, mengigau, diare, muntah,

sesak nafas, terdapatnya menifestasi perdarahan.

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan tanda vital: suhu, frekuensi nafas, nadi, tekanan darah, dan kesadaran.

Inspeksi

Kejang harus dipandang sebagai gejala penyakit, dan bukan diagnosisi. Pada setiap

kejang harus diperhatikan jenisnya (klonik atau tonik), bagian tubuh yang terkena

(fokal atau umum), lamanya kejang berlangsung, frekuensinya, selang atau interval

atau serangan, keadaan saat kejang dan setelah kejang (post-iktal), apakah demam

disertai kejang atau tidak dan apakah pernah kejang sebelumnya. Keadaan grandma

ditandai oleh kejang umum tonik-klonik yang disertai dengan hilangnya kesadaran.

Pada kejang pertimal terjadi kehilangan kesadaran 5-15 detik, akibat kelainan lepas

muatan listrik yang abnormal pada otak. Kejang psikomotor ditandai oleh perubahan

kesadaran serta aktivitas motorik abnormal, sedangkan pada kejang autonomic terjadi

kelainan visceral yang bervariasi.

Suhu

2

Page 3: amel

Suhu rectum diukur dengan termometer rektal, sebelum dipakai harus diolesi dengan

vaselin terlebih dahulu. Bayi diletakan dalam posisi tidur miring dengan lutut sedikit

dibengkokkan, kemudian masukan termomerter kedalam anus dengan arah sejajar

dengan columna vertebralis, sampai reservoir air raksa berada dibelakang sfingter.

Setelah itu lipatan bokong dirapatkan. Jaganlah mengukur shu rectum degan bayi

dalam posisi terlentang. Karena dapat menyebabkan thermometer pecah atau

menembus dinding rectum. Pengukuran dilakukan selama 3 menit.

Pemeriksaan Neurologis

Kesadaran, penilaian kesadaran dinyatakan sebagai :

- Komposmentis : pasien sadar sepenuhnya dan memberi respon yang adekuat

terhadap semua stimulus yang diberikan

- Apatis : pasien dalam keadaan sadar, tetapi acuh tak acuh terhadap keadaan

sekitarnya, ia akan member respons yang adekuat bila diberikan stimulus

- Somnolen : yakni tingkat kesadaran yang lebih rendah daripada apatis, pasien

tampak mengantuk, selalu ingin tidur; ia tidak responsive terhadap stimulus

ringan, tetapi masih memberikan respons terhadap stimulus yang agak keras,

kemudian tertidur lagi

- Sopor : pada keadaan ini pasien tidak memberikan respons ringan maupun sedang,

tetapi masih member sedikit respons terhadap stimulus yang kuat, refleks pupil

terhadap cahaya masih positif

- Delirium : keadaan kesadaran yang menurun serta kacau, biasanya disertai

disorientasi, iritatif, dan salah persepsi terhadap rangsangan sensorik hingga

sering terjadi halusinasi.1

- Koma : pasien tidak dapat bereaksi terhadap stimulus apapun, refleks pupil

terhadap cahaya tidak ada, ini adalah tingkat kesadaran yang paling rendah.

Reflek Babinski

Untuk membangkitkan refleks Babinski, penderita disuruh berbaring dan istirahat

dengan tungkai diluruskan. Kita pegang pergelangan kaki supaya kaki tetap pada

tempatnya. Untuk merangsang dapat digunakan kayu geretan atau benda yang agak

runcing. Goresan harus dilakukan perlahan, jangan sampai mengakibatkan rasa nyeri,

sebab hal ini akan menimbulkan refleks menarik kaki(flight reflex). Goresan

dilakukan pada telapak kaki bagian lateral, mulai dari tumit menuju pangkal jari. Jika

reaksi (+) , kita dapatkan gerakan dorso fleksi ibu jari, yang dapat disertai gerak

mekar lainnya.2

3

Page 4: amel

Tanda Rangsang Meningeal2

a. Kaku kuduk (nuchal rigidity)

