Alur Diagnosis Penyakit Tropis Dengan Ku Demam

8
ALUR DIAGNOSIS PENYAKIT PENYAKIT TROPIS DENGAN GEJALA DEMAM ALUR DIAGNOSIS DEMAM TIFOID ANAMNESIS Demam naik secara bertahap tiap hari, mencapai suhu tertinggi pada akhir minggu pertama, minggu kedua demam terus menerus tinggi. Anak sering mengigau (delirium), malaise, letargi, anoreksia, nyeri kepala, nyeri perut Pada demam tifoid berat dapat dijumpai penurunan kesadaran, kejang, ikterus, diare atau konstipasi, muntah, perut kembung. PEMERIKSAAN FISIS Gejala klinis bervariasi dari yang ringan sampai berat dengan komplikasi. Kesadaran menurun, delirium, sebagian besar anak mempunyai lidah tifoid yaitu di bagian tengah kotor dan bagian pinggir hiperemis, meteorismus, hepatomegali lebih sering dijumpai daripada splenomegali. Kadang- kadang terdengar ronki pada pemeriksaan paru. PEMERIKSAAN PENUNJANG Darah tepi perifer: Anemia, pada umumnya terjadi karena supresi sumsum tulang, defisiensi Fe, atau perdarahan usus. Leucopenia, namun jarang kurang dari 3000/ul Trombositopenia, terutama pada demam tifoid berat Limfositosis relatif PEMERIKSAAN SEROLOGI Serologi Widal : o kenaikan titer S.typhi titer O 1:200 atau kenaikan 4 kali titer fase akut ke fase konvalesens kadar IgM dan IgG o kadar IgM dan IgG (Typhi-dot)

description

#kedokteran #tropis #demam

Transcript of Alur Diagnosis Penyakit Tropis Dengan Ku Demam

ALUR DIAGNOSIS PENYAKIT PENYAKIT TROPIS DENGAN GEJALA DEMAM

ALUR DIAGNOSIS DEMAM TIFOID

ANAMNESIS

Demam naik secara bertahap tiap hari, mencapai suhu tertinggi pada akhir minggu pertama, minggu kedua demam terus menerus tinggi.

Anak sering mengigau (delirium), malaise, letargi, anoreksia, nyeri kepala, nyeri perut

Pada demam tifoid berat dapat dijumpai penurunan kesadaran, kejang, ikterus, diare atau konstipasi, muntah, perut kembung.

PEMERIKSAAN FISIS

Gejala klinis bervariasi dari yang ringan sampai berat dengan komplikasi. Kesadaran menurun, delirium, sebagian besar anak mempunyai lidah tifoid yaitu di bagian tengah kotor dan bagian pinggir hiperemis, meteorismus, hepatomegali lebih sering dijumpai daripada splenomegali. Kadang-kadang terdengar ronki pada pemeriksaan paru.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Darah tepi perifer: Anemia, pada umumnya terjadi karena supresi sumsum

tulang, defisiensi Fe, atau perdarahan usus.

Leucopenia, namun jarang kurang dari 3000/ul

Trombositopenia, terutama pada demam tifoid berat

Limfositosis relatif

PEMERIKSAAN SEROLOGI

Serologi Widal :

kenaikan titer S.typhi titer O 1:200 atau kenaikan 4 kali titer fase akut ke fase konvalesens kadar IgM dan IgG

kadar IgM dan IgG (Typhi-dot)

PEMERIKSAAN BIAKAN Salmonella

Biakan darah terutama pada minggu 1-2 dari perjalanan penyakit

Biakan sumsum tulang masih positif sampai minggu ke-4

PEMERIKSAAN RADIOLOGIK

Foto toraks, apabila diduga terjadi komplikasi pneumonia

Foto abdomen, apabila diduga terjadi komplikasi intraintestinal seperti perforasi usus atau perdarahan saluran cerna

Pada perforasi usus tampak :

Distribusi udara tidak merata

Airfluid level

Bayangan radiolusen didaerah hepar

Udara bebas pada abdomen

ALUR DIAGNOSIS DEMAM BERDARAH DENGUE

ANAMNESIS

Demam merupakan tanda utama, terjadi mendadak tinggi, selama 2-7 hari

Disertai lesu, tidak mau makan, dan muntah

Pada anak besar dapat mengeluh nyeri kepala, nyeri otot, dan nyeri perut

Diare kadang-kadang dapat ditemukan

Perdarahan paling sering dijumpai adalah perdarahan kulit dan mimisan

PEMERIKSAAN FISIS

Gejala klinis DBD diawali dengan demam mendadak tinggi, facial flush, muntah, nyeri kepala, nyeri otot dan sendi, nyeri tenggorok dengan faring hiperemis, nyeri di bawah lengkung iga kanan. Gejala penyerta tersebut lebih mencolok pada DD daripada DBD

Sedangkan hepatomegali dan kelainan fungsi hati lebih sering ditemukan pada DBD

Perbedaan antara DD dan DBD adalah pada DBD terjadi peningkatan permeabilitas kapiler sehingga menyebabkan perembesan plasma, hipovolemia, dan syok.

