Al-Qur'an Dan Oceanografi

5
Al-Qur’an dan Oceanografi H. Agus Jaya, Lc.M.Hum Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah al-Qur’an al-Ittifaqiah (STITQI) Indralaya Ogan Ilir Sumsel. Al-Qur’an memang bukan kitab teknologi, namun demikian al- Qur’an adalah kitab petunjuk untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat, maka adalah hal yang sangat logis jika di dalam kitab suci ini termuat petunjuk-petunjuk tersurat dan tersirat yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi guna menunjang terwujudnya fungsi al-Qur’an sebagai petunjuk. Diantara demikian banyak kajian teknologi dalam al-Qur’an adalah fenomena dua laut mengalir berdampingan dengan muatan air yang tawar lagi segar dan air asin lagi pahit yang keduanya tidak bercampur seolah ada pemisah yang sangat kokoh antara keduanya. Allah swt berfirman; ”Dan Dialah yang membiarkan dua laut yang mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi”. QS: Al Furqon: 53. pada ayat lain, Allah swt juga berfirman: ”Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing. (QS: Ar-Rahman: 19-20) Ibnu Katsir menjelaskan ayat 30 surat al-Furqon diatas, bahwa Allah swt menciptakan air tawar yang sangat segar dan air asin yang sangat pahit, adapun yang dimaksud dengan air tawar mencakup sungai-sungai, mata air dan sumur-sumur, sedang yang dimaksud dengan air asin adalah air lautan yang

description

Al-Qur’an dan Oceanografi H. Agus Jaya, Lc.M.HumDosen Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah al-Qur’an al-Ittifaqiah (STITQI) Indralaya Ogan Ilir Sumsel.Al-Qur’an memang bukan kitab teknologi, namun demikian al-Qur’an adalah kitab petunjuk untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat, maka adalah hal yang sangat logis jika di dalam kitab suci ini termuat petunjuk-petunjuk tersurat dan tersirat yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi guna menunjang terwujudnya fungsi alQur’an sebagai petunjuk

Transcript of Al-Qur'an Dan Oceanografi

Page 1: Al-Qur'an Dan Oceanografi

Al-Qur’an dan OceanografiH. Agus Jaya, Lc.M.Hum

Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah al-Qur’an al-Ittifaqiah (STITQI)Indralaya Ogan Ilir Sumsel.

Al-Qur’an memang bukan kitab teknologi, namun demikian al-Qur’an

adalah kitab petunjuk untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat,

maka adalah hal yang sangat logis jika di dalam kitab suci ini termuat

petunjuk-petunjuk tersurat dan tersirat yang berkaitan dengan ilmu

pengetahuan dan teknologi guna menunjang terwujudnya fungsi al-

Qur’an sebagai petunjuk. Diantara demikian banyak kajian

teknologi dalam al-Qur’an adalah fenomena dua laut mengalir

berdampingan dengan muatan air yang tawar lagi segar dan air asin

lagi pahit yang keduanya tidak bercampur seolah ada pemisah yang

sangat kokoh antara keduanya. Allah swt berfirman; ”Dan Dialah yang

membiarkan dua laut yang mengalir (berdampingan); yang ini tawar

lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara

keduanya dinding dan batas yang menghalangi”. QS: Al Furqon: 53.

pada ayat lain, Allah swt juga berfirman: ”Dia membiarkan dua lautan

mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada

batas yang tidak dilampaui masing-masing. (QS: Ar-Rahman: 19-20)

Ibnu Katsir menjelaskan ayat 30 surat al-Furqon diatas, bahwa

Allah swt menciptakan air tawar yang sangat segar dan air asin yang

sangat pahit, adapun yang dimaksud dengan air tawar mencakup

sungai-sungai, mata air dan sumur-sumur, sedang yang dimaksud

dengan air asin adalah air lautan yang tak mungkin untuk diminum

seperti lautan-lautan yang kita kenal. Dan Allah menciptakan

penghalang antara kedua air tersebut berbentuk daratan yang

mencegah terjadinya percampuran antara keduanya. (2000: 10: 314-

315).

Kata al-bahrain disepakati oleh ulama dalam arti laut dan

sungai. Menurut Thahir Ibn Asyur, yang dimaksud dengan al-bahrain

Page 2: Al-Qur'an Dan Oceanografi

adalah sungai Eufhrat di Irak dan Teluk Persia di pantai Basrah serta

daerah di sekitar Kerajaan Bahrain dewasa ini. Boleh jadi juga

menurutnya adalah dua laut yang dikenal oleh masyarakat arab ketika

itu, yakni laut Merah-di lokasi seperti Jeddah dan Yunbu’ di Saudi

Arabia-dan laut Oman, yakni sekitar Hardhramaut, Aden, juga

beberapa kota lainnya di Yaman. (Quraish Shihab: 2002: 293)

Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi,

khususnya oceanografi penafsiran ayat diatas mengalami pergeseran

kembali kepada makna harfiah dari ayat bersangkutan, yaitu adanya

bahrain (dua kumpulan air yang sangat banyak) mengalir dan

bersandingan tanpa adanya percampuran yang hal itu bisa terjadi

karena adanya perbedaan kadar salinitas dan perbedaan suhu.