Pasien dalam posisi terlentang, bila lehernya ditekuk secara pasif terdapat tahanan,

sehingga dagu tidak dapat menempel pada dada, maka dikatakan kaku kuduk

positif. Tahanan juga dapat terasa bila leher dibuat hiperekstensi, diputar atau

digerakkan ke samping. Kadang-kadang kaku kuduk disertai hiperektensi tulang

belakang, keadaan ini disebut opistotonus. Di samping menunjukkan adanya

rangsang meningeal (meningitis), kaku kuduk juga terdapat pada tetanus, abses

retrofaringeal, abses peritonsilar, ensefalitis virus, keracunan timbale dan arthritis

rheumatoid.

b. Brudzinski I

Letakkan satu tangan pemeriksa di bawah kepala pasien yang terlentang dan

tangan lain diletakkan di dada pasien untuk mencegak agar badan tidak terangkat,

kemudian kepala pasien difleksikan ke dada secara pasif. Bila rangsang positif

maka kedua tungkai bawah bawah akan fleksi pada sendi panggul dan sendi lutut.

c. Brudzinski II

Pada pasien yang terlentang, fleksi pasif tungkai atas pada sendi panggul akan

diikuti oleh fleksi tungkai lainnya pada sendi panggul dan sendi lutut. Hasilnya

lebih jelas bila waktu fleksi ke panggul sendi lutut dalam keadaan ekstensi

d. Kernig

Pemeriksaan Kernig ini ada bermacam-macam cara, yang biasa dipergunakan

adalah pasien dapam posisi terlentang dilakukan fleksi tungkai atas tegak lurus,

kemudian dicoba meluruskan tungkai bawah pada sendi lutut. Dalam keadaan

normal tungkai bawah dapat membentuk sudut lebih dari 135o terhadap tungkai

atas. Pada iritasi meningeal ekstensi lutut secara pasif tersebut akan menyebabkan

rasa sakit dan terdapat hambatan. Pemeriksaan ini sukar dilakukan pada bayi

dibawah 6 bulan.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium

Pemerikasaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang demam, tetapi

dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam, atau keadaan

lain misalnya gastroenteritis dehidrasi disertai demem, pemeriksaan laboratorium

yang dapat dikerjakan misalnya darah perifer, elektrolit dan gula darah.3

4

Page 5: amel

Pungsi lumbal

Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan

kemungkinan meningitis. Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu

dilakukan pungsi lumbal. Pungsi lumbal dianjurkan pada:

- Bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan

- Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan

- Bayi > 18 bulan tidak rutin.

Elektroensefalografi (EEG)

Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat diperediksi kemungkinan

berulangnya kejang, atau memperkirakan kemungkinan tejadinya epilepsy

dikemudian hari. Oleh sebab itu pemeriksaan EEG pada kejang demam tidak

dianjurkan.3 Pemeriksaan EEG masih dapat dilakukan pada kejang demam yang tidak

khas.

Diagnosis

Diagnosis Kerja

Kejang Demam Sederhana

Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada suhu badan yang tinggi yang

disebabkan oleh kelainan ekstrakranial. Derajat tinggi suhu yang dianggap cukup untuk

diagnosa kejang demam adalah 38 derajat celcius atau lebih suhu rektal. Kejang terjadi akibat

loncatan listrik abnormal dari sekelompok neuron otak yang mendadak dan lebih dari

biasanya, yang meluas ke neuron sekitarnya atau dari substansia grasia ke substansia alba

yang disebabkan oleh demam dari luar otak.

Kejang demam adalah terbebasnya sekelompok neuron secara tiba-tiba yang

mengakibatkan suatu kerusakan kesadaran, gerak, sensasi atau memori yang bersifat

sementara. Kejang demam adalah serangan pada anak yang terjadi dari kumpulan gejala

dengan demam. Kejang demam sering juga disebut kejang demam tonik-klonik, sangat sering

dijumpai pada anak-anak usia di bawah 5 tahun. Kejang ini disebabkan oleh adanya suatu

awitan hypertermia yang timbul mendadak pada infeksi bakteri atau virus. Dari pengertian

diatas dapat disimpulkan kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena

peningkatan suhu tubuh yang sering di jumpai pada usia anak dibawah lima tahun. Anak

5

Page 6: amel

yang pernah mengalami kejang tanpa demam, kemudian kejang demam kembali tidak

termasuk dalam kejang demam. Kejang disertai demam pada bayi berumur kurang dari 1

bulan tidak termasuk dalam kejang demam.