Perembesan plasma mengakibatkan ekstravasasi cairan ke dalam rongga pleura dan rongga peritoneal selama 24-48 jam

Fase kritis sekitar hari ke-3 hingga ke-5 perjalanan penyakit. Pada saat ini suhu yang dapat merupakan awal penyembuhan pada infeksi ringan namun pada DBD berat merupakan tanda awal syok.

Perdarahan dapat berupa petekie, epistaksis, melena, ataupun hematuria

Tanda-tanda syok :

Anak gelisah, terjadi penurunan kesadaran, sianosis

Nafas cepat, nadi teraba lemah kadang-kadang tidak teraba

Tekanan darah turun, tekanan nadi < 10 mmHg

Akral dingin, capillary refill menurun

Diuresis menurun sampai anuria

Apabila syok tidak dapat segera diatasi, akan terjadi komplikasi berupa asidosis metabolic dan perdarahan hebat.

PEMRIKSAAN PENUNJANG

LABORATORIUM

Darah perifer, kadar hemoglobin, leukosit dan hitung jenis, hematokrit, trombosit. Pada apusan darah perifer juga dapat dinilai limfosit plasma biru, peningkatan 15% menunjang diagnosis DBD

Uji serologis, uji hemaglutinasi inhibisi dilakukan saat fase akut atau fase konvalesens

Infeksi primer : serum akut < 1: 20, serum konvalesens naik 4x atau namun tidah melebihi 1:1280

Infeksi sekunder, serum akut < 1:20 konvalesens 1:2560; atau serum akut 1:20, konvalesens naik 4x atau lebih

Persangkaan infeksi sekunder yang baru terjadi (presumptive secondary infection): serum akut < 1:1280, serum konvalesens dapat lebih besar atau sama.

Pemeriksaan radiologis (urutan pemeriksaan sesuai indikasi klinis)

Pemeriksaan foto dada, dilakukan atas indikasi:

1. Dalam keadaan klinis ragu-ragu, namun perlu diingat bahwa terdapat kelainan radiologis pada perembesan plasma 20-40%

2. Pemantauan klinis, sebagai pedoman pemberian cairan

Kelainan radiologi, dilatasi pembuluh darah paru terutama hilus kanan, hemitoraks kanan lebih radio opak dibandingkan kiri dan efusi pleura.

USG : Efusi pleura, ascites, kelainan (penebalan) dinding vesica felea dan vesica urinaria

ALUR DIAGNOSIS MALARIA

ANAMNESISKeluhan utama pada malaria adalah demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai sakit kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal. Pada anamnesis juga perlu ditanyakan:

1. riwayat berkunjung ke daerah endemik malaria;

2. riwayat tinggal di daerah endemik malaria;

3. riwayat sakit malaria/riwayat demam;

4. riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir;

5. riwayat mendapat transfusi darahPEMERIKSAAN FISIS

1. Demam (>37,5 C aksila)

2. Konjungtiva atau telapak tangan pucat

3. Pembesaran limpa (splenomegali)

4. Pembesaran hati (hepatomegali)

5.Manifestasi malaria berat dapat berupa penurunan kesadaran, demam tinggi,

konjungtiva pucat, telapak tangan pucat, dan ikterik, oliguria, urin berwarna coklat

kehitaman (Black Water Fever), kejang dan sangat lemah

Keterangan : penderita malaria berat harus segera dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang memiliki sarana dan prasarana yang lebih lengkap untuk mendapatkan perawatan yang lebih lanjut.

PEMERIKSAAN PENUNJANGUntuk mendapatkan kepastian diagnosis malaria harus dilakukan pemeriksaan sediaan darah. Pemeriksaan tersebut dapat dilakukan melalui cara berikut.