Salah satu kebesaran Allah ialah menciptakan laut sebagai salah

satu sumber kehidupan bagi mahluk ciptaan Nya. Di mana di dalam

terdapat sumber makanan, mencari nafkah, tempat berlayar dan lain

sebagainya. Kira-kira 70,8% permukaan bumi tertutup oleh air laut.

Perbandingan laut yang terdapat di belahan bumi utara dan belahan

bumi selatan. Belahan bumi utara, luas daratan 39% dan luas lautan

61%, sedangkan belahan bumi selatan, luas daratan 19% dan luas

lautan 81%. (Gatot Harmanto: 2007: 248).

Air laut merupakan larutan yang mengandung berbagai garam.

Unsur kimia yang tergabung dalam larutan air laut ialah Khlor (Cl)

55%, Natrium (Na) 31%, Magnesium (Mg), Kalsium (Ca), Belerang

(S), dan Kalium (K). Disamping itu, dalam jumlah kecil terdapat juga

Bromium (Br), Karbon (C), Stronsium (Sr), Barium (Ba), Silikon (Si)

dan florium (F). Air laut mengandung juga larutan berbagai gas

seperti Oksigen (O2) dan gas Asam Arang (CO2). Rasa asin pada air

laut berasal dari garam. Air laut terdiri atas 96% air dan 3% garam

(sodium klorida). Satu persen lagi berupa sejumlah mineral seperti

Kalsium dan Magnesium. (Gatot Harmanto: 2007: 275-276).

Page 3: Al-Qur'an Dan Oceanografi

Pertemuan air asin dan tawar pertama kali dibuktikan oleh Mr.

Jacques Costeau, ia seorang ahli oceanografer dan ahli selam

terkemuka dari Perancis. Ketika ia sedang melakukan eksplorasi di

bawah laut, dan ia menemukan beberapa kumpulan mata air tawar-

segar yang sedap rasanya karena tidak bercampur/tidak melebur

dengan air laut yang asin di sekelilingnya, seolah-olah ada dinding

atau membran yang membatasi keduanya.

Fenomena ganjil itu membuat Mr. Costeau mencari tahu

penyebab terpisahnya air tawar dari air asin di tengah-tengah lautan.

Hingga pada suatu hari ia bertemu dengan seorang profesor muslim,

kemudian ia menceritakan fenomena ganjil itu dan profesor muslim

itu teringat pada ayat Al-Quran tentang bertemuanya dua lautan (QS:

Ar-rahman: 19-20) yang sering diidentikkan dengan terusan Suez.

Terpesonalah Mr. Costeau mendengar ayat-ayat Al-Quran itu,

melebihi kekagumannya melihat keajaiban pemandangan yang pernah

dilihatnya di lautan yang dalam.

Perkembangan oceanografi modern telah menguak tabir

pertemuan dua laut dengan muatan air tawar dan air asin yang tidak

bercampur dengan sangat akurat. Sebagai contoh, air laut

Mediterania bersuhu hangat, berkadar garam lebih tinggi,dan lebih

sedikit padat, bila dibandingkan dengan air laut samudera Atlantik.

Ketika air laut Mediterania masuk ke lautan Atlantik di atas teluk

Gibraltar, air laut Mediterania bergerak beberapa ratus kilometer ke

dalam lautan Atlantik pada suatu kedalaman sekitar 1000 meter

dengan karakteristik yang dimilikinya. Meskipun ada ombak besar,

arus-kuat, dan pasang laut mereka tidak akan bercampur atau

melewati penghalang ini. (Davis: 2008)

Demikian juga arus laut panas (seperti arus teluk) dan arus

dingin (seperti arus labrador). Kedua arus tersebut saling

berdampingan, tapi tidak bercampur satu dengan yang lainnya. (Abu

Sauqi: 2006: 342).

Page 4: Al-Qur'an Dan Oceanografi

Fakta ilmiah yang ditemukan oleh para oceanografer ini sangat

sesuai dengan informasi al-Qur’an puluhan abad yang lampau. Bisa

dipastikan bahwa semua ini tidak terjadi secara kebetulan, tapi telah

diatur oleh yang Maha Mengatur, Seperti bagaimana Ia mengatur hati

setiap insan untuk menerima kebenaran al-Qur’an yang mulia.

Masihkan hati kita membeku untuk menerima kebenaran al-Qur’an.