Kejang demam dibagi atas kejang demam sederhana dan kejang demam kompleks.

Kejang demam kompleks adalah kejang demam fokal, lebih dari 15 menit, atau berulang

dalam 24 jam. Pada kejang demam sederhana kejang bersifat umum, singkat, dan hanya

sekali dalam 24 jam.Kejang demam terjadi pada 2-4% anak dengan umur berkisar antara 6

bulan sampai 5 tahun, insidens tertinggi pada umur 18 bulan. Ciri-ciri khas pada kejang

demam sederhana yaitu sebegai berikut.4

Berlangsung singkat (< 15 menit) dan umumnya akan berhenti sendiri.

Kejang berbentuk umum (bangkitan kejang tonik dan atau klonik), tanpa gerakan

fokal.

Kejang hanya sekali / tidak berulang dalam 24 jam.

Kejang demam sederhana merupakan 80% diantara seluruh kejang demam.

Selain klasifikasi diatas, terdapat juga klasifikasi lain, yaitu klasifikasi Livingston.

Klasifikasi ini dibuat karena jika anak kejang maka akan timbul pertanyaan, dapatkah

diramalkan dari sifay dan gejala mana yang memiliki kemungkinan lebih besar untuk

menderita epilepsi. Livingston (1954) membagi kejang demam atas 2 golongan:

Kejang demam sederhana (simple febrile convulsion)

Epilepsi yang diprovokasi oleh demam (epilepsy triggered off by fever)

Modifikasi Livingston diatas dibuat utuk diagnosis kejang demam sederaha adalah:

Umur anak ketika kejang adalah 6 bulan dan 4 tahun

Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tidak lebih dari 5 menit

Kejang bersifat umum

Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam

Permeriksaan saraf sebelumnya dan sesudah kejang normal

Pemeriksan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah suhu normal tidak

menunjukkan kelainan

Frekuensi bangkitan kejang di dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali.

Diagnosis Banding

6

Page 7: amel

1. Kejang demam kompleks (Complex febrile seizure)4

Berlangsung lama (> 15 menit).

Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum yang didahului kejang

parsial.

Kejang berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.

Kejang lama adalah kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit atau kejang

berulang lebih dari 2 kali dan diantara bangkitan kejang anak tidak sadar. Kejang

lama terjadi pada 8 % bangkitan kejang demam. Kejang fokal adalah kejang parsial

satu sisi, atau kejang umum yang didauhului kejang parsial. Kejang berulang adalah

kejang 2 kali atau lebih dalam 1 hari, diantara 2 bangkitan kejang anak sadar. Kejang

berulang terjadi pada 16% diantara anak yang mengalami kejang demam.

2. Epilepsi

Bangkitan kejang merupakan satu manifestasi daripada lepas muatan listrik

yang berlebihan dari sel neuron saraf pusat. Keadaan ini merupakan gejala

terganggunya fungsi otak. Gangguan ini dapat disebabkan oleh faktor fisiologi,

biokimiawi, anatomis atau gabungan faktor tersebut. Tiap-tiap penyakit atau kelainan

yang dapat menggangu fungsi otak, dapat menyebabkan timbulna bangkitan kejang.

Dengan demikian dapatlah dipahami bahwa bangkitan kejang dapat disebabkan oleh

banyak macam penyakit atau kelainan di antaranya adalah trauma lahir, trauma

kapatis, radang otak, tumir otak, perdarahan otak, gangguan peredaran darah,

hipoksia, anomaly congenital otak, kelainan degenerative susunan saraf pusat,

gangguan metabolism, gangguan elektrolit, demam reaksi toksis-alergis, keracunan

obat atau zat kimia, jaringan parut, faktor hereditas.3,4 Bila kita menghadapi anak

dengan bangkitan kejang, haruslah dicari kelainan atau penyakit yang

menyebabkannya. Kadang-kadang kita berhasil kmenemukannya, tapi sering pula

tidak berhasil.