1. Pemeriksaan dengan mikroskop

Pemeriksaan dengan mikroskop merupakan gold standard(standar baku) untuk diagnosis pasti malaria. Pemeriksaan mikroskop dilakukan dengan membuat sediaan darah tebal dan tipis. Pemeriksaan sediaan darah (SD) tebal dan tipis di rumah sakit/Puskesmas/lapangan untuk menentukan:

a) Ada tidaknya parasit malaria (positif atau negatif);

b) Spesies dan stadium Plasmodium;

c) Kepadatan parasit:

1) Semi Kuantitatif

(-) = negatif (tidak ditemukan parasit dalam 100 LPB/lapangan pandang besar)

(+) = positif 1 (ditemukan 1 10 parasit dalam 100 LPB)

(++) = positif 2 (ditemukan 11 100 parasit dalam 100 LPB)

(+++) = positif 3 (ditemukan 1 10 parasit dalam 1 LPB)

(++++) = positif 4 (ditemukan >10 parasit dalam 1 LPB)

Adanya korelasi antara kepadatan parasit dengan mortalitas yaitu:

- Kepadatan parasit < 100.000 /ul, maka mortalitas < 1 %

- Kepadatan parasit > 100.000/ul, maka mortalitas > 1 %

- Kepadatan parasit > 500.000/ul, maka mortalitas > 50 %

2) Kuantitatif

Jumlah parasit dihitung per mikro liter darah pada sediaan darah tebal (leukosit) atau sediaan darah tipis (eritrosit).

Contoh :

Jika dijumpai 1500 parasit per 200 lekosit, sedangkan jumlah lekosit 8.000/uL maka hitung parasit = 8.000/200 X 1500 parasit = 60.000 parasit/uL.

Jika dijumpai 50 parasit per 1000 eritrosit = 5%. Jika jumlah

eritrosit 4.500.000/uL maka hitung parasit = 4.500.000/1000 X 50

= 225.000 parasit/uL.

2. Pemeriksaan dengan tes diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test/RDT)

Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasit malaria, dengan menggunakan metoda imunokromatografi. Tes ini digunakan pada unit gawat darurat, pada saat terjadi KLB, dan di daerah terpencil yang tidak tersedia fasilitas laboratorium mikroskopis. Hal yang penting yang perlu diperhatikan adalah sebelum RDT dipakai agar terlebih dahulu membaca cara penggunaannya pada etiket yang

tersedia dalam kemasan RDT untuk menjamin akurasi hasil pemeriksaan. Saat ini yang digunakan oleh Program Pengendalian Malaria adalah yang dapat mengidentifikasi P. falcifarum dan non P. Falcifarum.

3.Pemeriksaan dengan Polymerase Chain Reaction (PCR) dan Sequensing DNAPemeriksaan ini dapat dilakukan pada fasilitas yang tersedia. Pemeriksaan ini penting untuk membedakan antara re-infeksi dan rekrudensi pada P. falcifarum. Selain itu dapat digunakan untuk identifikasi spesies Plasmodium yang jumlah parasitnya rendah atau di bawah batas ambang mikroskopis. Pemeriksaan dengan menggunakan

PCR juga sangat penting dalam eliminasi malaria karena dapat membedakan antara parasit impor atau indigenous.

4. Selain pemeriksaan di atas, pada malaria berat pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan adalah:

a. pengukuran hemoglobin dan hematokrit;

b. penghitungan jumlah leukosit dan trombosit;

c. kimia darah lain (gula darah, serum bilirubin, SGOT dan SGPT, alkali fosfatase, albumin/globulin, ureum, kreatinin, natrium dan kalium, analisis gas darah); dan

d. urinalisis

ALUR DIAGNOSIS RUBELLA

ANAMNESIS

Diawali dengan gejala-gejala utama yang ringan, ruam serupa dengan campak (rubeola) ringan atau demam scarlet

Demam ringan selama ruam menetap selama 1-3 hari

Gatal ringan

Pembengkakan kelenjar leher

Anoreksia, nyeri kepala, malaise, dan pilek

Mata merah

Sakit tenggorok

Pada wanita yang lebih tua dan wanita dewasa, poliartritis dapat terjadi dengan artralgia, pembengkakan, dan nyeri.

PEMERIKSAAN FISIS

Ruam-berwarna merah terang atau pucat pada hari pertama atau kedua, menyebar dengan cepat dari wajah ke seluruh tubuh, dan menghilang dengan cepat pula. Limfadenopati post aurikuler, oksipital dan servikal posterior Mukosa faring dan konjugtiva sedikit meradang

Limpa sering membesar

Pemeriksaan darah tepi ( jumlah sel darah putih normal atau sedikit menurun

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Isolasi virus dari berbagai jaringan dan uji serologis: antibody hemaglutinasi-inhibisi, aglutinasi lateks, immunoassay enzim, immunoassay flouresen

Tes IgM spesifik Rubella

NAMA: Hila Amalia Mantika

NIM: 2012730132

DAFTAR PUSTAKA

Ilmu Kesehatan Anak Nelson Volume 2. Behrman Klirgman Arvin. EGC. Halaman 1072-1073

idai.or.id