Manifestasi bangkitan kejang dapat bermacam-macam, dari yang ringan

seperti rasa tidak enak di perut sampai kepada yang berat (kesadaran menghilang

disertai kejang tonik-klonik). Semua ini bergantung kepada sel-sel neuron mana

dalam otak yang terangsang dan sampai berapa luas ransangan ini menjalar. Dalam

bahasa inggris, bangkitan kejang dapat diterjemahkan dengan “seizure”,

“convulsion”, atau “fit”. Sebenarnya semua orang dapat dibuat berkejang, asalkan

kepadanya diberikan rangsangan yang cukup kuat sehingga ambang kejangnya

7

Page 8: amel

dilampaui, misalnya dengan elektrokonvunsi atau penyuntikan obat metrazol.

Rendahnya ambang kejang dapat disebabkan faktor hereditary atau faktor yg didapat,

dapat reversibel atau ireversibel. Chao (1958) mengatakan bila bahwa bangkitan

kejang yang disebabkan oleh kelainan serebral timbul secara berulang, maka hal

demikian disebut epilepsi.

Etiologi

Penyebab kejang demam adalah demam yang terjadi secara mendadak. Demam dapat

disebabkan infeksi bakteri atau virus, misalnya infeksi saluran napas atas. Tidak diketahui

secara pasti mengapa demam dapat menyebabkan kejang pada satu anak dan tidak pada anak

lainnya, namun diduga ada faktor genetik yang berperan. Setiap anak juga memiliki suhu

ambang kejang yang berbeda: ada yang kejang pada suhu 38 derajat Celsius, ada pula yang

baru mengalami kejang pada suhu 40 derajat Celsius. Hingga kini etiologi kejang demam

belum diketahui dengan pasti. Demam sering disebabkan oleh :

• infeksi saluran pernafasan atas,

• otitis media,

• pneumonia,

• gastroenteritis, dan

• infeksi saluran kemih.

Kejang tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi. Kadang-kadang yang tidak begitu

tinggi dapat menyebabkan kejang.4 Penyebab lain kejang disertai demam adalah penggunaan

obat-obat tertentu seperti difenhidramin, antidepresan trisiklik, amfetamin, kokain, dan

dehidrasi yang mengakibatkan gangguan keseimbangan air-elektrolit.

Faktor Resiko

Sedangkan faktor yang mempengaruhi kejang demam adalah sebagai berikut.

1. Umur

3% anak berumur di bawah 5 tahun pernah mengalami kejang demam.

Insiden tertinggi terjadi pada usia 2 tahun dan menurun setelah 4 tahun, jarang

terjadi pada anak di bawah usia 6 bulan atau lebih dari 5 tahun.

8

Page 9: amel

Serangan pertama biasanya terjadi dalam 2 tahun pertama dan kemudian

menurun dengan bertambahnya umur.

2. Jenis kelamin

Kejang demam lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada perempuan dengan

perbandingan 2 : 1. Hal ini mungkin disebabkan oleh maturasi serebral yang lebih

cepat pada perempuan dibandingkan pada laki-laki.

3. Suhu badan

Kenaikan suhu tubuh adalah syarat mutlak terjadinya kejang demam. Tinggi suhu

tubuh pada saat timbul serangan merupakan nilai ambang kejang. Ambang kejang

berbeda-beda untuk setiap anak, berkisar antara 38,3°C – 41,4°C. Adanya perbedaan

ambang kejang ini menerangkan mengapa pada seorang anak baru timbul kejang

setelah suhu tubuhnya meningkat sangat tinggi sedangkan pada anak yang lain kejang

sudah timbul walaupun suhu meningkat tidak terlalu tinggi. Dari kenyataan ini

dapatlah disimpulkan bahwa berulangnya kejang demam akan lebih sering pada anak

dengan nilai ambang kejang yang rendah.

4. Faktor keturunan

Faktor keturunan memegang peranan penting untuk terjadinya kejang demam.

Beberapa penulis mendapatkan bahwa 25 – 50% anak yang mengalami kejang demam

memiliki anggota keluarga ( orang tua, saudara kandung ) yang pernah mengalami

kejang demam sekurang-kurangnya sekali.

Faktor resiko kejang demam pertama yang penting adalah demam.4 Kejang

demam cenderung timbul dalam 24 jam pertama pada waktu sakit dengan demam atau

pada waktu demam tinggi. Faktor –faktor lain diantaranya:

riwayat kejang demam pada orang tua atau saudara kandung,

perkembangan terlambat,

problem pada masa neonatus,

anak dalam perawatan khusus, dan

kadar natrium rendah.

Setelah kejang demam pertama, kira-kira 33% anak akan mengalami satu kali

rekurensi atau lebih, dan kira-kira 9% anak mengalami 3 kali rekurensi atau lebih.

Risiko rekurensi meningkat dengan usia dini, cepatnya anak mendapat kejang setelah

demam timbul, temperatur yang rendah saat kejang, riwayat keluarga kejang demam,

dan riwayat keluarga epilepsi.

9

Page 10: amel

Epidemiologi

A. Frekuensi

Antara 2% sampai 5% anak mengalami kejang demam sebelum usianya yang ke 5.

Sekitar 1/3 dari mereka paling tidak mengalami 1 kali rekurensi.

B. Mortalitas/Morbiditas

Kejang demam biasanya tidak berbahaya. Anak dengan kejang demam memiliki

resiko epilepsy sedikit lebih tinggi dibandingkan yang tidak (2% : 1%).

C. Ras (semua ras).

D. Jenis kelamin. Beberapa penelitian menunjukkan kejadian lebih tinggi pada pria.

E. Usia. Kejang demam terjadi pada anak usia 3 bulan sampai 5 tahun.

Manifestasi Klinis

Tejadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan dengan

kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat yang disebabkan oleh infeksi di luar susunan saraf

pusat, misalnya tonsillitis, otitis media akuta, bronchitis, flurunkulosis dan lain-lain. Serangan

kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam, berlangsung singkat dengan

sifat bangkitan dapat berbentuk tonik-klonik, tonik, klonik, fokal atau akinetik. Umumnya

kejang berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti anak tidak member reaksi apapun untuk

sejenak, tetapi setelah beberpa detik atau menit anak akan terbangun dan sadar kembali tanpa

adanya kelainan saraf.5 Gambaran klinis yang dapat dijumpai pada pasien kejang demam

adalah:

Suhu tubuh mencapai 39oC

Anak sering hilang kesadaran saat kejang

Kepala anak seperti terlempar ke atas, mata mendelik, tungkai dan lengan mulai kaku,

bagian tubuh anak menjadi berguncang. Gejala kejang bergantung pada jenis kejang

Kulit pucat dan mungkin menjadi biru

Serangan terjadi beberapa menit setelah itu anak sadar

Patofisiologi

Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak diperlukan suatu

energy yang didapat dari metabolism. Bahan baku untuk metabolism otak yang terpenting

adalah glukosa. Sifat proses itu adalah oksidasi dimana oksigen disediakan dengan

perantaraan fungsi paru-paru dan diteruskan keotak melalui sistem kardiovaskuler. Jadi

10

Page 11: amel

sumber energy otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan

air.6

Sel dikelilingi oleh suatu membrane yang terdiri dari permukaan dalam adalah lipoid

dan permukaan luar adalah ionic. Dalam keadaan normal membrane sel neuron dapat dilalui

dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion Natrium (Na+) dan

elekrolit lainnya, kecuali ion klorida (CI-). Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi

dan konsentrasi Na+ rendah, sedangkan di luar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya.

Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan

potensial yang disebut potensial membran ini dari sel neuron. Untuk menjaga keseimbangan

potensial membran ini diperlukan energy dan bantuan enzim Na-K-ATPase yang terdapat

pada permukaan sel.6

Keseimbangan potensial membrane ini dapat dirubah oleh adanya:

1. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler.

2. Rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi, atau aliran listrik

dari sekitarnya.

3. Perubahan patofisiologi dari membrane sendiri karena penyakit atau keturunan.

Pada keadaan demam kenaikan suhu 1˚C akan mengakibatkan kanaikan metabolism basal

10%-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada seorang anak berumur 3 tahun

sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa yang

hanya 15%. Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan

dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terhadi difusi dari ion Kalium

maupun ion Natrium melalui membran tadi, dengan akibat terjadinya lepas muatan listrik.

Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun ke

membran sel tetangganya dengan bantuan bahan yang disebut neuretransmiter dan terjadilah

kejang. Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung dari tinggi

rendahnya ambang kejang seorang anak menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu. Pada

anak dengan ambang kejang yang rendah, kejang telah terjadi pada suhu 38˚C sedangkan

pada anak dengan ambang kejang yang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40˚C atau lebih.

Dari kenyataan ini dapatlah disimpulkan bahwa terulangnya kejang demam lebih sering

terjadi pada ambang kejang demam yang rendah sehingga dalam penanggulangannya perlu

diperhatikan pada tingkat suhu berapa penderita kejang.6

11

Page 12: amel

Kejang demam yang berlangsung singkat pada umunya tidak berbahaya dan tidak

menimbulkan gejala sisa. Tetapi pada kejang yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit)

biasanya disertai terjadinya apnea, meningkatnya kebutuhann oksigen dan energi untuk

kontraksi oto skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan

metabolism anaerobik, hipotensi aterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu

tubuh makin meningkat disebabkan meningkatnya aktifitas otot dan selanjutnya

menyebabkan metabolism otak meningkat. Rangkaian terjadi di atas adalah faktor peyebab

hingga terjadinya kerusakan neuron otak selama berlangsungnya kejang lama. Faktor

terpenting adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga

meninggikan permeabilitas kapiler dan timbul edema otak yang mengakibatkan kerusakan sel

neuron otak.5,6

Kerusakan pada daerah mesial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang

berlangsung lama dapat menjadi “matang” di kemudian hari, sehingga terjadi serangan

epilepsy yang spontan. Jadi kejang demam yang berlangsung lama dapat menyebabkan

kelainan anatomis di otak hingga terjadi epilepsy.

Penatalaksanaan

Medikamentosa

Saat Kejang

Dalam keadaan kejang obat yang paling cepat dalam menghentikan kejang

adalah diazepam yang diberikan secara intravena. Dosisnya adalah 0,3-0,5 mg/kg

perlahan-lahan dengan kecepatan 1-2 mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit dengan

dosis maksimal 20 mg. diazepam dalam bentuk rectal dapat diberikan di rumah saat

kejang. Dosis diazepam rectal adalah 0,5-0,75 mg/kg atau diazepam rekatal 5 mg

untuk anak dengan berat bean kurang dari 10 kg dan 10 mg untuk berat badan lebih

dari 10 kg atau diazepam rektal dengan dosis 5 mg untuk anak di bawah usia 3 tahun

atau dosis 7,5 mg untuk di atas usia 3 tahun. Kejang yang belum berhenti dengan

diazepam rektal dapat diulangi dengan cara dan dosis yang sama dalam interval waktu

5 menit.7 Bila 2 kali dengan diazepam rektal masih kejang dianjurkan ke rumah sakit

dan dapat diberikan diazepam intravena dosis 0,3-0,5 mg.kg.

Bila kerja masih belum berhenti diberikan fenitoin intravena dengan dosis

awal 10-20 mg/kg/ kali dengan kecepatan 1 mg/kg/ menit atau kurang dari 50

mg/menit. Bila kejang berhenti dosis selanjutnya adalah 4-8 mg/kg/hari, yaitu 12 jam

12

Page 13: amel

setelah dosis awal. Bila dengan telah berhenti pemberian obat selanjutnya tergantung

dari jenis kejang demamnya dan faktor resikonya.7

Saat demam

Pemberian obat saat demam dapat digunakan antipiretik dan anti konvulsan.

Antipiretik sangat dianjurkan walaupun tidak ada bukti bahwa penggunaannya dapat

mengurangi resiko terjadinya kejang demam. Dapat diberikan asetamenofen berkisar

10-15 mg/kg/kali diberikan 3 kali sehari dan tidak lebih dari 5 kali. Dosis ibuprofen 5-

10 mg/kg/kali, 3-4 kali sehari. Pemekainan diazepam oral dosis 0,3 mg/kgbb setiap 8

jam pada saat demam menurunkan resiko berulangnya kejang, dapat juga diberikan

diazepam rektal 0,5 mg/kbgg setiap 8 jam pada suhu >38,5˚C. Fenobarbital,

karbamazepin, denitoin pada saat demam tidak berguna untuk mencegah kejang

demam. 7

Pengobatan rumatan

Pengobatan rumatan yang diberikan bila kejang demam menunjukkan cirri sebagai

berikut:

- Kejang lama > 15 menit

- Adanyan kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang,

misalnya hemiparesis, cerebral palsy, retradasi mental, hidrosefalus.

- Kejang fokal

Pengobatan rumatan dipertimbangkan bila:

- Kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam

- Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan

- Kejang demam dalam ≥ 4 kali pertahun.

Obat pilihan untuk rumatan adalah asam valporoat dengan dosis 15-40 mg/kgbb/hari

2-3 dosis. Lama pengobatan rumatan adalah 1 tahun bebas kejang lalu dihentikan bertahap

selama 1-2 bulan.7

Non-medikamentosa

Bila melihat anak kejang, usahakan untuk tetap tenang dan lakukan hal-hal berikut:

Letakkan anak di tempat yang aman, jauhkan dari benda-benda berbahaya seperti

listrik dan pecah-belah.

13

Page 14: amel

Baringkan anak dalam posisi miring agar makanan, minuman, muntahan, atau benda

lain yang ada dalam mulut akan keluar sehingga anak terhindar dari bahaya tersedak.

Jangan memasukkan benda apapun ke dalam mulut. Memasukkan sendok, kayu, jari

orangtua, atau benda lainnya ke dalam mulut, atau memberi minum anak yang sedang

kejang, berisiko menyebabkan sumbatan jalan napas apabila luka

Jangan berusaha menahan gerakan anak atau menghentikan kejang dengan paksa,

karena dapat menyebabkan patah tulang.

Amati apa yang terjadi saat anak kejang, karena ini dapat menjadi informasi berharga

bagi dokter. Tunggu sampai kejang berhenti, kemudian bawa anak ke unit gawat

darurat terdekat.

Apabila anak sudah pernah kejang demam sebelumnya, dokter mungkin akan

membekali orangtua dengan obat kejang yang dapat diberikan melalui dubur. Setelah

melakukan langkah-langkah pertolongan pertama di atas, obat tersebut dapat

diberikan sesuai instruksi dokter.

Pencegahan

Pencegahan kejang demam yang pertama tentu dengan usaha menurunkan suhu tubuh

apabila anak demam. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan obat penurun panas,

misalnya parasetamol atau ibuprofen. Hindari obat dengan bahan aktif asam asetilsalisilat,

karena obat tersebut dapat menyebabkan efek samping serius pada anak. Pemberian kompres

air hangat (bukan dingin) pada dahi, ketiak, dan lipatan siku juga dapat membantu.

Sebaiknya orangtua memiliki termometer di rumah dan mengukur suhu anak saat

sedang demam. Pengukuran suhu berguna untuk menentukan apakah anak benar mengalami

demam dan pada suhu berapa kejang demam timbul. Pengobatan jangka panjang hanya

diberikan pada sebagian kecil kejang demam dengan kondisi tertentu.

Prognosis

Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat, prognosisnya baik. Dari penelitian

yangada, frekuensi terulangnya kejang berkisar antara 25%-50%, yang umumnya terjadi

pada6 bulan pertama. Apabila melihat kepada umur, jenis kelamin dan riwayat keluarga,

Lennox-Buchthal(1973) mendapatkan:

Pada anak berumur <13 tahun, terulangnya kejang demam pada wanita 50%

danpria 33%

14

Page 15: amel

Pada anak berumur 14 bulan-3 tahun dengan riwayat keluarga adanya

kejang,terulangnya kejang adalah 50%, sedang pada tanpa riwayat kejang 25%

Komplikasi

1. Kejang demam berulang

Sekitar sepertiga dari semua anak dengan pengalaman berulangnya kejang demam

sejak kejang demam pertama. Faktor risiko kejang demam berulang antara lain

sebagai berikut:

- Usia muda pada saat kejang demam pertama

- Relatif rendah demam pada saat kejang pertama

- Keluarga riwayat kejang demam

- Durasi singkat antara onset demam dan kejang awal

- Beberapa kejang demam awal selama episode yang sama

Pasien dengan semua 4 faktor risiko yang lebih besar dari 70% kemungkinan

kekambuhan. Pasien dengan tidak ada faktor risiko memiliki kurang dari 20%

kemungkinan kekambuhan. 8

2. Epilepsi

Ada beberapa faktor risiko terjadinya epilepsi di kemudian hari:

- Kejang demam kompleks

- Faktor yang merugikan lain berupa kelainan status neurologi sebelum kejang

demam pertama (misal: serebral palsy atau retardasi mental)

- Onset kejang demam pertama pada umur < 1 bulan

- Riwayat epilepsi atau kejang afebris pada orang tua atau saudara kandung

Bila terdapat paling sedikit 2 dari 3 faktor tersebut di atas, maka dikemudian hari

akan mengalami serangan kejang tanpa demam sekitar 13 %, dibanding bila hanya

terdapat 1 atau tidak sama sekali faktor tersebut diatas, serangan kejang tanpa demam

hanya 2%-3% saja. 8

Kesimpulan

Dari kasus seorang anak perempuan berusia 4 tahun dibawa ibunya ke UGD RS

karena kejang-kejang diseluruh tubuhnya 30 menit yang lalu. Kejang kelojotan seluruh tubuh,

mata mendelik ke atas, kejang berlangsung selama 5 menit dan hanya 1 x. Kejang di awali

15

Page 16: amel

demam tinggi 40 C dan batuk pilek sejak 2 hari yang lalu menderita Kejang Demam

Sederhana, oleh sebab itu perlunya penanganan secara cepat dan tepat untuk mendapatkan

prognosis yang baik. Kejang demam sederhana adalah hal yang sering di jumpai pada anak di

bawah 5 tahun. Oleh karena itu perlu sekali mengedukasi orang tua. Diazepam adalah obat

lini pertama untuk kejang.

Daftar Pustaka

1. Bickley LS. Bates buku ajar pemeriksaan fisik & riwayat kesehatan. Jakarta: EGC; 2009.

h.616-617.

2. Corry M, Wahidiyat I, Sastroasmoro S. Diagnosis fisis pada anak. Jakarta: Sagung Seto;

2000

3. Lumbantobing. Neurologi klinik pemeriksaan fisik dan mental. Jakarta:Balai Penerbit

FKUI; 2010. h. 7-146

4. Rudolph AM, editors. Buku ajar pediatri Rudolph. Edisi ke-20. Jakarta: EGC;

2007.h.2160-91.

5. Wahab S, editors. Ilmu kesehatan anak Nelson. Edisi ke-15. Jakarta : EGC; 2059-64.

6. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Buku ajar ilmu kesehatan anak. Jakarta: Balai

Penerbit FKUI;2007.h.847-54.

7. Yusna D dan Hartanto H, editors. Dasar-dasar pediatrika. Edisi ke-3. Jakarta: EGC;

2008.h.282-3.

8. Meadow R dan Newell SJ. Pediatrika. Edisi ke-7. Jakarta: Erlangga Medical Series; 2005.

h.112-19.

16